You are on page 1of 37

[SPOILER=I] 2. 3. Bagaimana cara untuk mengetahui baik buruknya diode ,(diode si,Ge, dan Zener)?

Untuk percobaan setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh hitunglah factor

rippelnya untuk masing masing harga RL? 4. 5. Jelaskan cara kerja rangkaian Diode penyearah gelombang penuh dengan 4 diode? Bandingkan semua hasil pengukuran dengan hasil perhitungan, dan terangkan menurut analisa

anda?[/SPOILER] _______________________________________________________________________ [SPOILER=II]1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan daerah cut-off, aktif, dan saturasi? 2. a. b. c. 3. 4. 5. 6. Dari percobaan karakteristik transistor dengan multimeter, buatlah grafik, IC terhadap VCE VBE terhadap IB hFE terhadap IC. Tentukan titik Q pada BJT dan FET, pada tiap konfigurasi! Berdasarkan percobaan yang sudah anda lakukan jelaskan cara kerja BJT dan FET! Sebutkan kegunaan dari BJT dan JFET serta aplikasinya? Apa syarat syarat transistor yang beroperasi pada daerah cut-off, aktif dan saturasi, jelaskan

jawaban anda menurut hasil percobaan! 7. Dari keempat jenis bias pada BJT, mana yang paling stabil (pergeseran titik kerjanya sangat

kecil)? Jelaskan! 8. 9. Menurut anda apakah definisi dan kegunaan dari bias? Apa yang dimaksud dengan IDSS,VP,IGSS?

10. 11. 12.

Apa ciri ketiga daerah operasi dari JFET? Terangkan perbedaan antara BJT dan JFET menurut hasil percobaan (minimal 5 perbedaan)! Jika hasil percobaan anda tidak sesuai dengan teori, mungkinkah disebabkan oleh kerusakan

transistor? jelaskan jawaban anda menurut data percobaan yang diperoleh dan data sheetnya! 13. 14. Bandingkanlah hasil pengukuran dengan perhitungan jelaskan dan beri kesimpulannya Berikan kesimpulan anda pada tiap-tiap percobaan dan berikan kesimpulan umumnya pada akhir

percobaan.[/SPOILER] _______________________________________________________________________ [SPOILER=III]1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan OP-AMP? 2. 3. 4. Sebutkan fungsi dan karakteristik dari sebuah OP-AMP! Buatlah symbol skematis dari sebuah OP-AMP dan sebutkan masing masing bagiannya! Jelaskan fungsi dari masing masing kaki OP-AMP (pada OP AMP 741)menurut datasheet

yang anda peroleh! 5. 6. 7. 8. 9. ini? 10. Berapa frekuensi cut-off dari filter-filter pada percobaan yang anda lakukan dan bandingkan hasil Tentukan besarnya gain bagi amplifier membalik dan tak membalik! Bagaimana prinsif kerja dari pengikut tegangan (voltage follower)! Bagaimana sifat-sifat op-am ideal dan hubungannya dengan op-amp nyata! Bagaimana hubungan tegangan input dan output dari amplifier penjumlah/adder! Apa yang dimaksud dengan frekuensi cut-off atau putus dan berapa besarnya gain pada kondisi

ini dengan perhitungan/teorinya![/SPOILER]

______________________________________________________________________

[SPOILER=IV] 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan SCR, TRIAC, dan DIAC! Jelaskan perbedaan - perbedaan SCR, TRIAC, dan DIAC! Berikan penjelasan tentang fungsi dan karakteristik dari SCR, TRIAC, dan DIAC! Terangkan cara kerja osilator relaksasi dengan SCR. Apakah keuntungan-keuntungan penggunaan SCR dan TRIAC pada pengaturan daya ? Buatlah contoh aplikasi aplikasi yang menggunakan SCR, TRIAC, dan DIAC! Menurut data dan analisa yang anda buat, apakah yang akan terjadi jika hambatan pada masing

masing rangkaian diatas dikurangi, jelaskan dengan analisa matematis! 8. Mengapa pada rangkaian R diganti dengan diac nyala lampu pada saat potensio diputar bisa

lebih terang dan lebih redup, jelaskan dengan analisa matematis! 9. Bagaimanakah hubungan antara konstanta waktu jaringan RC pada Gate dan besarnya sudut

tunda penyalaan ? 10. Berikan kesimpulan anda pada masing masing percobaan diatas!

[/SPOILER]

Komponen Elektronika Dasar Thyristor


Thyristor termasuk jenis semikonduktor. Kata Thyristor diambil dari bahasa yunani yang berarti pintu. Fungsi utama Thyristor adalah sebagai saklar. Thyristor yang sering dipakai ada tiga, yaitu SCR, DIAC, dan TRIAC. Simbol Thyristor :

Simbol Thyristor Simbol Thyristor Bentuk Fisik Thyristor :

Bentuk Fisik Thyristor SCR kepanjangan dari Silicon Controlled Rectifier. SCR berfungsi sebagai saklar arus searah. Struktur SCR terbentuk dari dua buah junction PNP dan NPN.Untuk memudahkan analisa, SCR dapat digambarkan sebagai dua transistor yang NPN dan PNP yang dirangkai sebgai berikut

Struktur SCR SCR mempunyai 3 kaki yaitu Anoda (A), Katoda(K) dan Gate (G). Dalam kondisi normal Antara Anoda dan Katoda tidak menghantar seperti dioda biasa. Anoda dan Katoda akan terhubung setelah pada Gate diberi trigger minimal sebesar 0.6Volt lebih positif dari Katoda. SCR akan tetap menghantar walaupun trigger pada Gate telah dilepas. SCR akan kembali ke kondisi tidak menghantar setelah Masukan tegangan pada Anoda dilepas. DIAC kepanjangan dari DIode Alternating Current. DIAC tersusun dari dua buah dioda PN dan NP yang disusun berlawanan arah. DIAC memerlukan tegangan breakdown yang relatif tinggi untuk dapat menembusnya. Karena karakteristik inilah DIAC umumnya dipakai untuk memberi trigger pada TRIAC. TRIAC kepanjangan dari TRIode Alternating Current. TRIAC dapat digambarkan seperti SCR yang disusun bolak-balik. TRIAC dapat melewatkan arus bolak-balik. Dalam pemakaiannya TRIAC digunakan sebagai saklar AC tegangan tinggi (diatas 100Volt). TRIAC bisa juga disebut SCR bi-directional. Untuk memberi trigger pada TRIAC dibutuhkan DIAC sebagai pengatur level tegangan yang masuk.

Thyristor
Thyristor adalah komponen semikonduktor untuk pensaklaran yang berdasarkan pada strukturPNPN. Komponen ini memiliki kestabilan dalam dua keadaan yaitu on dan off serta memiliki umpan-balik regenerasi internal. Thyristor memiliki kemampuan untuk mensaklar arus searah (DC) yaitu jenis SCR, maupun arus bolak-balik (AC), jenis TRIAC.

Silicon Controlled Rectifier (SCR)


SCR merupakan jenis thyristor yang terkenal dan paling tua, komponen ini tersedia dalam rating arus antara 0,25 hingga ratusan amper, serta rating tegangan hingga 5000 volt. Struktur dan simbol dari SCR dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Penggambaran struktur dan simbol dari SCR. Sedangkan jika didekati dengan struktur transistor, maka struktur SCR dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur SCR jika didekati dengan struktur transistor. Kondisi awal dari SCR adalah dalam kondisi OFF (A dan K tidak tersambung). Salah satu cara untuk meng-ON kan (menyambungkan antara A dan K) adalah dengan memberikan tegangan picu terhadap G (gate). Sekali SCR tersambung maka SCR akan terjaga dalam kondisi ON (dapat dilihat pada struktur transistor Gambar 2). Untuk mematikan sambungan A-K, maka yang perlu dilakukan adalah dengan memberikan tegangan balik pada A-K-nya, atau dengan menghubungkan G ke K. Gambar 3 berikut adalah karakteristik volt-amper SCR dan skema aplikasi dasar dari SCR.

Gambar 4. Karakteristik dan skema aplikasi SCR.

Triac
Triac dapat dianggap sebagai dua buah SCR dalam struktur kristal tunggal, dengan demikian maka Triac dapat digunakan untuk melakukan pensaklaran dalam dua arah (arus bolak balik, AC). Simbol dan struktur Triac adalah seperti ditunjukan dalam Gambar 5.

Gambar 5. Simbol dan struktur Triac. Karena secara prinsip adalah ekivalen dengan dua buah SCR yang disusun secara paralel dengan salah SCR dibalik maka Triac memiliki sifat-sifat yang mirip dengan SCR. Gambar 6 adalah gambar karakteristik volt-amper dan skema aplikasi dari Triac.

Gambar 6. Karakteristik dan skema aplikasi Triac.

Rangkaian Elektronika Dasar Dimmer


November 13, 2010 Eko Purnomo Leave a comment Go to comments

Rangkaian Dimmer Deskripsi Rangkaian Dimmer adalah rangkaian pengatur nyala lampu. Dengan rangkaian dimmer, nyala lampu bisa diatur dari yang paling gelap (mati), remang-remang sampai yang paling terang. Fungsi Rangkaian Komponen utama rangkaian dimmer adalah TRIAC, DIAC dan Variabel Resistor. TRIAC sebagai komponen utama berfungsi mengatur tegangan AC yang masuk ke lampu. DIAC dan VR berfungsi mengatur bias TRIAC yang menentukan titik kerja on-off dari TRIAC. Komponen TRIAC yang dipakai bisa semua type dengan kapasitas daya (watt) yang sesuai dengan beban lampu, sebagai contoh type AC03F dan AC05F. DIAC bisa diganti dengan lampu neon kecil (indikator pada setrika). Yang perlu diperhatikan disini adalah tegangan kerja kapasitor, harus minimal 250V. Jadi bisa diganti dengan kapasitor yang mempunyai batas tegangan yang lebih tinggi. Untuk semua resistor harus menggunakan jenis resistor dengan daya minimal 0.5 watt. Aplikasi Rangkaian dimmer hanya bisa dipakai pada jenis lampu pijar/lampu konvensional. Rangkaian dimmer tidak bisa dipakai pada lampu neon/lampu hemat energi (nyala putih) karena akan menyebabkan kerusakan pada rangkaian dalam lampu.

Osilator
August 20, 2010 Eko Purnomo Leave a comment Go to comments

Osilator adalah pembangkit sinyal dengan periode tertentu . Osilator menghasilkan beberapa bentuk gelombang, yaitu : sinus, kotak, segitiga, gigi gergaji dan pulsa. Osilator terbentuk dari beberapa model rangkaian sesuai dengan bentuk gelombang yang dihasilkannya. Secara umum prinsip rangkaian osilator dibagi dua, yaitu Osilator Harmonisa dan Osilator Relaksasi. A. Osilator Harmonisa Osilator harmonisa menghasilkan bentuk gelombang sinusoida. Osilator harmonisa disebut juga dengan Osilator Linear. Bentuk dasar osilator harmonisa terdiri dari sebuah penguat dan sebuah filter yang membentuk umpan balik positif yang menentukan frekuensi output. Prinsip osilator ini dimulai dengan adanya noise/desah saat pertama kali power dinyalakan. Noise/desah ini kemudian dimasukkan kembali ke input penguat dengan melalui filter tertentu. Karena hal ini terjadi berulang-ulang, maka sinyal noise akan menjadi semakin besar dan membentuk periode tertentu sesuai dengan jaringan filter yang dipasang. Periode inilah yang kemudian menjadi nilai frekuensi sebuah osilator. Macam-macam osilator harmonisa/ sinus : 1. Osilator Amstrong

Osilator Amstrong Osilator amstrong dinamai sesuai dengan nama penemunya Edwin Amstrong. Osilator amstrong terdiri dari sebuah penguat dan sebuat umpan balik rangkaian LC. 2. Osilator Hartley

Osilator Hartley Osilator Hartley termasuk jenis osilator LC. Osilator Hartley tersusun dari dua buah induktor yang disusun seri dan sebuah kapasitor tunggal. Kelebihan osilator hartley adalah mudahnya mengatur nilai frekuensi yaitu dengan menempatkan sebuah kapasitor variabel pada komponen kapasitornya. Selain itu amplitudo output osilator juga relatif tetap pada range frekuensi kerja penguat osilator. 3. Osilator Colpits

Osilator Colpits Osilator Colpits termasuk jenis osilator LC. Osilator colpits tersusun dari dua buah kapasitor yang disusun seri dan sebuah induktor tunggal. Kelebihan osilator colpits adalah mudahnya mengatur nilai frekuensi yaitu dengan menempatkan sebuah induktor variabel pada komponen induktornya seperti halnya penggunaan kapasitor variabel pada osilator hartley. Amplitudo output osilator juga relatif tetap pada range frekuensi kerja penguat osilator. 4. Osilator Clapp

Osilator Clapp Osilator Clapp termasuk jenis osilator LC. Osilator Clapp tersusun dari tiga buah kapasitor dan satu buah induktor. Konfigurasi osilator clapp sama dengan osilator colpits namun ada penambahan kapasitor yang disusun seri dengan induktor (L). Osilator Clapp diperkenalkan oleh James K. Clapp pada tahun 1948. 5. Osilator pergeseran Fasa

Osilator Pergeseran Fasa Osilator pergeseran fasa termasuk jenis osilator RC. Pada osilator pergeseran fasa terdapat sebuah pembalik fasa total 180 derajat. Pembalik fasa ini di menggeser fasa sinyal output sebesar

180 derajat dan memasukkan kembali ke input sehingga terjadi umpan balik positif. Rangkaian pembalik fasa ini biasanya dibentuk oleh tiga buah rangkaian RC. 6. Osilator Kristal

Osilator Kristal Osilator Kristal adalah osilator yang rangkaian resonansinya tidak menggunakanan LC atau RC melainkan sebuah kristal kwarsa. Rangkaian dalam kristal mewakili rangkaian R, L dan C yang disusun seri. Osilator Pierce ditemukan oleh George W. Pierce. Osilator Pierce banyak dipakai pada rangkaian digital karena bentuknya yang simpel dan frekuensinya yang stabil. 7. Osilator Jembatan Wien

Osilator Jembatan Wien Osilator ini termasuk jenis osilator RC. Osilator jembatan Wien disebut juga osilator Twin-T karena menggunakan dua T sirkuit RC beroperasi secara paralel. Satu rangkaian adalah sebuah RCR T yang bertindak sebagai filter low-pass. Rangkaian kedua adalah CRC T yang beroperasi sebagai penyaring bernilai tinggi. Bersama-sama, sirkuit ini membentuk sebuah jembatan yang disetel pada frekuensi osilasi yang diinginkan. Sinyal di cabang CRC dari filter Twin-T yang maju, di RCR itu tertunda, sehingga mereka dapat melemahkan satu sama lain pada frekuensi tertentu. B. Osilator Relaksasi

Osilator Relaksasi adalah osilator yang memanfaatkan prinsip saklar secara terus menerus dengan periode tertentu yang menentukan frekuensi output. Osilator relaksasi menghasilkan beberapa bentuk gelombang non sinus, yaitu : Gelombang kotak, segitiga, pulsa dan gigi gergaji. Osilator relaksasi sederhana adalah sebuah multivibrator / flip-flop. Prinsipnya adalah mensaklar tagangan suply oleh sebuah komponen transistor atau FET.

Multivibrator Osilator relaksasi juga ada yang menggunakan IC yaitu yang terkenal adalah dengan IC 555.

Osilator IC 555
Like Be the first to like this post.

Penguat Operasional (Op-Amp)


August 18, 2010 Eko Purnomo 1 comment

Penguat Operasional (Operational Amplifier Op Amp) adalah sebuah penguat instan yang bisa langsung dipakai untuk benyak aplikasi penguatan. Sebuah Op amp biasanya berupa IC

(Integrated Circuit). Pengemasan Op amp dalam IC bermacam-macam, ada yang berisi satu op amp (contoh : 741), dua op amp (4558, LF356), empat op amp (contoh = LM324, TL084), dll.

Simbol Op amp Penguat Operasional tersusun dari beberapa rangkaian penguat yang menggunakan transistor atau FET. Biasanya membuat penguat dari op amp lebih mudah dibandingkan membuat penguat dari transistor karena tidak memerlukan perhitungan titik kerja, bias, dll. Kelebihan penguat operasional (op amp):
1. Impedansi input yang tinggi sehingga tidak membebani penguat sebelumnya. 2. Impedansi output yang rendah sehingga tetap stabil walau dibebani oleh rangkaian selanjutnya. 3. Lebar pita (bandwidth) yang lebar sehingga dapat dipakai pada semua jalur frekuensi audio (woofer, midle, dan tweeter) 4. Adanya fasilitas offset null sehingga memudahkan pengaturan bias penguat agar tepat dititik tengah sinyal.

Bagian-bagian dalam Op amp :


1. Penguat Differensial, yaitu merupakan bagian input dari Op amp. penguat differensial mempunyai dua input (input + dan input -) 2. Penguat Penyangga (Buffer), yaitu penguat penyangga sinyal output dari penguat differensial agar siap untuk dimasukkan ke penguat akhir op amp. 3. Pengatur Bias, yaitu rangkian pengatur bias dari penguat differensial dan buffer agar diperoleh kestabilan titik nol pada output penguat akhir 4. Penguat Akhir, yaitu penguat yang merupakan bagian output dari Op amp. Penguat Akhir ini biasanya menggunakan konfigurasi push-pull kelas B atau kelas AB.

Penggunakan penguat operasional: 1. Pembanding (Comparator) Comparator adalah penggunaan op amp sebagai pembanding antara tegangan yang masuk pada input (+) dan input (-).

Comparator Jika input (+) lebih tinggi dari input (-) maka op amp akan mengeluarkan tegangan positif dan jika input (-) lebih tinggi dari input (+) maka op amp akan mengeluarkan tegangan negatif. Dengan demikian op amp dapat dipakai untuk membandingkan dua buah tegangan yang berbeda. 2. Penguat Pembalik (Inverting)

Penguat Pembalik Penguat pembalik adalah penggunanan op amp sebagai penguat sinyal dimana sinyal outputnya berbalik fasa 180 derajat dari sinyal input. 3. Penguat tidak membalik (Non Inverting)

Penguat tidak membalik Penguat tidak membalik adalah penggunanan op amp sebagai penguat sinyal dimana sinyal outputnya sefasa dengan sinyal input. 4. Penguat differensial

Penguat Diferensial Penguat differensial adalah penggunaan op amp untuk mencari selisih antara dua buah titik tegangan yang berbeda. 5. Penguat penjumlah (Summing Amplifier)

Penguat Penjumlah Penguat penjumlah berfungsi menjumlahkan level masing masing sinyal input yang masuk ke op amp. Penggunanan op amp sebagai penjumlah sering dijumpai pada rangkaian mixer audio. 6. Integrator (atau LPF)

Integrator Integrator berfungsi mengintegralkan tagangan input terhadap waktu. Penggunanan integrator juga sebagai tapis lulus bawah (Low Pass Filter) 7. Differensiator (atau HPF)

Diferensiator Differensiator berfungsi mendiferensialkan tagangan input terhadap waktu. Penggunanan diferensiator juga sebagai tapis lulus atas (High Pass Filter)

Penguat Transistor
August 17, 2010 Eko Purnomo 3 comments

Salah satu fungsi utama transistor adalah sebagai penguat sinyal. Dalam hal ini transistor bisa dikonfigurasikan sebagai penguat tegangan, penguat arus maupun sebagai penguat daya. Berdasarkan sistem pertanahan transistor (grounding) penguat transistor dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Penguat Common Base (grounded-base)

Penguat Common Base adalah penguat yang kaki basis transistor di groundkan, lalu input di masukkan ke emitor dan output diambil pada kaki kolektor. Penguat Common Base mempunyai karakter sebagai penguat tegangan.

Penguat Common Base Penguat Common base mempunyai karakter sebagai berikut :

Adanya isolasi yang tinggi dari output ke input sehingga meminimalkan efek umpan balik. Mempunyai impedansi input yang relatif tinggi sehingga cocok untuk penguat sinyal kecil (pre amplifier). Sering dipakai pada penguat frekuensi tinggi pada jalur VHF dan UHF. Bisa juga dipakai sebagai buffer atau penyangga.

2. Penguat Common Emitor Penguat Common Emitor adalah penguat yang kaki emitor transistor di groundkan, lalu input di masukkan ke basis dan output diambil pada kaki kolektor. Penguat Common Emitor juga mempunyai karakter sebagai penguat tegangan.

Penguat Common Emitor Penguat Common Emitor mempunyai karakteristik sebagai berikut :

Sinyal outputnya berbalik fasa 180 derajat terhadap sinyal input. Sangat mungkin terjadi osilasi karena adanya umpan balik positif, sehingga sering dipasang umpan balik negatif untuk mencegahnya. Sering dipakai pada penguat frekuensi rendah (terutama pada sinyal audio). Mempunyai stabilitas penguatan yang rendah karena bergantung pada kestabilan suhu dan bias transistor.

3. Penguat Common Collector Penguat Common Collector adalah penguat yang kaki kolektor transistor di groundkan, lalu input di masukkan ke basis dan output diambil pada kaki emitor. Penguat Common Collector juga mempunyai karakter sebagai penguat arus .

Penguat Common Collector Penguat Common Collector mempunyai karakteristik sebagai berikut :

Sinyal outputnya sefasa dengan sinyal input (jadi tidak membalik fasa seperti Common Emitor) Mempunyai penguatan tegangan sama dengan 1. Mempunyai penguatan arus samadengan HFE transistor. Cocok dipakai untuk penguat penyangga (buffer) karena mempunyai impedansi input tinggi dan mempunyai impedansi output yang rendah.

Berdasarkan titik kerjanya penguat transistor ada tiga jenis, yaitu: 1. Penguat Kelas A Penguat kelas A adalah penguat yang titik kerja efektifnya setengah dari tagangan VCC penguat. Untuk bekerja penguat kelas A memerlukan bias awal yang menyebabkan penguat dalam kondisi siap untuk menerima sinyal. Karena hal ini maka penguat kelas A menjadi penguat dengan efisiensi terendah namun dengan tingkat distorsi (cacat sinyal) terkecil.

Penguat Kelas A Sistem bias penguat kelas A yang populer adalah sistem bias pembagi tegangan dan sistem bias umpan balik kolektor. Melalui perhitungan tegangan bias yang tepat maka kita akan mendapatkan titik kerja transistor tepat pada setengah dari tegangan VCC penguat. Penguat kelas A cocok dipakai pada penguat awal (pre amplifier) karena mempunyai distorsi yang kecil. 2. Penguat Kelas B Penguat kelas B adalah penguat yang bekerja berdasarkan tegangan bias dari sinyal input yang masuk. Titik kerja penguat kelas B berada dititik cut-off transistor. Dalam kondisi tidak ada sinyal input maka penguat kelas B berada dalam kondisi OFF dan baru bekerja jika ada sinyal input dengan level diatas 0.6Volt (batas tegangan bias transistor).

Penguat Kelas B

Penguat kelas B mempunyai efisiensi yang tinggi karena baru bekerja jika ada sinyal input. Namun karena ada batasan tegangan 0.6 Volt maka penguat kelas B tidak bekerja jika level sinyal input dibawah 0.6Volt. Hal ini menyebabkan distorsi (cacat sinyal) yang disebut distorsi cross over, yaitu cacat pada persimpangan sinyal sinus bagian atas dan bagian bawah.

Penguat Kelas B push-pull Penguat kelas B cocok dipakai pada penguat akhir sinyal audio karena bekerja pada level tegangan yang relatif tinggi (diatas 1 Volt). Dalam aplikasinya, penguat kelas B menggunakan sistem konfigusi push-pull yang dibangun oleh dua transistor. 3. Penguat kelas AB Penguat kelas AB merupakan penggabungan dari penguat kelas A dan penguat kelas B. Penguat kelas AB diperoleh dengan sedikit menggeser titik kerja transistor sehingga distorsi cross over dapat diminimalkan. Titik kerja transistor tidak lagi di garis cut-off namun berada sedikit diatasnya.

Penguat Kelas AB Penguat kelas AB merupakan kompromi antar efisiensi dan fidelitas penguat. Dalam aplikasinya penguat kelas AB banyak menjadi pilihan sebagai penguat audio. 4. Penguat kelas C Penguat kelas C mirip dengan penguat kelas B, yaitu titik kerjanya berada di daerah cut-off transistor. Bedanya adalah penguat kelas C hanya perlu satu transistor untuk bekerja normal tidak seperti kelas B yang harus menggunakan dua transistor (sistem push-pull). Hal ini karena penguat kelas C khusus dipakai untuk menguatkan sinyal pada satu sisi atau bahkan hanya puncak-puncak sinyal saja.

Penguat Kelas C

Penguat kelas C tidak memerlukan fidelitas, yang dibutuhkan adalah frekuensi kerja sinyal sehingga tidak memperhatikan bentuk sinyal. Penguat kelas C dipakai pada penguat frekuensi tinggi. Pada penguat kelas C sering ditambahkan sebuah rangkaian resonator LC untuk membantu kerja penguat. Penguat kelas C mempunyai efisiensi yang tinggi sampai 100 % namun dengan fidelitas yang rendah.

Fungsi Dasar Transistor


August 14, 2010 Eko Purnomo 14 comments

Transistor adalah komponen elektronika yang tersusun dari dari bahan semi konduktor yang memiliki 3 kaki yaitu: basis (B), kolektor (C) dan emitor (E). Berdasarkan susunan semikonduktor yang membentuknya, transistor dibedakan menjadi dua tipe, yaitu transistor PNP dan transistor NPN. Untuk membadakan transistor PNP dan NPN dapat dari arah panah pada kaki emitornya. Pada transistor PNP anak panah mengarah ke dalam dan pada transistor NPN arah panahnya mengarah ke luar. Bias Transistor Untuk dapat bekerja, sebuah transistor membutuhkan tegangan bias pada basisnya. Kebutuhan tegangan bias ini berkisar antara 0.5 sampai 0.7 Volt tergantung jenis dan bahan semikonduktor yang digunakan. Untuk transistor NPN, tegangan bias pada basis harus lebih positif dari emitor. Dan untuk transistor PNP, tegangan bias pada basis harus lebih negatif dari emitor. Semakin tinggi arus bias pada basis, maka transistor semakin jenuh (semakin ON) dan tegangan kolektor-emitor (VCE) semakin rendah.

Bias Transistor Pada gambar terlihat bahwa TR1 adalah termasuk jenis NPN, jadi tegangan bias pada basis (Vbb) harus lebih positif dari emitor (Vee). Untuk memudahkan maka Vcc ditulis dengan +Vcc dan Vee ditulis dengan -Vee. Dan TR2 adalah termasuk jenis PNP, jadi tegangan bias pada basis

(Vbb) harus lebih negatif dari emitor (Vee). Untuk memudahkan maka Vcc ditulis dengan -Vcc dan Vee ditulis dengan +Vee. Transistor sebagai Saklar Dengan mengatur bias sebuah transistor sampai transistor jenuh, maka seolah akan didapat hubung singkat antara kaki kolektor dan emitor. Dengan memanfaatkan fenomena ini, maka transistor dapat difungsikan sebagai saklar elektronik.

Transistor Sebagai Saklar Pada gambar terlihat sebuah rangkaian saklar elektronik dengan menggunakan transistor NPN dan transistor PNP. Tampak TR3 (NPN) dan TR4 (PNP) dipakai menghidupkan dan mematikan LED. TR3 dipakai untuk memutus dan menyambung hubungan antara katoda LED dengan ground. Jadi jika transistor OFF maka led akan mati dan jika transistor ON maka led akan hidup. Karena kaki emitor dihubungkan ke ground maka untuk menghidupkan transistor, posisi saklar SW1 harus ON jadi basis transistor TR3 mendapat bias dari tegangan positif dan akibatnya transistor menjadi jenuh (ON) lalu kaki kolektor dan kaki emitor tersambung. Untuk mematikan LED maka posisi SW1 harus OFF. TR4 dipakai untuk memutus dan menyambung hubungan antara anoda LED dengan tegangan positif. Jadi jika transistor OFF maka led akan mati dan jika transistor ON maka led akan hidup. Karena kaki emitor dihubungkan ke tegangan positif, maka untuk menghidupkan transistor, posisi saklar SW2 harus ON jadi basis transistor TR4 mendapat bias dari tegangan negatif dan akibatnya transistor menjadi jenuh (ON) lalu kaki emitor dan kaki kolektor tersambung. Untuk mematikan LED maka posisi SW1 harus OFF. Transistor sebagai penguat arus Fungsi lain dari transistor adalah sebagai penguat arus. Karena fungsi ini maka transistor bisa dipakai untuk rangkaian power supply dengan tegangan yang di set. Untuk keperluan ini transistor harus dibias tegangan yang konstan pada basisnya, supaya pada emitor keluar tegangan

yang tetap. Biasanya untuk mengatur tegangan basis supaya tetap digunakan sebuah dioda zener.

Transistor Sebagai Penguat Arus Pada gambar tampak dua buah regulator dengan polaritas tegangan output yang berbeda. Transistor TR5 (NPN) dipakai untuk regulator tegangan positif dan transistor TR6 (PNP) digunakan untuk regulator tegangan negatif. Tegangan basis pada masing masing transistor dijaga agar nilainya tetap oleh dioda zener D3 dan D4. Dengan demikian tegangan yang keluar pada emitor mempunyai arus sebesar perkalian antara arus basis dan HFE transistor. Transistor sebagai penguat sinyal AC Selain sebagai penguat arus, transistor juga bisa digunakan sebagai penguat tegangan pada sinyal AC. Untuk pemakaian transistor sebagai penguat sinyal digunakan beberapa macam teknik pembiasan basis transistor. Dalam bekerja sebagai penguat sinyal AC, transistor dikelompokkan menjadi beberapa jenis penguat, yaitu: penguat kelas A, penguat kelas B, penguat kelas AB, dan kelas C.

Transistor Sebagai Penguat Sinyal AC Pada gambar tampak bahwa R15 dan R16 bekerjasama dalam mengatur tegangan bias pada basis transistor. Konfigurasi ini termasuk jenis penguat kelas A. Sinyal input masuk ke penguat melalui kapasitor C8 ke basis transistor. Dan sinyal output diambil pada kaki kolektor dengan melewati kapasitor C7. Fungsi kapasitor pada input dan output penguat adalah untuk mengisolasi penguat terhadap pengaruh dari tegangan DC eksternal penguat. Hal ini berdasarkan karakteristik kapasitor yang tidak melewatkan tegangan DC. Lebih lanjut tentang penguat sinyal AC akan dibahas pada artikel selanjutnya.

Komponen Dasar Elektronika IC


July 16, 2010 Eko Purnomo 1 comment

IC adalah kepanjangan dari Integrated Circuit. IC terbentuk dari sebuah rangkaian yang sudah terintegrasi dan dibuat dalam satu buah chip komponen. Komponen IC sering dijumpai terutama pada Komputer, TV, Audio Hi-Fi, Radio dan Ponsel. Jenis IC yang paling populer adalah IC Op-Amp (operational amplifier) dan Mikroprosessor/Mikrocontroller. IC tersusun dari banyak komponen semikonduktor seperti Transistor dan Mosfet. Dalam teknik Digital IC logika yang tersusun dari transistor disebut IC TTL dan yang tersusun dari Mosfet disebut IC CMOS. Simbol IC bermacam-macam sesuai dengan jumlah kakinya. Biasanya menggunakan bentuk kotak dan segitiga. Contoh Simbol IC :

Contoh Simbol IC Bentuk Fisik IC :

Contoh Bentuk Fisik IC Contoh Skema Rangkaian yang menggunakan IC :

Contoh Rangkaian menggunakan IC Contoh IC :


1. Op-Amp = LM741, LM324, TL084, LF356

2. 3. 4. 5. 6.

Microcontroller = AT89C51, AT89C2051 Power Amp = STK4132, STK4192, STK050, TDA2030, TDA2050 TV = TA8569, TDA8841, TDA8361, TA8718 Radio = LA1260, LA3361, TA2003, TEA5711 Audio = LA3600, LA3220, LM1894

Mengetahui Pabrik IC melalui Nama IC :


1. LM adalah IC buatan NATIONAL PANASONIC Contoh : LM324 2. LA, LB, LC adalah IC buatan SANYO Contoh : LA1260, LB1403, LC7213 3. CXA, CXD adalah IC buatan SONY Contoh : CXA1213, CXD1051 4. TDA, TBA, TEA adalah IC buatan PHILIPS dan SGS THOMPSON Contoh :TDA8361, TBA120, TEA5711 5. TA, TB, TC adalah IC buatan TOSHIBA Contoh : TA8210, TB1229, TC1209 6. KA, KB adalah IC buatan SAMSUNG Contoh : KA431 7. STK adalah IC Power buatan SANYO Contoh : STK050

Komponen Dasar Elektronika FET


July 15, 2010 Eko Purnomo 1 comment

FET adalah kepanjangan dari Field EfFect Transistor, yang jika dibahasa indonesiakan menjadi Transistor Efek Medan. Berbeda dengan transistor, FET bekerja berdasarkan efek medan listrik. FET mempunyai 3 kaki, yaitu : Gate (G), Drain (D) dan Source (S). Jika dilihat dari fungsinya 3 kaki ini menyerupai kaki-kaki transistor dimana Gate (G) serupa dengan Basis (B), Drain (D) dengan Kolektor (C) dan Source (S) serupa dengan Emitor (E). Karena termasuk jenis transistor maka FET juga ada dua tipe yaitu FET kanal P dan FET kanal N. Fungsi FET hampir sama dengan fungsi transistor. Ada dua jenis FET yang sering digunakan yaitu JFET (JUNCTION-FET) dan MOSFET (METAL OXIDE SEMICONDUCTOR-FET). Simbol JFET :

Simbol J-FET Bentuk Fisik JFET :

Bentuk Fisik JFET Simbol MOSFET :

Simbol MOSFET Bentuk Fisik MOSFET :

Bentuk Fisik MOSFET

Komponen Dasar Elektronika Dioda


July 14, 2010 Eko Purnomo Leave a comment

Dioda adalah semikonduktor yang terdiri dari persambungan (junction) P-N. Sifat dioda yaitu dapat menghantarkan arus pada tegangan maju dan menghambat arus pada tegangan balik. Simbol Dioda :

Simbol Dioda Bentuk Fisik Dioda :

Bentuk Fisik Dioda Fungsi Dioda :


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Penyearah, contoh : dioda bridge Penstabil tegangan (voltage regulator), yaitu dioda zener Pengaman /sekering Sebagai rangkaian clipper, yaitu untuk memangkas/membuang level sinyal yang ada di atas atau di bawah level tegangan tertentu. Sebagai rangkaian clamper, yaitu untuk menambahkan komponen dc kepada suatu sinyal ac Pengganda tegangan. Sebagai indikator, yaitu LED (light emiting diode) Sebagai sensor panas, contoh aplikasi pada rangkaian power amplifier Sebagai sensor cahaya, yaitu dioda photo Sebagai rangkaian VCO (voltage controlled oscilator), yaitu dioda varactor

Jenis Dioda :
1. Dioda standar Dioda jenis ini ada dua macam yaitu silikon dan germanium. Dioda silikon mempunyai tegangan maju 0.6V sedangkan dioda germanium 0.3V. Dioda jenis ini mempunyai beberapa batasan tertentu tergantung spesifikasi. Batasan batasan itu seperti batasan tegangan reverse, frekuensi, arus, dan suhu. Tegangan maju dari dioda akan turun 0.025V setiap kenaikan 1 derajat dari suhu normal. Sesuai karakteristiknya dioda ini bisa dipakai untuk fungsi-fungsi sebagai berikut: o Penyearah sinyal AC o Pemotong level o Sensor suhu o Penurun tegangan o Pengaman polaritas terbalik pada dc input

Contoh dioda jenis ini adalah 1N400x (1A), 1N5392 (1.5A), dan 1N4148 (500mA).

2. LED (light emiting diode) Dioda jenis ini mempunyai lapisan fosfor yang bisa memancarkan cahaya saat diberi polaritas pada kedua kutubnya. LED mempunyai batasan arus maksimal yang mengalir melaluinya. Diatas nilai tersebut dipastikan umur led tidak lama. Jenis led ditentukan oleh cahaya yang dipancarkan. Seperti led merah, hijau, biru, kuning, oranye, infra merah dan laser diode. Selain sebagai indikator beberapa LED mempunyai fungsi khusus seperti LED inframerah yang dipakai untuk transmisi pada sistem remote control dan opto sensor juga laser diode yang dipakai untuk optical pick-up pada sistem CD. Dioda jenis ini dibias maju (forward). 3. Dioda Zener Fungsi dari dioda zener adalah sebagai penstabil tegangan. Selain itu dioda zener juga dapat dipakai sebagai pembatas tegangan pada level tertentu untuk keamanan rangkaian. Karena kemampuan arusnya yang kecil maka pada penggunaan dioda zener sebagai penstabil tegangan untuk arus besar diperlukan sebuah buffer arus. Dioda zener dibias mundur (reverse). 4. Dioda photo Dioda photo merupakan jenis komponen peka cahaya. Dioda ini akan menghantar jika ada cahaya yang mauk dengan intensitas tertentu. aplikasi dioda photo banyak pada sistem sensor cahaya (optical). Contoh:pada optocoupler dan optical pick-up pada sistem CD. Dioda photo dibias maju (forward). 5. Dioda varactor Kelebihan dari dioda ini adalah mampu menghasilkan nilai kapasitansi tertentu sesuai dengan besar tegangan yang diberikan kepadanya. Dengan dioda ini maka sistem penalaan digital pada sistem transmisi frekuensi tinggi mengalami kemajuan pesat, seperti pada radio dan televisi. Contoh sistem penalaan dengan dioda ini adalah dengan sistem PLL (Phase lock loop), yaitu mengoreksi oscilator dengan membaca penyimpangan frekuensinya untuk kemudian diolah menjadi tegangan koreksi untuk oscilator. Dioda varactor dibias reverse

DIODE
Dioda merupakan komponen elektronika yang dibuat menggunakan bahan semikonduktor jenis N dan P yang dibentuk dalam satu keping semikonduktor kristal tunggal. Semikonduktor jenis N dibentuk dengan cara mendifusikan atom donor (atom bervalensi 5) ke semikonduktor intrinsik. Sedangkan untuk semikonduktor jenis P, dibentuk dari semikonduktor intrinsik yang didoping menggunakan atom bervalensi 3. Dioda disimbolkan seperti gambar berikut:

Simbol Dioda Secara grafis, kondisi dioda dalam keadaan tidak diberi bias tegangan adalah seperti terlihat pada gambar berikut

Dioda dalam keadaan tanpa bias tegangan Dalam gambar di atas dapat dilihat bahwa di daerah pengosongan terbentuk pasangan elektron dan hole, karena elektron bebas dari Tipe N tertarik ke daerah Tipe P. Elektron yang pindah ini, meninggalkan hole pada tipe N. Pasangan elektron-hole inilah yang kemudian akan menghalangi perpindahan elektron lebih lanjut dan dikenal sebagai potensial Barrier. Karena terbentuk oleh dua jenis semikonduktor (N dan P), maka dioda hanya dapat melewatkan arus listrik dalam satu arah saja (ketika bias maju).

Forward Bias
Ketika kaki katoda disambungkan dengan kutub negatif batere dan anoda disambungkan dengan kutub positif, maka dikatakan bahwa dioda sedang dibias dengan tegangan maju. Bias maju ini diperlihatkan pada gambar berikut.

Dioda dengan bias tegangan maju

Dalam bias maju, kutub negatif batere akan menolak elekton-elektron bebas yang ada dalam semikonduktor tipe N, jika energi listrik yang digunakan adalah melebihi tegangan barir, maka elektron yang tertolak tersebut akan melintasi daerah deplesi dan bergabung dengan hole yang ada pada tipe P, hal ini terjadi terus menerus selama rangkaian di gambar tersebut adalah tertutup. Kondisi inilah yang menyebabkan adanya arus listrik yang mengalir dalam rangkaian.

Reverse Bias
Sebaliknya jika kaki katoda disambungkan dengan kutub positif batere dan anoda disambungkan dengan kutub negatif batere, maka kondisi ini disebut sebagai bias tegangan balik, seperti terlihat dalam gambar berikut.

Dioda dengan bias tegangan mundur

Ketika dioda dibias mundur, maka tidak ada aliran arus listrik yang melewati dioda. Hal ini dikarenakan elekton bebas yang ada pada tipe N tertarik oleh kutub positif batere dan demikian juga hole pada tipe P berekombinasi dengan elektron dari batere, sehingga lapisan pengosongan menjadi semakin lebar. Dengan semakin lebarnya lapisan pengosongan ini, maka dioda tidak akan mengalirkan arus listrik. Ketika tegangan bias mundur terus diperbesar, maka pada suatu harga tegangan tertentu dioda akan rusak, karena adanya proses avalan yang menyebabkan dioda rusak secara fisik.

You might also like