You are on page 1of 20

T E R A S

Dari Redaksi
PELINDUNG : Gubernur Banten Wakil Gubernur Banten PEMBINA : Sekretaris Daerah Provinsi Banten PENASEHAT : 1. Asisten Tata Praja 2. Asisten Ekonomi dan Pembangunan 3. Asisten Administrasi Umum dan Kesejahteraan Rakyat PENANGGUNG JAWAB : Kepala Biro Humas dan Protokol DEWAN REDAKSI : 1. Kepala Biro LKBN Antara Banten 2. Jurnalis LKBN Antara Banten PEMIMPIN REDAKSI : Kepala Bagian Dokumentasi REDAKSI PELAKSANA : Kepala Sub.Bagian Penerbitan dan Distribusi REDAKSI/EDITOR : 1. Kusma Supriyatna, S.Sos 2. Yulia Rehan Faradisa STAF REDAKSI : 1. Kabag Humas /Infokom Kabupaten/ Kota se Provinsi Banten 2. Lutfi Wahyu Nugraha, ST 3. Tb. Bambang, S.Sos 4. Drs. Entong Muhyadi 5. Saefullah, S.Sos ILUSTRATOR/KARTUNIS : Haefi Fathudi KESEKRETARIATAN : 1. Eti Kurniati 2. Martiana, S.Sos PENGEPAKAN DAN DISTRIBUSI : 1. Dedi Kusnadi, SH 2. Tresna Sonjaya TATA LETAK Syaiful Anwarudin PERCETAKAN Raja Garuda Mas (RGM) Jl. R. Suprapto No. 41 Cilegon Telp. (0254) 398535 Isi di luar tanggung jawab percetakan

Edisi : 3 Tahun Pertama 2009

Masyarakat Banten patut berbangga hati. Masa-masa kejayaan pelabuhan Banten akan kembali diraih. Pelabuhan Karangantu yang berada di Kota Serang Provinsi Banten statusnya direncanankan akan ditingkatkan menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara. Status peningkatan ini diharapkan membawa dampak yang sangat baik, sehingga akan tercipta pembangunan Multi Player Effect. Fokus Menara Banten edisi 3 ini mengupas tentang rencana peningkatan status pelabuhan Karangantu ditambah dengan liputan khusus mengenai Pekan Flori dan Flora Nasional di Kota Tangerang Provinsi Banten. Untuk Profil, kami menurunkan juga tulisan mengenai sekilas sejarah Pelabuhan Banten. Menurut Sesditjen perikanan Tangkap DR.Dedy H. Sutisna, yang menjadi latar belakang peningkatan Pelabuhan Perikanan Karangantu menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara yaitu Pelabuhan Perikanan berperan sebagai agent development atau pusat pengembangan usaha perikanan. Potensi lestari sumberdaya ikan di Pelabuhan Karangantu relative besar yaitu sekitar 6,4 juta ton per tahun yang merupakan peluang bagi petumbuhan ekonomi nasional serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada akhirnya dampak yang timbul pada peningkatan status pelabuhan karangantu yaitu mengakomodir kapal-kapal tuna long-line yang beroperasi di Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Samudra Hindia yang tidak tertampung di Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Nizam Zachman Jakarta dan PPS Cilacap. Selain itu juga akan berkembang usaha atau industri perikanan di Provinsi Banten, yang pada akhirnya berdampak pula pada peningkatan taraf ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
DARI REDAKSI ....................................................................................... 3 3 3 4 5 6 6 6 6 7 7 7 8 8 8 9 9 9 10

DAF TAR ISI

Daftar Isi

Daftar

Isi

FOKUS UTAMA ...................................................................................... Karangantu Bakal Jadi Pelabuhan Perikanan Nasional ........................... Status Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat .......................... OPINI Irit Bicara .................................................................................................

LINTAS PERISTIWA .............................................................................. Gubenur : Kiprah Notaris Penting dalam Menunjang Iklim Investasi ....... Gubernur Minta Dukungan Pusat untuk Pengembangan Kawasan Strategis ............................................... 40 Anggota Forum Kehumasan Dilatih Jurnalistik ................................... Pemprov. Banten dan PT. Angkasa Pura II Tanda Tangani MoU .............. Gubernur Minta Kabupaten/Kota Benahi Perda Perijinan ........................ 13. 000 Tagana Siap Hadapi Bencana .................................................... Gubernur Serukan Konservasi Keanekaragaman Hayati Laut Harus Tetap Di Jaga ................................................................................ Wagub Berharap Kerjasama Daerah Lebih Ditingkatkan ......................... Seba Baduy ............................................................................................ Pelaksanaan TMMD Lampaui Target ....................................................... Wagub Himbau Perbankan Bantu UMKM ............................................... Pemprov Banten Sambut Baik Operasionalisasi BTS Indosat di Ciboleger ............................................. REKAMAN LENSA ................................................................................. PROFIL Karangantu Akan Diaktifkan Kembali Menjadi Gerbang Dagang Nusantara Catatan Sejarah Pelabuhan Karangantu .................................................. SOSIAL BUDAYA Diversifikasi Pangan Sebagai Komponen Penguatan Ketahanan Pangan ................................

12

14 16 17 17 18 18 19

Redaksi menerima surat dari pembaca dan juga naskah kiriman baik berupa tulisan, artikel, feature atau foto dari semua pihak yang menunjang bagi kemajuan isi tabloid Menara Banten. Redaksi berhak mengedit surat atau naskah yang masuk. Bagi tulisan ataupun naskah yang dimuat, disediakan penghargaan yang pantas. Kiriman surat maupun tulisan ke Sub. Bagian Penerbitan dan Distribusi Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Banten, Jl. Brigjen KH. Syamun No. 5 Serang, Telp (0254) 200-123 ext. 135, Fax. (0254) 200418, e-mail ke humasbanten@yahoo.com

LIPUTAN KHUSUS Tekad Banten Sebagai Sentra Tanaman Hias ......................................... Ada Dolar di Tanaman Hias ..................................................................... Dari Tangerang Menuju Batam ................................................................ SEPUTAR BANTEN Reflikasi PNPM Mandiri, Membangkitkan Budaya Mandiri ..................... Kota Tangerang Mulai Lirik Agrobisnis .................................................... Pasar Kota Sentra Perekonomian Rakyat ............................................... DARI DESA KE DESA Kampung Ternak Di Kaki Gunung Karang Program Konservasi Sekaligus Kesejahteraan .........................................

20

Edisi : 3 Tahun Pertama 2009

F O K U S

Karangantu Bakal Jadi Pelabuhan Perikanan Nasional


P
elabuhan Karangantu, Banten, sudah menjadi bandar inter nasional sejak abad-15 silam. Karangantu berperan se bagai penyangga perdagangan di Kesultanan Banten. Namun, seiring dengan suramnya masa kejayaan Kesultanan Banten, Pelabuhan Karangantu juga meredup peranannya dalam sistem pelayaran nasional. Sampai saat ini, Karangantu berperan tidak lebih sebagai tempat bersandar para nelayan lokal. Akibatnya, dari tahun ke tahun Pelabuhan Karangantu tidak berperan dalam meningkatkan taraf perekonomian masyarakat. Padahal, pelabuhan ini mengandung potensi yang besar, baik sektor perikanan, pariwisata, maupun sektor lainnya. Untuk itu, terbersit rencana untuk mengembalikan kejayaan pelabuhan tempat bangsa Portugis menginjakkan kakinya di Pulau Jawa. Rencana tersebut datang dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Perikanan Tangkap Departemen Perikanan dan Kelautan (DKP) Republik Indonesia. Untuk menggolkan rencana itu, tanggal 11 Juni lalu, Sekretaris Ditjen Perikanan Tangkap DKP, Dr. Deddy H. Sutisna menemui Gubernur Banten, Hj. Ratu Atut Chosiyah di Pendopo Gubernur Banten. Dalam kesempatan tersebut Sesditjen itu mengungkapkan rencana dimaksud. Pelabuhan Karangantu akan ditingkatkan statusnya dari Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara, katanya dihadapan Gubernur. Saat ini, Pelabuhan Karangantu masih berstatus sebagai pelabuhan perikanan pantai. Padahal potensi perikanan yang ada di laut banten sangatlah luar biasa. Peningkatan status dari pelabuhan perikanan pantai menjadi pelabuhan perikanan nusantara akan berdampak pada meningkatnya derajat perekonomian masyarakat, kata Dedi. Dedy juga mengungkapkan, semua persiapan peningkatan status dilaksanakan. Untuk peningkatan status tersebut hanya tinggal menunggu surat dukungan dari Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah Kota Serang. Sedangkan untuk naskah akademis sudah dipersiapkan, tandasnya. Untuk peningkatan status tersebut lanjut Dedi diperlukan berbagai hal yang perlu disiapkan. Dokumen yang diperlukan adalah naskah akademis mengenai pelabuhan bersangkutan, kemudian juga surat dukungan dari Gubernur Banten bahwa Pelabuhan Karangantu sudah disetujui untuk ditingkatkan statusnya, ia menjelaskan. Hal lain yang perlu disiapkan juga kata Dedi adalah penyediaan lahan minimal 15 hektar yang akan dibiayai oleh APBN, peningkatan status struktural pengelola pelabuhan dari eselon IV menjadi eselon III dan penambahan SDM. Selain itu juga penyediaan sarana dan prasarana seperti air, listrik dan akses jalan. Peningkatan status tersebut, menurut Dedi, Pelabuhan Perikanan berperan sebagai agent development atau sebagai pusat pengembangan usaha perikanan dan pusat pertumbuhan ekonomi berbasis perikanan. Menurutnya, potensi lestari sumberdaya ikan relatif besarmencapai 6,4 juta ton per tahun yang merupakan peluang bagi pertumbuhan ekonomi nasional serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dedi juga menambahkan dampak yang timbul pada peningkatan klas PPP Karangantu yaitu mengakomodir kapal-kapal tuna long line yang beroperasi di ZEEI Samudera Hindia yang tidak tertampung di PPS Nizam Zachman Jakarta dan PPS Cilacap. Selain itu juga akan berkembangnya usaha atau industri perikanan di Provinsi Banten. Apalagi, tambahnya, Banten masuk kedalam salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki sumber daya laut melimpah. Termasuk diantaranya di bidang perikanan. Saat ini potensi kelautan Indonesia mencapai 6,4 juta ton per tahun. Tetapi yang tergarap baru 80 persen, ujarnya. Gayung bersambut. Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah mengaku akan serius melakukan persiapan untuk peningkatan status Pelabuhan Karangantu. Kami akan segera membentuk tim untuk pembebasan lahan. Tetapi tupoksinya disesuaikan dengan kewenangan yang dimiliki daerah masing-masing. Provinsi akan melakukan peningkatan kualitas jalan sementara kota sesuai dengan fungsinya, tutur Gubernur. Atut mengakui bahwa sekitar 2,1 juta masyarakan di Banten adalah nelayan atau yang hidup di daerah pesisir. Untuk itu, peningkatan ekonomi dari sisi perikanan

mutlak harus dilakukan, ujarnya. Untuk itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, Suyitno, bertekad mengggolkan rencana tersebut. Bahkan, pihaknya mentargetkan pencanangan Pelabuhan Karangantu sebagai Pelabuhan Perikanan Nusantara harus terlaksana tahun ini. Kita ingin bertahap. Tahun ini statusnya dulu menjadi pelabuhan nusantara, berikutnya pembangunan sarana, ungkapnya. Saat ini, kata Suyitno, pihaknya tengah mengupayakan sertifikasi sekira 6.000

meter lahan yang ada di areal Pelabuhan Karangantu. Nanti akan tambah lagi lahannya, sesuai dengan yang disyaratkan, tambahnya. DKP tidak juga tidak sekedar berusaha meningkatkan status Pelabuhan Karangantu. Bahkan, kalau memungkinkan mengambil alih pengelolaan pelabuhan tersebut. Saat ini, katanya, Pelabuhan Karangantu berada dalam pengelolaan unit pelaksana teknis Departemen Kelautan dan Perikanan. Dan pusat juga tidak akan keberatan. Hanya perlu kajian dulu, ujarnya.*** (kusma)

Status Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

F O K U S

Edisi : 3 Tahun Pertama 2009

encana pemerintah me ningkatkan status Pelabu han Karangantu menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara disambut gembira pemerintah dan masyarakat Banten. Maklum, peningkatan status itu diharapkan akan meningkatkan derajat perekonomian masyarakat. Status peningkatan ini akan membawa dampak yang sangat baik kepada masyarakat Banten, sehingga akan tercipta pembangunan multiplyer effect, ujar Gubernur Banten, Hj. Ratu Atut Chosiyah, SE. Pernyataan senada dilontarkan Sesditjen Perikanan Tangkap Departemen Kelautan Republik Indonesia. Menurutnya, peningkatan status pelabuhan perikanan pantai menjadi pelabuhan perikanan nusantara dipastikan bakal mampu meningkatkan perekonomian masyarakat Banten, khususnya masyarakat di sekitar pelabuhan tersebut. Apalagi Banten merupakan salah satu provinsi yang memiliki sumber daya laut yang melimpah. Saat ini potensi kelautan Indonesia mencapai 6,4 juta ton per tahun. Tapi yang baru tergarap 80%, ungkapnya. Masyarakat menyambut antusias rencana ini. Karuna (48 th), warga Kampung Bugis, Kasemen mengungkapkan dukungan rencana menjadikan Karangantu sebagai Pelabuhan Perikanan Nusantara. Setuju sekali. Kan nanti Karangantu ra-

mai dan warga akan diuntungkan, ujarnya seperti dikutif Harian Radar Banten. Dukungan itu dibarengi rasa optimisme. Kalau pemerintah sudah merencanakan, pasti pembangunan pelabuhan nusantara tersebut terjadi, ujarnya, Karuna beralasan, jika sudah berstatus sebagai Pelabuhan Perikanan Nusantara maka Karangantu akan dikunjungi oleh masyarakat dari luar daerah yang membeli ikan segar, bukan hanya dikuasai oleh pembeli lokal. Kalau ramai dikunjungi tamu maka perputaran uang akan cepat dan banyak, dan itu akan menguntungkan warga sekitar. Tenaga kerja juga akan banyak terserap, ujarnya. Ungkapan senada dilontarkan Yuma (40 th). Ia mengatakan, fenomena sekarang, jika ikan sedikit harga mahal. Namun jika ikan banyak, harga murah. Jika sudah menjadi Pelabuhan Nusantara, mungkin yang beli ikan akan banyak dari luar daerah. Karena itu, pembeli akan selalu ada. Dan, harga stabil, ujarnya. Semua optimis, peningkatan status Pelabuhan Karangantu membawa dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. Maklum, Indonesia memiliki kekayaan ikan yang cukup besar. Dan, Banten merupakan salah satu daerah yang sumber daya ikannya melimpah. Banten memiliki luas wilayah 8.800,83 Km2 dan garis pantai 501 km. Kalangan DPRD Banten juga mendu-

kung penuh peningkatan status tersebut. Anggota Komisi II DPRD Provinsi Banten Mediawarman mengatakan bahwa luas Pelabuhan Karangantu saat ini hanya berkisar 2,5 hektar, akan tetapi kapal-kapal nelayan yang singgah di pelabuhan tersebut, baik dari Pulau Jawa maupun luar Pulau Jawa per tahunnya mencapai 20 ribu kapal. Apalagi statusnya ditingkatkan menjadi PPN, selain luasnya bertambah secara otomatis kapal-kapal yang singgah pun akan lebih banyak lagi. Ini baik untuk perekonomin Banten, ujar Media. Peningkatan status itu akan meningkatkan produksi ikan di Banten. Potensi sumberdaya perikanan tangkap di Banten saat ini baru dimanfaatkan 117.170 ton/tahun (Data Tahun 2002) sedangkan potensi lestari di perairan Laut Jawa sebesar 847.500 ton dan Samudera Hindia sebesar 656.000 ton. Lahan yang baru dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan budidaya sebesar 33.756,76 ha dari luas areal 153.412,560 ha (22,00%). Didukung dengan sarana dua buah Pelabuhan Perikanan di Karangantu, Serang (Pantai Utara Jawa) dan Binuangeun, Lebak (Pantai Selatan Jawa) dengan 32 PPI dan TPI yang tersebar di empat kabupaten dan satu kota. Sementara itu, produksi ikan di Banten setiap tahun terus meningkat. Pada akhir 2008, produksi ikan Banten naik sekitar 3.000 ton menjadi 65 ribu ton, sedangkan tahun sebelumnya hanya 62 ribu

ton. Kenaikan ini menandakan potensi kelautan di Banten masih sangat tinggi dan bisa dioptimalkan. Pertumbuhan ekonomi akibat peningkatan status Pelabuhan Karangantu tidak terpaku hanya pada ikan. Tapi potensi daerah juga akan tergali. Misalnya pariwisata. Karena keberadaan Pelabuhan Karangantu tidak terlepas dari keberadaan Kesultanan Banten, yang sisasisa kejayaannya masih ada, yakni Kawasan Banten Lama, yang letaknya sangat berdekatan dengan Pelabuhan Karangantu. Para pendatang ke pelabuhan, santa dimungkin juga akan berwisata ke Banten Lama. Tak hanya itu, para pengunjung bisa keliling Teluk Banten. Misalnya, Pulau Lima, Pulau Pisang, atau pulau lain yang berpenghuni seperti Pulau Panjang dan Pulau Tunda, yang menjanjikan pemandangan yang luar biasa. Bahkan, perjalanannya bisa disertai, akan semakin seru bila wisatawan menyempatkan diri memancing di tengah laut. Para wisatawan bisa juga menyelam untuk melihat dari dekat pemandangan bawah laut. Selain itu, Pelabuhan Karangantu juga bisa menjadi sentra pendidikan bidang perikanan dan kelautan. Maklum, di daerah tersebut, saat ini sudah berdiri Sekolah Tinggi Perikanan di dekat Pelabuhan Karangantu. Masyarakat dan pengunjung pun bisa menimba ilmu tentang perikanan.*** (kusma)

Edisi : 3 Tahun Pertama 2009

O P I N I

Irit Bicara
Oleh : Suseno *

Lalu lintas komunikasi di zaman teknologi komunikasi yang serba canggih saat ini sama padatnya dengan lalu lintas jalan raya di kota-kota besar. Zaman ini sudah semakin sulit mencari kearifan setiap orang dari berbagai lapisan masyarakat yang bisa irit bicara. Apalagi di dunia politik, banyak bicara paling mendominasi karena perdebatan itu nyaris tidak pernah sampai pada titik.

i era sebelum reformasi 1998, dan sebelum di pasarkannya hand-phone (HP) aktivitas komunikasi tergolong normal, bahkan pada level menengah ke bawah pun pada umumnya masih seperti bedug, artinya kalau tidak terlalu penting tidak akan bicara, apalagi mengkritik karena kearifan sosok setiap orang tua dan penguasa masih tergolong irit bicara. Zaman sekarang sepertinya sudah memasuki definisi yang makin absolut. Zaman ini zaman bicara!. Pengertiannya bisa berarti bahwa setiap orang yang hidup di abad ini lebih banyak bicara apa saja karena ketersediaan sarana komunikasi yang lengkap, tidak hanya HP yang sering nempel di telinga, tapi berikut perangkatnya sebagai penunjang komunikasi (talk show di televisi hampir sepanjang hari, website, email, facebook, komputer, laptop, blog, kamera digital, faksimili, scaner, mesin printer color dsb). Segala unek-unek dan ekspresi tumpah di sana. Hampir semua orang, termasuk anakanak SMP, sudah punya HP yang selalu berada di saku. Asal cukup pulsa siap online kapan saja, dimana saja dan kepada siapa saja. Menurut keterangan, pengguna jasa HP di Indonesia tercatat 130 juta konsumen, atau 60 persen dari jumlah penduduk. Apabila nilai perputaran omzet pengisian pulsa (minimal) Rp1.000/hari, maka nilai perputaran omzet seluruhnya dari pengisian pulsa mencapai Rp130 triliun/hari. Padahal pada zaman permulaan telepon kabel sejak tahun 1970-an hingga sebelum pada titik era reformasi (1998), semua orang masih bisa irit bicara meskipun di rumahnya punya telepon kabel. Namun, rata-rata orang malas melangkahkan kakinya ke tempat telepon yang ada di ruang tengah atau di ruang makannya. Setelah produsen HP berbagai merk membanjiri pasar dunia, termasuk pasar dalam negeri, bangsa ini seolah-olah digiring menjadi bangsa beo, terlalu banyak orang ngoceh di HP, tidak mampu mengendalikan diri untuk irit bicara, dan cenderung terlalu banyak percakapan di luar substansi masalahnya. Kalau dulu orang masih tabu banyak bicara, sekarang mungkin sebaliknya. Sulit mencari orang yang benar-benar irit bicara, mungkin dapat dikatakan 10 banding satu, dari 10 orang mungkin dapat ditemukan hanya ada satu atau dapat dihitung dengan jari orang yang benarbenar irit bicara. Memang kita tidak bisa hidup menutup diri dari pergaulan dunia di bidang

politik, ekonomi, budaya dan sebagainya. Hanya sayangnya, kecanggihan teknologi komunikasi yang serba instant itu sebagian orang tidak sadar bahwa kita oleh negara-negara produsen HP sedang digiring secara perlahan-lahan masuk kandang burung beo, karena setiap hari kita bersahut-sahutan di HP tanpa makna, bahkan cenderung lebih boros energi, boros biaya, boros waktu, boros pikiran, dan sebagainya. Bicara adalah hak asasi setiap orang. Tapi irit bicara dan banyak bekerja sebagai bagian dari budaya bangsa Indonesia jauh lebih terpuji. Tapi, fenomena yang terjadi di era reformasi dan kebebasan berpolitik adalah semakin banyak bicara semakin banyak masalah di negeri ini. Dampak dari dahsyatnya orang bebas bicara, ternyata sudah ada kekhawatiran dari sejumlah msayarakat. Bicara terlalu bebas di HP khawatir ada yang menyadap. Menyimpan arsip-arsip di komputer khawatir ada oknum yang bukabuka. Wah repot!. Saking khawatirnya, ada sebagian masyarakat yang berkeinginan kembali ke mesin tik, karena arsip-arsipnya tidak mudah dibaca oleh sembarang orang Apalagi jika komputer atau laptop itu hilang dibawa maling, semua arsip sudah pasti bisa dibuka. Perkembangan budaya bicara ternyata membuat sebagian orang makin takut. Rambu Kendali Diri Bicara itu ternyata perkara berat. Bukan berat mengucapkannya, tapi berat terhadap dampak dari apa yang diucapkannya itu karena akan bersinggungan dengan perasaan orang lain yang mendengarnya. Oleh karena itu, Rasulullah S.A.W., adalah suri tauladan yang baik (Al-Qur an Surat Al-Ahzab: 21), yang juga suka bercanda, ngobrol, pekerja keras, namun ada batas-batasnya, karena takut dengan lidah yang tak bertulang itu lepas kendali, menyinggung dan menyakiti perasaan hati orang lain. Rasulullah S.A.W., dalam percakapannya dengan keempat sahabatnya saat bertamu ke rumah Ali bin Abu Tholib, bersama Abubakar, Umar, Utsman, dan istri Ali, Fatimah (yang juga putri Rasulullah), tidak membicarakan person sebagai topik obrolannya. Saat Fatimah menyuguhkan madu di mangkuk yang cantik, terdapat sehelai rambut. Maka Rasulullah S.A.W., meminta kepada keempat sahabat itu untuk menganalisa dan membuat

perbandingan. Abu Bakar berkata: Iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu. Orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut. Rasulullah berkata: Seorang yang mendapat taufiq untuk beramal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu. Beramal dengan amal yang baik itu lebih manis dari madu. Berbuat amal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut. Maka, saatnya zaman ini bicara. Hati yang bersih lebih cantik dari berbagai merk HP yang cantik itu. Sopan santun dalam berbicara jauh lebih manis dari madu. Irit bicara di zaman globalisasi ini semakin sulit dari meniti rambut. Suatu saat nanti akan semakin banyak orang berdemonstrasi tutup mulut dan memplaster mulut-mulut mereka sendiri sebagai protes bahwa dunia ini sudah semakin banyak orang bebas bicara, tapi tidak mampu menyelesaikan masalahnya dengan perbuatan nyata, bukan riya (ingin dipuji!). Pandai-pandailah menempatkan diri saat bicara agar tidak menghakimi orang lain, bila perlu sampaikanlah permohonan maaf terlebih dahulu kalau-kalau ada salah ucap untuk menjaga perasa-

an orang lain. Itu perlu, meskipun ada Hadits berbunyi seperti ini: Qulil haqqo walau kaana murron (katakan yang benar sekalipun pahit). Selain itu Allah SWT mengingatkan, Al-Fitnatu asyaddu minal qotlu (Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan). Hendaknya kita sadari bahwa tantangan yang dihadapi bangsa ini semakin berat. Perlu tindakan yang positif yang lahir dari setiap pribadi sebagai solusi untuk menyelesaikan persoalan bangsa ini, bukan dengan cara ikut-ikutan bicara yang bukan urusannya. Renungkanlah!, karena persoalan bangsa ini tidak akan selesai dengan debat di forum politik, tapi perlu tindakan nyata. Ucapan dan tindakan hendaknya menyatu dari ketulusan setiap pribadi. Jadilah pribadi-pribadi yang cepat tanggap dengan segala persoalan serta berusaha memperbaiki diri, sebelum diperbaiki orang lain. Damailah bangsaku, damailah warga masyarakat Banten yang tetap kokoh dalam menjaga nilai-nilai persatuan dan kesatuan untuk mengarungi kehidupan berbangsa dan bernegara berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Semoga irit bicara banyak bekerja menjadi solusi mengatasi segala persoalan yang semakin kompetitif di negeri ini. Wallahualam. *). Penulis adalah Kasubag Penerbitan dan Distribusi Humas Pemprov Banten.

LINTAS PERISTIWA

Edisi : 3 Tahun Pertama 2009

Gubenur : Kiprah Notaris Penting dalam Menunjang Iklim Investasi


ubernur Banten, Hj, Ratu Atut Chosiyah membuka Konferensi Ikatan Notaris Indonesia (INI) wilayah Banten di Convention Hall Hotel Permata, Cilegon, (Rabu, 03/06). Acara ini dihadiri sebanyak 700 notaris seProvinsi Banten. Dalam kesempatan ini, Gubernur menyampaikan bahwa kiprah para notaris sangat penting dalam menunjang dan membantu pemerintah melaksanakan program pembangunan. Gubernur mencontohkan, penerbitan akta untuk perusahaan yang berbadan hukum merupakan alat bukti sebagai subjek alat hukum. Akta ini menurut Gubernur sebagai penunjang pembangunan ka-

rena harus dimiliki perusahaanperusahaan atau investor yang akan menanankan modalnya di Banten. Apabila tidak ada notaris, investor tidak bisa masuk. Sebagai mitra pemerintah, keberadaan notaris sangat membantu dalam memberikan kepastian hukum. Oleh karena itu, kemitraan antara pemerintah dengan para notaris selama ini berjalan dengan baik agar dapat lebih ditingkatkan, ajak Gubernur. Di sisi lain, Gubernur berharap agar para notaris dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Saat ini perkembangan pembangunan di Banten mengalami

kemajuan yang siginifikan. Hal ini tidak terlepas dari peran notaris. Kami meminta para notaris terus bersinergi bekerja sama dengan pemerintah guna mendukung percepatan pembangunan di Banten dalam keabsahan kepemilikan, papar Gubernur. Sementara itu, Ketua INI Pusat, Adiran Djuaini mengatakan, peran notaris di Banten dalam membantu pemerintah sudah berjalan cukup baik. Notaris sebagai pejabat umum yang diangkat oleh negara untuk membantu pemerintah dalam hal pembuatan akta sebagai bukti otentik, baik itu untuk perusahaan perseroan terbatas maupun yang lainnya, paparnya.

40 Anggota Forum Kehumasan Dilatih Jurnalistik

Gubernur Minta Dukungan Pusat untuk Pengembangan Kawasan Strategis

ebanyak 40 anggota Forum Kemuhasan yang tersebar diseluruh Dinas Badan Biro dan Kantor (Dibarokan) dilatih jurnalistik. Selain diwajibkan memahami dasar-dasar jurnalistik, dan dilatih tata cara membuat Press Realis mereka juga diwajibkan mampu menguasai iptek terkait pengiriman Press Relais melalui media internet. Pelatihan dilangsungkan di Hotel Patrajasa, Anyer, Kabupaten Serang, terhitung sejak Selasa hingga Rabu kemarin (8-9/6). Kepala Biro Humas Provinsi Banten Drs. H. Nandy

Mulya S, MM menyatakan, pelatihan jurnalistik bagi anggota forum kemuhasan bertujuan memberikan wawasan agar seluruh anggota forum yang telah diberikan SK oleh Gubernur Banten efektif dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Para narasumber sengaja kami datangkan dari praktisi media atau wartawan yang bertugas di Provinsi Banten, katanya. Selama ini, lanjut Nandy, banyak sekali kegiatan positif yang dilangsungkan di lembaga-lembaga teknis namun tidak terpantau wartawan. Akibatnya informasi

yang mestinya diketahui masyarakat jadi tidak terekspose di media. Mudah-mudahan dengan adanya pelatihan ini, informasi-informasi penting terkait program dan perencanaan pembangunan bisa cepat sampai ke masyarakat, ujarnya. Terlibat dalam pelatihan itu sejumlah pimpinan media cetak dan elektronik lokal, wartawan lokal dan nasional yang biasa bertugas di Provinsi Banten. Antara lain para praktisi media dari Banten TV, Fajar Banten, Radar Banten dan Harian Umum Berita Kota.

ubernur Banten, Hj, Ratu Atut Chosiyah meminta dukungan Pemerintah Pusat untuk pengembangan kawasan strategis, kawasan andalan, dan kawasan cepat tumbuh yang berada di wilayah Banten. Menurut Gubernur hal ini akan disampaikannya saat pembahasan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) tahun 2009 dalam rangka Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2010 yang berlangsung di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (12/05). Acara ini dibuka oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono dan dihadiri oleh

Wakil Presiden Jusuf Kalla serta sejumlah menteri kabinet Indonesia Bersatu. Provinsi Banten akan menyampaikan hal-hal yang akan dibicarakan terkait percepatan pembangunan di Banten, ungkapnya. Gubernur juga menjelaskan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bojonegara, kilang minyak Bojonegara, pengembangan terminal elpiji, pembangunan Jembatan Selat Sunda, pengembangan kawasan wisata Tanjung Lesung Pandeglang dan pembangunan Bandara Perintis Banten merupakan masalah yang menjadi isu utama dalam pembangunan di

Banten. Selain itu, Gubernur juga menambahkan pihaknya juga akan membicarakan percepatan pembangunan waduk Karian dan waduk Sindang Heula, pembangunan infrastruktur penunjang pengembangan kawasan industri dan kawasan pariwisata untuk meyerap tenaga kerja. Sedangkan untuk di daerah Selatan, Panimbang-Pandeglang, pengembangan jaringan irigasi dan bendung untuk kawasan pertanian, pengembangan jaringan jalan lintas selatan Jawa, serta peningkatan listrik perdesaan menuju Banten terang 2012.

Edisi : 3 Tahun Pertama 2009

LINTAS PERISTIWA Pemprov. Banten dan PT. Angkasa Pura II Tanda Tangani MoU
pihak, serta membangun kemitraan strategis dalam merancang pengembangan dan pengelolaan Bandara sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku. Dalam MoU ini terdapat 10 kajian kerjasama, diantaranya pengembangan serta pengawasan dan pengendalian aksesibilitas dari dan ke Bandara. Gubernur Banten, Hj. Ratu Atut Chosiyah mengemukakan keinginan Pemprov. Banten untuk melakukan pelebaran jalan tol Tangerang menuju Bandara, tepatnya jalan tol Karang Tengah Prof. Dr. Sediyatmo. Jalur ini direncanakan akan dilebarkan 40 meter dari ukuran sebelumnya. Pemprov. Banten memang telah mencoba untuk menata kembali Tata Ruang di Provinsi Banten untuk meningkatkan potensi daerah, diantaranya mencoba melakukan perbaikan akses jalan tol ke arah Banten, ungkap Gubernur. Kajian lainnya yaitu investasi serta dukungan terhadap kontribusi atas pengelolaan Bandara berupa PAD yang diberikan oleh PT. Angkasa Pura II ke Pemprov. Banten dalam bentuk kontribusi, sarana transportasi, keselamatan operasi penerbangan, mewujudkan kawasan ber wawasan lingkungan dan bebas rokok serta pencegahan peredaran obat terlarang. Gubernur Banten, Hj Ratu Atut Chosiyah mengharapkan MoU ini dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak dan dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat khususnya di wilayah Provinsi Banten. Kita berharap agar hubungan Provinsi Banten dengan PT. Angkasa Pura II ini bisalebih baik, kata Gubernur. Ditambahkannya Pemprov Banten akan memfasilitasi Nota kesepahaman ini dengan mengupayakan suatu peraturan daerah untuk mendukung kelancaran Nota Kesepahaman ini. Selanjutnya Gubernur mengharapkan Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang sebagai kawasan penyangga Bandara, ikut berpartisipasi dalam hal pengembangan dan pengelolaan Bandara Soekarno Hatta ini. Sementara itu Direktur Utama (Dirut) Angkasa Pura II, Eddy Haryoto mendukung kebijakan yang disusun oleh Pemprov. Banten. Kebijakan yang disusun Pemprov. Banten kita harapkan membuat Bandara Soekarno Hatta lebih maju lagi, harapnya. Hadir pada acara tersebut Ketua DPRD Provinsi Banten, Asda I ,Asda II Provinsi Banten, para kepala SKPD Provinsi Banten, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang para Direksi dan Komisaris PT Angkasa Pura II (persero).

Pemerintah Provinsi (Pemprov.) Banten dengan PT Angkasa Pura II (Persero) tanda tangani Nota Kesepaham atau MoU kerjasama pengembangan dan pengelolaan Bandara Udara Soekarno HattaTangerang di Auditorium Gedung 600 Angkasa Pura II Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (9/6).
aksud dari Nota Kesepahaman ini sebagai pedoman dan landasan perencanaan dan persiapan

dalam melakukan kajian kerjasama yang saling menguntungkan dalam pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh masing-masing

Gubernur Minta Kabupaten/Kota Benahi Perda Perijinan


ja pemerintahan di Provinsi Banten, ungkapnya. Sementara itu selain mengeluhkan rumitnya perijinan, para pengusaha juga mengeluhkan kondisi jalan yang rusak sebagaimana disampaikan Sekretaris Jenderal Himpunan Pengusaha Wilayah Serang, Mohan. Menurutnya kondisi jalan di Banten banyak rusak dan belum diperbaiki. Banyak jalan yang merupakan akses menuju kawasan industri justru mengalami kerusakan. Kami berharap Pemerintah dapat segera memperbaiki jalan rusak sehingga diharapkan akan banak investor datang ke Banten, jelasnya. Menanggapi keluhan tersebut, Gubernur membenarkan masih banyaknya jalan rusak di Provinsi Banten. Menurut Gubernur, saat ini saja 50% jalan negara dalam kondisi rusak. Gubernur menjelaskan perbaikan jalan selalu terganjal aturan kewenangan antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/ kota. Sebenarnya Pemprov. Banten selalu mengupayakan perbaikan jalan. Namun demikian terdapat sejumlah jalan yang sama sekali tidak bisa disentuh provinsi dikarenakan hal tersebut menjadi kewenangan pemerintah pusat, jelas Gubernur.

13. 000 Tagana Siap Hadapi Bencana


Sebanyak 13.000 anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) di Provinsi Banten siap menghadapi dan membantu bencana yang mungkin terjadi. Para Tagana tersebut disebar di seluruh kabupaten/kota seProvinsi Banten.

ubernur Banten, Hj. Ratu Atut Chosiyah meminta kepada Pemerintah Kabupaten/ Kota (Pemkab/Pemkot) seProvinsi Banten untuk membenahi Peraturan daerah (Perda) tentang perijinan di wilayahnya masing-masing. Menurut Gubernur, Perda tentang Perijinan yang saat ini berlaku dinilai belum berpihak kepada para investor dikarenakan proses perijinannya masih rumit dan berbelit-belit. Hal ini disampaikan Gubernur saat melangsungkan

dialog dengan para pengusaha di Kawasan Industri Modern-Cikande, Kabupaten Serang, Rabu (27/05). Dalam dialog itu, para pengusaha masih mengeluhkan proses perijinan yang diberlakukan disetiap daerah oleh Pemda. Untuk itu, saya meminta kepada Pemkab/Pemkot yang sudah memiliki Perda Perijinan harus segera direvisi karena menyulitkan para investor untuk datang ke Banten, jelas Gubernur. Adapun proses perijinan yang masih dikeluhkan antara lain Surat Ijin Tem-

pat Usaha (SITU) dan ijin domisili yang selalu harus diperpanjang setahun sekali. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), dan Analisa Dampak Lingkungan (Amdal). Kabupaten/Kota yang memiliki Perda Perijinan meliputi Pemkab. Serang, Lebak , Tangerang dan Kota Cilegon. Hingga saat ini para pengusaha mengaku masih menemukan sejumlah kendala tentang perijinan tersebut. Jika kondisi ini dibiarkan, selaku Gubernur saya khawatir akan berdampak buruk bagi kiner-

ernyataan ini disampaikan oleh Sekjen Tagana Banten, Gatot saat peresmian Sekreatriat Pusat Koordinasi Tagana di Jalan Lingkar Selatan Ciracas, Kota Serang, Kamis lalu . Hadir dalam acara tersebut, Kepala Dinas Sosial Banten Yunadi Syahroni mewakili Gubernur Banten. Selanjutnya Gatot menyampaikan bahwa pihaknya telah memetakan titik-titik rawan bencana di Provinsi Banten, baik bencana yang disebabkan oleh alam maupun kesalahan manusia. Oleh karena itu, Tagana bermaksud membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) yang akan menjadi ujung tombak Tagana saat terjadi bencana, ujarnya. Dalam sambutan

Gubernur Banten yang dibacakan Kepala Dinas Sosial Provinsi Banten dikatakan bahwa secara geografis, wilayah Banten memang rawan bencana. Contohnya letusan Gunung Krakatau tahun 1883 yang menewaskan lebih dari 36 ribu jiwa. Sementara itu dalam bencana Situ Gintung akhir Maret lalu di Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan menelan korban jiwa 99 orang. Bencana ini harus diantisipasi. Tagana sebagai organisasi mitra pemerintah harus menjadi yang terdepan saat bencana terjadi. Selanjutnya kami berharap keberadaan gedung ini dapat menjadi sarana bagi anggota Tagana Banten untuk berkoordinasi dan menyusun program kerja, ungkapnya.

LINTAS PERISTIWA

Edisi : 3 Tahun Pertama 2009

Gubernur Serukan Konservasi Keanekaragaman Hayati Laut Harus Tetap Di Jaga


MAKSUD dan tujuan World Ocean Confrence (WOC) & Coral Triangle Initiative (CTI) adalah usaha yang didukung oleh akademisi, peneliti lingkungan, pemerintah, LSM dan lembaga-lembaga non provit lainnya untuk sama-sama melestarikan lingkungan laut, trumbu karang dan habitat lainnya yang hidup di laut. Kita juga ingin laut dan pantai kita lestari, di laut ada kehidupan dan penghidupan untuk kita kata Gubernur. Namun seperti diungkapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kondisi konservasi laut dihadapkan pada masalah pemanasan global yang berefek pada mencairnya es di Kutub Utara dan Selatan sehingga kondisi permukaan air laut naik dan mengancam manusia apabila dibiarkan tanpa adanya pemeliharaan lingkungan. Lambat laun efek dari global warming atau pemanasan global dalam jangka panjang dapat menyebabkan tenggelamnya beberapa daratan atau pulau. Kita tahu 70% luas permukaan bumi adalah lautan. Dan kalau dibiarkan gunung-gunung es di Kutub maka perlahan-lahan akan terjadi abrasi yang mengancam keselamatan kehidupan di daratan ungkap Presiden. Konser vasi laut dan trumbu karang di daerah segitiga Asia Pasifik yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua New Guinea dan Kepulauan Solomon yang kondisi alam lautnya masih baik untuk tetap di jaga dan dipelihara. Menurut para ahli, laut adalah sumber daya alam terbaharukan. Menjaga adalah lebih mudah dari pada memperbaharui dari kondisi yang rusak kata Susilo Bambang Yudhoyono. Agenda utama World Ocean Confrence (WOC) & Coral Triangle Initiative (CTI) adalah Deklarasi Manado, yang point-pointnya adalah konservasi laut dan keanekaragaman hayati laut, mengurangi efek pemanasan global, pelarangan terhadap eksplorasi dan eksploitasi laut yang berlebihan, penggunaan produk yang dapat di daur ulang, larangan pembuangan limbah produk yang dapat merusak kondisi air permukaan dan air laut dan penangkapan ikan menggunakan produk-produk yang dilarang dan mengurangi sampah-sampah yang mengganggu pertumbuhan ikan dan terumbu karang. Baik Gubernur Banten maupun Presiden RI samasama sepakat menyelamatkan dunia untuk generasi yang akan datang, perubahan iklim telah mempengaruhi kondisi di bumi. Kita tidak dapat mengendalikan cuaca atau iklim tetapi cara terbaik saat ini selamatkan lingkungan dari kerusakan, mudah-mudahan dengan menyelamatkan laut, kita dapat mengawali upaya konservasi mengurangi efek pemanasan global, ungkap Presiden.

Gubernur Banten-Hj.Ratu Atut Chosiyah yang turut menghadiri World Ocean Confrence (WOC) & Coral Triangle Initiative (CTI) atau Konferensi Kelautan Dunia dan Segitiga Terumbu Karang Asia Pasifik di Grand Kawanua II Novotel Conventional Center di Manado Sulawesi Utara, Kamis (14/5) mengungkapkan harapan efek Deklarasi Manado berimbas ke Banten.

Wagub Berharap Kerjasama Daerah Lebih Ditingkatkan

Seba Baduy
wilayah Banten, seperti Gunung Karang, Gunung Pulosari, Gunung Aseupan, Gunung Honje, dan Ujung Kulon agar dipelihara kelestariannya melalui penegakan hukum oleh pemerintah. Dalam sambutannya, Gubernur Banten mengatakan pihak Pemprov. Banten siap menerima titipan amanat untuk bersamasama dengan warga Baduy dan pihak berwenang lainnya dalam menjaga kelestarian alam di Banten. Selama ini keberadaan warga Baduy dalam menjaga dan melestarikan alam sangat signifikan dalam menyelamatkan dunia dari pemanasan global, Dalam kesempatan ini juga Gubernur menyatakan apresiasinya atas partisipasi warga Baduy yang amat tinggi saat berlangsungnya pemilihan calon legislatif bulan April lalu. Hal ini merupakan sejarah dan prestasi tersendiri bagi warga Baduy. Saya harap pada Pilpres mendatang agar wara Baduy ikut memilih semua, kata Gubernur. Pada pemilihan calon legislatif tersebut dari 10.940 waga Baduy sekitar 1.400 warga menggunakan hak pilihnya dari 6.300 DPT. Dalam kesempatan itu warga Baduy yang diwakili Ayah Mursid menyerhkan sebuah buku brjudul Baduy Bicara. Ayah Mursid memita Gubernur untuk mencetak dan memperbanyak buku tersebut. Tujuan penerbitan buku ini menurut Ayah Mursid untuk meluruskan pemberitaan dan informasi tentang Baduy yang selama ini masih banyak yang salah. Menanggapi hal ini, Gubernur siap membantu dan memperbanyak buku tersebut.

epuluh provinsi yang tergabung dalam Mitra Paja Utama (MPU) yaitu Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur melangsungkan rapat (raker) di Hotel JW Marriot Surabaya, 16 - 18 Juni 2009. Pada raker ini Provinsi Banten diketuai oleh Wakil Gubernur (Wagub) H. M. Masduki didampingi Asisten Tata Praja Syafrudin Ismail, Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi Banten Winaryono dan Kepala Bapeda Provinsi Banten Widodo Hadi. Raker dibuka oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Mardiyanto. Dalam sambutannya Mendagri menegaskan kepada para seluruh kepala daerah bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, hendaknya daerah harus melakukan kerja sama antar daerah. Menurutnya kerjasama harus dilakukan untuk mencegah timbulnya konflik perbatasan antar daerah, perebutan sumber daya alam yang ada diperbatasan, tumpang tindihnya surat ijin pengelolaan sumber daya alam serta penerbitan surat atas tanah di daerah perbatasan. Ditambahkannya hal ini penting dilaksankan untuk mewujudkan keserasian hubungan antara daerah sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergi progam pembangunan antara pemerintah daerah. Mendagri juga mengharapkan

kepada pimpinan daerah hendaknya terus menggali dan mengelola potensi daerah secara profesional dan efisiensi guna membiayai pembangunan daerah. Kerjasama antara daerah penting dilakukan karena diharapkan akan mampu mengurangi dampak negatif atas kesalahan daerah tetangga. Selain hal tersebut pembangunan tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri tanpa adanya bantuan dari daerah lain, papar Mendagri. Sementara itu selaku tuan rumah, Gubernur Jawa Timur Sukarwo mengatakan maksud dan tujuan Raker MPU ini yaitu untuk mengevaluasi programprogram yang telah dilaksanakan. Lebih lanjut Sukarwo mengharapkan dengan Raker MPU tahun 2009 atau yang ke 9 ini, masing-masing daerah mempunyai potensi sumber daya alam yang bisa dikerjasamakan. Menyikapi hal ini Wagub Banten H. M. Masduki mengharapkan Raker MPU ke 9 lebih menekankan kepada masalah-masalah yang ada di daerah perbatasan antar provinsi seperti masalah pendidikan, kesehatan hendaknya bisa ditangani secara bersama sehingga tidak adanya ketimpangan bagi warga perbatasan, khususnya di Provinsi Banten dan warga perbatasan provinsi yang lainnya. Pada intinya, kerjasama antara daerah agar dapat lebih ditingkatkan, harap Wagub.

ebanyak 1.837 orang, terdiri dari warga Baduy Dalam dan Baduy Luar yang berasal dari 12 desa, diantaranya Cigemblong, Cisimeut di Kecamatan Leuwi Damar, Kabupaten Lebak melakukan seba ke Pemprov. Banten, Sabtu (2/5). Seba merupakan tradisi warga Baduy yang dilakukan setelah panen sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang diterima oleh warga Baduy. Seba pada tahun 2009 ini merupakan Seba Agung. Pada tahun 2008, seba hanya diikuti oleh sekitar 800 orang. Pada seba ini, warga Baduy diterima oleh Gubernur Banten, Hj. Ratu Atut Chosiyah, unsur Muspida, dan pejabat Pemprov. lainnya. Kepada Ibu Gede (Gubernur) warga Baduy menyerahkan beberapa hasil bumi, misalnya beras, gula, dan pisang. Mereka juga memanfaatkan seba ini untuk menyampaikan aspirasi. Perwakilan suku Baduy, yaitu Jaro Dainah dan Wakil Jaro Tangtu Tilu Ayah Mursid menitipkan alam yang berada di

Edisi : 3 Tahun Pertama 2009

LINTAS PERISTIWA

Pelaksanaan TMMD Lampaui Target P


enyelesaian program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) yang digelar di desa Tanjung Sari Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang selama 21 hari ternyata melebihi target yang diharapkan. Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah menyampaikan apresiasi ini setelah mendapat penjelasan dari Bupati Serang, Taufik Nuriman. Jika dikalkulasikan, pemerintah memperoleh keuntungan sekitar Rp 350 juta. Untuk program TMMD ini, Pemerintah Kabupaten Serang mengucurkan dana Rp. 400 juta padahal pelaksanaannya hingga Rp. 700 juta, kata Gubernur. Dengan adanya kegiatan TMMD, kami sebagai pemerintah mengucapkan terima kasih, karena terbukti banyak perubahan yang dihasilkan dari kegiatan TMMD tersebut. Provinsi Banten masih terdapat 318 desa lagi yang terisolasi, mudah-mudahan tahun selanjutnya ada lagi kegiatan TMMD, dan kita akan berupaya untuk terus membantu baik dari segi materil maupun moril, ujar Atut. Dalam sambutannya, Taufik Nuriman, menjelaskan bahwa pelaksanaan TMMD ke 82 di Desa Tanjungsari, berhasil melampaui target yang direncanakan. Seperti rehabilitasi rumah jompo, awalnya hanya merehabilitasi 5 rumah jompo, namun bisa merombak total 3 rumah dan 3 rehabilitasi. Dengan dana dari Pemkab Serang sebesar 400 juta, kita bisa melakukan kegiatan baik fisik maupun non fisik dengan nilai kegiatan sebesar 765 juta, ujarnya.. Bupati Kabupaten Serang Taufik Nuriman mencontohkan, beberapa program menonjol yang melebihi target diantaranya adalah pembangunan jalan. Pembangunan jalan itu dalam rencana kerja hanya 2,1 ki-

Wagub Himbau Perbankan Bantu UMKM

lometer. Tetapi ternyata faktanya bisa sampai 3,8 kilometer. Selanjutnya, rehabilitasi rumah warga yang rusak berat awalnya hanya empat rumah, tetapi ternyata bisa sampai 6 rumah. Tiga rumah bahkan dibangun ulang, kata Taufik . Menurut bupati, hal ini terwujud karena adanya kemauan dan kerja keras TNI dan masyarakat setempat. Kegiatan pembangunan fisik yang berhasil dilakukan TMDD adalah pengerasan jalan sepanjang 3,8 km, rehab jembatan sebanyak 3 unit, pembuatan gorong-gorong beton sebanyak 5 buah, jembatan cor 3 unit, rehab 6 rumah jompo, rehab masjid 1 unit, rehab 2 mushola, pembuatan 1 poskamling, pengerasan jalan ke MCK Kampung sepanjang 200 m, dan pengecatan lapangan bulu tangkis Pelaksanaan TMMD di Desa Tanjungsari, Kecamatan Pabuaran, yang dilaksanakan dari tanggal 02 Juni 22 Juni mempekerjakan sebanyak 2.730 orang yang tergabung bersama-sama dengan masyarakat. TMMD sendiri melibatkan sekitar 150 prajurit TNI yang berada di bawah komando Pangdam III Siliwangi Mayjen Rasyid Qurnuen Aquary. Selain itu, TMMD juga ternyata dapat meningkatkan motivasi masyarakat desa sini untuk turut membangun desanya. Setiap harinya ada 150 warga yang dilibatkan dalam kerja bakti serta gotong royong pembangunan. Jadi total dalam 21 hari ada sekitar 3.150 orang yang ikut membangun, kata Atut. Selain Gubernur Banten, penutupan TMMD ke 82 di Desa Tanjungsari, Kecamatan Pabuaran, Senin (22/6), juga dihadiri Bupati Serang Taufik Nuriman, Walikota Serang Bunyamin, Kapolda Banten Brigjen Polisi Rumiah, Kapolres Serang AKBP Indra Gautama, Ketua DPRD Kabupaten Serang Hasan Maksudi, serta beberapa kepala dinas terkait.

Wakil Gubernur (Wagub) Banten, HM. Masduki menghimbau perbankan di Banten agar dapat membantu akses permodalan bagi Usaha Mikro Menengah (UMKM).
antuan ini menurut Wagub sangat penting agar UMKM dapat terus eksis menghidupkan perekonomian di Banten. Menurut Wagub, minimnya modal yang dimiliki para pengusaha UMKM membuat mereka terpaksa gulung tikar karena kalah bersaing dengan pengusaha besar. Mengantisipasi hal ini, Wagub menghimbau agar perbankan yang beroperasi di wilayah Banten agar menjalin kemitraan dengan pelau UMKM dengan memberikan pinjaman dan agunan rendah. Himbauan ini disampaikan Wagub saat membuka pameran Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat provinsi tahun 2009 yang berlangsung di

Alun-Alun Barat Kota Serang, Selasa (19/05). Dalam pameran yang diikuti oleh 50 instansi ini Wagub meminta ajang ini tidak hanya dijadikan kegiatan seremonial belaka tetapi harus benar-benar mampu memberdayakan kemandirian dan peningkatan ekonomi. Tema kemandirian tidak akan memiliki arti jika tidak dibarengi tekad yang kuat, tegas Wagub. Selanjutnya Wagub menjelaskan pemerintah bertanggung jawab dalam mengentaskan kemiskinan dan pengembangan wilayah terutama masyarakat desa melalui pembinaan secara langsung terhadap UMKM. TTG harus disosialisasikan kepada UMKM agar dapat

dipergunakan dan memudahkan mereka dalam melaksanakan tugas, papar Wagub. Ditambahkannya pula agar TTG juga murah dan ramah lingkungan. Mengenai tindak lanjut optimalisasi TTG, Wagub menyampaikan Pemprov. Banten siap memfasilitasi pinjaman keuangan dari perbankan untuk pengembangan dan pemasaran teknologi. Satu diantaranya melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR dapat diakses untuk pinjaman hingga Rp. 1 miliar. Tergantung dari industri yang mengajukan dan tentunya tetap memperhatikan prosepek, papar Wagub. Sedangkan mengenai jaminan pinjaman, Wagub mengatakan saat ini sudah ada Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo). Pemprov. Banten mungkin juga akan membuat semacam lembaga pengembangan produksi tepat guna melalui perusahaan daerah atau BUMD.

Pemprov Banten Sambut Baik Operasionalisasi BTS Indosat di Ciboleger

akil Gubernur (Wagub) Banten H.M. Masduki menyambut positif komitmen setiap operator yang melakukan inisiatif dalam percepatan pembukaan akses telekomunikasi di daerah pedalaman seperti yang dilakukan oleh Indosat. Terobosan ini sangat diharapkan dapat membantu meningkatkan potensi pariwisata di Banten, ungkapnya. Hal ini disampaikan Wagub saat menyaksikan operasionalisasi tower Base Transceiver Station (BTS) milik PT. Indosat Tbk di Ciboleger, Kanekes, Leuwidamar, Lebak, Rabu (13/05). BTS ini merupakan BTS telekomu-

nikasi selular pertama dan satusatunya yang menjangkau kawasan Ciboleger yang dihuni komunitas Baduy. Direktur Utama Indosat, Johny Swandi Sjam usai peresmian mengatakan kehadiran BTS yang berbatasan langsung dengan lokasi komunitas Baduy merupakan bukti komitmen Indosat untuk terus aktif membuka akses layanan bagi masyarakat di wilayah pedalaman agar dapat menggali potensi di wilayah sekitar. Dengan operasionalisasi BTS ini diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan memudahkan akses komunikasi terutama bagi wisatawan karena masyarakat di Ciboleger

dan sekitarnya belum pernah mendapat akses layanan telekomunikasi dari operator manapun, papar Johny Ditambahkannya, kehadiran BTS ini diharapkan pula dapat mendorong dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani dan membuka ladang. Pada acara ini digelar bantuan pendidikan kepada tiga Sekolah Dasar, bantuan untuk sarana ibadah, dan bantuan sosial kepada sejumlah penduduk Baduy yang beberapa waktu lalu tertimpa musibah kebakaran. Layanan lainnya yaitu pengobatan gratis bagi masyarakat dan ibu hamil.

Gubernur Banten beserta gubernur se-Indonesia menghadiri Musrenbang di Hotel Bedikara Jakarta.

Gubernur meninjau Pabrik, PT YASUNAGA dan berdialog mengenai iklim investasi

Gubernur menerima kunjungan kerja Mendagri ke Provinsi Banten.

Gubernur Banten menandatangani Prasasti penggunaan Gedung Dinas Pendidikan Provinsi Banten.

Gubernur Banten melakukan Kunjungan kerja ke PT Nippon Saiki Cikande Banten.

Dialog Gubernur Banten dan Dunia usaha dalam rangka meningkatkan realisasi investasi di Kawasan Modern Cikande.

Menteri Pertanian Anton Apriantono bersama Gubernur Banten, Hj. Rt. Atut Chosiyah, Walikota Tangerang, Wahidin Halim, dan Sekjen Holtikultura Departemen Pertanian membuka Pekan Flora-Flori Nasional di Tangerang City.

Gubernur Banten menandatangani nota Kesepahaman Provinsi Banten dangan PT. Angkasa Pura II di Bandara Soekarno-Hatta.

Apel kesadaran Nasional Tingkat Provinsi Banten dilaksanakan rutin pada tanggal 17 setiap bulan.

Wakil Gubernur Banten didampingi Direktur Utama PT. Indosat dan warga Baduy meninjau BTS tunggal PT. Indosat di Desa Kanekes Kab. Lebak.

Wakil Gubernur manyaksikan salah satu hasil karya peserta pameran usia membuka Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat Provinsi Banten di Alunalun Barat Kota Serang.

Dharma Wanita provinsi Banten memberikan bantuan Pendidikan kepada pelajar, keluarga Dharma Wanita Provinsi Banten Golongan I dan II.

P R O F I L

Edisi : 3 Tahun Pertama 2009

Pelabuhan Karangantu yang berlokasi di desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten pernah menjadi gerbang dagang internasional Banten masa lalu yang tidak lepas dari peran Banten sebagai kota niaga yang telah maju pada penguasaan Islam. Penetapan pusat kerajaan Banten di Surosowan Banten oleh Sunan Gunung Djati dilihat dari segi politik dan ekonomi adalah untuk memudahkan hubungan dengan pesisir Sumatra melalui Selat Sunda. Situasi ini berkaitan dengan keadaan politik di Asia Tenggara.

Karangantu Akan Diaktifkan Kembali Menjadi Gerbang Dagang Nusantara


Catatan Sejarah Pelabuhan Karangantu
asa itu Malaka telah jatuh ke tangan Portugis. Hal ini menyebabkan para pedagang muslim yang sedang bermusuhan dengan Portugis segan singgah di Malaka dan mencari pelabuhan lain yang dikuasai Islam sehingga mereka mengalihkan jalur perdagangan ke Selat Sunda. Banten saat itu memegang peranan penting khususnya di bidang perdagangan. Bandar Banten merupakan bandar internasional dan dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari Arab, Persi, Gujarat, Birma, Tiongkok, Perancis, Inggris dan Belanda. Tome Pires pada tahun 1523 mengunjungi pelabuhan Banten, Pires menyebutkan bahwa Banten telah menjadi pelabuhan kedua terpenting setelah Kalapa. Banten telah menjadi pelabuhan pengekspor beras dan lada. Dari pelabuhan Banten tiap tahun telah diekspor lada sebanyak seribu bahar. Pengaruh perdagangan internasional agaknya tidak menyebabkan penduduk kota menjadi masyarakat konsumtif. Gejala ini dapat dibuktikan melalui data arkeologis yang berhasil dikumpulkan sejak tahun 1976 di situs Banten Lama. Beberapa situs arkeologis yang ditemukan antara lain berkenaan dengan kegiatan produksi, tempat penyimpanan dan komoditi dari situs tersebut berbagai artefak ditemukan. Dapat dibayangkan betapa besar dan ramainya pasar Banten saat itu. Tiap tahun banyak perahu Cina yang berlabuh di Banten. Mereka

PROFIL DAERAH

datang untuk berdagang dan melakukan perdagangan dengan cara barter dengan lada sebagai bahan utamanya. Tahun 1614 di Banten ada 4 buah perahu Cina yang rata-rata berukuran 300 ton. J.P. Coen mempunyai catatan bahwa 6 buah perahu Cina membawa barang dagangan bernilai 300.000 real. Selain sebagai pedagang, orang- orang Cina datang di Banten sebagai imigran. Cina etnis pedagang yang paling berperan di Banten, terutama sebagai pembeli dan pegangkut lada untuk didistribusikan. Orang-orang Gujarat juga membawa bahan-bahan pakaian untuk ditukar dengan lada di Banten. Tetapi di penghujung abad XVI terdapat catatan bahwa volume angkut para pedagang Asia Barat dari Banten lebih kecil dari yang bisa dilakukan oleh para pedagang Cina. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1598 sebanyak 18.000 karung lada telah dinaikkan ke 5 kapal Cina, dibandingkan pada tahun yang sama para pedagang Gujarat mengangkut 3.000 karung dan VOC tak lebih dari 9.000 karung. Menurut sumber Belanda kapal-kapal Cina yang datang ke Banten pada setiap tahunnya antara 810 kapal yang masing-masing berdaya angkut maksimum 50 ton. Pada lain laporan disebutkan 5-8 kapal Cina bertonase sampai 100 ton datang setiap tahunnya. Sementara itu catatan dari pelaut Prancis menyatakan 9-10 kapal besar, sedangkan sumber Inggris menyebutkan 36 kapal Cina yang seluruhnya bertonase

sampai 300 ton. Lebih jauh catatan J.P. Coen (1614) menyebutkan tak kurang dari 6 kapal Cina tiba di Banten setiap tahunnya dan membawa kembali kargo barang senilai 300.000 real. Jenis-jenis Barang Yang Diperdagangkan Menurut de Houtman (1596) barangbarang yang dibawa dan diperdagangkan orang Cina ialah sutra, laken, beludru, benang emas, taplak, bejana perunggu, panci coran dan tempaan, cermin, sisir, kacamata, belerang, pedang Cina, kipas angin, akar-akar Cina dan payung. Sementara itu keramik merupakan barang dagangan khusus karena mendapat tempat tersendiri. Pedagang India menjual bahan dagangan dari bahan kaca, gading, permata, kain, mentega, dendeng, daging asin, beras, gandum, minyak, gula, lak, tembaga, sutra, saputangan, dan bedak ; sedangkan pedagang dari Siam membawa beras, timah, tembaga, peti berukir, dan barangbarang buatan Cina. Sementara itu pedagang dari Timur Tengah yang terdiri dari orang Arab dan Parsi membawa obatobatan dan batu permata (delima), tekstil yang terdiri dari tidak kurang dari 20 jenis. Pedagang Eropa yang pertama kali datang ke Banten adalah Belanda yaitu pada tahun 1596 dengan tujuan mencari rempah-rempah. Ternyata mereka juga membawa barang dagangan antara lain pakaian tenun seperti pedagang Eropa

lainnya yaitu orang Portugis. Beras merupakan bahan makanan dan hasil bumi paling pokok di Asia Tenggara, selain bahan makanan lain seperti talas, ubi, sagu dan jenis gandum yang telah mendahului domestikasi padi. Jawa adalah pengekspor beras terbesar ke Malaka, antara lain berasal dari Banten, Kalapa, Batavia dan tempat-tempat di Maluku. Begitu kemampuan mengekspor beras tersebut menurun, baik akibat blokade militer atau oleh proses pemiskinan, segera muncul areal-areal persawahan baru. Hoare menyatakan kekagumannya: Hampir tak bisa dipercaya orangorang Banten pada tahun 1630-an mengetahui arus-arus sungai mana saja yang telah/dapat mereka bendung dan betapa suburnya tanah persawahan yang mereka miliki dalam 2 tahun terakhir akibat pemupukan-pemupukan. Garam didatangkan dari Jarata, Gresik, Pati dan Juwana. Orang biasanya membeli 800 gantang seharga 150.000 perak dan menjual di Banten seharga 1.000 perak setiap 3 gantang. Dari Banten inilah garam antara lain disebarkan ke Sumatera (Baros, Pariaman, Tulang Bawang, Indra Giri dan Jambi). Meski pun lada menjadi hasil utama Banten, namun begitu cabai dari Amerika kemudian sangat disukai di Jawa, dan penguasa Banten menggunakan cabai sebagai pengganti lada. Catatan armada pertama yang tiba di Banten juga melihat melimpahnya stok madu di pasar Banten

12

Edisi : 3 Tahun Pertama 2009

P R O F I L
dari Jepang, Siam dan Annam. Hal ini disebabkan antara lain dengan dihancurkannya pusat pembuatan keramik milik kerajaan Cing-te cen sehingga terjadi kemunduran produksi keramik secara drastis. Disebutkan bahwa, VOC telah mengapalkan 80 bentuk keramik Jepang untuk konsumsi Batavia, dan wilayah sebelah baratnya. Keramik-keramik Jepang tersebut dipesan VOC dari Deshima dengan menerapkan bentuk dan desain disesuaikan dengan kebutuhan orang Eropa. Salah satu jenis keramik Jepang yang hadir di Surosowan adalah keramik Arita, yang sekaligus memperlihatkan tingkat peran dan hubungan antara Banten Lama dengan Jepang pada abad XVII M. Selain mengapalkan porselen Jepang dari berbagai pos dagang di pelabuhanpelabuhan Jepang, VOC juga mengapalkannya dari Pulau Formosa ke Batavia, yang selanjutnya disebarkan ke cabangcabang VOC di luar Indonesia. Sedangkan untuk perdagangan antar pulau, sebagian besar dilakukan oleh perahu-perahu Indonesia. Ini menunjukkan luasnya alur distribusi keramik dari Jepang, meski pun bagi Eropa keramik-keramik Jepang dianggap kurang bermutu tinggi. Keramik yang diperdagangkan antara lain meliputi piring, mangkuk, cepuk, tempayan, guci, cangkir, kendi, teko, dan cawan. Perdagangan keramik di Banten masih terlihat sampai awal abad ke-19 walau pun perdagangan dan pengiriman keramik tidak lagi seramai abad sebelumnya. Di samping barang-barang dari luar negeri yang dipasarkan di Banten, terdapat juga barang hasil dalam negeri, seperti semangka, ketimun, gula, madu, gambir, bambu, senjata, ayam, kambing, beras, lada, minyak dan garam. Fungsi pasar di Banten setidaknya meliputi: (1) tempat terakumulasinya hasil-hasil lokal (hasil bumi, ternak dan industri), (2) tempat distribusi barang-barang ekspor dan impor, (3) sumber utama penghasilan kerajaan, dan (4) tolok ukur ekonomi kesultanan secara makro. Sementara itu peranan pasar di Banten meliputi: (1) akses dan asset ekonomi kesultanan, (2) penentu dan pemantap satuan harga barang terhadap mata uang-mata uang tertentu yang diedarkan sebagai alat tukar sah di Banten, dan (3) instrumen perdagangan lokal, interlokal, regional dan internasional. Setelah collapse-nya kesultanan secara politis dan militer, fungsi dan peran pasar (pasar-pasar) Banten tersudut pada aliran barang, jasa dan orang yang berskala amat kecil. Dari hasil penelitian arkeologi tahun 1976 saja dapat diidentifikasikan mata uang logam yang bertuliskan huruf Arab berbahasa jawa Pangeran Ratu ing Banten adalah mata uang yang dikeluarkan oleh raja Banten. Hal tersebut dapat mengacu pada simbol dan sebutan raja Banten diantaranya Maulana Muhammad yang bergelar Pangeran Ratu ing Banten yang memerintah Banten tahun 1580 sampai dengan 1596. Menurut Willem Lodewyksz, pada tahun 1596 ada tiga buah pasar yang ada di Banten berfungsi sebagai pusat perdagangan lokal dan perdagangan internasional yang sangat pesat. Di antara para pedagang asing yang datang di Banten ialah orang-orang Cina, menyusul pedagang Portugis, Belanda, Inggris dan Prancis. Mereka membawa barang dagangan yang terdiri dari pakaian tenun yang biasa dibawa oleh pedagang Eropa lainnya. Mata uang logam Cina yang pernah diketemukan de Houtman dan Kaizer adalah berupa uang tembaga yang disebut caixe, yang telah beredar di Banten. Peranan mata uang picis, real dan uang chien yang terbuat dari tembaga, ternyata uang chien-lah yang lebih tinggi harganya di Banten, jika dibandingkan dengan mata uang lainnya. Mata uang Cina sebagai mata uang asing masuk pertama kali di Banten yakni pada tahun 1590, saat mana raja Cina, Hammion, membuka kembali peredaran mata uang Cina di luar negeri setelah dua puluh tahun menutup kemungkinan karena khawatir akan adanya inflasi di negaranya. Untuk memberikan gambaran nilai sebuah mata uang dapat digambarkan sebagai berikut 1 atak = 200 picis, 1 bungkus = 10.000 picis, 1 peku = 1.000 picis, 1 keti = 100.000 picis. Hal tersebut berarti bahwa saat itu uang picis adalah lebih rendah jika dibanding harga mata uang logam lainnya. Sebagai contoh dalam menentukan harga dari seorang budak per hari dapat disewa dan harus setor pada majikannya sebesar 1.000 picis (1 peku), berikut makan 200 picis. Harga makanan untuk orang Barat per hari menghabiskan rata-rata 1 atak. Di Banten bagi seorang yang berani membunuh pencuri akan mendapat hadiah dari Sultan sebesar 8 peku. Adapun harga seekor ayam di Mataram pada tahun 1625 rata-rata 1 peku. Menurut orang Cina di Banten, dari hasil pembelian 8 karung lada dari pegunungan seharga 1 keti dan dijualnya ke pasar Karangantu seharga 4 keti, kejadian tersebut tercatat pada tahun 1596. Harga pasaran tidak selalu stabil seperti yang diharapkan, permasalahannya ialah akibat nilai harga picis yang sulit untuk bertahan lama. Seperti terjadi pada tahun 1613, ada perubahan nilai pecco yang secara drastis terpaksa harus turun, tercatat 34 dan 35 peccoes = 1 real; ini berarti pula pengaruh uang asing yang masuk ke Banten dapat mempengaruhi stabilitas pasar di Karangantu saat itu. Pada tahun 1618, J.P. Coen merasa tidak senang dengan turunnya nilai mata uang picis di Jawa, bahkan tercatat sejak tahun 1596 di Sumatra pun telah mengalami kemerosotan nilai tukar uang picis sampai dengan 1 : 8,500. Rupanya percaturan politik ekonomi di Asia Tenggara, dari kehadiran beberapa mata uang di pasaran bebas, Banten memegang peranan penting dalam penentuan standar harga barang dan nilai mata uang pada saat itu, dengan bersandarnya beberapa perahu Cina yang bermuatan lada dari Jambi untuk di perjualbelikan di Banten. Variabilitas jenis mata uang yang beredar pada satu wilayah ekonomi, memperlihatkan sistem moneter dari administrasi politik yang bersangkutan. Nilai nominal yang terkandung pada mata uang (kertas, logam, atau lainnya), memberikan informasi mengenai satuan nilai mata uang sebagai alat pembayaran yang sah, sedangkan pada logam, nilai intriksiknya adalah pada nilai logamnya (tembaga, timah, perak, suasa atau emas). Di Banten, ditemukan 4 jenis mata uang logam, yakni mata uang logam Banten, Belanda, Inggris dan Cina. Mata uang Banten terdiri dari dua tipe, yakni (1) bertera tulisan Jawa, berlubang segi enam, diameter antara 2,10-3,10 cm, tebal 0,050,20 cm, diameter lubang 0,40-0,60 cm, dan terbuat dari perunggu, (2) bertera tulisan Arab, berbentuk bulat berlubang bulat, diameter 1,90-2,40 cm, tebal 0,050,16 cm, diameter lubang 0,60-1,20 cm, terbuat dari timah. Mata uang Belanda di Banten ditemukan lebih bervariasi jenisnya (8 jenis) yang dapat dibedakan dari tahun terbitnya yang terletak di bawah monogram. Salah satu sisi mata uang berlambang propinsi-propinsi Belanda yang mengeluarkan mata uang masing-masing, kecuali sebuah di antaranya bertuliskan Java 1807. Sisi lain dari tiap mata uang biasanya berlambang VOC atau Nederl. Indie. Mata uang Belanda di Banten berpenanggalan 1731-1816. Bentuk mata uang logam Inggris (EIC) hampir sama dengan bentuk mata uang logam Belanda/VOC, terutama dari ukuran dan bahan. Mata uang Inggris di Banten hanya ditemukan satu tipe dengan dua variasi. Pada satu sisi berlambang perisai berbentuk hati terbagi dalam 4 bagian oleh garis menyilang, yang masing-masing bagian tersusun satu huruf yang keseluruhannya berbunyi VEIC. Sebuah pada sisi lainnya bertera tulisan Arab dan sebuah lagi bertera gambar timbangan. Pada salah satu sisi mata uang Cina terdapat tulisan Cina yaitu: YUNG CHENG TUNG PAO = Coinage of Stable Peace, yang berarti pembuatan mata uang untuk kestabilan dan perdamaian. Sedang pada tulisan sebaliknya diketahui sebagai huruf Manchu yang belum dapat dikenali artinya. Mata uang Cina tersebut berbentuk bulat berlubang segi empat, diameter 2,25-2,80 cm, tebal 0,10-0,18 cm dan diameter lubang 0,45-0,60 cm. Penelitian sebaran mata uang logam di Banten diarahkan pada ruang-ruang di dalam dan di luar benteng. Dari 437 keping mata uang logam yang ditemukan di eksekavasi, 92 ditemukan di luar benteng dan 345 dari dalam benteng Surosowan. Menjadi Pelabuhan Nusantara Menghargai kebesaran sejarah Pelabuhan Karangantu dan Banten masa lalu, Pemerintah Provinsi Banten dalam waktu dekat akan mendorong percepatan perubahan status Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Karangantu menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu yang akan segera dilaksanakan pada tahun ini. Hal utama yang melatarbelakangi perubahan PPP Karangantu menjadi PPN adalah mewujudkan pelabuhan perikanan yang akan berperan sebagai pusat pengembangan usaha perikanan dan pusat pertumbuhan ekonomi berbasis perikanan. Kondisi saat ini luas pelabuhan Karangantu hanya berkisar 2,5 Ha, akan tetapi kapal-kapal nelayan yang singgah di pelabuhan tersebut baik dari Pulau Jawa maupun luar Pulau Jawa pertahunnya mencapai 20 ribu kapal. Dengan statusnya yang akan ditingkatkan menjadi PPN, luas pelabuhan harus ditambah untuk mengantisipasi kapal-kapal yang singgah yang akan datang lebih banyak lagi. Dibutuhkan lahan seluas 15ha untuk memenuhi persyaratan menjadi pelabuhan nusantara. Selain akan dibangun dermaga besar, di pelabuhan Karangantu ini akan dijadikan kawasan terpadu sebagai kawasan pengolahan ikan. Saat ini, Pemerintah Provinsi Banten sedang mengupayakan sertifikasi tanah sekitar 6.000 meter persegi lahan yang ada di areal Pelabuhan Karangantu. Melalui perubahan status pelabuhan tersebut Pemerintah Provinsi Banten berharap akan meningkatkan perekonomian masyarakat, baik sekitar pelabuhan maupun masyarakat Banten pada umumnya, karena tidak hanya pasar lokal saja yang akan membeli ikan dari Banten. Potensi lestari sumberdaya ikan relatif besar sekitar 6,4 juta ton/thn yang merupakan peluang bagi pertumbuhan ekonomi nasional serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan status PPP menjadi PPN akan berorientasi pada tiga pilar kebijakan nasional yaitu kebijakan untuk mengurangi kemiskinan (Pro Poor), Kebijakan menciptakan lapangan pekerjaan (Pro Job), kebijakan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Pro Growth). Setelah terjadi peningkatan status Pelabuhan Karangantu harus mampu mengakomodir kapal-kapal tuna long line yang beroperasi di Zona Economy Exclusive (ZEE) Samudera Hindia yang saat ini keberadaan kapal-kapal tersebut sudah tidak tertampung lagi di PPS Nizam Zachman Jakarta dan PPS Cilacap. (dari berbagai sumber)

yang berasal dari pasokan Palembang dan Timor. Pusat-pusat kehidupan yang penting di Asia Tenggara sarat dengan ramuan jamu dan obat-obatan. Setidaknya orang-orang Belanda yang pertama mendarat di Banten menyaksikan paling tidak 50 jenis ramuan jamu rempah-rempah yang dijajakan pada counter khusus di Pasar Banten. Perdagangan interlokal dapat diketahui dari kehadiran pedagangpedagang dari daerah di wilayah Indonesia, yaitu orang Sumatra, Gresik, Juwana, Makasar, Maluku, Solor dan Sumbawa. Pada umumnya mereka berdagang rempah-rempah seperti lada dan cengkeh. Karangantu merupakan tempat yang memegang peranan, baik sebagai pelabuhan sekaligus sebagai pasar untuk usaha meningkatkan jual beli barang dagangan, seperti tekstil dan keperluan sehari-hari lainnya. Di kota Banten ada beberapa macam tipe jual beli sesuai dengan fungsi pasar di Banten Lama seperti yang tertulis dalam babad Banten. Pasar Karangantu De Houtman telah menggambarkan Pasar Karangantu secara mendetail dan terperinci yaitu: tempat penjualan semangka, mentimun dan kelapa merupakan kelompok A. Tempat penjualan gula dan madu dalam periuk-periuk, masuk kelompok B. Kelompok C menggambarkan tempat penjualan kacang, kelompok D tempat penjualan tebu dan bambu, kelompok E tempat penjualan keris, pedang dan tombak. Kelompok F tempat pakaian laki-laki, kelompok G tempat penjualan bahan pakaian wanita. Kelompok H tempat penjualan rempah-rempah, benih dan biji-biji kering. Kelompok I tempat orang-orang Benggala dan Gujarat menjual barang besi dan barang tajam. Khusus kedai orang Cina digambarkan pada kelompok K. Adapun L adalah tempat penjualan daging, M tempat penjualan ikan, N tempat penjualan buahbuahan, O tempat penjualan sayur-sayuran, P tempat penjualan marica, Q tempat penjualan brambang (bawang), R tempat penjualan beras, S kios untuk pedagang, T tempat penjualan emas dan permata. Pada urutan kelompok lain terpisah dengan kelompok bagian dalam dan disebutkan kelompok V, yaitu perahu-perahu asing yang penuh dengan muatan bahan makanan, pada kelompok akhir yaitu kelompok X adalah tempat penjualan unggas. Dalam berita Cina disebutkan bahwa pedagang Cina adalah orang asing pertama yang mengunjungi Banten, dan Valentyn menyatakan bahwa jika di Banten tidak ada orang Cina, maka pasar-pasar tersebut akan menjadi sepi karena pasar sebagian besar dikuasai oleh pedagang Cina. Mereka membawa sutra, laken, beludru, benang emas, keramik, taplak, bejana perunggu, panci tembaga, air raksa, peti hias, kertas aneka warna, almanak, emas tempaan, cermin, sisir kacamata, belerang, pedang Cina, kipas angin, akar-akaran Cina dan payung. Sedangkan keramik, sebagai barang dagangan yang mereka bawa, merupakan barang dagangan yang cukup penting, yang antara lain dibuktikan oleh terdapatnya tempat tersendiri bagi para pedagang keramik. Pada tahun 1596, orang Belanda untuk pertama kali datang Ke Banten untuk mencari rempah-rempah. Lama kelamaan para pedagang tersebut ingin memonopoli perdagangan rempah-rempah dan keramik. Pada tahun 1602, Belanda mendirikan kantor dagang VOC di Banten untuk menguasai perdagangan rempah-rempah dan keramik; dari sinilah kekuasaan VOC berkembang dan VOC berperan sebagai penyalur keramik ke Eropa. Di samping keramik dari Cina, VOC juga menyalurkan keramik-keramik

13

Diversifikasi Pangan
Diversifikasi/penganekaragaman pangan adalah upaya peningkatan konsumsi aneka ragam pangan dengan prinsip gizi seimbang.
Oleh : Ir. Hj. Eneng Nurcahyati *
ndang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan menjelaskan bahwa pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan pengolahan dan atau pembuatan makanan dan minuman. Sedangkan ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Dalam pelaksanaan ketahanan pangan, pemerintah menetapkan dan menyelenggarakan kebijakan mutu pangan nasional dan penganekaragaman pangan. Pemerintah melaksanakan pembinaan yang meliputi upaya mendorong dan meningkatkan kegiatan penganekaragaman pangan yang dikonsumsi masyarakat serta pemantapan mutu pangan tradisional. Diversifikasi Pangan Diversifikasi/penganekaragaman pangan adalah upaya peningkatan konsumsi aneka ragam pangan dengan prinsip gizi seimbang. Penganekaragaman pangan diselenggarakan untuk meningkatkan ketahanan pangan dengan memperhatikan sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal. Penganekaragaman pangan sebagaimana dimaksud diatas dilakukan dengan 1) meningkatkan keanekaragaman pangan, 2) mengembangkan teknologi pengolahan dan produk pangan serta 3) meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi anekaragam pangan dengan prinsip gizi seimbang (PP Nomor 68/2002 tentang Ketahanan Pangan, Pasal 9). Kebijakan pemerintah didalam percepatan penganekaragaman konsumsi pangan meliputi 1) Mendorong penganekaragaman pola konsumsi pangan masyarakat berbasis pangan lokal agar hidup sehat dan produktif, 2) Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat untuk mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman, 3) Mendorong pengembangan teknologi pengolahan pangan, terutama pangan lokal non beras, guna meningkatkan nilai tambah dan nilai sosialnya. Beberapa masalah utama dalam diver-

SOSIAL BUDAYA

Edisi : 3 Tahun Pertama 2009

Sebagai Komponen Penguatan Ketahanan Pangan

sifikasi pangan adalah 1) belum tercapainya skor Pola Pangan Harapan, 2) masih terjadi kecenderungan pada peningkatan konsumsi pangan (nabati dan hewani) produk impor dan menurunnya konsumsi pangan sumber karbohidrat lokal, 3) Cukup tingginya kesenjangan mutu gizi konsumsi pangan antara masyarakat desa dan kota, 4) Lambatnya perkembangan dan penyebaran serta penyebaran teknologi pengolahan pangan lokal untuk meningkatkan kepraktisan dalam pengolahan, nilai gizi, nilai ekonomi, nilai sosial serta citra dan daya terima, 5) Kurangnya fasilitasi kebijakan makro, perdagangan, dukungan anggaran dan kemitraan untuk mendorong dan memberikan insentif bagi dunia usaha dan masyarakat dalam mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal, 6) Kurangnya fasilitasi pemberdayaan ekonomi dan pengetahuan untuk meningkatkan aksesibilitas pada pangan be-

14

Edisi : 3 Tahun Pertama 2009

SOSIAL BUDAYA

Budidaya kerang hijau salah satu upaya meningkatkan ketahanan pangan.

ragam, bergizi seimbang dan aman. Pemerintah dan masyarakat mempunyai tanggung jawab didalam mewujudkan ketahanan pangan. Pemerintah bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan. Sedangkan masyarakat berperan dalam menyelenggarakan produksi dan penyediaan, perdagangan, distribusi dan Diperlukan berbagai upaya guna mempercepat diversif ikasi pangan di tingkat rumah tangga, mengingat masih banyak ditemukan permasalahan konsumsi pangan diantaranya konsumsi beras masih tinggi, industri pangan belum menunjang non beras, pola konsumsi seimbang masih terbatas serta perubahan budaya makan. Program P2KPG di Banten Pada tataran aplikasi diversifikasi pangan diwujudkan dalam kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Gizi (P2KPG) dengan sasarannya adalah aparat seperti petugas penyuluh dan guru serta kelompok wanita, anak sekolah dasar/Madrasah Ibtidaiyah, orang tua murid, pengusaha pangan lokal dan kelompok lainnya. Pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan P2KPG meliputi 1) pemberdayaan kelompok wanita (ibu hamil, ibu menyusui, ibu punya anak balita dan wanita pasangan usia subur, 2) memberikan pengetahuan anak sejak usia dini tentang pola makan beragam, bergizi seimbang dan aman, 3) mengembangkan pemanfaatan pekarangan sebagai sumber penyedia pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman bagi keluarga, 4) mendorong dan menstimulasi pengembangan usaha kecil bidang pangan yang mengolah pangan lokal menjadi produk antara (intermediate product). Indikator keberhasilan program P2KPG adalah apabila semakin beragam dan seimbangnya pangan sumber karbohidrat serta aneka pangan sumber pro-

tein, vitamin dan mineral dalam menu makan sehari-hari, meningkatnya citra pangan lokal, meningkatnya pemanfaatan pekarangan, meningkatnya peran masyarakat dan usaha kecil dalam memanfaatkan sumberdaya pangan lokal dalam pengembangan bisnis pangan, meningkatnya partisipasi masyarakat dalam bisnis pangan termasuk penciptaan menu makanan yang beragam, bergizi dan seimbang melalui pengembangan teknologi kuliner berdasarkan kearifan dan budaya lokal, serta semakin berperannya perguruan tinggi dalam pengembangan teknologi pangan lokal. Secara sederhana diversifikasi pangan diawali dengan membiasakan konsumsi pangan pokok sumber karbohidrat dengan tidak menggantungkan pada konsumsi beras. Selain secara nasional konsumsi perkapita beras sudah cukup tinggi (135 kg/kapita/tahun), juga ketersediaan pangan sumber karbohidrat dari umbi-umbian di Banten termasuk cukup baik seperti pada tahun 2007 produksi ubi kayu 117.549 ton dan ubi jalar 33.693 ton sedangkan jagung 20.723 ton (Sumber, BPS Provinsi Banten 2007). Persepsi masyarakat tentang belum makan kalau belum makan nasi merupakan satu tantangan tersendiri bagi BKPD dalam mempromosikan penganekaragaman pangan lokal. Komposisi zat gizi nasi dalam 100 gram dapat diganti dengan 100 gram singkong, 50 gram jagung, 200 gram kentang, 50 gram sagu atau 150 gram ubi. Sehingga kekhawatiran psikologis masyarakat tentang konsumsi pangan pokok non beras secara perlahan dapat berubah menjadi kebutuhan penting dalam konsumsi sehari-hari. Dilain pihak citra pangan lokal umbi-umbian juga menjadi baik, membudaya serta diharapkan kedepan menjadi kebutuhan sebagaimana beras. Sebagai gambaran tingkat konsumsi masyarakat di Banten Rata-rata konsumsi kalori perkapita pada tahun 2005 sebesar 2046,10 Kkal/kpt/hr dan tahun 2007 sebe-

sar 2079,79 Kkal/kpt/hr. Sedangkan ratarata konsumsi Protein perkapita pada tahun 2005 sebesar 59,16 Gr/kpt/hr dan tahun 2007 sebesar 62,39 Gr/kpt/hr. Sebagai perbandingan, rata-rata tingkat konsumsi kecukupan energi di Banten adalah sebesar 2000 kkal/kapita/hari dengan 52 gr/kapita/hari. Untuk memudahkan masyarakat umum di dalam mengaplikasikan kecukupan energi dan protein dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 3. Sebagai salah satu kegiatan yang menunjang peningkatan percepatan konsumsi pangan dan gizi memasuki triwu-

SMA/SMK yang berlokasi di kabupaten/ kota serta melalui berbagai kegiatan pada lembaga non formal yang bekerjasama dengan SKPD lain yang memiliki kegiatan serupa. Memasuki pertengahan triwulan-I BKPD Provinsi Banten telah melaksanakan kegiatan sosialisasi diversif ikasi dan keamanan pangan di sekolah, diantaranya SDN Kalanganyar 3 Labuan, SMPN 1 Menes Kabupaten Pandeglang dan SDN Drangong Kota Serang. Jumlah sasaran setiap sekolah minimal 100 siswa dengan dukungan anggaran dari APBD Tahun

Tabel.1. Konsumsi Pangan Beragam Bergizi Seimbang yang Sesuai dengan Kaidah Gizi Seimbang
NO 1. KELOMPOK PANGAN SUMBER KARBOHIDRAT KONSUMSI BAHAN PANGAN (gram/kapita/hari)

Padi-padian Umbi-umbian Gula

275 100 30 150 35 250 10 20

2.

SUMBER PROTEIN

Pangan hewani Kacang-kacangan

3. 4.

SUMBER VITAMIN - Sayur dan buah


RASA + PELARUT VITAMIN + MINERAL

Minyak/lemak Buah/biji berminyak

lan dua tahun 2009, BKPD Provinsi Banten akan melakukan promosi dengan menggunakan media publikasi radio swasta melalui kegiatan talk show dan pemutaran iklan layanan masyarakat. Sedangkan pada lembaga pendidikan juga dilakukan sosialisasi dengan segmentasi sasaran anak sekolah dasar, SMP dan

2009. Pada kegiatan tersebut juga melibatkan lembaga tingkat kabupaten seperti Badan Pemberdayaan Perempuan dan Badan Ketahanan Pangan. *** *) Penulis adalah Kepala Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Banten.

15

LIPUTAN KHUSUS

Edisi : 3 Tahun Pertama 2009

Sektor pertanian menyumbang 7,77 persen terhadap PDRB Banten pada tahun 2006 dan 7,93% pada tahun 2007.

Tekad Banten Sebagai Sentra Tanaman Hias


elama sepekan, tanggal 24 29 Juni silam, Provinsi Banten men jadi tuan rumah pameran holt ikultura, khususnya buah-buah an dan bunga-bungaan dengan tajuk Pekan Nasional Flora dan Flori Nasional (PF2N). Pameran tersebut merupakan ajang promosi dan transaksi pelaku bisnis bunga dan buah-buhan di nusantara, bahkan dengan mancanegara. Penyelenggaraan PF2N di Banten tidak terlepas dari potensi Banten sebagai daerah pertanian, khususnya tanaman hias. Lihat saja, produksi tanaman hias di Banten. Pada tahun 2007 mencapai 1.600.188 tangkai. Pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 61,36% menjadi 4.141.532 tangkai. Produksi tanaman hias ini menyumbang kontribusi sebesar 2,03% terhadap produksi nasional yang mencapai 203.669.658 tangkai. Untuk pengembangan holtikultura di Banten, tidaklah sulit. Provinsi Banten sebagian besar wilayahnya merupakan daerah pertanian. Luas lahan pertanian adalah 872.112 ha yang terdiri dari lahan sawah 196.589 ha atau sebanyak 22,55% dan lahan kering 675.354 ha atau 77,45%. jumlah penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani adalah sebanyak 25% dari jumlah penduduk 9.083.144 jiwa. komoditas pertanian di banten didominasi palawija seperti kacang, jagung, kedelai, cabe bawang dan serta tanaman holtikultura lainnya. produksi pertanian

itu, saat ini masih diproduksi untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk konsumsi daerah sekitarnya. Di sektor pertanian, Provinsi Banten selama kurun waktu tahun 2006-2007, menunjukan perkembangan yang cukup baik. PDRB atas dasar harga berlaku untuk sektor pertanian pada tahun 2006 adalah Rp. 7.604.853,80 juta dan terus meningkat pada tahun 2007 menjadi Rp. 8.523.310,07 juta. Sektor pertanian menyumbang 7,77 persen terhadap PDRB Banten pada tahun 2006 dan 7,93% pada tahun 2007. Sebenarnya, laju pertumbuhan sektor pertanian berfluktuatif. Namun hampir semua subsektor pertanian mengalami kenaikan signifikan pada tahun 2007. Pada tahun 2007, produksi padi Provinsi Banten mencapai 1.816.140 ton gabah kering giling, pada tahun 2008 mencapai 1.818.166 ton, sedang target pada tahun 2009 2.000.000 ton. Sentra produksi padi terbesar di Kabupaten Pandeglang. Komoditi palawija yang paling banyak dihasilkan di Provinsi Banten pada tahun 2007 adalah ubi kayu yakni sebanyak 117.562 ton. Pada tahun 2007 daerah produsen ubi kayu terbesar adalah kabupaten serang 48.974 ton (41,66% dari total produksi ubi kayu Provinsi Banten) dan Kabupaten Lebak sebanyak 30.886 ton (26,28%) Pada tahun 2008 produksi hortikultura khususnya buah-buahan 367.104 ton,

sayuran 129.179 ton, tanaman hias 4.141.532 tangkai, dan biofarmaka 7.183 ton. Sedangkan sasaran ataupun target pada tahun 2009 ini untuk buahan-buahan 392.453 ton (6,91%), sayuran 145.972 ton (13%), tanaman hias 4.721.341 tangkai (14 %), dan biofarmaka 8.775. Sehubungan dengan potensi hortikultura yang sangat luas, maka telah dikembangkan berbagai kebijakan, salah satunya kawasan pengembangan holtikultura komoditi unggulan. Diantaranya kawasan unggulan mangga, durian, pisang, manggis, melon, rambutan, cabe merah, melinjo, anggrek , dan sedap malam. Dengan demikian diharapkan di Provinsi Banten, terdapat kampung melon, kampung durian, dan kampung-kampung buah lainnya, ujar Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, Ir. Agus Tauhid. Disamping itu, dikembangkan pula sayur-sayuran dataran sedang dan dataran tinggi, serta tanaman hias dan Tangerang dan Tangerang Selatan. Menjadi tuan rumah penyelenggaraan P2FN tidak terlepas dari potensi Banten dalam pengembangan tanaman hias dan tanaman holtikultura lainnya. Provinsi Banten, dengan salah satu kotanya, yakni Kota Tangerang sudah dikenal sebagai sentra tanaman hias. Banyak produk tanaman hias dari Kota Tangerang, khususnya Kecamatan Karang Tengah mengalir ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan ke mancanegara.

Posisi Banten untuk pengembangan tanaman hias sangat menjanjikan. Maklum, posisinya sangat strategis karena memiliki akses jalan tol ke berbagai sentra pemasaran. Selain itu sebagai pintu gerbang ekspor Bandara Internasional Soekarno Hatta. Berbekal berbagai potensi itu, Banten bertekad menjadi sentra tanaman hias. Untuk itu, di Kota Tangerang saat ini direncanakan membangun Sentra Flora Tangerang, yang akan berfungsi sebagai pusat perdagangan dan informasi tanaman hias. Pembangunan sentra tanaman hias, sanhat didukung Walikota Tangerang, Drs. H. Wahidin Halim. Bahkan, pada pembukaan P2FN, Walikota Tangerang ini meminta lahan kosong milik Depatemen Hukum dan HAM RI di Tangerang seluas 250 ha, untuk dijadikan sentra holtikultura. Menurut Wahidin, pemanfaatan lahan untuk mengembangkan hortikultura sehingga dapat meningkatkan sektor tanaman hias di Kota Tangerang. Sektor tanaman hias merupakan bagian agrobisnis karena sebagian besar pengelolanya para petani kecil dan menengah. Pada akhirnya dapat menopang perekonomian negara, ujarnya. Pemkot Tangerang, sambung Wahidin, mempunyai komitmen untuk mengembangkan tanaman hortikultura untuk mempertahankan keseimbangan alam Kota Tangerang yang telah bergeser dari kota pertanian kepada industri perdagangan dan jasa.*** (kusma)

17 16

Edisi : 3 Tahun Pertama 2009

LIPUTAN KHUSUS

anaman hias menjadi magnet untuk meraup dolar. Bebera pa Negara yang terjun di bis nis tanaman hias sudah bisa menikmati devisa ekspornya. Total perdagangan tanaman hias dunia mencapai 90 miliar dollar AS. Transaksi itu jauh lebih besar dibanding transaksi alas kaki (sepatu) yang hanya 60 miliar dolar AS. Costarica, menggeluti bisnis tanaman hias sejak tahun 1970. Kini devisa yang diperoleh sudah mencapai 400 juta dollar AS per tahun. Kolombia terjun di bisnis ini setahun sebelum Costarica. Saat ini, devisa yang mengalir ke negara itu mencapai 1 miliar dollar AS per tahun. Bagaimana Indonesia? Indonesia baru menghasilkan devisa sebesar 15 juta dollar AS. Bagi pelaku bisnis, tanaman hias sangat menjanjikan. Dalam satu kali ekspor untunya sangat besar. Beberapa pelaku bisnis, menuturkan, pendapatannya bisa mencapai Rp200 juta per tahun. Ambil contoh, tanaman hias jenis hanjuang (cordyline). Tanaman hias ini, harga bibitnya Cuma Rp2.500 per tanaman dengan

tinggi 25 cm. Kalau dipelihara selama satu tahun, tingginya bisa mencapai 1 meter, harga jualnya Rp10 ribu. Biaya perawatan Rp2.500. Sehingga selisih keuntungannya Rp5 ribu. Dalam satu hektar, populasinya bisa mencapai 40 ribu pohon. Sehingga, dalam satu kali panen, petani bunga hanjuang bisa meraih keuntungan Rp200 juta. Di DKI Jakarta, kontribusi PDB dari komoditas tanaman hias terhadap PDB hortikultura selama beberapa tahun terakhir menunjukkan rata-rata peningkatan yang signifikan, sehingga mengantarkan PDB hortikultura menempati urutan kedua setelah tanaman pangan. Nilai PDB tahun 2006 paling tinggi dari periode dua tahun sebelumnya, dengan nilai Rp. 5.719 miliar pada tahun tersebut atau meningkat lebih tinggi dari tahun 2005 dan 2004 yakni masing-masing Rp. 4.662 miliar dan Rp. 4.609 miliar, dan terus mengalami peningkatan lebih besar lagi. Rata-rata peningkatan PDB tersebut sekitar 11,91 persen, untuk buah-buahan meningkat 3,41 persen, sayuran 7,78 persen dan komoditi tanaman biofarmaka meningkat sebesar 147,14 persen.

Produksi tanaman hias utama tahun 2005 menurut sumber BPS untuk anggrek 7.902.403, anthurium 2.615.999, anyelir 2.216.123, gerbera 4.065.057, gladiol 14.512.619, heliconia 1.131.568, krisan 47.465.794, mawar 60.719.517 dan sedap malam 32.611.284. Sedangkan dracaena 1.131.621 batang, melati 22.552.537 kilogram dan palem 751.505 pohon. Sementara jumlah tenaga kerja yang terserap di komoditi ini terjadi peningkatan sekitar 9,92 persen dari 1.744 orang menjadi 1.917 orang dan tenaga kerja ini hanya yang terlibat langsung di on farm belum dalam kegiatan pendukung/ penyedia jasa seperti pengumpul, packaging, pengolahan, pemasaran dan pelaku udaha lain seperti pedagang bunga di pinggir jalan dan lain-lain. Bisnis tanaman hias, sungguh menggiurkan. Untuk itu, Direktur Jenderal Departemen Pertanian Dr. Achmad Dimyati, pihaknya sedang mengupayakan agar tanaman hias Indonesia bisa go internasional. Upaya tersebut direspon, Gubernur Banten. Banten, menurut Gubernur akan terus mengembangkan budidaya tanaman hias. Selain itu, terus mengem-

bangkan pasarnya. Gubernur juga sangat antusias terhadap promosi flori dan flora di Banten. Gubernur berharap masyarakat Banten dapat menangkap peluang pasar tanaman hias. Selain itu, kegiatan promosi florid an flora di Banten dapat menambah wawasan maupun ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga bermanfaat untuk peningkatan produksi dan kontak-kontak bisnis. Direktur Budidaya Tanam Hias Departemen Pertanian Agus Wediyanto mengatakan, pasar internasional tanaman hias masih terbuka lebar. Menurutnya, permintaan dari Belanda sebanyak 30 kontainer tanaman hias belum per tahun bisa dipenuhi. Kemampuan produksi tanaman hias baru mampu mengekspor sebanyak 18 kontainer per tahun. Konon, dalam rangka mendongkrak produksi, pihak Departemen Pertanian sedang membangun kawasan tanaman hias, antara lain di Jawa, Sulawesi, Sumatera dan Kalimantan. Kawasan-kawasan itu akan disulap sebagai sentra produksi tanaman hias yang bermutu dan sesuai selera pasar internasional.*** (kusma)

Dari Tangerang Menuju Batam


POTENSI dan keragaman flori dan flora di berbagai daerah di Indonesia selama ini kurang dikenal karena terbatasnya informasi dan publikasi. Jika dikaitkan dengan semangat otonomi daerah promosi investasi termasuk produk-produk unggulan hortikultura (tanaman hias, buah, sayuran dan biofarmaka) akan dapat menjadi motor penggerak perekonomian di daerah. Dalam kaitan ini, dilakukan Pekan Flori dan Fauna Nasional yang diselenggarakan di komplek Tangerang City, Tangerang Provinsi Banten. Kegiatan yang diselenggarakan selama sepekan terhitung tanggal 24 29 Juni 2009 ini, sangat diperlukan untuk mewadahi promosi produk, penjualan langsung, kontak bisnis, serta terbangunnya jaringan usaha antar peserta. Ceremoni pembukaan dilakukan hari ini Rabu (24/ 6) yang dibuka oleh Menteri Pertanian Prof.Dr. Anton Apriantono. Hadir mendampingi pameran berstandar Nasional tersebut, Kadis Kelautan, Pertanian dan Kehutanan, drh. Suhartini, Kadis Kebersihan. Azwan, Kadis Pertanahan, Buralimar yang ikut meninjau secara langsung sehingga pelaksanaan event ini dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran bagi penyelenggaraan event serupa di Batam nantinya. Berbagai assosiasi dan pengusaha tanaman hias dan holtikultura serta 53 stand provinsi, kabupaten dan kota dari berbagai daerah di Indonesia turut ambil bagian dalam pameran tersebut. Tercatat sebanyak 340 peserta dari 29 provinsi, 42 kab/kota ambil bagian dalam pesta holtkultura tersebut. P2FN merupakan acara tahunan yang didisain untuk memperlihatkan kepada publik bahwa pemerintah baik pusat maupun daerah mempunyai komitmen yang tinggi untuk membangun industri hortikultura di Indonesia. Tujuannya, Memasyarakatkan produk hortikultura nasional (tanaman hias, buah, sayuran dan biofarmaka) kepada para konsumen, dalam upaya peningkatan permintaan pasar dalam dan luar negeri, Meningkatkan citra tanaman hias unggulan lokal dalam khazanah pemasaran dalam dan luar negeri, dan Menjadikannya sebagai forum investasi, konsultasi dan kontak bisnis. Di arena P2FN, Selain pameran tanaman hias, buah, sayuran dan biofarmaka juga diselenggarakan bursa, berbagai lomba seperti merangkai bunga, buah dan sayur, kupas dan makan buah, lomba fun-agro, lomba menggambar, kontak bisnis, demo dan kursus gratis, pertemuan, dan peserta juga dibawa untuk melakukan wisata Agro ke kebun, outlet dan pasar produk holtikultura. Pekan Flori dan Flora Nasional (PF2N) merupakan acara tahunan yang didisain untuk memperlihatkan kepada publik bahwa pemerintah baik pusat maupun daerah mempunyai komitmen yang tinggi untuk membangun industri hortikultura di Indonesia. Kegiatan ini, berawal dari Pekan Anggrek Nasional di Yogya (2002), Bandung (2003), Bali (2004), dilanjutkan dengan International Flora Show di Jakarta (2005). Maka kemudian kegiatan tersebut dikembangkan menjadi Pekan Florikultura Nasional di Semarang (2006), Mataram (2007), Tomohon (2008) dan kini di Tangerang, diperluas dengan Pekan Flori dan Flora Nasional (PF2N) diikuti oleh Pemerintahan Propinsi dan Kabupaten/Kotamadya sentra tanaman hias dan hortikultura lainnya serta di dukung oleh para pelaku bisnis yang ada di daerah-daerah tersebut. Melalui penyelenggaraan PF2N secara berkala setiap tahun diharapkan proses membangun kesepahaman (commitment building) antara Pemerintahan Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kotamadya dan para pelaku industri florikultura dan hortikultura lainnya dapat diwujudkan yang bertujuan untuk memasyarakatkan produk hortikultura nasional (tanaman hias, buah, sayuran dan biofarmaka) kepada para konsumen, dalam upaya peningkatan permintaan pasar dalam dan luar negeri, dan meningkatkan citra hortikultura unggulan lokal dalam khazanah pemasaran dalam dan luar negeri, serta Menjadikan sebagai forum investasi, konsultasi dan kontak bisnis hortikultura. Kesuksesan P2FN, sudah tidak diragukan lagi. Pada P2FN di Tangerang mampu mencapai transaksi hingga Rp1,7 miliar. Untuk itu, pemerintah bertekad untuk melanjutkan even akbar para petani holtikultura ini. Pada tahun 2010, Kota Batam sudah ditetapkan sebagai tuan rumah P2FN. *** (kusma)

17

SEPUTAR BANTEN

Edisi : 3 Tahun Pertama 2009

Reflikasi PNPM Mandiri, Membangkitkan Budaya Mandiri


Berkelanjutan Melihat keberhasilan Reflikasi PNPM Mandiri pada tahun lalu, pada tahun 2009 ini program tersebut akan dilanjutkan. S e b a g a i langkah awal, seluruh TKPK telah mengadakan pertemuan di Aula Kantor Dinas Sosial, Selasa (27/4) silam. Dalam rapat pertemuan tersebut, membahas kegiatan yang akan dilaksanakan. Selain itu, memperbaiki petunjuk teknis pelaksanaan dan pola perekrutan para KSM dan BKM untuk memperolah tenaga yang dapat diandalkan, kata Sekretaris TKPK Kabupaten Tangerang, H. Asep Kustina. Menurut H. Asep Kustina, yang juga Kabid Pemberdayaan Masyarakat pada Badan Ketahanan Pengan, Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat, tugas TKPK pada tahun 2009 lebih berat. Oleh sebab, TKPK mempunyai tugas untuk meneliti pengajuan proposal kegiatan dari masing-masing BKM. Jumlah proposal yang saat ini ada di lembaganya yang diajukan para BKM mencapai ribuan dan perlu diteliti secara selektif. Adapun tujuan akhir yang ingin diperoleh dari program Reflikasi PNPM Mandiri, adalah tumbuhkembangnya semangat swadaya masyarakat untuk mandiri dalam membangun daerah. Jika dalam kegiatan reflikasi untuk membangun jalan lingkungan, hanya disetujui anggaran untuk panjang 1.000 meter, sementara yang diperlukan 2.000 meter. Nach, sisanya dikerjakan secara swadaya oleh masyarakat. Jadi salah besar apabila, semua biaya mengharapkan dari dana hibah Reflikasi PNPM Mandiri. Pemerintah Kabupaten Tangerang di tahun 2009, direncanakan akan mengalokasikan anggaran hibah untuk kegiatan ini sekitar Rp 54 miliar lebih atau hampir sama dengan tahun lalu. Penanggungjawab kegiatan tidak lagi di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) seperti tahun sebelumnya, akan tetapi di Badan Ketahanan Pengan, Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. (edi murphik)

ntuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Kabupa ten Tangerang meluncurkan program perberdayaan masyarakat dengan nama Reflikasi PNPM Mandiri Kabupaten Tangerang. Program ini dilaksanakan sejak tahun 2008 lalu. Untuk program ini, Pemkab mengucurkan dana lebih dari Rp 54 miliar. Hasilnya, mampu menyerap, tenaga kerja sebanyak 16.090 orang. Program Reflikasi PNPM Mandiri Kabupaten Tangerang tahun 2008 yang digulirkan Bupati, H. Ismet Iskandar. Dalam pelaksanaannya, program mengadopasi PNPM pemerintah pusat. Program ini berhasil memberdayakan masyarakat di tengah badai krisis perekonomian yang terus menghimpit negeri ini, untuk kembali membangun daerahnya melalui semangat gotong royong. Masyarakat saling bahu membahu membangun daerah. Program Reflikasi PNPM Mandiri Kabupaten Tangerang, merupakan program dalam rangka mengatasi kesenjangan sosial melalui pemberdayaan masyarakat. Program tersebut dibuat dengan mencontoh model atau mengadopsi PNPM milik pemerintah pusat, dengan pembiayaan bersumber dana dari APBD Kabupaten Tangerang. Program ini dalam pelaksanaannya berpola padat karya dengan menyerap tenaga kerja dalam jumlah cukup banyak untuk pembangunan sarana prasarana fisik pedesaan/perkotaan dengan memenuhi azas pemberdayaan, partisipasi, transparansi, akuntabilitas dan kelestarian lingkungan yang berkelanjutan. Adapun tujuan Program Reflikasi PNPM Mandiri adalah sebagai upaya mengatasi krisis ekonomi yang berdampak meningkatnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran. Persoalan kemiskinan ini, dapat dilihat dari tiga pendekatan, yaitu; kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural dan kesenjangan antar wilayah. Sedangkan persoalan pengangguran lebih dipicu karena rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja. Sehingga upaya penanggulangan persoalan tersebut harus menggunakan pendekatan multi disiplin dengan berdimensi pemberdayaan. Pemerintah Kabupaten Tangerang melalui Program Reflikaksi PNPM Mandiri, pada tahun 2008 lalu mengalokasikan dana hibah sebesar Rp 54.401.548.673.-

Anggaran sebesar itu, dipergunakan untuk membiayai 853 kegiatan di berbagai sektor, seperti infrastruktur jalan lingkungan dengan pemasangan paving block, pembangunan sarana ibadah, Pos Yandu dan bidang lainya. Di bidang infrastruktur pertanian lebih dari 5 jenis kegiatan yang dibangun seperti; perbaikan irigasi pedesaan dan pengadaan sarana produksi pertanian lainya. Sementara untuk sosial keagamaan sebanyak 39 kegiatan; seperti merehabilitasi pondok pesantren, majlis taklim, masjid/mushola dan sarana keagamaan lainya. Melalui program ini pula di bedah sebanyak 310 buah rumah penduduk yang tidak layak huni, menjadi rumah yang memenuhi standar kesehatan dengan anggaran sebesar Rp 5 miliar. Masing-masing rumah yang dibedah memperoleh dana hibah Rp 5 juta Rp 17 juta. Untuk mengawal program ini agar berjalan sesuai dengan rencana, pemerintah Kabupaten Tangerang menerjunkan 60 orang konsultan guna mendampingi kelompok masyarakat ditingkat kelurahan/desa. Ketua Tim Fasilitator Program Reflikasi PNPM Mandiri Kabupaten Tangerang, Sabihis, SAG, saat evaluasi program ini mengatakan, jumlah masyarakat yang bekerja dan memperoleh upah di berbagai kegiatan sebanyak 16.090 orang dengan jumlah upah sebesar Rp 5.964.170.000.- atau rata-rata menerima Rp 3.500.000/orang selama 4 bulan. Selain tenaga kerja masyarakat yang dibayar, juga terdapat 1.172 orang tenaga kerja swadaya. Mereka dengan rela membantu kegiatan di wilayahnya, kata Sabihis. Sebagai bukti atas keberhasilan program tersebut, seluruh BKM dan KSM di 322 Kelurahan/Desa pada 36 Kecamatan di Kabupaten Tangerang, pada akhir tahun 2008 lalu mengadakan Expo Reflikasi PNPM Mandiri di seputar Lapangan Maulana Yudha Negara. Bupati Tangerang, H. Ismet Iskandar, meneteskan air mata sebagai ungkapan rasa haru dan bangga saat menyaksikan keberhasilan program tersebut. Bagaimana tidak, seputar lapangan Yudha Negara, penuh dengan banner visual yang mempublikasikan masing-masing keberhasilan. Saya bangga atas kerja keras semua pihak, sehingga program ini berhasil, kata H. Ismet Iskandar.

Kota Tangerang Mulai Lirik Agrobisnis


WALIKOTA Tangerang H. Wahidin Halim berkomitmen untuk mempertahankan keseimbangan alam Kota Tangerang yang telah bergeser dari kota pertanian ke kota industri perdagangan dan jasa melalui kebijakan yang berpihak pada upaya pelestarian dan pengembangan flori dan flora. Hal tersebut disampaikan Walikota pada acara pembukaan Pekan Flori dan Flora nasional (PF2N) tahun 2009 bertempat di komplek pertokoan Tangerang City, Rabu (24/6) yang dibuka oleh Menteri Pertanian Ir. Anton Apriantono. Lebih lanjut Walikota menambahkan bahwa suatu kehormatan bagi Kota Tangerang ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan PF2N karena masyarakatnya sudah sejak lama menginginkan adanya sentra flori flora. Kota Tangerang saat ini memiliki setidaknya 28 kelompok tani yang salah satunya dipimpin oleh Walikota sendiri, dengan produk unggulannya seperti jambu cingcalo weha yang siap untuk dibudidayakan di seluruh wilayah di Indonesia. Kota Tangerang memiliki peran penting dalam memasok kebutuhan buah dan sayuran ke Propinsi Banten dan DKI Jakarta, .dengan infrastruktur dan terbuka akses Bandara Soekarno Hatta lebih mempermudah pendistribusian produk-produk pertanian tersebut ke seluruh penjuru tanah air. Di Kota Tangerang masih terdapat 250 hektar lahan kosong yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan sentra tanaman hias, buah-buahan dan sayuran, namun mengingat lahan tersebut saat ini masih dalam kepemilikan Departemen Hukum dan Ham, maka Walikota meminta dukungan dari pemerintah pusat melalui menteri pertanian untuk dapat memanfaatkan lahan tersebut. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan sector tanaman hias yang merupakan bagian dari agrobisnis yang sebagian besar dikelola oleh para petani tingkat kecil dan menengah (UMKM) yang pada akhirnya dapat menopang perekonomian Negara. Sementara itu, menteri pertanian Ir. Anton Apriantono dalam sambutannya mengatakan bahwa PF2N ini agar dapat dijadikan sebagai wahana komunikasi, informasi dan temu bisnis bagi para pelaku usaha tanaman hias, sayuran dan biofarmatika yang terus didorong dalam rangka peningkatan devisa Negara dan kesejahteraan petani. Untuk itu, kepada para kepala daerah yang hadir diminta untuk mempermudah proses ekspor-impor para eksportir. Dan sebaliknya para eksportir juga diminta untuk dapat bersinergi dengan pemerintah daerah dalam rangka menciptakan peluang pasar.

18

Edisi : 3 Tahun Pertama 2009

SEPUTAR BANTEN

Pasar Kota Sentra Perekonomian Rakyat


Walikota Resmikan Relokasi Pasar Kranggot Sementara itu, sebelum diresmikan oleh Walikota Cilegon Pasar Kota yang berlokasi di Kelurahan Kranggot Kecamatan Jombang perelokasiannya diresmikan oleh Walikota Cilegon H.Tb. Aat Syafaat S.Sos M.Si, (22/ 4). Relokasi Pasar Baru ke Pasar Kota ini dilakukan karena lokasi Pasar Baru sudah tidak representatif untuk pasar tradisional, sehingga pasar yang lama akan dijadikan taman kota oleh Pemkot Cilegon. Tujuan dibangunnya Pasar Kota atau Pasar Kranggot ini untuk memberikan fasilitas terbaik bagi masyarakat Cilegon khususnya para pedagang. Jadikan Pasar Kota ini sebagai pusat perekonomian rakyat, papar Walikota. Relokasi Pasar Baru ke Pasar Kota ini merupakan salah satu dari empat mega proyek Pemeran 1,5 x 1,5 m2 dan 2 x 2 m2 rintah Kota Cilegon, untuk men- Los Basah (ikan) 63 sarana ciptakan pasar yang lebih reukuran 1 x 1,5 m2 presentatif dalam rangka pe- Emprakan jumlah 385 sara- ningkatan perekonomian masyana. rakat Kota Cilegon. Luas Pasar Kota hampir 4 kali lipat luas Pasar Jumlah total sarana Pasar Baru yang luasnya hanya satu Baru Cilegon : 2.362 unit hektar, sedangkan Pasar Kota 1. Toko = 60 (lokasi di blok A sekitar 4,2 hektar. dan B) Relokasi Pasar Baru ke Pasar 2. Kios = 955 (lokasi di blok B, Kota berjalan sangat kondusif, blok C, blok D, blok D, blok para pedagang dengan koopeE, blok F, blok G berjumlah ratif memindahkan barang da885 unit dan blok Swadaya 70 gangannya dari Pasar Baru ke unit). Pasar Kota. Relokasi pasar ini 3. Los semi basah = 57 (lokasi berjalan dengan lancar dan tidak di blok F). mengalami kendala apapun, hal ini berkat kerja sama Jumlah Total Keseluruhan Kios dan Toko yang baik antara PemeNO. URAIAN JUMLAH rintah Kota Cilegon dan 1.072 unit para pedagang. 1 Toko dan Kios Sekitar 2000 peda63 unit 2 Los basah (lokasi di K-5 Timur) gang kini telah menem924 unit 3 Awning pati kios, los dan auning 385 unit 4 Emprakan di Pasar Kota. Jumlah Sumber Data : Dinas Perindustrian perdagangan dan Koperasi Kota Cilegon kios yang telah dibangun Pasar Kota Cilegon yang ber- sebanyak 678 kios, sedangkan los lokasi di lingkungan Kranggot 288, selain itu disediakan auning Kelurahan Sukmajaya Kecamatan sebanyak 1078 auning. Jombang ini memiliki luas lahan Sekjen Himpunan Pedagang sekitar 4,2 hektar. Pasar yang Pasar Cilegon (HIPCI) Sudrajat, didesain lebih modern dan di- meminta kepada Pemerintah lengkapi segala infrastruktur atau Kota Cilegon untuk menambah fasilitas pendukung seperti lahan kios dan los di Pasar Kota, pasalparkir yang luas, terminal angku- nya jumlah kios dan los di pasar tan umum, akses jalan luas. Saat tersebut belum dapat menamini Pasar Kota yang juga dikenal pung seluruh pedagang. Memdengan Pasar Kranggot tengah bludaknya permintaan kios dan dilengkapi sejumlah prasarana los Pasar Kota ini menandakan diantaranya tempat ibadah. Se- banyaknya minat masyarakat buah Masjid yang diberi nama untuk berdagang, ujarnya. oleh Walikota Cilegon, Masjid Saat peresmian Pasar Kota, Abu Bakar Siddiq, tengah diban- Walikota Cilegon memberikan gun. Pasar Kota Cilegon ini pe- bantuan pinjaman modal usaha resmiannya telah dilaksanakan bagi 500 pedagang, masingbertepatan dengan Hari Jadi masing pedagang mendapat Kota Cilegon ke-10 pada tang- bantuan modal sebesar Rp. gal 27 April 2009 yang lalu. 500,000,-. (***)

eberhasilan Pembangunan di Kota Cilegon beberapa tahun belakangan ini menunjukkan perkembangan pesat, itu terbukti dengan kepercayaan para investor baik asing maupun lokal. Banyak hasil-hasil pembangunan di Kota Cilegon mampu memberikan warna tersendiri bagi masyarakat Kota Cilegon. Beberapa Program Mega Proyek yang dirancang khusus demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat berhasil dilaksanakan dengan baik. Program Mega Proyek tersebut adalah Proyek Jalan Lingkar Selatan (JLS), Pasar Kranggot, Pelabuhan Kubangsari dan Terminak Terpadu Merak (TTM). Dengan sejumlah strategi, prioritas yang terkandung dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), Pelaksanaan Pembangunan Kota Cilegon telah mampu mengakomodasikan sebagian besar tujuan Pembangunan Pemerintah Kota Pusat maupun Pemerintah Provinsi Banten. Salah satu Program roda gerak pembangunan ekonomi masyarakat adalah Pasar Kranggot yang berlokasi di Kelurahan Jombang Kecamatan Jombang Kota Cilegon. Pasar Kota Kranggot merupakan pembangunan yang men-

jadi kebanggaan masyarakat Kota Cilegon. Mengingat pasar yang lama sudah kurang memadai untuk menampung para pedagang yang jumlahnya terus bertambah. Sehingga para pedagang tumpah kejalan yang mengakibatkan kondisi pasar menjadi kumuh dan menimbulkan kemacetan. Alasan Pemerintah Kota Cilegon Merelokasi Pasar yang Lama : 1. Luas pasar yang lama sudah tidak mampu menampung jumlah pedagang, sehingga menciptakan kesemrawutan dan kemacetan. 2. Hak guna pakai telah habis selama 20 tahun tidak diperpanjang dan lahan tersebut akan digunakan Pemerintah Daerah untuk pembangunan tanam kota (lahan hijau terbuka). Sarana Pasar Kota Cilegon 1. Blok A jumlah 36 sarana toko

ukuran 4 x 6 m2 2. Blok B jumlah 24 sarana toko ukuran 4 x 6 m2 3. Blok C jumlah 198 sarana = 156 kios ukuran 2 x 2 m2 dan 42 kios ukuran 2 x 3 m 2 4. Blok D jumlah 162 sarana = 114 kios ukuran 2 x 2 m 2dan 48 kios ukuran 2 x 3 m 2 5. Blok E jumlah 264 sarana = 222 kios ukuran 2 x 2 m2 dan 42 kios ukuran 2 x 3 m 2 6. Blok F jumlah 152 sarana = 95 kios ukuran 2 x 3 m2dan 57 los semi basah 1 x 2 m 2 7. Blok G jumlah 166 sarana = 126 kios ukuran 2 x 2 m2 dan 40 kios ukuran 2 x 3 m 2 8. Blok swadaya jumlah 70 sarana = 40 kios ukuran 3 x 4 m2 dan 30 kios ukuran 2 x 2,5 m2 9. K5 awning dan emprakan (data sampai dengan April 2009) Barat I, Barat II, Selatan, Timur, Utara, dan Swadaya - Awning jumlah 942 sarana uku-

19

DARI DESA KE DESA

Edisi : 3 Tahun Pertama 2009

Kampung Ternak Di Kaki Gunung Karang


Provinsi Banten tidak dipungkiri memiliki potensi alam yang luar biasa. Potensi pertanian, kelautan, hingga peternakan. Misalnya di Kabupaten Pandeglang, ada sebuah kampung yang menjadi kampung ternak domba. Di setiap rumah pasti ada domba.
Dadan A Hudaya Pandeglang

Program Konservasi Sekaligus Kesejahteraan


mudah, rata-rata pemilik sayang jika dombanya diberikan. Tapi, karena kebersamaan itu banyak pemilik domba tersebut memberikan dombanya kepada warga lainnya untuk dipelihara. Jika beranak dua, maka anak domba itu dibagi. Satu untuk pemilik, satu untuk pemelihara. Kalau di sini, sistem itu disebut maro atau bagi hasil, tukas Utin. Waktu terus berjalan, akhirnya 90 persen warga sudah memiliki domba. Persoalan berikutnya adalah sistem pemeliharaan yang belum begitu diketahui. Contohnya saja, banyak domba malah inbreeding atau kawin sedarah. Hal ini lambat laun diseleksi. Domba yang terlahir jantan, selalu dijual ke pasar. Juga mendatangkan domba jantan unggul yang berlainan riwayat keturunan. Akhirnya, benar-benar domba yang lahir pun diharapkan pemiliknya. Dari sana, datanglah perhatian dari pemerintah. Perhatian itu bukan hibah, tapi bantuan yang sifatnya bagi hasil. Pemerintah menyimpan domba, tapi dalam 3 tahun harus mengembalikan dua ekor. Masyarakat bersemangat, dan alhamdulillah sekarang terus meluas, ujarnya. Sementara itu, Dudi yang bertemu di lokasi mengatakan, harapannya setelah satu kelompok berhasil melakukan pemberdayaan bagi anggotanya sehingga kesejahteraannya meningkat, maka domba-domba yang dihasilkan di sini akan digulirkan di kelompok lain dengan sistem yang sama. Jadi kelompok ini yang menyuplai kelompok lainnya. Sehingga kelompok ini tambah sejahtera, kelompok lain menjadi berdaya, kata Dudi. Aneka program dari Departemen Pertanian meluncur ke kelompok ternak karya Mandiri. Baik dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Bogor juga Dirjen Peternakan langsung. Bahkan, Deptan menjadikan Karya Mandiri sebagai salah satu pilot project pengembangan peternakan di daerah lain. Konservasi Dudi mengatakan, sebelum domba menjadi salah satu sumber penghasilan warga, selalu saja ada persoalan di tengah-tengah masyarakat, terutama terkait lingkungan. Karena butuh, ada warga yang sembarang menebang pohon. Padahal dirasa membahayakan. Dengan adanya domba, warga bisa menjaga lingkungan, ujarnya. Dudi mengkritik kalangan yang selalu berkoar-koar menjaga lingkungan dan berkoar-koar agar warga masyarakat di wilayah hutan tidak menganggu hutan, tapi tidak bisa mengalihkan mata pencaharian mereka. Karena, apa yang mereka ungkapkan adalah sia-sia. Masyarakat hutan juga punya perut. Karena itu, saya lihat pengembangan potensi domba yang bisa mengalihkan masyarakat dari merusak lingkungan. Jadi, peternakan domba ini menjadi alat konservasi sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat, tuturnya. (*)

ne village, one product. Satu kampung, satu produk . Sebuah gagasan yang berkem bang sejak lama. Hal ini dicetuskan mengingat satu wilayah memiliki perbedaan potensi. Sehingga, pencetus adagium ini berharap masyarakat satu wilayah memaksimalkan potensi yang dimiliki wilayah itu. Di Kampung Cinyurup, Kelurahan Juhut, Kecamatan Karangtanjung, Kabupaten Pandeglang, adalah sebuah kampung yang memaksimalkan potensi peternakannya. Kebiasaan masyarakat untuk memelihara domba, dengan berbagai varietas, menjadikan dinas teknis serius melakukan pembinaan. Hingga sekarang, domba yang berada di kampung itu jumlahnya mencapai 500 ekor, dan ditargetkan tahun ini bertambah dua kali lipat. Penasaran akan keberhasilan pengembangan potensi itu, kami melaku-

kan pemantauan ke kampung yang lokasinya di bukit Gunung Karang Kampung ini merupakan kampung terujung di kawasan gunung, karena sekitar satu kilometer lagi adalah kawasan hutan lindung. Dengan mengendarai sepeda motor, jalan yang terjal, berbatu, atau sebagian lainnya jalan tanah, kami lewati. Mobil sedan sudah tentu tidak bisa melewati jalan ini. Beberapa kali kami turun dari motor, karena kuda besi itu tidak mampu melaju akibat jalan sedemikian terjal. Jalan kaki, luar biasa lelah, meski sesungguhnya tidak terlalu jauh. Tiba di sebuah kandang milik warga, lelah seakan sirna. Domba milik warga ukurannya besar-besar. Beberapa ekor sedang bunting, sebagian lainnya sudah beranak. Di rumah lainnya, suara domba terus-terusan mengembik. Saat dilihat, jumlahnya lebih banyak. Lebih dari 10

ekor. Luar biasa, kampung ternak domba benar-benar terbina dengan baik. Saat bertemu dengan Muhammad Utin, Sekretaris Kelompok Ternak Karya Mandiri, kami dijelaskan kunci keberhasilan dalam membangun kampung ternak. Yaitu, kebersamaan dan tujuan yang sama, yakni kesejahteraan. Utin menyebut, kebanyakan masyarakat di Kampung Cinyurup adalah petani kebun. Penghasilannya tidak pernah tetap dan selalu berada di bawah tingkat kesejahteraan secara umum. Memang dulu ada juga yang memiliki domba. Tapi, dipelihara apa adanya saja, ujarnya. Perubahan terjadi ketika penyuluh pertanian lapangan (PPL) tiba ke wilayah itu, sekitar tahun 2004. PPL bernama Dudi Supriadi itu mengajak pemilik domba berkelompok dan memberdayakan sendiri. Pemilik domba dikumpulkan, dan di ajak untuk saling membantu. Memang tidak

20

You might also like