You are on page 1of 3

RESIN PENUKAR ION

Tiara Intan Citaresmi 103020047 Ria Melanti Umar Pekerjaan untuk pemisahan secara kromatografi dengan mempergunakan resin penukar ion telah dilakukan oleh beberapa peneliti dalam usaha untuk memisahkan produk-produk reaksi fisi. Penukar kation, sintetis sudah digunakan untuk memisahkan unsur-unsur anggota series lantanida dan aktinida. Pemisahan senyawa-senyawa organik seperti asam-asam amino pun telah dapat dicapai dengan metode penukar ion. Metode ini juga digunakan dalam berbagai operasi seperti pelunakan air, menaikkan kadar logam, dan pemisahan logam. Pada awalnya penukar ion adalah silikat-silikat, tanah diaromea, aluminosilikat sintetis seperti zeolit. Penemuan ini adalah suatu kebetulan. Thomas dan Way di Inggris memperhatikan sifat-sifat penukar basa suatu sampel tanah dengan menambahkan penyubur seperti amonium sulfat. Pertukaran natrium, kalsium di dalam tanah membentuk kalsium aluminosilikat yang menunjukkan terhadap fenomena reaksi pertukaran ion. Penukar-penukar ion anorganik mempunyai penggunaan yang penting dalam pemisahan radiokimia. Garam-garam zirkonium tidak larut seperti tungstat, dan posfat banyak dimamfaatkan dalam analisis kimia saat ini (Khopkhar, 1990). Tujuan dari percobaan Resin Penukar Ion adalah untuk mengetahui ion-ion yang dapat ditukarkan dari senyawa hidrokarbon terpolimerisasi serta untuk mengetahui karakteristik, dan kemampuan dari zat penukar ion tersebut (Sutrisno, dkk, 2010). Prinsip dari percobaan berdasarkan pengikatan ion-ion, baik ion positif maupun ion negatif oleh resin dengan reaksi resin penukar kation dan resin penukar anion. Resin penukar kation akan mengambil kation dari larutan, sedangkan resin penukar anion akan mengambil anionnya. Jika resin penukar kation dituliskan : Res-H dan resin penukar anion ditulis res-OH, maka apabila dilewatkan larutan garam MX ke dalam kolom berisi campuran resin penukar kation dan anion akan terjadi reaksi penukaran (Sutrisno, dkk, 2010). Resin penukar ion merupakan bahan sintetik yang berasal dari aneka ragam bahan, alamiah, maupun sintetik, organik, maupun anorganik, memperagakan perilaku pertukaran ion dalam analisis laboratoirum dimana keseragaman dipentingkan dengan jalan penukaran dari suatu ion. Pertukaran ion bersifat stokiometri, yakni satu H+ diganti oleh satu Na+. Pertukaran ikon adalah suatu proses kesetimbangan dan jarang berlangsung lengkap, namun tak peduli sejauh mana proses itu terjadi, stokiometrinya bersifat eksak dalam arti satu muatan positif meninggalkan resin untuk tiap satu muatan yang masuk. Ionion dari suatu larutan elektrolit diikat pada permukaan bahan padat, sebagai pengganti dari ion-ion , ionion dari bahan padat diberikan ke dalam larutan. Pertukaran hanya terjadi pada ion-ion sejenis dan berlangsung pada dalam waktu yang singkat, yaitu pada saat terjadi kontak antara larutan elektrolit dengan penukar ion. Penukar ion kebanyakan berupa bahan organik, yang umumnya dibuat secara sintetik. Bahan ini terdiri atas makromolekul-makromolekul dan memiliki susunan yang serupa dengan resin sintetik (Underwood, 1988). Di tahun 1935, Adam dan Holmes membuat resin sintesin pertama dengan hasil kondensasi asam sulfonat fenol dengan formaldehid. Semua resin-resin ini memiliki gugusan reaktif OH, COOH, HSO3 sebagai pusat-pusat pertukaran. Gugusan fungsional asam atau basa suatu resin penukar ditempati oleh ion-ion dengan arah berlawanan. Berdasarkan keberadaan gugus labilnya, resin penukar ion dibagi menjadi dua bagian, resin dengan gugusan sulfonat atau amina kuarterner adalah terionisasi kuat, tidak larut dan sangat reaktif dan disebut sebagai resin penukar kuat,

Artikel Kimia Dasar Resin Penukar Ion

sedangkan gugusan ion yang terionisasi secara parsial seperti COOH, OH, dan NH2, dikenal sebagai resin penukar yang lemah (Khopkar, 1990). Semua penukar ion yang bernilai dalam analisis, memiliki beberapa kesamaan sifat, yaitu mereka hampir tidak dapat larut dalam air dan pelarut organik, dan mengandung ion-ion lawan yang akan bertukar secara reversibel dengan ion-ion lain dalam larutan yang mengelilinginya tanpa terjadi perubahan-perubahan fisika. Penukaran ion bersifat kompleks dan polimerik. Polimer ini membawa muatan listrik yang dapat dinetralkan oleh muatan-muatan pada suatu ion-ion lawannya. Ion-ion aktif ini berupa kation-kation dalam penukar kation, dan anion di penukar anion (Syabatini, 2009). Kation atau ion positif adalah ion yang kehilangan satu atau lebih elektron, karena tertarik menuju katoda. Artinya kation ini digunakan penukaran ion, yaitu kation akan mengikat ion positif dalam suatu larutan. Sedangkan anion atau ion negatif adalah ion yang menangkap satu atau lebih elektron, karena tertarik menuju anoda. Artinya anion ini digunakan dalam penukaran ion, yaitu anion akan mengikat ion negatif dalam suatu larutan (Anonim, 2010). Sesuai dengan teori kristal, Pauling dan Bragg menggambarkan suatu analogi antara resin penukar ion dan zat pada ionik. Pada zat padat ionik penyusun kisi kristal berupa ion-ion dan bukan molekul. Kumpulan titiktitik yang mempunyai pengulangan jarak yang sama, diatur sepanjang garis yang dibuat dengan sudut yang sam disebut dengan kisi dan bila diterapkan dalam sebuah benda padat, disebut dengan istilah kisi kristal (Brady, 1999). Pada teori lapis rangkap bahwa sifat elektrokinetika suatu koloid yang telah dikembangkan pada sistem penukar ion untuk menginterprestasikan berbagai faktor. Menurut Gouy dan Stren, lapisan rangkap terdiri dari lapisan dalam yang tetap serta lapisan muatan luar yang mudah bergerak dan menghambur. Lapisan-lapisan muatan berasal dari ion-ion yang terabsorpsi dan ion-ion tersebut berbeda dengan ion-ion yang terdapat pada lapisan bagian dalam. Teori membran Donnan, berhubungan dengan distribusi tidak serasi ion-ion pada

kedua sisi membran. Satu sisi mengandung elektrolit yang ion-ionnya tidak dapat menembus melalui membran. Pada fase kesetimbangan pertukaran ion bidang batas antara fase cair dan padat dianggap sebagai membran. Pada pertukaran ion-ion dengan valensi sama, koefisien selektivitas tergantung pada unit yang digunakan untuk konsentrasi logam dalam fase resin atau pada fase larutan. Koefisien distribusi ditentukan oleh perbandingan antar koefisien aktivitas spesiesspesies pada fase resin dan dalam larutan, serta pengenceran pada larutan luar mempunyai pengaruh terhadap koefisien selektivitas asalkan tidak ada hirdolisis ataupun kesetimbangan kompleks. Koefisien selektivitas dapat berubah karena berbagai sebab. Koefisien tersebut bergantung pada konsentrasi total ion-ion dalam fase resin, selektivitas bertambah dengan bertambahnya derajat rangkai silang, kapasitas pertukaran, sktruktur kimia dari resin juga mempengaruhi koefisien selektivitas. Koefisien selektivitas pada suatu daerah konsentrasi terbatas adalah fungsi kekuatan ion larutan dan ini dimanfaatkan untuk menaikan kemampuan pertukaran ion pada konsentrasi rendah dengan penambahan asam atau garam netral. Larutan yang melalui kolom disebut influent, sedanagakan larutan yang keluar kolom disebut effluent. Pross pertukarannya adalah serapan dan proses pengeluaran ion adalah desorpsi atau elusi. Mengembalikan resin yang sudah terpakai ke dalam bentuk semula disebut regenerasi, sedangkan proses pengeluaran ion dari kolom dengan reagent yang sesuai disebut elusi dan pereaksinya sebagai eluent. Yang disebut dengan kapasitas pertukaran total adalah jumlah gugusan-gugusan yang dapat dipertukarkan di dalam kolom, dinyatakan dalam miliekivalen. Kapasitas penerobosan didefinisikan sebagai banyaknya ion yang dapat diambil oleh kolom pada kondisi pemisahan, dapat juga dikatakan sebagai banyaknya miliekivalen ion yang dapat ditahan dalam kolom tanpa ada kebocoran yang dapat diamati. Kapasitas penerobosan lebih kecil dari kapasitas total pertukaran kolom dan tidak tergantung terhadap sejumlah variabel,

Artikel Kimia Dasar Resin Penukar Ion

seperti tipe resin, afinitas penukaran ion, komposisi larutan, ukuran partikel, dan laju aliran (Khopkar, 1990). Alat yang digunakan dalam percobaan Resin Penukar Ion adalah alat resin penukar ion, statif, klem, dan gelas kimia. Bahan yang digunakan dalam percobaan Resin Penukar Ion adalah Fe2+, air, NaCl, dan AgNO3-. Metode percobaan dari resin penukar ion adalah disiapkan alat resin penukar ion. Setelah itu, siapkan bahan-bahan seperti Fe2+, H2O, NaCl, AgNO3-. Pada resin anion, ditambahkan larutan Fe2+ dan hasilnya di tampung di dalam gelas kimia. Bila hasilnya tidak berwarna bening, berarti dalam resin anion Fe2+ masih mengandung besi, ulangi lagi langkahnya sampai larutan menajdi bening. Sedangkan, pada resin kation dimasukan larutan NaCl dan AgNO3-, kemudian hasilnya ditampung di dalam gelas kimia. Bila pada resin kation dan anion hasilnya tidak sesuai berarti resin tersebut lewat jenuh dan harus diadakan proses kilas balik.

Khopkar, S. M, (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik, Terjemahan A.S, UI, Jakarta. Syabatini, Annisa (2009)., Resin Penukar Ion, www.annisanfushie.wordpress.com, Accessed : 22 November 2010. Sutrisno, Ela Turmala, (2010)., Penuntun Praktikum Kimia Dasar, Universitas Pasundan : Bandung. Underwood, (1988). Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi keenam, Erlangga : Jakarta.

Gambar 1. Metode Resin Penukar Ion

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2010). Ion, www.wikipedia.org. Accessed : 22 November 2010. Brady, E. James, (1999)., Kimia Universitas Asas dan Struktur. Edisi Lima. Binarupa Aksara : Jakarta.

You might also like