You are on page 1of 31

Laporan Akhir Praktikum Kimia Bahan Alam

Uji Fitokimia

Kelompok Nama

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2009

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan 1. Mengisolasi senyawa triterpenoid dari daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). 2. Mengetahui dan memahami cara teknik isolasi senyawa triterpenoid dari daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban).

1.2 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Botani Tumbuhan 2.1.1 Tinjauan Umum Centella asiatica (L.) Urban Pegagan adalah tanaman terna tahunan yang tidak mempunyai batang, rimpang pendek, stolon merayap. Tanaman pegagan (Cantella asiatica (L.) Urban merupakan tumbuhan herba yang tumbuh liar, menyukai daerah yang agak lembab dengan ketinggian yang sangat bervariasi yaitu mulai dari ketinggian 1 m sampai dengan 2500 m dari permukaan laut. Merupakan tanaman menahun dengan batang merayap, cabang dapat membentuk tumbuhan baru yang menutupi tanah. Daun bundar berbentuk seperti ginjal. Bunga berwarna putih atau agak kemerahan. Buah bundar, berwarna kuning kecoklatan, berbau sedikit wangi dan rasa agak pahit. 2.1.2 Klasifikasi Klasifikasi tumbuhan Cantella asiatica (L.) Urban adalah sebagai berikut: Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : : : : : : Spermatophyta Dicotyledoneae Umbellales Apiaceae/Umbelliferae Centella Centella asiatica

2.1.3 Morfologi dan Penyebaran Pegagan merupakan tumbuhan terna menahun tanpa batang, tetapi dengan rimpang pendek dan stolon-stolon yang merayap dengan panjang 1-80 cm, akar keluar dari setiap bonggol, banyak cabang yang membentuk tumbuhan baru. Helai daun tunggal berbentuk gimjal. Tepinya bergerigi atau beringgit, dengan penampang

1-70 cm tersusun dalam roset yang terdiri atas 2-10 helai umumnya dengan tulang daun menjari, ujung daun membundar, permukaan daun umumnya licin kadangkadang agak berambut. Bunga berwarna putih atau merah muda, tersusun dalam karangan berupa paying, tunggal atau 3-5 bersama-sama keluar dari ketiak daun. Gagang perbungaan 5 mm sampai 50 mm, lebih pendek dari tangkai daun. Bunga umumnya 3, yang ditengah duduk, yang disamping bergagang pendek; daun pelindung 2, panjang 3 mm sampai 4 mm, bentuk bundar telur; tajuk berwarna merah lembayung, panjang 1 mm sampai 1,5 mm, lebar sampai 0,75 mm. Buah pipih, lebar lebih kurang 7 mm dan tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk, berwarna kuning kecoklatan, dan berdinding agak tebal. Buah kecil bergantung yang bentuknya lonjong/pipih, baunya wangi dan rasanya pahit

2.1.4 Nama Daerah Cantella asiatica (L.) Urban tersebar hampir diseluruh Indonesia, sehingga memiliki nama daerah yang berbeda-beda. Misalnya saja di Sumatera, tanaman ini mempunyai nama daerah pegaga (Aceh), daun kaki kuda, daun penggaga, penggaga, rumput kaku kuda, pegagan, kaki kuda (Melayu), pegago, dan pugago (Minangkabau). Sedangkan di pulau Jawa, tanaman ini lebih dikenal dengan nama cowet gompeng, antanan, antanan bener, antanan gede (Sunda), gagan-gagan, ganggagan, kerok batok, panegowang, rendeng, calingan rambat, pacul gowang (Jawa), gangagan (Madura). Adapun nama daerah tanaman ini di Nusa Tenggara adalah Bebele (Sasak), paiduh, panggaga (Bali), kelai lere (Sawo). Sedangkan di Maluku, tanaman ini mempunyai nama daerahnya yaitu sarowati (Halmahera), kolotidi manora (Ternate). Di Sulawesi tanaman ini lebih dikenal dengan nama pegaga, wisu-wisu (Makassar), cipubalawo (Bugis), hisu-hisu (Salayar). Dan di Irian mempunyai nama daerah dogauke, gogauke, sandanan.

2.1.5 Kandungan Kimia Pegagan Kandungan kimia pegagan adalah glikosida triterpenoid, terpenoid, alkaloid, asam amino, asam lemak, thankuniside, isothankuniside, mesoinositol, centellose, caretenoids, garam-garam mineral seperti garam kalium, natrium magnesium, kalsium, besi, zat semak dan tannin. Komponen minyak atsiri pegagan adalah citronelol, linalool, neral, mentol, vellarine (campuran antara damar dan minyak terbang). Mengandung tiga macam triterpenoid utama, yaitu asiatikosida, asam asiatat, asam madekasat.

COOH OH

OH HOH3C

I. Asam asiatikat

COOH OH

OH CH3 OH

HO

II. Asam Madekasat

OH OH H O HO C O HO HOH3C H O CH3 H OH H OH H O OH H O H O OH H H CH2OH H H O

H OH H CH3 H OH

III. Asiatikosida Gambar 1. Struktur Triterpenoid dari Pegagan Senyawa glikosida triterpenoid yang disebut asiaticoside dan senyawa sejenis, berkhasiat sebagai antilepra, sebagai penyembuh luka, radang tenggorokan. Tanaman ini juga mengandung tanin yang kemungkinan dapat membantu mengatasi radang usus dan sakit perut. Selain itu pegagan bersifat manis, mendinginkan, membersihkan darah, dan melancarkan peredaran darah. 2.1.6 Manfaat Pegagan Daunnya merupakan obat yang resmi di berbagai Farmakope. Di Indonesia tumbuhan ini lebih dikenal sebagai obat untuk menyembuhkan sariawan mulut atau afthae. Tanaman ini juga bisa dipakai sebagai obat kusta, sebagai anti infeksi, antitoksik, penurun panas dan peluruh air seni. Selain itu juga dapat dibuat sebagai bahan injeksi dimana bahan aktif ini dapat menghancurkan pertahanan kusta, borok berforasi dan luka pada jari tangan serta luka awal pada mata. Aktivitasnya dimungkinkan oleh larutnya bahan lilin yang menyembunyikan bacil kusta sehingga menjadi getas dan akibatnya badan dengan mudah dapat membunuh penyakit

bersama obat. Kegunaan lainnya adalah untuk mengobati keracunan Gelsemium elegans, arsenik, hipertensi, ambeien, mata merah, bengkak, sakit kepala, muntah darah, batuk darah, infeksi hepatitis, campak (measles), batuk, mimisan, dan menambah nafsu makan.

2.2 Triterpenoid Triterpenoid yaitu senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari 6 satuan isopren secara biosintesa diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualen yang merupakan golongan terbesar dari senyawa triterpenoid. Sebagian besar triterpenoid mempunyai 4 atau 5 cincin yang bergabung dengan pola yang sama. Triterpenoid tersebar luas pada tumbuh-tumbuhan dan beberapa jenis hewan. Triterpenoid yang berasal dari tumbuhan, umumnya mempunyai kerangka struktur pentasiklik, sedangkan triterpenoid yang berasal dari hewan mempunyai kerangka struktur tetrasiklik. Triterpenoid saponin atau glikosida triterpenoid adalah suatu senyawa yang apabila dihidrolisa akan menghasilkan sapogenin berupa triterpenoid dan molekul gula. Triterpenoid saponin banyak dijumpai pada tumbuhan tingkat tinggi, terutama famili Cariophyllaceae dan Sapindaceae. Triterpenoid tidak berwarna, berbentuk kristal, sering mempunyai titik lebur tinggi. Triterpenoid kurang reaktif terhadap reaksi kimia. Sifat kimia triterpenoid pada dasarnya harus dipandang sebagai reaksi-reaksi dari gugus fungsi yang dikandungnya, misalnya gugus 3- -hidroksil menunjukan semua sifat dari alkohol sekunder.

BAB III PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan Alat labu destilasi rotary evaporator pendingin/kondenso waterbath penyaring vakum botol infuse Vial pipet tetes Corong kertas saring spatel, timbangan plat KLT Chamber lampu UV

Bahan simplisia daun pegagan yang telah dikeringkan methanol Aquadest Norit kloroform

3.2 Cara Kerja 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sortir simplisia pegagan yang telah kering dari pengotor, lalu dihaluskan dengan grinder. Timbang sebanyak 100 gram dan masukkan ke dalam botol infus. Maserasi dengan metanol sampai sampel terendam seluruhnya selama 3x3 hari. Sambil dikocok setiap harinya. Hasil maserasi disatukan dan diberi arang aktif sampai cairannya berwana bening dari hijau tua. Kemudian dirotary. Hasil rotary dimasukkan ke dalam botol vial dan tutup dengan aluminium foil yang dibolongi agar pelarut yang digunakan menguap. Kemudian lakukan KLT dengan eluen kloroform : metanol = 4 : 1. Hitung nilai Rf.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Tujuan Percobaan 1. Mengisolasi senyawa aktif piperin dari Piper nigrum Linn. 2. Mengetahui dan memahami cara isolasi senyawa aktif piperin dari Piper nigrum Linn. 1. 2 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Botani 2.1.1 Morfologi Tanaman ini merupakan herba tahunan dengan batang bulat, beruas, bercabang, mempunyai akar pelekat, berwarna hijau kotor. Daun tunggal, bulat telur, pangkal bantuk jantung, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau. Bunga majemuk, bentuk bulir, menggantung, panjang dan berwarna hijau. Bauah buni, bulat, buah muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna merah. Lada merupakan buah dari tanaman Piper nigrum Linneaus, yang menurut jenisnya diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu lada putih dan lada hitam. Lada putih adalah buah tanaman Piper nigrum Linneaus yang sudah kering berwarna putih kekuning-kuningan berasal dari buah yang telah matang atau diolah dengan jalan membuang kulit luarnya. Sedangkan lada hitam adalah buah tanaman Piper nigrum Linneaus yang sudah kering berwarna coklat kehitam-hitaman serta berkeriput permukaannya, berasal dari buah yang pada umumnya dipetik sebelum matang seluruhnya. Pada industri makanan, lada digunakan sebagai bahan bumbu masak, minuman penghangat tubuh. Namun selain itu lada juga dapat digunakan sebagai obat-obatan dan kosmetika. Piper nigrum adalah tanaman memanjat dan memiliki panjang sekitar 10 m. Daunnya berbentuk bulat telur. Bunganya berbulir-bulir saling berhadapan dengan daunnya.

Tanaman lada adalah salah satu tanaman yang peka terhadap goncangan angin, karena tiupan angin yang terlalu kencang dapat mematahkan/merobohkan tajar (tiang rambat) serta melepaskan sulur-sulur dan cabang-cabang yang melekat pada tajarnya. Curah hujan yang dikehendaki tanaman lada 2.000-3.000 mm/tahun dengan rata-rata 2.300 mm/tahun. Hari hujan sebaiknya antara 250-210 hari/rata-rata 170 hari dalam setahun. Tidak terdapat adanya bulan-bulan kering dengan curah hujan kurang dari 60 mm/bulan. Tanaman lada tumbuh dengan pencahayaan dari sinar matahari yang cukup. Tanaman lada dapat tumbuh dengan baik apabila cahaya matahari tidak terlalu lama menyinarinya, paling tidak sehari sinar matahari yang diperlukan untuk tanaman lada tidak lebih dari 10 jam pada siang hari. Derajat suhu udara yang dikehendaki agar tanaman lada dapat tumbuh dengan baik adalah berkisar antara 200C (suhu minimum) dan 340C (suhu maksimum), suhu udara terbaik adalah 23-320C dengan suhu rata-rata pada siang hari 290C .Sedangkan untuk kelembaban udara antara 50-100% lengas nisbi dan optimal antara 60-80% RH. Media tumbuhnya adalah tanah subur dan kaya bahan organik, tak tergenang air bila musim hujan dan tak terlalu kering saat musim kemarau, dengan keasaman tanah 5,5-7,0. 2.1.2 Penyebaran Tanaman lada termasuk tanaman rempah yang banyak dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini berasal dari daerah Ghat Barat, India. Buktinya pada tahun 100-600 SM, banyak koloni Hindu yang datang ke Indonesia. Diperkirakan mereka inilah yang membawa bibit lada pertama kalinya ke Indonesia. Daerah yang merupakan sentra produksi lada adalah daerah Lampung dan Bangka. Dengan luas arealnya masing-masing adalah sekitar 42.000 hektar dengan hasil produksinya sekitar 19.000 ton/tahun untuk daerah Lampung, dan sekitar 20.000 ton/tahun untuk daerah Bangka. Terdapat tidak kurang dari 40 jenis varietas lada, diantaranya adalah varietas Cunuk, Jambi, Lampung daun lebar, Lampung daun kecil, Bangka, Kuching, Asia

Tenggara, Amerika Utara, dan Afrika. Varietas yang banyak ditanam oleh petani adalah varietas Lampung daun lebar, karena varietas ini lebih banyak menghasilkan buah bila dibandingkan dengan varietas-varietas lainnya.

2.1.3 Varietas Piper nigrum Linn. Setelah dilakukan penelitian di Balittro Bogor, ternyata ada 4 varietas lada unggul, diantaranya yaitu: a) Natar I Jenis ini mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap penyakit busuk pangkal batang (BPB) dan penggerek batang (Lophobaris piperis). Tanaman ini lebih cepat menghasilkan buah dan buahnya besar, dengan potensi hasil per hektarnya 3,7 ton. Tanaman mulai berbunga pada umur 10 bulan dan senang dengan matahari. b) Natar II Tanaman lada jenis ini memiliki akar yang kuat dan kokoh, mulai berbunga pada umur 12 bulan. Jenis ini hanya memerlukan sedikit perlindungan dari pohon pelindung, tanaman ini sangat peka terhadap cahaya atau sinar matahari. Sedangkan nilai produksi yang diperoleh mencapai 3,52 ton per hektar. c) Petaling I Tanaman lada jenis ini tahan terhadap penyakit kuning dan dapat ditanam di daerah yang kurang subur. Tanaman mulai berbunga pada usia 10 bulan dengan produksi yang dihasilkan sebesar 4,48 ton per hektarnya. d) Petaling II Tanaman ini mulai berbunga pada umur 12 bulan dengan hasil produksi sebesar 4,5 ton per hektar. Namun sayangnya jenis Petaling II ini tidak tahan terhadap penyakit kuning. Untuk lada jenis Petaling I dan II sangat cocok bila di tanam di daerah Bangka. Buah lada yang diolah tidak saja menghasilkan lada hitam dan lada putih saja, tetapi juga lada dapat diolah dan menghasilkan lada hijau yang dikeringkan, lada

hijau yang diawetkan dalam air garam. Biji lada dapat dibuat bubuk, khusus untuk konsumsi dalam dan luar negeri. Dari lada hitam dan lada putih dapat dihasilkan minyak oleoresin dan minyak atsiri Untuk memperoleh oleoresin lada, pada garis besarnya ditempuh dengan proses ekstraksi dari biji lada yang telah dihancurkan, dengan bahan pelarut organik (solvent) yang mudah menguap. Bahan pelarut kemudian dipisahkan dari oleoresin yang dihasilkan melalui destilasi vakum.

2.2 Tinjauan Piperin 2.2.1 Struktur Kimia

2.2.2 Sifat Fisika Adapun sifat fisika dari senywa piperin ini adalah dapat larut dalam alkohol, kloroform, eter, benzen, asam asetat glasial, minyak volatil dan tidak larut dalam air. Minyak dari biji lada bereaksi dengan senyawa piperin sehingga bersifat sebagai flavour. Saat piperin tak bersifat sebagai flavour maka ia menjadi Chavicine, yaitu senyawa yang sama formula molekulnya tapi berbeda struktur molekul. Densitas dari piperin ini adalah 0.0861 gram, dan titik didihnya adalah 128C-132C. 2.2.3 Sifat Kimia Piperin adalah senyawa golongan lipid yang termasuk ke dalam senyawa alkaloid, yaitu senyawa yang mengandung atom N pada gugus heterosikliknya. Rumus empiris piperin : C17H19NO3 C = 71% O = 17% H = 6% N = 5% Kandungan piperin alami dalam Piper nigrum adalah 98% dan dapat diperoleh 100% dengan cara dibuat di laboratorium.

2.3 Kandungan Kimia dan Kegunaan Piperin

2.3.1 Kandungan Kimia Piperin dapat ditemukan pada sayur-sayuran dan bumbu masak seperti merica. Buah pada Piper nigrum mengandung zat-zat : piperin, piperidin, pati, protein, lemak, asam-piperat, chavisin, minyak terbang (felanden, kariofilen, terpen-terpen), dan kristalin alkaloid. 2.3.2 Kegunaan Piperin Sifat khas yang pedas dapat menghangatkan, dan melancarkan peredaran darah. Selain itu senyawa piperin ini dalam bidang pengobatan adalah untuk pengobatan tekanan darah tinggi (biji/buahnya), kurap, influenza, haid tidak teratur, asma, masuk angin, demam, antiinflamasi, antimalaria, antileukimia, dan antiepilepsi.

BAB III PROSEDUR PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan Alat lumpang stamfer labu destilasi rotary evaporator pendingin/kondensor waterbath botol infus timbangan vial pipet tetes corong kertas saring plat KLT Chamber

lampu UV

Bahan lada hitam (Piper nigrum) metanol, etanol NaOH 10% etil asetat n-heksan dan aquadest

3.2 Cara Kerja 1. Gerus halus lada hitam (Piper nigrum) di dalam lumpang, kemudian timbang sebanyak 10 gram. 2. Lakukan maserasi (3x3 hari) dengan metanol di dalam botol infus sambil dikocok setiap harinya. 3. Kemudian saring maserasi lada hitam tersebut, dan filtratnya dirotary sampai kental dengan rotary evaporator. 4. Hasil rotary tersebut masukkan ke dalam vial, tambahkan NaOH kemudian tambahkan etanol. 5. Kocok sampai NaOH larut, kemudian saring. Tambahkan aquadest pada NaOH yang belum larut (tertinggal pada kertas saring), kemudian campurkan dengan filtrat tadi. Biarkan semalam sampai terbentuk amorf. dan

6. Saring dengan kertas saring larutan yang didiamkan tersebut, lalu eksudat yang tertinggal pada kertas saring bilas dengan etil asetat dan tampung ke vial lain. 7. Tambahkan heksan pada bilasan eksudat dengan etil asetat tersebut sampai terbentuk kabut putih. Biarkan sampai endapan turun dan mengendap ke bawah. 8. Kemudian pipet larutan yang jernih yang berada di atas endapan, pindahkan ke vial lain. 9. Endapan yang masih tertinggal dilarutkan kembali dengan etil asetat dan dibantu dengan pemanasan. 10. Tambahkan kembali heksan sampai terbentuk kabut putih, dan biarkan semalam di dalam lemari pendingin sampai didapatkan kristal piperin. 11. Hitung berat rendemen kristal piperin yang didapatkan. 12. Kemudian lakukan KLT dengan menggunakan eluen etil asetat 100% Hitung jarak noda, dan tentukan nilai Rf.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan 1. Mendapatkan senyawa usnat dari Usnea sp 2. Mengetahui teknik isolasi asam usnat dari Usnea sp 3. Membandingkan nilai Rf yang diperoleh dengan cara sokletasi dan maserasi

1.2 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Botani Usnea sp Monografi Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus Species : Fungi : Ascomycota : Lecronommycetes : Lecnorales : Parmeliaceae : Usnea : Usnea sp

Nama Daerah : Kayu Angin Morfologi dan Penyebaran Usnea sp tergolong ke dalam tumbuhan alga atau fungi yang dapat ditemukan hamper di seluruh dunia. Ada yang ditemukan sebagai epifit pada pohon kayu hutan. Sejak dulu Usnea sp sudah digunakan sebagai tumbuhan obat yaitu digunakan sebagai terapi gangguan pencernaan. Ini disebabkan karena rasanya yang pahit dan mempunyai efek stimulant. Usnea sp ini berperan dalam dunia kesehatan sebagai obat antara lain Usnea hirta, Usnea florida, Usnea longissima, Usnea dasypaga, dan Usnea misaminensis. Tumbuhan herba ini juga telah lama digunakan oleh masyarakat Cina dan Yunani yang disebut sun-lo dan telah digunakan sebagai penurun panas dan mengobati infeksi pada permukaan.

Salah satu spesies dari genus Usnea yaitu Usnea misaminensis yang tumbuh sebagai epifit pada kulit kayu hutan dan berjubai, panjangnya sampai 30 cm atau lebih. Talus berbentuk benang, pada umumnya bulat memanjang, cabang-cabangnya bervariasi, seringkali kasar, berwarna hijau kelabu atau hijau kekuningan. Apotesium sedang, tumbuh ke arah sisi atau ke tengah, berbentuk perisai agak bercahaya, pada umumnya berambut pada bagian tepi, parafisis bercabang atau bersekat, askut berisi 8 askospora yang kecil, berbentuk lonjong dan sederhana. Sporangium tumbuh ke arah sisi, terbenam atau agak menonjol, berwarna terang atau agak gelap. Kandungan kimia dari Usnea misasinensis ini adalah asam usneti dan asam barbtin. 2.2. Asam Usnat Asam usnat mempunyai rumus kimia yaitu 2,6-diasetil-7,9-dihidroksi-8,9diametil-1,3-(2H,9Bh)-dibenzofurandion. Rumus struktur asam usnat :

Sumber Asam Usnat Asam usnat telah diisolasi mulai tahun 1844 dari metabolit tumbuhan lumut dan beberapa diantaranya telah dikomersialkan. Pada umumnya banyak ditemukan pada Genera clanodia, Usnea ramlina, dan Usnea evernia. Kegunaan Asam Usnat Asam usnat dewasa ini sudah digunakan sebagai bahan obat-obatan dan kosmetik. Asam usnat memiliki rasa yang pahit dan mempunyai aktifitas sebagai antibiotik. Dahulu asam usnat digunakan untuk mengobati demam, flu, dan bronkhitis. Senyawa ini baik sekali untuk mengobati gangguan respirasi, sistem urinari, dan infeksi pada tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus dan Pneumococcus. Selain itu juga berkhasiat sebagai antifungi infeksi Candidia pada vagina.

Karena aktivitasnya sebagai antimikroba dengan jalan menghambat dan mencegah pertumbuhan mikroba tersebut, asam usnat ini diformulasikan dalam bentuk krim, pasta gigi, pencuci mulut, deodorant, dan sunscreen. Asam usnat juga menunjukkan aktivtas sebagai antiviral, antiprotozoal, antipoliferasi, antiinflamasi, analgetik dan antimikroba. Sedangkan efek biologisnya adalah penghambatan pertumbuhan, antiherbivora, dan antiinsekta. Enansiomer dari asam usnat mempunyai aktivitas yang jauh berbeda dari asam usnat itu sendiri. Secara tradisional asam usnat dari Usnea sp telah digunakan sebagai bubuk yang dapat menemukan lokasi infeksi antimikroba, untuk jamu kuat. Larutan obat dalam alkohol yaitu etil alkohol 70 % dengan dosis 3 ml tiga kali sehari atau lebih pada kondisi akut.

2.2 Macam-Macam Metoda Ekstraksi yang Digunakan Maserasi Maserasi merupakan suatu proses penyarian sederhana dengan cara merendam sampel dalam pelarut yang cocok dan dalam waktu tertentu sehingga bahan menjadi lunak dan larut, kecuali dinyatakan lain dilakukan dengan cara berikut: 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan ke dalam bejana kemudian dituang dengan 75 bagian pelarut, tutup dan biarkan selama 3-5 hari pada tempat yang terlindung dari cahaya matahari. Lalu diaduk berulang-ulang dan peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya sehingga didapatkan hasil maserasi sebanyak seratus bagian. Pindahkan ke bejana tertutup, biarkan di tempat yang sejuk selama 2 hari. Enap tuangkan sambil mencegah terjadinya penguapan pelarut. Cara maserasi ini dapat dilakukan untuk senyawa yang tidak tahan pemanasan. Pelarut yang umum digunakan dalam maserasi yaitu metanol dan etanol sehingga semua atau hampir semua senyawa orgaik akan larut. Sokletasi

Sokletasi merupakan suatu proses penyarian dengan menggunakan alat soklet dengan pelarut organik Prinsipnya adalah penyarian yang berulang-ulang sehingga hasil penyarian lebih sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Kelemahan dengan metode ini adalah terhadap senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan.

2.4 Pelarut yang digunakan Umumnya pelarut yang digunakan haruslah menunjukkan selektivitas maksimal (dapat melarutkan metabolit sekunder semaksimal mungkin). Senyawa organik yang terdapat di dalam simplisia dapat dilarutkan dengan menggunakan pelarut berdasarkan tingkat kepolarannya. Adapun urutan pelarut berdasarkan kepolarannya petroleum ringan (eter heksana), sikloheksana, CCl4, trikloroetilen, toluen, diklormetan, kloroform, etil eter, etil asetat, dan aseton.

BAB III PROSEDUR PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan Alat Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah labu destilasi, rotary evaporator, pendingin/kondensor, waterbath, botol infuse, vial, pipet tetes, corong, kertas saring, spatel, timbangan, plat KLT, chamber dan lampu UV. Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah simplisia kayu angin (Usnea sp}, etil asetat, metanol, dan heksan.

3.2 Cara Kerja Sortir simplisia kayu angin yang telah kering dari pengotor, kemudian rajang halus, lalu timbang seberat 100 gram. Lakukan maserasi dengan etil asetat sampai sampel terendam seluruhnya sebanyak 3x3 hari, sambil dikocok setiap harinya. Maserat yang didapatkan disaring dengan kertas saring, lalu filtratnya dirotary sampai kental. Setelah kental tambahkan metanol, masukkan ke botol infus lain, aduk dan biarkan sampai endapannya mengendap ke bawah. Pipet lapisan metanol bagian atas, dan tambahkan endapan dengan metanol yang baru, aduk dan biarkan mengendap ke bawah. Lakukan hal ini sampai cairan metanol menjadi jernih dan bening Jika larutannya telah bening, pipet larutan metanol bagian atas, dan

endapannya dikeringkan dengan kertas saring Hitung berat rendemen asam usnat yang didapatkan. Lalu lakukan KLT dengan menggunakan eluen heksan : etil asetat = 4 : 1. Tentukan nilai Rf.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

You might also like