Professional Documents
Culture Documents
POMPA ANGGUK
(SUCKER ROD PUMP)
Pemasangan Pompa Angguk (Sucker Rod Pump) pada suatu sumur minyak merupakan salah satu metoda pengangkatan buatan (Artificial Lift) yang telah digunakan secara meluas pada lapangan minyak. Pada saat ini dikenal 3 (tiga) macam pompa sucker rod, yaitu : Conventional Unit, Air Balance dan Mark II. Gambar (1) memperlihatkan fluida dari dasar sumur ke permukaan didasarkan pada gerakan mekanik dari sejumlah peralatan pompa sucker rod, mulai dari bawah permukaan, sepanjang tubing, di kepala sumur, dan diatas permukaan
Prime mover merupakan pengerak utama, dimana prime mover akan memberikan gerakan putar yang diubah menjadi gerak naik turun pada polish rod dan sucker rod untuk diteruskan ke peralatan bawah permukaan. Prime mover dapat berupa mesin gas, diesel, motor bakar dan listrik. Prime mover ini disesuaikan dengan tersedianya sumber tenaga tersebut. Jadi pemilihan motor diusahakan mempunyai daya yang cukup untuk mengangkat fluida dan rangkaian rod dengan kecepatan yang diinginkan.
V-Belt merupakan sabuk untuk memindahkan gerak dari prime mover ke gear reducer.
Gear reducer berfungsi mengubah kecepatan putar dari prime mover menjadi langkah pemompaan yang sesuai. Gear reducer juga merupakan transmisi yang berfungsi untuk mengubah kecepatan putar dari prime mover, gerak putaran prime mover diteruskan ke gear reducer dengan menggunakan belt. Dimana belt ini dipasang engine pada prime mover dan unit sheave pada gear reducer.
Crank Shaft merupakan poros crank yang befungsi untuk mengikat crank pada gear reducer dan meneruskan gerak.
Crank merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan crank shaft pada gear reducer dengan counterbalance. Pada crank ini terdapat lubang-lubang tempat pitman bearing. Besar kecilnya langkah atau stroke pemompaan yang diinginkan dapat diatur disini, dengan cara mengubah-ubah pitman bearing.
Apabila kedudukan pitman bearing ke posisi lubang mendekati counterbalance, maka langkah pemompaan menjadi bertambah besar atau sebaliknya, apabila menjauhi jarak antara crank shaft sampai dengan pitman bearing sebagai polish stroke length, yang fungsinya meneruskan gerak berputar dari crank shaft pada gear reducer ke walking bean melalui pitman.
Counterbalance adalah sepasang pemberat yang fungsinya : a. Untuk mengubah gerak berputar dari prime mover menjadi gerak naik turun b. Menyimpan tenaga prime mover pada saat down-stroke atau pada saat counterbalance menuju ke atas, yaitu pada saat kebutuhan tenaga kecil atau minimum c. Membantu tenaga prime mover pada saat up-stroke (saat counterbalance bergerak ke bawah) sebesar tenaga potensialnya, karena kerja prime over yang terbesar adalah pada saat up-stroke (pompa bergerak ke atas) dimana sejumlah minyak ikut terangkat ke atas permukaan.
Pitman adalah penghubung antara walking beam pada equalizer hearing dengan crank. Lengan Pitman merubah gerakan berputar menjadi gerakan naik-turun.
Walking Bean merupakan tangkai horizontal dibawah horse head. Fungsinya merupakan gerak naik turun yang dihasilkan oleh pasangan pitman-crank-counterbalance, ke rangkaian pompa di dalam sumur melalui rangkain rod.
Counterweight berfungsi menjepit polished rod dan letaknya dibagian atas dari polished rod. Jepitan ini kemudian diletakan diatas carrier bar sehingga Polished rod dapat bergerak sesuai dengan gerakan Carrier bar.
Horse Head berfungsi menurunkan gerak dari walking bean ke unit pompa di dalam sumur melalui bridle, polish rod dan sucker string atau merupakan kepala dari walking bean yang menyerupai kepala kuda.
Briddle berfungsi sebagai tali penggantung carrier bar. Carrier bar merupakan penyangga dari polished rod clamp. Polish Rod Clamp merupakan komponen yang bertumpu pada carrier bar yang berfungsi untuk mengeraskan kaitan polish rod pada carrier bar dan tempat dimana Dinamometer (alat pencatat unit pompa ) diletakkan.
Stuffing box dipasang diatas kepala sumur (casing atau tubing head) untuk mencegah atau menahan minyak agar supaya tidak keluar bersama naik turunnya polish rod. Dengan demikian seluruh aliran minyak hasil pemompaan akan mengalir ke flowline melewati crosstee. Disamping itu juga berfungsi sebagai tempat kedudukan polish head rod, sehingga polish rod dapat bergerak naik turun dengan bebas.
Polish Rod merupakan bagian teratas dari rangkaian rod yang muncul di permukaan. Berfungsi untuk menghubungkan antara rangkaian rod di dalam sumur dengan peralatan di permukaan.
Pumping tee (Crosstee) berfungsi untuk mengalirkan fluida produksi ke flow line.
Sampson post merupakan tiang penyangga walking beam. Saddle Bearing adalah tempat kedudukan dari walking bean pada sampson post pada bagian atas.
Equalizer adalah bagian atas dari pitman yang dapat bergerak secara leluasa menurut kebutuhan operasi pemompaan minyak berlangsung.
Brake berfungsi untuk mengerem gerak pompa jika dibutuhkan, misalnya pada saat akan dilakukan reparasi sumur atau unit pompanya sendiri. Secara keseluruhan susunan peralatan pompa sucker rod diatas permukaan ditunjukan pada Gambar 2.
naik-turun
menampung minyak terisap oleh plunger pada saat bergerak ke atas ( up stroke ).
a.
Working barrel yang terdiri dari sejumlah liner yang diselubungi oleh jacket (biasanya diberi simbol L).
b.
Working barrel yang terdiri dari satu bagian utuh dan kuat (diberi simbol H atau W ).
Plunger, merupakan bagian dari pompa yang terdapat didalam barrel dan dapat bergerak naik turun yang berfungsi sebagai penghisap minyak dari formasi masuk ke barrel yang kemudian di angkat ke permukaan melalui tubing.
Tubing, seperti halnya pada peralatan sembur alam, tubing digunakan untuk mengalirkan minyak dari dasar sumur ke permukaan setelah minyak dianggakat oleh plunger pada saat up stroke.
Standing valve, merupakan bola yang ikut bergerak naik turun menurut gerakan plunger dan berfungsi mengalirkan minyak dari working barrel masuk ke plunger dan hal ini terjadi pada saat plunger bergerak ke atas dan selanjutnya standing valve membuka. Pada saat plunger bergerak ke bawah standing valve akan menutup untuk mencegah fluida keluar ke annulus.
Travelling valve, merupakan bola yang ikut bergerak naik turun menurut gerakan plunger dan berfungsi mengalirkan minyak dari working barrel masuk ke plunger dan hal ini terjadi pada saat plunger bergerak ke bawah serta menahan minyak keluar dari plunger pada saat plunger bergerak ke atas.
Gas anchor, merupakan komponen pompa yang dipasang di bagian bawah dari pompa yang berfungsi untuk memisahkan gas dari minyak agar gas tersebut tdk ikut masuk ke dalam pompa bersama-sama dg minyak, untuk menghidari masiknya pasir atau padatan kedalam pompa, dan mengurangi atau menghindari terjadinya tubing stretch.
Gas ini dialirkan masuk ke annulus dan dilepaskan ke permukaan melalui Ada dua macam type Gas Anchor, yaitu :
Poorman type.
Packer type a. Poorman type Larutan gas dalam minyak yang masuk ke dalam anchor akan melepaskan diri dari larutan (bouyancy effect). Minyak akan masuk ke dalam barrel melalui suction pipe , sedangkan gas yang telah terpisah akan dialikan melalui annulus. Apabila suction pipe terlalu panjang atau diameternya terlalu kecil, maka akan terjadi pressure loss yang cukup besar sehingga menyebabkan terjadinya penurunan PI sumur pompa. Sedangkan apabila suction pipe terlalu besar akan meyebabkan annulus antara dinding anchor dengan suction pipe menjadi lebih kecil, sehingga kecepatan aliran minyak besar dan akibatnya gas masih terbawa oleh butiran-butiran minyak. Diameter gas anchor yang terlalu besar akan menyebabkan penurunan PI sumur pompa. b. Packer type Minyak masuk melalui ruang antara dinding anchor dan suction pipe, kemudian minyak jatuh di dalam annulus antara casing dan gas anchor dan ditahan oleh packer, selanjutnya minyak masuk ke pompa melalui suction pipe. Disini minyak yang masuk kedalam annulus sudah terpisah dari pompa.
10
Tangkai pompa Tangkai pompa (sucker rod string) terdiri dari : Sucker rod Pony rod Polished rod a. Sucker rod Merupakan batang/rod penghubung antara plunger dg peralatan di permukaan. Fungsi utamanya adalah melanjutkan gerak lurus naik turun dari horse head ke plunger. Berdasarkan konstruksinya maka Sucker rod dibedakan menjadi dua, yaitu : Berujung box pin Berujung pin-pin Untuk menghubungkan antara dua sucker rod rod yang sering digunakan berkisar antara 20 30 ft. Dalam perencanaan sucker rod selalu diusahakan dipilih yang ringan, artinya memenuhi kriteria ekonomis, tapi dengan syarat tanpa mengabaikan persyaratan stress yang diijinkan (allowable stress) pada sucker rod tersebut. Sucker rod yang dipilih dari permukaan sampai unit pompa di dasar sumur tidak perlu sama diameternya tetapi dapat dilakukan / dibuat kombinasi dari beberapa tipe dan ukuran rod. Sucker rod string yang merupakan kombinasi dari beberapa tipe dan ukuran tersebut, disebut tappered rod string. digunakan sucker rod coupling. Umumnya panjang satu single dari sucker
11
b. Pony rod Pony rod merupakan rod yang mempunyai panjang yang lebih pendek dari panjang rod umumnya (+ 25 ft). fungsinya adalah untuk melengkapi panjang dari sucker rod apabila tidak mencapai kepanjangan yang dibutuhkan, ukurannya adalah 2,4,6,8,12 ft. c. Polished rod Polished rod merupakan tempat rod yang berada diluar sumur yang menghubungkan sucker rod string dengan carrier bar dan dapat naik turun dalam stuffing box. Diameter stuffing box lebih besar dari diameter sucker rod, yaitu 1 1/8, 1 , 1.5, 1 . Panjang polished rod adalah 8,11,16,22 ft. Selanjutnya apabila dilihat dari pemasangan sistem barrel maka peralatan di bawah permukaan sucker rod ini diklasifikasikan menjadi 2 tipe, yaitu : 1. Tubing pump Pada tipe ini working barrel dipasang langsung didalam tubing dan diturunkan bersama tubing, bila terjadi kerusakan pada working barrel atau standing valve maka untuk memperbaikinya keseluruhan dari tubing harus dicabut.tipe pompa ini sering digunakan pada sumur-sumur dangkal dan produktifitas kecil. 2. Rod pump Pada tipe ini working barrel, plinger, travelling valve, dan standing valve merupakan satu unit kesatuan yang dipasang langsung pada rod string. Kapasitas pompa yang diperoleh lebih kecil karena ukuran plunger lebih kecil.
12
Apabila terjadi kerusakan pada standing valve atau barrel, maka untuk memperbaikinya tidak perlu mencabut seluruh tubing. Tipe pompa ini sering digunakan pada sumur-sumur dalam dan dibedakan menjadi 3 , yaitu :
a. Tipe stationary barrel-top anchor, misalnya RWA. b. Tipe stationary barrel-bottom anchor, misalnya RWB. c. Travelling barrel-bottom anchor, misalnya RWT.
Perbedaan tipe pompa tubing pump dan rod pump ditujukan Gambar 3. Sedangkan klasifikasi peralatan pompa bawah permukaan berdasar sistem barrelnya menurut standart API diperlihatkan pada Tabel 1 dan Gambar 4. Tabel 1 Klasifikasi Pompa Standart API
(Brown Kermit, The Technology of Artificial Lift Method, 1984)
TIPE POMPA
Tubing dengan regular shoe Tubing dengan regular shoe dan nipple Rod, stationary barrel top hold down Rod, stationary barrel-bottom hold down Rod, travelling barrel
KLASIFIKASI
FULL BARREL LINER BARREL TW TWE RWA RWB RWT TL TLE RLA RLB RLT
13
Gambar 3 : Peralatan Bawah Permukaan Jenis Tubing Pump dan Rod Pump
(Brown Kermit, The Technology of Artificial Lift Method, 1984)
14
15
Huruf-huruf yang terdapat pada Tabel 1 dan Gambar 4 menunjukan penambahan tipe pompa nya.
E menyatakan extention shoe dan nippel A menyatakan stationary barrel dg bagian atas yang disambung B menyatakan stationary barrel dg bagian atas dan bawah disambung pada tubing. T menyatakan travelling barrel.
Umumnya suatu unit sucker rod pump dituliskan dengan menggunakan simbol-simbol tertentu, contohnya :
C-160D-173-64
kode-kode ini menunjukan spesifikasi pompa dipermukaan. Arti dari kode tersebut diatas adalah : C = conventional (A = air balance, B = beam counter balance, M = mark II) 160 = peak torque rating ribuan in-lb (torsi puncak yang diijinkan) D = double reduction gear reducer
16
173 = polished rod load rating, ratusan lb (beban puncak dalam polished rod)
64 = panjang langklah stroke maximum, in (biasanya juga bisa diset pada 54 in dan 48 in tergatung pada pabrik). Umumnya panjang langkah dapat diatur sampai 4 pada pompa tertentu. Angka diatas adalah yang terpanjang Simbol API sebagaimana yang tercantum pada Gambar 4 serta Gambar 5 merupakan spesifikasi peralatan bawah permukaan. Sebagai contoh :
20-150-RWBC-20-4-2
artinya pompa untuk tubing 2 3/8 dengan diameter plunger 1 . Pompa tipe rod (insert), dg barrel berbanding tipis, bottom hold down (dipegang dibawah) dan menggunakan tipe mangkok (cup ) untuk kedudukannya. Panjang pompa adalah 20 dg plunger 4 ft dan extention 2 ft.
17
18
menggunakan Gambar 6 . Prime mover menghasilkan gerak rotasi, gerakan ini dirubah menjadi gerakan naik-turun oleh pumping unit, terutama oleh sistem pitman assembly crank. Kemudian gerak anguk naik-turun ini oleh horse head dijadikan gerakan angguk naik-turun yang selanjutnya menggerakan plunger yang berada di dalam sumur. Instalasi pumping unit dipermukaan dihubungkan dengan pompa yang ada di dalam sumur oleh sucker rod , sehingga gerak lurus naikturun dari horse head dipindahkan ke plunger pompa dan plunger ini bergerak naik turun dalam barrel pompa. Pada saat upstroke, plunger bergerak keatas, dibawah plunger terjadi penurunan tekanan. Karena tekanan dasar sumur lebih besar dari tekanan di dalam pompa, maka kondisi ini mengakibatkan standing valve terbuka dan minyak masuk ke dalam pompa. Minyak diatas travelling valve akan terangkat keatas pada waktu up stroke. Pada saat down stroke, standing valve tertutup karena tekanan minyak dalam barrel pompa lebih besar dari tekanan dasar sumur, sedangkan pada bagian atasnya, yaitu travelling valve terbuka oleh minyak akibat turunnya plunger, selanjutnya minyak akan masuk ke dalam tubing. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga minyak sampai ke permukaan dan terus ke separator melalui flow line.
19
20
Komponen-komponen peralatan pompa sucker rod merupakan suatu gabungan yang komplek, dg kata lain akan saling tergantung.
Faktor percepatan atau faktor dimana bobot mati dari rod harus dikalikan dengan faktor kecepatan ini untuk mendapatkan beban percepatan yang maksimal, dinyatakan sebagai :
= a g
(1)
Dimana : a = percepatan maksimum yang terdapat pada sucker rod string g = percepatan gravitasi Suatu study terhadap gerakan yang ditransmisikan dari prime mover ke sucker rod menunjukan bahwa gerakan sucker rod hampir merupakan gerak beraturan yang sederhana.gerak beraturan ini dapat dinyatakan sebagai proyeksi suatu partikel yang bergerak melingkar pada garis tengah lingkaran tersebut.
21
Apabila hal tersebut diatas di hubungkan dengan sistem sucker rod, maka :
1. Diameter lingkaran menyatakan panjang langkah polished rod
2. Waktu untuk satu kali putaran dari partikel yang melngkar sama dengan waktu untuk satu kali siklus pemompaan. Percepatan maksimum dari pada sistem sucker rod terjadi pada awal upstroke dan awal down stroke, yaitu pada saat titik proyeksi mempunyai jarak yang jauh dari pusat gerak melingkar. Pada saat tersebut percepatan dari pada proyeksi sama dengan percepatan gerak melingkar, yaitu :
22
a=
2 Vp
re
(2)
Dimana : Vp = kecepatan partikel re = jari-jari lingkaran Apabila waktu untuk satu kali putaran, maka :
VP = 2 re
(3)
(4)
Dimana N = 1/ , jika Persamaan (2), (4) disubtitusikan pada Persamaan (1) di dapat :
VP 2 4 2 re N 2 = re g g
(5)
Untuk sumur pompa : N = kecepatan pompaan re = dapat dihubungkan dengan polished rod, stroke length yaitu :
re = S 2
(6)
23
(7)
Panjang langkah polished rod biasanya dinyatakan dalam inchi, dan kecepatan pemompaan dalam stroke per menit (SPM), maka :
2 2 S N 2 32,2
in/min ft/sec
2
1 ft
1 min
12 in 3600 sec 2
S N2 70500
(8)
24
relatif plunger terhadap working barrel yang disebut effective plunger stroke.
5/8 3/4 3/4 7/8 7/8 1 5/8 3/4 7/8 3/4 7/8 1
R1 R2 R1 R2 R1 R2 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R2 R2
= 0.759 0.0896 Ap = 0.241 + 0.0896 Ap = 0.786 0.0566 Ap = 0.214 + 0.0566 Ap = 0.814 0.0375 Ap = 0.186 + 0.0375 Ap = 0.627 0.1393 Ap = 0.199 + 0.0737 Ap = 0.175 + 0.0655 Ap = 0.644 0.0894 Ap = 0.181 + 0.0478 Ap = 0.155 + 0.0146 Ap = 0.582 0.1110 Ap = 0.159 + 0.0421 Ap = 0.137 + 0.0364 Ap = 0.123 + 0.0325 Ap
Pada dasarnya langkah ini berbeda dengan polished rod stroke. Perbedaan ini disebabkan oleh :
1. Adanya rod stretch dan tubing stretch 2. Adanya plunger over travel yang disebabkan adanya percepatan
Dengan demikian perlu diperkirakan adanya rod stretch dan tubing stretch serta over travel. Yang mana hal ini telah dikembangkan oleh Marsh dan Coberly.
25
Pada saat downstroke, standing valve tertutup dan traveling valve terbuka, beban fluida bekerja pada tubing yang menyebabkan elongasi pada tubing tersebut.
Pada awal Up-stroke, travelling valve tertutup, menimbulkan perpanjangan pada rod dan pembukaan pada standing valve menyebabkan tubing mengalami stretch.kembalinya tubing ke panjang semula menyebabkan working barrel bergerak lebih keatas. Perpanjangan rod menyebabkan plunger bergerak kebawah. Dengan demikian effective plunger stroke berkurang sebesar jumlah perpanjangan rod dan tubing yang disebabkan oleh beban fluida. Untuk suatu deformasi elastik, terdapat perbandingan antara stress yang bekerja pada suatu benda dengan strain yang dihasilkan oleh stress tersebut yang besarnya konstan, yaitu :
Stress Strain
E=
(9)
Dimana: E = modulus elastisita, tergantung pada beban yang dipergunakan Sedangkan stress merupakan gaya persatuan luas, maka :
Stress = F A
(10)
Gaya (F) dinyatakan dalam Lb, penampang (A) dinyatakan dalam in2. Perpanjangan (e) dan panjang mula-mula (L) dinyatakan dalam satuan
26
sama. Umumnya besarnya perpanjangan dalam in. sedangkan panjang dalam ft, dengan demikian Persamaan (11) merubah menjadi :
Strain =
e 12 L
(13)
e=
12 FL EA
(14)
Gaya yang disebabkan oleh beban fluida yang disebabkan adanya perbedaan tekanan sepanjang plunger, dan bekerja pada luas permukaan AP, adalah : F = P x AP (15)
Apabila dianggap bahwa pompa dipasang pada working fluid level, perbedaan tekanan ( delta P ) pada plunger adalah tekanan kolom fluida dengan specific gravity G, sepanjang L (kedalaman pompa). P = 0,433 G L (16)
Untuk suatu hal yang umum, dimana working fluid level terletak pada kedalaman D, tekanan C (dibawah plunger) yang disebabkan oleh kolom fluida didalam casing setinggi (L-D) harus diperhitungkan. Dengan demikian : P = 0,433 G L - 0,433 G (L - D)
27
P = 0,433 G D
(17)
12 x 0,433 G D A P L EA
520 G D A L EA
(18)
Persamaan
(18)
diatas
merupakan
Persamaan
umum.
Persamaan tersebut dapat untuk menghitung perpanjangan dari suatu benda yang mengalami pembebanan. Berdasarkan persamaan (18), maka :
1. Perpanjangan tubing (et) adalah :
e1 = 5,20 G D AP L / E At
2. Perpanjangan rod string (er) adalah :
(19)
er = 5,20 G D AP L / E Ar
(20)
Dimana : et = perpanjangan tubing, in er = perpanjangan rod, in G = specific gravity fluida D = working fluid level, ft L = kedalaman letak pompa, ft Ap = Luas penampang plunger, sq-in
28
At = Luas penampang tubing , sq-in Ar = Luas penampang rod, sq-in E = modulus elastisitas = 30 x 10 6 Bila dipasang anchor pada tubing, maka bentuk L/A t , dapat diabaikan. Besarnya Ar, At, Ap, dari masing-masing ukuran rod, tubing atau plunger dapat dilihat pada Tabel (3), (4) dan (5) berikut :
29
Area Aq-in 0.785 0.886 1.227 1.767 2.405 2.448 3.142 3.976 4.909 5.940 11.045 17.721
Pump Content Bbl/day/in/spm 0.116 0.131 0.182 0.262 0.357 0.369 0.466 0.590 0.728 0.881 1.639 2.630
Untuk
masing-masing bagian, yaitu : e1 = 5,20 G D AP L1 / E A1 e2 = 5,20 G D AP L / E A2 dst Dimana : e1 = perpanjangan rod bagian pertama dengan panjang L1 e2 = perpanjangan rod bagian kedua dengan panjang L2 Dari gabungan Persamaan diatas, perpanjangan rod total adalah:
er = 5,20 G D A P E L1 L 2 A + A + ... 1 2
(21)
30
Rod mengalami perpanjangan akibat berat rod itu sendiri dan beban percepatan. Untuk tappered rod, beban rod bervariasi secara uniform dari harga nol (yaitu dari bagian bawah rod) sampai sebesar Wr (yaitu puncak dari rod). Rata-rata berat dari rod yang menyebabkan perpanjangan adalah Wr/2, apabila dipusatkan pada L/2. Perpanjangan rod yang emngakibatkan berat rod dan beban percepatan, tidak sama besarnya pada waktu upstroke ataupun downstroke. Pada akhir downstroke, perpanjangan rod , adalah :
12 ( Wr + Wr ) L/2 E Ar
ed =
(22)
(23)
Dari Persamaan (22) dan (23) dapat ditentukan perpanjangan yang disebabkan oleh beban percepatan , yaitu :
eP = ed - eu = 12 Wr L E Ar
(24)
(25)
Dimana : = faktor percepatan r = density rod, lb/cuft ~ 490 lb/cuft untuk baja.
31
Maka :
eP = 12 L 490 L A t 40,8 L2 = E Ar 144 E
(26)
Dimana : E = modulus Young besi = 30 x 10 6 psi Persamaan (26) digunakan untuk untappered rod string, sedangkan untuk tappered rod string dilakukan pendekatan dengan persamaan berikut : eP = (32,8 L2 ) / E Dimana : eP = plunger overtravel, in L = panjang rod, ft = faktor percepatan = S N2 /70500 S = panjang langkah, in N = langkah/menit, SPM Persamaan (27) akan memberikan perbedaan sekitar 25%, tetapi hal ini tidak berpengaruh banyak dalam effective plunger stroke. Dengan demikian effective plunger stroke adalah panjang (27)
langkah (Polished rod stroke) dikurangi dengan perpanjangan rod ditambah dengan (rod & tubing stretch) sebagai akibat beban fluida ditambah dengan plunger overtravel, maka : SP = S + eP (et + er) (28)
32
Penggabungan Persamaan (19), (21), (26), dan (28) didapatkan Persamaan sebagai berikut :
SP = S + 40,8 L2 5,20 G D A P E E L1 L 2 A + A + ... 1 2
(29)
SP = S +
(30)
Dimana : L1, L2, L3, adalah panjang-panjang rod (bila diametrnya berbeda-beda untuk sistem tersebut, ft A1, A2, A3, adalah luas penampang masing-masing bagian rod yang berbeda-beda untuk, inch2 Catatan : dalam hal tubing dipasang anchor, maka At dapat diabaikan dan Persamaan (29) tidak mengandung At.
33
tidak terjadinya saling bergantian (non-syncronous), maka resultanya merupakan getaran yang saling melemahkan. Maka dapatlah dimengerti bahwa kecepatan pemompaan setiap menit harus tidak boleh menimbulkan getaran yang maksimum, karena hal tersebut dapat membahayakan rod string (menyebabkan putus). Sehingga dibuat supaya getaran yang terjadi adalah getaran yang saling melemahkan. Secara teoritis, dengan ketentuan kecepatan getaran pada baja sama dengan 15800 fps, maka akan terjadi getaran non-syncronous, jika : N = 237.000 / n L Dimana : N = kecepatan pemompaan, SPM L = panjang sucker rod string, ft n = bilangan tidak bulat Jadi menentukan N dari pemompaan harus dipilih supaya harga n tidak bulat. Dihindarkan harga n = 1,2,3, dst, karena harga n bulat akan terjadi getaran yang syncronous . (31)
34
Wmax Ci = Ci - Wmin
(32)
35
Dengan menggunakan parameter Wmax dan Wmin yang di dapat dari hasil perhitungan Polished rod load, maka akan diperoleh counterbalance effect ideal sebesar : Ci = 0,5 Wf Wr(1-0,127 G) (34)
perencanaan counterbalance, karena pumping unit harus bekerja pada torsi yang diijinkan. Torsi dari pumping unit yang bekerja tidak boleh melebihi puntiran yang diijinkan pada gear reducer yang telah ditentukan oleh pabrik pembuatannya. Pada Gambar 9 ditujukan besarnya beban polished rod (W) ditransmisikan ke crank melalui pitman yang bergerak dengan arah vertikal. Dari gambar tersebut puntiran bersih terhadap VCXF dinyatakan (Craft-Holden, 1962), sebagai berikut : T = Wr sin - We d sin dimana : T W We r d = gaya puntiran, Lbs = beban polished rod, Lbs = counterweight, Lbs = jarak dari crankshaft ke pitman bearing (Gambar 9) = jarak dari crankshaft ke pusat titik O, in (35)
36
= posisi kedudukan crankshaft (Gambar 1-9) = sudut yang dibentuk oleh crank dengan bidang vertikal, derajat
Apabila geometri dari peralatan permukaan diabaikan, yaitu jarak dari saddle bearing ke tail bearing serta struktural unbalance dari instalasi permukaan, maka akan diperoleh persamaan untuk : Ci = 2 We d / S dimana : C Wc S = Crank Counterbalance, lbs = berat Counterbalance, lbs = panjang langkah, in (36)
37
Harga maksimum untuk variabel-variabel W dan sin masing-masing adalah Wmax dan sin = 1 atau = 90, dengan demikian putiran maksimum (peak torque) adalah : Tp = (Wmax - C) (S/2) dimana : Tp = peak torque maksimum, Lbs (38)
Dalam perhitungan harga peak torque (C) diasumsikan 95% dari harga idealnya (Ci), maka persamaan (38) menjadi : Tp = (Wmax 0,95 Ci) (S/2) (39)
(40)
Persamaan (40) diatas harga 0,1484 Ap merupakan konstanta untuk suatu diameter plunger tertentu, dan dinotasikan dengan K yang disebut sebagai konstanta pompa (Tabel 3) :
38
V = K Sp N bbl/hari
(41)
Untuk mencari harga rate produksi yang sebenarnya dari pump displacement perlu diketahui effisiensi volumetris dari pompa tersebut, Ev. Jadi : q = V/Ev dimana : q V Ev = rate produksi, bbl/h = pump displacement, bbl/h = efisiensi volumetris antara 25 100 % tergantung dari gas di sumur tersebut, umumnya diambil antara 75 80 % (42)
5. EFISIENSI TOTAL POMPA SUCKER ROD Dengan mengetahui besanya horse power, maka akan dapat ditentukan efisiensi total dari pompa sucker rod. Efisiensi total pompa adalah hasil kali dari dua efisiensi, yaitu efisiensi permukaan (above ground efficiency) dan efisiensi bawah permukaan (bellow ground efficiency). Besarnya horse power yang perlu diketahui disini adalah :
Polished rod horse power (PRHP) Hidroulic horse power (HHP) Power input (power yang dibutuhkan prime mover selama pemompaan berjalan) atau Brake horse power (BHP)
39
Selama
siklus
pemompaan
terdapat
lima
faktor
yang
mempengaruhi beban bersih (net load) Polished rod yaitu : a. Beban fluida b. Bobot mati dari pada rod c. Beban percepatan dari pada sucker rod d. Gaya keatas pada sucker rod yang tercelup dalam fluida e. Gaya gesekan Dalam hal ini yang diabaikan beban getaran dan beban percepatan sehubungan dengan fluida yang diangkat. Berat tappered rod string adalah : Wr = M1L1 + M2L2 + + MnLn dimana : M1 L1 = berat rod, section pertama dari tappered rod, Lb/ft = panjang rod, section pertama, ft (44) (45) (43)
Dengan menganggap density rod 490 Lb/cuft, volume rod string sama dengan volume fluida yang dipindahkan rod string adalah :
Volume = W berat = r cuft density 490
(46)
Density fluida yang dipindahkan 62,4 G (dimana G = Specific grafity) Lb/cuft. Gaya keatas yang bekerja pada rod, adalah berat fluida yang dipindahkan yaitu,
Gaya keatas = Wr x 62,4 G 490
40
= - 0.127 Wr G
(47)
Beban fluida yang digunakan dalam perhitungan beban polished rod adalah berat kolom fluida yang ditahan oleh plunger, volume dari kolom fluida dari plunger dan setinggi rod string adalah :
Volume = L AP cuft 144
(48)
Volume fluida dapat diperoleh dari Persamaan (48) dikurangi Persamaan (46)
Volume = L A P Wr cuft 144 490
(49)
Beban fluida Wf adalah : Wf = 62,4 G {(L AP / 144) (Wr /490)} Wf = 0,433 G {(L AP 0,294Wr)} (50)
Beban fluida tersebut hanya bekerja pada polished rod pada waktu upstroke. Selanjutnya beban gesekan tidak dapat diturunkan secara matematis, tetapi beban ini dapat diperkirakan secara empiris dengan dynamometer tes. Sedangkan untuk keperluan disain, gesekan ini dapat dinyatakan sebagai + F , pada waktu upstroke dan F pada waktu downstroke. Jadi, beban polished rod maksimum yang terjadi pada waktu upstroke adalah : Wmax = Wf + Wr + Wr + F Beban polished rod minimum yang terjadi saat downstroke : Wmin = Wf - Wr - - 0,127 Wr G - F (52) (51)
41
Jika Persamaan (51) digunakan untuk menghitung beban maksimum, suku yang terakhir diabaikan, oleh karena itu beban gesekan tidak dapat dihitung dengan tepat. Wmax = Wf + Wr ( 1 - ) (53)
Dengan cara yang sama, perhitungan beban minimun juga dengan mengabaikan beban gesekan. Wmin = Wr ( 1 - - 0,127 G ) (54)
(55)
dimana : L Wfm Wfc = panjang rod string, ft = berat rod + fluida berat rod, Lbs = berat fluida, Lb
42
Selanjutnya persamaan:
besarnya
horse
power
dapat
ditentukan
dengan
HHP = 7,36 x 106 x q G LN, hp dimana : q G LN = rate produksi, BPD = specific gravity fluida = Net lift, ft
(56)
= 6,31 x 10-7 Wr S N ; hp
(57)
dimana : Wr S N = Berat rod string, lb = Panjang stroke, in = jumlah stroke permenit, spm
43
Selanjutnya besarnya Brake horse power (BHP) merupakan penjumlahan hidraulic dan friction horse power. Untuk mengatasi tekanan yang tidak dapat diperkirakan dalam peralatan dipermukaan maka diambil faktor keselamatan sebesar 1,5 . Brake horse power dituliskan : BHP = 1,5 (Hb + Hf) (1-58)
PRHP , Hp BHP
(59)
Bellow ground efficiecy yaitu efisiensi yang berkaitan dengan perlatan bawah permukaan di dalam mengangkat fluida kepermukaan, besarnya efisiensi ini dinyatakan dengan perbandingan antara horse power terhadap polished rod horse power dan secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
44
HHP , Hp PRHP
Sehingga besarnya efisiensi total pompa adalah : Overall Efficiency Ground Efficiency (Efisiensi total) bawah permukaan) = = Above Ground Efficiency (Efisiensi permukaan ) PRHP HHP x , Hp BHP PRHP x Below (Efisiensi
(61)
TEORI DASAR
45
MATERI
1.
PERALATAN POMPA SUCKER ROD 1.1. Peralatan Di Atas Permukaan 1.2. Peralatan Di Bawah Permukaan PRINSIP KERJA POMPA SUCKER ROD ANALISA PERHITUNGAN PERALATAN POMPA 3.1. Analisa Gerakan Pompa 3.2. Sucker Rod String 3.3. Effective Plunger Stroke 3.4. Kecepatan Pompa 3.5. Perhitungan Counterbalance 3.6. Perhitungan Torsi KAPASITAS POMPA EFISIENSI TOTAL POMPA SUCKER ROD 5.1. Beban Polished Rod 5.2. Hydraulic Horse Power 5.3. Brake Horse Power 5.4. Penentuan Efisiensi Total Pompa
2. 3.
4. 5.