You are on page 1of 5

Gradasi

Gradasi adalah susunan butir agregat yang ukurannya dapat diperoleh melalui pemeriksaan analisa saringan. Jenis-jenis gradasi Gradasi Seragam, adalah gradasi yang memiliki presentase agregat kasar lebih besar dibandingkan agregat halus dan mempunyai rongga/pori besar sehingga air akan lebih mudah meresap ke lapisan di bawahnya. Gradasi Menerus, adalah gradasi yang memiliki presentase agregat Gradasi Senjang, adalah komposisi agregat yang grafik pembagian butirnya menerus. menggunakan di antara ukuran-ukuran tertentu berbentuk senjang. Syarat Kimia Semen Semen dapat dibedakan berdasarkan susunan kimianya dan kehalusan butirnya. Perbandingan bahan-bahan utama penyusun semen portaland adalah: kapur (CaO) sekitar 60-65%, silika (SiO2) sekitar 20-25%, dan oksida besi serta alumunium (Fe2O3 dan Al2O3) sekitar 7-12%. Pemeriksaan untuk mengetahui mutu semen antara lain:
Kesegaran Semen, yaitu untuk mengetahui tingkat kelembapan, kandungan

karbon dioksida atau magnesium dalam semen (maksimum 3,0 %). Sisa Bahan yang tak Larut dalam Semen, yaitu untuk mengetahui jumlah atau sisa bahan dalam semen yang tidak habis bereaksi atau bahan yang tidak aktif dari semen (maksimum 1,5 %).

Sifat Fisika.
Sifat-sifat fisika semen portland meliputi kehalusan butir, waktu pengikatan, kekuatan tekan, panas hidrasi dll. Kehalusan Butir (fineness) Kehalusan butir semen akan berpengaruh pada proses hidrasi, waktu pengikatan (setting time), makin halus butiran semen, maka proses hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan awal tinggi tetapi kekuatan akhir akan berkurang. Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya Bleeding. Kepadatan (density) Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3.15 Mg/m3 = 3,150.00 kg/m3. Berat jenis semen berpengaruh pada proporsi semen dalam campuran beton. Pengujian berat jenis semen dapat dilakukan dengan alat Turbidimeter dari Wagner. Waktu Pengikatan (setting time) Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras, terhitung sejak berekasinya air dan menjadi pasta semen cukup kaku menahan tekan. Panas Hidrasi Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan air. Dalam pelaksanaan, perkembangan panas ini dapat menimbulkan retakan pada saat pendinginan.Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pendinginan melalui perawatan (curing) pada saat pelaksanaan.

Syarat fisik Semen Portland a. Tipe I (Ordinary Portland Cement) Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratn khusus seperti yang dipersyaratkan pada tipe-tipe lain. Tipe semen ini paling banyak diproduksi dan banyak dipasaran. b. Tipe II (Moderate sulfat resistance)

Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang. Tipe II ini mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah dibanding semen Portland Tipe I. Pada daerahdaerah tertentu dimana suhu agak tinggi, maka untuk mengurangi penggunaan air selama pengeringan agar tidak terjadiSrinkege (penyusutan) yang besar perlu ditambahkan sifat moderatHeat of hydration. Semen Portland tipe II ini disarankan untuk dipakai pada bangunan seperti bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi rendah juga merupakan pertimbangan utama. c. Tipe III (High Early Strength)

Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.Semen tipe III ini dibuat dengan kehalusan yang tinggi blaine biasa mencapai 5000 cm2/gr dengan nilai C3S nya juga tinggi. Beton yang dibuat dengan menggunakan semen Portland tipe III ini dalam waktu 24 jam dapat mencapai kekuatan yang sama dengan kekuatan yang dicapai semen Portland tipe I pada umur 3 hari, dan dalam umur 7 hari

semen Portland tipe III ini kekuatannya menyamai beton dengan menggunakan semen portlan tipe I pada umur 28 hari.

d.

Tipe IV (Low Heat Of Hydration)

Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah. Penggunaan semen ini banyak ditujukan untuk struktur Concrette (beton) yang massive dan dengan volume yang besar, seprti bendungan, dam, lapangan udara. Dimana kenaikan temperatur dari panas yang dihasilkan selama periode pengerasan diusahakan seminimal mungkin sehingga tidak terjadi pengembangan volume beton yang bisa menimbulkan cracking (retak). Pengembangan kuat tekan (strength) dari semen jenis ini juga sangat lambat jika dibanding semen portland tipe I. e. Tipe V (Sulfat Resistance Cement)

Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk pembuatan beton pada daerah yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi seperti : air laut, daerah tambang, air payau dsb. Kepadatan / Berat Jenis Adalah berat jenis semen yang disyaratkan ASTM = 3,15 mg/m3. Kepadatan akan berpengaruh pada proporsi semen dalam campuran. Konsistensi Semen

Berpengaruh pada saatpencampuran awal,yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai pada saat beton mengeras.Konstitensi yang gterjadi tergantung pada rasio antara semen dan air serta kehalusan dan kecepatan hidrasi.

Waktu Pengikatan ( Setting Time ) Adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras,terhitung mulai bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan. Pengujian waktu ikat bertujuan untuk menentukan jumlah air yang dibutuhkan untuk menghasilkan pasta dengan konsistensi normal. 1. Waktu Ikat Awal ( Initial Setting Time ) Waktu dari pencampuran semen dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat plastis.Waktu ikat awal sangat penting untuk control pekerjaan beton. 2. Waktu Ikat Akhir ( Final Setting Setting ) Waktu antara terbentuknya pasta semen hingga beton mengeras.

You might also like