You are on page 1of 17

FLOUR ALBUS

Oleh

L BULY FATRAHADY

H1A003027

PEMBIMBING:

Dr. Gede Made Punarbawa, SpOG

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI LAB/SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSU MATARAM
FEBRUARI 2008
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nyalah sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan dari
Lab/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Fakultas Kedokteran Universitas
Mataram/RSU Mataram. Dalam penyusunan laporan yang berjudul “Flour albus” ini
penulis memperoleh bimbingan, petunjuk serta bantuan moral dari berbagai pihak.
Adalah tidak mungkin wujud tulisan ini tanpa peran dan bantuan mereka. Untuk itu
melalui kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Dr. Gede Made Punarbawa, SpOG selaku dosen pembimbing
2. Dr. Edi P. Wibowo, SpOG, selaku kepala SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan
RSU Mataram
3. Dr. Agus Thoriq, SpOG, selaku Koordinator Pendidikan
4. Dr. H. Doddy Ario Kumboyo, SpOG (K), selaku supervisor
5. Dr. A. Rusdhy H. Hamid, SpOG selaku supervisor
6. Rekan-rekan dokter muda
7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan
masukan, bantuan dan informasi dalam pengumpulan bahan tinjauan pustaka.
Menyadari masih terdapat banyak kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi kesempurnaan laporan kasus ini. Akhir kata, penulis
berharap semoga laporan kasus ini berguna baik dalam bidang pendidikan maupun untuk
menambah pengetahuan masyarakat.

Mataram, Februari 2008

Penulis

2
PENDAHULUAN
Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala yang
diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah.
Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang
keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar
Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup
pada vagina yang normal. Pada perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang
alami dari tubuh untuk membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai
infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau
berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak
mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina
meliputi Corinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus, Gardnerella, Mobiluncuc,
Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan dengan pH asam memberikan fungsi
perlindungan yang dihasilkan oleh lactobacilli.(1,2)
Leukorea merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita
ginekologik, adanya gejala ini diketahui penderita karena mengotori celananya. Dapat
dibedakan antara leukorea yang fisiologik dan yang patologik. Leukorea fisiologik terdiri
atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan
leukosit yang jarang sedang pada leukorea patologik terdapat banyak leukosit.(2)
Penyebab paling penting dari leukorea patologik ialah infeksi. Disini cairan
mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau,
seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat
menyebabkan leukorea patologik; pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul.
Selanjutnya leukorea ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila tumor itu
dengan permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat
genital.(2)

3
EPIDEMIOLOGI
Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan
yang mengalami flour albus bervariasi antara 1 -15% dan hampir seluruhnya memiliki
aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada
semua umur. Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang
merupakan indikasi dari servisitis tetapi kadang kedua-duanya muncul bersamaan. Infeksi
yang sering menyebabkan vaginitis adalah Trikomoniasis, Vaginosis bacterial, dan
Kandidiasis. Sering penyebab noninfeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau
iritasi bahan kimia. Servisitis sendiri disebabkan oleh Gonore dan Klamidia. Prevalensi
dan penyebab vaginitis masih belum pasti karena sering didiagnosis dan diobati sendiri.
Selain itu vaginitis seringkali asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu
penyebab.(2)

ETIOLOGI
Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah
porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior
vagina.(2)
Fluor albus fisiologik ditemukan pada :
a. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh estrogen
dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Leukore disini
hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
c. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
d. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi
lebih encer.
e. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis
uteri. (1)
Sedang fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh (1)

4
1. Infeksi :
- Bakteri : Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoae, dan
Gonococcus(2,3)
- Jamur : Candida albicans
- Protozoa : Trichomonas vaginalis
- Virus : Virus Herpes dan human papilloma virus

2. Iritasi :
- Sperma, pelicin, kondom
- Sabun cuci dan pelembut pakaian
- Deodorant dan sabun
- Cairan antiseptic untuk mandi.
- Pembersih vagina.
- Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
- Kertas tisu toilet yang berwarna.
3. Tumor atau jaringan abnormal lain
4. Fistula(3)
5. Benda asing(3)
6. Radiasi
7. Penyebab lain(3) :
- Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik
- Tidak dikatehui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”

PATOGENESIS
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa
dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita
sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun
mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar
dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks,
yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.(2)

5
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara
Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan
hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang
toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi
glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH
vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan
bakteri lain.(2)
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida
sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel
ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang
mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas,
penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak
terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang
tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat
kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral
menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media
bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH
5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi.
Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.
(4,5)

Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone


menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi
pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.(2)
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh
bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen
itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon
dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen.
Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah
hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi
perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis
dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk

6
metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel
vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis
bacterial.(2)
Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis,
anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan
keadaan umum yang jelek , higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering
menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat.(2)

GEJALA KLINIS
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina
meerupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali
muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan
beberapa gejala fluor albus:1
- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
- Sekret vagina yang bertambah banyak
- Rasa panas saat kencing
- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
- Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga
kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah
hubungan seksual
Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa
dan berbau amis.
Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga
berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada komplikasi
yang serius
Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning
seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :

7
- Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.
- Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius
- Sitologi vagina
- Kultur sekret vagina
- Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis
- Ultrasonografi (USG) abdomen
- Vaginoskopi
- Sitologi dan biopsy jaringan abnormal
- Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes
- Pemeriksaan PH vagina.
- Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10 % .
- Pulasan dengan pewarnaan gram .
- Pap smear.
- Biopsi.
- Test biru metilen.(1,3)

DIAGNOSIS
Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan
penunjang.
- Anamnesis(3)
Ditanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor KB kontak
seksual, perilaku, jumlah, bau dan warna leukore, masa inkubasi, penyakit yang diderita,
penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid dan keluhan-keluhan lain
- Pemeriksaan Fisis dan Genital (7)
Inspeksi Kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum, dan anus. Inspeksi dan
palpasi genitalia eksterna. Pemeriksaan spekulum untuk vagina dan serviks, pemeriksaan
bimanual pelvis, palpasi kelenjar getah bening dan femoral.
- Laboratorium (7)
Hasil pengukuran pH cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas pengukur pH dan pH
diatas 4,5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak cukup spesifik. Cairan juga
dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan normal saline 0,9%

8
diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass
ditutup dan diperiksa dibawah mikroskop. Sel ragi atau pseudohyphae dari candida lebih
mudah didapatkan pada preparat KOH. Namun kultur T. vaginalis lebih sensitive
disbanding pemeriksaan mikroskopik.
Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari
empat kriteria sebagai berikut, yaitu: (1) adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik
sediaan basah, (2) adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina, (3)
duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu, (4) pH vagina lebih dari 4.5
dengan menggunakan nitrazine paper.

PENATALAKSANAAN
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus), sebaiknya
penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan
berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta
berbau busuk.(8)
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri
atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan
menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan
dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi
infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit.
Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang
dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan
yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual
dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain
itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan
pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari
rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual.

9
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan
tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap
keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut,
pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan
ke belakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum
menggunakan cairan pembersih vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau
biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.(8)
Tujuan pengobatan
- Menghilangkan gejala
- Memberantas penyebabrnya
- Mencegah terjadinya infeksi ulang
- Pasangan diikutkan dalam pengobatan
Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk
menghilangkan kecemasannya.
Patologi : Tergantung penyebabnya
Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :
1. Candida albicans (3)
Topikal
- Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
- Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
- Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari
Sistemik
- Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
- Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari

10
- Nimorazol 2 gram dosis tunggal
- Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan
2. Chlamidia trachomatis
- Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
- Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
- Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
- Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
- Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari
3. Gardnerella vaginalis
- Metronidazole 2 x 500 mg
- Metronidazole 2 gram dosis tunggal
- Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
- Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
4. Neisseria gonorhoeae
- Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
- Amoksisiklin 3 gr im
- Ampisiillin 3,5 gram im atau
Ditambah :
- Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau
- Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Tiamfenikol 3,5 gram oral
- Kanamisin 2 gram im
- Ofloksasin 400 mg/oral
Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase
- Seftriaxon 250 mg im atau
- Spektinomisin 2 mg im atau
- Ciprofloksasin 500 mg oral
Ditambah

11
- Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
- Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
5. Virus herpeks simpleks
Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
- Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
- Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
- Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder(8)
6. Penyebab lain :
Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi. Desquamative inflammatory
vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.(3)
PROGNOSIS
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon
terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang. Dengan
perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif(2)

12
BAB II
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : Ny “S”

Umur : 34 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat :Bayan–Lombok Barat

Bangsa : Indonesia

Status Perkawinan : Kawin

Nama Suami : Ardi

Pekerjaan : petani

Tanggal MRS :-

II. Anamnesis
Keluhan utama : Os mengaku keluar cairan melalui vagina sejak 2 hari yang lalu.

Riwayat penyakit sekarang : Os merupakan kiriman dari poli paru dengan keluar
cairan dari kemaluan sejak 2 hari yang lalu, cairan yang dikeluarkan jumlahnya banyak
berwarna kuning, kental, berbau busuk dan gatal. Os di bagian paru sedang
mengkonsumsi obat TB karena Os menderita TB paru.

Riwayat kontrasepsi : Os menggunakan implan sejak 18 bulan yang lalu.

13
Riwayat penyakit dahulu : Os beberapa bulan yang lalu menderita batuk lama, os juga
pernah MRS (16-12-07) karena batuk dan mencret bercampur darah, os dirawat kurang
lebih selama 2 minggu.

III. Pemeriksaan Fisik


Status present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
Nafas : 22x/menit
Suhu : 36,4 0C
Status general
Mata : anemis (-), ikterik (-)
Thorak : Jantung  S1,S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Paru  vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Status obstetri
Inspekulo : Flour (+)
VT : CU --- sesuai normal
APCD ---- Tidak teraba apa-apa.

IV. Diagnosis
Leukorea ec vaginosis bacterial

V. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan swab vagina untuk mencari etiologi flour albus
VI. Hasil laboratorium
Pemeriksaan mikrobiologi

14
Bahan : sekret vagina
Gram :
• Cocus gram negatif : -
• Cocus gram positif : -
• Batang gram negatif : +
• Batang gram positif : -
o Lekosit : 2-3
o Epitel : 0-4
GO : tidak ditemukan diplococus gram negatif
Trichomonas : tidak ditemukan trichomonas
Candida : tidak ditemukan yeast cell / hypha / pseudohypae
VII. Penatalaksanaan
Karena penyebabnya adalah bakterial vaginosis maka diberikan pemberian antibiotik
Metronidazole 3 x 500 selama 4 hari.

15
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pasien diatas jenis keputihannya merupakan keputihan yang sifatnya
patologis karena sudah mencakup ciri-ciri sekret vaginanya banyak, berwarna kuning,
kental barbau busuk dan gatal, hal ini sesuai dengan ciri-ciri flour albus yang patologis
yaitu sebagai berikut
- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
- Sekret vagina yang bertambah banyak
- Rasa panas saat kencing
- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
- Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Pada kasus ini penegakan diagnosa flour albus dilakukan dengan anamnesa dan
pemeriksaan fisik saja, kemudian penegakan etiologi flour albusnya dilakukan dengan
menggunakan swab vagina.
• Pada anamnesa didapat sekret vaginanya banyak, berwarna kuning, kental barbau
busuk dan gatal, pasien ini juga sekarang menggunakan jenis KB implan,
penyakit yang diderita pasien ini yaitu TB Paru dan sekarang sedang mendapat
pengobatan OAT.
o Pada pasien ini kemungkinan faktor yang dapat menimbulkan terjadinya
flour albus adalah pengaruh hormonal (penggunaan alat kontrasepsi
implan), penggunaan OAT, penderita TB.
• Dari hasil pemeriksaan fisik mengunakan spekulum pada alat genital didapatkan
flour albusnya kental dan berwarna kuning, kemudian tidak ditemukan kelaianan
pada organ di vagina dan servik.
• Laboratorium : pada pasien ini menggunakan pemeriksaan swab vagina, dimana
dari hasil pemeriksaan swab vagina tersebut Cuma ditemukan Batang gram
negatif, hal ini menandakan bahwa etiologi dari flour albus ini adalah vaginitis
bakterial.
Penatalaksanaannya
Pada pasien ini terapi yang diberikan adalah metronidazole selama 4 hari, hal ini sesuai
dengan etiologi dari keputihannya yaitu vaginosis bakterial.

16
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa penyakit
lain pada alat genital wanita in Ilmu Kandungan. 1999. Edisi kedua , Cetakan Ketiga.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo : Jakarta
2. Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Jogjakarta
3. Manoe, I.. M.S. M, Rauf, S, Usmany,H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi. 1999. Bagian/SMF Obstetri dn Ginekologi Fakultas Kedokteran Unhas
RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo : Ujung pandang
4. Anindita, Wiki. Santi Martini. 2006. Faktor Resiko Kejadian Kandidiasis vaginalis
pada akseptor KB. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNAIR. Surabaya.
5. Jarvis G.J. The management of gynaecological infections in Obstetric and
Gynaecology A Critical Approach to the Clinical Problems. 1994. Oxford University
Press : Oxford
6. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri, R, Wardhani,W.I, Setiowulan, W. Keputihan In. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. 2001. Media Aesculapius : Jakarta
7. www.google.com. Search : Vaginal discharge, candida albicans. Available at feb 7,
2008
8. www.medikaholistik.com. Search : Vaginitis. Available at feb 7, 2008.
Penelitian Parasit dan Bakteri pada Akseptor KB dan Ibu Hamil yang Menderita Flour
Albus

17

You might also like