You are on page 1of 16

USHUL FIQIH


PENDAHULUAN
Ushul fiqih adalah mengetahui dalil ijmal fiqih, cara penggunaan dalildalil itu, dan syarat-syarat mujtahidnya.
1

Ulama Hanafiyah, Malikiyah, dan

Hanabilah mendefinisikan ushul fiqh sebagai kaidah untuk mengetahui penggalian hukum dari dalil-dalil tafsili. Dalam belajar ushul fiqih kita tidak boleh melupakan sejarah pertumbuhan dan perkembangan ushul fiqih serta timbulnya aliran dalam ushul fiqih, karena dari sini kita bisa memahami bagaimana posisi ushul fiqih sebenarnya. Risalah ini adalah tugas kelompok mata kuliah Fiqih yang di pelajari pada Program Studi Pendidikan Agama Islam 2011 di Universitas Yudharta Pasuruan, yang mana dalam penulisan risalah ini kami mengulas tentang sejarah pertumbuhan dan perkembangan ushul fiqih mulai zaman Nabi hingga sampai ushul fiqih menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri, dengan maksud agar kita peserta didik (mahasiswa) mengetahui sejarahnya dan dapat mengambil manfaat dari risalah ini. Akhir kata, kami tim penyusun menyadari walaupun telah berusaha sedapat mungkin, risalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu saran dan kritik sangat kami harapkan, semoga risalah ini menjadi sababiyah kita semua digolongkan orang-orang yang selalu diberikan hidayah oleh Alloh SWT. Amin.

Pasuruan, 19 Nopember 2011 Tim Penyusun


1

Lub al- Ushul, hal 4, Ushul Fiqh al- Islami 1:23)

USHUL FIQIH

BAB 1 SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU USHUL FIQIH

A.

SEJARAH USHUL FIQIH PADA MASA RASULULLOH

Periode Rasululloh adalah periode insya dan takwin artinya periode pertumbuhan dan pembentukan yang berlangsung selama 22 tahun dan beberapa bulan,2 yakni pada zaman Rasululloh dan sahabat-sahabatnya ilmu ushul fiqih masih belum terhimpun. Para sahabat masih dapat langsung menanyakan soal-soal hukum kepada Rasululloh. Dalam hal ini ushul fiqih tidak timbul dengan dengan sendirinya tetapi benih-benihnya sudah ada sejak zaman Rasululloh, masalah utama yang menjadi bagian dari ilmu ushul fiqih seperti ijtihad, qiyas, nasakh dan takhsis sudah ada pada zaman Rasululloh secara praktik, jadi di masa Rasululloh umat islam tidak memerlukan kaidah-kaidah tertentu dalam memahami hukum-hukum syari, semua permasalahan dapat langsung merujuk kepada Rasululloh lewat penjelasan beliau. Dengan demikian sejarah pertumbuhan ushul fiqih di masa Rasululloh langsung berdasarkan wahyu yang Allah turunkan kepada Rasululloh, melalui malaikat Jibril dengan cara berangsur-angsur yang dimulai dari mekah dan di akhiri di Madinah, pada saat itu kalau belum turun ayat Al Quran mengenai suatu masalah, maka Rasululloh mengadakan ijtihad yang mendalam, sehingga akhirnya ijtihad beliau sesuai dengan ayat Al Quran yang diturunkan kemudian, maka

Fiqih & Ushul Fiqih DR. H. Nazar Bakry

USHUL FIQIH

berarti ijtihad Rasululloh dan sunnahnya tidak ada yang berlawanan dengan wahyu Allah. B. SEJARAH USHUL FIQIH PADA MASA SAHABAT DAN

TABIIN Pada Zaman sahabat dan tabiin, pengetahuan mereka sempurna tentang hukum-hukum yang terdapat di dalam Al Quran yang mana bahwa Al Quran diturunkan dengan bahasa Arab. Kitab suci ini menjadi reverensi pertama dalam penggalian hukum islam, setelah Al Quran, baru Al Hadist menjadi sumber kedua. Hadist inipun menggunakan bahasa arab karena bertindak sebagai pentabyin Al Quran, dengan demikian para sahabat dan tabiin yang menjadi mufti periode pertama, tahu betul terhadap tata bahasa, arti dan kandungan Al Quran dan Al Hadist pada saat itu, selain kemampuan ini para sahabat juga mempunyai keistimewaan berkumpul dengan Rasulullah, yang menjadikan para sahabat itu mengetahui rahasia tasyri, oleh sebab itu dalam istinbat al-ahkam para sahabat ini tidak membutuhkan perangkat lain selain keistimewaan dan nilai lebih yang mereka miliki tersebut. Maka dalam hal ini pada masa para sahabat tidak mempergunakan pengetahuan ushul fiqih dalam teori, tetapi dalam praktik sesungguhnya ilmu ushul fiqih ini telah diterapkan dan menjadi acuan bagi umat sesudahnya.3 Semenjak masa sahabat, sebenarnya telah timbul persoalan-persoalan baru yang menuntut ketetapan hukumnya, untuk itu para sahabat berijtihad mencari ketetapan hukumnya setelah wafatnya Rasululloh, sehingga dengan demikian semenjak masa sahabat ijtihad sudah merupakan sumber hukum. Sebagai contoh yaitu : Umar bin Khattab RA tidak menjatuhkan hukuman potong tangan kepada
3

Lihat Ushulul Fiqih karangan Moh. Rifai

USHUL FIQIH

seseorang yang mencuri karena kelaparan, dari contoh ijtihad yang dilakukan oleh Umar bin Khattab tersebut tampak adanya cara-cara yang digunakannya menggunakan ilmu ushul fiqih, sekalipun tidak dikemukakan dan tidak disusun kaidah-kaidah atau aturan-aturannya sebagaimana yang kita kenal dalam istilahistilah Ilmu ushul fiqih saat ini, karena pada masa Rasulullah demikian pula pada masa sahabatnya, tidak dibutuhkan adanya kaidah-kaidah dalam berijtihad dengan kata lain pada masa Rasulullah SAW dan pada masa sahabat telah terjadi praktek berijtihad. C. SEJARAH LAHIRNYA ILMU USHUL FIQIH DAN

PENCETUSNYA Setelah Islam meluas dan bangsa Arab sudah bergaul dengan bangsa lain dan juga karena zaman berubah, perilaku masyarakat juga mengikuti perubahan itu, sehingga ada sebagian kelompok yang berani melakukan penggalian hukum dari nash-nash Al Quran dan Al Hadist tanpa memiliki perangkat ijtihad yang memadai. Melihat gejala ini, Imam Syafii memolopori pengkodifikasian undangundang istinbat al ahkam dengan berpegang pada ketetapan pakar bahasa dan pemahaman pada ruh syariah serta maqosidnya.4 Dengan demikian, As Syafii merupakan orang pertama yang menjelaskan konsep-konsep penggalian hukum. Risalah Imam Syafii ini tidak menjelaskan konsep ushul fiqih secara mendetail. Hal ini disebabkan karena faktor kebutuhan yang pada saat itu terbatas pada bahasan tersebut, ide besar ini tertuang dalam kitabnya yang berjudul Arrisalah. Disana dijelaskan dasar-dasar pemikiran yang berkaitan dengan Ushul Fiqih, antara lain tentang Al-Awamir, An-Nawaahi, Al-

Disarikan dari kajian kuliah syariah ponpes Sidogiri 1421 H.

USHUL FIQIH

Bayaan, An-Naskh, Al-Illat dan Juga Al-Qiyaas.5 Baru kemudian Ulama setelahnya menulis beberapa bab, pasal, dan furu yang lebih rinci.

BAB II
5

Lathooif al-Isyaarat, 4

USHUL FIQIH

TAHAPAN PERKEMBANGAN USHUL FIQIH DAN MUNCULNYA ALIRAN-ALIRAN DALAM USHUL FIQIH BESERTA KITABKITABNYA

A. TAHAPAN PEMBUKUAN USHUL FIQIH Salah satu yang mendorong diperlukannya pembukuan ushul fiqih adalah perkembangan wilayah Islam yang semakin luas, sehingga tidak jarang menyebabkan timbulnya berbagai persoalan yang belum diketahui kedudukan hukumnya. Untuk itu, para ulama pada saat itu sangat membutuhkan kaidahkaidah hukum yang sudah dibukukan untuk dijadikan rujukan dalam menggali dan menetapkan hukum. Sebenarnya, jauh sebelum dibukukannya ushul fiqih, ulama-ulama terdahulu telah membuat teori-teori ushul yang dipegang oleh para pengikutnya masing-masing. tak heran jika pengikut para ulama tersebut mengklaim bahwa gurunyalah yang pertama menyusun kaidah-kaidah ushul fiqih. Golongan Hanafiyah misalnya mengklaim bahwa yang pertama menyusun ilmu ushul fiqih ialah Abu Hanifah, Abu Yusuf dan Ibnu Ali-Al Hasan. Alasan mereka bahwa Abu Hanifah merupakan orang yang pertama menjelaskan metode istinbath dalam kitabnyanya Ar-Rayu. Kemudian, Abu Yusuf adalah orang yang pertama menyusun ushul fiqih dalam madzhab Hanafi, demikian pula Muhammad Ibnu Al-Hasan telah menyusun ushul fiqih sebelum As-Syafii, bahkan As-Syafii berguru kepadanya. Golongan As-Syafiiyah juga mengklaim bahwa Imam As-Syafii lah orang yang pertama yang menyusun kitab ushul fiqih. Hal ini di ungkapkan oleh Al-

USHUL FIQIH

Allamah Jamal Ad-Din Abdur Ar-Rohman Ibnu Hasan Al-Asnawi. Menurutnya, tidak diperselisihkan lagi Imam Syafii adalah tokoh besar yang pertama-tama menyusun kitab dalam ilmu ini, yaitu kitab yang tidak asing lagi dan yang sampai kepada kita sekarang, yakni kitab Al-Risalah. Kalau dikembalikan pada sejarah, yang pertama berbicara tentang ushul fiqih sebelum dibukukannya adalah para sahabat dan tabiin. Hal ini tidak diperselisihkan lagi. Namun yang diperselisihkan adalah orang yang mula-mula mengarang kitab ushul fiqih sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang bersifat umum dan mencakup segala aspeknya. Untuk itu kita perlu mengetahui terlebih dahulu teori-teori penulisan dalam ilmu ushul fiqih. Secara garis besar ada dua teori penulisan yang dikenal yakni. Pertama, merumuskan kaidah-kaidah fiqhiyah bagi setiap bab dalam bab fiqih dan menganalisisnya serta mengaplikasikan masalah furu atas kaidahkaidah tersebut. Teori inilah yang ditempuh oleh golongan Hanafi dan merekalah yang merintisnya. Kedua, merumuskan kaidah-kaidah yang dapat menolong seorang mujtahid dan meng-istinbat hukum dari sumber hukum syari, tanpa terikat oleh pendapat seorang faqih atau suatu pemahaman yang sejalan dengannya maupun yang bertentangan. Cara inilah yang ditempuh As syafii dalam kitabnya arrisalah, suatu kitab yang tersusun secara sempurna dalam bidang ilmu ushul. Kitab seperti ini belum ada sebelumya, menurut ijma ulama dan catatan sejarah.

B. TAHAPAN PERKEMBANGAN USHUL FIQIH DAN MUNCULNYA

USHUL FIQIH

ALIRAN-ALIRAN DALAM USHUL FIQIH BESERTA KITABKITABNYA. Secara garis besarnya tahapan ushul fiqih dapat di bagi dalam tiga tahapan yaitu: 1. TAHAP AWAL (ABAD 3 H) Pada abad 3 H di bawah pemerintahan Abassiyah wilayah Islam semakin meluas kebagian timur, khalifah-khalifah yang berkuasa dalam abad ini adalah Al Mamun (218 H), Al Mutashim (227 H), Al Wasiq (232 H), dan Al Mutawakil (247 H) pada masa mereka inilah terjadi suatu kebangkitan ilmiah dikalangan Islam yang dimulai dari kekhalifahan Arrasyid. salah satu hasil dari kebangkitan berfikir dan semangat keilmuan Islam ketika itu adalah berkembangnya bidang fiqih yang pada giliranya mendorong untuk disusunya metode berfikir fiqih yang disebut ushul fiqh. Seperti telah dikemukakan, kitab ushul fiqih yang pertama-tama tersusun seara utuh dan terpisah dari kitab-kitab fiqih ialah Ar-Risalah karangan AsSyafii, kitab ini dinilai oleh para ulama sebagai kitab yang bertnilai tinggi. ArRazi berkata kedudukan As-Syafii dalam ushul fiqih setingkat dengan kedudukan Aristo dalam ilmu Manthiq dan kedudukan Al-Khalil Ibnu Ahmad dalam ilmu Ar-rud. Ulama sebelum As-Syafii berbicara tentang masalah-masalah ushul fiqih dan menjadikanya pegangan, tetapi mereka belum memperoleh kaidah-kaidah umum yang menjadi rujukan dalam mengetahui dalil-dalil syariat dan cara memegangi dan cara mentarjihkanya, maka datanglah As-Syafii menyusun ilmu ushul fiqih yang merupakan kaidah-kaidah umum yang dijadikan rujukan-rujukan

USHUL FIQIH

untuk mengetahui tingkatan-tingkatan dalil syari, kalaupun ada orang yang menyusun kitab ilmu ushul fiqih sesudah As-Syafii, mereka tetap bergantung pada As-Syafii karena As-Syafiilah yang membuka jalan untuk pertama kalinya. Selain kitab Ar-Risalah pada abad 3H telah tersusun pula sejumlah kitab ushu fiqih lainya. Isa Ibnu Iban (221 H\835 M) menulis kitab Itsbat Al-Qiyas. Khabar Al-Wahid, ijtihad ar-rayu. Ibrahim Ibnu Syiar Al-Nazham (221 H\835 M) menulis kitab An-Nakl dan sebagainya. Namun perlu diketahui pada umumnya kitab ushul-fiqih yang ada pada abad 3 H ini tidak mencerminkan pemikiran-pemikiran ushul fiqih yang utuh dan mencakup segala aspeknya kecuali kitab Ar-Risalah itu sendiri. Kitab Ar-Risalah lah yang mencakup permasalahan-permasalahan ushuliyah yang menjadi pusat perhatian para fuqoha pada zaman itu. Disamping itu, pemikiran ushuliyah yang telah ada, kebanyakan termuat dalam kitab-kitab fiqih, dan inilah salah satu penyebab pengikut ulama-ulama tertentu mengklaim bahwa Imam Madzhabnya sebagai perintis pertama ilmu ushul fiqh tersebut. Golongan Malikiyah misalnya mengklaim imam madzhabnya sebagai perintis pertama ushul fiqh dikarenakan Imam Malik telah menyinggung sebagian kaidah-kaidah ushuliyyah dalam kitabnya Al Muwatha. Ketika ia ditanya tentang kemungkinan adanya dua hadits shoheh yang berlawanan yang datang dari Rasulluloh pada saat yang sama, Malik menolaknya dengan tegas, karena ia berperinsip bahwa kebenaran itu hanya terdapat dalam satu hadits saja 2. TAHAP PERKEMBANGAN (ABAD 4 H) Pada masa ini abad (4 H) merupakan abad permulaan kelemahan dinasti abassiyah dalam bidang politik. Dinasti abasiyah terpecah menjadi daulah-daulah

USHUL FIQIH

10

kecil yang masing-masing dipimpin oleh seorang sultan. Namun demikian tidak berpengaruh terhadap perkembangan semangat keilmuan dikalangan para ulama ketika itu, karena masing-masing penguasa daulah itu berusaha memajukan negerinya dengan memperbanyak kaum intelektual. Khusus dibidang pemikiran fiqih Islam pada masa ini mempunyai karakteristik tersendiri dalam kerangka sejarah tasyri Islam. Pemikiran liberal Islam berdasarkan ijtihad muthlaq berhenti pada abad ini. mereka mengangagap para ulama terdahulu mereka suci dari kesalahan sehingga seorang faqih tidak mau lagi mengeluarkan pemikiran yang khas, terkecuali dalam hal-hal kecil saja, akibatnya aliran-aliran fiqh semakin mantap eksistensinya, apa lagi disertai fanatisme dikalangan penganutnya. Hal ini ditandai dengan adanya kewajiban menganut madzhab tertentu dan larangan melakukan berpindahan madzhab sewaktu-waktu. Namun demikian, keterkaitan pada imam-imam terdahulu tidak dikatakan taqlid, karena masing-masing pengikut madzhab yang ada tetap mengadakan kegiatan ilmiah guna menyempurnakan apa yang dirintis oleh para pendahulunya dengan melakukan usaha antara lain: 1) Memperjelas ilat-ilat hukum yang di istinbathkan oleh para imam mereka, yang mereka disebut ulama takhrij. 2) Mentarjihkan pendapat-pendapat yang berbeda dalam madzhab baik dalam segi riwayah dan dirayah. 3) Setiap golongan mentarjihkanya dalam berbagai masalah khilafiyah. Mereka menyusun kitab al-khilaf. Akan tetapi tidak bisa di ingkari bahwa pintu ijtihad pada periode ini telah

USHUL FIQIH

11

tertutup, akibatnya dalam perkembangan fiqih Islam adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan para ulama terbatas dalam menyampaikan apa yang telah ada, mereka cenderung hanya mensyarahkan kitab-kitab terdahulu atau memahami dan meringkasnya. 2) Menghimpun masalah-masalah furu yang sekian banyaknya dalam uaraian yang singkat 3) Memperbanyak permasalahan. keadaan tersebut sangat, jauh berbeda di bidang ushul fiqih. Terhentinya ijtihad dalam fiqih dan adanya usaha-usaha untuk meneliti pendapat-pendapat para ulama terdahulu dan mentarjihkanya, justru memainkan peranan yang sangat besar dalam bidang ushul fiqh. Sebagai tanda berembangnya ilmu ushul fiqh dalam abad 4 H ini ditandai dengan munculnya kitab-kitab ushul fiqih yang merupakan hasil karaya ulamaulama fiqih diantara kitab yan terekenal adalah: 1) Kitab Ushul Al-Kharkhi, ditulis oleh Abu Al-Hasan Ubaidillah Ibnu AlHusain Ibnu Dilal Dalaham Al-Kharkhi,(340H.) 2) Kitab AlFushul Fi-Fushul Fi-Ushul, ditulis oleh Ahmad Ibnu Ali Abu Baker Ar-Razim yang juga terkenal dengan Al-Jasshah (305H.) 3) Kitab Bayan Kasf Al-Ahfazh, ditulis oleh abu Muhammad Badr Ad-Din Mahmud Ibnu Ziyad Al-Lamisy Al-Hanafi. Ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dalam perkembangan ushul fiqih pada abad 4 H yaitu munculnya kitab-kitab ushul fiqih yang membahas ushul fiqh secara utuh dan tidak sebagian-sebagian seperti yang terjadi pada masa-masa pengandaian-pengandaian dalam beberapa masalah

USHUL FIQIH

12

sebelumnya. Kalaupun ada yang membahas hanya kitab-kitab tertentu, hal itu semata-mata untuk menolak atau memperkuat pandangan tertentu dalam masalah itu. Selain itu materi berpikir dan penulisan dalam kitab-kitab yang ada sebelumnya dan menunjukan bentuk yang lebih sempurna, sebagaimana dalam kitab fushul-fi al-ushul karya Abu Bakar ar-Razi hal ini merupakan corak tersendiri dalam perkembangan ilmu ushul fiqh pada awal abad 4 H, juga tampak pula pada abad ini pengaruh pemikiranyang bercorak filsafat, khususnya metode berfikir menurut ilmu manthiq dalam ilmu ushul fiqih. 3. TAHAP PENYEMPURNAAN ( 5-6 H ) Kelemahan politik di Baghdad, yang ditandai dengan lahirnya beberapa daulah kecil, membawa arti bagi perkembanangan peradaban dunia Islam. Peradaban Islam tidak lagi berpusat di Baghdad, tetapi juga di kota-kota seperti Cairo, Bukhara, Ghaznah, dan Markusy. Hal itu disebabkan adanya perhatian besar dari para sultan, raja-raja penguasa daulah-daulah kecil itu terhadap perkembangan ilmu dan peradaban. Hingga berdampak pada kemajuan dibidang ilmu ushul fiqih yang menyebabkan sebagian ulama memberikan perhatian khusus untuk

mendalaminya, antara lain Al-Baqilani, Al-Qhandi, abd. Al-jabar, Abd. Wahab Al-Baghdadi, Abu Zayd Ad Dabusy, Abu Husain Al Bashri, Imam Al-Haramain, Abd. Malik Al-Juwani, Abu Humid Al Ghazali dan lain-lain. Mereka adalah pelopor keilmuan Islam di zaman itu. Para pengkaji ilmu keislaman di kemudian hari mengikuti metode dan jejak mereka, untuk mewujudkan aktivitas ilmu ushul fiqih yang tidak ada bandinganya dalam penulisan dan pengkajian keislaman ,

USHUL FIQIH

13

itulah sebabnya pada zaman itu, generasi Islam pada kemudian hari senantiasa menunjukan minatnya pada produk-produk ushul fiqih dan menjadikanya sebagai sumber pemikiran. Dalam sejarah pekembangan ilmu ushul fiqih pada abad 5 H dan 6 H ini merupakan periode penulisan ushul fiqih terbesar yang diantaranya terdapat kitabkitab yang mnjadi kitab standar dalam pengkajian ilmu ushul fiqih selanjutnya. Kitab-kitab ushul fiqih yang ditulis pada zaman ini, disamping mencerminkan adanya kitab ushul fiqih bagi masing-masing madzhabnya, juga menunjukan adanya aliran ushul fiqih, yakni aliran Hanafiah yang dikenal dengan aliran fuqoha dan aliran Mutakalimin.

BAB III

USHUL FIQIH

14

KESIMPULAN

Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa : 1) Apa yang dikemukakan diatas menunjukkan bahwa sejak zaman Rasulullah, sahabat, tabiin dan sesudahnya, pemikiran hukum Islam mengalami perkembangan. Namun demikian, corak atau metode pemikiran belum terbukukan dalam tulisan yang sistematis. Dengan kata lain, belum terbentuk sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri 2) Karena timbulnya berbagai persoalan yang belum diketahui hukumnya, untuk itu, para ulama Islam sangat membutuhkan kaidah-kaidah hukum yang sudah dibukukan untuk dijadikan rujukan dalam menggali dan menetapkan hukum maka disusunlah kitab ushul fiqih. 3) Bahwa kegiatan ulama dalam penulisan ushul fiqih merupakan salah satu upaya dalam menjaga keaslian hukum syara dan menjabarkanya dalam kehidupan sosial yang berubah-ubah itu, kegiatan tersebut dimulai pada abad ketiga hijriyah. Ushul fiqih terus berkembang menuju

kesempurnaanya hingga abad ke 5 H dan awal abad 6 H abad tersebut merupakan abad keemasan penulisan ilmu ushul fiqih karena banyak ulama yang memusatkan perhatianya pada bidang ushul fiqih dan juga muncul kitab-kitab fiqih yang menjadi standar dan rujukan untuk ushul fiqih selanjutnya.

MAROJI

USHUL FIQIH

15

1. As Sayuthi, Jalaluddin Abdurrahman. Asbah wa Annadhoir, Surabaya : Al Hidayah 2. Departemen Agama RI. Al Quran dan terjemahannya, Jakarta : Penerbit CV. Asyifa. 3. Hakim, Abdul Hamid. Assulam, Jakarta: Maktabah saadiyah putra. 4. Abu Bakar, As Syekh Abil Qosim. Al Fara idul Bahiyah, Kudus : Menara Kudus 5. Buletin Sidogiri. Istinbat. Percetakan Sidogiri : Pasuruan. 6. Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta : PT. Hidakarya Agung. 7. Basthulbirri, Maftuh. Al Quran Rosm Utsmaniy. Kediri : PP. Lirboyo. 8. Yahya, Harun. Pesona Al Quran. Jakarta: Gramedia. 9. Said, M. Ridlwan Qoyyum. Komentar Al Waroqot. Kediri : Mitra Gayatri Lirboyo 10. Bakry, Nazar. Ushulul Fiqih, Jakarta : Gramedia

USHUL FIQIH

16

You might also like