You are on page 1of 21

1) Abjad, Vokal dan Konsonan Abjad bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf sebagai berikut. Perhatikan lafal setiap huruf.

Huruf Lafal Huruf Lafal Huruf Lafal Aa [a] Jj [je] Ss [es] Bb [be] Kk [k] Tt [te] Cc [ce] Ll [el] Uu [u] Dd

[de] Mm [em] Vv [fe] Ee [e] Nn [en] Ww [we] Ff [ef] Oo [o] Xx [eks] Gg [ge] Pp [pe] Yy [ye[ Hh [ha] Qq [ki] Zz [zet] Ii [i] Rr [er] Dalam abjad itu terdapat lima huruf vokal (v), yaitu a,i,u,e,o sisanya adalah konsonan (k) sebanyak 21 huruf. Disamping 26 huruf itu, dalam bahasa Indonesia juga digunakan gabungan konsonan (diagraf) sebanyak empat pasang :
kh seperti dalam kata khusus, akhir ng seperti dalam kata ngilu, bangun ny seperti dalam kata nyata, anyam

sy seperti dalam kata syair, asyik

setiap pasangan itu menghasilkan satu fonem atau satu bunyi yang dapat membedakan arti. Karena itu,kh,ng,ny,sy masing-masing dihitung sebagai satu k (konsonan). Contoh : akhir= vkvk ngilu= kvkv anyam= vkvk syair= kvkv
1

Dalam uraian diatas v-k di atas terlihat meskipun jumlah huruf dalam setiap kata ada lima, namun jumlah v dan k untuk setiap kata hanya empat. Selain gabungan dua konsonan, ada pula gabungan dua vokal yang berurutan-harus dalam satu suku kata-menciptakan bunyi luncuran (bunyi yang berubah kualitasnya) yang berbeda dengan lafal aslinya. Perhatikan contoh dibawah ini.
Huruf diftong Contoh pemakaian dalam kata Di Awal Di Tengah Di Akhir Ai ain Syaitan Pandai Au aula Saudara harimau

Oi boikot amboi Jika vokal berurutan ai, au, dan oi terdapat dalam kata yang pelafalannya persis sama dengan huruf aslinya, vokal beruntun itu bukan diftong. Contoh ai, au, dan oi yang bukan diftong adalah yang terdapat dalam kata berikut.
mulai dilafalkan [mulai] bukan [mulay] namai dilafalkan [namai] bukan [namay] bau dilafalkan [bau] bukan [baw] mau dilafalkan [mau] bukan [maw]

dengan berpedoman pada EYD, khususnya cara pelafalan huruf hendaknya mengikuti aturan yang sudah dibakukan. Untuk membaca singkatan kata (termasuk kata asing selain akronim) yang dibaca huruf demi huruf, jika penutur sedang berbahasa Indonesia, pelafalannya harus sesuai dengan lafal huruf bahasa Indonesia.
1

Singkatan Lafal yang benar Lafal yang salah AC [a-ce] [a-se] ACC [a-ce-ce] [a-se-se] CV [ce-fe] [se-fe], [si-fi] MTQ [em-te-ki] [em-te-kyu] RCTI [er-ce-te-i] [er-se-te-i] TV [te-fe] [ti-fi] TVRI [te-fe-er-i] [te-fi-er-i] WC [we-ce] [we-se]

Jika seseorang sedang berbahasa asing, misalnya bahasa Inggris, lafal huruf dalam singkatan itu harus mengikuti aturan pelafalan bahasa Inggris. Demikian juga jika singkatan itu hendak dilafalkan dalam bahasa asing lainnya.
2.2 Pemenggalan Kata 1)Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.

a. Jika ditengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan diantara kedua huruf vokal itu. Misalnya : ma-in, sa-at, bu-ah. Huruf diftong ai, au, danoi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu. Misalnya : au-la bukan a-u-la sau-da-ra bukan sa-u-da-r-a am-boi bukan am-bo-i b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, baik secara lisan maupun tulisan. Pemilihan kedua cara bergantung pada situasi kornunikasi. Apabila situasi komunikasi itu tidak rnemungkinkan dipakai secara lisan, maka dipakailah secara tulis. Menurut I.L Marsudi (1978:118), dalam komunikasi secara lisan, situasi penuturan dikenal oleh sernua partisipan (orang yang diajak bicara dan yang berbicara). Yang dimaksud situasi antara lain berupa, gerakan-gerakan anggota tubuh yang rnenyertai pembicara, intonasi. mimik, dan sebagainya. Berbeda dengan komunikasi tulis, situasi penuturan tidak dapat dikenali oleh pembaca. Oleh karena itu, pihak pembicara (dalam ha ini penulis) berusaha untuk memperjelas situasi dengan bentuk tulis, misalnya: pemakaian tanda baca titik. tanda baca koma, tanda baca seru, dan sebagainya. Sebagaimana kenyataan yang ada, untuk memelihara pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia serta untuk menjaga keseragaman pemakaian bahasa Indonesia secara tulis. salah satu kebijaksanaan pemerintah adalah mengadakan penyempurnaan terhadap ejaan bahasa Indonesia yang sudah ada. Hasil penyempurnaan ejaan bahasa Indonesia itu disebut "Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan" dan disahkan pada tanggal 16 Agustus 1972. Sudah dua puluh enam tahun berlaku sejak ejaan itu diresmikan pemakaiannya. Namun, sampai sekarang ini kita masih menemukan banyak kesalahan ejaan terutama dalam tulisan, seperti yang terlihat dalam surat-surat kabar, majalah, dan banyak tulisan yang lain. Burhan (1972:10) mengatakan bahwa para pemuda kita pada umumnya belum mampu memperlihatkan kesanggupannya mempergunakan bahasa Indonesia yang terjaga baik secara lisan maupun tulisan. Pernyataan Burhan didukung oleh Alwasilah (1986:299) yang menyatakan bahwa cukup banyak pemakai bahasa Indonesia yang belum dapat menggunakan bahasa itu dengan baik dan benar. Termasuk di antara mereka adalah mahasiswa di perguruaan tinggi, para cendekiawan, dan para pemimpin yang menduduki jabatan yang berpengaruh. Menyadari akan masalah di atas, perlu adanya pembinaan hahasa lndoseia yang bertujuan meningkatkan kegairahan dan kebanggaan segenap lapisan masyarakat Indonesia dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dengan keyakinan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang modern yang sejajar dengan bahasa-bahasa lain (Muslich, 1987:16). Adapun salah satu pembinaan bahasa Indonesia yang bersifat formal meliputi pengajaran di sekolah-sekolah khususnya tentang penggunaan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang

harus dilaksanakan secara baik dan benar agar tujuan pengajaran dapat tercapai, dengan harapan siswa memahami cara menulis ejaan dengan ejaan yang benar dan dapat mengkomunikasikan ide / pesan secara tertulis maupun lisan. Berkaitan dengan upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia di atas, maka pengajaran bahasa Indonesia di lembaga-lembaga pendidikan formal perlu mendapat perhatian dan penanganan serius. Bagi Burhan, permasalahan ini perlu mendapat perhatian yang serius karena di samping berfungsi untuk penguasaan berbahasa, juga untuk rnenanamkan kesadaran siswa bahwa bahasa Indonesia harus benar-benar dipelihara, dihargai setinggi-tingginya dan dipakai dalam mendukung kebudayaan nasional dalam arti luas (Burhan, 1972:65). Mengingat pentingnya ejaan bahasa Indonesia bagi Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam kegiatan tulis-menulis maka dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul Kemampuan Menggunakan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan Siswa Kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan. Siswa yang menjadi obyek penelitian adalah siswa kelas XI, sesuai dengan kurikulum, siswa kelas XI sudah mernperoleh pelajaran EYD. Selain itu, jangkauan pembinaan EYD pada siswa kelas XI masih panjang. Sebenarnya sudah banyak penelitian yang mengkaji masalah ejaan, baik penelitian yang mengambil sampel siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA). Diantaranya seperti penelitian yang dilakukan oleh S.Yonohudiono dengan judul Kemarnpuan Pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SMP Negeri SeKodya Malang. Aspek yang dileliti adalah penilaian huruf, yang meliputi pamakaian abjad, pemakaian vokal, pemakaian huruf konsonan, dan pemakaian suku kata. Penulisan huruf, yang meliputi penulisan kata dasar, penulisan kata turunan, pcnulisan kata ulang, dan penulisan gabungan kata. Pemakaian tanda baca, yang melipuli titik. koma, tanda seru, tanda kurung, dan tanda hubung. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa rata-rata siswa mampu dalam pemakaian ejaan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Penelitian ini memiliki pcrsamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaannya terletak pada masalah yang diteliti yaitu ejaan, sedangkan perbedaannya terletak pada jangkauan masalah yang diteliti. Penelitian pertama merupakan sebagian dari masalah dalam penelitian ini. Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa. Guru diharapkan dpat menambah wawasan pengetahuan tentang bahasa Indonesia dan pengajarannya. Sedangkan siswa dapat mempclajari kata-kata tersebut sehingga mereka dapat menulis seperti orang dewasa.

2.1 Jangkauan Masalah

Penelitian dengan judul Kemampuan Menggunakan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan Siswa Kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan Tahun Pelajaran 2007/2008 mempunyai cakupan masalah yang sangat luas. Adapun masalah yang dimaksud adaah sebagai berikut. 1). Pemakaian huruf meliputi : a) abjad; b) vokal; c) konsonan; d) diftong; e) persukuan; dan f) nama diri. 2). Penulisan huruf meliputi: a) huruf kapital; dan b) huruf miring 3). Penulisan tanda baca meliputi a) tanda baca titik; b) tanda baca korna; c) tanda baca titik korna; d) tanda baca titik dua; e) tanda baca hubung, f) tanda baca pisah; g) tanda baca elipsis. h) tanda baca tanya; i) tanda baca seru; j) tanda baca kurung; k) tanda baca petik; 1) tanda baca garis iniring; dan m) tanda baca penyingkat (apostrof). 4). Penulisan kata meliputi: a) kata dasar; b) kata turunari; c) kata ulang; d) gabungan kata; e) kata ganti ku, kau, mu dan nya; f) kata depan di, ke, dan dan; g) partikel lah, kah, dan tab; h) singkatan dan akronim; dan i) angka dan lambang bilangan.

2.2 Pembatasan Masalah Melihat luasnya masalah maka peneliti perlu membatasi masalah. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini sehagai berikut. 1). Penulisan huruf kapital. 2). Penulisan tanda baca meliputi: a) tanda baca titik, b) tanda baca koma, dan c) tanda baca hubung. 3). Penulisan kata meliputi: kata depan dan kata ulang. 2.3 Rumusan Masalah Masalah-masalah pokok yang perlu mendapat jawaban dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1) Bagaimanakah kemampuan siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan dalam menggunakan huruf kapital ? 2) Bagaimanakah kemampuan siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan dalam menggunakan tanda baca titik? 3) Bagaimanakah kemampuan siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan dalam menggunakan tanda baca koma? 4) Bagaimanakah kemampuan siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan dalam menggunakan tanda baca hubung? 5) Bagaimakah kemampuan siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan dalam menuliskan kata depan? 6) Bagaimanakah kemampuan siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan dalam menuliskan kata ulang?. 3. Tujuan Penelitian 3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran (deskriptif) tentang kemampuan menggunakan ejaan yang disempurnakan siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan

3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk rnernperoleh gambaran (deskriptif) tentang kemampuan siswa Kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan dalam menerapkan ejaan yang disempurnakan ditinjau dari aspek: 1. penulisan huruf kapital, 2. penulisan tanda baca titik, 3. penulisan tanda baca koma, 4. penulisan tanda baca hubung, 5. penulisan kata depan, dan 6. penulisan kata ulang.

4. Hasil Yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini berupa laporan yang berbentuk skripsi. Laporan tersebut berisi deskripsi tentang : 1) kemampuan menggunakan huruf kapital siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan; 2) kemampuan menggunakan tanda baca tilik siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan; 3) kemampuan menggunakan tanda baca koma siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan; 4) kemampuan menggunakan tanda baca hubung siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan; 5) kemampuan menuliskan kata depan siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan; dan 6) kemampuan menuliskan kata ulang siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan. 5. Asumsi dan Hipotesis 5.1 Asumsi Asumsi dipakai sebagai landasan dalam penelitian ini dapat diperinci sebagai berikut.

Dalam pengajarannya, guru SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Semua siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan telah mendapatkan pelajaran ejaan yang telah disempurnakan. Siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan telah memperoleh pengajaran dengan menggunakan metode dan teknik yang sama. Siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan memiliki ciri homogen. Kemampuan menenakan Eaan Yang Disempuakan siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan dapat diukur dengan tes.

5.2 Hipotesis Untuk mengarahkan keseluruhan proses penelitian ini, maka dipegang sejumlah hipotesis sebagai berikut : siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan mampu menggunakan huruf kapital; siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan mampu rnenggunakan tanda baca titik; 3) siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan mampu menggunakan tanda baca koma; siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan mampu menggunakan tanda baca hubung; siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan mampu menuliskan kata depan; dan siswa kelas XI SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan mampu menuliskan kata ulang.

5.2.1 Kriteria Penerimaan Hipotesis Dan beberapa hipotesis tersebut perlu juga dicantumkan kriteria penerimaan. Adapun kriteria hipotesis sebagai berikut:

hipotesis 1 dinyatakan benar apabila siswa mampu menggunakan huruf kapital 75% alau lebih dan jumlah sampel mendapat nilai 6 ke atas. hipotesis 2 dinyatakan benar apabila siswa mampu menggunakan tanda baca titik 75% atau lebih dan jumlah sampel mendapat nilai 6 ke atas; hipotesis 3 dinyatakan henar apabila siswa mampu menggunakan tanda baca korna 75% atau lebih dan jumlah sampel mendapat nilai 6 ke atas; hipotesis 4 dinyatakan benar apabila siswa mampu menggunakan tanda baca hubung 75% atau lebih dan jumlah sampel mendapatkan nilai 6 ke atas; hipotesis 5 dinyatakan benar apabila siswa mampu menuliskan kata depan 75% atau lebih dan jurnlah sampel mendapatkan nilai 6 ke atas; dan hipotesis 6 dinyatakan benar apabila siswa mampu menuliskan kata ulang 75% atau lebih dan jumlah sampel mendapat nilai 6 ke atas. 6. Penegasan Istilah Penegasan istilah dalam penelitian ini akan memberikan batasan pengertian terhadap istilah-istilah tertentu yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun hal tersebut dimaksudkan agar tidak menimbulkan salah pengertian terhadap istilah tersebut. Adapun istilah yang dimaksudkan adalah sebagai berikut. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kepandaian untuk melakukan sesuatu. Menggunakan adalah memakai atau menggunakan ejaan secara baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Ejaan Yang Disempurnakan. EYD adalah ejaan bahasa Indonesia yang telah mengalami penyempurnaan sejumlah aturan atau kaidah yang berisi tentang pedoman umum pelambangan bunyi ujaran dan bagaimana antar relasi antar lambang-lambang itu (pemisahan, penggabungan), yang berlaku dalam bahasa Indonesia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka ini disajikan dalam upaya memperoleh pemahaman tentang masalahmasalah yang relevan dengan penelitian ini. Sepertinya tidak mungkin dari sekian banyak bahan atau sumber pustaka yang berkaitan diulas semuanya. Kepustakaan yang digunakan dalarn penelitian ini dibatasi dengan pertimbanganpertimbangan sebagai berikut:

1) relevan dengan objek dan tujuan penelitian; dan 2) kemudahan mendapatkan bahan puslaka dan terjangkau oleh peneliti. 2.1 Sejarah Perkembangan Ejaan di Indonesia Bahasa Indonesia dinyatakan sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928, bahasa lndonesia mengalami perkembangan baik dalam struktur, kosa kata, maupun ejaan. Sebelum tahun 1900 setiap peneliti bahasa Indonesia (pada waktu itu bahasa melayu) membuat sistim ejaan sendiri-sendiri, sehingga tidak ada keseragarnan atau tidak terdapat kesatuan dalam ejaan. Keadaan simpang-siur ini diatasi dengan menetapkan suatu ejaan bahasa melayu yang berlaku untuk seluruh wilayah Hindia Belanda. Pada tahun 1900 Charles Adrisan Van Ophuysen mendapat perintah Hindia Belanda untuk membuat sebuah konsep ejaan bahasa Melayu dengan huruf latin yang akan dipergunakan dalam pengajaran hahasa Indonesia. Berdasarkan rancangan Ch. A. Ophuysen dengan hantuan Engku Nawawi gelar Soetan Mamoer dan Muhammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini berlaku sampai diproklamasikannya bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928, bahwa berlaku pada jaman Jepang hingga jaman Republik Indonesia tahun 1947. Ejaan Van Ophuysen masih perlu pembenahan. Salah satu sebabnya ejaan tersebut belum mengatur penulisan unsur asing terutama yang berasal dan bahasa Arab. Kebutuhan akan perbaikan ini semakin mendesak setelah Indonesia merdeka. Langkah penyempurnaan selanjutnya ialah dengan ditetapkan ejaan Republik Indonesia atau Soewandi. Rencana pembaharuan ejaan tersebut terwujud pada tahun 1947 dengan SK menteri pengajaran, pendidikan dan kebudayaan Mr. Soewandi bernomor 26/Bhg.A. tanggaI 19 Maret 1947, yang isinya memberlakukan ejaan baru mulai tanggal 15 April 1947, secara resmi harus dipakai oleh semua bagian, dan lembaga lain. Mulai diajarkan di sekolah-sekolah pada tahun 1947/1948. Ejaan Soewandi pada perkembangannya juga dirasakan oleh para ahli bahasa dan pemakai bahasa masih banyak kekurangannya dan kelemahannya. Maka pada akhir tahun 1959 diadakanlah kongres bersama Indoncsia-Melayu yang menghasilkan konsep ejaan bersama yang disebut "Ejaan Malindo" namun gagal akibat perkembangan politik. Sesuai dengan laju pembangunan nasional, lembaga bahasa dan kesusastraan pada tahun 1968 menjadi pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa Indonesia secara menyeluruh. Berdasarkan surat keputusan Menteri P dan K Sarino Mangunpranoto tanggal 19 September 1967, disahkan panitia Ejaan Bahasa Indonesia untuk menyusun konsep ini ditanggapi dan dikaji oleh kalangan luas di seluruh tanah air selama beberapa tahun (Tarigan, 1986:8). Di dalam komite bersama yang dikeluarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mashuri dan Menteri Pelajaran Malaysia Husein Onn pada tahun 1972, rancangan

disetujui untuk bahan dalam usaha bersama di dalam pengembangan bahasa nasional kedua negara. Dengan SK menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 03/A.1/72, maka pada peringatan hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 7 Agustus 1972, diresmikan aturan ejaan yang berdasarkan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972 dengan Ejaan Yang Disempumakan atau disingkat EYD. 2.2 Pengertian Ejaan Ditinjau secara logis, ejaan adalah cara atau aturan menuliskan kata-kata dengan huruf. Secara umum ejaan adalah sistem pengaturan tentang simbol-simbol bunyi ujaran. baik yang berkaitan dengan sambungan, peinisahan dan perhentian di dalam suatu bahasa ( TIM Bahasa Indonesia, 1979:77). Sejalan dengan pengertian di alas, Badudu (1984:31) memberi batasan ejaan sebagai pelambangan fonern dengan huruf. Tarigan (1986:2) mengartikan ejaan adalah cara atau aturan menuliskan kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa. Tinjauan lain tentang ejaan, ialah bentuk akhir bahasa yang ditandai oleh lambang (gambar-gambar) hunvi. Dalam hal ini ejaan rnemudahkan orang untuk mengetahui apa yang dilisankan seseorang (Saefoedin, 1973: 23). Lebih jauh Keraf (1976: 50-51) menjelaskan bahwa yang dimaksudkan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana inter-relasi antar lambang-lambang itu (peinisah, penggabungannya) dalam suatu bahasa. Ejaan suatu bahasa tidak saja pada persoalan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana mendapatkan tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagairnana memotong-motong suatu kata, bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan niaupun antara kata dengan kata. Pemotongan itu berguna terutarna bagaimana kita harus memisahkan huruf- huruf itu pada akhir suatu baris, bila baris tidak rnemungkinkan kita menuliskan seluruh kata di sana. Pandangan Keraf, sama dengan pandangan Arifin dan Amran (1986: 25) yang menyatakan bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungan dalam suatu bahasa). Pandangan-pandangan tentang ejaan di atas, jika diperhatikan batasan yang diberikan oleh Keraf dan Arifin serta Amran dapat dipandang lebih lengkap. Dikatakan demikian

sebab ejaan tidak hanya berfungsi mewakili fonem-fonem, morfem-morfem, melainkan juga menyangkut bagaimana antar hubungan antara lambang-lambang itu.

2.3 Ciri-ciri Penandaan Ejaan Yang Disempurnakan Ciri-ciri penandaan ejaan yang disempumakan dibahas pada bagian ini meliputi : (1) penulisan huruf kapital; (2) penulisan tanda baca; titik, koma, dan tanda hubung; serta (3) penulisan kata depan dan kata ulang. 2.3.1 Pemakaian Huruf Kapital a. Huruf kapital dipakai sebagi huruf pertama kata awal kalimat. Contoh : Bagaimana itu bisa terjadi ? Saya ingin makan. b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh : Ayah bertanya. "Dimana rumah pak Camat?" "Besok saya akan pergi ke Surabaya" kata Unang. c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan-ungkapan yang berhubungan dengan hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan termasuk kata gantinya. Contoh : Allah Swt Islam Al-Quran Kristen Al-Masih Yang Maha Kuasa d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh : Haji Abu Bakar Nabi Ismail Sultan Agung Tirtayasa e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang. Contoh : Presiden Husni Mubarak Jenderal Wiranto f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. Contoh : bangsa Kongo bangsa Melayu suku Indian g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama orang.

Contoh : Oranda Sarasehan Hasanal Bolkiah h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama hari, bulan, tahun, hari raya dan peristiwa sejarah. Contoh : hari Jumat bulan September tahun Hijriyah perang Badar i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas geografi Contoh : Pulau Kangean Asia Tenggara j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan, dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi. Contoh: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Piagam Jakarta Kerajaan Majapahit k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata untuk nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel seperti : di, ke, dan, untuk dan yang, yang mana tidak teretak pada posisi awal. Contoh: Azab dan sengsara Pelajaran Bahasa Indonesia untuk sekolah Menengah Atas Dan Ave Maria kejalan lain ke Roma. l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, adik, kakak, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti sapaan. Contoh : Kapan Ayah datang ? Itu siapa, bu? Besok Adik dan Paman akan datang. m. Huruf kapital dipakai sebagai singkatan nama gelar, dan sapaan. Contoh : Ir. Insinyur Ny. Nyonya 2.3.2 Pemakaian Tanda Baca 1) Tanda Baca Titik (.) a. Tanda baca titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Contoh: Andi membeli baju baru. Baskoro naik sepeda. b. Tanda baca titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Contoh : A. Raychan

Ach. Khatami

Tanda baca titik dipakai pada akhir singkatan gelar. jahatan, pangkat, dan sapaan Contoh : S.E Sarjana Ekonomi S.H Sarjana Hukum Kol. Kolonel Tanda baca titik dipaki pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya satu tanda titik. Contoh : tgl. Tanggal dkk. dan kawan-kawan Tanda baca titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit dan detik untuk menunjukkan waktu. Contoh : 6.20.55 (6 jam, 20 menit, 55 detik) Tanda baca titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dan huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya atau yang terdapat di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat. Contoh : Sekjen (Sekretaris Jenderal) ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) Ormas (Organisasi Masyarakat) Tanda baca titik tidak dipakai dalam singkatan lambang, kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang. Contoh : Na Natrium 5 cm Panjangnya lima cm 2) Tanda Baca Koma (,)

Tanda baca koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dan kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti, tetapi, melainkan. Contoh : Ayah bukan pergi ke Kalimantan, melainkan ke Jawa Tengah. Saya ingin membeli buku, tetapi uangnya kurang. Tanda baca koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dan induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. Contoh : Karena ada tamu, Ani tidak jadi pergi. Kalau menjelang maghrib, saya dilarang keluar. Tanda baca koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dan induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat. Contoh : Ibu tidak akan pergi kalau hari hujan. Toni tidak jadi beli baju karena uangnya kurang. Tanda baca koma dipakai di belakang ungkapan atau kata penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat yang termasuk di dalamnya, oleh karena itu, jadi, lagi pula, akan tetapi, begitu, meskipun. Contoh : Oleh karena itu, kita harus membayarnya sekarang juga. Jadi , kita harus pergi sekarang juga. Tanda baca koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilang. Contoh: Ayah membeli cat, kaca, dan busa. Satu, dua tiga! Tanda baca koma dipakai diantara narna dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal, dan tempat dan wilayah atau negeri yang dituliskan berurutan. Contoh : Bapak Hans Pambudi, Jalan Sartono No.04 Malang Malang, 15 Agustus 1977 Surat-surat ini harap dikirimkan, ke kepala Desa Arjasa Tanda baca koma dipakai diantara tempat penerbitan, nama penerbitan dan tahun penerbitan. Contoh : Yuwono, Salim Santoso, Drs. Perkemhangan Sastra Thdonesia, Surabaya,Bina Sarana, 1988.

Tanda baca koma dipakai diantara nama orang dan gelar akadeini yang mengikutinya, untuk membedakan dan singkatan nania keluarga atau marga. Contoh : D. Sastranegara, S.H. Ny. Sri Wulandari, M.A. Tanda haca korna dipakai dimuka angka persepuluhan dan di antara rupiah dan sen dalam bilangan Contoh : 44,50 Kg Rp 25,25,Tanda baca koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi. Contoh : Ayah Sadeli, Pak Kohar, termasuk orang kaya di kampung ini. Di daerah ini, kami, misalnya masih hanyak pemuda yang hanya lulusan sekolah dasar.

3. Tanda Baca Hubung (-) Tanda baca hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian garis. Contoh : .. mari kita menunjukkan prestasi yang baik. Tanda baca hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada baris. Contoh : . cara yang baik mengambil bola. . merupakan alat pertahanan perang yang cukup canggih. Tanda baca hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagianbagian tanggal. Contoh : t-a-n-a-m-a-n 15-8-1972 Tanda baca hubung dapat dipakai untuk merperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.

Contoh : ber-evolusi isteri-guru yang ramah 2.3.3 Penulisan Kata Kata Depan Kata depan di, ke, dan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya sebagai kata seperti kepada dan daripada. Contoh : Arman duduk di kursi. Paman pergi ke Surabaya. Kata Ulang Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan rnenggunakan tanda hubung. Contoh : anak-anak gerak-gerik turun-temurun. http://farid-bionet.myflexiland.com/73054/skripsi-bahasa-indonesia

You might also like