You are on page 1of 6

CATATAN: Tulisan ini dibaca dengan hati-hati dan cermat karena hasil terjamahan dari mahasiswa yang belum

diedit. KAIDAH KE EMPAT: AL-ADAT MUHAKKAMAH Akan dibahas hal berikut: 1. Pendahuluan 2. Pentingnya kaidah tersebut 3. Al-urf al-mutabar 4. Pengertian al-adat dan al-urf secara bahasa dan istilah fiqih 5. Al-adat lebih universal dari al-urf 6. Perbedaan al-urf dan al-adat 7. Hubungan antara Al-urf dan al-adat 8. Makna kaidah (( Al-adat muhakkamah )) 9. Sumber kaidah tersebut beserta dalil-dalil al-quran dan sunnahnya 10.makna pertimbangan al-urf dalam menetapkan hukum 11.Pemakaian al-urf dalam fiqih 12.Syarat pertimbangan dengan al-urf dan al-adat 13.Pembagian al-urf 14.Kedudukan al-urf dan al-adat terhadap nash-nash syariy 15.Contoh implementasi dan permasalahan-permasalahan fiqih dari kaidah tersebut 16.Kaidah-kaidah yang merupakan cabang dari kaidah (( al-adat muhakkamah ))

1. Pendahuluan Al-urf dan al-adat memiliki pengaruh yang besar bagi kaidah-kaidah fiqih, dan kitab-kitab kaidah tidak pernah lepas dari pembahasan urf dan adat ataupun kaidah yang bersumber darinya; hal ini karena perbuatan-perbuatan yang yang bisa dilakukan dalam suatu

masyarakat, hanyalah perbuatan social kemasyarakatan saja, dan bukan termasuk dalam muamalat dan hukum kecuali jika diakui dan diberlakukan oleh masyarakat dalam kebiasaan hidup mereka, sehingga memiliki kekuatan hukum dan menjadi ketetapan hukum berdasarkan adat. ((dan ketika para fuqoha mencermati makna ini dan berpendapat tentang penetapan urf dan adat dalam syariat dan kerangka hukum; mereka tidak melarangnya bahkan menyusun kaidah kaidah atau mengeluarkan cabang-cabang dan permasalahan permasalahan berdasarkan kaidah kaidah ini dan mereka telah menyebutkan beberapa kaidah yang terkait dengan urf dan menghukuminya di dalam beberapa kondisi berdasarkan kaidah-kaidah ini: kaidah ((aladat,muhakkamat))dan karena urf adalah sesuatu yang asli dan universal yang berbeda dengan semua kaidah ini dan cabangcabangnya, dan memungkinkan untuk meletakkannya di bawah ((nadloriatul urf)) dan saya akan merevisi teori besar ini dengan hal penting yang rumit di dalam fiqih secara menyeluruh dan mendasar 2. Pentingnya kaidah tersebut Bahwa obyek dari kaidah ini merupakan obyek baru yang menjawab permasalahan-permasalahan yang baru hal itu dikarenakan banyak bergantung pada permasalahan-permasalahan yang membutuhkan penelitian disamping pembentukannya yang terkait dengan banyaknya cabang-cabang dan permasalahan maka yang mendukung pendapat tersebut dalam kaidah ini dan tidak mengingkari ((taghyirul ahkam al mabniyah alal araf wal washolih bi taghyirizzaman)) menerima luasnya cakupan fiqih islam serta menyeluruh untuk memberi solusi bagi persoalan-persoalan dan kesulitan-kesulitan kontemporer dalam hidup, dan cocok bagi semua waktu dan tempat dan ini termasuk keutamaan factor yang diterima dalam membangun syariah dan fiqih dan para fuqoha banyak menetapkan hukum berdasarkan kaidah ini

As-syatibi rohimahullah berkata : (( 3. Al-urf al-mutabar (( akan tetapi jika urf memiliki kekuatan seperti ini maka wajiblah dalam menyampaikan dan mengembangkannya, dan sebelumnya ulama berpendapat tentangnya jika baik maka sesuai dengan kaidah syarI dan maqashidul amah bantulah atas perkembangannya jika terdapat kemaslahatan untuk masyarakat, dan jika merusak maka cegahlah setiap kekeliruan yang bertentangan dengan kebaikan dari hukm-hukum, perintah, dan larangan syarI bagi manusia dalam setiap urusannya, sehingga tidak berubah hawa nafsu. Jika penting, cakupan yang luas, dan pengaruh dari adat dan urf sudah terbangu dalm hokum syarI maka hendaknya kita cermati dulu tentang: maknanya secara bahasa dan istilah fiqi kemudiankemudian dilanjutkan dengan hal yang terkait dengannya dari segi makna, perkembangan, pembagian, macam, dalil-dalil syarI tentangnya, serta syarat-syaratnya. Kemudian membahas tentang kata yang mujmal tentang pengaruh urf dan adat dalam syariat dan pentingnya hokumhukum yang tetap atasnya bneserta nenyebutkan contoh beserta penjelasan: pentingnya kaidah-kaidah yang disimpulkan dari kaidah ((al-adat muhakkamah)). 4. Pengertian al-adat dan al-urf secara bahasa dan istilah fiqih Telah disinggung di awal penjelasan tentang pengertian urf dan adat secara bahasa dan istilah, akan tetapi jika dicermati akan kita temukan penjelasan bersama bahwa adat dan urf adalah satu makna dari segi keterkaitan: atau dari segi yang menunjukkan kedua lafad tersebut dan dan mengaitkan keduanya, yaitu Al-adat al-marufah. Akan tetapi terdapat perbedaan dari segi pemahaman: (( dari segi pemahaman, keduanya amatlah berbeda)) sebagaiman akan dijelaskan nanti. Pengertian adat secara bahasa:

Al-adat dalam lisanul arab : (( )) kebiasaan dan kontinuitas atas sesuatu; dinamakan tersebut karena pelakunya membiasakan atau mengulanginya kembal, dan jamaknya: aadaat dan awaaida. Dan dalam kosakata rahib asfaghaniy: melakukan kembali sesuatu yang tlah dikerjakan baik secara dzat, perkataan, maupun kiasan Sebagaimana firman allah dalam QS al-mukminun: 108 dan Al-anam: 28. urf secara bahasa: Muajim bahasa arab menyebutkan bahwa urf memiliki makna yang lebih banyak: abu hasin ahmad bin faris menyebutkan bahwa kita tidak bisa dengannya meletakkan tangan kita diatas apa yang disebutkan pakar bahasa dalam makna urf dengan ibarat yang lembut dan diperbolehkan, maka ia berkata: (( huruf ain, ra, dan fa )) asal keduanya yang benar menunjukkan bahwa salah satunya menunjukkan adanya sukun. Dan dalam tafsir al-alamat abi suud: (( wamur bil urfi )) perintahlah terhadap urf atau terhadap perbuatan yang baik; maka hal tersebut memiliki kedekatan yang diterima banyak orang, jashash berkata: ((perbuatan yang diketahui umum yang baiksecara akal, dan tidak akan menjadi munkar bagi setiapakal sehat)). Maka disimpulkan: makna-makna yang disebutkan ulama lughah tentang kata adat berdekatan maknanya dengan kata urf; dan adat mensyaratkan adanya pengulangan sekali setelahnya, adapun urf mensyaratkan adanya kontinuitas atau dengan kata lain adapt memungkinkan untuk menjadi urf jika dilakukan terus menerus. Al-adat dan urf dalam istilah syariy: Pengertian adat menurut fuqaha: Bahwa lafadz adapt sebgaaiman diulas sebelumnya secara bahasa mencakup setiap pengulangan baik perkataan maupun perbuatan, dan ketika fuqaha memberikan pengertian adat mereka mengetahui adapt yang menjadi dasar dalam membangun hokum, mereka

menjadikannya

sama

dengan

urf

dikatakan

dengan:

Al-adat

muhakkamat. ((al-hamawiy al-hanafiy dalam syarah Al-asybah wan nadhar milik ibn najim bahwa esensi adat adalah mengulang sesuatu dan membiasakan pengulangannya dan lepas dari kemandekan dengan jalan yang disepakati)) dan penulis ((al-munir az-zahir fil ushul)) menjelaskan: ((yaitu pertimbangan dari apa yang ada dalam jiwa untuk perkara yang berulang dalam insting yang salim)) dan dalam diraral hikam, syarh majalatul ahkam al-adliyah dikatakan: adat adalah ((perkara yang tetap dalam hati dan bisa diterima oleh hati yang salim. Al-qurafiy menjelaskan tentang adat: ((berbeda dengan makna atas semua bangsa maupun sebagiannya)) ibn amir haj dalam syarh attahrir menjelaskan: Al-adat ((perkara yang berulang dan tidak terkait dengan akal)). Pengertian-pengertian diatas tidak sal;ing bertentangan; karena aladat diambil dari al-muawadah, yaitu mengulangi dan membiasakannya dan diketahui secara umum sesuai dengan jiwa dan akal serta diterima secara mutlak dan tidak konsekwensi logis serta qarinah sehingga berbeda dengan muamalat dan menghindarkan dari adanya kesamaan dalam semua Negara maupun sebagiannya. 5. Al-adat lebih universal dari al-urf Berdasar pengertian-pengertian ini, menjelaskan bahwa pembahasan adat amatlah luas, mencakup setiap pengulangan baik perkataan maupun perbuatan, sama saja baik bersumber dari individu maupun kelompok, atau bahkan fenomena alam seperti panas, iklim, dingin 6. Perbedaan al-urf dan al-adat 7. Hubungan antara Al-urf dan al-adat 8. Makna kaidah (( Al-adat muhakkamah )) 9. Sumber kaidah tersebut beserta dalil-dalil al-quran dan sunnahnya 10.makna pertimbangan al-urf dalam menetapkan hukum

11.Pemakaian al-urf dalam fiqih 12.Syarat pertimbangan dengan al-urf dan al-adat 13.Pembagian al-urf 14.Kedudukan al-urf dan al-adat terhadap nash-nash syariy 15.Contoh implementasi dan permasalahan-permasalahan fiqih dari kaidah tersebut 16.Kaidah-kaidah yang merupakan cabang dari kaidah (( al-adat muhakkamah ))

You might also like