You are on page 1of 61

ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAGI PENGGUNAAN KARTU KREDIT.

(Studi Kasus Pada PT. Bank Central Asia, Tbk. Jember)

Proposal Penelitian untuk Skripsi Jurusan Manajemen

Diajukan oleh Baby Astriwaty 07-7482

JURUSAN MANAJEMEN SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI JEMBER 2010

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan dunia yang semakin global telah menggeser perilaku belanja masyarakat, apalagi didukung oeh semakin canggihnya perkembangan teknologi informasi. Penjualan TV, penjualan melalui pos, sampai perdagangan melalui internet telah mewarnai pola belanja pada saat ini. Untuk mendukung situasi tersebut maka dibutuhkan satu integrasi antara pngetahuan pasar, perilaku konsumen, desain produk, sistem kontrol, sarana informasi yang canggih, serta sistem identifikasi atas penjualan yang lebih efisien, lebih mudah pengaplikasiannya, serta memiliki teingakatan akurasi yang tinggi. Perkembangan pola belanja bersifat global juga semakin ditujang oleh penawaran baragam jasa keuangan oleh pihak perbankan, misalnya kartu kredit (Credit Card) kartu debit( Debit Card) ATM( Automatic Teller Machine), dan tranfer dana elektronis( Elektronis Funds Tranfer) Kartu kredit merupakan salah satu produk bank yang cukup populer. Tawaran dari berbagai bank kepada masyarakat cukup intensif. Salah satu alasan dari kondisi tersebut, terutama adalah adanya pandangan bahwa sebagian besar masyarakat indonesia memiliki kecenderungan konsumtif yang dipercaya semakin meningkat. Kecenderungan konsumtif tersebut dirasakan juga semakin tinggi jika terdapat peluang untuk dapat berbelanja dengan cara yang lebih mudah, misalnya dengan menggunakan kartu kredit. Perkembangan kartu kredit saat ini semakin meningkat secara sangat cepat. Hal ini disebabkan oleh karena beberapa kemudahan yang ditawarkan, seperti kenyamanan, keamanan, kemudahan, serta adanya unsur prestise bagi pemegangnya. Apalagi dengan smakin maraknya jenis transaksi perdagangan melalui internet, yang dikenal dengan e-commerce atau e-banking, dimana transksi cukup melalui internet di rumah dengan hanya memasukkan noor pin kartu kredit si pembeli, tanpa harus pergi ke toko lagi. Kondisi in ditengarai oleh industri perbankan sebagai suatu lahan persaingan baru, dan semakin sengit dari wktu ke waktu. Memang, bisnis kartu

kredit menjanjikan keuntungan yang cukup besar. Namun demikian, pengelolaan yang salah atas bisnis ini aka mendatangkan nilai kerugian yang cukup besar . Penggunaan kartu kredit di satu sisi memang memudahkan dalam melakukan transaksi perdagangan maupun dalam melakukan aktivitas berbelanja. Namun, di sisi lain penggunaan secara berlebihan malah akanmenimbulkan beban baru yang lebih berat bagi pihak pemegangnya. Hal-hal inilah yang antara lain menadi pertimbangan bagi seorang konsumen di dalam memutuskan apakah ia akan menggunakan kartu kredit ataupun tidak. 1.2 Perumusan Masalah Pengguna kartu kredit melihat berbagai hal yang bisa diperoleh misalnya besarnya manfaat yang diterima, biaya yang dikeluarkan, prestise yang didapatkan, dan kemudahan yang didapatkan jika menggunakan kartu kredit. Pengguna kartu kredit akan membandingkan dengan kartu kredit yang dikeluarkan lembaga lain. Ditengah persaingan dengan lembaga keuangan lainnya, Bank BCA mampu meningkatkan manfaat penggunaan kartu kredit dan memperkecil biaya yang di keluarkan sehingga pengguna kartu kredit BCA semakin meningkat. Secara empiris uraian diatas menimbulkan pertanyaan terhadap perilaku pengguna kartu kredit di Bank BCA Cabang Jember. Pertanyaan empiris tersebut dapat dijelaskan secara khusus dalam rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu : 1. Apakah variabel manfaat berpengaruh terhadap tingkat kepuasan penggunaan kartu kredit ? 2. Apakah variabel biaya berpengaruh terhadap tingkat kepuasan penggunaan kartu kredit ? 3. Apakah variabel prestise berpengaruh terhadap tingkat kepuasan penggunaan kartu kredit ? 4. Apakah variabel kemudahan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan penggunaan kartu kredit ?

Berdasarkan latar belakang permasalahan dari perumusan masalah diatas, maka penelitian ini diberi judul Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Proses Pengambilan Keputusan Bagi Penggunan Kartu Kredit (Studi Kasus pada PT. Bank Central Asia, Tbk. Jember). 1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui secara bersama-sama variabel independen manfaat (X1), biaya (X2), prestise (X3), dan kemudahan (X4) terhadap variabel dependen keputusan menggunakan kartu kredit (Y) 2. Untuk mengetahui pengaruh paling dominan dari variabel independen terhadap variabel dependen. 1.3.2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah: 1. Bagi perusahaan Sebagai bahan masukan bagi PT. Bank Central Asia Tbk. Cabang Jember di dalam menentukan strategi pemasaran produk kartu kredit yang tepat. 2. Bagi Pihak Lain Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang tertarik di dalam lingkup penelitian mengenai penentu strategi pemasaran, khususnya produk kartu kredit 3. Bagi Penulis Sebagai media untuk memperluas wawasan dan pengetahuan aplikatif atas teori-teori pemasaran yang telah penulis peroleh selama ini di dalam perkuliahan. 1.4 Lingkup Penelitian Agar pembahasan lebih terfokus maka penelitian ini mempunyai ruang lingkup sebagai berikut :

1. Responden terbatas pada pengguna kartu kredit BCA (BCA Card, Carrefour BCA dan Smart Cash) yang berada di wilayah kerja Kantor Cabang Jember 2. Periode penelitian mulai bulan september 2010 sampai bulan nopember 2010

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Studi empiris Soeprayogi (2004), menyatakan bahwa dalam menentukan keputusan menggunakan kartu kredit BCA, nasabah mempertimbangkan variabel biaya, kemudahan, prestise dan manfaat. Variabel manfaat mendominasi keputusan menggunakan kartu kredit BCA. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Perilaku Konsumen Tujuan perusahaan didalam kegiatan pemasaran adalah untuk menarik knsumen agar membeli produk barang maupun jasa yang ditawarkan perusahaan tersebut. Karenaya diperlukan pemahaman mengapa dan bagaimana tingkah laku dari konsumen tersebut,sehiingga akan dapat dipahami bentuk-bentuk kebutuhan yang belum terpenuhi. Menurut Engel dan Blackwell (1994: 3) perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,mengkonsumsi, dan menghabiskan barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut. Sementara Winardi (1991: 49) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai kegiatan-kegiatan yang dlakukan individu atau kelompok organisasi untuk mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa, termasuk didalamnya terdapat proses pengambilan keputusan. Swasta dan Handoko (1992:9) menambahkan dalam orientasi serupa bahwa : perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagaikegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat di dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada tahap persiapan dan penentuan kegiatan tersebut. Berdasarkan pernyataan-pernytaan di atas dapat dinyatakan bahwa perilaku konsumen merupakan bentuk tindakan langsung dari konsumen bagi pembelian suatu barang atau jasa, diman sebelum maupun aktivitas pembelian tersebut terdapat proses pengambilan keputusan. adanya peluang dari

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut simamora (2003:5-12) antara lain: 1. Faktor Budaya Faktor kebudayaan memiliki pengaruh yang paling luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur, subkultur dan kelas sosial pembeli, a. kebudayaan Kultur adalah faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang. Makhluk yang lebih rendah umumnya dituntun oleh naluri. Sedangkan manusia, perilaku biasanya dielajaridari lingkungan sekitarnya. Sehingga nilai, persepsi, preferensi dan perilaku antara seorng yang tinggal pada daerah tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berada di lingkungan lain pula. Sehingga sangata penting bagi pasar untuk melihat pergesern kultur tersebut untuk dapat menyediakan produk-produk baru yang diinginkan konsumen (Simamora, 2003:5) b. Sub Budaya Setiap kebudayaan terdiri dari sub budaya, yakni kelompok yang lebih kecil dalam suatu kebudayaan.atau keompok orang dengn sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi hidup yang sama. Seperti kelompok kebangsaan yang bertempat tinggal pada suatu daerah akan mempunyai citarasa dan minat etnik yang khas. Demikian pula dengan adanya kelompok keagamaan yang ada. Daerah geografis adalah merupakan subkultur tersendiri. Banyaknya subkultur ini merupakan segmen pasar yang penting , dan pemasar sering menetukan manfaat dengan merancang produk yang kebutuhan subkultur tersebut ( Simamora,2003 : 5) c. Kelas Sosial. Kelas sosial adalah susunan yang relatif permanen dan teratur dalam suatu masyarakat yang anggotanyamempunyai nilai,minat, dan perilaku yang sama. Kelas sosial tidak ditentukan oleh faktor tunggal seperti pendapatan tetapi diukur sebagai kombinasi pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel disesuaikan dengan

lainnya. Kelas sosial memperhatikan preferensi produk dan merk berbeda. ( Simamora,2003 : 5) 2. Faktor Sosial Perilaku konsumen juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, yaitu faktor kelompok acuan, faktor keuangan, serta kelompok peran dan status sosial dari konsumen. a. Kelompok Adalah kelompok yang sehari-hari berinteraksi dengan individu serta memiliki pengaruh langsung atauapun tidak langsung terhadapnya, misalnya: saudara, teman sekerja, tetangga, teman sekolah, teman organisasi dan lain-lain. Kelompok acuan yang berpengaruh langsung terhadap selera seseorang disebut kelompok primer, yaitu mereka berinteraksi secara terus menerus seperti kakakadik, teman sekolah, dan teman sekerja. Sedangkan yang interaksinya terbatas pada waktu-waktu tertentu, seperti teman seorganisasi ataupun teman segeraja disebut keompok sekunder. Selain kedua kelompok, dikenal pula kelompok atau orang-orang yang menjadi idola, dan mengilhami individu memilih produk tertentu. Biasanya menjadi kelompok aspirasi kaum muda adalah para bintang penyanyi pujaan. Kelompok rujukan adalah kelompok yang merupakan titik perbandingan secara langsung atau tidak langsung dalam pebentukan sikap seseorang. Orang sering dipengaruhi oleh kelompok rujukan dimana ia tidak menjadi anggotanya. Pemasar dalam hal ini berupaya mengidentifikasi kelompok rujukan dari pasar sasarannya. Kelompok ini dapat mempengaruhi b. Keluarga Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dipersatukan oleh hubungan darah, pernikahan ataupun adopsi, yang hidup bersama. Anggota keluarga pembeli dapat memberian pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembeli. Berdasarkan peranannya, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga orientasi dan keluarga prokreasi.

keluarga orientasi adalah keluarga yang terdiri dari orang tua dan anakanak kandunt (siblings), diman orang tua memberikan anak orientasi pada agama, politik, dan ekonomi, ambisi, harga diri dan cinta. Ini memberikan pengaruh besarpad perilaku pembelian anak, terutama kalau meraka masih hidup bersama. Bahkan, jika pembeli sudah tidak berhubungan lagi dengan orang tuanya, pengaruh terhadap perilaku pembeli tetap ada. keluarga prokreasi. Adalah keluarga yang terdiri dari suami-istri dan anak, pengaruh keluarga terhadap pembelian itu lebih terasa. pada keluarga prokreasi, keluarga adalah sebgai unit pengambilan keputusan. Pemasar perlu menentukan bagaimana interaksi di antara para anggota keluarga dalam pengambilan keputusan dan berapa besar pengaruh dari mereka masing-masing. Sehingga dengan memahami dinamika pengambilan keputusan dalam suatu keluarga dapat membantu pemasar menetapkan strategi pemasaran yang terbaik bagi keluarga anggota keluarga yang tepat. c. Peran dan Status Tiap orang memegang peran dalam situasi yang berbeda sepanjang hidupnya. Misalnya, seoran pria berperan sebagai karyawan dalam orgnisasi tempatnya bekerja. Dirumah ia berperan sebagai kepala rumah tangga. Tiap peran yang dibawanya menentukan perilaku belanjanya. Selain peran,ia juga memiliki status, misalnya sebagai manajer dikantornya atau sebagai ketua pengurus masjid di kampungnya. Status ini pun mempengaruhi pilihanya atas pakaian,kendaraan dan lain-lain. 3. Faktor Pribadi Faktor-faktor pribadi sangat berpengaruh dalam perilaku belanja konsumen adalah faktor usia, gaya hidup, lingkungan ekonomis, dan kepribadian.faktor kepribadian juga membedakan pilihan seseorang dari pilihan orang lain yang memiliki kepribadian yang berbeda. Kepribadian seserang terlihat dari kestabilan emosi, rasa percaya diri dan kemampuannya berkomunikasi dengan orang lain. a. Usia dan Daur Hidup

Orang akan mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang hidup mereka. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai denga usia. Pembelian dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga. Sehingga pemasar perlu memperhatikan perubahan minat pembelian yang terjadi yang berhubungan dengan daur hidup manusia. b. Pekerjaan Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi barang dan jada yang dibelinya. Dengan demikian pemasar akan mengidentifikasi kelompok yang berhubungan dengan jabatan yang mempunyai minat atas rata-rata terhadap produk mereka. c. Keadaan Ekonomi Keadaan ekonomi akan sangat mempengaruhi piihan produk. Pemasar yang prduknya peka terhadap pendapatan dapat dengan seksama memperhatikan kecenderungan dalam pendapatan pribadi ,tabungan,tingkat bunga. d. Gaya Hidup Orang yang berasal dari subkultur, kelas sosial dan pekerjaan yang sama dapat mempunyai gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin dalam kegitan, minat, dan pendapatan. Konsep gaya hidup apabila digunakan oleh pemasar secara cermat akan dapat membantu untuk memahami nilai-nilai konsumen yang terus berubah dan bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi perilaku konsumen. e. Kepribadian dan Konsep Diri Tiap orang mempunyai kepribadian yang khas dan ini akan mempengaruhi perilaku pembelinya, kepribadian mengacu pada karakteristik psikologis yang unik yang menimbulkan respon relatif konstan terhadap lingkungan sendiri. Kepribadian sangat bermanfaat untuk manganalisis perilaku konsumen bagi beberapa pilihan produk atau merk. Atau pemasar juga dapat menggunakan konsep diri atau citra diri seseorang. Untuk memahami perilaku konsumen, pemasar dapat melihat pada hubungan antara konsumen dan harta milik konsumen. Konsep diri telah berbaur dalam tanggapan konsumen terhadap citra mereka ( Simamora, 2003 :8)

10

4. Faktor Psikologis Pada suatu tertentu seseorang mepunyai banyak kebutuhan baik yang bersifat biogenik maupunbiologis. Kebutuhan ini timbul dari suat keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, haus dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan yang bersifat fisiologis tertentu seperti kebutuhan untuk diakui, harga diri, atau kebutuhan untukditerima oleh lingkungan. Pilihan pembelian seeorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis yang utama, yaitu motivasi, persepsi, proses pembelajaran, serta kepercayaan dan sikap. a. Motivasi Kebanyakan dari kebutuhan-kebutuhan yang ada tidak cukup kuat untuk memotivasi seseorang utuk bertindak pada suat saat tertentu. Suatu kebutuhan akan berubah menjadi motif apabila kebutuhan itu telah mencapai tingkat tertentu. Motif adalah suatu kebutuhan yang cukup menekan seseorang untuk mengejar kepuasan. Para ahli mengembangkan teori tentang motivasi. Dua diantaranya adalah : Sigmund Freud dan Abraham Maslow. Teori motivasi freud. Freud beranggapan bahwa kebanyakan orang tidak menyadari tentang kekuatan psikologis nyata yang membentuk perilaku mereka. Ia melihat orang sebagai yang tumbuh makin dewasa dan menekan banyak dorongan. Dorongan ini tidak pernah hilang atau berada dibawah kendali sempurna. Menurutnya, seseorang tidak pernah utuh memahami motivasinya. Teori Kebutuhan Maslow. Teori ini mencoba menjelaskan mengapa orang didorong kebutuhan oleh kebutuhan tertentu pada waktu tertentu. Menurutnya, kebutuhan manusia tersusun secara berjenjang mulai yang paling banyak menggerakkan sampai pada yang paling sedikit memberikan dorongan. Pertamatama orang akan memuaskan kebutuhan paling tinggi dahulu, baru kemudian memenuhi kebutuhan berikutnya. Berdasarkan urutan pentingnya, jenjang kebutuhan adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. b. Persepsi Tiap individu terdapat informasi atau rangsangan yang diterima indranya mempengaruhi kebutuhan akhirnya. Persepsi individu tergntung kondisi dan

11

karakteristik individu itu sendiri. Misalnya, dua orang dengan motivasi yang sama, belum tentu mempunyai keputusan yang sama karena persepsi msingmasing individu berbeda. Persepsi menrut kotler (simamora, 2003:10) adalah proses dengan mana seseorang individu memilih,merumuskan dan menafsirkan masukan (input) informasi untuk menciptakan suatu gambaran yangmengenai dunia. Orang dapat memberikan persepsi yang berbeda-beda terhadap rangsangan yang sama karena tiga proses persepsi, yaitu perhatian yang selektif, gangguan yang selektif, dn mengingat yang selektif. Perhatian yang selektif (selective interest ) Orang pada umumnya dihadapkan pada jumlah rangsangan yang sangat banyak setiap hari dan tidak semua rangsangan ini dapat diterima. Perhatian yang selektif berarti harus dapat menarik peratian konsumen, dimana pesan yang disampaikan akan hilang bagi kebanyakan orang yang tidak berada dalam pasar untuk produk tertentu, kecuali untuk pesan yang cukup menonjol atau dominan yang mengelilingi konsumen pada pasar tersebut. Gangguan selektif (selective distortion).Rangsangan yang diperhatikan konsumen pun tidak selalu seperti apa yang dimaksud. Setiap orang berusaha menyesuaikan informasi yang masuk dengan pandangannya. Distorsi selektif menggambarkan kecenderunga orang untuk meramu informasi kedalam pengertian pribadi. Orang cenderung menafsirkan informasi dengan cara yang lebih mendukung daripada menentang konsepsi yang telah dimiliki. Dengan demikian, pemasar harus berupaya memahami susunan benak konsumen dan bagaimana dampak serta interpretasi iklan dan produk mereka. Mengingat kembali yang selektif. (selective retention) Orang cenderungmelupakan apa yang mereka pelajari dan menahan informasi yang mendukung sikap dan kepercayaan mereka. Mengingat yang selektif berarti mereka akan mengingat apa yang dikatakan sebagai keunggulan suatu produk dan melupakan apa yang dikatakan pesaing. Konsumen akan mengingatnya pada saat ia mengingat tentang pemilihan suatu produk.

12

c. Proses Pembelajaran Adalah proses mengambil kesimpulan dari pengalaman masa lalu. Kebanyakan perilaku manusia adalah hasil proses pembelajaran. Secara teori, pelajaran seeorang dihasilkan melalui dorongan, rangsangan, isyarat, tanggapan dan penguatan. Proses ini mengakbatkan perubahan-perubahan dalam perilaku belajar individu tanpa disadari, tiapindividu mengalami proses belajar. Perubahan ini tanpak nyata dalam keputusan yang diambil kemudian. d. Kepercayaan dan Sikap Melalui tindakan dan proses pembelajaran, orang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap yang kemudian akan mempengaruhi perilaku pembeli. Kepercayaan adalah suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Suatu sikap mejelaskan suatu organisasi dari motivasi, perasaan emosional, persepsi,dan proses kognitif kepada suatu aspek. Lebih lanjut, sikap adalah cara kita berpikir, merasa dan bertindak melalui aspek di lingkungan seperti toko retail, program televisi atau produk. Kepercayaan dapat berupa pengetahuan, pendapat atau sekedar percaya, dan kepercayaan ini akan membentuk citra produk dan merek. Sedangkan sikap menuntun orang untuk berperilaku reaktif konsisten terhadap objek yang sama. Berikut ini dijelaskan komponen sikap. Komponen kognitif (coqnitive component). Komponen ini terdiri dari kepecayaan konsuen dan pengetahuan tentang obyek. Kepercayaan tentang atribut suatu produk biasanya dievaluasi secara alami. Semakin positif kepercayaan terhadap suatu merek dan semakin positif setia kepercayaan, maka akan semakin mendukung keseluruhan dari sikap itu. Komponen afektif ( afective component). Perasaan dan reaksi emosionel kepada obyek, itulah komponen afektif sikap. Misalnya, konsumen mengatakan, saya menyukai produk A, itu merupakan hasil emosi atau evaluasi afektif terhadap suatu produk. Evaluasi ini terbentuk tanpa informasi kognitif atau kepercayaan tentang produk tersebut. Atau hasil evaluasi atas penampilan produk pada setiap atributnya. Kebanyakan

13

kepercayaan tentang roduk berhubungan dangan reaksi afektif. Misalnya, suatu produk yang dipercayai mempunyai harga Rp. 4000,sampai Rp. 6000,- dapat direspon positif( harga dianggap murah) atau negatif (harga terlalu mahal). Ini mempengarhi reaksi kita terhadap produk itu. Komponen perilaku (behavior comonent). Komponen in adalah respon seeorang terhadap obyek atau aktivitas.seperti keputusan untuk membeli atau tidaknya suatu produk akan memperlihatkan komponen behavioral (simamora, 2003: 9-12) 2.2.3 Model Pengambilan Keputusan Howard-Sert (Loudon & Della Bitta, 1993:607) mengemukakan tiga model didalam proses pengambilan keputusan, yaitu :
a) Extensive

Problem Solving, yaitu keadaan dimana konsumen

dihadapkan pada situasi pembelian suatu merk dari kelas produk yang belum diketahui sebelumnya. Mereka membutuhkan informasi yang banyak, sehingga proses pengambilan keputusan memakan waktu yang lama.
b) Limited Problem Solving, yaitu keadaan dimana konsumen dihadapkan

kepada suatu merk dari kelas produk yang telah diperkenalkan kepadanya. Sehingga, informasi yang dibutuhkan relatif sedikit dan proses pengambilan keputusan dapat lebih cepat diambil.
c) Rountinized Response Behavior, yaitu keadaan dimana konsumen

dihadapkan pda merk dari kelas produk yang dikenal baik sebelumnya. Sehingga relatif sangat sedikit sekali informasi yang dibutuhkan akan produk tersebut dan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan segera, Model Howard-Seth mengandung empat elemen pokok, yaitu 1. Input (Variabel rangsangan/stimuli) Variabel ini didorong oleh stimuli yang berasal dari lingkungan konsumen. Sejumlah variabel pendorong tersebut meliputi baik yang bersifat komersiil ataupuun yang bersifat sosial. Dorongan yang bersifat komersiil lebih berasal dari sumber perusahaan, baik berupa dorongan signifikan yang bisa berupa harga, kualitas, ciri khusu, pelayanan, maupun tingkat ketersediaan, maupun yang berupa

14

dorongan simbolik yang lebih berhubungan dengan aktivitas periklanan yang dilaksanakan perusahaan. Sementara, dorongan sosial lebih berupa arus komunikasi dari mulut ke mulut yang lebih terjadi didalam keluarga, kelas sosial, atau kelompok referensi, yang mana ini merupakan input yang sangat efektif bagi suatu proses keputusan pembelian 2. Susunan Hipotesis Susunan hipotesis merupakan proses internal dari konsumen, yaitu yang lebih merupakan proses hubungan anata input dan output bagi keputusan pembelian. Susunan hipotesis terdiri dari dua bagian utama, yaitu : (1) Susunan pengamanan (perpectual construct) yang terdiri atas elemen perhatian, yang ini lebih dipengaruhi oleh sikap, bias pengamatan, dan obsevasi oleh pihak konsumen; dan (2) Susunan belajar (Learning construct) yang terdiri atas motif, pemahaman atas merk, kriteria pemilihan, tujuan atau maksud pembelian, keyakinan, dan tingkat kepuasan yang diterima. 3. Output (variabel-variabel response) Variabel ini, yang dikenal juga sebagai variabel tanggapan adalah merupakan suatu keputusan untuk melakukan pembelian. Tujuan merupakan bentuk kecenderungan dari pihak konsumen untuk membeli sutu merk yang dirasakan paling disukainya. Sikap merupakan bentuk penilaian oleh pihak konsumen terhadap suatu atau sejumlah merek produk tertentu didalam upaya memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Pemahanan atas merk merupakan sejumlah informasi yang dimiliki konsumen tentang suatu merk produk tertentu. Terakhir, perhatian merupakan bentuk tanggapan terhadap informasi yang masuk 4. Variabel-variabel eksogen Variabel ini terutama berpengaruh, meski tidak terlalu besar terhadap perilaku pembeli. Variabel eksogen antara lain terdiri dari sifat pentingnya aktivitas pembelian, sifat kepribadian konsumen, status keuangan, batasan atau kendala waktu, faktor sosial dan organisasi, kelas sosial, dan kebudayaan. Engel dan Blackwell juga mengembangnkan model untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang menyebabkan terjadinya keputusan pembelian. Model ini menggambarkan dengan jelai mulai

15

dari timbulnya kebutuhan sampai tahap akhir suatu aktivitas pembelian. Pendekatan berikutnya adalah lebih didasarkan proses pengambilan keputusan. Model ini memiliki dua versi, yaitu hight-involvement version dan lowinvolvement version. Perbedaan antara kedua versi tersebut lebih terletak pada kondisi keterlibatan pribadi dari seseorang, kaut tidaknya pola hubungan antara produk barang atau jasa yang dibeli dengan kadar ego seseorang, ataupun besar tidaknya derajad resiko yang akan diterima jiak keputusan yang diambil ternyata salah. Berikut kedua versi ini akan dijabarkan secara lebih terperinci.
1.

hight-involvement version. Pada versi ini, produk barang atau jasa

yang dibeli memiliki pola hubungan yang erat ataupun tinggi dengan kadar ego si pembeli, misalnya karena faktor harga dari produk tersebut yang relatif mahal, ciri-ciri produk yang komplek, ataupun karena adanya derajad resiko yang tinggi apabila terjadi kesalahan didalam proses pengambilan keputusan. Inti dari versi ini adalah tahapan proses keputusan (decision process), yaitu need recognition, information search alternatives evolution, choice, dan outcome. Pada versi ini, tampak adanya rangkaian aktifitas yang cukup lengkap dari konsumen didalam proses pembelian. Konsemen dengan tingkat keterlibatan yang tinggi tersebut akan sangat memperhatikan perbedaan-perbedaan antara merek-merek tertentu, serta akan bersedia mengeluarkan tenaga yang lebih besar untuk memperimbangkan atau memperhitungkan segala sesuatu mengenai merk tersebut. Konsumen dengan tingkat keterlibatan yang tinggi tersebut akan bertindak lebih dari sekedar penerima pesan yang pasif, tetapi akan lebih cenderung melakukan pengevaluasian secara kritis atas implikasiimplikasi positif maupun negatf yang mungkin diterima setelah menentukan keputusan pilihan dan pula telah melakukan aktifitas pembelian. Di dalam versi ini, sikap terhadap suatu sejumlah merk tertentu lebih terbentuk dengan hanya umsur kepercayaan yang dikembangkan oleh konsumen tersebut berdasarkan hasil dari proses secara kritis tersebut.
2.

low-involvement version, Pada versi ini tidak terjadi pola hubungan

yang erat, ataupun terjadi dengan pola hubungan yang lemah, antara produk yang dibeli dengan kadar ego seseorang yang membelinya. Versi ini menggambarkan

16

tingkat keterlibatan dari pihak konsumen yang relatif rendah didalam proses pengambilan keputusan melakukan pembelian. Perbedaan versi ini dengan versi yang pertama adalah bahwa pada versi ini tidaklah diperlukan adanya upaya pencarian informasi. Konsumen hanya menggunakan kroteria-kriteria evaluasi, sehingga boleh dinyatakan secara langsung bahwa konsumen yang bersangkutan telah berada pada tahap pemilihan (choice). Pada versi ini didak terdapatnya tahapan pencarian informasi, karena keputusan pembelian dilakukan sebelum dilakukannya proses mengevaluasi sejumlah alternatif pembelian sebagai konsekuensinya, elemen-elemen kepercayaan, sikap, dan tujuan, lebih merupakan hasil dari tahapan pemilihan. Jika evalusi terdapat aktivitas pembelain yang telah dilakukan dipandang memberikan hasil yang baik, maka hasil tersebut akan lebih memberikan kadar pengaruh yang positif pada aktifitas-aktifitas pembelian sebelumnya. Kotler (1996:203) juga menawarkan suatu konsep mengenai suatu proses pengambilan keputusan oleh konsumen. Model ini yang sering juga disebut model black box atau kotak hitam pihak pembeli, menggambarkan adanya bentuk-bentuk rangsangan eksternal, yaitu berupa rangsangan lingkungan maupun rangsangan pemasaran, kedalam area kotak hitam dari pihak pembeli, dan kemudian menghasilkan suatu jawaban tertentu. Rangsangan pemasaran terdiri dari empat unsur, yaitu produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan saluran distribusi (place) atau yang dikenal sebagai 4-P sementara, rangsangan lingkungan terdiri dari bentuk-bentuk kekuatan dan kejadian utama yang terjadi dilingkungan makro pembeli, yaitu teknologi, politik, dan kebudayaan. Semua jenis rangsangan tersebut masuk kedalam kotak hitam , diolah oleh pembeli, dan akhirnya menghasilkan suatu bentuk keputusan, baik yang mencakup pilihan produk, pilihan merk, pilihan penyalur, waktu pembelian, jumlah pembeli.

2.3 Hipotesis

17

Dalam penelitian ini, diajukan hipotesis bahwa : variabel-variabel biaya, manfaat, prestis dan kemudahan secara signifikan mempengaruhi keputusan konsumen untuk menggunakan kartu kredit.

BAB 3 METODE PENELITIAN

18

3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT Bank Central Asia Tbk. Cabang Jember. Lokasi ini ditentukan dengan pertimbangan bahwa PT Bank Central Asia Tbk Cabang Jember dikarenakan peneliti bekerja dalam organisasi tersebt, akan memudahkan bagp pengumpulan data yang dibutuhkan. 3.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dimana penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam menentukan penggunaan kartu kredit pada dirinya 3.3 Jenis Data Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari tanggapan pihak nasabah terhadap faktor-faktor yang digunakandi dalam menentukan keputusan apakah ia akan menggunakan kartu kredit atau tidak. Data sekunder merupakan data internal perusahaan yang berhubungan dengan penelitian ini, misalnya jumlah pengguna kartu kredit yang sampai saat ini terdaftar di Pt Bank Central Asia Tbk. Cabang Jember, manfaat-manfaat dari kartu kredit, serta sistem kerja kartu kredit. 3.4 Metode Pengumpulan Data Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada sejumlah nasabah. Sementara data sekunder diperoleh melalui studi literatur, yang berupa data bidang pemasaran milik perusahaan serta beberapa literartur yang mendukung penelitian ini. 3.5 Metode Penentuan Sampel Metode penentuan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling, dengan alasan jumlah populasi yang terlalu besar. Metode ini

19

melakukan pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan kriteria sampel apapun sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi. Suparmoko (1995:56) menyatakan bahwa pengambilan sampel yang baik adalah cukup dengan mengambil presentase tertentu, katakanlah 5%, 10%, atau 50% dari seluruh populasi. Dipihak lain, Djarwanto dan Subagyo (1996:101) menyatakan bahwa semakin homogen suatu populasi akan semakin kecil sampel yang bisa diambil. Dengan mengasumsikan bahwa populasi adalah homogen, yaitu para pengguna kartu BCA Cabang Jember berjumlah 6800 pengguna, serta adanya keterbatasan waktu dan tenaga, maka peneliti memilih jumlah sampel sebanyak 5% dari total populasi dimana dipandang jumlah tersebut mewakili populasi penelitian. Sehingga dapat dikatakan dalam penelitian ini menggunakan sampel 340 pengguna kartu kredit. 3.6 Metode Analisis Data 3.6.1 Analisis Regresi Linier Berganda Untuk mengetahui perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan menggunakan kartu kredit BCA, variabel-variabel yang mempengaruhi perilaku konsumen di BCA Kantor Wilayah Jember adalah manfaat, biaya, prestise dan kemudahan. Hipotesis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses mengambil keputusan menggunakan kartu kredit BCA dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda (Gujarati, 1993): Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + Dimana : Y = Keputusan menggunakan kartu kredit X1 = Manfaat X2 = Biaya X3 = Prestise X4 = Kemudahan = Faktor penggangu atas variabel bebas b0 = Konstanta b1, b2, b3, b4 = koefisien regresi 3.6.2 Uji Statistik 1. Pengujian secara bersama-sama (Uji F)

20

Untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen digunakan uji F dengan rumus (Supranto, 1995:267) sebagai berikut:

R2
F=

(1 R )
2

(n k 1)

Dimana : R2 = koefisien determinasi k = banyaknya variabel bebas n = jumlah sampel F = Nilai F hitung selanjutnya dibandingkan dengan F tabel = 0,05 Asumsi yang digunakan : Ho : b1 = 0 Ho : b1 0 Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: a) Jika F hitung > F tabel pada derajat kesalahan () tertentu dengan derajad bebas (k-1, n-k), maka Ho ditolak Hi diterima artinya variabel-variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen b) Jika F hitung < F tabel pada derajat kesalahan () tertentu dengan derajad bebas (k-1, n-k), maka Ho diterima Hi ditolak artinya variabel-variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen 2. Pengujian Secara Parsial (Uji t) Untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh masing-masing secara parsial digunakan uji statistik atau uji t (t test) dengan rumus (Supranto, 1995:252) sebagai berikut: t= Dimana : t = Nilai t hitung bi = koefisien regresi S bi = standart eror
bi Sbi

21

Asumsi yang digunakan : Ho : b1 = 0 Ho : b1 0 Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: a) Jika t hitung > t tabel pada derajat kesalahan () tertentu dengan derajad bebas (k-1, n-k), maka Ho ditolak Hi diterima artinya variabel-variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen b) Jika t hitung < t tabel pada derajat kesalahan () tertentu dengan derajad bebas (k-1, n-k), maka Ho diterima Hi ditolak artinya variabel-variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen 3. Koefisien Determinasi Berganda Untuk mengukur besarnya sumbangan variabel independen manfaat (X1), biaya (X2), prestise (X3) dan kemudahan (X4) terhadap variabel dependen yaitu proses pengambilan keputusan menggunakan kartu kredit BCA (Y) digunakan koefisien determinasi berganda dengan rumus (Gujarati, 1993:99) sebagai berikut: R2 = Dimana
b1 (1 y ) + b2 (2 y ) + b3 (3 y ) y 2

R2 = koefisien determinasi i = banyaknya variabel

Keterangan : R2 nilainya diantara 0 dan 1 atau 0 < R2 < 1 Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: a) apabila nilai R2 mendekati 0, maka berarti manfaat (X1), biaya (X2), prestise (X3) dan kemudahan (X4) tidak dapat menjelaskan hubungannya terhadap variabel dependen yaitu proses pengambilan keputusan menggunakan kartu kredit BCA (Y). b) Apabila nilai R2 mendekati 1, maka berarti manfaat (X1), biaya (X2), prestise (X3) dan kemudahan (X4) dapat menjelaskan hubungannya terhadap variabel dependen yaitu proses pengambilan keputusan menggunakan kartu kredit BCA (Y). 3.6.3 Uji Ekonometrik (Asumsi Klasik) 1. Uji Multikolinearitas

22

Uji multikolineartitas digunakan untuk menentukan apakah suatu model terdapat hubungan yang sempurna di antara beberapa variabel atau semua, yang menjelaskan dalam semua model regresi. Adanya kemungkinan terdapat multikolinearitas apabila nilai Fhitung dan R2 adalah signifikan, sebagian atau seluruh koefisien regresi tidak signifikan. Pengujian dilakukan dengan uji klein yaitu dengan cara melakukan regresi sederhana antara variabel bebas dengan menjadikan salah satunya sebagai variabel terikat, selanjutnya nilai R2 masingmasing regresi sederhana tersebut dibandingkan dengan nilai R2 hasil regresi berganda. Apabila nilai R2 masing-masing regresi sederhana lebih kecil daripada R2 hasil regresi berganda maka model tersebut tidak terkena multikolinearitas (Supranto, 1995:21). 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui adanya kesalahan pengganggu mempunyai varian yang sama. Dalam pengujian ini digunakan uji korelasi rank dari Spearman (Supranto, 1995:59). Koefisien korelasi rank dari Spearman didefinisikan sebagai berikut:

d i2 rs = 1-6 2 n(n 1)
Dimana : di = perbedaan dalam rank yang diberikan pada kedua karakteristik yang berbeda dari individu atau fenomena ke i. n = banyaknya individu atau fenomena yang diberi rank. Koefisien korelasi rank tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas sebagai berikut (dengan asumsi: Yi = A+BXi+i): a) terapkan regresi tersebut pada data Y dan X dan hitung kesalahan pengganggu (residual) ei, perkiraan i; b) tanpa memperhatikan tanda dari ei, yaitu kiat ambil nilai mutlaknya,
ei ei

kemudian buat rank dari kedua variabel

dan Xi sesuai dengan urutan menaik

atau menurun dan hitung koefisien korelasi rank dari Spearman;

23

c)

dengan anggapan bahwa koefisien korelasi rank sebenarnya s, akan

sebesar nol, dan n>8, signifikan dari r sampel, dapat diuji dengan uji t sebagai berikut: t=
rs n 2 1 rs2

dengan df = n-2

Apabila nilai t yang dihitung melebihi nilai t yang kritis dari tabel t, kita dapat menerima hipotesa bahwa ada heteroskedastisitas, kalau tidak kita tolak hipotesa. Apabila model regresi mencakup lebih dari dua variabel bebas, rs dapat dihitung antara ei dengan setiap variabel bebas X secara terpisah dan dapat diuji untuk mengetahui signifikan tidaknya dengan menggunakan uji t. 3. Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan pengujian ekonometrika yang digunakan untuk menguji suatu model apakah antara variabel pengganggu masing-masing variabel bebas saling mempengaruhi, untuk mengetahui apakah dijumpai adanya autokorelasi digunakan Durbin-Watson test. Cara pengujiannya adalah dengan membandingkan nilai Durbin-Watson seperti telah dijelaskan oleh Supranto (1995:113), selang kepercayaan dapat diberikan dengan melibatkan lima wilayah dengan menggunakan dL (batas bawah) dan dU (batas atas) sebagai berikut: Jika d < dL Jika d > 4 - dL Jika dU < d < 4 - dU Jika dL d dU Jika (4 dU) d (4 dL) : menolak H0 (ada korelasi positif) : menolak H0 ( ada korelasi negatif) : terima H0 (tidak ada korelasi) : pengujian tidak dapat disimpulkan : pengujian tidak dapat disimpulkan.

3.7 Operasional dan Pengukuran Variabel a Keputusan penggunaan kartu kredit adalah bentuk keputusan yang diambil oleh seorang konsumen untuk menggunakan kartu kredit dari PT. Bank Central Asia Tbk. Cabang Jember. b Manfaat adalah jenis manfaat transaksi keuangan yang ditawarkan oleh kartu kredit bagi penggunanya.

24

c d e

Biaya adalah biaya bulanan maupun tingkat bunga per transaksi yang Kemudahan adalah proses pelayanan adaministrasi yang dirasakan nasabah Kartu kredit merupakan suatu alat pembayaran yang dikeluarkan oleh bank

ditetapkan atas kartu kredit. sejak mulai mengurusi permintaan akan kartu kredit sampai saat menggunakan. atau lembaga keuangan lain, dimana didalamnya terdapat PIN (Personal Identification Number) dari pemilik kartu plastik atau kartu kredit, yang berguna bagi pihak konsumen untuk memperoleh jasa pelayanan yang cepat, aman, dan praktis bagi transaksi keuangan. Skala pengukuran yang digunakan atas hasil kesioner adalah Skala Likert, yaitu metode untuk mengukur persepsi para konsumen mengenai alasan yang digunakan di dalam menentukan keputusan penggunaan kartu kredit. Adapun kriteria yangada adalah sebagai berikut :
Jawaban A B C D E Kategori Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Kurang Setuju Sangat Tidak Setuju Skor 5 4 3 2 1

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. 4.1.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum perusahaan Bank Central Asia Bank Central Asia (BCA), Tbk pertama kali didirikan pada tanggal 21 Februari 1957 di pusat perniagaan Jakarta yang diberi nama dengan Bank Central Asia N.V.BCA mengalami perkembangan yang sangat pesat pada pertengahan 1970-an. pada tahun 1974 BCA mulai berani menjalin kerjasama dengan lembaga

25

keuangan terkemuka dari Jepang, Inggris, dan Hongkong, yang menghasilkan sebuah lembaga keuangan bukan bank yang diberi nama PT. Multinational Finance Corporation. BCA merupakan pemegang saham terbesar di lembaga ini. Di tahun 1987, BCA menjadi bank pertama di Asia Tenggara dan mendapat kepercayaan dari Visa international untuk mengeluarkan BCA Visa Traveller Cheques yang dapat diterima di seluruh dunia. Perkembangan yang bagus tersebut terus berlanjut hingga akhir tahun 1980-an, misalnya dengan mengeluarkan BCA Card yaitu sejenis Credit Card yang dikeluarkan dan dikelola sendiri oleh BCA. Pada tahun 1991 sistem komunikasi melalui satelit telah memungkinkan 120 Kantor Cabang untuk beroperasi secara on line. Pada tahun berikutnya jaringan komunikasi dapat menjangkau 200 cabang denga sistem BCA LINC yang mengirimkan data melalui satelit Palapa. Pada tahun yang sama jumlah responden BCA meningkat dari sejumlah 772 menjadi 1499 bank yang tersebar di 80 negara. Di tahun 1994 BCA menerapkan suatu sistem kerja integrated banking system (IBS), dimana sistem kerja tersebut dapat memudahkan nasabah dalam melakukan berbagai transaksi di mana saja. Dengan demikian nasabah dapat memanfaatkan jaringan cabang BCA yang sudah tersebar luas. Sampai dengan tahun 1996, empat sub-sistem dari integrated banking system (IBS) yaitu, integrated deposit system (IDS), integrated loan system (ILS), integrated tranfer system (ITS), costumerinformation system (CIS) telah diterapkan di cabng-cabang BCA. Sejalan dengan penerapan keempat sub-sistem IBS tersebut, perubahan struktur organisasi dan tata letak ruang kerja operasional bank telah diselaraskan. Demikian halnya dengan prosedur operasional bank yang lama telah diperbarui dan distandarisasi supaya otomatisasi dari keempat sub-sistem IBS yang telah diterapkan dapat dimanfaatkan secara optimal. Sampai dengan akhir tahun 2001 BCA telah memiliki 800 Kantor Cabang, 2000 ATM dan 21.000 karyawan. Seiring dengan kemajuan teknologi, saat ini BCA juga telah dapat melayani nasabahnya melalui internet banking dan Mobile banking. 4.1.2 Berdirinya BCA Cabang Jember

26

PT. Bank Central Asia Cabang Jember didirikan pada tanggal 19 November 1979 di bawah kepemimpinan Ir. Hendrata Kresna Wahyu Esa dan berlokasi di jalan Mangunsarkoro NO. 41 Jember yang sekarang bernama JL.Gator Subroto No.41 Jember. Dengan demikian perluasan jaringan dari PT. Bank Central Asia semakin melebar yang berarti perluasan pelayanan di bidang perbankan terhadap masyarakat semakin bertambah. Seiring dengan perkembangan PT. Bank Central Asia secara keseluruhan yang semakin pesat yang berdampak pula terhadap kondisi PT. Bank Central Asia Cabang Jember yang juga semakin mengalami kemajuan sehingga dirasakan sangat perlu untuk melakukan pengembangan jaringan di wilayah Kabupaten Jember yang diimplementasikan dengan mendirikan Kantor Cabang Pembantu( KCP). Kantor Cabang Pembantu tersebut didirikan sebagai upaya peningkatan pelayanan terhadap masyarakat. Beberapa Kantor Cabang Pembantu di wilayah Kabupaten Jember antara lain: Kantor Cabang Pembantu Trunojoyo yang berlokasi di jalan Trunojoyo, suatu daerah strategis yang dekat dengan pusat pasar besar yang lebih kenal dengan pasar Tanjung. Selanjutnya Kantor Cabang Pembantu yang berlokasi di daerah kecamatan antara lain: Kantor Cabang Pembantu Rambipuji, Kantor Cabang Pembantu Tanggul, Kantor Cabang Pembantu Balung, Kantor Cabang Pembantu Ambulu, Kantor Cabang Pembantu Kalisat. Pengembangan jaringan tidak hanya dilakukan di tingkat kecamatan saja bahkan lebih berkembang ke lintas Kabupaten yaitu Kantor Cabang Pembantu Bondowoso yang berlokasi strategis di Kabupaten Bondowoso, suatu daerah surplus di sektor pertanian tembakau dan palawija. Lintas Kabupaten lainnya adalah Kantor Cabang Pembantu Situbondo yang berlokasi di kawasan pertokoan di Kabupaten Situbondo. Khusus untuk Kantor Cabang Pembantu Situbondo ini sangat berpotensi untuk lebih dikembangkan lagi dan telah dibuktikan dengan berubahnya status dari Kantor Cabang Pembantu meningkat menjadi Kantor Cabang Utama, yang secara otomatis berdiri sendiri dengan sebutan Kantor Cabang Utama.

27

PT Bank Central Asia cabang Jember dalam operasional sehri-harinya didukung oleh kurang lebih 192 karyawan yang tersebar di Kantor Cabang Utama Jember beserta kantor-kantor Cabang pembantunya. 4.1.3 Struktur Organisasi PT. Bank Central Asia Tbk, Cabang Jember Struktur Organisasi PT. Bank Central Asia Cabang Jember dapat dilihat pada lampiran 1. Sementara itu, pembagian tugas tanggung jawab di dalam struktur organisasi PT. Bank Central Asia Tbk, Cabang Jember adalah sebagai berikut:
a. Pemimpin Cabang Utama, yang memiliki tugas-tugas pokok.

1. Menentukan rencana kerja beserta pedoman pelaksanaanya. 2. Menentukan kebijakan perusahaan secara umum. 3. Menerima dan meminta pertanggung jawaban dari hasil kerja Wakil Pemimpin Sistem dan Operasi serta Wakil Pemimpin Pemasaran dan kredit. 4. Mengkoordinir dan mengawasi seluruh organisasi dengan segala aktivitasnya.
b. Wakil Pemimpin Sistem dan Operasi, yang mempunyai tugas-tugas

pokok: 1. Membantu tugas Pemimpin Cabang dalam bidang operasional dan sistem cabang. 2. Ikut memberikan masukan pemikiran-pemikiran yang dapat

memajukan perusahaan. 3. Menetapkan segala kebijakan yang dianggap perlu dalam bidang operasi dan sistem, apabila Pemimpin Cabang tidak ada di tempat sesuai dengan tugas delegasi wewenang yang diberikan kepadanya.
c. Wakil Pemimpin Pemasaran dan Kredit, yang memiliki tugas-tugas

pokok.

28

1. Membantu tugas Pemimpin Cabang dalam bidang pemasaran dan kredit. 2. Ikut memberikan masukan pemikiran-pemikiran yang dapat

memajukan perusahaan. 3. Menetapkan segala kebijakan yang dianggap perlu dalam bidang pemasaran dan kredit, apabila Pemimpin Cabang tidak ada di tempat sesuai dengan tugas delegasi wewenang yang diberikan kepadanya. 4. Bertanggung jawab kepada Pemimpin Cabang Utama
d. Kepala Bidang Operasional, yang memiliki tugas-tugas pokok

1. Melakukan fungsi manjerial, monitoring, dan koordinasi secara aktif atas seluruh jalannya kegiatan sistem operasional cabang. 2. Bertanggung jawab atas: Sistem kontrol di seluruh fungsi operasional cabang Kerahasiaan nasabah Perencanaan dan kaderisasi sehingga terjadi kesinambungan operasional Bertanggung jawab kepada Wakil Pemimpin Sistem dan Operasi.

e. Kepala Bidang Pemasaran, yang memiliki tugas-tugas pokok

1. Memimpin dan mengkoordinir seluruh pekerjaan di bidang pemasaran 2. Memonitor tindak lanjut atas: Calon nasabah potensial dan pendekatannya. Nasabah yang bermasalah dan solusinya Pengaduan/keluhan nasabah dan penyelesaiannya.

29

Aktivitas kunjungan

3. Membuat rencana kerja bidang pemasaran


4. Memberikan masukan/ pendapat dalam pembatasan kredit dan Credit

committee. 5. Mengikuti perkembangan situasi dan kondisi setempat 6. Bertanggung Jawab kepada Wakil Pemimpin Pemasaran dan Kredit
f. Kepala Bidang Kredit yang memiliki tugas-tugas pokok

1. Mengkoordinir bagian administrasi kredit, pengolahan kredit, dan penagihan kredit.


2. Memberikan masukan/ pendapat dalam kepada pembahasan kredit/

credit committee.
3. Merencanakan dan melakukan on-the-spot permohonan kredit.

4. Memeriksa semua laporan yang menunjang fungsi monitoring dan kontrol perkreditan. 5. Membuat rencana kerja dan perkembangan seluruh staf perkreditan. 6. Bertanggung Jawab kepada Wakil Pemimpin Pemasaran dan Kredit
g. Kepala Bidang Keuangan Dan Logistik, yang memiliki tugas-tugas

pokok: 1. Melakukan fungsi manajerial, monitoring, dan koordinasi secara aktif atas seluruh jalannya kegiatan bidang keuangan dan logistik 2. Bertanggung jawab atas kerahasiaan bank, data nasabah dan mematuhi kode etik banker. 3. Bertanggung jawab atas keamanan data bank, baik dari sudut kepentingan bank maupun nasabah.

30

4. Bertanggung jawab atas barang inventaris dan aktiva tetap yang ada di unit kerja 5. Bertanggung jawab atas pembuatan laporan intern dan ekstern. 6. Bertanggung jawab atas perencanaan dan kaderisasi sehingga terjadi kesinambungan. 7. Menatausahakan fungsi keuangan, pembukuan dan sekretariat. 8. Bertanggung jawab kepada Pemimpin Cabang
h. Pemimpin Cabang Pembantu (KCP) yang memiliki tugas-tugas pokok:

1. Menentukan rencana kerja KCP beserta pedoman pelaksanaanya. 2. Menentukan kebijakan KCP secara umum 3. Mengkoordinir dan mengawasi seluruh organisasi KCP
i.

Kepala Bagian Ekspor Dan Impor yang memiliki tugas-tugas pokok: 1. Memonitor secara aktif dan melakukan koordinasi dalam hubungan internal dan eksternal dari ekspor dan impor yang dibawahinya, serta memberikan pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya, 2. Bertanggung jawab atas kebenaran dan kelengkapan seluruh transaksi yang ditangani oleh staf administrasi 3. Bertanggung jawab atas saldo pembukuan dan aplikasi serta kebersihan dan kerapihan ruang kerja 4. Menindak lanjuti keluhan nasabah 5. Bertanggung jawab kepada Wakil Pemimpin Sistem dan Operasi

j.

Head Teller Deposit yang memiliki tugas-tugas pokok:

31

1. Memonitor secara aktif dan melakukan pengarahan langsung sesuai

dengan wewenangnya atas seluruh jalannya transaksi yang ditangani oleh Teller Deposit serta mengkoordinasikan kegiatan di front office yang berhubungan dengan back office.
2. Bertanggung jawab atas kebenaran dan kelengkapan seluruh transaksi

yang ditangani oleh teller deposit. 3. Bertanggung jawab atas kebenaran laporan perincian uang dan saldo kas. 4. Bertanggung jawab atas kebersihan dan kerapihan ruang kerja/ counter. 5. Bertanggung jawab atas kepada Kepala Bidang Operasional.
k. Kepala Bagian Pendukung Deposit yang memiliki tugas-tugas pokok: 1. Memonitor secara aktif dan melakukan koordinasi dalam hubungan

internal dan eksternal dari unit kerja yang dibawahinya, serta memberikan pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya,demi kelancaran kegiatan administrasi operasional deposit.
2. Bertanggung jawab atas kebenaran dan kelengkapan seluruh transaksi

yang ditangani oleh staff deposit. 3. Bertanggung jawab kebenaran atas kebenaran laporan perincian uang dan saldo kas. 4. Bertanggung jawab atas kepada Kepala Bidang Operasional.
l.

Head Teller Tranfer yang memiliki tugas-tugas pokok:


1. Memonitor secara aktif dan melakukan pengarahan langsung sesuai

dengan weewenangnya atas seluruh jalannya transaksi yang ditangani oleh Teller Tranfer,serta mengkoordinasikan kegiatan di front office yang berhubungan dengan back office.

32

2. Bertanggung jawab atas kebenaran dan kelengkapan seluruh transaksi

yang ditangani oleh teller transfer.


3. Bertanggung jawab atas kebenaran saldo uang tunai pada cash box

teller transfer sesuai dengan limit yang bersangkutan. 4. Bertanggung jawab atas kerahasiaan bank dan nasabah. 5. Bertanggung jawab atas kepada Kepala Bidang Operasional.
m. Kepala Bagian Pendukung Tranfer yang memiliki tugas-tugas pokok:

1. Memonitor secara aktif dan melakukan koordinasi dalam hubungan internal dan eksternal dari unit kerja yang di bawahinya, serta memberikan pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya, demi kelancaran jalannya transaksi melalui Transfer. 2. Menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan. 3. Menindak lanjuti keluhan nasabah dan berkoordinasi bekerja dengan Kepala Bidang Operasi. 4. Bertanggung jawab atas kebenaran dan kelengkapan seluruh transaksi yang ditangani oleh staff administrasi transfer.
5. Bertanggung jawab atas kebenaran balancing saldo akhir hari, saldo

pembukuan dan saldo aplikasi serta saldo persediaan blanko berharga dan pemakaiannya. 6. Bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Operasional.
n. Test Key yang memiliki tugas-tugas pokok: 1. Mendukung jalannya operasional di cabang khusunya dalam hal

mengisi: kode test key dari data yang akan dikirim maupun memverifikasi kebenaran kode Test Key dari data yang diterima.

33

2. Bertanggung jawab atas kebenaran dan keamanan proses pemberian

test key sesuai dengan wewenang dan prosedur yang berlaku.


3. Bertanggung jawab atas keamanan bukti fisik transaksi yang akan

diberi kode test key atau diverifikasi kode test key-nya. 4. Bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Operasional.
o. Kepala Bagian Costumer Service yang memiliki tugas-tugas pokok: 1. Memonitor secara aktif dan melakukan koordinasi dalam hubungan

internal dan eksternal dari unit kerja yang dibawahinya, serta memberikan pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya, demi kelancaran jalannya unit costumer service.
2. Bertanggung jawab atas kebenaran dan kelengkapan seluruh transaksi

yang ditangani oleh unit costumer service.


3. Bertanggung jawab atas kebenaran saldo Persediaan dan pemakaian

Blanko Cek/Bilyet Giro, Giro Valas, Buku Tahapan, Bilyet Deposito, Sertifikat Deposito, LLG, protective overlay, signature transfer slip dan kunci SDB yang belum tersewa. 4. Bertanggung jawab kepada Wakil Pemimpin Sistem dan Operasi
p. Kepala Bagian Prosedur Pendukung Teknis yang memiliki tugas-tugas

pokok:
1. Menginstalasikan dan mengoperasikan sistem aplikasi computer,

ATM, Telekomunikasi dan perlengkapan pada unit kerja di cabang. 2. Bertanggung jawab atas kerahasiaan bank dan nasabahnya. 3. Bertanggung jawab atas instalasi dan pengoperasian peralatan computer ATM dan telekomunikasi.

34

4. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan analisis umur perangkat keras dan modifikasi serta system perangkat lunak sesuai kebutuhan. 5. Bertanggung jawab atas kelengkapan laporan computer dan

pendistribusian ke unit kerja. 6. Bertanggung jawab kepada Wakil Pemimpin Sistem dan Operasi.
q. Kepala Bagian Pemasaran, yang memiliki tugas-tugas pokok:

1. Memonitor secara aktif dan melakukan koordinasi dalam hubungan internal dan eksternal dari unit kerja yang dibawahinya, serta memberikan pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya.
2. Memonitor pelaksanaan prosedur/ policy pemasaran atas produk

pasiva, produk aktiva, agar mendukung perkembangan bisnis dan proses perkreditan. 3. Bertanggung jawab atas kerahasiaan bank, data nasabah, keamanan data, dokumen dan barang jaminan yang diterima. 4. Bertanggung jawab atas kelengkapan dokumen nasabah dan kebenaran laporan yang dihasilkan oleh unit pemasaran. 5. Bertanggung jawab atas pembuatan pelaksanaan kerja secara periodik 6. Bertanggung jawab atas pengumpulan informasi seakurat mungkin dari nasabah/ calon nasabah dan ondisi bisnis pasar. 7. Bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pemasaran
r. Kepala Bagian Analisa Kredit yang memiliki tugas-tugas pokok:

1. Memonitor secara aktif dan melakukan koordinasi dalam hubungan internal dan eksternal dari unit kerja yang dibawahinya, serta memberikan pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya, demi kelancaran jalannya kegiatan analisi kartu kredit di cabang.

35

2. Memonitor proses dan hasil pelaksanaan analisis debitur/ calon debitur dalam rangka pelepasan kreit dan peninjauan kembali kredit bermasalah untuk mendapatkan alternatif solusinya. 3. Bertanggung jawab atas pengumpulan informasi yang akurat tentang calon debitur serta informasi bisnis/pasar.
4. Bertanggung jawab atas kelengkapan copy dokumen/ barang jaminan

yang diolah serta keamanan copy dokumen. 5. Bertanggung jawab atas keakuratan informai yang diberikan kepada pejabat mengenai kondisi calon debitur dan usahanya.
6. Bertanggung jawab atas kakuratan hasil analisis kredit dan kunjungan

marketing officer ke debitur. 7. Bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kredit.


s. Kepala Bagian Administrasi Kredit yang memiliki tugas-tugas pokok:

1. Memonitor secara aktif dan melakukan koordinasi dalam hubungan internal dan eksternal dari unit kerja yang dibawahinya, serta memberikan pengarahan langsung sesuai dengan ruang lingkup administrasi cabang. 2. Memonitor pelaksanaan pengelolaan data dan administrasi kredit 3. Bertanggung jawab atas kebenaran serta kelengkapn seluruh data dan dokumen kredit. 4. Bertanggung jawab atas keamanan dokumen/ surat berharga, barang jaminan perkreditan dan pembuatan, pelaksanaan akad kredit dan pengikatan jaminan. 5. Bertanggung jawab atas pelaksanaan prosedur administrasi kredit dan kebenaran serta kelengkapan laporan perkreditan.

36

6. Bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kredit.


t. Kepala Bagian Penagihan Kredit yang memiliki tugas-tugas pokok:

1. Memonitor secara aktif dan melakukan koordinasi dalam hubungan internal dan eksternal dari unit kerja yang dibawahinya, serta memberikan pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya, demi kelancaran jalannya kegiatan pengamanan jaminan di cabang. 2. Memonitor pelaksanaan penagihan kredit bermasalah. 3. Bertanggung jawab atas keamanan dokumen dan barang jaminan dan kebenaran data dan informasi mengenai kredit bermasalah 4. Bertanggung jawab atas pelaksanaan penyelamatan/penyelesaian kredit bermasalah. 5. Bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kredit.
u. Kepala Bagian Pengawasan Kredit yang memiliki tugas-tugas pokok:

1. Memonitor secara aktif dan melakukan koordinasi dalam hubungan internal dan eksternal dari unit kerja yang dibawahinya, serta memberikan pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya untuk kelancaran jalannya kegiatan unit pengawan kredit di cabang. 2. Memonitor jalannya pemeriksaan bidang perkreditan. 3. berkoordinasi dengan Kepala Bidang Kredit. 4. Menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan kerja 5. Bertanggung jawab atas pemeriksaan kelengkapan dokumen

permohonan kredit, jaminan akad kredit, pengikatan jaminan berikut cara penyimpanannya. 6. Bertanggung jawab atas monitoring solusi masalah hasil temuan pelaksanaan tindak lanjut kredit bermasalah.

37

7. Bertanggung jawab atas kebenaran laporan hasil pemeriksaan yang dibuat oleh Staf Pengawasan Kredit. 8. Bertanggung jawab kepada Kepala Wakil Pemimpin Pemasaran dan Kredit
v. Kepala Bagian Pembukuan yang memiliki tugas-tugas pokok:

1. Memonitor secara aktif dan melakukan koordinasi dalam hubungan internal dan eksternal dari unit kerja yang dibawahinya, serta memberikan pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya untuk kelancaran jalannya unit Pembukuan. 2. Memonitor pelaksanaan pengelolaan terhadap data pembukuan secara akurat
3. Bertanggung jawab atas akurasi data dan laporan GL-M yang dibuat

oleh staf 4. Bertanggung jawab atas pelaksanaan rekonsiliasi dana dan saldo pembukuan 5. Bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Keuangan dan Logistik.
w. Kepala Bagian Umum dan Sekretariat yang memiliki tugas-tugas

pokok: 1. Memonitor secara aktif dan melakukan koordinasi dalam hubungan internal dan eksternal dari unit kerja yang dibawahinya, serta memberikan pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya untuk kelancaran jalannya unit Umum dan Sekretariat di cabang. 2. Mengelola dan mengawasi jalannya kegiatan pengadaan,

penyimpanan, pemeliharaan penatausahaan barang dan jasa serta administrasi pembayaran secara aktif dan efisien.

38

3. Melakukan pengawan terhadap pelaksanaan administrasi arsip, serta dukungan komunikasi dan korespondensi kepada segenap unit kerja. 4. Bertanggung jawab atas kebenaran dan laporan internal dan eksternal yang dibuat oleh staf umum dan sekretariat. 5. Bertanggung jawab atas pelaksanaan dukungan komunikasi dan korespondensi pemanfaatan sarana komunikasi serta kelancaran lalu lintas dokumen. 6. Bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Keuangan dan Logistik.
x. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia, yang memiliki tugas-tugas

pokok: 1. Memonitor secara aktif dan melakukan koordinasi dalam hubungan internal dan eksternal dari unit kerja yang dibawahinya, serta memberikan pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya untuk kelancaran jalannya unit sumber daya manusia 2. Memonitor dan mengawasi jalannya kegiatan perencanaan

administrasi dan pengembangan sumber daya manusia. 3. Bertanggung jawab atas kerahasiaan dan keamanan data finansial dan non-finansial sumber daya manusia. 4. Bertanggung jawab manusia. 5. Bertanggung jawab atas kebenaran dan kelengkapan administrasi surat pengangkatan dan pemutusan hubungan kerja karyawan
6. Bertanggung jawab atas pemeliharaan data karywan di aplikasi

atas perencanaan pengembangan sumber daya

HRMIS Aplikasi Payroll dan berkas karyawan agar selalu lengkap dan akurat.

39

7. Bertanggung jawab atas pengelolaan fasilitas untuk karyawan konseling dan tindak lanjut atas masalah. 8. Bertanggung jawab kepada Pemimpin Cabang Utama. y. Kepala Bagian Kredit Card
1. Memonitor secara aktif dan melakukan koordinasi dalam hubungan

internal dan eksternal dari unit kerja yang dibawahinya, serta memberikan pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya untuk kelancaran jalannya unit kerja Credit Card
2. Memonitor

dan

mengawasi

jalannya

kegiatan

perencanaan

administrasi dan pemasaran Credit Card


3. Memonitor pelaksanaan prosedur/ policy pemasaran atas prduk Credit

Card 4. Bertanggung jawab atas keamanan data, copy dokumen dan kelengkapan dokumen nasabah. 5. Bertanggung jawab kepada Wakil Pemimpin Sistem dan Operasi.

4.1.4

Pemasaran PT. Bank Central Asia Tbk Cabang Jember Daerah pemasaran PT. Bank Central Asia Cabang Jember adalah meliputi

wilayah Kabupaten Jember juga melakukan lintas kabupaten yang mencakup Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo, dimana daerah-daerah ini merupakan daerah yang sangat potensial. Selain sebagai daerah agraris, daerah pariwisata kelautan dan pantai, home industry, bermacam-macam industri dan lain sebagainya, serta juga daerah pendidikan, juga menunjukkan bahwa liingkup aktivitas PT. Bank Central Asia Cabang Jember merupakan kota yang sangat potensial sebagai daerah pemasaran produk-produk perbankan.

40

a)

Saluran distribusi. Sistem distribusi dalam perbankan adalah sarana penghubung antar bank dengan nasabahnya atau merupakan sarana bank untuk berkomunikasi dalam menawarkan produk-produknya. Peranan teknologi dalam perbankan sangat mempengaruhi efektifitas sistem distribusinya. Adapun saluran distribusi yang digunakan oleh Bank Central Asia adalah distribusi langsung yaitu nasabah datang sendiri untuk mendapatkn pelayanan.

b)

Saluran promosi. Dalam pemasaran modern, perbankan dituntut tidak hanya memasarkan produk yang bagus, menetapkan tingkat suku bunga yang menarik, tetapi pelayanan yang ditawarkan juga harus dikomunikasikan kepada masyarakat, sehingga akan timbul kesan positif terhadap suatu produk. Kegiatan promosi dilakukan untuk memperkenalkan produk perbankan kepada calon nasabah atau nasabah dan mendorong kepada nasabah untuk membeli serta memperkuat posisi terhadap produk bank pesaing. Adapun kegiatan promosi yang telah dilakukan oleh Bank Central Asia Cabang Jember adalah:
1) Advertising.

yaitu

dengan

mencetak

brosur-brosur

berisikan

keterangan perihal produk-produk yang ditawarkan dan diletakkan di counter-counter nasabah agar nasabah yang membutuhkan informasi perihal produk dapat cepat mengetahuinya.
2) Personal selling. Yaitu dilakukan dengan mendatangi instansi-instansi

tertentu seperti perguruan tinggi maupun lembaga pendidikan lainnya. 4.1.5 Visi dan Misi PT. Bank Central Asia Visi PT. Bank Central Asia adalah Membangun suatu sistem perbankan yang tangguh dan efisien serta kompetitif dan teknologi yang canggih dalam menghadapi persaingan. Misi PT. Bank Central Asia adalah Menerapkan manajemen professional, menunjang pembangunan ekonomi Indonesia, memberikan jasa perbankan yang

41

beragam dan berkualitas tinggi melalui jaringan kantor cabang yang luas serta mencapai return on asset di atas rata-rata industry perbankan nasional 4.2 4.2.1 Kartu Kredit Sejarah Berdirinya Bank Central Asia Card Center Bank Central Asia Card Center adalah suatu unit kerja di kantor pusat yang menangani kartu kredit secara menyeluruh untuk mendukung cabang-cabang Bank Central Asia diseluruh Indonesia. Pada awalnya BCA Card Center bertempat di Jalan Pecenongan 86 Jakarta. sedangkan karywan yang bekerja pada waktu itu hanya sebanyak 14 orang. Dengan berkembangnya bisnis kartu kredit membuat unit kerja BCA Card Center berkembang pula statusnya menjadi setingkat Kantor Cabang Utama yang dipimpin oleh seorang Kepala BCA Card Center. Sedang lokasi BCA Card Center saat ini berada di Wisma BCA di Jalan Jendral Sudirman Kav. 22-23 lantai dasar, Jakarta. Di dalam permulaan usaha bisnis kartu kredit pada tahu 1980-an BCA memulai usahanya dengan peralatan dan tata kerja yang sangat sederhana. sebagian besar masih dikerjakan secara manual walau ada beberapa langkah yang sudah dikomputerisasi(computized). Saat itu pemegang kartu kredit dan merchant-nya juga masih sedikit. Dalam usahanya untuk dapat meningkatkan jumlah cardholder-nya, maka BCA berusaha memperbaiki kartu kredit tersebut secara perlahan-lahan, melalui macam-macam kesulitan dengan tata cara kerja yang sangat sederhan. Dengan pengalaman yang ada dan studi banding dengan pemegang kartu kredit di luarnegeri BCA berusaha untuk dapat memperbaiki bisnis kartu kredit beserta operasionalnya, karena operasional dari kartu kredit ini merupakan hal yang sangat vital bagi BCA. setelah melewati tehap-tahap pembenahan dengan upaya yang gigih dan terus menerus BCA Card meulai mendapat tempat dan kepercayaan di masyarakat. Sekitar tahun 1988 BCA sudah mempergubakan komputerisasi. mula-mula yang digunakan adalah computer IBM 3090.Pada saat itu IBM 3090 adalah suatukomputer paling modern di Indonesia. Hanaya ada empat perusahaan yang menggunakan computer tersebut. Untuk saat ini IBM 3090 dianggap kurang dapat memenuhi tuntutan zaman maka ditambahlah komputer ES/9000 yang

42

mempunyai bentuk fisik lebih kecil tapi mempunyai kemampuan yang besar. Saat ini computer yang digunakan adalah IBM AS 400 yang mempunyai kemampuan jauh lebih besar dari computer sebelumnya. sampai saat inikomputer tidak dapat dipisahkan lagi dari kartu kredit, karena semua transaksi yang dilakukan adalah melalui data elektronik. seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih berarti ikut mendorong perkembangan bisnis kartu kredit dewasa ini. 4.2.2 Kartu Kredit Yang Dikeluarkan Oleh PT. Bank Central Asia PT. Bank Central Asia Tbk, yangmerupakan pelopor bisnis kartu kredit di Indonesia hingga saat ini telah mengeluarkan 4 macam kartu kredit yaitu: a. BCA Card, yang terdiri dari: a. BCA CARD Silver b. BCA CARD Gold b. BCA VISA Card yang terdiri dari: a. BCA VISA Card silver b. BCA VISA Card Gold c. BCA MASTER Card yang terdiri dari: a. BCA MASTER Card Silver b. BCA MASTER Card Gold d. JCB Card yang terdiri dari: a. JCB Card Silver b. JCB Card Gold Keempat kartu kredit tersebut yang telah dikeluarkan oleh BCA kemudian dikenal dengan sebutan four card in one banking atau secara singkat disebut 4 in 1. Dari kartu-kartu kredit yang dikeluarkan oleh BCA yangmembedakan antara kartu silver dengan kartu gold selain warna dari kartu itu sendiri adalah pagu

43

kredit yang diberikan. Jika kartu silver pagu kredit yang diberikan antara Rp. 2.000.000,00 sampai Rp. 7.000.000,00 sedangkan kartu kredit Gold pagu kredit yang diberikan antara Rp. 10.000.000,00 ke atas. 4.2.3 Prosedur Kartu Kredit Bank Central Asia a. Prosedur penerimaan cardholder Calon nasabah yang ingin menjadi cardholder atau pemegang kartu kredit BCApertama-tama harus memenuhi persyaratan sebagai berikut. Berusia 21 tahun Mengisi formulir permohonan kartu kredit BCA Menyerahkan foto copy KTP Menyerahkan pas foto Mempunyai rekening BCA Menyerahkan surat kuasa debet rekening (jika menghendaki tagiahan debet rekening) Menyerahkan jaminan bisa berupa rekening tabungan, deposito atau simpanan lain. Setelah dokumen dan data-data tersebut diterima oleh BCA selanjutnya dianalisa oleh bagian analis kredit Cabang BCA dan jika layak serta masih dalam kewenangan Cabang akan disetujui oleh Pemimpin Cabang BCA. Dan diteruskan ke BCA Card Center untuk dicetakkan kartu kreditnya sesuai dengan permohonan yang telah diisi oleh cardholder. Jika permohonan dari calon cardholder melampaui kewenangan Pemimpin Cabang akan diteruskan dahulu ke Kepala Kantor Wilayah untuk mendapatkan persetujuan. Setelah kartu kredit dicetak oleh BCA Card Center akan dikirimkan ke Cabang di mana cardholder mengajukan permohonannya. Setelah Cabang BCA menerima kartu kredit tersebut segera menghubungi cardholder untuk mengambil kartu kreditnya yang telah selesai dicetak. Saat cardholder mengambil kartu

44

kreditnya harus menandatangani tanda terima kartu kredit sebagai bukti bahwa kartu kredit telah diterima oleh cardholder dengan benar dan kartu kredit baru bisa diaktifkan untuk dapat dipakai belanja. b. Prosedur penerimaan merchant Pedagang yang ingin menjadi merchant kartu kredit BCA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Menyerahkan foto copy KTP, SIUP, TDP, dan NPWP Menandatangani perjanjian kerjasama Mengisi formulir keterangan pedagang Mempunyai rekening BCA

Setelah data dan dokumen diterima oleh Cabang BCA dianalisa terlebih dahulu oleh bagian analis kredit jika layak akan disetujui oleh Pemimpin Cabang dan diteruskan ke BCA Card Center untuk mendapatkan Mesin EDC( electronic Data Capture) yang telah disetting datany seperti: nomor merchant, nomor rekening, discount rate dan batas transaksi pembelian. Setelah Cabang BCA menerima kiriman EDC dari BCA Card Center kemudian akan dipasang pada tempat pedagang untuk digunakan transaksi penerimaan pembayaran dengan kartu kredit.

4.3 Analisis Data 4.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi digunakan untuk mengetahui besarnya manfaat, biaya, prestise, dan kemudahan terhadap keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember. Hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Hasil Regresi Linier Berganda No Variabel Koefisien Koefisien Pengujian

45

1 2 3 4

independent X1 X2 X3 X4

Dependent Y

Regresi Beta t hitung Sig t -0,871 0,334 -0,673 0,538 1,741 -0,323 0,046 -0,191 -0,263 1,36 1,215 -0,347 2.258 0,291 0,746 0087

Konstanta = 1,613

R = 0,954

Fhitung = 8,082 Ftabel = 6,26

R2 = 0,91 Sumber: Hasil pengolahan data lampiran 2

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 1,613 - 0,871 X1 + 1,741X2 - 0,323X3+ 0,046X4 Hasil persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan secara terperinci sebagai berikut: 1. nilai konstanta dari nilai regresi tersebut (a) sebesar 1,613, nilai ini berarti bahwa jika tidak ada variabel manfaat, biaya, prestise, dan kemudahan terhadap keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember (Y) adalah 1,613 2. Koefisien regresi sebesar -0,871 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena bernilai negatif) 1 satuan manfaat (X1) akan menurunkan keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember (Y) sebesar 0,871 dengan anggapan variabel yang lain adalah konstan 3. Koefisien regresi sebesar 1,741 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan biaya (X2) akan menurunkan keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember (Y) sebesar 1,741 dengan anggapan variabel yang lain adalah konstan 4. Koefisien regresi sebesar -0,323 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena bernilai negatif) 1 satuan prestise (X3) akan menurunkan keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember (Y) sebesar 0,323 dengan anggapan variabel yang lain adalah konstan 5. Koefisien regresi sebesar 0,046 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan kemudahan (X4) akan meningkatkan kartu kredit pada PT BCA

46

cabang Jember (Y) sebesar 0,046 dengan anggapan variabel yang lain adalah konstan Nilai koefisien beta dari analisis regresi linier untuk masing-masing variabel digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara hubungan antara variabel manfaat, biaya, prestise, dan kemudahan terhadap keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember. Dari tabel 4.1 dapat dilihat besarnya koefisien beta variabel manfaat sebesar 0,334, koefisien beta variabel biaya sebesar -0,191, koefisien beta variabel prestise sebesar -0263, dan koefisien beta variabel kemudahan sebesar -0,413. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa variabel manfaat Jember Manfaat adalah suatu yang diperoleh nasabah dalam proses transaksi kartu kredit. Manfaat yang diperoleh oleh nasabah dibandingkan dengan menggunakan kartu kredit non BCA adalah lebih besar. Hal ini dapat dilihat semakin banyaknya penggunan kartu kredit BCA. 4.3.2 Pengujian Secara Bersama-sama (Uji F) Untuk mengetahui adanya pengaruh faktor manfaat, biaya, prestise, dan kemudahan terhadap keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember secara bersama-sama digunakan alat analisis yaitu uji F (F-test). Hasil pengujian untuk melihat apakah koefisien dari variabel bebas yaitu manfaat, biaya, prestise, dan kemudahan berpengaruh secara bersama-sama terhadap keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember ditunjukkan pada lampiran 2. Kriteria pengambilan keputusan dalam uji F ini yaitu apabila nilai probabilitas Fhitung > 0,05 maka H0 diterima dan Hi ditolak, dengan kata lain bahwa secara bersama-sama variabel manfaat, biaya, prestise, dan kemudahan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember. Sebaliknya, apabila nilai probabilitas Fhitung 0,05 maka H0 ditolak dan Hi diterima, yang berarti bahwa variabel bebas manfaat, biaya, prestise, dan kemudahan mempunyai pengaruh adalah faktor paling dominan yang berpengaruh terhadap keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang

47

yang signifikan terhadap variabel terikat keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember.. Dari hasil regresi diperoleh uji F hitung sebesar 8,082 sedangkan F tabel pada a = 5%, df1= 4 dan df2 = 3 sebesar 6,26 hal ini berarti F hitung > F tabel (8.082 > 6,26 ) dengan tingkat signifikan 0,000. Karena F hitung > F tabel atau probabilitas (0,000) jauh kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi keputusan menggunakan kartu kredit atau dapat dikatakan variabel manfaat, biaya, prestise, dan kemudahan secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember. 4.3.3 Pengujian Secara Parsial (Uji t) Pengujian koefisien regresi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas biaya, manfaat, perstise dan kemudahan secara parsial terhadap variabel terikat yaitu keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember. Hasil pengujian koefisien regresi secara parsial ditunjukkan pada lampiran 2. Kriteria pengujian untuk uji t ini adalah apabila nilai probabilitas t lebih besar dari level of significance ( = 0,05), maka H0 diterima dan Hi ditolak, artinya secara parsial variable bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable terikat, sebaliknya apabila nilai probabilitas t lebih kecil atau sama dengan level of significance ( = 0,05), maka H0 ditolak dan Hi diterima, artinya bahwa secara parsial masing-masing variable bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable terikat. Dari hasil analisis regresi linier berganda pada lampiran 2 diperoleh hasil sebagai berikut: 1. variabel manfaat memiliki nilai probabilitas t sebesar -0,673 sedangkan t tabel untuk X1 adalah 2,776, maka Ho diterima karena t hitung lebih kecil dari t tabel, artinya bahwa secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas manfaat terhadap variable terikat keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember.

48

2.

variabel biaya memiliki nilai probabilitas t sebesar 1,215 sedangkan t tabel untuk X2 adalah 2,776, maka Ho diterima karena t hitung lebih kecil dari t tabel, artinya bahwa secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas biaya terhadap variabel terikat keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember.

3.

variabel prestise memiliki nilai probabilitas t sebesar -0.347 sedangkan t tabel untuk X3 adalah 2,776, maka Ho diterima karena t hitung lebih kecil dari t tabel artinya bahwa secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas prestise terhadap variabel terikat keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember.

4.

variabel kemudahan memiliki nilai probabilitas t sebesar 2.258 sedangkan t tabel untuk X4 adalah 2,776, maka Ho diterima karena t hitung lebih kecil dari t tabel artinya bahwa secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas kemudahan terhadap variabel terikat keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember.

4.3.4 Koefisien Determinasi Berganda Nilai R sebesar 0,954 menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara variabel manfaat, biaya, prestise dan kemudahan terhadap keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember. Sebesar 91% angka kematian bayi dapat dijelaskan dengan variabel manfaat, biaya, prestise dan kemudahan. Standart. Error of the Estimate sebesar 0.98987. Standar deviasi Y sebesar 2,1 lebih besar dari Standard. Error of the Estimate sebesar 0.98987, hal ini menunjukkan bahwa model regresi lebih baik dalam bertindak sebagai prediktor variabel daripada rata variabel Y sendiri Untuk mengetahui besarnya proporsi sumbangan variabel dependen manfaat, biaya, prestise dan kemudahan secara bersama-sama terhadap naik turunnya terhadap keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember digunakan analaisis koefisien determinasi berganda (R2). Berdasarkan dari hasil perhitungan data yang diolah diperoleh nilai koefisien determinasi (R2)

49

sebesar 0,91. Nilai ini menunjukkan bahwa naiknya atau turunnya keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember dapat dijelaskan oleh faktor manfaat, biaya, prestise dan kemudahan sebesar 91%, sedangkan sisanya 9% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak tercakup dalam penelitian ini, misalnya hadiah yang ditawarkan. Untuk nilai koefisien korelasi ( R ), digunakan untuk mengetahui sifat keeratan hubungan antara variabel manfaat, biaya, prestise dan kemudahan terhadap keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember. Nilai koefisien korelasi ditunjukkan pada lampiran 2 sebesar 0,954, berarti hubungan antara manfaat, biaya, prestise dan kemudahan terhadap keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember sangat erat. 4.2.6 Uji Asumsi Klasik Hasil analisis regresi yang meliputi uji F dan uji t mengahasilkan pengaruh yang signifikan tetapi ada juga yang tidak berpengaruh secara signifikan pada pengujian secara parsial. Dari hasil pengujian ini sebenarnya sudah dapat digunakan untuk menentukan bahwa model regresi yang diperoleh telah dapat menjelaskan keadaan yang sesungguhnya. Namun untuk menjelaskan dan memperkuat pengaruh dari hasil analisa regresi yang diperoleh maka diperlukan asumsi-asumsi klasik yang ada dalam model regresi agar pengujian tersebut bersifat BLUE. Pengujian asumsi klasik tersebut menggunakan uji ekonometrika yaitu:

1.

Uji Multikolinearitas Hasil analisis regresi linier berganda variabel dependen manfaat, biaya,

prestise dan kemudahan secara bersama-sama mampu mempengaruhi variabel independen keputusan menggunakan kartu kredit pada PT BCA cabang Jember, tetapi ada kemungkinan terjadi multikolinearitas diantara masing-masing variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas, dilakukan pengujian

50

pada variabel bebas secara parsial yaitu dengan melakukan regresi antar variabel bebas denmgan menjadikan salah satu variabel bebas sebagai variabel terikat (Gujarati, 1993:163). Kriteria pengujiannya adalah apabila nilai VIF lebih besar dari 5 berarti didalam model terdapat multikolinearitas dan sebaliknya apabila nilai VIF lebih kecil dari 5 berarti didalam model tidak terjadi multikolinearitas. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dijelaskan pada tabel 4.2.
Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1 X1 X2 X3 X4 Tolerance .279 .298 .039 .062 VIF 3.589 3.355 25.598 16.122

a. Dependent Variable: Y

Dari tabel 4.2 dijelaskan sebagai berikut: 1. variabel manfaat (X1) memiliki VIF sebesar 3,589 artinya model regresi dengan variabel manfaat tidak terjadi multikolinieritas karena nilai VIF lebih kecil dari 5 2. variabel biaya (X2) memiliki VIF sebesar 3,555 artinya model regresi dengan variabel biaya tidak terjadi multikolinieritas karena nilai VIF lebih kecil dari 5 3. variabel prestise (X3) memiliki VIF sebesar 25,598 artinya model regresi dengan variabel prestise terjadi multikolinieritas karena nilai VIF lebih besar dari 5 4. variabel kemudahan (X4) memiliki VIF sebesar 16,122 artinya model regresi dengan variabel puskesmas keliling terjadi multikolinieritas karena nilai VIF lebih besar dari 5

51

Menurut Supranto (1995:8) di dalam regresi linier harus dianggap bahwa tidak ada kolinearitas ganda diantara variabel dependen. Hal ini dikarenakan apabila kolinearitas sempurna terjadi, maka koefisien regresi dari pada variabel X tidak dapat ditentukan (indeterminate) dan standart errornya tak terhingga (infinite). Kalau kolinearitas kurang sempurna, walaupun bias ditentukan mempunyai standart error yang tinggi (dalam hubungannya dengan koefisienkoefisien itu sendiri), yang berarti koefisien regresi tidak dapat diperkirakan dengan tingkat ketelitian yang tinggi (jadi kurang teliti perkiraan yang diperoleh). Perlu disebutkan bahwa, karena variabel bebas X dianggap konstan/tetap atau non stochastic, kolinearitas ganda sebenarnya merupakan fenomena sampel saja. Ketika kita merumuskan fungsi regresi populasi, kita sudah mempunyai keyakinan bahwa variabel-variabel X yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh yang terpisah atau bebas terhadap variabel terikat Y. tetapi bias juga terjadi bahwa dalam suatu sampel yang diteliti yang dipergunakan untuk menguji model fungsi regresi populasi beberapa atau semua variabel bebas X mempunyai hubungan atau korelasi yang sangat kuat sehingga kita tidak dapat memisahkan pengaruh individu masing-masing terhadap Y. Dengan kata lain mungkin sampel tersebut tidak dapat mengakomodir semua variabel bebas X dalam analisa. 2. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Spearman yaitu dengan menggunakan koefisien korelasi rank dengan hipotesis sebagai berikut: a. Ho: tidak ada hubungan yang sistematik antara variabel yang menjelaskan dan niali mutlak dari residualnya. b. Ha: ada hubungan yang sistematik antara variabel yang menjelaskan dan nilai mutlak dari residualnya. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model ini dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Analisis Heteroskedastisitas

52

Res Spearman's rho Residual Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N X1 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N X2 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N X3 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N X4 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N X5 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). 1.000 . 10 .038 .917 10 .000 1.000 10 .019 .959 10 .031 .931 10 -.035 .924 10

X1 .038 .917 10 1.000 . 10 -.327 .356 10 .745* .013 10 .828** .003 10 .655* .040 10

X2 .000 1.000 10 -.327 .356 10 1.000 . 10 -.718* .019 10 -.723* .018 10 -.500 .141 10

X3 .019 .959 10 .745* .013 10 -.718* .019 10 1.000 . 10 .929** .000 10 .683* .030 10

X4 .031 .931 10 .828** .003 10 -.723* .018 10 .929** .000 10 1.000 . 10 .759* .011 10

53

Dari tabel dapat diketahui bahwa didalam model ada yang tidak terjadi heteroskedastisitas, berdasarkan hasil analisis yang ada dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. nilai signifikansi (sig, 2-tailed) variabel manfaat (X1) sebesar 0,917 yang berarti lebih besar dari alpha 0,05, karena nilai ini sesuai dengan kriteria pengujian heteroskedastisitas maka didalam heteroskedastisitas 2. nilai signifikansi (sig, 2-tailed) variabel biaya (X2) sebesar 1,00 yang berarti lebih besar dari alpha 0,05, karena nilai ini sesuai dengan kriteria pengujian heteroskedastisitas heteroskedastisitas 3. nilai signifikansi (sig, 2-tailed) variabel prestise (X3) sebesar 0,959 yang berarti lebih besar dari alpha 0,05, karena nilai ini sesuai dengan kriteria pengujian heteroskedastisitas maka didalam heteroskedastisitas 4. nilai signifikansi (sig, 2-tailed) variabel kemudahan (X4) sebesar 0,931 yang berarti lebih besar dari alpha 0,05, karena nilai ini sesuai dengan kriteria pengujian heteroskedastisitas maka didalam heteroskedastisitas model ini tidak terdapat model ini tidak terdapat maka didalam model ini tidak terdapat model ini tidak terdapat

54

Menurut Supranto (1995: 47), persoalan heteroskedastisitas akan terjadi pada analisis data time series. Dalam data time series, variabel-variabel sebagai gambaran karakteristik elemen cenderung untuk mempunyai tingkatan nilai yang relatif sama, sebab data yang dikumpulkan untuk elemen yang sama dalam waktu yang berlainan, perbedaan karakteristik untuk elemen yang berbeda tidak terlihat. 3. Uji Autokorelasi Autokorelasi berarti tidak terjadi antara variabel penggangu (ei) dengan variabel terikat. Untuk pengujian autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson. Sedangkan kriteria pengambilan keputusan untuk uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut: Apabila DW < dl, Ho ditolak, P 0, berarti terdapat autokorelasi positif pada model regresi yang digunakan. Apabila Dw > 4 dl, Ho ditolak, P 0, berarti terdapat autokorelasi negatif pada model regresi yang digunakan. Apabila du < DW < 4 du, Ho diterima, P = 0, berarti tidak terdapat autokorelasi pada model regresi yang digunakan. Apabila dl DW du, atau 4 du DW 4 dl, maka pengujian ini hasilnya tidak konklusif (inconklusition) atau tidak dapat disimpulkan sehingga tidak dapat diketahui apakah terdapat autokorelasi atau tidak pada model regresi yang digunakan. Hasil perhitungan pada lampiran 2 diketahui bahwa nilai d (DW) adalah sebesar 2,497 sedangkan untuk n = 340 dan k = 4. Diketahui nilai dl dan du pada tingkat signifikan 5% (pada tabel) adalah dL = 0,56 dan dU = 2,21. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, P = 0, berarti tidak terdapat autokorelasi pada model regresi yang digunakan karena nilai du < DW < 4 - du yaitu 2,21 < 2,497 < 3,44 atau dapat digambar sebagai berikut: A B D F

55

C 0 2,21 0,56 2,497 3,44 1,79 4 Gambar 4.8. Statistik Durbin-Watson Sumber: (J. Supranto, 1995:112) Keterangan: A = tolak Ho, berarti ada autokorelasi positif B = daerah tanpa keputusan atau daerah ragu-ragu (inconclusive) C = terima Ho D = daerah tanpa keputusan atau daerah ragu-ragu (inconclusive) E = tolak Ho, berarti ada autokorelasi negatif 4.4 Pembahasan Manajemen Bank BCA Cabang Jember lebih melakukan pengembangan manfaat atas kartu kredit, shingga manfaat-manfaat yang ditawarkan akan lebih banyak. Sebagai variabeel yang dominan di dalam proses keputusan nasabah untuk menggunakan kartu kredit, maka unsure manfaat dapat menjadi keunggulanbersaing yang utama bagi Bank BCA. Salah satu alternative adalah dengan melakukan kerjasama dengan sejumlah bank lain melalui system perbankan elektronik, walau bank-bank lain tersebut merupakan pesaing dekat, juga dengan sejumlah bank asing utama lainnya, sehingga akan tercipta jaringan yang luas bagi Bank BCA. Upaya diatas juga dipandang terkait dengan upaya mempertinggi unsur prestise atas produk kartu kredit Bank BCA. Para nasabah, terutama yag berprofesi sebagai pejabat, eksportir, juga mungkin nasabah berkewarganegaraan asing, akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi saat melakukan perjalanan kamanapun ke luar negeri, dimana terdapat jaminan bahwa kartu kredit Bank BCA juga dapat digunakan di negara yang dituju. Sementara itu, perlu upaya atau unsur biaya (yaitu, pembayaran pokok dan bunga kredit) yang terkandung di dalam kartu kredit. perlu dipromosikannya adanya nilai pembayaran pokok dan bunga kredit yang bersaing atas produkproduk kartu kredit sejenis dari bank-bank lain yang lain. Bila dirasakan adanya kesulitan untuk menurunkan niali beban pembayaran pokok dan bunga kredit

56

yang dikenakan atas nasabah, mungkin bisa diupayakan untuk memperlonggar tenggang waktu pembayarannya. Bagi para nasabah yang telah lama menjadi pemilik kartu kredit ataupun yang tercatat seringkali menggunakan kartu kredit, pihak Bank BCA dapat memberikan diskon ataupun fasilitas khusus yang membedakan mereka dari para nasabah pemilik kartu kredit yang lainnya, dimana hal ini sebagai bentuk penghargaan atas nasabah tersebut juga untuk mempertinggi loyalitas mereka. Terakhir, Bank BCA dapat lebih mengoptimalkan sistem perbankan elektronik yang dimiliki sehingga proses administrasi atas kartu kredit, mulai dari proses pengurusan permintaan kartu kredit oleh nasabah, proses penggunaan, sampai proses permintaan memperluas lingkup penggunaan( limit nilai kartu kredit ataupun cakupan wilayah penggunaan), dapat lebih disederhanakan, lebih mudah, membutuhkan jangka waktu proses yang relatif pendek, serta persyaratan dan jaminan administrasi yang tidak memberatkan ataupun yang dapat dengan segera disiapkan oleh nasabah pemohon. Sementara itu, sistem perbankan elektronik (internet banking dan mobile banking) lebih dioptimalkan penggunaanya di dalam mempermudah proses administrasi atas kartu kredit.

57

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Variabel-variabel di dalam penelitian ini diidentifikasikan merupakan

variabel-variabel utama (R = 91 %) yang dipertimbangkan nasabah di dalam memutuskan untuk menggunakan kartu kredit Bank BCA Cabang Jember. Sementara sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak termasuk di dalam penelitian ini, misalnya peluang memperoleh hadiah jika menggunakan kartu kredit dalam limit nilai tertentu. 2. Baik secara simultan maupun parsial, variabel-variabel di dalam penelitian ini berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan kartu kredit. 3. Variabel manfaat merupakan factor dominan yang secara positif mempengaruhi keputusan nasabah untuk menggunakan kartu kredit, Karenanya, strategi Bank BCA Cabang Jember dapat diarahkan untuk mempertinggi unsur-unsur manfaat, prestise dan kemudahan administrasi atas kartu kredit, sementara lebih berupaya memperendah

58

ataupun memperlonggar unsur biaya (yaitu, pembayaran pokok dan bunga kredit ) yang di kandung oleh kartu kredit. 5.2 Saran-saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran yang mungkin dapat bermanfaat atau berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan suatu kebijakan yang berhubungan dengan upaya peningkatan jumlah nasabah yang menggunakan produk karu kredit Bank Central Asia Cabang Jember secara khusus. 1. Pihak BCA Cabang Jember di dalam upaya untuk meningkatkan jumlah nasabah yang menggunaka kartu kredit agar terutama mempertimbangkan keempat variabel yang diteliti di dalam penelitian ini, selain itu juga berupaya mengidentifikasi variabel-varibel lain yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah. 2. Perlu adanya penelitian lain yang bisa meneliti tingkat pengaruh dari variabel-variabel laian yang tidak diteliti di dalam penelitian ini, misalnya variabel peluang untuk memperoleh hadiah jika menggunakan kartu kredit dalam limit tertentu ataupun variabel eksternal yang lain seperti anggota keluarga ataupun kelompok referensi, sehingga akan semakin mudah bagi pihak BCA Cabang Jember di dalam menentukan strategi pemasaran dari kartu kredit.

59

DAFTAR PUSTAKA Djarwanto dan pangestu subagyo, 1996. Statistik Induktif. Edisi keempat. Cetakan ketiga.BPFE Yogyakarta. Yogyakarta Engel, james F. dan Roger D Blackwell. 1994.Perilaku Konsumen.Edisi keenam . Orlando. The Dryden Press Kotler, Philip, Swee Hoon Ang, Siew Meng Leong, dan Chin Tiong Tan. 1996. Marketing Manajement: An Asia perspective. First edition.Singapore pretice Hall, Inc Loudon, David L. dan Albert J Della Bitta. 1993. Consumer Behavior: Concept & Application. Fourth editon. Singapore. McGraw-Hill. Supranto, J. 1995. Ekonometrika Buku I. Jakarta: LPFE-UI Swasta, Basu dan T. Hani Handoko. 1992. Analisa dan Perilaku Konsumen. Yogyakarta. Liberty Winardi.1991.Marketing dan Perilaku Konsumen. Bandung. Mandar Maju.

60

61

You might also like