You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ECENG GONDOK merupakan tanaman yang hidup mengapung di air.

Kondisi di daerah kecamatan lengayang yang mayoritas penduduknya mengandalkan lahan pertanian sebagai sumber ekonomi bagi kehidupan sehari-hari membuat eceng gondok menjadi tanaman yang sangat mudah ditemui di daerah ini.Eceng gondok biasanya sangat mudah dijumpai didaerah persawahan yang habis panen atau daerah persawahan yang terbengkalai dan digenangi air.Keberadaan eceng gondok didaerah ini sering diabaikan oleh masyarakat padahal selain tanaman gulma atau dianggap sebagai tanaman pengganggu eceng gondok memiliki manfaat yang sangat menguntungkan dalam menyerap sisa-sisa pestisida yang digunakan sebagai obat atau racun hama di lahan pertanian.Oleh karna itulah penulis tergelitik untuk menulis karya ilmiah ini. B. TUJUAN PENULISAN Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk, mengetahui sifat-sifat eceng gondok secara global serta kemampuannya dalam menyerap logam-logam berat sisa dari hasil pestisida.Selain itu juga untuk mengetahui seberapa besar dampak negatif dan positif yang ditimbulkan oleh eceng gondok terhadap lingkungan. C. PEMBATASAN MASALAH Karya ilmiah ini mengambil pembatasan masalah sekitar pengenalan eceng gondok dan sifat-sifatnya serta kemampuan daya serapnya terhadap logam-logam berat.Kemampuan daya serap eceng gondok terhadap logam berat dibatasi pada daya serapnya terhadap krom (Cr) dan cesium (Cs). D. PERUMUSAN MASALAH Eceng gondok (Eichhornia Crassipes) menurut Nunung Prabaningrum,Anung Muharini,Yorike Imelda Dimalouw dalam tulisannya yang berjudul DAYA SERAP TANAMAN ECENG GONDOK SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF FITOREMEDIATOR dapat digunakan untuk mendekontaminasikan polutan dari lingkungan khususnya daerah perairan.Dekontaminasi polutan dari lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi Fitoremediasi.Fetoremediasi adalah pemenfaatan tanaman untuk menyerap,mengekstrasi,menghilangkan atau mendetoksikasi polutan dari lingkungan hidupnya.

Pada perkembangannya,proses

Fitoremediasi

yang telah

diteliti dan

dipublikasikan serta digunakan secara komersial adalah: 1. Fitoekstrasi,yaitu metode yang memanfaatkan tanaman pengakumulasi logam atau radionuklida yang dapat mengangkut dan membersihkan konsentrat logam atau radionuklida dari tanah kedalam bagian tanaman yang kemudian dipanen. 2. Rizofiltrasi,yaitu metode yang memanfaatkan akar-akar tanaman untuk menyerap konsentrat dari lapisan endapan logam beracun atau radio nuklida dari dalam air yang tercemar kedalam bagian tanaman.

BAB II DASAR TEORI Kelebihan teknologi ini antara lain modal proses relatif kecil,biaya yang dipergunakan relatif rendah,gangguan terhadap lingkungan minimal,dan dapat diterima langsung oleh masyarakat (Argonne National Lab,1997). Menurut Herman Yoseph Sriyana dalam tulisannya yang berjudul KEMAMPUAN ECENG GONDOK DALAM MENURUNKAN KADAR KROM (Cr) PADA LIMBAH DENGAN SISTEM AIR MENGGENANG DAN AIR MENGALIR menjelaskan bahwa eceng gondok dapat digunakan sebagai Fitoremediator atau tanaman yang dapat menyerap Krom di air.Peristiwa penyerapan krom (Cr) daiair oleh eceng gondok dari lingkungannya terjadi melalui peristiwa difusi.Peristiwa difusi ini bisa dipercepat dengan meningkatkan suhu,tekanan dan konsentrasi zat terlarut (Salisbury,1995). Limbah yang mengandung bahan aktif logam berat krom (Cr) sangat beracun bagi kehidupan organism.Keberadaan krom dalam perairan dapat merusak tanah dan lahan pertanian.Krom (Cr) sangat berbahaya bagi kesehatan karena unsur krom dapat menyebabkan kanker,gagal ginjal dan kerusakan paru-paru (Palar,1994). Salah satu metode untuk menguji daya serap eceng gondok terhadap krom adalah dengan pengujian langsung terhadap limbah krom (Cr) pada air menggenang dan air mengalir.Pada air tergenang limbah krom dengan konsentrasi 20 ppm dibuat dengan cara melarutkan 74,63 mg K2CrO4 dalam 1 liter air. Penurunan konsentrasi krom (Cr) pada air menggenang dilakukan dengan memasukan limbah krom (Cr) kedalam kolam eceng gondok.Kolam yang dipakai berukuran panjang 150 cm,lebar 70 cm,dan tinggi 30 cm.Pengukuran kadar krom (Cr) dilakukan dengan mengukur sampel setiap hari pada jam yang sama menggunakan alat ukur AAS selama 15 hari.

Gambar 1. Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)

Ukuran kolam untuk pemgukuran krom pada air mengalir sama dengan pengukuran krom pada air menggenang,pengukuran atau penghitungan terhadap sampel juga dilakukan selama 15 hari dengan alat yang sama,yaitu: AAS.Letak perbedaannya adalah pada system air mengalir disediakan pintu masuk dan pintu keluar air pada kolam bak penampung. Selain pengukuran daya serap eceng gondok terhadap krom (Cr),juga telah dilakukan pengukuran daya serap tanaman eceng gondok terhadap unsur cesium (Cs).Pengukuran ini dilakukan oleh Nunung Prabaningrum,Anung Muharani dan Yorike Imelda Dimalouw.Pengukuran daya serap eceng gondok terhadap unsur cesium (Cs) dilakukan dengan menggunakan bahan air sumur,tanaman eceng gondok yang diambil didaerah yang sama,memiliki jumlah daun yang sama dan tinggi hamper sama,CsNO3 buatan,HNO3,Hcl buatan dan Aquades (Air Destilata). Cesium adalah salah satu zat radioaktif yang dapat terlepas kelingkungan.Sehingga lingkungan akan terkontaminasi atau tercemar distribusi dan metabolism unsur cesium (Cs) relatif mirip dengan kalium sehingga dapat terdistribusi keseluruh tubuh apabila kita mengonsumsi air yang mengandung cesium. Radionuklida cesium (Cs) dihasilkan dari reaksi fisi bahan bakar reaktor nuklir yang memancarkan radiasi gamma sebagai radiasi utamanya serta sangat berbahaya bagi lingkungan karna memiliki tingkat toksisitas yang tinggi.Kecelakaan reaktor yang dapat menyebabakan lepasnya radionuklida ke lingkungan dapat disebabakan oleh beberapa faktor,antara lain: kebocoran pada selongsong bahan bakar,tidak sempurnanya penanganan pada saat penggantian bahan bakar,populasi neutron yang tinggih dan pecahnya pipa pendingin reaktor. Alat yang digunnakan dalam pengukuran daya serap eceng gondok terhadap cesium ini meliputi: fasilitas iradiasi lazy susan reaktor kartini PT APB,bulan sebagai sumber neutron termal,kompor pemanas,oven,agate mortal,peralatan gelas kimia,neraca digital,pipet ukur,sarung tangan,ember plastik dan vial polietilen. Pengukuran dilakukan dengan cara memasukan air sumur dengan volume 3 liter kedalam ember plastik kemudian dipilih eceng gondok dengan tinggi 30 cm dengan jumlah daun 5 helai.Kemudian eceng gondok di aklamasi atau ditanam kedalam ember plastik selama 1 minggu setelah terlebih dahulu eceng gondok dicuci sampai bersih.Aklamasi dilakukan agar eceng gondok dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Setelah 1 minggu dilakukan penambahan CsNO3 kedalam media tanam dengan konsentrasi 5,10 dan 15 mg/l.Setelah itu tanaman (eceng gondok) dipanen dengan variasi umur 4,8,12 dan 16 hari setelah CsNO3 dimasukkan kemedia tanam.

Tanaman yang sudah dipanen dicuci bersih dengan aquades,lalu dipisahkan bagian tanaman,yaitu: akar,batang dan daun.Kemudian dikeringkan dengan menggunakan kompor pemanas pada suhu 100 0C selama 10 jam.Sampel yang telah kering kemudian ditumbuk menjadi serbuk,diambil dengan cara dengan berat 40 mg dan dimasukkan kedalam vial polietilen.Selanjutnyadianalisis kadar unsur Cs dengan menggunakan analisis aktivasi neutron.

Dari hasil pengukuran daya serap eceng gondok terhadap krom (Cr) dan cesium (Cs) dapat dilihat pada BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.Pengukuran terhadap krom (Cr) dilakukan dengan sistem air menggenang dan air mengalir sedangkan cesium pengukuran dilakukan pada akar,batang dan daun eceng gondok.

BAB III METODE PENELITIAN A. SEKILAS TENTANG ECENG GONDOK Eceng gondok atau enceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung.Selain dikenal dengan nama eceng gondok,dibeberapa daerah di Indonesia eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama kelipuk,di Lampung dikenal dengan nama ringgak,di Dayak dikenal dengan nama ilung-ilung dan di Manado dikenal dengan nama tumpe.Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuan bernama Carl Friedrich Philipp Von Martius,seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di sungai Amazon Brazil.Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan.Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke daerah peraiaran lainnya.

Gambar 2. Eceng Gondok Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang berakar dalam tanah.Tingginya sekitar 0,4 - 0,5 meter,tidak mempunyai batang,daunya tunggal serta berbentuk oval.Ujung dan pangkal daun meruncing sedangkan pangkal tangkai menggelembung.Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau,bunganya berbentuk tabung.Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam.Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. B. HABITAT ECENG GONDOK Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal,tanah basa,rawa,aliran air,danau,tempat penampungan air dan sungai.Eceng gondok dapat mentolerir perubahan yang ekstrim dari ketingian air,laju air dan perubahan ketersediaan nutrien,PH,temperature dan racun-racun dalam air.Pertumbuhan eceng gondok yang cepat dapat disebabkan oleh air yang mengandung nutrien tinggi ,terutama yang kaya

akan nitrogen,fosfat dan potasium.Kandungan garam yang tinggi dalam air dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi pada danau-danau dierah pantai Afrika Barat,dimana eceng gondok bertambah sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan garam naik yaitu: pada saat musim kemarau. C. yang DAMPAK NEGATIF ECENG GONDOK TERHADAP LINGKUNGAN Eceng gondok selalu dianggap sebagai pengganggu karena pertumbuhannya cepat dan banyak dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkunan.Dampak-dampak negatif terhadap lingkungan yang disebabkan oleh eceng gondok antara lain:
1. Meningkatkan Ovapotranspirasi,yaitu pengupan dan hilangnya air melalui

daun-daun tanaman dikarenakan daun-daun eceng gondok yang lebar dan tipis serta pertumbuhannya yang cepat. 2. Eceng gondok dalam jumlah yang besar atau banyak diperairan dapat mengakibatkan turunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO:Dissolved Oxygens). 3. Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun kedasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendakalan. 4. Mengganggu lalu lintas (transportasi) air,khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti didaerah pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah lainnya. 5. Meningkatkan habitat bagi vekto penyakit pada manusia. 6. Menurunkan nilai estetika pada lingkungan perairan. Untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh eceng gondok dapat dilakukan cara penanggulangan sebagai berikut:
1. Menggunakan herbisida.

2. Mengangkat eceng gondok secara langsung dari lingkungan perairan.


3. Menggunakan hewan predator (hewan pemakan eceng gondok) seperti ikan

grass carp (Etenopharngodon Idella). 4. Memberdayakan eceng gondok sebagai tanaman bermanfaat.

Gambar 3. Ikan Grass Carp D. DAMPAK POSITIF ECENG GONDOK TERHADAP LINGKUNGAN Karena cukup banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan oleh eceng gondok maka banyak masyarakat yang tidak acuh atau tidak mau peduli terhadap eceng gondok.Eceng gondok hanya dianggap sebagai gulma pengganggu pada daerah perairan.Padahal tidak mungkin tuhan menciptakan sesuatu secara sia-sia dan tidak ada gunanya.Jika dipikirkan lebih mendalam selain dampak negatif yang ditimbulkan oleh eceng gondok terhadap lingkungan,eceng gondok juga memiliki manfaat atau mempunyai dampak positif terhadap lingkungan antara lain: 1. Eceng gondok dapat digunakan untuk bahan kerajinan tangan. 2. Eceng gondok dapat digunakan sebagai media bagi petumbuhan jamur meraing. 3. Eceng gondok bisa digunakan sebagai bahan pembuatan perabot. 4. Eceng gondok juga dapat dijadikan kompos.
5. Eceng gondok mengandung Lignoselulosa yang dapat digunakan sebagai

bahan pembuatan kertas.


6. Eceng gondok juga bisa digunakan sebagai bahan pembuatan Bioetanol

(Biogas) yang sekarang ini amat diperlukan untuk mengatasi berkurangnya produksi minyak dunia. 7. Eceng gondok juga dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak.
8. Terakhir yang saat ini menjadi bahan penelitian dan perbincangan para

pakar,eceng gondok dapat dijadikan sebagai Fitoremediator atau tanaman penyerap limbah logam yang berbahaya bagi lingkungan,seperti: Fe, Hg, Zn, Pb, Cr, Cs dan sebagainya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Daya Serap Enceng Gondok Terhadap Krom ( Cr ) Berdasarkan ujicoba atau penelitian yang dilakukan oleh Herman Joseph Sriyana tentang kemampuan enceng gondok dalam menurunkan kadar krom pada sistem air menggenang dan sistem air mengalir maka diperoleh data atau hasil dalam bentuk tabel (1) dan tabel (2) sebagai berikut : Tabel 1. Hasil Penyerapan Eceng Gondok Terhadap Krom (Cr) pada Sistem Air Menggenang Hari Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Konsentrasi Krom (ppm) 18,91 17,82 16,77 15,71 14,65 13,63 12,65 11,69 10,72 9,75 8,85 7,97 7,15 6,39 5,74 Besar Penurunan Konsentrasi Krom (ppm) 1,09 1,09 1,05 1,06 1,06 1,02 0,98 096 0,97 0,97 0,9 0,88 0,82 0,76 0,65 Kecepatan Penyerapan Crom / kg eceng gondok / hari 74,64 73,82 71,13 71,85 71,90 69,21 69,52 65,20 65,92 65,96 61,21 59,88 55,81 51,73 44,23

Tabel 2. Hasil Penyerapan Eceng Gondok Terhadap Krom (Cr) Pada Sistem Air Mengalir

Hari Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Konsentrasi Krom (ppm) 18,86 18,85 18,87 18,82 18,83 18,82 18,83 18,83 18,83 18,81 18,84 18,82 18,82 18,84 18,86

Besar Penurunan Konsentrasi Krom (ppm) 1,14 1,15 1,13 1,18 1,17 1,18 1,17 1,17 1,17 1,19 1,16 1,18 1,18 1,16 1,14

Kecepatan Penyerapan Crom / kg eceng gondok / hari 83,27 84,00 82,54 86,19 85,46 86,19 85,46 85,46 85,46 83,27 84,73 86,19 86,19 84,73 83,27

B. Hasil Daya Serap Eceng Gondok Terhadap Cesium ( Cs) Berdasarkan ujicoba atau penelitian yang dilakukan oleh Nunung Prabaningrum, Anang Mohari dan Yorike Imelda didapatkan hasil daya serap eceng gondok pada bagian akar, batang dan daun sebagai berikut : Tabel 3. Hasil Penyerapan Akar Eceng Gondok Terhadap Cesium ( Cs ) Konsentrasi CsNo3 ( mg/L ) 0 5 0 15 4 hari 28 5 1601 40 1735 41 3751 60 Berat Cs ( g / g akar kering ) 8 hari 12 hari 86 25 3189 68 7142 100 5799 94 625 25 3785 68 10.235 100 9304 94 16 hari 480 22 5185 71 6256 78 15.847 124

Tabel 4. Hasil Daya Serap Batang Eceng Gondok Terhadap Cesium ( Cs ) Konsentrasi CsNo3 ( mg/L ) 0 5 4 hari 11 3 648 25 Berat Cs ( g / g akar kering ) 8 hari 12 hari 41 6 1123 33 224 15 1182 34 16 hari 396 20 2070 45

0 15

1438 37 1662 40

1898 44 4796 69

2042 44 3537 59

2395 47 5364 73

Tabel 5. Hasil Daya Serap Daun Eceng Gondok Terhadap Cesium ( Cs ) Konsentrasi CsNo3 ( mg/L ) 0 5 0 15 4 hari 28 5 922 29 1623 40 2123 46 Berat Cs ( g / g akar kering ) 8 hari 12 hari 122 11 2076 45 3204 56 4694 68 223 15 2342 48 3781 59 4112 63 16 hari 36 6 4592 68 3033 55 7626 86

C.

Pembahasan Daya Serap Eceng Gondok Terhadap Krom ( Cr ) Pengujian yang dilakukan terhadap eceng gondok dalam menurunkan kadar krom ( Cr ) 20 ppm diperoleh data pada tabel 1 bahwa konsentrasi krom pada kolom eceng gondok mengalami penurunan dari konsentrasi awal 20 ppm menjadi 5,74 pada hari ke-15 sehingga terjadi penurunan konsentrasi krom sebesar 14,26 ppm atau 71,3 % dari konsentrasi awal. Kecepatan penyerapan per harinya juga mengalami penurunan dari 74,64 mg cr / Kg eceng gondok / harinya pada hari ke-15. hal ini mungkin disebabkan menurunnya konsentrasi krom (Cr) disekitar akar eceng gondok sehingga krom yang mengalami difusi berbanding lurus dengan perbedaan konsentrasi krom (Cr) antar kedua tempat yang mengalami difusi atau antara konsentrasi krom di lingkungan sekitar akar dan di dalam air. Jadi jika perbedaan konsentrasi krom (Cr) antara sekitar akar dan didalam akar semakin kecil maka penyerapan yang terjadi juga semakin kecil. Dari data yang diperoleh dari tabel 2 diketahui bahwa kecepatan penyerapan kadar krom pada sistem air mengalir oleh eceng gondok terlihat konstan (tetap). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena konsentrasi krom (Cr) pada air limbah yang ada disekitar akar eceng gondok selalu tetap, yaitu sebesar 20 ppm sehingga kecepatan proses difusi atau penyerapan yang terjadi juga konstan.

D.

Pembahasan Daya Serap Energi Gondok Terhadap Cesium (Cs) Dari data yang ditunjukkan dari tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah Cesium (Cs) yang diserap akar eceng gondok semakin besar dengan bertambahnya umur tanaman eceng gondok. Daya serap terbesar pada akar dicapai pada pemberian konsentrasi CSNO3 sebesar 15 mg / L ke dalam media tanam dengan umur tanaman 16 hari, yaitu ( 15847 124 ) g / gr akar kering. Pada tabel 4. jumlah Cesium yang diserap batang eceng gondok meningkat untuk pemberian konsentrasi 5 dan 10 mg / L dengan bertambahnya umur tanaman.

Pada pemberian konsentrasi 15 mg / L menunjukkan jumlah Cesium yang diserap batang menurun pada saat umur 12 hari dan meningkat pada umur16 hari. Hal ini dikarenakan pada umur 12 hari Cesium diserap oleh akar sebagian besar ditranspor ke daun sehingga Cesium diserap batang sedikit. Pada saat umur 16 hari Cesium yang diserap oleh batang lebih banyak karena sebagian besar ditranspor ke daun. Daya serap batang terhadap Cesium terbesar dicapai pada pemberian larutan CsNO3 dengan konsentrasi 15 mg / L dengan umur tanaman 16 hari, yaitu ( 5364 73 g / g batang. Kering ) Pada tabel 5 pemberian konsentrasi 5 mg / L, jumlah Cesium yang diserap meningkat dengan bertambahnya umur tanaman. Pada konsentrasi 10 mg / L dalam media tanaman, daya serap daun pada hari ke-16 mengalami penurunan, akibat dari berkurangnya bulu-bulu akar yang aktif. Daya serap daun terhadap Cesium terbesar dicapai pada pemberian larutan CsNO3 dengan konsentrasi 15 mg / L dengan umur tanaman 16 hari yaitu : ( 7626 86) g / g daun kering ).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari data yang diperoleh pada tabel 1 sampai dengan tabel 5 dapat disimpulkan bahwa eceng gondok dapat digunakan sebagai fitoremediator atau tanaman yang mampu menyerap limbah Krom dan Cesium yang terdapat didalam air. Oleh karena itu sangat diharapkan agar dimasa yang akan datang dilakukan

penelitian yang lebih mendalam terhadap eceng gondok agar segala kelebihan yang dimiliki oleh eceng gondok dapat lebih dimanfaatkan B. Saran Oleh karena cukup banyaknya manfaat yang dapat kita peroleh dari eceng gondok maka penulis menyarankan agar keberadaan eceng gondok dilingkungan perlu mendapat perhartian khusus agar segala kelebihan eceng gondok dapat dipergunakan sebaik-baiknya guna kepentingan umat manusia. Eceng gondok tidak lagi dianggap sebagai gulma / pengganggu tetapi dianggap sebagai tanaman yang berguna bagi lingkungan dan umat manusia.

DAFTAR PUSTAKA Argonne, National Laboratory, 1997. Biomining The Soil To Remove Metal. Program and Capabilites Database, No. 603 002 Dwijoseputro, 1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia : Pustaka Jakarta Kalsoum. U, 2005, Pengaruh pH terhadap Kemampuan Eceng Gondok Dalam Menurunkan Kadar Amonia Pada Air Berbasis Amonia Dengan Kondisi Air Menggenang, Jurusan Teknik Sipil UGM : Yogyakarta Palar. H, 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta Jakarta : Jakarta Salisbury. BF, 1995, Fisiologi Tumbuhan, Penerbit ITB : Bandung Stoenis, J. V, 1997, Flora Untuk Sekolah di Indonesia, PT. Prodnya Paramitha : Jakarta

You might also like