Professional Documents
Culture Documents
PEMBIMBING :
Dr. Doddy Ario Kumboyo, SpOG(K)
Penulis
BAB I
2
PENDAHULUAN
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Kehamilan lewat bulan (serotinus) ialah kehamilan yang berlangsung lebih
dari perkiraan hari taksiran persalinan yang dihitung dari hari pertama haid
terakhir (HPHT), dimana usia kehamilannya telah melebihi 42 minggu (>294
hari).
Insiden
Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara
3,5-14%1. Data statistik menunjukkan, angka kematian dalam kehamilan lewat
waktu lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan cukup bulan, dimana angka
kematian kehamilan lewat waktu mencapai 5 - 7 %. Variasi insiden postterm
berkisar antara 2-31,37%7.
Etiologi
Penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum kita ketahui.
Diduga penyebabnya adalah siklus haid yang tidak diketahui pasti, kelainan pada
janin (anenefal, kelenjar adrenal janin yang fungsinya kurang baik, kelainan
pertumbuhan tulang janin/osteogenesis imperfecta; atau kekurangan enzim
sulfatase plasenta).
Menurut dr. Bambang Fadjar, SpOG dari Rumah Sakit Asih, Jakarta
Selatan, penyebab kehamilan lewat waktu adalah kelainan pada janin sehingga
tidak ada kontraksi dari janin untuk memulai proses persalinan. Kelainan janin
tersebut antara lain anensephalus, hipoplasia, kelenjar supra renal janin, dan janin
tidak memiliki kelenjar hipofisa, kelainan pada plasenta yang berupa tali pusar
pendek dan kelainan letak kehamilan4.
Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai berikut6:
• Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling sering.
• Tidak diketahui.
• Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan.
• Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan penyebab yang
jarang terjadi.
4
• Jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan predisposisi.
• Faktor genetik juga dapat memainkan peran.
Resiko
Risiko kehamilan lewat waktu antara lain adalah gangguan pertumbuhan
janin, gawat janin, sampai kematian janin dalam rahim. Resiko gawat janin dapat
terjadi 3 kali dari pada kehamilan aterm1. Kulit janin akan menjadi keriput, lemak
di bawah kulit menipis bahkan sampai hilang, lama-lama kulit janin dapat
mengelupas dan mengering seperti kertas perkamen. Rambut dan kuku
memanjang dan cairan ketuban berkurang sampai habis. Akibat kekurangan
oksigen akan terjadi gawat janin yang menyebabkan janin buang air besar dalam
rahim yang akan mewarnai cairan ketuban menjadi hijau pekat.
Pada saat janin lahir dapat terjadi aspirasi (cairan terisap ke dalam saluran
napas) air ketuban yang dapat menimbulkan kumpulan gejala MAS (meconeum
aspiration syndrome). Keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin.
Komplikasi yang dapat mungkin terjadi pada bayi ialah suhu yang tidak stabil,
hipoglikemia, polisitemia, dan kelainan neurologik.
Kehamilan lewat bulan dapat juga menyebabkan resiko pada ibu, antara
lain distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding
(moulage) kepala kurang. Sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak,
inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum8.
5
Diagnosis
Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari perhitungan rumus
Naegele setelah mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Bila ada
keraguan, maka pengukuran tinggi fundus uterus serial dengan sentimeter akan
memberikan informasi mengenai usia gestasi lebih tepat. Keadaan klinis yang
mungkin ditemukan ialah air ketuban yang berkurang dan gerakan janin yang
jarang.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mendiagnosis kehamilan
lewat waktu, antara lain9:
1. HPHT jelas.
2. Dirasakan gerakan janin pada umur kehamilan 16-18 minggu.
3. Terdengar denyut jantung janin (normal 10-12 minggu dengan Doppler,
dan 19-20 minggu dengan fetoskop).
4. Umur kehamilan yang sudah ditetapkan dengan USG pada umur
kehamilan kurang dari atau sama dengan 20 minggu.
5. Tes kehamilan (urin) sudah positif dalam 6 minggu pertama telat haid.
6
2. Stadium II. Gejala stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan)
pada kulit.
3. Stadium III. Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali
pusat.
Penatalaksanaan
Prinsip dari tata laksana kehamilan lewat waktu ialah merencanakan
pengakhiran kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil
pemeriksaan kesejahteraan janin dan penilaian skor pelvik (pelvic score=PS).
7
Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien harus
memenuhi beberapa syarat, antara lain kehamilan aterm, ada kemunduran his,
ukuran panggul normal, tidak ada disproporsi sefalopelvik, janin presentasi
kepala, serviks sudah matang (porsio teraba lunak, mulai mendatar, dan mulai
membuka). Selain itu, pengukuran pelvik juga harus dilakukan sebelumnya.
Tabel pengukuran pelvis dapat dilihat dibawah ini:
Skor 0 1 2 3
Pendataran 0-30% 40-50% 60-70% 80%
serviks
Pembukaan 0 1-2 3-4 5-6
serviks
Penurunan kepala -3 -2 -1.0 +1 +2
dari Hodge III
Konsistensi Keras Sedang Lunak
serviks
Posisi serviks Posterior Searah sumbu anterior
jalan lahir
ý Bila nilai pelvis >8, maka induksi persalinan kemungkinan besar akan
berhasil.
ý Bila PS >5, dapat dilakukan drip oksitosin.
ý Bila PS <5, dapat dilakukan pematangan servik terlebih dahulu, kemudian
lakukan pengukuran PS lagi.
8
Pada pelaksanaan di RSU Mataram, kehamilan yang telah melewati 40
minggu dan belum menunjukkan tanda-tanda inpartu, biasanya langsung segera
diterminasi agar resiko kehamilan dapat diminimalis.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan
yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama
(sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28
minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan
memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7
bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali pada
bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar
usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya.
Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter
kandungan merupakan perhitungan yang lebih tepat.. Untuk itu perlu diketahui
dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu.
Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir hingga saat itu
dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu). Misalnya, hari pertama haid terakhir Bu A
jatuh pada 2 Januari 1999. Saat ini tanggal 4 Maret 1999. Jumlah hari sejak hari
pertama haid terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7 diperoleh angka 8,7.
Jadi, usia kehamilannya saat ini 9 minggu.
9
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas pasien
Nama : Yuliati
Usia : 30 tahun
Suku : Sasak
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Karang Tatah, Mataram.
No. RM : 876106
Anamnesis
Pasien datang ke Poli Kandungan dengan keluhan perut mules ingin melahirkan
sejak pukul 07.00 WITA (09/05/2008). Pasien masuk ke kamar bersalin pada
pukul 14.00 WITA, tanggal 09 Mei 2008. Pasien juga mengatakan bahwa
kehamilannya telah lewat bulan. Perkiraan pasien usia kehamilannya telah
mencapai 10 bulan.
Keluhan utama
Pasien merasa mules dan kehamilannya telah lewat bulan.
10
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, dan
hipertensi. Pasien pernah mengalami persalinan dengan usia kehamilan lebih dari
10 bulan.
Riwayat perkawinan: 1x
Riwayat hamil/ abortus/ persalinan
1. Perempuan, hamil 11 bulan, di Polindes oleh bidan, BBL 3.750 gram,
hidup, 8 thn.
2. ini.
Riwayat kontrasepsi: Suntikan 3 bulan.
Rencana kontrasepsi: Suntikan 3 bulan.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TB/ BB : 158 cm/ 73 Kg.
Tekanan darah : 130/90 mmHg.
Frekuensi Nadi : 80 x/menit.
Frekuensi pernapasan : 20 x/menit.
Suhu : 36,6oC.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Thorak : Jantung dalam batas normal, paru dalam batas normal.
Abdomen : Status obstetrikus
Genitalia : Status obstetrikus
Ekstremitas : Edema -/-, refleks fisiologis +/+, reflek patologis -/-.
Status Obstetrikus:
11
Abdomen
Inspeksi : Perut membuncit sesuai dengan keadaan wanita hamil.
Linea Mediana hiperpigmentasi, striae gravidarum (+).
Sikatrik (-).
Palpasi :
L1: Teraba massa bulat lebar, lunak. TFU 36 cm.
L2: Teraba daerah yang keras dan rata di sebelah kanan. Teraba tonjolan
ireguler di sebelah kiri.
L3: Teraba massa besar, bulat, keras.
L4: Bagian terbawah janin belum masuk PAP.
TBJ : 3720 gr.
His : Ada. Frekuensinya 2x tiap 10 menit selama 30 detik.
DJJ : 12 13 12 (144 x/menit).
Genitalia
VT : Ø 4 cm, eff. 50%, ketuban (+), teraba kepala, uuk depan, ↓H I, tidak
teraba bagian kecil janin/ tali pusat.
Diagnosa
G2P1A0H1 hamil 43-44 minggu /T/H kala I aktif.
Rencana
ý Observasi kemajuan persalinan 4 jam kemudian.
ý Periksa darah: DL, HbsAg.
ý Observasi kesejahteraan ibu dan janin.
Hasil laboratorium:
Hb : 12,4 gr%
Leukosit : 13.200 /mm3
Ht : 34,1
Trombosit : 293.000 /mm3
HbsAg : (-)
12
18.00 WITA
Anamnesa:
Pasien merasa sakit perut bagian bawah, keluar air yang banyak, dan ingin
mengedan.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum : Baik
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit.
Frekuensi napas : 24 x/menit.
Suhu : 37,1 oC
His : (+) 3x tiap 10 menit selama 45 detik.
DJJ : 12.13.12 (156 x/menit)
VT : Ø lengkap, ketuban (-) jernih, ↓H II, teraba kepala, uuk
dep.
Diagnosa:
G2P1A0H1 hamil 43-44 minggu /T/H kala II.
Rencana tindakan:
Pimpin persalinan
18.30 WITA
Lahir bayi laki-laki spontan dengan berat badan 3.700 gr, panjang badan 50 cm.
Apgar score 7-9, anus (+), kelainan (-). Verniks kaseosa sedikit dan maserasi pada
kulit bayi tidak ada.
Kemudian disuntikkan oksitosin 10 IU IM, dilanjutkan dengan penanganan kala
III aktif. Pada pukul 18.40 WITA, lahir plasenta lengkap dengan berat 500 gram,
kontraksi uterus baik, fundus uterus setinggi 2 jari di bawah pusat, perineum
intak, dan perdarahan +100 cc.
Diagnosa:
P2A0H2 post partus maturus per vaginam.
Rencana:
Observasi post partum 2 jam lagi.
13
20.30 WITA
Anamnesa:
Ibu tidak ada keluhan subjektif.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg.
Frekuensi nadi : 76 x/menit.
Frekuensi napas : 18 x/menit.
Suhu : 37,4 oC.
CUT : baik.
TFU : 2 jari bawah pusat.
Perdarahan : tidak ada perdarahan aktif.
Diagnosa:
P2A0H2 kala IV
Rencana:
ý Observasi perdarahan post partum.
ý Pindah ke bangsal Melati.
14
BAB IV
PEMBAHASAN
Telah dilaporkan suatu kasus wanita 30 tahun dengan usia kehamilan 43-
44 minggu dengan diagnosa G2P1A0H1 serotinus + inpartu kala I. Selanjutnya akan
dibahas:
1. Apakah diagnosa pasien sudah tepat?
Pasien ini didiagnosa dengan G2P1A0H1 serotinus + inpartu kala I. Tinggi
fundus uterus 36 cm, taksiran berat janin 3720 gram.
Diagnosis terhadap pasien diperkuat oleh tanggal hari pertama haid terakhir
(HPHT), yaitu tanggal 05 Juli 2007. Taksiran persalinannya ialah 12 April 2008.
Berdasarkan HPHT pasien, usia kehamilannya ialah 11 bulan kurang 3 hari atau
43-44 minggu.
Syarat kehamilan lewat bulan ialah kehamilan yang telah lewat 42
minggu. Maka diagnosa untuk pasien ini sudah tepat.
Penilaian terhadap bayinya, diagnosa serotinus belum tepat karena badan
bayi masih ada sisa verniks kaseosa dan tidak dijumpai maserasi, sehingga bayi
termasuk partus aterm.
15
Pada kasus ini, pasien memiliki riwayat persalinan yang lewat bulan pada
anak pertama. Selain itu, ibu dari pasien juga memiliki riwayat persalinan lewat
bulan. Sehingga dapat saya simpulkan bahwa faktor penyebab kehamilan lewat
bulan pada pasien ini adalah genetik.
16
BAB V
KESIMPULAN
1. Melihat usia kehamilan yang dialami oleh ibu Yuliati, kehamilannya dapat
digolongkan kedalam kehamilan lewat waktu, yang dihitung berdasarkan
HPHT.
2. Dari hasil penilaian terhadap bayi, tidak dapat digolongkan sebagai bayi
postmaturitas karena ketika dilahirkan bayi masih memiliki verniks
kaseosa dan maserasi pada kulit bayi belum ada.
3. Faktor predisposisi pada kasus ini adalah genetik, dimana pasien memiliki
riwayat kehamilan lewat waktu pada kehamilan sebelumnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
18