You are on page 1of 11

Rangkuman Diskusi Mailing List Migas Indonesia Bulan Mei 2007 Menghitung Suhu Ruangan

Hero Hero Rekan2x, Ada yang tahu bagaimana cara mengitung suhu ruangan ? Skenarionya : Ada sebuah bangunan (seperti portaccom) yang hanya mempunyai 1 ruangan berukuran 3(L)x6(P)x3(T) meter. Didalam ruangan tersebut terdapat sebuah peralatan + penerangan yang mendisipasi panas setara daya 250W. Bangunan tersebut tidak mempunyai ventilasi, jendela dan juga tidak ada A/C kecuali 2 buah pintu yang juga terbuat dari metal bercat putih (sama dengan bagian yang lain). Suhu diluar bangunan tersebut katakanlah 30 C. Ada yang bisa bantu cara mengitung suhu didalam bangunan/ruangan tersebut ? Terimakasih sebelum atas kesedian berbagi informasi. Anda Suganda Aduh saya gak tau pak,,lebih baik pakai termometer aja .. jadi langsung ketahuan suhu ruangannnya ok terima kasih,,, jadi lebih sederhana berfikirnya,,, Nasution Coki Pak, coba pakai software coolpack, bisa didownload dan freeware. Agus Setijawan Pak Hero,

Mungkin saya bisa bantu konsepnya saja, kalau detailsnya harus buka textbook lagi pak. Assumsi sumber panas adalah konstan, dari luar ruangan, dan dalam ruangan, dgn menggunakan rumus perpindahan panas radiasi dan rambatan(melalui dinding, kaca, pintu, dll) yang memiliki koefisien pengantar panas berbeda-2 maka kita bisa menghitung temperature panas dalam ruangan tersebut. Kira-kira begitu pak, mungkin dari teman-2 energi bisa membantu lebih details. mohammad nurkholik Nambahin konsep: Temperatur ruangan dapat dihitung dengan mengetahui akumulasi panas dalam ruangan. Q = Qi - Qo Q = laju akumulasi panas dlm ruangan (misal kW) Qi= laju panas masuk ke ruangan (dr luar?, lampu?) Qo = laju panas keluar ruangan, diserap oleh dinding/benda dlm ruangan, keluar lewat Q = m cp dT (dT = laju perubahan temperatur) m = massa udara dlm ruangan (massa jenis x volume) cp = panas jenis udara dlm ruangan Anda bisa jg cari di google ketik aja 'air conditioner' or 'room temperature', HVAC...etc related) adhi budhiarto Mas, penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh mas Hero sepertinya lebih tepat dengan menggunakan pendekatan perpindahan panas konveksi-konduksi. Untuk pendekatan Q = m*cp*dT lebih tepat diterapkan untuk permasalahan yang dapat dengan mudah diketahui jumlah massa (m) yang terlibat, yaitu yang ada flow meter nya seperti di heat exchanger dan fired heater/furnace. Sedangkan dalam kasus mas Hero sangat sulit mengetahui jumlah massa (m) nya. Pendekatan yang lebih mudah ya seperti yang saya jelaskan sebelumnya (pendekatan perpindahan panas konveksi-konduksi). mohammad nurkholik thanks atas inputnya well, Q = m cp dT berarti kandungan panas dalam ruangan yg otomatis representasi suhu ruangan. Konveksi, konduksi, radiasi itu kan jenis perpindahannya. Dlm Q = Qi Qo, konduksi dll itu mekanisme pindah panas si Qi dan Qo. Penentuan

massa dlm ruangan itu gampang, itu lazim di proses perhitungan. Coba anda lihat proses perhitungan load refrigerator (kulkas, cold storage..etc). Bisa di-googling dg mudah. It's common sense dlm heat transfer process. Mencari Qi dan Qo yg jadi masalah. Kalo tidak akurat ya bisa bikin Q = m cp dT tidak akurat. Qi dan Qo rumusnya bukan semata m cp dT lho. Sesuaikan dg mekanisme pindah panasnya. adhi budhiarto Maaf mas, bukan berarti penyelesaian masalah mas Hero tidak dapat diselesaikan dengan metode Q = m*cp*dT, tapi ada cara yang jauh lebih mudah, yaitu dengan metode perpindahan panas konveksikonduksi. Coba kita cermati permasalahan yang dihadapi mas Hero : Ada yang tahu bagaimana cara mengitung suhu ruangan ? Skenarionya : Ada sebuah bangunan (seperti portaccom) yang hanya mempunyai 1 ruangan berukuran 3(L)x6(P)x3( T) meter. Didalam ruangan tersebut terdapat sebuah peralatan + penerangan yang mendisipasi panas setara daya 250W. Bangunan tersebut tidak mempunyai ventilasi, jendela dan juga tidak ada A/C kecuali 2 buah pintu yang juga terbuat dari metal bercat putih (sama dengan bagian yang lain). Suhu diluar bangunan tersebut katakanlah 30 C. Ada yang bisa bantu cara mengitung suhu didalam bangunan/ruangan tersebut ? Solusi yang saya tawarkan : (maaf, saya kutip ulang e-mail saya sebelumnya) Bayangkan ada 3 layer perpindahan panas : - Layer 1 : Perpindahan panas dari sumber panas ke permukaan dinding bagian dalam. - Layer 2 : Perpindahan panas dari permukaan dinding bagian dalam ke permukaan dinding bagian luar. - Layer 3 : Perpindahan panas dari permukaan dinding bagian luar ke lingkungan. Q = 250 W x 1 hour = 250 Wh = 0,25 kWh = 214961 cal = 853,034 Btu. Th = temperatur sumber panas. T1 = temperatur permukaan dinding bagian dalam. T2 = temperatur permukaan dinding bagian luar Tc = temperatur lingkungan=35 oC. R1= hambatan pada layer 1=1/(h1*A); h1 = koefisien perpindahan panas konveksi kabin

R2= hambatan pada layer 2=L/(k*A); L=tebal dinding; k=koefisien perpindahan panas konduksi dinding R3= hambatan pada layer 3=1/(h2*A); h2 = koefisien perpindahan panas konveksi udara luar dt1=penurunan temperatur layer 1=Q*R1. dt2=penurunan temperatur layer 2=Q*R2. dt3=penurunan temperatur layer 3=Q*R3. A = luas permukaan perpindahan panas (asumsikan saja luas permukaan ujung jari yang ditempelkan di dinding = 1 cm2). Untuk menghitung temperatur sumber panas, ngitungnya dibalik yaitu cari dulu temperatur dinding bagian luar, trus temperatur dinding bagian dalam, baru deh dapet temperatur sumber panasnya) : Tc = T2 - dt3 ----------> T2 = Tc + dt3; Tc dan dt3 diketahui, maka T2 ketemu T2 = T1 - dt2 ----------> T1 = T2 + dt2; T2 dan dt2 diketahui, maka T1 ketemu T1 = Th - dt1 -----------> Th = T1 + dt1; T1 dan dt1 diketahui, maka Th ketemu Dalam permasalahan yang dihadapi mas Hero, Q dan Tc diketahui. Q diperoleh dari data daya lampu, sedangkan Tc merupakan temperatur lingkungan. Data tambahan yang diperlukan adalah h1, h2, dan k (tergantung jenis materialnya). Untuk h2 pada T = 35 oC adalah 0,0045 Btu/ft2/oF (saya hitung pake hysys; refer penjelasan saya untuk "Perpindahan Panas pada Pipa yang Diisolasi). Untuk h1 dan k diperoleh berdasarkan data jenis fluida dalam ruangan dan jenis material dinding. Jika ketiganya udah ada, maka dengan mudah temperatur-temperatur di tiap layer dapat dihitung. Metode perhitungan konveksi-konduksi sangat umum digunakan dalam penyelesaian masalah perpindahan panas seperti yang dihadapi mas Hero. Perhitungan dimulai dari luar ruangan baru kemudian ke dalam ruangan. Hitung dulu T2, kemudian, T1, dan akhirnya Th. (Untuk lebih jelasnya, coba luangkan waktu nengok rangkuman diskusi "Perpindahan Panas pada Pipa yang Diisolasi"). Kasus mas Hero sangat mirip dengan kasus perpindahan panas pada pipa yang diisolasi. Dalam perpindahan panas pada pipa yang diisolasi, massa yang pindah dari bagian dalam pipa ke bagian luar pipa sangat sulit untuk dihitung, lha wong transfer panas terjadi tegak lurus dengan arah aliran fluida, yaitu kalo aliran fluidanya horizontal, maka transfer panasnya vertikal alias dari dalam ke luar pipa. (Bahkan dalam buku "Transport Phenomena", kalo gak salah ingat, Mr. Bird lebih

banyak menggunakan mekanisme konveksi-konduksi-radiasi untuk menjelaskan "Energy Transport Phenomena"). Makanya dipake pendekatan transfer panas konveksi (Q = h*A*dT) dan transfer panas konduksi (Q = k*A*dT/dL). Konveksi, konduksi, dan radiasi memang jenis transfer panas, tapi mereka juga punya rumus masing-masing yang tentunya dapat kita gunakan dalam perhitungan untuk penyelesaian permasalahan perpindahan panas. Kalo Q = m*cp*dT biasanya deket banget hubungannya dengan azas black (mekanisme transfer panas dengan menggunakan azas black, yaitu panas yang dilepaskan sama dengan panas yang diterima). Kalo di heat exchanger kita gunakan Q = m*cp*dT untuk membuktikan bahwa Q (panas) yang ditransfer sisi shell adalah sama dengan Q (panas) yang diterima oleh sisi tube, atau sebaliknya. Begitu juga untuk fired heater/furnace, kita mengenal perhitungan efisiensi dengan cara heat absorbed, yaitu panas yang diserap fluida yang mengalir dalam tube furnace = panas yang diberikan oleh hasil pembakaran fuel. Mencari Qi dan Qo yg jadi masalah. Qi kan diperoleh dari data yang menyebutkan bahwa ada disipasi panas setara daya 250 W. Sedangkan Qo jadi gak penting untuk diperoleh, karena dengan metode konveksi-konduksi, kita cukup gunakan data Qi untuk mencari penurunan temperatur pada tiap layer perpindahan panas. Kalo penurunan temperatur tiap layer diketahui, otomatis dapat diketahui temperatur di tiap layer yang menjauh dari temperatur lingkungan yang notabene udah diketahui. Qi dan Qo rumusnya bukan semata m cp dT lho. Berarti rumusnya bisa juga Q = h*A*dT (untuk konveksi) atau Q = k*A*dT/dL (untuk konduksi) kan? Penentuan massa dlm ruangan itu gampang, itu lazim di proses perhitungan. Coba anda lihat proses perhitungan load refrigerator (kulkas, cold storage..etc). Kita ambil contoh ammonia absorption refrigeration system. Siklusnya : ammonia dari evaporator, ke absorber, solution exch., distiller, condenser, balik lagi ke evaporator. Dalam siklus ini, NH3 jumlahnya udah tertentu, kecuali ada kebocoran. Mekanisme perhitungan perpindahan panas yang digunakan dalam kasus refrigerator memang lebih mudah menggunakan mekanisme Q = m*cp*dT (azas Black) karena massa refrigerant sudah tertentu, kecuali ada kebocoran itu tadi. Terus terang saya gak pernah menggunakan mekanisme Q = m*cp*dT untuk penyelesaian permasalahan sejenis dengan yang dihadapi mas Hero. Kalo mas Nurkholik bisa jelaskan lebih detil, boleh dong di-

sharing cara ngitung massa yang mengalir ke dinding yang notabene merupakan pancaran peralatan + penerangan, soalnya saya masih belum kebayang ngitung massa dari pancaran sinar lampu. CMIIW. Cahyono, Bambang Iya Pak, kalau jaman dulu kita hrs cari rumusnya baru bisa menghitung angkanya, kalau skrg tinggal cari softwarenya....enak tenan. adhi budhiarto Saya pernah posting jawaban terhadap pertanyaan "Perpindahan panas pada pipa yang diisolasi". Prinsip perhitungan permasalahan mas Hero sama seperti prinsip perhitungan "Perpindahan panas pada pipa yang diisolasi". Jawaban tersebut pernah dirangkum menjadi rangkuman diskusi dengan judul yang sama. Coba liat di web migas Indonesia, sapa tau masih ada. Kalo gak ada, nanti saya kirim lewat japri. Secara ringkas bisa saya ulas sebagai berikut : Bayangkan ada 3 layer perpindahan panas : - Layer 1 : Perpindahan panas dari sumber panas ke permukaan dinding bagian dalam. - Layer 2 : Perpindahan panas dari permukaan dinding bagian dalam ke permukaan dinding bagian luar. - Layer 3 : Perpindahan panas dari permukaan dinding bagian luar ke lingkungan. Q = 250 W x 1 hour = 250 Wh = 0,25 kWh = 214961 cal = 853,034 Btu. Th = temperatur sumber panas. T1 = temperatur permukaan dinding bagian dalam. T2 = temperatur permukaan dinding bagian luar Tc = temperatur lingkungan=35 oC. R1= hambatan pada layer 1=1/(h1*A); h1 = koefisien perpindahan panas konveksi kabin R2= hambatan pada layer 2=L/(k*A); L=tebal dinding; k=koefisien perpindahan panas konduksi dinding R3= hambatan pada layer 3=1/(h2*A); h2 = koefisien perpindahan panas konveksi udara luar dt1=penurunan temperatur layer 1=Q*R1. dt2=penurunan temperatur layer 2=Q*R2.

dt3=penurunan temperatur layer 3=Q*R3. Untuk menghitung temperatur sumber panas, ngitungnya dibalik yaitu cari dulu temperatur dinding bagian luar, trus temperatur dinding bagian dalam, baru deh dapet temperatur sumber panasnya) : Tc = T2 - dt3 ----------> T2 = Tc + dt3; Tc dan dt3 diketahui, maka T2 ketemu T2 = T1 - dt2 ----------> T1 = T2 + dt2; T2 dan dt2 diketahui, maka T1 ketemu T1 = Th - dt1 ----------->Th = T1 + dt1; T1 dan dt1 diketahui, maka Th ketemu Yang mau dicari Th atau T1, kan? Mohon dikoreksi kalo salah. Semoga bermanfaat. Note : penjelasan yang lebih detil ada di rangkuman diskusi "Perpindahan Panas pada Pipa yang Diisolasi". Administrator Migas Rangkuman diskusi yang dimaksud oleh Moderator KBK Proses Adhi Budhiarto ini dapat anda miliki dengan mendownloadnya dari situs www.migas-indonesia.net halaman download (pojok kanan atas) folder "Rangkuman Diskusi". Anda bisa juga download rangkuman diskusi yang lainnya, yang pernah terjadi di Milis Migas Indonesia. Mohon maaf bila sudah beberapa minggu ini pembuatan rangkuman diskusi "stuck", tidak ada yang di-upload. Soalnya kegiatan organisasi KMI bulan-bulan ini padat buanget, jadi kewalahan juga dibuatnya. Kalau semua file presentasi sudah di-upload ke www.migasindonesia.net, upload rangkuman diskusi akan dilanjutkan kembali. Adi Wicaksono Yth. Bpk Hero.. ruangan yang Bapak maksud bervolume 54 m^3 simulasikan di hysys, dengan asumsi komposisi udara - 21% O2 - 79% N2, kondisi awal = 1 atm, 30 deg-C jumlah mol udara = 2.172 kmol (pake rumus P.V=n.R.T) kalo saya

diperoleh data: - Heat capacity = 29.25 kJ/(kmol.deg-C) dengan asumsi tambahan: - udara tercampur homogen setiap saat - perubahan heat capacity karena kenaikan tekanan tidak signifikan.. untuk pemasukan kalor 250 W ( 0.25 kJ/sec) akan terjadi kenaikan suhu setelah 1 detik kenaikan suhu = 0.003935 deg-C setelah 1 menit kenaikan suhu = 0.236 deg-C ===> suhu ruangan = 30.236 deg-C setelah 10 menit kenaikan suhu = 2.361 deg-C ===> suhu ruangan = 32.361 deg-C setelah 1 jam kenaikan suhu = 14.166 deg-C ===> suhu ruangan = 44.166 deg-C kenaikan suhu ini akan berlangsung secara linear, dengan asumsi heat leak yang terjadi pada saat awal proses tidak signifikan dalam mempengaruhi profil temperatur. namun saat udara semakin panas, heat leak akan naik (perpindahan panas sebanding dengan beda suhu ruang dengan lingkungan) suhu akan terus naik dengan kenaikan yang menurun sampai suatu ketika heat leak = 250 watt; mulai pada saat ini, suhu akan konstan.. (saya nggak tau pada suhu berapa :) jadi profil diatas cukup teliti (menurut saya) pada awal proses, dan sama sekali tidak teliti saat suhu ruangan makin "menjauh" dari suhu lingkungan.. mudah mudahan bisa memberikan gambaran tentang apa yang akan terjadi... :) rekans mohon mengoreksi jika ada yang perlu dikoreksi... (hehehe, kayak ujian akhir semester aja.. :) Hero Hero

Terimakasih banyak buat mas Adhi Budiarto, mas Adi Wicaksono, pak Nurkholik, pak Agus dan rekan2x lain yang telah bersedia berbagi ilmu. Sangat bermanfaat sekali informasinya. Buat mas Adhi Budiarto : 1) Apakah T1 bisa diartikan sebagai suhu ruangan ? Dalam kasus saya ini diharapkan suhu ruangan (max) tidak akan melebihi max temperatur kerja peralatan yang dapat menurunkan kinerja peralatan tersebut. 2) Apakah besar/luas nya ruangan tidak mempengaruhi terhadap suhu ruangan ? adhi budhiarto Mas Hero, langsung aja coba saya jawab pertanyaan mas Hero : 1. Apakah T1 bisa diartikan sebagai suhu ruangan? Tidak, T1 merupakan temperatur terendah yang ada dalam ruangan. Suhu ruangan sebaiknya adalah rata-rata suhu dalam ruangan yang mungkin dapat dihitung. Semakin banyak data yang dipakai, maka semakin akurat hasil rata-ratanya. Dengan asumsi peralatan + penerangan berada tepat pada tengah2 ruangan, maka sebaiknya mas Hero melakukan perhitungan perpindahan panas dari 3 sisi ruangan: a. Cari profil temperatur (Th, T1a, T2a) dari sisi depan/belakang atau dari sisi 6(P)x3(T) m2. b. Cari profil temperatur (Th, T1b, T2b) dari sisi samping kanan/kiri atau dari sisi 3(L)x3(T) m2. c. Cari profil temperatur (Th, T1c, T2c) dari sisi atas/bawah atau dari sisi 6(P)x3(L) m2. Dari pencarian profil temperatur tersebut di atas pasti akan diperoleh Th (temperatur sumber panas yang sama), namun T1 dan T2 pasti akan berbeda akibat perbedaan jaraknya terhadap sumber panas. Untuk keakuratan, maka lakukan rata2 terhadap ketujuh data yang diperoleh (Th, T1a, T2a, T1b, T2b, T1c, T2c). Tapi kalo mau punya faktor safety yang tinggi, ambil aja temperatur tertinggi yang mungkin terjadi dalam ruangan (Th) sebagai temperatur ruangan. 2. Apakah besar/luas nya ruangan tidak mempengaruhi terhadap suhu ruangan ? Jelas besar/luasnya ruangan (dan juga tebal dinding dan jenis material dinding) akan sangat berpengaruh terhadap temperatur ruangan. Kalo mas Hero melihat rumus konduksi maka jelas ada unsur jarak/tebal disitu (Q = k*A*dT/dX) dimana dX adalah tebal dinding (satuan panjang) dan k adalah conductivity material dinding (satuannya Btu/ (hr*ft*oF)). Sedangkan kalo mas Hero melihat rumus konveksi (Q = h*A*dT), memang seakan-akan tidak ada unsur jarak (satuan panjang)

disitu, namun jarak dalam rumus konveksi sudah diakomodir dalam heat transfer coeficient (h) yang mempunyai satuan Btu/(hr*ft2*oF) alias seakan-akan seperti k per satuan panjang. Saran saya yang lain, jika memang mas Hero punya portable skin thermocouple (alat untuk mengukur dinding bagian luar ruangan; penggunaannya dengan cara menempelkan ujung thermocouple pada dinding bagian luar untuk dapat mendeteksi temperatur dinding bagian luar), lebih baik gunakan alat tersebut untuk mengukur temperatur dinding bagian luar. Tujuannya untuk menaikkan tingkat keakuratan perolehan profil temperatur. Karena jika melibatkan tempertur lingkungan untuk memperoleh profil temperatur, maka ada faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi keakuratan perolehan profil temperatur, yaitu kondisi lingkungan (angin dan kelembaban udara). Sedangkan jika mas Hero menggunakan portable skin theromocouple, maka pengaruh kondisi lingkungan dapat dihilangkan. Semoga bermanfaat. CMIIW.

adhi budhiarto Maaf mas Hero, ada sedikit kesalahan dalam jawaban saya terhadap pertanyaan mas Hero no. 1. Harusnya T2 tidak dilibatkan dalam perhitungan temperatur ruangan. Untuk itu jawaban no. 1 harusnya adalah sebagai berikut : Tidak,............. ....................... Dari pencarian profil temperatur tersebut di atas pasti akan diperoleh Th (temperatur sumber panas) yang sama, namun T1 dan T2 pasti akan berbeda akibat perbedaan jaraknya terhadap sumber panas. Perhitungan temperatur ruangan adalah rata-rata dari Th, T1a, T1b, dan T1c. Atau agar lebih akurat maka ikutkan juga Txa, Txb, dan Txc, dimana Txa adalah temperatur pada titik tengah antara Th dan T1a, Txb adalah temperatur pada titik tengah antara Th dan T1b, dan Txc adalah temperatur pada titik tengah antara Th dan T1c. Sehingga rumusnya adalah ((Th+2*T1a+2*((Th+T1a)/2))+ (Th+2*T1b+2*((Th+T1b)/2))+(Th+2*T1c+2*((Th+T1c)/2)))/15. Tapi kalo mau punya faktor safety yang tinggi, ambil aja temperatur tertinggi yang mungkin terjadi dalam ruangan (Th) sebagai temperatur ruangan. Oya, istilah umum untuk "portable skin thermocouple" adalah "surface temperature probe".

Hero Hero Mas Adhi, kalau sekiranya posisi peralatan tidak ditengah ruangan, apakah bisa rata2x dari semua profile temperatur di anggap suhu ruangan regardless posisi peralatan / sumber panas ? Sayang saran pengukuran menggunakan "portable skin thermocouple" tidak bisa dilaksanakan karena memang "wujud" nya belum ada mas.... masih dalam tahap awal... hitung menghitung. Matur nuwun mas,

adhi budhiarto Mas Hero, Kalo concern-nya adalah peralatan, maka ada beberapa alternatif/skenario yang mungkin bisa dipilih : 1. Kalo mau punya faktor safety yang tinggi, ambil aja temperatur tertinggi yang mungkin terjadi dalam ruangan (Th) sebagai temperatur ruangan. 2. Gunakan temperatur terhitung pada tempat peralatan akan diletakkan (cari profil temperatur seperti penjelasan sebelumnya, lalu hitung temperatur pada tempat peralatan akan diletakkan dengan cara perbandingan jarak antara Th ke titik tempat peralatan berada dan Th ke T1). 3. Gunakan temperatur rata-rata yang dihitung dengan cara seperti sebelumnya. Temperatur yang diperoleh dengan skenario 1 pasti > skenario 2 > skenario 3. Tingkat safety nya juga urutannya sama, skenario 1 > skenario 2 > skenario 3. Mas Hero justify aja yang mana yang mau dipilih, tapi jangan lupa tetap gunakan safety factor (10 % cukup kali ya). Kalo "barang" nya belum ada, apa gak sebaiknya yang kita set adalah temperatur dinding bagian luar? (Misalnya temperatur lingkungan 30 oC, kita set aja temperatur dinding bagian luar 35 oC, baru bergerak ngitung ke dinding bagian dalam dan Th).

You might also like