You are on page 1of 37

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

MAKALAH MASALAH KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP


Ditujukan untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah Ekologi dan Lingkungan

Kelompok 9 Angga Resgiana Direza Ikbal Saeful Azis Ricky P. Ramadhan (1005515) (1005616) (1005495)

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr., Wb., Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., atas berkat rahmatNya lah kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Ekologi dan Lingkungan berjudul Masalah Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Makalah ini merupakan tugas kelompok mata kuliah Ekologi dan Lingkungan. Makalah ini berisi beberapa masalah yang muncul seputar kependudukan dan lingkungan hidup yang terjadi secara khusus di Indonesia dan secara umum di dunia. Permasalahan tersebut muncul akibat perubahan-perubahan yang terjadi di dalam peradaban manusia dengan segala kepentingannya dan lingkungan yang juga senantiasa berubah. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Prof. Wanjat Kastolani yang telah membimbing kami dalam penyusunan laporan ini. Kami menyadari bahwa makalah ini memang jauh dari kata sempurna untuk memberikan sebuah khazanah baru dalam pengetahuan kita. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mempersilahkan kepada pembaca untuk bersama-sama mengkoreksi makalah ini agar tercipta laporan yang baik dan sesuai dengan kaidah. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih.

Penyusun

MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 1 DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... 2 PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 3 1. 1 1. 2 1. 3 1. 4 Latar Belakang ................................................................................................................. 3 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4 Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 4 Manfaat Penulisan........................................................................................................... 4

BAB 2 ............................................................................................................................................... 5 PEMBAHASAN.................................................................................................................................. 5 2. 1 Masalah Penduduk .......................................................................................................... 6 2.1.1 Besarnya jumlah penduduk Indonesia ......................................................................... 6 2.1.3 Persebaran penduduk di Indonesia yang tidak merata ............................................... 8 2.1.4 Rendahnya kualitas penduduk ..................................................................................... 9 2.1.5 Pendidikan .................................................................................................................. 11 2.1.6 Kesehatan ................................................................................................................... 13 2.1.7 Ekonomi...................................................................................................................... 16 2. 2 Masalah Lingkungan Hidup ........................................................................................... 18 2.2.1 Lahan Kritis ................................................................................................................. 18 2.2.2 Kerusakan hutan ........................................................................................................ 22 2.2.3 Pencemaran air .......................................................................................................... 25 2.2.4 Pencemaran udara ..................................................................................................... 27 2.2.5 Efek Rumah Kaca ........................................................................................................ 30 2.2.6 Gas CFC ....................................................................................................................... 33 2.2.7 Kebisingan .................................................................................................................. 34 BAB 3 ............................................................................................................................................. 35 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................................. 35 3.1 3.2 Kesimpulan .................................................................................................................... 35 Saran .............................................................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 36

MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Peradaban manusia telah sampai pada era modern yang memunculkan berbagai efek-efek dari berbagai kegiatan yang dilakukan. Puncak perubahan secara signifikan terjadi pada era millennium sekitar tahun 2000an atau abad 21. Saat itu teknologi sangat cepat berubah dan menghasilkan terobosan untuk mengefisiensikan kerja dan memudahkan kita dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Perubahan yang terjadi bukan hanya pada sisi manusia sebagai penguasa alam dewasa ini. Perubahan juga terjadi pada alam dan lingkungan kita. Entah itu memang karena ulah manusia atau alam berubah dengan sendirinya. Seperti yang sudah diketahui, alam memang berubah dengan sendirinya dan alam dapat menghancurkan atau memperbaiki dirinya sendiri. Dua aspek perubahan yang terjadi di dunia ini telah memunculkan banyak efekefek dalam kehidupan kita. Entah itu positif atau negatif. Efek positif yang dapat terjadi dari perubahan perabadan manusia melalui teknologinya adalah seperti efisiensi kerja, penghematan dan pengefektifan kerja, informasi kian mudah didapat melalui dunia maya, komunikasi lancar dan tanpa batas, transportasi makin cepat dengan banyak pilihan dari mulai transportasi bawah tanah, darat, laut dan udara, ekspor impor semakin mudah dengan adanya perdagangan bebas, kehidupan sosial makin maju dengan berbagai pengaruh, pendidikan makin tinggi dan manusia makin pintar serta aspek-aspek lainnya. Sementara efek negatif yang dapat ditimbulkan adalah masalah kesenjangan sosial, kemiskinan dan kriminalitas, pergaulan bebas, pembangunan tidak merata,

penyalahgunaan fasilitas, pencemaran dari kegiatan industri, konsumtif dan hedonis, serta hal-hal lainnya. Sementara alam berubah dengan proses erosi dan denudasi. Pelapukan berbagai jenis batuan di permukaan untuk menghasilkan tanah-tanah baru, sementara jaringan tanah dan batuan lain terbentuk dari dalam untuk kemudian menggantikan yang lama. Siklus hidrologi yang secara teratur terjadi setiap hari, serta siklus-siklus alam lain yang terjadi secara alami.
MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | BAB 1 3

Disamping perubahan alam yang terjadi, dengan semakin banyaknya manusia di bumi ini, mengakibatkan manusia juga ikut andil dalam berlangsungnya perubahan tersebut. Manusia memegang peran vital dalam mengelola dan menjaga ala mini. Manusia dapat mempercepat perubahan alam dan juga dapat menjaganya. Siklus-siklus rantai makanan misalnya, dapat berubah ketika manusia mengambil secara berlebihan suatu populasi tertentu sehingga keseimbangan alam terganggu. Belum lagi kegiatan industri yang dapat merubah ozon semakin tipis dan dunia semakin panas. Akhirnya dalam berbagai masalah yang timbul akibat kontak antara manusia dengan alam, memunculkan gagasan untuk kembali menyadari dan memberikan gambaran yang jelas mengenai apa saja masalah yang dapat timbul. Untuk itu makalah ini disajikan dalam rangka memenuhi gagasan yang telah disebutkan tadi.

1. 2

Rumusan Masalah
Berikut ini beberapa rumusan masalah dalam mengkaji makalah ini : 1.2.1 apa saja masalah yang terjadi dalam kependudukan..? 1.2.2 apa saja masalah yang terjadi dalam lingkungan hidup..?

1. 3

Tujuan Penulisan
Tujuan yang kami ingin capai dalam penulisan ini adalah : 1.3.1 kita dapat mengetahui masalah yang terjadi dalam kependudukan 1.3.2 kita dapat mengetahui masalah yang terjadi dalam lingkungan hidup

1. 4

Manfaat Penulisan
Dengan penulisan makalah ini diharapkan wacana tentang masalah kependudukan

dan lingkungan hidup dapat kembali menjadi isu publik dan dicari pemecahannya. Bukan hanya sekedar menggema dalam berbagai berita, namun kita harus dapat mencari solusi. Manfaat penulisan makalah ini bagi penyusun adalah, masalah ini dapat menjadi perhatian dan kajian secara geografi utnuk dicari pemecahannya. Kemudian bagi masyarakat, penulisan makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang jelas mengenai masalah apa saja yang terjadi dalam masyarakat dan dapat turut serta ikut menjaga masyarakat agar tidak berubah kearah negatif.

MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN

BAB 2 PEMBAHASAN

Ada dua sumber masalah kehidupan yang menonjol sejak akhir abad kedua puluh yaitu masalah kependudukan dan lingkungan hidup. Kedua masalah tersebut dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Hal ini disebabkan karena keduanya mempunyai keterkaitan yang erat. Aspek kependudukan berpengaruh terhadap kualitas lingkungan hidup, dan sebaliknya kualitas lingkungan hidup juga berpengaruh terhadap kependudukan. Sebagai calon guru yang kelak akan mendidik para anak didiknya tentulah sangat perlu mempelajari dan memahami masalah kependudukan dan lingkungan hidup agar dapat memberikan teladan dalam menyikapi masalah kependudukan dan lingkungan hidup serta agar dapat mengajarkan dengan baik dan benar terhadap anak-anak didiknya. Peran Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup bagi mahasiswa dan terhadap pembangunan kependudukan dan lingkungan hidup adalah sebagai berikut : a. Sebagai panduan dalam menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan. Sehingga mampu meminimalisasi berbagai aktifitas yang dapat merusak lingkungan dan berdampak pada manusia itu sendiri. b. Agar dapat menghasilkan Output manusia-manusia yang memiliki moral, etika, estetika dan sikap yang mampu dipertanggungjawabkan. Mengurangi timbulnya mental individualisme yang berakibat pada kurangnya kepedulian terhadap sesama manusia. c. Agar dapat menghasilkan manusia-manusia yang mampu berfikir aktif, produktif, dinamis dan tidak hanya menjadi manusia yang konsumtif saja. d. Agar mahasiswa memiliki pengertian dan kesadaran mengenai faktor-faktor penyebab perkembangan penduduk yang cepat serta interaksi yang erat antara perkembangan penduduk dengan program pembangunan untuk menaikkan taraf hidup rakyat.

MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN

e.

Agar mahasiswa memiliki pengertian dan kesadaran akan sebab akibat dari besar kecilnya keluarga terhadap situasi kehidupan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.

f. Agar mahasiswa memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku yang rasional dan bertanggung jawab dalam menghadapi masalah kependudukan dan lingkungan, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, kawasan lokal, nasional maupun global. g. Sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk membuat arah kebijakan dalam mengelola masalah kependudukan dan lingkungan hidup dengan

memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

2. 1

Masalah Penduduk

Gambar 2.1 banyaknya penduduk Indonesia. Sumber infoindo.com

2.1.1 Besarnya jumlah penduduk Indonesia Besarnya jumlah penduduk Indonesia dari sensus ke sensus terus meningkat, sedangkan daya dukung alam (kekayaan alam) yang tersedia tidak pernah bertambah, sehingga makin lama makin menipis. Makin banyak penduduk yang membutuhkan sumber-sumber, makin cepat pula penipisannya, hingga suatu saat akan habis. Sehubungan dengan peningkatan jumlah penduduk dan penipisan sumber-sumber alam,
MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN 6

kesejahteraan hidup pun menjadi semakin rendah, sehingga semakin meningkat jumlah penduduk miskin. Kemiskinan terjadi pada golongan terbesar di masyarakat. Penipisan sumber daya alam juga berdampak pada makin menyempitnya lahan, baik lahan pertanian, maupun lahan permukiman. Hal ini berdampak pada makin tingginya angka kepadatan penduduk. Di kota-kota besar harga tanah terus meninggi, sehingga hanya golongan ekonomi yang kuat yang mampu memiliki rumah, sementara golongan terbesar masyarakat tidak memiliki rumah yang layak, bahkan tidak sedikit yang tuna wisma dan hidup sebagai gelandangan. Berdasarkan hasil sensus, penduduk di Indonesia sebagian terbesar pada kelompok umur muda (<15 tahun). Penduduk muda merupakan penduduk yang belum produktif dan kehidupannya menjadi tanggung jawab dan beban orang dewasa. Di samping itu anak usia tersebut masih dalam tahap perkembangan, baik fisik, mental, kecerdasan, akhlak, jiwa sosial, dan seluruh aspek kehidupan yang lain. Oleh karena itu mereka membutuhkan sumber-sumber yang memadai, baik sumber kebendaan maupun sumber kemanusiaan, untuk memenuhi kebutuhan fisik dan bimbingan menuju kedewasaan. Sumber daya kebendaan yang baik misalnya makanan yang sehat dan bergizi, lingkungan tempat tinggal yang sehat, fasilitas kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan, serta fasilitas kesehatan yang canggih dan cepat. Sumber daya kemanusiaan yang dimaksud adalah orang tua sebagai pendidik di rumah, guru sebagai pendidik di sekolah, pemuka masyarakat yang jujur sebagai pendidik di masyarakat, dan teman sebaya yang baik. Tetapi kenyataan sekarang sumber-sumbertersebut sudah tercemar atau bahkan rusak berat. Makanan yang kurang sehat misalnya fast food, makanan/minuman instan, makanan/minuman kalengan, makanan/minuman adiktif. Tempat tinggal di kota yang berjubel, kurang udara segar, kurang sinar matahari, bising suara kendaraan atau pabrik, udara tercemar oleh asap kendaraan dan air tanah yang tercemar oleh limbah organik serta bahan-bahan beracun dan berbahaya. Kerusakan pada sumber daya manusia sebagai pendidik terletak pada sikap mentalnya seperti tidak mau susah-susah, serakah, acuh, ingin meniru bintang idola, jarang di rumah, sampai dengan tindakan-tindakan yang tidak terpuji. Perilaku tersebut lebih mudah ditiru oleh anak yang sedang berkembang daripada perilaku yang selalu dilandasi etika, moral, dan agama. Struktur penduduk muda ini juga

MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN

menjadikan Indonesia memiliki angka ketergantungan yang tinggi. Jadi beban yang dihadapi Indonesia cukup berat.

Gambar 2.2 masyarakat tradisional Indonesia Sumber idaysurya.blogspot.com

2.1.3 Persebaran penduduk di Indonesia yang tidak merata Indonesia yang terdiri dari 13.667 pulau di mana pulau yang berpenghuni ada 992 pula, yang lain tanpa penghuni. Dari pulau yang berpenghuni ada pulau-pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya. Pulau yang terpadat penduduknya adalah Pulau Jawa. Lebih dari 60 % penduduk Indonesia bertempat tinggal di Pulau Jawa, padahal luasnya 6,6 % dari luas wilayah Indonesia. Persebaran yang belim merata ini menimbulkan masalah sosial ekonomi dan pertahanan keamanan. Untuk pulau yang padat akan terjadi masalah pengurasan sumbersumber alam, kurangnya lapangan pekerjaan dibanding dengan banyaknya penduduk yang membutuhkan lapangan pekerjaan, sehingga terjadi banyak penggangguran serta bnyak kriminalitas. Sedangkan pada pulau yang jarang penduduknya, terjadi kekurangan sumber daya manusia dalam mengelola daya dukung alam yang tersedia. Hal ini
MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN 8

mengakibatkan pertahanan dan keamanan menjadi rawan. Dampak secara keseluruhan adalah rendahnya tingkat kesejahteraan di seluruh wilayah negara.

Gambar 2.3 masyarakat menggunakan air yang tercemar untuk kebutuhan sehari-hari Sumber koran.republika.co.id

2.1.4 Rendahnya kualitas penduduk Agar menjadi sumber daya manusia yang tangguh, penduduk harus mempunyai kualitas yang memadai sehingga dapat menjadi modal pembangunan yang efektif. Tanpa adanya peningkatan kualitas jumlah penduduk yang besar akan menimbulkan berbagai masalah dan menjadi beban pembangunan. Analisis mengenai kualitas penduduk seringkali dibedakan menjadi kualitas fisik dan kualitas non fisik. Indikator yang dapat menggambarkan kualitas fisik meliputi tingkat pendidikan, derajat kesehatan, dan indeks mutu hidup (Kasto, 1992). Kualitas non fisik mencakup kualitas spiritual, keagamaan,kekaryaan, etos kerja, kualitas kepribadian bermasyarakat, dan kualitas hubungan selaras dengan lingkungannya (Wilopo, 1996). Sampai saat ini baik kualitas fisik maupun non fisik penduduk Indonesia masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Karena adanya kesulitan pengukuran kualitas non fisik, maka kualitas fisiklah yang umumnya lebih banyak dibicarakan. Kualitas kehidupan fisik penduduk setiap negara berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh lingkungan, letak geoggrafis, dan ras genetik. Negaranegara yang berada di sekitar khatulistiwa, kualitas penduduknya tergolong rendah dan
MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN 9

negara-negara tersebut seluruhnya merupakan negara-negara terbelakang dalam bidang ekonomi dibandingkan dengan negara-negara didaerah sub tropis. Keadaan ini kemungkinan besar disebabkan karena daerah-daerah di sekitar khatulistiwa tidak mengenal pergantian musim seperti di daerah sub tropis, sehingga mereka bisa hidup sepanjang tahun tanpa mengalami kesulitan mencari perlindungan terutama di musim dingin. Hal inilah yang mendidik penduduknya kurang berfikir untuk menghadapi tantangan alam dan akhirnya menyebabkan sifat malas (Depdikbud, 1988). Dengan keadaan tersebut, maka penduduk di daerah sekitar khatulistiwa hidupnya tetap miskin, walaupun daerah-daerah tersebut kaya akan sumber daya alam. Keadaan ini sangat berbeda dengan penduduk di daerha sub tropis, walaupun daerah tidak tersedia sumber daya alam yang banyak, namun mereka sanggup menguasai teknologi tersebut membuat kualitas kehidupan mereka menjadi lebih baik. Indonesia yang mengedepankan sektor ekonomi yang selama ini menjadi prioritas pembangunan, ternyata tidak mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tiga faktor utama penentu Human Development Index (HDI) adalah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Gambar 2.4 pendidikan di Indonesia Sumber dokumentasi pribadi

MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN

10

2.1.5 Pendidikan Setiap negara diseluruh dunia begitu menekankan pentingnya kualitas pendidikan. Salah satu langkah konkret untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan menetapkan anggaran pendidikan yang lebih besar dibandingkan anggaran lainnya. China dan Korea Selatan menjadi dua negara yang begitu menekankan pentingnya pendidikan bagi rakyatnya. Anggaran pendidikan di China mencapai 13,1% dari anggaran negara, sedangkan di Korea Selatan anggaran pendidikan negara mencapai 18,9%. Bandingkan dengan Indonesia yang memang menganggarkan anggaran pendidikan sebesar 20%, namun pada prakteknya masih jauh dari kenyataan. Bisa dibilang bahwa salah satu penyebab banyaknya pengangguran di Indonesia adalah karena kesalahan pada sistem pendidikan serta pelayanan dalam kegiatan belajar mengajar. Kita akan dengan mudahnya mendengar pergantian kurikulum pada setiap pergantian menteri. Tidak bakunya standar pendidikan kita juga menyebabkan ketidapastian dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan. Bahkan untuk menetapkan standar kelulusan pun Indonesia masih sering kebingungan. Tidak hanya sekedar masalah kurikulum, kualitas pengajar pun bisa dibilang tidak sesuai dengan standar yang seharusnya. Kebanyakan para guru yang ditugaskan oleh tiap sekolah untuk memberikan transfer ilmu seperti kebingungan dalam mengajar. Entah karena bingung dengan standar pendidikan yang selalu berubah atau karena memang tidak ahli dalam bidang yang diajarkan. Masalah kualitas pendidikan, masalah kualitas pelayanan pendidikan pun bisa dibilang sangat memprihatinkan. Masih banyaknya bangunan sekolah yang sangat buruk kondisinya. Sekolah-sekolah yang beratapkan langit pun sering kita temui. Lantainya pun terbuat langsung dari tanah, serta tidak cukupnya buku-buku yang seharusnya didapatkan oleh setiap siswa. Belum lagi mahalnya biaya sekolah dan kuliah yang menyebabkan banyak orangtua yang enggan untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Padahal kita semua tahu bahwa pendidikan merupakan hak bagi seluruh warga negara Indonesia. Inilah realita yang dialami dunia pendidikan di Indonesia. (http://edukasi.

kompasiana.com). Berdasarkan survey Political and Economic Risk (PERC) kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Menyedihkan lagi ternyata posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Memprihatinkan lagi, hasil survey tahun 2007
MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN 11

World Competitiveness Year Book memaparkan daya saing pendidikan kita dari 55 negara yang disurvey Indonesia berada pada urutan 53. Dampak rendahnya mutu pendidikan Indonesia itu secara tidak langsung ternyata ikut mempengaruhi berbagai sisi kehidupan di negeri ini. Misalnya terhadap sumber daya manusia Indonesia sangat jelas jauh tertinggal. Hal ini dapat dilihat dari hasil reset Ciputra yang menyatakan bahwa Indonesia hanya mempunyai 0,18 persen pengusaha dari jumlah penduduk. Padahal sesuai syarat untuk menjadi negara maju minimal 2 persen dari jumlah penduduk harus ada pengusaha. Sebagaimana Singapura yang kini memiliki 7 persen dan AS 5 persen dari jumlah penduduknya adalah pengusaha. Dampak lain akibat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia dapat dilihat dari Human Development Indeks (HDI) Indonesia sebagaimana laporan UNDP, HDI pada 2007 dari 177 negara yang dipublikasikan HDI, Indonesia berada pada urutan ke-107 dengan indeks 0,728, hingga menempati urutan ke7 dari sembilan negara ASEAN di bawah Vietnam dan di atas Kamboja dan Myanmar.Berdasarkan data yang ada terbukti bahwa kualitas pendidikan Indonesia berada pada titik terendah. Rendahnya kualitas pendidikan di tanah air antara lain tidak terlepas dari rendahnya kualitas sarana fisik. Banyak gedung-gedung sekolah rusak, penggunaan media belajar yang rendah, buku perpustakaan tidak lengkap, laboratorium tidak standar serta pemakaian teknologi informasi yang tidak memadai. Demikian pula kualitas guru rendah yang ditandai belum memiliki profesionalisme memadai. Rendahnya kesejahteraan guru juga ikut memacu rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Idealnya seorang guru sebagaimana hasil penelitian federasi guru independen bergaji tiap bulan Rp3 juta, tapi nyatanya rata-rata bergaji Rp1,5 juta, guru bantu Rp460 ribu dan honorer Rp10 ribu per jam. Akibatnya dengan gaji yang rendah banyak guru bekerja sampingan. (http://www.topix.com) Kondisi di ataslah yang menghambat Indonesia untuk bisa bangkit mengatasi masalah rendahnya kualitas sumber daya manusia serta tingginya angka pengangguran. Minimnya kualitas dan fasilitas pendidikan tentunya berdampak secara signifikan terhadap kualitas manusia itu sendiri. Begitu banyaknya masalah yang dihadapi pemerintah tentunya tidak bisa kita selesaikan secara cepat. Prioritas pemerintah dalam upaya perbaikan kualitas manusia Indonesia. Realisasi anggaran pendidikan yang mencapai 20% dari total APBN negara harus bisa segera
MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN 12

direalisasikan oleh pemerintah. Jangan sampai anggaran yang telah besar ini justru dikorup oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Penetapan sistem pendidikan yang baku serta tidak harus berubah pada setiap pergantian menteri harus bisa menjadi target pemerintah. Hal ini bisa memberikan kepastian bagi setiap pengajar dan sekolah. Kelengkapan fasilitas serta pemerataan kualitas pendidikan bagi setiap warga negara, khususnya daerah-daerah yang jauh dari pusat kota. Daerah-daerah seperti ini seharusnya menjadi fokus pemerintah karena banyak sekali masyarakat yang tidak memperoleh hak mereka dalam memperoleh pendidikan. Terakhir, perbaikan kualitas para pendidik pun harus bisa diperhatikan oleh pemerintah. Jangan sampai para guru yang mengajari para calon pemimpin bangsa ini justru merupakan orang-orang yang tidak mengerti apa yang mereka ajarkan. Inilah beberapa hal yang harus segera dilakukan pemerintah untuk segera menyelesaikan masalah SDM di Indonesia.

Gambar 2.5 populasi manusia yang mendominasi Sumber google.com

2.1.6 Kesehatan Sebagai Negara berkembang, Indonesia masih tergolong Negara yang kurang peduli dengan kualitas mutu kesehatan di tengah masyarakat. Salah satu bukti nyatanya adalah dengan kurangnya tenaga medis baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Di tengah-tengah banyaknya isu yang menerpa negeri ini, nampaknya isu kesehatan masih tergolong dalam kebijakan yang stagnan dan belum terkoordinir. Sebut saja masalah penyakit musiman seperti demam berdarah, malaria dan sebagainya, di mana dalam penanganannya masih terkesan instan. Dimana belum terlihat upaya dan kebijakan pemerintah yang bersifat investasi agar wabah tersebut tidak terulang lagi. Indonesia telah mencapai banyak kemajuan dalam memperbaiki sistem kesehatan dan tingkat
MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN 13

kesehatan rakyatnya. Di tahun 2007, harapan hidup orang Indonesia saat lahir mencapai usia 71 tahun, ini merupakan peningkatan yang signifikan dari data pada tahun 1990. Namun negara ini masih menghadapi banyak tantangan di sektor kesehatan, termasuk kurangnya jumlah petugas kesehatan. Pada tahun 2006, diperkirakan hanya ada 20 dokter umum untuk setiap 100.000 penduduk dan rasio bidan hanya 35 untuk setiap 100.000 penduduk. Di daerah terpencil, jumlah petugas kesehatan tersebut lebih sedikit lagi. Di Indonesia, Ibu-ibu dan anak-anak menghadapi situasi kesehatan yang menyedihkan. Angka Kematian Ibu di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara. Untuk setiap 100.000 kelahiran hidup, diperkirakan 228 ibu meninggal. Selama hidupnya satu orang dari 65 Ibu di Indonesia memiliki risiko meninggal karena sebab-sebab yang berhubungan dengan kelahiran. Kebanyakan dari kematian ini dapat dicegah dengan mendapatkan pelayanan pemeriksaan kesehatan di awal kehamilan, melakukan pengecekan rutin selama kehamilan, memperoleh bantuan dari tenaga kesehatan terlatih dalam proses kelahiran, dan dapat menjangkau pelayanan kebidanan gawat-darurat jika diperlukan. Indonesia telah berhasil mengurangi rata-rata angka kematian anak-anak di bawah usia lima tahun sampai dua pertiganya dibandingkan dari tahun 1990. Tapi masih banyak anak-anak Indonesia yang meninggal di tahun pertama kehidupan mereka. Hal ini sering disebabkan oleh perawatan yang buruk pada masa kehamilan, persalinan dan setelah kelahiran. Yang mengenaskan, penyebab utama kematian di kalangan anak-anak balita ini, yaitu pneumonia, diare dan gizi buruk, sebenarnya dapat dicegah dan diobati. Penyakit menular dan penyakit dengan potensi epidemic juga merupakan masalah. Indonesia merupakan Negara yang memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi untuk epidemic HIV/AIDS di Asia Tenggara dengan lebih dari 200,000 orang terinfeksi HIV. Di wilayah Papua dan Papua Barat, penularan HIV meningkat dan sudah tersebar keluar dari kelompok pekerja sex komersial dan pengguna napza ke komunitas umum. Di Papua, jumlah kasus AIDS diantara 100,000 orang sekitar 18 kali dari rata-rata jumlah nasional. Indonesia juga merupakan Negara yang mempunyai tingkat kasus Flu Burung pada manusia yang tertinggi di dunia. Ditinjau dari segi tenaga medis lagi, kebijakan pemerintah masih belum tepat sasaran. Salah satu indekasi tersebut terlihat dari tingkat kebijakan pemerintah yang
MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN 14

menggunakan subsidi atau beasiswa di perguruan tinggi. Jika kita masuk atau melakukan survei ke perguruan tinggi untuk fakultas kedokteran, maka jagan kaget jika kita akan banyak menjumpai mahasiswa asing yang menimba ilmu dengan biaya subsidi yang dikeluarkan pemerintah. Adapun faktor yang sangat mendorong terjadinya hal ini adalah perlombaan dari perguruan tinggi (terutama PTN) dalam membentuk image brand di masyarakat. Adanya isu yang mengatakan bahwa semakin banyak mahasiswa asing yang ada di suatu perguruan tinggi, maka dapat diasumsikan oleh masyarakat bahwa perguruan tinggi tersebut memilki mutu yang baik. Sudah menjadi rahasia umum bahwa system pemerintahan yang sekarang berjalan (di era reformasi) adalah menggunakan system otonomi daerah. Peranan perubahan sistempemerintahan ini memiliki dampak positif dan negatif dalam peningkatan mutu kesehatan di Indonesia. Faktor positifnya adalah daerah akan lebih dapat memiliki peranan dalam megatur kebijakan pemerintahan daerahnya (termasuk kebijakan dalam bidang kesehatan didaerahnya). Hal ini tentunya akan membuka lebar-lebar pintu bagi generasi muda didaerah tersebut agar dapat mendapatkan dan membuaka lowongan kerja baru (terutama dalam kesehatan). Otonomi daerah dikatakan bagaus disini karena pemerintahan daerah itu sendiri telah paham betul tentang seluk beluk permasalahan di daerahnya jika dibandingkan dengan pemerintahan pusat. Kemudian faktor negatifnya adalah kekurangan dana (uang/modal) yang di alami daerah tertentu yang mana belum siap menerima atau menjalankan otonomi daerah sehingga masih perlu dukungan dan dorongan dari pemerintah pusat (terutama permasalahan anggaran). Selain pengaruh dari perubahan system permerintahan di atas, peningkatan mutu kesehatan masih banyak permaslahan yang harus segera di selesaikan. Diantaranya adalah (1). Jenis penyakit atau plonya yang semakin berkembang (semakin kompleks. Perkembangan dunia medis sangatlah pesat dalam beberpa tahun terakhir, namun sayangnya hal itu juga diikuti oleh perkembangan jenis penyakit yang terjadi di masyarakat. Salah satu yang harus diperhatikan oleh pemerintah adalah jenis penyakit yang bias menular (baik yang mudah maupun susah). (2). Tingginya kesenjangan social di masyarakat. Jelas hal ini menjadi masalah besar, karena rendahnya tingkat penghasilan dan pendapatan individu akan sangat mempengaruhi tunjangannya dalam kesehatan.Apalagi sampai saat ini pemerintah belum bias mensubsidi 100%
MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN 15

tunjangan kesehatan masyarakat (terutama masyarakat menengah ke bawah). (3). Menurunnya tingkat fasilitas public atau yang sangat dikuatirkan adalah makin banyaknya fasilitas kesehatan public beralih ke pihak swasta sehingga akan mengarahkan ke tujuan kemersialisasi kesehatan. Dan masih banyak tantangan lainnya yang harus dihadapi oleh dunia medis di tanah air.

Gambar 2.6 transportasi sebagai penunjang perekonomian Sumber abiebaljufrie.wordpress.com

2.1.7 Ekonomi Perekonomian Indonesia sejak mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997 1998 terus mengalami pemulihan. Indikator makro menunjukkan sinyal positif terhadap kontribusi keberlangsungan ekonomi ke depan. Pertumbuhan ekonomi ketika krisis sempat mencapai angka terendah (-13,1%) namun sejak tahun 2000 mampu mencapai angka pertumbuhan ekonomi 4,9% sedangkan pada tahun 2005 dan 2006 mencapai angka masing masing 5,6% dan 5,9%. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berangsur stabil serta menguat dari kisaran angka di atas Rp. 10.000,- per dolar AS menjadi kisaran sedikit di atas Rp. 9.000,- per dolar AS. Tingkat suku bunga (Sertifikat Bank Indonesia/SBI) juga mengalami penurunan dari kisaran 68 persen ketika krisis ekonomi, tetapi sejak tahun 2002 SBI berkisar 15 persen bahkan tahun 2007 mencapai dibawah kisaran 10 persen. Kondisi ini membuka
MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN 16

peluang bagi sektor industri melakukan ekspansi usaha di berbagai sektor. Tingkat inflasi barang dan jasa mulai terkendali yakni dari sekitar 15 persen dalam periode krisis, beberapa tahun belakang ini sudah turun di bawah 10% (kecuali tahun 2005) terjadi peningkatan angka inflasi mendekati angka psikologis 10 persen. Transaksi berjalan dalam 3 tahun terakhir mengalami surplus sebesar 3.108 juta US $ tahun 2004 dan sebesar 1.500 juta US $ (angka sementara ) pada tahun 2006. Demikian pula neraca perdagangan surplus dalam periode 2004 2006 menunjukkan angka sekisar 20 milyar US $. Dalam kurun waktu terjadinya krisis yang melanda perekonomian Indonesia, yang berdampak luas pada berbagai sektor yang meliputi politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan. Dalam hal ini sosial ekonomi, permasalahan meliputi rendahnya kualitas sistem pendidikan dengan peringkat 12 dari 12 negara ASIA (PERC,2001); Kualitas SDM rendah dengan peringkat 109 dari 174 negara (UNDP, 2000); kemiskinan berjumlah 39,05 juta (17.75%) dengan standart kemiskinan Rp.152.847/kapita/bulan (BPS,2006); 27,3% (4,9 juta) balita di Indonesia kekurangan gizi (Susenas,2003); kenaikan BBM hingga 95% menambah jumlah orang miskin sebanyak 40% (INDEF, 2005) kenaikan 35% akan menambah jumlah orang miskin sebanyak 20% (BPS,2005). Sebab rendahnya kualitas hidup penduduk Indonesia : a. Kondisi alam di Indonesia yang kaya akan sumber daya alam menjadikan penduduknya malas. b. Tingginya angka kelahiran yang tidak diimbangi angka kematian yang sama, sehingga dari waktu ke waktu jumlah penduduk terus bertambah sedangkan alat pemenuh kebutuhan sangat terbatas. c. d. Terjadinya krisis moneter pada tahun 1997. Mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan di Indonesia.

MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN

17

2. 2

Masalah Lingkungan Hidup

Gambar 2.7 kerusakan hutan Sumber satuportal.net

2.2.1 Lahan Kritis Salah satu masalah kerusakan lingkungan adalah degradasi lahan yang besar, yang apabila tidak ditanggulangi secara cepat dan tepat akan menjadi lahan kritis sampai akhirnya menjadi gurun. Lahan kritis umumnya banyak terjadi di dalam daerah aliran sungai (DAS) di seluruh Indonesia. Data Departemen Kehutanan menunjukkan lahan kritis di luar kawasan hutan mencapai 15,11 juta hektar dan di dalam kawasan hutan 8,14 juta hektar. Hutan rusak dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) sudah mencapai 11,66 juta hektar dan lahan bekas HPH yang diserahkan ke PT.Inhutani 2,59 juta hektar. Mangrove yang rusak dalam kawasan hutan telah mencapai luasan 1,71 juta hektar dan di luar kawasan hutan sebesar 4,19 juta hektar. Total hutan yang rusak sudah mendekati angka 57 juta hektar. Ironisnya, kapasitas lembaga yang bertanggung jawab merehabilitasi hutan dan lahan dengan inisiatif pemerintah tak cukup kuat menangani kerusakan yang terjadi. Realisasi lahan kritis yang dilakukan oleh Departemen Kehutanan dari tahun 1999 sampai tahun 2001 mencapai
MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN 18

1.271.571 hektar yang terdiri dari 127.396 hektar di dalam kawasan hutan dan 1.144.175 hektar di luar kawasan hutan. Sumber dana untuk merehabilitasi pun amat terbatas padahal tiap hektar lahan yang rusak butuh dana minimal Rp 5 juta. Untuk merehabilitasi lahan kritis 57 juta hektar maka negara perlu menyediakan dana hingga Rp 285 trilyun. Kerugian bukan hanya karena negara harus menyediakan dana untuk rehabilitasi lahan kritis tetapi juga kerugian akibat penebangan ilegal (illegal logging). Menteri Kehutanan Prakosa (2002) mengatakan tiap tahun diperkirakan negara rugi hingga Rp 31 trilyun akibat illegal logging (pencurian, penebangan, peredaran, serta perdagangan kayu secara ilegal). Luas areal hutan yang perlu direboisasi di seluruh Indonesia mencapai 43,111 juta hektar, meliputi Pulau Jawa 111 ribu hektar dan di luar Pulau Jawa seluas 43 juta hektar. Idealnya Pulau Jawa mempunyai hutan minimal 30 persen dari luas daratan. Namun sampai saat ini baru 23% dikurangi lahan kritis yang mencapai antara 250 ribu ha sampai 300 ribu ha (Dr.Ir. Prakoso, MSc, Menteri Kehutanan, pada acara Pencanangan Reboisasi PT Perhutani bersama masyarakat Bojonegoro, Kompas 5 Januari 2003). Penyebab utama meluasnya lahan kritis adalah adanya : 1. tekanan dan pertambahan penduduk, 2. luas areal pertanian yang tidak sesuai, perladangan berpindah, 3. pengelolaan hutan yang tidak baik dan penebangan illegal, 4. pembakaran hutan dan lahan yang tidak terkendali, 5. eksploitasi bahan tambang. Meluasnya lahan kritis membuat penduduk yang tinggal di daerah tersebut relatif miskin, tingkat populasi sangat padat, luasan lahan yang dimiliki bertambah sempit, kesempatan kerja sangat terbatas, dan lingkungan hidup mengalami kerusakan/degradasi. Kondisi ini diperparah dengan terjadinya krisis ekonomi sejak tahun 1997 yang telah memperburuk kondisi perekonomian petani gurem. Akibatnya penebangan hutan oleh rakyat semakin merebak serta lahan yang terancam menjadi kritis semakin meluas. Masalah lain yang perlu diperhatikan dan segera ditanggulangi adalah penambang tanpa izin (PETI) yang lokasinya tersebar di hampir seluruh Indonesia yang banyak menggunakan air raksa (Hg) dalam proses pengekstrakan emas.

MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN

19

Sebagai contoh PETI yang terdapat di Propinsi Kalimantan Tengah, tepatnya pada DAS Rungan dengan sungai utamanya Sungai Takaras. Di sana ada 480 PETI. Satu PETI menggunakan satu atau lebih mesin sedot. Apabila satu mesin menggunakan satu kg Hg dalam rentang waktu tiga bulan dapat dipastikan Sungai Takaras tercemar oleh Hg sebanyak 480 kg, atau dua ton Hg dalam setahun (Kalteng Pos, 21 dan 22 Maret 2003). Kegiatan PETI bahan galian tambang, antara lain batubara dan emas, semakin marak seiring dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan. Masalah yang terkait dengan penanggulangan PETI adalah: penegakan hukum belum optimal dengan tingkat kedisiplinan aparatnya yang masih perlu ditingkatkan, tingkat kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan, serta krisis ekonomi yang berkepanjangan Fokus penanganan masalah PETI bahan galian tambang batubara dan emas didasarkan pada pertimbangan: PETI batubara dalam prakteknya sangat merusak kondisi fisik: lingkungan tempat batubara tersebut, tempat penimbunan batubara (stock pile), lokasi pelabuhan khusus batubara, dan sarana jalan transportasi yang digubakan untuk mengangkut batubara. PETI emas dalam prakteknya merusak kondisi fisik wilayah penambangan emas serta terjadinya pencemaran merkuri yang semakin meluas. Upaya Penanganan masalah PETI telah dilakukan dengan berbagai cara oleh KLH bersama sama dengan Instansi terkait, baik tingkat pusat maupun Daerah. Selain itu juga dijalin kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang peduli terhadap lingkungan hidup. Upaya tersebut baru pada tahap melakukan sosialisasi tentang bahayanya merkuri terhadap kesehatan manusia melalui berbagai sarana serta perlunya para PETI mengikuti peraturan yang berlaku.

MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN

20

MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN

21

2.2.2 Kerusakan hutan Hutan merupakan sebuah ekosistem yang sangat luas. Di dalamnya terdapat komponen yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Bila salah satu komponen rusak, maka komponen yang lain rusak pula. Hutan dapat dipandang sebagai komponen utama ekosistem bumi, karena hutan mempunyai sejumlah besar tugas dalam penyelenggaraan tata kehidupan di bumi. Hutan yang memiliki fungsi sebagai produsen makanan, fungsi meteorologis, fungsi geohidrologis, fungsi biodiversivity dan sumber devisa. Begitu penting arti keberadaan hutan dalam fungsi-fungsi ekologis tersebut yang tidak dapat digantikan oleh komponen lain. Sangat perlu disesali tindakan pendahulu kita yang karena ketidaktahuannya telah membabat hutan untuk kepetingan-kepentingan non ekologis, hingga hutan tinggal sedikit saja. Penciutan areal hutan dari tahun ke tahun terus meningkat. Menurut FAO di seluruh dunia dengan kecepatan 600.000 ha/th pada tahun 1980, menjadi 1 juta ha/tahun pada tahun 1990. Sementara di Indonesia menurut Bank Dunia 1989 laju penggundulan hutan antara 700.000 1.200.000 ha/tahun. Hingga kini hutan di Indonesia tidak ada 50% dari keseluruhan hutan yang pernah ada. Pengelolaan hutan Indonesia perlu dilakukan secara profesional dan terencana sehingga hutan dapat dimanfaatkan secara optimal, tanpa mengurangi kemampuan hutannya memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat lokal, nasional, regional, dan internasional. Sistem pengusahaan hutan yang ada telah menimbulkan berbagai masalah di beberapa daerah yang berdampak pada degradasi hutan. Selama lima tahun terakhir, laju deforestasi diperkirakan 1,6 juta hektar per tahun. Berdasarkan citra satelit 1995-1999 hutan produksi yang rusak di Indonesia pada 432 HPH mencapai 14,2 juta hektar, sedangkan kerusakan pada hutan lindung dan hutan konservasi mencapai 5,9 juta hektar. Dalam buku Potret Keadaan Hutan Indonesia yang diterbitkan akhir tahun 2001 oleh Forest Watch Indonesia diungkapkan laju kerusakan hutan pada era tahun 1980-an di Indonesia adalah sekitar satu juta hektar/tahun, kemudian pada awal tahun 1990-an tingkat kerusakan mencapai 1,7 juta hektar/tahun. Lalu, sejak tahun 1996 meningkat lagi menjadi rata-rata dua juta hektar/tahun. Hutan yang sudah terdegradasi dan gundul di
MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN 22

Indonesia ada di Sumatera (terdegradasi 5,8 juta hektar dan gundul 3,2 juta hektar); di Kalimantan (degradasi 20,5 juta hektar dan gundul 4,3 juta hektar); di Sulawesi (degradasi dua juta hektar dan gundul 203.000 hektar); di Nusa Tenggara (degradasi 74.100 hektar dan gundul 685 hektar); di Papua (degradasi 10,3 juta hektar dan gundul 1,1 juta hektar); dan di Maluku (degradasi 2,7 juta hektar dan gundul 101.200 hektar). Kerusakan itu disebabkan oleh pemilik HPH melanggar prosedur, penebangan ilegal, perambahan hutan, pembukaan hutan skala besar, kebakaran hutan, serta banyaknya lokasi tambang di daerah hutan lindung dan daerah konservasi meskipun dilarang berdasarkan UU No. 41 Tahun 1999. Kondisi ini diperburuk oleh krisis ekonomi yang melanda Indonesia beberapa tahun lalu. Konflik konsesi pertambangan dengan kawasan lindung menjadi pelik karena ada kontrak-kontrak pertambangan berada di dalam kawasan konservasi. Data Departemen Energi dan Sumber daya Mineral menunjukan saat ini ada 150 perusahaan pertambangan yang kawasan konsesinya (terdiri dari 116 tahap eksplorasi dan 34 sudah dalam tahap ekploitasi) berada di daerah konservasi, dengan jumlah nilai rencana investasi 1-5 tahun sejak 2000 sebesar US$ 3,2 milyar. Kendala yang dihadapi dalam pemberantasan illegal logging antara lain: 1. Ada 11 instansi yang berada dalam satu mata rantai pemberantasan illegal logging yang sangat menentukan proses penegakan hukum kejahatan bidang kehutanan yaitu: Menko Polkam, TNI AD/Hankam, TNI AL, Polri, Dephut, Deperindag, Dephub, Bea Cukai, Kejaksaan, Pengadilan, dan Pemda Provinsi/Kabupaten; 2. Penegakan hukum masih lemah sehingga mafia kayu beraksi dengan bebas; 3. Modus penebangan ilegal: oknum aparat menjadi dinamisator dan supervisor tindak pidana kehutanan, di samping juga menjadi backing; 4. Kondisi moral, sosial dan budaya masyarakat, serta aparat cenderung menjadi tidak lagi peduli pada kelestarian hutan dan penegakan hokum; 5. Ketahanan dan kemandirian masyarakat yang masih rendah dengan pembodohan yang berdalih pemberdayaan masyarakat; 6. Masih ada industri pengolahan kayu yang menerima dan mengolah kayu ilegal; 7. Penanganan illegal logging saat ini belum mencapai hasil yang maksimal karena dilaksanakan secara tidak berkesinambungan akibat biaya yang cukup besar;
MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN 23

8. Kompleksnya permasalahan sosial dan moral di berbagai lapisan masyarakat; 9. Data dan informasi tentang penanganan illegal loging masih sangat terbatas; 10. Pelaksanaan otonomi daerah yang lebih berorientasi pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tanpa mempehatikan kelestarian hutan.
Tabel 2.1 Daerah-daerah rawan pencurian dan penyelundupan Kayu Sumber: Media Indonesia, 28 Juni 2002 PROPINSI LOKASI Aceh TN. Gunung Leuser, Bireun, Singkil, Kuala Simpang Riau TN. Bukit Tigapuluh, Rumbai, Dumai, Siak Hulu Jambi TN. Kerinci Seblat, Kuala Tungkal, Bungo Tebo Jawa Timur TN. Meru Betiri, Bondowoso, Lamongan Kalimantan Barat TN. Gunung Palung, Kapuas, Bukit Dayeuh, Batuampar, Paloh, Betung Kerihun Kalimantan Tengah TN. Tanjung Puting, Kuala Kapuas, Barito Utara, Palangkaraya, Barito Selatan Kalimantan Selatan Kotabaru, Muara Teweh, Hulu Sungai Selatan Kalimantan Timur Nunukan, Kutai, Pasir, Hulu Sungai Utara, Tenggarong, Balikpapan Sulawesi Tengah TN.Lore Lindu, Donggala, Palu Papua Sorong

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Upaya Penanggulangan dan Pemberantasan Penebangan Kayu Ilegal Tahun 2002 Dewan Pertahanan Nasional telah menyatakan kejahatan perusakan hutan terutama illegal logging merupakan salah satu ancaman potensial yang dapat meruntuhkan keutuhan dan kesatuan, serta integritas dan integrasi bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu pada tahun 2003 Departemen Kehutanan bersama TNI serta instansi terkait dalam penegakan hukum, bertekad meningkatkan penindakan secara tegas pelaku, pemodal, dan backing kejahatan kehutanan tanpa pandang bulu, serta akan lebih transparan dalam pengungkapan aktor di belakangnya. Salah satu upaya Pemerintah untuk menanggulangi penebangan kayu ilegal yang semakin marak dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab adalah dengan Pemberlakuan Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Penebangan Kayu Ilegal dan Peredaran Hasil Hutan ilegal di Kawasan Ekosistem Leuseur dan Taman Nasional Tanjung Puting. Selain itu KLH atas nama Pemerintah Indonesia telah menandatangani letter of intent dengan Pemerintah Norwegia pada tanggal 30 Agustus 2002 yang pada prinsipnya menekankan pentingnya KLH berperan pada kegiatan advokasi, yaitu
MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN 24

mendorong semua pihak untuk meningkatkan dan mensinergikan kemampuan dalam pemberantasan mafia illegal logging.

Gambar 2.8 masyarakat menggunakan air yang tercemar untuk kebutuhan sehari-hari Sumber koran.republika.co.id

2.2.3 Pencemaran air Air di bumi meliputi air laut (air asin) dan air darat (air tawar). Air tawar dijumpai sebagai air permukaan (surface water) dan air bawah tanah (sub surface water). Air permukaan berupa sungai, danau, rawa dan salju. Sedangkan air bawah tanah dapat dibedakan antara ir tanah dangkal ( soil water) dan air tanah dalam (groundwater). Indikator pencemaran yang banyak dilakukan untuk kontrol kualitas air adalah DO (Disolved Oksigen = Oksigen terlarut) dan BOD (Biological Oxygen Demand = kebutuhan Oksigen untuk proses biologi), antara lain disebabkan dalam penentuan DO dan BOD tidak memerlukan waktu yang lama dan alat-alat yang digunakan sangat sederhana serta murah. Kontrol kualitas air dengan indikator DO dan BOD akan lebih tepat lagi bila penyebab pencemarannya adalah limbah rumah tangga. Uji coba oksigen terlarut sangat penting untuk menjamin keadaan aerobik perairan yang menampung limbah. Dalam mengendalikan pencemaran air perlu diperhatikan bahwa ikan, tetumbuhan, dan binatang lain perlu berkembangbiak. Hal ini perlu
MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN 25

pemeliharaan oksigen terlarut yang dapat menunjang tata kehidupan di dalam air dengan keadaan yang sehat. Oksigen terlarut adalah oksigen yang terdapat dalam air (dalam bentuk molekul oksigen, bukan dalam bentuk molekul hidrogen oksida) dan biasanya dinyatakan dalam mg/l (ppm). Adanya oksigen bebas sangat diperlukan oleh berbagai biota air. Oksigen bebas dalam air dapat berkurang bila dalam air terdapat kotoran atau limbah organik yang degredable. Dalam air kotor selalu terdapat bakteri, yakni bakteri aerob ata bakteri yang memerlukan oksigen bebas untuk keperluan hidupnya dan bakteri anaerob yang tidak memerlukan oksigen bebas untuk keperluan hidupnya. Bakteri aerob dan anaerob akan menguraikan zat organik dalam air menjadi persenyawaan yang sederhana. Selama air mengandung oksigen bebas cukup banyak, maka yang bekerja atau tumbuh berkembang adalah bakteri aerob. Bila oksigen bebas dalam air itu habis ata sangat kurang, maka yang bekerja atau tumbuh berkembang adalah bakteri anaerob. Bakteri anaerob ini merubah persenyawaan organik menjadi bentuk persenyawaan yang sederhana (yang tidak dikehendaki manusia), misal nitrogen diubah menjadi amoniak, belerang diubah menjadi hidrogen sulfida, yang keduanya berbentuk gas dan berbau. Sehingga apabila suatu badan air terlalu banyak mengandung kotoran, pasti akan mengeluarkan bau yang tidak enak karena kehabisan oksigen bebas. Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen untuk proses biologi merupakan indikator pencemaran organic yang paling banyak digunakan untuk control kualitas air atau untuk menilai kepekatan limbah. BOD adalah jumlah oksigen dalam ppm (mg/l) yang diperlukan selama proses stabilisasi dari pencemaran bahan organik oleh bakteri aerob. Permasalahan air sebetulnya sudah ada sejak lama, tetapi intensitas dan frekuensinya semakin besar, meningkat dari waktu ke waktu dengan bertambahnya jumlah penduduk, perluasan kawasan pemukiman, pembukaan lahan-lahan baru, pengembangan kawasan industri, pengembangan budidaya pantai, pengembangan berbagai bentuk rekayasa baik di kawasan pantai maupun jauh di pedalaman atau pegunungan.

MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN

26

Dari kegiatan tersebut di atas timbul berbagai masalah antara lain saat ini air tidak lagi menjadi barang atau suatu zat yang mudah di dapat di mana-mana, air selalu mempunyai konotasi yang kurang baik seperti banjir, penyebab tanah longsor, erosi tanah, dll. Oleh karena itu dampak negatif dari interaksi manusia terhadap hidrosfer yaitu mengenai : 1) Pasokan air 2) Air permukaan 3) Air bawah tanah 4) Banjir 5) Kualitas Air

Gambar 2.9 pencemaran udara lewat industri Sumber balitbang.kemhan.go.id

2.2.4 Pencemaran udara Interaksi manusia dengan atmosfer selain berdampak positif juga berdampak negatif. Dampak negatif yang timbul dari interaksi manusia dengan atmosfer adalah pencemaran udara yang berimbas pada perubahan iklim global dan menipasnya ozonosfer bumi.

MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN

27

Sejajar dengan kemajuan manusia di bidang penelitian, muncul kemajuan di bidang nuklir dengan peledaknya, bangunan industri dan kemajuan teknologi lainnya yang bersifat menggagu kebersihan atmosfer dan kelestarian lingkungan hidup yang sehat. Meskipun percobaan nuklir direncanakan pada tempat yang dianggap aman, tapi tetap dapat menimbulkan sampah radioaktif dan gas-gas beracun masuk ke dalam atmosfer dan lautan. Pada mulanya hal ini dapat dikendalikan, tetapi akhir-akhir ini sangat menarik perhatian internasional mengingat nilai kesehatan, keamanan, dan kemajuan penduduk mulai terancam. Atmosfer menjadi tempat penyimpanan dari semua jenis pencemar baik berupa gas, cair, maupun padat. karena itu pencemaran udara dapat merugikan kehidupan. Pencemaran udara lokal biasanya dapat dihindari oleh adanya sirkulasi udara umum, tetapi kemungkinan besar pencemar tersebut akan diendapkan di tempat lain. Perana atmosfer pada pencemaran udara adalah bertindak sebagai pengencer konsentrasi pencemar atau bertindak sebagai yang menyingkirkan pencemaran udara, tetapi ada kalanya justru bertindak sebagai sumber pendauran (perputaran) kembali dari pencemar tersebut. Lingkungan atmosfer tempat manusia hidup bergantung pada pertanian,industri, percobaan nuklir, pembuangan dari kendaraan bermotor, dan percobaan-percobaan lainnya. Industri perlu didirikan, hutan dapat dibuka sebagai lahan pertanian baru, tetapi masalah ini hendaknya dikerjakan dengan penuh kebijaksanaan, penuh kesadaran, dan penuh perhatian terhadap akibat-akibat yang akan timbul agar pembangunan yang kita harapkan dapat membawa kesejahteraan rakyat dan bukan sebaliknya menimbulkan katastropik. Sebagian unsur-unsur atmosfer sangat penting bagi kehidupan manusia, sebagian tidak vital dan tidak berbahaya, serta sebagian dapat merugikan serta berbahaya bagi kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Masuknya zat-zat bearacun ke dalam atmosfer yang sangat merugikan dan berbahaya bagi manusia maupun hewan, merusak harta milik dan tanaman disebut pencemaran udara. Zat-zat tersebut antara lain: Karbon Monoksida Sumber utama berasal dari kendaraan bermotor, dan proses industri menduduki tempat kedua, sedangkan pembakaran sampah dan kebakaran hutan menduduki tempat
MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN 28

ketiga dan keempat. Jika udara tercemar , maka hemoglobin pada tubuh manusia tidak dapat mengikat oksigen, Pada konsentrasi di udara mencapai 0,1 %, maka kapasitas darah dalam mengangkut oksigen berkurang 50 %. Hal ini menyebabkan pemberian oksigen ke dalam tubuh berkurang serta berakibat berkurangnya penglihatan dan reaksi fisik. Ketika konsentrasi di udara mencapai 0,5 % mampu menyebabkan pingsan yang kemudian dapat mengakibatkan kematian. Oksida Sulfur Oksida sulfur merupakan pencemar primer yang di atmosfer bereaksi dengan pencemar lain membentuk senyawa sulfur yang menyebabkan hujan asam. Hujan asam dapat merusak pertanian dan peternakan. Konsentrasi oksida sulful terbesar berasal dari emisi pembakaran batu bara, kedua berasal dari emisi proses industri. Oksida sulfur menyebabkan pembentukan asam yang mengganggu paru-paru, saraf, dan menimbulkan asma. Pada konsentrasi di atas 3 ppm, oksida sulfur member bau tajam dan dapat menimbulkan lemas lalu kematian jika berlangsung lama. Oksida sulful juga dapat menimbulkan korosi. Oksida Nitrogen Oksida nitrogen dalam kadar yang tinggi dapat mengganggu kesehatan manusia, seperti iritasi yang akut pada pernapasan dan penyakit paru-paru yang kronis. Pada konsentrasi 0,01 ppm, oksida nitrogen dapat menyebabkan bronchitis pada anak-anak usia 2-3 tahun. Sumber utama oksida nitrogen adalah kendaraan bermotor dan stasiun pembangkit energi (generator).

MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN

29

Hidrokarbon Hidrokarbon menyebabkan iritasi pada mata dan gangguan pernapasan. Diperkirakan hidrokarbon sebagai penyebab kanker terutama dari jenis aromatic dan adelhida yang banyak dijumpai dalam bahan solar. Sumber utama hidrokarbon diemisikan oleh kendaraan bermotor. Selain itu juga dari emisi proses industri. Beberapa pencemar tersebut yang berada di atmosfer bawah terutama troposfer dapat mengganggu keseimbangan radiasi yang pada gilirannya dapat mengubah iklim karena pada dasarnya iklim cenderung berubah oleh ulah aktivitas manusia seperti urbanisasi, deforestasi, industrialisasi, serta aktivitas alam seperti pergeseran kontinen, letusan gunung berapi, perubahan orbit bumi terhadap matahari, noda matahari, dan peristiwa el nino la nina. Pencemar berupa gas dapat mempengaruhi iklim melalui efek rumah kaca. Sebagai aerosol, maka pencemar mengubah keseimbangan radiasi melalui hamburan, pemantulan dan penyerapan serta melalui pembentukan awan. Sebagai akibat pencucian aerosol sulfat dan nitrat oleh tetes awan dan hujan, maka terjadilah hujan asam yang menyebabkan korosi serta penurunan pH dalam tanah dan air. Ketidak seimbangan radiasi tersebut mengakibatkan munculnya efek rumah kaca yang menyebabkan kenaikan suhu di Bumi ( global warming ) dan akhirnya berimbas pada perubahan iklim/pergeseran iklim. 2.2.5 Efek Rumah Kaca Efek rumah kaca merupakan proses pada bola bumi sebagai suatu sistem yang dinamis. Rumah kaca yang dimaksud di sini adalah analogi atas bumi yang dikelilingi gelas kaca. Radiasi matahari masuk ke bumi dengan menembus gelas kaca tersebut berupa radiasi gelombang pendek. Sebagian di serap oleh bumi dan sisanya dipantulkan kembali ke angkasa sebagai radiasi gelombang panjang. Tetapi panas yang seharusnya dapat dipantulkan kembali ke angkasa menyentuh permukaan gelas kaca dan terperangkap di bumi. Layaknya proses dalam rumah kaca di pertanian dan perkebunan, gelas kaca memang berfungsi untuk menahan panas untuk menghangatkan rumah kaca. Masalah timbul ketika aktivitas manusia menyebabkan peningkatan konsentrasi selimut gas di atmosfer (gas rumah kaca) sehingga melebihi konsentrasi yang seharusnya. Maka
MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN 30

panas matahari yang tidak dapat dipantulkan ke angkasa akan meningkat pula. Semua proses itulah yang disebut sebagai efek rumah kaca. Pada konsentrasi yang normal, efek rumah kaca pada dasarnya terjadi secara alami sehingga memungkinkan kelangsungan hidup semua makhluk hidup di bumi. Tanpa adanya gas rumah kaca seperti karbondioksida, metana, atau dinitro oksida, suhu permukaan bumi akan 33 C lebih dingin. Namun sejak awal jaman industrialisasi, awal dari akhir abad ke-17, konsentrasi gas rumah kaca meningkat drastis. Diperkirakan tahun 1880 temperatur rata-rata bumi meningkat 0,5C -0,6C akibat emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Tidak semua gas yang terdapat di atmosfer bumi menimbulkan efek rumah kaca. Yang termasuk dalam kelompok gas rumah kaca adalah Karbondioksida, Metana, Dinitro Oksida, Hidroflourokarbon , Perflourokarbon , sampai Sulfur Heksaflourida . Jenis gas rumah kaca yang member sumbangan paling besar bagi emisi gas rumah kaca adalah Karbondioksida, Metana, dan Dinitro Oksida. Sebagian besar dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batubara) di sektor : 1. 36 % dari Industri Energi (pembangkit listrik/kilang minyak, dll) 2. 27 % dari sektor transportasi 3. 21 % dari sektor industri 4. 15 % dari sektor rumah tangga dan jasa 5. 1 % dari sektor-sektor yang lain Peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer mengakibatkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi yang disebut dengan pemanasan global atau global warming. Pemanasan global akan diikuti dengan perubahan iklim seperti mengkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan banjir, erosi dan tanah longsor. Sedangkan di belahan bumi lain akan mengalami musim kering yang berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu. Efek rumah kaca menyebabkan terjadinya akumulasi panas di atmosfer bumi. Dengan adanya akumulasi yang berlebihan tersebut, iklim global melakukan penyesuaian. Penyesuaian yang dimaksud salah satunya dengan peningkatan temperature bumi, kemudian disebut pemanasan global dan berubahnya iklim regional, pola curah

MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN

31

hujan, penguapan, pembentukan awan atau perubahan iklim. Dampak dari adanya pemanasan global ini yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Musnahnya berbagai keanekaragaman hayati Meningkatnya frekuensi dan intensitas hujan badai, angin topan, dan banjir Mencairnya es dan glasier di kutub Meningkatnya jumlah tanah kering yang potensial menjadi gurun Kekeringan berkepanjangan Kenaikan permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang luas Kenaikan suhu air laut mengakibatkan terjadinya pemutihan karang ( coral bleaching dan kerusakan terumbu karang di seluruh dunia) 8. 9. 10. Meningkatnya frekuensi kebakaran hutan Menyebarkan penyakit-penyakit tropis, seperti malaria ke daerah-daerah baru Daerah-daerah tertentu menjadi padat dan sesak karena terjadi arus pengungsian. Dampak dari pemanasan global ini pula, menjadikan kini el nino muncul setiap 2-7 tahun, lebih kuat dan berkontribusi pada pengkatan temperature bumi. Dampaknya dapat dirasakan di seluruh dunia dan menunjukkan bahwa iklim di bumi telah mengalami perubahan. Akumulasi gas rumah kaca di atmosfer membantu menyuntikkan panas ke Samudra Pasifik. Oleh karena itu el nino muncul lebih sering dan lebih ganas dari sebelumnya.

MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN

32

Gambar 2.10 data konsumsi CFC di dunia Sumber library.thinkquest.org

2.2.6 Gas CFC CFC merupakan salah satu zat polutan. Cl dari CFC ini dapat merusak lapisan ozon. Bahan ini telah banyak dipakai sebagai bahan pembakar dalam kaleng semprotan, sebagai gas alat pendingin, sebagai gas pengatur udara, dan sebagai bahan untuk plastik.CFC sebenarnya tidak reaktif di lapisan atmosfer bawah dan tidak dapat larut dalam air sehingga CFC tidak jatuh ke permukaan bumi oleh tetes hujan. Sayangnya kurang reaktivitasnya CFC membuat bahan ini secara komersial bermanfaat, tetapi juga waktu hidup CFCdi atmosfer menjadi lama, dan akhirnya dapat berdifusi masuk ke dalam stratosfer. Diperkirakan beberapa juta ton CFC sekarang berada di lapisan atmosfer. Ketika CFC berdifusi ke lapisan stratosfer, maka ia menjadi subjek terhadap aksi radiasi energi tinggi. Panjang gelombang dalam daerah antara 190 dan 225 nm menyebabkan fotolisis atau perpecahan ikatan karbon-klor dari CFC, sehingga terbentuklah dengan kecepatan terbesar terjadi pada ketinggian sekitar 30 km. Atom klor dapat bereaksi cepat dengan ozon untuk membentuk klor monoksida dan molekul oksigen . Klormonoksida dapat bereaksi dengan atom O untuk membentuk kembali atom klor. Diperkirakan bahwa setiap atom Cl akan merusak sekita 100.000 molekul ozon sebelum klor itu sendiri dirusak oleh reaksi lain.

MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN

33

Meskipun kecepatan difusi dari molekul CFC ke dalam stratosfer dari permukaan bumi kemingkina rendah, kerusakan ozonosfer oleh CFC telah diyakini melakukan observasi. Sejak akhir tahun 1970an, peneliti telah mendapatkan penipisan tahunan dari lapisan ozon di atas kutub selatan yang terjadi selama musim semi austral (belahan bumi selatan). Ilmuwan sekarang dengan jelas menemukan bahwa kutub utara juga mengalami peristiwa yang serupa dengan belahan bumi selatan, tetapi kerusakan ozon selama akhir musim dingin kurang tegas. 2.2.7 Kebisingan Pencemaran bising atau kebisingan adalah pencemaran oleh suara karena masuknya suara yang tidak diinginkan ke dalam lingkungan yang menyebabkan kualitas lingkungan menurun, dan mengganggu peruntukkannya. Tingkat suara yang menyebabkan ketulian setelah beberapa bulan atau tahun adalah 90 Db (desibel) dan apabila intensitas suara sudah mencapai 120 Db, biasanya dalam waktu yang singkat akan menyebabkan ketulian. Kebisingan mengganggu kehidupan manusia, sehingga perlu diupayakan pencegahan terhadap kebisingan. Pemilihan mesin-mesin baru untuk pabrik perlu diperhatikan apakah mesin tersebut menyebabkan kebisingan atau tidak. Kebisingan di jalan raya dapat dikurangi dengan membuat jalur hijau, pepohonan selebar 35 m dapat mengurangi kebisingan sebesar 5 Db, pembuatan tanggul tanah atau semen dengan ketinggian 2,5 m 3 m dapat mengurangi kebisingan hingga 10 Db. Kebisingan yang terus menerus akan memberikan dampak negatif bagi manusia antara lain berupa kerusakan pendengaran, pemarah, emosi, gagap, kelelahan, denyut jantung bertambah cepat, bertambahnya akumulasi lemak pada pembuluh darah, serta gangguan melahirkan bagi ibu hamil.

MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | PENDAHULUAN

34

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan
Demikian telah diuraikan beberapa permasalahan yang ada seputar kependudukan dan lingkungan hidup dalam konteks ekologi dan lingkungan. Dalam setiap aksi, selalu ada reaksi, demikian pula dengan aksi yang dilakukan manusia maupun alam, selalu ada reaksi yang mengiringinya. Dalam hal kependudukan, Indonesia sudah bukan tandingan, penduduk terbesar ke 4 dunia dengan Negara kepulauan yang luas, besar dan kaya untuk membekali penduduknya yang sangat banyak. Namun kenyataan itu tidak serta merta mengiringi masyarakat Indonesia kearah kemakmuran. Justru kenyataan yang kita temui di lapangan malah keadaan masyarakat Indonesia tidak seharusnya demikian. Banyak kesenjangan yang terjadi, banyak ketidakmerataan dan anomali-anomali yang menjadi ironi bagi bangsa kita. Banyak terjadi masalah. Faktornya mulai dari pendidikan yang rendah, moral yang makin pudar dan banyaknya pengaruh dari luar sehingga mengikis dengan cepat kepribadian bangsa kita menjadi kian luntur. Dari hal itulah kemudian terjadi permasalahan dalam kependudukan. Selain itu, msayarakat hidup dalam lingkungan yang beragam yang selalu saling membutuhkan dan berinteraksi. Walaupun alam dapat berubah dengan sendirinya, namun campur tangan manusia merupakan bentuk atau faktor lain yang dapat mempengaruhi percepatan perubahan dalam alam. Dengan demikian manusia dengan alam perlu saling memperlakukan masingmasingnya dengan sebaik-baiknya. Tidak semena-mena dan terus dijaga dan dipelihara untuk kelangsungan hidup kita di masa depan.

3.2 Saran
3.2.1 manusia harus menjaga alam agar tetap lestari 3.2.2 manusia harus mengurangi jumlah penduduk agar tidak terjadi masalah 3.2.3 manusia harus melakukan recovery alam
MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN | BAB 3 35

DAFTAR PUSTAKA
http://kimilonely.blogspot.com/2011/04/sejenak-tenggelam-dalam-masalah.html akses 15 september 2011 12.22 library.unnes.ac.id akses 27 september 2011 18.00

MAKALAH EKOLOGI DAN LINGKUNGAN |

36

You might also like