You are on page 1of 50

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas kehendak-Nyalah penyusunan makalah asuhan keperawatan dengan judul Asuhan Keperawatan Lansia Pada Ny.P Dengan Gangguan Eliminasi (BOWEL) ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran Keperawatan Gerontik I (KJR 209) tahun ajaran 2003-2004. Setelah melalui beberapa tahapan antara lain penentuan topic dan judul, penyusunan kerangka, pengumpulan data hingga pada analisis data. Akhirnya makalah asuhan keperawatan ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik apabila tidak didukung oleh beberapa pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Hj. Isnaeni DTN, SKM, M. Kes, Selaku Direktur Poltekes Malang 2. Bapak Imam Subekti, Skp. Selaku koordinator ilmu keperawatan gerontik. 3. Ibu Lenny Saragih, SKM, Mkes. Selaku dosen pembimbing dalam penyusunan makalah ini. 4. Rekan-Rekan Mahasiswa Dan Seluruh Pihak Yang Telah Membantu Penyusunan Tugas Makalah Ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penyusun harapkan. Dan makalah ini penyusun persembahkan kepada para pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Malang, Juni 2004

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul Daftar Pustaka Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan C. Batasan Penulisan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian B. Eliminasi C. Asuhan Keperawatan D. Eliminasi Bowel DAFTAR PUSTAKA : .....03 : .....17 : .20 : .....21 : .01 : .....................................................02 : .....02 : ...ii : ..iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah dan dimulai sejak lahir dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya, adakalanya orang belum tergolong lanjut usia tetapi kekurangankekurangan yang menyolok dan hal tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor antara lain lansia yang bekerja, lansia yang malnutrisi dan lain-lain. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian harus diakui bahwa ada berbagai gangguan yang sering menghinggapi kaum lansia. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak mencapai usia dewasa, misalnya terjadinya kehilangan jaringan otot, susunan syaraf dan jaringan lain sehingga tubuh akan mengalami gangguan misalnya penurunan fungsi pencernaan/GI tract. Pada fungsi pencernaan pada manula mengalami penurunan pada susunan syaraf, penurunan fungsi absorbsi, penurunan fungsi peristaltik usus, penurunan fungsi pengecap sehingga banyak mengalami gangguan seperti diare, konstipasi, gizi buruk dan lain-lain pada lansia. Dan pada makalah ini kelompok lebih cenderung membahas pada gangguan Eliminasi pada lansia seperti Inkontinensia urine, konstipasi karena banyak terjadi atau dialami oleh para manula. B. Tujuan Penulisan Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan lansia secara nyata dalam pemenuhan kebutuhan Eliminasi pada lansia.

C.

Batasan Penulisan Pada pembuatan makalah ini kelompok membatasi pada pembahasan kebutuhan Eliminasi pada lansia menggunakan tinjauan teori tentang pemenuhan kebutuhan Eliminasi pada lansia.

BAB II TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN 1. Gerontologi Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia (lansia), yaitu gerontologi, geriatri, dan keperawatan gerontik. Gerontologi berasal dari kata Geros : lanjut usia dan Logos : ilmu. Jadi Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai faktor-faktor yang menyangkut lanjut usia. Gerontologi Ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua (Kozier, 1987) Cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990). 2. Geriatri Geriatri berasal dari kata Geros : Lanjut usia dan Eatrie : kesehatan/medikal. Geriatri Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada lanjut usia Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari aspek-aspek klinis, preventif maupun terapeutis bagi klien lanjut usia. Ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada manusia serta akibatakibatnya pada tubuh manusia. Dengan demikian jelaslah bahwa objek dari geriatri adalah manusia lanjut usia. Bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan penyakit dan kekurangan-kekurangannya pada lanjut usia. Geriatri : Cabang ilmu kedokteran (medicine) yang berfokus pada masalah kedokteran yaitu penyakit yang timbul pada lanjut usia (Black & Matassari Jacob, 1997).

3.

Geriatric Nursing : a. Praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua (Kozier, 1987) b. Spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan peranya pada tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia/lansia secara komprehensif. Oleh karena itu, perawatan lansia yang menderita penyakit (geriatric nursing) dan dirawat di rumah sakit merupakan bagian dari Gerontic nursing.

4.

Proses Menua Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994). Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Proses menua sertiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya, adakalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi kekurangan-kekurangan yang menyolok (Deskripansi). Menurut undang-undang no. 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan pasdal 8 ayat 2, berbunyi : Dalam istilah sakit termasuk cacat, kelemahan dan lanjut usia. Berdasarkan pernyataan ini, maka lanjut usia dianggap sebagai semacam penyakit. Hal ini tidak benar. Gerontologi berpendapat lain, sebab lanjut usia bukan suatu penyakit melainkan suatu masa/tahap hidup manusia, yaitu : bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.

Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sampai saat ini banyak sekali teori yang menerangkan proses menua, mulai dari teori degeneratif yang didasari oleh habisnya daya cadangan vital, teori terjadinya atrofi, yaitu : teori yang mengatakan bahwa proses menua adalah proses evolusi dan teori imunologik, yaitu : teori adanya produk sampah/waste products dari tubuh sendiri yang makin bertumpuk. Tetapi seperti diketahui lanjut usia akan selalu bergendengan dengan perubahan fisiologik maupun psikologik. Yang penting untuk diketahui bahwa aktivitas fisik dapat menghambat/memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur. 5. Teori-Teori Proses Menua Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda. Masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda. Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua. b. Teori-teori biologi 1.) Teori genetik dan mutasi (Somatic Mutatie Theory) Menurut teori ini semua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh 2.) 3.) yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin. (terjadi Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stres Pengumpulan dari pigmen/lemak dalam tubuh yang disebut penurunan kemampuan fungsional sel). menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai). teori akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada a. Secara individual 1.) 2.) 3.)

orang lanjut usia yang mengakibatkan menganggu fungsi sel itu sendiri. 4.) 5.) 6.) Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan. Tidak ada perlindungan terhadap : radiasi, penyakit dan Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)

kekurangan gizi. Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun. (Menurut Goldteris & Brocklehurst, 1989). c. Teori immunologik slow virus (Immunology slow virus theory) Sistem immun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh. d. Teori stres Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai. e. Teori radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini meyebabkan selsel tidak dapat regenerasi. f. Teori rantai silang Sel-sel yang tua/usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.

g. Teori program Kemampuan organisme untuk menetapakn jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati. 6. Teori Kejiwaan Sosial a. Aktivitas atau kegiatan (Activity Taheory) 1.) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. 2.) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia. 3.) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia. b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory) Dasar kepribadian/tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya. c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory) Putusnya pergaulan/hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Pada lanjut usia pertama diajukan oleh Cumming and Henry 1961. teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Triple loos), yakni: 1.) Kerhilanhan peran (Loss of Role) 2.) Hambatan kontak sosial (Restraction of Contacts and Relation Ships) 3.) Berkurangnya komitmen (Redused commitmen to social Mores and Values).

7. Meliputi : a. b. c. d. e. f. 8.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan Hereditas : Keturunan/genetik Nutrisi : Makanan Status kesehatan Pengalaman hidup Lingkungan Stres

Batasan-Batasan Lanjut Usia

Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur. Menurut organisasi kesehatan dunia lanjut usia meliputi : a. Usia pertenggahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun. b. Lanjut usia (elderly) c. Lanjut usia tua (old) : antara 60 dan 70 tahun : antara 75 dan 90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun Menurut Dra. Ny. Jos masdani (Psikolog UI) Mengatakan : lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu : a. Fase iuventus, antara 25 dan 40 tahun b. Fase verilitas, antara 40 dan 50 tahun c. Fase praesenium, antara 55 dan 65 tahun d. Fase senium, antara 65 hingga tutup usia. 9. a. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia Sel 1.) 2.) 3.) Lebih sedikit jumlahnya Lebih besar ukurannya. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler. Perubahan-perubahan fisik

4.) 5.) 6.) 7.) b. 1.) 2.) 3.) 4.)

Menurunnya proporsi protein diotak, otot, ginjal, darah dan hati. Jumlah sel otak menurun. Terganggunya mekanisme perbaikan sel. Otak menjadi atrofis beratny berkurang 5-10 %. Berat otak menurun 10-20 % (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya). Cepatnya menurun hubungan persarafan. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres. Mengecilnya saraf panca indera. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

Sistem persyarafan

5.) c. 1.)

Kurang sensitif terhadap sentuhan. Presbiakus (gangguan pada pendengaran). Hilangnya

Sistem pendengaran kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara/nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia di atas umur 65 tahun. 2.) 3.) 4.) Membran tympany menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis. Terjadinya pengumpalan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres.

d.

Sistem penglihatan 1.) 2.) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

3.) 4.)

Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan. Meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.

5.) 6.) 7.) e.

Hilangnya daya akomodasi. Menurunnya pandangannya. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala. lapangan pandang : berkurang luas

Sistem kardiovaskuler 1.) 2.) 3.) Elastisitas, dinding aorta menurun. Katup jantung menebal dan menjadi kaku. Kemempuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. 4.) Kehilangan elastisitas pembuluh darah; kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak). 5.) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistolis normal 170 mmHg. Diastolis normal 90 mmHg.

f.

Sistem pengaturan temperatur tubuh Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain : 1.) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik 35
0

C ini akibat metabolisme yang menurun.

2.) g.

Keterbatasan refleks menggigl dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

Sistem respirasi 1.) 2.) 3.) Oot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku. Menurunnya aktivitas dari silia. Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun. 4.) 5.) 6.) 7.) 8.) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang. O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg CO2 pada arteri tidak berganti Kemampuan untuk batuk berkurang. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

h.

Sistem gastrointestinal 1.) Kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. 2.) Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap ( 80 %), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit. 3.) 4.) 5.) 6.) 7.) 8.) Esofagus melebar. Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi. Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu) Liver (hati), makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah. Menciutnya ovari dan uterus.

9.) 10.) 11.)

Atrofi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi kesehatan baik), yaitu : a.) b.) seksual c.) cemas karena merupakan perubahan alami. secara teratur membantu kemampuan seksual. Tidak perlu Kehidupan Hubungan mempertahankan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.

12.) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan-perubahan warna. i. Sistem genitourinaria 1.) Ginjal Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya; kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya + 1); BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg %; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. 2.) Vesika urinaria (kandung kemih) : otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.

3.) 4.) 5.)

Pembesaran prostat 75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun. Atrofi vulva Vagina Orang-orang yang makin menua sexual intercourse masih juga membutuhkannya; tidak ada batasan umur tertentu untuk fungsi sexual seseorang berhenti; frekuensi sexual intercourse cenderung menurun secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.

j.

Sistem endokrin 1.) 2.) 3.) Produksi dari hampir semua hormon menurun Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah. Pituitari : Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh darah; berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH. 4.) 5.) 6.) Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (basal metababolic rate) dan menurunnya daya pertukaran zat. Menurunnya produksi aldosteron. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya : progesteron, estrogen dan testeron.

k.

Sistem kulit (integumentary system) 1.) 2.) Kulit mengerut/keriput akibat kehilangan jaringan lemak. Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis). 3.) 4.) Menurunnya respon terhadap trauma. Mekanisme proteksi kulit menurun : a) b) c) 5.) Produksi serum menurun Penurunan produksi VTD. Gangguan pigmentasi kulit

Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

6.) 7.) 8.) 9.) 10.) 11.) 12.) l. 1.) 2.) 3.) 4.) 5.) 6.) 7.)

Rambut dalam hidung dan telinga menebal. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi. Pertumbuhan kuku lebih lambar Kuku jari lebih menjadi keras dan rapuh. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk. Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya. Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh. Kifosis Pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbatas. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang). Persendian membesar dan menjadi kaku. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis. Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor.

Sistem muskuloskeletal (musculosceletal system)

8.)

Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

B. ELIMNASI 1. Pengertian Merupakan proses pembuangan waste product (sisa metabolisme) dari urine dan faeces. a. Faeces merupakan : 1.) Hasil/waste product berupa zat padat dari intestinal/colon dalam proses defekasi 2.) Masa/faeces bergerak karena pengaruh dari peristaltik tertentu dari daerah colon 3.) Peristaltik mendorong isi keanus dan memberi tanda untuk terjadi pengosongan.

b.

Urine Merupakan hasil/waste product berupa zat cair hasil sekresi ditubulus colecting diginjal kemudian dibuang melalui ureter kemudian bledder. Sehingga dikeluarkan karena stimulasi persyarafan dinding bledder. Namun dapat dikontrol secara sadar terutama untuk musculus spingter interna/externa.

2. a.

Proses Eliminasi Pada eliminasi bowel 1.) Sistem digestif (GIT) bertambah lambat sehingga menyebabkan sekresi cairan digestif dan peristaltik lamban sehingga terjadi penurunan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan tertentu. 2.) Pada lansia banyak makanan yang tidak tercerna dan kadangkadang tak cukup cairan untuk mencerna sehingga timbul konstipasi.. konstipasi dapat juga terjadi karena tidak mengkonsumsi makanan yang memadai/kurang melakukan latihan fisik. 3.) Tidak memadainya konsumsi makanan juga sebagai akibat dari penurunan respon terhadap tanda-tanda internal terhadap lapar dan haus, perubahan pada gigi (karena sakit/trauma) sehingga sulit untuk mengunyah. 4.) Keadaan sakit, misalnya : stroke akan menimbulkan kesulitan untuk mengunyah/menelan. 5.) Kadang lupa dalam konsumsi makanan. 6.) Penggunaan laksatif yang berlebihan dapat menurunakan penyerapan vitamin-vitamin tertentu yang larut dalam lemak (A, D, E, K). 7.) Pada umumnya keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak biasanya akibat makanan yang kurang bisa dicernakan akibat : a.) b.) Menurunnya fungsi kelenjar pencernaan. Menurunnya toleransi terhadap makanan berlemak.

8.) Konstipasi dapat terjadi karena kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan akibat gigi sudah lepas.

b.

Eliminasi urine Terdapat sejumlah alasan terjadinya inkontinensia, baik yang disebabkan oleh semua faktor diatas maupun masalah klinis yang berhubungan. Alasan utama pada lansia adalah adanya ketidakstabilan kandung kemih. Beberapa kerusakan persyarafan mengakibatkan seseorang tidak mampu mencegah kontraksi otot kandung kemih secara efektif (otot detrusor) dan mungkin juga dipersulit oleh masalah lain, seperti keterbatasan gerak/konfusi. Keinginan untuk miksi datang cepat dan sangat mendesak pada seseorang sehingga penderita tidak sampai pergi ke toilet, akibatnya terjadi inkontinensia, kejadian yang sama mungkin dialami pada saat tidur. Pada wanita, kelemahan otot spingter pada outlet sampai kandung kemih seringkali disebabkan oleh kelahiran multipel sehinga pengeluaran urine dari kandung kemih tidak mampu dicegah selama masa peningkatan tekanan pada kandung kemih. Adanya tekanan di dalam abdomen seperti bersin, batuk, atau saat latihan juga merupakan faktor konstribusi. Pembesaran kelenjar prostat pada pria adalah penyebab yang paling umum terjadinya obstruksi aliran urine dari kandung kemih. Kondisi ini menyebabkan inkontinensia karena adanya mekanisme overflow, namun inkontinensia ini dapat juga di sebabkan oleh adanya obstruksi yang berakibat konstipasi dan juga adanya massa maligna (cancer) dalam pelvis yang dialami oleh pria dan wanita. Akibat dari obstruksi, tonus kandung kemih akan menghilang sehingga disebut kandung kemih atonik. Kandung kemih yang kondisinya penuh gagal berkotraksi akan tetapi kemudian menyebabkan overflow, sehingga terjadi inkontinensia.

C. ASUHAN KEPERAWATAN Asuhan keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang mengarahkan perawat dalam memberikan asuhan. Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses ini yaitu meliputi pengumpulan dan analisa data dan menghasilkan diagnosa keperawatan. Pengkajian yang berfokus

pada keperawatan sangat penting untuk menetukan diagnosa keperawatan yang dapat menentukan intervensi dan implementasi keperawatan.

1.

Pengkajian 1.) Urine. Warna : Normal kuning jernih. Bau : Normal aromatik amonia. Pada overhidrasi hampir tidak berwarna Pada dehidrasi orange-kecoklatan. 2.) Jumlah urine bervariasi tergantung intake. Normal 1 x BAK 250-400 ml. 3.) Distensi kandung kemih inkontinensia (tidak dapat menahan BAK) 4.) Frekuensi BAK, tekanan dan desakan. 5.) Kondisi-kondisi tertentu misalnya : a.) b.) c.) anak). d.) e.) f.) g.) Polyurie, peningkatan jumlah BAK baik frekuensi Oliguri, penurunan jumlah BAK Anuri, produksi urine <100 /hari. Retensio, ketidakmampuan mengosongkan bladder, maupun volume. frekuensi/jumlahnya. Disuria, keadaan nyeri waktu BAK. Nokturia, keadaan BAK sering pada malam hari. Enurisis, keadaan sadar BAK (umumnya pada anak-

a Eliminasi urine

misalnya : karena obstruksi saluran urethra. b Eliminasi bowel 1.) Status gizi 2.) Pemasukan diit 3.) Anorexia, tidak dicerna, mual dan muntah. 4.) Mengunyah dan menelan.

5.) Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut 6.) Auskultasi bising usus. 7.) Palpasi apakah perut kembung, fecal. 8.) Konstipasi, sudah berapa hari tidak BAB. 9.) Keadaan diare. 2. Intervensi a. Eliminasi Urine 1.) Cukupkan cairan masuk 2000-3000 ml/hari. 2.) Cegah terjadinya inkontinensia : a) Jelaskan dan dorong klien untuk BAK tiap 2 jam. b) Pertahankan penerangan dikamar mandi untuk mencegah jatuh. c) Observasi jumlah urin d) Batasi cairan terutama waktu menjelang tidur. b. 1.) 2.) 3.) 4.) 3. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Eliminasi Bowel Berikan sikap fowler waktu makan Pertahankan keasaman lambung. Berikan makanan yang tidak membentuk gas Cukup cairan Awasi kecukupan cairan dalam diit. Dorong untuk melakukan aktivitas Fasilitasi gerak usus dalam mencerna. Berikan kebebasan dan gerak posisi tubuh normal Berikan kecukupan konsumsi serat. Ajarkan latihan kegel. Ajarkan latihan perut. Atur waktu makan dan minum. Atur jumlah makan dan minum. Berikan laxatif jika perlu.

Untuk mencegah sembelit/konstipasi.

BAB III FORMAT PENGKAJIAN LANSIA


1. BIODATA Nama Umur Jenis kelamin Alamat Pekerjaan Pendidikan Penghasilan Suku Agama Status Perkawinan Status Rumah Tanggal Pengkajian :: Jawa Indonesia : Kristen : Kawin : Milik sendiri : 24 Juni 2004 : Ny. P : 69 Tahun : Perempuan : Jalan B.S. Riadi Gg. X Oro-Oro Dowo Malang : Wiraswasta : SD

2. STATUS KESEHATAN SAAT INI Sejak lima tahun yang lalu klien mengeluh linu linu pada bagian ekstrimitas bawah . Rasa linu linu pada kedua kaki timbul bila klien melakukan aktivitas yang berlebihan. Klien juga menderita penyakit hipertensi yang kadang-kadang kambuh.Dua hari ini klien mengeluh tidak bisa BAB karena intake makanan klien yang kurang. 3. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU Klien mengatakan sebelumnya pernah menderita penyakit Difteri dan tetanus. Tujuh tahun yang lalu klien pernah menderita penyakit jantung koroner dan pernah dirawat di RS selama 9 hari.

4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Dalam keluarga klien ada anggota keluarga yang mengalami sakit yang sama dengan klien yaitu hipertensi . Sementara itu anaknya tidak ada yang menderita penyakit DM , asma dll.

5. SUMBER / SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN Klien datang ke dokter jika merasakan ada keluhan yaitu terasa linu- linu pada kedua kaki,serta jika ada keluhan pusing. Kadang kadang selain minum obat dari dokter, klien juga minum ramuan obat tradisional yaitu jamu asam urat. 6. TINJAUAN SISTEM a. Keadaan Umum Compos Mentis , GCS 4, 5, 6 TTV : TD DN RR : 150 / 90 mmHg : 74 x / menit : 25 x / menit

Suhu : 36,5 C

b. Integumen Tekstur : kulit kehilangan elastisitasnya yaitu keriput, melipat, berkantung dan kekeringan. Kulit teraba hangat, turgor kembali dalam waktu kurang dari 2 detik, kebersihan kulit terjaga, tidak ada lesi dan terjadi perubahan pada rambut. c. Kepala Bentuk oval, simetris, warna rambut memutih, penyebaran merata dan rambut mulai rontok. d. Sistem Penglihatan Mata tidak simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera agak keruh, pupil isokor, kornea agak keruh, visus menurun. e. Sistem Pendengaran

Fungsinya agak berkurang karena proses ketuaan, tidak ada serumen dan tidak terjadi perdarahan. f. Mulut dan Tenggorok Oral hygiene terjaga, bibir kering,warna coklat tua, tidak ada lesi , gigi tanggal semua,dan lidah bersih. g. Hidung Simetris, posisi septum nasi tidak ada lesi, tidak ada perdarahan, dan tidak terdapat pernapasan cuping hidung. h. Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, serta tidak terjadi distensi vena jugularis. i. Payudara Simetris, tidak terdapat benjolan. j. Sistem Pernapasan Inspeksi : Bentuk dada elips dan simetris, tidak terdapat retraksi interkostal, pernapasan reguler dengan frekuensi 25 x/ menit. Palpasi : Pada Vokal Fremitus getarannya seimbang antara kanan Auskultasi : Suara napas vesikuler , tidak ada ronki, wheezing. Perkusi : Bunyi paru resonan. dan kiri.

k. Sistem Kardiovaskuler Inspeksi dan Palpasi : Tidak terdapat pembesaran jantung . Auskultasi : Bunyi jantung normal : BJ I pada ICS IV linea

sternalis sinistra dan ICS V linea mid clavikula kiri , BJ II Aorta dan BJ II Pulmonal dan tidak terdapat bunyi murmur. Perkusi : Tidak terdapat pembesaran jantung .

l. Sistem Perkemihan Tidak terjadi nyeri saat BAK, tidak ada distensi suprapubik , BAK lancar , tidak terjadi infeksi, frekuensi BAK normal dengan volume BAK 400 ml / hari dan tidak terjadi inkontinensia urine. m. Sistem Gastrointestinal

Inspeksi

: Bentuk abdomen flat, tidak terdapat luka.

Palpasi : Tidak terdapat pembesaran hati dan limpa, serta terdapat Auskultasi : Bising usus 3 x / menit. Perkusi : bunyi abdomen hipertympani

distensi abdomen.

Tidak terdapat nyeri abdomen , kemampuan mengunyah dan menelan kurang. n. Sistem Lokomotorius Sikap tubuh agak membungkuk , gaya berjalan pelan, kadang- kadang terdapat nyeri persendian. Kekuatan otot : 5 5 5 5

Tidak ada peradangan, edema, dan pembengkakan sendi. ROM : klien melakukan aktivitas mandiri seperti mandi, makan, jalanjalan. o. Sistem Saraf Tidak terdapat kaku kuduk, muntah dan paralisis. Terkadang terjadi pusing . dengan GCS : 4, 5,6 , kesadaran compos mentis serta tidak terjadi panas dan kejang. p. Sistem Endokrin Terdapat perubahan warna rambut, tidak mempunyai riwayat DM, dan ada penurunan fungsi hormon estrogen , tiroid dan paratiroid. 7. POLA AKTIVITAS SEHARI HARI a. Makan dan Minum Ny. P biasanya makan sesuai dengan selera( bisa 2-3 x/ hari ) dengan lauk pauk dan sedikit sayur mayur. Klien biasanya menghindari makan yang menyebabkan timbulnya linu- linu seperti daging , kacang- kacangan, mlinjo, bayam. Biasanya klien minum air putih sebanyak 3 gelas / hari. b. Istirahat tidur Klien tidak terbiasa tidur siang. Jika malam hari klien mulai tidur pukul 22.00 sampai 04.00 pagi. Pada saat tidur klien sering terbangun. c. Eliminasi

Kadang-kadang klien selama 2 hari tidak pernah BAB. Frekuensi BAK normal dengan volume 400 ml / hari. d. Personal Hygiene Klien biasanya mandi 2 x / hari , keramas 2x /minggu, dan berganti pakaian setiap hari.

8. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL a. Psikososial Kemampuan sosialisasi klien tidak ada masalah, hal ini terbukti dengan klien masih melakukan kegiatan berjualan. Klien juga tidak mengalami masalah dalam melakukan sosialisasi dengan tetangga disekitar rumah dan lingkungan sekitar. b. Identifikasi Masalah Emosional Status emosional klien stabil. Jika diajak bicara sangat kooperatif terutama tentang masalah kesehatan dirinya dan keluarga. Jawaban dari pertanyaan I : Klien tidak mengalami sukar tidur. Klien tidak gelisah. Klien tidak pernah murung atau menangis sendiri. Klien tidak merasa was- was atau kawatir saat berjalan. c. Spiritual Agama yang dianut klien dan keluarga yaitu kristen dengan melakukan kegiatan keagamaan yaitu rutin ke gereja. 9. PENGKAJIAN LINGKUNGAN SOSIAL a. KATZ Indeks Klien mandiri dalam melakukan aktivitas : makan, kontinensia ( BAK/ BAB ), menggunakan pakaian, pergi ke toilet , berpindah, mandi dan aktivitas aktivitas yang lainnya. b. Modifikasi dari Barthel Indeks

No. 1.

Kriteria Makan

Dengan Bantuan

Mandiri 10

Keterangan Frekuensi : 2 - 3 x / hari Jumlah Jenis (tahu, : 3 piring : lauk pauk tempe) dan

sedikit sayur 2.
Minum 10 Frekuensi : 3 - 4 x/ hari Jumlah hari Jenis susu. : air putih , minum kadang-kadang : 3 gelas/

3.

Berpindah

dari

15

tempat tidur ke kursi

4. 5.

roda atau sebaliknya. Personal toilet Keluar masuk toilet ( mencuci pakaian , menyeka tubuh ) Mandi Jalan di permukaan datar Naik turun tangga Mengenakan pakaian Kontrol bowel ( BAB) Kontrol (BAK) Blader

5 10

Frekuensi 3x/ hari

6. 7. 8. 9. 10. 11.

15 5 10 10 10 10

Frekuensi 2x/ hari

Kadang-kadang 2 hari sekali, dengan konsistensi keras. Frekuensi sering Warna : jernih , kuning, (normal) Frekuensi : 1x/ hari Jenis : jalan jalan Frekuensi : Jenis : santai dengan keluarga

12. 13.

Olah Raga / latihan Rekreasi pemanfaatan luang. / waktu

10 10

Keterangan : Skor 130 ( Mandiri )

10. PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONER ( SPMSQ ) Ajurkan pertanyaan 1-10 dan catat semua jawaban. Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan. Benar Salah No. 1. 2. 3. 4. Pertanyaan Tanggal berapa hari ini ? Hari apa sekarang ini ? Apa nama tempat ini ? Dimana alamat Anda ? Jawaban Tanggal 24 Kamis Oro-oro Dowo Jl. B.S. Riadi Gg. X Oro-Oro 5. 6. 7. 8. 9. 10. Malang. Berapa umur Anda ? 69 tahun Siapa nama Presiden Ibu Megawati Indonesia ? Siapa Presiden Indonesia dulu Gus Dur ? Kapan Anda lahir ? Tahun 1935 Siapa nama Ibu Anda ? Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17 ,selanjutnya pengurangan 3 dari setiap benar angka baru , semua secara menurun. Keterangan : Skor Total : Benar ( 10 ) Fungsi intelektual utuh b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE ( Mini Mental Status Exam ) Orientasi Registrasi Perhatian Dowo

No. 1.

Kalkulasi Mengingat kembali Bahasa Nilai Max. 5 Nilai Klien 5 Menyebutkan Kriteria dengan benar tahun,

Aspek Kognitif Orientasi

musim, tanggal, hari, bulan ( Kamis 24 Juni 2004 , musim panas ) Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada : di Indonesia , Propinsi Jawa Timur, Kota Malang, Rumah Ny. P 2. Registrasi 3 3 Sebutkan nama objek untuk menyatakan masingmasing objek tersebut, kemudian tanyakan kembali pada klien 3 Perhatian dan 4. Kalkulasi Mengingat 3 3 5 5 ketiga objek tersebut. Minta klien untuk memulai dari angka 100 kemudian dikurangi 7 hingga lima kali yaitu : 93, 86, 79, 72, 65. Minta klien untuk mengulangi ketiga objek pada No. 2 tadi. Bila benar 1 5. Bahasa 9 9 point untuk masing masing objek. Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan nama pada klien, misal jam tangan dan pensil. Minta klien untuk mengulangi kata tidak ada, jika, dan, atau, tetapi, bila benar berikan point. Mintaklien untuk mengikuti perintah yang terdiri dari tiga langkah yaitu : ambil kertas ditangan Anda, lipat jadi dua dan taruh di lantai , perintahkan pada klien untuk menutup mata , perintahkan pada klien untuk menulis

kalimat dan menyalin gambar. Interpretasi Hasil : Skor 24 30 : Tidak ada gangguan kognitif. 11. PENGKAJIAN LINGKUNGAN SOSIAL a. Interaksi dengan masyarakat Hubungan klien dengan masyarakat sangat baik hal ini dapat diketahui dengan akrabnya klien dengan tetangga. b. Peran dalam keluarga masyarakat Klien berperan sebagai ibu rumah tangga dan tinggal bersama anaknya. Aktivitas klien setiap hari antara lain : berjualan dan membersihkan rumah. c. Interaksi dengan fasilitas kesehatan Klien jika merasakan sakit segera pergi ke dokter. Selama ini klien jarang datang ke Puskesmas.Interaksi klien dengan petugas kesehatan baik dan klien memahami tentang pentingnya memeriksakan kesehatan secara teratur dan menjaga kesehatan dengan menghindari makanan pantangan. 12. PENGKAJIAN KESEIMBANGAN UNTUK LANSIA a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan 1) Klien bangun dari kursi dengan satu kali gerakan, dan stabil waktu berdiri pertama kali. 2) Duduk ke kursi Klien langsung duduk ke kursi dan tidak menjatuhkan diri dikursi, klien duduk ditengah dan tampak rileks. 3) Menahan dorongan pada sternum Klien dapat mengerakkan kedua kaki, mampu menyentuh pegangan kursi, kaki bisa menyentuh lantai. 4) Mata tertutup Klien mampu berjalan walaupun dengan mata tertutup dengan kekuatan otot : 5 5 5) Perputaran leher 5 5

Klien mampu mengerakkan leher serta berputar ke kiri dan ke kanan, tidak pusing , klien dapat mengerakkan kaki dan memegang objek untuk dukungan. 6) Gerakan menggapai sesuatu Klien mampu menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya dengan kedua tangan serta memegang sesuatu untuk dukungan. 7) Membungkuk Klien mampu membungkuk untuk mengambil benda seperti bolpoin dari lantai dan pada waktu berdiri tidak memerlukan bantuan dari orang lain. b. Komponen gaya berjalan atau gerakan 1) Bila klien diminta untuk berjalan ke tempat yang ditentukan klien bisa melaksanakan dan langsung malakukan tanpa menggunakan objek sebagai dukungan. 2) Ketinggian langkah kaki Pada saat klien mengangkat kaki atau melangkah tampak seperti orang normal pada umumnya. Kaki tidak diseret dan tidak mengangkat kaki terlalu tinggi. 3) Kesimetrisan langkah Langkah kaki klien simetris karena tidak ada kecacatan pada tubuh klien . 4) Penyimpangan jalur saat berjalan Klien bisa berjalan pada garis lurus dan tidak menyimpang saat berjalan. 5) Berbalik Pada waktu berbalik klien tidak berhenti tapi langsung berbalik . Klien berjalan tidak sempoyongan dan bergoyang serta jarang sekali bagi klien untuk mencari pegangan saat berjalan 6) Kontinuitas langkah kaki Langkah klien biasa seperti sebagaimana mestinya, tetapi langkah kaki klien pelan. 13. PENGKAJIAN LINGKUNGAN FISIK

a. Ventilasi Rumah Ventilasi pada rumah di nilai kurang adekuat , hal ini dapat dilihat pada keadaan padat dan sempitnya rumah.terdapat jendela 4 buah yaitu pada sisi depan 4 buah. Serta hanya terdapat 2 buah lubang angin pada ruang tamu. b. Lantai Lantai terbuat dari tegel dan ubin semen. c. Penerangan Penerangan pada rumah klien dirasa kurang , hal ini dapat dilihat dari pada malam hari hanya menggunakan lampu TL yang berjumlah 2 buah yaitu pada ruang tamu dan di ruang dapur. d. Pencahayaan Di rumah klien pencahayaannya kurang , hal ini dapat terlihat pada siang atau sore hari ruangan agak gelap dan terasa lembab. Karena sinar matahari yang masuk sangat minimal . e. Kamar Mandi / WC Kamar mandi terletak didalam rumah dengan luas 2 x 1 m. lantai terbuat dari keramik, serta menggunakan WC duduk. Selain itu dikamar mandi juga terdapat ventilasi. f. Lingkungan Perumahan Lingkungan perumahan kondisinya sangat padat , dengan kondisi jalan yang sangat sempit kira lebar jalan 2 m . Dimana jalan menuju rumah sebagian besar telah diaspal dan disemen oleh penduduk. Dan keadaan topografinya mendatar serta rata.

ANALISA DATA

Nama Umur No. 1. DS :

: Ny. P : 69 Tahun Data Penunjang Masalah Kemungkinan Penyebab Gangguan Bowel Pemenuhan kebutuhan gizi tidak seimbang. dan hanya

1. Klien mengatakan 2 hari ini Eliminasi ( BAB ) tidak bisa BAB. 2. Klien mengatakan tidak suka makan gelas. DO : 1. Klien hanya makan nasi dan sedikit sayur mayur. 2. Bising usus 3 x /menit 3. Perkusi hypertimpani. 4. TTV : TD : 150/90 mmHg abdomen sayur minum air putih sebanyak 3

DN : 74 x / menit RR : 25 x / menit

Suhu : 36,5 C

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Umur No. 1.

: Ny. P : 69 tahun Tanggal Muncul 24 Juni2004 Diagnosa Keperawatan Gangguan Bowel Eliminasi (BAB) b/d pemenuhan kebutuhan gizi tidak seimbang. Tanggal Teratasi TT. -

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Umur Tgl


24 Juni 2004

: Ny. P : 69 Tahun No.


1.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Rencana Intervensi 1. Kaji pengetahuan klien mengenai pemahaman tentang nutrisi. 2. Anjurkan klien makan sayur dan buah. klien untuk meningkatkan intake cairan

Gangguan Bowel Tujuan umum : Eliminasi (BAB) Setelah b/d makanan Intake intervensi dilakukan keperawatan

yang dalam waktu 2 X 24 jam klien dapat BAB secara normal. Tujuan khusus : 1. Klien mau secara sadar meningkatkan tinggi

kurang adekuat.

intake makanan yang 3. Anjurkan mengandung serat. 2. Adanya motivasi dari klien untuk dan keluarga meningkatkan

1500 cc yang dipenuhi secara bertahap. 4. Anjurkan untuk makanan klien makan yang

intake makanan klien. Kriteria hasil : 1. Klien nutrisi dengan seimbang. 2. Klien dengan maksimal dapat lancar dalam mendapatkan yang gizi cukup yang

tidak bergas.
BAB 5. Lakukan

auskultasi bising usus.

waktu 2 X 24 jam .

CATATAN KEPERAWATAN

Nama Umur No. 1.

: Ny. P : 69 Tahun. Tanggal 24 Juni 2004 No. Dx I Tindakan Keperawatan 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang pentingnya nutrisi yang seimbang. 2. Memberikan mengenai penyuluhan makanan klien intake yang untuk cairan TT

mengandung gizi seimbang. 3. Menganjurkan meningkatkan secara bertahap. 4. Mengukur TTV 5. Mengobservasi bising usus.

EVALUASI

Nama Umur No.Dx 1. S :

: Ny. P : 69 Tahun Tanggal 27 Juni 2004 a. Klien mengatakan sudah dapat BAB dengan lancar. b. Klien mengatakan sudah minum sebanyak 5 gelas / hari. c. Klien mengatakan mau mengkonsumsi sayuran dan buah- buahan. O: a. Bising usus 12 X / menit. b. Makan dengan lauk pauk dan sayuran. c. Perkusi abdomen tympani. A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi

BAB IV PEMBAHASAN

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. P didapatkan bahwa pada kasus dan teori tidak terdapat kesenjangan kecuali pada sistem GIT dan pola eliminasi klien. Menurut teori terjadinya gangguan eliminasi bowel pada lansia dapat disebabkan karena : 1. Pada sistem GIT terjadi penurunan fungsi peristaltik usus yaitu menjadi lamban sehingga terjadi penurunan kemampuan untuk mencerna makanan. 2. Tidak cukupnya masukan cairan dan konsumsi makanan. 3. Kurang melakukan latihan fisik 4. Keadaan sakit misalnya : stroke yang menimbulkan kesulitan untuk mengunyah atau menelan. 5. Penggunaan laxative yang berlebihan. Sedangkan pada kasus ada beberapa kesamaan dengan teori yaitu : Pada klien Ny. P konstipasi yang dialami klien terjadi karena tidak cukupnya masukan cairan dan konsumsi gizi pada makanan klien yang tidak seimbang. Tetapi ada juga perbedaan antara teori dan kasus yaitu : Disebutkan pada teori bahwa konstipasi pada lansia dapat terjadi karena kurang dalam aktivitas atau terjadi penurunan aktivitas. Sedangkan pada klien Ny. P aktif dalam beraktivitas sehingga terjadinya konstipasi tidak dipengaruhi oleh aktivitas klien.

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. P dapat disimpulkan bahwa : 1. Faktor usia juga mempengaruhi terjadinya konstipasi pada klien Ny. P karena terjadi penurunan kemampuan peristaltik usus dalam mencerna makanan. 2. 3. Intake cairan dan konsumsi gizi makanan yang tidak seimbang Untuk mengatasi masalah konstipasi pada klien dilakukan dapat mempengaruhi terjadinya konstipasi pada klien Ny. P. penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang pentingnya konsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang. Pada klien juga dianjurkan untuk meningkatkan masukan cairan secara bertahap.

B. SARAN 1. 2. 3. Tindakan asuhan keperawatan yang diberikan harus benar-benar Prioritas masalah yang munsul dapat digunakan untuk menentukan Melibatkan peran serta keluarga dalam prosedur keperawatan yang diperhatikan dan disesuaikan dengan kondisi klien. penanganan atau melakukan prosedur tindakan yang tepat. sangat membantu untuk memberikan dukungan moral bagi klien.

PENGKAJIAN KEBUTUHAN BELAJAR

A. BIODATA Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pendidikan Suku Pekerjaan Alamat : Jawa : Swasta : Jl. Piranha No. 29 RW II RT I Ds. Tunjung Sekar Lowokwaru Malang. B. PENGKAJIAN FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pengkajian Riwayat Keperawatan Usia Saat ini usia klien sudah menginjak 78 tahun dimana terdapat penurunan kemampuan dalam berpikir dan sulit untuk menerima perubahan. Persepsi klien tentang keadaan masalah kesehatan Klien mempersepsikan bahwa penyakit yang dideritanya dapat diobati dengan jamu tradisional Akar Pohon. Kepercayaan klien tentang kesehatan Klien mengetahui bahwa kesehatan perlu di jaga dan sangat penting untuk diperhatikan ,tetapi kadang kadang klien ceroboh dalam menjaga kesehatan. Kepercayaan tentang agama Klien beragama islam yang taat menjalankan ibadah dan selalu mengikuti pengajian dikampung. Kepercayaan dalam budaya : Tn. W : 78 Tahun : Laki-laki : Islam : SD

Klien menganggap bahwa jika makan- makanan seperti : kubis, ikan asin, daging, kacang-kacangan, mlinjo, nangka muda, sawi, selada, bayam dan minum es maka kedua kakinya akan terasa linu linu dan agak pusing seperti ingin pingsan. Tetapi jlka minum susu kedelai dan jamu tradisional Akar Pohon klien akan merasa kondisi tubuhnya lebih baik. Keadaan ekonomi klien Klien selama ini sudah tidak bekerja sehingga kebutuhannya dan iastrinya ditanggung oleh anaknya yang bekerja di pulau Batam. Cara klien belajar Klien belajar tentang masalah kesehatan dari pengalaman- pengalaman keluarga dan tetangganya.Dimana klien juga mendapatkan pengetahuan kesehatan dari dokter dan perawat yang ada di Puskesmas serta dari Mahasiswa Keperawatan Malang yang sedang PKMD. Sistem pendukung yang mempertinggi proses belajar Keluarga mempunyai kesadaran yang tinggi mengenai kesehatannya, sehingga jika klien kambuh maka keluarga akan membawa klien ke Puskesmas selain di obati sendiri dengan jamu Akar Pohon. 2. Pengkajian Fisik Berat badan Tn. W adalah 65 kg, dengan tinggi badan 170 cm. Dari pengukuran tanda tanda vital di peroleh sebagai berikut:tekanan darahnya 140/110 mmHg , denyut nadi 68 x / menit, RR 25 X / menit dan suhu tubuhnya 37 C. Mulutnya kering , fungsi pendengarannya baik, fungsi penglihatannya baik serta kemampuan dalam ketrampilan psikomotor dan perawatan dirinya baik. 3. Pengkajian kesiapan untuk Belajar Kesiapan emosi Tn. W secara emosi siap untuk belajar , hal ini dapat diketahui dari cara penyambutan klien terhadap perawat yang ramah dan kooperatif jika diajak bicara serta menjawab semua pertanyaan dengan baik. Kesiapan kognitif

Klien dapat berfikir secara baik, serta sadar akan tindakan keperawatan yang dilakukan sangat penting untuk meningkatkan status kesehatannya. Kesiapan berkomunikasi Klien percaya terhadap penjelasan yang di berikan oleh perawat. Dan klien juga mau menerima tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat. 4. Pengkajian Motivasi Motivasi klien untuk mencegah agar tidak terjadi kekambuhan kembali pada penyakitnya sangat kuat, tetapi suatu saat klien kadang kadang masih melanggar aturan diit yang telah diterapkan sehingga kadang masih terjadi kekambuhan.Sedangkan motivasi dari keluarga untuk mencegah kekambuhan pada klien sangat besar hal ini di ketahui dari makanan yang di berikan sudah sesuai dengan diit yang diberikan. 5. Pengkajian Kemampuan Membaca Pendidikan klien Sd tetapi kemampuan membaca klien cukup lancar. Saat perawat mengajukan alternatif pilihan ( membaca, menonton, atau mendengarkan ) untuk mengetahui kemampuan membaca klien maka klien lebih memilih membaca dan mendengarkan tentang penyakit asam urat.Saat selesai dijelaskan oleh mahasiswa perawat klien, klien mampu menjelaskan kembali dengan baik segala apa yang didengarkan dan dibaca. C. PENGKAJIAN FAKTOR PEMUNGKIN 1. Fasilitas yang ada Rumah Tn. W dekat dengan Puskesmas, tetapi Tn. W jarang memanfaatkannya. Hal ini dapat diketahui dari jarangnya klien datang ke Puskesmas ( datang ke Puskesmas jika sakitnya kambuh ). Karena klien kadang lebih memilih mengobati sakitnya dengan obat tradisional Akar Pohon. 2. Ketersediaan sumber daya Fasilitas kesehatan yang tersedia yaitu Puskesmas , Dokter praktek umum dan RS daerah. Puaskesmas dapat dijangkau dengan jalan kaki dan naik

transportasi umum tetapi klien jarang memanfaatkan secara optimal fasilitas kesehatan yang ada. 3. Keadaan rumah Luas tanahnya yaitu 60 m2 milik sendiri, luas rumahnya 50 m2 yang terdiri dari 2 buah kamar tidur, 1 ruang tamu, dan 1 ruang makan yang merangkap dapur. Pengaturan perabot rumahnya tidak teratur, ventilasi kurang, lantai terbuat dari semen , kandang ayam jadi satu dengan dapur dan kebersihan rumah kurang terjaga. 4. Keadaan lingkungan Lingkungan perumahan kondisinya sangat padat dengan pekarangan rumah yang tidak ada, kondisi jalan yang sempit 2 m.Dengan topografi yang mendatar dan rata , serta sampah. 5. Pola makan tahu tentang makanan yang Klien kurang memperhatikan komposisi menu makanan sehari hari karena keterbatasan finansial dan kurang diperbolehkan. 6. Perilaku klien dan keluarga Klien dan keluarga jika merasa sakit akan datang ke Puskesmas dan kadang kadang keluarga mengkonsumsi jamu tradisional Akar Pohon. D. PENGKAJIAN FAKTOR PENGUAT 1. 2. Petugas kesehatan Motivasi dari keluarga DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidakpatuhan terhadap diit Asam Urat yang diterapkan berhubungan dengan kurang pengetahuan terhadap progam yang diikuti. rumah jauh dari tempat pembuangan

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Sasaran Waktu dan Tempat Hari / tanggal Tempat : Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Artritis Gout pada Lansia : Penatalaksanaan Diit pada Lansia dengan Penyakit Artritis Gout : Klien Lansia dengan Artritis Gout : : Jumat 7 Mei 2004 : Rumah Tn. W di Jl. Piranha No. 29 RW II Ds.Tunjung sekar Malang Pukul : 16. 00 - 17.00 : Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan klien mengerti dan mampu memahami penyakit yang dideritanya Tujuan Khusus Media Metode Penyuluhan Tahap Kegiat an Pendahulu 15 menit an Waktu : Setelah dilakukan penyuluhan klien mampu Menyebutkan pengertian Artritis Gout . Menyebutkan penyebab penyakit Artritis Gout Menyebutkan tanda ddan gejala penyakit Artritis Gout Menyebutkan cara penatalaksanaan diit yang tepat pada penyakit : Leaflet : Ceramah dan Tanya Jawab Kegiatan Perawat 1. Salam perkenalan 2. Menyamakan persepsi Kegiatan Klien Metode dan Tujuan Umum

RT I

Artritis Gout.

Media dan 1. Mendengarkan Ceramah dengan seksama 2. Menjawab

3. Mengemukakan tujuan dari ruang lingkup Penyajian 25 menit pembicaraan . 1. Menjelaskan pengertian Artritis Gout. dan gejala penyakit Artritis Gout. 3. Menjelaskan penyebab penyakit Artritis Gout. 4. Menjelaskan cara penatalaksanaan diit yang tepat bagi klien Artritis Gout 5. Memberi kesempatan untuk bertanya 6. Menjawab pertanyaan Penutup 10 menit klien 1. Memberikan kesimpulan materi disampaikan. 2. Evaluasi jawaban singkat 3. Tindak lanjut dan harapan kegiatan setelah dengan yang pada yang dari klien

pertanyaan yang diajukan penyuluh. 1. Mendengarkan Ceramah dengan seksama tentang materi yang tidak di pahami dimengerti. dan dan Tanya Jawab

2. Menjelaskan tanda 2. Bertanya

1. Memperhatika n

Ceramah

dengan dan

perasaan puas Leaflet dan mengerti

4. Mengucapkan salam penutup

MATERI PENYULUHAN
A. PENGERTIAN ARTRITIS GOUT Artritis Gout atau apa yany disebut Asam Urat merupakan penyakit metabolik yang mempunyai sekelompok gangguan atau sindrom klinis metabolik yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi asam urat (Hiperurisemia).masalah akan timbul jika tebentuk kristal-kristal urat pada sendi- sendi dan jaringan sekitarnya. Dimana kristal tersebut berbentuk seperti jarum yang akan mengakibatka reaksi peradangan, jika berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat dan kerusakan pada sendi dan jaringan lunak. B. PENYEBAB Penyebab utamanya ialah peningkatan kadar asam urat yang berlebihan serta penurunan ekresi asam urat melalui ginjal karena suatu proses penyakit lain atau penggunaan obat-obatan tertentu. Hal yang penting diketahui bahwa asam urat sendiri tidak akan menimbulkan apa-apa tetapi rasa sakit yang dirasakan terjadi akibat terbentuknya kristal yang mengendap. 3. TANDA DAN GEJALA Penyakit ini mempunyai 4 tahap dari perjalanan klinis penyakitnya yaitu : Tahap I Ditandai dengan peningkatan asam urat serum yang tanpa disertai gejalagejala kelainan. Tahap II Adalah Artritis Gout yang berlanjut menjadi akut.pada tahap ini terjadi pembengkakan dan nyeri biasanya pada sendi pergelangan kaki dan tangan.selanjutnya diikuti penbentukan tofi ( timbunan Natrium - urat ). Biasanya terjadi demam dan leukositosis. Tahap III Adalah tahap intertitis. Pada tahap ini tidak terdapat gejala-gejala klinis yang dapat berlangsung beberapa bulan sampai dengan beberapa tahun.

Tahap IV

Adalah Gout kronik. Terjadi peradangan kronik akibat kristal- kristal asam urat.sehingga mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku juga pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak.komplikasi jika tidak tertangani akan terjadi kerusakan pada ginjal sehingga ekskresi asam urat akan bertambah buruk. D. CARA PENATALAKSANAAN DIIT YANG TEPAT PADA PENYAKIT GOUT ARTRITIS Faktor- faktor yang berperan atau mempengaruhi dalam perjalanan klinis dari Artritis Gout ini adalah salah satunya diit atau konsumsi makanan (tinggi purin) yang dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat. Tujuan penatalaksanaan diit pada penyakit Artritis Gout : 1. Menurunkan pembentukan asam urat. 2. Menurunkan berat badan dalam batas normal 3. Mencegah kekambuhan kembali 4. Mengendalikan kadar asam urat serum Syarat-syarat makanan yang bisa dikonsumsi : 1. Rendah purin 2. Cukup kalori, protein, vitamin dan mineral 3. Karbohidrat tinggi untuk memudahkan ekskresi asam urat 4. Lemak sedang untuk mengurangi pembemtukan asam urat 5. Konsumsi cairan ditingkatkan untuk meningkatkan ekskresi asam urat Makanan yang tidak diperbolehkan : Jeroan (jantung, limpa, otak, hati), ikan sarden, kerang, daging bebek, angsa, burung atau ayam kalkun dan kaldu daging. Makanan berikut diperbolehkan tetapi dibatasi konsumsinya (mengandung purin 50-150 mg/100 gr bahan makanan): 1. Daging ayam, ikan tongkol, tenggiri, bandeng sebanyak 50 gr / hari 2. Semua macam kacang-kacangan kering 25 gr / hari dan hasil olahannya seperti tempe, tahu, oncom 50 gr / hari

3. Kacang kapri, kacang buncis, kembang kol, bayam, jamur maksimum 50 gr / hari 4. Nangka muda, emping, sawi dan kubis 5. Minyak dalam jumlah terbatas Bahan makanan yang boleh diberikan (mengandung purin 0-15 mg / 100 gr bahan makanan) : 1. Beras, kentang, singkong, roti, mie, bihun, tepung-tepungan biskuit. 2. Susu skim, telur 3. Semua sayuran kecuali yang dibatasi 4. Semua buah-buahan 5. Teh, kopi, minuman yang mengandung soda 6. Semua macam bumbu Indikasi diit : pada penderita Gout dan batu ginjal asamurat Contoh Menu Sehari Pagi Nasi Telur dadar Cah kangkung Jam 10.00 : bubur kacang ijo

Siang Nasi Pepes ikan Tahu isi kukus Urapan Pepaya Jam 16.00 : selada buah

Malam Nasi Daging bumbu bali Tempe bacem

Sayur asem Pisang

DAFTAR PUSTAKA
Asfawan. M, Dkk. 1988. Gizi dan Kesehatan Manula (Manusia Lanjut Usia). Jakarta : PT Mediyatama Sarana Prakarsa Lueckenofte, 1998. Pedoman Praktis Pengkajian Gerontologi Edisi 2. Jakarta : EGC Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC Watson, R. 2003. Perawatan pada Lansia. Jakarta : EGC

Disusun Guna Memenuhi Tugas Dari Mata Ajar Keperawatan Gerontik I (KJR 209)

Disusun Oleh : Kelompok I.A


ALVINA PUSPITASARI ANANG SATRIANTO CHRISTEN SUSANTI DAVID HENDRO DEWI KESWULAN N.H (0201100001) (0201100002) (0201100003) (0201100004) (0201100005) DEWI RACHMAWATI DHIMAS ADITYA S.A DIAN ARITINAWATI DIANA JULI ARINDA DIDIK SURYABUDI (0201100006) (0201100007) (0201100008) (0201100009) (0201100010)

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MALANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

MALANG 2004

You might also like