You are on page 1of 8

Mengkompromikan Kontradiksi Proses penciptaan alam semesta dalam Al-Quran sering menggunakan istilah sittati ayyam atau enam

hari. Istilah ini antara lain terdapat pada surat [7]:54, [10]:3, [11]:7, [25]:59, [32]:4, dan [50]:38. Selain ayat-ayat tersebut, ada juga beberapa ayat yang berkaitan dengan penciptaan alam semesta seperti dalam surat [41]:9, 10, 12 dan [79]:2733. Untuk memahami makna sittati ayyam dalam konteks penciptaan alam semesta, masingmasing ayat tersebut tidak bisa ditafsirkan secara terpisah. Para mufassir meyakini bahwa sebagian ayat Al-Quran menafsirkan sebagian yang lain (Al-Quranu yufassiru badluhu badlan). Sehingga istilah sittati ayyam harus ditafsirkan dengan melihat ayat-ayat lain yang terkait penciptaan alam semesta. Akan tetapi, jika kita membandingkan ayat-ayat tersebut, akan terlihat sebuah permasalahan dalam Surat Fushshilat ayat 9, 10, dan 12. Dalam ayat 9 disebutkan: .yang menciptakan Bumi dalam dua masa; kemudian dalam ayat 10: ..menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa.; dan ayat 12: maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa.. Jika masa-masa dalam ketiga ayat tersebut dijumlahkan, maka jumlahnya menjadi 8 masa, bukan 6 masa (sittati ayyam) seperti yang disebutkan dalam ayat-ayat lainnya. Apakah hal ini berarti ada kontradiksi dalam Al-Quran? Tentu tidak akan ada mufassir yang beranggapan demikian. Sebagian mufassir kemudian mencoba menafsirkan rangkaian ayat tersebut sebagai berikut. Mula-mula Bumi diciptakan selama dua masa (surat [41]:9). Setelah itu, diciptakan pula isinya selama dua masa. Jadi, istilah empat masa dalam surat [41]:10 sebenarnya memasukkan dua masa penciptaan Bumi dalam ayat sebelumnya. Dilanjutkan dengan penciptaan langit selama dua masa (surat [41]:12), maka jumlah keseluruhannya ialah enam, bukan delapan masa. Dari Ketiadaan Menuju Ketetapan Dalam ketiga ayat tersebut di atas, terdapat tiga istilah yang agak berbeda maknanya, namun diterjemahkan sama rata sebagai penciptaan. Pertama, khalaqa pada surat [41]:9 yang bermakna menciptakan dari bahan yang belum ada sebelumnya. Kedua,jaala dalam surat [41]:10, yang bermakna menyusun, mengolah bahan yang telah ada sebelumnya menjadi ciptaan baru. Istilah ketiga ialah qadla dalam katafaqadlahunna (surat [41]:12). Istilah ini bermakna menetapkan. Penggunaan

istilahqadla (menetapkan) dalam ayat [41]:12 terkait dengan penciptaan langit: Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa Jika ditilik dari urutan pembahasan ketiga ayat tersebut, maka penetapan tujuh langit berada pada bagian paling akhir rangkaian penciptaan. Namun, mengingat alam semesta senantiasa berproses, maka menetapkan di sini tidak bisa disamakan dengan menyelesaikan. Yang selesai bukanlah fisik langit atau alam semesta, melainkan hukum-hukumnya. Dengan hukum-hukum itulah, alam semesta terus menerus berproses. Hal lain yang menarik ditinjau adalah kata sittati ayyam dalam Al-Quran selalu diawali oleh kata fii yang menunjukkan suatu proses yang kontinyu, tanpa ada jeda. Berdasarkan ini dan uraian mengenai ketiga istilah sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penciptaan alam semesta terjadi melalui sejumlah tahapan yang kontinyu: dimulai dengan penciptaan dari ketiadaan, penciptaan baru dari ciptaan-ciptaan sebelumnya, hingga penetapan hukum-hukum alam. Enam, Tujuh, atau Berapa? Selain Al-Quran, sejumlah hadits juga mengabarkan penciptaan alam semesta. Salah satunya adalah hadits At-Thabari nomor 17.971 yang terdapat dalam Shahih Muslim. Berbeda dengan Al-Quran, hadits ini menjelaskan bahwa alam semesta tercipta dalam 7 hari. Menurut hadits tersebut, Allah SWT menciptakan tanah pada hari Sabtu. Lalu, menciptakan gunung pada hari Ahad dan pepohonan di hari Senin. Kemudian menciptakan hal-hal negatif pada hari Selasa, cahaya di hari Rabu, dan mengembangbiakkan ciptaannya pada hari Kamis. Terakhir, Allah menciptakan Adam pada hari Jumat bada Ashar. Hadits lain menyebutkan bahwa Allah SWT memulai penciptaan Bumi pada hari Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan selesai hari Jumat (6 hari). Asumsi yang digunakan ialah 1 hari dalam hadits ini sama dengan 1000 tahun. Jadi, mana yang benar? Enam, tujuh, atau berapa? Kita harus ingat bahwa penyebutan angka tidak mesti bermakna eksak. Misalnya saja angka 7 dalam bahasa Arab menunjukkan jumlah yang banyak, kaki seribu yang berarti berkaki banyak, dan 1001 malam untuk menggambarkan banyaknya kisah di Negeri Persia. Jadi, apakah sittati ayyam memang menyebutkan tahapan penciptaan alam semesta, atau sekadar menunjukkan bahwa penciptaan alam itu sangat rumit sehingga perlu digambarkan dalam bilangan yang lebih dari tiga?

Dalam tafsir lama maupun modern, belum ada penjelasan rinci tentang sittati ayyam. Istilah ini diterima secara imani saja, bukan sebagai sebuah isyarat ilmiah. Meskipun demikian, bukan berarti penafsiran ilmiah tidak diperlukan. Tafsiran ilmiah apapun atas sittati ayyam dapat diterima asalkan tidak bertentangan dengan tafsiran ayat lain. Dalam penafsiran dikenal teori munasabah, yaitu sebuah ayat selalu terkait dengan ayat sebelum dan sesudahnya. Ayat-ayat berisi penjelasan mengenai karya Allah SWT seperti penciptaan alam, selalu mengawali ayat-ayat berisi penjelasan mengenai tauhid. Sehingga, setiap penafsiran mengenai penciptaan alam harus bermuara pada ketauhidan. Al-Quran memang memiliki karakteristik yang mengagumkan, sebagaimana ungkapan Ibnu Abbas, Al-Quran itu bagaikan permata yang memancarkan cahaya dari sisi yang berbeda-beda. Wallahu alam bisshawab[]
Sepanjang zaman manusia selalu ingin tahu bagaimana alam semesta tak bertepi ini berawal, kemana ia menuju bagaimana hukum yang menjaga tatanan dan keseimbangannya bekerja. Selama ratusan tahun para ilmuwan dan pemikir telah melakukan banyak penelitian tentang hal ini dan memunculkan sedikit sekali teori. Gagasan yang umum di abad ke XIX adalah alam semesta merupakan kumpulan materi dengan ukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya. Selain menetapkan dasar berpijak bagi faham materialis, pandangan ini menolak keberadaan pencipta dan menyatakan bahwa alam semesta adalah tidak berawal dan tidak berakhir, penganut faham materialis adalah Karl Maks, Vladimir I. Lenin, Friedrich Engels, Leon Trotsky dll. Materialisme adalah faham yang meyakini materi sebagai satu satunya keberadaan mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani kuno dan mendapat penerimaan yang luas pada abad ke XIX, faham ini menjadi terkenal dalam bentuk faham materialisme dialektika Karl Maks. Para penganut faham materialisme meyakini bahwa alam semesta tak hingga sebagai landasan berpijak bagi faham atheis mereka, misalnya dalam buku PRINCIPES FONDAMENTAUX DE PHILOSOPHIE filosof materialis Georges Politzer menyatakan : Alam semesta bukanlah suatu hal yang diciptakan, jika ia diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan Ketika Pulitzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan, ia berpijak pada model alam semesta statis abad XIX yang menganggap dirinya sedang mengemukakan sebuah pernyataan dirinya, namun ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pada abad XX akhirnya melumpuhkan gagasan kuno yang dinamakan materialisme ini. Telah ditemukan bahwa alam semesta tidaklah tetap seperti dugaan faham materialisme, tetapi malah sebaliknya, ia terus mengembang. Selain berbagai pengamatan dan perhitungan telah membuktikan bahwa alam semesta memiliki permulaan dan ia diciptakan dari ketiadaan melalui ledakan raksasa. Kini fakta ini telah diterima diseluruh dunia ilmu pengetahuan. Pada tahun 1929 ahli astronomi berkebangsaan Amerika Hubble melalui pengamatanpengamatannya pada galaksi-galaksi yang tersebar di langit, ia menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya, ini berarti bahwa bintang-bintang tersebut bergerak menjauihi kita, sebab menurut hukum fisika yang berlaku, spectrum cahaya berwarna yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung berwarna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung berwarna merah. Selama proses pengamatan spectrum cahaya bintang-bintang yang diamati cenderung berwarna merah, ini berarti beintang-bintang

tersebut cenderung bergerak menjauhi kita (warna spektrum cahaya : merah-jingga-kuninghijau-biru-nila-ungu). Jauh sebelumnya, Hubble telah membuat penemuan penting lainnya, bintang dan galaksi tidak hanya bergerak menjauhi kita tetapi juga saling menjauhi satu sama lain. Satu-satunya yang dapat disimpulkan dari suatu alam semesta dimana satu sama lain bergerak saling menjauhi adalah ia secara terus menerus mengembang. Agar mudah dipahami, alam semesta dapat diumpamakan sebagai permukaan balon yang sedang mengembang. Sebagaimana titik-titik di permukaan balon yang bergerak menjauhi satu sama lain ketika balon membesar, benda-benda di luar angkasa juga bergerak menjauhi satu sama lain ketika alam semesta terus mengembang. Pada tahun 1917 Einstein telah merumuskan persamaan matematis yang diharapkan dapat melukiskan sifat dan kelakuan alam semesta. Karena terpengaruh faham alam semesta statis, Einstein mencari penyelesaian persamaan tersebut yang dapat melukiskan alam semesta yang bersifat statis. Tahun 1917 Friedman menunjukkan bahwa persamaan Einstain yang asli (sebelum dilakukan perubahan sehingga sesuai dengan faham alam semesta statis) melukiskan bahwa alam semesta tidaklah statis, melainkan berkembang. Dikemudian hari Einstein menyadari bahwa tindakannya itu adalah sebagai kesalahan terbesar dari kariernya sebagai ilmuwan. Apa arti dari mengembangnya alam semesta?. Mengembangnya alam semesta berarti jika alam semesta bisa bergerak mundur ke masa lampau maka ia akan terhenti berasal dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan titik tunggal ini yang berisi semua materi alam semesta haruslah mempunyai volume nol dan mempunyai kepadatan tak hingga. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol ini. Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini disebut dengan Big Bang, dan teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu diketahui bahwa volume nol merupakan pernyataan teoritis yang dipakai untuk memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat mendefinisikan konsep ketiadaan yang berada diluar batas pemahaman manusia hanya dengan menyatakannya sebagai titik bervolume nol. Sebenarnya bahwa titik tak bervolume berarti ketiadaan. Demikianlah, alam semesta muncul dari ketiadaan, dengan kata lain ia telah diciptakan. Fakta ini yang baru ditemukan fisika modern abad XX telah dinyatakan dala Al Quran empat belas abad yang lampau, :Dia pencipta langit dan bumi (QS Al Anam 101). Teori Big Bang menunjukkan semua benda alam semesta pada awalnya adalah satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Kenyataan ini yang dikemukan teori Big Bang, sekali lagi telah dinyatakan dalam Al Quran empat belas abad yang lalu saat manusia memiliki kemampuan terbatas tentang alam semesta : Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya pada langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya (QS Al Anbiyaa 30). Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal dan membentuk alam semesta kini dengan cara pemisahan satu dari yang lain. Mengembangnya alam semesta adalah salah satu bukti terpenting yang ditunjukkan alam semesta yang diciptakan dari ketiadaan. Meski tak ditemukan oleh ilmu pengetahuan hingga abad XX, Allah telah memberi tahu kita akan kenyataan ini dalam Al Quran yang diturunkan empat belas abad yang lalu : Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan/kekuatan Kami (dentuman besar) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya (QS Adz Dzariyat 47). Big Bang merupakan petunjuk nyata bahwa alam semesta telah diciptakan dari ketiadaan,

dengan kata lain ia telah diciptakan Allah. Inilah alasan mengapa para astronom yang menganut faham materialis senantiasa menolak Big Bang dan mempertahankan gagasan alam semesta tak hingga. Alasan ini mengemuka dalam pernyataan A.S. Eddington, salah satu fisikawan materialis yang sanagat terkenal : Secara filosofis gagasan tentang permulaan tiba-tiba dan tatanan alam yang ada saat ini sungguh menjijikkan bagi saya. Bilamana mahaledakan itu terjadi? Dari pengetahuan kita mengenai kecepatan berkembangnya alam semesta diperkirakan peristiwa terjadi antara sepuluh sampai lima belas milyar tahun yang lalu. Kemudian, dari keliling kosmos dan umurnya, dapat dihitung kembali suhu alam semesta sesaat sesudah ledakan itu terjadi. Diperkirakan pada saat itu suhu kosmos melebihi seratus juta-juta-juta-juta-juta derajat. Karena kerapatan materi yang sangat tinggi dan suhu yang sangat tinggi pula, orang tidak dapat menamakan keadaan alam semesta pada waktu itu. Kerapatan tinggi pada suhun rendah membentuk zat padat; kerapatan rendah pada suhu tinggi membentuk gas. Tetapi kerapatan materi yang sangat tinggi yang dibarengi dengan suhu yang sangat tinggi ilmuwan pun tidak tahu keadaannya kecuali menamakannya sebagai sopkosmos; suatu fluida. Istilah sop kosmos; suatu fluida barulah diketahui setelah berkembangnya ilmu fisika moderen, tetapi Al-Quran telah mengisyaratkannya dalam ayat 7 Surah Hud Dan Dialah yang telah menciptakan alam semesta dalam enam masa, adapun ArsyNya telah tegak diatas air. Kata-kata ArsyNya telah tegak diatas air (sebelum alam semesta diciptakan) mengandungg arti bahwa kekuasaaNya telah ditegakkan sebelum alam semesta tercipta. Pada saat itu materi beserta ruang kosmos sudah diatur oleh Allah; dan mereka mengikuti serta tunduk pada peraturan-peraturan itu. Kemahaperkasaan Allah dalam mengatur proses penciptaan alam semesta dilkukiskan dalam Surah Al-Fushilat ayat 11 : Dalam pada itu Dia mengarah pada pada penciptaan langit (sama) dan langit (sama) itu berupa asap, lalu Dia berkata kepada langit dan bumi, Datanglah kamu berdua dengan patuh atau terpaksa; keduanya berkata Kami datang dengan patuh. Jadi pada saat penciptaan alam semesta, Allah telah menetapkan berlakunya hukum-hukum alam sebagai sunatullah. Dengan berlakunya hukum-hukum alam ini maka semua makhluk, baik ruang kosmos, atom, molekul, partikel, dan seluruh materi yang tersusun sebagai benda mati atau hidup, matahari, bumi, bintang, galaksi, dan sebagainya berjalan sepanjang waktu sesuai dengan panggarisan hukum-hukum tersebut. Tida ada satupun yang menyimpang kecuali dengan izin Allah. Seorang materialist lain, astronom terkemuka asal Inggris, Fred Hoyle, adalah termasuk yang paling terganggu oleh teori Big Bang. Dipertengahan abad ke XX, Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut Steady State yang mirip dengan teori alam semesta tetap abad ke XIX. Teori Steady State menyatakan bahwa alam semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa. Dengan tujuan mempertahankan faham materialis, teori ini sama sekali berseberangan dengan teori Big Bang yang menyatakan bahwa alam semesta ini memiliki permulaan. Mereka yang mempertahankan teori steady state telah lama menentang teori Big Bang, namun ilmu pengetahuan justru melumpuhkan pandangan mereka. Pada tahun 1948, George Gamow muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan setelah pembentukan alam semesta dari ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu radiasi ini haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang seharusnya ada ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965 Penzias dan Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi ini disebut dengan radiasi latar kosmis, tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. Demikianlah diketahui bahwa sisa radiasi ini adalah

peninggalan dari tahap awal peristiwa Big Bang. Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian radiasi latar kosmis. Hanya perlu delapan menit bagi sateli tersebut untuk membuktikan hasil penetian/perhitungan Penzias dan Wilson. Satelit Nasa tersebut telah menemukan sisa ledakan raksasa pada awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan penemuan teori Big Bang. Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima seluruh masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuantentang asal muasal alam semesta. Dengan kemenangan Big Bang, mitos materi kekal yang menjadi dasar berpijak faham materialis terhempaskan ke dalam tumpukan sampah sejarah. Lalu keberadaan apakah sebelum Big Bang dan kekuatan apa yang memunculkan alam semesta sehingga menjadi ada dengan ledakan raksasa in saat alam tersebut tidak ada? Filosof atheis terkenal Anthony Flew berkata : Sayangnya pengakuan adalah baik bagi jiwa. Karenanya, saya akan memulai dengan pengakuan bahwa kaum Atheis Stratonesian terpaksa dipermalukan oleh kesepakatan kosmologi zaman ini. Sebab tampaknya para ahli kosmologi tengah memberikan bukti ilmiah bahwa alam semesta memiliki permulaan. Banyak ilmuwan yang secara tidak buta menempatkan dirinya sebagai atheis telah mengakui peranan pencipta yang maha perkasa dalam penciptaan alam semesta, mereka adalah : Newton, Keppler, Koppernik, Hubble, Einstein. Pencipta ini haruslah zat yang telah mencipta materi dan waktu, namun tidak terikat oleh keduanya. Ahli astro fisika terkenal Hugh Ross mengatakan :Jika permulaan waktu terjadi bersamaan dengan permulaan alam semesta, sebagaimana pernyataan teorema ruang, maka penyebab terbentuknya alam semesta pastilah sesuatu yang bekerja pada dimensi waktu yang sama sekali tak tergantung dan lebih dulu ada dari dimensi waktu alam semesta itu sendiri. Tuhan tidak pula berada di alam semesta. Kesimpulan ini memberitahu kita bahwa Tuhan bukanlah alam semesta itu sendiri, dan Tuhan tidak pula berada di alam semesta !!. Begitulah materi diciptakan oleh sang maha pencipta yang tidak terikat oleh keduanya. Pencipta ini adalah Allah, Dialah penguasa langit dan bumi. Sebenarnya Big Bang telah menimbulkan masalah yang lebih besar bagi kaum materialis dari pada pengakuan filosof atheis Anthony Flew, sebab Big Bang tak hanya membuktikan bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan, tetapi ia juga diciptakan secara terencana, tersusun rapi dan teratur. Big Bang terjadi melalui ledakan suatu titik yang berisi semua materi dan enerji alam semesta serta penyebarannya ke segenap penjuru ruang angkasa dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dari materi dan enerji ini muncullah keseimbangan yang sangat luar biasa yang meliputi berbagai galaksi, bintang, matahari, bulan dan benda angkasa lainnya. Hukum alampun terbentuk, yang kemudian disebut hukum fisika yang seragam di seluruh penjuru alam semesta dan tidak berubah. Hukum fisika yang muncul secara bersamaan dengan Big Bang tak berubah sama sekali selama lebih dari lima belas milyard tahun !!. Selain itu hukum ini didasarkan atas perhitungan yang sangat teliti, sehingga penyimpangan satu milimeter saja dari angka yang ada sekarang akan berakibat kehancuran dari seluruh bangunan dan tatanan alam semesta. Semua ini menunjukkan bahwa suatu tatanan sempurna muncul setelah Big Bang. Namun ledakan tidak mungkin memunculkan suatu tatanan sempurna. Semua ledakan yang diketahui cenderung berbahaya, menghancurkan, dan merusak apa yang ada. Jika kita diberitahu tentang tatanan yang sangat sempurna setelah ledakan, kita dapat menyimpulkan ada campur tangan cerdas dibalik ledakan ini dan segala serpihan yang berhamburan akibat ledakan ini telah digerakkan secara sangat terkendali, informasi ini telah

disebutkan dalam Al-Quran 15 abad yang lalu dalam Surah Al-Qamar ayat 49 :Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran Pernyataan Fred Hoyle yang telah bertahun-tahun menentangnya mengungkapkan dengan jelas :Teori Big Bang menyatakan bahwa alam semesta berawal dari ledakan tunggal. Tapi sebagaimana diketahui, ledakan hanya menghancurkan meteri berkeping-keping, sementara Big Bang secara misterius menghasilkan dampak yang berlawanan, yakni misteri yang saling bergabung membentuk galaksi-galaksi. Tidak ada keraguan jika suatu tatanan sempurna muncul melalui suatu ledakan, maka harus diakui bahwa campur tangan pencipta berperan disetiap saat dalam ledakan ini. Hal lain dari tatanan luar biasa yang terbentuk di alam menyusul peristiwa Big Bang ini adalah penciptaan alam semesta yang dapat dihuni. Persyaratan bagi suatu planet yang layak huni sungguh sangat banyak dan rumit, sehingga mustahil beranggapan bahwa pembentukan ini bersifat kebetulan. Setelah melakukan perhitungan tentang kecepatan mengembangnya alam semesta, Paul Davies berkata : Bahwa kecepatan ini memiliki ketelitian yang sungguh tak terbayangkan. Perhitungan jeli menempatkan kecepatan pengembangan ini sangat dekat pada angka kritis yang dengannya alam semesta akan terlepas dari gravitasinya dan mengembang selamanya. Sedikit lebih lambat dan ala mini akan runtuh, sedikit lebih cepat dan keseluruhan matahari alam semesta sudah berhamburan sejak dulu. Big Bang bukanlah sekedar ledakan zaman dulu, tapi ledakan yang terencana dengan sangat cermat. Stephen Hawking dalam bukunya The Brief History of Time menyatakan : Bahwa alam semesta dibangun dengan perhitungan dan keseimbangan yang sangat akurat dari yang dapat kita bayangkan. Dengan merujuk pada kecepatan mengembangnya alam semesta, Hawking berkata : Jika kecepatan pengembangan ini dalam satu detik setelah Big Bang berkurang meski hanya sebesar satu per seratus ribu juta juta, alam semesta ini akan telah runtuh sebelum pernah mencapai ukuran seperti sekarang. Paul Davies juga menjelaskan akibat tak terhindarkan dari keseimbangan dan perhitungan yang luar biasa akuratnya ini : Adalah sulit menghindarkan kesan bahwa tatanan alam semesta sekarang yang terlihat begitu peka terhadap perubahan angka sekecil apapun, telah direncanakan dengan sangat teliti. Kemunculan serentak angka-angka yang tampak ajaib ini, yang digunakan alam sebagai konstanta-konstanta dasarnya, pastilah menjadi bukti paling meyakinkan adanya perancangan alam semesta. George Greenstein dalam bukunya yang berjudul The Symbolic of Universe menyatakan :Ketika kita mengkaji suatu bukti yang ada, pemikiran yang senantiasa muncul adalah bahwa kekuatan supranatural pasti terlibat. Singkatnya saat meneliti tatanan mengagumkan pada alam semesta akan kita pahami bahwa cara kerjanya bersandar pada keseimbangan yang sangat peka dan tatanan yang sangat rumit untuk dijelaskan oleh peristiwa kebetulan. Sebagaimana dimaklumi tidaklah mungkin keseimbangan dan tatanan luar biasa ini terbentuk dengan sendirinya dan secara kebetulan melalui suatu ledakan raksasa. Pembentukan tatanan semacam ini menyusul ledakan seperti Big Bang adalah suatu bukti nyata adanya penciptaan supra natural. Rancangan dan tatanan tanpa tara di alam semesta ini tentulah membuktikan keberadaan pencipta beserta ilmu, keagungan dan hikmahnya yang tak terbatas, yang telah menciptakan materi dari ketiadaan dan yang berkuasa mengaturnya tanpa henti. Pencipta ini adalah Allah, Tuhan seru sekalian alam.

Referensi : 1.Big Bang Encyclopaedia Britannica 2002 2.Prof. Dr. A Baiquni MSc, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, 1983 3.Prof. Dr. A Baiquni MSc, Al Quran, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Juni 2003 4.Dr. M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah, 2002 5."The Creation of Universe", Harun Yahya 2002

You might also like