You are on page 1of 6

TUGAS

FILSAFAT ILMU DAN ETIKA ILMU

TEORI KEBENARAN

OLEH:
AGUSTAMAN
NIM: P2BA08006

PROGRAM STUDI PASCASARJANA BIOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2008
TEORI KEBENARAN
(THEORY OF TRUTH)

PENGANTAR

"Gnothi Seauthon..............!" demikianlah Sokrates, seorang filsuf besar


Yunani, telah berbicara pada abad-abad sebelum masehi. Kenalilah dirimu
sendiri, demikianlah kurang lebih pesan yang ingin ia sampaikan.
Manusia adalah mahluk berfikir yang dengan itu menjadikan dirinya ada.
Prof. Dr. R.F Beerling, seorang sarjana Belanda mengemukakan teorinya tentang
manusia bahwa manusia itu adalah mahluk yang suka bertanya. Dengan berfikir,
dengan bertanya, manusia menjelajahi pengembaraannya, mulai dari dirinya
sendiri kemudian lingkungannya bahkan kemudian sampai pada hal-hal lain
yang menyangkut asal mula atau mungkin akhir dari semua yang dilihatnya.
Kesemuanya itu telah menempatkan manusia sebagai mahluk yang sedikit
berbeda dengan hewan. Sebagaimana Aristoteles, filsuf yunani yang lain,
mengemukakan bahwa manusia adalah hewan yang berakal sehat, yang
mengeluarkan pendapat, yang berbicara berdasarkan akal pikirannya (the animal
that reason). W.E Hacking, dalam bukunya What is Man, menulis bahwa: "tiada
cara penyampaian yang meyakinkan mengenai apa yang difikirkan oleh hewan-
hewan, namun agaknya aman untuk mengatakan bahwa manusia jauh lebih
berfikir dari hewan manapun. Ia menyelenggarakan buku harian, memakai
cermin, menulis sejarah......."
William P. Tolley, dalam bukunya Preface To Philosophy A Tex Book,
mengemukakan bahwa "our question are endless,......what is a man, what is a
nature, what is a justice, what is a god ? Berbeda dengan hewan, manusia sangat
concern mengenai asal mulanya, akhirnya, maksud dan tujuannya, makna dan
hakikat kenyataan. ....Mungkin saja ia adalah anggota marga satwa, namun ia
juga adalah warga dunia idea dan nilai ...."
Dengan menempatkan manusia sebagai hewan yang berfikir, berintelektual
dan berbudaya, maka dapat disadari kemudian bila pada kenyataannya
manusialah yang memiliki kemampuan untuk menelusuri keadaan dirinya dan
lingkungannya. Manusialah yang membiarkan fikirannya mengembara dan
akhirnya bertanya. Berfikir adalah bertanya, bertanya adalah mencari jawaban,
mencari jawaban adalah mencari kebenaran; mencari jawaban tentang alam dan
Tuhan adalah mencari kebenaran tentang alam dan Tuhan. Dari proses tersebut
lahirlah pengetahuan, teknologi, kepercayaan (atau mungkin agama ??)
Lalu apakah kebenaran itu ? atau apakah atau keadaan yang bagaimanakah yang
dapat disebut benar ? Kebenaran acapkali diperdebatkan, namun makna
sebenarnya acapkali ditinggal. “Jika anak kecil digigit anjing maka yang benar
anak tersebut harus berganti menggigit anjing”, apakah ini juga suatu
kebenaran ??

TEORI KEBENARAN
TEORI KORESPONDENSI TENTANG KEBENARAN
Teori yang pertama ialah teori korespondensi [Correspondence Theory of
Truth], yang kadang kala disebut The accordance Theory of Truth.
"Kebenaran/keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang
dimaksud oleh sebuah pendapat dengan apa yang sungguh merupakan
halnya/faktanya"
Menurut teori ini dinyatakan bahwa, kebenaran atau keadaan benar itu
berupa kesesuaian [correspondence] antara arti yang dimaksud oleh suatu
pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh terjadi merupakan kenyataan
atau faktanya.
Jadi berdasarkan teori korespondensi ini, kebenaran/keadaan benar itu
dapat dinilai dengan membandingkan antara preposisi dengan fakta atau
kenyataan yang berhubungan dengan preposisi tersebut. Bila diantara keduanya
terdapat kesesuaian (korespondence), maka preposisi tersebut dapat dikatakan
memenuhi standar kebenaran/keadaan benar.
Sebagai contoh dapat dikemukakan : " Semarang adalah Ibu Kota
Provinsi Jawa Tengah sekarang" ini adalah sebuah pernyataan; dan apabila
kenyataannya memang Semarang adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah,
pernyataan itu benar, maka pernyataan itu adalah suatu kebenaran.
Rumusan teori korespondensi tentang kebenaran itu bermula dari
ARIESTOTELES, (384-322 S.M.) dan disebut teori penggambaran yang
definisinya berbunyi sebagai berikut :

“VERITAS EST ADAEQUATIO INTELCTUS ET RHEI”


[kebenaran adalah persesuaian antara pikiran dan kenyataan].

Teori ini selanjutnya dikembangkan oleh Bertrand Russel (1872-1970).


Penganut teori ini adalah mazhab realisme dan materialisme.
Kritik: Apabila sudah diketahui kenyataan mengapa perlu dibuat
perbandingan, padahal kebenaran sedang dimiliki?

TEORI KONSISTENSI/KOHERENSI TENTANG KEBENARAN

Teori yang kedua adalah Teori Konsistensi. The Consistence Theory Of


Truth, yang sering disebut dengan The coherence Theory Of Truth
Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan
(judgement) dengan sesuatu yang lalu, yakni fakta atau realitas, tetapi atas
hubungan antara putusan-putusan itu sendiri..
Berdasarkan teori ini, kebenaran ditegakkan atas hubungan antara
putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan
diakui benarnya terlebih dahulu. Jadi suatu proposisi itu cenderung untuk benar
jika proposisi itu coherent [saling berhubungan] dengan proposisi yang benar,
atau jika arti yang terkandung oleh proposisi tersebut koheren dengan
pengalaman kita.
Contohnya:
Bungkarno, adalah ayahanda Megawati Sukarno Puteri, adalah
pernyataan yang kita ketahui, kita terima, dan kita anggap benar. Jika terdapat
penyataan yang koheren dengan pernyataan tersebut diatas, maka pernyataan ini
dapat dinyatakan Benar. Kerena koheren dengan pernyataan yang dahulu:
Misalnya.
- Bungkarno memiliki anak bernama Megawati Sukarno Putri
- Anak-anak Bungkarno ada yang bernama Megawati Sukarno Putri
- Megawati Sukarno Putri adalah keturunan Bungkarno

Teori ini dianut oleh mazhab idealisme. Penggagas teori ini adalah Plato
(427-347 S.M.) dan Aristoteles (384-322 S.M.), selanjutnya dikembangkan oleh
Hegel dan F.H. Bradley (1864-1924). Kritik terhadap teori ini adalah “tidak
mungkinkah terdapat kumpulan proposisi yang koheren yang semuanya salah”?.

TEORI PRAGMATISME TENTANG KEBENARAN

Teori ketiga adalah teori pragmatisme tentang kebenaran, the pragmatic


[pramatist] theory of truth. Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani pragma,
artinya yang dikerjakan, yang dapat dilaksanakan, dilakukan, tindakan atau
perbuatan. Falsafah ini dikembangan oleh William James di Amerika Serikat.
Menurut filsafat ini dinyatakan, bahwa sesuatu ucapan, hukum, atau sebuah teori
semata-mata bergantung kepada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika
mendatangkan manfaat.
Dinyatakan sebuah kebenaran jika memilki “hasil yang memuaskan
[satisfactory result], bila :
Sesuatu yang benar jika memuaskan keinginan dan tujuan manusia
Sesuatu yang benar jika dapat diuji benar dengan eksperimen
Sesuatu yang benar jika mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk
tetap ada.
Kritik: betapa kabur dan samarnya pengertian berguna (usefull) itu.

TANGGAPAN

Sulit untuk mengatakan apakah ketiga teori tentang kebenaran tersebut


diatas adalah bertentangan atau saling melengkapi. Namun yang pasti,
seharusnya kebenaran tidaklah menjadi klaim salah satu golongan saja.
Sebagaimana Harold H. Titus mengatakan "The way of knowledge may
be many rather then one ". Proses berfikir tidak boleh berhenti pada satu hal
yang kelihatannya sudah pantas untuk diyakini, karena ketika keyakinan akan
suatu obyek mulai tumbuh, maka seiring dengan itu proses berfikir tentang
obyek tersebutpun akan berhenti. Keyakinan adalah penjara kebebasan berfikir,
dan tulisan inipun dibuat agar pembaca terus berfikir.
Marxis, dalam sebuah penjelasannya mengungkapkan "apabila sensasi
kita, persepsi kita, konsep dan teori kita bersesuaian dengan realitas obyektif,
apabila itu semua mencerminkannya dengan cermat, maka kita katakan semua
itu benar; pernyataan, putusan dan teori yang benar kita sebut kebenaran".

KESIMPULAN

Pendapat siapa yang benar? Pernyataan siapa yang benar? Misal, definisi
terorisme dan penerapnnya sangat sarat muatan politis. Kamus dan Ensiklopedi
berbahasa Inggris sebagai produk pabrik ilmu pengetahuan Barat dapat dengan
mudah mendikte pemikiran para pembaca yang tidak kritis untuk mengambil
kesimpulan bahwa serangan militer Israel terhadap rakyat Palestina, misalnya,
tidak dapat dikategorikan ke dalam teroris. Definisi itu baru dapat operasional
jika didukung oleh kekuasaan. Siapa yang mempunyai pengetahuan akan
memegang kekuasaan, siapa yang berkuasa dapat memproduk pengetahuan.
“Pengetahuan adalah kekuasaan”, ujar Francis Bacon, bapak ilmu pengetahuan
modern.
Harus ada kesamaan dalam menilai kebenaran suatu pemikiran. Kriteria
kebenaran yang harus disepakati adalah; sebelum melangkah lebih jauh kita
artikan dulu apa itu kebenaran. Kebenaran dalah kesesuaian objek dengan realita
atau kesesuaian objek dengan pengetahuan parameter kebenaran

1. Kebenaran bersifat universal


Kebenaran suatu pemikiran harus bernilai universal, artinya berlaku untuk
kapanpun dan dimanapun. Jika tidak demikian maka peserta diskusi yang
tempat dan waktu mendapatkan pengetahuan baru tersebut berbeda tidak dapat
menerima kebenaran tersebut.

2. Kebenaran bersifat mutlak


Tanpa pandangan tersebut, maka diskusi akan sis-sia. Apapun
pengetahuan baru yang ada dalam sebuah diskusi tidak dapat diterima sebagai
kebenaran. Sehingga semua perkataan yang dikemukakan dalam sebuah diskusi
tidak berbeda dengan kebohongan, ketidakwarasan dan omong kosong.

3. Kebenaran bersifat manusiawi


Artinya bahwa pengetahuan yang disampaikan secara alamiah dapat
diterima atau dimengerti oleh manusia. Tak perlu ada rekayasa seperti melalui
bujukan, paksaan atau paksaan. Jika ada rekayasa seperti itu maka perlu
dipertanyakan kebenarannya. Kebenaran akan diterima jika hal itu memang
sebuah kebenaran, diakui secara lisan atau tidak.

4. Kebenaran bersifat argumentatif


Dalam sebuah diskusi, pembuktian terhadap kebenaran sebuah pendapat
atau pengetahuan baru harus dimiliki. Argumentasi digunakan untuk
menjelaskan proses mendapatkan pengetahuan baru tersebut sehingga orang
lain dapat menilai kebenarannya dari proses tersebut.
Argumentasi adalah proses bergeraknya suatu pengetahuan yang menjadi
patokan menuju pengetahuan baru (kesimpulan). Dalam menilai kebenaran dan
keabsahan argumentasi, ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama adalah
kebenaran dari isi pengetahuan yang menjadi pijakan. Kedua adalah keabsahan
penyusunan pengetahuan-pengetahuan pijakan menjadi suatu kesimpulan
(proses pengambilan kesimpulan).

5. Kebenaran bersifat ilmiah


Ini dimaksudkan agar kebenaran suatu pengetahuan dapat dibuktikan
oleh orang lain bahwa pengetahuan tersebut sesuai dengan kenyataan yang ada.
Kebenaran yang tidak dapat dibuktikan oleh orang lain tidak dapat didiskusikan.
Artinya bahwa kebenaran tersebut tidak dapat dihukumi untuk orang lain

SUMBER RUJUKAN

1. www.hindu-brawijaya.net/id/bulletin/artikel/pencariankebenaran.php
2. www.zfikri.wordpress.com/2007/09/02/teori-kebenaran/
3. www.filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/01/teori-kebenaran.html
4. www. blogs.unpad.ac.id/mumuhmz/2008/09/20/bahan-i-teori-
kebenaran/

You might also like