You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tubuh mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi dari bahaya infeksi melalui mekanisme daya tahan traktus respiratorius yang terdiri dari : 1. Susunan anatomis dari rongga hidung. 2. Jaringan limfoid di naso oro faring. 3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut. 4. Refleks batuk 5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi 6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional. 7. Fagositas, aksi enzimatik dan respons imunohumoral terutama dari Ig A. Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, trauma pada parus, anestesia, aspirasi dan pengobatan dengan antibiotik yang tidak sempurna. Pada umumnya pembagian pneumonia menurut dasar anatomis dan etiologi. Pembagian anatomis ialah pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronchopneumonia), pneumonia interstitialis (bronkiolitis), sedangkan pembagian etiologis ialah bakteri (misalnya pelbagai kokus, H.influenza) virus, Mycoplasma pneumoniae, jamur, aspirasi dan sindrom loeffler. Pembagian etiologi ini penting untuk menentukan pengobatannya. Dalam penyusunan makalah ini penyusun mengambil topik bronchopneumonia. Bronchopneumonia adlah merupakan suatu peradangan paru-paru, dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru-paru, tetapi juga bronchioli. Biasanya hal ini didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1 %. Bila pasien disertai malnutrisi energi protein (MEP) dan pasien yang datang terlambat angka mortalitasnya masih tinggi. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Penyusun diharapkan mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan bronchopneumonia. 2. Tujuan Khusus Penyusun diharapkan mampu : a. Memahami pengertian, anatomi, fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan dari bronchopneumonie. b. Melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melakukan implementasi, mengevaluasi semua tindakan keperawatan dan mendokkumentasikan asuhan keperawatan khususnya dalam kasus bronchopneumonie.

C. Metode Penulisan Dalam penyusunan makalah ini penyusun menggunakan metode penulisan : Studi kepustakaan : penyusun mengumpulkan data dari berbagai referensi yang membahas tentang gangguan sistem pernafasan : bronchopneumonie dari berbagai sumber buku sebagai referensi. D. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada makalh ini terdiri dari tiga bab. Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Teori, terdiri dari konsep dasar medik dan konsep asuhan keperawatan. Konsep dasar medik terdiri dari pengertian, anatomi, fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan. Konsep asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan/ intervensi, pelaksanaan/ implementasi dan evaluasi. Discharge planning dan patoflow diagram. Bab III Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN TEORI

A.

Konsep Dasar Medik 1. Pengertian Bronchopneumonie adalah merupakan suatu peradangan paru-paru, dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru-paru, tetapi juga pada bronchioli. Biasanya hal ini didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari (DEPKES Ri, 1989, hal 55). Bronchopneumonie adalah suatu keradangan pada parenkim paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing (A. Aziz Alimul Hidayat, 2000, hal ) 2. Anatomi Fisiologi

Anatomi Pernafasan (Syaifuddin, 1997)

Fisiologi Pernafasan Pernafasan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran, diambil 3

oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh. Di dalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan menembus membran alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung. Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner : Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam alkali dengan udara luar. Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian. Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.

Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernafasan sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak. 3. Etiologi Penyebab terjadinya bronchopneumonia adalah : - Bakteri : Pneumonie, streptokokus, basil gram (Haemophilus influenza) - Aspirasi : Makanan, benda asing, cairan amnion. - Jamur : Mycoplasma pneumonia. 4. Patofisiologi Pada bayi dan anak yang bergizi tinggi baik dan tidak menderita wasting desease, biasanya pneumonie timbul akibat komplikasi infeksi saluran nafas akut. Timbulnya pneumonie pada kasus ini biasanya ditandai dengan melemahnya suhu tubuh dan bertambahnya batuk yang hebat, kemudian menyusul sesak nafas, kegelisahan, cyanosis, penurunan kesadaran, dan lain-lain. Pada bayi di bawah 1 (satu) tahun terutama yang berumur kurang dari 1 (satu) minggu, pneumonia timbul akibat aspirasi cairan amnion atau sekret jalan lahir ibunya sewaktu dilahirkan. Adanya pneumonie pada bayi-bayi ini harus dicurigai bila jadi lemah, tidak mau minum dan sesak nafas. Demam jarang dijumpai yang sering dijumpai adalah hypotermi. Pneumonia merupakan penyakit infeksi dimana perjalanan penyakit sangat dipengaruhi oleh kecepatan / ketepatan pemberian therapi dan perawatan. Pneumonia yang hanya disebabkan oleh virus tidak akan membaik oleh antibiotika tetapi pneumonie yang disebabkan oleh kuman atau mykoplasma antibiotika sangat tepat dan bermanfaat.

5.

Manifestasi Klinis Tanda dan gejala yang terjadi pada pasien dengan bronchopneumonie adalah: - Demam tinggi kadang-kadang tidak begitu tinggi - Batuk, meskipun seringkali bersifat produktif - Sesak nafas, pernafasan cuping hidung - Dyspnoe sampai cyanosis - Perubahan kesadaran - Nyeri di dada, biasanya timbul akibat gesekan pleura yang meradang - Perubahan suara pernafasan - Stridor waktu menarik nafas

6.

Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan bronchopneumonie adalah : - Pleuritis - Meningitis - Emphysema paru - Lemah jantung - Abses paru - Bronchospasme

7.

Pemeriksaan Diagnostik Foto toraks, pada foto thoraks bronchopneumonie terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus. Jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Laboratorium, gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai 15.000 40.000 / mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan tenggorok dan mungkin juga dari darah. Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit toraks hialin. Analisis gas darah arteri dapat menunjukkan asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2.

8.

Penatalaksanaan Medik Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang diberikan : - Penisilin 50.000 U/kg BB / hari, ditambah dengan Kloramfenikol 5070 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. - Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5 % dan NaCl 0,9 % dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl 10 mEq/ 500 ml/ botol infus. - Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah arteri. Keperawatan Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah menjaga kelancaran pernafasan, kebutuhan istirahat, kebutuhan nutrisi dan cairan, mengontrol suhu tubuh, mencegah komplikasi/ gangguan rasa aman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit. 5

Menjaga kelancaran pernafasan Agar pasien dapat bernafas secara lancar, lendir di dalam bronkus /paru harus dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan O2 perlu dibantu dengan memberikan O2 2 L / menit. Kebutuhan istirahat Pasien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan pasien harus ditolong di tempat tidur. Usahakan pemberian obat secara tepat. Pengambilan bahan pemeriksaan atau pemberian suntikan jangan dilakukan waktu pasien sedang tidur. Usahakan keadaan tenang dan nyaman agar pasien dapat istirahat sebaik-baiknya. Kebutuhan nutrisi dan cairan Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan NaCl 0,9 % dalam perbandingan 3:1 ditambah KCl 10 mEq / 500 ml/ botol infus. Apabila sesak nafas telah berkurang pasien diberikan makanan lunak dan susu. Pada bayi yang masih minum ASI, bila tidak terlalu sesak ia boleh menetek selain memperoleh infus. Beritahukan ibunya agar pada waktu bayi menetek puting susunya harus sering-sering dikeluarkan untuk memberikan kesempatan bayi bernafas. Bila bayi masih belum mau menghisap, ASI harus dipompa dan diberikan pakai sendok. Jika bayi minum susu formula juga harus diberikan dengan sendok. Bila keadaan membaik dapat dicoba dengan dot, dan dot harus sering dicabut. Berikan susu 1 botol 2-3 kali dengan istirahat jam karena jika tidak, pasien akan kelelahan. Bila terpaksa memberiksan susu per sonde juga harus dibagi 2-3 kali karena jika lambung mendadak penuh menyebabkan sesak nafas. Mengontrol suhu tubuh Suhu harus dikontrol setiap jam selain diusahakan untuk menurunkan suhu dengan memberikan kompres dingin dan obat-obatan, satu jam setelah dikompres dicek kembali apakah suhu telah turun. Mencegah komplikasi / gangguan rasa aman dan nyaman Komplikasi yang terjadi terutama disebabkan oleh lendir yang tidak dapat dikeluarkan. Untuk menghindarkan terjadinya lendir yang menetap (mucous plug) maka sikap baring pasien, terutama bayi, harus diubah posisinya tiap 2 jam dan penghisapan lendir sering dilakukan. Setiap mengubah sikap lakukan sambil menepuk-nepuk punggung pasien kemudian jika terlihat lendirnya meleleh segera diisap. Mengenai gangguan rasa aman dan nyaman seperti pasien lain yang dirawat di rumah sakit. Pemberian O2, pemeriksaan foto, dan pemasangan infus bagi anak akan menimbulkan rasa takut dan tidak menyenangkan. Hal ini hanya perlu pendekatan, jika ada orang tuanya jelaskan semua tindakan dan mintalah orang tua membujuknya. Tindakan sering mengubah sikap berbaring selain untuk mencegah pengendapan lendir juga memberikan rasa aman dan nyaman. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit. Memberikan penyuluhan dengan memberikan pengertian jika anak batuk pilek disertai demam sudah 2 hari tidak juga sembuh agar dibawa berobat ke pelayanan kesehatan. Pada bayi dan anak kecil yang keadaan umumnya lemah, misalnya baru sembuh dari penyakit diare atau anak sering batuk pilek, janganlah dibawa keluar jika udara tidak baik karena hal tersebut dapat menjadi penyebab pneumonia. Selain itu perlu pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan agar anak tetap sehat. 6

B.

Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Fisik 1) Pernafasan : - adanya pernafasan cuping hidung - batuk yang disertai pengeluaran sputum yang kental - dyspnoe - pola cepat, respirasi cepat dan dangkal - lubang hidung tambah besar waktu menarik nafas. : - dalam waktu yang singkat suhu naik dengan cepat - nyeri di daerah dada sewaktu batuk dan mengeluarkan/ menarik nafas : sianosis pada daerah kuku dan telinga : klien kadang-kadang delirium : - lidah kotor dan kelihatan kering (bibir) - kebersihan diri kurang : kadang ada diare : - dehidrasi karena intake/output tidak seimbang - BB menurun - kebutuhan nutrisi klien tidak terpenuhi - klien sukar dan tidak mau makan karena batuk dan serak

2)

Nyeri / ketidaknyamanan

3) 4) 5)

Peredaran dan sirkulasi Penurunan kesadaran Kebersihan / perawatan diri

6) 7)

Eliminasi Makanan dan cairan

2.

Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien dengan bronchopneumonie adalah : 1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi 2) Takut/ cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas : prosedur dan lingkungan yang tidak dikenal (rumah sakit) 3) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi, nyeri. 4) Resti infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif 5) Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, insisi pembedahan.

3.

Perencanaan / Intervensi DP I : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi Tujuan : Pasien menunjukkan fungsi pernafasan normal Rencana tindakan : 1) Posisikan untuk ventilasi yang maksimum R / Agar jalan nafas terbuka dan memungkinkan ekspansi paru maksimum 7

2) Berikan posisi tripod pada anak dengan epiglotis atau pertahankan peninggian kepala sedikitnya 300 R/ Memberikan posisi yang nyaman 3) Hindari pakaian atau bedong yang ketat R/ Untuk menghindari penekanan diafragma 4) Gunakan bantal dan bantalan R/ Untuk mempertahankan agar jalan nafas tetap terbuka 5) Beri peningkatan kelembaban dan oksigen R/ Memberikan rasa nyaman 6) Tingkatkan istirahat dan tidur dengan penjadwalan yang tepat R/ Memberikan rasa nyaman 7) Dorong teknik relaksasi R/ Melemaskan otot DP II : Takut/ cemas yang berhubungan dengan kesulitan bernafas; prosedur dan lingkungan yang tidak dikenal (rumah sakit) Tujuan : Pasien mengalami penurunan rasa takut / cemas Rencana tindakan : 1) Jelaskan prosedur dan peralatan yang tidak dikenal pada anak dengan istilah yang sesuai dengan tahap perkembangan R/ Menciptakan hubungan yang harmonis antara anak dan orang tua 2) Beri tindakan kenyamanan yang diinginkan anak (mis : mengayun, membelai) R/ Memberikan rasa nyaman 3) Anjurkan perawat yang berpusat pada keluarga dengan peningkatan kehadiran orang tua dan bila mungkin, keterlibatan orang tua. R/ Mencipatakan hubungan yang harmonis antara anak dan orang tua 4) Beri aktivitas pengalihan yang tepat sesuai dengan kemampian kognitif dan kondisi anak R/ Mengurangi rasa cemas 5) Beri obat-obatan yang meningkatkan perbaikan ventilasi sesuai ketentuan R/ Memperlancar jalan nafas DP III : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi, nyeri. Tujuan : - Pasien mempertahankan jalan nafas yang paten - Pasien mengeluarkan sekresi dengan adekuat Rencana tindakan : 1) Posisikan anak pada kesejajaran tubuh yang tepat R/ Untuk memungkinkan ekspansi paru yang lebih baik dan perbaikan pertukaran gas, serta mencegah aspirasi sekresi. 2) Hisap sekresi jalan nafas sesuai kebutuhan R/ Untuk memungkinkan reoksigenasi 3) Beri posisi terlentang dengan kepala pada posisi mengendus, leher agak ekstensi dan hidung mengarah ke atap R/ Memperlancar jalan nafas 4) Bantu anak dalam mengeluarkan sputum R/ Memperlancar jalan nafas 5) Berikan penatalaksanaan nyeri yang tepat R/ Mengurangi rasa nyeri 6) Pastikan masukan cairan yang adekuat R/ Untuk mengencerkan sekresi 7) Bantu anak dalam batuk efektif R/ Memperlancar jalan nafas 8) Buang mukus yang terakumulasi, hisap bila perlu R/ Untuk memperlancar jalan nafas 8

9) Lakukan perkusi, vibrasi dan drainase postural R/ Untuk mempermudah drainase sekresi DP IV : Resti infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif Tujuan : - Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi sekunder - Pasien tidak menyebarkan infeksi pada orang lain Rencana tindakan : 1) Pertahankan lingkungan aseptik R/ Untuk mencegah transmisi mikroorganisme 2) Isolasi anak sesuai indikasi R/ Untuk mencegah penyebaran infeksi nasokomial 3) Beri antibiotik sesuai ketentuan R/ Untuk mencegah atau mengatasi infeksi 4) Berikan diet bergizi sesuai kesukaan anak dan kemauan untuk mengkonsumsi nutrisi R/ Mendukung pertahanan tubuh alami 5) Ajarkan pada anak tentang metode mencuci tangan atau membuang tisu kotor R/ Untuk perlindungan atau mencegah penyebaran infeksi DP V : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, insisi pembedahan Tujuan : - Pasien tidak mengalami nyeri atau penurunan nyeri atau ketidaknyamanan sampai tingkat yang dapat diterima oleh anak. Rencana tindakan : 1) Kaji respon terhadap tindakan pengendalian nyeri R/ Sebagai pedoman untuk melakukan intervensi selanjutnya 2) Gunakan tindakan lokal (berkumur, menghisap, kompres hangat atau dingin) R/ Untuk mengurangi sakit tenggorokan 3) Beri kompres panas atau dingin, pada area yang sakit R/ Untuk mengurangi inflamasi 4) Beri analgesik sesuai ketentuan R/ Mengurangi rasa nyeri 4. Pelaksanaan / Implementasi Implementasi merupakan pelaksanaan dari intervensi 5. Evaluasi 1) DP I : - Pernafasan tetap dalam batas normal - Pernafasan tidak sulit - Anak istirahat dan tidur dengan tenang

2) DP II : - Anak tidak menunjukkan tanda-tanda distress pernafasan atau ketidaknyaman fisik - Orang tua tetap bersama anak dan memberikan rasa nyaman - Anak melakukan aktivitas tenang yang sesuai dengan usia, minat, kondisi dan tindakan kognitif 3) DP III : - Jalan nafas tetap bersih - Anak bernafas dengan mudah, pernafasan dalam batas normal. - Anak yang lebih besar mengeluarkan sekresi tanpa stress dan keletihan yang tidak perlu, anak kecil akan mampu batuk produktif DP IV : - Anak menunjukkan bukti penurunan gejala infeksi - Orang lain tetap bebas dari infeksi 9

4)

5) DP V : - Anak tidak mengalami nyeri atau tingkat nyeri dapat diterima dengan baik 6. Discharge Planning a. Instruksikan orang tua untuk memberikan cairan yang adekuat b. Instruksikan orang tua agar menghindari anak dari asap rook dan debu c. Anjurkan untuk melakukan fisioterapi dada pada saat 1 jam sebelum makan. d. Tekankan pentingnya memberi obat antibiotika sesuai dengan program dan sampai habis. e. Anjurkan untuk memberi posisi tidur dengan bantal tinggi pada bagian kepala. f. Instruksikan untuk melakukan follow up sesuai dengan jadwal

10

BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan Bronchopneumonie adalah merupakan suatu peradangan paru-paru, dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru-paru, tetapi juga pada bronchioli. Biasanya hal ini didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Etiologi dari bronchopneumonie adalah bakteri (pneumokokus, streptokokus, basil gram), aspirasi (makanan, benda asing, cairan amnion dan jamur. Tanda dan gejala dari bronchopneumonie adalah demam tinggi, batuk, sesak nafas, dyspnoe sampai cyanosis, perubahan kesadaran, nyeri dada, perubahan suara pernafasan dan stridor waktu menarik nafas. Bronchopneumonie dapat diatasi dengan menjaga kelancaran pernafasan, istirahat yang cukup, nutrisi cairan yang cukup, mengontrol suhu tubuh, mencegah komplikasi/ gangguan rasa aman dan nyaman, penyuluhan kepada orang tua mengenai penyakit. Masalah keperawatan yang dapat diambil dari pasien bronchopneumonie adalah pola nafas tidak efektif, takut/ cemas, bersihan jalan nafas tidak efektif, resiko tinggi infeksi dan nyeri.

B.

Saran 1. 2. 3. Sebagai tenaga paramedis/ perawat sebaiknya mengetahui ciri khas atau tanda dan gejala yang khas pada pasien dengan bronchopneumonie Sebagai seorang perawat harus memberikan perawatan yang intensif untuk mencegah terjadinya komplikasi. Sebagai seorang perawat harus memberikan penyuluhan kepada orang tua mengenai penyakit bronchopneumonie.

11

DAFTAR PUSTAKA

DEPKES RI. 1989. Perawatan Bayi dan Anak. Ed 1. Buku 2. Jakarta: DEPKES RI Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Buku 2. Jakarta: Salemba Medika. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC. Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk siswa Perawat. Ed 2. Jakarta : EGC. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Ed 4. Jakarta : EGC.

12

LAMPIRAN 1. Dalam penatalaksanaan keperawatan, bagaimana cara memberikan penyuluhan kepada orang tua mengenai penyakit bronchopneumonie ? Memberikan penyuluhan dengan memberikan pengertian kepada orang tua, jika Anak batuk pilek disertai demam sudah 2 hari tidak juga sembuh agar dibawa berobat ke pelayanan kesehatan. Sebagai seorang perawat juga memberikan pengertian kepada orang tua, pada bayi dan anak kecil yang keadaan umumnya lebih lemah, misalnya baru sembuh dari penyakit diare atau anak sering batuk pilek, jangan dibawa keluar pada malam hari atau dibiarkan bermain di luar jika udara tidak baik karena hal tersebut dapat menjadi penyebab pneumonie. Jika udara lembab bisa sebagai tempat berkembangnya bakteri dan jamur. Penyebab terjadinya bronchopneumonie salah satunya bakteri dan jamur, jenis jamur dan bakteri seperti apa ? dan obat antibiotik jenis apa ? Bakteri : Pneumococus, streptokokus, basil gram (Haemophilus influenza) Jamur : Mycoplasma pneumonie Untuk mengatasi bakteri dan jamur, kita sebagai seorang perawat harus berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik. Antibiotik yang biasa digunakan untuk membunuh jamur penisilin dnegan dosis 50.000 u/kg Bb/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin dan untuk mengobati bakteri menggunakan kloramfenikol 50-70 mg/kg BB/hari. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam kurang lebih 4-5 hari. Pada pengkajian Bronchopneumonie, perlu dikaji penurunan kesadaran : Klien kadangkadang delirium ? Pada Bronchopneumonie perlu dikaji penurunan kesadaran : Klien kadang-kadang delirium karena penyebab dari bronchopneumonie itu sendiri salah satunya bisa bakteri dan jamur dan masuk melalui ke otak dan masuk melalui saluran pernafasan, mengikuti sirkulasi O2 sampai ke otak dan bisa menginfeksi otak sehingga bisa terjadi delirium. Selain itu, dilihat dari tanda dan gejala dari hidung. Dyspnoe sampai cyanosis, kita ketahui jika otak kekurangan O2 bisa menyebabkan kerusakan otak sehingga bisa menyebabkan kerusakan otak sehingga bisa menimbulkan penurunan kesadaran : klien kadang-kadang delirium. Mengapa pada pengkajian eliminasi bronchopneumonie : Kadang ada diare ? Pada pengkajian eliminasi Bronchopneumonie : kadang ada diare karena kita ketahui penyebab bronchopneumonie salah satu penyebabnya bakteri dan jamur. Jika bakteri dan jamur tersebut masuk melalui mulut bisa menyerang saluran pencernaan dan bisa menyebabkan diare. Pada DP IV : Resti infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif, rencana tindakan pertahankan lingkungan aseptik. Apa maksud dari lingkungan aseptik ? Lingkungan aseptik bertujuan untuk mencegah transmisi mikroorganisme. Jadi yang dimaksud lingkungan aseptik disini adalah lingkungan yang udaranya tidak lembab, ventali dan pencahayaan yang sehat/ cukup/ baik. Bagaimana penatalaksanaan bronchopneumonie di rumah, sedangkan anak tidak bisa batuk efektif ? 13

2.

3.

4.

5.

6.

Penatalaksanaan bronchopneumonie di rumah adalah : memberikan pendidikan / penyuluhan kepada orang tua untuk memberikan cairan yang adekuat, menghindarkan anak dari asap rokok dan debu, memberi posisi tidur dengan bantal tinggi pada bagian kepala. Pada anak-anak kan belum bisa batuk efektif jika pasien masih bayi, kita bisa mengajarkan kepada orang tua jika bayi tersedak, batuk atau muntah untuk mencegah aspirasi, bayi bisa dimiringkan dan ditepuk pelan-pelan atau bayi bisa ditengkurapkan dengan posisi kepala miring.

7.

Pada bronchopneumonie bisa terjadi pada anak berumur berapa ? Bronchopneumonie biasanya sering diderita bayi atau berumur kurang dari 2 tahun, paling sering pada usia 6 bulan, karena kita ketahui anak usia 6 bulan biasanya sudah mulai diberi PASI sedangkan daya imun bayi belum optimal sehingga rentang sekali terhadap bakteri dan jamur serta bisa terjadi aspirasi terhadap PASI.

14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONCHOPNEUMONIE

Disusun Oleh :

KELOMPOK I
1. Bayu Adi Sukma 2. Desriyana 3. Fransisca Dwi S. 4. Yosi Rama Y.M. 5. Maria Sri R/ Sr. Arnolda FCh (05.653) (05.657) (05.669) (05.719) (04.597)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERDHAKI CHARITAS


15

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PALEMBANG 2007


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya jualah penysun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini juga penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan serta dukungan dalam menyelesaikan makalah terutama kepada : 1. Ketua STIKes Perdhaki Charitas Palembang 2. Ketua Program Studi DIII Keperawatan Perdhaki Charitas Palembang 3. Dosen pembimbing keperawatan Anak I 4. Staf perpustakaan yang telah menyediakan buku 5. Teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan, baik dari segi materi, tata bahasa, maupun teknik penyusunannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas ini di masa yang akan datang. Akhir kata penyusun mengucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Palembang,

September 2007

Penyusun

16

DAFTAR ISI

ii

Halaman Judul .....................................................................................................................i Kata Pengantar ....................................................................................................................ii Daftar Isi.............................................................................................................................iii BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ............................................................................................1 B. Tujuan Penulisan .........................................................................................1 C. Metode Penulisan ........................................................................................2 D. Sistematika Penulisan .................................................................................2 Tinjauan Teori A. Konsep Dasar Medik ...................................................................................3 1. Definisi ............................................................................................3 2. Anatomi Fisiologi ...........................................................................3 3. Etiologi ............................................................................................4 4. Patofisiologi ....................................................................................4 5. Manifestasi Klinis............................................................................5 6. Komplikasi ......................................................................................5 7. Pemeriksaan Diagnostik ..................................................................5 8. Penatalaksanaan ..............................................................................6 B. Konsep Asuhan Keperawatan .....................................................................7 1. Pengkajian .......................................................................................7 2. Diagnosa Keperawatan ...................................................................7 3. Perencanaan atau intervensi ............................................................7 4. Pelaksanaan/ Implementasi..............................................................9 5. Evaluasi ...........................................................................................9 6. Discharge Planning .......................................................................10 C. Patoflow Diagram .....................................................................................10 BAB III Penutup A. Kesimpulan ...............................................................................................11 B. Saran .........................................................................................................11

BAB II

Daftar Pustaka

17

iii

You might also like