You are on page 1of 4

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN PROFESIONAL KEBIJAKAN DALAM KESEHATAN DAN KEPERAWATAN Disusun Sebagai Bahan Penyelesaian Tugas Mata

Kuliah Ilmu Keperawatan Profesional Semester Tiga Tingkat Dua Program Studi DIII Keperawatan Disusun Oleh : Danik Afriani (08.40.060) Eko Wahyu Pradana (08.40.063) Maulidiyah Cahyani (08.40.077) Siti Rohma (08.40.090) Pembimbing: ERFANDI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KABUPATEN MALANG 2009 KATA PENGANTAR Segala puji hanya bagi Allah Tuhan Semesta Alam, yang amat jelas bukti kebenaranNya, Maha Tinggi KemulianNya dan Maha Agung KedudukanNya yang telah melimpahkan rahmat dan KaruniaNya kepada kita semua sehingga Makalah yang berjudul Kebijakan Dalam Kesehatan Dan Keperawatan ini dapat selesai dengan baik. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Makalah ini. Sedikit yang dapat kami sampaikan, diantara mereka adalah : 1. Kedua orang tua yang telah memberi dukungan baik moril maupun materiil yang dapat menjadikan suatu pendorong semangat bagi kami dalam menyelesaikan Makalah ini. 2. Segenap Dosen Prodi DIII Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kabupaten Malang, khususnya Dosen Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Profesional dan semua timnya, yang telah memberikan modal materi dalam pembahasan Makalah ini. 3. Teman teman mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kabupaten Malang, khususnya tingkat dua B, yang telah memberikan support dalam menyelesaikan Makalah ini. Pada awalnya Makalah ini kami buat berjuta harapan agar nantinya Makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Maka dari itulah, pada akhirnya Makalah ini kami selesaikan, kami sadar Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik mengenai isi dalam pembahasan maupun dari segi sistematika penulisannya. Untuk itu

kami selalu mengharapkan suatu kritik dan saran yang dapat menjadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki Makalah ini. Kepanjen, 3 Oktober 2009 Penyusun BAB I PENDAHULUAN A. Definisi Konsep kebijakan publik sehat didasarkan pada prinsip pelayanan kesehatan primer dalam mencapai tujuan sehat untuk semua dan kebijakan promosi kesehatan. Prinsip kebijakan promosi kesehatan mencakup kebijakan multisektoral, ekologik, tanggung jawab dalam meningkatkan pilihan promosi kesehatan, melibatkan berbagai bidang, berhubungan dengan pelayanan kesehatan dan peran serta masyarakat. Menurut Hancock (1985) kebijakan publik sehat didasarkan pada pendekatan multisektoral, keterlibatan masyarakat, teknologi yang memadai yang ketiganya merupakan komponen pendekatan pelayanan kesehatan primer dari WHO. Hancock juga menjelaskan bahwa kebijakan publik sehat ditujukan untuk menciptakan komunitas yang sehat, menggunakan pendekatan teknologi kesehatan yang memadai, bersifat menyeluruh dan berorientasi masa depan. Menurut Pederson et.al (1988) mengungkapkan bahwa kebijakan publik sehat berfokus pada isu pemerataan kesehatan. Elemen kunci kebijakan publik sehat menfokuskan pada determinan kesehatan yang membentuk kesehatan, mencari investasi yang dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan, menetapkan strategi yang dapat meningkatkan pemerataan dan memperkecil jarak dalam status kesehatan dan mengalokasikan sumber yang ada di masyarakat berdasarkan elemen tersebut. Kebijakan publik sehat sebagai kebijakan publik untuk sehat dengan memandang kesehatan dalam konteks ekologi yang luas ( Pedersonet.al, 1988 ). Menurut Kickbucsh (1992) menyatakan bahwa kebijakan publik sehat di bangun atas konsep proaktif kesehatan yang mengubah prioritas kebijakan untuk melakukan upaya yang menunjang kesehatan yang benar benar diperlukan. Diperlukan pengetahuan tentang dampak kebijakan terhadap kesehatan baik yang positif maupun negatif. Proses kebijakan dan pengukuran kesehatan yang dibutuhkan untuk memberi pengarahan pada pengembangan kebijakan publik sehat ( Kickbucsh, 1992 ). Kebijakan publik sehat merupakan penilaian yang terkait dengan pencegahan primer. Tantangan perubahan terletak pada komunitas di tingkat lokal. Ada dorongan yang kuat dari kesehatan masyarakat untuk masuk ke dalam kebijakan ( institute of medicine, 1988; Stoto, Abel & Dievler, 1996 ). Dengan demikian, para profesional kesehatan masyarakat di harapkan bekerja sama dengan pengambilan kebijakan politis dalam kesehatan masyarakat. Gerakan kota dan komunitas sehat memperjuangkan terwujudnya kebijakan kesehatan baru yang berfokus pada promosi kesehatan dan konsisten dengan harapan kesehatan masyarakat meningkat.

Sistem pelayanan kesehatan Sistem pelayanan kesehatan meliputi antara lain sistem pemberian asuhan keperawatan yang diberikan secara terus menerus sejak pertama kali pasien mengalami masalah kesehatan sampai kepada ketika status kesehatan pasien dinyatakan pulih kembali. Proses untuk memberikan pelayanan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu aksesibilitas terhadap pelayanan, kualitas pemberian pelayanan, dan sistem pembayaran yang ditetapkan. Para perawat yang berada pada posisi kepemimpinan memiliki tanggung jawab yang luas dalam arena pelayanan kesehatan. Hal ini karena lingkungan pelayanan kesehatan saat ini memberikan banyak peluang untuk perawat memperoleh status professionalnya dengan secara proaktif berespon terhadap kebutuhan perubahan dan harapan masyarakat. Organisasi kesehatan ditetapkan disetiap tatanan pelayanan dan bertujuan untuk membantu mengorganisasikan berbagai kegiatan yang mengarah pada pencapaian tujuan insititusi dimana struktur organisasinya diterapkan. Fungsi organisasi pelayanan kesehatan ini adalah selain untuk mengakomodasi berbagai kegiatan, namun juga untuk mengorganisasikan para pelaku organisasi didalamnya termasuk tenaga keperawatan agar bekerja secara sinergis mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Rocchiccioli & Tilbury, 1998). BAB II PEMBAHASAN A. Klasifikasi Kebijakan kesehatan untuk kota dan komunitas sehat terklasifikasi pada lima area kegiatan yang interdependen sesuai urutan prioritas sebagai berikut : Membangun kebijakan publik sehat di semua sektor dan tingkat. Menciptakan lingkungan yang mendukung sehingga mempermudah pencapaian kondisi sehat. Memperkuat pemberdayaan masyarakat dalam menolong diri sendiri dan dalam memberikan dukungan sosial. Mengembangkan ketrampilan personal agar semua orang bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya sendiri. Mengorientasikan kembali pelayanan kesehatan melalui promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Prinsip kebijakan promosi kesehatan mencakup kebijakan multisektoral, ekologik, tanggung jawab dalam meningkatkan pilihan promosi kesehatan, melibatkan berbagai bidang, berhubungan dengan pelayanan kesehatan dan peran serta masyarakat. WHO (1992) menetapkan tiga kategori kebijakan publik sehat : Kebijakan yang berkenaan dengan promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan ketentuan pelayanan kesehatan, sosial, budaya, ekonomi dan pendidikan serta lingkungan yang didalamnya termasuk perkembangan industri, transportasi dan perumahan. B. Pelayanan Medis Prima Departemen Kesehatan pada tahun 1999 mengeluarkan kebijakan mengenai pelayanan prima untuk mengantisipasi masalah dan tantangan di bidang pelayanan kesehatan. Di bidang perumahsakitan pelayanan kepada pasien berdasarkan standar keahlian untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien, sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan kepada rumah sakit. Melalui

pelayanan prima rumah sakit diharapkan akan menghasilkan keunggulan kompetentif ( competentif advantage ) melalui pelayanan yang bermutu, efisien, inovatif dan menghasilkan customer responsiveness. Pelayanan kesehatan, memiliki tiga fungsi yang saling berkaitan, saling berpengaruh dan saling bergantungan, yaitu fungsi sosial (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat pengguna pelayanan kesehatan ), fungsi teknis kesehatan (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat pemberi pelayanan kesehatan) dan fungsi ekonomi (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan institusi pelayanan kesehatan). Ketiga fungsi tersebut ditanggung jawab oleh tiga pilar utama pelayanan kesehatan yaitu, masyarakat (yang dalam prakteknya dilaksanakan bersama antara pemerintah dan masyarakat), tenaga teknis kesehatan (yang dilaksanakan oleh tenaga profesional kesehatan) dan tenaga administrasi atau manajemen kesehatan (manajemen atau adminstrator kesehatan). BAB III PENUTUP KESIMPULAN Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer satisfaction), melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi pelayanan (provider satisfaction), pada institusi pelayanan yang diselenggarakan secara efisien (institutional satisfaction). Interaksi ketiga pilar utama pelayanan kesehatan yang serasi, selaras dan seimbang, merupakan paduan dari kepuasan tiga pihak, dan ini merupakan pelayanan kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care). Oleh karena itu, ketika terjadi banyak perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan maka para pemimpin perawat harus berpartisipasi secara aktif dan proaktif untuk mencari jalan bagaimana mempengaruhi pengambil keputusan dalam sistem pelayanan kesehatan dan membuat untuk didengar suaranya oleh mereka. Para pemimpin perawat memiliki kapasitas kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan publik sepanjang mereka memiliki berbagai potensi kepemimpinan. DAFTAR PUSTAKA : 1. 2. Sistem pelayanan kesehatan 2005, Elly Nurachmah, Prof Dra DNSc Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Pelayanan Kesehatan (FIK UI). Menyongsong AFTA 2003, Oleh Prof Dr dr HM Ahmad Djojosugito SpB SpBO MHA FICS (Dirjen Yanmed Depkes & Kessos). 3. 4. T. Anderson Elizabeth, 2006, Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori Priharjo Robert, 2008, Konsep dan Perspektif Praktik keperwatan dan Praktik, Edisi 3, Jakarta: EGC. profesional, , Jakarta : EGC

You might also like