You are on page 1of 5

Pembasmi hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme

pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga,tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun". Tergantung dari sasarannya, pestisida dapat berupa insektisida (serangga) fungisida (fungi/jamur) rodensida (hewan pengerat/Rodentia) herbisida (gulma) akarisida (tungau) bakterisida (bakteri) larvasida (larva)

Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusakekosistem. Dengan adanya pestisida ini, produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik. Karena pestisida tersebut racun yang dapat saja membunuh organisme berguna bahkan nyawa pengguna juga bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan. menurut depkes riau kejadian keracunan tidak bisa di tanggulangi lagi sebab para petani sebagian besar menggunakan pestisida kimia yang sangat buruk bagi kesehatan mereka lebih memilih pestisida kimia dari pada pestisida botani (buatan) kejadian keracunan pun sangat meningkat di provinsi tersebut. mMnurut data kesehatan pekan baru tahun 2007 ada 446 orang meninggal akibat keracunan pestisida setiap tahunnya dan sekitar 30% mengalami gejala keracunan saat menggunakan pestisida Karena petani kurang tau cara menggunakan pestisida secara efektif dan penggunaan pestisida secara berlebihan, dan berdasarkan hasil penilitian Ir. La Ode Arief M. Rur.SC. dari Sumatera Barat tahun 2005 mengatakan penyebab keracunan pestisida di Riau akibat kurang pengetahuan petani dalam penggunaan pestisida secara efektif dan tidak menggunakan alat pelindung diri saat pemajanan pestisida,hasilnya dari 2300 responden yang peda dasarnya para petani hanya 20% petani yang menggunakan APD (alat pelindung diri), 60% patani tidak tau cara menggunakan pestisida secara efektif dan mereka mengatakan setelah manggunakan pestisida timbul gejala pada tubuh ( mual,sakit tenggorokan, gatal - gatal, pandangan kabur, Dll.)dan sekitar 20% petani tersebut tidak tau sama sekali tentang bahaya pestisida terhadap kesehatan,begitu tutur Ir. La Ode Arief M. Rur.SC. beliau juga mengatakan semakin rendah tingkat pendidikan petani semakin besar risiko terpajan penyakit akibat pestisida. Oleh karena itu, adalah hal yang bijak jika kita melakukan usaha pencegahan sebelum pencemaran dan keracunan pestisida mengenai diri kita atau makhluk yang berguna lainnya. Usaha atau tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah : 1. Ketahui dan pahami dengan yakin tentang kegunaan suatu pestisida. Jangan sampai salah berantas. Misalnya, herbisida jangan digunakan untuk membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud belum tentu mati, sedangkan tanah dan tanaman telah terlanjur tercemar. 2. Ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan pabrik atau petugas penyuluh.

3. Jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida. Tanyakan terlebih dahulu pada penyuluh. 4. Jangan telat memberantas hama, bila penyuluh telah menganjurkan menggunakannya. 5. Jangan salah pakai pestisida. Lihat faktor lainnya seperti jenis hama dan kadang-kadang usia tanaman juga diperhatikan. 6. Gunakan tempat khusus untuk pelarutan pestisida dan jangan sampai tercecer. 7. Pahami dengan baik cara pemakaian pestisida. Artikel bertopik kimia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. http://id.wikipedia.org/wiki/Pestisida

Bioinsektisida
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Struktur Nikotin (Nicotiana tabacum)yang merupakan salah satu Bioinsektisida dan telah diproduksi secara komersial di beberapa negara.

Bioinsektisida adalah bahan-bahan alami yang bersifat racun serta dapat menghambatpertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, memengaruhihormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktifitas lainnya yang dapat memengaruhi organisme pengganggu tanaman.[1]Penggunaan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif penggunaan insektisida sintetik yang sering disebut pestisida nabati atau bioinsektisida Alternatif ini dianggap perlu karena kandungan residu insektisida sintetik yang dianggap dapat berakibat fatal, bukan hanya terhadap kesehatan tetapi juga merugikan perdagangan karena ditolaknya produk pertanian yang diekspor.[2] Tumbuhan yang dikenal terlebih dahulu berfungsi sebagai bioinsektisida dan telah diproduksi secara komersial diberbagai negara adalah Chrysanthemum cenerariaefolium (piretrin),Nicotiana tabacum (nikotin), dan Derris spp. (rotenon).[3]

[sunting]Potensi

Bioinsektisida

Bioinsektisida dapat dijadikan sebagai solusi pemecahan masalah penggunaan insektisida sintetik .[4]Hal ini dikarenakan aplikasi bioinsektisida pada umumnya tidak menimbulkan residu sehingga aman bagi kesehatan manusia.[4] Selain itu konsumen dalam negeri maupun luar negeri banyak yang mensyaratkan bahwa produk yang mereka beli harus bebas dari pengaruh insektisida sintetik.[4]Peningkatan permintaan terhadap bahan organik ini tidak ditentukan oleh pendapatan konsumen melainkan kesadaran akan pentingnya komoditas organik Hal inilah yang menjadi keunggulan bioinsektisida.[4]

[sunting]Bahan

tanaman yang dapat digunakan sebagai bioinsektisida

Beberapa bahan tanaman yang digunakan sebagai sumber bioinsektisida adalah daun mimba (Azadirachta indica), daun paitan (Tithonia diversifolia), daun sirih (Piper betle Linn.), akar philodendron (Philodendron martianum.), akar philodendron jari (Philodendron bipinnatifidum), akar monstera (Monstera deliciosa), dan akar tuba (Derris elliptica) yang mengandung metabolit sekunder pada bagian akar (Anton Muhibuddin, dkk., 2009). Getah Pepaya juga dapat menjadi salah satu bahan bioinsektisida.[5] Pada umumnya,tumbuhan menghasilkan senyawa primer dan sekunder melalui lima jalur biosintesis yaitu metabolisme gula, lintasan asetat malonat, lintasan asetat mevalonat,lintasan sikimat, dan metabolisme asam amino.[6]Senyawa primer dan sekunder ini pada tumbuhan dalam bentuk yang berbeda-beda.[6]Getah merupakan salah satu senyawa primer yang dihasilkan tumbuhan yang berupa suatu materi hasil fotosintesis dan keluar pada saat tanaman mengalami luka.[7]Getah biasanya berupa cairan kental berwarna putih susu dan lengket dengan berat jenis 1,038 g/cm3, kadar air 82,02% dan kandungan aktivitas proteolitiknya 307,8 MCU.[7] Pada umumnya seluruh bagian tanaman pepaya mengandung getah, namun bagian yang paling banyak mengandung getah adalah pada bagian buahnya [5] Menurut Anton Muhibuddin, 2009, secara sederhana, cara pembuatan bio insektisida dari bahan-bahan di atas adalah: pertama akar philodendron, monstera, dan tuba serta daun sirih, mimba, pepaya dan paitan ditimbang sebanyak 40 g, dicuci bersih dan selanjutnya dibilas dengan alkohol 70% selama 3 menit. Selanjutnya akar ataupun daun dipotong sektar 0,5 cm dan direndam dalam 200 ml aquades yang diletakkan dalam botol yang tertutup rapat. Rendaman akar atau daun ini disimpan selama 24 jam pada suhu kamar dengan tujuan mengeluarkan senyawa kimia dari organ tanaman. Setelah 24 jam larutan disaring menggunakan kertas saring dan ditempatkan pada botol plastik steril.Pemanasan adalah salah satu cara ekstraksi yang juga dilakukan. Proses awal sebelum pemanasan bahan tanaman sama dengan cara mendapatkan ekstrak tanaman melalui proses perendaman. Aquades yang ditambahkan sebanyak 250 ml. Penambahan jumlah aquades bertujuan mengantisipasi penguapan air. Pemanasan tanaman dilakukan di atas kompor selama 10 menit dimulai setelah campuran mendidih. Selanjutnya larutan disaring menggunakan kertas saring dan ditempatkan pada botol plastik steril.

[sunting]Referensi

1. 2.

^ (Inggris)Agrios. 1998. Plant Pathologi.Hlmn : 262. ISBN 0120445654. New York: Academic Press. ^ Kardinan. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi.Halmn 6-7. ISBN 9793357290. Jakarta: Penebar Swadaya

3.

^ Prijono D. 1999. Prospek dan strategi pemanfaatan insektisida alami dalam PHT. Di dalam: Nugroho BW, Dadang dan Prijono D, editor. Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida alami, Bogor 9-13 Agustus 1999. Bogor: pusat Kajian PHT IPB. Halaman 1-7.

4.

a b c d

Hamijaya MZ dan Asikin A. 2005. Teknologi Indiggenous dalam mengendalikan hama padi

di Kalimantan Selatan. Dalam Simposium Nasional, Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Era Otonomi dan Globalisasi. Bogor 22 November 2005. 5. 6. ^ ^
a b a b

Kalie MB. 1996. Bertanam Pepaya. Hlmn 92-93. ISBN 9794893897. Jakarta: Penebar Swadaya
(Inggris)Moore TC. 1989. Biochemistry and Physiology of Plant Hormones. Edisi-2. New York:

Springer-Verlag 7. ^
a b

Sabari SD, Broto W, Mulyani T, Yuni S, Pratikno S. 2001. Perbaikan teknologi penyadapan dan

pengawetan getah pepaya segar untuk produksi papain. Jurnal Hortikultura 11 (3):196-206.

Fungisida
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Struktur 3-dimensi salah satu contoh fungisida, diiodometil-p-tolilsulfon

Fungisida adalah pestisida yang secara spesifik membunuh atau menghambat cendawanpenyebab penyakit.[1] Fungisida dapat berbentuk cair (paling banyak digunakan), gas, butiran, dan serbuk.[1] Perusahaan penghasil benih biasanya menggunakan fungisida pada benih, umbi, transplan akar, dan organ propagatif lainnya, untuk membunuh cendawan pada bahan yang akan ditanam dan

melindungi tanaman muda dari cendawan patogen.[1] Selain itu, penggunaan fungisida dapat digunakan melalui injeksi pada batang, semprotan cair secara langsung, dan dalam bentuk fumigan (berbentuk gas yang disemprotkan).[1] Fungisida dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu fungisida selektif (fungisida sulfur, tembaga, quinon, heterosiklik) dan non selektif (fungisida hidrokarbon aromatik, antioomycota, oxathiin, organofosfat, fungisida yang menghambat sintesis sterol, serta fungisida sistemik lainnya).[2]

[sunting]Referensi
a b c d

1.

(Inggris) McGrath, M.T. 2004. What are Fungicides. The Plant Health Instructor. DOI: 10.1094/PHI-

I-2004-0825-01 2. ^ (Inggris) Hriday Chaube, V.S. Pundhir (2006). Crop Diseases and Their Management. Prentice-Hall of India Pvt.Ltd. ISBN 978-81-203-2674-3.Page.292-305

Artikel ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

You might also like