You are on page 1of 35

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Tujuan 1. Menentukan sifat keasaman dan kebasaan senyawa-senyawa karbonat, bikarbonat, dan hidroksida. 2. Mengetahui jenis-jenis indikator dan penggunaan indikator. 3. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi alkalinity. 4. Mampu menganalisa alkalinity dengan metode asidimetri 1.2. Landasan Teori 1.2.1. Jurnal PENGOMPOSAN LIMBAH ORGANIK PERTANIAN UNTUK MENGHASILKANPUPUK ORGANIK YANG SEHAT DAN RAMAH LINGKUNGAN Suhartini Abstrak Indonesia sejak lama dikenal sebagai negara agraris. Praktek pertanian yang telah berlangsung lama tentu telah merubah lingkungan pertanian sekarang ini khususnya tanah-tanah pertanian menjadi tidak sesubur waktu dahulu. Dengan kata lain penggunaan tanah secara terus menerus untuk bercocok tanam telah menciptakan kemunduran tanah yang ditandai oleh maraknya erosi dan tanah longsor serta kebutuhan pupuk baik organik maupun pupuk buatan dengan jumlah yang cukup besar. Upaya untuk mengembalikan kesuburan tanah yang berkelanjutan dengan diantaranya dapat dilakukan dengan menggunakan agen pupuk organik yang akhir-akhir ini sedang digemari. Dalam hal ini Limbah organik pertanian merupakan sumber pupuk organik yang penting bagi tanah-tanah pertanian kita.

Limbah organik pertanian yang dikenal di sekitar kita dapat berupa sisa-sisa tanaman, kotoran hewan ternak, sisa pakan, media bekas budidaya jamur, sampah kebun dan sebagainya. Bahan-bahan organik merupakan pupuk organik penting bagi masyarakat guna memperbaiki kondisi tanah. Namun pemakaian bahan organik sebagai pupuk organik dewasa ini juga harus memperhatikan berbagai hal agar tidak merugikan bagi lingkungan. Penanganan limbah organik dengan pengomposan merupakan cara yang dewasa ini dianggap sangat ramah lingkungan guna memproduksi pupuk organik yang sehat berupa kompos. Melalui pengomposan, selain kualitas pupuk dapat dipertanggung jawabkan, lingkungan pertanian yang diberi kompos juga tidak tercemar. Sejalan dengan santernya gaung issu polusi lingkungan, pengurangan penggunaan pupuk kimia, mempertahankan kesuburan tanah alami secara berkelanjutan, dan meminimasi munculnya tempat-tempat penampungan sampah yang baru, teknologi pengomposan layak diperhitungkan dewasa ini. Kata-kata kunci: Pengomposan-Limbah Organik PertanianPupuk Organik-Ramah Lingkungan

Pendahuluan Pertanian merupakan sumber pangan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Hingga kinipun julukan itu masih melekat erat di sebagian besar penduduk kita terutama yang tinggal di pedesaan. Berbagai model bercocok tanam terdapat di tanah air kita, mulai dari bertanam padi, palawija, tanaman hutan dengan berbagai variasinya yang tergantung dari kondisi setiap wilayah. Sebagai negara agraris, berbagai aneka produk pertanian sangat mudah dijumpai, mulai dari buah-buahan, sayur-sayuran, padi, jagung, ketela, kayu hewan ternak seperti sapi, kerbau, ayam, kuda. Bahkan akhir-akhir ini di beberapa tempat sector pertanian telah berkembang dari tradisonal ke industri,

sebagai contohnya adalah industri peternakan ayam. Namun demikian penggunaan tanah secara terus menerus untuk bercocok tanam telah menciptakan kemunduran tanah yang ditandai oleh maraknya erosi dan tanah longsor serta kebutuhan pupuk baik organik maupun buatan dengan jumlah yang cukup besar. Peledakan penduduk dan kemisikinan diantaranya juga ikut menjadi pendorong makin rusaknya lingkungan pertanian. Upaya untuk mengembalikan kesuburan tanah yang berkelanjutan dengan menggunakan agen pupuk organik rupanya sedang digemari akhirakhir ini. Limbah organik pertanian merupakan sumber pupuk organik yang penting bagi petani kita. Limbah Organik Pertanian Limbah organik pertanian yang dikenal di sekitar kita dapat berupa sisa-sisa tanaman, kotoran hewan ternak, sisa pakan, media bekas budidaya jamur, sampah kebun dan sebagainya. Bahan-bahan organik tersebut apabila digunakan sebagai pupuk untuk memperbaiki kondisi tanah oleh petani sering dikelompokkan dalam istilah pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos. Jenis-jenis bahan organik yang berasal dari limbah pertanian tersebut mempunyai ciri-ciri yang spesifik baik dilihat dari aspek fisik, khemik maupun biologik. Berhubung sifatnya tidak sama maka pengaruhnya terhadap lingkungan tanah bila dijadikan sebagai bahan pupuk atau (amendments) tentu berbeda. Meskipun karakteristiknya tidak sama namun secara umum penggunaan bahan organik memberikan berbagai keuntungan. Berbagai macam limbah organik pertanian beserta nisbah C/N disajikan pada Tabel 1. Macam macam limbah organik beserta nisbah C/N (Gaur, 1982 ; Yulipriyanto, 2001)

Bahan organik adalah sumber nitrogen (90-95%) pada tanahtanah yang tidak dipupuk. Disamping itu. bahan organik dapat menjadi sumber utama fosfor dan sulfur yang tersedia ketika humus tersedia dalam tanah (2% atau lebih). Melalui ativitas mikroorganisme, bahan organik mensuplai secara langsung atau tidak langsung semen-semen pembentuk agregat tanah; khususnya rantai gula panjang yang dikenal dengan polisakarida. Bahan organik juga menyumbang pada pertukaran kapasitas kation kira-kira 30-70% dari seluruh KTK. Permukaan humus yang luas mempunyai tempat-tempat pertukaran kation yang menyerap unsur hara untuk tanaman secara terus menerus dan secara temporer dapat menyerap polutanpolutan logam berat (Cu, Cd dsb). Adsorbsi polutan ini dapat membersihkan

air yang terkontaminasi. Bahan organik meningkatkan kandungan air pada kapasitas lapang, meningkatkan ketersediaan pada tanah-tanah berpasir, meningkatkan laju aliran udara melalui tekstur tanah yang halus. Efek yang terakhir ini mungkin karena agregasi tanah yang menghasilkan pori-pori tanah lebih besar. Bahan organik adalah suatu sumber karbon untuk mikroorganisme yang menampilkan sisi lain dari fungsi positif bahan organik di tanah (pemfikasai N2 bebas, denitrifier). Humus dapat menjadi penyeimbang tanah melawan perubahan keasaman, salinitas dan alkalinitas yang cepat ; dan kerusakan oleh pestisidan dan logam berat beracun. Tambahan pula pemakaian bahan organik secara terus menerus dapat memperbaiki kualitas produksi tanaman (lihat gambar 1). Meskipun bahan organik banyak memberikan keuntungan, tetapi pemakaiannya di lapangan juga harus memperhatikan kondisi setiap jenis bahan organik yang berasal dari berbagai macam limbah organik pertanian. Apalagi bahwa penggunaan pupuk organik yang tidak tepat juga bisa mencemari lingkungan. Menggaris bawahi maraknya issue lingkungan global yang cenderung menghindari pencemaran lingkungan hidup baik di tanah, air maupun udara, maka sector pertanianpun juga tidak ingin terjebak dalam penggunaan pupuk organik yang salah. Artinya jenis bahan organik, jumlah yang harus diberikan, kapan digunakan menjadi pertimbangan serius. Pada akhirnya teknologi diperlukan untuk men-treatment limbah organik pertanian agar ketika akan digunakan tidak lagi mengganggu lingkungan. Pada skema berikut disajikan beberapa alternatif teknologi untuk mengolah limbah organik pertanian.

Gambar 1. Mekanisme yang menunjukkan pengaruh bahan organik terhadap kualitas tanaman (Khosino, 1990)

Pengomposan Pengomposan adalah salah satu metode yang telah lama digunakan untuk mengelola limbah organik padat terutama yang berasal dari aktivitas pertanian dengan sasaran utama menghasilkan pupuk organik berupa kompos. Seiring dengan makin besarnya jumlah penduduk, macam limbah organik yang dihasilkannya juga cukup banyak, demikian pula macamnya juga beragam. Pengomposan dianggap dapat dengan mudah beradaptasi dengan kondisi material organik yang berbeda-beda tersebut. Meskipun demikian pemilihan teknologi pengomposan untuk memproses limbah organik juga didasarkan pada berbagai alasan. 1. Pengomposan dapat mengolah berbagai fraksi bahan organik berupa sampah, dapat mengendalikan bau sampah hijauan, sampah organik perkotaan atau sampah industri (Storm, 1985). 2. Pengomposan juga sangat efisien sebagai metode pengolahan lumpur produksi statiun pemurnian air yang jumlahnya dari hari ke hari kian banyak dan telah menimbulkan problem sendiri bagi

penduduk perkotaan dewasa ini. Perubahan lumpur tersebut menjadi bahan yang stabil dan berkurangnya volume merupakan kasus yang (Nakasaki et al., 1985). 3. Pengomposan memungkinkan untuk mengolah kotoran hewan yang menghasilkan bahanbahan humik dan unsur-unsur biologis yang bila digunakan pada tanah-tanah pertanian dapat menghindarkan dari kerusakan tanah dan tanaman dibanding dengan disebar secara langsung (Beffa et al., 1994). 4. Pengomposan adalah proses pemanasan aerobik yang selama fase thermofil temperaturnya meningkat hingga pada suatu titik temperatur yang cukup untuk menyehatkan bahan-yang sedang dikomposkan sehingga diperoleh produksi yang meyakinkan (Beffa et al., 1996). 5. Pengomposan tidak hanya sebuah cara untuk mengurangi produksi sampah manusia dan mendaur ulang unsur hara, tetapi juga menghasilkan kompos yang sangat berguna untuk mengkonservasi sumberdaya tanah yang pada saat yang bersamaan juga untuk media pertumbuhan (Klamer dan Bath, 2000). 6. Penanganan limbah organik padat makin lama makin sulit dan sangat mahal terutama pada lingkungan dimana populasinya sangat padat. Pada akhirnya pengomposan mempunyai tujuan ekonomis. Sehingga tak boleh dilupakan untuk menyebutkan bahwa pengomposan adalah sebuah cara pengolahan termudah untuk melaksanakannya dan sangat efisien (Smars et al., 2001) . Berdasarkan alasan-alasan tersebut, pertimbangan pemilihan pengomposan untuk memproses limbah organik dapat dilatar belakangi oleh produk yang diinginkan (mutu), aspek ekonomi serta kesehatan produk. Sementara berdasarkan definisinya maka pengomposan dapat didefinisikan sebagai berikut.

Pengomposan dapat dianggap sebagai dekomposisi dan stabilisasais substrat organik biologik dalam kondisi-kondisi yang memungkinkan perkembangan temperatur thermofil sehingga diperoleh hasil akhir yang cukup stabil baik untuk disimpan maupun digunakan pada tanah tanpa memberikan efek negatif pada lingkungan (Haugh ,1980). Dengan demikian pengomposan adalah sebuah teknik stabilisasi dan untuk mengolah sampah (limbah organik) organik.

Sementara De Bertoldi et al. (1983), mendefinisikan pengomposan sebagai suatu cara untuk memperoleh produksi yang stabil karena terjadinya transformasi biologik melalui oksidasi bahan organik padat. Ia adalah cerminan dari peristiwa sebenarnya yang terjadi di dalam tanah. Pengomposan masih dapat didefinisikan sebagai sebuah metode konversi dan pemanfaatan substrat organik secara biologik

dan terkendali (dalam bentuk produksi biomassa, sampah organik biologik) dalam bentuk hasil yang telah distabilisasi, higienis, mirip tanah dan kaya substansi humik (Mustin, 1987). Dalzell et al (1987) dan Gaur (1982), pengomposan didefinisikan sebagai proses perombakan bahan organik oleh sejumlah besar mikroorganisme dalam lingkungan yang lembab, panas, beraerasi dengan humus sebagai hasil akhir. Hal yang sama juga bagi Beffa et al. (1996), pengomposan adalah suatu proses biodegradasi bahan organik, menghasilkan panas, bersifat aerob dan dalam fase solid. Thobald (1994), baginya pengomposan juga adalah sebuah proses biologik terkerkendali yang memungkinkan berubahnya bahan organik menjadi bahan organik stabil. Proses tersebut dicirikan oleh banyak sifat seperti penggunakan bahan organik padat, meningkatnya temperatur, terjadinya degradasi secara aerob dan hilangnya massa bahan yang dikomposkan. Akhirnya berdasarkan Morand et al. (1999), pengomposan adalah proses biologik dari degradasi dan reorganisasi bahan organik dengan adanya unsur hara, yang mengantarkan substrat karbon lignoselulolitik menjadi substrat humik yaitu kompos. Untuk mengulangi sifat-sifat yang telah dituliskan dalam definisi-definisi, maka pengomposan :adalah sebuah cara untuk memantapkan dan memperlakukan limbah organik yang dapat didegradasi secara aerobik. Limbah organik yang digunakan diprioritaskan pada pada limbah padat dan semi padat. Stabilisasi bahan organik berlangsung melalui cara penghancuran yang

10

menghasilkan panas yang dapat membunuh bibit penyakit, vektor parasitbiji-bijian yang tidak diinginkan . Pengomposan adalah daur ulang bahan organik secara biologis yang akan menghasilkan bahan humus, faktor yang stabil dan mempengaruhi kesuburan. Proses biologis yang terjadi pada pengomposan -adalah hasil dari aktivitas mikrobiologik komplek yang kondisinya berbeda-beda (khusus). Dari uraian dan rangkuman berbagai definisi pengomposan maka pengomposan dapat menjawab sebuah definisi bioteknologi (Mustin, 1987).

Kompos, pupuk organik sehat dan ramah lingkungan Salah satu indikator pengomposan adalah munculnya temperatur thermofil pada bahan organik yang sedang dikomposkan.

11

Dengan temperatur antara 650-70C ini sudah dianggap cukup untuk mensterilasi bahan yang dikomposkan. Karena berbagai bibit penyakit dapat dimatikan selama proses berlangsung maka hasil akhir yang diperoleh adalah kompos yang higienis yang kalau diaplikasikan di lapangan tidak akan memberikan dampak yang merugikan bagi lingkungan. Sedangkan bahan organik lain seperti kotoran hewan, limbahhijauan ternak, sisa-sisa limbah organik lain yang tidak dikomposkan bila digunakan langsung di tanah-tanah pertanian masih harus melalui proses lebih lanjut seperti penghancuran lebih lanjut baik oleh mikroorganisme atau hewan-hewan tanah lain dapat mengganggu tanaman. Penambahan bahan organik segar ke tanah sebaiknya dihindari sebab ia menghasilkan perubahan-perubahan ekosistem bersamaan dengan berkembangnya tanaman. Jika bahan organik baru terdegradasi sebagian maka degradasi tersebut akan dilanjutkan oleh mikroflora tanah yang menghasilkan produk-produk intermedier yang tidak sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Sebaliknya rasio C/N dari bahan organik yang terlalu tinggi akan memunculkan fenomena kelaparan nitrogen (Bernal et al., 1998). Kita harus menjaga image bahwa varietas kompos mengikuti sifat-sifat alami bahan organik dan teknologi pengomposan yang digunakan. Idealnya setiap jenis kompos digunakan untuk jenis tanah yang sesuai, demikian pula iklim dan tanaman budidayanya (Mustin, 1987). Oleh karena itu adalah sangat penting mengetahui kompos muda (belum matang) dan kompos matang. Untuk kompos muda yaitu baru dikomposkan sebagian maka masih bersifat fitotoksik, humifikasi bahan organik yang tidak lengkap menghasilkan molekul-molekul intermediate yang masih bersifat racun bagi tanaman dan menyebabkan terkadinya kekurangan nitrogen.

12

Fungsi kompos sebagai amandment tanah adalah mirip pupuk kimia yaitu memperkaya tanah akan N,P,K namun pengaruhnya yang prinsip adalah untuk merangsang stabilisasi fisik, biologik dan kemik tanah, demikian pula keseimbangan elemen-elemen mineral (de Bertoldi et al., 1983). Fraksi organik dari bahan yang terkompos harus telah terdekomposisi dengan cukup yaitu adanya kandungan humus. Humus adalah produk akhir humifikasi dalam hal mana senyawasenyawa yang berasal dari lignin, polisakarida, senyawa-senyawa nitrogen dirubah menjadi bahan-bahan stabil. (Tuomela et al., 2000). Penambahan kompos pada tanah dapat memodifikasi sifatsifat fisik, kimia dan biologik dalam jangka panjang . Gobat et al. (1998) memberikan daftar modifikasi yang diperankan kompos : - Kapasitas retensi air dan ketersediaannya bagi tanaman meningkat demikian pula stabilitas struktur - Melalui humik dalam kompos kapasitas tukar kation juga meningkat. Tanah mampu mengikat mineral tanah lebih banyak yang mendorong ketersedaan mineral bagi akar dan menghindari hilangnya ion-ion - Kompos matang merupakan medium komunitas mikroorganisme mesofil yang penting dan beraneka ragam. Hal ini akan meningkatkan aktivitas enzim yang signifikan - Pada waktu mikroorgnisme tanah melakukan mineralisasi, kompos membebaskan CO2. Konsentrasu CO2 meningkat tidak hanya pada lapisan atmosfir tanah tetapi juga pada selimut udara di atas tanah dan hal ini menguntungkan bagi aktifitas fotosintesa tanaman tingakat rendah. - Penggunaan kompos memperbaiki kualtas tanaman budidaya karena adanya peraikan pada tanah, yang tentunya menguntungkan bagi tanaman

13

- Pada umumnya kompos menyumbang menekan parasit-parasit tanah yang merangsang berkembanganya aktivitas organisme antagonis (kompetisi, sekresi antibiotik, hyperparasitisme) - Kompos tidak membunuh patogen tetapi tetapi pebngendalian melalui persaingan berbagai mikroorganisme yang menguntungkan yang berkembang dan aktif (Ozores-Hampton et al., 1994). Kita juga dapat melihat peranan kompos terhadap porositas tanah, yang kemampuannya komplek dan mengadsorbsi hidup dimana bahan-bahan terjadi toksik dan pestisida, nutrisi organik tanaman .Tanah juga lmerupakan lingkungan interaksi diantara elemenelemen antara tanaman dan tanah atau di tanah itu sendiri. (Mustin, 1987).

Penutup Pemakaian kompos sebagai pupuk organik sebetulnya bukan hal baru bagi kita, akan tetapi budaya penggunaan kompos untuk memupuk tanaman atau menjaga kesuburan tanah secara besarbesaran di kalangan petani masih sangat terbatas. Kendala yang dihadapi oleh masyarakat pengguna kompos adalah masih terbatasnya persedian kompos, waktu pembuatan kompos yang cukup memakan waktu dan masih sedikitnya instalai pengomposan baik milik pemerintah maupun masyarakat. Dengan memperhatikan trend dunia dalam mengurangi pemakaian pupuk kimia dan lebih mengedepankan kesuburan berkelanjutan yang ramah lingkungan serta bahan baku kompos yang melimpah di daerah tropik seperti Indonesia, sosialisasi seputar kompos dan pengomposan terus.

14

1.2.2.

Limbah 1.2.2.1. Pengertian limbah Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga) Limbah adalah sisa hasil proses produksi baik yang dapat digunakan lagi (yang dapat didaur ulang) dan yang tidak dapat digunakan lagi (yang tidak dapat didaur ulang) yang dapat mengganggu, merusak ekosistem apabila dibiarkan. Limbah biasanya terdiri dalam wujud padat, cair dan gas. Limbah adalah sisa hasil produksi baik yang dapat digunakan lagi (yang dapat di daur ulang) dan yang tidak dapat digunakan lagi (yang tidak dapat didaur ulang) yang dapat mengganggu, merusak ekosistem apabila dibiarkan. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai tidak sampah), memiliki yang nilai kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki ekonomis. Limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu. Kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. lingkungan karena

15

1.2.2.2.

Jenis-Jenis Limbah Limbah cair merupakan sisa buangan hasil suatu

1. Cair proses yang sudah tidak dipergunakan lagi, baik berupa sisa industri, rumah tangga, peternakan, lainnya pertanian, padat dan yang sebagainya.Komponen utama limbah cair adalah air (99%) sedangakan komponen bahan bergantung asal buangan tersebut.(Rustama et. al, 1998). Limbah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik, dan bahan buangan anorganik. Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen. 2. Padat Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak.

16

3. Gas Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas, contoh : karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), dan sulfur oksida (SOx). 1.2.3. Air Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di bumi, sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satusatunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik. Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air sering

17

disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-). 1.2.3.1. Karakteristik air

1. Temperatur/suhu, berpengaruh terhadap reaksi kimia, reduksi kelarutan gas. 2. Rasa dan bau, diakibatkan oleh senyawa-senyawa lain dalam air seperti gas H2S , NH3, senyawa fenol, dll. 3. Warna : air yang murni tidak berwarna, bening dan jernih, adanya warna pada air menunjukkan adanya senyawa lain yang masuk ke dalam air. 4. Turbiditas/kekeruhan, karena adanya bahan dalam bentuk koloid dari partikel yang kecil, dan atau adanya pertumbuhan mikroorganisma. 5. Solid, disebabkan oleh senyawa organik maupun anorganik dalm bentuk suspensi (larut). Jumlah total kandungan bahan terlarut = TDS (Total dissolve solid), sedangkan bahan yang tidak terlarut (terpisah dengan filtrasi atau sentrifugasi) = Suspended Solid (SS). Karakteristik kimia: 1. pH, konsentrasi H+ 2. potensial oksidasi-reduksi 3. alkalinitas 4. asiditas 5. kesadahan 6. dissolved Oxygen(DO) 7. oxygen Demand (BOD)

18

8. nitrogen (organik, anorganik) 9. pospat 10. klorida. 1.2.3.2. Jenis-jenis air

1. Hard water (air kesadahan tinggi) adalah air yang mengandung garam kapur secara berlebihan, yaitu kalsium karbonat, kalsium sulfat, dan magnesium, sodium, besi, tembaga, silikon, nitrat, chlorida, virus, bakteri, zat2 kimia dan berbagai mineral anorganik lainnya. 2. Soft water (air kesadahan rendah , contohnya air sungai, air danau, air mata air pegunungan, dan air dari beberapa tempat.

3. Raw water (air mentah) adalah jenis air yang belum mendapat penanganan tertentu, air tersebut dapat berupa hard water maupun soft water. contoh hard water adlaah air kapur, contoh soft water adalah air hujan. air mentah mengandung jutaan virus dan bakter dalam satu tetes saja. Beberapa ahli kesehatan menyarankan untuk memasak air (boiled water) yang akan kita konsumsi. mineral pendidihan anorganik, air meskipun tidak air menghilangkan

tersebut dapat membunuh bakteri dalam air mentah. 4. Rain water (air hujan) memang sudah disuling olh panasnya matahari sehingga tidak mengandung mineral dan juga tidak mengandung kuman, namun pada waktu terjadinya kondensasi (pengembunan) dari awan menjadi hujan, titik air tersebut melewati udara yang

19

mengdanung bakteri, debu, asap, bahan2 kimia, lumpur, dan bahan2 mematikan. 5. Snow water (air salju) merupakan salju yang mencair yang juga membawa bahan2 kimia dan bahkan dapat mengadnung radioaktif seperti strontium 90. salju merupakan air hujan yang membeku. 6. Filtered water (air saringan) adalah air yang dilewatkan melalui saringan sangat halus, yang diaktifkan dengan karbon atau dengan penghilang mekanik lainnya. pemakaian air saringan masih cukup populer saat ini,m beberapa orang mengira air yang dilewatkan melalui suatu filter telah menjadi murni, namun tidak ada suatu filter yang dapat mencegah bakteri atau virus lolos dari jaringan2 halusnya. 7. Deionized water (air deionisasi) dapat menghilangkan mineral secara efektif dan menyaingi air suling dalam hal ini. namun demikian air itu berubah menjadi media pengembangan untuk bakteri, zat2 renik dan virus. kesalahan alat ini terletak pada hamparan damarnya yang justru menjadi media pembenihan. disamping itu air ini tidak dapat menghilangkan bahan kimia sintetis seperti herbisida, pestisida, dan insektisida. 8. Distiled water (air suling) adalah air yang diubah menjadi uap (dengan pemanasan) sehingga semua yang tidak murni ditinggalkan, kemudian dengan proses kondensasi (pengembunan) dikembalikan menjadi air murni.

20

1.2.4. Alkalinity 1.2.4.1. Pengertian Alkalinity Alkaliniti adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Sama halnya dengan larutan bufer, alkaliniti merupakan pertahanan air terhadap pengasaman. Alkaliniti adalah hasil reaksi-reaksi terpisah dalam larutan hingga merupakan sebuah analisa makro yang menggabungkan beberapa reaksi. Alkaliniti dalam air disebabkan oleh ionion karbonat (CO32- ), bikarbonat (HCO3- ), hidroksida (OH-) dan juga borat (BO33-), fosfat (PO43-), sebagainya. Air yang sangat alkali atau bersifat basa sering mempunyai pH tinggi dan umumnya mengandung padatan terlarut yang tinggi. Sifat-sifat ini dapat menurunkan kegunaannya untuk keperluan dalam tangki uap, prosesing makanan dan system saluran air dalam kota. Alkalinitas memegang peranan penting dalam penentuan kemampuan air untuk mendukung yang memegang pertumbuhan peran ganggang dan menentukan kehidupan perairan lainnya. Pada umumnya, komponen utama dalam alkalinitas perairan adalah ion bikarbonat, ion karbonat dan ion hidroksil. silikat dan

1.2.4.2. Jenis-Jenis Alkalinity 1.Alkalinity karbonat 2.Alkalinity total

21

1.2.5. Asidimetri 1.2.5.1. Pengertian Asidimetri Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Kadua cara di atas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada titrimetrik. Akan tetatpi, dilihat dari segi yang kata, titrimetrik lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi. 1.2.5.2. Indikator dan Penggunaannya Beberapa pengertian indikator, antara lain : 1. Teori Oswald

22

Indikator adalah zat-zat warna yang bersifat sebagai asam lemah atau basa lemah yang warna molekulnya sebelum berdissosiasi berlainan dengan warna ionnya yang terjadi sesudah berdissosiasi. 2. Teori Chromophore Indikator adalah suatu persenyawaan organik yang warnanya tidak bergantung pada struktur molekulnya dan perubahan Adapun asam basa penggunaan adanya indikator perubahan yaitu sebagai atau penunjuk untuk mngetahui titik akhir titrasi dalam titrasi dengan warna terbentuknya endapan. NO 1 2 3 4 5 6 7 8 Nama Kuning metil Dinitrofenol Jingga metil Merah metil Lakmus Fenolftalein Timolftalein Trinitrobenzena Rentang pH 23 2,4 4,0 3 4,5 4,4 6,6 68 8 10 10 12 12 -13 Warna asam Merah Tidak berwarna Merah Merah Merah Tidak berwarna Kuning Tidak berwarna Warna basa Kuning Kuning Kuning Kuning Biru Merah Ungu Jingga

23

BAB II ALAT DAN BAHAN


2.1. Alat 1. Buret dan statif 2. Pipet tetes 3. Erlemmeyer 250 ml 4. Corong 5. Gelas ukur 6. Pipet volumetri 7. Tissu 2.2. Bahan 1. Sampel (aqua, indodes, clean-Q) 2. H2SO4 0,02 N 3. Indikator PP 4. Indikator MO 5. Aquades

24

BAB III PROSEDUR KERJA


3.1. Prosedur Kerja P alkalinity 1. Diukur sampel 25 ml pada gelas ukur, kemudian dituang ke dalam erlenmeyer 2. Ditambahkan aquades 50 ml dan 3 s/d 5 tetes indikator PP 3. Larutan diaduk, tidak terjadi perubahan warna menjadi merah jambu.Maka tidak dilanjutkan dengan titrasi 3.2. Prosedur Kerja M alkalinity 1. Ditambahkan 3 s/d 5 tetes indikator MO pada larutan sampel yang telah ditambah indikator PP sebelumnya 2. Larutan sampel berubah warna menjadi kuning 3. Larutan sampel dititrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N sampai warna menjadi orange 4. Dicatat volume larutan H2SO4 0,02 N yang terpakai

25

BAB IV GAMBAR RANGKAIAN

Gambar 1. Rangkaian alat titrasi

26

BAB V DATA PENGAMATAN Sampel Aqua Indodes Clean-Q A. V sampel (ml) 25 25 25 V aquades (ml) 50 50 50 N H2SO4 (N) 0,02 0,02 0,02 V H2SO4 (ml) 1,0 0,5 1,8

P-Alkalinity o Sampel o Volume sampel o Indikator PP : Aqua : 25 ml : 3 tetes

o Aqua + Aquades Ades + Indikator PP larutan bening o P alkalinity = 0 o Sampel o Volume sampel o Indikator PP : Indodes : 25 ml : 3 tetes

o Prima + Aquades + Indikator PP larutan bening o P alkalinity = 0 o Sampel o o o o B. Volume sampel Indikator PP : 25 ml : 3 tetes : Qlean_Q

Qlean_Q + Aquades + Indikator PP larutan bening P alkalinity = 0

M Alkalinity o Sampel o Volume sampel o Indikator MO : Aqua : 25 ml : 3 tetes

27

o Aqua + Aquades Ades + Indikator MO larutan kuning o Volume H2SO4 : 2,6 ml H2SO4 Lar. Kuning o Sampel o Volume sampel o Indikator MO : Indodes : 25 ml : 3 tetes larutan orange

o Volume H2SO4 : 2,7 ml o Prima + Aquades + indikator MO larutan kuning H2SO4 Lar. Kuning o Sampel o Volume sampel o Indikator MO o Volume H2SO4 : 25 ml : 3 tetes : 3,1 ml larutan orange : Qlean_Q

o Qlean_Q + Aquades + Indikator MO larutan kuning H2SO4 Lar. Kuning larutan orange

28

BAB VI PENGOLAHAN DATA 6.1. Perhitungan P alkalinity Semua sampel tidak terjadi perubahan warna menjadi merah jambu ketika ditetesi dengan indikator PP maka nilai P alkalinity untuk semua sampel sama dengan nol. 6.2. Perhitungan M alkalinity
Volume H2SO4 0,02 N Volume sampel

M Alkalinity (Aqua)

= 1000 x = 1000 x = 40

1,0 m l 25 m l

M Alkalinity (Indodes)

= 1000 x = 1000 x = 20

Volume H2SO4 0,02 N Volume sampel

0,5 m l 25 m l

M Alkalinity (Clean-Q)

= 1000 x = 1000 x = 72

Volume H2SO4 0,02 N Volume sampel

1,8 m l 25 m l

29

6.3. Reaksi 1. Menggunakan Indikator PP OH

H2O +

C O C O

OH

OH

OH + H3O+ C OH C OO

2. Menggunakan Indikator MO a.

30

H H2O + Na+ -O3S NN= = N(CH3)2

Na+-O3S b.

N=N

N (CH3)2 + H3O+

Na+-O3S

N=N

N(CH3)2 + H3O+ + H2SO4 +

2Na+-O3S

N=N

N(CH3)2 + H3O+ + H2SO4

2H-O3S

N=N

N(CH3)2 + Na2SO4 + H3O+

31

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN


7.1. Kesimpulan 1. P -Alkalinity Pada percobaan P-Alkalinity diperoleh P=0 2. M -Alkalinity Pada percobaan ini diperoleh kadar M.Alkalinity sebesar : a. sample Aqua nilai M.Alkalinity 40 ppm b. sample Indodes nilai M.Alkalinity 20 ppm c. sampel Qlean_Q M alkalinity 72 ppm Ditinjau dari nilai alkalinitynya maka dapat disimpulkan bahwa sampel Aqua yang paling baik dikonsumsi sebagai air minum dari pada sampel Prima dan Qlean_Q. 7.2. Saran Sebaiknya sampel yang diuji jangan hanya 3 jenis minuman air mineral saja agar kita bisa mengetahui lebih jelas air mineral yang bagus untuk dikonsumsi dan baik bagi kesehatan.

32

DAFTAR PUSTAKA http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah http://forum.kafegaul.com/showthread.php?t=98246 http://arifqbio.multiply.com/journal/item/7 http://tinz08.wordpress.com/2009/05/02/asidimetri-alkalimetri/ http://etnize.wordpress.com/2009/07/01/jenis-jenis-air-di-bumi/

33

LAMPIRAN Karakteristik air A. Karakter fisik: 1. Temperatur/suhu, berpengaruh terhadap reaksi kimia, reduksi kelarutan gas. 2. Rasa dan bau, diakibatkan oleh senyawa-senyawa lain dalam air seperti gas H2S , NH3, senyawa fenol, dll. 3. Warna : air yang murni tidak berwarna, bening dan jernih, adanya warna pada air menunjukkan adanya senyawa lain yang masuk ke dalam air. 4. Turbiditas/kekeruhan, karena adanya bahan dalam bentuk koloid dari partikel yang kecil, dan atau adanya pertumbuhan mikroorganisma. 5. Solid, disebabkan oleh senyawa organik maupun anorganik dalm bentuk suspensi (larut). Jumlah total kandungan bahan terlarut = TDS (Total dissolve solid), sedangkan bahan yang tidak terlarut (terpisah dengan filtrasi atau sentrifugasi) = Suspended Solid (SS). B. Karakteristik kimia: 1. pH, konsentrasi H+ 2. potensial oksidasi-reduksi 3. alkalinitas 4. asiditas 5. kesadahan 6. dissolved Oxygen(DO) 7. oxygen Demand (BOD) 8. nitrogen (organik, anorganik) 9. pospat 10. klorida.

34

Tabel Syarat Mutu Air Minum dalam Kemasan

35

You might also like