You are on page 1of 82

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) PADA SISWA KELAS V DI SDN PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2008-2009


THE IMPLEMENTATION OF STUDY GUIDANCE SERVICES OF ISLAM EDUCATION FOR THE 5TH GRADE PURWOMARTANI ELEMENTARY SCHOOL STUDENT KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA 2008-2009

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam

SKRIPSI

OLEH : SITI MASTUTI 07422085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2010

LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama NIM Program Studi Fakultas Judul Skripsi : SITI MASTUTI : 07422085 : Pendidikan Agama Islam : Fakultas Ilmu Agama Islam : Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Pada Siswa Kelas V di SDN Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2008-2009 Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib yang berlaku di Univesitas Islam Indonesia. Demikian, Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tidak dipaksakan. Penulis, Yogyakarta, 31 Desember 2009

Siti Mastuti

ii

Skripsi PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) PADA SISWA KELAS V DI SDN PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2008-2009 Oleh: Siti Mastuti 07422085 telah dimunaqasahkan di depan Dewan Munaqasah Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, dan dinyatakan diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam TIM PENGUJI SKRIPSI Nama Drs. H. Hujair A.H. Sanaky, M.Si. Dra. Hj. Sri Haningsih, M.Ag. Drs. Nanang Nuryanta, M.Pd Drs. H. A.F. Djunaidi, MAg Jabatan Ketua Sekretaris Pembimb./Penguji I Penguji I Tanda Tangan _______ _______ _______ ___

Yogyakarta, Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia

iii

ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar PAI (Pendidikan Agama Islam) beserta faktor-faktor yang menghambat Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar PAI di SDN Purwomartani Tahun Ajaran 2008/2009. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Subyek penelitian ini adalah dua orang guru Pendidikan Agama Islam kelas Va dan Vb. Instrumen menggunakan pedoman wawancara dan pedoman observasi. Data yang terkumpul dianalisis secara induktif sedangkan untuk mempertinggi validitas digunakan trianggulasi dan pengamatan secara terus-menerus. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar PAI pada Siswa kelas V di SDN Purwomartani berjalan terpadu dengan proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru PAI Kelas Va dan Vb. Layanan Bimbingan dilaksanakan sebagai Berikut: a) Bimbingan penempatan dan penyaluran yang berupa bimbingan atau pengarahan terhadap bakat siswa sesuai dengan kegiatan ekstra kulikuler yang disediakan di sekolah. b) Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, dilakukan dengan pengamatan sikap dan kebiasaan belajar siswa, hasil belajar dan tes kemampuan dasar. c) Pemberian bantuan pengentasan masalah belajar, meliputi: Pengajaran perbaikan, pendalaman materi, kegiatan pengayaan, kegiatan remedial dan peningkatan motivasi belajar siswa. Faktor yang menghambat pelaksanaan layanan bimbingan belajar di SDN Purwomartani yaitu gaya mengajar guru yang monoton, tidak menggunakan metode belajar yang bervariasi, minat belajar siswa yang rendah. Implikasi dalam penelitian ini adalah bahwa layanan bimbingan di SDN Purwomartani sudah terlaksana namun perlu ditingkatkan dengan cara meningkatkan pemahaman dan penerapan tentang layanan bimbingan belajar yang terpadu dengan proses belajar mengajar bagi guru PAI kelas Va dan Vb. Selain itu peningkatan juga bisa dilakukan dengan memberi layanan bimbingan yang terprogram dengan baik seta penerapan metode dan bahan yang bervariasi.

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidyah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan. Penulisan Skripsi ini terselesaikan tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Sc., Rektor UII Yogyakarta telah memberikan kesempatan kuliah di UII Yogyakarta 2. Bapak Drs. H. M. Fajar Hidayanto, MM, Dekan FIAI, UII yang telah banyak memberikan saran dan arahan sehingga skripsi ini terselesaikan. 3. Bapak Dr. Drs. H. Ahmad Djarmaji, M.Pd. Ketua Prodi FIAI UII yang telah menentukan usulan judul skripsi sehingga penulis dapat mengadakan penelitian. 4. Bapak Drs. Nanang Nuryanta, M.Pd. Pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi dan arahan-arahan demi terwujudnya skripsi ini. 5. Bapak/Ibu Dosen FIAI UII yang telah memberikan bekal pengetahuan sehingga mendukung terwujudnya sekripsi ini.

6. Bapak Sarjono, A.Ma. kepala SD Purwomartani yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 7. Segenap guru SD N Purwomartani yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Semoga dukungan dan bantuannya menjadi amal baik yang Insya Allah akan memperoleh balasan dari Allah SWT. Amin. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Yogyakarta, 31 Desember 2009

Siti Mastuti Nim: 07422085

vi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii ABSTRAK............................................................................................................. iv KATA PENGANTAR ............................................................................................v DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1 Latar Belakang .......................................................................................1

Rumusan Masalah ........................................................................................5 Tujuan Penelitian .........................................................................................5 Manfaat Penelitian .......................................................................................5 Sistematika Penulisan ..................................................................................6 BAB II LANDASAN TEORI ...............................................................................8 Tinjauan Tentang Layanan Bimbingan Belajar PAI ........................................8 BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................26 Pendekatan Penelitian ...............................................................................26 Tempat Penelitian .....................................................................................27 Subjek Penelitian........................................................................................27 Setting Penelitian .......................................................................................28 Metode Pengumpulan Data .......................................................................29 Instrument Penelitian ................................................................................31 Analisis Data ..............................................................................................33

vii

Keabsahan Data .........................................................................................35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................................38 Subyek Penelitian ...................................................................................................38 Kondisi Lingkungan SD N Purwomartani ......................................................40 Kegiatan Belajar Mengajar ....................................................................................44 Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar ...........................................................48 Faktor penghambat Pelaksanaan Bimbingan Belajar PAI ...............................66 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .........................................68 Kesimpulan .....................................................................................................68 Implikasi...........................................................................................................70 Saran .........................................................................................................................70 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................72

viii

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel distribusi kecerdasan IQ...................................................................17 Tabel 3.1 Tabel kisi-kisi pedoman wawancara layanan bimbingan PAI ...................32 Tabel 3.2 Tabel kisi-kisi observasi layanan bimbingan belajar PAI ..................33

Tabel 4.1 Tabel daftar subyek penelitian ...................................................................38 Tabel 4.2 Tabel layanan bimbingan belajar ...............................................................49 Tabel 4.3 Tabel jumlah siswa Va dan Vb ..................................................................51 Tabel 4.4 Tabel hasil tes intelegensi siswa kelas Va dan Vb .....................................52 Tabel 4.5 Tabel daftar siswa yang mengalami keterlambatan belajar .......................57 Tabel 4.6 Tabel daftar siswa yang sangat cepat belajar .............................................60 Tabel 4.7 Tabel jenis masalah bimbingan yang diberikan .........................................64

ix

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan bidang pembangunan yang sangat penting, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini selaras dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI No. 20 tahun 2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional tersebut dapat dicapai salah satunya melalui proses pendidikan Sekolah Dasar (SD/Madrasah Ibtidaiyah (MI)). Di SD/MI siswa sebagai pelaku dalam proses pendidikan walaupun dari segi usia relatif sama akan tetapi dari sifat-sifat lainya terdapat perbedaanperbedaan. Sebagian dari mereka ada yang ketika masuk SD/MI telah memperoleh pengalaman pendidikan di taman kanak-kanak dan sebagian lagi langsung masuk SD/MI. Apalagi jika dikaitkan dengan seleksi penerimaan siswa SD/MI yang hanya mempertimbangkan suku maupun status sosial ekonomi siswa maka keadaan ini akan menyebabkan sekolah menampung siswa yang memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainya.

Perbedaan-perbedaan

tersebut

menyangkut

kapasitas

intelektual,

ketrampilan, motivasi, persepsi, sikap, kemampuan, minat, latar belakang keluarga dan lain-lain. Keadaan ini memungkinkan timbulnya konflik-konflik batiniah seperti ketegangan emosional, tingkah laku yang agresif, perasaan harga diri kurang, perasaan harga diri lebih dan lain sebagainya (Suyatinah, 1997:3). Akhirnya dapat diperkirakan bahwa siswa dalam belajarnya pun mengalami perbedaan pula baik dalam kecepatan belajarnya maupun keberhasilan yang dicapai siswa itu sendiri. Dari perbedaan-perbedaan yang ada pada diri siswa, tentunya hambatan-hambatan dalam belajar juga beragam. Seperti sikap kebiasaan belajar yang salah, kurangya motivasi, gangguan emosional, beban belajar yang terlalu berat dan lain sebagainya. Agar siswa dapat mengatasi hambatanhambatan tersebut, tentunya peran bimbingan dan konseling sangat besar. Salah satunya perlu diberikan layanan bimbingan belajar yang baik untuk dapat menguasai pengetahuan agama dan ketrampilan serta mempersiapkanya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan membantu memecahkan masalah yang mengganggu dalam belajar. Dari pengertian di atas terkandung arti bahwa layanan bimbingan belajar PAI perlu dilaksanakan di sekolah dasar apalagi mengingat bahwa sekolah dasar merupakan pendidikan yang paling dasar yang akan berpengaruh pada kehidupan siswa selanjutnya. Untuk pendidikan dasar pada saat ini layanan bimbingan dilaksanakan secara terpadu dengan proses pembelajaran dan ditangani oleh guru kelas/guru agama. Dalam melaksanakan

bimbingan tugas pokok guru kelas/guru agama adalah menyusun program bimbingan, evaluasi pelaksanaan program bimbingan, analisis hasil

pelaksanaan bimbingan dan tidak lanjut dalam program bimbingan terhadap siswa yang menjadi tanggung jawabnya (Keputusan Menpan No.93, 1995). Dari sini tampak bahwa dalam tugas guru sebagai pengatur melekat pula sebagai pembimbing. Guru tidak hanya bertugas menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan waktu dan target yang telah ditetapkan namun bertanggung jawab pula untuk melaksanakan bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan tugas ini guru perlu memperhatikan karakteristik perilaku siswa sebagai dasar dalam menentukan jenis bantuan yang akan diberikan khususnya bantuan mengatasi kesulitan belajar PAI yang dihadapi siswa. Dengan masalah ini perlu diungkap bagaimana realitas pelaksanaan bimbingan dan konseling di SD/MI khususnya dalam bidang layanan bimbingan belajar PAI siswa. Maka keadaan ini yang akan menyebabkan ketidaksamaan prestasi siswa dalam kaitan belajar terutama pelajaran PAI. Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat di identifikasi adalah sebagai berikut: 1. Banyaknya anak didik kelas V belum bisa membaca Al-Quran. 2. Belum terpenuhinya nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) PAI di SD N Purwomartani. 3. Pendidikan di sekolah masih menekankan pada nilai kognitif semata, sedang aspek yang lainnya kurang mendapat porsi yang memadai.

Adapun Bentuk layanan bimbingan pelajaran PAI yang digunakan adalah 1) Pengajaran perbaikan, 2) Kegiatan pengayaan, 3)Peningkatan motifasi belajar, 4) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Adapun penulis memilih SD Purwomartani sebagai lokasi penelitian karena SD purwomartani merupakan SD inti dari 5 SD Yaitu: 1. SD Muhammadiyah Kadisoka 2. SD Muhamadiyah Bayen 3. SD Sambiroto I 4. SD Sambiroto II 5. SD Karang Nongko II SD Purwomartani memiliki 376 siswa sehingga terdapat banyak ragam latar belakang siswanya. Adapun alasan lain yang menjadi daya tarik penulis dalam meneliti SD Purwomartani karena letak geografis SD Purwomartani merupakan perpaduan lingkungan antara penduduk perumahan (pendatang) dengan pribumi.

B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana palaksanaan layanan bimbingan belajar PAI pada siswa kelas V SD N Purwomartani Tahun 2008/2009. 2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan layanan bimbingan belajar Pendidikan Agama Islama pada siswa klas V SD N Purwomartani.

C. TUJUAN PENELITIAN 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui layanan bimbingan belajar PAI pada siswa klas V SDN Purwomartani. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat peiaksanaan layanan bimbingan belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa klas V SD N Purwomartani.

D. MANFAAT PENELITIAN. 1. Manfaat Teori Hasil penelitian ini dapat memperluas pengetahuan mengenai pelaksanaan bimbingan dan konsling di sekolah dasar khususnya dalam bidang bimbingan belajar Pendidikan Agama Islam.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Menambah wawasan pengetahuan sebagai bekal untuk dapat memberikan layanan bimbingan belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) secara optimal. b. Bagi Sekolah Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan layanan bimbingan belajar Pendidikan Agama Islam (PAI). c. Bagi Kepala Sekolah Sebagai bahan masukan dalam membuat kebijakan pelaksanaan layanan bimbingan belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar.

E. SISTEMATIKA PENULISAN Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab, dengan sistematika sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Pendahuluan memuat latar belakang penulis melakukan penelitian ini, rumusan masalah, tujuan dan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini, serta sistematika penulisan.

BAB II: Landasan Teori Bab ini berisi landasan teori yang digunakan untuk membahas masalah yang diangkat dalam penelitian ini, dan berbagai definisi yang berhubungan dengan penelitian ini. BAB III: Metode Penelitian Bab ini berisi metode penelitian yang digunakan, tempat penelitian, subjek penelitian, setting penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis data, serta keabsahan data. BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam bab ini diuraikan tentang subjek penelitian, kondisi lingkungan SD N Purwomartani, kegiatan belajar mengajar, pelaksanaan layanan bimbingan belajar, serta hambatan dalam pelaksanaan bimbingan belajar PAI BAB V: Kesimpulan, Implikasi dan Saran Berisi kesimpulan implikasi dan saran yang diambil dari penelitian yang telah dilakukan serta saran untuk SD N Purwomartani. DAFTAR PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Layanann Bimbingan Belajar PAI 1. Pengertian Bimbingan Banyak ahli memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai bimbingan tergantung dari penekanannya dan yang merumuskan pengertian tersebut. Satu hal yang sudah pasti sama antara pengertian satu dengan lainya yaitu bahwa bimbingan diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan. Djumhur dan Muh. Surya (1975:54) mengemukakan bahwa bimbingan yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sitematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Agar tecapai kemampuan untuk memahami dirinya (self understanding) kemampuan untuk menerima dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasi diri (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuanya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Batasan lainnya dikemukakan oleh Sunarya Kartadinata (1998:4) mengartikan bimbingan sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. Definisi ini cukup singkat namun jika ditelaah lebih lanjut makna yang terkandung dalam pengertian ini cukup representative . Makna

bantuan dalam bimbingan adalah mengembangkan lingkungan yang konduksif bagi perkembangan siswa, memerikan dorongan dan semangat, menumbuhkan mengembangkan keberanian kemampuan bertindak untuk dan bertanggung dan jawab,

memperbaiki

mengubah

perilakunya sendiri sehingga mencapai perkembangan sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan lingkunganya sehingga siswa tersebut dapat memikirkan dan mempersiapkan dirinya untuk melanjutkan ke SLTP dan karirnya dimasa depan dalam kehidupanya. Dari pengertian tersebut diatas, bimbingan di sekolah dasar dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada siswa agar dapat mengembangkan dirinya secara optimal dan dapat menyesuiakan diri dengan lingkungannya sehingga dapat mempersiapkan untuk kehidupan masa depan. 2. Pengertian Belajar Setiap manusia memiliki sifat dasar dan dorongan ingin tahu dan memberitahu, dorongan ingin tahu menyebabkan manusia belajar. Belajar merupakan aktifitas manusia baik jasmani maupun rohani dalam rangka mengembangkan tingkah laku agar dapat mengetahui dan menguasai serta memiliki kecakapan.

Menurut Muh. Surya yang dikutip Adi Sri Rumini (1995:9) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Dimyati Mahmud (1989:121-122) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman. Morgan yang dikutip Sri Rumini (1995:59) menggatakan belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang menetap, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. Dari uraian di atas dapat diidentifikasi ciri-ciri belajar sebagai berikut : 1) Dalam belajar ada perubahan tingkah laku 2) Dalam belajar, perubahan tingkah laku meliputi tingkah laku kognitif, afektif, psikomotor, dan campuran. 3) Dalam belajar perubahan terjadi melalui pengalaman dan latihan.

10

4) Dalam belajar perubahan tingkah laku menjadi suatu yang relative menetap. 5) Belajar merupakan proses usaha yang disengaja. 3. Layanan Bimbingan Belajar PAI Sedangkan pengertian layanan bimbingan belajar PAI adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu (siswa) agar dapat mengatasi masalah masalah yang dihadapinya dalam belajar PAI sehingga setelah melalui proses perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat yang dimilikinya (Sunarya Kartadinata , 1998:35). Moh. Surya (1975:5) berpendapat bahwa layanan bimbingan belajar PAI merupakan proses bantuan kepada individu dalam memecahkan kesulitan yang behubungan dengan masalah belajar PAI baik disekolah maupun di luar sekolah. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh (Erman Amti dan Marjohan, 1991:66) yang menyebutkan bimbingan belajar ialah suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu (siswa) untuk dapat mengatasi masalah- masalah yang dihadapinya dalam belajar agar setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar PAI mereka dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat yang dimiliki masing masing. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan belajar PAI merupakan suatu proses bantuan yang diberikan

11

kepada siswa dalam mengatasi masalah-masalah PAI yang mereka hadapi sehingga mereka dapat berkembang sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki secara optimal. 4. Tujuan layanan bimbingan belajar PAI Karena belajar itu merupakan inti kegiatan pengajaran disekolah maka wajiblah Menurut Abu Ahmadi (1991:105) tujuan bimbingan belajar secara umum adalah membantu murid-murid agar dapat penyesuaian yang baik didalam situasi belajar, sehingga setiap murid dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan mencapai perkembangan yang optimal untuk lebih jelasnya tujuan pelayanan belajar dirinci sebagai berikut : a) Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang anak atau kelompok anak. b) Menunjukan cara-cara mempelajari sesuatu dan menggunakan buku pelajaran. c) Memberikan informasi (saran dan petunjuk bagi yang memanfaatkan perpustakaan). d) Membuat tugas sekolah dan mempersiapakan diri dalam ulangan dan ujian. e) Memilih satu bidang studi (mayor atau minor) sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan, cita-cita, dan kondisi fisik dan kesehatanya. f) Menunjukan tertentu. cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang study

12

g) Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya. h) Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan pelajaran disekolah maupun untuk pengembangan bakat dan kariernya dimasa depan. Berdasarkan atas tujuan pelajaran bimbingan belajar seperti itu yang telah dirinci diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan bimbingan belajar PAI adalah untuk membantu murid-murid yang mengalami masalah di dalam memasuki proses belajar PAI dan situasi belajar yang dihadapinya, sehingga mereka mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar dan mencapai pekerjaan yang optimal. 5. Sifat-sifat Pemberanian Bimbingan Berdasarkan sifat-sifat pemberian bimbingan, Dewa Ketut Sukardi (1995:8) mengemukakan, bimbingan ditinjau dari sifat-sifatnya meliputi: a. Bimbingan Preventip (Pencegahan) Yaitu bimbingan yang diberikan dengan maksud agar individu jangan sampai mengalami atau terkena masalah atau kesulitan. Langkah ini adalah merupakan langkah yang lebih baik karena mencegah lebih baik dari pada mengobati atau menyembuhkan. b. Bimbingan Kuratip (Penyembuhan ) Yaitu bimbingan yang diberikan dengan maksud agar individu yang mengalami hambatan atau kesulitan didalam hidup dapat

memecahkanya sendiri dengan kemampuan semaksimal mungkin.

13

c. Bimbingan Preservatip (Pemeliharaan) Yaitu bimbingan yang diberikan dengan maksud agar individu yang pernah mengalami kesulitan, tidak mengalami kesulitan yang sama atau kesulitan yang pernah dialami. 6. Tahap-tahap Pelaksanaan Layanan Belajar PAI Bimbingan belajar PAI merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan disekolah. Seringkali siswa mengalami kegagalan disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan PAI yang memadai. Menurut Priyatno yang dikutip Suharyanto (2006:12) Layanan bimbingan belajar di laksanakan melalui tahap-tahap : a). Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, b). Pengungkapan sebab-sebab timbulnya masalah belajar, dan c). Pemberian bantuan pengentasan masalah belajar. a. Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar PAI Di sekolah, disamping banyaknya siswa yang berhasil secara gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal, seperti angka-angka rapor yang rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir dsb. Secara umum, siswa-siswa yang seperti itu dapat dipandang sebagai siswa-siswa yang mengalami masalah belajar.

14

Masalah belajar pada umumnya digolongkan sebagai berikut : 1) Keterlambatan akademik, yaitu siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkanya secara optimal. 2) Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dalam kemampuan belajarnya yang amat tinggi itu. 3) Sangat lambat dalam belajar. Jika keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang kurang memadahi dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau pengajaran khusus. 4) Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas. 5) Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari tidak sesuai dengan yang seharusnya seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya. b. Pengungkapan sebab-sebab timbulnya masalah belajar Siswa yang mengalami masalah belajar seperti tersebut diatas dapat dikenali melalui prosedur pengungkapan melalui tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, skala sikap dan kebiasaan belajar.

15

1) Tes hasil belajar Tes hasil belajar adalah suatu alat yang disusun untuk mengungkapkan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan sebelumnya. Siswa yang belum menguasai bahan pelajaran sesuai dengan patokan yang ditetapkan, dikatakan belum menguasai tujuan pengajaran. Siswa yang seperti ini digolongkan sebagai siswa yang mengalami masalah dalam belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) dan memerlukan bantuan khusus, sedangkan siswa yang sudah menguasai secara tuntas semua bahan yang disajikan sebelum batas waktu yang ditetapkan berakhir, digolongkan sebagai siswa yang cepat dalam belajar, dan mereka patut mendapat tugas-tugas tambahan sebagai pengayaan. 2) Tes kemampuan dasar Tingkat kemampuan dasar ini biasanya diukur atau diungkapkan dengan mengadministrasikan tes intelegensi yang sudah baku. Beberapa tes yang terkenal dalam bidang ini antara lain adalah Progresive Matrices (PM), Wecher Intelligence Scale (WAIS dan WISC), Stanford Biner Inteligence Scale (SSBIS). Dalam banyak skala intelligensi, kemampuan dasar manusia diklasifikasikan sebagai berikut :

16

IQ 140 ke atas 120-139 110-119 90-109 80-89 70-79

Kualitas Sangat cerdas Cerdas Diatas rata-rata Normal atau rata rata Dibawah rata- rata Bodoh

Dibawah 70 Sangat bodoh Sumber: Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision (Tabel 1.)

Hasil belajar yang dicapai siswa seyogyanya dapat mencerminkan tingkat kemampuan dasar yang dimilikinya jika siswa mencapai hasil belajar lebih rendah dari inteligensi yang dimiliki, maka siswa yang bersangkutan mengalami masalah belajar. 3) Skala sikap dan kebiasaan belajar. Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang penting dalam belajar. Sebagian dari hasil belajar ditentukan oleh sikap dan kebiasaan yang dilakukan siswa dalam belajar. Sebagian dari sikap dan kebiasaan siswa dalam belajar itu dapat diketahui dengan mengadakan pengamatan dalam kelas. Misalnya, dalam hal mengerjakan tugas-tugas, membaca buku, membuat catatan dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan belajar siswa.

17

4) Pemberian Bantuan Pengentasan Masalah belajar Menurut Suharyanto (2005:16), upaya-upaya untuk

membantu siswa yang mengalami masalah belajar dapat dilakukan dengan: 1. Pengajaran perbaikan Pengajaran perbaikan merupakan satu bentuk bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud untuk

memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka. Kegiatan pokok dalam pengajaran perbaikan terletak pada usaha-usaha memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi pada siswa berkenaan dengan mata pelajaran PAI yang telah dipelajari. Pengajaran perbaikan diputuskan pada bahan-bahan pelajaran yang belum dikuasai dengan baik oleh siswa dengan jalan memberikan penjelasan seperlunya, mengadakan tanya jawab, demonstrasi, pembagian tugas dan evaluasi. Dibandingkan dengan pengajaran biasa, pengajaran perbaikan sifatnya lebih khusus karena bahan, metode dan pelaksanaanya disesuaikan dengan jenis, sifat, dan latar belakang masalah belajar yang dihadapi siswa. Dalam hal ini siswa yang mengalami masalah belajar mungkin dihinggapi

18

berbagai perasaan takut, cemas, tidak tenteram dsb. Untuk itu sangat penting bagi guru dan konselor memahami perasaanperasaan siswa yang seperti itu. 2. Kegiatan pengayaan Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Mereka memerlukan tugastugas tambahan yang terencana untuk menambah, memperluas pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya. Dilihat dari segi prestasi atau hasil belajar mereka, siswa-siswa yang amat cepat belajar itu sebernarnya tidak tergolong sebagai siswa yang menghadapi masalah belajar. Bahkan semua siswa harus didorong untuk dapat mencapai hasil belajar yang baik. Masalah yang akan muncul terletak pada kemungkinan dampak yang timbul sebagai akibat dari kecepatan belajar yang tinggi itu. Hal ini bisa berdampak positif maupun negatif. Berdampak positif apabila siswa merasa dirinya diperhatikan dan dihargai atas prestasinya, sebaliknya, kecepatan belajar berdampak negatif apabila siswa merasa kurang diperhatikan dan kurang dihargai, sehingga mereka kendor semangatnya.

19

3. Peningkatan motivasi belajar Dalam belajar, motivasi memegang peranan yang sangat penting dan menentukan dalam pencapaian tujuan belajar. Di sekolah sering ditemukan adanya siswa yang malas dalam belajar. Siswa nampak tidak bersemangat, suka membolos dan tidak suka mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Untuk siswa yang seperti ini perlu diupayakan agar dapat meningkatkan motivasi mereka dalam belajar. Guru dan staf lainya berkewajiban membantu siswa meningkatkan motivasi dalam belajar Menurut Sunarya Kartadinta (1998:75-76), prosedur yang dapat dilakukan adalah dengan: (a) memperjelas tujuantujuan belajar, (b) menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan, dan minat siswa, (c) menciptakan suasana pembelajaran yang menentang, merangsang, dan

menyenangkan, (d) memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman yang bersifat membimbing, yaitu yang menimbulkan efek peningkatan bilamana perlu, (e) menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan siswa, serta antara siswa dan siswa, (f) menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan, dan menjengkelkan, (g)

20

melengkapi sumber dan peralatan belajar, (h) mempelajari hasil belajar yang diperoleh. Kemudian menurut Dorothy Keiter (1975:64), cara-cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk membangkitkan motivasi belajar siswa adalah: (a) tentukanlah tujuan-tujuan yang akan dicapai siswa dalam belajar, (b) usahakanlah menimbulkan minat siswa agar mau mempelajari mata pelajaran yang bersangkutan, (c) ikut sertakanlah semua aspek kehidupan anak sebagai sumber belajar, (d) hubungkanlah hal-hal yang menarik perhatian siswa, (e) perbanyaklah hal-hal yang menarik perhatian siswa, (f) tunjukanlah kepada siswa-siswa apa yang dapat mereka harapkan untuk dicapai, (g) doronglah siswa untuk menggunakan informasi yang dimilikinya, (h) berikanlah pujian kepada siswa setiap kali mencapai kemajuan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru berkewajiban untuk membangkitkan motivasi belajar siswa dengan cara mengondisikan situasi belajar yang menarik dan menyenangkan, mengikutsertakan siswa dalam segala kegiatan, memberikan perhatian dan menghargai hasil belajar siswa serta menghindari hal-hal yang menyebabkan siswa merasa tertekan.

21

4. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan

kebiasaan belajar yang baik, tetapi dalam kegiatan harian sering dijumpai adanya siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang tidak diharapkan. Hal ini akan membawa pengaruh pada prestasi belajar yang kurang memuaskan. Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh secara kebetulan melainkan sering kali perlu ditumbuhkan melalui bantuan terutama dari guru-guru dan orang tua siswa. Untuk itu siswa hendak dibantu dalam hal: a) Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar b) Memelihara kondisi kesehatan yang baik c) Mengatur waktu belajar baik di sekolah maupun dirumah d) Memilih tempat belajar yang baik e) Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang baik f) Membaca secara baik dan sesuai kebutuhan g) Tidak segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui (Sunarya Kartadinata dkk, 1998:7) Disamping upaya-upaya diatas, maka beberapa cara yang dapat menumbuh kembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik adalah: (a). membantu siswa menyusun rencana belajar yang baik, (b) membantu siswa mengikuti belajar mengajar dalam kelas , (c) melatih siswa membaca cepat, (d) melatih siswa untuk dapat

22

mempelajari buku pelajaran secara efisien dan efektif, (e) membiasakan siswa mengerjakan tugas-tugas secara teratur bersih dan rapi, (f) membantu siswa menyusun jadwal belajar dan mematuhi jadwal yang telah disusunnya, (g) membantu siswa agar dapat berkembang secara wajar dan sehat, dan (h) membantu siswa mempersiapkan untuk mengikuti ujian (Eman Amti dan Marjohan, 1991:77-78). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik dalam belajar meliputi perencanaan, pemahaman, pemanfaatan kondisi fisik, social dan budaya lingkungan, kedisiplinan, serta latihan-latihan mengerjakan tugas. 7. Faktor Penghambat pelaksanaan pelayanan bimbingn PAI Faktor Penghambat pelaksanaan pelayanan bimbingn PAI ditinjau dari komponen-komponen yang mendukung pendidikan (Suharyanto, 2006:45). a) Dari unsur pendidik, ada 3 unsur : 1) Kepala sekolah, sebagai penanggung jawab kegiatan di sekolah secara keseluruhan, hambatan yang dapat timbul antara lain, tidak adanya kebijaksanaan yang menunjang tahap pelaksanaan layanan bimbingan, misalnya kurang memberi kesempatan untuk memberi waktu bagi kelancaran pelaksanaan layanan bimbingan.

23

2) Guru bidang studi PAI, hambatan yang dapat timbul adalah sikap yang tidak mau tahu terhadap tugas sebagai guru bidang studi dalam hubungannya dengan kepentingan bimbingan. 3) Petugas bimbingan, hambatan yang dapat timbul antara lain kurang terampil dalam menggunakan berbagai jenis metode dan teknik yang tepat dalam untuk melaksanakan mengembangkan tugasnya diri, kurang diberi kurang

kesempatan

misalnya

mendapat pelatihan penataran dan lain-lain. b) Dari segi alat Hambatan dapat berupa: tidak tersedia ruangan bimbingan, meubelair, lemari penyimpanan, data perlangkapan, format-format untuk berbagai keperluan, alat tes, perpustakaan dan juga kurangnya biaya. c) Dari lingkungan pendidikan. Kurangnya dukungan lingkungan terhadap bimbingan

berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan layanan bimbingan pada sekolah yang bersangkutan. Menurut Karti Kartono (1985:155156), kelancaran pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah terhambat karena: (a) sikap tertutup dan malu pada orang tua dan anak, (b) dan orang tua sering tidak ada perubahan sikap, dan (c) anak yang bersikap masa bodoh terhadap bimbingan dan merasa tidak butuh.

24

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan hambatan dari lingkungan pendidikan dapat timbul antara lain kurangnya motivasi, bimbingan, pengarah dan pengembangan potensi yang ada pada diri peserta didik sehingga menyebabkan proses layanan bimbingan belajar tidak dapat berlangsung secara optimal.

25

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian Penelitian yang berjudul Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) pada siswa SDN Purwomartani kalasan, tahun ajaran 2007/2008 ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menggambarkan secara realistis dan faktual fakta-fakta yang berkenaan dengan pelaksanaan layanan bimbingan belajar PAI di sekolah tersebut. Untuk melaksanakan bimbingan dan konseling ini diperlukan petugas yang profesional yang memiliki kewenangan dan keahlian dibidangnya agar pelaksanaannya dapat berjalan secara optimal. Namun karena dalam keadaannya memiliki keahlian profesional dalam bidang bimbingan dan konseling sehingga berdampak pada pelaksanaannya yang tidak sesuai dengan konsep bimbingan yang telah ada. Oleh kerena itu perlu diungkapkan bagaimana pendapat, pandangan, dan pemahaman guru sekolah dasar berkenaan dengan pelaksanaan layanan bimbingan belajar PAI di sekolahnya. Dengan demikian pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode diskriptif. Menurut John W.Creswell, dalam (Alimudun Tuwu, 1993:96) metode pendekatan kualitatif merupakan sebuah investigasi. Secara bertahap peneliti berusaha memahami fenomena sosial dengan membedakan, membandingkan, meniru, mengkatalogikan, dan mengelompokkan objek studi. Peneliti

26

memasuki dunia informan dan mencari sudut pandang informan pada pendekatan kualitatif peneliti merupakan instrument utama dalam

pengumpulan data. Fokus penelitiannya ada pada persepsi dan pengalaman informan dengan cara mereka memandang kehidupannya sehingga tujuannnya bukan untuk memahami realita tunggal, tetapi realita majemuk. Penelitian kualitatif memusatkan perhatian pada proses yang berlangsung dan hasilnya. Kaitannya dengan metode diskripsi Suharsimi Arikunto (1993:291) mengungkapkan bahwa penelitian diskriptif tidak bermaksud untuk menguji hipotesis tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang variabel, gejala atau keadaan dengan cara data yang diperoleh disajikan melalui ungkapan verbal yang dapat menggambarkan sebagai mana kondisi yang sebenarnya. Dengan mengacu pada penjelasan yang telah dikemukakan di atas maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif diskriptif.

B. Tempat penelitian Tempat penelitian ini mengambil tempat di SDN Purwomartani, Karang Mojo, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

C. Subjek penelitian Di dalam sebuah penelitian, subjek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sangat sentral karena pada subjek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diminati oleh peneliti. Subjek penelitian

27

menurut Suharsimi Arikunto (1983:102) adalah orang atau benda atau hal yang melekat pada variable penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut, maka subjek penelitian yang berkedudukan sebagai key infoman dalam ini adalah dua orang guru yaitu guru PAI kelas VA dan VB, karena mereka dipandang sebagai orang yang tepat dan tahu secara benar mengenai data yang akan dikumpulkan. Selajutnya kepala sekolah, guru, dan beberapa siswa kelas VA dan VB di SDN Purwomartani ini yang akan dijadikan sebagai informan untuk memperoleh data atau informasi yang sebanyak-banyaknya.

D. Setting Penelitian Dalam penentuan setting harus memperhatikan tiga unsur dimensi sosial yaitu: tempat, pelaku dan kegiatan (Sutrisno Wibowo, 1994:4). Dimensi tempat maksudnya bahwa penelitian tidak pernah lepas dari tempat dimana berlangsungnya kejadian. Pelaku maksudnya bahwa dalam penelitian tersebut peneliti melakukan pengamatan. Terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan subjek penelitian secara berlangsungnya penelitian, sedangkan dimensi kegiatan yaitu segala sesuatu yang dilakukan subjek penelitian merupakan bagian-bagian dari data yang akan dikumpulkan, setting dalam penelitian ini berlangsung di kelas Va dan Vb saat berlangsung proses pembelajaran dan di lingkungan SDN Purwomartani, Kalasan, Sleman.

28

E. Metode Pengumpulan Data Beberapa teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif ialah pengamatan secara mendalam (indepth

interviewing), penyelidikan sejarah hidup (life historical investigation), dan analisis dokumen atau analisis makna (content analysis), (Darmiyati Zuchdi, 1994:20). Menurut Lexy J. Moleong (Moleong, 2002:125-163) metode yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan penggunaan dokumen. Namun demikian penggunaannya harus disesuaikan harus disesuiakan dengan penelitian yang sedang dilakukan sehingga ada kecocokan. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Pengamatan Berpartisipasi (Participant Observation) Menurut Darmiyati Zuchdi (1994:20), pengamatan berpartisipasi merupakan teknik pengumpulan data yang melihatkan interaksi sosial antara peneliti dengan informan dalam suatu latar penelitian selama pengunpulan data. Dengan pengamatan akan diperoleh manfaat sebagai mana dikemukakan Patton dibawah ini: a. Dengan berada di lapangan akan lebih memahami konteks data dalam keseluruhan situasi. Jadi dapat memperoleh pandangan holistic.

29

b. Pengalaman

langsung

memungkinkan

peneliti

menggunakan

pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi konsep-konsep atau pandangan sebelumnya. c. Peneliti dapat melihat yang kurang atau tidak diamati oleh orang yang telah lama berada dalam lingkungan tersebut, karena dianggap biasa dan tidak terungkap dengan wawancara. d. Peneliti dapat mengungkapkan hal-hal di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang komprehensif. e. Di lapangan peneliti tidak haya dapat menembangkan pengamatan akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, misalnya situasi social (Nasution, 1996:59). Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan sejak awal penelitian dengan mengamati keadaan fisik lingkungan sekolah sebagai upaya untuk mengenal latar. Selanjutnya pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data tentang fenomena-fenomena yang terjadi di sekolah yang ada kaitannya dengan pelaksanaan layanan bimbingan belajar di sekolah tersebut. Pengamatan di SDN Purwomartani dilakukan terhadap kegiatankegiatan siswa dalam proses belajar mengajar, saat istirahat dan pada saat kegiatan di luar jam pelajaran. 2. Wawancara Secara Mendalam (in-depth interviewing) Bogdan Taylor (Darmiyati Zuchdi, 1994:21) mengungkapkan pengertian wawancara secara mendalam adalah pertemuan langsung secara

30

berulang-ulang antara peneliti dengan informan yang diarahkan pada pemahaman pandangan informan mengenai kehidupan pengalamannya atau situsi-situsi yang diungkapkan dengan kata-kata infoman sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin yang berarti pertanyaan telah disiapkan sebelunnya, tetapi daftar pertanyaan tersebut tidak mengikat jalannya wawancara. F. Instrument Penelitian Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument penelitian adalah peneliti sendiri dengan dibantu alat penelitian antara lain seperti kisi-kisi, wawancara, dan kisi-kisi observasi disertai dengan pedoman wawancara dan pedoman observasi. Suharsimi Arikunto (1997:136) menemukakan bahwa instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam penelitian ini peneliti dalam mengadakan proses pengambilan data, baik dalam proses wawancara, maupun dalam observasi menggunakan instrument pembantu yang berupa panduan observasi dan panduan wawancara.

31

Berikut ini adalah kisi-kisi pedoman wawancara dan observasi: Tabel 1. Tabel Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Layanan Bimbingan Belajar PAI ASPEK NON SUBSTANSI 1. Petugas Bimbingan 2. Program Bimbingan 3. Metode Bimbingam 4. Keadaan Siswa 5. Permasalahan yang dihadapi 6. Penyebab terjadinya Masalah 7. Usaha Guru Membantu Siswa 8. Kerjasama dengan Orang tua 9. Bentuk Kerjasama 10.Faktor Penghambat Layanan Bimbingan belajar PAI BUTIR PERTANYAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

32

Tabel 2. Kisi-Kisi Observasi Layanan Bimbingan Belajar ASPEK SUBSTANSIAL DESKRIPSI TERJADI Kegiatan guru dalam proses belajar mengajar: a. Proses pelaksanaan layanan bimbingan b. Factor penghambat layanan bimbingan belajar FAKTA YANG

G. Analisis Data Menurut Arief Furchon (1992:137) analisis data adalah proses yang memerlukan usaha untuk secara formal mengidentifikasi tema-tema dan menyusun gagasan-gagasan yang ditampilkan oleh data serta upaya untuk menunjukan bahwa tema dan gagasan tersebut didukung oleh data. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode non statistic dengan cara melaporkan data yang diperoleh dalam penelitian secara apa adanya kemudian diinterprestasikan untuk mengambil kesimpulan dengan menggunakan analisa secara induktif. Saifudin Azwar (1999:40) menyatakan bahwa berfikir induktif merupakan proses logika yang berangkat dari data empiric lewat observasi menuju kepada suatu teori. Dengan kata lain proses berfikir secara induktif

33

adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil pengamatan yang terpisah- pisah menjadi rangkaian hubungan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa analisis data pada penelitian secara induktif, maksudnya menganalisa data secara spesifik dari lapangan kerja menjadi unit-unit kemudian dilanjutkan dengan kategorisasi. Semua data dikelompokan dengan menggunakan acuan analisis non statistic yang konkrit. Analisis data ini bertujuan menyederhanakan hasil olahan data kualitatif yang disusun secara terinci, sistematis dan terus-menerus melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Reduksi Data Reduksi data adalah pusat pemilihan, pusat perhatian , penyederhanaan, pengabstraksian dan transformasi data kasar yang muncul dari catatancatatan di lingkungan. 2. Display Data (Penyajian Data ) Yaitu serangkaian informasi yang tersusun dan memungkinkan terjadinya pengambilan keputusan dan tindakan. 3. Verifikasi (Penarikan Kesimpulan ) Yaitu penarikan kesimpulan ini dilakukan sejak awal penelitian sampai penelitian berakhir agar kesimpulan yang diperoleh terjamin kredibilitas dan objektifitasnya.

34

Bagan-bagannya sebagai berikut:

1.

SELURUHSISWA

SAMPEL

INFORMAN

2.

SELURUHSISWA

SELURUHSISWA

SELURUHSISWA

SELURUHSISWA

3.

OBJEK

SUBJEK

OBSERVASI

TINDAKAN

KESIMPULAN

H. Keabsahan Data Keabsahan data dilakukan agar data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif tidak menjadi biasa dan memenuhi kriteria keilmiahan. Dalam penelitian ini kriteria keabsahan data beserta teknik pemeriksaanya menggunakan 1. Derajad Kepercayaan (credibilitiy) Penerapan kriteria derajad kepercayaan pada dasarnya

menggantikan validitas internal dari non kualitatif, (Moleong, 1989:189). Sedangklan validitas internal merupakan ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh dengan instrument, yakni apakah instrument itu sungguhsungguh mengukur variable yang sebenarnya (Nasution, 1996:105). Dalam penelitian kualitatif instrument penelitiannya adalah penelitian itu tersendiri untuk itu agar dapat dicapai derajat kepercayaan atau validitas internal dalam penelitian ini dilakukan tekhnik pemeriksaan data melalui : a. Pengamatan secara terus-menerus

35

Pengamatan ini bermaksud menemukan ciri-ciri unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang peneliti cari dan kemudian memusatkan pada hal-hal tersebut secara rinci. b. Trianggulasi Tianggulasi adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu sendiri untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding itu (Moleong, 1989:195). Dalam penelitian ini trianggulasi dilakukan dengan jalan

membandingkan dan mengecek informasi atau data yang diperoleh dari wawancara dengan hasil pengamatan. Demikian pula sebaliknya data yang diperoleh dari pengamatan. Dibandingkan dan dicek melalui wawancara. c. Member check Dari data yang diperoleh baik memalui pengamatan maupun wawancara, peneliti mengulang kembali pada responden yang sama pada saat yang berbeda guna mengoreksi kembali bila ada kesalahan atau menambahkan bila ada data yang kurang. 2. Keteralihan (Transferability) Mengenai keteralihan hasil penelitian, peneliti kualitatif selalu mempertimbangkan konteks hasil penelitian dapar ditransfer ke fenomena yang lain apabila fenomena lain tersebut memiliki tingkat kesamaan konteks yang relative tinggi (Darmiyati Zuchdi, 1994:14). Untuk

36

memenuhi kriteria keteralihan dalam penelitian ini, maka hasil penelitian disajikan dalam uraian rinci yang disertai penafsiran. Salah satu bentuk rincian dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk catatan lapangan. 3. Kebergantungan (Dependability) dan kepastian (Confirmability) Dalam penelitian kualitatif criteria kebergantungan merupakan subtitusi dari istilah reliabilitas. Sedang kepastian berasal dari konsep ojektivitas. Untuk memenuhi kriteria tersebut, dalam penelitian ini dilakukan audit trail, dimana peneliti melakukanya dengan jalan pemeriksaan proses penelitian dan taraf kebenaran data beserta tafsirannya atas dasar kesepakatan berbagai pihak Penelitian menggunakan metode kualitatif diterapkan pada siswasiswa kelas V SD N I Purwomartani, Kalasan, Sleman, pada tahun ajaran 2008/2009.
37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Subyek Penelitian Subyek penelitian dalam pelaksanaan layanan bimbingan belajar di SD N Purwomartani Kalasan Sleman. Berjumlah 2 orang masing-masing adalah guru Agama Kelas Va dan Vb. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel I. Daftar Subyek Penelitian No 1. Subyek Penelitian Ibu.E.SK. S.Pd.I Keterangan Guru Agama kelas Va. Mengajar kelas IV a, IV b, Kelas Va 2. Bp. M.DS. Sag. Guru agama kelas Vb. Mengajar kelas VIa, VI b , Kelas b

Ibu. ES. S.PdI adalah lulusan S1 program study PAI di UIN.SU-KA. Yogyakarta. Profesinya saat ini sangat relevan dengan latar belakang pendidikannya. Ibu. E.S. telah lama mengabdi di SD Purwomartani lebih dari 20 tahun. Beliau termasuk guru senior di SD Purwomartani. Semangat beliau sangat tinggi untuk mendidik anak-anak agar berhasil dalam menuntaskan belajarnya. Beliau sangat berpengalaman dalam mengajar, sehingga siswa dapat mudah menyerap materi yang disampainkan pandangan beliau mengenai

38

bimbingan belajar di SD sebatas pada pengertian bahwa bimbingan di SD telah dilaksanakan setiap hari oleh guru, dengan cara memberikan teguran dan nasehat agar siswa-siswa yang melanggar peraturan sekolah, tidak mengerjakan PR, maupun siswa yang mempunyai tingkah laku yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Pelaksanaan layanan bimbingan belajar di SD beliau maknai usaha rutin guru masing-masing yang memang bukan profesinya sebagai guru bimbingan seperti pada sekolah sekolah menengah seperti SMP dan SMA. Bp. M.DS. SAg. adalah lulusan S1 UMY walaupun mengajar di SD Purwomartani belum lama namun sudah berpengalaman mengajar di SD sangat memuaskan beliau sangat menyenangi pekerjaannya sebagai mana diungkapkan pada peneliti : berada di tengah-tengah anakanak itu sangat menyenangkan, tingkah lakunya lucu-lucu dan polos walaupun kadang kadang mereka menjengkelkan. Kecuali itu keyakinan bahwa salah satu amal yang nanti

diperhitungkan dihari kiamat nanti salah satunya amal jariyah yaitu ilmu yang bermanfaat sehingga dengan keyakinan yang dimiliki Bp. M Ds. Semakin mencintai profesinya. Di SD Purwomartani Bp. M Ds. dipercaya kepala sekolah menjadi guru kelas atas disamping mengajar dan membimbing, mengurusi juga infaq, perpustakaan di sekolah itu. Kegiatan yang seperti ini menambah kesibukan Bp. M Ds.

39

Pandangan beliau mengenai bimbingan juga tak jauh berbeda dengan Ibu ES, hanya saja beliau mengakui bahwa sebenarnya SD perlu memiliki guru pembimbing. Dengan demikian dapat memberikan bimbingan siswa secara professional dan cepat membantu siswa dalam menghadapi masalah belajar secara efektif dan efisien. B. Kondisi Lingkungan SDN Purwomartani 1. Kondisi Lingkungan Fisik a. Gedung sekolah dan kelas Gedung SD N Purwomartani Kalasan Sleman di bangun di atas tanah kas desa seluas 4250 m2 dengan status sewa. Bangunan terletak dikampung Karangmojo, Purwomartani, Kalasan, Sleman. Gedung terdiri dari: 12 ruangan kelas, 1 ruang kepala sekolah dan guru, 1 gedung perpustakaan, 1 gedung UKS, 1 gedung lab. Komputer, 2 gedung rumah guru, 1 gedung rumah KS, 1 gedung rumah penjaga sekolah, 6 kamar mandi putra dan putri dan 1 gedung musola dengan 2 kamar wudhu putra dan putri dan 1 kamar kecil, dan halaman sekolah. Adapun ruangan di SD purwomartani dapat digambarkan melalui denah ruangan (yang dapat dilihat pada lampiran). Ruangan kelas 12 lokal dengan ukurab 7 X 8 m2 masing-masing kelas memiliki 2 kelas a dan b. Ruangan kelas ini masing-masing mempunyai luas 56m2 dan memiliki fasilitas yang cukup baik. Didalam kelas sudah dilengkapi dengan administrasi kelas yang dibutuhkan, semua tertata rapi dan

40

kebersihannya terjaga sehingga sangat mendukung bentuk pelancaran proses belajar mengajar. b. Perpustakaan Ruang perpustakaan berada didepan bersebelahan dengan mushola. Perpustakaan mempunyai luas 56m2 dalam ruangan terdiri dari 10 buah almari serta meja dan kursi untuk membaca para siswa koleksi buku-buku perpustakaan sebagian besar merupakan buku paket dari dinas pendidikan nasional yang berasal dari dana Dep Swep Th 2008 dan dana DAK. Jumlah buku lebih dari dari 5000 exsemplar terdiri dari fiksi dan non fiksi. Kondisi perpustakaan sangat bagus dan sarananya memadai sehingga sekolah menunjuk satu karyawan untuk mengelolanya dan bertanggung jawab segala pelayanannya, sehingga keberadaan gedung perpustakaan dan fasilitasnya menambah

pemberian konstribusi yang optimal dalam pelaksanaan layanan bimbingan belajar siswa. c. Ruang UKS Ruang UKS bersebelahan dengan ruang laboratorium sains. Dalam ruang UKS terdapat satu tempat tidur untuk menunjang kegiatan UKS dan dua almari yang berisi obat-obatan dan perlengkapan UKS seperti timbangan dan arsip-arsip buku UKS. Ruang UKS ini di manfaatkan untuk pertolongan pertama pada siswa misalnya, siswa pingsan saat upacara maupun pusing-pusing. Sehingga siswa disuruh istirahat tiduran di tempat tidur tersebut.

41

Untuk pemeriksaan kesehatan sekolah, menjalin kerjasama dengan Puskesmas Kalasan dan pelaksanaanya tidak diruang UKS tetapi diruang kelas, misalnya pemeriksaaan gigi, mata, imunisasi dan lain-lain. Dengan adanya program UKS ini sekolah telah berupaya agar masalah belajar yang disebabkan dari gangguan fisik atau kesehatan dapat di atasi. d. Kamar Kecil (kamar mandi dan WC) Kamar kecil di sekolah dasar ini cukup memadai bagi siswa. Tersedia 6 kamar kecil dengan ukuran 5 x 6 m. Satu kamar kecil khusus untuk guru. Namun kondisi kamar kecil di SDN Purwomartani masih tergolong memprihatinkan karena masih dalam bentuk yang sangat jelek karena sejak sekolah di bangun tahun 1982 sampai sekarang belum direnovasi sehingga banyak siswa yang memilih pulang dari pada memakai kamar mandi yang jelek. Dalam penggunaan kamar kecilpun sekolah memberikan perhatian dengan menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam diri siswa. Tulisan-tulisan yang berbunyi : annadhofatu minal iman kebersihan sebagian dari iman. Kemudian doa-doa saat masuk dan keluar kamar kecil siswa dapat membaca sekaligus mempraktekannya. Dengan uraian di atas dapat diketahui bahwa sekolah juga memperhatikan masalah kesehatan lingkungan kamar kecil, meskipun bentuknya kurang bagus. Karena bagaimanapun juga hal ini merupakan faktor yang menentukan keberhasilan belajar peserta didik.

42

e. Mushola Mushola berada di depan gedung SDN Purwomartani dengan luas 81m. selain digunakan oleh sekolah, mushola ini di gunakan oleh masyarakat perumahan sekitar. Adanya sarana peribadatan di kompleks sekolahan merupakan sarana tempat untuk beribadah dan membimbing praktek melaksanakan sholat lima waktu dan sholat sunah. Selain ini mushola digunakan untuk sholat dzuhur berjamaah bagi para guru dan siswa kelas III, IV, V dan VI setiap hari kecuali hari Jumat. Untuk kelas I dan II tidak di ikutkan dalam kegiatan ini. f. Halaman Sekolah Halaman sekolah seluas 3250m di sekolah digunakan sebagai sarana sekolah antara lain: lapangan olahraga dan tempat bermain siswa. Untuk kegiatan keagamaan halaman sekolah digunakan sebagai pelaksanaan sholat Idua Adha dan Idul Fitri lingkungan Purwomartani dan sekolah. Dari uraian mengenai kondisi lingkungan fisik yang sudah dipaparkan, SD N Purwomartani telah memanfaatkan lingkungan fisik tersebut untuk menunjang keberhasilan belajar siswa. Lingkungan fisik di sekolah telah digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi siswa yang semua itu sejalan dengan tujuan layanan bimbingan belajar PAI.

43

2. Kondisi Lingkungan Sosial Hubungan sosial yang terjadi di lingkungan SD Purwomartani sudah berjalan cukup baik. Di SD Purwomartani sudah dibiasakan siswa selalu berjabat tangan dengan Bapak/Ibu Guru maupun Kepala Sekolah sebelum masuk kelas siswa berbaris di depan kelas di siapkan oleh ketua kelas dan bergiliran masuk ruangan sambil berjabat tangan terlebih dahulu dengan Bapak/Ibu Guru. Sebelum pulang sekolah siswa juga di biasakan selalu berjabat tangan dengan Guru sebelum meninggalkan kelas. Di katakana oleh Kepala Sekolah bahwa tujuan berjabat tangan antara guru dengan siswa untuk menjalin kedekatan secara batin antara siswa dan gurunya. Hubungan semacam ini menurut kepala sekolah akan menunjang keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah apalagi jika di kaitkan dengan kedudukan Guru sebagai penganti orang tua di rumah. Hubungan antara Guru satu dengan yang lainnya Nampak dekat dan akrab. Hal ini nampak saat mereka berbincang-bincang yang selalu diselingi humor di kantor Guru baik pada saatmau masuk, istirahat, maupun saat pulang sekolah.

C. Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan belajar mengajar di SDN Purwomartani dimulai pukul 07.00 WIB dan diakhiri 12.20 WIB. Pada saat masuk kelas anak-anak itu wajib

44

belajar dan keberhasilan dapat diraih dengan tekun belajar dan berdoa memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar usahanya dikabulkan sehingga dalam kegiatan belajar mengajar siswa mempunyai semangat yang tinggi namun juga selalu berdoa. Sebelum pelajaran dimulai selalu diawali dengan doa menurut ajaran agama dari masing-masing anak. Kemudian dilanjutkan dengan pelajaran pertama oleh guru kelas. Sholat dhuhur bagi yang beragama islam dilaksanakan sepulang sekolah yaitu pukul 12.20 WIB sampai selesai. Kemudian yang beragama non islam diperkenankan pulang. Setelah selesai sholat dhuhur bersama, anak-anak berjabat tangan dengan guru-guru lalu meninggalkan sekolah. Penanaman sikap yang demikian ini berakibat positif dalam diri anak seperti pada saat bel tanda masuk berbunyi semua siswa segera berbaris di depan sekolah. Masing-masing di siapkan oleh siswa secara bergantian pada hari yang lain. Dari sini dapat ditafsirkan bahwa siswa sudah mengerti apa yang harus dikerjakan tanpa menunggu guru. Sikap yang seperti ini tentu saja tidak tumbuh dengan sendirinya melainkan berkat adanya bimbingan dari guru. Metode penyampaian materi pelajaran masih banyak menggunakan ceramah. Namun demikian Ibu E.d. dan Bapak Ds.SAg. mengembangkan suasana belajar menjadi hidup karena metode ceramah ini di selingi dengan humor, Tanya jawab, pemberian cerita serta contoh-contoh konkret. Selain itu juga menggunakan alat peraga yang sudah tersedia di sekolah sehingga anakanak tidak bosan. Kadang-kadang siswa ditunjuk satu persatu untuk maju

45

mengerjakan soal dipapan tulis. Dalam kegiatan belajar mengajar Nampak pula bagaimana guru memberikan tuntutan dalam belajar seperti bagi siswa yang terlambat langsung menemui Bapak/Ibu guru meminta maaf dan meminta izin masuk kelas. Untuk kegiatan evaluasi, Ibu Ed dan Bapak Ds.SAg menjelaskan bahwa pada setiap akhir pokok bahasa yang biasanya menghabiskan waktu 2 sampai 4 kali pertemuan tatap muka, Ibu E.d dan Bapak Ds.SAg mengadakan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menyerap materi pelajaran yang telah diberikan kepada siswa. Kemudian setelah selesai beberapa pokok bahasan, guru mengumumkan pada anak-anak bahwa evaluasi berikutnya digunakan untuk ulangan terdiri dari pokok bahasan. Dalam penilaian Ibu Ed dan Bapak Ds mempunyai patokan bahwa siswa yang mempunyai nilai 7 kebawah dinyatakan sebagai siswa yang belum menguasai pelajaran. Bagi siswa yang demikian ini diberikan program perbaikan untuk memperbaiki hasil belajar. Akan tetapi dalam pelaksanaannya karena perbaikan ini dilakukan pada waktu kegiatan belajar sedang berlangsung maka yang mengikuti perbaikan ini tidak hanya siswa-siswa yang mempunyai nilai 7 kebawah saja melainkan seluruh siswa diikutkan kembali dalam kegiatan ini. Sedang untuk pengambilan nilai, nilai diambil dan hasil yang diperoleh siswa. Kecuali itu, guna mendukung pemahaman siswa terhadap pelajaran yang agak sulit, guru mengadakan program bimbingan belajar berupa

46

pendalaman materi untuk memberikan tambahan pelajaran bagi siswa-siswa yang dianggap guru sangat memerlukan program ini. Pelaksanaan pendalaman materi di lakukan di luar jam bpelajaran, dan dimulai jam 14.30 WIB sampai jam 16.30 WIB. Program ini sudah menjadi program sekolah dan tidak hanya diperlukan bagi semua siswa kelas V atau nilainya jelek, namun diperuntukan bagi semua siswa kelas V sehingga tidak menimbulkan kecemburuan siswa, serta untuk menghilangkan kesan adanya perlakuan yang membeda-bedakan. Khusus bagi anak yang prestasinya rendah juga diberikan program oleh sekolah yang diberi nama program remedial. Remedial ini di laksanakan 3 kali dalam satu minggu sekolah pulang sekolah dari pukul 13.00 WIB sampai 14.30 WIB dan dilaksanankan oleh guru kelas. Remedial ini hanya di ikuti oleh siswa yang mempunyai prestasi yang tujuan agar siswa dapat mencapai prestasi yang d ingankan. Dari pemaparan mengenai kegiatan belajar mengajar dikelas Va dan Vb SD Purwomartani dapat diketahui bahwa sebenarnya guru sudah melaksanakan bimbingan belajar bagi para siswanya. Hal ini terlihat pada upaya guru untuk menanamkan sikap yang baik dalam menerima pelajaran, menegur dan menasehati siswa yang mempunyai sikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, menuntut siswa bagaimana mengerjakan soal, menghidupkan suasana mengajar yang menyenangkan dan juga meningkatkan motivasi belajar siswa. Kemudian guru juga member bantuan kepada siswa melalyu kegiatan perbaikan pendalam materi, dan pengayaan menurut pemahaman dan

47

kemampuan yang mereka miliki. Usaha-usaha guru kelas ini dapat dikatakan sebagai usaha untuk membimbing belajar bagi para siswanya.

D. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar 1. Perencanaan Perencanaan untuk menyusun program bimbingan di SDN Porwomartani sudah dilaksanakan dengan baik, karena sudah terkoordinir antara guru dan kepala sekolah, walaupun dalam pelaksanaannya belum berjalan dengan baik. Hal ini karena masih terbatrasnya pemahaman pada bimbingan dan konseling oleh guru maupun kepala sekolah, karena memang tidak mempunyai latar belakang pendidikan bimbingan dan kenseling (BK). Bimbingan masih dipahami sebagai suatu pemberian bantuan dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari dan di laksanakan di luar jam pelajaran. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan layanan bimbingan belajar di SDN Purwomartani Sleman sesuai dengan rencana sebagai berikut: a. Penempatan dan Penyaluran Kegiatan penempatan dan penyaluran telah berjalan walaupun dalam bentuk yang masih sederhana. Untuk penempetan dalam kelas di laksanakan dalam bentuk penempatan tempat duduk siswa. Bagi yang mengalami gangguan kesehatan mata (berkaca mata) ditempatkan

48

di depan dan siswa yang tubuhnya kecil juga di tempatkan di depan. Kemudian di adakan perpindahan tempat duduk pada waktu tertentu untuk memberikan penyegaran dan pemeliharaan kesehatan mata. Kecuali melaksanakan pengaturan penempatan tempat dan duduk penyaluran siswa, guru juga

dalam

kegiatan

ekstrakurikuler dengan jalan memberitahukan pilihan kegiatan eksrtakurikuler kepada siswa dan orang tua dengan maksud orang tua siswa ikut terlibat dalam memberikan bimbingan/pengarahan dalam memilih kegiatan ekstrakulikuler. Tabel 2. Layanan Bimbingan Belajar No Nama Kegiatan 1 2 3 MTQ MHQ TARTIL Rabu Kamis Sabtu 13.00-14.30 13.00-14.30 13.00-14.30 Hari Waktu Kelas Peserta Va-Vb Va-Vb Va-Vb

Berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan di SD, tugas guru adalah memberi motivasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler. Ibu Ed dan Bapak Ds melaksanakan dengan cara member informasi serta motivasi kepada siswa mengenai kegiatan eksrtakurikuler yang yang di selenggarakan sekolah sebagai gambaran dan bahan pertimbangan siswa untuk mengikuti dengan sungguh-sungguh.

49

Melalui penyediaan dengan jenis kegiatan ekstrakurikuler, SDN Purwomartani mengharapkan adanya pengembangan bakat serta ketrampilan siswa. Upaya ini sejalan dengan tujuan layanan bimbingan belajar yang berupaya memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan pelajaran sekolah maupun untuk pengembangan bakat dan keterampilan. b. Pengenalan Siswa yang Mengalami Masalah Di sekolah, di samping banyak siswa yang berhasil secara gemilang dalam belajar sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal, seperti rapot yang rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian dan lainlain. Siswa yang sepertinya itu di pandang sebagai siswa-siswa yang mengalami masalah belajar. Di SDN Purwomartani Kalasan siswa yang mengalami masalah belajar dikenali melalui prosedur pengungkapan melalui tes hasil belajar, tes kemampuan dasar serta pengamatan sikap dan kebiasaan belajar. 1) Tes hasil belajar Tes hasil belajar suatu alat yang ddisusun untuk mengungkapkan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan-tujuan pelajaran yang detetapkan sebelumnya. Siswa telah mencapai

tujuan pengajaran apabila telah menguasai sebagian besar materi yang berhubungan dengan tujuan pengajaran yang ditetapkan. Ketuntasan penguasaan bahan ditentukan dengan menetapkan

50

patokan, yaitu presentasi minimal yang harus dicapai oleh siswa, demana di SD N Purwomartani menetapkan nilai 7 merupakan nilai minimal dengan demikian siswa yang mendapatkan nilai tes hasil belajar (THB) kurang dari 7 dikatakan belum menguasai tujuan belajar dan siswa ini digolongkan sebagai siswa yang mengalami masalah belajar dan memerlukan bantuan khusus. 2) Tes kemampuan Dasar Setiap siswa memiliki kemampuan dasar atau intelegensi tertutup. Tingkat kemampuan dasar ini biasanya diukur atau diungkapkan dengan mengadministrasikan tes intelegensi yang sudah baku. Siswa kelas Va dan Vb SDN Purwomartani berjumlah 59 anak dengan rincian sebagai berikut Tabel 3. Jumlah Siswa Va dan Vb Jumlah siswa Kelas Va Vb Jumlah Laki-laki 16 11 27 Perempuan 13 19 32 Jumlah 29 10 59

Diantara

siswa-siswa

tersebut

memiliki

perbedaan

kemampuan dasar yang dapat mempengaruhi dalam belajar. Untuk mengetahui kemampuan dasar masing-masing siswa, sekolah bekerja sama dengan sebuah yayasan yang bergerak di bidang

51

penyuluhan, konsultasi dan intelegensi, guru akan

tes psikologi, untuk diadakan tes memperoleh gambaran gambaran

kemampuan dasar siswa untuk mempermudah dalam memberikan bantuan bimbingan belajar. Dari tes intelegensi diketahui bahwa siswa kelas Va dan Vb memiliki kemampuan dasar yang berbeda beda. Ada yang sangat cerdas, cerdas rata-rata bawah dan juga yang agak lemah. Mengenali hasil tes intelegensi siswa selengkapnya dapat dilihat melalui table dibawah ini : Tabel 4. Hasil Tes Intelegensi Siswa Kelas Va dan Vb No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Kelas Va Va Va Va Va Va Va Va Va Va Va Va Intelegensi 105 101 107 106 109 114 101 109 112 110 114 109 Keterangan Normal Normal Normal Normal Normal Di atas rata-rata Normal Normal Di atas rata-rata Di atas rata-rata Di atas rata-rata Normal

52

13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29 30. 31. 32 33 34

Va Va Va Va Va Va Va Va Va Va Va Va Va Va Va Va Va Vb Vb Vb Vb Vb

110 112 108 109 110 112 108 109 111 110 114 112 90 110 107 114 106 107 114 110 105 115

Normal Normal Normal Normal Di atas rata-rata Di atas rata-rata Normal Normal Di atas rata-rata Di atas rata-rata Di atas rata-rata Di atas rata-rata

Di atas rata-rata Normal Di atas rata-rata Normal Normal Normal Normal Normal Di atas rata-rata

53

35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56

Vb Vb Vb Vb Vb Vb Vb Vb Vb Vb Vb Vb Vb Vb Vb Vb Vb Vb Vb Vb Vb Vb

102 110 110 95 115 102 105 115 101 102 110 110 114 111 102 103 105 95 108 109 107 101

Normal Normal Di atas rata-rata

Di atas rata-rata Normal Normal Di atas rata-rata Normal Normal Di atas rata-rata Di atas rata-rata Di atas rata-rata Di atas rata-rata Normal Normal Normal

Normal Normal Normal Normal

54

57 58 59

Vb Vb Vb

110 95 95

Normal Normal Normal

Hasil tes yang diperoleh siswa tersebut mempunyai korelasi yang positif dengan prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki potensi baik semestinya memiliki prestasi belajar yang baik pula namun, kadang seorang siswa yang memiliki potensi baik tetapi prestasi belajarnya rendah, hal ini dapat terjadi karena adanya masalah hambatan belajar pada diri siswa. Seperti yang terlihat pada hasil tes integensi baik kelas Va maupun kelas Vb ada siswa yang hasil tes intelegensinya di atas rata-rata namun prestasi belajarnya rendah. Dalam setiap evaluasi/ulangan harian siswa tersebut selalu mendapat nilai di bawah nilai teman-temannya. Tetapi sebaliknya ada siswa yang hasil tes intelegensinya normal tetapi prestasinya lebih bagus dari siswa yang mempunyai intelegensi di atas rata-rata. 3) Pengamatan Sikap dan Kebiasaan Belajar Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang penting dalam belajar. Sebagian hasil dari belajar di tekankan oleh sikap dan kebiasaan yang di lakukuan siswa dalam belajar. Sebagian dari sikap dan kebiasaaan belajar itu dapat diketahui dengan mengadakan pengamatan dalam kelas. Misalnya, dalam hal

55

mengajar tugas-tugas, membaca buku, membuat catatan dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan belajar siswa. Dengan demikian guru mengetahui siswa yang sikap dan kebiasaan belajarnya baik dan sikap belajarnya tidak baik, sehingga dapat digunakan dalam pertimbangan pemberian layanan bimbingan belajar. c. Pemberian bantuan pengentasan masalah belajar Siswa yang mengalami masalah belajar seperti di uraikan didepan perlu di beri bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi proses perkembangan siswa. Beberapa upaya yang di lakukan SDN Purwomartani Kalasan dalam memberikan bimbingan belajar adalah dengan pengajaran perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi belajar dan pengenbangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. 1) Pengajaran perbaikan Pengajaran perbaikan merupakan sutu bentuk bantuan yang diberikan kepada seorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahankesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka. Di SDN Purwomartani pengajaran perbaikan di lakukan guru dalam bentuk her atau ulangan kembali bagi siswa yang mendapat nilai di bawah setandar. Pelaksanaan her ini di lakukan pada saaat kegiatan belajar mengajar. Soal yang di berikan pada

56

saat her ini pada intinya sama dengan soal yang di berikan pada waktu ulang sebelumnya, hanya saja kadang di ubah bahasanya, misalnya: pelajaran PAI puasa yang di haramkan ialah hari, maka dalam perbaikan soal di ubah menjadi hari tasyrik diharankan. Hal ini di lakukan agar membantu pemahaman siswa sehingga siswa memperoleh nilai yang baik. Sasaran utama pengajaran perbaikan adalah siswa yang mendapat nilai ulangan harian kurang dari 7. Biasanya siswa tersebut siswa yang mengalami keterlambatan akademik, kurang motivasi maupun siswa yang bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar. Tabel 5. Daftar siswa yang mengalami keterlambatan akademik No Kode Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 32 46 48 49 12 16 50 57 97 110(di atas rata-rata) 110(di atas rata-rata) 110(di atas rata-rata) 110(di atas rata-rata) 110(di atas rata-rata) 111(di atas rata-rata) 112(di atas rata-rata) PAI PAI PAI PAI PAI PAI PAI PAI Nilai berkisar 55-60 Nilai berkisar 55-65 Nilai berkisar 55-60 Nilai berkisar 55-65 Nilai berkisar 60-65 Nilai berkisar 55-65 Nilai berkisar 60-65 Nilai berkisar 55-65 IQ MaPel Keterangan

57

Menurut Ibu Ed dan Bapak Ds di lihat dari tes kemampuan dasar, mereka termasuk anak-anak yang mempunyai kemampuan dasar tinggi (di atas rata-rata), mestinya memiliki prestasi belajar yang tinggi, namun kenyataannya tidak mampu meraih prestasi seperti teman-teman yang mempunyai kemampuan dasar sama dengan mereka. Dengan demikian siswa ini perlu mendapat bantuan perbaikan. Perbaikan yang dilakukan di SDN Purwomartani tidak hanya di berlakukan pada siswa yang mengalami keterlambatan akademik namun berlaku pada siswa yang memperoleh nilai kurang dari 7. Program perbaikan di lakukan maksimal 3 kali, jika 3 kali perbaikan masih mendapat nilai rendah, yang di pakai nilai yang paling tinggi. Melihat program yang demikian ini nampak bahwa sekolah sudah melaksanakan layanan bimbingan belajar. Walaupun belum optimal karena pelaksanaannya masih seperti pelajaran biasa. Mestinya pengajaran perbaikan lebih khusus, bahan, metode pelaksanaan di sesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang masalah yang di hadapi. Selain itu orang tua diberi tahu dengan harapan ikut terlibat dalam memberikan bantuan belajar pada putra-putrinya. Dengan gambaran seperti ini nampak bahwa bantuan yang di berikan siswa belun efektif, hal ini disebabkan

58

karena terbatasnya pemahaman dan pengetahuan yang di miliki guru SD berkaitan dengan masalah bimbingan. 2) Pendalaman materi Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk

memperdalam pemahaman mata pelajaran yang sudah di sampaikan. Kegiatan ini di laksanakan pada hari Senin, Selasa, dan Kamis. Pada hari Senin dan Selasa dilaksanakan pukul 14.30-16.30 WIB. Dan pada hari Kamis sebelum pelaksanaan evaluasi semester atau tes hasi belajar. Kegiatan ini hanya diperuntukan siswa kelas Va dan Vb. Materi yang dibicarakan dalam pendalaman materi ini

adalah pelajaran PAI yang di pandang guru agak sulit bagi siswa dalam memahami apalagi siswa yang mengalami masalah belajar. Di antaranya mata pelajaran PAI itu adalah baca, tulis Al Quran. Kegiatan ini di peruntukkan tidak hanya bagi siswa yang

mengalami masalah belajar, namun di peruntukan bagi semua siswa kelas Va dan Vb. Kegiatan ini di laksanakan dengan banyak mengerjakan latihan soal-soal, sehingga terkesan hanya seperti pelajaran biasa. Di sini tidak terlihat adanya variasi metode pembelajaran dan masih kurang dalam penggunaan alat peraga. Dengan demikian pendalaman materi ini belum efektif untuk membantu keberhasilan siswa.

59

3) Kegiatan pengayaan Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah dan memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah di milikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya. Di lihat dari segi prestasi atau hasil belajar mereka, siswa-siswi yang amat cepat belajar itu sebenarnya tidak tergolong siswa yang menghadapi masalah belajar. Bahkan semua siswa di dorong untuk dapat mencapai hasil belajar yang baik seperti itu. Menurut ibu Ed dan bapak Ds, siswa kelas Va dan Vb yang di kategorikan sebagai siswa yang sangat cepat dalam belajar dapat dilihat melalui perolehan terintelegensi dan nilai hasil belajar yang di peroleh siswa. Siswa-siswa tersebut adalah: Tabel 6. Daftar siswa yang Sangat Cepat Belajar No Kode Nama 1 2 3 4 5 RTD IRL ALM ARB NIL Va Va Va Vb Vb 114 112 110 114 115 Rangking I Rangking II Rangking III Rangking I Rangking II Kelas intelegensi keterangan

60

SHD

Vb

110

Rangking III

Menghadapi siswa-siswa yang demikian itu IBu Ed dan Bapak Ds memberikan pengayaan dengan member pertanyaan lisan, memberi tugas, mengerjakan soal-soal pada bab yang akan di bahas selanjutnya, baik yang di kerjakan di sekolah maupun di rumah. 4) Peningkatan motivasi belajar Kurangnya motivasi dapat menyebabkan kurang berhasil bahkan kegagalan dalam belajar. Agar prestasi belajar baik maka siswa harus mempunyai motivasi yang tinggi untuk berprestasi. Kadang kegagalan siswa disebabkan bukan karena intelegensi yang rendah namun karena kurangnya motivasi. Untuk mengetahui tingkat motivasi siswa Ibu Ed dan Bapak Ds melalui pengamatan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Menurut Ibu Ed dan Bapak Ds siswa yang kurag motivasi nampak malas mengikuti pelajaran, sering bercanda, enggan mencatat dan sering mengantuk. Siswa yang tergolong kurang motivasi dalam belajar adalah RIN, RN, PRT, FTA, IJW, ASV, DMW, dan IYN. Menghadapi siswa-siswa yang demikian ini Ibu Ed dan Bapak Ds berupaya memotivasi siswa dengan cara memberi teguran dan nasihat kepada siswa, kemudian juga di berikan contoh-contoh konkrit yang berhubungan dengan kehidupan siswa

61

yang dapat meningkatkan motivasi siswa. Guru juga memberikan hadiah berupa pujian bagi siswa yang berhasil dalam belajarnya di dalam kelas agar siswa yang lain terdorong untuk mencontoh temannya. Selain itu program sekolah juga memberikan hadiah berupa uang sekolah bagi siswa yang mendapat rangking 1-3. Semua itu di lakukan untuk meningkatkan motivasi siswa yang berprestasi. 5) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Tetapi tidak tertutup kemungkinan ada siswa yang mengamalkan sikap dan kebiasaan yang tidak di harapkan dan tidak efektif, jika siswa mempunyai sikap belajar dan kebiasaan seperti itu, maka kemungkinan siswa tersebut tidak akan mencapai hasil belajar yang baik. Sikap dan kebiasaan belajar yang kurang baik ditemukan lewat pengamalan/observasi. Siswa ini tidak mengerjakan PR, sering berbicara sendiri saat diterangkan dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Di SDN Purwomartani siswa yang mempunyai sikap belajar yang baik adalah AIY, DNH, RMS, FTA, IJW, ASV, DMW, dan IYN. Dalam menghadapi siswa-siswa yang tidak mengerjakan PR, perlakuan yang diberikan guru adalah meminta tanda tangan seluruh guru yang ada di kantor guru sehingga siswa terdorong

62

untuk tidak mengulang lagi. Begitu juga Ibu Ed, beliau menyuruh siswa yang tidak mengerjakan PR diberi hukuman untuk membersihkan kamar kecil. Jika berkali-kali tidak mengerjakan PR orang tua siswa akan di panggil ke sekolah. Cara ini memang cukup efektif untuk mendorong siswa senantiasa mengerjakan tugas-tugas di sekolah. Di dalam kelas pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik juga dilakukan oleh ibu Ed dan bapak Ds dengan memberikan bimbingan kepada semua siswa agar mengetahui tugas yang harus dikerjakan sebelum mengikuti pelajaran, misalnya membersihkan kelas dan halaman, mengaktifkan petugas piket harian, selalu datang lebih awal agar dapat menyelesaikan tugas. Selain itu berdoa sebelum pelajaran di mulai dan mendorong siswa agar selalu membaca buku yang ada di perpustakaan untuk menambah pengetahuan maupun yang berkaitan dengan mata pelajaran. Selain itu untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, yang di lakukan Ibu Ed dan Bapak Ds adalah dengan menegur dan membetulkan posisi duduk siswa yang tidak betul, menyarankan agar siswa selalu menjaga kebersihan dan kerapian. Semua itu merupakan usaha guru dalam mengembangkan sikap dan kebiasaan yang belajar baik.

63

Berikut ini tabel ringkasan yang menunjukan upaya pengentesan masalah belajar yang ditemui di kelas Va dan Vb SDN Purwomartani tahun pelajaran 2008/2009. Tabel 7. Jenis masalah dan bimbingan yang diberikan No 1 Jenis masalah Keterlambatan akademik 2 Lambat belajar Cara pengenalan Bentuk bantuan

Tes intelegensi dan nilai Perbaikan, pendalaman materi, hasil belajar pendekatan pribadi

Tes intelegensi dan nilai Perbaikan, pendalaman materi, hasil belajar pendekatan pribadi berupa lisan, pemberian pemberian

Sangat dalam belajar

cepat Tes intelegensi dan nilai Pengayaan hasil belajar pertanyaan

tugas tambahan

Kurang

motivasi Observasi

Peningkatan

motivasi

berupa

dalam belajar

teguran, nasihat, cerita-cerita dan contoh-contoh konkret

64

Sikap kebiasaan belajar

dan Observasi dalam

Dengan pembiasaan sikap yang baik, bagi yang PR di tidak suruh

mengerjakan

mengerjakan di kantor guru atau di luar kelas jika 3 kali berturutturt tidak mengerjakan, orang tua di beri tahu, di beri hukuman, membersihkan WC. Bimbingan cara membaca yang baik.

3. Penilaian Tujuan penilain pelaksanaan bimbingan belajar PAI ini untuk mengetahui sejauh mana program telah dilaksanakan dan hasil yang di capai. Guru menilai program layanan bimbingan belajar sudah berjalan, adapun program yang di laksanakan dalam pengajaran perbaikan, pendalaman meteri, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi dan pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik. Walaupun program bimbingan telah di laksanakan namun penilaian lebih lanjut apakah program itu sudah berhasil atau belum dalam membantu siswa mencapai keberhasilan belajar belum di laksanakan. Pelaksanaan keberhasilan layanan bimbingan belajar hanya melihat nilai akhir semester siswa, dan kesesuaian antara rencana dan pelaksanaannya. Proses kegiatan kurang mendapatkan perhatian kecuali itu kegiatan

65

penilaian dengan alat seperti angket, survey dan studi khusus belum di laksanakan di SDN Purwomartani.

E. Faktor penghambat Pelaksanaan Bimbingan Belajar PAI Belum adanya tenaga yang profesional untuk melaksanakan bimbingan di SDN Purwomartani, menyebabkan implementasi bimbingan di SDN terpadu dengan kegiatan belajar mengajar. Pelaksanaan layanan bimbingan belajar PAI di SDN Purwomartani di jumpai hambatan sebagai berikut: a. Guru Karena kesibukan guru masih mempunyai tugas lain di sekolah sehingga menjadi hambatan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karena keterbatasan waktu yang ada sehingga kurang waktu untuk lpelaksanaan layanan bimbingan yang efektif. Dalam pelaksanaan bimbingan kadang di laksanakan kadang tidak dalam mengajar masih monoton dan metode kurang bervariasi. Selain itu guru yang menangani tidak mempunyai latar belakang pendidikan bimbingan BK sehingga tidak professional dan keahlian serta keterampilan dalam bidang bimbingan sangat kurang. b. Siswa Tidak adanya usaha untuk memperbaiki kesalahan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah misalnya sering terlambat, tidak mengerjakkan PR, dan jarang membaca buku perpustakaan.

66

c. Orang tua/wali Kurangnya kerjasama yang baik antara wali murid dengan pihak sekolah sehingga pemberian bantuan bimbingan belajar dilakukan sepihak oleh sekolah.

67

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di uraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesipulan sebagai beriku: 1. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar PAI Pelaksanaan layanan bimbingan belajar PAI di SDN Purwomartani di laksanakan regular terpadu dengan proses belajar mengajar yang di tangani langsung oleh guru. Adapun layanan bimbingan belajar yang di laksanakan yaitu: a. Perencanaan, yang meliputi penyusunan program bimbingan di SDN Purwomartani yang di koordinir antara guru dan kepala sekolah. b. Pelaksanaan, yang meliputi bimbingan penempatan dan penyaluran 1) Bimbingan penempatan dan penyaluran, yang berupa bimbingan atau pengarahan bakat siswa pada kegiatan exstra kurikuler yang ada di sekolah. 2) Pengenalan siswa yang mengalami masalah, yang di lakukan dengan pengamatan sikap dan kebiasaan belajar siswa, hasil belajar dan tes kemampuan dasar. 3) Pemberian bantuan pengentasan masalah belajar, yang meliputi: pengarahan perbaikan, pendalam materi, kegiatan pengayaan, remedial, dan peningkatan motivasi belajar siswa.

68

2. Faktor yang menghambat dalam Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar PAI a. Guru Banyaknya kewajiban yang harus di kerjakan sebagai guru maupun wali kelas yang mempunyai tugas tambahan, sehingga waktunya sangat terbatas untuk kegiatan dalam hal bimbingan, sehingga bimbingan kadang di laksanakan terkadang tidak di laksanakan. Gaya mengajar yang monoton dan kurang menggunakan metode yang bervariasi. Karena memang latar belakang pendidikan mereka bukan pendidikan bimbingan konseling. b. Siswa Tidak adanya usaha untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan sikap dalam belajar yaitu sering terlambat mengikuti pendalam materi, tidak mengerjakan PR dan jarang membaca buku perpustakaan. c. Orang Tua/ Wali Murid Kurangnya kerjasama antara wali murid dengan pihak sekolah sehingga pemberian bantuan bimbingan belajar hanya di lakukan sepihak oleh sekolah.

69

B. IMPLIKASI Melihat hasil penelitian yang telah kami laksanakan di SDN Purwomartani menunjukan bahwa layanan bimbingan belajar di SDN Purwomartani sudah terlaksana, terprogram dengan baik, pelaksanaannya

terpadu dengan proses belajar mengajar yang di lakukan oleh guru walaupun dalam pelaksanaannya ada beberapa kendala, maka dapat diharapkan pelaksanaan bimbingan belajar berikutnya dapat di tingkatkan lagi. Adapun untuk meningkatkan layanan bimbingan belajar ini dengan peningkatan, penerapan dan pemahaman guru kelas tentang layanan bimbingan belajar terpadu dengan proses belajar mengajar. Selain itu peningkatan juga dapat di laksanakan dengan memberikan layanan yang terprogram dengan baik serta penerapan dengan metode dan bahan yang bervariasi dengan diketahui pelaksanaan layanan bimbingan belajar beserta faktor-faktor penghambat di SDN Purwomartani maka dapat memberikan satu gambaran yang di jadikan pedoman untuk dapat memberikan layanan yang lebih intensif pada tahap berikutnya.

C. SARAN 1. Bagi SD Negeri Purwomartani a. Kepala Sekolah Hendaknya membuat kebijakan yang mendukung layanan

bimbingan belajar terpadu dengan proses belajar mengajar

70

b. Guru Hendaknya guru memberikan layanan bimbingan belajar

terprogram dengan baik serta penerapan metode dan bahan yang bervariasi. c. Siswa Hendaknya siswa memanfaatkan layanan bimbingan belajar agar dapat mengatasi hambatan-hambatan belajar sehingga akan memperoleh prestasi belajar yang baik.

71

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmad Juntika Nurihsan. 2005. Manajemen Bimbingan dan Konseling di SD/MI. Jakarta : Grasindo.

Alimuddin Tuwu. 1993. Study Kasus. Jakarta. UI.

Arif Furcha. 1992. Pengantar Metodelogi Penelitian Kualitatif. Surabaya : Usaha Nasional.

Bimo Walgito. 1993. Metodelogi Peneltian Kualitatif. Yogyakarta : FPBS.

Darmiyati Zuchdi . 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Dewa Ketut Sukardi. 1995. Pengaruh Hubungan Manusia di Kalangan Murid terhadap Prestasi Belajar di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud.

Ending Supartini. 2006. Penangana Remidial bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta : TIM PKMM UNY.

Erman Amti dan Marjohan. 1991. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Dirjen Dikti.

Isparjadi. 1998. Penelitian Pendidikan. Jakarta. Depdikbud.

Jumhur dan Moh. Surya. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung : CV ILMU.

72

Keputuan Mendep. 1993. Pedoman Penelitian Kualitatif. Bandung ; Remaja Rosada Karya.

Lexi J. Moleong. 2002. Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung : Remaja. Rosda Karya.

Nasution S. 1996. Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung Tarsito.

Saifudin Azwar. 1996. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Suharyanto. 2006. Layanan Bimbingan Sekolah. Yogyakarta.

Sunarya Kartadinata. Dkk. 1998. Bimbingan di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud.

Tatang M. Amirin. 1995. Menyusun Rencana penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Tim Dosen PPB. 1991. Bimbingan dan Konseling di sekolah. Yogyakarta Unit Percetakan IKIP Yogyakarata.

73

You might also like