You are on page 1of 12

TUGAS

Alat Musik Daerah Jawa Tengah Jawa Barat Jawa Timur Sulawesi Sumatra Dll

Resensi
Alat Musik Daerah : Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi, dan Sumatra dll
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran

Nama : Raditya Mukti Raharjo


No Kelas Sekolah : 27 :8D : SMP Negeri 5 Surakarta

Created By Heri Syaifudin, S.Kom / Endang Wuryaningsih, S.Pd, M.Pd

Alat Musik Daerah : Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi, dan Sumatra dll.
Gamelan adalah alat musik yang terbuat dari bahan logam. Gamelan berasal dari daerah Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur juga di Jawa Barat yang biasa disebut dengan Degung dan di Bali (Gamelan Bali). Satu perangkat gamelan terdiri dari instrumen saron, demung, gong, kenong, slenthem, bonang dan beberapa instrumen lainnya. Gamelan mempunyai nada pentatonis/pentatonic. Talempong adalah seni musik tradisi dari Minangkabau/Sumatera Barat. Talempong adalah alat musik bernada diatonis (do, re, mi, fa, sol, la, ti, do)

Kolintang atau kulintang berasal dari daerah Minahasa/ Sulawesi Utara. Kolintang mempunyai tangga nada diatonis/diatonic yang semua instrumennya terdiri dari bas, melodis dan ritmis. Bahan dasar untuk membuat kulintang adalah kayu. Cara untuk memainkan alat musik ini di pukul dengan menggunakan stik. Arumba (alunan rumpun bambu) berasal dari daerah Jawa Barat. Arumba adalah alat musik yang terbuat dari bhan bambu yang di mainkan dengan melodis dan ritmis. Pada awalnya arumba menggunakan tangga nada pentatonis namun dalam perkembangannya menggunakan tangga nada diatonis.

Kendang adalah sejenis alat musik perkusi yang membrannya berasal dari kulit hewan. Kendang atau gendang dapat dijumpai di banyak wilayah Indonesia. Di Jawa barat kendang mempunyai peraanan penting dalam tarian Jaipong. Di Jawa Tengah, Bali, DI Yogyakarta, Jawa timur kendang selalu digunakan dalam permainan gamelan baik untuk mengiringi, tari, wayang, ketoprak. Tifa adalah alat musik sejenis kendang yang dapat di jumpai di daerah Papua, Maluku dan Nias. Rebana adalah jenis gendang yang ukuran bervariasai dari yang kecil hingga besar. Rebana adalah alat musik yang biasa di gunakan dalam kesenian yang bernafaskan Islam. Rebana dapat di

Created By Heri Syaifudin, S.Kom / Endang Wuryaningsih, S.Pd, M.Pd

jumpai

hampir

di

sebagian

wilayah

Indonesia.

Instrumen Musik Petik Kecapi adalah alat musik petik yang berasal dari daerah Jawa Barat. Bentuk organologi kecapi adalah sebuah kotak kayu yang diatasnya berjajar dawai/senar, kotak kayu tersebut berguna sebagai resonatornya. Alat musik yang menyerupai Kecapi adalah siter dari daerah Jawa tengah.

Sasando adalah alat daerah Nusa tenggara terbuat dari bambu sedangkan untuk anyaman daun lontar setengah bulatan.

musik petik berasal dari timur (Timor) kecapi ini dengan diberi dawai/senar resonasinya di buat dari yang mempunyai bentuk

Sampek (sampe/sapek) adalah alat musik yang bentuknya menyerupai gitar berasal dari daerah kalimantan. Alat musik ini terbuat dari bahan kayu yang di penuhi dengan ornamen/ukiran yang indah. Alat musik petik lainnya yang bentuknya menyerupai sampek adalah Hapetan daerah Tapanuli, Jungga dari daerah Sulawesi Selatan.

Instrumen Musik Gesek Instrumen musik tradisional yang menggunakan teknik permainan digesek adalah Rebab. Rebab berasal dari daerah Jawa barat, Jawa Tengah, Jakarta (kesenian betawi). Rebabb terbuat dari bahan kayu dan resonatornya ditutup dengan kulit tipis, mempunyai dua buah senar/dawai dan mempunyai tangga nada pentatonis. Instrumen musik tradisional lainnya yang mempunyai bentuk seperti rebab adalah Ohyan yang resonatornya terbuat dari

Created By Heri Syaifudin, S.Kom / Endang Wuryaningsih, S.Pd, M.Pd

tempurung kelapa, rebab jenis ini dapat dijumpai di bali, Jawa dan kalimantan selatan.

Instrumen Musik Tiup Suling adalah instrumen musik tiup yang terbuat dari bambu. hampir semua daerah di indonesia dapat dijumpai alat musik ini. Saluang adalah alat musik tiup dari Sumatera Barat, serunai dapat dijumpai di sumatera utara, Kalimantan. Suling Lembang berasal dari daerah Toraja yang mempunyai panjang antara 40-100cm dengan garis tengah 2cm. Tarompet, serompet, selompret adalah jenis alat musik tiup yang mempunyai 4-6 lubang nada dan bagian untuk meniupnya berbentuk corong. Seni musik tradisi yang menggunakan alat musik seperti ini adalah kesenian rakyat Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Papua.

Idiophone adalah bersumber dari Contohnya dll :

idiophone

alat music yang bunyinya alat music itu sendiri. angklung, gong, calempong

Membranophone Membranophone adalah alat music yang bunyinya bersumber dari kulit yang diregangkan. Contohnya : gendang,rebbana,tifa,dll. Aerophone

Created By Heri Syaifudin, S.Kom / Endang Wuryaningsih, S.Pd, M.Pd

Aerophone adalah alat music yang bunyinya berasal dari getaran udara5. kordophone Kordophone adalah alat music yang bunyinya berasal dari getaran dawai. Contohnya : gitar,kecapi,dll.

Created By Heri Syaifudin, S.Kom / Endang Wuryaningsih, S.Pd, M.Pd

Alat Musik Angklung Khas Jawa Barat Angklung merupakan sebuah alat musik tradisional terkenal yang dibuat dari bambu dan merupakan alat musik asli Jawa Barat, Indonesia. Dulunya, angklung memegang bagian penting dari aktivitas upacara tertentu, khususnya pada musim panen. Suara angklung dipercaya akan mengundang perhatian Dewi Sri (Nyi Sri Pohaci) yang akan membawa kesuburan terhadap tanaman padi para petani dan akan memberikan kebahagian serta kesejahteraan bagi umat manusia.

Anak-anak sedang memainkan angklung di Saung Udjo Angklung yang tertua di dalam sejarah yang masih ada disebut Angklung Gubrag dibuat di Jasinga, Bogor, Indonesia dan usianya telah mencapai 400 tahun. Sekarang ini, beberapa angklung tersebut disimpan di Museum Sri Baduga, Bandung, Indonesia.

Dengan berjalannya waktu, Angklung bukan hanya dikenal di seluruh Nusantara,

Created By Heri Syaifudin, S.Kom / Endang Wuryaningsih, S.Pd, M.Pd

tetapi juga merambah ke berbagai negara di Asia. Pada akhir abad ke-20, Daeng Soetigna menciptakan angklung yang didasarkan pada skala suara diatonik. Angklung telah digunakan di dalam bisnis hiburan sejak alat musik ini dapat dimainkan secara berpadu dengan berbagai macam alat musik lainnya. Pada tahun 1966, Udjo Ngalagena, seorang siswa dari Tuan Daeng Soetigna mengembangkan angklung berdasarkan skala suara alat musik Sunda, yaitu salendro, pelog, dan madenda.

Macam-macam Angklung 1. Angklung Kanekes Angklung di daerah Kanekes (kita sering menyebut mereka Badui) digunakan terutama karena hubungannya dengan upacara padi, bukan sematamata untuk hiburan orang-orang. Angklung digunakan atau dibunyikan ketika mereka menanam padi di huma (ladang). Angklung ditabuh ketika orang Kanekes menanam padi; ada yang hanya dibunyikan bebas (dikurulungkeun), terutama di Kajeroan (Tangtu, Badui Jero), dan ada yang dengan ritmis tertentu, yaitu di Kaluaran (Baduy Luar). Meski demikian, angklung masih bisa

ditampilkan di luar ritus padi dan tetap memunyai aturan, misalnya hanya boleh ditabuh hingga masa ngubaran pare (mengobati padi), sekitar tiga bulan dari sejak ditanamnya padi. Setelah itu, selama enam bulan berikutnya semua kesenian tidak boleh dimainkan, dan boleh dimainkan lagi pada musim menanam padi berikutnya. Menutup angklung dilaksanakan dengan acara yang disebut musungkeun angklung, yaitu nitipkeun (menitipkan, menyimpan) angklung setelah dipakai. Dalam sajian hiburan, angklung biasanya diadakan saat terang bulan dan tidak hujan. Mereka memainkan angklung di buruan (halaman luas di pedesaan) sambil menyanyikan bermacam-macam lagu, antara lain: "Lutung

Created By Heri Syaifudin, S.Kom / Endang Wuryaningsih, S.Pd, M.Pd

Kasarung", "Dengdang",

"Yandu "Yari

Bibi",

"Yandu

Sala",

"Ceuk

Arileu",

"Oray-orayan", "Badan Kula", "Rujak

Gandang",

"Oyong-oyong "Pileuleuyan",

Bangkong", "Gandrung

"Kokoloyoran",

"Ayun-ayunan",

Manggu",

Gadung", "Mulung Muncang", "Giler", "Ngaranggeong", "Aceukna", "Marengo", "Salak Sadapur", "Rangda Ngendong", "Celementre", "Keupat Reundang", "Papacangan", dan "Culadi Dengdang". Para penabuh angklung sebanyak delapan orang dan tiga penabuh bedug ukuran kecil membuat posisi berdiri sambil berjalan dalam formasi lingkaran. Sementara itu yang lainnya ada yang ngalage (menari) dengan gerakan tertentu yang telah baku tetapi sederhana. Semuanya dilakukan hanya oleh laki-laki. Hal ini berbeda dengan masyarakat Badui Dalam, mereka dibatasi oleh adat dengan berbagai aturan pamali (pantangan, tabu), tidak boleh melakukan hal-hal kesenangan duniawi yang berlebihan. Kesenian semata-mata dilakukan untuk keperluan ritual. Dongdong, gunjing, engklok, indung leutik, torolok, dan roel. Roel yang terdiri dari dua buah angklung dipegang oleh seorang. Nama-nama bedug dari yang terpanjang adalah: bedug, talingtit, dan ketuk. Penggunaan instrumen bedug terdapat perbedaan, yaitu di kampung-kampung Kaluaran mereka memakai bedug sebanyak tiga buah. Di Kajeroan, kampung Cikeusik, hanya menggunakan bedug dan talingtit, tanpa ketuk. Di Kajeroan, Kampung Cibeo, hanya menggunakan bedug, tanpa talingtit dan ketuk. Kanekes yang berhak membuat angklung adalah orang Kajeroan (Tangtu, Badui Jero). Kajeroan terdiri dari tiga kampung, yaitu Cibeo,

Cikartawana, dan Cikeusik. Di ketiga kampung ini tidak semua orang bisa membuatnya, hanya yang punya keturunan dan berhak saja yang

mengerjakannya di samping adanya syarat-syarat ritual. Pembuat angklung di

Created By Heri Syaifudin, S.Kom / Endang Wuryaningsih, S.Pd, M.Pd

Cikeusik yang terkenal adalah Ayah Amir (59), dan di Cikartawana Ayah Tarnah. Orang Kaluaran membeli dari orang Kajeroan di tiga kampung tersebut.

2. Angklung Dogdog Lojor

Kesenian dogdog lojor terdapat di masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan atau kesatuan adat Banten Kidul yang tersebar di sekitar Gunung Halimun (berbatasan dengan Sukabumi, Bogor, dan Lebak). Meski kesenian ini dinamakan dogdog lojor, yaitu nama salah satu instrumen di dalamnya, tetapi di sana juga digunakan angklung karena kaitannya dengan acara ritual padi. Setahun sekali, setelah panen seluruh masyarakat mengadakan acara Serah Taun atau Seren Taun di pusat kampung adat. Pusat kampung adat sebagai tempat kediaman kokolot (sesepuh) tempatnya selalu berpindah-pindah sesuai petunjuk gaib. Tradisi penghormatan padi pada masyarakat ini masih dilaksanakan karena mereka termasuk masyarakat yang masih memegang teguh adat lama. Secara tradisi mereka mengaku sebagai keturunan para pejabat dan prajurit keraton Pajajaran dalam baresan pangawinan (prajurit bertombak). Masyarakat Kasepuhan ini telah menganut agama Islam dan agak terbuka akan pengaruh modernisasi, serta hal-hal hiburan kesenangan duniawi bisa dinikmatinya. Sikap ini berpengaruh pula dalam dalam hal fungsi kesenian yang sejak sekitar tahun 1970-an, dogdog lojor telah mengalami perkembangan, yaitu digunakan untuk memeriahkan khitanan anak, perkawinan, dan acara kemeriahan lainnya. Instrumen yang digunakan dalam kesenian dogdog lojor adalah dua buah dogdog lojor dan empat buah angklung besar. Keempat buah angklung ini memunyai nama, yang terbesar dinamakan gonggong, kemudian panembal, kingking, dan inclok. Tiap instrumen dimainkan oleh seorang, sehingga

Created By Heri Syaifudin, S.Kom / Endang Wuryaningsih, S.Pd, M.Pd

semuanya berjumlah enam orang. Lagu-lagu dogdog lojor di antaranya: "Bale Agung", "Samping Hideung", "Oleng-oleng Papanganten", "Si Tunggul Kawung", "Adulilang", dan "Adu-aduan". Lagu-lagu ini berupa vokal dengan ritmis dogdog dan angklung cenderung tetap.

3. Angklung Gubrag Angklung gubrag terdapat di Kampung Cipining, Kecamatan Cigudeg, Bogor. Angklung ini telah berusia tua dan digunakan untuk menghormati dewi padi dalam kegiatan melak pare (menanam padi), ngunjal pare (mengangkut padi), dan ngadiukeun (menempatkan) ke leuit (lumbung). Dalam mitosnya angklung gubrag mulai ada ketika suatu masa Kampung Cipining mengalami musim paceklik.

4. Angklung Badeng Badeng merupakan jenis kesenian yang menekankan segi musikal dengan angklung sebagai alat musiknya yang utama. Badeng terdapat di Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, Garut. Dulu berfungsi sebagai hiburan untuk kepentingan dakwah Islam. Diduga badeng telah digunakan masyarakat sejak lama dari masa sebelum Islam untuk acara-acara yang berhubungan dengan ritual penanaman padi. Sebagai seni untuk dakwah badeng dipercaya

berkembang sejak Islam menyebar di daerah ini sekitar abad ke-16 atau ke-17. Pada masa itu penduduk Sanding, Arpaen, dan Nursaen belajar agama Islam ke Kerajaan Demak. Setelah pulang dari Demak mereka berdakwah menyebarkan agama Islam. Salah satu sarana penyebaran Islam yang digunakannya adalah dengan kesenian badeng. Angklung yang digunakan sebanyak sembilan buah, yaitu dua angklung roel, satu angklung kecer, empat angklung indung dan angklung bapa, dua

Created By Heri Syaifudin, S.Kom / Endang Wuryaningsih, S.Pd, M.Pd

angklung anak, dua buah dogdog, dua buah terbang atau gembyung, serta satu kecrek. Teksnya menggunakan bahasa Sunda yang bercampur dengan bahasa Arab. Dalam perkembangannya sekarang digunakan pula bahasa Indonesia. Isi teks memuat nilai-nilai Islami dan nasihat-nasihat baik, serta menurut keperluan acara. Dalam pertunjukannya selain disajikan lagu-lagu, disajikan pula atraksi kesaktian, seperti mengiris tubuh dengan senjata tajam. Lagu-lagu badeng: "Lailahaileloh", "Yati", "Kasreng", "Yautike", "Lilimbungan", dan "Solaloh".

5. Buncis Buncis merupakan seni pertunjukan yang bersifat hiburan, di antaranya terdapat di Baros (Arjasari, Bandung). Pada mulanya buncis digunakan pada acara-acara pertanian yang berhubungan dengan padi. Tetapi pada masa sekarang buncis digunakan sebagai seni hiburan. Hal ini berhubungan dengan semakin berubahnya pandangan masyarakat yang mulai kurang mengindahkan hal-hal berbau kepercayaan lama. Tahun 1940-an dapat dianggap sebagai berakhirnya fungsi ritual buncis dalam penghormatan padi, karena sejak itu buncis berubah menjadi pertunjukan hiburan. Sejalan dengan itu tempat-tempat penyimpanan padi pun (leuit, lumbung) mulai menghilang dari rumah-rumah penduduk, diganti dengan tempat-tempat karung yang lebih praktis, dan mudah dibawa ke mana-mana. Padi pun sekarang banyak yang langsung dijual, tidak disimpan di lumbung. Dengan demikian kesenian buncis yang tadinya digunakan untuk acara-acara ngunjal (membawa padi) tidak diperlukan lagi. Nama kesenian buncis berkaitan dengan sebuah teks lagu yang terkenal di kalangan rakyat, yaitu "cis kacang buncis nyengcle ...". Teks tersebut terdapat dalam kesenian buncis, sehingga kesenian ini dinamakan buncis. Instrumen yang digunakan dalam kesenian buncis: dua angklung indung, dua angklung ambrug, satu angklung panempas, dua angklung pancer,

Created By Heri Syaifudin, S.Kom / Endang Wuryaningsih, S.Pd, M.Pd

satu angklung enclok, tiga buah dogdog (satu talingtit, satu panembal, dan satu badublag). Dalam perkembangannya kemudian ditambah dengan tarompet, kecrek, dan goong. Angklung buncis berlaras salendro dengan lagu vokal bisa berlaras madenda atau degung. Lagu-lagu buncis di antaranya: "Badud", "Buncis", "Renggong", "Senggot", "Jalantir", "Jangjalik", "Ela-ela", "Mega

Beureum". Sekarang lagu-lagu buncis telah menggunakan pula lagu-lagu dari gamelan, dengan penyanyi yang tadinya laki-laki pemain angklung, kini oleh wanita khusus untuk menyanyi. Dari beberapa jenis musik bambu di Jawa Barat (angklung) di atas, adalah beberapa contoh saja tentang seni pertunjukan angklung, yakni: angklung buncis (Priangan/Bandung), angklung badud (Priangan Timur/Ciamis), angklung bungko (Indramayu), angklung gubrag (Bogor), angklung ciusul (Banten), angklung dog dog lojor (Sukabumi), angklung badeng (Malangbong, Garut), dan angklung padaeng yang identik dengan angklung nasional dengan tangga nada diatonis, yang dikembangkan sejak tahun 1938. Angklung khas Indonesia ini berasal dari pengembangan angklung Sunda. Angklung Sunda yang bernada lima (salendro atau pelog) oleh Daeng Sutigna alias Si Etjle (1908 1984) diubah nadanya menjadi tangga nada Barat (solmisasi) sehingga dapat memainkan berbagai lagu lainnya. Hasil pengembangannya kemudian diajarkan ke siswa-siswa sekolah dan dimainkan secara orkestra besar.

Created By Heri Syaifudin, S.Kom / Endang Wuryaningsih, S.Pd, M.Pd

You might also like