You are on page 1of 55

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan yang akan dikaji, merumuskan permasalahan yang akan dipecahkan dalam kajian ini, menetapkan tujuan yang ingin dicapai, serta menetapkan batasan dan asumsi yang digunakan dalam kajian ini. 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasawarsa 1970 dan 1980 diyakini bahwa globalisasi akan membangun citra dunia yang kita percayai kebenarannya dan berbeda dengan sebelumnya. Selanjutnya pada 1990an globalisasi makin menguat dengan disepakatinya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan dibentuknya World Trade Organization (WTO). Pengaruh yang sangat kuat dari globalisasi itu adalah melembaganya citra baru, yaitu perdagangan bebas yang akan memberikan peningkatan kesejahteraan bagi bangsa-bangsa yang makin konvergen (Ramelan, 2007). Era baru tersebut adalah dunia perdagangan dalam arti yang luas, yakni dunia yang tidak mengenal batas-batas pemerintahan ataupun batas-batas geografis satu negara. Pembatas yang ada hanyalah kemampuan untuk bersaing dengan para pengusaha di dan dari negara lain baik di dalam negeri maupun di pasar internasional. Dalam hal persaingan bisnis salah satu negara yang menjadi kompetitor kuat Indonesia adalah negara China. Seperti dikutip dalam Ramelan (2007), China menawarkan produk dengan kualitas rendah, diluar standar, cepat rusak, merusak kesehatan dan harga murah. Contoh produk yang ditawarkan berupa motor China (Mocin), permen, kosmetik, dan pasta gigi yang mengandung zat berbahaya. Tetapi disisi lain kita juga harus melihat keberhasilan industri China dalam menguasai pasar global. Dalam waktu dekat China dapat tumbuh dari pusat produksi dengan low cost-low end technology, menjadi pesaing global dalam high end technology product, karena telah berhasil menciptakan iklim usaha dengan cost innovation, serta tersedianya low cost pool of creative and competent engineers and scientist. China berhasil menggabungkan kemampuan teknologi nasionalnya secara efisien dan bersaing. Dengan jumlah penduduk tertinggi di dunia China mempunyai keuntungan dengan tersedianya tenaga kerja murah, yang berasal dari daerah pertanian. Selain rendahnya biaya tenaga kerja, perusahaan China juga dapat berinovasi dalam biaya (cost innovation) di seluruh proses produksi, sehingga menghasilkan produk dan jasa yang kompetitif. Sejak reformasi yang terjadi pada tahun 1998 di Indonesia, pemerintah mulai memperhatikan keberadaan Industri Kecil dan Menengah (IKM) sebagai penyokong ekonomi negara. Hal terseb ut dapat dilihat dari perannya dalam pertumbuhan ekonomi nasional, produk domestik bruto (PDB) yang diciptakan, nilai tambah nasional, serta penyerapan tenaga kerja. Dari segi kuantitas, 99.97% total usaha di Indonesia ternyata merupakan sektor ekonomi rakyat. Sektor ini menjadi sangat strategis karena mampu menyerap 99.5% persen tenaga kerja Indonesia. Memperhatikan perubahan era yang dinamis, dimana lingkungan globalisasi menimbulkan lingkungan kompetisi global, disamping juga mengakibatkan meningkatnya ketidakpastian lingkungan (Grover dan Goslar, 1993). IKM yang ada Indonesia dirasakan perlu untuk meningkatkan kompetensinya. Kompetensi tersebut tidak hanya berupa pemenuhan pesanan yang datang, tetapi juga kualitas produk yang dihasilkan. Kualitas produk tersebut dipengaruhi oleh dua faktor penting yakni sumber daya manusia (pekerja) dan sumber daya teknik (teknologi) yang digunakan. Persaingan industri yang ketat membuat para pelaku industri menerapkan sistem teknologi yang mengikuti perkembangan. Teknologi yang digunakan perusahaan, baik yang terlibat secara langsung pada kegiatan operasional perusahaan maupun sebagai pendukung tetap harus disesuaikan dengan kebutuhan
1

perusahaan, karena penggunaan teknologi yang tepat guna tentunya akan meningkatkan kapabilitas perusahaan (Saktyaji et.al., 2010). Industri Kecil memiliki keterbatasan dalam hal pengetahuan tentang teknologi dan perkembangannya, termasuk IKM Dedi Konveksi yang menjadi objek amatan dalam kajian ini. Hal ini dikarenakan banyak hal, salah satunya adalah latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh pemilik IKM dan pekerja yang terlibat. Pada IKM Dedi Konveksi pemilik berlatar belakang pendidikan SMK dengan pengalaman bekerja pada industri garmen kurang memahami bahwa teknologi memegang peranan penting dalam perkembangan industrinya. Hal ini bertolak belakang dengan keinginan pihak pemilik untuk membawa IKM ini menjadi sistem bisnis yang lebih besar lagi. Di sisi lain, kesempatan yang ada masih terbuka dengan mengandalkan kekuatan-kekuatan yang ada pada IKM. Dengan keterbatasan tersebut diperlukan bantuan dari pihak yang dianggap pakar atau akademisi untuk menyusun rumusan strategi teknologi yang sesuai dengan visi, misi dan tujuan IKM ke depan. 1.2 Formulasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, dibentuk sebuah formulasi masalah yang akan dipecahkan dalam kajian ini yaitu bagaimana merencanakan strategi dan solusi teknologi yang sesuai dengan strategi korporasi IKM Dedi Konveksi serta mengetahui kelayakan teknologi berdasarkan susunan strategi yang akan dilaksanakan? 1.3 Tujuan Kajian Tujuan dari kajian ini adalah untuk: 1. Menganalisa kondisi teknologi yang telah diterapkan pada IKM Dedi Konveksi pada kondisi saat ini. 2. Menyusun strategi dan solusi teknologi yang seharusnya diterapkan pada IKM Dedi Konveksi agar berjalan selaras dengan susunan strategi korporasi yang telah disusun. 1.4 Batasan Masalah dan Asumsi Dalam kajian ini menggunakan batasan permasalahan, untuk memberikan batasan area kajian, yang meliputi: 1. Industri konveksi yang dijadikan acuan dalam penelitian ini bukan merupakan industri konveksi terbaik di Indonesia, tetapi memiliki sistem teknologi yang dianggap ideal. 2. Analisa yang disusun berdasarkan kondisi eksisting yang ada di IKM Dedi Konveksi saat ini berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan diskusi dengan pemilik usaha. 3. Strategi teknologi yang disusun dalam kajian ini merupakan strategi teknologi untuk IKM Dedi Konveksi, bisa diterapkan untuk sistem usaha serupa namun tidak menjamin keberhasilan usaha tersebut. 4. Kajian ini hanya sampai pada penyusunan solusi teknologi yang diusulkan dan kelayakannya, tidak sampai pada tahap penerapan pada IKM Dedi Konveksi. Untuk memudahkan melakukan kajian ini disusun asumsi yaitu: 1. Tidak ada penambahan jumlah mesin pada IKM Dedi Konveksi selama dilakukannya kajian ini. 2. Tidak ada perubahan sistem bisnis pada IKM Dedi Konveksi yang mempengaruhi susunan strategi korporasi yang telah disusun.

BAB II METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Pada bab ini akan dibahas mengenai uraian langkah-langkah dan dasar pemikiran yang digunakan dalam analisis masalah PT. Dedi Koveksi. Kemudian dilakukan sintesis berdasarkan manajemen strategi yang diusulkan. Metodologi pemecahan masalah akan digambarkan secara ringkas pada Gambar 2.1 2.1. SKEMA PEMECAHAN MASALAH Pemecahan masalah merupakan urut-urutan dalam mendapatkan solusi strategi teknologi. Sebelum melangkah pada penentuan strategi teknologi, pelu diketahui beberapa strategi yang berkaitan visi-misi perusahaan serta kondisi eksisting perusahaan.
Lingkungan Bisnis : ekonomi, sosial, teknologi, politik STRATEGI KORPORASI
Kemampuan perusahaan - Benchmarking - Peningkatan kapasitas produksi - Perluasan pasar Kemampuan kompetitor

STRATEGI BISNIS

STRATEGI BERSAING

Strategi Bisnis Generik Porters

Ansoff Matrix

Porters competitor analysis framework

STRATEGI KORPORASI

Konsep Core Competence Prahalad & Hamel (1990)

STRATEGI TEKNOLOGI

Matriks 3 Dimensi Dussauge, Stuart, Ramanantosa (1997)

Identifikasi Kebutuhan Teknologi

Komponen Teknologi, Kapabilitas Teknologi, dan Rantai Nilai

Matriks Portfolio Teknologi A.D Little (1981) & Sethi (1985)


Pemilihan Solusi Teknologi

Produk/Jasa,Proses Baru

Gambar 2.1 Skema Metodologi Pemecahan Masalah

2.2. STRATEGI KORPORASI Strategi korporasi didapatkan melalui analisis lingkungan makro, analisis internal, analisis eksternal, dan analisis portofolio organisasi. Strategi korporasi untuk IKM Dedi Konveksi ini telah ditentukan pada bahasan sebelumnya, adapaun beberapa strategi korporasinya yaitu : Benchmarking Melakukan benchmarking dengan perusahaan konveksi yang lebih sukses dan berkembang, baik dalam sisi teknologi, sistem produksi dan pekerja untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Peningkatan Kapasitas Produksi Meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan pakaian yang terus bertambah. Extended Market Melakukan perluasan pasar dengan menawarkan harga medium dan citra usaha yang baik. 2.3. STRATEGI BISNIS Strategi bisnis adalah strategi yang dirancang untuk menentukan bagaimana perusahaan agar dapat menjalankan usahanya yang telah dipilih. Perancangan strategi bisnis dilakukan setelah merumuskan strategi korporasi. Strategi binis fokus pada segmen pasaar yang akan dituju dan juga menentukan cara perusahaan memenuhi permintaan yang muncul dari pasar tersebut. Strategi bisnis akan mempengaruhi kerja disetiap departemen perusahaan. Porter merumuskan strategi bisnis generik bagi perusahaan berdasarkan lingkup kompetisi dan keunggulan kompetitif perusahaan. Lingkup kompetisi yang dituju perusahaan terbagi menjadi dua, yaitu pasar luas atau pasar yang sudah tersegmentasi. Begitu juga dengan keunggulan kompetitif, pada segi biaya atau keunikan dari produk perusahaan. Strategi bisnis generik membantu perusahaan dalam menentukan posisi kepemimpinan pasar yaitu : Price Leadership (overall-cost leadership) Quality Leadership (overall-differentiation) Feature Leadership (focus segment-cost leadership) Image Leadership (focus segment-differentiation) (Wiratmadja, 2011) Dalam diagram strategi bisnis generik porter`s terdapat 4 jenis strategi berdasarkan lingkup kompetensi dan keunggulan kompetitifnya : A. Low-cost Strategy (Minimasi harga) Strategi ini memiliki tujuan untuk memenangkan persaingan bisnis dengan memanfaatkan harga yang paling rendah. Strategi ini menuntut perusahaan untuk memiliki : Pangsa pasar besar Penguasaan pangsa pasar yang besar dibutuhkan, agar produk yang dijual berjumlah banyak dan dapat menguasai pasar. Hal tersebut dibutuhkan, agar harga jual per unit produk dapat ditekan semurah-murahnya dan keuntungan didapat dari akumulatif jumlah penjualan yang besar dengan margin keuntungan per penjualan yang kecil. Sehingga dengan begitu akan didapatkan harga jual yang diberikan kepada konsumen semurah mungkin.
4

Peralatan canggih Peralatan canggih digunakan agar dapat mempercepat waktu proses produksi, proses adminitrasi dan sistem perusahaan, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kontrol dan pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi proses produksi, sehingga ongkos produksi menjadi lebih murah dengan hasil yang lebih optimal. Akses ke sumber bahan baku Apabila akses ke sumber bahan baku lebih dekat, maka ongkos variabel, seperti ongkos transportasi, ongkos overhead menjadi lebih murah. Sehingga akan berdampak kepada harga produk akan menjadi lebih murah pula. Dalam konteks perusahaan dan pemasok, akses ke sumber bahan baku dapat dianalogikan dengan akses perusahaan ke pemasokpemasok pendukung yang terkait perusahaan. Dalam konteks tersebut, terdapat keuntungan lain yaitu hubungan bisnis antara kedua perusahaan menjadi lebih intens dan akan lebih mudah untuk melakukan kontrol terhadap pemasok. Keunggulan desain yang memudahkan proses manufaktur Dengan memiliki keunggulan disain yang memudahkan proses manufaktur, maka terdapat beberapa keuntungan yang dapat diraih oleh perusahaan; yaitu perusahaan akan dapat meminimumkan resiko terjadinya produk cacat produksi, akan lebih mempercepat waktu proses manufaktur , dan jumlah produk yang dihasilkan proses produksi menjadi lebih banyak dengan waktu proses yang lebih cepat. Hal tersebut akan menyebabkan ongkos produksi menjadi lebih murah dan produktivitas meningkat. B. Differentiation Strategy (Maksimasi nilai) Strategi ini memiliki tujuan untuk memenangkan persaingan bisnis dengan memanfaatkan keunikan/nilai yang tinggi. Dalam menggunakan strategi ini, perusahaan dituntut untuk memiliki : Citra Merk dan Desain Citra merek adalah suatu nilai image yang disematkan oleh konsumen kepada suatu produk yang dipengaruhi langsung oleh nilai-nilai yang mendukung produk; contohnya seperti disain produk, teknologi produk dan teknologi yang memprosesnya, dan pelayanan dari merek tersebut. Citra merek dapat berarti positif atau negatif, tergantung dari nilai-nilai yang mendukung produk. Dibutuhkan suatu usaha panjang untuk membangun nilai positif dan kemudian dibutuhkan usaha untuk menjaga nilai agar tetap konsisten dan stabil. Sehingga secara perlahan-lahan akan selalu teringat oleh konsumen dan akan menjadi kebiasaan dari hidupnya. Jaringan distribusi yang baik Dengan meningkatkan jaringan distribusi yang baik, perusahaan dapat lebih melayani customernya dengan lebih cepat dan lebih tanggap akan permintaan konsumen. Keuntungan lain yang bisa didapat adalah sebagai ajang promosi tidak langsung dan sebagai unit pelayanan yang akan menanggapi berbagai keluhan konsumen. Jaringan distribusi yang baik akan memberikan nilai tambah terhadap citra merek ataupun produk yang dijual. Kualitas produk superior Dalam strategi ini nilai/keunikan produk yang tinggi menjadi prioritas utama. Dalam konteks ini yang menjadi fokus utama adalah kualitas produk yang superior. Kualitas menjadi sangat penting dikarenakan kualitas menjadi tolak ukur dari performance
5

produk tersebut; contohnya seperti kualitas tampilan, kualitas kemasan, dan fitur kualitas lain. Dan tentu saja nilai kualitas akan mempengaruhi citra dari suatu produk atau merek. C. Focus Strategy (Pemusatan pelayanan pada pasar yang sempit) Strategi ini memiliki tujuan agar perusahaan dapat memenangkan persaingan dengan memanfaatkan pelayanan terbaik. Dalam menggunakan strategi ini, perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan nilai dan atau harga. Dalam strategi ini, yang menjadi prioritas utama ialah pelayanan. Perusahaan tidak hanya menjual produk; tetapi juga menjual pengalaman, pelayanan, dan aktualitas. Kesan yang muncul adalah nilai produk masih menjadi prioritas, akan tetapi harga yang diberikan kepada konsumen tidaklah murah. Pasar yang dituju pada strategi ini tidak luas, hanya terfokus kepada pasar tertentu.

Gambar 2.2 Strategi Bisnis Generik Porters

2.4. STRATEGI BERSAING Dalam menentukan strategi bisnis dan teknologi, pergerakan kompetitor merupakan salah satu faktor kunci yang harus selalu dipertimbangkan. Strategi bersaing akan mengarahkan bagaimana suatu perusahaan berusaha mencapai posisi yang lebih baik dibandingkan dengan para pesaingnya, atau dengan kata lain strategi ini merupakan reaksi atas pergerakan para pesaing di pasar yang sama. Strategi bersaing efektif meliputi langkah-langkah ofensif maupun defensif guna menciptakan posisi yang aman (defendable) dalam menghadapi kelima kekuatan bersaing Porter. Secara umum hal ini dapat dilakukan dengan cara-cara berikut (Porter, 1980): Mencari posisi dalam industri sehingga kemampuan perusahaan menghasilkan pertahanan terbaik untuk menghadapi para pesaing yang ada. Mempengaruhi keseimbangan kekuatan bersaing melalui gerakan strategis sehingga posisi perusahaan dalam industri akan lebih baik. Mengantisipasi perubahanperubahan yang mungkin muncul pada tiap-tiap faktor kekuatan bersaing dan merencanakan respon yang harus diambil dengan baik sebelum lawan menyadarinya. Dalam melakukan perumusan strategi bersaing, pengetahuan mengenai kemampuan kompetitor harus dapat dikumpulkan dengan baik, sehingga pengetahuan tersebut dapat digunakan untuk menyusun strategi bersama dengan pengetahuan mengenai kekuatan dan kelemahan perusahaan. Beberapa cara yang digunakan untuk merumuskan strategi bersaing diantaranya :
6

A.

Strategi Benchmarking Strategi ini digunakan untuk membandingkan dimensi perusahaan terhadap satu atau dua perusahaan pesaing. Dimensi tersebut dapat menyangkut level strategik hingga operasional, seperti contohnya time-to-market, biaya produksi, proyeksi kepuasan pelanggan, dll. Perbandingan langsung antara kinerja perusahaan dengan perusahaan pesaing dapat langsung digunakan sebagai dasar perumusan strategi bersaing. Strategi Competitive Analysis Strategi ini menganalisa profil strategi dan respon para pesaing dengan cara menganalisa data-data mengenai konsumen secara sistematis. Aspek-aspek yang ditinjau dari model ini terutama mengenai proyeksi arah gerak pesaing dan kondisi pesaing saat ini. Pengetahuan tersebut bersama dengan asumsi dan analisis kemampuan pesaing dapat menghasilkan profil respon pesaing yang dapat dimanfaatkan untuk membuat strategi tandingan guna memenangkan persaingan.

B.

Gambar 2.3 Kerangka Kerja Kompetisi Porter`s

C.

Key Competitive Factor dari Porter. Strategi bersaing dengan berfokus pada penekanan harga atau diferensiasi nilai produk. Dari kedua pilihan ini akan dipilih faktor-faktor kompetitif lainnya yang dapat menunjang pilihan strategi utama tersebut, seperti delivery, flexibility, quality,innovation, dll. Untuk dapat memformulasikan pilihan-pilihan tersebut maka terlebih dahulu harus dipertimbangkan faktor-faktor eksternal yang dihadapi perusahaan (Peluang dan ancaman serta ekspektasi lingkungan sosial) dan faktor-faktor internal dari dalam perusahaan (Kekuatan dan kelemahan serta kemampuan SDM).

Gambar 2.4 Faktor Kunci Kompetitif

2.5. STRATEGI PRODUK / PASAR Setelah melakukan perumusan strategi bisnis dan strategi bersaing kemudian dilakukan perumusan strategi produk/pasar. Strategi ini menggunakan Matriks Ansoff (1957) yang mengkombinasikan antara kondisi pasar (new existing) dan produk (new / existing).

Gambar 2.5 Matriks Strategi Produk/Pasar (Ansoff, 1957)

Matriks Ansoff memiliki dua sumbu, yaitu produk dan pasar. Dengan masing-masing pembagian menjadi sekarang dan baru, maka akan ada empat kuadran yaitu penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk dan diversifikasi. Berikut penjelasan masingmasing strategi :

Market penetration (penetrasi pasar) strategi menjual produk yang ada sekarang pada pasar yang ada sekarang. Strategi ini dapat dilakukan dengan meningkatkan volume penjualan pada konsumen yang ada sekarang ataupun dengan mencari konsumen baru untuk produk yang ada. Strategi ini merupakan metode yang memiliki resiko kecil untuk menumbuhkan bisnis
8

Market development (pegembangan pasar) Strategi menjual produk yang ada sekarang pada pasar yang baru. Pasar yang baru dapat berupa wilayah geografis yang baru ataupun segmentasi pasar yang baru. Contohnya mencari pasar ekspor (dimana biasanya domestik) atau sepeti perusahaan penerbangan penumpang yang mencoba bisnis di pesawat kargo Product development (pegembangan produk) Strategi menjual produk yang baru pada pasar yang ada sekarang. Pengembangan produk dapat dilakukan dengan cara membuat produk yang benar-benar baru ataupun memodifikasi produk yang ada. Diversification (divesifikasi) Strategi menjual produk baru sekarang pada pasar yang baru. Diversifikasi terbagi dua, yaitu diversifikasi terkait dimana produk yang dijual masih berhubungan dengan produk atau pasar yang ada dan diversifikasi tidak terkait dimana perusahaan membuat produk yang tidak memiliki kesamaan dengan produk dan pasar yang dimilikinya.

Perubahan strategi suatu perusahaan dapat terjadi. Ada dua perubahan strategi yang dapat terjadi, yaitu ekspansi dan diversifikasi. Ketika perusahaan mengubah strategi dari penetrasi pasar menjadi pengembangan pasar atau pengembangan produk, maka perusahaan tersebut melakukan ekspansi. Sedangkan perubahan strategi dari penetrasi pasar, pengembangan pasar atau pengembangan produk menjadi strategi diversifikasi, maka perusahaan tersebut melakukan diversifikasi.

Gambar 2.6 Perubahan Strategi Produk/Pasar

2.6. STRATEGI TEKNOLOGI Strategi teknologi merupakan strategi dalam menentukan pilihan teknologi dan fokus perusahaan dalam meningkatkan kapabilitas teknologi agar memiliki keunggulan kompetitif. Dalam menentukan strategi teknologi harus sesuai serta menunjang strategi korporasi dan strategi bisnis. Dalam menentukan strategi teknologi harus terlebih dahulu melakukan analisis identifikasi kebutuhan teknologi yang kemudian dilanjutkan dengan pemilihan solusi teknologi yang ada sehingga strategi teknologi dapat tepat sasaran sesuai dengan kepentingan perusahaan.

2.6.1. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TEKNOLOGI Identifikasi kebutuhan teknologi dilakukan dengan mengidentifikasi core competencies perusahaan. Kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi komponen teknologi perusahaan hingga pola pengembangan teknologi, seperti pada uraian dibawah ini : 2.6.1.1. CORE COMPETENCIES Core competence merupakan kompetensi inti perusahaan yang menjadi kekhasan dari perusahaan dan sulit untuk ditiru oleh perusahaan lain. Konsep core competence (kompetensi inti) yang digunakan adalah konsep core competence Prahad & Hamel (1990, dalam Wiraatmadja, 2011). Konsep ini mempunyai tiga jenis kompetensi teknologi, yaitu distintive technologies, basic technologies dan external technologies. A. Distinctive Technology (Teknologi Pembeda) Teknologi unik yang menjadi keunggulan perusahaan. Teknologi ini harus dilindungi dan tidak dikomersialiasi agar perusahaan tetap memiliki keunggulan kompetitif dibanding pesaingnya. Basic Technology (Teknologi Dasar) Teknologi yang digunakan secara luas oleh perusahaan sejenis. Teknologi dasar merupakan teknologi yang wajib dimiliki perusahaan agar tetap dapat bertahan di bisnis tetapi bukan merupakan pembeda dengan pesaing. External Technology (Teknologi Eksternal) Teknolgi yang dipasok oleh perusahaan lain dan tersedia secara luas di pasar. Teknologi yang dimiliki harus dilindungi dan jika ada pihak lain yang akan menggunakan harus memperoleh ijin terlebih dahulu.

B.

C.

Gambar 2.7 Model Kompetensi Inti (Prahad & Hamel, 1990, dalam Wiraatmadja, 2011)

2.6.1.2. KOMPONEN TEKNOLOGI Menurut Syarif (1996), komponen suatu teknologi meliputi empat elemen yaitu technoware (T), humanware (H), infoware (I), dan orgaware (O) : Technoware (T) Merupakan object-embodied fasilitas fisik termasuk segala sesuatu; yaitu peralatan, mesin, kendaraan, struktur dan sebagainya. Technoware menunjang tenaga manusia dan
10

prosese kontrol untuk transformasi operasi. Dalam kegiatan bisnis, Technoware mengalami perubahan perubahan periodik antara yang tua dan yang baru. Pada komponen ini, teknologi terkandung pada mesin dan peralatan produksi yang dipakai dalam kehidupan. Humanware (H) Merupakan personembodied dari kemampuan manusia seperti halnya ketrampilan, keahlian, dan kreatifitas. Humanware berubah melalui proses pembelajaran dari hal-hal baru. Biasanya tingkat kemajuan humanware mengindikasikan peningkatan kompetensi individu. Kompetensi adalah tingkat keahlian, training yang tepat, peningkatan pengalaman, orientasi produktivitas, potensi kreativitas, dan motivasi personil. Humanware yang mengalami tingkat kemajuan (degree of sophistication) adalah kemampuan untuk menggunakan teknologi yang berkaitan dengan pekerjaannya, kemampuan untuk memobilisasi, mempersiapkan dan menggunakan komponen teknologi untuk pekerjaan, kemampuan untuk mengoptimalkan kerja dari seluruh komponen, dan kemampuan untuk menjalankan komponen inovasi untuk peningkatan kesejahteraan. Infoware (I) Merupakan record embodied documented knowladge yang mengacu pada fakta dan formula, parameter desain; contohnya spesifikasi, manual, teori dan sebagainya. Infoware berubah melalui proses komulatif dari akuisisi pengetahuan. Infoware dapat mempercepat pembelajaran dan penghematan waktu dan sumberdaya. Sederhananya, peningkatan Infoware mencerminkan tingkat utilitas dari pengetahuan terkini yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai usaha. Utilitas itu sendiri tergantung pada sifat dan tipe ilmu pengetahuan (relevansi, batasan waktu, ketersediaan data dan fakta), kemampuan mencerna pengetahuan yang tersimpan, pengembangan jaringan untuk pembaharuan dan sebagainya. Orgaware (O) Merupakan institution-embodied yang merupakan kerangka organisasi yang diwujudkan dalam hal, metode, teknik, jaringan organisasi, dan manajemen praktis. Orgaware biasanya digunakan untuk koordinasi aktifitas dan penggunaan sumberdaya untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Komponen Orgaware berubah melalui proses praktek dan keterlibatan dalam manajemen. Tingkat kemajuan Orgaware menunjukkan peningkatan nilai tambah, kemajuan penggunaan teknik manajemen baru, metode dan keterkaitannya dengan persaingan pasar serta rasa percaya diri dalam perusahaan. Setiap bisnis harus mampu mengkombinasikan keempat komponen dari teknologi. Kompleksitas interaksi dari komponen-komponen tersebut dapat menghasilkan output teknologi yang sama dengan berbagai kombinasi.

11

Gambar 2.8 Komponen Teknologi (Wiraatmadja, 2011)

2.6.1.3. KAPABILITAS TEKNOLOGI DAN RANTAI NILAI Kapabilitas teknologi adalah kemampuan tertentu untuk melaksanakan suatu aktivitas dengan teknlogi yang tersedia untuk aktifitas tersebut (Wiraatmadja, 2010). Terdapat enam macam kapabilitas teknologi, yaitu : Designing Merupakan utilisasi aktual teknologi pengembangan produk perusahaan. Acquiring Merupakan kemampuan perusahaan untuk mengadakan teknologi yang dibutuhkan mencakup kemampuan memilih dan negosiasi perusahaan. Generating Merupakan utilisasi teknologi pengembangan proses, yang berfokus pada tahap riset dan pengembangannya. Modifying Merupakan proses memperbaiki dan memodifikasi teknologi yang ada. Transforming Merupakan utilisasi teknologi yang ada (THIO) secara efisien untuk proses transformasi untuk mendapatkan hasil yang optimal. Vending Tahap akhir yang merupakan kemampuan pemanfaatan teknologi untuk distribusi, penjualan, dan pelayanan.

12

Gambar 2.9 Komponen Teknologi, Kapabilitas Teknologi, dan Rantai Nilai (Wiraatmadja, 2011)

2.6.1.4. FAKTOR INTERNAL-EKSTERNAL Setelah didapatkan Strength-Weaknesses-Opportunity-Threat yang digambarkan dalam bentuk EFE Matrix dan EFI Matrix, maka selanjutnya dilakukan identifikasi dan evaluasi strategi alternatif dengan menggunakan pendekatan matrix SWOT. Dalam menyusun strategi hasil dari tahap-tahap sebelumnya, penyusun melakukan perumusan strategi dengan pendekatan analisis SWOT dengan melakukan tahap-tahap sebagai berikut :
Peluang & Ancaman Kekuatan & Kelemahan

SWOT Matrix

Memadukan Kekuatan & Peluang (SO)

Memadukan Kekuatan & Ancaman (ST)

Memadukan Kelemahan & Peluang (WO)

Memadukan Kelemahan & Ancaman (WT)

Alternatif-alternatif strategi memanfaatkan peluang dan kekuatan

Alternatif-alternatif strategi memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Alternatif-alternatif strategi memanfaatkan Peluang untuk mengatasi kelemahan

Alternatif-alternatif strategi meghindari ancaman dan kelemahan

Daftar Alternatif startegi yang harus diolah lebih lanjut

Gambar 2.10 Tahapan Penyusunan Daftar Alternatif Strategi

13

2.6.1.5. KEMUTAKHIRAN TEKNOLOGI (SOPHISTICATED TECHNOLOGY) Kemutakhiran teknologi ditinjau dari 4 segi yaitu : A. Technoware
Tabel 2.1 Kemutakhiran Technoware dari Sisi Fasilitas Deskripsi Usaha dan kendali operasi secara manual Penggunaan tenaga mekanik untuk menambah kekuatan, kontrol operasi dilakukan sepenuhnya oleh operator General Purpose Facility Mesin melalukan operasi. Operator melakukan kontrol operasi sepenuhnya Special Purpose Facility Mesin melalukan operasi khusus, operator melakukan kontrol operasi sepenuhnya Automatic Facility Mesin melakukan operasi dengan kontrol minimum dari operator, namum tindakan koreksi dilakukan oleh operator Computerized Facility Komputer mengendalikan hampir seluruh fungsi utama dalam pabrik dan keterlibatan operator sangatlah minim Integrated Facility Seluruh operasi dalam pabrik terintegrasi melalui fasilitas komputer, hampir tidak ada keterlibatan manusia dalam operasi Klasifikasi Manual Facility Powered Facility Tabel 2.2 Kemutakhiran Technoware dari Sisi Order of Automation Order of Automation Human attribute replaced A (0) None: lever, screw, pulley, wedge A (1) Energy / muscles replaced A (2) Dexterity / self feeding A (3) Diligence / no feed back A (4) Judgmental / positional feedback A (5) Evaluation / adaptive control, deductive analysis: feedback from process A (6) Learning by experience A (7) Reasoning / exhibit intuition; relates cause from effects A (8) Creativeness : perform design un aided A (9) Dominance : supermachine ;comands others

B.
Abilities

Humanware
Jenis Pekerjaan Standar Tabel 2.3 Kemutakhiran Humanware Aspek Jenis Usaha Usaha Pendidikan Keputusan Fisik Mental Rutin Rendahtinggi Rendah, sedang Rendah, sedang Rendah, sedang Rendah Sangat rendah Rendah SMP SMP Vokasional, SMA SMA SMA, pendidikan tinggi SMA, pendidikan tinggi SMA, pendidikan tinggi Pelatihan Kategori Tenaga tidak/semi terampil Tenaga terampil, teknisi Teknisi, ilmuwan, engineer Teknisi, ilmuwan, engineer Teknisi, ilmuwan, engineer Teknisi, ilmuwan, engineer Teknisi, ilmuwan, engineer

1.

Operating

Dasar Jangka Pendek Pendekmenengah Menengah

2.

Setting

Standar Sebagian tidak standar Umumnya tidak standar Tidak standar Tidak standar Tidak standar

Rutin Sebagian rutin Sebagian besar tidak rutin Tidak rutin

3.

Repairing

Sedang Sedang tinggi Tinggi Sangat tinggi Sangat sangat tinggi

4.

Reproducing

5.

Adapting

Tinggi

6.

Improving

Tidak rutin

Rendah

tinggi Sangat sangat tinggi

7.

Innovating

Tidak rutin

rendah

14

C.

Infoware
Klasifikasi Familiarizing Facts Describing Facts Specifying Facts Utilizing Facts Comprehending Facts Generalizing Facts Assessing Facts Tabel 2.4 Kemutakhiran Infoware Karakteristik inforware Mendorong perhatian pada fasilitas Memberikan pemahaman mengenai prinsip 2 dasar di belakang penggunaan modus operasi Memungkinkan seleksi dan instalasi fasilitas Memungkinkan penggunaan fasilitas secara efektif Membangun pengetahuan dan pemahaman mendalam tentang desain operasi fasilitas Memungkinkan tindakan perbaikan pada rancangan & penggunaan fasilitas State of the art informasi tentang penggunaan fasilitas untuk tujuan tertentu

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

D.

Orgaware
Tabel 2.5 Kemutakhiran Orgaware Aspek Pasar Produksi Tenaga kerja Fluktuatif karena lemahanya kontrol Ada, terhadap Berketrampilan kualitas suplai dan rendah bervariasi harga produk; menggunakan fasilitas yang ada Terjamin Sebagian besar jangka berketrampilan Jadwal pendek, rendah, produksi karena manajemen kaku adanya cenderung pesanan formal Relatif stabil & meningkat, fokus: pemasaran Ketrampilan rendah; menggunakn manajer profesional untuk bidang tertentu Fokus pada perbaikan kualitas produk dan meningkatkan efisiensi produksi

Framework

Deskripsi Perusahaan kecil dikelola Pemilik dengan modal yang kecil dan jumlah TK yang kecil

Finansial

Profitabiltas

1.

Striving

Modal sendiri , sumber tidak resmi

Sangat sangat rendah

2.

Tie- up

Subkontraktor untuk perusahan yang lebih besar Perusahaan mampu membuat dan memasarkan produk sendiri dengan siklus produk yang panjang Perusahaan mampu mengidentifikasi produk dan pasar baru Perusahaan mampu mepertahankan posisi pasar dengan peningkatn pangsa pasar dan perbaikan kualitas output

Modal sendiri, berpeluang menggunakan sumber formal Modal sendiri dan dukungan sumber finansial formal

Sangat sangat rendah

3.

Venturing

Jadwal produksi terprediksi

Rendah sedang

4.

Protecting

Pasar yang ada dan pasar yang baru

Kepemilikan luas

Dukungan dari sumber finansial formal meningkat

Sedang dan dapat ditingkatkan

5.

Stabilizing

Pemasaran lebih kreatif di pasar baru dan lama

Perbaikan kualitas secara kontinu dengan fokus pada value engineering dan desain original

Kepemilikan lebih luas

Akses yang mudah ke sumber finansial formal

Sedangtinggi

15

6.

Prospecting

Perushaan terus mencari peluang pasar

Berorientasi pasar

Sering modifikasi dan perbaikan produk

Ketrampilan tinggi; penugasan manajer profesional Kepemilikan luas; ketrampilan pekerja sangat tinggi

Akses yang mudah ke sumber finansial formal Akses yang mudah ke sumber finansial formal

Tinggi, sebagian besar dapat diinvestasikan kembali ke R&D

7.

Leading

World leader dalam bidang tertentu

Market leader, siap untuk menghadapi kebutuhan pasar masa depan

Fasilitas sangat maju

Sangat tinggi

2.6.1.6. MODEL PENILAIAN TEKNOLOGI Model penilaian bechmarking teknologi menggunakan metode Teknometrik. Metode teknometrik adalah tinjauan yang teratur tentang kekuatan dan kelemahan teknlogi yang berkaitan dengan produk dan proses (dalam konteks saat ini dan di masa mendatang). Metode teknomtrik ini memiliki beberapa tujuan : Menjelaskan dan menilai teknologi yang sedang digunakan. Melakukan evaluasi biaya dan nilai tambah dari teknologi yang digunakan. Melakukan identifikasi kekuatan dan kelemahan dari operasi teknologi perusahaan. Menunjukkan cara membangun atau meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan melalui pemanfaatan teknologi yang sudah ada. Melakukan identifikasi teknologi yang ada dan tersedia yang dapat dimanfaatkan perusahaan dalam produk dan operasi bisnisnya. Menentukan dampak dan nilai tambah dari suatu penggunaan teknologi yang terjadi pada lingkungan dan masyarakat. Menilai pilihan teknologi yang mungkin bagi perusahaan. Adapun proses penilaian tersebut melalui lima tahapan, yaitu: Tahap 1 : Estimasi derajat kecanggihan komponen teknologi Pengumpulan data derajat kecanggihan komponen teknologi. Pengamatan kualitatif terhadap THIO tingkat perusahaan. Evaluasi THIO & pemberian skor untuk menentukan derajat kecanggihan. Komponen Technoware dan Humanware diidentifikasi pada seluruh fasilitas transformasi, sedangkan Infoware dan Orgaware pada tingkat organisasi. Tentukan batas atas & batas bawah kecanggihan teknologi yang tersedia menggunakan daftar seperti terlihat pada tabel
Tabel 2. 6 Derajat Kecanggihan Teknologi

Technoware
Mesin manual (manual fasilities) Mesin bermotor (powered facilities)

LL-UP

Infoware

LL-UP
123 234 345 456 567 678

1 2 3 Mengenal fakta (familiarizing facts) 2 3 4 Menerangkan fakta (describing fact) Men-spesifikasikan fakta (utilizing facts) Menggunakan fakta (utilizing facts) Menghayati fakta (comprehending facts) Men-generalisasikan fakta (generalizing

(Mesin Serbaguna (general facilities) Mesin khusus (special fasilities) 456 Mesin Otomatis (automatic facilities) 567 Mesin berkomputer (computerized 6 7 8

16

facilities) Mesin terpadu Humanware Kemampuan mengoprasikan (operating abilities) Kemampuan menge-set (setting-up abilities) Kemampuan mereparasi (repairing abilities) Kemampuan mereproduksi (reproducing abilities) Kemampuan mengadaptasi (adapting abilities) Kemampuan menyempurnakan (improving abilities) Kemampuan inovasi (innovating abilities)

facts) 7 8 9 Mengkaji fakta (assesing facts)

789

LL-UP Orgaware LL-UP 1 2 3 Mencari bentuk pola kerja (striving 1 2 3 framework) 2 3 4 Menetapkan pola kerja (tie-up 2 3 4 framework) 3 4 5 Menciptakan pola kerja baru (venturing 3 4 5 framework) 4 5 6 Melindungi pola kerja (protecting 4 5 6 framework) 5 6 7 Menstabilkan pola kerja (stabilizing 5 6 7 framework) 6 7 8 Memapankan pola kerja (prospecting 6 7 8 framework) 7 8 9 Menguasai pola kerja unggulan (leading 7 8 9 framework)

Tahap 2 : Penilaian State of the art Penentuan status komponen teknologi terhadap State of the art. Menggunakan kriteria spesifik yang dapat dikembangkan dari kriteria generik UNESCAP. Kemampuan yang harus dimiliki: pengetahuan teknis terkait fasilitas.transformasi dihubungkan dengan kondisi terbaik. Kriteria: skor 10 (spesifikasi terbaik) & skor 0 (spesifikasi terendah). Skor antara pendekatan interpolasi. Penentuan skor masing-masing komponen teknologi dihitung menurut persamaan berikut: State of the art State of the art pemeringkatan Technoware item i: STi= [

(1)

State of the art pemeringkatan Humanware item i: SHj= [

... (2)

State of the art pemeringkatan Infoware item i: SI= [

... (3)

17

State of the art pemeringkatan Orgaware item i: SO = [

.... (4)

Dengan asumsi setiap kriteria memiliki bobot yang sama. Tahap 3 : Penentuan kontribusi komponen Penentuan kontribusi masing-masing komponen teknologi dihitung menurut persamaan berikut: Kontribusi komponen Kontribusi komponen technoware item i: Ti= [ ] .(5)

Kontribusi komponen humanware item i: Hj= [ ] (6)

Kontribusi komponen Infoware item i: Ij= [ ] ........(7)

Kontribusi komponen Orgaware item i: Ij= [ ] .........(8)

Tahap 4 : Pengkajian Intensitas Kontribusi Komponen () Intensitas kontribusi komponen: matriks perbandingan berpasangan. Perbandingan diantaranya dapat dilakukan dengan skala perbandingan relatif (nilai : 1-9). Rataan geometris dapat dipakai untuk responden dengan jumlah banyak asumsi seluruh sampel sejenis (homogen). Hirarki intensitas kontribusi antar komponen (jika ada) harus logis dan konsisten. Jumlah intensitas kontribusi = 1. Tahap 5 : Hitung TCC Koefisien

Keterangan : T, H,I,O = kontribusi teknologi = intensitas kontribusi dari masing masing komponen terhadap koefisien TCC
18

Rentang nilai TCC : 0 TCC 1 Persamaan harus memenuhi law of diminishing returns TCC = kontribusi teknologi operasi total transformasi terhadap keluaran. TCC (perusahaan) kontribusi dari total operasi transformasi yang menghasilkan output. TCC merupakan nilai tambah kandungan teknologi (Technology Content Added TCA) per satuan keluaran. TCA merupakan perbedaan kandungan teknologi antara output dengan input dari suatu fasilitas transformasi. Hubungan antara TCA, TCC, dan output fasilitas transformasi perusahaan adalah : TCA = .TCC.VA Dengan VA sebagai nilai tambah dalam bentuk moneter dan yang merupakan faktor iklim teknologi dimana aktivitas transformasi tertentu beroperasi

BENCHMARKING: Kinerja Bisnis = f (T, H, I, O)


T
1 0.8 0.6 0.4 0.2

A B I C D

O Gambar 2.11 Contoh Peta THIO

2.6.1.7. POLA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI Strategi teknologi sangat berkaitan erat dengan kapabilitas teknologi yang diperlukan perusahaan. Hubungan keduanya dalam daur hidup teknologi dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

19

Gambar 2.12 Hubungan Strategi Teknologi dan Kapasitas Teknologi pada Daur Hidup Teknologi (Wiraatmadja, 2011)

Pada fase awal (introduksi) daur hidup teknologi, kemampuan mencipta sangat diperlukan agar bisa menjadi pemimpin pasar (leader oriented). Kemampuan modifikasi, perancangan, pengadaan, transaksi dan transformasi seraca berurutan juga dibutuhkan, dimana kapabilitas transformasi memiliki nilai yang paling besar. Dengan demikian maka perusahaan dapat dikatakan memiliki kekuatan teknologi yang superior. Pada fase pertumbuhan, kemampuan modifikasi menjadi prasyarat utama, dan kemampuan penciptaan tidak diperlukan lagi mengingat teknologinya sudah ada. Secara berutan kemampuan perancangan, pengadaan, transaksi dan transformasi diperlukan dimana kapabilitas transformasi memiliki nilai yang paling besar namun tidak sebesar pada strategi leader oriented. Strategi yang cocok pada fase ini adalah follower oriented dimana kekuatan teknologi yang dimiliki sudah pada tingkat lanjut (advanced). Pada fase matang, kemampuan perancangan merupakan prasyarat utama. Dimana pada tahap ini penciptaan dan modifikasi tidak perlu dilakukan lagi. Secara berutan kemampuan pengadaan, transaksi dan transformasi diperlukan dimana kapabilitas transformasi memiliki nilai yang paling besar namun tidak sebesar pada strategi follower oriented. Strategi yang cocok pada fase ini adalah exploiter oriented dimana kekuatan teknologi yang dimiliki sudah pada tingkat menengah (secondary). Teknologi yang sudah matang dieksploitasi secara maksimal. Pada fase daur hidup yang sudah menurun, kemampuan pengadaan merupakan prasyarat utama untuk menggunakan teknologi yang sudah menurun. Secara berutan kemampuan transaksi dan transformasi diperlukan dimana kapabilitas transformasi memiliki nilai yang paling besar namun tidak sebesar pada strategi exploiter oriented. Strategi yang cocok pada fase ini adalah extender oriented dimana kekuatan teknologi yang dimiliki hanya pada tingkat dasar (elementary). Secara garis besar, pola restruktiurisasi keempat starategi teknologi dapat dilihat pada dibawah ini :

20

Gambar 2.13 Pola Restrukturisasi Teknologi

Pada pola strukturisasi dapat dilihat bahwa strategi teknologi berkembang dari extender oriented yang bernilai rendah hingga leader oriented yang bernilai tinggi. Jika dilihat juga pada aspek strategi bisnis, terdapat keseuaian antara strategi bisnis dengan strategi teknologi. Sebagai contoh, strategi bisnis berbasis harga hanya sesuai untuk strategi teknologi extender dan exploiter oriented. Strategi teknologi berkaitan erat dengan pertimbangan internal dimana pada strategi teknologi extender dan exploiter oriented perusahaan lebih berfokus pada minimasi kelemahan teknologi sedangkan strategi teknologi follower dan leader oriented perusahaan berfokus pada maksimasi kekuatan teknologi. Strategi bisnis berkaitan erat dengan pertimbangan eksternal dimana pada strategi berbasis harga dan berbasis kualitas perusahaan lebih berfokus pada minimasi ancaman teknologi sedangkan strategi teknologi berbasis fitur dan berbasis image perusahaan berfokus pada maksimasi peluang teknologi. Dalam perkembangan bisnis perusahaan, strategi juga ikut berkembang. Perusahaan dapat melihat pola restrukturisasi teknologi agar mendapatkan hasil yang optimal. Tahap paling awal adalah mengidentifikasi posisi perusahaan pada matriks tersebut. Setelah itu, perusahaan melihat arah perkembangannya, apakah harus meningkatkan strategi teknologi atau strategi bisnis. 2.6.2. PEMILIHAN SOLUSI TEKNOLOGI Pemilihan solusi teknologi dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa matriks di bawah ini : 2.6.2.1. MATRIKS DUSSAUGE, STUART, RAMANANTOSA Dussauge, Stuart & Ramanantsoa (1997, dalam Wiraatmadja, 2010) menyatakan ada tiga dimensi untuk menentukan posisi strategi teknologi seperti yang dapat dilihat pada gambar 2.14. Ketiga dimensi tersebut adalah potensi pertumbuhan bisnis, posisi bisnis dan kapabilitas teknologi. Potensi pertumbuhan bisnis merupakan nilai dan daya tarik bisnis, apakah akan berkembang atau tidak. Posisi pasar merupakan besarnya pangsa pasar yang dimiliki perusahaan, diukur dengan menghitung pangsa pasar, jaringan distribusi dan image perusahaan. Kapabilitas teknologi merupakan posisi teknologi perusahaan dalam bisnis, apakah merupakan teknologi kunci dalam bisnis tersebut.

21

Gambar 2.14 Dimensi Posisi Strategi Teknologi

Dari tiga dimensi tersebut dapat disusun delapan buah kemungkinan posisi strategi teknologi perusahaan. Berikut adalah penjelasan masing-masing posisi strategi teknologi : A. Potensi pertumbuhan bisnis H, posisi pasar S dan posisi teknologi S. Posisi ini disebut Star, merupakan posisi yang paling baik. Strategi teknologi yang sesuai adalah pertahankan posisi pasar dengan memperkuat keunggulan posisi dan teknologi B. Potensi pertumbuhan bisnis L, posisi pasar W dan posisi teknologi W. Posisi ini disebut Dogs, merupakan posisi yang paling buruk. Strategi teknologi yang sesuai adalah tinggalkan bisnis kecuali dapat menguntungkan tanpa investasi yang besar C. Potensi pertumbuhan bisnis L, posisi pasar S dan posisi teknologi S. Posisi ini disebut Cash Cow. Strategi teknologi yang sesuai adalah eksploitasi kapabilitas teknologi dengan menggunakannya dalam bisnis berpotensi pertumbuhan yang tinggi atau melisensikannya D. Potensi pertumbuhan bisnis H, posisi pasar W dan posisi teknologi W. Posisi ini disebut Question Marks. Strategi teknologi yang sesuai adalah investasi besar dalam teknologi dan posisi pasar karena pasarnya potensial, atau tinggalkan bisnis jika resiko investasi sangat besar E. Potensi pertumbuhan bisnis H, posisi pasar W dan posisi teknologi S. Posisi ini disebut Question Marks. Strategi teknologi yang sesuai adalah kemitraan dengan perusahaan yang memiliki posisi pasar yang kuat tetapi lemah dalam teknologi. Bisa juga dengan menjual teknologi ke perusahaan lain. F. Potensi pertumbuhan bisnis H, posisi pasar S dan posisi teknologi W. Posisi ini disebut Question Marks. Strategi teknologi yang sesuai adalah penguatan kemampuan teknologi secepatnya untuk mempertahankan posisi pasar G. Potensi pertumbuhan bisnis L, posisi pasar S dan posisi teknologi W. Posisi ini disebut Cash Cow. Strategi teknologi yang sesuai adalah minimasi investasi guna memperbesar keuntungan. Investasi hanya dilakukan jika menguntungkan. H. Potensi pertumbuhan bisnis L, posisi pasar W dan posisi teknologi S. Posisi ini disebut Cash Cow. Strategi teknologi yang sesuai adalah memanfaatkan kembali kemampuan. Tinggalkan bisnis yang ada, dan eksploitasi kapabilitas teknologi untuk memasuki bisnis baru yang lebih prospektif. Bisa juga menjual teknologi kepada perusahaan lain 2.6.2.2. MATRIKS PORTFOLIO TEKNOLOGI A.D LITTLE Little (1981) melakukan analisis berkaitan dengan posisi daya saing dan posisi teknologi. Little (1981) juga membagi kematangan industri menjadi dua, yaitu industri

22

embrionik/pertumbuhan awal dan akhir. Deteminan penentu leadership dan followership adalah kemamuan teknologi, posisi pasar dan kondisi pasar.

Gambar 2.15 Matriks Portfolio Little (1981) pada Industri Awal (dalam Wiraatmadja, 2011)

Gambar 2.16 Matriks Portfolio Little (1981) pada Industri Akhir (dalam Wiraatmadja, 2011)

2.6.2.3. MATRIKS PORTFOLIO PEMILIHAN SETHI Sethi (1985) menggunakan dimensi yang sedikit berbeda dengan Little (1981), yaitu posisi teknologi relatif dan peran teknologi. Posisi teknologi relatif perusahaan diukur dari perbandingan kapabilitas teknologi perusahaan terhadap pesaingnya. Peran teknologi merupakan kontribusi teknologi yang dimilikinya terhadap bisnis yang dijalankan. Akan ada empat posisi yang mungkin, yaitu bet, draw, cash-in dan fold yang penjelasannya dapat dilihat pada dibawah ini :

23

Gambar 2.17 Matriks Portfolio Sethi (1985, dalam Wiraatmadja, 2011)

24

BAB III ANALISIS SISTEM TINJAUAN

Pada bagian ini membahas mengenai kajian yang dilakukan secara sistematis terhadap sistem usaha yang menjadi objek penelitian untuk mengidentifikasi permasalahan yang sedang dihadapi perusahaan, sejalan dengan perkembangan kondisi perusahaan dan kondisi lingkungan usaha. 3.1 Analisis Strategi Bisnis Pada pembahasan yang lalu, telah dirumuskan beberapa strategi korporasi IKM Dedi Konveksi, diantaranya : Melakukan benchmarking dengan perusahaan konveksi yang lebih sukses dan berkembang, baik dalam sisi teknologi, sistem produksi dan pekerja untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan pakaian yang terus bertambah. Melakukan perluasan pasar dengan menawarkan harga medium dan citra usaha yang baik. Berdasarkan strategi korporasi diatas maka dilakukan analisis strategi bisnis yang dilakukan akan berfokus pada low cost strategy yaitu strategi memenangkan persaingan bisnis dengan memanfaatkan harga yang paling rendah. Pertimbangan ini dipilih karena IKM Dedi Konveksi masih memiliki kesempatan untuk mengisi celah pasar kebutuhan konveksi yang belum tercukupi kebutuhannya. Selama ini IKM Dedi Konveksi belum mampu menguasai pasar luas karena belum maksimal dalam penjualan dan proses produksi yang masih minim serta tidak efisien.
KEUNGGULAN KOMPETITIF KEUNIKAN BIAYA

PASAR LUAS LINGKUP KOMPETISI SEGMEN PASAR

DIFERENSIASI

HARGA RENDAH

DIFERENSIASI TERFOKUS

HARGA RENDAH TERFOKUS

IKM Dedi Konveksi

Gambar 3.1 Strategi Bisnis Porter`s IKM Dedi Konveksi

Dibawah ini adalah langkah-langkah untuk melakukan strategi bisnis harga rendah : Pangsa pasar besar Semakin besar volume produksi, maka biaya produksi per produk akan semakin rendah. Hal ini akan mempengaruhi harga jual produk yang ditetapkan nanti. Untuk dapat
25

memproduksi dengan volume produksi yang banyak maka IKM Dedi Konveksi harus mampu mendapat order sebanyak-banyaknya. Semakin luas pangsa pasar maka semakin meningkatkan jumlah order yang diterima. Saat ini posisi harga produk IKM Dedi Konveksi berada pasa kisaran harga medium, hal tersebut dikarenakan IKM Dedi Konveksi belum mampu menekan biaya produksi (baik dari segi efisiensi proses maupun jumlah yang harus diproduksi). Perluasan pangsa pasar juga harus didukung dengan pemasaran yang handal. Networking sangat penting untuk dilakukan oleh owner, yang bertindak sebagai ujung tombak pemasaran. Pangsa pasar yang ada diperkuat, sehingga akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan dengan munculnya pelanggan yang loyal. Peralatan canggih Sesuai dengan strategi korporasi IKM Dedi Konveksi tentang benchmarking teknologi canggih. Teknologi yang dimiliki sekarang masih bisa digunakan untuk kegiatan produksi. Namun seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi konveksi dan tuntutan pelanggan akan spek desain, teknologi yang ada saat ini kurang memadai dimasa 10 tahun mendatang. Peremajaan alat konveksi perlu dilakukan. Teknologi konveksi yang canggih sangat memudahkan IKM Dedi Konveksi dalam mengefisienkan waktu proses serta meningkatkan produktivitas. Meningkatnya produktivitas didukung dengan efisiensi (meminimalkan waste), akan meminimasi biaya produksi. Dalam mempercanggih teknologi konveksi yang ada, IKM Dedi Konveksi membutuhkan banyak modal. Modal bisa didapat dari pinjaman bank, dana hibah untuk IKM, maupun dari owner sendiri. Benchmarking teknologi yang dilakukan mereferensi pada perusahaan berkembang dengan teknologi mutakhir. Komponen orgaware, infoware, dan humanware harus diselaraskan dengan perubahan technoware perusahaan agar tercipta keoptimalan dalam penggunaan teknologi. Akses ke sumber bahan baku Semakin dekat dengan sumber bahan baku maka biaya distribusi bahan baku akan semakin kecil. Sumber bahan baku yang dimaksudkan pada IKM Dedi Konveksi adalah sumber pemasok bahan baku konveksi (kain dan bahan atributif lainnya). Agar tetap terjangkau oleh IKM Dedi Konveksi, pemasok lebih baik dipilih yang berada disekitar Bandung terutama yang berada didekat wilayah Kolonel Masturi. Akan tetapi pemilihan pemasok juga harus mempertimbangkan segi kualitas dan harga. Semakin banyak pilihan pemasok akan menjadi keuntungan bagi IKM Dedi Konveksi dari sisi supply chain yang aman. Keunggulan disain yang memudahkan proses manufaktur IKM Dedi Konveksi belum memasarkan produk untuk konsumsi publik, produk yang ada hanya untuk kalangan instansi atau lembaga pendidikan. Desain pakaian sendiri banyak ditentukan oleh pelanggan. Akan tetapi jika pelanggan belum mempunyai desain, pihak perusahaan mampu memberikan rancangan desain. Desain yang disetujui kemudian dibuatkan pola untuk bisa dipotong. Desain yang ditawarkan oleh IKM Dedi Konveksi sejauh ini selalu memenuhi permintaan pelanggan. Desain yang dirasa tidak mampu dikerjakan dengan alat yang ada, akan dinegosiasikan pada pelanggan. Sekiranya tidak mampu dilakukan, IKM Dedi Konveksi akan melakukan subcontract pada perusahaan konveksi yang mampu mengerjakannya. Pembuatan desain diserahkan kepada owner. Hal ini sangat menghambat proses pengerjaan jika owner berhalangan. Untuk itu diperlukan beberapa orang lagi yang dilatih untuk mampu membuat desain. Desain yang ada didukung dengan kualitas pemotongan dan penjahitan yang baik, hal ini menjadikan produk IKM Dedi Konveksi memiliki citra baik dimata pelanggan.

26

3.2 Analisis Strategi Bersaing Metode competitive analysis Porter IKM Dedi Konveksi menganalisis pergerakan kompetitor dengan menganalisis arah gerak kompetitor, keadaan kompetitor saat ini, asumsi mengenai pasar konveksi dan kekuatan serta kelemahan pesaing dan perusahaan sendiri. Analisis ini kemudian akan diolah lebih lanjut menjadi profil dan respon kompetitor yang akan menjadi masukan utama untuk memformulasikan strategi. Analisis dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : a. Apa saja tujuan para kompetitor dan bagaimana sejarah ketercapaiannya? b. Apa saja strategi yang digunakan oleh para pesaing saat ini? c. Asumsi apa yang ada dalam bidang industri konveksi? d. Kapabilitas apa yang dimiliki pesaing dan IKM Dedi Konveksi sendiri? e. Bagaimana profil respon kompetitor? Apakah mereka puas dengan posisi mereka saat ini? Pergerakan dan strategi apa yang paling mungkin diambil oleh pesaing? Dalam bagian apa terdapat kelemahan para pesaing tersebut? Langkah apa yang akan membuat kompetitor membalas dengan strategi yang lebih efektif? Kelima langkah diatas akan dibahas lebih lanjut pada poin-poin dibawah ini : 1. Competitor's Current Strategy Dalam melakukan analisis strategi yang dilakukan pesaing, dimasukkan beberapa pertimbangan penting seperti bagaimana cara pemasaran, segmen pasar yang dituju, dan kecanggihan teknologi. Beberapa kompetitor IKM Dedi Konveksi seperti Kairos Mandiri Konveksi (KMK) yang berada di Jalan Mustopa Bandung, perusahaan konveksi ini memproduksi tidak hanya baju seragam; tetapi juga memproduksi topi, kemeja, jaket. Yang belum pernah dikerjakan oleh IKM Dedi Konveksi adalah produk topi maupun jaket. Kemudian KMK ini menggunakan bordir komputer yang jauh lebih mutakhir dibandingkan IKM Dedi Konveksi. Selain itu pangsa pasar KMK sudah merambah ke seluruh Indonesia hingga luar negeri, dengan didukung sistem pemasaran melalui internet yang sudah tertata rapi. Selain itu terdapat Jaya Laksana Konveksi (JLK) yang bertempat di Ujung Berung Bandung, yang memiliki tipe organisasi berkembang setipe dengan IKM Dedi Konveksi. Perbedaan JLK dengan IKM Dedi Konveksi ini ada pada variasi produknya, dimana JLK mempunyai produk yang hampir sama variatifnya dengan KMK. Hanya saja JLK tidak memiliki website khusus untuk memasarkan produknya seperti websit KMK. Jenis mesin konveksi yang dimiliki oleh KMK, JLK, dan IKM Dedi Konveksi hampir sama yaitu mesin bordir-jahit-dan obras sebagai komponen utama. 2. Competitor's Objectives Kompetitor-kompetitor IKM Dedi Konveksi mempunyai bidikan pasar nasional hingga internasional. Semakin canggih teknologinya, maka semakin luas pangsa pasar yang dibidik. Sebagai perbandingan adalah KMK dengan JLK dimana KMK sudah mulai merambah pasar internasional dengan keunggulan kualitas ekonomis hingga eksklusif. Segmen pasar kompetitor IKM Dedi Konveksi adalah corporate, export, atau publik-individual (biasanya perusahaan konveksi ini memiliki showroom untuk mempamerkan produk konveksinya). Selain itu tiap perusahaan konveksi yang menjadi pesaing IKM Dedi Konveksi berusaha memanjakan pelanggan dengan layanan desain yang mampu disesuaikan, bahan yang nyaman, dan proses yang konveksi higienis.

27

3.

Competitor's Assumptions Diasumsikan jika dilihat dari kualitas pemotongan yang dimiliki oleh IKM Dedi Konveksi, dapat diprediksi IKM Dedi Konveksi mampu menyaingi kompetitornya. Asumsi perusahaan konveksi terhadap kebutuhan pakaian jadi yang meningkat menjadi pertimbangan manajemen untuk terus melakukan Kaizen (perbaikan terus menerus) dalam melakukan bisnis konveksi, dengan tujuan kepuasan pelanggan. Teknologi konveksi juga berperan penting dalam menghasilkan kualitas produk yang baik, hal ini didukung dengan sumberdaya manusia yang handal dan struktur manajemen/koordinasi yang tertata dengan baik. IKM Dedi Konveksi sendiri masih merasa kurang bersaing dari segi teknologi konveksi dan sumber daya manusia, akan tetapi hal ini tidak menjadi hambatan bagi IKM Dedi Konveksi untuk memperluas pangsa pasar. Sebagian besar kompetitor IKM Dedi Konveksi memiliki kekuatan hukum badan usaha, hal ini tidak dimiliki oleh IKM Dedi Konveksi. Faktanya, perusahaan yang sudah mempunyai kekuatan hukum lebih mudah dalam mendapatkan bantuan pemerintah atau modal asing. Competitor's Resources and Capabilities Sumberdaya dan kemampuan perusahaan menjadi pertimbangan dalam analisis bersaing kompetitor. Dari segi sumberdaya, perusahaan konveksi memiliki dua sumberdaya inti yaitu sumberdaya manusia perusahaan dan sumberdaya material. Sumberdaya material berkaitan dengan pemasok atau supplier. KMK dengan skala pangsa pasar yang lebih besar, memiliki pilihan supplier lebih banyak. Perusahaan sekelas KMK, mampu melayani permintaan konsumen yang memiliki desain lebih sulit. IKM Dedi Konveksi sendiri terfokus pada produk konveksi pakaian seragam lembaga pendidikan maupun instansi, jika dibandingkan dengan KMK tingkat variasinya produk IKM Dedi Konveksi jauh lebih sedikit. Hal ini juga dikarenakan keterbatasan teknologi konveksi yang dimiliki oleh IKM Dedi Konveksi yang masih standar. Sedangkan dari sisi manajerial perusahaan, IKM Dedi Konveksi masih terpusat keputusannya ditangan owner serta tidak adanya divisi khusus yang menangani pemasaran dan produksi. Secara praktis, hal tersebut memang lebih cepat dalam pengambilan keputusan akan tetapi owner yang merangkap sebagai manajer pemasaran-produksi-dan SDM merasa kerjanya tumpang tindih serta terdakang kurang bisa menangani semua problem dalam satu waktu. Namun dekimian, IKM Dedi Konveksi tetap mampu menetapkan harga produk secara medium dengan kualitas yang baik (dari segi core competency pemotongan yang presisi). Competitor Response Profile Teknologi yang dimiliki kompetitor IKM Dedi Konveksi sangat memungkinkan untuk menghambat perluasan pasar. Media dan cara pemasaran yang modern juga akan mempengaruhi bagaiman pasar dapat diperluas jangkauannya. Selain menghambat perluasan pasar, kompetitor IKM Dedi Konveksi juga menjadi pesaing dalam mendapatkan bantuan modal pemerintah atau modal asing. Dari segi badan hukum dan kesiapan sumberdaya manusia menjadi pertimbangan pemodal yang akan menanamkan saham selain mempertimbangkan proses bisnis perusahaan

4.

5.

Dari hasil analisis kompetitor diatas, maka dapat dirumuskan strategi bersaing IKM Dedi Konveksi dapat dirumuskan sebagaimana berikut :

28

Analisis Kompetitor - Produk lebih variatif - Teknologi dan Media promosi lebih modern - Modal lebih besar - Sudah berbadan hukum usaha dan susunan organisasinya ada

Strategi Bersaing - Perluasan dan penetrasi pasar - Transfer teknologi - Penambahan variasi produk - Peningkatan modal

Gambar 3.2 Strategi Bersaing IKM Dedi Konveksi

3.3 Analisis Strategi Produk / Pasar Berdasarkan uraian kerangka kerja sebelumnya, dalam mendefinisikan kondisi perusahaan terdapat dua variable pengukuran yaitu pasar dan produk. Adapun kondisi pasar dan produk yang diamati dari IKM Dedi Konveksi yaitu : 1. Produk IKM Dedi Konveksi memiliki kapabilitas untuk memproduksi pakaian jadi dengan berbagai desain. Namun dari banyaknya produk konveksi yang dibuat rata-rata jenisnya adalah seragam olahraga sekolah atau seragam instansi (untuk acara khusus). Bahan material dan desain yang digunakan berbeda-beda dari satu order ke order lain. Kualitas pemotongan menjadikan produk IKM Dedi Konveksi memiliki keunggulan di pasar, selain harganya yang tidak terlalu mahal. IKM Dedi Konveksi belum melakukan variasi produk (seperti topi atau jaket) dikarenakan belum adanya teknologi yang mampu membuat produk tersebut, selain itu order untuk produk selain seragam jumlahnya sedikit dan masih jarang. 2. Pasar IKM Dedi Konveksi memiliki banyak pelanggan dari kalangan sekolah dan instansi pemerintah. Setiap order dari instansi membutuhkan desain yang berbeda, dan perbedaan desain membutuhkan bahan atau material yang berbeda pula. IKM Dedi Konveksi sudah mempunyai pelanggan tetap. Namun sebagai tindakan preventif jenuhnya pasar yang ada dan berdampak pada penurunan order, maka langkah utama selanjutnya adalah perluasan pasar. Pasar yang ada perlu diperkuat dengan peningkatan pelayanan dan menjaga hubungan baik. Dari strategi korporasi dan kondisi perusahaan makan posisi perusahaan pada matrik produk/pasar berada pada market development. Hal ini dikarenakan teknologi yang ada masih standar sehingga belum mampu melakukan variasi produk konveksi. Peluang yang ada untuk mengembangkan perusahaan selain dari sisi teknologi adalah perluasan pasar di luar wilayah Bandung, hingga luar pulau Jawa. Adapun pilihan strategi yang dapat dilakukan oleh IKM Dedi Konveksi di antaranya : Mencari pangsa pasar baru selain instansi pemerintah dan sekolah yang sudah menjadi langganan dan mulai merambah ke pasar diluar Bandung. Memperkuat jaringan distribusi, pemasaran, dan konsumen yang berada diluar Jawa. Dan perlu mencoba pameran IKM agar bisa mengorbitkan produknya ke pasar internasional. Memperbaiki struktur organisasi perusahaan guna mengoptimalkan fungsi kerja agar tidak tumpang tindih dan koordinasi, memberikan pelatihan pada pekerja untuk mempersiapkan persaingan pasar bebas.

29

Peningkatan pelayanan pelanggan dan kualitas produk tidak hanya dari segi pemotongan tapi juga dari sisi bahan,desain, dan harga. Pemanfaatan media internet untuk pemasaran yang efisien. Mendaftarkan status hukum industri konveksi supaya lebih mudah dalam mengurus penjaminan untuk mendapatkan modal tambahan
Existing Markets New Markets

Existing Products

MARKET PENETRATION

MARKET DEVELOPMENT

New Products

PRODUCT DEVELOPMENT

DIVERSIFICATION

Gambar 3.3 Strategi Produk/Pasar IKM Dedi Konveksi

3.4 Identifikasi Kebutuhan Teknologi Identifikasi kebutuhan teknologi dilakukan dengan mengidentifikasi core competencies perusahaan. Kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi komponen teknologi perusahaan hingga pola pengembangan teknologi. 3.4.1. Evaluasi Core Competencies Core competencies merupakan kompetensi inti perusahaan yang menjadi kekhasan dari perusahaan dan sulit untuk ditiru oleh perusahaan lain. Konsep core competence (kompetensi inti) yang digunakan adalah konsep core competence Prahad & Hamel (1990, dalam Wiraatmadja, 2011). Pada kondisi eksisting pada IKM Dedi Konveksi, pada IKM ini terdapat mesin dengan spesifikasi teknologi sesuai yang dijual luas di pasar. Mesin-mesin tersebut belum dapat dikatakan sebagai mesin dengan teknologi tertinggi, dan dijalankan sesuai dengan fungsinya. Ada beberapa mesin yang dimodifikasi pemilik agar kerja mesin menjadi lebih tinggi dan user friendly dengan para pekerja yang memiliki keterbatasan kemampuan mengoperasikan mesin yang canggih. Berdasarkan evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa IKM Dedi Konveksi memiliki core competencies (dilihat dari teknologi yang dimiliki) adalah pada posisi Basic Technologies dimana teknologi yang digunakan merupakan teknologi yang secara luas diterapkan oleh perusahaan sejenis. 3.4.2. Evaluasi Komponen Teknologi a Technoware (T) Merupakan object-embodied fasilitas fisik termasuk segala sesuatu yaitu peralatan, mesin, kendaraan, struktur dan sebagainya.

30

Tabel 3.1 Identifikasi technoware pada IKM Dedi Konveksi

Mesin Jahit (5 buah) Fungsi : untuk menjahit pakaian baik pinggiran kaos, pasang saku, kerah kemeja.

Mesin Bordir (3 buah) Fungsi: untuk menjahit sambungan antar bahan.

Mesin Overdeck (1 buah) Fungsi: untuk menjahit tambahan pinggiran pakaian.

Mesin Potong (1 buah) Fungsi: untuk memotong kain dengan cepat dan rapi dalam jumlah cukup banyak.

31

Mesin Piping (2 buah) Fungsi: menjaga kerapihan dan kecepatan pemasangan dibandingkan dijahit secara manual.

b Humanware (H) Merupakan person-embodied dari kemampuan manusia seperti halnya ketrampilan, keahlian, dan kreatifitas. Berdasarkan studi lapangan dan mengamati proses pembuatan produk pada IKM Dedi Konveksi ini, dapat diidentifikasikan kemampuan seluruh pekerja yang ada pada IKM meliputi: Pengoperasian mesin jahit, potong, bordir, overdeck, dan piping. Pembuatan pola yang presisi. Pengukuran dan pemotongan kain. Penyablonan kain. Inspeksi kualitas terhadap pakaian yang sudah jadi. Pembungkusan produk/packing. Distribusi produk jadi. c Infoware (I) Merupakan record embodied documented knowledge yang mengacu pada fakta dan formula, parameter desain. Contoh infoware seperti spesifikasi, manual, teori dan sebagainya. Infoware berubah melalui proses komulatif dari akuisisi pengetahuan. Infoware dapat mempercepat pembelajaran dan penghematan waktu dan sumberdaya. Sederhananya, peningkatan Infoware mencerminkan tingkat utilitas dari pengetahuan terkini yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai usaha. Utilitas itu sendiri tergantung pada sifat dan tipe ilmu pengetahuan (relevansi, batasan waktu, ketersediaan data dan fakta), kemampuan mencerna pengetahuan yang tersimpan, pengembangan jaringan untuk pembaharuan dan sebagainya. IKM Dedi Konveksi sendiri belum memiliki infoware yang baik. Tidak ada pencatatan data secara khusus dan rapi. Dari segi operasional lantai produksi, tidak ada panduan operasional standar : Pengadaan material dilakukan sendiri oleh owner, dan tidak ada catatan inventori material. Perkiraan biaya masih dilakukan secara sederhana. Belum maksimal dalam melakukan pemasaran melalui media elektronik (internet). Sudah memiliki pola-pola pakaian tertentu, namun tidak didokumentasikan dengan baik.

32

Harga yang ditetapkan oleh IKM Dedi Konveksi ini tergolong medium, kekuatan dari produk konveksi perusahaan ini adalah pada kualitas cutting yang baik. Harga yang ditetapkan tergantung jumlah pesanan. Penetapan harga dilakukan oleh owner. Work order tergantung jumlah pesanan, oleh sebab itu jam kerja pekerja juga tidak menentu. Sering dilakukan overtime saat jumlah order meningkat, dan jika order sedang menurun maka pekerja akan diliburkan. Tidak mempunyai catatan data teknis dan instruksi produksi langsung dari owner disesuaikan dengan spesifikasi produk yang akan dibuat. Dalam 1 hari rata-rata IKM ini menghasilkan 100 potong pakaian, namun selama ini belum ada pencatatan khusus untuk pencapaian produksi per hari. d Orgaware (O) Orgaware biasanya digunakan untuk koordinasi aktifitas dan penggunaan sumberdaya untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Komponen Orgaware berubah melalui proses praktek dan keterlibatan dalam manajemen. Tingkat kemajuan Orgaware menunjukkan peningkatan nilai tambah, kemajuan penggunaan teknik manajemen baru, metode dan keterkaitannya dengan persaingan pasar serta rasa percaya diri dalam perusahaan. IKM Dedi Konveksi baru memiliki orgaware yang sederhana. Pekerja di IKM ini hanya berjumlah 6 orang. Jumlah tenaga kerja tersebut dapat bertambah sesuai dengan kebutuhan terhadap pemenuhan pesanan yang datang. Ketika pesanan yang datang melebihi kapasitas kerja dari yang ada, maka pemilik akan mempekerjakan orang-orang tambahan. Tenaga kerja tersebut merupakan keluarga, atau teman pemilik yang tinggal di lingkungan sekitar industri dijalankan. Tujuan utama dilakukan pemilihan keluarga dan teman adalah berdasarkan kepercayaan pada kemampuan mereka. Di IKM Dedi Konveksi ini hanya ada status Pak Dedi sebagai pemilik usaha, dan pekerja yang lain merupakan tenaga kerja tanpa status jabatan. Prinsip yang digunakan adalah prinsip kekeluargaan. Tidak ada yang menjadi atasan maupun bawahan. Semua pekerja dianggap seperti keluarga yang memiliki hak yang sama. Tidak ada divisi-divisi khusus dalam manajemen perusahaan ini. Semua kegiatan hampir terpusat pada owner (dari mulai pencarian order hingga distribusi), hanya kegiatan produksi konveksinya menggunakan tenaga kerja. Tenaga kerja yang berjumlah 6 orang tersebut dididik dan belajar secara otodidak. Koordinasi pekerja langsung dilakukan oleh owner. Hubungan antar individu dalam IKM Dedi Konveksi ini masih berdasarkan kekeluargaan, hal ini bisa menjadi kelebihan sekaligus bumerang bagi IKM Dedi Konveksi. Kelebihannya, IKM Dedi Konveksi tidak perlu khawatir akan loyalitas pekerjanya karena sebagian besar pekerjanya adalah keluarga sendiri, namun disisi lain dalam IKM Dedi Konveksi ini sulit untuk menerapkan komunikasi profesional.

33

Pak Dedi owner


Bu Dedi Pekerja dan pencatat keuangan

Pekerja 1

Pekerja 2

Pekerja 3

Pekerja 4

Pekerja 5

Gambar 3.4 Gambaran Struktur organisasi pada IKM Dedi Konveksi

3.4.3. Evaluasi Kapabilitas Teknologi dan Rantai Nilai Kapabilitas teknologi adalah kemampuan tertentu untuk melaksanakan suatu aktivitas dengan teknlogi yang tersedia untuk aktifitas tersebut (Wiraatmadja, 2010). Terdapat enam macam kapabilitas teknologi yang ada pada IKM Dedi Konveksi, yaitu : Designing Segi kapabilitas teknologi ini melihat kemampuan IKM Dedi Konveksi dalam melakukan utilisasi aktual teknologi pengembangan produk perusahaan. IKM Dedi Konveksi kurang memperhatikan sisi desain produk maupun desain proses. Dari sisi desain produk, IKM Dedi Konveksi lebih banyak menerima desain yang ditentukan oleh pemberi order. Jika pemberi order tidak memiliki desain yang akan dibuat, maka owner baru akan membantu membuat desain produk. IKM Dedi Konveksi tidak banyak memiliki kreasi desain karena sebagian besar pasar merupakan lembaga pendidikan dan institusional (dimana lebih banyak menggunakan desain sederhana dan berstandar). IKM Dedi Konveksi mempunyai kekuatan cutting yang baik dalam desain prosesnya. Desain proses yang ada sekarang masih sangat standar, belum melakukan perbaikan pada proses produksinya. Acquiring Segi kapabilitas teknologi ini melihat kemampuan IKM Dedi Konveksi untuk mengadakan teknologi yang dibutuhkan mencakup kemampuan memilih dan negosiasi perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam penggalian sumberdaya dan usaha dalam mendapatkannya masih rendah, hal ini tampak pada belum mampunya mencari penambahan modal untuk pengadaan teknologi baru. Perlindungan hukum juga menjadi penghambat dalam mencari investor atau modal tambahan, karena badan usaha IKM Dedi Konveksi ini belum terdaftar secara hukum. Sumberdaya manusia yang ada tidak disiapkan untuk menghadapi perkembangan teknologi, dan tidak adanya pelatihan secara khusus membuat keahlian pekerja menjadi stagnan pada proses kerja yang kurang efektif dan efisien

34

Generating Segi kapabilitas teknologi ini melihat kemampuan IKM Dedi Konveksi dalam melakukan utilisasi teknologi pengembangan proses, yang berfokus pada tahap riset dan pengembangannya. Generating capability perusahaan tidak terlihat, dikarenakan tidak ada inovasi produk. Ini disebabkan karena perusahaan melakukan proses berdasarkan pesanan sehingga tidak ada proses perancangan produk. Selain itu karena tidak dipasarkan secara umum, maka IKM Dedi Konveksi belum melakukan pengembangan desain khusus yang menjadi kekhasan produk konveksi Dedi Konveksi yang mampu dipatenkan. Modifying Segi kapabilitas teknologi ini melihat kemampuan IKM Dedi Konveksi dalam melakukan proses memperbaiki dan memodifikasi teknologi yang ada. Modifying capability perusahaan dinilai cukup jika dilihat dari kemampuan perusahaan dalam memperbaiki kerusakan mesin. Perbaikan kerusakan mesin yang terjadi didalam perusahaan ditangani sendiri tanpa melakukan perbaikan keluar, hal ini juga menunjukan keahlian personil perusahaan. Dengan adanya keterbatasan pengetahuan tentang perawatan mesin, dalam industri ini tidak memiliki penjadwalan perawatan mesin yang baik. Mesin-mesin yang ada mendapatkan perawatan hanya pada saat mesin tersebut mengalami gangguan pada saat digunakan. Kerusakan mesin yang terjadi ditangani sendiri oleh pemilik industri karena belum pernah mengalami kerusakan berat selama masa produksi berlangsung. Namun jika dilihat dari modifikasi teknologi konveksi yang ada, IKM Dedi Konveksi ini masih belum mampu melakukan perbaikan teknologi konveksi dan masih menggunakan mesin lama dikarenakan belum memerlukan teknologi yang canggih untuk memenuhi order. Transforming Segi kapabilitas teknologi ini melihat kemampuan IKM Dedi Konveksi dalam melakukan utilisasi teknologi yang ada (THIO) secara efisien untuk proses transformasi untuk mendapatkan hasil yang optimal. Dilihat dari segi technoware, mesin-mesin konveksi yang ada diperusahaan masih menggunakan teknologi lama dan belum ada peremajaan mesin. Namun sudah dilakukan penambahan jumlah mesin. IKM Dedi Konveksi terkadang masih melakukan subcontract jika dirasa kapasitas mesin produksinya tidak memenuhi dan tidak mampu direalisasikan sesuai deadline. Jika dilihat dari humanware perusahaan, kemampuan sumberdaya manusianya hanya sebatas melakukan operasi konveksi sederhana, hal ini juga disebabkan oleh tidak adanya training atau transfer ilmu yang cukup baik. Dari sisi orgaware, IKM Dedi Konveksi ini masih tersentralisasi pada owner. Struktur organisasi perusahaan yang belum terbentuk dan masih tradisional membuat pembagian kerja tumpang tindih. Sumber daya manusia yang ada terkadang kurang memadai.

35

Sedangkan jika dilihat dari sisi infoware perusahaan tidak terstruktur secara jelas. Segala pencatatan yang berkaitan dengan bisnis perusahaan dilakukan oleh owner dan sifatnya masih tradisional. Vending Tahap akhir yang merupakan segi kapabilitas teknologi yang dimiliki IKM Dedi Konveksi dalam pemanfaatan teknologi untuk distribusi, penjualan, dan pelayanan. Vending capability yang dimiliki oleh perusahaan masih rendah, hal ini terlihat dari kurang memanfaatkan media promosi untuk meningkatkan penjualan dan perluasan pasar. Selama ini pemasaran dilakukan sendiri oleh owner dari mulut ke mulut. Kerabat dari owner ada yang membantu mencoba memasarkan lewat internet, namun hal ini hanya sementara dan tidak dikembangkan. Layanan dari segi kualitas dan distribusi sudah dilakukan dengan baik oleh IKM Dedi Konveksi. Kualitas yang baik dengan harga medium membuat IKM Dedi Konveksi masih memiliki pelanggan tetap. IKM Dedi Konveksi selalu mengedepankan ketepatan waktu dalam distribusi. Walaupun distribusi masih dilakukan sendiri secara manual (menggunakan mobil sendiri) oleh owner jika daerah jangkauan masih disekitar Bandung. Selain beberapa hal tersebut, pemanfaatan teknologi juga masih kurang dioptimalkan untuk mendapatkan informasi dari luar baik itu perkembangan teknologi ataupun untuk perkembangan pasar. 3.4.4. Evaluasi SWOT Analisis SWOT yang dilakukan dituangkan alam bentuk matriks IFE dan EFE, sehingga akan terlihat SWOT dari internal dan eksternal. a No Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Tabel 3.2 Matriks IFE IKM Dedi Konveksi

Uraian

Bobot
0.075 0.075 0.025 0.025 0.025 0.10 0.025 0.10 0.025

Rating
4 4 3 3 3 4 3 4 3

Nilai
0.3 0.3 0.075 0.075 0.075 0.4 0.075 0.4 0.075

A. KEUNGGULAN (STRENGTHS) 1 Cutting baik 2 Harga medium 3 Biaya tenaga kerja murah 4 Hubungan antar karyawan baik 5 Tidak ada biaya inventori 6 Kendali mutu produk baik 7 Maintenance cost rendah 8 Citra usaha baik 9 Memiliki konsumen tetap B. KELEMAHAN (WEAKNESSES) 1 Modal terbatas 2 Belum ada sistem manajemen dan organisasi 3 Akses pasar terbatas 4 Mesin dan peralatan terbatas 5 Tata letak lantai produksi tidak tertata

0.10 0.05 0.05 0.10 0.025

1 2 2 1 2

0.1 0.1 0.1 0.1 0.05

36

6 7 8 9

Perhitungan beban kerja karyawan tidak ada Penjadwalan kerja tidak tersedia Keterbatasan keterampilan karyawan Legalitas usaha dan produk belum ada Total IFE

0.025 0.025 0.10 0.05 1

2 2 1 2

0.05 0.05 0.1 0.1 2.525

b Matriks External Factor Evaluation (EFE)


Tabel 3.3 Matriks EFE IKM Dedi Konveksi

No

Uraian

Bobot
0.125 0.125 0.07 0.175 0.08

Rating
3 4 3 4 3

Nilai
0.375 0.5 0.21 0.7 0.24

C. PELUANG (OPPORTUNITIES) 1 Media promosi berkembang 2 3 4 5 Kebutuhan pakaian (terutama seragam sekolah) bertambah Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat lingkungan sekitar Perluasan pasar ke luar wilayah Bandung Program pemerintah mendukung industri kecil

D. ANCAMAN (THREATS) 1 Persaingan industri konveksi cukup ketat 2 3 4 5 Keterampilan pekerja di bidang konveksi yang terus berkembang. Sulit mendapatkan bantuan modal Perkembangan teknologi konveksi yang cepat Perdagangan bebas Total EFE

0.075 0.125 0.075 0.075 0.075 1

2 2 3 2 3

0.15 0.25 0.225 0.15 0.225 3.025

Setelah didapatkan Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats maka langkah selanjutnya adalah mengembangkan alternatif strategi dengan menggunakan pendekatan matriks SWOT.

37

Tabel 3.4 Tabel Alternatif Strategi IKM Dedi Konveksi

38

3.4.5. Evaluasi Sophistikasi dan Kapabilitas Teknologi a. Technoware


Tabel 3.5 Sophistikasi Technoware

Secara garis besar, technoware pada IKM Dedi Konveksi ini dapat dikategorikan sebagai general purpose facility. Hal ini disebabkan karena pada industri jenis ini utilisasi mesin
digunakan untuk melalukan operasi. Operator melakukan kontrol operasi sepenuhnya.

b. Humanware
Tabel 3.6 Sophistikasi Humanware

Secara garis besar, humanware pada IKM Dedi Konveksi ini dapat dikategorikan sebagai operating dimana mayoritas pekerjaan yang ada bersifat standar, rutin dilakukan setiap kali
bekerja, kerja fisik berada pada range yang medium, dengan kerja mental yang dapat dikatakan cukup rendah. Kebutuhan pendidikan dasar untuk tenaga kerja ini cukup setingkat SMP dengan memiliki keahlian menjahit yang dasar. Tenaga kerja seperti ini digolongkan sebagai tenaga kerja semi terampil.

39

c. Infoware
Tabel 3.7 Sophistikasi Infoware

d. Orgaware
Tabel 3.8 Sophistikasi Orgaware

40

Dari hasil analisa di IKM Dedi Konveksi ini masuk ke dalam kategori Striving. Pada kategori ini perusahaan kecil dikelola pemilik dengan modal yang kecil dan jumlah tenaga kerja yang tidak banyak. Untuk pasar IKM Dedi konveksi memiliki pasar yang cukup bervariasi namun belum banyak. Produksi pada IKM berfluktuasi dengan kelemahan kontrol terhadap suplai dan harga produk dan cenderung menggunakan fasilitas yang ada bukan yang bersifat terotomasi. Tenaga kerja dari tipe perusahaan ini juga berketerampilan rendah, modal berasal dari pribadi dan profitabilitas yang diperoleh tidak terlalu tinggi. 3.4.6. Model Penilaian Teknologi Pada tahapan ini, model penilaian teknologi untuk IKM Dedi Konveksi ini menggunakan metode Teknometrik. Tahap 1 - Estimasi derajat kecanggihan komponen teknologi Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data derajat kecanggihan komponen teknologi, pengamatan kualitatif terhadap THIO tingkat perusahaan, dan Evaluasi THIO serta pemberian skor untuk menentukan derajat kecanggihan. Kemudian komponen Technoware dan Humanware diidentifikasi pada seluruh fasilitas transformasi, sedangkan Inforware dan Orgaware pada tingkat organisasi. Pada tahap ini ditentukan juga batas atas dan batas bawah kecanggihan teknologi yang tersedia. Berikut adalah tabel penilaian untuk sophistikasi komponen teknologi: Technoware
Tabel 3.9 Derajat Kecanggihan Technoware

41

Humanware
Tabel 3.10 Derajat Kecanggihan Humanware

Infoware
Tabel 3.11 Derajat Kecanggihan Infoware

Orgaware
Tabel 3.12 Derajat Kecanggihan Orgaware

Tahap 2 Penilaian State of The Art Pada tahap ini dilakukan penentuan status komponen teknologi terhadap state of the art. Kriteria spesifik dikembangkan melalui kriteria generik UNESCAP. Kemampuan yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah pengetahuan teknis yang terkait fasilitas transformasi yang dihubungkan dengan kondisi terbaik. Kriteria skor yaitu 10 (sepsifikasi terbaik) sampai 0 (spesifikasi terendah). Jika terdapat skor antara maka menggunakan pendekatan interpolasi. Berikut adalah tabel penilaian state of the art :

42

Technoware
Tabel 3.13 Penentuan State of The Art Technoware

Humanware
Tabel 3.14 Penentuan State of The Art Humanware

Infoware
Tabel 3.15 Penentuan State of The Art Infoware

43

Orgaware
Tabel 3.16 Penentuan State of The Art Orgaware

Contoh perhitungan perbandingan state of the art untuk komponen Humanware pada tingkat pekerja adalah sebagai berikut : SHj= SH1= [

] ] [ ]

Tahap 3 Penentuan kontribusi komponen Pada tahap ini menentukan kontribusi komponen dengan menggunakan formula seperti tertuang pada persamaan (5), (6), (7), dan (8). Berikut ini adalah tabel kontribusi komponen teknologi : Contoh perhitungan untuk komponen Technoware mesin jahit (i = 1) adalah: LT1 = 3 UT1 = 6 ST1 = 0,47 Maka: Ti= [ Ti= [ ] ] .

Sehingga untuk komponen teknologi Technoware didapatkan rata-rata kontribusi sebesar 0.42.

44

Tabel 3.17 Penentuan Kontribusi Komponen

Berdasarkan hasil perhitungan kontribusi komponen teknologi di atas, dapat digambarkan dalam bentuk Web Chart Posisi Teknologi IKM Dedi Konveksi, seperti terlihat pada Gambar 3.5.

45

Technoware

0.42

Humanware Orgaware 1 0.36 0.20 1

0.51

Infoware

Gambar 3.5 Web Chart Posisi Teknologi Pada IKM Dedi Konveksi

46

BAB IV USULAN SOLUSI TEKNOLOGI

4.1 Perumusan Strategi Teknologi 4.1.1 Matriks Portfolio A.D.LITTLE A.D. Little (1981) juga membagi kematangan industri menjadi dua, yaitu industri embrionik/pertumbuhan awal dan akhir. Deteminan penentu leadership dan followership adalah kemamuan teknologi, posisi pasar dan kondisi pasar.

Gambar 4.1 Matriks Portfolio Little IKM Dedi Konveksi

Menurut kelompok kami IKM Dedi Konveksi lebih baik melakukan acquistion dalam pengadaan mesin-mesin yang ada terutama mesin jahit. Hal ini disebabkan karena dari sisi waktu teknologi mesin-mesin yang ada di IKM perlu segera diperbaiki agar kualitas produknya menjadi lebih baik serta pengerjaan job order mereka relatif stabil sehingga pengadaan mesin-mesin baru tersebut dapat diintegrasikan dengan mesin cetak yang lama sesuai kebutuhan. Karena keterbatasan dana dan tidak dimilikinya kemampuan internal development dalam pengadaan teknologi, serta market share yang relatif lemah, maka acquisition merupakan pilihan yang saat ini sangat feasible dilakukan oleh IKM Dedi Konveksi. 4.1.2 Matriks Portfolio Pemilihan SETHI Sethi (1985) menggunakan dimensi yang sedikit berbeda dengan Little (1981), yaitu posisi teknologi relatif dan peran teknologi. Posisi teknologi relatif perusahaan diukur dari perbandingan kapabilitas teknologi perusahaan terhadap pesaingnya. Peran teknologi merupakan kontribusi teknologi yang dimilikinya terhadap bisnis yang dijalankan. Akan ada empat posisi yang mungkin, yaitu bet, draw, cash-in dan fold yang penjelasannya dapat dilihat pada gambar 4.2. Posisi IKM Dedi Konveksi dibandingkan PT FIT-U Garment Industry berada pada area DRAW. Dimana posisi teknologi relatifnya masih rendah dan peran teknologi dapat dikatakan tinggi. Dengan posisi ini pilihan strategi yang dapat dilakukan IKM Dedi Konveksi adalah menambahkan investasi untuk pengembangan teknologi atau menggunakan strategi ofensif untuk memperkuat posisi teknologi.

47

Gambar 4.2 Matriks Portfolio Sethi untuk IKM Dedi Konveksi

4.1.3 Matriks Dussauge, Stuart, Ramanantosa Berdasarkan hasil penilaian teknologi yang telah dilakukan pada bab 3 diatas, diketahui bahwa kontribusi teknologi pada IKM Dedi Konveksi dapat dilihat pada gambar 3.5 web chart posisi teknologi. Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan technoware pada IKM masih cukup rendah (nilai 0.42). fakta tersebut menunjukkan bahwa kondisi mesin-mesin yang digunakan di IKM baik mesin jahit, mesin bordir, mesin potong, mesin overdeck maupun mesin piping masih tergolong semi otomatis tetapi belum bisa dikategorikan teknologi canggih. Ada beberapa mesin yang terdapat disana bisa menghasilkan produktivitas cukup baik. Pada industri konveksi sendiri sudah terdapat mesin-mesin yang jauh lebih advaced dibandingkan mesin yang ada saat ini di IKM. Walaupun kenyataannya sudah menggunakan perangkat yang semi otomatis, sehingga kapasitas produksinya dapat lebih banyak dibandingkan yang manual, tetapi teknologi konveksinya sudah berada pada posisi mature (gambar 4.4). Tipe mesin yang digunakan tidak mampu lagi untuk mengerjakan kualitas produk yang menuntut lebih tinggi lagi.

Gambar 4.3 BCG Matriks 2 dimensi IKM Dedi Konveksi

Berdasarkan model matriks BCG 2 dimensi, IKM Dedi Konveksi menempati posisi Question Marks. Hal ini menjelaskan bahwa tingginya permintaan terhadap kebutuhan konveksi mendorong perkembangan pasar konveksi menjadi tinggi tinggi, sedangkan pangsa pasar yang dimiliki Dedi Konveksi saat ini cenderung rendah dibandingkan
48

dengan usaha lain yang sejenis. Pangsa pasar Dedi Konveksi memang masih sempit, tidak seperti perusahaan konveksi yang sudah mapan. Namun dari segi peluang untuk mengembangkan pasar, Dedi Konveksi mempunyai kesempatan untuk mengembangkan pasar ke luar Bandung bahkan hingga ke luar Jawa. Pengembangan pasar mungkin terjadi karena selama ini beberapa order yang diterima Dedi Konveksi berasal dari luar daerah Bandung, jika hal tersebut dikaji lebih lanjut pangsa pasar luar daerah Bandung dapat berkembang pesat.

Gambar 4.4 Posisi IKM Dedi Konveksi Pada Siklus Teknologi

Dengan posisi pada BCG Matriks 2 dimensi berada pada area question marks, dan pada web chart posisi teknologi masih belum terlalu tinggi, maka pada matriks BCG 3 dimensi IKM Dedi Konveksi berada pada kondisi potensi pertumbuhan bisnis H, posisi pasar W dan posisi teknologi W. Posisi ini disebut Question Marks. Strategi teknologi yang sesuai untuk diterapkan pada IKM ini adalah investasi besar dalam teknologi dan posisi pasar karena pasarnya potensial, atau tinggalkan bisnis jika resiko investasi sangat besar.

Gambar 4. 5 Analisis BCG Matrix 3 dimensi untuk IKM Dedi Konveksi

49

Posisi IKM Dedi Konveksi Pada Strategi Integrasi Bisnis dan Teknologi Dari hasil analisis terhadap strategi bisnis dan strategi teknologi maka dapat dipetakan posisi IKM Dedi Konveksi pada gambar integrasi strategi bisnis dan teknologi seperti terlihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4. 6 Integrasi Bisnis dan Teknologi

Dilihat posisi integrasi strategi bisnis dan teknologi IKM Dedi Konveksi masih berada pada level menengah cenderung rendah dimana untuk strategi teknologi berada pada posisi (exploiter oriented) artinya hanya sebagai perusahaan yang memanfaatkan teknologi, dan teknologi yang dimanfaatkan sudah tergolong pada level mature pada daur hidup teknologi, sedangkan untuk strategi bisnis posisi berada pada basis kualitas oleh karena itu IKM Dedi Konvesi harus melakukan peningkatan baik di strategi bisnis maupun teknologinya. Untuk strategi bisnis rencana yang harus dilakukan yaitu : Memperbesar pangsa pasar Semakin luas pangsa pasar maka semakin meningkatkan jumlah order yang diterima. Saat ini posisi harga produk IKM Dedi Konveksi berada pasa kisaran harga medium, hal tersebut dikarenakan IKM Dedi Konveksi belum mampu menekan biaya produksi (baik dari segi efisiensi proses maupun jumlah yang harus diproduksi). Peralatan canggih Peremajaan alat konveksi perlu dilakukan. Teknologi konveksi yang canggih akan sangat memudahkan IKM Dedi Konveksi dalam mengefisienkan waktu proses serta meningkatkan produktivitas. Meningkatnya produktivitas didukung dengan efisiensi (meminimalkan waste), akan meminimasi biaya produksi.

50

Akses ke sumber bahan baku Sumber bahan baku yang dimaksudkan pada IKM Dedi Konveksi adalah sumber pemasok bahan baku konveksi (kain dan bahan atributif lainnya). Agar tetap terjangkau oleh IKM Dedi Konveksi, pemasok lebih baik dipilih yang berada disekitar Bandung terutama yang berada didekat wilayah Kolonel Masturi. Akan tetapi pemilihan pemasok juga harus mempertimbangkan segi kualitas dan harga. Keunggulan desain yang memudahkan proses manufaktur Pembuatan desain diserahkan kepada owner. Hal ini sangat menghambat proses pengerjaan jika owner berhalangan. Untuk itu diperlukan beberapa orang lagi yang dilatih untuk mampu membuat desain. Desain yang ada didukung dengan kualitas pemotongan dan penjahitan yang baik, hal ini menjadikan produk IKM Dedi Konveksi memiliki citra baik dimata pelanggan.

Perluasan pangsa pasar tersebut dapat didukung dengan melakukan perbaikan sistem internal perusahaan untuk meningkatkan produktivitas IKM, yang dirumuskan sebagai berikut: Perluasan pangsa pasar harus didukung pemasaran yang handal. Networking sangat penting untuk dilakukan oleh owner, yang bertindak sebagai ujung tombak pemasaran. Pangsa pasar yang ada diperkuat, sehingga akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan dengan munculnya pelanggan yang loyal. Salah satu usaha nyata yang dapat dilakukan dalam waktu dekat ada mengaktifkan promosi online yang pernah dibuat dengan baik. Perbaikan sistem kerja pada IKM dengan lebih menteraturkan jadwal kerja. Dengan pembagian dan penjadwalan kerja yang terorganisir dengan baik akan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja pada IKM. Dengan peningkatan tersebut akan berujung pada peningkatan produktivitas usaha dengan jumlah order yang mampu diselesaikan menjadi naik dan waktu penyelesaian order menjadi lebih pendek. 4.2 Perumusan Strategi Pengembangan Teknologi Strategi pengembangan teknologi adalah strategi yang diadaptasi oleh suatu organisasi untuk menghadapi perubahan teknologi. Berdasarkan kebutuhan dan kapabilitas pengadaan teknologi, maka menurut kelompok kami sebaiknya IKM Dedi Konveksi menerapkan strategi Sedangkan untuk strategi teknologi rencana yang harus dilakukan adalah melakukan investasi besar pada empar komponen teknologi yang didefinisikan ke dalam technoware, humanware, infoware, dan orgaware. Investasi tersebut dilakukan dalam rangka mencapai pasar yang lebih luas. Untuk masing-masing komponen dijabarkan seperti di bawah ini:

Technoware Dalam perbaikan technoware pada IKM ini, pemilik dapat melakukan pembelian mesin-mesin baru yang memiliki tingkat kecanggihan lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Mesin-mesin tersebut meliputi mesin jahit, mesin bordir, mesin overdeck, mesin piping, dan mesin potong. Pembelian mesin-mesin ini tentu saja harus mengikuti kebutuhan yang semakin meningkat dan memperhatikan kemampuan finansial IKM. Karena modal yang cukup terbatas, pembelian juga tidak harus dilakukan dalam waktu serentak. Dalam kurun waktu pembelian mesin baru, keberadaan mesin-mesin lama juga harus diperhatikan. Agar tidak menghambat proses produksi berjalan, pihak IKM harus melakukan sistem perawatan (maintenance) dengan teratur, tidak hanya pada saat terjadi kerusakan mesin.
51

Dengan adanya beberapa mesin baru dan penggunaan mesin yang lama dapat membantu memudahkan penyelesaian order yang masuk.

Humanware Jumlah tenaga kerja yang fleksibel mengikuti jumlah order yang dikerjakan ini memudahkan sistem pengupahan pada IKM. IKM sendiri memiliki 6 pegawai tetap dimana jumlah tersebut merupakan jumlah minimum dalam proses produksi IKM. Selama ini keterampilan pekerja masih dalam batasan standar, dimana keterampilan tersebut mampu menyelesaikan pesanan-pesanan dengan desain yang standar. Dalam rangka peningkatan pangsa pasar IKM Dedi Konveksi harus mampu mengembangkan desain yang lebih menarik untuk ditawarkan. Pengembangan desain tersebut juga akan menjadikan kesulitan tersendiri bagi pekerja dengan kemampuan standar. Pemilik Dedi IKM harus memikirkan adanya suatu program pelatihan (baik secara formal melalui kursus atau pelatihan keluar, ataupun secara tidak formal seperti edukasi dari rekan yang sudah lebih senior di bidang konveksi di IKM tersebut). Infoware Perbaikan untuk komponen infoware dapat dilakukan dengan perbaikan sistem pendokumentasian segala aset dan kegiatan yang dilakukan oleh IKM Dedi Konveksi. Pencatatan yang baik terhadap keberadaan aset, baik berupa kendaraan dan mesin, desain dan kuantitas order yang masuk, estimasi harga dan perhitungan harga untuk produk yang dijual, harga material dan vendor hingga aliran keuangan yang keluar dan masuk pada IKM akan memudahkan pemilik untuk memantau perkembangan sistem usahanya. Hal ini juga akan memudahkan dilakukan evaluasi terhadap jalannya usaha. Ketika suatu waktu pemilik sebagai kepala produksi berhalangan untuk melakukan produksinya, pekerja yang lain dapat pula dengan mudah melakukan transfer pengetahuan (bisa berupa SOP pekerjaan atau pengoperasian mesin) sehingga jalannya produksi tidak mengalami hambatan yang berarti. Untuk sistem pemasaran produk diusulkan melakukan promosi online. Sistem promosi tersebut membutuhkan jaringan internet yang tidak hanya membutuhkan pemahaman penggunaan, tetapi juga biaya akses dan waktu untuk maintenance sistem tersebut. Pengembangan dalam area ini dapat dilakukan pada IKM tidak dalam waktu dekat, tapi dalam jangka panjang sesuai kebutuhan dan perluasan pasar yang terus dilakukan.

Orgaware Perbaikan untuk sistem orgaware dapat dilakukan dengan menyusun struktur organisasi dan menempatkan orang-orang yang tepat pada masing-masing jabatan. Struktur organisasi ini dapat dibentuk dengan sederhana, namun akan sangat membantu untuk menunjang pembagian tanggung jawab dalam menjalankan roda bisnis ini. Dengan pembagian tanggung jawab yang jelas akan meningkatkan rasa kepemilikan dan ingin mengembangkan usaha ini secara bersama.

52

BAB V KESIMPULAN

IKM Dedi Konveksi merupakan salah satu industri kecil moderen yang bergerak di bidang konveksi. Visi IKM ini adalah menjadi salah satu industri konveksi terbaik, terdepan dan terpecaya dalam bidang produksi pakaian jadi di tingkat kotamadya Bandung serta turut serta dalam pengadaan pakaian di sekolah-sekolah, institusi maupun partai politik yang menjalin kerjasama. Untuk menunjang pencapaian visi tersebut diperlukan strategi dalam menjalankan bisnis tersebut, strategi-strategi tersebut meliputi : Strategi Korporasi Melakukan benchmarking dengan perusahaan konveksi yang lebih sukses dan berkembang, baik dalam sisi teknologi, sistem produksi dan pekerja untuk meningkatkan daya saing perusahaan. (Strategi jangka pendek) Melakukan perluasan pasar dengan menawarkan harga medium dan citra usaha yang baik. (Strategi jangka pendek dan menengah) Meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan pakaian yang terus bertambah. (Strategi jangka menengah dan jangka panjang) Strategi Bisnis Strategi bisnis yang dipilih untuk IKM Dedi Konveksi ini adalah strategi bisnis harga rendah dengan langkah-langkah yang meliputi: Memperluas pangsa pasar Peralatan canggih Memperpendek akses ke sumber bahan baku Keunggulan disain yang memudahkan proses manufaktur Perluasan pangsa pasar tersebut dapat didukung dengan melakukan perbaikan sistem internal perusahaan untuk meningkatkan produktivitas IKM, yang dirumuskan sebagai berikut: Perluasan pangsa pasar harus didukung pemasaran yang handal. Networking sangat penting untuk dilakukan oleh owner, yang bertindak sebagai ujung tombak pemasaran. Perbaikan sistem kerja pada IKM dengan lebih menteraturkan jadwal kerja. Dengan pembagian dan penjadwalan kerja yang terorganisir dengan baik akan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja pada IKM. Strategi Teknologi Technoware Dalam perbaikan technoware pada IKM ini dapat dilakukan dengan pembelian mesinmesin baru yang memiliki tingkat kecanggihan lebih tinggi dibandingkan sebelumnya dan melakukan maintenance pada mesin-mesin lama yang ada. Humanware Perlu adanya program pelatihan (baik secara formal melalui kursus atau pelatihan keluar, ataupun secara tidak formal seperti edukasi dari rekan yang sudah lebih senior di bidang konveksi di IKM tersebut).
53

Infoware Diperlukan perbaikan sistem pendokumentasian segala aset dan kegiatan yang dilakukan oleh IKM Dedi Konveksi. Pencatatan tersebut meliputi keberadaan aset, baik berupa kendaraan dan mesin, desain dan kuantitas order yang masuk, estimasi harga dan perhitungan harga untuk produk yang dijual, harga material dan vendor hingga aliran keuangan yang keluar dan masuk pada IKM. Orgaware Perbaikan untuk sistem orgaware dapat dilakukan dengan menyusun struktur organisasi dan menempatkan orang-orang yang tepat pada masing-masing jabatan.

54

REFERENSI

Ramelan, Rahardi. 2007. Peran Dan Strategi Manajemen Teknologi Dalam Membangun Sustainabilitas Industri Dan Bisnis Dalam Era Globalisasi : Kreativitas Dan Inovasi Dalam Persaingan Global. Saktyaji, Tendy.; Zairul, Alfie Novriansyah.; Hasby, Fariz M. 2010. Model Formulasi Strategi Teknologi PT Pelita Sehat Abadi.

55

You might also like