You are on page 1of 23

PT SWADHARMA DUTA DATA

PERATURAN PERUSAHAAN
BAB I UMUM Pasal 1 TUJUAN Peraturan Perusahaan ini ditetapkan oleh PT SWADHARMA DUTA DATA, selanjutnya disebut Perusahaan, untuk memenuhi Undang-undang No.13 tahun 2003 Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor PER. 02/MEN/1978 tanggal 2 Maret 1978, dengan tujuan: 1. Melaksanakan hubungan industrial Pancasila dalam perusahaan dan menciptakan rasa aman serta ketentraman dalam bekerja. 2. Menetapkan syarat-syarat kerja dan kondisi kerja para karyawannya. 3. Memperjelas hak dan kewajiban Karyawan sehingga menimbulkan loyalitas terhadap Perusahaan, tercapai dan terpeliharanya keserasian antara peningkatan prestasi, produktivitas dan kesejahteraan Karyawan. Pasal 2 ISTILAH-ISTILAH 1. PERUSAHAAN Adalah Perseroan Terbatas Swadharma Duta Data, berkedudukan di Jakarta yang didirikan berdasarkan Akte Notaris Koesbiono Sarmanhadi SH. No 57, Notaris di Jakarta tanggal 04 Juli 1988 dan Akte Perubahan No. 29 tanggal 18 Maret 1989, Akte Perubahan No. 87 tanggal 29 Oktober 1991, Akte Perubahan No.104 tanggal 26 Februari 1992, no. 17 tanggal 7 September 1993 dan akta perubahan no. 35 tanggal 10 Mei 1994. 2. DIREKSI Adalah Pimpinan Perusahaan yang diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham. 3. KARYAWAN Adalah tenaga kerja yang terikat dalam suatu perjanjian kerja dengan Perusahaan sesuai dengan Peraturan Perusahaan dan Ketentuan pelaksanaannya. 4. KARYAWAN LAJANG Adalah Karyawan yang berhak mendapat jaminan Perusahaan hanya untuk dirinya sendiri, terdiri dari: 4.1. Karyawan yang belum pernah menikah; 4.2. Karyawan wanita bersuami, kecuali yang termasuk dalam Pasal 2 ayat 5.2
1

4.3. Karyawan Duda atau Janda tanpa anak; 4.4. Karyawan Duda atau Janda dengan anak yang tidak mendapat jaminan dari Perusahaan sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat 6.3. 5. KARYAWAN WANITA PENCARI NAFKAH Adalah Karyawan wanita yang berhak memperoleh jaminan Perusahaan untuk dirinya sendiri dan untuk keluarganya dengan ketentuan: 5.1. Karyawan janda yang mempunyai anak, sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat 6.3 5.2. Karyawan bersuami cacat dan/atau tidak mampu memberi nafkah, yang dinyatakan dengan surat keterangan dari Pejabat Pemerintah yang berwenang. 6. KELUARGA KARYAWAN Adalah isteri atau suami dan anak-anak Karyawan yang terdaftar di Perusahaan yang mendapat jaminan dari Perusahaan dengan ketentuan sebagai berikut: 6.1. Satu orang isteri yang sah menurut hukum; 6.2. Satu orang suami yang sah menurut hukum khusus bagi Karyawan wanita pencari nafkah; 6.3. Anak-anak Karyawan yang sah menurut hukum (anak kandung, anak tiri, anak angkat), dengan ketentuan: 6.3.1. Jumlah anak yang mendapat jaminan dari Perusahaan maksimum 3 (tiga) orang anak; 6.3.2. Anak angkat yang diakui adalah yang sudah diadopsi dan sah menurut hukum. 6.3.3. Syarat seorang anak untuk memperoleh jaminan dari Perusahaan: a) Belum berusia 21 tahun; b) Belum bekerja/belum memperoleh nafkah sendiri; c) Belum pernah menikah. 7. AHLI WARIS Adalah ahli waris menurut hukum yang berlaku. 8. HASIL KERJA Adalah semua yang dihasilkan Karyawan pada waktu kerja yang ditetapkan Perusahaan dan / atau menggunakan fasilitas Perusahaan, yang untuk seterusnya menjadi milik perusahaan.

BAB II STATUS KARYAWAN Pasal 3 HUBUNGAN KERJA Ditinjau dari segi hubungan kerjanya, Karyawan terdiri dari: 1. Calon Karyawan, yaitu Karyawan dalam masa percobaan;

2. Karyawan Tetap, yaitu Karyawan yang mempunyai hubungan kerja untuk waktu tidak tertentu yang dinyatakan melalui Surat Keputusan Direksi tentang peng-angkatan sebagai Karyawan Tetap; 3. Karyawan Kontrak, yaitu mereka yang bekerja berdasarkan kontrak untuk jangka waktu tertentu, sesuai dengan dengan Undang-undang No.13 Tahun 2003 Peraturan Menteri no. 2/1993 tentang Kesepakatan Kerja Untuk Jangka Waktu Tertentu.

BAB III SYARAT-SYARAT KERJA Pasal 4 PENERIMAAN KARYAWAN 1. Penerimaan Karyawan merupakan hak dan wewenang Perusahaan. 2. Penerimaan Karyawan oleh Perusahaan dilakukan syaratsyarat sebagai berikut: 2.1 Berusia sekurang-kurangnya 18 tahun; 2.2 dengan memperhatikan

Memiliki pendidikan dan pengalaman kerja yang disyaratkan untuk pekerjaan yang ditunjuk, yang diseleksi melalui beberapa tahapan tes penerimaan karyawan ; Berkelakuan baik sebagaimana dinyatakan dengan Surat Keterangan dari polisi atau pamong praja atau referensi dari pihak lain yang dapat diterima oleh Perusahaan; Sehat jasmani dan rohani menurut keterangan dokter yang ditunjuk oleh Perusahaan. Pasal 5 MASA PERCOBAAN

2.3

2.4

1. Pelamar yang menurut Perusahaan memenuhi syarat-syarat termaksud pada Pasal 4 (empat) Peraturan ini dan telah menjalani seleksi yang diadakan oleh Perusahaan dengan hasil baik dan dinilai dapat diterima, akan ditetapkan sebagai Calon Karyawan. 2. Masa percobaan bagi Calon Karyawan akan diberitahukan secara tertulis untuk masa percobaan paling lama 3 (tiga) bulan. Dalam masa percobaan, baik Perusahaan maupun Calon Karyawan sewaktu-waktu dapat memutuskan hubungan kerja secara sepihak, dalam hal demikian Perusahaan tidak dibebani kewajiban apapun kecuali pembayaran upah selama Karyawan tersebut bekerja.

Pasal 6 PENGANGKATAN Pengangkatan karyawan akan ditegaskan oleh Perusahaan dengan surat pengangkatan. Tembusan surat pengangkatan itu setelah ditandatangani oleh Karyawan yang bersangkutan dikembalikan kepada Perusahaan. Pasal 7 PEMINDAHAN TUGAS 1. Perusahaan sewaktu-waktu dapat memindahkan Karyawan dari satu satuan kerja ke satuan kerja yang lain, baik yang berada dalam satu kota maupun ke kota lain. Biaya Pemindahan, jika ada, ditanggung oleh Perusahaan. 2. Bagi Karyawan yang telah berakhir masa kerjanya, Perusahaan menanggung biaya pengembalian Karyawan ke kota tempat asal pengangkatan. Pasal 8 PERJALANAN DINAS 1. Perusahaan dapat memerintahkan atau menugaskan Karyawan untuk bekerja di luar kantor atau di luar tempat kerja, baik di dalam kota maupun di luar kota. 2. Biaya yang timbul dari penugasan tersebut pada ayat 1 di atas, ditanggung oleh Perusahaan. Pasal 9 PENDIDIKAN DAN LATIHAN 1. Perusahaan memberikan kesempatan kepada setiap Karyawan yang dinilai memiliki potensi untuk meningkatkan keahlian dan ketrampilan kerja melalui pendidikan dan latihan sesuai dengan rencana Perusahaan. 2. Pendidikan dan latihan dapat diselenggarakan di dalam maupun di luar Perusahaan. 3. Biaya pendidikan dan latihan atas inisiatif Perusahaan menjadi tanggungan Perusahaan. BAB IV WAKTU KERJA Pasal 10 WAKTU KERJA UMUM 1. Waktu kerja Perusahaan pada umumnya adalah sebagai berikut: Hari Senin s/d Jumat : 08.00 - 17.00
4

Waktu istirahat/makan siang : 12.30 - 13.30 2. Perusahaan dapat menetapkan jam kerja secara tersendiri (bekerja shifting dalam 2 atau 3 shift sesuai kebutuhan) yang diatur dalam Surat Keputusan Perusahaan, dengan jumlah jam kerja sesuai ketentuan yang berlaku. 3. Khusus untuk Karyawan yang beragama Islam diberikan kesempatan melaksanakan sholat Jumat. Pasal 11 KERJA LEMBUR 1. Waktu kerja yang melebihi 8 jam sehari dan 40 jam seminggu dihitung sebagai kerja lembur. 2. Apabila dipandang perlu, Perusahaan dapat menugaskan Karyawan untuk kerja lembur. 3. Seluruh jam kerja lembur harus disetujui oleh atasan langsung Karyawan yang bersangkutan. 4. Perhitungan upah lembur dihitung sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku sebagai berikut : 1. Untuk kerja lembur yang dilakukan pada hari biasa : a. Untuk jam lembur pertama dibayarkan sebesar 1 1/2 x upah sejam b. Untuk jam lembur selebihnya dibayarkan 2 x upah sejam 2. Untuk kerja lembur yang dilakukan pada hari istirahat mingguan atau hari raya resmi diatur sebagai berikut : a. Untuk setiap jam dalam batas 8 (delapan) jam atau 5 (lima) jam apabila hari dalam 6 (enam) hari kerja seminggu dibayarkan 2 (dua) kali upah sejam. b. Untuk jam kerja pertama selebihnya dari 8 (delapan ) jam atau 5 (lima) jam apabila hari raya tersebut jatuh pada hari kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 (enam) hari kerja seminggu, dibayarkan 3 kali upah sejam. c. Untuk jam kerja kedua setelah 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) jam apabila hari raya tersebut jatuh pada hari terpendek pada salah satu hari dalam 6 (enam) hari kerja seminggu dan seterusnya, dibayar sebesar 4(empat) kali upah sejam. 5. Perhitungan upah biasa sejam : Untuk pembayaran bulanan : 1/173 x Upah sebulan Untuk pembayaran harian : 3/20 x upah sehari Untuk pembayaran berdasarkan borongan : 1/7 x upah rata-rata sehari

6. Tata cara kerja lembur ditetapkan oleh Perusahaan. BAB V HAK, KEWAJIBAN KARYAWAN DAN SANKSI Pasal 12 HAK KARYAWAN 1. Setiap Karyawan berhak mendapatkan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk menduduki jabatan yang ada di Perusahan tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku bangsa dan agama. 2. Setiap Karyawan berhak mendapat penghasilan sesuai dengan ketentuan mengenai pengupahan. 3. Setiap Karyawan berhak mendapatkan perlakuan yang baik. 4. Setiap Karyawan berhak mendapat fasilitas kerja dan lingkungan kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku. 5. Setiap Karyawan berhak mendapatkan perlindungan hukum. 6. Setiap Karyawan berhak mengadakan pembelaan diri. Pasal 13 TATA TERTIB KERJA Demi tercapai dan terpeliharanya keserasian antara peningkatan prestasi, produktivitas dan ketertiban kerja, setiap Karyawan berkewajiban untuk : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mematuhi hukum, peraturan dan tata tertib yang berlaku. Memegang teguh rahasia Perusahaan dan membela kepentingan Perusahaan. Menggunakan wewenang jabatan untuk melakukan tugas dan kewajiban dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh rasa tanggung jawab. Bekerja secara efisien dan melaksanakan petunjuk dan instruksi atasan dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewajibannya. Tidak melakukan kegiatan yang bersangkut paut dengan lapangan usaha dan kegiatan Perusahaan termasuk menerima imbalan untuk kepentingan pribadi atau pihak ketiga, kecuali dengan sepengetahuan/ijin direksi. Memelihara dan menjaga harta milik Perusahaan dengan penuh rasa tanggung jawab. Setiap kehilangan atau kerusakan barang milik Perusahaan harus segera dilaporkan kepada Perusahaan oleh Karyawan yang mengetahui mengenai kehilangan atau kerusakan tersebut. Tidak menyalin atau menggandakan semua bentuk dokumen milik Perusahaan untuk kepentingan diri sendiri atau pihak ketiga, tanpa adanya persetujuan dari Pejabat yang berwenang di Perusahaan. Tidak membawa pulang atau keluar dari kantor semua bentuk dokumen atau hasil penggandaannya dan peralatan Perusahaan tanpa ijin atau persetujuan dari Pejabat yang berwenang di Perusahaan.
6

7. 8.

9. 10. 11.

12.

13. 14. 15. 16.

Tidak melakukan perbuatan mengubah atau mengganti data atau dokumendokumen yang bukan menjadi wewenang dan tangungjawabnya, tanpa adanya persetujuan dari Pejabat yang berwenang di Perusahaan. Menyerahkan hasil kerja yang dilakukan pada hari dan jam kerja yang ditetapkan Perusahaan dan /atau menggunakan fasilitas Perusahaan. Segera melaporkan kepada Perusahaan apabila ada hal-hal yang dapat mencemarkan nama baik Perusahaan atau yang melibatkan Perusahaan dalam suatu peristiwa sehingga dapat menimbulkan kewajiban Perusahaan atau merugikan Perusahaan. Berada ditempat pekerjaannya dan melakukan tugasnya pada waktu kerja yang ditentukan oleh Perusahaan serta melakukan absen pada mesin handkey yang disediakan perusahaan atau absen secara manual (jika kondisi tidak memungkinkan) dengan tertib pada saat datang dan pulang dari kantor. Menjaga keselamatan lingkungan kerja masing-masing, menciptakan atau memelihara lingkungan kerja yang selalu bersih serta suasana kerja yang tertib dan bergotong royong. Berbusana rapi dan sopan, bertingkah laku sopan dan menunjukkan penampilan yang baik. Bersedia sewaktu-waktu diperiksa kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk Perusahaan dan mengindahkan petunjuk dokter yang bersangkutan. Melaporkan kepada Perusahaan apabila ada perubahan-perubahan mengenai status diri, susunan keluarga dan alamat. Pasal 14 SANKSI

1. Karyawan yang melanggar peraturan, tata-tertib dan hukum yang berlaku, serta norma-norma kesusilaan umum dapat dikenakan sanksi dengan memperhatikan tingkat dan sifat pelanggarannya. 2. Pelanggaran tata-tertib / kesalahan yang dilakukan oleh Karyawan dapat digolongkan menjadi : a. Kesalahan ringan b. Kesalahan berat 3. Jenis sanksi terhadap pelanggaran/kesalahan adalah sebagai berikut : 3.1. Peringatan : a. Peringatan Lisan. b. Peringatan Tertulis I : lama berlaku 6 (enam) bulan c. Peringatan Tertulis II : lama berlaku 6 (enam) bulan d. Peringatan Tertulis III (terakhir): lama berlaku 6 (enam) bulan e. Peringatan Tertulis Pertama dan Terakhir 3.2. Pembebas-tugasan sementara (skorsing) 3.3. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). 4. Apabila dalam jangka waktu berlakunya surat peringatan Karyawan kembali melakukan pelanggaran tata-tertib/kesalahan maka kepada Karyawan tersebut langsung diberikan peringatan tingkat selanjutnya. Apabila setelah peringatan terakhir
7

ternyata Karyawan masih melakukan pelanggaran/kesalahan lagi maka kepada Karyawan tersebut dapat dikenakan pemutusan hubungan kerja menurut prosedur yang berlaku. 5. Ketentuan mengenai jenis kesalahan dan sanksi serta prosedur pelaksanaan sanksi diatur lebih lanjut dalam Keputusan Perusahaan sesuai dengan hukum yang berlaku. BAB VI PENGUPAHAN Pasal 15 SISTEM PEMBERIAN UPAH 1. Upah yang diberikan kepada Karyawan Tetap disesuaikan dengan keahlian dan tingkat jabatannya. 2. Upah bagi Karyawan Kontrak ditetapkan sesuai dengan perjanjian kerja. 3. Upah dibayarkan pada tanggal 25 setiap bulan. Apabila tanggal tersebut merupakan hari libur, maka pembayarannya akan dilakukan pada hari kerja terakhir sebelum hari dimaksud. 4. Pembayaran upah minimum / terendah tidak akan kurang dari ketentuan upah minimum yang telah ditetapkan pemerintah. Pasal 16 UPAH SELAMA SAKIT 1. Apabila Karyawan sakit dan dapat dibuktikan dengan surat keterangan dokter, maka upah yang bersangkutan tetap dibayarkan. 2. Apabila Karyawan sakit dalam jangka waktu yang lama yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter, maka upah akan dibayar dengan ketentuan sebagai berikut: Untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus persen) dari upah; Untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima persen) dari upah; Untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh persen) dari upah; Untuk 4 (empat) bulan selanjutnya sebelum dilakukan PHK, dibayar 25% (dua puluh lima persen) dari upah. 3. Apabila setelah lewat 12 bulan ternyata karyawan yang bersangkutan tidak mungkin bekerja kembali, maka karyawan tersebut dapat diberhentikan dan pemutusan hubungan kerjanya dilaksanakan sesuai dengan Undang Undang no. 12 tahun 1964 dan Undang-undang No.13 Tahun 2003. Pasal 17 UPAH SELAMA SKORSING Jangka waktu skorsing yang bersifat mendidik paling lama 1 (satu) bulan, kecuali menunggu putusan P4D atau P4P, dan selama ijin PHK belum diberikan skorsing dapat diperpanjang. Selama dalam skorsing upah beserta hak-haknya diberikan sebagaimana
8

biasa diterima pekerja untuk paling lama 6 (enam) bulan. Karyawan dengan status skorsing, yang kemudian terbukti tidak bersalah, direhabilitasi atau dipulihkan kembali nama baiknya.

Pasal 18 TUNJANGAN HARI RAYA (THR) Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI no. Per-04/MEN/1994 mengenai Tunjangan Hari Raya di Perusahaan, Perusahaan akan memberikan THR kepada pekerja yang telah mempunyai masa kerja 3 (tiga) bulan secara terus menerus atau lebih secara proporsional. Bagi pekerja yang telah mempunyai masa kerja 12 (dua belas) bulan secara terus menerus atau lebih, Perusahaan akan memberikan THR sebesar 1(satu) bulan upah. Pasal 19 PAJAK PENGHASILAN Pajak penghasilan Karyawan atas upah dari Perusahaan, ditanggung sepenuhnya oleh Karyawan dengan cara dipotong dari upah masing-masing sesuai dengan peraturan yang berlaku. BAB VII KESEJAHTERAAN & JAMINAN SOSIAL KARYAWAN Pasal 20 PERAWATAN KESEHATAN 1. Perusahaan memberikan bantuan biaya perawatan kesehatan kepada Karyawan dan keluarganya. Pemberian jaminan perawatan kesehatan ini tetap mengacu pada Undang Undang no. 03/1992 tentang JAMSOSTEK. 2. Perusahaan tidak memberikan bantuan perawatan kesehatan untuk atau sebagai akibat dari : a). Percobaan bunuh diri. b). Perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh Karyawan yang bersangkutan. c). Pengguguran kandungan, kecuali atas saran dokter dengan alasan kesehatan. d). Untuk kecantikan / operasi plastik. e). Penyakit kelamin, termasuk AIDS. f). Kecanduan obat bius atau narkotik dan sejenisnya. g). Kemandulan.

Pasal 21 PERAWATAN GIGI 1. Perusahaan memberikan bantuan biaya perawatan gigi kepada Karyawan dan keluarganya. Tata cara pelaksanaan bantuan ditetapkan oleh Perusahaan. 2. Kecuali untuk Karyawan Wanita Pencari Nafkah, bantuan biaya perawatan gigi bagi Karyawan Wanita bersuami hanya diberikan Perusahaan untuk dirinya sendiri. Pasal 22 KEHAMILAN DAN PERSALINAN 1. Perusahaan memberikan bantuan perawatan kehamilan dan persalinan kepada istri Karyawan dan Karyawan Wanita bersuami. Tata cara pelaksanaan bantuan ditetapkan oleh Perusahaan. 2. Perusahaan memberikan bantuan biaya perawatan kehamilan dan persalinan sampai dengan kelahiran anak ketiga. Pasal 23 TUNJANGAN KECELAKAAN KERJA Apabila karyawan mendapat kecelakaan kerja sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Kecelakaan Kerja, maka Perusahaan memberikan ganti rugi sebagaimana diatur dalam Undang Undang no. 03 tahun 1992. Bentuk ganti rugi yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Biaya pengangkutan karyawan dari tempat kecelakaan kerumahnya atau kerumah sakit. b. Biaya perawatan dan pengobatan. c. Biaya penguburan. d. Tunjangan kecelakaan. Pasal 24 BANTUAN KACAMATA Perusahaan memberikan bantuan penggantian biaya kacamata ukuran plus / minus / silindris untuk membaca / melihat kepada Karyawan sendiri tanpa keluarganya. Tata cara pelaksanaan bantuan ditetapkan oleh Perusahaan. Pasal 25 BANTUAN SUKA DUKA

10

1. Apabila Karyawan menikah atau menikahkan anaknya, Perusahaan memberikan bantuan berupa uang sebesar 1 kali upah (imbalan tunjangan) bulan terakhir dari Karyawan yang bersangkutan. 2. Apabila pernikahan dilangsungkan dengan sesama Karyawan, bantuan uang suka hanya diberikan kepada salah seorang Karyawan. 3. Perusahaan memberikan bantuan uang duka dengan ketentuan sebagai berikut : 3.1. Apabila yang meninggal Karyawan sendiri, kepada ahli warisnya. 3.1.1. Dibayar upah dari bulan berjalan. 3.1.2. Diberikan bantuan uang pemakaman sesuai dengan kebijaksanaan Perusahaan. Diberikan penggantian uang atas hak cuti yang belum diambil 3.1.4. Diserahterimakan hak-haknya dari JAMSOSTEK. 3.1.5 Diberikan uang sebesar 2 (dua) kali uang pesangon, 1 (satu) kali uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak, sesuai dengan ketentuan UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003. 3.2. Apabila yang meninggal Isteri/suami, besarnya uang duka: 100% x upah bulan terakhir 3.3. Apabila yang meninggal Anak, besarnya uang duka: 100% x upah bulan terakhir. 3.4. Apabila yang meninggal Orang tua/mertua, besarnya uang duka : 50% x upah bulan terakhir. Pasal 26 BANTUAN UNTUK KELUARGA KARYAWAN YANG DITAHAN 1. Perusahaan dapat mengajukan permohonan ijin pemutusan hubungan kerja dengan alas an Karyawan ditahan oleh Pihak yang berwajib karena pengaduan Perusahaan maupun bukan. 2. Dalam hal Karyawan ditahan oleh Pihak yang berwajib bukan atas pengaduan Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), permohonan ijin dapat diajukan setelah pekerja ditahan paling sedikit selama 60 (enam puluh) hari. 3. Dalam hal pekerja ditahan oleh Pihak yang berwajib sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Perusahaan tidak wajib membayar upah tetapi wajib memberikan bantuan kepada keluarga yang menjadi tanggungannya, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Untuk 1 orang tanggungan b. Untuk 2 orang tanggungan c. Untuk 3 orang tanggungan d. Untuk 4 orang tanggungan atau lebih : 25% dari upah : 35% dari upah : 45% dari upah : 50% dari upah

4. Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diberikan untuk paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak hari pertama Karyawan ditahan Pihak yang berwajib. 5. Dalam hal Karyawan ditahan oleh Pihak yang berwajib karena pengaduan Perusahaan dan selama ijin pemutusan hubungan kerja belum diberikan upah beserta hak-haknya diberikan sebagaimana diterima pekerja dan berlaku paling
11

lama 6 (enam) bulan terhitung sejak hari pertama Karyawan ditahan Pihak yang berwajib. 6. Dalam hal Karyawan dibebaskan dari tahanan karena pengaduan Perusahaan dan ternyata tidak terbukti melakukan kesalahan, maka Perusahaan wajib mempekerjakan kembali Karyawan. 7. Dalam hal Karyawan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) diputuskan oleh Pengadilan Negeri terbukti melakukan kesalahan, maka Perushaan dapat mengajukan permohonan ijin pemutusan hubungan kerja. Pasal 27 FASILITAS PINJAMAN Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan Karyawan, Perusahaan, sesuai dengan kemampuannya, memberikan fasilitas pinjaman kepada Karyawan. Tata cara pemberian fasilitas pinjaman ditentukan oleh Perusahaan. Pasal 28 JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA (JAMSOSTEK) Karyawan didaftarkan sebagai peserta pada program Asuransi Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) atas tanggungan Perusahaan, dimana karyawan membayar sebagian Premi dengan pemotongan 2(dua) persen dari upah, sebagaimana diatur dalam UU no. 3/1992. Pasal 29 KOPERASI KARYAWAN 1. Dalam rangka untuk meningkatkan produktifitas kerja perlu ditunjang adanya peningkatan kesejahteraan karyawan. 2. Sarana penunjang kearah peningkatan kesejahteraan karyawan tidak saja tergantung pada keadaan upah, namun dengan sebagian upah masing masing karyawan dapat dikembangkan untuk usaha bersama melalui pembentukan koperasi karyawan. Pasal 30 KEGIATAN OLAH RAGA Perusahaan membantu dan memberikan dorongan kepada Karyawan untuk melaksanakan kegiatan cabang olah raga yang dipandang baik oleh Perusahaan, sepanjang tidak mengganggu aktivitas Perusahaan. Pasal 31 PROGRAM KELUARGA BERENCANA
12

1. Program Keluarga Berencana (KB) adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, untuk itu diperlukan adanya peran serta aktif dari pihak Karyawan dan Perusahaan. 2. Untuk kelancaran program dimaksud perusahaan akan membantu sesuai dengan kemampuan yang ada. BAB VIII MENINGGALKAN PEKERJAAN Pasal 32 HARI LIBUR RESMI Perusahaan akan mengikuti hari-hari libur resmi, sebagaimana diumumkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Pasal 33 CUTI 1. Karyawan Tetap berhak atas cuti tahunan paling sedikit 12 (dua belas) hari kerja setiap tahun sesuai tingkat jabatan. 1.1. Cuti Tahunan dapat diambil untuk pertama kali apabila Karyawan telah bekerja paling sedikit selama 6 (enam) bulan tanpa terputus. 1.2. Karyawan Kontrak hanya berhak atas cuti tahunan bila masa kontraknya 12 bulan atau lebih. 2. Cuti di luar tanggungan Perusahaan hanya dapat diberikan dengan persetujuan Direksi Perusahaan kepada Karyawan yang telah memiliki masa kerja paling sedikit 3 tahun untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan, untuk keperluan yang tidak dapat dihindarkan baik karena alasan keluarga ataupun pendidikan. 3. Cuti khusus dengan mendapat upah penuh diberikan untuk keperluan: 3.1. Cuti hamil atau gugur kandungan, diberikan selama 3(tiga) bulan dan diambil 45 hari sebelum dan sesudah perkiraan persalinan atau 1,5 (satu setengah) bulan setelah gugur kandungan. 3.2. Karyawan sendiri menikah : 3 (tiga) hari atau menikahkan anaknya: 2 (dua) hari. 3.3. Membaptiskan/mengkhitankan anaknya: 2 (dua) hari. 3.4. Istri Karyawan melahirkan anak: 2 (dua) hari. 3.5. Istri/suami, anak, orangtua/mertua meninggal dunia: 2 (dua) hari. 3.6 Saudara serumah meninggal dunia : 1 (satu) hari 3.6. Cuti menjalankan Ibadah Haji:selama maksimum 40 (empat puluh) hari Kalender. Cuti ini diberikan hanya 1 (satu) kali selama Karyawan bekerja di Perusahaan. 4. Cuti khusus diperoleh Karyawan setelah mendapat ijin dari Direksi Perusahaan. 5. Selama menjalankan cuti, kecuali cuti diluar tanggungan Perusahaan, upah Karyawan tetap dibayarkan.
13

6. Perusahaan tidak memberikan penggantian berupa uang terhadap hak cuti yang tidak dipergunakan. 7. Tata cara mengenai cuti diatur lebih lanjut oleh Perusahaan.

Pasal 34 IJIN MENINGGALKAN PEKERJAAN 1. Karyawan yang meninggalkan pekerjaan tanpa ijin Perusahaan atau tanpa surat keterangan atau alasan yang dapat diterima oleh Perusahaan dianggap mangkir. 2. Ijin meninggalkan pekerjaan karena sakit harus disertai dengan Surat Keterangan Dokter. 3. Kecuali hal-hal yang diatur dalam Pasal 34, ijin meninggalkan pekerjaan bukan karena alasan sakit kurang dari 1/2 (setengah) hari diberikan dengan ketentuan sebagai berikut: 3.1. Harus seijin atasan langsung atau pejabat setingkat di atasnya. 3.1. Tidak lebih dari 1 (satu) kali dalam sebulan. 4. Kecuali hal-hal yang diatur dalam Pasal 34, ijin meninggalkan pekerjaan (bukan karena sakit ) lebih dari 1/2 (setengah) hari sampai dengan 1 (satu) hari dihitung 1 (satu) hari penuh, dengan ketentuan sebagai berikut : 4.1. Tidak lebih dari 2 (dua) hari dalam setahun. 4.2. Apabila lebih dari 2 (dua) hari setahun akan langsung dipotong dari hak cuti tahunan yang bersangkutan. 5. Ketentuan dan tata cara mengenai ijin meninggalkan pekerjaan diatur lebih lanjut oleh Perusahaan. Pasal 35 MANGKIR 1. Karyawan dianggap mangkir apabila tidak berada ditempat kerja tanpa pemberitahuan terlebih dahulu atau karena alasan yang tidak dapat diterima. 2. Apabila karyawan mangkir selama 5 ( lima ) hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa keterangan tertulis yang dilengkapi bukti-bukti penunjang yang sah atau telah dipanggil pihak Perusahaan, secara tertulis sebanyak 2 (dua) kali tetapi Karyawan tidak dapat memberikan keterangan atau bukti yang sah maka Perusahaan dapat memutus hubungan kerjanya karena dikualifikasikan mengundurkan diri dan diproses sesuai dengan UU Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003.

14

BAB IX PENILAIAN, KARIR DAN PENGHARGAAN KARYAWAN Pasal 36 PENILAIAN TAHUNAN 1. Pada dasarnya, penilaian terhadap Karyawan dilakukan secara terus menerus, akan tetapi secara resmi penilaian dilaksanakan 2 (dua) kali dalam satu tahun, yakni pada pertengahan dan akhir tahun dengan mempertimbangkan kehadiran, prestasi kerja, tingkah laku serta penampilan sehari-hari. 2. Hasil Penilaian itu dipergunakan untuk menetapkan / memutuskan hal-hal sebagai berikut: 2.1. Tugas yang diberikan kepada Karyawan. 2.2. Kenaikan upah berkala. 2.3. Kenaikan golongan atau tingkat Karyawan. 2.4. Pembagian bonus akhir tahun apabila kondisi perusahaan memungkinkan adanya pemberian bonus kepada karyawan 3. Ketentuan dan tata cara pelaksanaan Penilaian Tahunan Karyawan diatur lebih lanjut oleh Perusahaan. Pasal 37 PENGHARGAAN Perusahaan dapat memberikan penghargaan dalam bentuk Piagam, Surat Penghargaan, Uang Tunai, atau Barang kepada Karyawan yang berjasa sesuai dengan kemampuan Perusahaan, khususnya dalam hal-hal sebagai berikut : 1. 2. 3. Karyawan yang berjasa memberikan kontribusi pada kemajuan Perusahaan. Karyawan yang dapat mencegah atau mengurangi kerugian atas suatu malapetaka yang terjadi. Karyawan yang memberikan darma baktinya kepada Bangsa dan Negara sehingga dapat menjunjung tinggi nama Perusahaan. BAB X PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Pasal 38 PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA 1. Berakhirnya hubungan kerja antara Karyawan dan Perusahaan dapat terjadi karena :
15

a. b. c. d. e.

Karyawan meninggal dunia Karyawan memasuki usia pensiun Perjanjian kerja berakhir karena Pemutusan hubungan kerja oleh Karyawan Pemutusan hubungan kerja oleh Perusahaan Pernikahan antar sesama Karyawan 2. Pemutusan hubungan kerja oleh Perusahaan antara lain didasarkan oleh sebabsebab sebagai berikut: 2.1. Sebagai sanksi atas pelanggaran terhadap Peraturan dan tata tertib perusahaan, serta hukum yang berlaku. 2.2. Sebagai akibat dari tindakan Karyawan yang dapat dikategorikan "kesalahan berat" adalah : a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan / atau uang milik perusahaan b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan c. Mabuk meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan atau mengedarkan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja. e. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha di lingkungan kerja f. Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan g. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan h. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam keadaan bahaya di tempat kerja i. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara j. Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih 3. Tidak bekerja karena sakit selama lebih dari 12 (duabelas) bulan berturut-turut. 4. Kelainan jasmani atau rohani yang menyebabkan Karyawan tidak dapat melakukan pekerjaannya. 5. Reorganisasi di dalam Perusahaan yang mengakibatkan pengurangan tenaga kerja. Pasal 39 PELAKSANAAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA 1. Pemutusan hubungan kerja sebagaimana disebut dalam Pasal 38 di atas, berpedoman pada prosedur yang digariskan oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003.

16

2.

Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, Karyawan yang bersangkutan wajib dengan segera: 2.1. Melakukan serah terima pekerjaan termasuk, semua surat atau catatan yang belum atau sedang diselesaikan atau arsip yang ada di bawah tanggungjawabnya. 2.2. Menyerahkan dalam keadaan baik harta milik Perusahaan yang menjadi tanggung-jawabnya. 2.3. Menyelesaikan semua kewajiban hutang dan hak keuangan terhadap Perusahaan. Semua hutang-hutang kepada Perusahaan akan dipotong dari upah, uang pesangon dan uang jasa. Apabila masih ada sisa pinjaman harus dilunasi dengan segera secara tunai. Pasal 40 UANG PESANGON DAN UANG JASA

Tata cara penentuan besarnya uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja ditetapkan Perusahaan berdasarkan UU Ketenagakerjaan N0. 13 Tahun 2003. 1. Karyawan yang diputuskan hubungan kerja karena kesalahan ringan, atau melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan, setelah sebelumnya diberikan dulu surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut, diberikan uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan yang tercantum dalam UU Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003, uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan UU Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003, dan uang penggantian hak sesuai ketentuan UU Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003. Pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan yang disebabkan oleh kesalahan karyawan dalam kategori kesalahan berat sebagaimana yang dimaksud pada pasal 38 ayat 2, hanya diberikan uang penggantian hak sesuai dengan ketentuan UU Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003. Pemutusan Hubungan Kerja oleh karyawan dikarenakan kemauan sendiri, memperoleh uang penggantian hak sesuai ketentuan UU Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003. Pemutusan Hubungan Kerja oleh perusahaan dikarenakan karyawan memasuki usia pensiun, diberikan uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja sebesar ketentuan yang berlaku dalam UU No.13 Tahun 2003. Besarnya uang pesangon ditetapkan paling sedikit sebagai berikut : a. Masa kerja kurang dari 1 tahun : 1 bulan upah. b. Masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun : 2 bulan upah. c. Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun : 3 bulan upah. d. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun : 4 bulan upah. e. Masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun : 5 bulan upah. f. Masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun : 6 bulan upah.
17

2.

3.

4.

5.

g. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun h. Masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun i. Masa kerja 8 tahun atau lebih 6.

: 7 bulan upah. : 8 bulan upah. : 9 bulan upah.

a. b. c. d. e. f. g. h.

Besarnya uang penghargaan masa kerja ditetapkan sebagai berikut : Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun : 2 bulan upah. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun : 3 bulan upah. Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun : 4 bulan upah. Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun : 5 bulan upah. Masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun : 6 bulan upah. Masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun : 7 bulan upah. Masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun : 8 bulan upah. Masa kerja 24 tahun atau lebih : 10 bulan upah.

BAB XI KELUH KESAH DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 41 PENYELESAIAN KELUH KESAH DAN PEMBELAAN DIRI KARYAWAN 1. 2. Karyawan dapat mengemukakan keluhan mengenai syarat-syarat kerja atau masalah lain dalam hubungan kerja kepada Pimpinan Perusahaan. Keluhan atau pembelaan diri yang diajukan Karyawan, akan dibahas Perusahaan dan keputusan yang dicapai segera disampaikan kepada Karyawan yang bersangkutan. Pasal 42 PENYELESAIAN PERSELISIHAN DI LUAR PERUSAHAAN Apabila keputusan yang telah digariskan Perusahaan atas keluhan atau pembelaan diri tersebut pasal 41 ayat 2, tidak dapat memberikan penyelesaian, maka baik Karyawan maupun Perusahaan dapat mengajukannya kepada instansi yang berwenang, untuk mendapatkan penyelesaian menurut hukum yang berlaku.

BAB XII PELAKSANAAN DAN PENUTUP Pasal 43 PELAKSANAAN Berkenaan dengan pelaksanaan Peraturan Perusahaan ini, hal-hal yang memerlukan perincian lebih lanjut akan ditetapkan melalui Keputusan Perusahaan.
18

Pasal 44 PENUTUP 1. Peraturan Perusahaan ini mulai berlaku setelah disahkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DKI Jakarta untuk jangka waktu 2 (dua) tahun. 2. Peraturan ini diumumkan kepada semua Karyawan agar mereka mengetahui hak dan kewajibannya. 3. Dengan berlaku Peraturan Perusahaan ini, maka peraturan-peraturan yang sama dengan yang di atur dalam Peraturan Perusahaan ini dinyatakan tidak berlaku. 4. Jika ada persyaratan pada Pasal-Pasal Peraturan Perusahaan ini kurang atau bertentangan dengan Peraturan Perundangan yang berlaku, maka Pasal-Pasal tersebut batal demi Hukum.

PT SWADHARMA DUTA DATA

IMAM SUPRIYADI Direktur Utama

ANWAR HERYANA Direktur

19

PT SWADHARMA DUTA DATA PERATURAN PERUSAHAAN DAFTAR ISI : BAB I : UMUM Pasal 1 : Tujuan Pasal 2 : Istilah-Istilah Halaman 1 1 3 3 4 4 4 4 5 5

BAB II : STATUS KARYAWAN Pasal 3 : Hubungan Kerja BAB III : SYARAT-SYARAT KERJA Pasal 4 : Penerimaan Karyawan Pasal 5 : Masa Percobaan Pasal 6 : Pengangkatan Pasal 7 : Pemindahan Tugas Pasal 8 : Perjalanan Dinas Pasal 9 : Pendidikan dan Latihan BAB IV : WAKTU KERJA Pasal 10 Pasal 11 5 : Waktu Kerja Umum : Kerja Lembur

BAB V : HAK, KEWAJIBAN KARYAWAN DAN SANKSI Pasal 12 : Hak Karyawan 6 Pasal 13 : Tata Tertib 7 Pasal 14 : Sanksi 8 BAB VI : PENGUPAHAN Pasal 15 : Sistem Pemberian upah 9 Pasal 16 : Upah Selama Sakit 9 Pasal 17 : Upah Selama Skorsing 10 Pasal 18 : Tunjangan Hari Raya (THR) Pasal 19 : Pajak Penghasilan

10 10

20

BAB VII : 10

KESEJAHTERAAN DAN JAMINAN SOSIAL KARYAWAN Pasal 20 : Perawatan Kesehatan Pasal 21 : Perawatan Gigi : Kehamilan dan Persalinan

11 Pasal 22 11 11 12 12 12 13 13 Pasal 29 14 Pasal 30 : Kegiatan Olah Raga Pasal 31: Program Keluarga Berencana BAB VIII :IJIN MENINGGALKAN PEKERJAAN Pasal 32 : Hari Libur Resmi 14 Pasal 33 : Cuti 15 Pasal 34 : Ijin Meninggalkan Pekerjaan 16 Pasal 35 : Mangkir 16 BAB IX : PENILAIAN, KARIR, DAN PENGHARGAAN KARYAWAN Pasal 36 : Penilaian Tahunan 17 Pasal 37 : Penghargaan 17 BAB X : PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Pasal 38 : Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Pasal 39 : Pelaksanaan PHK 19 Pasal 40 : Uang Pesangon dan Uang Jasa 19 17 14 14 : Koperasi Karyawan Pasal 26 : Bantuan Untuk Keluarga Yang Ditahan Pasal 27 : Fasilitas Pinjaman Pasal 28 : Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) Pasal 23 : Tunjangan Kecelakaan Kerja Pasal 24 : Bantuan Kaca Mata Pasal 25 : Bantuan Suka duka

BAB XI : KELUH-KESAH DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 41 : Penyelesaian keluh-kesah dan Pembelaan Diri Karyawan 20 Pasal 42 : Penyelesaian Perselisihan diluar Perusahaan 20

21

BAB XII : PELAKSANAAN DAN PENUTUP Pasal 43 : Pelaksanaan 21 Pasal 44 : Penutup 21

22

PERATURAN PERUSAHAAN
PT. SWADHARMA DUTA DATA

Jl. KRAMAT RAYA NO. 154-156 JAKARTA 23

You might also like