You are on page 1of 4

PENGAMATAN

Pengertian Pengamatan
Pengamatan adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.

Modalitas Pengamatan
1.Penglihatan Menurut objeknya penglihatan digolongkan menjadi tiga golongan yaitu: 1)Melihat bentuk, pengelihatan dalam objek berdimensi dua 2)Melihat dalam, pengelihatan dalam objek berdimensi tiga 3)Melihat warna, penglihatan dalam objek psikis warna, meliputi nilai efektif dan nilai lambang dari warna 2.Pendengaran Mendengar adalah menangkap bunyi-bunyi (suara) dengan indera pendengaran. Dalam kehidupan sehari-hari bunyi itu berfungsi sebagai pendukung arti, karena itulah sebenarnya yang kita tangkap atau yang kita dengar adalah artinya itu, bukan bunyi atau suaranya. Bunyi dan suara itu dapat kita golongkan atas dasar dua cara, yaitu: a)Berdasarkan atas keteraturan dapat kita bedakan antara 1.Gemerisik, dan 2.Nada b)Selanjutnya nada itu biasa dibeda-bedakan atas dasar: 1.Tinggi rendahnya, yang tergantung kepada besar kecilnya frekuensi 2.Intensitasnya yang tergantung pada ampiltudonya

3.Timbrennya yang tergantung pada kombinasi bermacam-macam frekuensi dalam tinggi rendahnya suara 3.Rabaan Istilah raba mempunyai dua arti, yaitu: 1)Meraba sebagai perbuatan aktif, yang meliputi jaga keseimbangan atau kinestesi, dan 2)Pengalaman raba secara pasif yang melengkapi pola beberapa indera, atau kemampuan lain, yaitu: a.Indera untuk sentuh atau tekanan b.Indera untuk mengamati panas c.Indera untuk mengamati dingin d.Indera untuk merasa sakit dan e.Indera untuk vibrasi Kalau orang meraba dengan mata tertutup, maka akan terjadi visualisasi, artinya kesan rabaan itu akan digambarkan sebagai kesan penglihatan, ini membuktikan betapa pentingnya kedudukan penglihatan itu di antara modalitas-modalitas pengamatan yang lain. 4 .Pembauan (penciuman) Arti psikologis bau dan pembauan (penciuman) masih sedikit sekali diteliti oleh para ahli walaupun dalam kehidupan sehari-hari secara popular telah menyaksikan pengaruh baubauan itu kepada aktivitas manusia. Kualitas bau itu boleh dikata tak terhingga variasinya. Biasanya para ahli yang melakukan penelitian dalam hal ini membuat klasifikasi atas dasar bau utama yang mempunyai sifat khas. Henning (1924) misalnya membedakan adanya enam macam bau utama (bau pokok) itu, yaitu: 1)Bau bunga (blumig) 2)Bau akar (warzig) 3)Bau buah (cruehig) 4)Bau getah (harzig) 5)Bau busuk (faulig)

6)Bau sengit (brenlich) Sementara Swaatdeaker (Kohnstamm et al, 1955, P 103) menggolongkan bau itu menjadi sembilan macam bau, yaitu: 1)Bau etheris 2)Bau aromatis 3)Bau bunga 4)Bau amber 5)Bau bawang 6)Bau sengit 7)Bau kapril 8)Bau tak sedap, dan 9)Bau memuakan 5. Pencecapan Dalam kehidupan sehari-hari variasi rasa cecapan itu dibedakan menjadi banyak sekali, akan tetapi indera pengecap terutama hanya terdapat empat macam rasa pokok, yaitu: 1)Manis 2)Asam 3)Asin, dan 4)Pahit 2.Beberapa masalah praktis 1)Kita mengenal dunia riil dengan panca indera 2)Terlebih-lebih pada anak-anak, peranan panca indera dalam menerima pendidikan atau belajar itu boleh dikatakan bersifat menentukan 3)Selama sistem sekolah-sekolah serta pendidikan masih seperti yang kita kenal sekarang ini, maka di antara kelima modalitas pengamatan yang paling penting adalah penglihatan dan pendengaran.

Pengolahan Dalam Modalitas Pengamatan.


Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah di antara unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran. Jika demikian, para pendidik perlu mempertimbangkan penampilan alat-alat peraga di dalam penyajian material pembelajaran yang dapat merangsang optimalisasi daya penglihatan dan pendengaran subjek didik. Alat peraga yang dapat digunakan, umpamanya ; bagan, chart, rekaman, slide dan sebagainya. Berkat pengalaman belajar seseorang akan mampu mencapai pengamatan yang benar objektif sebelum mencapai pengertian. Pengamatan yang salah akan mengakibatkan timbulnya pengertian yang salah pula. Sebagai contoh, seorang anak yang baru pertama kali mendengarkan radio akan mengira bahwa penyiar benar-benar berada dalam kotak bersuara itu. Namun melalui peruses belajar, lambat-laun akan diketahuinya juga bahwa yang ada dalam radio tersebut hanyalah suaranya, sedangkan penyiarnya berada jauh di setudio pemancar.

You might also like