Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa pencarian jati diri, dan masa
perkembangan kejiwaan yang menentukan sosok seseorang di masa yang akan datang.
Dalam proses mempersiapkan diri menuju kedewasaannya seorang remaja sangat
memungkinkan sekali untuk mengembangkan potensi-potensi positiI yang ada dalam
dirinya. Namun, tidak menutup kemungkinan ia pun akan rentan terhadap pengaruh-
pengaruh negatiI dari luar yang dikarenakan kondisi jiwanya yang belum matang dan
sebagian pikiran remaja yang belum stabil (labil) dan seringkali mengalami kebimbangan
dalam hidupnya sehingga timbullah penyimpangan sosial. Salah satunya adalah tawuran.
Tawuran yang sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh para
pelajar sekolah sudah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi
ditelinga kita. Mereka lebih suka berlari ke jalan dan bergerilya di jalan diaripada masuk
kelas atau berolahraga di lapangan, maka tidak heranlah bila selanjutnya terbentuk apa
yang disebut budaya tawuran`, yang terus diwariskan secara turun temurun di sekolah-
sekolah.
Kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat eIektiI yang
dilakukan oleh para remaja. Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang
terpelajar pun leluasa melakukan hal-hal yang bersiIat anarkis, premanis, dan rimbanis.
Tentu saja perilaku buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam
perkelahian atau tawuran itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat
secara langsung.
Salah satu contohnya adalah tawuran yang terjadi antara kelompok perguruan silat
Kera Sakti dengan Setia Hati Teratai pada tanggal 13 Nopember 2011 lalu yang terjadi di
Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang. Tawuran tersebut melibatkan semua anggota
dari masing-masing perguruan silat dan menyebabkan kerugian pada kedua belah pihak
serta masyarakat di sekitarnya.
Berdasarkan uraian di atas timbul ketertarikan untuk menulis makalah tentang
Tawuran Remaja Sebagai Penyimpangan Sosial Remaja.
B. #:2:san Masalah
1. Bagaimana tawuran remaja sebagai penyimpangan sosial?
2. Apa Iaktor yang menyebabkan terjadinya tawuran remaja?
3. Apa dampak tawuran remaja?
4. Bagaimana langkah penanggulangan tawuran remaja?
. T::an Pe2-ahasan
1. Mengetahui tawuran remaja sebagai wujud penyimpangan sosial.
2. Mengetahui Iaktor yang menyebabkan terjadinya tawuran remaja
3. Mengetahui dampak tawuran remaja
4. Mengetahui langkah penanggulangan tawuran remaja.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas dari mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Bagi pihak lain
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan yang berhubungan dengan
permasalahan dan upaya penyelesaian tawuran remaja di Indonesia.
BAB II
STUDI PUSTAKA
A. #e2aa dan Perke2-angannya
1. Pengertian #e2aa
Masa remaja menurut Mappiare, berlangsung antara umur 12 tahun sampai
dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang
usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun atau sampai
dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22
tahun adalah remaja akhir. Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence,
berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya 'tumbuh atau tumbuh untuk
mencapai kematangan. Bangsa primitiI dan orang-orang purbakala memandang
masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang
kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan
reproduksi (Ali, Asrori, 2004:9).
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa,
meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa
dewasa (Gunarsa dalam Agustiani, 2006:26). Dengan demikian masa remaja meliputi
pertumbuhan, perkembangan, kematangan dan perubahan yang berlangsung secara
berbeda dari masa-masa sebelumnya.
Masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa anak
menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik
Iisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan Iisik, dimana
tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai
pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktiI. Selain itu remaja juga berubah
secara kognitiI dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode
ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka
menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa (Clarke-Stewart &
Friedman, 1987;Ingersoll, 1989 dalam Agustiani 2006:28).
. Pengertian Perke2-angan #e2aa
tersebut telah terpenuhi sehingga individu siap memasuki masa dewasa dengan peran-
peran dan tugas-tugas barunya sebagai orang dewasa. Pikunas (dalam Agustiani,
2006:37) mengemukakan beberapa tugas perkembangan yang penting pada tahap
pertengahan dan akhir masa remaja, yaitu:
a. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang berkaitan
dengan Iisiknya.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan Iigur-Iigur otoritas.
c. Mengembangkan ketrampilan dalam komunikasi interpersonal, belajar
membina relasi dengan teman sebaya dan orang dewasa, baik secara individu
maupun dalam kelompok.
d. Menemukan model untuk identiIikasi.
e. Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan sumber-sumber
yang ada pada dirinya.
I. Memperkuat kontrol diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang ada.
g. Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan penyesuaian yang kekanak-kanakan.
Berdasarkan tugas-tugas tersebut, tampak secara umum tugas perkembangan
masa remaja berkaitan dengan diri sendiri dan juga dengan lingkungan sosial yang
dihadapinya. Semua perubahan yang terjadi pada remaja dalam masa ini menuntut
individu untuk melakukan penyesuaian diri. Dengan bertambahnya usia, lingkungan
sosial yang dihadapi akan semakin luas.
Lingkungan menuntut individu untuk bertingkah laku dengan cara tertentu
sesuai dengan norma yang ada pada lingkungan. Akan tetapi juga tidak jarang
lingkungan membawa pengaruh yang buruk bagi perkembangan serta perubahan
remaja. Maka yang berperan keras pada masa ini ialah kontrol diri (Agustiani,
2006:37)
B. Perilak: Menyi25ang #e2aa
1. Konse5 Perilak: Menyi25ang
Perilaku menyimpang pada dasarnya memiliki banyak pengertian
tergantung penyimpangan yang dilakukan dalam hal-hal tertentu. Penyimpangan
perilaku remaja terkadang juga identik dengan kenakalan. Perbuatan-perbuatan yang
melanggar norma dan mengganggu kenyamanan orang lain dan tentunya perilaku
yang melanggar hukum adalah merupakan bentuk dari penyimpangan.
Secara umum perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai tingkah laku
yang melanggar atau bertentangan dengan aturan normatiI dan pengertian normatiI
maupun dari harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan (Sadli, 1983:35).
Di dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem-sietem nilai maupun
norma-norma sosial yang merupakan standar-standar sosial yang dijadikan sebagai
ukuran-ukuran apakah suatu perilaku baik dari individu maupun kelompok di dalam
masyarakat, terjadi penyimpangan dari realitas sosial yang terwujud. Tingkah laku
menyimpang (deviant behavior) merupakan suatu masalah sosial dalam arti
kesulitan-kesulitan individual, tingkah laku atau tindakan-tindakan `abnormal`, salah
penampilan dalam peranan sosial, serta anggapan-anggapan mengenai identitas-
identitas menyimpang seperti dalam kejahatan, sakit mental, penampilan orangtua
yang tidak wajar, dan sebagainya.
Penyimpangan tingkah laku seseorang bila mampu mempengaruhi banyak
orang merupakan gejala timbulnya masalah sosial, karena masalah ini mengundang
perhatian banyak anggota masyarakat di tempat penyimpangan sosial itu terjadi
(Nurdin, 1990:54).
Secara keseluruhan, semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan
yang berlaku dalam masyarakat baik norma agama, etika, peraturan sekolah,
keluarga dan lain-lain dapat disebut sebagai perilaku menyimpang (Sarwono,
2000:197).
Berdasarkan penjelasan diatas maka dipilih konsep perilaku menyimpang
adalah tindakan ataupun tingkah laku seseorang yang menyimpang dari aturan-aturan
normatiI yang merupakan standar-standar sosial yang dijadikan sebagai ukuran-
ukuran apakah suatu perilaku baik dari individu maupun kelompok di dalam
masyarakat.
. Penye-a- Perilak: Menyi25ang
Terjadinya perilaku menyimpang haruslah dilihat dari situasi dan kondisi
masyarakat yang ada. Setiap individu memiliki latar belakang kehidupan yang
berbeda maka hal tersebut akan menyebabkan terbentuknya pola-pola perilaku yang
berlainan. Tidak semua individu mampu mengidentiIikasi diri dengan nilai dan
norma yang berlaku di dalam masyarakat. Hal ini berarti gagalnya proses sosialisasi
sehingga cenderung menerapkan pola-pola perilaku yang salah dan menyimpang.
Adapun Iaktor-Iaktor penyebab timbulnya perilaku yang menyimpang adalah sebagai
berikut:
a. Perbedaan status (kesenjangan) sosial antara si kaya dan si miskin yang sangat
mencolok mengakibatkan timbulnya rasa iri dan dengki sehingga terjadilah
tindak korupsi, manipulasi, dan kolusi.
b. Banyaknya pemuda putus sekolah (drop out) dan pengangguran. Mereka yang
tidak mempunyai keahlian tidak mungkin bisa bekerja di perkantoran, padahal
mereka membutuhkan sandang, pangan, dan tempat tinggal. Akhirnya, mereka
mengambil jalan pintas dengan menjadi pengamen atau pengemis jalanan.
c. Kebutuhan ekonomi untuk serba berkecukupan, tanpa harus bersusah payah
bekerja, mengakibatkan seseorang mengambil jalan pintas dengan cara
mencuri, merampok, menodong, dan lain-lain.
d. Keluarga yang berantakan (broken home) dapat menyebabkan adanya
penyimpangan sosial. Sebagai pelampiasan, mereka melakukan kegiatan-
kegiatan yang siIatnya negatiI seperti berjudi, narkoba, miras, terjun ke dalam
kompleks prostitusi.
e. Pengaruh media massa seperti adanya berita dan gambar-gambar serta siaran
TV yang menyajikan tentang tayangan tindak kekerasan dan kriminalitas
(www.lazamboangatimes.com 18/10/2010).
Sementara itu menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and
ReIormation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu
sebagai berikut:
a. Faktor subjektiI, yaitu Iaktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (siIat
pembawaan yang dibawa sejak lahir).
b. Faktor objektiI, yaitu Iaktor yang berasal dari luar (lingkungan).
Berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang
individu dari Iaktor objektiI:
1) Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang
tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam
BAB III
PEMBAHASAN
A. Taw:ran #e2aa Se-agai Penyi25angan Sosial
Tawuran merupakan bentuk dari pertentangan atau konIlik, terjadi antara dua
kelompok yang masing-masing memiliki nilai-nilai yang telah melembaga , dimana
tawuran terwujud karena ada rasa solidaritas yang tinggi ditiap anggota kelompok serta
meletus karena ada kepentingan yang terlanggar oleh masing-masing pihak yang berasal
dari kelompok berbeda. Dengan kata lain nilai postiI dari tawuran atau konIlik pada
umumnya adalah dapat memperbesar rasa solodritas dan persahabatan tetapi jauh dari
pada itu kerugiannya jauh lebih besar dari pada keuntungannya. Kerugiannya bisa berupa
kerugian materil sampai kerugian immaterial. KonIlik adalah usaha-usaha untuk
memperjuangkan kepentingan kelompok yang telanggar oleh kelompok lain yang
dilakukan dengan jalan destruktiI atau diluar kaidah yang ada dalam masyarakat.
Tawuran terjadi karena ada ketidaksesuaian antara nilai yang ada dengan tindakan
yang dilakukan. Tawuran merupakan salah satu bentuk dari pertentangan, dan
pertentangan merupakan salah satu Iactor disintegrasi. Dengan demikian bahwa
ketidaksesuaian yang terjadi antar kelompok yang saling bertikai dapat mengarah pada
suatu proses disintegrasi. Selain itu tawuran (salah satu bentuk conIlict) hal yang
menandakan memudarnya nilai-nilai yang ada dimasyarakat yang merupakan hal-hal
yang memperkokoh integrasi. Disintegrasi merupakan keadaan dimana nilai-nilai atau
kaidah-kaidah sebagai pengokoh integrasi telah memudar.
Kenakalan remaja yang termaniIestasikan dalam tindakan tawuran dari waktu ke
waktu makin kas jangkauannya, yaitu dari hanya sekedar perkelahian antar sekolah terus
berkembang menjadi pemerasan , bahkan mereka sudah berani melakukan pembajakan
angkutan umum dan penodongan terhadap masyarakat. Apabila dilihat dari tindakan yang
mereka lakukan tersebut di sini kita dapat menggolongkan bahwa perbuatan mereka telah
mencapai tingkat yang meresahkan masyarakat yang dalam teori sosiologis oleh
Durkheim dianggap sebagai penyimpangan (deviance).
Deviance terjadi apabila tingkat penyimpangan yang diasosiasikan terhadap
keinginan atau kondisi masyarakat rata-rata telah melanggar batas-batas tertentu yang
dapat ditolerir sebagai masalah gangguan keamanan dan kenyamanan masyarakat.
Seorang remaja akan ikut terlibat tawuran dikarenakan dipaksa oleh kelompoknya.
Selain itu adanya perasaan yang cenderung angkuh dan tidak mau disebut sebagai
pengecut oleh kelompoknya.
4. Solidaritas yang tinggi kepada anggota kelompoknya.
Anggota kelompok yang mendapat ancaman dari luar, akan dibela oleh anggota
kelompoknya karena adanya rasa solidaritas yang tinggi, rasa persatuan dan kesatuan
serta perasaan senasib dan sepenanggungan pada satu kelompok tersebut. Satu
terluka, maka semua merasakannya.
5. Faktor lingkungan dan media massa.
Jika lingkungan tempat individu tersebut keras, sering menampakkan kekerasan,
pemukulan, dan kriminalitas yang tinggi, maka remaja akan melihat, mengingat dan
meniru perbuatan kriminalitas tersebut. Remaja yang sudah mendapat pemodelan
yang negatiI tersebut akan mudah terlibat dalam tawuran.
6. Kurangnya pengawasan orang tua.
Kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua terhadap anak-anak mereka
menyebabkan remaja berbuat sesukanya tanpa memperhatikan perbuatan tersebut
baik atau buruk. Sehingga mereka tidak akan berpikir dua kali untuk ikut terlibat
dalam tawuran.
7. Lemahnya penanaman nilai dan norma pada remaja.
Remaja sudah sangat merasakan pentingnya tata nilai dan mengembangkan nilai-
nilai baru yang sangat diperlukan sebagai pedoman, pegangan atau petunjuk dalam
mencari jalannya sendiri untuk menumbuhkan identitas diri menuju kepribadian yang
semakin matang. Jika penanaman nilai dan norma tidak kuat pada diri remaja maka
mereka akan mencari jalannya sendiri. Dalam mencari jalan sendiri inilah terkadang
muncul pengeruh-pengaruh negatiI dari luar. Remaja menjadi sulit membedakan
yang baik dan buruk. Tawuran yang sesungguhnya merupakan perbuatan yang
melanggar norma masayarakat menjadi baik karena kurangnya pemahaman pada
nilai dan norma.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesi25:lan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tawuran remaja
merupakan tindakan yang telah mencapai tingkat yang meresahkan masyarakat yang
dalam teori sosiologis oleh Durkheim dianggap sebagai penyimpangan (deviance). Faktor
tawuran remaja ada dua yaitu Iaktor intern (dari dalam diri remaja) dan ekstern (dari
lingkungan). Dampak dari tawuran remaja berupa kerugian baik kerugian Iisik maupun
materi, baik berdampak untuk diri remaja sendiri maupun masyarakat di sekitarnya.
Untuk menanggulangi tawuran remaja peran serta dari keluarga, lembaga pendidikan
serta pemerintah sangat diperlukan.
B. Saran
Tawuran remaja adalah suatu tindakan yang dapat mengganggu keamanan dan
kenyamanan masyarakat. Oleh sebab itu tawuran remaja harus ditanggulangi dan segera
di atasi.
DAFTA# PUSTAKA
Sarwono, s.w. 2000. Psikologi Remafa. Jakarta : PT Raja GraIindo Persada.
Rohman, AriI, dkk. 2006. Sosiologi Kelas X. Klaten : Cempaka Putih.
Mappiare, A. 1992. Psikologi Remafa. Surabaya: Usaha Nasional.
http://daimabadi.blogdetik.com/2010/04/27/tawuran-pelajar/comment-page-1/