Professional Documents
Culture Documents
Murah Mudah (sudah tersedia di alam) Kuantitas (ketersediaan melimpah) Frekuensi ketersediaan di alam? Kualitas pemilihan species? kontrol penyakit?
Mulai meningkatnya biaya produksi dibutuhkan peningkatan produktifitas peningkatan kepadatan kultur
Teknologi kultur
Pemeliharaan Larva
Ukuran larva
Bass
3.2 - 4.1mm
Penyerapan yolk sac 3 8 hari Kebutuhan pakan awal dengan ukuran 80-120 Perkembangan larva yang belum sempurna (primitif)
Pemeliharaan Larva
Ukuran larva
Bass
3.2 - 4.1mm
Penyerapan yolk sac 3 8 hari Kebutuhan pakan awal dengan ukuran 80-120 Perkembangan larva yang belum sempurna (primitif)
Mikroalga
Fungsi Mikroalga
1. Sumber makanan dan nutrisi bagi - moluska bivalvial - zooplankton (rotifera, copepoda) pakan alami - tahap larva awal akhir pada banyak spesies udang - tahap awal pertumbuhan juvenil beberapa spesies ikan
(Mikroalga yang akan digunakan, ditentukan berdasarkan
- nilai nutrisi yang terkandung di dalamnya - kandungan toksik - kemudahannya untuk dicerna - ukuran sel)
2. Digunakan untuk memelihara larva ikan laut dengan metode Green Water Technique mikro-alga berperan untuk menstabilkan kualitas air, sumber nutrisi bagi larva, dan sebagai kontrol mikroba. 3. Sumber suplemen makanan, kosmetik, energi, dll
Nutrisi Mikroalga
Nilai nutrisi pada setiap spesies mikroalga berbeda-beda dalam kultur satu spesies dapat bervariasi (tergantung dari kondisi kultur yang ada) Persentase kandungan protein, lipid / lemak, dan karbohidrat pada mikroalga berturut-turut adalah 1235%, 7,2-23%, dan 4,6-23% Selain itu, mikroalga merupakan sumber yang kaya asam askorbik (0,11-1,62% dari berat kering).
Actinocylus
Nitzchia Cyclotella Haptophyceae Isochrysis Pseudoisochrysis Dicrateria Chrysophyceae Prasinophyceae Monocrysis (Pavlova) Tetraselmis (Platymonas) Pyramimonas Micromonas Cryptophyceae Chroomonas Chryptomonas Rhodomonas Cryptophyceae Clamydomonas
PM
A A LU, LM, PM LM, PM, LUT PM LM, PM, A, RL LU, LM, PM, AL, A, LUT LM, PM PM PM PM LM, PM LM, PM, ZT, RL, A,
Chrorococcum
Xanthophyceae Chlorophyceae Olisthodiscus Carteria Dunaliella Cyanophyceae Spirulina
PM
PM PM PM, A, RL LU, PM, A, RL
LU=larva udang penaeid; LM=larva moluska bivalvial; LUT=larva udang air tawar; PM=postlarva moluska bivalvial; RL=rotifer laut; A=artemia; ZT=zooplankton air tawar
Familiar dengan laju pertumbuhan species mikroalga di laboratorium Kebutuhan kultur / species sepanjang siklus hidup Jumlah algae yang dibutuhkan untuk pakan dan inokulasi diperhatikan Jumlah flasks kultur Ekstra produksi jika ada kultur yang gagal Stok kultur harus steril (bacteria free) untuk kebanyakan species Bebas kontaminasi species mikroalga lain, jamur, protozoa
Teknik Sterilisasi
Metode umum: Pasteurisasi 80 oC dan didinginkan alamiah Autoclave Sodium Hypochlorite (bleach) 0.5 mL/L (10 tetes) Neutralize: 10-15 mL sodium thiosulfate (248 g/L) per liter Hydrochloric acid 0.2 mL/L (4 tetes) Neutralize: Na2CO3 0.4-0.9 g/L
Kisaran pH pada kebanyakan kultur mikroalga adalah antara 7-9 dengan kisaran optimum 8,2-8,7.
Secara umum, konsentrasi sel pada kultur mikroalga lebih tinggi bila dibandingkan dengan kondisinya di alam kultur mikroalga harus diperkaya dengan nutrien untuk menghindari defisiensi. Medium yang umum digunakan untuk kultur mikroalga adalah medium Walne Medium Premix Nutrien harus dalam jumlah yang tepat Phosphate
Sunlight, CO2, Water
Nitrogen
Trace
Metals
Silicate
Nutrien substansi yang dibutuhkan untuk survive atau dibutuhkan untuk sintesis komponen organik sel (pertumbuhan sel)
Essential: 1. Makronutrien: a. N (NO3, NH4) protein, DNA b. P ATP, ADP c. C,H,O d. Ca, Mg, Na, K, S, Cl (biasanya banyak) 2. Mikronutrien: Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo (fiksasI N), Co
Beneficial : 1. Vitamin (B12, B1) : cyanobacteria, diatom, green alga, dinoflagellates 2. Si: penting untuk diatom (membuat cangkang, metabolisme)
Medium Walne
Konstituen Larutan A (1 mL per 1 L kultur) FeCl3 MnCl.4H20 H3BO3 EDTA NaI2PO4.2H2O Jumlah 0,8 g 0,4 g 33,6 g 45 g 20 g
NaNO3
Larutan B Ditambahkan akuades hingga 1L Larutan B ZnCl2 CoCl2.6H2O ((NH4)6Mo7O24.4H2O) CuSO4.5H2O HCl Ditambahkan akuades hingga 0,1 L Larutan C (0,1 mL per 1L kultur) Vitamin B1 Larutan E Ditambahkan akuades hingga 0,2 L Larutan D (untuk kultur diatom, tambahkan pada larutan A dan C sebanyak 2 mL per 1 L kultur) Larutan E Na2SiO3.5H2O Ditambahkan akuades hingga 1 L Vitamin B12 Ditambahkan akuades hingga 0,25 L Larutan F (untuk kultur Chroomonas salina, tambahkan pada larutan A dan C sebanyak 1 mL per 1 L kultur) NaNO3 Ditambahkan akuades hingga 1 L
100 g
1 mL Dipanaskan hingga larut 2,1 g 2,0 g 0,9 g 2,0 g 10 mL Dipanaskan hingga larut 0,2 g 25 mL
200 g
Nutritional value dari algae tidak dapat diperbaiki jika kultur sudah melewati fase 3 karena penurunan daya cerna, defisiensi nutrisi dan kemungkinan produksi dari metabolite yang toksik.
Kegagalan kultur dapat disebabkan oleh : - Kultur yang kurang steril - Kekurangan nutrien - Defisiensi O2 - Suhu yang tidak optimal - Fluktuasi / perubahan pH yang ekstrim Kunci sukses dari produksi alga menjaga kultur dalam exponential phase.
Mikroalga
Tampilan mikroskopik mikroalga yang umum dipakai dalam akuakultur
Dunaliella sp. Nannochloropsis sp. Chlorella sp.
Chaetoceros sp.
Spirulina sp.
Thalasiossira sp.
Isolat mikroalga
Stok kultur
Up-scalled
5 10 L
Indoor / Outdoor
- Kultur indoor memudahkan untuk mengontrol cahaya, suhu, kadar nutrisi, kontaminasi oleh alga kompetitor. - Kultur outdoor memberikan masalah dalam memelihara kultur mikroalga yang spesifik dalam waktu yang lama.
Open / Closed
- Open culture seperti tangki atau kolam yang tidak ditutup lebih mudah terkontaminasi - Closed culture seperti tabung, flask, carboys, dan kantong tidak mudah terkontaminasi karena tertutup.
Batch
inokulasi sel ke dalam medium nutrisi hanya dilakukan satu kali
Semi continuous
- Dapat dilakukan secara indoor maupun outdoor - Pemanenan periodik diikuti dengan menambahkan nutrien ke dalam volume kultur semula.
Continous
Suplai air (laut) bernutrisi secara kontinu dipompa ke dalam tangki pertumbuhan, dan buangan kultur secara simultan dibasuh laju pertumbuhan kultur mikroalga dapat mendekati laju pertumbuhan yang maksimum 1. Kultur turbidostat, dimana konsentrasi mikroalga dijaga pada level tertentu dengan mengencerkan kultur dengan medium baru secara otomatis 2. Kultur chemostat, dimana laju penambahan medium baru diatur sedemikian rupa sehingga laju pertumbuhan mikroalga konstan, (bukan kepadatan mikroalga)
Tipe Kultur
Indoor Outdoor Closed Open Axenic
Kelebihan
Dapat dikontrol (predictable) murah Kontaminasi kurang murah Predictable Mahal
Kekurangan
Non-axenic Continuous
Less predictable
Efisien, ,menyediakan suplai sel Sulit, umumnya hanya berkualitas tinggi yang konsisten, memungkinkan bagi kultur laju produksi tinggi dalam jumlah yang rendah, pembelian peralatan dapat sangat tinggi Lebih mudah, agak efisien
Paling mudah
Semi-continuous
Batch
Kualitasnya bervariasi
Tidak efisien, tidak konsisten kualitas dapat
Digunakan sebagai pakan alami dalam produksi zooplankton dan larva udang
Morfologi Golden brown diatom Ukuran: 12 m (l), 10.5 m (p) Berkoloni membentuk rantai Salinitas : 26 32 ppt Suhu : 28 30 C Kultur media Medium Walne + Si Guillards f/2 + Si Analisis nutrisi 28% Protein 23% Carbs 9% Fat
Chlorella alga hijau ; kandungan klorofil paling tinggi Mengandung vitamin, mineral, serat, asam nukleat, asam amino, enzim (chlorophyllase dan pepsin ). Kandungan Protein Chlorella yang tinggi (60%) Chlorella Growth Factor (CGF) mempercepat pemulihan jaringan rusak memperbaiki sistem imun. Digunakan sebagai pakan dalam produksi zooplankton (rotifera, daphnia dll), larvikultur ikan, produksi makanan, kosmetik, dll.
Kultur mikroalga harus dipanen saat pertumbuhan kultur mencapai tahap stationer Teknik pemanenan: 1. Filtrasi 2. Sentrifugasi 3. Penambahan flokulan elektrik (electro flocculation) 4. Penambahan flokulan kimiawi (chemical flocculation)
Menyebabkan sel mikro-alga mengalami koagulasi dan dapat dipisahkan dari medium
- Hasil panen (konsentrat alga) umumnya kurang baik digunakan sebagai pakan alami (tidak tahan lama)
Kultivasi Spirulina
Pemanenan segar
Big Harvesting
Commercial product
Sentrifugasi
- Volume mikroalga besar Cream separator - Kecepatan sentrifuga tergantung dari jenis mikroalga dan model alat
Penyimpanan
Penyimpanan selama 1-2 minggu dalam freezer atau refrigerator Kultur Tetraselmis sp. disimpan dalam tempat gelap dan suhu 4oC untuk menjaga viabilitas
Cream separator
Penggunaan senyawa tambahan dalam preservasi mikroalga: 1. Anti oksidan memperpanjang siklus hidup kultur mikroalga dengan pencegahan oksidasi yang menyebabkan perubahan bau serta warna pada kultur mikroalga; menjaga kandungan asam lemak esensial serta vitamin dalam kultur (vitamin C, E). 2. Zat Asam menjaga level pH (keasaman air agar stabil pada pH<5 untuk mencegah kerusakan sel (autolisis) dan dekomposisi oleh mikroba
3. Agen Krioprotektan: Mencegah kerusakan sel membran akibat kristalisasi es dalam proses penyimpanan kultur mikroalga pada suhu rendah (<0C)
4. Senyawa preservatif lainnya zat tambahan yang membantu melindungi kultur dari pembusukan, terutama oleh mikroorganisme (biologis)
Kepadatan sel
Mingguan
08.00
pH
Harian
08.00
AROMA 0 = aroma normal 1 = aroma berbega, tidak menyengat 2 = aroma menyengat Pemisahan (grading) 1.Kepadatan sel 2. Kondisi sel (bentuk, jumlah sel yang hidup)
Mingguan
08.00
Mingguan
08.00
Pengamatan mikroskopik
Mingguan
08.00