You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial, dan pribadi. Lebih lanjut tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu dalam mencapai: (a) kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan, (b) kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat, (c) hidup bersama dengan individu-individu lain, (d) harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian peserta didik dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat umumnya. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, peserta didik harus mendapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal dan melaksanakan tujuan hidupnya serta merumuskan rencana hidup yang didasarkan atas tujuan itu; (2) mengenal dan memahami kebutuhannya secara realistis; (3) mengenal dan menanggulangi kesulitan-kesulitan sendiri; (4) mengenal dan mengembangkan kemampuannya secara optimal; (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan pribadi dan untuk kepentingan umum dalam kehidupan bersama; (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan di dalam lingkungannya; (7) mengembangkan segala yang dimilikinya secara tepat dan teratur, sesuai dengan tugas perkembangannya sampai batas optimal. Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ialah agar peserta didik, dapat: (1) mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin; (2) mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri; (3) mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial-ekonomi, dan kebudayaan; (4) mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya; (5) mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnya dalam bidang pendidikan dan pekerjaan; (6) memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar sekolah

untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut. Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar mengacu kepada jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung yang telah diuraikan pada pedoman umum bimbingan dan konseling berbasis kompetensi, maka pelaksanaan jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung itu dapat dimodifikasi dalam pola-pola tertentu. Guru Sekolah Dasar harus melaksanakan ketujuh layanan bimbingan konseling tersebut agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan pembelajaran yang cukup berarti.

BAB II PEMBAHASAN

A. Aplikasi instrumentasi Aplikasi instrumentasi dapat bermaknan ungkapan melalui pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen tertentu. Atau kegiatan menggunakan instrumen untuk mengungkapkan kondisi tertentu atas diri siswa. Kondisi dalam diri klien perlu melalui aplikasi instrumen dalam rangka pelayanan bimbingan gan konseling untuk memperoleh pemahaman tentang klien secara lebih tepat. Upaya pengungkapan sebagai aplikasi instrumentasi dapat dilakukan melalui tes dan non tes. Hasil aplikasi instrumen dianalisis dan ditafsirkan serta disikapi dan digunakan untuk memberikan perlakuan secara tepat pada klien dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling. Secara umum, tujuan aplikasi instrumentasi adalah supaya diperolehnya data tentang kondisi tertentu atas diri klien. Data yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi selanjutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Dengan data tersebut, penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling khususnya di sekolah dan madrasah akan lebih efektif dan efisien. Secara khusus, apabila dikaitkan dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling terutama fungsi pemahaman, data hasil aplikasi instrumentasi bertujuan untuk memahami kondisi klien seperti potensi dasarnya, bakat dan minatnya, kondisi diri dan lingkungannya, masalah-masalah yang dialami dan lain sebagainya. 1. Komponen Komponen-komponen yang terkait dan sinergi dengan aplikasi instrumentasi adalah instrumen itu sendiri (materi yang diungkap dan bentuk instrumen), responden, dan penggunaan.

2. Teknik Sebelum instrumen tertentu di terapkan, terlebih dahulu diadakan analisis yang mendalam tentang perlunya instrumen tertentu diaplikasikan terhadap siswa atau sekelompok siswa. Kesesuaian antara jenis instrumen dengan responden, penyelenggara administrasi instrumen sangat menentukan keberhasilan layanan. Untuk itu perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Penyiapan instrumen 2. Pengadministrasian instrumen 3. Pengolahan dan Pemaknaan Jawaban Responden 4. Penyampaian Hasil Instrumentasi 5. Penggunaan Hasil Instrumen 3. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan aplikasi instrumentasi merupakan suatu proses di mana pelaksanaanya menempuh tahapan-tahapan tertentu. Adapun tahapan kegiatannya adalah perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut, dan pembuatan laporan. Pertama, perencanaan. Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan pembimbing adalah : (a) menetapkan objek yang akan diukur atau diungkapkan, (b) menetapkan subjek yang akan menjalani pengukuran, (c) menyusun instrumen sesuai dengan objek yang akan diungap, (d) menetapkan prosedur pengungkapan, (e) menetapkan fasilitas, (f) menyiapkan kelengkapan administasi. Kedua, pelaksanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan pembimbing adalah : (a) mengkomunikasikan rencana pelaksanaan aplikasi instrumentasi kepada pihak terkait, (b) mengorganisasi kegiatan instrumentasi. Ketiga, evaluasi. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah : (a) menetapkan materi evaluasi terhadap kegiatan instumentasi serta penggunaan hasil-hasilnya, (b) menetapkan prosedur dan cara-cara evaluasi, (c) melaksanakan evaluasi, (d) mengolah dan menafsirkan atau memaknai hasil evaluasi.

Keempat, analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : (a) menetapkan norma atau standar analisis, (b) melakukan analisis, (c) menafsirkan hasil analisis. Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini yang dilakukan pembimbing adalah : (a) menetapkan jenis dan arah tindak lanjut terhadap kegiatan instrumentasi serta penggunaan hasil-hasilnya, (b) mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait, (c) melaksanakan tindak lanjut. Keenam, pembuatan laporan. Pada tahap ini yang dilakukan pembimbing adalah : (a) menyusun laporan kegiatan aplikasi instrumentasi, (b) menyampaikan laporan kepada pihak terkait, (c) mendokumentasikan laporan kegiatan. 4. Contoh Aplikasi Instrumentasi Penggunaan angket untuk mengetahui kondisi klien/siswa. B. Himpunan Data Penyelenggaraan himpunan data bertujuan untuk memperoleh pengertian yang lebih luas, lebih lengkap, dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta didik dan membantu siswa memperoleh pemahaman diri sendiri. Dengan adanya himpunan data yang berkualitas dan lengkap, diharapkan pelaksanaan berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dapat terselenggara secara efektif dan efisien. Secara lebih khusus, penyelenggaraan himpunan data terkait dengan fungsi-fungsi tertentu dalam layananan bimbingan dan konseling terutama fungsi pemahaman. Merujuk kepada fungsi pemahaman, penyelenggaraan himpunan data bertujuan untuk memperoleh pemahaman secara baik tentang masing-masing pribadi siswa dan (bagi siswa) bertujuan untuk membantu siswa memperoleh pemahaman tentang diri sendiri. Apabila pemahaman tentang diri sendiri telah terpenuhi oleh siswa, maka diharapkan mereka dapat tercegah dari masalah-masalah yang mungkin dialami. Selain itu, apabila siswa telah memperoleh pemahaman diri secara baik dan tercegah dari masalah-masalah yang dialami sangat mungkin siswa terentaskan masalahnya.

1. Komponen Penyelengaraan himpunan atau pengumpulan data terkait dengan tiga komponen pokok, yaitu jenis data itu sendiri, bentuk himpunan data, dan penyelenggaraan himpunan data. 2. Teknik Untuk memperoleh data yang lengkap, teratur, dan efekif sehingga dapat menunjang pelayanan bimbingan dan konseling secara efektif pula, pembimbing perlu menerapkan beberapa teknik seperti aplikasi instrumen, penyusunan, dan penyiapan data, penggunaan perangkat komputer, tenaga administrasi. 3. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan himpunan data meliputi tahap-tahap sebagai berikut : perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut, dan laporan. Pertama, perencanaan yang mencakup kegiatan : (a) menetapkan jenis dan klasifikasi data dan sumber-sumbernya, (b) menetapkan bentuk himpunan data, (c) menetapkan dan menata fasilitas untu penyelenggaraan himpunan data, (d) menetapkan mekanisme pengisian, pemeliharaan, dan penggunaan administrasi. Kedua, pelaksanaan yang mencakup kegiatan : (a) mengumpulkan data dan memasukkannya ke dalam himpunan data sesuai dengan klafisikasi dan sistem etika yang ditetapkan, (b) memanfaatkan data untuk berbagai jenis layanan konseling, (c) memelihara dn mengembangkan himpunan data. Ketiga, evaluasi yang mencakup kegiatan : (a) mengkaji atau menelaah efisiensi sistematika dan penggunaan fasilitas yang digunakan, (b) memeriksa kelengkapan, keakuratan, keaktualan, dan kemanfaatan data dalam himpunan data. Keempat, anlisis hasil evaluasi. Pada tahap ini yang dilakukan adalah melakukan analisis terhadap hasil evaluasi berkenaan kelengkapan, himpunan data, dan (e) menyiapkan kelengkapan

keakuratan,

keaktualan,

kemanfaatan

data

serta

efisiensi

penyelenggaraannya. Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini adalah mengembangkan himpunan data lebih lanjut sesuai dengan hasil analisis yang mencakup : (a) bentuk, klasifikasi dan sistematika data, (b) kelengkapan, keakuratan, dan keaktualan data, (c) kemanfaatan data, (d) penggunaan teknologi, dan (e) teknik penyelenggaraan Keenam, laporan. Yang dilakukan pada tahap ini adalah : (a) menyusun laporan kegiatan himpunan data, (b) menyampaikan laporan kepada pihak terkait, (c) mendokumentasikan. 4. Contoh Himpunan Data Guru mengumpulkan data-data yang tidak dapat membantunya untuk menyelesaikan masalah siswa seperti : absensi, identitas pribadi siswa C. Konferensi Kasus Kasus bisa bermakna kondisi yang mengandung permasalahan tertentu. Dikatakan kasus karena kondisi-kondisi yang mengandung permasalahan tertentu hanya terjadi pada individu atau sekelompok individu tertentu saja dan tidak terjadi pada individu atau atau sekelompok individu lain. 1. Tujuan Secara umum konferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan data secara lebih luas dan akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak terkait dengan kasus dalam rangka pemecahan masalah. Secara khusus tujuan konferensi kasus berkenaan dengan fungsi-fungsi tertentu layanan bimbingan dan konseling. Selain itu, tujuan konferensi kasus adalah untuk pengembangan dan pemeliharaan potensi-potensi individu (siswa) atau pihak-piha yang terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam konferensi kasus (fungsi pengembangan dan pemeliharaan).

2. Komponen Ada tiga komponen utama dalam konferensi kasus, yaitu kasus itu sendiri, peserta, dan pembimbing. Pertama, kasus-kasus yang dibahas dalam konferensi kasus dapat mencakup : (a) masalah klien yang sedang ditangani oleh pembimbing, (b) masalah yang dialami seseorang atau beberapa orang yang belum ditangani oleh pembimbing, (c) kondisi lingkungan yang terindikasi atau berpotensi bermasalah, (d) laporan terjadinya masalah tertentu, (e) isu yang patut ditanggapi dn memperoleh penanganan yang memadai. Kedua, peserta. Para peserta dalam konferensi kasus pada dasarnya adalah semua pihak yang terkait dengan kasus atau permasalah yang dibahas. Ketiga, pembimbing merupakan penyelenggaraan konferensi kasus mulai perencanaan, pelaksanaan, penggunaan hasil, hingga pelaporan secara menyeluruh. 3. Teknik Implementasi konferensi kasus dapat menerapkan beberapa teknik sebagai berikut : pertama, kelompok nonformal. Konferensi kasus menggunakan teknik ini bersifat tidak resmi, artinya tidk menggunakan cara-cara tertentu yang bersifat instruksional. Atau tidak ada instruksi atau perintah dari siapa pun. Kedua, pendekatan normatif. Penerapan ini harus memeperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) penyebutan nama seseorang harus disertai penerapan asas kerahasiaan . (b) Pengungkapan sesuatu dan pembahasan harus didasarkan pada tujuan positif yang menguntungkan semua pihak yang terkait. (c) Pembicaraan dalam suasana bebas dan terbuka, objektif tanpa pamrih dan tidak didasarkan atas kriteria kalah menang. (d) Diminta kelompok diwarnai semangat memberi dan menerima. (e) Bahasa dan cara-cara yang digunakan diwarnai oleh asas kenormatifan. Ketiga, pembicaraan terfokus. Semua peserta konferensi kasus bebas mengembangkan apa yang diketahui, dipikiran, dirasakan, dialami, dan dibayangkan akan terjadi berkaitan dengan kasus yang dibicarakan, namun

jangan sampai pembicaraan meluas di luar konteks, mengada-ada, apalagi sampai menyentuh daerah yang menyinggung pribadi-pribadi tertentu. 4. Pelaksanaan Kegiatan Konferensi kasus dapat dilaksanakan di mana saja, di tempat pembimbing bertugas dan mempraktikkan pelayanan profesional, di sekolah, dan madrasah yang menyangkut siswa atau personil sekolah dan madrasah dan di tempat-tempat lainnya. Pelaksanaan konferensi kasus menempuh tahap-tahap sebagai berikut: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut, dan laporan. Pertama, perencanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : (a) menetapkan kasus yang akan dibawa kekonferensi, (b) meyakinkan klien tentang pentingnya konferensi kasus, (c) menetapkan peserta konferensi kasus, (d) menetapkan waktu dan tempat konferensi kasus, (e) menyiapkan kelengkapan bahan atau materi untuk pembahasan dalam konferensi kasus, (f) menyiapkan fasilitas penyelenggaraan konferensi kasus, (g) menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua, pelaksanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : (a) mengomunikasikan rencana konferensi kasus kepada para peserta, (b) menyelenggarakan konferensi kasus yang meliputi kegiatan : (1) membuka pertemuan, (2) menyelenggarakan penstrukturan dengan asas kerahasiaan sebagai pokok kasus, (3) meminta komitmen peserta untuk penanganan kasus. Ketiga, evaluasi. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : (a) mengevaluasi kelengapan dan kemanfaatan hasil konferensi kasus, serta komitmen peserta dalam penanganan kasus, dan (b) mengevaluasi proses pelaksanaan konferensi kasus. Keempat, analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan analisis terhadap efektivitas hasil konferensi kasus terhadap penanganan kasus. Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : (a) menggunakan hasil analisis untuk melengkapi data dan memperkuat

komitmen penanganan kasus, (b) mempertimbangkan apakah diperlukan konferensi kasus lanjutan. Keenam, laporan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah : (a) menyusun laporan kegiatan konferensi kasus. (b) mengoptimalkan laporan kepada pihak-pihak yang terkait dengan kasus yang telah dibahas, (c) mendokumentasikan laporan yang telah disusun. 5. Contoh Konferensi Kasus Seorang siswa yang senang bermain PS di rumahnya sehingga membuat siswa tersebut malas untuk belajar. Dari masalah tersebut guru pembimbing bisa menyelesaikan masalah dengan meminta bantuan kepada orang tua siswa tersebut agar bisa mengatur dalam bermain sehingga tidak mengganggu belajar siswa tersebut atau dapat belajar dengan baik. D. Kunjungan Rumah Kunjungan rumah bisa bermakna upaya mendeteksi kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan individu atau siswa yang menjadi tanggung jawab pembimbing dalam pelayanaan bimbingan dan konseling (Prayitno, 2004). Kunjungan rumah dilakukan apabila data siswa untuk kepentingan pelayanan bimbingan dan konseling belum atau tidak diperoleh melalui wawancara dan angket. 1. Tujuan Secara umum, kunjungan rumah bertujuan untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat tentang siswa berkenaan dengan masalah yang dihadapinya. Selain itu, juga bertujuan untuk menggalang komitmen antara orang tua dan anggota keluarga lainnya dengan pihak sekolah atau madrasah, khususnya berkenaan dengan pemecahan masalah klien. Menurut Winkel (1991), kunjungan rumah bertujuan untuk mengenal lebih dekat lingkungan hidup siswa sehari-hari. Secara khusus tujuan rumah berkenaan dengan fungsi-fungsi bimbingan. Misalnya dalam kaitannya dengan fungsi pemahaman, kunjungan rumah bertujuan untuk lebih memahami kondisi siswa

kunjungan rumah bertujuan untuk lebih memahami kondisi siswa, kondisi rumah dan keluarga. 2. Komponen Ada tiga komponen pokok berkenaan dengan kunjungan rumah, yaitu kasus, keluarga, dan pembimbing. Pertama, kasus. Kunjungan rumah difokuskan pada penanganan kasus yang dialami klien yang terkait dengan faktor-faktor keluarga. Kasus siswa terlebih dahulu dianalisis, dipahami, disikapi, dan diberikan perlakuan awal tertentu, dan selanjutnya diberikan pelayanan bimbingan dan konseling yang memadai. Kedua, keluarga. Keluarga yng menjadi fokus kunjungan rumah meliputi kondisi-kondisi yang menyangkut : (a) orang tua atau wali siswa, (b) anggota keluarga yang lain, (c) orang-orang yang tinggal dalam lingkungan keluarga yang berdangkutan, (d) kondisi fisik rumah, isinya dan lingkungannya, (e) kondisi ekonomi dan hubungan sosioemosional yang terjadi dalam keluarga. Ketiga, pembimbing. Pembimbing bertindak sebagai perencanaan, pelaksanaan, dan sekaligus penggunaan hasil-hasil kunjungan rumah. 3. Teknik Hal-hal yang terkait dengan teknik kunjungan rumah adalah : format, materi, peran klien, kegiatan, undangan terhadap keluarga, waktu dan tempat serta evaluasi. Pertama, format. Kunjungan rumah dapat dilakukan mengikuti format lapangan dan politik. Melalui kunjungan rumah, pembimbing memasuki lapangan permasalahan klien. Dengan jangkauan yang lebih luas, diharapkan penanganan masalah klien dapat dilakukan secara lebih komprehensif dan intensif. Kedua, materi. Dalam merencanakan kunjungan rumah, pembimbing mempersiapkan berbagai informasi umum dan data tentang klien yang layak diketahui oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya dengn catatan

: (a) tidak melanggar asas kerahasiaan klien, (b) semata-mata untuk pendalaman masalah dan penuntasan penanganannya. Materi yang dibicarakan meliputi kondisi-kondisi : (a) orang tua atau wali siswa, (b) anggota keluarga lainnya, (c) orang-orang yang tinggal dalam lingkungan keluarga yang dimaksud, (d) kondisi fisik rumah, isinya dan lingkungannya, (e) kondisi ekonomi dan hubungan sosio-emosional yang terjadi dalam keluarga. Ketiga, peran klien. Keikutsertaan siswa dalam kegiatan kunjungan rumah, diwujudkan melalui persetujuan terhadap penyelenggaraan kunjungan rumah. Pembimbing perlu mempertimbangkan secara matang apakah siswa akan dilibatkan atau tidak dalam pembicaraan antara pembimbing dengan anggota keluarga yang akan dikunjungi. Keterbukaan, objektivitas, kenyamanan, suasana, kelancaran kegiatan, serta dampak positif bagi siswa dan keluarganya, menjadi pertimbangan dan kriteria keterlibatan siswa. Keempat, kegiatan. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh pembimbing dalam melakukan kunjungan rumah adalah melakukan pembicaraan (wawancara) dengan anggota keluarga kunci dan anggota keluarga lainnya sesuai dengan permasalahan siswa. Selain itu juga melakukan pengamatan terhadap berbagai objek dlam keluarga yang dikunjungi dan lingkungan sekitarnya tentunya atas izin pemilik rumah. Kelima, undangan terhadap keluarga. Apabila tidak memungkinkan untuk dilakukan, kunjungan rumah dapat diganti dengan undangan terhadap keluarga. Orang tua dan atau anggota keluarg lainnya dapat diundang misalnya ke sekolah atau madrasah atau tempat lainya sesuai dengan permasalah siswa. Undangan terhadap keluarga bukan pemanggil. Undangan terhadap keluarga tigak boleh dilakukan oleh pembimbing dengan tujuan untuk menyampaikan kepada anggota yang diundang keputusan tertentu yang isinya merugikan siswa. Keenam, waktu dan tempat. Kapan maupun berapa lama kunjungan rumah dilakukan tergantung kepada perkembangan proses pelayanan terhasap siswa. Kunjungan rumah dapat dilakukan pada awal atau bahkan

sebelum pelayanan sedang berlangsung atau sebagai tinga lanjut dari pelayanan tertentu. Lamanya pembimbing berkunjung rumah keluarga siswa juga tergantung materi yang dibicarakan dan kegiatan yang dilakukan di dalam keluarga yang bersangkutan. Ketujuh, evaluasi. Untuk mengetahui hasil-hasil dari kunjungan rumah, harus dilakukan evaluasi. Evaluasi terhadap pelaksanaan kunjungan rumah dalam konteks pelayanan bimbingan dn konseling, dapat mencakup proses dan hasil-hasilnya. Evaluasi terhadap unsur-unsur proses dilakukan secara berkelanjutan selama proses kunjungan rumah berlangsung. 4. Pelaksanaan Kegiatan Sebagaimana kegiatan-kegiatan bimbingan yang lainnya yang telah disebutkan di atas, pelaksanaan kegiatan kunjungan rumah juga menempuh tahap-tahap kegiatan seperti: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut dan laporan. Pertama, perencanaan. Pada tahap perencanaan, hal-hal yang dilakukan adalah: (a) menetapkan kasus dan siswa yang memerlukan kunjungan rumah, (b) meyakinkan siswa tentang pentingnya kunjungan rumah, (c) menyiapkan data atau informasi pokok yang perlu dikomunikasikan dengan keluarga, (d) menetapkan materi kunjungan rumah atau data yang perlu diungkap dan peranan masing-masing anggota keluarga yang akan ditemui, (e) menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua, pelaksanaan. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah: (a) mengomunikasikan rencana kegiatan kunjungan rumah kepada berbagai pihak yang terkait, (b) melakukan kunjungan rumah dengan melaklukan kegiatan-kegiatan: (1) bertemu orang tua atau wali siswa atau anggota keluarga lainnya, (2) membahas permasalahan siswa, (3) melengkapi data, (4) mengembangkan komitmen orang tua siswa atau anggota kegiatan. atau wali keluarga lainnya, (5) rnenyelengarakan konseling

keluarga apabila memungkinkan, (6) merekam dan menyimpulkan hasil

Ketiga, evaluasi. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah: (a) mengevaluasi proses pelaksanaan kunjungan rumah, (b) mengevaluasi kelengkapan dan keakuratan hasil kunjungan rumah serta komitmen orang tua atau wali atau anggota keluarga lainnya, (c) mengevaluasi penggunaan data hasil kunjungan rumah untuk mengentaskan masalah siswa. Keempat analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan analisis terhadap efektivitas penggunaan hasil kunjungan rumah terhadap pemecahan kasus siswa. Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah; (a) mempertimbangkan apakah perlu dilakukan kunjungan rumah ulang atau lanjutan, dan (b) mempertimbangkan tindak lanjut layanan dengan menggunakan data hasil kunjungan rumah yang lebih lengkap dan akurat. Keenam, laporan. Pada tahap ini, pembimbing melakukan kegiatan: (a) menyusun laporan kegiatan junjungan rumah, (b) menyampaikan laporan kunjungan rumah kepada berbagai pihak yang terkait, dan (c) mendokumentasikan laporan kunjungan rumah. 5. Contoh Kunjungan Rumah Ketika ada siswa yang menjadi korban perkelahian adalah bermaksud untuk menjenguk korban atau menyampaikan hasil-hasil mediasi bahwa konflik antar ke -2 siswa kelas 5 telah dapat teratasi, dan pihak keluarga tidak perlu merasa risau tentang apa yang akan terjadi dan diminta mendukung upaya yang telah dicapai. Ketika ada siswa yang menjadi korban perkelahian adalah bermaksud untuk menjenguk korban atau menyampaikan hasil-hasil mediasi bahwa konflik antar ke-2 siswa kelas 5 telah dapat teratasi, dan pihak keluarga tidak perlu merasa risau tentang ap yang akan terjadi dan diminta mendukung upaya yang telah dicapai. E. Alih Tangan Kasus Secara umum alih tangan kasus atau layanan rujukan bertujuan untuk memperoleh pelayanan yang optimal dan pemecahan masalah klien secara lebih tuntas. Sedangkan secara lebih khusus, alih tangan khusus, tujuan alih

tangan kasus terkait dengan fungsi-fungsi bimbingan dn konseling. Apabila merujuk kepada fungsi pengentasan, alih tangan kasus bertujuan untu memperoleh pelayanan yang lebih spesifik dan menuntaskan masalah siswa. Apabila merujuk kepada fungsi pencegahan, tujuan alih tangan kasus adalah tercegahnya siswa dari masalah-masalah lain yang lebih parah. 1. Komponen Ada tiga komponen pokok dalam alih tangan kasus, yaitu klien dengan masalahnya, pembimbing, dan alih lain. 2. Teknik Beberapa hal yang terkait dengan teknik alih tangan kasus adalah : pertimbangan, kontak, waktu, dan tempat dan evaluasi. 3. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan alih tangan kasus menempuh beberapa langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, dan tindak lanjut serta penyusunan laporan. Pertama, perencanaan. Yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a) menetapkan kasus atau siswa yang memerlukan alih tangan kasus, (b) meyakinkan siswa tentang penting alih tangan kasus, (c) menghubungi ahli lain yang terkait dengan kasus yang sedang dipecahkan. (d) menyiapkan materi yang akan disertakan dalam alih tangan kasus, (e) menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua, pelaksanaan. Yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a) mengomunikasikan rencana alih tangan kasus kepada pihak terkait dan, (b) mengalihtangankan klien kepada ahli lain yang terkait dengan kasus yang sedang dipecahkan. Ketiga, evaluasi. Yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a) membahas hasil alih tangan kasus melalui klien yang bersangkutan, laporan ahli yang terkait dengan kasus yang dialihtangankan, dan analisis alih tangan kasus. (b) mengkaji hasil alih tangan kasus terhadap pengentasan masalah siswa.

Keempat analisis hasil evaluasi. Yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan analisis terhadap efektivitas/ alih tangan kasus berkenaan dengan pengentasan masalah klien secara menyeluruh. Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini, yang dilakukan adalah menyelenggarakan layanan lanjutan (apabila diperlukan) oleh pemberi layanan terdahulu dan atau alih tangan kasus lanjutan. Ketujuh, menyusun laporan. Yang dilakukan adalah: (a) menyusun laporan kegiatan alih tangan kasus, (b) menyampaikan laporan terhadap pihak-pihak terkait, dan (c) mendokumentasikan laporan. 4. Contoh Alih Tangan Kasus Seorang siswa melakukan tindakan kriminal, seperti mencuri. Hal tersebut sudah di luar kuasa guru pembimbing. Oleh sebab itu kasus tersebut harus di alihkan kepada yang lebih berwenang

BAB III PENUTUP

Kesimpulan 1. Aplikasi Instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes 2. Himpunan Data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia. 3. Konferensi Kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup. 4. Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua dan atau keluarganya. 5. Alih Tangan Kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.

You might also like