You are on page 1of 2

DISFUNGSI TUGAS POKOK TENTARA NASIONAL INDONESIA ( Menanggapi Kasus Pemaksaan Terhadap Jemaat Ahmadiyah di sejumlah daerah di Jawa

Barat) Tentara Nasional Indonesia terdiri dari tiga angkatan bersenjata, yaitu TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara. Adapun tugas daripada Tentara Nasional Indonesia sesuai dengan UU TNI Pasal 7 ayat (1), adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , yang disebutkan diatas dapat dilakukan dengan: operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang, yaitu untuk: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. mengatasi gerakan separatis bersenjata mengatasi pemberontakan bersenjata mengatasi aksi terorisme mengamankan wilayah perbatasan mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya 8. 9. memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta membantu tugas pemerintahan di daerah 10. 11. 12. membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan

13.

membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue) 14. membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan , perompakan dan penyelundupan.. Dengan adanya regulasi tertentu yang mengatur tugas pokok TNI, tentunya dapat dipahami bahwa TNI mempunyai tugas pokok yang sifatnya terbatas dan tidak bisa mengambil alih begitu saja ranah (tugas) daripada instansi keamanan lain, seperti misalnya Kepolisian (POLRI), sekalipun Namun, kasus yang baru-baru ini terjadi pada jemaah Ahmadiyah di sejumlah tempat di Jawa Barat, tentunya mampu menyita banyak perhatian terutama jika dikaitkan dengan isu, bahwa Prajurit TNI diduga terlibat dalam operasi anti-Ahmadiyah di sejumlah daerah di Jawa Barat. Mereka disinyalir masuk mendatangi sejumlah jemaat Ahmadiyah di beberapa kampung dan mendata orang-orang tersebut. Tidak hanya itu, Orang-orang yang merupakan jemaat Ahmadiyah kemudian dikumpulkan dan dipaksa melakukan pertobatan1 Data penyelewengan daripada tugas TNI tersebut, berasal dari Imparsial, lembaga swadaya masyarakat di bidang hukum dan pembelaan hak asasi manusia. Ke-56 kasus ini terjadi antara lain di Cianjur, Majalengka, Ciamis, Banjar, Bandung, Cirebon, Indramayu, Sukabumi, Tasikmalaya, bahkan sampai ke Salatiga dan Lampung Utara. Para pelaku tertulis sebagai, antara lain, anggota Koramil, TNI, Dandim, Kodim, Polisi baik Polres maupun Polsek, Babinsa, dan juga pihak Kelurahan. Menurut sumber, kasus-kasus ini terjadi dalam rentang waktu sejak Peraturan Gubernur Jawa Barat tentang Larangan Ahmadiyah berlaku pada tanggal 3 Maret 2011 sampai sekitar tanggal 12-13 Maret 2011.

Diakses dari http://nasional.kompas.com/read/2011/03/15/13491854/TNI.Terlibat.Operasi.Ahmadiyah, tanggal 17 maret 2011, Pk. 11.02 WIB

You might also like