You are on page 1of 15

Gaya Bahasa dalam Bahasa Indonesia Gaya bahasa merupakan cara atau teknik untuk menyampaikan sesuatu.

Gaya bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam misi menyampaikan maksud kepada orang lain baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. salah satu fungsi penggunaan gaya bahasa yaitu untuk menjadikan pesan yang kita sampaikan lebih mengena kepada penerima pesan. Hal tersebut karena gaya bahasa memiliki efek tertentu pada pendengar atau pembaca.Berikut ini beberapa gaya bahasa yang digunakan dalam bahasa Indonesia. 1. Alusio merupakan pernyataan atau maksud yang disampaikan secara berkias tetapi hanya sebagian saja, karena umum dianggap sudah mengetahui kelanjutan dan maksud yang sebenarnya. Contoh : Sudah selayaknya dalam setiap usaha kita harus selalu berakit-rakit ke hulu. 2. Antiklimaks merupakan suatu pernyataan yang disusun secara berurutan dari yang paling tinggi, makin menurun dan makin menurun dan makin menurun sampai kepada yang makin rendah. Contoh : Jangankan seratus ribu, sepuluh ribu, seribu bahkan seratus rupiah pun aku tak sudi membeli barang haram itu. 3. Antithesis merupakan pernyataan yang diungkapkan dengan kata-kata yang saling bertentangan. Contoh : Tua muda, besar kecil, kaya miskin mempunyai tanggung jawab yang sama di depan Tuhan. 4. Antonomasia merupakan keterangan suatu hal yang kemudian dijadikan pengganti benda atau sesuatu yang mempunyai keterangan tersebut. Contoh : Semoga Yang Maha Pengasih selalu melindungi perjuangan kita. ( Yang Maha Pengasih merupakan keterangan dari sifat Tuhan yang digunakan sebagai pengganti kata Tuhan dalam kalimat di atas.) 5. Apofasis merupakan suatu cara menegaskan sesuatu tetapi dengan cara yang seolah-olah menyangkalnya. Contoh : Saya tidak akan mengatakan dalam forum ini, bahwa Saudaralah yang membocorkan rahasia itu. 6. Asindeton merupakan suatu cara mengemukakan beberapa hal atau peristiwa secara berurutan dengan tanpa menggunakan kata sambung. Contoh : matahari, bumi, bulan, bintang yang berjuta-juta itu beredar dengan teratur menurut garisnya sendiri-sendiri.

7. Ellipsis merupakan suatu cara mengemukakansesuatau dengan menghilangkan suatu kata atau lebih, tetapi yang dengan mudah dapat dilanjutkan sendiri oleh pendengar atau pembacanya. Contoh : dari segi fisik, saya percaya engkau kuat; badanmu sehat, tetapi psikis. (setelah psikis kalimat tersebut tidak dilanjutkan karena memang setiap yang medengar kalimat tersebut mesti sudah dapat memahami kelanjutan kalimat tersebut yang berupa ketidakpercayaan). 8. Epemisme disebut pula ungkapan penghalus ialah suatu cara mengemukakan pikiran atau perasaan dengan menggunakan kata-kata dengan arti yang baik dengan maksud agar tidak menyinggung perasaan orang. Epemisme dapat pula berupa ungkapan-ungkapan penghalus untuk menggantikan kata-kata yang dirasakan kurang sopan. Contoh : sejak ditinggal suaminya, ia agak kurang waras. 9. Enumerasi merupakan suatu cara mengemukakan suatu peristiwa atau keadaansecara hterpisah-pisah, bagian demi bagian. Contoh : rakyat yang dicurigai mulai ditangkap , penyiksaan terjadi di mana-mana, berbagai larangan mulai dikeluarkan, termasuk larangan bergerombol lebih dari tiga orang. 10. Eponim merupakan suau cara melukiskan sesuatu dengan mengambil sifat-difat yang dimiliki oleh nama-nama yang terkenal. Contoh : lihatlah, Srikandi-Srikandi kita sedang berbaris dengan tegapnya. (gadis yang pemberani) 11. Hiperbola merupakan suatu cara untuk menyatakan sesuatu denagn berlebih-lebihan. Contoh : keringatnya menganak sungai. 12. Iuendo merupakan suatu cara menyindir dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya, atau dengan kata lain menyindir dengan cara yang tidak langsung. Contoh : tentu saja ia kaya, karena sedikit-sedikit mau mengomersilka jabatanya. 13. Ironi merupakan suatu cara mnyindir denganmengatakan yang sebaliknya. Contoh : baru jam 08.00, mengapa kau sudah bangun? 14. Klimaks merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu, id atau keadaan dengan mengurutkan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Contoh: jangasnkan seorang, dua orang, kalau perlu seluruh kelas dapat datang ke rumahku. 15. Koreksio merupakan suatu cara menarik perhatian pendengar atau pembaca dengan mengatakan sesuatu yang salah kemudian dibetulkan. Contoh : pada waktu itu saya di Surabaya; Oh tidak, di Jakarta.

16. Litotes merupakan cara mengemukakan sesuatu dengan maksud merendahkan diri. Karena itu sesuatu atau hal tersebut akan dinyatakan tidak sesuai keadaan sebenarnya. Contoh : terimalah barang yansg tak berharga ini sebagai tanda mata. 17. Metafora merupakan suatu cara mengatakan atau melukiskan sesuatu dengan membandingkanya dengan sesuatu yang lain. Dengan cara tersebut diharapkan pendengar atau pembaca akan lebih dapat menangkap maksud yang diharapkan penulis karena benda yang dijadikan perbandingan tersebut sudah diketahui benar baik wujud ataupun sifastnya oleh pendengar/ pembacanya. Metafora biasa juga disebut perbandingan. Contoh :kapan saudara berjumpa dengan lintah darat itu? 18. Metonimia merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu maksud dengan menggantikan dengan sifat, atau nama, atau sesuatu yang merupakan cirri khas dari benda-benda tersebut. Contoh : kami akan berangkat dengan Garuda pukul 07.30 WIB. 19. Oksimorom merupakan suatu cara berbahasa denga menggunakan kata-kata yang berlawanan artinaya dalam fase yang sama. Dengan cara tersebut biasanya kata yang dikandungnya menjadi lebih keras atau lebih tegas. Contoh : agar dapat merasa bahagia orang harus pernah menderita. 20. Paradox merupakan suatu cara mengintensifkan maksud dengan mengemukan dua hal yang bertentangan .sepintas lalu pernyataan tersebut tidak masuk akan, tetapi dibalkik pertentangan itulah terletak intensitas makn a yang diharapkan. Contoh : di tempat ramai begini, terasa hatiku semakin sepi. 21. Pararelisme merupakan suatu cara berbahasa denga menjajarkan beberapa kata atau frase yang mempunyai makna sama atau hmpir sama.denga cara demikian dihaarapkan maksud yang terkandung di dalamnya menjadi semakin jelas. Contoh : baik orang berpangkat maupun rakyatm melarat semua harus dihukum kalau memang bersalah. 22. Personifikasi biasa disebut juga pengorangan, merupakan suatu cara memperjelas maksud dengan menjadikan benda-benda yang digambarkan tersebut seperti manusia. Atau dengan kata lain suatu cara berbahasa dengan menghidupkan benda-benda mati denagn memberinya sifatsifat seperti yang dimiliki oleh manusia. Contoh : sebentar lagi matahari akan bangun dari ttempat peraduannya. 23. Pernyataan retoris merupakan suatu cara menarik perhatian pendengan atau pembaca dengan mengajukan pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban, karena sebenarnya jawaban atas pertanyaan tersebut sudah diketahuinya.

Contoh : mungkinkah Tuhan akan mengabulkan doamu jika tanpa kau sertai usaha? 24. Polisendeton merupakan cara berbahasa dengan menggunakan beberapa kata sambung secara berurutan dalam suatu kalimat. Contoh : ia yakin bahwa kedua orang tuanya dan adik-adiknya dan kakak-kakaknya dan semua familinya akan berdoa demi kebrhasilan usahanya. 25. Pleonasme merupakan suatu cara memperjelas maksud dengan cara menggunakan kata berlebih. Biasanya dengan member keterangan dibelakang kata atau bagian, kalimat yang diperjelas maksudnya tersebut. Contoh : benar, peristiwa itu kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri. 26. Pretario (tautology) merupakan suatu cara menyatakan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan apa yang ingin dinyatakan tersebut. Contoh : tidak perlu kau sebutkan namanya, aku sudah tau siapa yang kau maksudkan. 27. Prolepsis disebut pula antipasti, merupakan suatu cara berbahasa dengan menggunakan kata tertentu lebih dulu, sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi. Contoh : Almarhum siang itu masih berboncengan Honda dengan anak laki-lakinya. 28. Repetisi atau pengulangan merupakan suatu cara memperkuat makna atau maksud dengan mengulang kata atau bagian kalimat yang hendak diperkuat maksudnya terdsebut. Contoh : untuk mencapai cita-citamu itu, satu hal jangan kau lupakan ialah belajar, belajar dan sekali lagi belajar. 29. Sarkasme merupakan suatu ejekan atau sindiran dengan kata-kata yang kasar. Contoh : tuli kamu ya, dipanggil dari tadi tidak datang-datang juga! 30. Sinekdose, merupakan suatu cara menyatakan sesuatu dengan menyebutkan bagian-bagianya saja, atu sebaliknya. Sinokse dibedakan menjadi dua, yaitu tutom pro parte (menyatakan sebagian untuk keseluruhan) dan pars pro toto (menyebutkan keseluruhan tapi yang dimaksudkan sebagian saja). Contoh : Perang Dunia II berakhir pada tahun 1942 (totum pro parte) Sudah lama saya tak melihat batang hidungnya (pars pro totot).

Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.

JENIS-JENIS MAJAS MAJAS PERBANDINGAN

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas perbandingan 1. Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. Contoh:Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut. 1. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal. Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya. 1. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai". contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja. 2. Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll. contoh: Waspadalah terhadap lintah darat 3. Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia. 4. Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya. 5. Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis. 6. Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang. 7. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut. 8. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib. 9. Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri. 10. Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. 11. Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia. 12. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa. 13. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.

14. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. 15. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan katakata lain yang lebih pantas atau dianggap halus. 16. Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya. 17. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata. 18. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita. 19. Perifrase: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek. 20. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata. 21. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud. 22. Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.

[sunting] Majas sindiran


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas sindiran 1. Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. 2. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar. 3. Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi). 4. Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll. 5. Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

[sunting] Majas penegasan


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas penegasan 1. Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan. 2. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. 3. Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat. 4. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan. 5. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan. 6. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar. 7. Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya. 8. Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu. 9. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan. 10. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.

11. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting. 12. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya. 13. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut. 14. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada. 15. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya. 16. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung. 17. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung. 18. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat. 19. Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru. 20. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan. 21. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya. 22. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan. 23. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat. 24. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis. 25. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

[sunting] Majas pertentangan


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas pertentangan 1. Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar. 2. Oksimoron: Paradoks dalam satu frase. 3. Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya. 4. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. 5. Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.

Kumpulan Peribahasa Indonesia dan Artinya


Peribahasa Indonesia sudah sering digunakan oleh masyarakat. Keanekaragaman adat-istiadat, budaya, dan bahasa di negara Indonesia berpengaruh pada perbendaharaan kalimat, yaitu Peribahasa Indonesia. Berikut ini saya akan memberikan beberapa Peribahasa Indonesia beserta arti atau maknanya.

Ada uang abang disayang, tak ada uang abang melayang. Hanya mau bersama saat sedang senang saja, tak mau tahu di saat sedang susah. Menang jadi arang, kalah jadi abu. Kalah ataupun menang sama-sama menderita. Bagaikan abu di atas tanggul. Orang yang sedang berada pada kedudukan yang sulit dan mudah jatuh. Ada Padang ada belalang, ada air ada pula ikan. Di mana pun berada pasti akan tersedia rezeki buat kita. Adat pasang turun naik. Kehidupan di dunia ini tak ada yang abadi, semua senantiasa silih berganti.

Membagi sama adil, memotong sama panjang. Jika membagi maupun memutuskan sesuatu hendaknya harus adil dan tidak berat sebelah. Air beriak tanda tak dalam. Orang yang banyak bicara biasanya tak banyak ilmunya. Air tenang menghanyutkan. Orang yang kelihatannya pendiam, namun ternyata banyak menyimpan ilmu pengetahuan dalam pikirannya. Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga. Sifat-sifat anak biasanya menurun dari sifat orangtuanya. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi. Menuntut ilmu hendaknya sepenuh hati dan tidak tanggung-tanggung agar mencapai hasil yang baik. Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga. Sepandai-pandainya manusia, suatu saat pasti pernah melakukan kesalahan juga.

Tong kosong nyaring bunyinya. Orang sombong dan banyak bicara biasanya tidak berilmu. Tong penuh tidak berguncang, tong setengah yang berguncang. Orang yang berilmu tidak akan banyak bicara, tetapi orang bodoh biasanya banyak bicara seolah-olah tahu banyak hal. Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi. Orang tua yang bersikap seperti anak muda, terutama dalam masalah percintaan. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Karena kesalahan kecil, menghilangkan semua kebaikan yang telah diperbuat. Bagaikan burung di dalam sangkar. Seseorang yang merasa hidupnya dikekang. Terbuat dari emas sekalipun, sangkar tetap sangkar juga. Meskipun hidup dalam kemewahan tetapi terkekang, hati tetap merasa tersiksa juga. Sakit sama mengaduh, luka sama mengeluh. Seiya sekata dalam semua keadaan. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Segala sesuatu dalam kehidupan bukan manusia yang menentukan. Barangsiapa menggali lubang, ia juga terperosok ke dalamnya. Bermaksud mencelakakan orang lain, tetapi dirinya juga ikut terkena celaka. Jauh di mata dekat di hati Dua orang yang tetap merasa dekat meski tinggal berjauhan. Seberat-berat mata memandang, berat juga bahu memikul. Seberat apapun penderitaan orang yang melihat, masih lebih menderita orang yang mengalaminya.

1. Ada asap ada api. Artinya: Tak dapat dipisahkan, munculnya suatu kejadian / masalah pasti ada penyebabnya. 2. Ada gula ada semut Artinya: Di mana banyak kesenangan di situlah banyak orang datang. 3. Ada udang di balik batu. Artinya: Ada suatu maksud yang tersembunyi 4. Adat teluk timbunan kapal, adat gunung tepatan kabut. Artinya: Meminta hendaknya kepada yang punya, bertanya hendaknya kepada yang pandai. 5. Air beriak tanda tak dalam. Artinya : Orang yang banyak bicara biasanya kurang ilmunya. 6. Air besar batu bersibak. Artinya : Persaudaraan akan bercerai berai apabila terjadi perselisihan. 7. Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga. Artinya : Biasanya sifat anak menurut teladan orang tuanya juga. 8. Air susu dibalas dengan air tuba. Artinya : Kebaikan dibalas dengan kejahatan / keburukan. 9. Air tenang jangan disangka tiada buayanya. Artinya : Orang yang diam jangan disangka pengecut. 10. Air tenang menghanyutkan. Artinya : Orang yang pendiam biasanya banyak pengetahuannya. 11. Air diminum rasa duri, nasi dimakan rasa sekam. Artinya : Tidak enak makan dan minum ( biasanya karena terlalu bersedih / duka ). 12. Alah bisa karena biasa. Artinya : Segala kesukaran tak akan terasa lagi bila sudah biasa. 13. Anak dipangku dilepaskan, beruk di rimba disusukan. Artinya : Selalu membereskan urusan orang lain tanpa mempedulikan urusan sendiri. 14. Anjing menggonggong, khafilah berlalu. Artinya : Biarpun banyak rintangan dalam usaha kita, kita tidak boleh putus asa. 15. Anak dipangku dilepaskan, beruk di rimba disusui. Artinya : Selalu membereskan urusan orang lain tanpa mempedulikan urusan sendiri. 16. Api dalam sekam. Artinya : Perbuatan jahat yang tak tampak. 17. Bagai api dengan asap. Artinya : Tidak dapat dipisahkan. 18. Bagai bara dalam sekam. Artinya : Perbuatan jahat yang tak tampak. 19. Bagai bulan kesiangan. Artinya : Pucat dan lesu. 20. Bagai duri dalam daging. Artinya : Selalu terasa tidak menyenangkan hati. 21. Bagai kacang lupa akan kulitnya. Artinya : Tidak tahu diri, lupa akan asalnya.

22. Bagai katak dalam tempurung. Artinya : Sangat sedikit pengetahuannya, kurang luas pandangannnya. 23. Bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau. Artinya : Hidup dalam kesukaran / kesengsaraan. 24. Bagai kerbau dicocok hidung. Artinya : Menurut saja apa yang menjadi keinginan orang. 25. Bagai mencincang air. Artinya : Mengerjakan perbuatan yang sia-sia. 26. Bagai mendapat durian runtuh. Artinya : Mendapat keuntungan yang tidak disangka-sangka tanpa harus bersusah payah mendapatkannya. 27. Bagai menegakkan benang basah. Artinya : Melakukan pekerjaan yang mustahil dapat dilaksanakan. 28. Bagai mentimun dengan durian. Artinya : Orang yang lemah / miskin melawan orang kaya / kuat. 29. Bagai musang berbulu ayam. Artinya : Orang jahat bertingkah laku sebagai orang baik. 30. Bagai musuh dalam selimut. Artinya : Musuh dalam kalangan / golongan sendiri. 31. Bagai pagar makan tanaman. Artinya: Orang yang merusak barang / sesuatu yang diamanatkan kepadanya. 32. Bagai pinang dibelah dua. Artinya: Dua orang yang serupa benar. 33. Bagai pungguk merindukan bulan. Artinya: Seseorang yang merindukan kekasihnya, tetapi cintanya tak terbalaskan. 34. Bagai telur di ujung tanduk. Artinya : Sesuatu keadaan yang sangat sulit. 35. Bagaikan air dengan minyak. Artinya : Tak dapat bersatu. 36. Bagai air di daun talas. Artinya : Selalu berubah-ubah atau tidak tetap pendiriannya. 37. Bagai anak ayam kehilangan induk. Artinya : Bercerai berai karena kehilangan tumpuan. 38. Bagai kebakaran janggut. Artinya : Bingung tidak keruan. 39. Belum bertaji hendak berkokok. Artinya : Belum berilmu/kaya/berkuasa sudah hendak menyombongkan diri. 40. Belum beranak sudah ditimang. Artinya : Belum berhasil, tetapi sudah bersenang-senang lebih dulu. 41. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Artinya : Bersama-sama dalam suka dan duka, baik buruk sama-sama ditanggung. 42. Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Artinya : Biarpun banyak rintangan dalam usaha kita, kita tidak boleh putus asa.

43. Bergantung pada akar lapuk. Artinya : Mengharapkan bantuan dari orang yang tidak mungkin memberikan bantuan. 44. Berguru ke padang datar, dapat rusa belang kaki. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi. Artinya : Belajar harus sungguh-sungguh, jangan terputus di tengah jalan. 45. Bermain air basah,bermain api hangus. Artinya : Setiap pekerjaan atau usaha ada susahnya. 46. Bertepuk sebelah tangan . Artinya : Kebaikan yang hanya dari satu pihak. 47. Besar pasak daripada tiang. Artinya : Besar pengeluaran daripada pendapatan. 48. Biduk lalu kiambang bertaut. Artinya : Lekas berbaik atau berkumpul kembali. ( Seperti perselisihan antara sanak keluarga yang kembali rukun ). 49. Bumi tidak selebar daun kelor. Artinya : Dunia tidak sempit. 50. Cepat kaki ringan tangan. Artinya : Suka menolong sesama umat. 51. Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah. Artinya : Daripada hidup menanggung malu lebih baik mati. 52. Daripada hidup berputih mata, lebih baik mati berputih tulang. Artinya : Lebih baik mati daripada menanggung malu. 53. Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Artinya : Sebaik-baik negeri orang tidak sebaik di negeri sendiri. 54. Datang tampak muka, pulang tampak punggung. Artinya : Datang dan pergi hendaklah memberi tahu. 55. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Artinya : Kita harus menyesuaikan diri dengan adat dan keadaan tempat tinggal yang kita tempati. 56. Duduk sama rendah, tegak ( berdiri ) sama tinggi. Artinya : sama kedudukannya ( tingkatannya atau martabatnya ). 57. Esa hilang, dua terbilang. Artinya : Berusaha terus dengan keras hati hingga maksud tercapai. 58. Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak / Gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang lautan terlihat. Artinya : Kesalahan / aib sendiri yang besar tidak tampak, kesalahan / aib orang lain meskipun sedikit tampak jelas. 59. Gajah mati karena gadingnya. Artinya : Orang yang mendapat kecelakaan atau binasa karena keunggulannya / tabiatnya. 60. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Artinya : Orang terkenal jika ia mati dalam beberapa lama masih disebut-sebut orang namanya.

61. Gali lubang, tutup lubang. Artrinya : Berhutang untuk membayar hutang yang lain. 62. Gayung bersambut, kata berjawab. Artinya : Menangkis serangan orang, menjawab perkataan orang. 63. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Artinya : Kelakuan orang bawahan selalu mencontoh kelakuan atasannya.. 64. Habis manis sepah dibuang. Artinya : Sesudah tidak berguna lagi lalu dibuang / tidak dipedulikan lagi. 65. Hancur badan dikandung tanah, budi baik terkenang jua. Artinya : Budi bahasa / perbuatan yang baik tidak akan dilupakan orang. 66. Hangat-hangat tahi ayam. Artinya : Kemauan yang tidak tetap. 67. Harapkan guntur di langit, air di tempayan dicurahkan. Artinya : Mengharapkan sesuatu yang belum tentu, barang yang sudah ada dilepaskan. 68. Hasrat hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Artinya : Keinginan atau cita-cita yang mustahil dapat dicapai. 69. Hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai. Artinya : Orang yang hidup hemat akan menjadi kaya, orang yang rajin belajar akan menjadi pandai. 70. Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah. Artinya : Selama hidup orang harus taat kepada adat kebiasaan dalam masyarakat. 71. Jauh panggang dari api. Artinya : Banyak bedanya, tidak kena, tidak benar. 72. Jauh di mata dekat di hati. Artinya : Meskipun tempat tinggal jauh tetapi jiwa / hati selalu merasa dekat. 73. Kalah jadi abu menang jadi arang. Artinya : pertengkaran / permusuhan akan merugikan kedua belah pihak ( sama-sama merugi ). 74. Kalau pandai meniti buih, selamat badan sampai ke seberang. Artinya : Jika dapat mengatasi kesukaran tentu maksud dapat dicapai. 75. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Artinya : Karena kejahatan atau kesalahan yang kecil, hilang kebaikan yang telah diperbuat. 76. Katak hendak jadi lembu. Artinya : Orang hina / miskin / rendah hendak menyamai orang besar / kaya; congkak; sombong. 77. Kecil-kecil cabai rawit. Artinya : Kecil, tetapi cerdik / pemberani / membahayakan. 78. Kepala sama berbulu, pendapat berlain-lainan. Artinya : Setiap orang berbeda pendapatnya. 79. Lain di mulut lain di hati. Artinya : Yang dikatakan / diucapkan berbeda dengan isi hatinya.

80. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Artinya : Tiap-tiap negeri atau bangsa berlainan adat kebiasaannya. 81. Lempar batu sembunyi tangan. Artinya : Melakukan sesuatu, kemudian berdiam diri seolah-olah tidak tahu menahu. 82. Lepas dari mulut harimau jatuh ke mulut buaya. Artinya : Lepas dari bahaya yang besar, jatuh ke dalam bahaya yang lebih besar lagi. 83. Lidah tak bertulang. Artinya : Mudah saja mengatakan / menjanjikan sesuatu, yang berat adalah melaksanakannya. 84. Lubuk akal tepian ilmu. Artinya : Orang cerdik pandai, umumnya tempat untuk bertanya. 85. Malu bertanya sesat di jalan. Artinya : Kalau tidak mau berikhtiar tidak akan mendapat kemajuan. 86. Menggantang asap. Artinya : Melakukan perbuatan yang sia-sia. 87. Menohok teman seiring dalam lipatan. Artinya : Mencelakakan teman sendiri. 88. Musang berbulu ayam. Artinya : Orang jahat bersikap seperti orang baik. 89. Musuh dalam selimut. Artinya : Musuh dalam kalangan / lingkungan sendiri. 90. Nasi sudah menjadi bubur. Artinya : Sudah terlajur, tidak dapat diperbaiki atau diubah lagi. 91. Sehari selembar benang, lama-lama menjadi sehelai kain. Artinya : Pekerjaan sulit yang dikerjakan dengan penuh kesabaran, lama-lama akan berhasil juga. 92. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Artinya : Sekali melakukan pekerjaan, beberapa maksud tercapai. 93. Seorang makan cempedak, semua kena getahnya. Artinya : seorang berbuat salah, semua dianggap salah juga. 94. Seperti cacing kepanasan. Artinya : Tidak tenang, selalu gelisah. 95. Seperti durian dengan mentimun. Artinya : Orang lemah / miskin / bodoh melawan orang kuat / kaya / pandai. 96. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna. Artinya : Pikir dahulu masak-masak sebelum berbuat sesuatu ( pikirkan untung dan ruginya ). 97. Setali tiga uang. Artinya : Sama saja, tidak ada bedanya. 98. Serigala berbulu domba. Artinya : Orang yang kelihatannya bodoh dan penurut tetapi sebenarnya kejam, jahat, dan curang.

99. Tak ada gading yang tak retak. Artinya : Tidak ada sesuatu yang tidak ada cacatnya. 100. Tiada rotan akarpun jadi. Artinya : Kalau tidak ada yang baik, yang kurang baik pun boleh juga. 101. Tahu asam garamnya. Artinya : Tahu seluk beluknya / berpengalaman. 102. Tong kosong nyaring bunyinya. Artinya : Orang yang bodoh biasanya banyaknya cakapnya/ pembicaraannya. 103. Umur setahun jagung. Artinya : Belum berpengalaman.

You might also like