You are on page 1of 15

BAB I Pendahuluan Kewajaran menempati peranan yang penting dalam Akuntansi karena memberikan jaminan kepada pengguna dan

pasar bahwa akuntan (sebagai pembuat laporan) dan auditor (sebagai pemerikasa) telah berusaha untuk bertindak adil.Hakikat konvensional dari konsep kewajaran adalah kewajaran dalam penyajian. Jaminan akan adanya ketekunan dan perhatian dalam pembuatan dan pemeriksaan laporan keuangan adalah untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi keuangan perusahaan telah disajikan secara memadai. Pembahasan ini akan memperluas konsep kewajaran kearah pemikiran yang lebih progresif bagi kewajaran dalam distribusi dan dalam pengungkapan yang ditujukan untuk memotivasi tuntutan diperluasnya pengungkapan dan inovasi-inovasi akuntansi.

BAB II Kewajaran Dalam Akuntansi 2.1. Kewajaran sebagai netralitas dalam penyajian Usulan pertama digunakannya kewajaran dalam akuntansi diutarankan oleh Scott pada tahun 1941, ketika ia mencantumkannya sebagai salah satu prinsip akuntansi dan menyatakan : Aturan, prosedur, dan teknik akuntansi hendaknya wajar, tidak bis dan tidak memihak. Mereka hendaknya tidak bertindak untuk melayani satu kepentingan tertentu. Secara umum konsep kewajaran memiliki arti tidak langsung bahwa pernyataan-pernyataan akuntansi belum menjadi subjek dari pengaruh yang tidak seharusnya atau bias. Kewajaran diartikan bahwa pembuat informasi akuntansi telah bekerja dengan niat yang baik dan menerapkan praktik-praktik etika bisnis dan beberapa pertimbangan akuntansi dalam penyajian, pembuatan dan audit atas hasilhasil akuntansi. Interpretasi profesional kini terbatas kepada kewajaran dalam penyajian. 2.2. Doktrin benar dan wajar Hukum perusahaan masyarakat ekonomi eropa (Europian Economic CommunityEEC) menyajikan pandangan benar dan wajar sebagai berikut: 1.Laporan tahunan akan terdiri atas neraca, laporan laba rugi, dan catatan atas laporan.Dokumen-dokumen ini akan membentuk satu gabungan keseluruhan . 2.Meraka akan disusun dengan jalas dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam directive. 3.Laporan tahunan akan memberikan pandangan yang benar dan wajar atas aktiva, kewajiban, posisi keuangan, dan laba atau rugi perusahaan. 4.Apabila penerapan ketentuan dari direktive tersebut tidak memadai untuk memberikan pandangan yang benar dan wajar sesuai dengan arti dari paragraf tiga informasi tambahan harus diberikan. 5. Apabila dalam kasus-kasus luar biasa penerapan salah satu ketentuan dari directive ini tidak sesuai dengan kewajiban yang tertera dalam paragraf 5, ketentuan tersebut harrus dihapuskan agar dapat memberikan pandangan yang benar dan wajar sesuai dengan yang dimaksudkan oleh paragraf 5. Penghapusan semacam itu harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan bersama-sama dengan penjelasan alasannya dan pernyataan mengenai dampaknya terhadap aktiva, kewajiban, posisi keuangan, dan laba atau rugi.

BAB III Kewajaran Dalam Distribusi

Pada dasarnya, kewajaran dapat dipandang sebagai konsep moral dari keadilan yang menjadi subyek dari tiga interpretasi yang berbeda mengenai pemikiran keadilan distributif. 3.1. Perhatian Atas Pertanyan-Pertanyaan Mengenai Distribusi Masalah pendistribusian hampir selalu diabaikan dalam pandangan konvensional atas kewajaran sebagi netralitas, dalam penyajian. Yang menjadi perhatian disini hanyalah hasil akhir dan pengungkapan dari hasil-hasil akuntansi bukan pendistribuasiannya. Pandangan atas kewajaran sebagai netralitas dalam penyajian bukanya tanpa kritikan. William menandainya sebagai proses evaluasi dengan dua atribut sebagai berikut: 1.Bahwa pengevaluasi (evaluator) sadar akan adanya kondisi bahw segala konsekwensi dari tindakan yang ia lakukan akan dinilai kewajarannya; dan 2.Bahwa evaluasi tersebut mencoba menggunakan perspektif yang tidak memihak. William menyajikan dua argumentasi yang menarik sebagai berikut: 1.Bahwa kegunaan dari keputusan , prinsip pengorganisasian riset dan praktik akuntansi adalah tidak lengkap, sedangkan akuntabilitas, paling tidak, memiliki kewajaran sebagai sifat inhernnya. 2.Bahwa perhatian akan akuntansi secara efisien menjadikan pertimbangan keawajaran dari akuntansi menjadi suatu hal yang implisit, dan bukannya tidak ada. 3.2. Kewajaran Sebagai Konsep Moral Dari Keadilan Agar kewajaran dapat diterima sebagai konsep moral dari keadilan, harus dibuat paralel-paralel dari teori utama mengenai keadilan distributif, yaitu teori-teori yang dinyatakan oleh J.A.Rawls, R.Nozick, dan A.Gerwith a. Kontribusi dari Rawls Teori Keadilan Rawls: Pendistribusian barang dan jasa ekonomi secara merata akan menguntungkan golongan yang paling tidak beruntung dari masyarakat Prinsip Keadilan Rawls: 1. Setiap orang memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar yang serupa dengan kebebasan bagi orang lain,

2. Ketidaksamaan sosial dan ekonomi akan disusun sehingga mereka akan: a. Secara wajar diharapkan memberikan manfaat bagi semua orang, dan b. Peluang kerja yang terbuka bagi semua orang Kedua prinsip keadilan ini menunjukkan suatu anggapan demokratis yang menghapuskan aspek-aspek bidang sosial yang tampak sewenang-wenang jika dilihat dari sudut pandang moral. Hal ini tidak berarti menghapuskan ketidaksetaraan ekonomi karena: sebagai insentif orang-orang untuk berprestasi dan sebagai suatu jaminan terisinya posisi-posisi terkait kepentingan publik (pemerintahan). Kewajaran dalam akuntansi menurut Rawls Konsep kewajaran Rawls diambil dari Teori kontrak Rawls (teori institusi sosial yang adil): Menawarkan potensi untuk memercayakan pada bentuk ketidaktahuan di semua situasi yang meminta adanya pilihan akuntansi sehingga memberikan hasil solusi yang netral, wajar, dan adil secara sosial Menawarkan peran akuntansi yang diperluas dalam penciptaan institusi yang adil

b.

Kontribusi dari Nozick Teori keadilan Nozick: Apa yang diterima oleh setiap orang, ia terima dari orang lain yang memberikan kepadanya sebagai pertukaran atas sesuatu, atau sebagai hadiah Kewajaran dalam akuntansi menurut Nozick: Pasar sebagai pendistribusi hasil usaha sosial tidak akan memberikan jaminan bahwa hal tersebut (akuntansi) adalah wajar

c.

Kontribusi dari Gerwith Teori Keadilan Gerwith: memberikan justifikasi rasional bagi prinsip-prinsip moral moral untuk secara objektif membedakan tindakan-tindakan dan institusi-institusi yang tepat secara moral dari tindakan-tindakan yang salah secara moral Kewajaran akuntansi menurut Gerwith: kewajaran meliputi pengakuan akan hak-hak dari semua pihak yang dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas organisasi

BAB IV Kewajaran Dalam Pengungkapan

4.1. Tuntutan Untuk Memperluas Pengungkapan a. Usulan Pengungkapan Bedford Bedford mengusulkan perluasan pada pengungkapan akuntansi untuk mengurangi masalah2 yang diciptakan oleh doktrin kewajaran dalam akuntansi. Perluasan pengungkapan yang terjadi: 1. Perluasan ruang lingkup pengguna (stakeholder) 2. Perluasan ruang lingkup manajemen 3. Perluasan jenis informasi valuasi moneter 4. Perluasan teknik pengukuran 5. Perluasan kualitas pengungkapan kebutuhan masa lalu dan perbaikan di masa mendatang 6. Perluasan sarana pengungkapan laporan keuangan konvensional Teori yang Mempengaruhi Pemikiran Bedford Teori mengenai hak untuk mengetahui Teori informasi yang berlebihan Teori pemulihan sistem Teori relevansi Teori ketepatan

b. Teori kebijakan akuntansi yang efisien dan adil dari Lev Lev berpendapat bahwa kemajuan dalam menangani masalah kebijakan akuntansi fundamental dapat dicapai dengan memuat kepentingan eksplisit dari para pembuat kebijakan (keadilan dari pasar modal) Keadilan ini didefinisikan sebagai kesamaan kesempatan atau informasi simetris ketika seluruh investor sama2 diberikan informasi dan ekspektasi pengembalian setelah disesuaikan dengan risiko yang identik bagi semua investor

c. Keunggulan pengguna dari Gaa Gaa menyelidiki perumusan logis dari prinsip keunggualan pengguna, dengan didasarkan pada karya-karya kontemporer dalam filosofi etika, sosial dan politik, dimana manusia di pandang sebagai pembuat keputusan, dimana prinsip-prinsip yang mengatur perilaku indvidu da kelompok adalah hasil dari keputusan rasional.
d. Temuan- Temuan Komite Jenkins

Komite Jenkins yang dibentuk oleh AICPA pada Nov 1995 untuk menangani Pelaporan Keuangan mengeluarkan laporan mengenai pos-pos yang harus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna, yaitu: 1. Meningkatkan pengungkapan dari informasi segmen bisnis
2. Menangani pengungkapan dan akuntansi untuk instrumen-instrumen keuangan

yang inovatif
3. Meningkatkan pengungkapan mengenai identitas, peluang, dan risiko dari

rencana-rencana pembiayaan di luar buku


4. Melaporkan secara terpisah dampak-dampak dari aktivitas-aktivitas

5. Meningkatkan pengungkapan mengenai ketidakpastian pengukuran atas aktiva dan kewajiban tertentu 6. Meningkatkan pelaporan triwulan dengan memasukkandata segmen bisnis Elemen-elemen dari Informasi yang dirancang guna pengambilan keputusan berdasarkan Komite Jenkins 1. Data keuangan dan nonkeuangan Laporan Keuangan dan pengungkapan-pengungkapan yang berkaitan Data operasi tingkat tinggi dan pengukuran kinerja yang digunakan oleh manajemen dalam mengelola bisnisnya 2. Analisis Manajemen terhadap data keuangan dan nonkeuangan Alasan-alasan untuk perubahan yang terjadi dalam data keuangan, operasional, dan yang berhubungan dengan kinerja, serta identitas dan dampak masa lalu dari tren-tren kunci

3. Informasi yang menatap masa depan

Peluang dan risiko Rencana Manajemen Perbandingan antara kinerja bisnis aktual dengan peluang, risiko, dan rencana manajemen yang telah diungkapkan sebelumnya 4. Informasi mengenai manajemen dan para pemegang saham Direktur, manajemen, kompensasi, pemegang saham mayoritas, serta transaksi dan hubungan di antara pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa 5. Latar belakang perusahaan Sasaran dan strategi umum Ruang lingkup dan uraian mengenai bisnis dan sifatnya Dampak dari struktur industri terhadap perusahaan

e. Model Pelaporan multilapisan Usulan Steven Wallman tentang permasalahan umum dalam akuntansi dan pengungkapan yang penting untuk tren ke depannya: 1. Pengakuan dan pelaporan dari keuntungan dan kewajiban suatu bisnis 2. Ketepatan waktu dari pelaporan keuangan 3. Konsep dari perusahaan 4. Saluran dan media distribusi

Model pelaporan multi lapisan (Multi layered Reporting Model)dapat di jelaskan sebagai berikut: 1. Lapisan Pertama di tujukan untuk hal-hal yang memenuhi kriteria pengakuan dan akan mencerminkan inti dari laporan keuangan saat ini. 2. Lapisan kedua di tujukan untuk hal-hal ang memenuhi kriteria pengakuan namun tidak termasuk ke dalam bagian inti karena menyangkut mengenai keandalannya yang di pertanyakan, seperti penelitian dan pengembangan, periklanan, nilai merek, dan simpanan tidak berwujud. 3. Lapisan ketiga ditujukan untuk hal-hal yang memiliki keandalan dan dfinisinya di pertanyakan, seperti misalnya pengukuran kepuasan pelanggan.

4. Lapisan keempat di tujukan untuk hal-hal yang memenuhi kriteria pengukuran, keandalan, dan relevansi tetapi tidak memenuhi definisi dari elemen laporan keuangan, seperti misalnya metrik sensitifitas risiko. 5. Lapisan kelima di tujukan untuk hal-hal relevan yang tidak memenuhi definisi dari elemen da tidak dapat di ukur secara anadal, seperti msalnya modal intelektual para karyawan

f. Pengungkapan akuntansi yang diperluas Banyaknya tuntutan untuk perluasan pengungakapan di motivasi oleh prinsip kewajaran dalam pengungkapan. Prinsip tersebut akan menganjurkan perluasan ruang lingkup dari informasi akuntansi di luar informas akuntasni konvensional. Contoh pengungkapan-pengungkapan baru aas akuntasni menurut prinsip kewajaran dalam pengungkapan ini antara lain: Pelaporan Nilai Tambah Pelaporan Karyawan Akuntansi Sumber Daya Manusia Akuntansi dan Pelaporan Sosial Pengungkapan Informasi Anggaran Akuntasi dan Pelaporan Arus kas

Adapun tujuan dari pengungkapan yang seharusnya adalah sebagai berikut:


1. Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan memberikan pengukuran yang

relevan atas hal-hal tersebut di luar pengakuan yang digunakan dalam laporan keuangan 2. Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan untuk memberikan pengukuran yang bermanfaat bagi hal-hal tersebut 3. Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor dan kreditor menilai risiko dan potensial dari hal-hal yang diakui dan tidak diakui 4. Untuk memberikan informasi penting yang memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk melakukan perbandingan dalam satu tahun dan di antara beberapa tahun 5. Untuk memberikan informasi mengenai arus kas masuk atau keluar di masa depan 6. Untuk membantu para investor menilai pengembalian dari invetasi mereka

4.2. Pelaporan Nilai Tambah Nilai tambah adalah peningkatan kekayaan yang dihasilkan oleh penggunaan sumber daya perusahaan secara produktif sebelum dialokasikan diantara para pemegang saham, pemegang obligasi, pekerja dan pemerintah. Nilai tambah dapat dengan mudah di hitung melalui suatu modifikasi dari laporan laba rugi : Langkah 1 : Laporan laba rugi menghitung jumlah laba di tahan sebagai perbedaa antara pendapatan dari penjualan, di satu sisi, serta biaya, pajak, dan dividen, di sisi lainnya: R = S B DP W I DD T dimana : R S B = laba ditahan (Retained Earning) = pendapatan dari penjualan (Sales Revenue) =bahan baku dan jasa yang di beli (bought-in materials and services) (1)

DP =depresiasi (depreciation) W =upah (wages) I =bunga (interest)

DD =dividen (dividend) T =pajak (tax)

Langkah 2 Rumus nilai tambah dapat di peroleh dengan menyusun kembali rumus laba menjadi : S B = R + DP + W + I + DD + T Atau S B DP = R + W t I + DD + T (3) (2)

Rumus 2 menghitung metode nilai tambah ( gross value added method). Sedangkan rumus 3 menghitung metode nilai tambah ( net value added method). Dalam kedua kasus, sisi kiri dari perhitungan menunjukan nilai tambah di antara kelompok yang terlibat dalam tim manajerial produksi (para pekerja, pemegang saham, pemegang obligasi, dan pemerintah). Sisi sebelah kanan di kenal juga sebagai metode penambahan (additive method) sedangkan sisi kiri sebagai metode penguranagn (substractive method)

Manfaat dari laporan nilai tambah Dengan pengungkapan nilai tambah, karyawan mendapatkan kepuasan dari mengetahui nilai kontribusi mereka terhadap total kekayaan perusahaan Nilai tambah yang lebih baik merupakan dasar untuk perhitungan bonus pekerja Nilai informasi tambahan telah terbukti menjadi prediktor yang baik dari peristiwa ekonomi dan reaksi pasar Nilai tambah adalah ukuran pengukuran yang lebih baik dari penjualan Nilai tambah mungkin berguna untuk kelompok karyawan karena dapat mempengaruhi aspirasi dan pikiran wakil-wakilnya bernegosiasi Nilai tambah mungkin sangat berguna dalam analisis keuangan dengan peristiwa penting yang berkaitan berbagai variabel ditambahkan

4.3. Pelaporan karyawan Karena setiap karyawan dan serikat pekerja memiliki faktor yang berbeda, masingmasing akan di tinjau secara terpisah. Bahkan, sampel laporan kepegwaian, yang di masukan sebagai satu lampiran dari The Corporate Report, menunjukan data kuantitatif menurut judul-judul berikut ini: 1. Jumlah karyawan yang di pekerjakan (dengan berbagai cara analisis) 2. Lokasi Pekerjaan 3. Distribusi umur dari tenaga kerja permanen 4. Jumlah jam kerja selama setahun (telah di analisis) 5. Biaya-biaya karyawan 6. Informasi pensiun 7. Pendidikan dan Pelatihan (termasuk biaya-biayanya) 8. Serikat dagang yang di akui 9. Informasi tambahan (realisasi ras, data statistik kesehatan dan keselamatan, dan lain-lain) 10. Rasio ketenagakerjaan

Dengan data kuantitatif yang ada, Lewis dkk dalam hasil surveinya berspekulasi dalam kaitannya dengan pelaporan karywan bahwa manajemen mungkin telah berharap untuk: 1. Menghilangkan ketakutan akan kehilangan peringkat, keahlian, atau pekerjaan akibat kemajuan teknologi 2. Mengatasi ketakutan akan kekuatan monopoli, relokasi karyawan, dan hilangnya identitas melalui penggabungan usaha 3. Mengambil keuntungan dari masyarakat antiserikat pekerja dengan memberikan laporan langsung kepada para karyawan, menekankan hak prerogatif manajemen dan kebutuhan untuk mengendalikan upah dan biayabiaya langsung yang berhubungan, dan secara umum memperlemah potensi dari serikat pekerja untuk mengganggu operasi

4.4. Akuntansi dan pelaporan sosial Ukuran dari kinerja sosial berada dalam area umum akuntansi sosial. Dalam area ini terdapat empat aktivitas beragam yang dapat di beriakan pembatasannya : a. b. c. d. Akuntansi Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility Accounting SRA ) Akuntansi Dampak Sosial (Total Impact Accounting TIA ) Akuntansi Sosio Ekonomi (Sosio Economic Accounting SEA) Akuntansi Indikator-Indikator Sosial (Socials Indicators Accounting SIA)

Berbagai argumen telah digunakan dalam pengukuran dan pengungkapan kinrja sosial, antara lain: a. Argumen pertama berkaitan dengan kontrak sosial b. Model Rawls maupun Gerwith yang memberikan opini mengenai konsep kewajaran yang menguntungkan bagi akuntansi sosial c. Argumen ketiga berkaitan dengan kebutuhan para pengguna, karena pada dasarnya para pengguna laporan keuangan membutuhkan informasi sosial untuk keputusan alokasi pendapatan mereka.
d. Argumentasi keempat berkaitan dengan invstasi sosial, diasumsikan bahwa saat ini

suatu kelompok investor yang etis mengandalkan informasi sosial yang di sajikan dalam laporan tahunan untuk membuat keputusan investasinya.

4.5. Pengungkapan Informasi Anggaran Salah satu tujuan laporan keuangan oleh Laporan Trouble Blood adalah memberikan informasi yang berguna dalam proses peramalan. Peramalan digunakan untuk meningkatkan keandalan perdiksi para pembuat keputusan. Ijiri pun nampak setuju dengan tujuan yang diungkapkan sebelumnya. Beliau menambahkan mengenai permasalahan utama yang terkait dengan peramalan keuangan perusahan menjadi: Keandalan Tanggung Jawab Ketertutupan

4.6. Akuntansi dan Pelaporan Arus kas Akuntansi arus kas di pandang oleh para pendukungnya lebih unggul dibandingkan dengan akuntansi akrual yang konvensional karena : Sistem akuntansi arus kas mungkin dapat memberikan sebuah kerangka analitis untuk menghubungkan kinerja keuangan masa lalu, masa kini, masa depan. Dari sudut pandang para investor, proyeksi arus kas mencerminka baik kemampuan perusahaan untuk membayar operasinya di masa depan maupun kebijakan keungannya yang telah di rencanakan
-

Rasio arus harga diskonto menjadi indikator investasi yang lebih terpercaya daripada rasio harga laba saat ini, karena adanya sejumlah alokasi yang berubah-ubah yang digunakan dalam menghitung laba per saham. Akuntansi arus kas mungkin dapat di gunakan untuk menutupi jurang yang terdapat dalam praktik antara cara bagaimana investas di buat ( biasanya didasarkan pada arus kas ) dengan cara bagaimana hasilnya di evaluasi ( biasanya di dasarkan atas laba)

4.7. Akuntansi Sumber Daya Manusia a. Manfaat Sumbber Daya Manusia Definisi akuntansi sumber daya manusia secara luas adalah proses pengidentifikasian dan pengukuran data mengenai sumber daya manusia dan mengomunikasikan informasi ini

kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Definisi ini mengandung arti tidak langsung bahwa terdapat tiga tujuan utama dalam akuntasni sumber daya manusia: - Identifikasi dari nilai sumber daya manusia, - Pengukuran biaya dan nilai orang bagi organisasi, dan - Investigasi mengenai dampak kognitif dan perilaku dari informasi tersebut.

b. Teori Nilai Sumber Daya Manusia Konsep dari nilai manusia (Human Value) di peroleh dari teori nilai ekonomi secara umum. Untuk mengukur dan mengungkapkan nilai sumber daya manusia (human resource value), kita harus merumuskan sebuah kerangka teoretis, atau teori nilai sumber daya manusia (human resource value theory), untuk menjelaskan hakikat dan determinan (faktor-faktor yang menentukan ) dari nilai seseorang bagi sebuah organisasi.

c. Pengukuran Aktiva Sumber Daya Manusia Pengukuran sumber daya manusia terdiri dari dua macam yakni pengukuran moneter dan pengukuran non moneter. Pengukuran Moneter sumber daya manusia terdiri dari: 1. Metode Biaya Historis /Biaya Akuisisi (Historical/ Acquisition Cost Method) 2. Metode Biaya Penggantian (Replacement Cost Method) 3. Metode Biaya Opportunitas (Opportunity Cost Method ) 4. Model Kompensasi (Compensation Model) 5. Metode Upah Diskonto Masa Depan yang Telah Disesuaikan Pengukuran Nononeter sumber daya manusia antara lain penggunaan model Survei Organisasi

BAB V Kesimpulan

Pada pembahasan dari makalah ini, dapat kita lihat hakikat dan konsekuensi dari konsep-konsep kewajaran, seperti kewajaran dalam penyajian, distribusi, perluasan pengungkapan, serta inovasi-inovasi lain yang dikembangkan. Selanjutnya, inovasi-inovasi ini tentu akan menjadi tren untuk akuntansi ke depannya. Adapun tren yang mungkin terjadi untuk akuntansi ke depannya mencakup: 1. Pelaporan nilai tambah 2. Pelaporan karyawan 3. Akuntansi dan pelaporan sosial 4. Pengungkapan informasi anggaran 5. Akuntansi dan pelaporan arus kas 6. Akuntansi sumber daya manusia

DAFTAR PUSTAKA

Riahi, Ahmed dan Belkaoui.2006.Teori Akuntansi Edisi 5. Terj. Jakarta: Salemba Empat

You might also like