You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa pencarian jati diri, dan masa
perkembangan kejiwaan yang menentukan sosok seseorang di masa yang akan datang.
Dalam proses mempersiapkan diri menuju kedewasaannya seorang remaja sangat
memungkinkan sekali untuk mengembangkan potensi-potensi positiI yang ada dalam
dirinya. Namun, tidak menutup kemungkinan ia pun akan rentan terhadap pengaruh-
pengaruh negatiI dari luar yang dikarenakan kondisi jiwanya yang belum matang dan
sebagian pikiran remaja yang belum stabil (labil) dan seringkali mengalami kebimbangan
dalam hidupnya sehingga timbullah penyimpangan sosial. Salah satunya adalah tawuran.
Tawuran yang sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh para
pelajar sekolah sudah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi
ditelinga kita. Mereka lebih suka berlari ke jalan dan bergerilya di jalan diaripada masuk
kelas atau berolahraga di lapangan, maka tidak heranlah bila selanjutnya terbentuk apa
yang disebut budaya tawuran`, yang terus diwariskan secara turun temurun di sekolah-
sekolah.
Kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat eIektiI yang
dilakukan oleh para remaja. Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang
terpelajar pun leluasa melakukan hal-hal yang bersiIat anarkis, premanis, dan rimbanis.
Tentu saja perilaku buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam
perkelahian atau tawuran itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat
secara langsung.
Salah satu contohnya adalah tawuran yang terjadi antara kelompok perguruan silat
Kera Sakti dengan Setia Hati Teratai pada tanggal 13 Nopember 2011 lalu yang terjadi di
Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang. Tawuran tersebut melibatkan semua anggota
dari masing-masing perguruan silat dan menyebabkan kerugian pada kedua belah pihak
serta masyarakat di sekitarnya.
Berdasarkan uraian di atas timbul ketertarikan untuk menulis makalah tentang
Tawuran Remaja Sebagai Penyimpangan Sosial Remaja.

B. #:2:san Masalah
1. Bagaimana tawuran remaja sebagai penyimpangan sosial?
2. Apa Iaktor yang menyebabkan terjadinya tawuran remaja?
3. Apa dampak tawuran remaja?
4. Bagaimana langkah penanggulangan tawuran remaja?

. T::an Pe2-ahasan
1. Mengetahui tawuran remaja sebagai wujud penyimpangan sosial.
2. Mengetahui Iaktor yang menyebabkan terjadinya tawuran remaja
3. Mengetahui dampak tawuran remaja
4. Mengetahui langkah penanggulangan tawuran remaja.

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas dari mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Bagi pihak lain
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan yang berhubungan dengan
permasalahan dan upaya penyelesaian tawuran remaja di Indonesia.







BAB II
STUDI PUSTAKA

A. #e2aa dan Perke2-angannya
1. Pengertian #e2aa
Masa remaja menurut Mappiare, berlangsung antara umur 12 tahun sampai
dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang
usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun atau sampai
dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22
tahun adalah remaja akhir. Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence,
berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya 'tumbuh atau tumbuh untuk
mencapai kematangan. Bangsa primitiI dan orang-orang purbakala memandang
masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang
kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan
reproduksi (Ali, Asrori, 2004:9).
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa,
meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa
dewasa (Gunarsa dalam Agustiani, 2006:26). Dengan demikian masa remaja meliputi
pertumbuhan, perkembangan, kematangan dan perubahan yang berlangsung secara
berbeda dari masa-masa sebelumnya.
Masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa anak
menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik
Iisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan Iisik, dimana
tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai
pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktiI. Selain itu remaja juga berubah
secara kognitiI dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode
ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka
menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa (Clarke-Stewart &
Friedman, 1987;Ingersoll, 1989 dalam Agustiani 2006:28).
. Pengertian Perke2-angan #e2aa

Dalam mempelajari perkembangan manusia dan mahluk-mahluk lain pada


umumnya kita harus membedakan dua hal yaitu proses pematangan dan proses
belajar. Selain itu masih ada hal ketiga yang mempengaruhi perkembangan manusia
yaitu pembawaan atau bakat. Pematangan berarti proses pertumbuhan yang
menyangkut penyempurnaan Iungsi-Iungsi tubuh sehingga mengakibatkan
perubahan-perubahan dalam perilaku, terlepas ada atau tidak ada proses belajar
(Purwanto, 1999:23).
Perkembangan mengacu kepada perubahan karakteristik yang khas dari
gejala-gejala psikologis ke arah yang lebih maju. Para ahli psikologi pada umumnya
menunjuk pada pengertian perkembangan sebagai suatu proses perubahan yang
bersiIat progresiI dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik baru
dalam hal ini berupa kematangan sebagai hasil dari perubahan dan kesiapan struktur
biologis. Perkembangan berkaitan erat dengan pertumbuhan. Berkat adanya
pertumbuhan maka pada saatnya anak akan mencapai kematangan. Perbedaan antara
pertumbuhan dan kematangan, pertumbuhan menunjukkan perubahan biologis yang
bersiIat kuantitatiI seperti bertambahnya berat dan tinggi badan dan sempurna
susunan tulang dan jaringan saraI. Sedangkan kematangan menunjukkan perubahan
biologis yang bersiIat kualitatiI yang sulit untuk diukur.
Pertumbuhan dan kematangan merupakan proses yang saling berkaitan yang
berasal dari dalam diri seorang anak. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa Iaktor
lingkungan tidak memegang peranan. Pertumbuhan dan kematangan dapat dipercepat
dengan adanya rangsangan-rangsangan dari lingkungan dalam batas-batas tertentu
(Ali, Asrori, 2004:11).
. T:gas Perke2-angan #e2aa
Pada setiap tahapan perkembangan manusia terdapat tugas-tugas tertentu
yang berasal dari harapan masyarakat yang harus dipenuhi oleh individu, dan ini
sering disebut tugas-tugas perkembangan. Keberhasilan atau kegagalan dalam
melaksanakan tugas perkembangan pada periode usia tertentu akan mempengaruhi
berhasil atau tidaknya seseorang dalam menjalankan tugas perkembangan pada
periode usia selanjutnya (Agustiani, 2006:37).
Pada masa remaja terdapat pula tugas-tugas perkembangan tertentu yang
harus dipenuhi oleh individu. Pada akhir masa remaja ini, diharapkan tugas-tugas

tersebut telah terpenuhi sehingga individu siap memasuki masa dewasa dengan peran-
peran dan tugas-tugas barunya sebagai orang dewasa. Pikunas (dalam Agustiani,
2006:37) mengemukakan beberapa tugas perkembangan yang penting pada tahap
pertengahan dan akhir masa remaja, yaitu:
a. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang berkaitan
dengan Iisiknya.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan Iigur-Iigur otoritas.
c. Mengembangkan ketrampilan dalam komunikasi interpersonal, belajar
membina relasi dengan teman sebaya dan orang dewasa, baik secara individu
maupun dalam kelompok.
d. Menemukan model untuk identiIikasi.
e. Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan sumber-sumber
yang ada pada dirinya.
I. Memperkuat kontrol diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang ada.
g. Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan penyesuaian yang kekanak-kanakan.
Berdasarkan tugas-tugas tersebut, tampak secara umum tugas perkembangan
masa remaja berkaitan dengan diri sendiri dan juga dengan lingkungan sosial yang
dihadapinya. Semua perubahan yang terjadi pada remaja dalam masa ini menuntut
individu untuk melakukan penyesuaian diri. Dengan bertambahnya usia, lingkungan
sosial yang dihadapi akan semakin luas.
Lingkungan menuntut individu untuk bertingkah laku dengan cara tertentu
sesuai dengan norma yang ada pada lingkungan. Akan tetapi juga tidak jarang
lingkungan membawa pengaruh yang buruk bagi perkembangan serta perubahan
remaja. Maka yang berperan keras pada masa ini ialah kontrol diri (Agustiani,
2006:37)
B. Perilak: Menyi25ang #e2aa
1. Konse5 Perilak: Menyi25ang
Perilaku menyimpang pada dasarnya memiliki banyak pengertian
tergantung penyimpangan yang dilakukan dalam hal-hal tertentu. Penyimpangan
perilaku remaja terkadang juga identik dengan kenakalan. Perbuatan-perbuatan yang

melanggar norma dan mengganggu kenyamanan orang lain dan tentunya perilaku
yang melanggar hukum adalah merupakan bentuk dari penyimpangan.
Secara umum perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai tingkah laku
yang melanggar atau bertentangan dengan aturan normatiI dan pengertian normatiI
maupun dari harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan (Sadli, 1983:35).
Di dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem-sietem nilai maupun
norma-norma sosial yang merupakan standar-standar sosial yang dijadikan sebagai
ukuran-ukuran apakah suatu perilaku baik dari individu maupun kelompok di dalam
masyarakat, terjadi penyimpangan dari realitas sosial yang terwujud. Tingkah laku
menyimpang (deviant behavior) merupakan suatu masalah sosial dalam arti
kesulitan-kesulitan individual, tingkah laku atau tindakan-tindakan `abnormal`, salah
penampilan dalam peranan sosial, serta anggapan-anggapan mengenai identitas-
identitas menyimpang seperti dalam kejahatan, sakit mental, penampilan orangtua
yang tidak wajar, dan sebagainya.
Penyimpangan tingkah laku seseorang bila mampu mempengaruhi banyak
orang merupakan gejala timbulnya masalah sosial, karena masalah ini mengundang
perhatian banyak anggota masyarakat di tempat penyimpangan sosial itu terjadi
(Nurdin, 1990:54).
Secara keseluruhan, semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan
yang berlaku dalam masyarakat baik norma agama, etika, peraturan sekolah,
keluarga dan lain-lain dapat disebut sebagai perilaku menyimpang (Sarwono,
2000:197).
Berdasarkan penjelasan diatas maka dipilih konsep perilaku menyimpang
adalah tindakan ataupun tingkah laku seseorang yang menyimpang dari aturan-aturan
normatiI yang merupakan standar-standar sosial yang dijadikan sebagai ukuran-
ukuran apakah suatu perilaku baik dari individu maupun kelompok di dalam
masyarakat.
. Penye-a- Perilak: Menyi25ang
Terjadinya perilaku menyimpang haruslah dilihat dari situasi dan kondisi
masyarakat yang ada. Setiap individu memiliki latar belakang kehidupan yang
berbeda maka hal tersebut akan menyebabkan terbentuknya pola-pola perilaku yang
berlainan. Tidak semua individu mampu mengidentiIikasi diri dengan nilai dan

norma yang berlaku di dalam masyarakat. Hal ini berarti gagalnya proses sosialisasi
sehingga cenderung menerapkan pola-pola perilaku yang salah dan menyimpang.
Adapun Iaktor-Iaktor penyebab timbulnya perilaku yang menyimpang adalah sebagai
berikut:
a. Perbedaan status (kesenjangan) sosial antara si kaya dan si miskin yang sangat
mencolok mengakibatkan timbulnya rasa iri dan dengki sehingga terjadilah
tindak korupsi, manipulasi, dan kolusi.
b. Banyaknya pemuda putus sekolah (drop out) dan pengangguran. Mereka yang
tidak mempunyai keahlian tidak mungkin bisa bekerja di perkantoran, padahal
mereka membutuhkan sandang, pangan, dan tempat tinggal. Akhirnya, mereka
mengambil jalan pintas dengan menjadi pengamen atau pengemis jalanan.
c. Kebutuhan ekonomi untuk serba berkecukupan, tanpa harus bersusah payah
bekerja, mengakibatkan seseorang mengambil jalan pintas dengan cara
mencuri, merampok, menodong, dan lain-lain.
d. Keluarga yang berantakan (broken home) dapat menyebabkan adanya
penyimpangan sosial. Sebagai pelampiasan, mereka melakukan kegiatan-
kegiatan yang siIatnya negatiI seperti berjudi, narkoba, miras, terjun ke dalam
kompleks prostitusi.
e. Pengaruh media massa seperti adanya berita dan gambar-gambar serta siaran
TV yang menyajikan tentang tayangan tindak kekerasan dan kriminalitas
(www.lazamboangatimes.com 18/10/2010).
Sementara itu menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and
ReIormation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu
sebagai berikut:
a. Faktor subjektiI, yaitu Iaktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (siIat
pembawaan yang dibawa sejak lahir).
b. Faktor objektiI, yaitu Iaktor yang berasal dari luar (lingkungan).
Berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang
individu dari Iaktor objektiI:
1) Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang
tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam

kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak


pantas. Keadaan itu terjadi akibat proses sosialisasi yang tidak sempurna,
misalnya seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home).
Apabila kedua orangtuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna
maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai
anggota keluarga.
2) Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan
yang menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan
tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku
menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang.
3) Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan
antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku
menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan
seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang
itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.
4) Ikatan sosial yang berlainan.setiap orang umumnya berhubungan dengan
beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku
yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola
perilaku menyimpang.
5) Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang.
Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak
kejahatan (perilaku menyimpang) menyebabkan anak secara tidak sengaja
menganggap bahwa perilaku menyimpang adalah sesuatu yang wajar. Hal
inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan yang
menyimpang, sehingga terjadi proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan
menyimpang pada diri seseorang yang menganggap perilaku menyimpang
merupakan sesuatu yang wajar (www.wikipedia.org/wiki 07/11/2010).
Healy Broner (dalam Kartono, 1992:26) mengemukakan bahwa perilaku
menyimpang penyebabnya bersiIat sosiogenis. Misalnya oleh kekuatan kultural dan
disorganisasi sosial kota-kota besar dimana terjadi perkembangan yang sangat pesat.
Pertambahan penduduk yang pesat menjadikan daerah perkotaan juga cepat berubah.
Kondisi perkotaan yang memiliki ciri-ciri khas tertentu akan memunculkan perilaku

yang menyimpang pada remaja. Jadi perilaku menyimpang tidak semata-mata


muncul akibat pengaruh lingkungan keluarga saja, tetapi juga konteks kultur
seseorang. Munculnya perilaku menyimpang remaja pada dasarnya terpupuk dari
keadaan lingkungan yang juga tidak sehat.

. Taw:ran #e2aa
Dalam kamus bahasa Indonesia 'tawurandapat diartikan sebagai perkelahian
yang meliputi banyak orang. Tawuran remaja adalah perkelahian yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang berada dalam masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju
masa dewasa (remaja).
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan
sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja,
dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional
dan sistematik.
Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang
'mengharuskan mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya
kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam
suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang
harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan
apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita
ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk
yang mana dari pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa
adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok
teman sebayanya.




BAB III
PEMBAHASAN

A. Taw:ran #e2aa Se-agai Penyi25angan Sosial
Tawuran merupakan bentuk dari pertentangan atau konIlik, terjadi antara dua
kelompok yang masing-masing memiliki nilai-nilai yang telah melembaga , dimana
tawuran terwujud karena ada rasa solidaritas yang tinggi ditiap anggota kelompok serta
meletus karena ada kepentingan yang terlanggar oleh masing-masing pihak yang berasal
dari kelompok berbeda. Dengan kata lain nilai postiI dari tawuran atau konIlik pada
umumnya adalah dapat memperbesar rasa solodritas dan persahabatan tetapi jauh dari
pada itu kerugiannya jauh lebih besar dari pada keuntungannya. Kerugiannya bisa berupa
kerugian materil sampai kerugian immaterial. KonIlik adalah usaha-usaha untuk
memperjuangkan kepentingan kelompok yang telanggar oleh kelompok lain yang
dilakukan dengan jalan destruktiI atau diluar kaidah yang ada dalam masyarakat.
Tawuran terjadi karena ada ketidaksesuaian antara nilai yang ada dengan tindakan
yang dilakukan. Tawuran merupakan salah satu bentuk dari pertentangan, dan
pertentangan merupakan salah satu Iactor disintegrasi. Dengan demikian bahwa
ketidaksesuaian yang terjadi antar kelompok yang saling bertikai dapat mengarah pada
suatu proses disintegrasi. Selain itu tawuran (salah satu bentuk conIlict) hal yang
menandakan memudarnya nilai-nilai yang ada dimasyarakat yang merupakan hal-hal
yang memperkokoh integrasi. Disintegrasi merupakan keadaan dimana nilai-nilai atau
kaidah-kaidah sebagai pengokoh integrasi telah memudar.
Kenakalan remaja yang termaniIestasikan dalam tindakan tawuran dari waktu ke
waktu makin kas jangkauannya, yaitu dari hanya sekedar perkelahian antar sekolah terus
berkembang menjadi pemerasan , bahkan mereka sudah berani melakukan pembajakan
angkutan umum dan penodongan terhadap masyarakat. Apabila dilihat dari tindakan yang
mereka lakukan tersebut di sini kita dapat menggolongkan bahwa perbuatan mereka telah
mencapai tingkat yang meresahkan masyarakat yang dalam teori sosiologis oleh
Durkheim dianggap sebagai penyimpangan (deviance).
Deviance terjadi apabila tingkat penyimpangan yang diasosiasikan terhadap
keinginan atau kondisi masyarakat rata-rata telah melanggar batas-batas tertentu yang
dapat ditolerir sebagai masalah gangguan keamanan dan kenyamanan masyarakat.

Penyimpangan berhubungan erat dengan organisasi sosial masuyarakat dimana


penyimpangan tersebut terjadi. Untuk kasus perkelahian pelajar/remaja, organisasi sosial
yang berkaitan erat adalah lembaga pendidikan , lembaga masyarakat setempat dan
lingkungan keluarga. Tiga komponen ini erat hubungannya dalam pembentukan deviance
tadi.
Salah satu kasus tawuran yang menjadi sorotan akhir-akhir ini adalah tawuran
antara kelompok perguruan silat Kera Sakti dan SH Teratai di Kabuh. Tindakan tersebut
dapat dikategorikan sebagai penyimpangan sosial karena mengganggu keamanan dan
kenyamanan masyarakat. Pemukiman masyarakat yang letaknya tak jauh dari jalan raya
Babat-Jombang dilempari batu oleh iring-iringan kelompok Kera Sakti yang diangkut
dalam truk-truk. Hal ini berlanjut dengan menyerang kelompok SH Teratai. Pertikaian
antara kedua belah pihak tak dapat dihindari lagi, yang menyebabkan jatuhnya korban
dari kedua belah pihak dan kerugian yang dialami olh masyarakat sekitarnya berupa
kerugian material dan terganggunya keamanan di tempat tinggal mereka.

B. Faktor Penye-a- Teradinya Taw:ran #e2aa
Tindakan tawuran remaja tidak langsung terjadi begitu saja tanpa ada sebabnya.
Banyak hal yang dapat memicu terjadinya tawuran remaja baik Iaktor internal maupun
Iaktor eksternal.
1. Rasa ingin dihargai yang timbul dan melembaga disetiap individu sebagai manusia.
Setiap manusia pasti ingin dihargai oleh orang lain dan masyarakat. Adanya sikap
dari orang lain, kelompok lain, maupun masayarakat yang tidak menghargai bahkan
mencela individu maupun kelompoknya dapat memicu terjadinya tawuran.
2. Iaktor spontanitas kolektiI untuk membela ikatan mereka.
Adanya ejekan dari orang lain, kelompok lain, maupun masayarakat yang tidak
menghargai bahkan mencela suatu kelompok yang menjadi rumah bagi seseorang,
akan menyebabkan spontanitas dari orang tersebut untuk membela kelompoknya.
Dari sinilah muncul perselisihan dan berujung pada tawuran.
3. Paksaan dikarenakan seorang anggota dianggap sebagai pengecut oleh rekan-
rekannya dalam lingkungan tersebut.

Seorang remaja akan ikut terlibat tawuran dikarenakan dipaksa oleh kelompoknya.
Selain itu adanya perasaan yang cenderung angkuh dan tidak mau disebut sebagai
pengecut oleh kelompoknya.
4. Solidaritas yang tinggi kepada anggota kelompoknya.
Anggota kelompok yang mendapat ancaman dari luar, akan dibela oleh anggota
kelompoknya karena adanya rasa solidaritas yang tinggi, rasa persatuan dan kesatuan
serta perasaan senasib dan sepenanggungan pada satu kelompok tersebut. Satu
terluka, maka semua merasakannya.
5. Faktor lingkungan dan media massa.
Jika lingkungan tempat individu tersebut keras, sering menampakkan kekerasan,
pemukulan, dan kriminalitas yang tinggi, maka remaja akan melihat, mengingat dan
meniru perbuatan kriminalitas tersebut. Remaja yang sudah mendapat pemodelan
yang negatiI tersebut akan mudah terlibat dalam tawuran.
6. Kurangnya pengawasan orang tua.
Kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua terhadap anak-anak mereka
menyebabkan remaja berbuat sesukanya tanpa memperhatikan perbuatan tersebut
baik atau buruk. Sehingga mereka tidak akan berpikir dua kali untuk ikut terlibat
dalam tawuran.
7. Lemahnya penanaman nilai dan norma pada remaja.
Remaja sudah sangat merasakan pentingnya tata nilai dan mengembangkan nilai-
nilai baru yang sangat diperlukan sebagai pedoman, pegangan atau petunjuk dalam
mencari jalannya sendiri untuk menumbuhkan identitas diri menuju kepribadian yang
semakin matang. Jika penanaman nilai dan norma tidak kuat pada diri remaja maka
mereka akan mencari jalannya sendiri. Dalam mencari jalan sendiri inilah terkadang
muncul pengeruh-pengaruh negatiI dari luar. Remaja menjadi sulit membedakan
yang baik dan buruk. Tawuran yang sesungguhnya merupakan perbuatan yang
melanggar norma masayarakat menjadi baik karena kurangnya pemahaman pada
nilai dan norma.

. Da25ak Taw:ran #e2aa


Tawuran remaja mempunyai dampak negatiI yang sangat merugikan baik merugikan
individu, kelompok, maupun masyarakat. Dampak negatiI tawuran antara lain :
1. Kerugian Iisik.
Kerugian Iisik yang dapat terjadi akibat tawuran remaja antara lain luka ringan, luka
berat, cacat Iisik, bahkan kematian yang tidak hanya dialami oleh pelaku tawuran
tetapi juga orang-orang disekitarnya yang tidak terlibat tawuran namun kebetulan
berada di tempat tawuran sehingga terkena imbasnya.
2. Kerugian materi.
Pada saat terjadi tawuran tidak hanya kekerasan Iisik antar pelaku tawuran yang
terjadi, namun juga perusakan Iasilitas-Iasilitas umum dan Iasilitas pribadi yang ada
di sekitar tempat tawuran.
3. Terganggunya keamanan dan kenyamanan masyarakat.
Tawuran remaja menyebabkan rasa tidak aman dan tidak nyaman pada masayarakat.
Masyarakat menjadi takut untuk beraktivitas karena takut ada tawuran susulan.
4. Dampak terhadap keluarga, lembaga pendidikan dan kelompok terkait.
Orang tua yang anaknya terlibat tawuran remaja akan menjadi susah dan malu.
Karena bagaimanapun juga perbuatan anaknya yang buruk akan dipandang sebagai
akibat dari ketidakmampuan orang tua dalam mendidik anaknya. Begitupun juga
untuk lembaga pendidikan yang mendidik remaja yang terlibat tawuran tersebut.
Citra lembaga pendidikan tersebut otomatis akan menuru karena siswanya ter.libat
tawuran.

D. Langkah Penangg:langan Taw:ran #e2aa
Untuk meniadakan tawuran mungkin sulit untuk dilakukan, namun upaya untuk
mengurangi dan menanggulangi tawuran dapat dilakukan baik olh keluarga, sekolah
maupun pemerintah.
1. Penanggulangan oleh keluarga
a) Memberikan pendidikan rohaniah` kepada anak baik secara agamis maupun
kasih sayang secara periodik.

b) Membantu kesulitan anak dalam memecahkan masalahnya.


c) KomunikatiI antara anak dan orang tua.
d) Memberikan peraturan keluarga yang longgar namun diikat dengan tanggung
jawab.
2. Penanggulangan oleh sekolah
a) Penerapan sistem pendidikan link and match yang dapat memebrikan
remaja/pelajar memperoleh pandangan utuh terhadap lingkungan di sekitarnya
dan mampu mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dalam kegiatan apapun
di masyarakat. Skema link and match membutuhkan kerjasama yang apik antara
sektor pendidikan dan lingkungan sektor sekolah sehingga tercipta saling cocok
dan terkait.
b) Keseimbangan pendidikan jasmani dan intelektual; pendidikan jasmani dan
intelektual bagi para siswa di sekolah perlu diseimbangkan. Selama ini
masyarakat maupun praktisi pendidikan, cenderung terlalu mendewakan
intelektual, sebaliknya pendidikan jasmani yang justru sangat berguna bagi
perkembangan siswa justru diabaikan, padahal sesungguhnya pendidikan
jasmani atau Iisik itu pendting bagi
anak-anak untuk memperkaya wawasan mereka mengenai masa depan.
Pendidikan jasmani bukan hanya olahraga, tetapi juga menyangkut estetika
seperti musik dan
kesustraan. Sayangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan jasmani ini belum
muncul.
c) MengeIektiIkan instansi BP di sekolah dengan standarisasi tertentu yang proses
sosialisasinya lebih digencarkan terutama melalui instansi OSIS.
d) Perkuat peran POMG di sekolah.
e) Buat program khusus seperti Iorum silahturahmi pelajar pada wilayah yang
berdekatan secara kontinyu, mainkan peran OSIS dan BP.
3. Penanggulangan oleh pemerintah
a) Pembakuan dan pengkajian kurikulum sesuai dengan kapasitas budaya
penduduk Indonesia, utamakan kontuinitas dan reliabilitas hukum.

b) Peningkatan anggaran pendidikan yang memadai guna memperbanyak dan


menyempurnakan sarana belajar dan mengajar di sekolah sehingga sekolah dapat
menjadi tempat yang menyenangkan dan nyaman bagi pelajar.
c) Pembuatan undang-undang pidana perkelahian pelajar oleh pemerintah dan
program sosialisasinya dengan pendekatan yang Iamiliar bekerjasama dengan
sektor pendidikan, masyarakat (ormas orsospol), dan instansi kepolisian.




















BAB IV
PENUTUP

A. Kesi25:lan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tawuran remaja
merupakan tindakan yang telah mencapai tingkat yang meresahkan masyarakat yang
dalam teori sosiologis oleh Durkheim dianggap sebagai penyimpangan (deviance). Faktor
tawuran remaja ada dua yaitu Iaktor intern (dari dalam diri remaja) dan ekstern (dari
lingkungan). Dampak dari tawuran remaja berupa kerugian baik kerugian Iisik maupun
materi, baik berdampak untuk diri remaja sendiri maupun masyarakat di sekitarnya.
Untuk menanggulangi tawuran remaja peran serta dari keluarga, lembaga pendidikan
serta pemerintah sangat diperlukan.

B. Saran
Tawuran remaja adalah suatu tindakan yang dapat mengganggu keamanan dan
kenyamanan masyarakat. Oleh sebab itu tawuran remaja harus ditanggulangi dan segera
di atasi.















DAFTA# PUSTAKA

Sarwono, s.w. 2000. Psikologi Remafa. Jakarta : PT Raja GraIindo Persada.
Rohman, AriI, dkk. 2006. Sosiologi Kelas X. Klaten : Cempaka Putih.
Mappiare, A. 1992. Psikologi Remafa. Surabaya: Usaha Nasional.
http://daimabadi.blogdetik.com/2010/04/27/tawuran-pelajar/comment-page-1/

You might also like