You are on page 1of 94

BAB IV BA B I V PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DIWILAYAH STUDI DIWILAYAH STUDI

Dalam rangka pembuatan materi untuk menyusun skenario Film Layanan Masyarakat yang menggambarkan proses penyelenggaraan penataan ruang, selain mengacu kepada bahanbahan terkait seperti grand scenario gerakan kepedulian publik dalam penataan ruang serta peraturan perundang-undangan tentang penataan ruang juga dilakukan kajian tentang proses penyelenggaraan penataan ruang di wilayah studi. Sehubungan dengan kajian yang dilakukan, yang hasilnya akan digunakan sebagai materi untuk membuat Film Layanan Masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang, maka sebagai kasus studi diadakan tinjauan terhadap 7 tujuh) kota, yakni: Kota Medan, Kota Bandar Lampung, Kota Semarang, Kota Surabaya, Kota Balikpapan, Kota Pontianak, dan Kota Manado. Data-data dari ketujuh kota tersebut berupa data sekunder, yakni berupa dokumen tertulis/buku laporan; serta data primer, seperti pengamatan langsung di lapangan, wawancara/penyebaran kuesioner di lapangan. Kajian yang dilakukan tidak lepas dari hal-hal yang berhubungan dengan tipologi wilayah, nilainilai lokalitas wilayah, dan karakteristik kawasan yang terkait dengan penataan ruang. Dalam kaitannya dengan tipologi suatu wilayah/kota, dilihat dari aspek fisik geografisnya, maka terdapat adanya kota pantai/pesisir, kota pegunungan, kota di dataran rendah, kota di dataran tinggi. Kemudian dari fungsinya, maka antara lain terdapat adanya kota perdagangan, jasa, kota pariwisata, kota industri, kota pendidikan. Dengan adanya kondisi fisik yang berbeda, fungsi yang berbeda, adat istiadat setiap suku yang berbeda, maka akan memberi warna tertentu pada nilai lokalitas suatu wilayah/kota. Mengenai karakteristik kawasan, maka terdapat adanya: kawasan berkembang, kawasan

sedang berkembang, dan kawasan pengembangan baru. Dari perwujudan fisiknya, maka intensitas pembangunan di kawasan berkembang lebih besar dari pada kawasan sedang berkembang, dan intensitas pembangunan di kawasan sedang berkembang lebih besar dari pada kawasan pengembangan baru. Jika dilihat wilayah Indonesia secara keseluruhan, maka kawasan berkembang meliputi: Pulau Sumatera, Pulau Jawa; kawasan sedang berkembang:meliputi: Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi; dan wilayah di Indonesia bagian timur termasuk kawasan pengembangan baru.

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Di samping kajian di atas, dilakukan juga kajian yang berhubungan dengan pemahaman (masyarakat) terhadap penyelenggaraan penataan ruang. Untuk memperoleh informasi sehubungan dengan kajian tersebut, maka dilakukan penyebaran kuesioner/wawancara kepada pihak yang relevan. Pihak yang dimaksud dikelompokkan atas 2 (dua) kelompok responden, yaitu: aparat pemda dan masyarakat umum. Materi yang ditanyakan/diajukan pada dasarnya untuk memperoleh jawaban yang berhubungan dengan: tingkat pengetahuan masyarakat sehubungan dengan penyelenggaraan penataan ruang, pendapat masyarakat terhadap kegiatan penataan ruang yang ada, tingkat kesadaran masyarakat terhadap masalah penataan ruang serta pandangan masyarakat mengenai informasi penataan ruang.

4.1

Gambaran Penyelenggaraan Penataan Ruang di Kota: Medan, Bandar Lampung, Semarang, Surabaya, Balikpapan, Pontianak, Manado

4.1.1 Kota Medan 4.1.1.1. Gambaran Umum Kota Medan A. Kondisi Umum Kota Medan berada pada 3 30' - 3 43' Lintang Utara dan 98 35' - 98 44' Bujur Timur dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Batas administrasi Kota Medan adalah : Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang : Kabupaten Deli Serdang : Kabupaten Deli Serdang
Kawasan pusat kota dengan ciri khasnya gedung Kantor Pos yang dibangun Thn 1911 dan Tugu

: Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

B. Kondisi Fisik Luas Kota Medan 30.028,8 hektar (300,288 km). Kota Medan merupakan salah satu dari 25 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dan merupakan pusat pemerintahan provinsi tersebut. Berdasarkan kondisi topografinya, Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakaan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

IV - 2
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Secara geografis Kota Medan juga merupakan jalur sungai. Paling tidak ada 8 (delapan) sungai yang melintasinya. Adapun manfaat terbesar dari sungai-sungai ini adalah sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Penggunaan lahan di kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1.1.1.1 Prosentase Luas Penggunaan Lahan di Kota Medan

Penggunaan Lahan Pemukiman Perkebunan Lahan jasa Sawah Perusahaan Kebun campuran Industri Hutan rawa

Prosentase (%) 36,3 3,1 1,9 6,1 4,2 45,4 1,5 1,8

Sumber : Kota Medan dalam Angka Tahun 2003, BPS Kota Medan

Kawasan Kota Medan yang termasuk dalam kawasan perkotaan Mebidang (Medan-BinjaiDeli Serdang) mencakup kawasan pantai timur berbatasan dengan Selat Malaka menuju arah selatan yang merupakan kaki Bukit Barisan. Dari segi morfologi, kawasan tersebut merupakan wilayah datar sampai landai dengan kelerengan kurang dari 3%, hingga daerah berbukit di bagian selatan dengan kelerengan lebih dari 16%. Kota Medan dikelilingi Kabupaten Deli Serdang, yang kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Di samping Kabupaten Deli Serdang, secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah lainnya yang juga Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli kaya akan SDA. Daerah-daerah tersebut adalah:

Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Disamping itu, sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Dari posisi geografis ini, secara fisik telah mendorong perkembangan Kota Medan kedalam 2 (dua) kutub pertumbuhan, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.
IV - 3
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

C. Kependudukan Jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2003 adalah 1.993.602 jiwa, dan tingkat kepadatan penduduk sebesar 6.639 jiwa/km. Pertambahan penduduk Kota Medan dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2003 sebanyak 151.302 jiwa atau rata-rata 15.130 jiwa per tahun (jumlah penduduk Kota Medan tahun 1993 adalah 1.842.300 jiwa). Sebagian besar mata pencaharian penduduk Kota Medan yang telah terdaftar di Departemen Tenaga Kerja adalah di sektor industri pengolahan, yaitu sebanyak 1.010 jiwa dari 1.340 jiwa total penduduk yang bekerja. Dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2003, jumlah penduduk yang bekerja tersebut meningkat tajam sebesar 23,95 % (tahun 1993 penduduk yang bekerja berjumlah 321 jiwa).
Tabel 4.1.1.1.2 Jumlah Penduduk Yang Bekerja dan Terdaftar Menurut Lapangan Usaha Di Kota Medan Tahun 2003 Lapangan Usaha Pertanian, peternakan dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan, hotel dan Restoran Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan bangunan/tanah dan Jasa Perusahaan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Jumlah
Sumber: Kota Medan Dalam Angka 2003. BPS Kota Medan

2003 0 0 1.010 0 0 224 0 0 86 1.340

D. Perekonomian Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan di Kota Medan, tercermin dari perekonomiannya. Pada tahun 2002, laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan terus meningkat hingga mengalami pertumbuhan sebesar 4,5% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Beberapa sektor yang pertumbuhannya di atas rata-rata yakni sektor penggalian 9,6%, keuangan 7,42%, pertanian 6,88%, listrik, gas dan air 6,67%. Jika dilihat kontribusi masing-masing sektor terhadap pendapatan regional, pada tahun 2002 sektor perdagangan memberikan kontribusi yang sangat dominan (34,53%).
IV - 4
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Pendapatan per kapita sebagai salah satu indikator untuk melihat tingkat kemakmuran masyarakat merupakan hasil pembagi antara PDRB dengan Jumlah Penduduk. Pendapatan per kapita masyarakat Kota Medan menurut lapangan usaha tahun 2002 atas dasar harga konstan tahun 1993 mencapai Rp. 2.952.938,15.
Tabel 4.1.1.1.3 PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002 (Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha Pertanian Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Assuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB 404.884,18 425.353,68 434.873,52 5.549.453,20 447.041,19 5.799.222,07 5.003.957,97 5.274.101,21 1999 292.534,71 471,30 764.984,59 247.521,05 197.878,40 1.501.390,75 886.282,85 708.010,14 2000 320.107,65 588,52 789.853,54 259.689,31 228.275,59 1.558.782,52 973.479,07 717.971,33 2001 335.093,54 640,49 829.044,78 273.752,25 260.538,87 1.590.045,64 1.062.191,82 763.272,29 2002 358.156,08 701,97 833.173,03 292.001,85 271.095,83 1.651.985,79 1.126.497,67 818.568,66

Sumber: Kota Medan Dalam Angka, Tahun 2003. BPS Kota Medan

4.1.1.2 Penyelenggaraan Penataan Ruang Kota Medan A. Produk Rencana Tata Ruang Kota Medan Produk Rencana Tata Ruang yang menjadi pedoman dalam penataan kota dan bangunan saat ini terdiri dari: a. Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan (RUTRK) Tahun 1995 2005, yang saat ini sedang direvisi untuk masa 2005-2015, merupakan bagian dari Pola Dasar Pembangunan Kota Medan dalam aspek fisik yang disahkan dalam Peraturan Daerah No. 4 tahun 1995, memiliki ketelitian Peta skala 1 : 20.000; b. Rencana Sub Sub Wilayah (RSSW) yang telah ada sejak tahun 1978, memiliki ketelitian Peta skala 1 : 5.000 (setingkat RDTRK) sebanyak 66 lembar; c. Peta-peta Blad yang merupakan rencana teknis dan telah ada sejak lama, memiliki ketelitian Peta skala 1 : 1.000, mencakup wilayah pusat Kota Medan.

IV - 5
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Selain ketiga produk hukum tersebut, Perda RTRW Kota Medan menjadi pedoman dalam penyusunan Perda-Perda dan Surat Keputusan Walikota yang mengatur tentang penataan ruang kota Medan.

Gambar 4.1.1.2.1 Salah satu contoh Produk RTR Kawasan Mebidang

Selain Perda tentang RTRW Kota Medan, peraturan lainnya yang berkaitan dengan penataan ruang adalah : 1. Perda No. 9 Tahun 2002 tentang Izin Mendirikan Bangunan; 2. Perda No. 17 Tahun 2002 tentang Peruntukan Penggunaan Tanah; 3. Surat Keputusan Walikota Medan No. 188.342/3017/SK/2000, tentang Penyempurnaan Surat Keputusan Walikota Medan No. 188.342/382/SK/1989 tentang Pelaksanaan Perda Kota Medan No. 6 Tahun 1988 tentang Pelestarian Bangunan dan Lingkungan yang Bernilai Sejarah Arsitektur Kepurbakalaan serta Penghijauan dalam Daerah Kota Medan; 4. Surat Keputusan Walikota Medan No. 188.342/382/SK/1989 tentang Pelaksanaan Perda Kota Medan No. 6 Tahun 1988 tentang Pelestarian Bangunan dan Lingkungan yang Bernilai Sejarah Arsitektur Kepurbakalaan serta Penghijauan Dalam Daerah Kotamadya DT II Medan; Kota Medan termasuk dalam Kawasan Perkotaan Mebidang, sehingga dalam penyusunan rencana tata ruang untuk kawasan Mebidang tersebut dikoordinasikan oleh Gubernur Propinsi Sumatera Utara sesuai dengan Pasal 8 ayat (3) UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

IV - 6
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

B. Pemanfaatan Ruang Kota Medan Dalam hal pelaksanaan penataan ruang (pemanfaatan ruang), dilakukan melalui kegiatankegiatan sektoral maupun terintegrasi, antara lain: Pembangunan jalan lingkar luar dan jalan-jalan penghubung (Jl. Setia Budi dan Jl. Marelan); terkait dengan proyek MMUDP yang telah rampung pada tahun 2003/2004; Pelestarian bangunan/lingkungan bersejarah yang dilakukan melalui revitalisasi (Kesawan, Titi Gantung dan Mesjid Raya Istana Maimoon) serta revisi perda; Penataan kawasan Jl. Ahmad Yani/Kesawan menjadi pusat jajan malam hari. Pada tahap II akan dikembangkan pula di Jl. Wazir; Penataan pasar ikan lama: pengembalian fungsi Jl. Ahmad Yani II dan relokasi pedagang/penjahit yang menggunakan jalan tersebut; Penataan pedagang Buku Titi Gantung sebagai kesatuan ruang Kesawan (fungsi Wisata); Penataan kawasan kumuh dan lalu lintas.
Salah satu kawasan kumuh dibantaran sungai Jalan Suprapto Salah satu gedung bersejarah di Jalan Imam Bonjol

Selain pemanfaatan lahan untuk penataan ruang di atas, untuk menghindari perkembangan perkotaan yang terus meluas sejalan dengan kecenderungan perkembangan saat ini, maka perkembangan kawasan perkotaan Mebidang, khususnya Kota Medan, diarahkan membentuk pola ribbon (pita) dengan desentralisasi pusat-pusat pelayanan dan kegiatan ekonomi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya struktur ruang tersebut adalah: Pengembangan Kawasan Polonia di Kota Medan sebagai pusat Bisnis dan Keuangan Pengembangan Kota Binjai dan Lubuk Pakam sebagai kota mandiri yang mengimbangi perkembangan Kota Medan Pengembangan kawasan-kawasan prospektif ekonomi di Kawasan Pelabuhan Laut Belawan dan Bandar Udara baru Kuala Namu Pengembangan jalan tol Medan-Binjai dan Medan-Kuala Namu Perkembangan memita (ribbon development) antara pusat-pusat kegiatan Melihat perkembangan Kota Medan yang semakin pesat, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menetapkan perlunya penetapan wilayah Metropolitan Medan (Medan Metropolitan

Area/MMA) sebagai satu kesatuan wilayah pengembangan, baik ditinjau dari segi
homogenitas maupun fungsi ekonominya. Lingkup wilayah MMA atau Kawasan Perkotaan Mebidang ini meliputi Kota Medan, Kota Binjai, dan Kabupaten Deli Serdang.
IV - 7
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Penataan dan penyediaan wadah/ruang-ruang bagi kegiatan yang akan menunjang Kota Metropolitan dilakukan melalui: b. Rencana perluasan Kota Medan c. Pelaksanaan penataan ruang d. Pengendalian rencana tata ruang e. Peningkatan estetika kota f. Peningkatan pelayanan umum

Dengan pengembangan di atas, maka pemanfaatan ruang di Kota Medan sebagian besar dimanfaatkan sebagai pusat-pusat kegiatan perekonomian, dimana kegiatan ekonomi yang prospektif adalah di Medan kota inti (pusat bisnis dan keuangan), Belawan (industri dan pelabuhan laut), dan Kuala Namu (bandar udara).

C. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kota Medan Pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri dari pengawasan dan penertiban dilakukan oleh Bapeko dan instansi terkait. Untuk segi pengawasan diserahkan ke Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan. Pengawasan yang dilakukan dalam rangka menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang hendaknya dilakukan secara terus menerus. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan juga dengan pemberian perizinan yaitu melalui Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan. Pengendalian rencana/pemanfataan ruang dilakukan dalam bentuk: Penyesuaian dan evaluasi secara parsial rencana tata ruang dengan perkembangan kota yang terjadi. Kegiatan ini dilakukan dalam kajian khusus di Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Kota Medan melalui upaya perubahan peruntukan, penghapusan rencana jalan, dispensasi GSB maupun aspek lainnya; Pengawasan dan penindakan (pembongkaran) bangunan bermasalah (tidak memiliki ataupun menyimpang IMB); Pengendalian kawasan resapan air (selatan) dengan koefisien Dasar Bangunan di Bagian Selatan Kota; Meminimalisir pembangunan rumah petak/ruko 4 (empat) lantai melalui cara disinsentif retribusi yakni tarif dua kali dari ketentuan (Perda No. 9 tahun 2002); Perda No. 17/2002 tentang pengendalian perubahan peruntukan tanah/penghapusan rencana jalan dan dispensasi GSB melalui pemberatan retribusi menjadi jauh lebih tinggi (berdasar SK Walikota Medan mengenai harga dasar tanah tahun 1995 menjadi berdasar NJOP) Mempermudah akses bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi rencana kota melalui :
IV - 8
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

a. Informasi secara informal untuk mahasiswa, masyarakat umum, dunia usaha di kantor DTK dan TB lantai II; b. Informasi secara formal melalui Keterangan Rencana Peruntukan (KRP), dimana tarifnya telah dipermurah (Perda No. 17/2002).

4.1.1.3 Isu Permasalahan Kota Medan Selain memiliki potensi perkembangan kota, Kota Medan juga memiliki beberapa permasalahan di dalam penataan ruang. Permasalahan Kota Medan meliputi : Bidang Transportasi - Jaringan jalan yang belum terstruktur menurut kebutuhan hirarki jalan - Kemacetan lalu lintas - Penurunan kapasitas Bandara Polonia - Beban lalu lintas terusan - Penurunan kapasitas jalan lokal karena lokasi terminal angkutan antar kota di pusat kota - Manajemen lalu lintas belum mendukung rencana integrasi ruang ke dalam kawasan perkotaan Mebidang Bidang Sarana dan Prasarana a. Air Bersih - Masih rendahnya tingkat pelayanan air bersih perpipaan - Tingkat kehilangan air yang cukup tinggi (30%) - Ketersediaan air dan kapasitas distribusinya masih rendah - Kualitas air sumur dangkal yang masih rendah: asin, berwarna dan berbau (akibat pencemaran). b. Drainase/Pengendalian Banjir - Banjir di Kota Medan bagian utara, melanda areal seluas 1.100 Ha, akibat aliran air yang lamban ke arah muara karena rendahnya beda ketinggian dan tingkat presipitasi setempat. - Pembangunan tanggul 25 tahunan yang menghadapi kendala teknis dari segi kapasitas konstruksi serta sarana bantuannya. - Tingkat kesadaran masyarakat untuk memelihara prasarana drainase masih rendah.
IV - 9
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik Salah satu banjir di Kota Medan yaitu di Jalan Putri Hijau akibat sistem drainase yang kurang baik Salah Satu kemacetan di kota Medan

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Bidang Struktur Ruang Kota - Perkembangan linier sepanjang rute yang memanjang; - Perkembangan kawasan kota yang cenderung ekstensif; - Banyaknya permukiman kumuh yang timbul di sepanjang kali/sungai yang tidak tertangani dengan baik.

Kawasan kumuh yang berada di Jalan Kejaksaan dan Jalan Suprapto, Kota Medan

- Pemanfaatan ruang kota yang tidak tertata dengan baik, seperti pemanfaatan fungsi perkantoran yang dicampur dengan fungsi perdagangan, fungsi pemerintahan dan perkantoran atau sebaliknya. - pemanfaatan lahan untuk permukiman yang ada di dekat bandar udara Polonia jaraknya sangat dekat ( 300 m), sehingga keberadaan permukiman sangat mengganggu ruang gerak penerbangan di bandar udara tersebut.
Kawasan perdagangan yang tidak tertata dengan baik, dimana pemanfaatannya juga terdapat fungsi perkantoran

Lokasi permukiman di Padang Bulan yang dekat dengan Bandar Udara Polonia yang berjarak 300 meter

IV - 10
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Pengembangan kawasan perkotaan Mebidang cenderung untuk membentuk suatu pola ruang yang ekstensif. Beberapa faktor yang mempengaruhinya dan perlu diantisipasi dalam pengembangan perkotaan tersebut antara lain: Pengembangan beberapa kota baru dan permukiman skala besar yang berada terlalu dekat dengan Kota Medan; Kegagalan pengembangan kota-kota kecil mandiri yang menyebabkan meningkatnya ketergantungan terhadap kota-kota utama (Medan, Binjai, dan Lubuk Pakam); Pengembangan bandara baru di Kuala Namu, yang disertai dengan pusat pelayanan dan permukiman skala besar tanpa kawasan penyangga antara Kota Medan dan Kuala Namu; Pengembangan jalan tol baru yang menghubungkan Binjai-Medan-Kuala Namu Pengembangan jalan lingkar luar Kota Medan; Pengembangan jaringan jalan yang merangsang pengisian ruang secara ekstensif.

4.1.2

Kota Bandar Lampung

4.1.2.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung A. Kondisi Umum Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Letaknya yang strategis, karena sebagai daerah transit kegiatan perekonomian antar Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan Kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan, industri dan pariwisata. Kota bandar Lampung berada pada Teluk Lampung, di ujung selatan Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5 20' - 5 30' Lintang Selatan dan 105 28' - 105 37' Bujur Timur. Luas wilayah Kota Lampung adalah 192,18 km dengan jumlah kecamatan sebanyak 13 kecamatan. Batas- batas administrasi Kota Bandar Lampung adalah: - Sebelah Utara - Sebelah Selatan - Sebelah Barat - Sebelah Timur : Kabupaten Lampung Selatan : Kabupaten Lampung Selatan, Teluk Lampung : Kabupaten Lampung Selatan : Kabupaten Lampung Selatan
IV - 11
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik Salah satu pintu masuk Kota Bandar Lampung dan Ciri Khas Kota Bandar Lampung

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

B. Kondisi Fisik Kawasan perkotaan Kota Bandar Lampung terletak pada ketinggian 0 700 m di atas permukaan laut dengan topografinya terdiri dari: 1. Daerah pantai yaitu sekitar Teluk Betung bagian selatan dan Panjang 2. Daerah perbukitan yaitu sekitar Teluk Betung bagian utara 3. Daerah dataran tinggi serta sedikit bergelombang terdapat di sekitar Tanjung Karang bagian barat yang dipengaruhi oleh gunung Balau serta perbukitan Batu Serampok dibagian timur selatan 4. Teluk Lampung dan pulau-pulau kecil bagian selatan
Kondisi fisik Kota Bandar Lampung yang Berbukit Batu

Di bagian tengah Kota Bandar Lampung mengalir sungai-sungai, dimana daerah hulu sungai berada di bagian barat, daerah hilir sungai berada di selatan yaitu pada dataran pantai. Luas wilayah yang datar sampai landai 60%, landai sampai miring 35%, sangat miring sampai curam 4%. Selain itu wilayah Kota Bandar Lampung sebagian merupakan perbukitan. Penggunaan lahan di Kota Bandar lampung sebagian besar dimanfaatkan sebagai lahan pertanian seluas 10.447,01 Ha atau 54,5% dari luas lahan seluruhnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.2.1.1.
Tabel 4.1.2.1.1 Luas Penggunaan Lahan Di Kota Bandar Lampung Tahun 2003 Jenis Penggunaan Lahan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Permukiman Pertanian Hutan Rawa Perusahaan Industri Jasa-jasa lainnya Tanah Kosong tidak diperuntukan Jumlah
Sumber: Kota Bandar Lampung Dalam Angka, Tahun 2003.

Luas (Ha) 5.971,67 10.477,01 482,01 9,75 406,55 256,30 375,85 1.201,39 38,02 19.218,55

% 31,07 54,52 2,51 0,05 2,12 1,33 1,95 6,25 0,20 100

IV - 12
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

C. Kependudukan Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung adalah 790.895 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 41 jiwa/km. Pertambahan penduduk Kota Bandar Lampung dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 rata-rata pertahunnya adalah 16.049 jiwa. D. Perekonomian Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan di Kota Bandar Lampung, tercermin dari perekonomiannya. Pada tahun 2003, laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung terus meningkat hingga mengalami pertumbuhan sebesar 14,52% dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003, sedangkan untuk tahun 2003 laju pertumbuhannya sebesar 6,96%. Ada beberapa sektor yang pertumbuhannya di atas rata-rata pada tahun 2003 yakni sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan 27%, perdagangan, hotel dan restoran 10,41%, serta pengangkutan dan komunikasi 8,26%. Jika dilihat kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB Kota Bandar Lampung, pada tahun 2003 masih sangat dominan berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 23,10%.
Salah satu pusat perbelanjaan Kota Bandar Lampung Kawasan kegiatan perekonomian Kota Bandar Lampung

Pendapatan per kapita sebagai salah satu indikator untuk melihat tingkat kemakmuran masyarakat merupakan hasil pembagi antara PDRB dengan jumlah penduduk. Pendapatan per kapita masyarakat Kota Bandar Lampung pada tahun 2003 mencapai Rp. 2.454.909,94,Tabel 4.1.2.1.2 PDRB Kota Bandar Lampung Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003 (Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Penggalian dan Pertambangan Industri Pengolahan tanpa Migas Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa erusahaan Jasa-jasa PDRB 2000 53.188 8.427 316.010 35.079 166.532 394.078 346.361 132.841 242.814 1.695.330 2001 45.596 8.796 323.095 43.199 171.217 402.548 378.711 123.877 251.524 1.748.563 2002 46.487 8.869 326.258 41.189 173.176 406.267 407.441 144.715 260.870 1.815.272 2003 46.611 9.011 322.782 40.473 180.276 48.542 441.083 183.788 269.010 1.941.576

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Sumber: Pemerintah Kota Bandar Lampung, Tahun 2003.

IV - 13
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Ekspor produk hasil bumi yang menjadi andalan Kota Bandar Lampung adalah kopi, lada dan pisang. Pengiriman ekspor hasil bumi ini dilakukan melalui Pelabuhan Panjang, di mana pelabuhan ini merupakan pelabuhan satu-satunya pelabuhan ekspor yang dimiliki oleh Kota Bandar Lampung. Sarana ini merupakan salah satu penunjang kelancaran perdagangan di Kota Bandar Lampung.
Salah satu pelabuhan yang ada di Kota Bandar Lampung

4.1.2.2 Isu Permasalahan Kota Bandar Lampung Isu permasalahan pembangunan Kota Bandar Lampung berkaitan dengan penataan ruang, antara lain adalah: Kemiskinan Kota, yang terdiri dari: - Permukiman Kumuh - Kualitas Lingkungan Permukiman Manajemen Kota, yang terdiri dari: - Penyelenggaraan Pelayanan Umum - Penyelenggaraan Pembangunan Kota Berbasis Masyarakat dan Keswadayaan - Penyelenggaraan Pemerintahan - Supremasi Hukum Lingkungan dan Tata Ruang - Pengerukan Bukit - Drainase - Sanitasi Wilayah Pantai

4.1.3

Kota Semarang

4.1.3.1 Gambaran Umum Kota Semarang A. Kondisi Umum Kota Semarang termasuk dalam kawasan strategis

Kedungsepur (Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kabupaten Grobogan). Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah, Semarang sangat berperan, terutama dengan adanya pelabuhan, jaringan transport darat (jalur kereta api dan jalan) serta transpor udara yang merupakan potensi bagi simpul transport Regional Jawa Tengah dan kota transit Regional Jawa Tengah.
IV - 14
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik Salah satu cirri khas Kota SEmarang

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan luar Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah. Kota Semarang terletak di pantai Utara Jawa Tengah, tepatnya pada garis 6 5' - 7 10' Lintang Selatan dan 109 35' - 110 5' Bujur Timur. Letak geografi Kota Semarang ini dalam koridor pembangunan Jawa Tengah dan merupakan simpul empat pintu gerbang, yakni koridor pantai Utara, koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah Kabupaten Demak/Grobogan dan Barat menuju Kabupaten Kendal. Secara keseluruhan, luas wilayah Metropolitan Semarang adalah sekitar 33.711,93 Ha, yang terdiri dari 16 wilayah kecamatan. Penentuan batas wilayah metropolitan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: Pendekatan titik henti, dengan pertimbangan teori tempat pusat (central place), yang melibatkan variabel jarak dan jumlah penduduk Kondisi lahan terbangun, sebagai bahan pertimbangan pengaruh langsung kedekatan Kota Semarang dengan hinterlandnya. Kondisi lahan terbangun di Kota Semarang dan daerah sekitarnya menunjukkan adanya aglomerasi kegiatan dan fasilitas yang cukup tinggi di satu pusat (pusat pertumbuhan/growth centre) Adapun batas-batas administrasi Kota Semarang: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km : Kabupaten Semarang : Kabupaten Kendal : Kabupaten Demak

B. Kondisi Fisik Ditinjau dari topografinya, wilayah Kota Semarang terdiri dari dataran rendah (daerah

pantai) dan dataran tinggi (daerah perbukitan). Kota Semarang terletak pada ketinggian antara 0,75 sampai dengan 384,00 diatas permukaan laut (DPL). Di bagian Utara, yang merupakan pantai dan dataran rendah, memiliki kemiringan 0 - 2% sedang ketinggiannya bervariasi antara 0-3,5 M DPL. Di bagian Selatan merupakan daerah perbukitan, dengan kemiringan 2 - 40% dan ketinggian antara 90 - 200 M DPL. Dilihat dari kemiringan lereng di Kota Semarang sebagian besar wilayahnya memiliki tingkat kemiringan lereng yang datar dan landai (78,11%), agak curam (16,27%), curam (3,05%), dan terjal/sangat curam (2,57%).
IV - 15
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Dari luas wilayah yang ada, terdiri dari 3.658 Ha (9,79%) tanah sawah dan 3.371 Ha (90,21%) bukan tanah sawah. Menurut penggunaannya, lahan kering sebagian besar digunakan untuk tanah pekarangan/tanah untuk bangunan dan halaman sekitar, yaitu sebesar 39,45% dari lahan bukan sawah.
Tabel 4.1.3.1.1 Luas Penggunaan Lahan Kota Semarang, Tahun 2002 Penggunaan Lahan Pekarangan & Bangunan Tegalan & Kebun Padang Gembala Tambak/Kolam Rawa Lain-Lain Jumlah
Sumber: Kota Semarang Dalam Angka, Tahun 2002.

Luas (Ha) 13.298,07 9.377,06 651,62 115,81 1.881,34 8.388,03 33.711,93

C. Kependudukan Jumlah penduduk Kota Semarang berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2003, mencapai 1.378.193 jiwa ada. Dari aspek pendidikan, dapat kita lihat bahwa rata-rata anak usia sekolah di Kota Semarang dapat melanjutkan hingga batas wajib belajar sembilan tahun, bahkan tidak sedikit yang lulus SLTA dan Sarjana. Meskipun masih ada sebagian yang tidak mengenyam pendidikan formal, namun demikian dapat dicatat bahwa pada tahun 2001 penduduk Kota Semarang telah bebas dari 3 (tiga) buta: buta aksara, buta angka dan buta pengetahuan dasar. Dengan komposisi struktur pendidikan demikian ini cukup mendukung perkembangan Kota Semarang, apalagi peningkatan kualitas penduduk yang selalu mendapat prioritas utama didalam upaya peningkatan kesejahteraan. Tingkat kepadatan penduduk memang belum merata, penduduk lebih terpusat di pusat kota. Jumlah penduduk Kota Semarang berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan sebanyak 1.243.089 jiwa, dimana pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah pendidikan SD sebanyak 294.435 jiwa (23,68%) dan terendah adalah pendidikan Akademi/D3 sebanyak 46.894 jiwa. dengan pertumbuhan penduduk sejak tahun 2001 sebesar 2,09%. Jumlah usia produktif di Kota Semarang sekitar 68,25% dari jumlah penduduk yang

IV - 16
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Tabel 4.1.3.1.2 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Di Kota Semarang Tahun 2003 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah Belum Tamat SD Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Akademi/D.III Tamat Universitas Jumlah Jumlah 74.030 139.547 124.475 294.435 252.079 264.314 46.894 47.315 1.243.089 Prosentase 5,95 11,26 10,01 23,68 20,27 21,26 3,77 3,80 100

Sumber: Kota Semarang Dalam Angka Tahun 2003

Dilihat dari mata pencaharian/lapangan kerja, jumlah

penduduk yang bekerja sebesar

818.805 jiwa, dimana terbesar adalah bekerja pada sektor industri sebanyak 179.833 jiwa.
Tabel 4.1.3.1.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kota Semarang Tahun 2003 Mata Pencaharian Petani Sendiri Buruh Tani Nelayan Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Angkutan PNS & ABRI Pensiunan Lain-Lainnya Jumlah
Sumber: Kota Semarang Dalam Angka Tahun 2003

Jumlah 22.208 19.055 2.227 17.824 179.833 132.302 77.417 28.398 87.585 37.322 216.634 818.805

% 2,71 2,33 0,27 2,18 22 16,20 9,45 3,47 10,7 4,56 26,5 100

D. Perekonomian Tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2003 sebesar 5,11%. 5.405.239.394,-. pertumbuhan. Hampir seluruh paling sektor besar ekonomi pada Sedangkan PDRB menurut tahun 2001 mengalami sektor

lapangan usaha tahun 2002 berdasarkan atas dasar harga konstan tahun 1993 sebesar Rp. Sektor yang mengalami pertumbuhan adalah

pertambangan dan penggalian sebesar 8,41%, sedangkan yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian sebesar -9,66%.

IV - 17
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Tabel 4.1.3.1.4 PDRB Kota Semarang Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2001 Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Penggalian dan Pertambangan Industri Pengolahan tanpa Migas Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa PDRB 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 2000 40.847.657 12.950.132 1.615.074.800 74.802.825 183.628.400 1.838.085.083 364.900.410 340.767.403 671.476.194 5.142.532.904 2001 36.903.643 14.039.210 1.705.755.277 77.331.070 196.230.349 1.913.163.001 397.260.566 350.124.304 714.431.974 5.405.239.394

Sumber: Pemerintah Kota Semarang, Tahun 2002.

PDRB per kapita, atau rata-rata nilai tambah yang dihasilkan oleh masing-masing penduduk Kota Semarang pada tahun 2003 sebesar Rp. 4.088.523,-. Prasarana dan sarana perhubungan juga memegang peranan penting dalam rangka pengembangan perekonomian Kota Semarang. Pelabuhan laut Kota Semarang, yakni: Pelabuhan Tanjung Emas, melayani angkutan penumpang dan barang. Untuk angkutan penumpang, melayani: Semarang, Jakarta, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur (Makassar). Pada masa mendatang pelabuhan ini mengusahakan penambahan kapal cepat untuk lintasan SemarangKarimunjawa. Juga kebutuhan mendesak untuk mengembangkannya menjadi pelabuhan terpadu khusus untuk pelabuhan penumpang, yaitu pelabuhan yang bisa menampung seluruh kapal-kapal penumpang jalur reguler yang ada, termasuk kapal turis luar negeri. Untuk perhubungan udara, yaitu: Bandara Ahmad Yani, sebagai bandar udara nasional yang menghubungkan kota-kota besar di Indonesia. Melihat pola pergerakan yang dihubungkan dengan moda darat, laut, udara, dengan intensitas tinggi, maka Semarang menjadi wilayah yang berfungsi sebagai pusat pelayanan transportasi (di kawasan Kedungsepur). Tingginya pergerakan regional ini ditunjukkan pula oleh ketersediaan jalur angkutan umum regional menuju kota-kota besar, seperti: Tegal, Cirebon, Bandung, Jakarta, Surakarta, Madiun, Surabaya, Malang, Denpasar, Magelang, Yogyakarta, Purwokerto, Cilacap, dan kota-kota di pulau Sumatera.

IV - 18
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

4.1.3.2 Penyelenggaraan Penataan Ruang Kota Semarang A. Perencanaan Tata Ruang Kota Semarang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) Semarang Tahun 2000 - 2010 yang merupakan arahan bagi pemanfaatan ruang di wilayah Kota Semarang, merupakan hasil evaluasi/revisi RTRWK Semarang yang disusun tahun 1994/1995. Evaluasi/revisi rencana tata ruang ini sejalan dengan pasal 13 ayat (2) UU R.I No.24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang yang menyebutkan bahwa rencana tata ruang ditinjau kembali dan atau disempurnakan sesuai dengan jenis perencanaannya secara berkala. Penyusunan RTRWK Semarang Tahun 2000 2010 dilakukan dengan adanya masukanmasukan dari dinamika perkembangan aspek-aspek sosial, ekonomi yang berpengaruh pada pemanfaatan ruang wilayah. Dari segi kelembagaan, maka Bappeda berperan sebagai koordinator perencanaan pembangunan kota, dengan masukan materi berasal dari berbagai dinas atau sektor. Peranan Bappeda ini termasuk juga dalam hal menyusun rencana tata ruang kota Semarang. Konsepsi pengembangan tata ruang wilayah Kota Semarang, adalah: Menciptakan kondisi ruang kota yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan potensi sebagai simpul perkembangan nasional dan regional, dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berdaya saing global; Menciptakan kondisi ruang kota yang mampu menciptakan perkembangan keterikatan potensi dan pusat pengembangan timbal balik dengan daerah metropolitannya (Kedungsepur); Mengembangkan ruang kota yang memacu perkembangan regional segitiga Semarang, Solo dan Jogyakarta (Joglosemar); Mengendalikan pemanfaatan ruang di kawasan lindung dan budidaya unuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan; Pemanfaatan ruang kota yang memberikan potensi bagi tumbuh dan berkembangnya ekonomi kerakyatan dan sumber daya lokal; Mengembangkan karakteristik dan potensi ruang kota sesuai dengan kondisi fisik gegrafis yang berciri perbukitan kota atas, dengan hutan dan pertanian serta kawasan kota bawah dengan pengembangan garis pantai (water front development); Memelihara dan merevitalisasi semua potensi kesejarahan ruang kota yang menciptakan kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya yang berkualitas. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Kota Semarang beserta kota/kabupaten lain/wilayah di sekitarnya termasuk dalam wilayah Pengembangan Kawasan Semarang-Demak. Dalam hal ini, fungsi Kota Semarang adalah sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN).
IV - 19
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

mampu

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Kemudian kota lainnnya, yaitu: Kendal, berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL); Demak berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL); Ungaran berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL); Salatiga berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Purwodadi berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Berdasarkan sistem perkotaan Jawa Tengah, Metropolitan Semarang termasuk dalam Wilayah Pembangunan I, yang mencakup wilayah Kota Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Demak. B. Pemanfaatan Ruang Kota Semarang Perkembangan Metropolitan Semarang terjadi seiring dengan pesatnya laju pertumbuhan penduduk dan tuntutan akan fasilitas pelayanan yang dibutuhkan. Adanya keterbatasan lahan di wilayah Kota Semarang, sehingga menyebabkan terjadinya ekspansi ke daerah pinggiran Kota Semarang, yaitu Mranggen, Sayung, Kaliwungu, Boja, Ungaran, Pringapus dan Bergas.
Pemanfaatan Ruang yang digunakan untuk Bangunan Bersejarah Di Kota Semarang

Wilayah pinggiran ini merupakan kota transisi, dimana terjadi peralihan dari struktur pertanian menuju industri, perdagangan dan jasa.

Keterbatasan lahan perumahan yang ada di Semarang menyebabkan disediakannya lahan cadangan untuk perumahan di sekitar Mranggen (Kabupaten Demak) dan daerah Boja (Kabupaten Kendal) yang mempunyai daerah terbuka yang cukup luas dan merupakan daerah cadangan resapan air tanah. Untuk perkembangan daerah industri lebih condong dipusatkan pada daerah Kaliwungu (Kabupaten Kendal) karena letaknya yang strategis dan didukung oleh sarana transportasi yang baik. Selain itu, perkembangan industri diarahkan pula di daerah Sayung (Kabupaten Demak) yaitu industri pengolahan, industri kimia dan aneka industri. Sejalan dengan struktur pemanfaatan ruang, maka dari jaringan transportasi (jalan) Kota Semarang meliputi: Arteri primer utama : Kota Semarang Bawen - Yogyakarta; Semarang Bawen - Solo; Arteri primer bagian utara : Weleri Kendal Semarang Demak; Kolektor primer : Semarang - Purwodadi. Terminal tipe A (antar kota antar provinsi); Terminal tipe B dan C tersebar di kota kecamatan; Terminal Pangkalan Truk Mangkang, Genuk, Watugong.
IV - 20
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

Sedangkan terminal Kota Semarang terdiri atas: -

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Pelabuhan laut Kota Semarang, yakni: Pelabuhan Tanjung Emas, melayani angkutan penumpang dan barang. Untuk angkutan penumpang, melayani rute Semarang, Jakarta, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur (Makasar). Pada masa mendatang pelabuhan ini mengusahakan penambahan kapal cepat untuk lintasan Semarang Karimunjawa. Juga kebutuhan mendesak untuk mengembangkannya menjadi pelabuhan terpadu khusus untuk pelabuhan penumpang, yaitu pelabuhan yang bisa menampung seluruh kapal-kapal penumpang jalur reguler yang ada, termasuk kapal turis luar negeri. Untuk perhubungan udara, terdapat Bandara Ahmad Yani, sebagai bandar udara nasional yang menghubungkan kota-kota besar di Indonesia. Melihat pola pergerakan yang dhubungkan dengan moda darat, laut, udara, dengan intensitas tinggi, maka Semarang menjadi wilayah yang berfungsi sebagai pusat pelayanan transportasi (di kawasan Kedungsepur). Tingginya pergerakan regional ini ditunjukkan pula oleh ketersediaan jalur angkutan umum regional menuju kota-kota besar, seperti: Tegal, Cirebon, Bandung, Jakarta, Surakarta, madiun, Surabaya, Malang, Denpasar, Magelang, Yogyakarta, Purwokerto, Cilacap, dan kota-kota di pulau Sumatera.

C. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kota Semarang Mekanisme pengendalian pemanfaatan ruang kota Semarang meliputi: Proses pengawasan/pemantauan, yaitu bentuk pengendalian terhadap melanggar peraturan perundangan yang berlaku. Proses penertiban/perijinan, yang mana pada proses ini terjadi penyaringan atau pengaturan agar pemanfaatan ruang sejalan/sesuai dengan kebijakan, peraturan yang berlaku. Dalam pengendalian pemanfaatan Kota Semarang, sasarannya adalah: Perlindungan terhadap kawasan lindung dari budidaya yang tidak diijinkan di atasnya. Pengarahan jenis dan intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang hendak dicapai. pemanfaatan ruang yang sudah terjadi, terutama terhadap bentuk-bentuk pemanfaatan yang

4.1.3.3 Isu Permasalahan Kota Semarang Transportasi Ketidakmampuan jalan kota dalam menampung pergerakan penduduk Tingkat kenyamanan masyarakat dalam memanfaatkan jasa angkutan umum mulai terganggu.

IV - 21
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Keterbatasan dana untuk kegiatan pemeliharaan/peningkatan kualitas fisik badan jalan.

Sarana dan Prasarana a. Air Bersih - Terbatasnya sumber air baku yang berkualitas - Masih rendahnya kinerja pelayanan air bersih - Terbatasnya kapasitas sumber daya air dan masih minimnya upaya untuk memobilisasi sumber daya air potensial lainnya (sungai, bendungan, dan lain-lain) b. Drainase/Pengendalian Banjir - Naiknya muka air pasang, menimbulkan rob di Semarang Utara - Perubahan garis pantai, menyebabkan aliran air menjadi lebih panjang, naiknya muka air banjir dan pendangkalan di saluran drainase utama - Perubahan penggunaan lahan di Semarang Atas, menyebabkan berkurangnya daerah tangkapan air - Timbulnya banjir kiriman, sebagai dampak dari perubahan penggunaan lahan di Semarang Atas - Kurangnya pemeliharaan terhadap jaringan drainase kota, menyebabkan kemampuan dan kinerja sistem drainase semakin menurun - Kurang optimalnya pengelolaan DAS dan tingkat sedimentasi yang tinggi c. Persampahan - Masih belum jelasnya distribusi tugas dalam pengumpulan sampah - Terbatasnya kemampuan pemerintah kota dalam penanganan sampah kota - Terbatasnya lahan untuk TPA d. Sanitasi - Belum adanya sistem perpipaan air limbah, saluran terbuka air hujan digunakan pula sebagai saluran air limbah - Tingginya tingkat kepadatan penduduk serta kondisi tanah dan air yang tidak cocok untuk penggunaan septic tank (muka air tanah yang tinggi dan tanah kedap air) Timbulnya kawasan-kawasan kumuh kota, sebagai lokasi permukiman penduduk miskin perkotaan. Munculnya pedagang kaki lima, yang bergerak di bidang jasa/perdagangan, di beberapa ruas jalan kota. Banyaknya lokasi permukiman yang tidak sesuai dengan tata ruang (terutama perumahan informal yang dibangun oleh masyarakat).

IV - 22
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Permasalahan Ruang: - Kegiatan yang timbul di daerah-daerah kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang, yang umumnya masih memanfaatkan fasilitas dan prasarana Kota Semarang, perencanaan dan penanganannya perlu diintegrasikan dengan Kota Semarang; - Karena pola pengendalian maupun sistem perencanaan yang belum jelas, maka acapkali menimbulkan masalah; - Perkembangan Kota Semarang yang melampaui batas administrasinya menyebabkan adanya pemanfaatan ruang yang tidak terkendali, peningkatan luas lahan terbangun, dan tundaan lalu lintas.

4.1.4 Kota Surabaya 4.1.4.1 Gambaran Umum Kota Surabaya A. Kondisi Umum

Kota Surabaya, yang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Timur, adalah kota terbesar kedua dan kota pelabuhan terbesar kedua di Indonesia. Kota Surabaya merupakan Pusat Perkembangan Wilayah Indonesia Timur. Sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Timur, Kota Surabaya juga merupakan pusat kegiatan dan pelayanan dalam lingkup regional.
Buaya dan Ikan Hiu sebagai lambang Kota Surabaya

Wilayah Kota Surabaya terdiri atas 326 km2 daratan dan 226 km2 wilayah laut dengan total luas wilayah sekitar 552 km2 yang terbagi atas 31 Kecamatan dan 163 Kelurahan. Batas-batas administrasi Kota Surabaya adalah: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Selat Madura : Kabupaten Sidoarjo : Kabupaten Gresik : Selat Madura

Sebagai kota metropolitan Surabaya juga telah menjalin kerjasama Sister City dengan 3 kota di dunia, yaitu Busan (Korsel), Kochi (Jepang) dan Seattle (AS). Kesamaan geografis dan aktivitas kota mendorong terwujudnya kerjasama tersebut, diantaranya dalam bidang manajemen perkotaan dan perlindungan lingkungan hidup.

IV - 23
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

B. Kondisi Fisik Dari segi penggunaan lahan, sampai dengan tahun 2001 kawasan terbangun di Kota

Surabaya mencapai 63% sedangkan sisanya merupakan kawasan tak terbangun meliputi sawah, tegalan, tambak dan tanah kosong (jenis-jenis penggunaan lahan Kota Surabaya dapat dilihat pada Tabel 4.1.4.1.1). Dilihat dari kondisi fisik aspek permukiman, Kota Surabaya masih memiliki permukiman dengan kondisi yang kumuh dan liar (hunian liar). Rumah kumuh merupakan jenis hunian yang menempati tanah legal milik pemerintah dengan kondisi fisik yang dapat dikatakan kurang baik dan dalam tata ruang biasa disebut

slum. Berdasarkan studi yang pernah dilakukan oleh Laboratorium Permukiman ITS, rumahrumah kumuh ini sebagian besar berada di dekat pusat kegiatan, seperti: di sekitar pasar, pertokoan, pabrik/kegiatan industri.
Tabel 4.1.4.1.1 Luas Penggunaan Lahan Per Kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2001 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penggunaan Tanah Perumahan Sawah Tegalan Tambak Jasa Perdagangan Industri/Gudang Tanah Kosong Lain-Lain Jumlah Luas 13.711,00 3.506,19 1.808,90 4.982,71 2.982,06 573,32 2.370,38 1.784,90 918,29 32.637,75 % 42.00 10.74 5.54 15.26 9.13 1.75 7.26 5.46 2.81 99.95

Sumber: BPN Kota Surabaya, Tahun 2001

Keberadaan rumah-rumah kumuh telah menyebar di seluruh kecamatan. Dari hasil pengamatan, maka terlihat bahwa rumah-rumah kumuh di Kota Surabaya paling banyak terdapat di sepanjang pantai dengan mayoritas penduduknya adalah nelayan. Yang paling banyak adalah di wilayah Kenjeran dengan 6 lokasi kumuh, Kecamatan Benowo sebelah utara Surabaya yang juga dipesisir pantai dengan 5 lokasi kumuh Mengenai hunian liar, sebenarnya hunian liar identik dengan rumah kumuh, hanya saja hunian liar merupakan rumah kumuh yang dibangun diatas tanah yang tidak diperuntukkan
IV - 24
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

untuk bangunan (misalnya daerah bantaran sungai). Hunian liar biasanya dibangun dekat dengan tempat usaha/kerja para penghuninya.Lokasi hunian liar di Kota Surabaya diantaranya terdapat di bantaran sungai Kalimas daerah Benowo dan Rungkut yang didominasi oleh perindustrian. Selain tempat-tempat tersebut, masih ada hunian-hunian liar yang tersebar dalam skala kecil seperti: ditepi rel kereta api, dan tempat-tempat yang peruntukan lahannya bukan untuk bangunan. Keberadaan hunian liar sangat mengganggu penataan ruang Surabaya. Penyebaran hunian liar terdapat di Kecamatan Benowo (Tambak Oso Wilangun), Gubeng (Ngagel Rejo), Wonokromo (Jagir), Sukolilo (Jangkungan dan Medokan Semampir), Rungkut (Kedung Beruk, Pebjaringansari, Wonorejo dan Kali Rungkut), serta Kecamatan Wonocolo (Sidoresmo).

C. Kependudukan Jumlah penduduk Kota Surabaya berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000 adalah 2.599.796 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 7.966 jiwa/km. Pada 10 tahun sebelumnya (tahun 1990) penduduk Kota Surabaya adalah 2.473.272 jiwa, dengan demikian maka pertumbuhan penduduk Kota Surabaya selama kurun waktu 10 tahun tersebut (1990 - 2000) adalah sebesar 0,50%. Saat ini Kota Surabaya dikenal sebagai kota budaya, pendidikan, pariwisata, maritim, industri dan perdagangan yang mengalami perkembangan pesat.

Surabaya tempo dulu dari ketinggian dan Gedung Grahadi

Surabaya memiliki masyarakat yang multi-etnis, perguruan tinggi-perguruan tinggi terkemuka, obyek-obyek pariwisata yang menarik, pelabuhan laut, pangkalan Armada TNIAL, Akademi Angkatan Laut (AAL), kawasan industri dan pusat-pusat perbelanjaan.

D. Perekonomian Dilihat dari struktur perekonomian, sektor industri memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kota Surabaya (34,22%), dan disusul sektor jasa, perdagangan, dan hotel (32,62%). Pada tahun 2004, pertumbuhan ekonomi Surabaya mencapai 4,31 %.
IV - 25
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Status yang dimiliki Kota Surabaya sebagai kota industri dan perdagangan memang cukup pantas jika dilihat dari persentase kegiatan ekonomi daerah ini setiap tahunnya. Sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, memberikan kontribusi terbesar bagi PDRB Kota Surabaya. Pada tahun 2003 sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar Rp. 4.396.962,04 dan sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi sebesar Rp. 4.447.707,52 terhadap PDRB Kota Surabaya (atas dasar harga konstan tahun 1993).

Jl. Basuki Rahmat, kawasan bisnis paling strategis di Surabaya

Maket jadi jembatan Suramandu

Tabel 4.1.4.1.2 PDRB Kota Surabaya Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002 - 2003 (Jutaan Rupiah)

Lapangan Usaha
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Penggalian dan Pertambangan Industri Pengolahan tanpa Migas Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB
Sumber: Kota Surabaya Dalam Angka, Tahun 2003.

2002
28.495,76 973,87 4.320.345,95 502.148,87 1.160.580,20 4.174.996,16 2.282.492,06 1.101.389,18 990.645,55 14.562.067,60

2003
27.526,40 977,52 4.396.962,04 545.614,04 1.181.214,66 4.447.707,52 2.421.360,76 1.132.719,32 1.022.272,91 5.176.355,17

4.1.4.2 Penyelenggaraan Penataan Ruang di Kota Surabaya Dalam proses penyelenggaraan penataan ruang, Kota Surabaya telah mengacu pada Permendagri Nomor 8 tahun 1998 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah. Proses penyusunan rencana tata ruang dikoordinasikan oleh BKPRD yang terdiri dari berbagai instansi terkait diantaranya Bappeko. Bappeko menyusun rencana tata ruang
IV - 26
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

dengan melibatkan instansi terkait, perguruan tinggi, organisasi masyarakat, dunia usaha. Selain itu Bagian Hukum juga dilibatkan dalam proses legalisasi rencana tata ruang. Rancangan Perda tentang RTRW yang disusun diajukan Walikota untuk dibahas oleh DPRD dan kemudian dijadikan Perda tentang RTRW Kota Surabaya. Dalam proses penyusunan rencana tata ruang Kota Surabaya, peranserta masyarakat telah diakomodasikan. Pengikutsertaan masyarakat ini mengacu kepada Permendagri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peranserta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang. Pasal 3 Permendagri tersebut menyebutkan bahwa: penyusunan dan penetapan rencana tata ruang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan peranserta masyarakat, baik oleh orang seorang, kelompok orang, masyarakat hukum adat, kelompok profesi, kelompok minat, dan badan hukum.

A. Produk Rencana Tata Ruang Kota Surabaya Produk dari RTRW Kota Surabaya berupa Buku RTRW Kota Surabaya Tahun 2005, dan pada saat ini sedang disusun pula RTRW Kota Surabaya untuk tahun 2013. Disamping produk RTRW Kota Surabaya Tahun 2005 yang ada saat ini, terdapat juga RDTR dan RTRK yang mengacu pada RTRW dan berpedoman pada RUTR Kota Surabaya. Pedoman penyusunan RTRW Kota Surabaya mengacu pada Permendagri No. 2 Tahun 1987, tentang Pedoman penyusunan Rencana Kota yang menyebutkan bahwa hirarki perencanaan dalam lingkup kota adalah RUTRK, RDTRK dan terakhir RTRK. Selain itu mengacu juga pada Permendagri No. 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah, yang menyebutkan bahwa RTRW memiliki hirarki tertinggi, kemudian diikuti dengan penyusunan RDTR dan kemudian RTR. Berkaitan dengan penataan ruang di Kota Surabaya terdapat juga Perda No. 13 Tahun 1999 tentang Retribusi Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah yang dapat menciptakan potensi untuk mengakomodasi perubahan peruntukan lahan dan itu dapat berarti proses legalisasi dari penyimpangan rencana tata ruang.
Gambar 4.1.4.2.1 Perspektif Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Di sisi Jembatan Suramadu

DI SISI SURABAYA IV - 27

DI SISI MADURA

Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

B. Pemanfaatan Ruang Kota Surabaya Berdasarkan data dari BPN, antara tahun 1999 hingga tahun 2001, pemanfaatan ruang Kota Surabaya mengalami perubahan, yaitu terjadinya pertambahan luas lahan untuk kawasan terbangun (terutama untuk permukiman, perdagangan dan industri). Dilain pihak lahan tak terbangun (berupa tanah kosong) mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena adanya pemekaran Kota Surabaya di bagian timur. Lahan tak terbangun lainnya (sawah) mengalami penyempitan. Hal ini terjadi karena lahan tersebut telah beralih fungsi menjadi kawasan terbangun seperti untuk permukiman dan kegiatan komersial lainnya. Salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan penataan ruang Kota Surabaya adalah penyusunan rencana pengembangan Kawasan Jembatan Suramadu. Kawasan tersebut akan dikembangkan untuk kegiatan pertokoan, perkantoran, hotel, convention centre, rekreasi pantai, dunia fantasi dengan fasilitas parkir. Dari segi transportasi akan dikembangkan sistem transportasi yang terpadu antara darat, laut dan udara. Untuk memecahkan permasalahan kemacetan lalu lintas akan dikembangkan angkutan massal dan selain itu akan dibangun jalan tol. Dalam rangka penataan S. Kalimas, di mana terdapat permukiman kumuh, akan dilakukan revitalisasi S. Kalimas. Penataan dan revitalisasi S. Kalimas sepanjang 12 km bertujuan untuk peningkatan kualitas lingkungan dan estetika kota serta kualitas sumber daya air. Selain itu dilakukan dalam rangka mendukung pengembangan water front city.
Apartemen, Kampung percontohan Jl. Bubutan serta Rumah susun Menanggal

C. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kota Surabaya Dalam hal pengendalian pemanfaatan ruang, salah satunya adalah dengan penerbitan IMB. IMB sendiri akan diterbitkan oleh Dinas Bangunan setelah permohonan pemanfaatan ruangnya disetujui oleh Dinas Tata Kota melalui sub Dinas Pelayanan Tata Ruang dan Arsitektural. Persetujuan Dinas Tata Kota diwujudkan dalam bentuk penerbitan syarat zoning yang selanjutnya diteruskan ke Dinas Bangunan untuk memproses IMB. Jika IMB sebagai dasar pembangunan fisik dilapangan tidak terkait secara langsung dengan RTRW Surabaya, maka persoalannya menjadi jelas bahwa setiap pelaksanaan pembangunan fisik di kota Surabaya tidak berpedoman langsung kepada RTRW Surabaya.
IV - 28
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Pada saat ini rencana tata ruang yang ada di Kota Surabaya tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk menjadi pedoman dan arahan bagi setiap kegiatan pemanfaatan ruang. Hal ini terlihat sampai saat ini tidak pernah ada catatan aktivitas Sub Dinas Pengendalian dan Evaluasi Tata Ruang yang terkait dengan pengawasan dan pengendalian ruang, sementara aktivitas evaluasi tata ruang justru lebih sering dilakukan. Pada tahapan pengendalian pemanfaatan ruang, maka pihak-pihak yang terlibat antara lain BAPPEKO, Dinas Tata Kota, Penyidik Pegawai Negeri Sipil, Instansi Penyelenggara Perijinan Tata Ruang, Dinas Teknis dan anggota Masyarakat. Kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang seperti dinyatakan dalam Permendagri Nomor 8 Tahun 1998 pasal 16,17,18 akan meliputi kegiatan-kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan pemanfaatan ruang, peninjauan lapangan serta tindakan penertiban yang dapat berupa penertiban langsung dan penertiban tidak langsung. Pada penertiban langsung, tindakan yang dapat diberikan adalah sanksi administratif, sanksi pidana dan sanksi perdata. Sedangkan penertiban tidak langsung dapat dilakukan dengan pengenaan pajak/retribusi, pembatasan sarana prasarana dan penolakan ijin. Di Kota Surabaya kegiatan penataan ruang sebagian besar dilakukan oleh Dinas Tata Kota dan BAPPEKO. Seperti dinyatakan dalam SK Walikota No. 35 Tahun 2001 tentang rincian tugas Dinas Tata Kota yang dinyatakan secara tegas bahwa tugas-tugas perencanaan pelaksanaan dan pengendalian tata ruang dilakukan hanya oleh Dinas Tata Kota Surabaya. Hal tersebut dipertegas dengan adanya Sub Dinas Perencanaan Tata Ruang yang bertugas untuk melaksanakan program dan perencanaan tata ruang, Sub Dinas Pelayanan Tata Ruang dan Arsitektur yang bertugas melakukan pelayanan tata ruang, Sub Dinas Pengendalian dan Evaluasi Tata Ruang yang bertugas untuk melaksanakan pengendalian dan evaluasi tata ruang. Untuk operasional telah disusun rencana parsial, akan tetapi dalam rencana yang telah disusun terdapat beberapa inkonsistensi peruntukan lahan yang dominan, misalnya pada pengembangan Kawasan Gunung Anyar, dimana di dalam RTRW arahannya mixed use sedangkan RDTRK merencanakan pengembangan kawasan hunian. Luas inkonsistensinya adalah sekitar 350 ha. Sementara itu ditemukan pula inkonsistensi lainnya disepanjang Jalan Wiyung - Menganti dimana RTRW merekomendasikannya sebagai kawasan mixed use/hunian sedangkan RDTRK merencanakan pengembangan kawasan hunian. Luasan inkonsistensinya adalah sekitar 220 Ha. Total luasan inkonsistensi data ruang antara RTRW dengan RDTRK di kota Surabaya mencapai lebih dari 3.300 Ha. Rencana parsial disusun oleh Dinas Tata Kota untuk memenuhi melonjaknya permintaan pengembangan lahan di kota Surabaya. Kedalaman rencana parsial adalah sama dengan RTRK namun produk utamanya adalah peta skala 1 : 1.000 yang dimanfaatkan sebagai
IV - 29
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

acuan pengembangan lahan di lapangan, bukan dokumen RTRK seperti ketentuan Permendagri No. 2 Tahun 1987. Beberapa inkonsistensi peruntukan lahan yang ditemukan tidak seekstensif dan seintensif inkonsistensi yang terjadi antara RTRW RDTRK RTRK, karena luasan yang direncanakan dalam format rencana parsial relatif kecil. Kegiatan rencana penyusunan parsial baru dimulai tahun 1999 lalu dan sampai sekarang baru 7 kawasan yang telah disusun tata ruangnya. Total luasan inkonsistensi data ruang antara RTRW dengan rencana parsial di kota Surabaya mencapai lebih dari 130 Ha.
Tabel 4.1.4.2.1 Luasan Inkonsistensi Data Ruang RTRW dengan Rencana Parsial Di Kota Surabaya No 1 2 3 4 Jeruk Semolowaru Semampir Kedung Cowek Lokasi RTRW 2005 Hunian Fasum Hunian Hunian Jumlah
Sumber : RTRW Kota Surabaya

Partial Plan RTH Komersial Fasum Industri

Dimensi (Ha) 51.00 5.70 17.00 30.00 103.70

D. Peran Serta Masyarakat dalam Pembangunan Kota Surabaya Keberhasilan pembangunan kota sangat tergantung pada keterlibatan masyarakat kota Surabaya. Pembangunan kota akan mampu melibatkan masyarakat jika pembangunan tesebut memberikan manfaat atau paling tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga pelaksanaan pembangunan (pengambilan kebijaksanaan) harus mampu merespon keinginan/aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden yang dipilih dari kelompok-kelompok masyarakat, maka diperoleh gambaran mengenai seberapa besar kesediaan/partisipasi masyarakat dalam pembangunan Kota Surabaya. Gambaran yang diperoleh adalah: Sebagian besar responden menjawab bahwa mereka mau berpartisipasi terhadap pembangunan kota, apabila pembangunan yang dilaksanakan mampu membuka peluang kerja. Jadi dalam hal ini keterlibatan masyarakat terhadap pembangunan lebih ditujukan bagi kepentingan finansial. Tetapi jika menyangkut pembangunan yang bersifat kegamaan, mereka mau berpartisipasi tanpa mementingkan segi finansial. Khusus untuk Etnis Cina, tidak ada perbedaan antara kegiatan yang bersifat rohani atau bukan, keterlibatan terhadap pembangunan selalu dikaitkan dengan segi finansial. Untuk kegiatan pembangunan yang menyangkut lingkungan tempat tinggal, hampir semua responden bersedia terlibat. Kesediaan mereka untuk berperanserta dalam kegiatan pembangunan terlihat sangat tinggi. Kegiatan pembangunan yang dimaksud,
IV - 30
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

seperti: membuat jalan kampung, pembuatan tempat sampah, memelihara kebersihan kampung, pengadaan lampu jalan, peringatan hari-hari besar. Untuk kegiatan-kegiatan seperti ini masyarakat akan bersedia secara swadana, swakarsa dan tenaga.

4.1.4.3 Isu Permasalahan Kota Surabaya Hidrologi/Pengairan - Wilayah datar, rendah (pantai) dan menjadi daerah banjir di sebagian wilayah Kota Surabaya - Sumber air sungai tidak mengalir ke wilayah Surabaya; pada umumnya air sungai sudah tidak layak untuk air minum. Transportasi - Kondisi lalu lintas: macet; - Pelayanan pelabuhan Tanjung Perak sudah padat, hal ini berkaitan dengan terbatasnya lahan untuk pelabuhan; Pelayanan bongkar muat di pelabuhan, khususnya container relatif lambat (3 hari); - Tingkat kepadatan di Bandara Juanda sudah tinggi; - Masih belum memadainya kapasitas dan kualitas pelayanan sistem angkutan massal intra urban (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya dan Lamongan). Penataan Ruang Penataan ruang berkaitan dengan perencanaan, dimana beberapa perencanaan tidak terealisasi antara lain karena keterbatasan dana dan pembebasan lahan. Utilitas Kota Masih belum terpenuhinya kapasitas dan kualitas utilitas kota yang memenuhi standar (internasional). Perumahan/Permukiman Permukiman Kumuh/liar Sampah dan Pencemaran Banjir/genangan Kebersihan dan Lingkungan Drainase Kota Lingkungan Hidup Masih rendahnya kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat kota Surabaya.

IV - 31
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

4.1.5 Kota Balikpapan 4.1.5.1 Gambaran Umum Kota Balikpapan merupakan salah satu kota terbesar di Kalimantan Timur dan merupakan pusat pertumbuhan nasional di Kawasan Timur Indonesia. Dalam konteks rencana tata ruang nasional, kota Balikpapan memiliki kedudukan sebagai satu dari 8 (delapan) kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional. Luas wilayahnya 0,24% dari luas Provinsi Kalimantan Timur.
Salah satu tugu di Kota Balikpapan

Batas- batas administrasi Kota Balikpapan adalah : Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat : : : : Kabupaten Kutai Kartanegara Selat Makasar Selat Makasar Kabupaten Pasir

Luas wilayah Kota Balikpapan seluruhnya adalah 50.330,57 ha atau 503,35 km terdiri dari 5 kecamatan Pada tahun 1997 Kota Balikpapan secara resmi dimekarkan dari 3 kecamatan menjadi 5 kecamatan, yaitu: Kecamatan Balikpapan Timur; Kecamatan Balikpapan Selatan; Kecamatan Balikpapan Tengah; Kecamatan Balikpapan Utara; Kecamatan Balikpapan Barat.

A. Kondisi Fisik Dilihat dari topografinya, sekitar 85% wilayah Kota Balikpapan merupakan daerah yang berbukit-bukit, sedangkan sisanya berupa dataran landai yang berada di tepi laut. Daerah diantara perbukitan umumnya berupa dataran yang sempit. Topografi Ditinjau daerah perbukitan bergelombang dengan kemiringan rata-rata 10-15% dengan relief kurang dari 100 m. dari kemiringan lerengnya, Balikpapan memiliki kemiringan lereng yang bervariasi antara 0% (di wilayah pantai) sampai lebih dari 40% di daerah pedalaman yang berbukit. Persentase terbesar luas wilayah dengan kemiringan 0-2% seluas 22.181,19 Ha atau 43,895% dari luas total wilayah.
Kemiringan Lereng yang bervariasi

IV - 32
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Kota Balikpapan yang terletak di tepi pantai, memiliki garis pantai sepanjang 80,4 km, meliputi Teluk Balikpapan dan pesisir yang berhadapan dengan Selat Makassar. Ditinjau dari ketinggiannya, kota Balikpapan memiliki ketinggian yang beragam dari 0 sampai 100 meter di atas permukaan laut. Wilayah terbangun kota Balikpapan umumnya terletak pada ketinggian 0-80 meter dari permukaan laut. Sebagian besar wilayah terbangun kota Balikpapan berada pada ketinggian 20 meter dpl. Potensi hidrologi yang terdapat di kota Balikpapan meliputi air tanah dan air permukaan (waduk dan sungai). Potensi air tanah termasuk dalam klasifikasi cukup baik. Kondisi topografi dan fisiografi wilayah yang berbukit, menyebabkan pola aliran tanah yang terbentuk mengalir dari wilayah bagian utara menuju ke arah bagian selatan kota. Potensi air permukaan berupa Waduk Manggar yang digunakan sebagai sumber air bersih kota Balikpapan dengan kapasitas 500 liter/detik dan baru dapat memenuhi kebutuhan air bersih 56% penduduk kota. B. Penggunaan lahan Penggunaan lahan di kota Balikpapan sebagian besar didominasi oleh penggunaan lain-lain, dapat dilihat pada Tabel 4.1.5.1.1
Tabel 4.1.5.1.1 Penggunaan Lahan Kota Balikpapan Tahun 2005 No 1 Jenis Penggunaan Tanah Pemukiman, terdiri dari : Perumahan Perusahaan Perkantoran,pertokoan Kawasan pertamina Bandara Sepinggan Lapangan Golf Land clearing Pertanian, terdiri dari : Sawah Kebun campuran Kebun kelapa Karet Tegalan Ladang Tambak waduk IV - 33
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik Waduk Manggar yang digunakan sebagai sumber air bersih

Luas 5.578,50

(%) 10,65

9.133,75

18,05

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

No 3 4

Jenis Penggunaan Tanah Hutan, terdiri dari : hutan belukar hutan rawa Lain-lain, terdiri dari : semak alang-alang danau rawa pasang surut jalan, saluran, sungai Total

Luas 14.565,75 21.053,24

(%) 28,94 42,78

50.331,35

100,00

Sumber: Bappeda, Kota Balikpapan 2005

C.

Penduduk

Jumlah penduduk mencapai 537.479 jiwa (Laporan Interim Penyusunan RTRW Kota Balikpapan 2005-2015, tahun 2005), dengan struktur penduduk yang berlatar pendidikan, pekerjaan dan etnis yang heterogen. Jumlah penduduk tidak/belum terdistribusi secara merata, dan masih memusat di Kecamatan Balikpapan Selatan ( 35% dari jumlah total penduduk). Jumlah penduduk serta kepadatan penduduk per kecamatan tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 4.1.5.1.2.

Kepadatan penduduk dan warga sekitar di Kecamatan Balikpapan Selatan

Tabel 4.1.5.1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2004 No 1 2 3 4 5 Kecamatan Balikpapan Barat Balikpapan Selatan Balikpapan Utara Balikpapan Timur Balikpapan Tengah Total Laki-laki 45.379 99.808 53.586 26.593 60.192 285.558 Perempuan 40.204 86.787 47.337 23.425 54.168 251.921 Jumlah 85.583 186.595 100.923 50.018 114.360 537.479 Kepadatan (jiwa/Km) 170 3.894 764 378 500 515

Sumber : Monografi Kelurahan Tahun 2004, diambil dari Lap. Interim RTRW Kota Balikpapan 2005

IV - 34
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

D.

Perekonomian

Perkembangan PDRB Kota Balikpapan pada tahun 2002 berdasarkan harga konstan 1993 cenderung mengalami peningkatan, dimana dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2002 laju pertumbuhan ekonominya sebesar 54,73%. Sedangkan untuk tahun 2002 sendiri pertumbuhan ekonomi naik sebesar 6,84%. PDRB Kota Balikpapan didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar Rp. 1.878.768 (juta) atau 43,43%. Sedangkan laju pertumbuhan terbesar diberikan oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 13,99%. Pendapatan per kapita Kota Balikpapan pada tahun 2003 mencapai Rp. 8.890.430,823,Tabel 4.1.5.1.3 PDRB Kota Balikpapan Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002 - 2003 (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha 1. Pertanian, Peternakan, dan Perikanan 2. Penggalian dan Pertambangan 3. Industri Pengolahan tanpa Migas 4. Listrik, Gas dan Air Minum 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa PDRB
Sumber: Bappeda Kota Balikpapan , Tahun 2002.

2002 44.953,69 298.742,59 1.776.314,50 32.180,07 273.392,39 916.971,00 451.958,86 123.924,80 130.666,38 4.049.104,28

2003 47.987,88 314.232,17 1.878.768,51 29.816,70 293.526,20 985.753,25 493.291,72 141.266,88 141.262,52 4.325.905,83

Pendapatan Kota Balikpapan pada tahun 2003 sebesar Rp. 435.416.585.000,- dengan persentase terbesar diterima dari sektor industri pengolahan sebesar 37,12%.

4.1.5.2 Penyelenggaraan Penataan Ruang di Kota Balikpapan Sejak diresmikannya sebagai wilayah administrasi pada tahun 1959, Kota Balikpapan telah memiliki rencana tata ruang yang berdimensi jangka panjang (20 tahun) yaitu tahun 19741994 dan jangka menengah (10 tahun) yaitu tahun 1994 2004. Pemerintah Kota Balikpapan dalam melaksanakan kebijakan penataan ruangnya telah mempunyai beberapa Perda Kota Balikpapan tentang penataan ruang, yaitu : a. Perda Kota Balikpapan No 24 Tahun 2000 tentang Bangunan.
IV - 35
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

b. Perda No. 15 Tahun 2001 tentang RTRW Kota Balikpapan Tahun 2000-2010 c. Perda No. 27 Tahun 2001 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai d. Perda No. 4 Tahun 2002 Tentang Larangan dan Pengawasan Hutan Mangrove Pada saat ini RTRW Kota Balikpapan tahun 2005-2015 sedang disusun untuk menggantikan RTRW Kota Balikpapan tahun 1994-2004 yang telah habis masa berlakunya. Visi Balikpapan dalam jangka panjang adalahTerwujudnya Balikpapan Sebagai Kota Industri, Perdagangan,

Jasa dan Pariwisata Dalam Nuansa Kota Beriman. Dengan visinya tersebut kota Balikpapan
sangat tergantung pada aktivitas eksploitasi sumur migas oleh beberapa perusahaan minyak. Balikpapan merupakan pusat industri pengilangan minyak wilayah Kalimantan dan Sulawesi yang mensuplai kurang lebih 30% kebutuhan BBM nasional untuk Indonesia bagian timur. Selain memiliki potensi alam migas, potensi kelautan Balikpapan cukup besar yaitu meliputi sumberdaya perikanan, pesisir dan laut serta industri pariwisata. Selain itu di sisi sebelah utara ke selatan Laut Jawa terbentang pantai yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi pelabuhan samudera, yaitu wilayah yang terletak di Selat Makassar dan Laut Sulawesi. Sehingga aktivitas yang akan terjadi di perairan pesisir dan laut Balikpapan ditambah dengan keberadaan aktivitas di hulu akan sangat besar, sehingga dalam penyelenggaraannya perlu dilaksanakan dengan prinsip lestari. Kegiatan pembangunan di bagian hulu kota Balikpapan selama ini diwarnai dengan

kegiatan pembukaan lahan untuk pembangunan pemukiman/perumahan dan kepentingan ekonomi seperti pusat-pusat perbelanjaan serta perkantoran. Aktivitas pembangunan tersebut perlu dikelola secara benar sesuai dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu dalam menyusun RTRW-nya, masyarakat turut dilibatkan sejak dari awal prosesnya dan prinsip optimalisasi smber daya baik di hulu maupun di hilir. Pemerintah Kota Balikpapan menyusun RTRW 2005-2015 dengan muatan materi yang berbeda dan prosesnya yang lain dari sebelumnya.

A.

Penyusunan RTRW Kota Balikpapan tahun 2005 - 2015 RTRW Kota Balikpapan pelaksanaannya dimulai tahun 2004. Dalam

Penyusunan

penyusunannya terdapat 4 hal yang baru penyusunannya yaitu mengintegrasikan tata ruang darat dan laut, data yang digunakan berbasis pada sistem informasi geografis (SIG), mengedepankan prinsip ramah lingkungan dan pendekatan berbasis pada DAS (Daerah Aliran Sungai) dan prosesnya diperkaya dengan melibatkan publik/masyarakat melalui konsultasi publik. Diharapkan dengan peranserta publik/masyarakat melalui konsultasi
IV - 36
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

publik ini dapat dihasilkan RTRW yang sesuai dengan harapan masyarakat, meskipun dalam pelaksanaannya masih banyak kekurangan baik dalam substansi maupun prosesnya. Penyusunan RTRW Balikpapan memiliki tantangan yang cukup berat sesuai dengan perkembangan dan kedudukan kota Balikpapan dalam konteks nasional, regional maupun lokal. Tantangan tersebut antara lain: a. Dalam konteks nasional kota Balikpapan memiliki kedudukan sebagai salah satu dari 8 (delapan) kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional. Konsekuensi dari kedudukan tersebut ialah bahwa pembangunan prasarana atau infrastruktur kota setidaknya harus memiliki hirarki pelayanan regional bahkan nasional. b. Sebagai kota yang pernah menduduki peringkat kedua kota paling kondusif untuk investor, maka kota Balikpapan banyak dilirik oleh para investor untuk menanamkan modalnya sesuai dengan potensi kotanya. Oleh karena itu rencana tata ruang yang disusun harus dapat mengakomodasikan kepentingan-kepentingan investasi agar dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi warganya. c. Penyusunan RTRW ini memuat hal yang relatif baru, yaitu tata ruang yang mengintegrasikan aspek daratan dan aspek pesisir laut (coastal-marine). Oleh karena itu tantangan dengan yang dihadapi ialah bagaimana harus mengakomodasikan berbagai kepentingan pengelolaan kawasan pesisir dan pantai yang menjadi kewenangan kota berbagai permasalahan yang dihadapi seperti polusi, permukiman kumuh, pengrusakan mangrove, kegiatan industri di kawasan pesisir dan lainnya. d. Kendala limitasi atau keterbatasan wilayah, khususnya wilayah darat. Kawasan kota Balikpapan 85 % wilayahnya terdiri atas kawasan perbukitan, sehingga perlu dilakukan pengaturan tata ruang yang sebaik-baiknya. Pemanfaatan ruang di kota Balikpapan haruslah sesuai dengan kaidah pengelolaan lingkungan/lahan yang baik sehingga tidak menimbulkan dampak yang sangat merugikan, seperti terjadinya longsor dan banjir. e. Keberadaan Hutan Lindung Sungai Wain dan Hutan Lindung Manggar yang tetap harus terus dijaga keberadaannya. Oleh karena itu, dalam pengaturan rencana tata ruang, zoning peruntukan untuk kawasan sekitarnya harus jelas dan tidak boleh bertentangan dengan keberadaan kedua hutan lindung tersebut. f. Pertumbuhan penduduk yang tinggi yang diakibatkan adanya pendatang (migrasi dari luar daerah) di Provinsi Kalimantan Timur termasuk di Balikpapan sebagai konsekuensi bagi daerah yang sedang berkembang. Oleh karena itu pengaturan tata ruang harus dapat memprediksi pertumbuhan penduduk dan perkiraan jumlah penduduk pada setiap
IV - 37
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

kawasan, sehingga tidak terjadi pemusatan penduduk hanya berada pada satu kawasan yang tidak sesuai dengan daya dukung fisik lingkungan dan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.

B.

Proses Konsultasi Publik Dalam Penyusunan RTRW Kota Balikpapan

Dalam penyusunan rencana tata ruangnya Pemerintah Kota Balikpapan melibatkan masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam UU 24 Tahun 1992 dan PP 69 Tahun 1996. Pelibatan masyarakat dilakukan dengan mengadakan konsultasi publik, di mana masyarakat dilibatkan sejak tahap awal perencanaan. Kebijakan yang berhubungan dengan penataan dan pemanfaatan ruang kota tergolong pada kebijakan publik karena mempengaruhi publik baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian, keterlibatan publik dalam kegiatan yang terkait dengan kebijakan publik akan sangat penting. Hal ini dilakukan agar kebijakan yang diambil sesuai dengan aspirasi masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya diawasi juga oleh masyarakat. Karena pemanfaatan ruang dilakukan oleh berbagai pelaku pembangunan dimana masingmasing dapat berperan sebagai pelaku utama pembangunan, maka pelibatan masyarakat dan swasta dalam pemanfaatan ruang kota berarti mengikutsertakan masyarakat dan swasta dalam perumusan dan penetapan kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan ruang perkotaan yang dilakukan oleh pelaku utama. Jadi, pelibatan masyarakat dan swasta tidak hanya dalam proses pengambilan keputusan pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh pemerintah, namun juga dalam pengambilan keputusan pemanfaatan ruang oleh pelaku utama masyarakat dan swasta. Kegiatan konsultasi publik dilakukan dengan berbagai kegiatan mulai dari diskusi komunitas kecil sampai dengan diskusi terbuka dengan jumlah peserta yang cukup banyak. Selain itu diadakan berbagai pameran, lomba bagi pelajar dalam rangka penyusunan RTRW Kota Balikpapan.

Suasana lomba gambar bagi pelajar SD Tentang harapan mereka untuk kotanya.

Diskusi dilakukan juga di mushola

IV - 38
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Tahapan konsultasi publik dalam penyusunan RTRW Kota Balikpapan dapat dilihat pada

Diagram 4.1.5.2.1. Pemda Kota Balikpapan membangun kemitraan dengan Ditjen Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil DKP serta Mitra Pesisir untuk menyusun RTRW tersebut. Dalam konsultasi publik pelaksanaannya dibantu oleh Mitra Pesisir.

Suasana Pembelajaran dalam proses konsultasi publik dalam rangka penyusunan RTRW Kota Balikpapan

Diagram 4.1.5.2.1 Tahapan Penyusunan RTRW Kota Balikpapan Tahun 2005-2015


Pembuatan Acuan oleh Bappeda Proposal Tender Penjabaran Visi Misi Kota. Program / masukan dari masing-masing instansi pemerintah Input awal arahan Pemkot 10 tahun ke depan. KP melalui media, pembagian KP; Wilayah berdasar DAS dan Kelompok Kepentingan (Stakeholders) Penelitian Fisik dan Sosek Input Masyarakat

PERSIAPAN

ARAHAN Pemerintah

Inception Report

Konsultasi Publik (KP) 1

KONSULTAN

Draft Interim

Konsultasi Publik (KP) 2 Pembahasan draft interim (Klarifikasi Input) DRAFT FINAL

KP Perda

LEGALISASI

PERDA

Sumber : Bappeda Kota Balikpapan, 2005

IV - 39
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

C. Keuntungan/Hal Hal Positif Bagi Pemerintah Pelaksanaan Kegiatan Konsultasi Publik (KP) dan Penyusunan RTRW dirasakan sebagai suatu hal yang positif dan merupakan implementasi dari Komitmen Pemerintah Kota untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (Good Governance). Beberapa hal yang positif tersebut antara lain pemerintah : a. b. c. d. Melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan. Mulai membuka diri/transparansi dalam proses perencanaan sehingga akan dapat mengurangi terjadinya konflik dalam pelaksanaan/implementasinya. Mulai aspiratif dalam pembuatan kebijakan pemerintah kota. Akomodatif pemerintah terhadap pendapat dan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat. sehingga mengurangi kesenjangan antara masyarakat dengan

Suasana dalam pelaksanaan konsultasi publik dalam penyusunan RTRW Kota Balikpapan, dalam proses perumusan issue permasalahan kota Balikpapan.

Bagi Masyarakat dan Stakeholder lainnya a. b. c. d. Masyarakat dan Swasta ditempatkan sebagai salah satu stakeholder dalam proses penataan kota. Kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi dalam proses penataan kota. Mengetahui dan memahami proses perencanaan tata kota secara utuh. Mengetahui dan memahami proses pengambilan keputusan yang diambil oleh pemerintah dalam suatu penataan ruang kota.

D. Beberapa Hambatan Perlunya pelatihan tentang tata ruang wilayah/ kota untuk memberi dasar dalam menjembatani proses konsultasi public ke masyarakat Keterbatasan keterlibatan narasumber.

IV - 40
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Kurangnya alat Bantu yang memudahkan proses KP, seperti : peta, gambar, leaflet dll (terutama bagi masyarakat umum). Metodologi KP terdahulu memungkinkan aspirasi dari para stakeholder kurang terarah

E. Kesimpulan Pembelajaran Proses Konsultasi Publik Proses konsultasi publik adalah salah satu cara melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi masyarakat secara aktif dalam pembangunan. Dengan proses ini diharapkan akan meningkat kepercayaan dirinya, ditandai dengan adanya

peningkatan jumlah masyarakat yang berpartisipasi, meningkatnya kualitas dan kunatitas masukan yang diberikan untuk pembangunan, dan perubahan sikap menjadi lebih peduli pada setiap langkah pembangunan Kemauan untuk terbuka dalam memberikan informasi dan keterangan pembangunan oleh Pemerintah akan membuahkan hasil pada bertambahnya wawasan dan pengetahuan Pemerintahan, undangan; Faktor ketepatan memilih perwakilan dan proses penggalian ide dan masukan menjadi penting karena akan berpengaruh pada keterwakilan suara kelompok masyarakat serta kualitas ide dan masukan yang diberikan. F. Pemanfaatan Ruang di Kota Balikpapan Pemanfaatan ruang meliputi pemanfaatan ruang untuk kawasan budidaya dan kawasan lindung. Dalam menetapkan kawasan lindung yang dijadikan acuannya adalah Keppres 32/1990. Kawasan lindung di kota Balikpapan meliputi: a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya, yaitu hutan lindung; b. Kawasan perlindungan setempat, terdiri atas kawasan sempadan sungai, sempadan pantai, kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar mata air dan kawasan terbuka hijau kota. c. Kawasan suaka alam hayati dan cagar alam; d. Kawasan rawan bencana; e. Ruang terbuka kota/taman. Di kota Balikpapan terdapat 2 kawasan lindung yaitu Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Balikpapan Utara seluas 9.782,8 Ha dan kawasan Hutan Lindung Sungai Manggar (HLSM) yang termasuk dalam Kecamatan Balikpapan Utara dan Balikpapan Timur dengan luas 5.049.5 Ha. Dalam kawasan HLSM
IV - 41
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

masyarakat, peningkatan

meningkatnya jumlah

kepercayaan yang

masyarakat

terhadap dalam

masyarakat

berpartisipasi

pembangunan, dan berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang-

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

berada Waduk Manggar yang menjadi salah satu pemasok air bersih untuk warga kota Balikpapan. Kawasan HLSW merupakan DAS S. Wain dengan Sub DAS Bugis. HLSM meskipun tidak sepopuler S. Wain, tetapi sangat strategis karena mensuplai kebutuhan air bersih kota Balikpapan yaitu bagi 70 % penduduk kota. Hutan Lindung DAS Manggar sebagai salah satu penyangga kota Balikpapan yaitu sebagai daerah tangkapan air untuk Waduk Manggar. Penggunaan lahan di kawasan tersebut berupa hutan lindung, meskipun demikian pada kawasan ini terdapat penduduk yang bermukim baik di sekitar maupun di dalam kawasan hutan. Masyarakat melakukan kegiatan perambahan kawasan areal berhutan dengan melakukan penebangan liar dan perladangan, sehingga mengakibatkan terjadi perubahan fungsi lahan menjadi tegalan, kebun campuran serta sawah semakbelukar/alang-alang. Permasalahan tersebut dapat mengganggu fungsinya sebagai hutan lindung. Penggunaan lahan HLSW didominasi oleh hutan primer (49 %) dan alang-alang (43,9%), selain itu terdapat sawah, ladang dan hutan mangrove (0,3%).

Kawasan Hutan Lindung di Balikpapan

Permasalahan pada kawasan hutan lindung di kota Balikpapan adalah : Rawan kebakaran hutan; Penebangan liar; Pengalihan fungsi lahan; Penambangan batu bara di sekitar hutan lindung yang berakibat rusaknya dan hilangnya air tanah di kawasan Waduk Manggar; Belum ada jalan inspeksi dan masyarakat yang bermukim di sana berbatasan langsung dengan hutan lindung. Jalan inspeksi berfungsi untuk pengawasan dan pengendalian terhadap penduduk yang bermukim secara sporadis; Belum adanya batas penegasan hutan lindung dan kawasan penyangga (buffer

zone), sehingga masyarakat belum tahu persis keberadaan dan fungsi hutan
lindung.

IV - 42
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Pada musim hujan terjadi erosi, dan musim kemarau lahan tersebut kering dan rawan akan kebakaran

Di Balikpapan terdapat 14 hutan kota dengan luas total 62.4071 Ha, yang terdiri dari 5 jenis : Hutan kota Hutan mangrove Hutan wisata/wana wisata Agrowisata

Green belt
kawasan Belt Unocal Balikpapan

Luas hutan kota tersebut bervariasi, yang terluas

Selatan seluas 29,574 Ha dan yang terkecil hutan kota di Kel. Sepinggan seluas 0,2920 Ha. Luas total hutan kota hanya 0,12 % dari luas total, masih jauh dari standar berdasarkan PP No. 63/2002 yang menyatakan bahwa hutan kota luasnya 10 % dari wilayah perkotaan. Hutan kota berfungsi sebagai : Paru-paru kota; Tempat hidup/habitat bermacam-macam hewan; Penyeimbang ekologi kawasan maupun kota; Sebagai pelindung keberadaan cadangan air; Potensial sebagai kawasan wisata, misalnya taman wisata alam, agro wisata dan lainnya.
Hutan Kota di Balikpapan

Permasalahan berkaitan dengan hutan kota : Terjadinya kebakaran hutan dan pemukiman penduduk dalam kawasan hutan kota, mengakibatkan terjadinya kerusakan ekologi hutan kota; Pembangunan infrastruktur yang tidak memperhatikan lingkungan yang melewati hutan kota; Rawan erosi akibat pembukaan lahan; Terjadinya lingkungan. Meningkatnya sedimentasi menyebabkan terjadinya pendangkalan sungai dan muara sungai; Tumpang tindih kepemilikan lahan di hutan kota; Berkurangnya debit aliran sungai akibat penebangan pohon di hutan kota; konversi lahan menjadi permukiman, perumahan, industri dan pembangunan infrastruktur tanpa mempertimbangkan fungsi dan daya dukung

IV - 43
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Kurangnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya hutan kota bagi kehidupan masyarakat; Eksploitasi yang telah dilakukan belum diikuti dengan kegiatan reboisasi yang seimbang.

Kawasan lindung lainnya yaitu sempadan sungai, di mana terdapat 19 buah sungai di kota Balikpapan dan sebagian sungai menjadi sumber air baku bagi air minum penduduk kota. Pesatnya pembangunan kota, mengakibatnya terjadinya alih fungsi lahan di kawasan DAS sungai. Misalnya di DAS Ampal yang sebagian telah berubah fungsinya menjadi kawasan perumahan, yang mengakibatkan terjadinya banjir. Selain itu prasarana pada DAS belum tertata dengan baik, karena masih merupakan drainase alam yang tidak beraturan.

Sungai di Kota Balikpapan berfungsi pula sebagai alat transportasi air

Permasalahan yang berkaitan dengan sistem drainase di kota Balikpapan yaitu terjadi banjir dan genangan, antara lain disebabkan : Profil saluran belum teratur; Pendangkalan oleh endapan sedimen yang terangkut oleh aliran hujan; Pendangkalan di muara sungai di Balikpapan; Saluran digunakan sebagai tempat pembuangan sampah; Rumah-rumah atau bangunan yang didirikan tanpa ijin dalam profil sungai/saluran.

Kota Balikpapan terletak di tepi pantai, dan memiliki garis pantai sepanjang 80,4 km. Kawasan lindung merupakan sempadan pantai sepanjang 100 meter. Pemanfataan ruang sepanjang pantai sebagai kawasan konservasi, kawasan wisata, sebagai pelabuhan, tambak. Berbagai permasalahan berkaitan dengan ruang pantai akibat pemanfaatan tersebut, diantaranya :
Kawasan pantai di kota Balikpapan

kawasan

permukiman

terutama

nelayan

dan

merupakan kawasan permukiman lama, kawasan industri dan

IV - 44
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Kawasan permukiman cenderung kumuh; Belum terintegrasi dengan infrastruktur yang memadai baik skala kota maupun lingkungan dan kurang aksesibel terhadap sistem dan struktur kota; Keberadaan dan penataan permukiman nelayan dan kawasan industri cenderung menutupi areal pantai dan tidak mengikuti garis sempadan pantai. Terjadinya abrasi pada kawasan pantai di permukiman nelayan Manggar dan pantai Lamaru; Hilang dan rusaknya tanaman pantai di pantai selatan Balikpapan; Rusaknya terumbu karang di kawasan pantai Balikpapan selatan.

Kawasan sempadan waduk berfungsi mengamankan waduk yang terdapat di kota Balikpapan. Bagian hilir DAS Wain dimanfaatkan industri. Fungsi waduk selain sebagai sumber air bersih juga sebagai pengendali banjir kawasan perkotaan, potensi sebagai pengembangan wisata air dan budidaya perikanan.
Waduk yang digunakan sebagai sumber air bersih dan pengendali banjir

sebagai

waduk

penampung

air

untuk

menampung kebutuhan air bersih dan juga untuk kegiatan

Permasalahan yang berkaitan dengan waduk antara lain adalah: Waduk sangat bergantung pada besar kecilnya kapasitas air hujan; Kapasitas waduk belum mampu mencukupi kebutuhan air bersih; Akibat perluasan dan pengembangan waduk Manggar, kawasan penyangga waduk Balikpapan mengalami pengurangan. Kawasan suaka alam di kota Balikpapan merupakan hutan mangrove, yang terdapat di sepanjang garis pantai (15 mil) dan berfungsi sebagai penahan abrasi, penahan amukan angin topan, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut dan terutama sebagai pendukung kehidupan biota laut.

Kawasan suaka alam di Kota Balikpapan

IV - 45
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Permasalahan yang berkaitan dengan hutan mangrove antara lain : Kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat mengenai pelestarian mangrove; Kepemilikan lahan; Terjadinya alih fungsi lahan hutan mangrove menjadi lahan tambak, permukiman, industri dan eksploitasi tak terkendali; Kerusakan hutan mangrove akibat penebangan mangrove sebagai material pembangunan rumah, kayu bakar dan arang; Hilang/punah/pindah-nya primata jenis bekantan yang hidupnya sangat tergantung pada ekosistem mangrove; Tidak ada kebijaksanaan yang jelas mengenai penguasaan dan pemanfaatan lahan pesisir, sehingga mudah mengkonversi mangrove untuk peruntukan lain hanya dengan surat ijin dari kelurahan. Terjadinya penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran limbah industri dan rumah tangga. Selain itu di Kota Balikpapan terdapat berbagai permasalahan di kawasan rawan bencana yaitu : Kawasan lahan kritis atau daerah bencana akibat erosi, tingkat erosi/longsor sangat tinggi karena lapisan tanah pada umumnya terdiri dari tanah alluvial dan pasir dengan butir sangat mudah lepas. Kawasan perbukitan dengan tingkat pelapukan tinggi juga merupakan daerah rawan erosi. Longsor akibat pembangunan fisik kawasan yang tidak/kurang memperhatikan dampak terhadap alam. Kawasan rawan longsor akibat : Perambahan hutan; Pembangunan fisik jalan dengan cara memotong bukit (cut & fill); Penyiapan Balikpapan; Pembukaan lahan untuk eksplorasi minyak dan gas di perbukitan terutama Kecamatan Balikpapan Barat dan Timur. Abrasi/erosi pantai akibat aktivitas pasang surut, gelombang, arus, angin dan lainnya. Banjir, yang diakibatkan antara oleh : Terganggunya keseimbangan di bagian hulu, akibat rusaknya kawasan penyangga yang disebabkan penebangan hutan liar, pembangunan fisik untuk bangunan dan infrastruktur di kawasan hutan, longsor pada kawasan perbukitan yang mengakibatkan terjadinya sedimentasi; Ketidaklancaran aliran sungai; Curah hujan yang terlalu tinggi; Dimensi saluran yang tidak seimbang dengan volume air. fisik lahan untuk kawasan industri, permukiman maupun komersial/fasilitas perkantoran dengan cara memotong bukit di seluruh wilayah kota

IV - 46
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Kebakaran hutan; Kekeringan, yang diakibatkan : Persentase hujan kurang; Debit air waduk tidak mampu memenuhi kebutuhan seluruh warga; Kemampuan DAS mengalami gangguan dalam menyerap air hujan; Kawasan terbangun baik di perkotaan maupun di pinggiran kota umumnya menutup permukaan tanah dengan material yang tidak tembus air, sehingga air hujan yang turun tidak dapat tembus air. Akibatnya air hujan yang turun tidak terserap dengan baik oleh tanah.

Kawasan budidaya meliputi : Kawasan budidaya sektoral meliputi kawasan pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan; Kawasan permukiman Kawasan perdagangan dan jasa Kawasan perkantoran; Kawasan industri Kawasan pariwisata Kawasan khusus.

Pemanfaatan ruang untuk kawasan budidaya pertanian cukup menonjol di kota Balikpapan, mengingat wilayah yang belum terbangun masih cukup luas. Keberadaan kawasan ini sebagai lahan cadangan perkotaan. Penggunaan lahan sebagian untuk sawah dan bukan sawah yaitu tanaman palawija serta sayuran. Permasalahan yang berkaitan dengan kawasan ini adalah : Terdapat lahan pertanian dan holtikultura yang terletak di lokasi strategis seperti di jalan utama, kawasan wisata; Akses untuk menjual hasil pertanian masih kurang; Perlu pengaturan debit air irigasi sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan air; Perlu pemeliharaan sumber air untuk kelangsungan irigasi; Mengendalikan permukiman dan budidaya lainnya.

Kegiatan perikanan meliputi perikanan tangkap dan budidaya. Perikanan tangkap terutama terkonsentrasi di sepanjang pesisir Balikpapan. Sedangkan perikanan darat yang berada di darat dalam bentuk tambak, baik di pantai, tepi sungai maupun darat. Kawasan permukiman di kota Balikpapan diklasifikasikan : Permukiman nelayan di atas air/pantai, dengan kondisi :

IV - 47
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Tumbuh secara sprawl linier mengikuti garis pantai dan sungai, cenderung tidak tertata/kumuh. Terletak di pinggir kota, jauh dari sistem dan hirarki pelayanan kota; Umumnya merupakan hunian lama/asli, merupakan cikal bakal pertumbuhan suatu kawasan; Cenderung tumbuh memanjang sepanjang garis pantai dari batas jalan kota sampai batas kedalaman pantai yang masih memungkinkan didirikan bangunan. Terdapat di : Pantai Balikpapan Selatan Pantai Balikpapan Barat; Pantai Balikpapan Timur. Permukiman di darat, terdiri dari: Permukiman berpindah; Merupakan permukiman ilegal, umumnya terdapat di dalam hutan atau di sekitar hutan. Permukiman cenderung berpindah-pindah, tumbuh tidak teratur baik berkelompok maupun perseorangan; Permukiman berladang; Permukiman industri/pabrik; Perumahan terencana dan disiapkan untuk kebutuhan karyawan pabrik. Pola permukiman teratur, dengan sarana dan prasarana yang memadai Permukiman instansi/perkantoran swasta/pemerintahan Permukiman real estate/developer Permukiman swadaya masyarakat dalam kota Permukiman transmigrasi

Salah satu permukiman di darat dan permukiman di atas air

Potensi dan permasalahan permukiman di atas air : Terhadap sistem kota : Pemukiman di atas air yang terletak di tepi pantai/sungai umumnya tidak terintegrasi dengan sistem kota sehingga aksesibilitas kawasan cukup sulit kecuali
IV - 48
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

melalui laut, kecuali permukiman di atas air di Kecamatan Balikpapan Timur (Manggar) yang berada di tepi jalan utama kota Balikpapan; Belum/kurang terlayani sistem pelayanan kota/lingkungan; Permukiman nelayan umumnya merupakan embrio dari kawasan/kota yang dapat berkembang menjadi kawasan yang lebih luas. Misalnya kawasan Margasari merupakan cikal bakal kota Balikpapan; Terhadap lingkungan Pertumbuhan cenderung merusak habitat flora (mangrove dan tanaman pantai) dan fauna; Pencemaran dari sampah dan limbah penduduk karena merusak ekologi pantai, belum dikelola secara terencana; Penataan bangunan dan lingkungan tidak terencana, cenderung jadi permukiman kumuh; Kondisi sosial budaya ; Dihuni oleh etnis/suku tertentu yang berorientasi ke laut dan masih homogen sehingga memberikan ciri khas bentuk rumahnya panggung sehingga mempunyai karakter sendiri yang khas. Terhadap sistem/aktivitas ekonomi Mata pencaharian sebagai nelayan, menjadikan kawasan ini merupakan kawasan permukiman produktif mensuplai kebutuhan penduduk akan ikan. Kurang didukung sarana dan prasarana fisik serta oleh permodalan yang dapat meningkatkan produktivitas dan taraf hidup nelayan. Terhadap sistem infrstruktur dan fasilitas kota Kurang terlayani infrastruktur/prasarana kota (jalan,air bersih, persampahan, drainase, limbah/sanitasi); Fasos dan fasum yang ada kurang memadai. Potensi dan permasalahan permukiman darat : Pemukiman berpindah kurang terintegrasi dengan sistem pelayanan kota, lain dengan permukiman instansi/industri/real estate dan permukiman swadaya; Permukiman berpindah sangat merusak lingkungan serta terdapat di dalam hutan; Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan perumahan yang kurang memperhitungkan kondisi lingkungan, sehingga dapat menimbulkan bencana (misal longsor, banjir dan lainnya). Pada kawasan perkotaan di mana nilai tanah sangat tinggi menyebabkan kepadatan permukiman sangat tinggi. Permukiman tumbuh cenderung kumuh dan akan menimbulkan kerawanan sosial, dan kurang didukung oleh penyediaan fasos dan fasum oleh Pemda.

IV - 49
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Di kota Balikpapan terdapat permukiman lama yang tertata dengan baik, yaitu kawasan perumahan Pertamina. Permukiman yang berada di kota banyak mengalami perubahan fungsi menjadi kawasan perdagangan Kawasan perdagangan meliputi perdagangan tradisional, modern dan perdagangan informal. Sebaran pasar tradisional sudah cukup merata. Perdagangan di kota Balikpapan yang berkembang terutama perdagangan eceran. Sebaran pertokoan besar sebagian terpusat di Kecamatan Balikpapan Selatan yang merupakan kawasan pusat kota. Perdagangan informal cenderung belum tertata dan mengganggu aktifitas pergerakan, karena di beberapa lokasi menempati bahu jalan atau trotoar. Permasalahan keberadaan pasar tradisional : Tidak tertata dengan baik cenderung semrawut; Kotor dan kumuh; Tidak mempunyai tempat parkir atau lahan parkir kurang; Lahan pasar tidak mampu menampung jumlah pedagang yang ada, sehingga banyak pedagang yang berjualan di lahan parkir dan tepi jalan; Tidak ada TPS; Kondisi utilitas pasar tidak berfungsi dan rusak; Kondisi bangunan bervariasi, dari yang kurang representatif atau rusak, hingga tidak mempunyai bangunan/semi permanen. Permasalahan keberadaan perdagangan modern : Tidak/kurang tersedianya lahan parkir; Menimbulkan masalah memacetan transportasi; Tampilan bangunan fasilitas perdagangan modern tidak atau kurang memperhatikan masalah aturan perkotaan (GSB, KDB dan KLB). Kawasan perkantoran di Kota Balikpapan bersatu dengan kawasan perdagangan dan jasa serta kawasan perumahan. Konsentrasi kawasan perkantoran terutama di jalan utama pusat kota. Kawasan perkantoran industri terletak di kawasan industrinya.
Salah satu kawasan perkantoran di Kota Balikpapan
Salah satu kawasan perdagangan di Kota Balikpapan

IV - 50
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Kawasan industri di kota Balikpapan terdiri dari : Kawasan industri kilang minyak milik Pertamina, terletak di tepi panyai sepanjang jalan Yos Sudarso di areal seluas 250 Ha; Kawasan industri pendukung pengelolaan tambang/migas di kawasan Batakan Kawasan khusus industri yang dikelola secara terpadu yaitu Kawasan Industri Kariangau (KIK). Untuk menampung industri kecil yang tersebar di berbagai kawasan, sedang dilakukan relokasi industri pengrajin tahu tempe di daerah Penajam, sehingga dengan dipusatkan diharapkan tidak akan terjadi pencemaran lingkungan.

Keadaan Buruh Industri dan Kawasan Industri di Kota Balikpapan

Kawasan pariwisata di kota Balikpapan, terdiri dari berbagai obyek : Pantai; Hutan dan taman alam; Tugu, monumen, tempat bersejarah; Pusat kegiatan; Bangunan unik.

G. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pengendalian pemanfaatan ruang di kota Balikpapan dibawah koordinasi Bappeda Kota Balikpapan. Pengawasan melibatkan instansi terkait seperti Dinas Penataan Kota dan Permukiman serta BPLH untuk permasalahan lingkungan hidup. Sanksi yang diberikan untuk pelanggaran berupa pembongkaran serta sanksi administratif. Masyarakat kota Balikpapan dilibatkan dalam proses pengendalian pemanfaatan ruang, dengan melakukan kontrol terhadap kegiatan penataan ruang. Dalam proses perijinan kota Balikpapan menggunakan sistem satu atap (one door policy). Ijin prinsip dikeluarkan oleh Walikota, dibahas di Bappeda. Kemudian apabila sesuai dengan RTR baru ijin dikeluarkan. Ijin site plan (RTBL) dikeluarkan oleh Dinas Penataan Kota dan Permukiman. Dalam proses pengesahan site plan Bappeda dan PU dilibatkan.

IV - 51
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Dalam pengendalian pemanfaatan ruang perlu menyiapkan aturan pemintakatan (zoning

regulation) sebagai pelengkap dari RTRW Kota serta mengendalikan pertumbuhan


penduduk dan konsentrasi pembangunan kawasan terbangun dan permukiman di kawasan pesisir (Kota Balikpapan). H. Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang Pemahaman masyarakat terhadap kegiatan penataan ruang sudah cukup baik, mengingat dalam pada saat ini masyarakat sudah dilibatkan dalam proses penyusunan RTRW Kota Balikpapan. Pemerintah Kota Balikpapanpun melibatkan masyarakat dalam kegiatan penataan ruang. Masyarakat baik melalui LSM bisa setiap waktu datang ke kantor Bappeda untuk berdiskusi mengenai permasalahan penataan ruang. Dalam koran setempat ada sebuah rubik tentang kegiatan penataan ruang di Kota Balikpapan, agar masyarakatnya turut serta dalam proses penataan ruang. Beberapa contoh kasus dalam pelibatan masyarakat di kota Balikpapan : Konsultasi publik dalam penyusunan RTRW Kota Balikpapan 2005-2015. Proyek Peremajaan Perumahan Kota Kelurahan Gunung Sari Ilir Kecamatan Balikpapan Tengah. Kegiatan ini merupakan proyek percontohan peremajaan perumahan kawasan kumuh dan menjadikan sungai sebagai halaman depan rumah. Diresmikan pada tanggal 27 Mei 1997 oleh Walikota Balikpapan. Dalam kegiatan ini penduduk dilibatkan sepenuhnya mulai dari perencanaan sampai dengan pembangunannya. Kawasan ini tadinya merupakan permukiman kumuh, dengan kepadatan yang cukup tinggi, infrastruktur tidak memenuhi persyaratan. Dalam perbaikan lingkungan ini dilakukan dengan jalan konsolidasi lahan serta tidak ada penggusuran terhadap penduduk. Peremajaan perumahan ini menjadikan sungai sebagai halaman rumah mereka, sehingga kondisi sungai akan tetap terjaga kebersihannya. Dengan konsolidasi lahan penduduk menyumbangkan sebagian tanahnya untuk fasilitas permukiman seperti jalan setapak serta ruang terbuka.

Proses Proyek Peremajaan Perumahan Kawasan kumuh, Kelurahan Gunung Sari Ilir

Bersama dengan masyarakat membuat rencana kerja (1)

Swadaya masyarakat di dalam proses pengerjaan (2)

Pemukiman di bantaran sungai yang belum tertata (3)

Pemukiman setelah melalui proses penataan (4)

IV - 52
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Partisipasi masyarakat dalam merintis Daerah Perlindungan Mangrove dan Laut (DPML) di Kelurahan Teritip Partisipasi masyarakat memegang peranan penting dalam pengelolaan kawasan konservasi. Pengelolaan kawasan tanpa melibatkan masyarakat sering menemui kegagalan, sehingga masyarakat setempat akan memegang peranan penting dalam proses perencanaan sejak dari awal. Dalam hal ini Balikpapan yang terletak di pantai, memiliki hutan mangrove yang perlu dilindungi keberadaannya. Inisiatif pembentukan DPML bersamaan dan dalam rangka mendukung proses penyusunan RTRW Kota Balikpapan 2005-2015, sehingga akan menjadi salah satu masukan bagi RTRW . Pembentukan DPML di Kelurahan Teritip, karena ada berbagai isu dan permasalahan, antara lain : a. Kerusakan terumbu karang akibat penangkapan ikan tidak ramah lingkungan dan penambangan karang; b. Pencemaran lingkungan; c. Abrasi pantai; d. Pendangkalan sungai; e. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan; f. Penebangan magrove secara liar; g. Tumpang tindih pemanfaatan dengan daerah eksplorasi minyak.

4.1.5.3 Isu Permasalahan Kota Balikpapan Di Kota Balikpapan isu permasalahan yang dapat diperoleh dan diantisipasi adalah dalam hal: Penggunaan lahan/pembangunan di tepi pantai, yaitu perlunya pertimbangan yang matang terhadap dampak yang akan ditimbulkan jika akan melakukan reklamasi pantai, sebab pantai merupakan milik publik dan publik juga berhak untuk menikmatinya. Untuk bidang transportasi, jaringan jalan linier yang hanya tertuju atau melalui pusat kota akan menimbulkan kepadatan, kemacetan di daerah-daerah tertentu. Dan juga perlu dipikirkan mengenai pembangunan jalan lingkar, sehingga arus lalu lintas bisa menyebar. Kepemilikan lahan, yaitu perlu segera adanya pembenahan dalam hal kepemilikan lahan, sehingga tidak akan menimbulkan/menambah permasalahan di masa yang akan datang. Penataan kawasan pantai Balikpapan dengan jalan reklamasi pantai mulai dari Pelabuhan Semayang hingga Bandar Udara Sepinggan sepanjang 8 km dengan lebar 500 m ke arah laut. Pengembangan Jalan Trans Kalimantan
IV - 53
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Rencana pengembangan Bandara Sepinggan Pengembangan Kawasan Industri di Kariangau Pengembangan Pelabuhan Kontainer/Cargo di Kariangau Perubahan jalan minyak di kawasan Pertamina Balikpapan Penataan Kawasan Permukiman Atas Air di Balikpapan Barat Penyusunan dan Penataan Kawasan Teluk Balikpapan Mengintegrasikan tata ruang laut dengan tata ruang darat Konversi kawasan Mangrove di Kariangau untuk kawasan Industri Kerusakan Mangrove di Kawasan Teritip, Lamaru, Manggar untuk kegiatan pertambakan Terjadinya abrasi pantai kawasan Manggar Kerusakan Mangrove di kawasan tepi sungai Somber Kawasan Rawan Bencana Patahan terletak dikawasan perkotaan Permasalahan drainase, sampah, perumahan kumuh, transportasi (kemacetan)

Selain permasalahan yang perlu diantisipasi, terdapat juga hal-hal positif yang dapat dicontoh, antara lain: Keterbukaan aparat pemerintah pemerintah dalam memberi informasi mengenai pengembangan kotanya. Diikutsertakannya masyarakat dalam proses pembangunan/penyelenggaraan penataan ruang, sehingga diharapkan memperkuat rasa kepemilikan terhadap kotanya.

4.1.6 Kota Pontianak 4.1.6.1 Gambaran Umum Kota Pontianak A. Kondisi Umum Kota Pontianak merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Barat. Luas wilayahnya adalah 10.782 Ha, terdiri dari 5 Kecamatan dan 24 kelurahan. Kota Pontianak dilintasi oleh garis khatulistiwa yaitu pada 0 02 24 Lintang Utara - 0 05' 37 Lintang Selatan dan 109 16' 25 109 23' 01 Bujur Timur. Batas-batas administrasi Kota Pontianak, yaitu: - Sebelah Utara : Kecamatan Siantan Kecamatan Sungai Raya, Kecamatan Sungai Kakap dan Kecamatan Siantan.
IV - 54
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

Salah satu sudut Tugu Khatulistiwa

- Sebelah Selatan :

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

- Sebelah Barat - Sebelah Timur

: :

Kecamatan Sungai Kakap Kecamatan Sungai Raya dan Kecamatan Sungai Ambawang

(seluruh kecamatan di atas termasuk dalam wilayah Kabupaten Pontianak).

B. Kondisi Fisik Kondisi topografi Kota Pontianak secara umum terletak pada ketinggian 0,10 1,50 m di atas permukaan laut. Dengan ketinggian seperti ini, Kota Pontianak dapat dikategorikan sebagai kawasan budidaya. Adapun kemiringan lahan di Kota Pontianak seluruhnya berkisar 0 - 2 %, sehingga sangat potensial untuk pengembangan kawasan budidaya. Dari kedua indikator topografi ini dan ditunjang dengan keberadaan dua buah sungai besartergambar dengan jelas bahwa wilayah Kota Pontianak relatif datar. Disatu sisi kondisi seperti itu mudah diakses, baik melalui udara, laut/sungai, maupun darat. Selain itu juga mendatangkan kemudahan dalam pengembangan kawasan budidaya, baik berupa kawasan pertanian, perindustrian, permukiman maupun kawasan berbagai aktivitas produktif lainnya. Akan tetapi, di sisi lain, karena daerah yang relatif datar, maka Kota Pontianak mengalami kesulitan dalam pengembangan sistem drainase. Sistem drainase di Kota Pontianak dapat dikatakan belum begitu bagus, sehingga apabila air laut pasang hampir separuh dari luas wilayah Kota Pontianak tergenang oleh air pasang. Untuk penggunaan lahan, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan nasional Provinsi Kalimantan Barat terlihat bahwa sebagian besar penggunaan lahan di Kota Pontianak pada tahun 2003 sudah mengalami perkembangan, dimana sebagian besar diperuntukkan bagi perumahan sebesar 5.807.60 ha (53,86%) jauh di atas penggunaan lahan untuk perekebunan karet dan kebun campuran sebesar 2.953,93 ha (27,4%), yang sebelumnya pada tahun 1998 penggunaan lahan untuk kebun karet dan kebun campuran merupakan pengguna lahan tertinggi.

Kota Pontianak tampak dari Udara/atas

IV - 55
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Tabel 4.1.6.1.1 Jenis Penggunaan Lahan Di Kota Pontianak Tahun 2003 Jenis Penggunaan Lahan Permukiman Perdagangan dan Jasa Perkantoran Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial Industri dan Pergudangan Kebun Karet dan Campuran Hutan Lainnya/sungai dan parit Total
Sumber: Kota Pontianak Dalam Angka, 2003

Luas (ha) 5.807,60 133,31 131,36 565,08 69,13 2.953,93 320,17 683,44 10.782

(%) 53,86 1,24 1,22 5,25 0,64 27,4 2,97 6,34 100

Secara keseluruhan, besarnya rasio antara luas lahan terbangun dan luas lahan administratif di Kota Pontianak pada Tahun 1998 adalah 37,18%. Apabila dirinci untuk setiap kecamatan, maka rasio terbesar terjadi di Kecamatan Pontianak Selatan, yakni mencapai 44,54% dan terkecil untuk Kecamatan Pontianak Utara mencapai 30,43%. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa dari segi keruangan, intensitas penggunaan lahan di Kota Pontianak menunjukkan kinerja yang cukup bervariatif (Lihat Tabel 4.1.6.1.2 )

Tabel 4.1.6.1.2 Perbandingan Luas Lahan Terbangun dengan Luas Wilayah dan Penduduk Di Kota Pontianak, Tahun 1998 Lahan Terbangun (ha) (1) 1.289 311 1.225 1.184 4.009 Luas Wilayah (ha) (2) 2.894 1.002 2.995 3.891 10.782 Jumlah Rasio Rasio Penduduk [(1)/(2)]*100 (3)/(1) (Jiwa) (3) (4) (5) 116.667 50.020 206.266 96.847 478.800 44,54 31,04 40,90 30,43 37,18 90,5 160,8 168,4 81,8 119,4

Kecamatan Pontianak Selatan Pontianak Timur Pontianak Barat Pontianak Utara Kota Pontianak

Sumber: Kantor Wilayah BPN Prov. Kalbar, Olahan Peta Penggunaan Lahan 1999/2000.

IV - 56
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

C. Kependudukan Jumlah penduduk tetap Kota Pontianak hasil Pendataan Pemilih dan Pendaftaran Penduduk Berkelanjutan kondisi tahun 2003 berjumlah 492.990 jiwa, sedangkan dari hasil Sensus Penduduk tahun 2000 penduduk kota Pontianak berjumlah 464.534 jiwa, hal ini berarti bahwa telah terjadi peningkatan penduduk selama 3 tahun terakhir (tahun 2000-2003) yaitu sebesar 2% pertahunnya. Kepadatan penduduk Kota Pontianak pada tahun 2000 yang sekitar 4.308 jiwa/Km2. Dengan kata lain, kepadatan penduduk Kota Pontianak periode 19902000 meningkat sebesar 629 jiwa/Km2 atau bertambah sebesar 17,10%.

Bentuk Kesenian Masyarakat di Kota Pontianak

Meriam Karbit Di Tepi Sungai Kapuas

Perahu Lancang Kuning

Jumlah penduduk Kota Pontianak berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan berjumlah 448.460 jiwa dengan pendidikan terbesar yang ditamatkan adalah tamatan SLTA yaitu berjumlah 126.017 jiwa, sedangkan akademi/D1-D3 adalah pendidikan terendah yang ditamatkan yaitu berjumlah 11.495 jiwa.
Tabel 4.1.6.1.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan Di Kota Pontianak, Tahun 2003 No 1 2 3 4 5 6 7 Pendidikan yang Ditamatkan Tidak Sekolah Belum Tamat SD SD SLTP SLTA Akademi/D1-D3 Perguruan Tinggi Jumlah
Sumber: Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2003.

Jumlah 37.465 99.146 85.834 69.683 126.017 11.495 18.820 448.460

% 8,35 22,11 19,14 15,54 28,10 2,56 4,19 100

IV - 57
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Untuk jumlah penduduk yang bekerja, pada tahun 2003 di Kota Pontianak terdapat 173.830 jiwa penduduk yang bekerja yaitu 35,3 % dari jumlah penduduk di Kota Pontianak, dimana lapangan pekerjaan perdagangan, perhotelan, restoran dan rumah makan adalah lapangan pekerjaan terbesar yaitu 60.715 jiwa, sedangkan terendah bekerja pada sektor pertambangan sebanyak 166 jiwa. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1.6.1.4 Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Di Kota Pontianak Tahun 2003 Lapangan Pekerjaan Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan dan Kontruksi Perdagangan, Perhotelan, Restoran dan Rumah Makan Angkutan dan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Jasa dan lainnya Jumlah
Sumber: Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2003.

Jumlah 10.044 166 13.947 484 14.448 60.715 15.159 3.812 55.054 173.830

% 5,78 0,09 8,02 0,28 8,31 34,83 8,72 2,19 31,67 100

D. Perekonomian Berdasarkan penghitungan PDRB atas dasar harga konstan tahun 1993, laju pertumbuhan ekonomi Kota Pontianak tahun 2003 adalah sebesar 4,01 %. Nilai PDRB (atas dasar harga konstan tahun 1993) pada tahun 2003 sebesar 2.234 milyar rupiah. Hampir seluruh sektor ekonomi pada tahun 2003 mengalami pertumbuhan. Sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan yang cukup nyata dan di atas rata-rata hanya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 13,55%, sedangkan yang lainnya pertumbuhannya dibawah rata-rata bahkan ada sektor yang mengalami penurunan antara lin adalah sektor bangunan sebesar -1,44% dan sektor industri pengolahan sebesar -0,44%. Sebagaimana layaknya daerah perkotaan, maka pergeseran sektor dari sektor produksi ke sektor jasa juga terjadi di Kota Pontianak. Sektor jasa-jasa yang mengalami peningkatan peran dalam pembentukan PDRB tahun 2003 antara lain adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang meningkat perannya dari 22,72 % pada tahun 2002 menjadi 24,31 %
IV - 58
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

pada tahun 2003, begitu juga sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang meningkat perannya dari 10,31 % menjadi 11,53 %. Sementara sektor lainnya mengalami penurunan peran. PDRB per kapita, atau rata-rata nilai tambah yang dihasilkan oleh masing-masing penduduk Kota Pontianak pada tahun 2003 sebesar Rp 4.533.152,-

Tabel 4.1.6.1.5 PDRB Kota Pontianak Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2001 2003 (Jutaan Rupiah), Lapangan Usaha 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, gas, dan Air Minum 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa PDRB
Sumber: Kota Pontianak Dalam Angka, 2003

2001 11,963.86 93,293.75 42,919.83 279,285.21 404,406.36 394,404.23 266,701.77 578,515.47 2,071,490.48

2002 12,510.77 91,952.47 45,770.73 279,511.36 450,061.42 402,501.67 259,953.68 588,445.37 2,148,707.47

2003 12,812.26 91.549.99 47,816.95 293,233.15 511,059.68 416,312.26 267,191.59 594,822.71 2,234,798.59

4.1.6.2 Penyelenggaraan Penataan Ruang Kota Pontianak A. Penyusunan Rencana Tata Ruang Kota Pontianak

Dalam penataan ruang di Kota Pontianak, kelembagaan yang menangani proses perencanaan tata ruang adalah Bappeda dan Dinas Tata Kota Pontianak. Produk yang dihasilkan dalam proses perencanaan adalah Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) Pontianak Tahun 2002 yang merupakan revisi dari RUTRK Pontianak Tahun 19942004. Selain itu terdapat juga RDTRK Kecamatan Pontianak Barat Tahun 2002 dan sudah diperdakan (Perda No. 4 Tahun 2002). Secara garis besar ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan RTRW Kota Pontianak Tahun 2002-2012, yaitu: 1. 2. Banyaknya perkembangan spasial dan aspasial yang tidak lagi terakomodasi dalam RUTRK Pontianak Tahun 1994-2004. Perkembangan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai oleh Kota Pontianak dalam beberapa tahun ke belakang.
IV - 59
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

3. 4.

Perlunya pengkajian ulang mengenai kesesuaian penggunaan lahan saat ini. Semakin dinamisnya perkembangan pembangunan, baik di dalam wilayah kota Pontianak sendiri maupun di tingkat regional, nasional, dan internasional. Perkembangan ini menuntut adanya pengkajian ulang mengenai peranan kota Pontianak dalam berbagai posisi yang dimiliki.

5.

Perlunya mengkaji kembali kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang dihadapi Kota Pontianak dalam rangka mengoptimalkan seluruh sumberdaya yang dimiliki, baik sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun infrastruktur.

6.

Tinjauan yang lebih detail mengenai potensi-potensi yang dimiliki Kota Pontianak.

Dalam penyusunan perencanaan tata ruang, aparat pemda menemui kendala yaitu dalam hal peranserta masyarakat. Hal ini disebabkan karena apresiasi ruang masyarakat belum satu persepsi tentang peran dan fungsi tata ruang, baik dari masyarakat, legislatif maupun eksekutif. Untuk menangani kendala tersebut diadakan diskusi, lokakarya dan sosialisasi tentang penataan ruang. Penyusunan rencana tata ruang juga tidak lepas dari peran pemerintah pusat yaitu dalam bentuk pembinaan teknis. Sebagian besar rencana yang terdapat dalam RTRW Kota Pontianak meliputi: Perluasan kawasan pusat kota, dimana kawasan pusat kota yang ada saat ini akan diperluas ke arah utara dan timur dari pusat kota yang ada saat ini, sehingga nantinya pusat kota mencakup keempat wilayah kecamatan, dimana semua kecamatan memiliki akses yang merata ke pusat kota. Pengembangan lebih lanjut dari konsep Water Front City (WFC) yang berada di kawasan pusat kota, dimana pada masa mendatang diharapkan pengembangan WFC semakin melebar dari kawasan pusat kota ke arah barat maupun timur. Kawasan WFC yang direncanakan untuk Kota Pontianak merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pusatpusat kegiatan yang bervariasi dengan lokasi menyebar di sepanjang Sungai Kapuas.

Water Front City yang berada di Kawasan Pusat Kota, dimana pengembangannya melebar ke arah barat maupun timur dari pusat kota

IV - 60
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Sebagai kota yang terbelah oleh aliran sungai, sudah seharusnya Kota Pontianak memelihara dan memanfaatkan identitasnya sebagai Kota Tepian Air. Karena itu, konsep pengembangan kota yang mengarah pada WFC perlu diterapkan dengan pengelolaan yang profesional. Kawasan WFC di sini merupakan kawasan yang berorientasi ke badan perairan (dalam hal ini berupa sungai) membentuk karakter koridor sungai. Kawasan tersebut dicirikan dengan orientasi bangunan yang menghadap ke sungai, atau dengan kata lain bagian muka bangunan menghadap sungai. Pengembangan Kawasan wisata (khususnya di Kecamatan Pontianak Utara) yaitu dengan lebih menonjolkan keunikan wilayah yang dilalui garis khatulistiwa. Kawasan wisata khatulistiwa yang telah ada perlu lebih diperluas, walaupun lokasinya tidak berhubungan secara langsung. Lokasi pengembangan kawasan wisata khatulistiwa
Tugu Khatulistiwa Pontianak

diarahkan pada wilayah yang tepat dilalui garis lintang 00 0 0 di sebelah timur laut dari lokasi tugu khatulistiwa sekarang ini. Pada kawasan wisata ini akan dikembangkan beragam objek wisata, seperti : - Lapangan golf, dengan keunikan dapat memukul bola dari belahan bumi bagian utara ke belahan bumi bagian selatan, atau sebaliknya; - Boulevard yang di bagian tengahnya (yang tepat dilalui garis khatulistiwa) dipergunakan untuk pepohonan/jalur hijau; - Kawasan pusat olahraga (sports centre); - Kawasan rekreasi yang dilengkapi dengan tempat penjualan makanan dan cindera mata khas Kota Pontianak. Pengembangan pelabuhan, terutama pelabuhan

untuk kegiatan industri dan pelabuhan barang, diarahkan berlokasi di sebelah barat kota atau di bagian hilir Sungai Kapuas, saling berseberangan, tepatnya Pelabuhan di sebelah barat Pulau industri Batulayang. menempati
Pelabuhan Seng Hie

untuk

kegiatan

Kecamatan Pontianak Utara, sedangkan pelabuhan barang menempati Kecamatan Pontianak Barat.

Kedua lokasi ini dipilih karena ketersediaan lahan yang relatif lebih luas, sehingga lebih memungkinkan untuk berkembang lebih besar. Di samping itu, kalaupun suatu saat akan

IV - 61
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

dibangun jembatan yang menghubungkan kedua kecamatan tersebut (Pontianak Barat dan Pontianak Utara melalui Pulau Batulayang) tidak mendatangkan masalah yang besar bagi pelayaran kapal-kapal, khususnya kapal yang memiliki crane, karena pelabuhan sungai berlokasi sebelum jembatan. Di sebelah utara lokasi (rencana) pelabuhan untuk industri, terdapat wilayah yang berbatasan langsung dengan lokasi (rencana) pelabuhan tersebut yang masih cukup luas dan saat ini merupakan Sungai lahan nonterbangun Wilayah serta dialiri akan
Konsep pengembangan Pelabuhan Seng Hie

Kunyit

Baru.

tersebut

diarahkan peruntukannya bagi kawasan industri.

Dengan beberapa keuntungan, seperti aksesibilitas yang tinggi ke pelabuhan, adanya aliran sungai sebagai sumber air dan sebagai badan penerima limbah cairnya, serta luasnya area yang memungkinkan terciptanya keuntungan dalam memanfaatkan infrastruktur secara bersama (misalnya IPAL bersama). Dengan beberapa keuntungan ini diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi investor dan pelaku kegiatan industri untuk menempati kawasan tersebut. Di samping itu, kawasan industri yang semula berlokasi di pinggir Sungai Kapuas secara berangsur dapat berubah fungsi menjadi kawasan WFC. Di sebelah selatan lokasi rencana pelabuhan untuk melayani kegiatan perdagangan, juga terdapat wilayah yang berbatasan langsung dengan lokasi rencana pelabuhan tersebut dimana lahannya masih cukup luas dan saat ini merupakan lahan nonterbangun. Wilayah tersebut akan diarahkan peruntukannya untuk kegiatan perdagangan, termasuk di dalamnya pasar induk. Aksesibilitasnya yang tinggi ke pelabuhan menjadikan lokasi tersebut cukup menguntungkan bagi pasar induk untuk beroperasi. Rencana struktur tata ruang akan mendatangkan implikasi terhadap pembangunan Kota Pontianak di masa-masa mendatang, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.1.6.2.1

IV - 62
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Tabel 4.1.6.2.1 Implikasi Rencana Struktur Tata Ruang Kota Pontianak 2002-2012 No 1 Aspek Penyediaan Lapangan Kerja Pertumbuhan Ekonomi Implikasi Penyediaan lapangan kerja akan lebih menyebar di kelima kecamatan karena pengalokasian jenis dan skala kegiatan ekonomi lebih menyebar di keempat kecamatan Dengan alokasi aktivitas yang disebarkan di seluruh wilayah, maka potensi seluruh Wilayah tersebut akan lebih dikembangkan. Diharapkan tingkat pertumbuhan ekonomi kota secara keseluruhan menjadi lebih optimal dan merata. Dengan dialokasikannya pusat kota pada wilayah di keempat kecamatan, ditambah dengan lebih mengembangkan keunikan di wilayah utara dan historis di wilayah timur, diharapkan percepatan pertumbuhan pembangunan akan lebih menyebar. Pengembangan kawasan-kawasan yang menyebar ke seluruh wilayah Kota Pontianak akan meningkatkan pendapatan, perekonomian, dan pendidikan masyarakat di seluruh wilayah, sehingga diharapkan kesenjangan sosial dapat dikurangi atau bahkan dihindari. Pemanfaatan lahan untuk kawasan terbangun yang lebih menyebar (tentunya dengan tetap memperhatikan kesesuaian fisiknya) membuat beban daya dukung lingkungan yang lebih proporsional, sehingga tidak akan terjadi kerusakan lingkungan.

Percepatan Pertumbuhan Pembangunan Kesenjangan Sosial

Sumber : Fakta dan Analisa RTRW Kota Pontianak

Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan

Berkaitan dengan pemanfaatan ruang, rencana pelaksanaan tata ruang di Kota Pontianak sudah seluruhnya dilaksanakan, hanya belum optimal terutama kebijakan insentif dan disinfektif.

B.

Pemanfaatan Ruang Kota Pontianak

Pemanfaatan ruang di Kota Pontianak sebagian besar mengacu pada struktur ruang yang ada pada RTRW Kota Pontianak. Pada umumnya pemanfaatan ruang ada telah banyak terjadi perubahan terutama perubahan terhadap struktur tata ruang pada RUTRK Pontianak 1994-2004. Dalam hal pemanfaatan ruang, Kota Pontianak telah dimanfaatkan ruangnya sebagai: Kawasan pusat kota, dimana saat ini kawasan pusat kota berada di sebagian wilayah Kecamatan Pontianak Barat dan sebagian wilayah Pontianak Selatan. Pusat-pusat kegiatan tersebut meliputi: a. Kawasan Makam Batu Layang Merupakan kawasan bersejarah di Kecamatan Pontianak Utara. Kegiatan yang direncanakan mendominasi kawasan ini adalah wisata sejarah. Kegiatan lainnya yang
IV - 63
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

akan dialokasikan di sekitar kawasan tersebut berupa kegiatan perdagangan, pelabuhan, dan industri. Untuk memelihara nilai estetika kegiatan wisata Makam Batu Layang, maka kegiatan industri harus tetap menyediakan area yang ditanami pepohonan di sekelilingnya, yang juga berfungsi sebagai penyangga (buffer). b. Kawasan Tugu Khatulistiwa Merupakan kawasan wisata dengan land mark berupa tugu khatulistiwa. Kawasan ini direncanakan memiliki aksesibilitas dan keterkaitan dengan rencana Zona Wisata Khatulistiwa (ZWK) yang direncanakan berlokasi di sebelah timur laut Tugu Khatulistiwa tersebut. c. Kawasan di sekitar Siantan Merupakan kawasan dengan dominasi kegiatan komersial yang heterogen, meliputi jasa-jasa perdagangan (pertokoan, ruko, pasar) dan industri. Untuk memberikan sentuhan estetika dan peningkatan kualitas udara dari kawasan yang dipenuhi oleh kegiatan komersial tersebut, kawasan ini dilengkapi dengan fasilitas jalur hijau berupa taman di tepi Sungai Kapuas d. Kawasan di sekitar kaki jembatan Sungai Landak dan Sungai Kapuas Kecil. Kawasan ini merupakan kawasan yang tidak diperuntukkan bagi lahan terbangun. Walaupun dalam tata ruangnya dialokasikan untuk kawasan permukiman, namun khusus di kaki jembatan-jembatan ini perlu disediakan ruang terbuka hijau (public

park) untuk alasan keamanan dan estetika lingkungan.


e. Kawasan Cagar Budaya di sekitar Mesjid Jami dan Keraton Kadriah (Tanjung Pulo/Beting) dengan kawasan permukiman di sekitarnya.

Mesjid Jami Pontianak

Kraton Kadariyah Pontianak

f. g.

Kawasan wisata khususnya berada di Kecamatan Pontianak Utara Kawasan Senghie Kegiatan yang berlangsung di sekitar kawasan ini didominasi oleh kegiatan komersial. Namun demikian, pada lokasi yang langsung berbatasan dengan sungai direncanakan untuk dijadikan ruang terbuka hijau atau taman, yang memiliki multifungsi, selain sebagai taman dan pedestrian tempat orang bisa berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan ke arah sungai, sebagai media untuk meningkatkan

IV - 64
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

kualitas udara karena keberadaan pepohonannya, penambah nilai estetika, serta sebagai sempadan sungai yang diharapkan turut membantu menjaga kualitas perairan sungai. h. Kawasan Taman Alun Kapuas Ciri yang menonjol dari kawasan ini adalah keberadaan kantor pemerintahan (kantor walikota) yang bisa langsung terlihat dari arah Sungai Kapuas. Taman di tepi Sungai Kapuas (Taman Alun Kapuas) direncanakan untuk dapat menampung berbagai kegiatan yang meliputi dermaga wisata air yang melayani pemakaian perahu-perahu wisata (cruise), olah raga air, tempat berjualan seperti kios, cafe, tempat bermain, dan taman kota. i. Kawasan Jeruju Merupakan kawasan komersial dengan aktivitas utamanya berupa perdagangan. Wisata, industri, jasa perkantoran, dan pergudangan. j. Kawasan di sekitar Pelabuhan Nipah Kuning Kawasan ini merupakan pintu masuk (gate way) menuju kawasan Water Front City. Di samping keberadaan pelabuhan, aktivitas lain yang direncanakan berlokasi di sekitar kawasan ini meliputi pergudangan, permukiman, dan kawasan konservasi. Pelabuhan, dimana pelabuhan yang ada saat ini terbagi menjadi lima, yaitu pelabuhan untuk melayani kegiatan industri, pelabuhan penyeberangan (ferry), pelabuhan yang melayani penumpang, pelabuhan ikan, dan pelabuhan barang untuk mendukung kegiatan perdagangan. Dalam pemanfaatan ruang di Kota Pontianak ditemui beberapa kendala yaitu dalam hal perijinan, dimana umumnya masalah yang terjadi adalah pada pembangunan yang tidak didahului dengan perijinan, sehingga melanggar peruntukan atau ketentuan bangunan. Pengaturan intensitas pemanfaatan ruang untuk Kota Pontianak perlu dilakukan guna menata penggunaan lahan secara optimal dengan memperhatikan bentuk-bentuk ruang yang akan terjadi serta pergerakan dari aktivitas yang terjadi. Pemanfaatan dan pengaturan lahan perkotaan yang baik akan memberikan bentuk serta struktur tata ruang yang baik pula kepada wajah Kota Pontianak. Keberadaan sungai Kapuas sebagai salah satu potensi yang ada di Kota Pontianak harus diekspos, terutama dengan cara pengarahan terhadap ketinggian bangunan. Untuk membentuk pola tata ruang yang baik, perlu pengaturan terhadap luas pemanfaatan lahan serta ketinggian bangunan.

IV - 65
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

C.

Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kota Pontianak

Pada dasarnya pengendalian pemanfaatan ruang di Kota Pontianak meliputi pengendalian pada kawasan-kawasan yang memiliki potensi, disamping itu juga pengendalian berkaitan dengan: 1. Kawasan lindung dan kawasan budidaya Dengan mengacu pada kriteria kawasan lindung (Keppres No. 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung), kawasan yang dapat dikategorikan sebagai kawasan yang perlu dilindungi di Kota Pontianak meliputi kawasan berhutan bakau, sempadan sungai, dan kawasan sekitar cagar budaya. Sementara itu, pengendalian pemanfaatan ruang untuk sempadan sungai terutama sempadan sungai di sepanjang pinggiran Sungai Kapuas, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Landak adalah selebar kurang lebih 100 meter dari tepi sungai, dan fungsinya diperuntukkan bagi kawasan hijau. Akan tetapi, mengingat hampir di sebagian besar kawasan tersebut telah dipergunakan untuk perumahan, perdagangan, dan industri, sedangkan proses pemindahan itu sendiri mendatangkan permasalahan yang sangat kompleks, maka bisa saja pemanfaatan yang ada tersebut tidak dipindahkan, tetapi fungsi dan tujuan ditetapkannya sempadan sungai diusahakan tetap dapat berlangsung. Misalnya, dengan memberdayakan segenap pihak yang mendirikan dan menggunakan bangunan di kawasan sempadan sungai tersebut untuk tetap menjaga sungai dari kemungkinan sedimentasi, serta memelihara kualitas perairan sungai (dengan tidak membuang sampah ke sungai dan membersihkan sampah di perairan yang berada di sekitar bangunan tempat mereka tinggal/berusaha). Kecuali yang termasuk kawasan lindung, kawasan selebihnya merupakan kawasan budidaya. 2. Kegiatan (mengindikasikan jenis peruntukan/pemanfaatan) yang akan dikembangkan pada kawasan budidaya. Ada dua kegiatan utama yang akan dipertimbangkan. Pertama, kegiatan yang sifatnya memenuhi kebutuhan mendasar bagi penduduk. Kegiatan yang termasuk kategori ini adalah permukiman (perumahan beserta segala fasilitas penunjangnya, seperti fasilitas perbelanjaan, kesehatan, peribadatan, pendidikan, olahraga dan ruang terbuka, hiburan, dan pelayanan umum). Kedua, kegiatan yang berorientasi pada pengembangan Kota Pontianak menjadi kota internasional. Misalnya, kegiatan perdagangan, pelabuhan, pariwisata, dan industri beserta fasilitas-fasilitas yang dibutuhkannya. 3. Kesesuaian fisik bagi setiap kegiatan yang akan ditempatkan di Kota Pontianak. Faktor yang dipertimbangkan di sini meliputi kemiringan lereng, keberadaan sungai, lahan yang terkena pengaruh pasang surut, jenis tanah, dan sebagainya.
IV - 66
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

4.

Status dan harga lahan Status lahan menunjukkan kepemilikan atas lahan. Hal ini sangat penting untuk dipertimbangkan karena pemilik lahan memiliki kewenangan atas pemanfaatan lahannya. Sedangkan harga lahan mengindikasikan besar kecilnya biaya bagi suatu kawasan untuk dikembangkan.

5.

Kelestarian fungsi ekosistem, meliputi ekosistem perairan (sungai) beserta kualitas perairannya, dan ekosistem hutan bakau. Lokasi berbagai aktivitas saat ini yang berada di tepian sungai dan rencana alokasi berbagai peruntukan yang ditempatkan di tepian sungai perlu mempertimbangkan kelestarian fungsi ekosistem sungai. Peruntukan lahan industri lebih diarahkan menuju ke hilir. Wilayah di sebelah utara dan selatan kota yang saat ini didominasi pepohonan dipertahankan untuk menjaga keseimbangan air dalam konteks DAS. Demikian juga halnya dengan keberadaan hutan bakau yang tetap dipertahankan, kecuali dengan alasan yang mendesak, misalnya untuk hutan bakau di sebelah barat yang sebagian terkena rencana pengembangan pelabuhan.

6. Lokasi-lokasi strategis yang biasanya menjadi lokasi pilihan para pelaku bisnis Umumnya lokasi-lokasi ini dicirikan dengan kemudahan aksesibilitas, jarak terhadap pusat keramaian atau aktivitas, dan kelengkapan infrastruktur. Untuk mengantisipasi hal ini, lokasi-lokasi tersebut diperuntukan bagi kegiatan-kegiatan bisnis. 7. Kualitas udara dan estetika lingkungan Mengingat temperatur udara Kota Pontianak yang cukup panas, maka untuk meningkatkan kualitas udara dikembangkan konsep kota tropis dengan mempertahankan kawasan hijau yang ada dan menyebarkan taman-taman kota dan jalur hijau ke seluruh wilayah, terutama pada daerah-daerah berkepadatan bangunan tinggi. Keberadaan pepohonan ini dapat memperbaiki kualitas udara karena dapat menyerap gas-gas beracun (kontaminan) yang beterbangan di udara serta menurunkan temperatur di siang hari (dengan menyerap CO2 dan memproduksi O2). Di samping itu, juga memberikan dampak yang positif bagi estetika lingkungan di sekitarnya. 8. Kriteria-kriteria teknis Contoh dari kriteria teknis di sini antara lain misalnya harus dibatasinya peruntukan kegiatan yang mengakses langsung ke jalan arteri primer, dan tinggi minimal jembatan.

IV - 67
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

D.

Peranserta Masyarakat

Keterlibatan (pendapat) masyarakat dalam memberi masukan rencana penataan ruang terlihat pada rencana penggunaan lahan, misalnya untuk penggunaan permukiman, bahwa sebaiknya permukiman tidak berada di dekat Bandar udara, lahan untuk bangunan perumahan disisakan untuk taman (lahan hijau). Selain itu masyarakat juga menyarankan agar lebih memperhatikan tempat-tempat untuk rekreasi dengan memanfaatkan lahan kosong atau lahan rawa. Untuk perencanaan sistem drainase air hujan, masyarakat lebih memilih untuk membuang air hujan ke sumur resapan dan ke saluran jalan dibandingkan untuk manfaat lainnya. Selain itu juga bentuk keterlibatan masyarakat dalam pemanfaatan ruang adalah pemberian ijin pemanfaatan ruang jika sesuai dengan RTRW yang berlaku.

4.1.6.3 Isu Permasalahan Kota Pontianak Permasalahan dalam pembangunan/penataan ruang di kota Pontianak antara lain: Adanya penyimpangan dalam pemanfaatan lahan, seperti dimanfaatkannya kawasan hijau oleh masyarakat untuk pembangunan perumahan, banyaknya aktifitas sosial dan pendidikan yang berkembang pada zoning perdagngan dan jasa, masih tersisanya lahan untuk zoning pemerintahan, serta tidak berfungsinya terminal induk Gajah Mada dan terminal antar negara. Tidak seimbangnya perkembangan ekonomi antar kecamatan, dimana kecamatan Pontianak Barat dan Pontianak Selatan memperlihatkan pertumbuhan dan kesejahteraan yang jauh lebih baik dibandingkan Kecamatan Pontianak Utara dan Pontianak Timur. Begitu pula halnya dengan distribusi dan kepadatan penduduk. Belum tergalinya potensi dan peluang sumberdaya alam yang dimiliki, baik untuk pengembangan kegiatan perekonomian, pariwisata, industri, dan lain-lain. Masih belum tertatanya kawasan Kota Pontianak secara baik karena masih banyaknya permasalahan yang berkaitan dengan persampahan, pemafaatan terminal kota, pasar tradisional dan pengaturan lalu lintas yang juga belum terselesaikan. Peranan kelembagaan (pemerintah, swasta, masyarakat) dapat dikatakan belum optimal, sementara regulasi (peraturan) tidak berkembang seiring dengan dinamika pembangunan kota yang semakin pesat, bahkan law enforcement masih lemah. Didudukannya Kota Pontianak sebagai pusat Kawasan Andalan POKUSIKARANG (Pontianak, Kuala Mandor, Siantan, Sungai Kakap, Sungai Raya, dan Sungai Ambawang) maupun sentral dari Kawasan Metropolitan Pontianak. Fungsi baru ini tentu saja berimplikasi pada perlunya disusun tata ruang yang luas cakupan wilayahnya.

IV - 68
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Penurunan kualitas lingkungan akibat antara lain eksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan dan daya dukung lahan yang terlalu berat. Berkembangnya sistem kota-kota secara global melalui berbagai bentuk kerangka kerjasama bilateral maupun multilateral. Basis data yang bisa dimanfaatkan untuk perencanaan pembangunan kota masih minim. Berbagai persoalan keruangan (spasial) dan sektoral (aspasial) lainnya belum teridentifikasi hingga saat ini.

Selain itu permasalahan lainnya terjadi pada ketidaksesuaian penggunaan lahan, antara lain sebagai berikut: Di sisi barat wilayah Kecamatan Pontianak Barat dan sisi selatan Kecamatan Pontianak, lahan yang seharusnya untuk kawasan konservasi ternyata saat ini dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan campuran, kebun karet rakyat, dan sebagian lagi berupa semak. Di sisi utara Kecamatan Pontianak Barat, tepatnya antara tepi sungai Kapuas dan Jalan Yos Sudarso, yang seharusnya sebagai kawasan konservasi hutan bakau, kenyataannya saat ini sebagian kawasannya telah dibangun perumahan. Demikian pula sisi utara sepanjang jalan Yos Sudarso yang guna lahannya diperuntukan sebagai kawasan industri, saat ini merupakan kawasan campuran (mix use) antara industri, perumahan dan perdagangan. Guna lahan di sisi utara wilayah Kelurahan Tanjung Hilir (Kecamatan Pontianak Timur) direncanakan untuk industri, tapi saat ini masih terdapat beberapa kelompok perumahan penduduk. Kondisi serupa juga terdapat di wilayah Kecamatan Pontianak Utara, tepatnya di kawasan yang diapit oleh sungai Landak dan Jalan Gusti Situt Mahmud. Peruntukan kawasan industri yang berlokasi di sepanjang koridor Jalan Khatulistiwa dan Sungai Kapuas Besar saat ini pemanfaatannya masih campuran antara industri, perumahan, perkantoran, dan di beberapa lokasi masih terdapat semak yang rimbun. Ketidaksesuaian penggunaan lahan yang diperuntukan untuk kawasan lindung/konservasi, yang ternyata dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya kebun dan semak, termasuk dalam penyimpangan kategori tinggi, karena dapat menimbulkan dampak yang merugikan dimasa yang akan datang.

IV - 69
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

4.1.7 Kota Manado 4.1.7.1 Gambaran Umum Kota Manadon A. Kondisi Umum Kota Manado terletak di jazirah utara pulau Sulawesi dan berada pada posisi 10 40 Lintang Utara dan 1240 35 Bujur Timur. Sejak saat berdirinya yaitu pada tanggal 14 Juli 1623 sampai sekarang, berdasarkan perkembangan wilayah administrasinya, Manado telah mengalami dua fase perkembangan kota. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 1988, luas Manado adalah 2.369 Ha. Saat ini luas Manado adalah 15.726 Ha atau 0,57% dari luas wilayah Sulawesi Utara. Adapun batas-batas administrasi Kota Manado adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Minahasa (desa Talawaan, Bantik, Wori dan Tiwoho di Kecamatan Wori) dan Selat Mantehage. Sebelah Selatan : berbatasan Pineleng). Sebelah Timur Sebelah Barat : : berbatasan dengan Kab. Minahasa (desa Paniki Atas dan Mapanget di Kecamatan Dimembe; desa Maumbi di Kecamatan Airmadidi). berbatasan dengan Teluk Manado. dengan Kabupaten Minahasa (desa Sawangan, Kamangta, Koka, Kalasey, Sea, Pineleng Satu di Kecamatan

Dari letak geografisnya Kota Manado mempunyai posisi yang sangat strategis, yaitu: Terletak di bibir Pasifik Secara langsung Kota Manado terletak pada bibir Pasifik, yakni suatu kawasan di dunia yang semakin berkembang dan sangat potensiil untuk menjadi pusat kegiatan perekonomian dunia.

Laut merupakan jalur pelayaran lalu lintas di Kota Manado

Kota Manado yang terletak di bibir pasifik

IV - 70
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Terletak pada posisi silang mata rantai lalu lintas pelayaran internasional. Manado terletak pada jalur lalu lintas pelayaran internasional yang menghubungkan pusat kegiatan ekonomi dunia, mulai dari Timur Tengah, Asia Selatan, Amerika Utara, Pasifik barat Daya, Australia, dan New Zealand. Sejalan dengan lalu lintas tersebut, maka Manado membentuk jalur pelayaran sebagai berikut: jalur Selat Makasar-Selat Lombok, jalur Selat Ombay - P.Wetar - Laut Banda Selat Buru terus ke utara ke Samudera Pasifik dan cabang lainnya menuju ke Laut Sulu, jalur dari Pasifik - Laut Sulu - Laut Sulawesi - Halmahera, Selat Buru - Laut Banda - Laut Arafura ke Selat Torres.

Terletak di daerah perbatasan antar negara Manado berada pada daerah perbatasan yang terletak pada jalur lalu lintas pelayaran untuk kapal perang dari Samudera Pasifik ke samudera Indonesia. Terletak pada jalur lalu lintas udara antar negara.

Keberadaan Bandara Sam Ratulangi juga menempatkan Manado sebagai jalur lalu lintas udara bagi pesawat militer/penumpang dari dan atau ke Filipina, Australia, dan Selandia Baru. Dengan demikian Manado dapat berperan sebagai salah satu simpul mata rantai jaringan penerbangan internasional yang menghubungkan Indonesia dengan kawasan Pasifik barat daya, Pantai barat Amerika, Australia, dan Selandia Baru.

Sampai dengan tahun 1999 Kota Manado terdiri dari 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Molas, Wenang, Sario, Mapanget, dan Kecamatan Malalayang. Kemudian pada tahun 2000 terjadi pemekaran, sehingga jumlah kecamatan di Kota Manado menjadi 9, yaitu: Kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, Wenang, Tikala, Sario, Wanea, Mapanget, dan Kecamatan Malalayang.

B. Kondisi Fisik Ketinggian tanah di Kota Manado bervariasi mulai dari titik 0 (nol) diatas permukaan laut sampai ketinggian 650 meter diatas permukaan laut. Garis kontur terendah berada di sepanjang pesisir pantai kota, sedangkan garis kontur tertinggi berada di bagian utara kota. Wilayah dengan topografi tertinggi tersebut tepatnya berada di Kecamatan Bunaken, dengan ketinggian tanah berkisar pada 600 650 meter diatas permukaan laut, yaitu dengan adanya Gunung Manado Tua (650 m) dan Gunung Tumpa (600m). Berdasarkan kemiringan tanahnya, Kota Manado dapat dikelompokkan atas wilayah-wilayah dengan kemiringan tanah: 0 3%, 3 8%, 8 15%, 15 25%, 25 40%, dan > 40%.
IV - 71
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Dilihat dari kemiringan tanah tersebut, maka wilayah (kecamatan) yang sebagian besar tanahnya memiliki kemiringan 0 15% terdapat di Kecamatan Mapanget, Wenang, dan Kecamatan Sario. Kemudian, kecamatan yang sebagaian besar wilayahnya memiliki kemiringan tanah diatas 15% adalah Kecamatan Malalayang dan Kecamatan Bunaken. Untuk tanah dengan kemiringan > 40% tersebar di seluruh kecamatan yang terdapat di Kota Manado. Wilayah dengan kemiringan tanah > 40% tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk dibangun. Wilayah Kota Manado, dengan formasi batuan gunung api muda dan iklim basah, memiliki variasi tanah menurut usianya, yaitu tanah muda, tanah sedang berkembang, dan tanah tua. Berdasarkan jenis tanah, maka di Kota Manado antara lain terdapat: - Entisol, yang terdiri dari: Regosol, Hidromorf kelabu, dan Aluvial - Inceptisol, yang terdiri dari: Latosol, Podzolik, dan asosiasi peralihannya - Alfisol, yang terdiri dari: Kalsik Brown - Ultisol, yang terdiri dari Mediteran. Inceptisol merupakan tanah yang terluas penyebarannya di Kota Manado, kemudian diikuti oleh Entisol, Ultisol, dan Alfisol. Tabel 4.1.7.1.1 Luas dan Jenis Penggunaan Lahan Kota Manado Tahun 2001 Jenis Penggunaan Lahan Lahan Sawah 1. Sawah 2. Tanah Basah Lahan Kering 1. Permukiman 2. Tegalan 3. Hutan 4. Perkebunan 5. Fasilitas Umum 6. Lain-lain 3.475 165 575 10.730 626 54 22,10 1,00 3,65 68,10 4,00 0,5 100 9,25 91,75 0,05 0,60 2001 Ha %

Jumlah 15.726 Sumber: Kota Manado Dalam Angka, Tahun 2001.

IV - 72
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Dari jenis penggunaan lahan Kota Manado tahun 2001, terlihat bahwa Kota Manado masih didominasi oleh tanah pertanian/perkebunan, yaitu sebesar 68,10 % dan kawasan permukiman sebesar 22,10 %. Sisanya sebanyak 9,8 % terdiri dari ruang terbuka, usaha, dan jasa, industri, tanah kosong, hutan dan hutan bakau, alang-alang serta sungai dan jalan.

C. Kependudukan Kota Manado adalah wilayah urban terbesar di Provinsi Sulawesi Utara, bahkan di Kawasan Timur Indonesia belahan utara. Pada akhir tahun 2002, penduduknya berjumlah 395.515 jiwa. Kota Manado memiliki tingkat pertumbuhan alamiah (faktor kelahiran) sebanyak 1.50% per tahun. Faktor tersebut mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk, adapun faktor lainnya yang menyebabkan percepatan pertumbuhan jumlah penduduk adalah pengaruh faktor urbanisasi (inmigrasi). Selain itu kecenderungan migrasi sirkuler atau arus ulang alik juga cukup menonjol, yakni diperkirakan sekitar 40.000 orang yang berdomisili di luar kota melakukan aktivitas sehari-harinya di Kota Manado. Penduduk Kota Manado cukup heterogen baik latar belakang etnik maupun agamanya. Mayoritas penduduk berasal dari suku Minahasa, menyusul suku Sangihe Talaud, suku Bolaang Mongondow, suku Gorontalo dan keturunan Cina. Selain itu terdapat pula penduduk suku Jawa, Batak, keturunan Arab, Maluku, Makasar dan sebagainya. Agama yang dianut adalah Kristen Protestan, Islam, Katolik, Budha dan Hindu. Meski heterogen, namun masyarakat Manado sangat menghargai sikap hidup toleran, rukun, terbuka dan dinamis. Karenanya kota Manado memiliki lingkungan sosial yang relatif kondusif dan dikenal sebagai salah satu kota yang relatif aman di Indonesia. Dibidang pendidikan, Kota Manado memiliki latar tradisi yang kuat. Karena itu tingkat pendidikan penduduknya cukup tinggi. Berdasarkan data Pada tahun 2001, jumlah penduduk usia 10 tahun keatas 347.308 jiwa, terdiri dari tamatan perguruan tinggi 9.13%, tamatan SLTA dan SLTP 55.70%, tamatan SD 22.57%, belum tamat SD 12.29% dan yang tidak/belum bersekolah 0.31%.

IV - 73
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Tabel 4.1.7.1.2 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kota Manado, Tahun 2001 No 1 2 3 4 5 6 7 Tingkat Pendidikan Tdk/Belum pernah sekolah Belum Tamat SD SD SLTP SMU/Kejuruan Diploma/PT S2/S3 Jumlah
Sumber: Kota Manado Dalam Angka,Tahun 2001.

Jumlah 1.520 43.840 77.227 75.340 18.813 29.242 1.326 347.308

% 0,6 17,7 31,2 30,5 7,6 11,8 0,5 100

Sedangkan

jumlah

penduduk

menurut

mata

pencaharian,

yang

bekerja

sebagai

PNS/TNI/Polri/Guru/Pegawai Swasta cukup besar yaitu sebesar 82.615 jiwa. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk kota Manado menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1.7.1.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kota Manado Tahun 2001 No 1 2 3 4 5 6 Jenis Mata Pencaharian Petani/Peternak/Nelayan Pedagang PNS/TNI/Polri/Guru/Pegawai Swasta Wiraswasta/Industri kecil Buruh/Tukang/Tibo-tibo Jasa dan lain-lain Jumlah
Sumber: BPS Kota Manado, 2001

Jumlah 18.282 25.610 82.615 41.012 17.866 13.958 199.343

% 9,17 12,85 41,44 20,57 8,96 7,00 100

D. Perekonomian Pembangunan kota Manado diarahkan untuk mengoptimalkan potensi sumber daya yang dimiliki dalam mengambil peran yang lebih besar dalam memanfaatkan peluang-peluang ekonomi baik di tingkat nasional maupun global.
IV - 74
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Kota Manado dalam pengembangannya memiliki kekuatan yang menjadi landasan baik dalam pembangunan maupun pengembangan Kota Manado, antara lain adalah:

Pusat Pengembangan Wilayah Sulut KAPET Manado-Bitung Gateway ke Asia-Pasifik Dukungan Infrastruktur: a. Bandara Internasional Sam Ratulangi b. Pelabuhan Samudera Bitung c. Akses Regional Trans Sulawesi

Hampir lebih

seluruh dominan

sektor

ekonomi

pada

tahun

2003 sektor 0,41%,

mengalami pertumbuhan. Sektor yang paling besar atau pertumbuhannya dan hotel adalah sebesar perdagangan, restoran

sedangkan yang mengalami penurunan adalah sektor angkutan dan komunikasi sebesar 0,29 %. Dilihat dari kontribusi sektor-sektor (menurut lapangan usaha) bagi PDRB Kota Manado tahun 2002, maka sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, yaitu sebesar 26% dari total PDRB tahun 2002. Disamping itu sektor angkutan dan komunikasi juga termasuk besar kontribusinya terhadap PDRB Kota Manado tahun 2002, yakni 25% dari total PDRB tahun 2002. Sektor-sektor lainnya, seperti: sektor jasa, sektor bangunan, sektor industri pengolahan, sektor banklembaga keuangan-jasa perusahaan, sektor pertanian, sektor llistrik-gas-air minum, sektor pertambangan-penggalian kontribusinya terhadap PDRB Kota Manado tahun 2002 secara berturut-turut (dalam %) adalah: 23%, 9%, 8%, 4%, 4%, 1%,0%. Untuk sektor pariwisata, dalam kurun waktu dua dekade terakhir, kegiatan pariwisata dengan pesat tumbuh menjadi salah satu andalan perekonomian kota. Primadona pariwisata Kota Manado bahkan Provinsi Sulawesi Utara adalah Taman Nasional Bunaken, yang oleh sementara orang disebut sebagai salah satu taman laut terindah di dunia. Letaknya yang hanya sekitar 8 Km dari daratan kota Manado dan dapat ditempuh dalam
Kawasan wisata yang ada di Bunaken
Kawasan perekonomian Kota Manado

sekitar sampai dengan 2 jam menyebabkan Taman Nasional ini mudah dikunjungi.

IV - 75
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Selain memiliki objek-objek wisata yang menarik, salah satu keunggulan pariwisata kota Manado adalah letaknya yang strategis ke objek-objek wisata di hinterland, khususnya di Minahasa, yang dapat dijangkau dalam waktu 1 s/d 3 jam dari kota Manado. Objek-objek wisata tersebut antara lain, Vulcano Area di Tomohon, Desa Agrowisata Rurukan-Tomohon, Panorama pegunungan dan Danau Tondano, Batu Pinabetengan dan Waruga di Sawangan. Karena potensi wisata yang besar tersebut maka industri pariwisata di kota Manado telah semakin tumbuh dan berkembang, yang antara lain ditandai dengan cukup banyaknya hotel dan sarana pendukung lainnya. Sampai tahun akhir tahun 2001, terdapat 67 buah hotel/penginapan, 15 buah travel biro, 223 buah restoran dan rumah makan dari berbagai kelas. Bersamaan dengan Bitung, Kota Manado menjadi salah satu Kapet di KTI. Untuk mendukung perkembangan Kota Manado, infrastruktur jalan dibenahi, misalnya dengan pembuatan jalan tol menuju bandara sepanjang 8,4 km, selain itu membangun sarana pendukung seluas 5 - 10 Ha yang dimaksudkan untuk mengantisipasi pertumbuhan aktivitas kargo dari Pelabuhan Bitung dan bandara Sam Ratulangi, dimana bandara tersebut merupakan sarana penunjang transportasi udara dan masuk kategori terbaik di Indonesia.
Salah satu infrastruktur jalan Di Kota Manado

4.1.7.2 Penyelenggaraan Penataan Ruang Kota Manado A. Penyusunan Rencana Tata Ruang Kota Manado

Pada tahun 1989/1990 telah disusun rencana tata ruang bagi Kota Manado dengan masa berlaku 20 tahun, yaitu Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Kota Manado Tahun 19902010. Operasional rencana tata ruang tersebut mengacu pada Perda No. 5/Tahun 1991. Pada saat itu wilayah Kota Manado masih terdiri dari 5 (lima) kecamatan. Pembangunan di Kota Manado terus berlangsung, terjadi perubahan/perkembangan di segenap sektor. Pesat dan dinamisnya pembangunan di Kota Manado sangat berpengaruh kepada pemanfaatan lahan/ruang kota. Berkaitan dengan pelaksanaan fungsi Kota Manado sebagai kota jasa, perdagangan, dan pariwisata, kemudian juga untuk menghadapi perkembangan global, maka dibutuhkan suatu rencana tata ruang yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Produk rencana yang telah ada tertinggal dari pembangunan yang ada. Sejalan dengan kondisi tersebut, maka pada tahun 1999/2000 rencana tata ruang yang ada direview dan hasil review (peninjauan kembali) tersebut adalah dengan tersusunnya
IV - 76
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Manado Tahun 2000-2010. Masa berlaku RTRW Kota Manado 2000-2010 adalah 10 tahun. Pada tahun 2001 terjadi pemekaran kecamatan. Kota Manado yang semula terdiri dari 5 kecamatan, setelah pemekaran wilayahnya terdiri dari 9 kecamatan. Dengan terjadinya perubahan-perubahan beserta perkembangan di berbagai sektor, maka dirasakan kembali bahwa rencana tata ruang yang ada mengalami ketertinggalan dari kondisi yang berlangsung. Oleh sebab itu, saat ini sedang dilakukan revisi rencana tata ruang tersebut melalui penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Manado Tahun 2006-2016.

B.

Pemanfaatan Ruang Kota Manado kegiatan yang cukup besar dalam hal pemanfaatan ruang di Kota Manado

Salah satu

adalah reklamasi pantai. Kegiatan ini dimulai tahun 1994 yaitu dengan rencana reklamasi seluas 67-68 Ha dan telah ditangani seluas 50 Ha. Tanah untuk urugan diperoleh/diambil dari bukit-bukit sekitar kota. Daerah reklamasi terdiri dari 5 kawasan (Mega, Bahu, Manado Convention Center/MCC). Beberapa alasan melakukan reklamasi pantai di Kota Manado, adalah: 1. Penekanan lebih ditujukan pada aspek ekonomi, yakni kebutuhan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Manado. 2. Dengan adanya pertimbangan bahwa awalnya bibir pantai berada sejauh 50 M dari yang ada sekarang (untuk reklamasi dilakukan pengurugan sejauh 10-20 M). 3. Pemerintah tidak merugikan masyarakat dalam hal tanah. Dari segi penggunaan lahan di kawasan reklamasi ini, disamping untuk bisnis, terdapat juga hutan kota. Dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, maka bagi penanganan limbah digunakan treatment process. Tahun 1997 operasional baru bisa dimulai, setelah disetujui oleh Menteri Lingkungan Hidup baru bisa berjalan. Untuk reklamasi pantai tahap kedua dilakukan di bagian utara Kota Manado. Dan hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan reklamasi pantai ini disusun oleh provinsi, sedangkan untuk pelaksanaan dilakukan oleh kota. Di Kota Manado terdapat Kawasan Khusus, yaitu: - Kawasan pusat kota: Pasar45 - Bandara Sam Ratulangi

IV - 77
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Dalam mengeluarkan ijin-ijin yang berkaitan

dengan penataan ruang, mengacu kepada

rencana tata ruang. Dimana dalam mengeluarkan ijin lokasi, ada tim dan sebagai koordinator adalah Kepala Badan Perencana Kota, disamping juga ada bagian hukum (di Setda). Demikan pula hal yang berkaitan dengan reklamasi pantai, ijin dikeluarkan setelah ditelaah oleh tim.

C.

Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kota Manado pemanfaatan ruang yang terdiri dari pengawasan dan penertiban.

Pengendalian

Pengendalian dilakukan oleh Bapeko dan instansi terkait. Dari segi penataan ruang pengawasan diserahkan ke Dinas Tata Kota. Disamping itu ada BPLH, dengan tugas pengawasan di sektor lingkungan hidup. Pengawasan yang dilakukan dalam rangka menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang hendaknya dilakukan secara terus menerus.

D. Peranserta Masyarakat Dilibatkannya masyarakat alam penyelenggaraan penataan ruang di Kota Manado antara lain dapat dilihat pada kegiatan yang berhubungan dengan: Reklamasi Pantai Dalam usaha reklamasi pantai dihadapi banyak hambatan, untuk itu perlu diadakan pendekatan ke masyarakat, seperti kepada masyarakat nelayan. Disediakan tambatan kapal nelayan (di mega Mal). Setiap blok berbeda cara penyelesaiannya. Ada yang membayar perahu-perahu nelayan, dan nelayan beralih profesi. Proses penyusunan (revisi) Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Manado Tahun 20002010. Dalam proses penyusunan diadakan seminar dan masyarakat dilibatkan di dalamnya. Selain itu diadakan juga konsultasi publik yang melibatkan unsur pemerintah, LSM, Swasta, Perguruan Tinggi. Kegiatan ini dikelola oleh Bapeko Manado. Sampai saat ini telah dilakukan konsultasi publik yang kedua (pertama adalah pada saat penyusunan Laporan Pendahuluan).

4.1.7.3 Isu Permasalahan Kota Manado Terjadinya longsor di beberapa daerah yang disebabkan oleh pembangunan di berbukit-bukit. Pembangunan dengan memapas lapisan tanah subur/bukit-bukit, antara lain dapat menyebabkan berkurangnya daerah-daerah subur.
IV - 78
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

lahan

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Pendangkalan di sekitar pelabuhan, pantai. Teluk Manado mempunyai resiko pendangkalan atau sedimentasi yang serius. Dari sektor transpotasi: Tidak jelasnya pola/sistem jaringan jalan; Kemacetan di daerah-daerah tertentu, yang antara lain disebabkan oleh kurang baiknya sistem manajemen transportasi kota; Penguasaan tanah masyarakat di wilayah ring road Citra Land-Bandara. Perlu segera disusun RTBL Kawasan Ring Road tersebut dan Rencana Tata Ruang Kawasan Bandara. Penyediaan fasum-fasos beberapa permukiman masih kurang memadai (terutama yang dibangun pengembang). Masih kurang memadainya usaha pengelolaan prasarana dan sarana kota, seperti: air bersih, air limbah, persampahan, drainase. Berkembangnya permukiman, kegiatan dengan tidak mengindahkan garis sempadan sungai di DAS Tondano yang melintasi Kota Manado. Masih kurangnya faktor koordinasi antar instansi terkait sehubungan dengan penyelenggaraan penataan ruang (yakni instansi yang tugasnya berhubungan dengan penyusunan rencana, perijinan, pengendalian) . Masih kurang intensifnya sosialisasi penataan ruang kepada masyarakat masyarakat lebih tahu dan sadar akan manfaat penataan ruang). (agar

4.2

Pemahaman Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang

4.2.1 Pemahaman Aparat Pemda Dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang A. Perencanaan 1. Kelembagaan formal Para responden (aparat) menjawab mengetahui bahwa ada lembaga/instansi yang menangani rencana tata ruang Mengenai lembaga/instansi yang menangani perencanaan tata ruang, terdapat berbagai jawaban, sebagian besar menyebutkan: Bappeda, Dinas Tata Kota dan disamping itu ada yang menjawab: Dinas PU, Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan, Dinas Tata Ruang, serta BPN. 2. Substansi Tata Ruang Semua responden menjawab: ada rencana tata ruang yang telah disusun di kota masing-masing. Berbagai (tingkatan) rencana tata ruang tersebut, adalah RUTRK, RTRWK, RDTR.

IV - 79
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Rencana tata ruang (kota) tersebut ada yang telah diperdakan dan ada yang belum. Sebagian besar responden menjawab bahwa rencana tata ruang tersebut menjadi acuan/arahan dalam keterpaduan pembangunan daerah, dan sebagian kecil yang menjawab bahwa rencana tata ruang tersebut hanya kadang-kadang menjadi acuan/arahan dalam keterpaduan pembangunan daerah.

3. Permasalahan Sebagian besar responden menjawab: dalam penyusunan Rencana Tata Ruang ditemui permasalahan/kendala-kendala. Kendalanya-kendala yang dihadapi: Dalam bidang SDM: jumlah yang terlibat langsung dalam penyusunan rencana terlalu kecil, suka berganti/mutasi, kurang profesionalnya SDM yang terlibat. Apresiasi ruang SDM belum satu persepsi (tentang peran dan fungsi RTR), baik itu masyarakat, legislatif dan eksekutif. Dalam bidang kelembagaan: tidak adanya lembaga yang khusus, kurangnya koordinasi antar instansi/pihak yang terkait dalam penyusunan rencana tata ruang. Pendanaan: keterbatasan dana mempengaruhi proses penyusunan rencana, baik dari keterlibatan pihak-pihak yang berkompeten dalam penyusunan rencana, kualitas rencana, ketepatan waktu mulai disusunnya rencana dan dihasilkannya dokumen rencana . 4. Pembinaan Yang dilakukan pemerintah pusat dalam hal Penataan Ruang adalah: sebagian besar dalam hal Pembinaan Teknis, juga Bantuan Teknis, kemudian Advokasi/Penasehatan 5. Peranserta Masyarakat Seluruh responden menjawab bahwa masyarakat diikutsertakan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang. Yang terlibat: semua stakeholder, LSM, Ormas, pihak perguruan tinggi, akademisi, lembaga kemasyarakatan, tokoh-tokoh masyarakat, pakar, perangkat lurah. Keterlibatan ini dalam bentuk: diskusi, lokakarya, sosialisasi melalui pertemuan-pertemuan dengan masyarakat, konsultasi publik, penyuluhan, informasi jika akan ada pembangunan. Disamping itu ada juga yang berpendapat bahwa masyarakat tidak dilibatkan/

diikutsertakan dalam penyusunan rencana tata ruang, karena (menurut responden) rencana tata ruang masih bersifat top down sehingga masyarakat tidak terlibat secara langsung dalam proses penyusunan. PP No. 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak

IV - 80
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peranserta Masyarakat dalam Penataan Ruang belum tersosialisasikan ke seluruh lapisan masyarakat.

B. Pemanfaatan Ruang 1. Kelembagaan Formal Semua responden menjawab, bahwa ada kelembagaan/instansi yang menangani Pemanfaatan Ruang di kota mereka. Lembaga/instansi yang menangani: Bappeda, Dinas Tata Kota, Dinas PU, BPLHD, Dinas Kimpraswil, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, BPN, Dinas Tata Kota & Tata Bangunan, Dinas Perkim PU, Dishub, Diskes, Dinas Lingkungan Hidup, DTKTB Kotamadya,Dinas Perindag, Dinas Perhubungan, Dinas Pariwisata, Koordinasi Penataan Ruang Daerah, Dispenda. 2. Pelaksanaan Mengenai pelaksanaan rencana tata ruang, terdapat jawaban-jawaban sebagai berikut: Rencana Tata Ruang : telah dilakukan/dilaksanakan seluruhnya. Sudah seluruhnya dilaksanakan, hanya belum optimal, terutama kebijakan insentif dan disinsentif Rencana Tata Ruang dilaksanakan sebagian saja. Pelaksanaan rencana tata ruang dilaksanakan hanya pada beberapa aspek, seperti: kawasan peruntukan untuk perumahan. Alasan lain: sebagian besar pelaksanaan di lapangan belum mencerminkan RTR yang telah disusun sebelumnya, karena rencana yang disusun masih perlu disosialisasikan kepada masyarakat, ada yang mendapat tantangan dari masyarakat bahkan ada infiltrasi pejabat, ada yang tidak sesuai peruntukan: lahan parkir untuk jualan. Rencana Tata Ruang belum dilaksanakan, alasannya kurang transformasi kepada birokrat, pelaku bisnis, masyarakat dan LSM. 3. Permasalahan Ditemui permasalahan/kendala dalam Pemanfaatan Ruang Peruntukan yang tidak sesuai dengan rencana: Rekomendasi tata ruang sesuai Perda kalah oleh faktor eksternal Perijinan: Umumnya terjadi pada pembangunan yang tidak didahului dengan ijin, sehingga melanggar peruntukan atau ketentuan bangunan Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi proses perijinan pemanfaatan ruang Dalam hal kebijakan: ada kebijakan pimpinan yang tidak sesuai tata ruang
IV - 81
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

PLN, Tim

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

4. Beberapa Faktor Penyebab Pelanggaran Pemahaman zona-zona tata ruang oleh pejabat tidak sama. Pengawasan tidak ketat. Kurang koordinasi antar aparat Kepentingan politik dan interest pengusaha & penguasa lebih kuat daripada dokumen perencanaan RTRW yang sudah di Perdakan atau belum. Kurangnya sosialisasi Masyarakat tidak mengerti Adanya kerja sama masyarakat dengan aparat, sehingga ijin dilanggar Rencana Tata Ruang sudah perlu dievaluasi Masyarakat tidak peduli dengan himbauan pemerintah.

5. Peran Serta Masyarakat Responden sebagian besar menjawab, bahwa: masyarakat dilibatkan/diikutsertakan dalam pemanfaatan ruang. Meliputi: masyarakat, swasta, pemilik lahan yang terkena rencana kota, LSM, institusi akademis, tokoh masyarakat, pakar perguruan tinggi, asosiasi profesi, pengguna lahan. Sebagian responden menjawab, bahwa masyarakat tidak dilibatkan/diikutsertakan dalam pemanfaatan ruang. Alasannya: karena keinginan masyarakat terlalu beragam, masyarakat belum paham, masyarakat bermacam keinginannya tanpa memperhatikan lingkungannya.

C.

Pengendalian Pemanfaatan Ruang

1. Kelembagaan Formal Sebagaian besar responden menjawab, bahwa ada lembaga/instansi yang menangani Pengendalian Pemanfaatan Ruang . Lembaga yang menangani adalah: Dinas Tata Kota, PU,dan Instansi Teknis, Pariwisata, BPN, Agraria. Disamping itu sebagaian kecil menjawab, bahwa: secara khusus belum ada lembaga/instansi yang menangani Pengendalian Pemanfaatan Ruang. 2. Pengawasan dan Penertiban Dalam hal pengendalian pemanfaatan ruang, usaha pemerintah daerah dalam melakukan pengawasan berupa: pemantauan, pelaporan, dan evaluasi. Pemantauan dilakukan mulai dari proses perijinan hingga pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pemantauan yaitu berbentuk pengawasan IMB sesuai RTRW
IV - 82
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

Bappeda, Kantor Perijinan

Terpadu, Kapedalda, Satpol Pamong Praja, Dinas Kimpraswil, Dinas TKTB, Dinas

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Pemantauan, pelaporan dan juga evaluasi yaitu berbentuk koordinasi dan konsistensi sesuai RTRW; pemantauan secara reguler; depan. Dalam kaitannya dengan penertiban, bentuk sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran Rencana Tata Ruang berupa peringatan, denda, sanksi administratif dan pembongkaran, pembekuan/pencabutan IMB. Pengendalian pemanfaatan ruang jika hanya sampai pada Pemantauan dan Pelaporan, maka pengendalian belum maksimal. 3. Peran Serta Masyarakat Responden menjawab, bahwa: masyarakat dilibatkan/diikutsertakan dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Yang terlibat semua stakeholder, LSM, komponen masyarakat peduli kota Mereka terlibat dalam bentuk/jenis kegiatan: laporan-laporan dan partisipasi langsung dilapangan, kontrol masyarakat melalui media massa, pemantauan/ pengawasan langsung oleh masyarakat dalam pembangunan, memberi kritik dan saran, informasi, melaporkan apabila di lapangan ada bangunan yang tidak memiliki IMB atau melanggar IMB, pengaduan masyarakat. Sebagian kecil responden menjawab, bahwa masyarakat tidak dilibatkan/diikut sertakan dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang, karena kurangnya sosialisasi dari pemerintah setempat dalam rangka pengendalian RTR tersebut, kebutuhan dan keinginan masyarakat terlalu beragam. dan evaluasi rutin, hasil evaluasi harus digunakan sebagai bahan utama koreksi perencanaan tata ruang ke

4.2.2 Pemahaman Masyarakat (Umum) Dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang A. Persepsi Tentang Penataan Ruang 1. Dapat dikatakan seluruh responden menjawab, bahwa mereka pernah mendengar istilah/informasi tentang penataan ruang. Sebagian besar (50%) menjawab bahwa informasi tersebut diperoleh dari media massa dan kemudian dari pemerintah (25%), 10% menyebutkan dari teman/saudara, dan 15% dari buku, seminar, konsultan. 2. Sebagian besar responden memberi jawaban, bahwa penataan ruang bermanfaat dan mengenai manfaat penataan ruang, sekitar 40% menjawab untuk mengatur tata kota, kemudian 20% menjawab untuk kenyamanan dan keasrian kota, 15% menjawab untuk membuat peta lokasi perumahan dan 5% untuk menghindari bahaya alam.
IV - 83
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

3. Dari jawaban responden mengenai penataan ruang kota diperoleh gambaran bahwa sebagian besar berpendapat bahwa penataan ruang kota cukup baik (50%), kemudian sekitar 30% responden berpendapat kurang baik dan 20% baik. B. Perencanaan 1. Sekitar 60% responden menjawab bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah (Kota) adalah strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah (kota), 20% menyebutkan sebagai rencana pengelolaan permukiman penduduk, sekitar 10% menyebutkan sebagai rencana pengelolaan tanah dan sisanya menyebutkan tidak tahu. 2. Sekitar 85% menyebutkan Rencana Tata Ruang Wilayah (Kota) bermanfaat, 10% tidak menjawab dan sisanya menyebutkan belum bermanfaat. Sebagai jawaban manfaat Rencana Tata Ruang (Kota), disebutkan: untuk anak cucu/generasi mendatang besar sekali manfaatnya dalam rangka pemanfaatan dan pengelolaan ruang karena akan menyangkut kenyamanan hidup warga efisiensi pemanfaatan ruang ketertiban penggunaan lahan peningkatan PAD manfaatnya agar kota terlihat lebih indah manfaatnya agar kota terlihat enak, nyaman dan asri dipandang dan dirasakan. besar sekali manfaatnya karena untuk masyarakat kota agar kota dapat tertata dengan baik agar tercipta lingkungan yang nyaman dan sehat rencana tata ruang wilayah sangat bermanfaat agar kota menjadi rapi, aman, asri dan terkendali, menghindari bahaya alam. untuk mengatur tata kota agar tertib sesuai peruntukannya untuk perencanaan pengembangan wilayah dan pemukiman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota

3. Mengenai luas lahan yang cukup untuk mendirikan rumah, sekitar 50% menjawab 70 m2, kemudian 25% menjawab 50-60 m2, 15% menjawab 100-300 m2 dan sisanya tidak menjawab/tidak tahu. 4. Untuk pertanyaan jarak antar rumah terdapat variasi jawaban dan jika dikelompokkan maka: 35% menjawab 1-4 m, 45% menjawab 7-10 m, 5% menjawab 250 m, dan 15% menjawab tidak menjawab/tidak tahu.

IV - 84
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

5. 90% responden menyatakan permukiman penduduk di dekat Bandar Udara/ Lapangan Terbang berbahaya, dan selebihnya menjawab tidak apa-apa dan tidak menjawab. 6. 50% responden menjawab jarak antara permukiman penduduk dengan bandara sebaiknya 500 1000 m, 35% menjawab > 1000 m, 5% menjawab < 500 m, dan sisanya tidak menjawab/menjawab tidak tahu. 7. 10% responden berpendapat bahwa jalan di kota mereka sudah memadai (lebar, ketersediaan pedestrian/jalur pejalan kaki, kenyamanannya), sedangkan 50% menjawab tidak memadai, 40% menjawab cukup memadai. 8. Mengenai tanggapan responden jika ada warga mendirikan tempat usaha, 30% menjawab membiarkan (hak asasi manusia), 35% bersikap melarang karena melanggar peruntukan lahan, 25% bersikap tidak tahu, dan 10% bersikap mendukung. 9. Dari 4(empat) pilihan mengenai pemanfaatan lahan (perencanaan bangunan), maka: 10% menjawab: Tanah 1000 m2 dibuat bangunan 600 m2 dan sisanya 400 m2 untuk halaman parkir ditutup dengan beton agar terlihat rapi dan bersih. 15% menjawab: Tanah 1000 m2 dibuat bangunan semua dengan 1 basement untuk parkir dan 4 lantai dimana masing-masing lantai dilengkapi dengan tanaman dalam pot di bagian tepi dan atap beton sebagai taman/kebun. 10. 55% menjawab: Tanah 1000 m2 dibuat bangunan 600 m2 dan sisanya sebagai taman dan halaman parkir dari conblok. 15% menjawab semua benar.

Mengenai pemahaman para responden dalam hal perlakuan terhadap lahan rawa di kota: 10% kota. 20% menyebutkan: menimbun semua lahan rawa di kota untuk dijadikan perumahan elite dan apartemen, sehingga secara ekonomi lahan yang tadinya bernilai murah menjadi lahan yang bernilai tinggi. 60% menyebutkan: menggunakan lahan rawa dikembangkan untuk diubah menjadi tempat pemancingan dan taman rekreasi kota. 10% menyebutkan: semua benar/tidak menjawab.
IV - 85
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

menyebutkan:

menggunakan

semua

lahan

rawa

di

kota

untuk

pembangunan gedung pusat perbelanjaan, karena rawa mengurangi keindahan

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

11.

Mengenai pemanfaatan lahan perkebunan/hutan, beberapa pendapat responden adalah: 5% Mengubah lahan perkebunan di daerah perbukitan menjadi lahan perumahan 25% untuk mendapatkan penghasilan ganda dan menghindari polusi di kota, maka perlu dilakukan pemanfaatan lahan hutan di pinggir kota untuk dijadikan kawasan pabrik 50% menggunakan lahan hutan di pinggir kota untuk tempat rekreasi 10% semua benar 10% tidak menjawab

C. Pemanfaatan Ruang 1. Dari berbagai pilihan fasilitas umum (kota) yang dibutuhkan masyarakat, maka pilihan terbanyak jatuh pada fasilitas: Balai Kesehatan, Taman Bermain/Taman Kota, Pasar, Tempat Ibadah. 2. Hampir 100% responden menjawab, bahwa kegunaan trotoar adalah: tempat pejalan kaki. 3. Menurut responden, jika rumahnya memiliki halaman, maka pemanfaatannnya adalah: 20% menjawab: untuk tempat bermain 50% menjawab: untuk menambah asri 20% menjawab: untuk tanaman obat 10% menjawab: untuk parkir kendaraan

Untuk pertanyaan cukup tidaknya taman yang dimiliki kota, maka 30% responden menjawab cukup, 50% menjawab tidak/belum cukup, dan sisanya tidak menjawab/menjawab tidak tahu. 4. 90% responden menyebutkan bahwa ketersediaan saluran pembuangan air belum memadai, sedangkan 10% menyebutkan memadai dan sisanya tidak menjawab. 5. Pendapat responden tentang perencanaan buang limbah cair pabrik dan rumah sakit: 10% menyebutkan: limbah cair dibuang ke sungai agar menjadi segar/encer sehingga tidak terlihat pekat 40% menyebutkan: limbah cair dibuang ke sumur resapan agar dapat tersaring oleh tanah
IV - 86
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

25% menyebutkan: limbah cair dibuang ke saluran jalan setelah melalui proses pengolahan limbah 10% menjawab: semua benar 15%: tidak menjawab 10% menyebutkan bahwa air hujan dari talang atap dibuang ke saluran jalan 30% menyebutkan bahwa air hujan dari talang atap dibuang ke saluran irigasi. 30% menyebutkan bahwa air hujan dari talang atap dibuang ke sumur resapan dan limpasannya ke saluran jalan. 20% menjawab: semua benar 10% tidak menjawab

6. Pendapat responden tentang perencanaan drainase air hujan:

D. Pengendalian Pemanfaatan Ruang 1. Berbagai jawaban responden mengenai adanya larangan mendirikan bangunan di bantaran sungai. Lebih dari 70% responden memberi alasan karena berbahaya jika banjir, 15% menjawab karena akan menyempitkan sungai, 15% menjawab karena akan mengotori sungai dan mengganggu keindahan. 2. Informasi mengenai larangan mendirikan bangunan di bantaran sungai, 55% responden memperolehnya dari media massa, 15% dari buku pelajaran, 15% dari tetangga/teman, 10% pemerintah/petugas kelurahan, dan selebihnya dari dosen, konsultan. 3. Masih banyaknya warga yang mendirikan bangunan di bantaran sungai padahal ada larangan, 80% responden menyebutkan karena warga terpaksa, 10% menjawab karena tidak tahu ada larangan, dan selebihnya (10%) menjawab karena karena ada ijin dari RT setempat, sengaja melanggar. 4. Jawaban responden mengenai penggunaan lahan di bantaran sungai: 20% menjawab bahwa menggunakan lahan bantaran sungai dapat diijinkan jika bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada warga yang kurang mampu agar dapat tempat berteduh. 10% menjawab bahwa menggunakan bantaran sungai dibolehkan karena cukup membantu ekonomi penduduk dengan memanfaatkan lahan yang subur setiap pasca banjir. 60% menjawab bahwa menggunakan lahan di bantaran sungai tidak diijinkan karena membuat sempit lahan tampungan sehingga dapat menyebabkan air melimpah ke daratan dn terjadi banjir.

IV - 87
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

10% menjawab bahwa pernyataan (c) kurang tepat dan kurang dapat diterapkan, karena tidak ada rasa sosial dan perikemanusiaan. 10% tidak menjawab.

5. Menurut responden alasan pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah: 30% menjawab untuk menarik pajak 10% menjawab untuk keselamatan warga 60% menjawab untuk penataan ruang

6. Jawaban responden sehubungan dengan: jika di pemukiman sekitar responden ada pengusaha yang akan mendirikan bangunan (rumah sakit/supermarket/ pabrik), apakah memerlukan ijin dari responden,adalah: 50% menjawab ya, harus 30% menjawab tidak perlu 20% tidak menjawab/tidak tahu

4.3 Rangkuman Isu Permasalahan Dari pengamatan terhadap 7 (tujuh) kota sebagai kasus studi, yang mewakili kawasan berkembang (Kota Medan, Kota Bandar Lampung, Kota Semarang, Kota Surabaya) kawasan sedang berkembang (Balikpapan, Pontianak, Manado), maka dapat diambil/dirangkum isu permasalahan yang terjadi pada kota-kota tersebut dan kota-kota di Indonesia pada umumnya, yaitu:

A. Ditinjau dari aspek Prasarana dan Sarana Transportasi Struktur jaringan (hirarkhi) jalan belum jelas; Kemacetan lalu lintas; Manajemen lalu lintas (integrasi ruang); Tidak mampu menampung pergerakan penduduk, perjalanan terganggu/tidak nyaman, pemeliharaan/peningkatan kualitas, keterbatasan dana; Jaringan jalan: terpusat, sehingga menimbulkan kemacetan; Tidak jelasnya sistem/pola jaringan jalan.

Drainase & Sanitasi Kurang pemeliharaan; Aliran tidak lancar (beda ketinggian, presipitasi rendah, pemeliharaan kurang);
IV - 88
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Banjir dan genangan (antara lain disebabkan: kemiringan kurang, profil saluran belum teratur; pendangkalan oleh endapan sedimen yang terangkut oleh aliran hujan; pendangkalan di muara sungai; saluran digunakan sebagai tempat pembuangan sampah; rumah-rumah atau bangunan yang didirikan tanpa ijin dalam profil sungai/saluran);

Sanitasi: sistem belum sempurna (air hujan dan air limbah jadi satu).

Air bersih Tingkat pelayanan masih rendah; Kapasitas terbatas, kinerja pelayanan rendah.

Persampahan Terbatasnya kemampuan penanganan sampah kota, keterbatasan lahan (TPA).

Permukiman Kualitas lingkungan permukiman rendah, kumuh, kemiskinan; Penyediaan fasilitas umum, fasilitas sosial yang tidak/belum memadai.

B. Ditinjau dari aspek Ruang/Lahan & Lingkungan Hidup Permasalahan kepemilikan lahan Penyimpangan pemanfaatan ruang/lahan: pemanfaatan tidak sesuai rencana (kawasan Konservasi digunakan untuk perkebunan campuran, kebun karet rakyat, perumahan) Pembukaan lahan tanpa mempertimbangkan fungsi dan daya dukung lingkungan: Konversi lahan menjadi permukiman, perumahan, industri dan pembangunan infrastruktur. Meningkatnya sedimentasi menyebabkan terjadinya pendangkalan sungai dan muara sungai. Pembangunan di daerah-daerah subur / berbukit-bukit Pengerukan/pemapasan bukit Reklamasi pantai, sanitasi wilayah pantai, drainase Bantaran sungai: pembangunan di bantaran sungai tanpa mengindahkan garis sempadan sungai Struktur ruang: perkembangan linier, perkembangan ekstensif

C. Ditinjau dari Sektor/Kegiatan Hutan kota - Tumpang tindih kepemilikan lahan di hutan kota Berkurangnya debit aliran sungai akibat penebangan pohon di hutan kota
IV - 89
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Kurangnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya hutan kota bagi kehidupan masyarakat

Ruang pantai/pesisir Kawasan permukiman cenderung kumuh; Belum terintegrasi dengan infrastruktur yang memadai baik skala kota maupun lingkungan dan kurang aksesibel terhadap sistem dan struktur kota; Keberadaan dan penataan permukiman nelayan dan kawasan industri cenderung menuntut publik untuk menutupi areal pantai dan tidak mengikuti garis sempadan pantai. Terjadinya abrasi pada kawasan pantai Hilang dan rusaknya tanaman pantai Rusaknya terumbu karang di kawasan pantai Untuk kota-kota pesisir: abrasi/erosi pantai akibat aktivitas pasang surut, gelombang, arus, angin dan lainnya.

Hutan Mangrove Permasalahan yang berkaitan dengan hutan mangrove antara lain : Kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat mengenai pelestarian mangrove; Kepemilikan lahan; Terjadinya alih fungsi lahan hutan mangrove menjadi lahan tambak, permukiman, industri dan eksploitasi tak terkendali; Kerusakan hutan mangrove akibat penebangan mangrove sebagai material pembangunan rumah, kayu bakar dan arang; Hilang/punah/pindah primata jenis bekantan yang hidupnya sangat tergantung pada ekosaistem mangrove; Tidak ada kebijaksanaan yang jelas mengenai penguasaan dan pemanfaatan lahan pesisir, sehingga mudah mengkonversi mangrove untuk peruntukan lain hanya dengan surat ijin dari kelurahan. - Terjadinya penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran limbah industri dan rumah tangga.

Kawasan rawan longsor Longsor akibat pembangunan fisik kawasan yang tidak/kurang memperhatikan dampak terhadap alam. Kawasan rawan longsor akibat : Perambahan hutan; Pembangunan fisik jalan dengan cara memotong dan bukit (cut & fill); Penyiapan fisik lahan untuk kawasan industri, permukiman maupun komersial/fasilitas perkantoran dengan cara memotong bukit Pembukaan lahan untuk eksplorasi minyak dan gas
IV - 90
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Banjir Diakibatkan, antara lain, oleh : Terganggunya keseimbangan di bagian hulu, akibat rusaknya kawasan penyangga yang disebabkan penebangan hutan liar, pembangunan fisik untuk bangunan dan infrastruktur di kawasan hutan, longsor pada kawasan perbukitan yang mengakibatkan terjadinya sedimentasi; Ketidaklancaran aliran sungai; Curah hujan yang terlalu tinggi; Dimensi saluran yang tidak seimbang dengan volume air.

Kekeringan Diakibatkan antara lain oleh: Prosentase hujan kurang; Debit air waduk tidak mampu memenuhi kebutuhan seluruh warga; Kemampuan DAS mengalami gangguan dalam menyerap air hujan; Kawasan terbangun baik di perkotaan maupun di pinggiran kota umumnya menutup permukaan tanah dengan material yang tidak tembus air, sehingga air hujan yang turun tidak dapat tembus air. Akibatnya air hujan yang turun tidak terserap dengan baik oleh tanah.

Permukiman di atas air Permasalahan yang dapat timbul dari permukiman di atas air terhadap sistem kota : Pemukiman di atas air yang terletak di tepi pantai/sungai umumnya tidak terintegrasi dengan sistem kota sehingga aksesibilitas kawasan cukup sulit kecuali melalui laut Belum/kurang terlayani sistem pelayanan kota/lingkungan;

Permukiman Nelayan Umumnya merupakan embrio dari kawasan/kota yang dapat berkembang menjadi kawasan yang lebih luas. Pengaruh yang dapat ditimbulkannya antara lain: Terhadap lingkungan Pertumbuhan cenderung merusak habitat flora (mangrove dan tanaman pantai) dan fauna; Pencemaran dari sampah dan limbah penduduk karena merusak ekologi pantai, belum dikelola secara terencana; Penataan bangunan dan lingkungan tidak terencana, cenderung jadi permukiman kumuh;

IV - 91
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Kondisi sosial budaya ; Dihuni oleh etnis/suku tertentu yang berorientasi ke laut dan masih homogen sehingga memberikan ciri khas bentuk rumahnya panggung sehingga mempunyai karakter sendiri yang khas.

Terhadap sistem/aktivitas ekonomi Mata pencaharian sebagai nelayan, menjadikan kawasan ini merupakan kawasan permukiman produktif mensupplai kebutuhan penduduk akan ikan. Kurang didukung sarana dan prasarana fisik serta oleh permodalan yang dapat meningkatkan produktivitas dan taraf hidup nelayan.

Terhadap sistem infrstruktur dan fasilitas kota Kurang terlayaninya infrastruktur/prasarana kota (jalan,air bersih, persampahan, drainase, limbah/sanitasi); Fasos dan fasum yang ada kurang memadai.

Pasar Tradisional Permasalahan yang dapat timbul dengan keberadaan pasar tradisional : Tidak tertata dengan baik cenderung semrawut; Kotor dan kumuh; Tidak mempunyai tempat parkir atau lahan parkir kurang; Lahan pasar tidak mampu menampung jumlah pedagang yang ada, sehingga banyak pedagang yang berjaualan di lahan parkir dan tepi jalan; Tidak ada TPS; Kondisi utilitas pasar tidak berfungsi dan rusak; Kondisi bangunan bervariasi, dari yang kurang representatif atau rusak, hingga tidak mempunyai bangunan/semi permanen. Perdagangan Modern Permasalahan yang dapat timbul dengan keberadaan perdagangan modern : Tidak/kurang tersedianya lahan parkir; Menimbulkan masalah kemacetan transportasi; Tampilan bangunan fasilitas perdagangan modern tidak atau kurang memperhatikan masalah aturan perkotaan (GSB, KDB dan KLB).

IV - 92
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

D. Lain-lain Rencana tidak jalan/terealisasi: karena hambatan dana, kesulitan dalam pembebasan lahan. Dalam bidang SDM: jumlah yang terlibat dalam penyusunan rencana masih terlalu sedikit, suka berganti/mutasi, SDM yang terlibat kurang profesional. Keterbukaan aparat: masalah dalam hal keterbukaan aparat dalam memberi informasi pengembangan kota Peran serta masyarakat: keikutsertaan dalam penataan ruang masih kurang

Law enforcement: masih rendah


Koordinasi antar instansi/pihakterkait dalam penyelenggaraan penataan ruang (baik dalam tahap perencanaan, pemanfaatan maupun pengendalian penataan ruang) masih kurang.

Sosialisasi penataan ruang masih kurang/belum terlaksana.

IV - 93
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

You might also like