You are on page 1of 18

PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas XI Semester II Materi Membiasakan Perilaku Terpuji

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Sistem Instruksional

Oleh : Nama Program Studi NIM : Yuhanah Mulyadi : Teknologi Pendidikan : 200925113040

PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2010


A. PENDAHULUAN

Transfer ilmu yang biasa dilakukan dalam lignkungan belajar formal seperti sekolah dan sifat lainnya dilakukan terdiri dari komponenkomponen yang berproses mendukung satu sama lain. Tugas pendidik yang penting adalah menyatukan semua komponen tersebut dalam suatu sistem yang berkerja satu sama lain dan berkesinambungan agar proses transfer ilmu tepat pada sasaran. Tugas penyiapan komponen tersebut juga disebut perancangan suatu pembelajaran atau desain instruksional. Pembelajaran merupakan proses yang melibatkan siswa dan guru karena siswa belajar dan guru memberikan pelajaran. Guru sebelum melaksanakan pembelajaran harus merancang pembelajaran dengan komponen-komponen pembelajaran agar dapat menunjang dengan maksimal pencapaian tujuan instruksional. Pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain saling berhubungan sehingga memunculkan konsep pembelajaran sebagai suatu sistem. Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan harus direncanakan oleh guru berdasarkan pada kurikulum yang berlaku. Peryataan dari Davis (Susilana,2006 :96) bahwa: Learning system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalaman belajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrol, dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam teaching system menyangkut komponen perencanaan mengajar, bahan ajar, tujuan, materi dan metode, serta penilaian dan langkah mengajar akan berhubungan dengan aktifitas belajar untuk mencapai tujuan. Meier (2002; 103) dalam Susilana (2006) mengemukakan bahwa semua pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsur, yakni persiapan (preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (practice), penampilan hasil (performance). Jika disimpulkan dari dua pendapat tersebut yaitu unsur tahap pengorganisasian proses pembelajaran adalah, perencanaan (design) pembelajaran, pelaksanaan, dan evaluasi. Gagne (1979) mengatakan bahwa sistem instruksional adalah suatu set preristiwa yang mepengaruhi mahasiswa sehingga terjadi proses belajar. Istilah sistem telah digunakan secara luas. Istilah tersebut dapat bermakna benda, peristiwa kejadian atau suatu cara yang terorganisir

yang terdiri dari atas bagian-bagiam yang lebih kecil dan seluruh bagian tersebut secara bersama-sama berfugsi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam rangka penyiapan pembelajaran tersebut pendidikan harus dapat mengembangkan sistem instruksional tersebut dengan mempertimbangkan aspek dari analisis siapa yang akan diberikan materi, pembuatan tujuan pemberian instruksional, bagaiamana pedoman untuk melihat sejauh mana materi dikuasai siswa, metode yang akan digunakan untuk mengajar, pembuatan bahan ajar hingga evaluasi kegiatan. Komponen tersebut yang dipetimbangkan lalu dirancang satu persatu untuk dijadikan bentuk sistem pembelajaran yang baik agar tujuan dapat tercapai dengan semestinya dan siswa dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jenjang pendidikan yang sangat dekat dengan kesadaran jati diri atau hakikat dari hidup manusia dimana pendidik harus secara mendalam membina maka siswa dapat salah jalan adalah ketika siswa berusia 15 hingga 17. Usia tersebut adalah usia dimana siswa memasuki jenjang Sekolah Menengah Atas. Pada usia tersebut juga siswa dengan mudah mengaplikasi materi yang didapatkan dari sekolah. Pembinaan siswa pada usia tersebut yang sangat penting adalah pemberian materi tentang agama yang dianut oleh siswa dan mengutamakan pada sikap afektif atau moral siswa. Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al Quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubunganya dengan kerukunan antar ummat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Pendidikan Agama Islam di SMA bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT serta

berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tujuan yang dicantumkan tersebut sangat jelas pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam rangka pembinaan jiwa remaja diusia yang labil dalam mengambil suatu langkah untuk kehidupan masa depan. Sikap dan tingkah laku terpuji dapat menjadi modal pada siswa untuk melangkah kepada pencapai cita-cita agar menjadi manusia yang berkahlak mulia dan berguna bagi semua orang. Berdasarkan hal tersebut maka makalah ini mengangkat tengang Pengembangan Sistem Instuksional di jenjang SMA kelas XI semester pada materi Membiasakan Perilaku Terpuji. B. Rumusan Masalah. 1. Bagaimana Analisis karakteristik siswa dan lingkungan? 2. Bagaimana Perumusan tujuan dan instuksional khusus? 3. Bagaimana penyusunan acuan PAP dan PAN? 4. Bagaimana Pengembangan Strategi Instruksional? 5. Bagaimana Pengembangan Bahan Ajar (Materi Instruksional)? 6. Bagaimana Evaluasi Formatif ? C. Tujuan Penulisan Makalah. 1. Untuk mengaplikasikan bagaimana menganalisis karakteristik dan lingkungan dalam pengembangan sistem instruksional 2. Untuk membuat perumusan tujuana dan instruksional khusus 3. Untuk menyusun acuan PAP dan PAN 4. Untuk memahami pengembangan strategi instruksional 5. Untuk mengaplikasikan pengembangan bahan ajar 6. Untuk mengaplikasikan bentuk Evaluasi Formatif

D. Analsis Karakteristik siswa dan lingkungan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas XI Materi Membiasakan Perbuatan Terpuji Setiap siswa dalam menerima materi pada dasarnya menerima dengan pemahaman yang berbeda-beda karena karakter siswa yang berbeda-beda. Perbedaan karakter siswa tersebut terlihat pada ada sebagian siswa yang telah mengetahui isi materi, sedikit mengetahui dan ada yang tidak mengetahui sama sekali. Jika guru menyamaratakan proses transfer ilmu mengikuti sebagian siswa kemungkinan ada sebagian anak yang akan bosan tidak menarik untuk belajar atau jika guru terlalu tinggi dan mendalam memberi materi maka akan ada siswa yang sangat keras dalam belajar dan berpikir. Tugas pendidik bukan hanya memberika materi dengan berbagai metode tapi memahami keadaan karakter siswa didiknya. Selain itu hal yang paling penting tiap pendidik harus mengatur keadaan siswa agar mau belajar, mengetahui hal baru dan secara terusmenerus tidak puas hanya belajar satu hal. Suatu prilaku awal siswa sangat penting untuk didapatkan data dan menjadi informasi dalam rangka pembuatan bahan ajar atau strategi pembelajaran dalam sistem instruksional. Ada beberapa pendekatan dalam penyesuaian materi dengan karakteristik siswa, yaitu : 1. Seleksi penerimaan siswa a. b. 2. 3. memiliki latar belakang pendidikan yang relevan memenuhi syarat pendaftaran

Tes dan Pengelompokan Lulus Mata Pelajaran Prasyarat Ada tiga macam sumber yang dapat memberikan informasi kepada pendesain instruksional bagi mahasiswa: 1. Mahasiswa atau calon mahasiswa 2. orang-orang yang mengetahui kemampuan mahasiswa atau calon mahasiswa dari dekat seperti guru atau atasannya 3. Pengelolaan program pendidikan yang biasanya mengajarkan mata pelajaran. Tenkik yang digunakan dalam mengidentifikasi kebutuhan intruksional yaitu kuisioner, interviu dan observasi, dan tes. Teknik tersebut dapat pula

digunakan untuk mengidentifikasi perilaku awal mahasiswa. Untuk mengeidentifikasi sebarapa jauh tingkat penguasaan siswa dalam setiap perilaku khusus melalui skala penilaian (Rating Scales) Teknik yang dapat menghasilkan data yang lebih kearas adalah tes penampilan mahasiswa dan observasi terhadap pelaksanaan pekerjaan mahasiswa serta tes tertulis untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa. Skala penilaian tersebut didisi oleh orang-orang yang tahu secara dekat terhadap kemampuan siswa dan didisi oelh mahasiswa sebagai selfreport. Berdasarkan masukan ini, dapat diterapkan titik berangkat atau permulaan pelajaran yang ahrus diberikan pada mahasiswa. Titik itu adalah perilaku khusu di atas garis batas yang telah dikuasi siswa. Pada pengembangan instruksional kegiatan indentifikasi perilaku awal mahasiswaharus menafsirkan data dengan hati-hati. Mengetahui

karakteristik siswa perlu juga dilakukanmengidentifikasi klarakteristik siswa yang berhubungan dengan keperluan pengembangan instruksional. Berikut adalah karakteristik pelajar dimana informasi yang ada didalamnya dapat digunakan untuk pengembangan instruksional : Background akademi Personal atau karakter sosial Karakteristik pada siswa yang tidak konvensional Gaya belajar Motivasi

Pengembangan sistem instruksional diimplentasikan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XI materi Membiasakan Perbuatan Terpuji, melihat data karakteristik siswa dari hasil akademis pada ranah afektif yang sangat diketahui oleh pengajar sebelumnya, karakter sosial dari teman-teman, dan data tes intelegensi atau IQ untuk mengetahui gaya belajar siswa. Teknik pengambilan data tersebut melalui interviuw, angket dan tes IQ. Interview akan dilakukan kepada pengajar, angek untuk teman-teman dan siswa tersebut dalam rangka mengambil informasi tentang motivasi belajar siswa, serta tes IQ untuk mengetahui gaya belajar siswa. Untuk teknik tes penilaian seperti ujian tertulis tidak

dilakukan dikarnakan materi yang akan diajarkan berhubungan pembinaan moral siswa dalam kehidupan sehari-hari. E. Perumusan tujuan dan instruksional khusus mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas XI Materi Membiasakan Perbuatan Terpuji Instruksional merupakan interaksi semua komponen/unsur yang terdapat dalam upaya belajar-mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan dalam ikatan untuk mencapai tujuan. Dalam desain instruksional, yang pertama kali dilakukan oleh pengajar adalah emrumuskan tujuan-tujuan penajaran yang akan dicapai. Tujuan-tujuan instruksinal merupakan titik pusat yang akand ijadikan acuan keseluruhan upaya belaja-mengaajar. Tujuan instruksional sering dinamakan juga sasaran belajar. Tujuan berdasarkan jenjangnya dapat dibagi-bagi atas : 1. Tujuan Institusional 2. Tujuan kulikuler 3. Tujuan Instruksional Tujuan instruksional khusu terjemahan dari specific instructional objective. Dick dan Carey membahas bagaimana Mobert Mager mempengaruhi dunia pendidikan di Amerika dengan merumuskan TIK dengan kalimat yang jelas, pasti, dan dapat diukur. Perumusan Tik yang dapat diukur berarti bahwa tingkat pencapaian mahasiswa dalam perilaku yang ada dalam TIK itu dapat diukur dengan tes atau alat pengukur yang lain. Dilihat dari akwasan atau bidang yang dicakup, tujuan-tujuan pendidikan dapt dibagi atas: tujau kognitif, tujuan psikomotor, dan tujuan afektif. 1. Tujuan kognitif adalah tujuan-tujuan yang lebih banyak berkenaan dengan perilaku dalam aspek berpikir/intelektual. Menurut Benjamin Bloom ada enam tingkatan dalam domain kognitif yang berlaku untuk tujaun-tujuan dalam domain ini a. Pengetahuan/ingtan b. Pemahaman c. Penerapan/apliaksi

d. Analisis e. Sintesis f. Evaluasi 2. Tujuan peserta Psikomotor didik/siswa. adalah Menurut tujuan-tujauan Elizabeth yang banyak domain ebrkenaand engan aspek keterampilan motorik atau gerak dari Simpson, psikomotor terbagi atas tujuh kategori, yaitu a. Persepsi b. Kesiapan c. Respons terbimbing d. Mekanisme e. Respons yang kompleks f. Adaptasi g. Originasi 3. Tujuan Afektif: ini adalah tujuan yang banyak berkenaan dengan aspek perasaan nilai, sikap, dan minat perilaku peserta didik/siswa. Menurut Karthwohl, Bloom, dan Masia domain afektif terdiri atas lima kategori yaitu: a. Penerimaan b. Pemberian Respons c. Pengahargaan d. Pengorganisasian e. Karakterisasi. Dalam uraian jenjang tujuan pendidikan tujuan dibedakan antara

tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Salah satu langkah penting yang perlu dilakukan oleh pendidik dala kegiatan perencanaan instruksional adalah menetapkan dan merumuskan tujuantujaun instruksional khusus atau TIK. TIK harus mengandung unsur-unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusunan tes agar dapat mengembangkan ters yang dapat mengukur perilku yang teradapat didalamnya.

Tujuan instruksional umum dapat dilihat dari GBPP. Sedangkan tujuan Instruksioanl khusu harus dirumuskan oleh guru yang bersangkutan berdasarkan tujuan instruksional umum. Tujuan instruksional khusu (TIK) berisi sejumlah kemampuan yang lebih spesifik yang dijabarkan dari dan untuk menunjang pencapaian kemampuan yang terkandung dalam tujuan Instruksional Umu (TIU). Suatu TIK yang lengkap memiluku berbagai unsur di dalammnyam, yaitu : 1) Unsur siswa atau Audience 2) Unsur Perilaku Siswa atau Behaviour 3) Unsur Kondisi atau Condition 4) Unsur Standar atau Degree Sebagai kemampuan-kemampuan yang dijabarkan dari TIU, TIK memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Spesifik atau khusus, dalam arti perilkau yang terkandung didalamnya sudah dibatasi lingkupnya b. Operasional, dalam arti baahwa perilaku yang terkandung didalammnya konkret dan dapat diamati c. Dapat diukur, yaitu terwujud tidaknya perilaku yang dimaksud dalam diri siswa dapat diukur melalui alat ukur yang ada. Langkah pertama yang harus dibuat dalam mendesain instruksional untuk suatu pokok satuan bahasan daalam kurikulum adalah merumuskan TIK yang dijabarkan dari TIU yang ingin dicapai melalui/satuan pokok bahasan yang bersangkutan. a. b. c. Telah dengan seksama kemampuan yang ada dalam Tentukan sejumlah sub kemampuan yang harus Rumuskan TIK dari subkemampuan-kemampuan yang rumusan TIU dikuasai siswa untuk mencapai tujuan tersebut telah ditetapkan. Berikut TIU dan TIK dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas XI Materi Membiasakan Perbuatan Terpuji : TIU : Siswa memahami Membiasakan perilaku terpuji

TIK

: Setelah mempelajari ini siswa dapat 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan maksud menghargai karya orang lain 2. Siswa dapat menghargai karya orang lain 3. Siswa dapat menjelaskan pengertian bertaubat dan syaratsyarat bertaubat 4. Siswa dapat menjelaskan pengertian ridho Allah SWT.

F. Penyusunan acuan PAP dan PAN mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas XI Materi Membiasakan Perbuatan Terpuji Proses instruksional merupakan suatu proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinayatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional serta kualitas proses belajar-mengajar yang telah dilaskanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap hasil belajar. Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah proses memberikan pertimabgnan atau nilai tentang sesuatu berdasrkan kriteria tertentu. Manfaat dari evaluasi adalah untuk mengetahui: 1. Seberapa jauh siswa telah menguasai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan 2. Bagian-bagian mana dari program pengajaran yang masih lemah dan perlu diperbaiki. Dalam evaluasi hasil belajar dikenal adanya dua pendekatan: Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP). Dalam PAN, nilai yang diperoleh siswa tergantug apda kedudukan hasil belajar yang dicapainya dalam kelas. PAP (Criterion Referenced Evaluation) mencoba menafsirkan hasil tes yang diperoleh siswa dengan mem-bandingkannya dengan patokan yang telah ditetapkan. Patokan ini biasanya ditetapkan sebelum pembelajaran dimulai dan digunakan sebagai standar kelulusan. Standar kelulusan ini di dalam PAP bersifat ajeng dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Oleh karena itu PAP ini dikenal pula dengan nama Standar Mutlak. PAP pada umumnya digunakan untuk menguji tingkat pe-nguasaan bahan

pelajaran.Pengujian tingkat penguasaan bahan biasanya dilaksanakan pada pengajaran yang berorientasi pada tujuan dan strategi belajar tuntas. Oleh karena itu nilai seorang siswa yang ditafsirkan dengan standar 1) Hasil PAP merupakan umpan balik yang dapat diguna-kan guru sebagai introspeksi tentang program pembelajaran yang telah dilaksanakan. 2) Hasil PAP dapat membantu guru dalam pengambilan keputusan tentang perlu atau tidaknya penyajian ulang topik/materi tertentu. 3) Hasil PAP dapat pula membantu guru merancang pelak-sanaan program remidi. PAN (Norm Referenced Evaluation) dikenal pula dengan sebutan Standar Relatif atau norma kelompok. Pendekatan ini menafsirkan hasil tes yang diperoleh siswa dengan membanding-kannya dengan hasil tes siswa lain dalam kelompoknya. Alat pembanding itu ditentukan berdasarkan skor yang diperoleh siswa dalam satu kelom pok. Ini berarti bahwa standar kelulusan baru dapat diten-tukan setelah diperoleh skor siswa. Hal inimengisyaratkan kepada kita bahwa standar yang dibuat untuk kelompok tertentu tidak dapat digunakan untuk kelompok lainnya. Begitu pula dengan standar yang digunakan untuk hasil tes sebelumnya tidak dapat digunakan untuk hasil tes sekarang atau yang akan datang. Jadi setiap kali kita memperoleh da-ta hasil tes, kita dituntut untuk membuat norma baru. Jika dibandingkan antara norma yang satu dengan yang lainnya mungkin saja akan ditemukan standar yang sangat berbeda. Jika kelompok tertentu kebetulan sis-wanya pintar-pintar, maka norma/standar kelulusannya akan tinggi. Sebaliknya jika sis-wanya kurang pintar, maka standar kelulusannya pun akan rendah. Itulah sebabnya pendekatan ini disebut standar relatif. Pendekatan PAN ini mendasarkan diri pada asumsi distribusi normal, walaupun kadar kenormalannya tidak selalu sama untuk tiap kelompok. Dengan demikian, walau tiap-tiap kelompok sama-sama menghasilkan kurva normal, mean kurva yang satu dengan kurva lainnya mungkin saja berbeda. Sebagai konsekuensinya, seorang siswa yang memperoleh nilai

tinggi dalam suatu kelompok mungkin akan memperoleh nilai rendah jika ia dimasukkan ke dalam kelompok lainnya. Demikian pula sebaliknya. Ada beberapa keunggulan yang dimiliki PAN, diantaranya seperti tersaji di bawah ini: 1. Hasil PAN dapat membuat guru bersikap positif dalam memperlakukan siswa sebagai individu yang unik. 2. Hasil PAN akan merupakan informasi yang baik tentang kedudukan siswa dalam kelompoknya. 3. PAN dapat digunakan untuk menyeleksi calon siswa yang dites secara ketat. Penyusunan acuan PAP mata pelajaran pendidikan agama islam kelas XI materi Membiasakan Perbuatan Terpuji adalah sebagai ebrikut Kisi-Kisi penyusunan Tes Daftar Perilaku Menyebutkan Melakukan Mendefinisika n Mennyebutkan Bobot Perilaku 25% 50% 15% 10% Jenis Tes Mengisi/melengkapi Pilihan berganda Benar salah Pilihan Berganda Jumlah Butir Tes 10 40 10 40

G. Pengembangan Strategi Instruksional mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas XI Materi Membiasakan Perbuatan Terpuji Pembahasan konsep strategi instruksional menurut Miarso (2009:528) dalam konsep teknologi pendidikan, dibedakan istilah pembelaajran (instruction) dan pengajaran (teaching).Pembelajaran (instruction) merupakan perpaduan kegiatan mengajar dan belajar. Penekanannya adalah pada penumbuhan aktivitas subjek didik. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses mendapatkan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Strategi instruksional disusun untuk

mencapai tujuan pembelajaran tertntu. Pada umumnya model desain instruksional seperti Instructional Development Institute, Systems Approach fo Education, The Project Minerva, banathy, dan Teaching Research menggunakan langkah yang sama. Mereka mengembangkan strategi instruksional langsung dari TIK. Sedangkan pada model Dick dan Carey walaupun tahan strategi instruksional digambarkan dalam bagan dibelakang pengembangan tes, di dalam penjelasannya dinyatakan bahwa ia dikembangkan langsung dari TIK juga. Pengembangan strategi pembelajaran mengoperasionalkan model pedagogi. Strategi instruksional merupakan spesifikasi bagaimana implikasi teori belajar diubah menjadi prosedur instruksional, yang menghasilkan rencana pelaksanaan pembelajaran. RPP terdiri dari komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen program mencakup KD, materi standar, metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan waktu belajar. Dengan demikian, RPP pada hakekatnya merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan serta berinteraksi satu dengan lainnya, dan memuat langkah-langkah pelaksanaannya untuk mencapai tujuan yaitu membentuk kompentensi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Berikut adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas XI Materi Membiasakan Perbuatan Terpuji dalam rangka strategi instruksional yang akan diterapkan. Mata Pelajaran Kelas/Semester TIU TIK lain 2. Menghargai karya Orang Lain 3. Menjelaskan pengertian bertaubat dan syarat-syarat bertaubat 4. Menjelaskan pengertian ridho Allah SWT : Pendidikan Agama Islama : XI/Genap : Membiasakan Perilaku Terpuji : Setelah mempelajari ini peserta didik mampu :

1. Menjelaskan pengertian dan maksud menghargai karya orang

Materi Pembelajaran

Menghargai karya Orang Lain Bertaubat Mengharap ridho Allah : Diskusi Kelompok Tanya Jawab Ceramah :

Metode

Langkah-Langkah Kegiatan 1. Pendahuluan a. Apersepsi kepada Allah b. Motivasi 2. Kegiatan Inti 3. Penutup

:Apa yang dilakukan orang yang bertaubat : Tanya Jawab

Mengkaji pengetian taubat dan syarat bertaubat Mengidentifikasi dalil-dalil nagli tentang mengharap

ridho Allah Menyimpulkan materi pembelajaran Memberika tugas Siswa : Penilaian 1. Teknik Penilaian : Tes tertulis 2. Bentuk Instrumen : Pilihan berganda dan, melengkapi, dan benar-salah Alquran dan terjemahan Buku PAI XI Buku pelajaran yang relevan

Sumber Belajar

H.

Pengembangan Bahan Ajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas XI Materi Membiasakan Perbuatan Terpuji Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu

guru/

instruktur

dalam

melaksanakan

kegiatan

belajar

mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training). Semua bentuk bahan untuk membantu guru mekasanakan pembelajaran dapat disebut bahan ajar. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam KBM. Berikut bentuk bahan ajar: Bahan cetak seperti: hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, Audio Visual seperti: video/film,VCD Audio seperti: radio, kaset, CD audio, PH Visual: foto, gambar, model/maket. Multi Media: CD interaktif, computer Based, Internet Jenis bahan ajar yang diberikan kepada siswa juga ada beberapa macam sebagai berikut: Lembar informasi (information sheet) Operation sheet Jobsheet Worksheet (LKS) Handout Modul Tahapan penyusunan bahan ajar terdiri dari disusun melalui suatu peta dimana terdiri dari suatu urutan yaitu TIU, TIK dan materi pelajaran. Sedangkan tahap alur pengerjaan pertama adalah penentuan TIU, TIK, materi Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran dan Bahan Pembelajaran.

Pada materi ini bahan ajar yang akan diberikan pada siswa adalah Student Worksheet atau Lembar Kerja Siswa. Pengertian lembar kegiatan siswa adalah Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas-tugas yang yang diberikan kepada siswa dapat berupa teori dan atau praktik. Langkah-langkah penulisan LKS sebagai berikut: Melakukan analisis kurikulum; TIU, TIK dan materi pembelajaran. Menyusun peta kebutuhan LKS Menentukan judul LKS Menulis LKS Menentukan alat penilaian Judul, mata pelajaran, semester, tempat Petunjuk belajar TIU TIK Informasi pendukung Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja Penilaian

Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut:

I. Evaluasi Formatif Evaluasi formatif bertujuan untuk menentukan apa yang ahrus ditingkatkan atau direvisi agar produk tersebut lebih efektif dan lebih efisien. Evaluasi formatif dapat didefinisikan sebagai proses menyediakan dan menggunakan informasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dalamr angka meningkatkan kualitas produk atau pogram. Empat tahap Evaluasi Formatif yang akan diaplikasikan langsung pada materi yang diangkat pada makalah ini. 1. Riview yang dilakukan oleh pengembang kurikulum disekolah sehingga didapatkan masukan tentang kebenaran isi, relevnasi,

ketepatan

perumusan

TIU

dan

TIK,

bentuk

tes

yang

dilaksanakan serta stratregi pembelajaran yang digunakan. 2. Evaluasi kepada satu dua atu tiga siswa secara individual. 3. Direvisi 4. Ujicoba lapangan H. Kesimpulan Kegiatan instruksional merupakan koposisi bagian-bagian dan fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan insrtuksional yang telah dirumuskan sebelumnya. Penerapan pendekatan sistem untuk kegiatan instruksional menghasilkan suatu sistem instruksional. Bentuk nyata dari sistem instruksional itu adalah satu set bahan dan strategi instruksional yang teruji secara efektif dan efisien di lapangan. Komponen dari kegiatan instruksional yang membentuk sistem tersebut adalah 1. karakterisitik siswa dan lingkungan 2. Perumusan tujuan 3. Menyusun acuan PAP dan PAN 4. a strategi Instruksional 5. Pengembangan bahan ajar 6. dan Evaluasi Formatif

RUJUKAN PUSTAKA Ibrahim, R, Nana Syaodih S. (1992). Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Suparman M. Atwi (2004) Desain Instruksional. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Tim Pengembangan MKDK Kurpem, (2002), Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung. Publ. Jurusan Kurtek FIP UPI.

You might also like