You are on page 1of 48

Kegiatan Belajar 1 KONSEP DASAR RANCANGAN PENELITIAN

A. Standar Kompetensi Petatar mampu memahami konsep dasar rancangan penelitian.

B. Kompetensi Dasar Setelah selesai mempelajari kegiatan pembelajaran 1, petatar mampu: 1. Menjelaskan pengertian rancangan penelitian 2. Mengklasifikasikan jenis-jenis rancangan penelitian

C. Daftar Referensi Furqon. (2001). Statistika Terapan dalam Penelitian. Bandung: Alfabeta Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito -------------. (2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara Sanapiah, Faisal (1992). Format-Format Penelitian Sosial; Dasar-dasar dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Press

D. Ringkasan Materi 1. Pengertian Rancangan Penelitian Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku. Untuk dapat menghasilkan suatu penelitian yang baik, maka si peneliti bukan saja harus mengetahui aturan permainan, tetapi juga harus memiliki keterampilan-keterampilan dalam melaksanakan penelitian. Untuk menerapkan metode ilmiah dalam praktek penelitian, maka diperlukan suatu rancangan atau desain penelitian yang sesuai dengan kondisi, seimbang dengan dalam dangkalnya penelitian yang akan dilaksanakan. Desain penelitian harus mengikuti metode penelitian.

Setelah menemukan permasalahan yang akan diteliti, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan rancangan penelitian. Dalam rancangan penelitian tersebut, akan tergambar langkah-langkah operasional yang akan dilakukan selama tahapan penelitian. Dengan demikian, pembuatan rancangan penelitian adalah sesuatu yang harus didahulukan oleh peneliti, sebelum melakukan serangkaian kegiatan penelitian. Rancangan penelitian diartikan sebagai desain atau pola-pola operasional yang dapat dijadikan panduan atau pedoman teknis oleh peneliti dalam melaksanakan rangkaian kegiatan penelitian. Dikatakan sebagai pedoman teknis, mengingat dalam rancangan penelitian tersebut, dijelaskan langkah-langkah operasional pelaksanaan penelitian, mulai dari jenis penelitian yang digunakan, teknik pengumpulan data yang akan digunakan, teknik pengolahan dan analisis data, serta proses penarikan kesimpulan penelitian. Dalam pengertian lainnya, rancangan penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, rancangan penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisa data saja. Dalam pengertian yang lebih luas, rancangan penelitian mencakup proses-proses berikut.

a.

Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian. b. Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah penelitian serta hubungan-hubungan dengan penelitian sebelumnya. c. Memformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan, lingkup (scope) penelitian, dan hipotesa untuk diuji. d. Membangun penyelidikan atau percobaan. e. Memilih serta memberi definisi terhadap pengukuran variabel-variabel. f. Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan.

g. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data. h. Membuat coding serta mengadakan editing dan prosesing data. i. Menganalisa data serta pemilihan prosedur statistik untuk mengadakan generalisasi serta inferensi statistik.

j.

Pelaporan hasil penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi serta interpretasi data, generalisasi, kekurangan-kekurangan dalam penemuan, serta menganjurkan beberapa saran dan kerja penelitian yang akan datang.

Dari proses di atas, jelas terlihat bahwa proses tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu:

a.

Perencanaan penelitian. Proses perencanaan penelitian dimulai dari identifikasi,

pemilihan serta rumusan masalah sampai dengan perumusan hipotesa serta kaitannya dengan teori dan kepustakaan yang ada. b. Pelaksanaan penelitian atau proses operasional penelitian. Proses selebihnya merupakan tahap operasional dari penelitian.

2. Tahap-tahap Rancangan Penelitian Sebagaimana telah disinggung di atas, rancangan penelitian secara garis besar terdiri dari rancangan dalam merencanakan penelitian dan rancangan dalam pelaksanaan penelitian. a. Rancangan dalam Merencanakan Penelitian Dalam merencanakan penelitian, rancangan dimulai dengan mengadakan penyelidikan dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, dalam memecahkan masalah. Dari penyelidikan itu, akan terjawab bagaimana hipotesa dirumuskan dan diuji dengan data yang diperoleh untuk memecahkan suatu masalah. Dari sini pula dapat dicari beberapa petunjuk tentang rancangan yang akan dibuat untuk penelitian yang akan dikembangkan. Pemilihan rancangan biasanya dimulai ketika seseorang peneliti sudah mulai merumuskan hipotesis-hipotesisnya. Tetapi aspek yang paling penting adalah berkenaan dengan apakah suatu hipotesis yang khas diterjemahkan ke dalam fenomena-fenomena yang diamati dan apakah metode penelitian yang akan dipilih akan dapat menjamin diperolehnya data yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut. Sampai pada taraf ini, peneliti dihadapkan kepada pilihan metode yang akan digunakan dalam penelitian. Apakah akan digunakan metode survei, metode eksperimen ataukah metode kualitatif yang tidak berstruktur. Juga telah dapat dipertimbangkan apakah dengan biaya yang tersedia serta jumlah serta keterampilan dari orang-orang yang akan dilibatkan dalam penelitian sudah

cukup tersedia untuk melaksanakan penelitian. Desain untuk penelitian bertujuan untuk melaksanakan penelitian, sehingga dapat membuat kesimpulan. Rancangan atau desain rencana penelitian yang baik akan dapat menterjemahkan model-model ilmiah ke dalam operasional penelitian secara praktis. Tiap langkah dari desain perencanaan penelitian memerlukan pengambilan keputusan yang tepat oleh si peneliti. Keputusan yang diambil harus merupakan kompromi antara penggunaan metode ilmiah yang sangat sukar dan kondisi sumber yang tersedia. Kompromi-kompromi ini dapat menghasilkan rencana penelitian yang cocok dengan masyarakat ilmiah setempat serta taraf pengembangan ilmu itu sendiri. b. Rancangan dalam Pelaksanaan Penelitian Rancangan atau desain pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran-pengukuran variabel, memilih prosedur dan teknik sampling, alat atau teknik pengumpul data, kemudian membuat coding, editing, dan memproses data yang dikumpulkan. Dalam pelaksanaan penelitian termasuk juga proses analisis data serta membuat pelaporan. Suchman (1967), desain dalam pelaksanaan penelitian, meliputi: 1) Desain Sampel Desain sampel yang akan digunakan dalam operasional penelitian sangat bergantung dari pandangan efisiensi. Dalam desain sampel ini termasuk: a) mendefinisikan populasi b) menentukan besarnya sampel, dan c) menentukan sampel yang refresentatif Definisi dari sampling sangat bergantung dari hipotesa. Dalam menentukan besar sampel, pemilihannya perlu dihubungkan dengan tujuan penelitian serta banyaknya variabel yang akan dikumpulkan. Dalam merencanakan desain dari sampling diperlukan teknik-teknik untuk memperoleh samping yang refresentatif. Memang terdapat perbedaan apakah sampling yang diambil harus probability sampling, atau judgemental sampling, tetapi perbedaan di atas baru perlu dipertimbangkan untuk disesuaikan dengan kesimpulan yang akan diambil serta inferensi

statistik yang akan dibuat. Kombinasi dari kedua teknik sampling di atas dapat juga dilaksanakan. Jika metode penelitian yang dipilih adalah metode eksperimental, maka dalam masalah desain sampling, penekanan lebih diarahkan kepada pemilihan desain percobaan yang cocok. Dalam pemilihan desain percobaan ini, peneliti selalu dituntun oleh derajat akurasi yang diminimasikan. Kondisi homogenitas dari media percobaan mana yang lebih baik dan lebih efisien untuk digunakan. 2) Desain Alat (Instrumen) Yang dimaksud dengan alat di sini adalah alat untuk mengumpulkan data. Walau metode penelitian apa saja yang digunakan, masalah desain terhadap alat untuk mengumpulkan data sangat menentukan sekali dalam pengujian hipotesis. Alat yang digunakan dapat saja sangat berstruktur (seperti check list dari questioner atau schedule), kurang berstruktur seperti interview guide ataupun suatu outline biasa di dalam mencatat pengamatan langsung. Pemilihan alat harus dievaluasikan sebaik mungkin sehingga alat tersebut relevan dengan informasi yang diinginkan untuk memperoleh data yang cukup reliabel. Kecuali dalam penelitian eksperimen, maka alat yang digunakan dalam penelitian sosial sukar menjamin terdapatnya validitas mutlak dari observasi data. Satu alat bisa saja untuk satu kegunaan, tetapi menjadi tidak valid untuk tujuan yang lain. Secara umum desain dari alat haruslah diujicobakan sebelum digunakan untuk dapat menjamin efisiensi dalam pengumpulan keterangan-keterangan (data) yang diperlukan untuk menguji hipotesa. 3) Desain Analisa Secara ideal, desain analisa sudah dikerjakan lebih dahulu sebelum pengumpulan data dimulai. Jika desain dalam memformulasikan hipotesa sudah cukup baik, maka desain analisa secara paralel dapat dikembangkan dari desain merumuskan hipotesa tersebut. Hipotesa tersebut dianggap baik jika ia konsisten dengan analisa yang akan dibuat. Dalam desain hipotesa, juga harus sudah dispesifikasikan hubungan-hubungan dasar yang akan dianalisa. Dalam analisa hubungan-hubungan antara variabel bebas dan variabel dependen, maka variabel lain yang mempengaruhi kedua variabel di atas perlu juga dianalisa. Hipotesa merupakan titik tolak analisa, tetapi pemikiran imaginatif serta pikiran-pikiran asli akan muncul dalam analisa dan disesuaikan dengan data yang tersedia. Dalam analisa,

peneliti akan menocokkan data dengan hipotesa, menambah yang kurang atau mengurangi yang lebih. Walaupun demikian, gambaran akhir yang dihasilkan oleh analisa harus menyerupai gambaran yang dirumuskan dalam hipotesa. Dalam desain analisa, maka diperlukan sekali alat-alat yang digunakan untuk membantu analisa. Penggunaan statistik yang tepat yang sesuai dengan keperluan analisa harus dipilih sebaik-baiknya. Penggunaan statistik sebagai alat analisa telah sangat berkembang, tetapi dalam analisa yang dilakukan, jangan dilupakan asumsi-asumsi dasar yang dijelaskan dalam penggunaan statistik tersebut, serta ke arah mana inferensi tersebut akan dibuat.

3.Jenis-jenis Rancangan Penelitian Banyak para ahli penelitian mengelompokkan rancangan atau desain penelitian ke dalam berbagai klasifikasi. Misalnya, berdasarkan pendekatan penelitian yang digunakan, maka rancangan penelitian diklasifikasikan ke dalam dua jenis, yaitu: a. Rancangan Penelitian Kualitatif Rancangan penelitian kualitatif bertitik tolak dari studi fenomenologis, yang berarti bahwa tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk menggali informasi lapangan sebagai bahan dasar untuk memunculkan sejumlah hipotesis atau pada level yang paling tinggi untuk mengkonstruksikan teori atau postulat. Kerangka yang dibangun dalam rancangan penelitian kualitatif tidak sekaku pada rancangan penelitian kuantitatif. Sifat dari rancangan penelitian kualitatif, bersifat tentatif dan fleksibel, dalam arti lingkup atau wilayah penelitian akan mengikuti fenomena yang berkembang dari obyek penelitian. Sebagian para ahli bahkan menegaskan bahwa untuk penelitian kualitatif, tidak harus berangkat dari proposal penelitian, akan tetapi harus berangkat dari studi lapangan dulu, kemudian setelah itu dirumuskan proposal penelitiannya. Dari pendapat beberapa ahli, dapat dirumuskan beberapa karakteristik dari rancangan penelitian kualitatif, sebagai berikut.

1. Proposal penelitian disusun tidak sekaku proposal penelitian kuantitatif.

2. Masalah yang diungkap berangkat dari studi lapangan, karena itu desain penelitian ini berbasis pada studi fenomenologis. Lingkup penelitian dalam desain penelitian ini menggunakan pertanyaan penelitian. 3. Instrumen penelitian yang digunakan adalah peneliti sendiri, sehingga tidak perlu dilakukan try out instrumen seperti pada penelitian kuantitatif. 4. Sampel penelitian berbasis pada pendekatan kontekstual, sehingga kesimpulan penelitian tidak dapat seluas pada kesimpulan penelitian kuantitatif, yang berbasis pada refresentatif sampel. b. Rancangan Penelitian Kuantitatif Rancangan penelitian kuantitatif berangkat dari telaah teori yang kemudian memunculkan hipotesis untuk selanjutnya diuji secara empirik. Dengan demikian, rancangan dalam penelitian kuantitatif berbasis pada paradigma pengujian konsep secara empiris, berbeda dengan penelitian kualitatif yang menggali data lapangan untuk memunculkan hipotesis. Atas dasar tersebut, maka sifat dari rancangan penelitian kuantitatif lebih prosedural atau kaku dibandingkan dengan rancangan penelitian kualitatif. Dari pendapat beberapa ahli, dapat dirumuskan beberapa karakteristik dari rancangan penelitian kuantitatif, sebagai berikut:

1. Proposal penelitian dirumuskan dengan desain yang baku berdasarkan rencana penelitian yang akan dilaksanakan. 2. Masalah yang diungkap berangkat dari kajian teori, yang kemudian memunculkan hipotesis penelitian untuk dibuktikan secara empirik. 3. Instrumen penelitian dikonstruksikan melalui kegiatan try out (uji coba) dan memiliki manual yang sudah dirancang secara prosedural, termasuk dalam teknik penskoran. 4. Sampel penelitian harus memenuhi batas-batas refresentatif, sehingga hasil penelitian dapat ditarik generalisasi yang berlaku untuk populasi. Termasuk ke dalam jenis rancangan penelitian kuantitatif ini, adalah penelitian deskriptif, eksperimen, eksplanasi, survey, dan studi kasus. Uraian lebih detail mengenai jenis-jenis rancangan penelitian tersebut, dipaparkan dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya.

E. Saran-saran Implementasi 1. Strategi Implementasi Untuk memahami konsep-konsep yang disajikan dalam materi pembelajaran 1, dapat Anda lakukan kegiatan sebagai berikut.

a.

Cari dan pelajari berbagai judul penelitian, seperti skripsi maupun dalam beberapa

jurnal ilmiah lainnya. b. Identifikasi judul-judul penelitian yang Anda pelajari berdasarkan klasifikasi rancangan penelitian yang dijelaskan dalam materi pembelajaran 1. 2. Evaluasi Implementasi Hasil pekerjaan Anda sebagaimana dijelaskan dalam strategi pembelajaran, diskusikan dengan rekan sejawat. Kalau ada yang belum tepat, identifikasi dan bahas bersama pemecahan masalahnya!

F. Latihan Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dengan cara membubuhkan tanda silang (x) pada pilihan A, B, C atau D

1. Manakah pernyataan di bawah ini yang menggambarkan posisi dari rancangan penelitian? A. Sebagai pedoman operasional dalam melaksanakan keseluruhan tahapan penelitian. B. Sebagai instrumen pengolahan data C. Sebagai instrumen pengumpulan data D. Sebagai instrumen analisis data 2. Permasalahan dalam rancangan penelitian kuantitatif bermula dari A. kajian teori/konseptual B. studi lapangan C. instruksi pimpinan D. pendapat ahli

3. Keabsahan proses pengumpulan data, banyak ditentukan oleh kehandalan peneliti dalam menggali data lapangan. Ketentuan tersebut, adalah salah satu karakteristik dari rancangan penelitian A. Kualitatif B. Kuantitatif C. Eksperimen D. Quasi Eksperimen 4. Manakah pernyataan di bawah ini yang menggambarkan karakteristik rancangan penelitian kualitatif? A. Permasalahan digali dari analisis lapangan B. Sampel penelitian bersifat kontekstual C. Peneliti berperan sebagai instrumen penelitian D. Instrumen penelitian yang akan digunakan, harus diujicobakan dulu. 5. Rancangan untuk mempersiapan teknik pengumpulan data, termasuk ke dalam jenis A. Desain analisis B. Desain sampel C. Desain populasi D. Desain alat

Kegiatan Belajar 2 RANCANGAN PENELITIAN DESKRIPTIF

A. Standar Kompetensi Petatar mampu memahami langkah-langkah perumusan rancangan penelitian deskriptif.

B. Kompetensi Dasar Setelah mempelajari materi pembelajaran 2, peserta mampu: 1. Menjelaskan pengertian penelitian deskriptif 2. Menjelaskan prinsip-prinsip penyusunan rancangan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan survey. 3. Menjelaskan prinsip-prinsip penyusunan rancangan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan studi kasus.

C. Daftar Referensi Furqon. (2001). Statistika Terapan dalam Penelitian. Bandung: Alfabeta Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito -------------. (2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara Sanapiah, Faisal (1992). Format-Format Penelitian Sosial; Dasar-dasar dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Press

D. Ringkasan Materi 1. Pengertian Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif termasuk ke dalam jenis penelitian sosial, termasuk dalam meneliti fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia. Banyak pakar penelitian memberikan rumusan tentang pengertian penelitian deskriptif. Misalnya, Winarno Surachmad (1990: 21)

10

menjelaskan pengertian penelitian deskriptif sebagai berikut: Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian sosial yang ditujukan untuk mengungkap fenomena aktual, menggambarkan, dan menganalisisnya sehingga diperoleh generalisasi umum. Dari batasan tersebut, dapat ditarik karakteristik penelitian deskriptif, yakni sebagai berikut.

a.

Masalah yang diteliti bersifat aktual. Suatu masalah penelitian dikatakan aktual,

manakala permasalahan tersebut masih nampak eksistensinya, menjadi bagian integral dari suatu sistem populasi. Misalnya, permasalahan aktual dalam penelitian pendidikan seperti kinerja guru, kepemimpinan kepala sekolah, pelaksanaan proses belajar mengajar, pengelolaan siswa, dan aspek lainnya yang sedang berlangsung dalam praktek pendidikan. b. Tujuan penelitian hanya menggambarkan fenomena yang sedang berlangsung. Dalam penelitian deskriptif, yang menjadi tujuan utama adalah menggambarkan berbagai fenomena yang menjadi obyek penelitian sehingga diperoleh makna atau kesimpulan umum. c. Peran peneliti dalam proses penelitian hanya sebagai observer, intervier, dan tidak memberikan perlakuan atau manifulasi terhadap subyek penelitian. Ketika penelitian berlangsung, peran peneliti hanya mengungkap fenomena apa adanya, dan tidak memberikan perlakuan atau eksperimen atau manifulasi terhadap subyek penelitian, sehingga data yang diperoleh bersifat alamiah.

2. Penyusunan Rancangan Penelitian Deskriptif yang Menggunakan Pendekatan Survey Survey merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang ditujukan pada sejumlah besar individu atau kelompok; unit yang ditelaahnya, apakah individu atau kelompok, jumlahnya relatif besar. Karena jumlah unit yang ditelaah relatif besar, tentunya mustahil untuk bisa menelaahnya secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif seperti halnya yang dilakukan melalui pendekatan studi kasus. Pada survey, fokus perhatiannya hanya ditujukan ke beberapa variabel saja, mengingat unit yang ditelaahnya dalam jumlah besar.

11

Dengan survey, peneliti hendak menggambarkan karakteristik tertentu dari suatu populasi, apakah berkenaan dengan sikap, tingkah laku, ataukah aspek sosial lainnya, variabel yang ditelaah diselaraskan dengan karakteristik yang menjadi fokus perhatian survey tersebut. Karena dimaksudkan untuk menggambarkan karakteristik tertentu daru suatu populasi, maka individu atau kelompok yang diteliti haruslah bisa mewakili populasi. Artinya, individu atau kelompok yang diteliti bersifat refresentatif. Oleh sebab itu, teknik sampling (cara pengambilan sampel atau contoh dari individu atau kelompok yang diteliti) merupakan persoalan penting pada setiap survey. Ini bisa dimengerti, karena hasil suatu survey tidak hanya untuk menggambarkan karakteristik tertentu dari individu atau kelompok yang menjadi sampel penelitian, melainkan untuk diberlakukan bagi seluruh populasi, sehingga generalisasinya (kesimpulan) berlaku bagi seluruh anggota populasi. Suatu survey bisa digunakan untuk tujuan-tujuan deskriptif dan juga untuk tujuan-tujuan eksplanasi. Bila tujuannya untuk maksud eksplanasi, sudah tentu harus sampai pada pengujian hubungan antar variabel, tidak sekedar menggambarkan karakteristik tertentu dari suatu populasi. Survey untuk tujuan deskriptif misalnya tentang kebiasaan membaca surat kabar dan majalah di kalangan mahasiswa di suatu wilayah tertentu, sedangkan survey untuk untuk tujuan eksplanasi misalnya tentang hubungan antara modern-tradisionalnya nama mahasiswa dengan tinggi- rendahnya status orang tuanya. Dari gambaran di atas, berikut dijelaskan langkah-langkah menyusun rancangan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan survey.

a. Judul Penelitian Judul penelitian dalam rancangan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan survey, umumnya menggambarkan hubungan antar dua atau lebih variabel, dengan subyek penelitian atau wilayah penelitian bersifat umum. Sebagai gambaran, berikut disajikan beberapa contoh judul penelitian:

1. Hubungan antara kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja dengan kompetensi mengajar guru Sekolah Dasar di Kecamatan Antapani. 2. Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kualitas pengelolaan sekolah dasar se Kecamatan Andir.

12

b. Latar Belakang Penelitian Latar belakang penelitian menggambarkan, hal-hal yang melatarbelakangi diangkatnya permasalahan dalam penelitian. Dalam paparan latar belakang, minimal menjelaskan tiga poin utama, yaitu:

1. paparan normatif mengenai fenomena atau obyek yang akan diteliti. 2. paparan yang menggambarkan kondisi obyektif dari fenomena yang akan diteliti, sehingga nampak jelas adanya kesenjangan antara harapan yang dipaparkan dalam paragraf normatif dengan kondisi di lapangan (lokasi penelitian). 3. paparan yang menegaskan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, sehingga dirumuskan pernyataan pentingnya permasalahan yang akan diteliti. Dalam paparan latar belakang, perlu juga disertakan data lapangan yang memperkuat pentingnya permasalahan yang diangkat dalam penelitian untuk diteliti secara ilmiah. Tidak ada ketentuan mengenai berapa jumlah paragraf yang harus ada dalam bagian latar belakang, tetapi yang penting adalah bahwa paparan latar belakang tersebut harus menggambarkan minimal tiga bagian sebagaimana dijelaskan di atas.

c. Rumusan Masalah

Masalah yang diteliti, bisa bersumber dari keragu-raguan atas konsep yang dipelajari dari berbagai kejian pustaka, atau boleh juga berangkat dari hasil studi pendahuluan atau telaah lapangan. Hal tersebut, tergantung dari pendekatan penelitian yang digunakan, apakah menggunakan penelitian kuantitatif atau kualitatif. Rumusan masalah penelitian, dapat dinyatakan dalam kalimat pertanyaan atau dalam kalimat pernyataan. Sebelum sampai pada kalimat rumusan masalah, biasanya peneliti memaparkan posisi permasalahan yang akan diteliti. Setelah jelas posisi permasalahan yang akan diteliti, maka peneliti merumuskan masalah penelitian, baik dalam kalimat pertanyaan maupun pernyataan.

13

Contoh rumusan masalah yang dinyatakan dalam kalimat pertanyaan, misalnya apakah ada hubungan antara kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja dengan kompetensi mengajar guru Sekolah Dasar di Kecamatan Antapani?. Atau rumusan masalah tersebut, dinyatakan dalam kalimat pernyataan, misalnya dinyatakan dalam kalimat Berdasarkan pada paparan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini akan mengungkap hubungan antara kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja dengan kompetensi mengajar guru Sekolah Dasar di Kecamatan Antapani.

d. Pertanyaan Penelitian atau Hipotesis Penelitian Apakah mau menggunakan pertanyaan penelitian atau hipotesis penelitian, tergantung pada pendekatan penelitian yang akan digunakan. Untuk penelitian kualitatif misalnya, dapat menggunakan pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran kualifikasi pendidikan guru-guru sekolah dasar di Kecamatan Antapani? 2. Bagaimana gambaran pengalaman berkerja guru-guru sekolah dasar di Kecamatan Antapani? 3. Bagaimana gambaran kompetensi mengajar guru-guru sekolah dasar di Kecamatan Antapani? 4. Bagaimana hubungan antara kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja dengan kompetensi mengajar guru Sekolah Dasar di Kecamatan Antapani? Sedangkan kalau kita menggunakan hipotesis penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.

Ho : Tidak ada hubungan antara kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja dengan kompetensi mengajar guru Sekolah Dasar di Kecamatan Antapani.

14

Hi : Ada hubungan antara kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja dengan kompetensi mengajar guru Sekolah Dasar di Kecamatan Antapani.

e. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian menggambarkan apa yang hendak dicapai dari penelitian yang akan dilaksanakan. Dalam rancangan penelitian tersebut, tujuan dipaparkan dalam bentuk tujuan umum dan tujuan khusus.

f. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian menggambarkan apa yang diperoleh dari penelitian yang akan dilaksanakan, baik dalam tataran teoretis maupun praktis. Paparan manfaat teoretis menggambarkan manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian yang bersifat teoretis. Manfaat teoretis dari suatu penelitian misalnya memunculkan konsep-konsep baru, baik berupa pengertian, prinsip, maupun strategi dan teknik dari suatu konsep. Sedangkan manfaat praktis, menggambarkan manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian yang sifatnya praktis, seperti memberikan petunjuk teknis atau petunjuk operasional.

g. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran atau disebut juga paradigma penelitian, dan ada juga yang menyebutnya sebagai asumsi penelitian atau anggapan dasar. Paparan dalam kerangka pemikiran menggambarkan keterkaitan konseptual antar variabel yang diteliti. Dalam paparan kerangka pemikiran, biasanya diakhiri dengan visualisasi dalam bentuk bagan yang menggambarkan alur penelitian atau keterkaitan penelitian. Sedangkan kerangka pemikiran yang menggunakan istilah asumsi penelitian atau anggapan dasar, biasanya cukup dengan mengutif beberapa pernyataan atau batasan konseptual yang memperkuat asumsi penelitian yang akan dilaksanakan. Batasan yang ditulis, mengutif dari pendapat beberapa ahli atau pakar yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti.

15

h. Kajian Pustaka atau Landasan Teori Paparan kajian pustaka atau landasan teori menjelaskan batasan-batasan konseptual yang mendukung konstruksi variabel penelitian. Misalnya, penelitian berjudul hubungan antara kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja dengan kompetensi mengajar guru Sekolah Dasar di Kecamatan Antapani, maka dalam kajian pustaka, minimal harus menjelaskan konsep-konsep tentang: (1) guru dengan berbagai variabel penyertanya seperti kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja; (2) kompetensi profesional guru.

i. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian atau ada juga yang menyebutnya sebagai prosedur penelitian, akan memaparkan langkah-langkah operasional proses penelitian yang akan dilaksanakan. Poinpoin yang dijelaskan dalam metodologi penelitian, adalah: metode penelitian, subyek penelitian atau populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3. Penyusunan Rancangan Penelitian Deskriptif yang Menggunakan Pendekatan Studi Kasus Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahanya kepada satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif. Studi kasus bisa dilakukan terhadap individu, seperti lazimnya dilakukan oleh para ahli psikologi analisis; juga bisa dilakukan terhadap kelompok seperti yang dilakukan oleh beberapa ahli antropologi, sosiologi, dan psikologis sosial. Pada tipe penelitian ini, seseorang atau suatu kelompok yang diteliti permasalahannya ditelaah secara komprehensif, mendetail, dan mendalam; berbagai variabel ditelaah dan ditelusuri termasuk juga kemungkinan hubungan antar variabel yang ada. Karenanya peneliti suatu kasus, bisa jadi melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat eksplanasi. Akan tetapi eksplanasi yang demikian itu, tidak dapat diangkat sebagai suatu generalisasi.

16

Latar belakang kehidupan dan lingkungan seseorang pecandu narkotika, kehidupan intern sebuah gang, pembentukkan militansi pada suatu kelompok radikal, faktor-faktor yang melatarbelakangi tingginya swadaya pembangunan di suatu desa, merupakan beberapa contoh dari topik atau permasalahan yang bisa didekati melalui rancangan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Langkah-langkah penyusunan rancangan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi kasus, tidak jauh berbeda dengan rancangan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan survey sebagaimana dijelaskan di atas. Perbedaannya, terletak pada wilayah penelitian. Kalau pada pendekatan survey, wilayah penelitian bersifat umum dan luas, misalnya guruguru SD se Kecamatan tertentu sebagaimana dijelaskan di atas, maka dalam pendekatan studi kasus, masalah penelitian bersifat spesifik, misalnya kinerja guru di SDN tertentu.

E. Saran-saran Implementasi 1. Strategi Implementasi Untuk mengimplementasikan konsep-konsep yang ada dalam pembelajaran 2, Anda disarankan untuk membuat dua rancangan penelitian deskriptif (proposal penelitian), yang mewakili pendekatan survey dan studi kasus. 2. Evaluasi Implementasi Proposal atau rancangan penelitian yang Anda buat, diskusikan dengan kelompok belajar, dan catat apa yang menjadi kelemahan atau kesalahan dari proposal yang Anda buat. Kelemahan tersebut, kemudian bahas bersama pemecahan dan lakukan koreksi atau perbaikan secara individual sesuai dengan proposal penelitian yang Anda buat.

F. Latihan Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dengan cara membubuhkan tanda silang (x) pada pilihan A, B, C atau D 1. Peran peneliti ketika proses pengumpulan data dalam penelitian deskriptif, adalah a. melakukan eksperimen

17

b. mempengaruhi respon subyek penelitian c. mengumpulkan data tanpa memberikan manifulasi d. mengumpulkan data dengan memberikan manifulasi 2. Yang merupakan sifat permasalahan yang dapat diteliti dengan menggunakan pendekatan survey, adalah a. permasalahan bersifat umum b. permasalahan bersifat kasuistis c. permasalahan dapat didekati secara spesifik d. permasalahan dapat diungkap melalui jawaban sampel penelitian 3. Kesimpulan hasil penelitian studi kasus bersifat kontekstual, yang berarti a. kesimpulan hanya berlaku untuk wilayah penelitian semata b. kesimpulan dapat digeneralisasi untuk wilayah penelitian lainnya c. kesimpulan diambil dari sampel penelitian d. kesimpulan diambil dari populasi penelitian 4. Manfaat penelitian yang bersifat teoretis, bersifat a. prinsip-prinsip dasar b. petunjuk teknis c. petunjuk pembinaan d. petunjuk pengembangan 5. Hipotesis penelitian digunakan dalam pendekatan penelitian a. kualitatif b. kuantitatif c. survey d. studi kasus

18

Kegiatan Belajar 3 RANCANGAN PENELITIAN EKSPERIMEN

A. Standar Kompetensi Petatar mampu memahami langkah-langkah perumusan rancangan penelitian eksperimen. B. Kompetensi Dasar Setelah mempelajari materi pembelajaran 3, peserta mampu: 1. Menjelaskan pengertian penelitian eksperimen. 2. Mengklasifikasikan jenis-jenis rancangan penelitian eksperimen. C. Daftar Referensi Furqon. (2001). Statistika Terapan dalam Penelitian. Bandung: Alfabeta Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito -------------. (2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara Sanapiah, Faisal (1992). Format-Format Penelitian Sosial; Dasar-dasar dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Press D. Ringkasan Materi 1. Pengertian Penelitian Eksperimen Pada penelitian eksperimen, peneliti secara sengaja memanifulasi suatu variabel (memunculkan atau tidak memunculkan suatu variabel), kemudian memeriksa efek atau akibat yang ditimbulkannya. Artinya, melalui eksperimen, ingin diketahui apakah yang akan terjadi jika suatu variabel dikontrol atau dimanifulasikan secara terkendali?. Asumsinya, jika terdapat dua situasi atau kondisi yang keadaannya serba sama, kemudian kepada salah satunya ditambahkan atau dikurangi satu elemen, maka perbedaan yang berkembang di antara kedua situasi atau kondisi tersebut merupakan akibat dari elemen yang ditambahkan (atau dikurangi) tadi. Sejalan dengan asumsi tadi, pada suatu eksperimen lazimnya terdapat kelompok kontrol dan terdapat kelompok eksperimen. Katakanlah ingin mengetahui efektivitas penyuluhan melalui metode permainan simulasi. Untuk mengujinya, dipilih dua buah kelompok sasaran yang keadaannya relatif sama; pada keduanya diberikan penyuluhan mengenai materi yang

19

sama; oleh tenaga penyuluh di kelompok kontrol digunakan metode penyuluhan konvensional, yaitu ceramah, sedangkan tenaga penyuluh di kelompok eksperimen diadakan pre tes (untuk mengetahui taraf penguasaan mereka mengenai materi yang akan disuluhkan) dan pos tes (untuk mengetahui penguasaan mereka setelah berakhirnya penyuluhan mengenai materi yang telah disuluhkan). Pola rancangan tersebut, dapat Anda pahami dalam gambar berikut:
Menggunakan Metode Penyuluhan Konvensional Sebelum Penyuluhan Penguasaan materi (Waktu I) Penguasaan materi (Waktu I) Menggunakan Metode Permainan Simulasi Sesudah Penyuluhan Penguasaan materi (Waktu II) Penguasaan materi (Waktu II)

Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

Sekiranya metode permainan simulasi lebih efektif dari metode konvensional (ceramah), maka rata-rata perolehan kelompok eksperimen (penguasaan waktu II Penguasaan waktu I), akan lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan rata-rata perolehan kelompok kontrol (penguasaan materi waktu II penguasaan materi waktu I). Tapi andaikan rata-rata perolehan (penguasaan materi) tidak berbeda secara signifikan di antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen, berarti tidak ada perbedaan efektivitas antara metode penyuluhan konvensional dengan metode penyuluhan yang menggunakan permainan simulasi. Rancangan penelitian eksperimen juga merupakan pendekatan dalam penelitian yang dimaksudkan untuk menarik generalisasi; untuk membangun dan mengembangkan teori. Karenanya, teknik pengambilan sampel baik untuk kelompok kontrol maupun eksperimen, merupakan persoalan yang harus dipertimbangkan sedemikian rupa, sehingga kekuatan generalisasinya dapat diandalkan. Di samping itu, eksperimen dalam dunia sosial juga dihadapkan pada persoalan validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkaitan dengan keterandalan dalam mengendalikan situasi/latar (setting) eksperimen, sehingga proses dan hasil eksperimen benar-benar bersih dari pengaruh variabel imbuhan (extraneous variable). Bila validitas internal ini hendak dicapai secara sempurna, mau tidak mau latar eksperimennya menjadi sangat artifisial (sangat buatan); efek yang ditimbulkan oleh suatu variabel yang dieksperimenkan, memang bisa diketahui

20

secara lebih cermat. Akan tetapi, karena latar eksperimennya sangat terkendali (berarti semakin jauh dari situasi wajar di masyarakat), maka hasilnya belum tentu cocok dan terandalkan manakala diterapkan dalam situasi wajar (bukan buatan) di masyarakat. Sebaliknya, bila validitas eksternal yang dipentingkan, maka apa yang berlaku dan ditemukan sebagai hasil kesimpulan eksperimen, juga diharapkan berlaku juga dalam situasi lain di liar eksperimen (berlaku umum di masyarakat). Konsekuensinya, situasi atau latar eksperimen haruslah lebih wajar (tak terlampau buatan); mau tidak mau intervensi variabel imbuhan tak dapat sepenuhnya dikendalikan (berarti mengorbankan kepentingan validitas internal). Dilema tersebut seyogyanya menjadi pertimbangan peneliti di dalam merancang suatu eksperimen, sehingga sisi pengendalian tak terabaikan, dan sisi kepentingan generalisasi juga tak terkorbankan.

2. Jenis-jenis Rancangan Penelitian Eksperimen Suatu penelitian eksperimen pada dasarnya dimaksudkan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan (efek atau akibat pada variabel bebas) yang dilakukan secara terkontrol atau terkendali. Dengan eksperimen, diharapkan bisa ditentukan efek variabel bebas terhadap variabel tergantung, dimana pengaruh variabel-variabel lain dieliminasi sedemikian rupa secara terkontrol. Oleh karena itu, sebagaimana dinyatakan oleh Nan Lin, bahwa suatu eksperimen yang baik, harus mengandung tiga elemen dasar, yaitu: (1) merandom subjek/kelompok yang dikenai eksperimen; (2) mengontrol peluang pengaruh variabelvariabel imbuhan atau extraneous variables; dan (3) manipulasi variabel bebas. Merandom subjek-subjek yang tersebar ke dalam kelompok-kelompok yang dikenai eksperimen, dimaksudkan supaya pengaruh variabel lain terhadap variabel bebas dari variabel terikat, bisa dengan sendirinya terdistribusi ke setiap kelompok yang dikenai eksperimen, ia akan berpengaruh pada semua kelompok yang dikenai eksperimen. Variabel-variabel imbuhan yang diketahui berpotensi untuk mempengaruhi variabel bebas atau variabel terikat, atau kedua-duanya (sejalan dengan teori atau hasil-hasil penelitian yang ada), sebaiknya dikontrol dan diperhitungkan di dalam menyusun rancangan eksperimentasi.

21

Manipulasi variabel bebas merupakan pembeda utama antara metode eksperimen dengan metode lainnya di dalam cara mengumpulkan data. Pada eksperimen, variabel bebas dimanipulasikan secara sengaja, yang dengan manipulasi itu terbedakan variasi treatmen eksperimental (variabel bebas); dan variasi treatmen terhadap variabel terikat. Ketiga karakteristik tadi (randomisasi, kontrol, dan manipulasi), membuat demikian handalnya suatu eksperimen untuk menguji hipotesis, oleh karena kesanggupannya yang sedemikian rupa untuk menyendirikan variabel bebas dan variabel terikat; ada pengeliminasian dan pengontrolan pengaruh dari variabel-variabel lain Rancangan dasar suatu eksperimen mengandung langkah-langkah berikut.

a.

menyeleksi dan merandom subjek-subjek ke dalam kelompok-kelompok yang akan

dikenai eksperimen; b. pengukuran pretes terhadap variabel terikat; c. pemberian treatmen yang berbeda kepada kelompok-kelompok yang dikenai eksperimen atau memanifulasi variabel bebas; dan d. pengukuran pascates terhadap variabel tergantung. Langkah-langkah tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam gambar berikut.

Rancangan dasar sebagaimana yang digambarkan di atas, aplikasinya bisa sangat bervariasi, mulai dari corak rancangan yang sangat kompleks (rancangan faktorial kompleks).

22

Sebagai gambaran, berikut disajikan beberapa jenis rancangan penelitian eksperimen.

a. Rancangan Pra-Eksperimen 1) Studi Kasus Satu Kali Perlakuan (T O) Rancangan ini dilakukan pada kelompok yang sudah ada, peneliti tinggal memberikan treatmen eksperimental, dan setelah itu diobservasi (atau dites) bagaimana hasil treatmen tadi. Penyuluh KB di desa misalnya, mengumpulkan ibu-ibu PKK, lalu diajak bermain simulasi yang materinya berkenaan dengan KB. Setelah bermain simulasi, ibu-ibu PKK tadi dites daya serapnya terhadap pesan-pesan KB yang telah dibahas melalui permainan simulasi. Rata-rata daya serap ibu-ibu PKK (dari hasil tes, katakanlah 70% daya serapnya), diperkirakan sebagai efek dari metode permainan simulasi (treatmen eksperimental) yang dilakukan peneliti. Dengan hasil eksperimentasi itu, si penyuluh KB berkesimpulan bahwa metode permainan simulasi di dalam penyampaian pesan-pesan KB adalah cukup efektif (efektivitastasnya mencapai 70%). Kesimpulan tadi (hasil eksperimentasi satu kali perlakuan tadi) tentunya sangat naif. Sebab kita tidak tahu, bagaimana sesungguhnya kondisi awal mereka yang dikenai treatmen eksperimental tadi, siapa tahu skor tes mereka juga bisa tinggi meskipun tanpa diberikan treatmen. 2) Rancangan Pretes Pascates pada Kelompok Tunggal (0 -1 T 0 2) Rancangan ini menggunakan kelompok yang sudah ada (satu kelompok), peneliti melakukan pretes terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan pemberian treatmen eksperimental, dan setelah itu dilakukan pascates. Selisih antara skor/hasil 0 2 dengan skor/hasil 0 1 (0-2 0-1), dinilai sebagai efek atau pengaruh dari treatmen eksperimental yang diberikan. Temuan dari rancangan ini jelas lebih baik dari rancangan pertama tadi yang tanpa pretes. Akan tetapi, hasilnya juga tetap banyak kelemahan. Sebab efek terhadap variabel terikat (katakanlah daya serap terhadap pesan-pesan KB) bisa juga karena pengaruh dari pretes yang dilakukan sebelumnya); lebih-lebih dengan tiadanya bandingan dari kelompok lain dan treatmen yang lain. 3) Rancangan Perbandingan Pada Kelompok Statik T0

23

-------------0 Pada rancangan ini, ada kelompok yang diberikan treatmen eksperimental, dan ada kelompok lainnya yang tak diberikan treatmen, dua-duanya adalah kelompok yang sudah ada. Seorang peneliti, katakanlah mencoba menguji pengaruh pemutaran film perjuangan kepada murid kelas III di suatu SMA. Untuk itu, film perjuangan diputarkan di hadapan murid-murid tersebut, dan setelah itu mereka dites sikap kejuangannya. Pada sisi lain, murid kelas III di SMA lain, dites sikap kejuangannya tanpa diputarkan film perjuangan. Hasilnya, katakanlah sikap kejuangan mereka yang telah melihat film jauh lebih baik dibandingkan dengan sikap kejuangan mereka yang tidak melihat film. Dengan hasil itu, peneliti menyimpulkan bahwa pemutaran film perjuangan akan berefek positif dalam meningkatkan sikap kejuangan siswa di sekolah Temuan rancangan ini juga masih sangat naif, karena sama sekali tidak ada informasi tentang bagaimana sikap kejuangan kedua kelompok tersebut sebelumnya memang sudah berbeda sikap kejuangannya; atau sikap kejuangan kelompok yang diberikan treatmen eksperimental, jangan-jangan sebelumnya juga sudah baik, sehingga sikap kejuangannya itu bukanlah akibat atau efek dari film perjuangan yang diputarkan di hadapan mereka.

b. Rancangan Kuasi Eksperimen 1) Rancangan Pretes Pascates Pada Kelompok Tak Ekuivalen 0-1 T-1 0-2 -------------------0-1 T-1 0-2 Pada rancangan ini, ada kelompok yang diberikan treatmen eksperimental (T-1), ada ada kelompok lain diberikan treatmen lain sebagai kontrol/ pembandingnya; pada kedua kelompok dilakukan pretes dan juga pascates; kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol menggunakan kelompok-kelompok yang sudah ada Untuk sekedar contoh, katakanlah seorang peneliti ingin mengetahui pengaruh/efektivitas dari penataran P4 model konvensional. Model partisipatif dikenakan pada pengurus KNPI di kecamatan A, sedang model konvensional dikenakan pada pengurus KNPI kecamatan B.

24

Pada kedua penataran tersebut, pesertanya diberikan materi penataran yang sama, hanya saja metodenya berbeda; yang satu lebih partisipatif dan satunya lagi lebih indoktrinatif; pada keduanya diberikan pretes dan pascates. Perbedaan rata-rata perolehan (0-2 0-1) antara kelompok A dengan kelompok B, disimpulkan sebagai efek atau pengaruh dari berbedanya model/metode penataran yang digunakan. Temuan yang djhasilkan dari rancangan ini, kelemahannya terletak pada tidak ekuivalennya (tak ada jaminan ekuivalen) dari subjek-subjek yang tersebar di kedua kelompok tadi. Siapa tahu, pada kelompok yang satu orangnya lebih berbobot, sedangkan di kelompok satunya lagi tidak demikian. 2) Rancangan Pretes Pascates dengan Materi Ekuivalen pada Kelompok Tunggal Ma 0-1 T-1 0-2 Mb 0-1 T-2 0-2 Pada rancangan ini peneliti hanya menggunakan satu kelompok. Kelompok tersebut dikenai dua treatmen, yaitu treatmen eksperimental pada putaran I, dan treatmen kontrol/pembanding pada putaran II; di setiap putaran dilaksanakan pretes dan pascates. Untuk sekedar contoh, katakanlah seorang guru SD kelas V ingin mencoba menguji efektivitas metode ceramah yang disertai alat peraga; pengontrolnya adalah penggunaan metode ceramah dengan tidak disertai penggunaan alat peraga. Karena murid yang akan dikenai treatmen di putaran I dan putaran II adalah sama, maka materi yang diajarkan haruslah berbeda (pokok bahasan) antara di putaran I dengan putaran II, akan tetapi harus setara, baik jumlah maupun tingkat kesukarannya. Metode ceramah yang disertai bantuan alat peraga digunakan pada putaran I, dan pada putaran II, guru hanya menggunakan metode ceramah biasa (tanpa bantuan alat peraga). Dari eksperimen tersebut, katakanlah ditemukan bahwa rata-rata perubahan murid lebih tinggi pada materi yang diajarkan dengan metode ceramah yang disertai bantuan alat peraga, dibandingkan dengan rata-rata perolehan murid ketika diajar dengan metode ceramah biasa (tanpa bantuan alat peraga). Dengan hasil itu, guru menyimpulkan bahwa metode ceramah yang disertai alat peraga lebih efektif di dalam meningkatkan daya serap siswa terhadap materi pelajaran dibandingkan dengan metode ceramah biasa (tanpa alat peraga).

25

Dalam rancangan ini, yang patur dipersoalkan adalah: apakah materi putaran I dan putaran II benar-benar bisa dipertanggungjawabkan keseteraannya (ekuivalensinya)?; apakah alat evaluasinya juga benar-benar setara juga tingkat kesukarannya?; dan apakah hasil dan pengalaman putaran I tidak turut mempengaruhi murid dan juga guru dalam mensikapi eksperimentasi putaran II? Pada rancangan ini, supaya hasil/temuannya lebih dapat diandalkan, peneliti dapat melakukan rangkaian replikasi (disebut dengan istilah rotasi) misalkan rotasinya 4 putaran sebagai berikut.
01 T-1 0-2 Putaran 1 01 T-1 0-2 Putaran 2 01 T-1 0-2 Putaran 3 01 T-1 0-2 Putaran 4

Dengan rangkaian replikasi (rotasi) tersebut, hasil/temuannya memang akan lebih meyakinkan. Hanya saja, ekuivalensi materi dan kondisi pada putaran eksperimen dan putaran kontrol perlu benar-benar diupayakan.

c. Rancangan Eksperimen yang Sebenarnya

1) Rancangan Pascates Pada Kelompok Ekuivalen R T-1 0 -----------------R T-2 0 Pada rancangan ini, ada kelompok eksperimen dan ada kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen dikenai treatmen TI dan pada kelompok kontrol dikenai treatmen T-2. Pemilihan subjek ke dalam kedua kelompok yang dikenai eksperimen menggunakan proses randomisasi. Dengan begitu, sesuai dengan asumsi randomisasi, kedua kelompok yang dikenai eksperimen adalah ekuivalen. Untuk sekedar contoh, baiklah kita lanjutkan dengan contoh penataran P4 bagi pengurus KNPI di suatu kecamatan. Seluruh peserta penataran dirandom, baik untuk memilih subjek pada kelompok eksperimen maupun subjek pada kelompok kontrol. Dari hasil pengelompokkan secara random tersebut, kemudian kelompok eksperimen diberikan penataran P4 dengan menerapkan model partisipatif, dan kepada kelompok kontrol

26

diberikan penataran dengan menerapkan model indruktrinatif. Setelah itu, kedua kelompok tadi di tes tingkat penguasaan atau pemahaman mereka terhadap materi P4 yang ditatarkan. Perbedaan rata-rata penguasaan peserta antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, disimpulkan sebagai gambaran perbedaan efektivitas antara model penataran partisipatif dengan model penataran induk trinatif. Asumsinya,kalau kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, subjek-subjeknya dipilih secara random dari populasi yang sama, maka biji rata-ratanya akan sama pula; kalau terjadi perbedaan biji rata-rata yang signifikan, maka sebabnya adalah karena perbedaan model penataran yang digunakan pada kedua kelompok tadi. 2) Rancangan Pascates Pada Kelompok Ekuivalen yang Dijodohkan J T-1 0 -----------------J T-2 0 Keterangan: J = menunjukkan adanya langkah penjodohan subyek yang dikenai tes atau observasi Rancangan ini pada dasarnya sama dengan rancangan pertama yang baru disebutkan tadi. Perbedaannya hanyalah terletak pada teknik yang digunakan di dalam upaya mengekuivalenkan kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Pada rancangan ini, bukan proses randomisasi yang digunakan, melainkan menggunakan kelompok yang sudah ada, akan tetapi subjek yang dikenai pascates terbatas pada subjek-subjek yang dapat dijodohkan. Untuk jelasnya, baiklah kita lanjutkan dengan contoh penggunaan metode ceramah dengan bantuan alat peraga di dalam mengajarkan pelajaran sejarah di kelas V SD; kontrolnya adalah penggunaan metode ceramah biasa yang tidak disertai penggunaan alat peraga. Untuk eksperimen tersebut, kita pilih kelas V di sekolah A (guna menerapkan metode ceramah dengan penggunaan alat peraga), dan kita pilih kelas V di sekolah B (hanya memekai ceramah saja, tanpa penggunaan alat peraga). Karena kedua kelas tadi belum tentu ekuivalen, maka perlu dilakukan langkah-langkah guna mengekuivalenkan subjeksubjek yang akan dikenai pascates diakhir tritmen. Adapun langkahnya ialah menjodohkan subjek pada sekolah A dengan subjek di sekolah B. penjodohan itu didasarkan pada hasil tes atau observasi pada keseluruhan subjek di kedua kelas pada kedua sekolah tadi. Dari

27

hasil observasi dapat kita ketahui, Misalnya tingkat IQ, status sosial ekonomi orang tua, prestasi belajar di kelas IV, dan kerajinan belajar di rumah untuk masing-masing subjek di kedua kelas/sekolah bersangkutan. Subjek-subjek pada sekolah A yang tingkat IQ, status social ekonomi orang tua, prestasi belajar di kelas IV dan kerajinan belajar di rumahnya relatip sama dengan subjek-subjek di sekolah B, di jodohkan satu sama lain. Mereka yang tak dapat di jodohkan, berarti tak akan di perhitungkan di dalam evaluasi atau tes di akhir tritmen. Subjek-subjek yang telah di jodohkan itu diberikan tritmen dan pascates di kelas/ sekolahnya masin-masing, dan kedua kelas/ sekolah tersebut keadaannya sudah terhitung ekuivalen. Karena kedua kelas/sekolah tadi telah terhitung ekuivalen (akibat langkah penjodohan yang dilakukan), maka perbedaan biji rata-rata antara kelas v sekolah A dengan kelas V sekolah B, bukanlah karena variabel lain, melainkan karena perbedaan tritmen pada kedua kelas/sekolah tersebut. Bisa juga pola rancangan kedua ini digabung dengan pola rancangan pertama tadi (berarti menambahkan program proses randomisasi subjek-subjek yang dikenai eksperimen), sehingga pola rancangannya menjadi: R J T-1 O -------------------------R J T-2 O 3) Rancangan Pretes Pascates Pada Kelompok Ekuivalen R 0-1 T-1 0-2 ----------------------------R 0-1 T-2 0-2 Rancangan ini pada dasarnya sama dengan rancangan pertama (pascates pada kelompok ekuivalen), hanya saja ditambahkan adanya prates sebelum pelaksanaan tritmen. Dengan demikian, efek tritmen masing-masing kelompok diperhitungkan dari pengurangan hasil 0-2 dengan hasil 0-1 (0-2 0-1). Pengaruh atau efek variabel bebas terhadap variabel tergantung diperhitungkan dari perbedaan efek dari tritmen pada kelompok eksperimen dengan efek darii tritmen pada kelompok kontrol. 4) Rancangan Pretes Pascates Pada Kelompok Ekuivalen yang Dijodohkan J 0-1 T-1 0-2

28

----------------------------J 0-1 T-2 0-2 Rancangan ini pada dasarnya sasa dengan rancangan kedua (rancangan pascates pada kelompok ekuivalen yang dijodohkan), hanya saja ditambahkan adanya prates sebelum pelaksanaan tritmen. Dengan demikian, efek tritmen di masing-masing kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) diperhitungkan dari pengurangan hasil 0-2 dengan hasil 0-1 (0-20-1). Pengaruh atau efek dari variabel bebas terhadap variabel tergantung diperhitungkan berdasarkan perbedaan efek dari tritmen pada kelompok eksperimen dengan efek dari tritmen pada kelompok kontrol. Rancangan ini bisa juga ditambahkan unsur dan randomisasi di dalam proses penyeleksian subjek yang di kenai eksperimen, sehingga pola rancangan menjadi: R J 0-1 T-1 0-2 -----------------------------------R J 0-1 T-2 0-2 5) Rancangan Kelompok Solomon Rancangan Tiga Kelompok: R 0-1 T-1 0-2 ---------------------------R 0-1 T-2 0-2 ---------------------------R T-1 0 Rancangan Empat Kelompok: R 0-1 T-1 0-2 ---------------------------R 0-1 T-2 0-2 ---------------------------R T-1 0 ---------------------------R T-2 0 Rancangan kelompok Solomon, pada dasarnya merupakan upaya untuk lebih menjernihkan pengaruh tritmen eksperimental terhadap variabel tergantung, yaitu dengan jalan memperhitungkan kemungkinan pengaruh dari adanya prates. Karenanya, baik pada rancangan tiga kelompok maupun pada rancangan empat kelompok, sesungguhnya

29

terdapat dua eksperimen. Pada rancangan tiga kelompok misalnya, terdapat eksperimentasi T-1 dan T-2 yang keduaduanya memakai krates (kelompok pertama dengan kelompok kedua). Juga terdapat eksperimentasi T-1 dan T-2, dimana T-2-nya memakai prates, sedangkan T-1-nya tidak memakai prates (kelompok kedua dan ketiga). Jika pada kedua eksperimentasi itu tetap menunjukkan Unggulnya efek T-1 dibandingkan T-2, berarti efeknya terhadap variabel tergantung tidak dipengaruhi oleh kondisi eksperimental (dalam hal ini adanya prates). Juga demikian halnya pada rancangan empat kelompok pada rancangan empat kelompok, terlihat adanya dua eksperimentasi juga, yaitu eksperimentasi efek T-1 dan T-2 yang keduaduanya memakai prates (terlihat pada kelompok pertama dan kedua); dan eksperimentasi efek T-2 dan T-2 yang kedua-duanya tanpa didahului oleh prates (terlihat pada kelompok ketiga dan keempat). Jika pada kedua eksperimentasi tersebut menunjukkan Unggulnya pengaruh T-1 dibandingkan efek T-2, maka jelas, hasil tersebut tidak dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya prates. d. Rancangan Eksperimen Faktorial

1. Rancangan eksperimen factorial sederhana Pada rancangan factorial, peneliti memanipulasi dua atau lebih variabel secara simulkan. Lain halnya dengan rancangan sebelumnya, yang hanya memanipulasi satu variabel (variabel tunggal); lalu variabel tersebut diuji efek atau pengaruhnya pada variabel tergantung. Untuk mengetahui efektivitas model penataran misalnya, sesungguhnya ada banyak variabel lain yang patut diperhitungkan, yang juga mempunyai pengaruh terhadap daya serap peserta penataran pada bahan atau materi yang ditatarkan (variabell tergantung); misalnya tingkat pendidikan peserta, tingkat IQ peserta, pengalaman berorganisasi peserta, dan sebagainya. Karenanya, manipulasi variabel tunggal sebagaimana pada rancangan sebelumnya, selama ini banyak dikritik oleh para ahli. Untuk memperhitungkan dan memanipulasi beberapa variabel secara simultan, peneliti dapat menggunakan rancangan faktorial. Rancangan Faktorial, peneliti memanipulasi dua atau lebih variabel secara simultan. Lain halnya dengan rancangan sebelumnya, yang hanya memanipulasi satu variabel (varibel tunggal); lalu variabel tunggal tersebut diuji efek atau pengaruhnya pada variabel.

30

Untuk mengetahui efektivitas model penataran misalnya, sesungguhnya ada banyak variabel lain yang patut diperhitungkan, yang juga mempunyai pengaruh terhadap daya serap peserta penataran pada bahan atau materi yang ditatarkan (variabel tergantung); misalnya tingkat pendidikan peserta, tingkat IQ peserta, pengalaman berorganisasi peserta, dan sebagainya. Karenanya, selama ini banyak dikritik oleh para ahli. Untuk memperhitungkan dan memanipulasi beberapa variabel secara simultan, peneliti dapat menggunakan rancangan factorial. Rancangan factorial, bergerak dari yang sangat sederhana hingga ke yang sangat pelik atau kompleks. Sederhana atau kompleksnya tergantung pada jumlah variabel yang dimanipulasikan. Rancangan factorial yang sangat sederhana adalah rancangan 2 kali 2 (2 X 2). Pada rancangan ini, ada dua variabel bebas yang dimanipulasikan, dan masing-masing variabel mempunyai dua nilai, sehingga menjadi 2 X 2 (ada empat kotak atau sel eksperimentasi). Untuk jelasnya, katakanlah seorang peneliti ingin menguji efek atau pengaruh model penataran terhadap daya serap pesertanya pada materi yang ditatarkan. Disini, si peneliti ingin mengetahui pengaruh variabel atribut berserta (dalam hal ini di batasi pada variabel tingkat pendidikan formal peserta) terhadap daya serap pada materi penataran (variabel tergantung). untuk itu, rancangan eksperimen/faktorialnya menjadi sebagai berikut.
Variabel Eksperimental Partisipatif Induktrinatif Variabel Atribut Peserta Pendidikan Cukup/tinggi Pendidikan rendah Sel 1 Sel 3 Sel 2 Sel 4

Pada rancangan ini, variabel bebas yang di manipulasi disebut variabel eksperimental, sedangkan variabel bebas yang kedua (tingkat pendidikan petatar )disebut variabel atribut.Efek atau pengaruh tritmen eksperimental terhadap variabel yang lain. Untuk contoh efektivitas model penataran misalnya, petar yang berpendidikan cukuo/tinggi, sebagainya dikenai tritmen model penataran partisipatif, dan sebagian lainnya dikenai tritmen model penataran induktrinatif; begitu pula halnya dengan petatar yang berpendidikan rendah. Dengan penataan seperti itu, nantinys sksn diketahui,apakah model penataran partisipasif, memang lebih efektif dibandingkan dengan model indoktrinatif, baik untuk petatar yang berpendidikan cukup/tinggi maupun untuk petatar yang

31

berpendidikan rendah; mungkin saja, model partisipatif hannya efektif untuk mereka yang berpendidikan cukup/tinggi, dan tidak berlaku untuk mereka yang berpendidikan rendah. Hal yang demikian itu, akan dapat diketahui melalui rancangan factorial sebagaimana yang digambarkan di atas.

2. Rancangan Faktorial Kompleks Rancangan factorial dapat sekaligus mencakup beberapa variabel bebas, di mana masingmasing variabel bebas juga dapat mempunyai beberapa tingkat. Kalau pda rancangan factorial sederhana tadi, bisa disebut dengan rancangan 2 X 2, maka pada rancangan yang lebih kompleks, rancangannya bisa 2 X 3, atau 2 X 4; bisa juga rancangan 2 X 2 X 2, atau 2 X 3 X 2, atau 2 X 3 X 3, atau 2 X 3 X 4, dan sebagainya. Untuk sekedar contoh dari rancangan yang cukup, kompleks, misalnya rancangan 2 X 2 X 3. dalam hubungan ini, katakanlah seorang peneliti ingin mengetahui pengaruh pengajaran melalui modul (dibandingkan dengan pengajaran konvensional) terhadap prestasi belajar murid-murid SMA Kelas II. Variabel adalah: Tingkat IQ siswa (terbagi kedalam 2 tingkatan, yaitu yang ber -IQ tinggi yang ber-IQ biasa), beserta status sosial ekonomi orang tua siswa (terbagi kedalam tiga tingkatan, yaitu mereka yang status sosial ekonomi orang tuanya tergolong tinggi, menengah, dan rendah). kombinasinya menjadi sebagai berikut.
Variabel Attribut Siswa Tingkat IQ Status Sosial Ekonomi Ortu Tinggi Tinggi Menengah Rendah Tinggi Biasa Menengah Rendah Variabel Eksperimental Pengajaran dengan modul Pengajaran konvensional Sel 1 Sel 2 Sel 3 Sel 4 Sel 5 Sel 6 Sel 7 Sel 8 Sel 9 Sel 10 Sel 11 Sel 12

Kompleksitas rancangan eksperimen, tentunya akan berakibat pada tingkat kesukaran pelaksanaan eksperimentasi itu sendiri, dan tingkat kecanggihan ujistatistik yang mesti di lakukan. Hal ini tentu saja mesti di pertimbangkan oleh seorang peneliti. Khusus mengenai uji statistik, dengan adanya peralatan komputer yang semakin canggih, barangkali bisa amat membantu.

32

Di dalam memilih rancangan eksperimen, peneliti perlu memperhitungkan factor-faktor yang lazimnya bisa mengancam validitas eksperimen (faktor-faktor yang bisa mempengaruhi kemurnian efek variabel ekperimental terhadap variabel tergantung). Setidak-tidaknya ada enam factor yang patut dipertimbangkan, yaitu:

a.

Efek pengukuran prates. Pengukuran prates, bisa jadi akan mempengaruhi

kepekaan subjek yang dikenai eksperimen, baik terhadap tritmen yang akan diberikan maupun terhadap pascates yang akan diberikan. b. Efek waktu. Karena eksperimen berlangsung dalam suatu periode waktu tertentu, didalam jangka waktu itu, bisa jadi ada peristiwa-peristiwa berarti, dan juga berlangsung proses pada diri subjek untuk semakin matang (maturation), yang barangkali juga akan mempengaruhi respons mereka pada saat pascates. c. Efek interaksi antara pengukuran prates dengan apa yang muncul atau terjadi dari efek waktu tadi d. Efek interaksi antara pengukuran prates dengan tritmen yang dikenakan pada subjek eksperimen iti sendiri. e. Efek interaksi antara tritmen dengan apa yang muncul atau terjadi secara tak terkontrol selama berlangsung eksperimen (efek waktu). f. Efek interaksi anatara pengukuran prates dengan tritmen dan apa yang terjadi secara tak terkontrol selama berlangsungnya eksperimen (efek waktu). E. Saran-saran Implementasi

1. Strategi Implementasi

Untuk mengimplementasikan konsep mengenai rancangan penelitian eksperimen, buatlah satu jenis proposal penelitian eksperimen. Jenis rancangan penelitian eksperimen, silahkan Anda pilih sesuai dengan rincian yang ada dalam kegiatan pembelajaran 3. 2. Evaluasi Implementasi

Proposal atau rancangan penelitian yang Anda buat, diskusikan dengan kelompok belajar,

33

dan catat apa yang menjadi kelemahan atau kesalahan dari proposal yang Anda buat. Kelemahan tersebut, kemudian bahas bersama pemecahan dan lakukan koreksi atau perbaikan secara individual sesuai dengan proposal penelitian yang Anda buat. F. Latihan

Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dengan cara membubuhkan tanda silang (x) pada pilihan A, B, C atau D 1. Yang merupakan karakteristik utama dari rancangan penelitian eksperimen, adalah a. adanya perlakuan terhadap sampel penelitian b. data bersifat nominal c. lebih dari tiga variabel d. sampel di atas 30 (N>30)

2. Seorang peneliti memberikan perlakuan atau eksperimen tertentu kepada kelompok yang telah ada. Kemudian menilai perilaku yang muncul dari kelompok tersebut, dan diasumsikan bahwa skor yang muncul sebagai efek dari perlakuan yang dilakukannya. Penelitian tersebut, menggunakan rancangan penelitian eksperimen jenis a. studi kasus satu kali perlakuan b. kuasi eksperimen c. eksperimen faktorial d. pre tes pascates dalam kelompok ekuivalen 3. Formula 0-1 T 0-2, menggambarkan rancangan penelitian eksperimen jenis a. perbandingan pada kelompok statik b. pre tes pasca tes pada kelompok tunggal c. pre tes pasca tes pada kelompok ekuivalen d. pre tes pasca tes pada kelompok tidak ekuivalen

4. Pengaruh metode demontrasi terhadap tingkat penguasaan materi pada siswa sekolah dasar. Manakah yang termasuk ke dalam variabel bebas? a. metode

34

b. metode demostrasi c. tingkat penguasaan materi d. pengaruh

5. Peneliti ingin mengungkap pengaruh variabel bebas yang mengandung beberapa tingkatan terhadap variabel terikat, sebaiknya menggunakan rancangan penelitian eksperimen a. faktorial tunggal b. faktorial kompleks c. kuasi eksperimen d. pretes pascates kelompok tunggal

35

Kegiatan Belajar 4 RANCANGAN PENELITIAN KUALITATIF

A. Standar Kompetensi Petatar mampu memahami langkah-langkah perumusan rancangan penelitian kualitatif. B. Kompetensi Dasar Setelah mempelajari materi pembelajaran 4, peserta mampu: 1. Menjelaskan pengertian penelitian kualitatif. 2. Menjelaskan ciri-ciri rancangan penelitian kualitatif. 3. Menjelaskan langkah-langkah penyusunan rancangan penelitian kualitatif. C. Daftar Referensi Furqon. (2001). Statistika Terapan dalam Penelitian. Bandung: Alfabeta Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito -------------. (2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara Sanapiah, Faisal. (1982). Format-Format Penelitian Sosial; Dasar-dasar dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Press. D. Ringkasan Materi 1. Pengertian Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif disebut juga penelitian fenomenologis, yang berarti bahwa rancangan penelitian kualitatif memfokuskan pada upaya menggali data lapangan yang bersifat fenomena untuk selanjutnya dirumuskan makna atas fenomena yang ditelitinya. Nasution (1998: 23), menyebut penelitian kualitatif dengan istilah penelitian naturalistik, yang berarti bahwa rancangan penelitian kualitatif memfokuskan pada upaya menggali data lapangan yang bersifat natural atau alamiah. Yang dimaksud dengan data natural, adalah data atau informasi yang disajikan dalam laporan penelitian kualitatif menggambarkan fenomena yang seadanya atau aslinya. Mengapa data yang disajikan dalam penelitian kualitatif bersifat natural? Hal tersebut, mengingat peran peneliti dalam proses pengumpulan data tidak memberikan perlakuan atau manifulasi terhadap perilaku subyek penelitian. Peran peneliti dalam penelitian kualitatif

36

hanyalah menggali data lapangan apa adanya, baik melalui wawancara atau observasi pasif atau partisipatif, dan telaah dokumentasi. 2. Karakteristik Rancangan Penelitian Kualitatif Bogdan dan Biklen (1982: 29) mengemukakan ada lima karakteristik sebagai berikut: a. Qualitative has the natural setting as direct source of data and researcher is the key instrument; b. Qualitative research is descriptive. The data collected are in the form of word or picture, rather than numbers; c. Qualitative research are concerned with process rather than simply with out comes or products; d. Qualitative researcher tend to analize there data inductively; and e. Meaning is of essential consern to kualitative approach. Dari pendapat di atas dikemukakan bahwa karakteristik penelitian kualitatif adalah: (1) Kualitatif merupakan seting alamiah sebagai sumber data langsung dan peneliti menjadi instrumen utamanya, (2) Penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berupa kata-kata dan gambar, bukan berupa angka-angka, (3) Penelitian kualitatif berkenaan dengan proses bukannya semata-mata hasil atau produk, (4) Penelitian kualitatif mengutamakan pengolahan data secara umum terlebih dulu, (5) Makna merupakan perhatian utama dalam penelitian kualitatif. Prosedur penelitian kualitatif tidak mempunyai pola baku. Penelitian kualitatif mengumpulkan dan mencatat data secara terperinci dari berbagai masalah yang berhubungan dengan objek penelitian. Pelaksanaan pengambilan data tersebut langsung dilakukan oleh peneliti sendiri dengan melakukan pengamatan dan langsung berpartisipasi aktif dalam proses tersebut. Teknik sampling dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Pada penelitian kuantitatif, sampel itu dipilih dari suatu populasi sehingga dapat digunakan untuk mengadakan generalisasi. Jadi, sampel benar-benar mewakili ciri populasi. Pada penelitian kualitatif, menurut Lincolin dan Guba (dalam Lexy J. Moeloeng, 1997: 165), peneliti mulai dengan asumsi bahwa konteks itu kritis, sehingga masing-masing konteks itu ditangani dari segi konteksnya sendiri.

37

selain itu, dalam penelitian kualitatif peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual. Jadi, maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber. Tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan ke dalam generalisasi, melainkan untuk merinci kekhususan yang ada ke dalam ramuan konteks yang unik dan menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan teori yang muncul. Pada penelitian kualitatif sampel diambil tidak secara acak, tetapi bersipat secara purposive atau sampel bertujuan. Teknik sampling secara purposive tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Lexy J. Moloeng, 1997: 166):

a.

Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu. b. Penelitian sampel secara berurutan dengan bentuk snow ball sampling yaitu responden diminta menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi dan selanjutnya responden berikutnya diminta pula untuk menunjuk orang lainnya dan seterusnya, sehingga makin lama makin banyak. c. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel. Pada mulanya setiap sampel dapat sama kegunaannya. Namun, sesudah makin banyak informasi yang masuk dan makin mengembang hipotesis kerja, sampel dipilih atas dasar focus penelitian. d. Penelitian berakhir jika sudah terjadi pengulangan. Jika tidak ada lagi informasi yang dapat dijaring , maka penarikan sampel dihentikan.

3. Langkah-langkah Penyusunan Rancangan Penelitian Kualitatif Ada perbedaan mendasar antara rancangan penelitian kualitatif dengan rancangan penelitian kuantitatif. Pada rancangan penelitian kualitatif, prosedur atau langkah-langkah penelitian bersifat fleksibel, tidak sekaku pada rancangan penelitian kuantitatif. Permasalahan yang diangkat dalam rancangan penelitian kualitatif berangkat dari telaah lapangan (studi fenomenologis), berbeda dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian kuantitatif lebih banyak berangkat dari kajian pustaka atau telaah konseptual. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak terlalu menekankan pada perumusan definisi operasional variabel secara konseptual.

38

Berangkat dari deskripsi di atas, berikut disajikan outline format penyusunan rancangan penelitian kualitatif.

a. Judul Penelitian Judul penelitian dalam rancangan penelitian kualitatif, menggambarkan adanya upaya untuk mengungkap dan menganalisis fakta atau fenomena menjadi makna. b. Latar Belakang Latar belakang dalam rancangan penelitian kualitatif, berangkat dari kajian awal mengenai suatu fenomena. Dalam uraian tersebut, dimunculkan pernyataan yang menggambarkan adanya ketertarikan peneliti terhadap suatu fenomena, sehingga menggiring pentingnya untuk dilakukan penelitian ilmiah. c. Fokus Penelitian Fokus penelitian adalah penegasan peneliti mengenai wilayah atau obyek yang akan diteliti. Dalam rumusan fokus penelitian tersebut, kegiatab pengumpulan data akan dibatasi sesuai dengan lingkup penelitian. d. Pertanyaan Penelitian Fokus penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti, kemudian dijabarkan ke dalam itemitem pertanyaan penelitian yang dirumuskan secara spesifik dan operasional. Item-item pertanyaan penelitian yang dirumuskan tersebut, harus ada keterkaitan konsep dan empirik dengan rumusan fokus penelitian. e. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian menggambarkan apa yang hendak dicari dengan adanya penelitian. Rumusan dari tujuan penelitian tersebut, memaparkan tujuan umum dan tujuan khusus.

f. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian menggambarkan apa yang akan diperoleh dari penelitian yang dilaksanakan. Dalam rancangan penelitian umumnya, manfaat penelitian tersebut dijelaksan dalam tataran manfaat teoretis dan tataran praktis.

g. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian atau disebut juga sebagai kerangka pemikiran, memaparkan

39

keterkaitan konseptual mengenai variabel-variabel yang akan diteliti, juga memaparkan posisi pentingnya masalah yang akan diteliti.

h. Penjelasan Istilah (Definisi Operasional) Bagian penjelasan istilah ini, menjelaskan batasan konseptual mengenai variabel-variabel atau kata-kata kunci yang ada dalam judul penelitian.

i. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian, menjelaskan langkah-langkah ilmiah-operasional yang akan dilaksanakan oleh peneliti dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Poin-poin yang dijelaskan dalam metodologi penelitian, adalah: (1) metode atau prosedur penelitian; (2) subyek penelitian; (3) teknik pengumpulan data; (4) tahap-tahap penelitian; dan (5) teknik analisis data. E. Saran-saran Implementasi 1. Strategi Implementasi Untuk mengimplementasikan konsep mengenai rancangan penelitian kualitatif, buatlah satu jenis proposal penelitian kualitatif dengan memperhatikan karakteristik penelitian kualitatif sebagaimana dijelaskan dalam pembelajaran 4. 2. Evaluasi Implementasi Proposal atau rancangan penelitian yang Anda buat, diskusikan dengan kelompok belajar, dan catat apa yang menjadi kelemahan atau kesalahan dari proposal yang Anda buat. Kelemahan tersebut, kemudian bahas bersama pemecahan dan lakukan koreksi atau perbaikan secara individual sesuai dengan proposal penelitian yang Anda buat. F. Latihan Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dengan cara membubuhkan tanda silang (x) pada pilihan A, B, C atau D 1. Data dalam penelitian kualitatif besifat alamiah. Oleh karena itu, penelitian kualitatif disebut juga sebagai penelitian a. naturalistik b. empirisme

40

c. konstruktivistik d. eksperimen 2. Yang tidak bisa digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian kualitatif, adalah a. wawancara b. observasi c. dokumentasi d. angket 3. Kriteria sampel dalam penelitian kualitatif, adalah bersifat a. kontekstual b. refresentatif c. homogen d. heterogen 4. Permasalahan dalam penelitian kualitatif berangkat dari telaah empirik. Oleh karena itu, penelitian kualitatif disebut juga sebagai penelitian a. naturalistik b. fenomenologis c. kasus d. survey 5. Dilihat dari teknik penentuan subyek penelitian, maka sampel dalam penelitian kualitatif bersifat a. strata b. sensus c. purpossive d. refresentatif

41

Kegiatan Belajar 5 PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN


A. Standar Kompetensi Petatar mampu memahami langkah-langkah penyusunan laporan penelitian. B. Kompetensi Dasar Setelah mempelajari materi pembelajaran 5, peserta mampu: 1. Menjelaskan pengertian laporan penelitian 2. Menjelaskan jenis-jenis laporan penelitian. 3. Menjelaskan langkah-langkah penyusunan laporan penelitian. 4. Menjelaskan organisasi penyusunan laporan penelitian. C. Daftar Referensi Furqon. (2001). Statistika Terapan dalam Penelitian. Bandung: Alfabeta Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito -------------. (2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara Sanapiah, Faisal. (1982). Format-Format Penelitian Sosial; Dasar-dasar dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Press. D. Ringkasan Materi 1. Pengertian Laporan Penelitian Betapapun baik dan berguna nilai temuan suatu penelitian tak akan banyak artinya apabila tidak dikomunikasikan kepada orang lain. Karena cara mengkomunikasikan hasil suatu penelitian hampir selalu tertulis, maka yang dibahas di sini adalah berkenaan dengan pengkomunikasian secara tertulis tersebut, lazimnya disebut laporan penelitian. Apa saja yang perlu disajikan dalam suatu laporan penelitian? Setiap penelitian bermula dari suatu permasalahan dan berakhirnya pada pemberian jawaban atas permasalahan yang diteliti. Untuk menjawab masalah penelitian tersebut tentu saja memerlukan metodologi tertentu. Dengan menggunakan metodologi itu akan didapat jawaban-jawaban yang berupa hasil penelitian yang dari sini pula dapat ditarik suatu kesimpulan. Oleh karena itu, setiap laporan penelitian barulah dapat dikatakan lengkap bila

42

isinya mencakup keempat hal, yaitu: (1) masalah penelitian; (2) metodologi penelitian; (3) hasil penelitian; dan (4) kesimpulan atas hasil penelitian. Bagaimana keempat hal tersebut disajikan dalam suatu laporan penelitian? Konkritnya; bagaimana keempat unsur isi laporan tersebut diorganisasikan dalam suatu laporan penelitian? Serta bagaimanakah segi-segi teknis penulisan yang perlu diperhatikan dalam menyusun suatu laporan penelitian? Mengenal organisasi dam segi-segi teknis penulisan laporan suatu penelitian, akan sangat bergantung pada jenis laporan penelitian yang kita buat. Masing-masing jenis laporan penelitian, mempersyaratkan susunan dan segi-segi teknis tertentu. Karenanya, berikut ini akan dikemukakan terlebih dahulu tentang jenis-jenis laporan penelitian. 2. Jenis-jenis Laporan Penelitian Jenis laporan penelitian lazimnya dikaitkan dengan kelompok pembaca suatu laporan penelitian. Dalam hubungan ini, secara garis besar dikenal dua jenis kelompok pembaca laporan penelitian, yaitu: (1) kelompok masyarakat akademis; dan (2) kelompok masyarakat umum. Laporan penelitian yang dikenal dengan sebutan skripsi, tesis atau desertasi, termasuk jenis laporan penelitian yang dipersembahkan untuk konsumsi kelompok masyarakat akademis. Jenis laporan ini dituntut memenuhi patokan-patokan standar, baik dalam hal bahasa, organisasi penyajian (urutan dan susunan bagian-bagiannya), dan teknis penulisannya (seperti cara mengutip, menulis daftar pustaka, menulis catatan kaki atau catatan samping, dan lain sebagainya), bahkan proporsi jumlah halaman untuk masing-masing bagian/isi laporan. Sedangkan laporan yang dimaksudkan untuk konsumsi kelompok masyarakat umum (katakanlah untuk lembaga pemerintah atau swasta yang berkepentingan dengan nilai praktis hasil penelitian atau dipublikasikan secara luas melalui mekanisme penerbitan umum), patokan-patokan standar menjadi kurang penting, di sini diperlukan ulasan dan sajian secara populer, dan sekomunikatif mungkin. Hal-hal yang rinci dan teknis, lebih-lebih formula statistik tidak terlalu ditonjolkan, yang terkadang membuat tidak komunikatif. Oleh karena itu, suatu skripsi, tesis, desertasi, apabila hendak dikomunikasikan ke kelompok

43

masyarakat umum, perlu dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi lebih populer dan komunikatif. 3. Langkah-langkah Penyusunan Laporan Penelitian Tadi telah dinyatakan bahwa laporan penelitian mengandung empat hal. Di antara keempat hal tersebut, hanya dua hal yang baru bisa ditulis setelah penelitian berakhir (setelah pengolahan dan analisis data terselesaikan), yaitu tentang hasil penelitian dan kesimpulan atas hasil penelitian. Sedangkan bagian tentang masalah penelitian dan metodologi penelitian, sebenarnya sudah bisa disusun setelah rancangan penelitian dirasakan mantap. Kedua hal tersebut malah seharusnya telah eksplisit dan jelas dinyatakan dalam rancangan penelitian, dan tidak perlu diselesaikan sampai menunggu rampungnya pengolahan dan analisis data. Di sini perlu diberi sedikit catatan, khususnya berkenaan dengan penyusunan laporan penelitian kualitatif, karena pada penelitian kualitatif secara simultan dan interaktif di dalam kesatuan siklus penelitian yang dilakukan (desain, pengumpulan data, analisis, dan laporan disusun secara simultan dan interaktif satu sama lain di sepanjang proses penelitian berlangsung) Pada penelitian kuantitatif, bagian laporan mengenai hasil penelitian beserta kesimpulan atas hasil penelitian, dengan sendirinya baru bisa disusun setelah selesainya tahap pengolahan dan analisis data itu sendiri. Prosedur yang telah disebutkan tadi, sebaiknya menjadi perhatian para peneliti, sehingga penyusunan laporan penelitian bisa terselesaikan secara lebih cepat. Juga perlu diketahui bahwa bagian mengenai masalah penelitian dan metodologi penelitian yang nota bene telah dinyatakan dalam desain penelitian, sesungguhnya tinggal memberikan uraian-uraian tambahan dari apa yang telah dinyatakan dalam desain penelitian, khususnya pada bagianbagian tertentu yang masih perlu dipaparkan secara lebih lengkap dan terurai, misalnya pembahasan tentang tinjauan kepustakaan dan uraian mengenai metodologi penelitian. 4. Organisasi Laporan Penelitian Organisasi laporan penelitian atau format laporan penelitian, ada yang urutan dan susunannya tergolong bebas (format bebas) dan ada pula yang urutan dan susunannya tergolong tetap atau fixed (format tetap). Pada format bebas, tidak terdapat batasan tentang jumlah bab, urutan dan susunannya yang pasti. Bila format bebas ini yang dipakai, peneliti dapat leluasa menentukan jumlah bab

44

beserta sub babnya, asalkan keempat hal yang seharusnya tercakup dalam suatu laporan penelitian bisa tertampung atau terpenuhi. Sedangkan pada format tetap, baik jumlah bab maupun isi masing-masing bab, lazimnya mengikuti ketentuan tertentu yang sudah pasti. Ketentuan tersebut, lazimnya dikeluarkan dan diberlakukan dalam lingkungan suatu lembaga ilmiah, apakah suatu perguruan tinggi ataukah lembaga penelitian. Dalam hubungan ini, suatu laporan penelitian umumnya ditentukan terbagi ke dalam 5 atau 6 bab, seperti tertera di bawah ini: URUTAN DAN SUSUNAN BAB DALAM LAPORAN PENELITIAN Untuk Laporan Yang Terdiri dari 5 Bab Untuk Laporan Yang Terdiri dari 6 Bab Bab I ; Pendahuluan Bab I : Pendahuluan Bab II ; Pembahasan kepustakaan Bab II ; Pembahasan Kepustakaan Bab III ; Metodologi Penelitian Bab III ; Metodologi Penelitian Bab IV ; Hasil Penelitian dan pembahasan Bab IV ; Hasil Penelitian

Bab V ; Kesimpulan dan Saran Bab V ; Pembahasan Hasil Penelitian Bab VI ; Kesimpulan dan Saran

1. Pada masing-masing bab, subnya bisa bervariasi, namun rambu-rambunya adalah sebagai berikut. Pembahasan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, asumsi dan keterbatasan

45

penelitian, batasan konsep/variabel/istilah, dan kegunaan atau pentingnya penelitian, merupakan soal-soal yang biasanya dimasukkan dalam bagian pendahuluan 2. Pembahasan kepustakaan di Bab II, sub-subnya sangat tergantung pada jumlah topik masalah dan atau bangunan teori yang melandasi pelaksanaan penelitian, tujuannya untuk menunjukkan sejumlah konsep, teori, data, temuan-temuan yang bersangkut paut dengan masalah penelitian (dan hipotesis penelitian, kalau ada) sehingga masalah yang diteliti menjadi lebih jelas dimana tempat duduknya di dalam kerangka khasanah pengetahuan/kepustakaan yang ada 3. Pembahasan tentang populasi dan sampel (termasuk teknik sampling yang dilakukan), metode pengumpulan data, instrumen pengukuran variabel, jenis dan model penelitian yang dilakukan, metode pengolahan dan analisis data, merupakan soal-soal yang lazimnya dimasukkan dalam bagian metodologi penelitian. 4. Sajian tentang deskripsi umum subyek/obyek penelitian, sajian data dan atau hasil uji statistik untuk masing-masing masalah dan atau hipotesis penelitian beserta interpretasinya masing-masing, merupakan hal-hal yang lazimnya disajikan dalam bagian tentang hasil penelitian. Setelah penyajian hasil penelitian, masih perlu diikuti oleh suatu diskusi atau pembahasan tentang hasil penelitian; di sini keseluruhan hasil penelitian dan juga tinjauan kepustakaan, hasil penelitian lain, persoalan metodologis yang digunakan dalam penelitian, perlu diperbandingkan satu sama lain, dilacak keterkaitannya satu sama lain, dan bahkan dievaluasi satu sama lain; dalam proses ini diperlukan berfikir divergen dan konvergen, sehingga generalisasi tingkat tinggi dapat dilakukan atau dipaparkan. 5. Apa yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian, dan apa yang dapat disarankan atas dasar hasil penelitian (termasuk saran tentang masalah-masalah baru yang perlu diteliti lebih lanjut), lazimnya dikemukakan pada bagian kesimpulan dan saran" 6. Sebelum bab pendahuluan, biasanya disertakan lembaran judul penelitian, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, sebelum daftar isi, lazimnya disertai lembaran kata pengantar, dan ucapan terima kasih. Sedangkan setelah bab terakhir, lazimnya

46

disertakan lembaran daftar pustaka, dan lembaran untuk sejumlah lampiran yang dipandang perlu. E. Saran-saran Implementasi 1. Strategi Implementasi Untuk mengimplementasikan konsep-konsep yang anda pelajari dalam pembelajaran 5, buatlah contoh laporan penelitian. Sumber yang dapat anda gunakan, bisa melaporkan hasil penelitian yang anda lakukan, atau menggunakan laporan penelitian orang lain (skripsi). Bagi anda yang menggunakan laporan penelitian orang lain, diharuskan untuk memodifikasinya. 2. Evaluasi Implementasi Untuk menilai tingkat kebenaran dari laporan penelitian yang anda buat, lakukan diskusi dengan rekan sejawat atau pihak lain yang dipandang kompeten dalam membuat laporan penelitian. Catat dan perbaiki beberapa kelemahan dari laporan penelitian yang anda buat, berdasarkan saran-saran dari rekan diskusi. F. Latihan Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dengan cara membubuhkan tanda silang (x) pada pilihan A, B, C atau D 1. Untuk mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, maka seorang peneliti diharuskan untuk membuat a. proposal penelitian b. definisi operasional variabel c. analisis hasil pengujian statistik d. laporan hasil penelitian 2. Bagian yang menjelaskan hasil penelitian dari suatu laporan penelitian, disebut a. pendahuluan b. kajian teoretis c. hasil penelitian d. kesimpulan dan saran

47

3. Laporan penelitian yang diperuntukkan bagi masyarakat akademis, bersifat a. fixed b. fleksibel c. populis d. plural 4. Manakah pernyataan berikut yang menggambarkan prosedur pembuatan laporan penelitian kualitatif? a. dilaksanakan secara simultan sepanjang penelitian dilaksanakan b. dilaksanakan di awal kegiatan penelitian c. dilaksanakan setelah selesai pengujian hipotesis d. dilaksanakan di tengah-tengah proses penelitian 5. Analisis data dalam laporan penelitian kualitatif menggunakan teknik a. analitical induktif b. analisis statisik c. analisis deduktif d. analisis pragmatik

48

You might also like