You are on page 1of 65

Cermin

No.24, 1981 Dunia Kedokteran


International Standard Serial Number : 0125 — 913X

Majalah triwulan
diterbitkan oleh :
Pusat Penelitian dan Pengembangan P.T. KalbeFarma dan
dipersembahkan secara cuma-cuma.

2 EDITORIAL

3 CERMIN
SEKITAR ETIKA KEDOKTERAN

ARTIKEL
7 UJI FAAL PARU
12 FAAL PARU PADA PEMBEDAHAN
17 REHABILITASI PENDERITA PENYAKIT PARU MENAHUN
22 POSTURAL DRAINAGE
26 MIKOBAKTERIOSIS PARU
30 TEST ALERGI DAN DESENSITISASI PADA ANAK DENGAN BATUK
35 TERAPI OBAT : BROMHEXIN (Mucosolvan)

40 PENGENALAN ILMU KESEHATAN PENERBANGAN DAN RUANG


ANGKASA
42 PROBLEMA PENGLIHATAN PADA PENERBANGAN DENGAN KECE-
PATAN TINGGI DAN PADA KETINGGIAN
45 TRAPPED GAS PADA PENERBANGAN YANG TINGGI
49 KELELAHAN (FATIGUE) DALAM PENERBANGAN
Karya Sriwidodo
52 PERANAN FAKTOR MEDIS PENERBANG DALAM KECELAKAAN
PESAWAT TERBANG
55 RASA TAKUT TERBANG

58 STATUS GIZI ANAK—ANAK BALITA DI NUSA PENIDA DITINJAU


DARI SUDUT ANTROPOMETRI

60 R ESENSI BUKU : Teori dan Praktek Ilmu Mahkota & Jembatan


61 CATATAN SING KAT
62 HUMOR ILMU KEDOKTERAN .
63 RUANG PENYEGAR DAN PENAMBAH ILMU KEDOKTERAN
64 ABSTRAK—ABSTRAK
".......................saya anggap penting juga bahwa dokter — dan ini berlaku untuk semua ilmu lain,
sama saja — memperhatikan apa yang terjadi dalam ilmu-ilmu manusia lain. Jadi yang perlu dicegah
adalah Fachidiotentum, keterbatasan pada ilmunya sendiri saja yang mungkin membuat orang itu
pinter dan trampil dalam bidang sempit kekhususannya, tetapi secara manusiawi ia bodoh dan tidak
dewasa." demikian Franz Magnis Suseno menulis dalam Cermin pada nomor ini. Sesungguhnya ti-
dak semua dokter punya hasrat, mungkin karena tak sempat, memperluas pengetahuannya ke bidang-
bidang lain. Bidang yang masih berhubungan dengan kedokteran saja sering tak kita ketahui. Inilah
salah satu alasan CDK kali ini membahas masalah kedokteran dalam penerbangan, disamping tema
utama : masalah pernafasan.
Pernafasan berkaitan erat dengan paru, suatu organ tubuh menusia yang punya sifat khas.
Alat-alat lain , jantung dan usus misalnya, praktis bekerja secara otonom di luar pengaruh kehendak
kita. Tapi kerja paru sebagian dapat kita kendalikan, meskipun sampai batas tertentu saja. Dengan
sengaja kita dapat meningkatkan atau menurunkan frekuensi nafas, membuat pernafasan dangkal atau
dalam. Perubahan pola-pola pernafasan ini secara langsung mempengaruhi keadaan gas-gas dalam da-
rah. Dan bukanlah ini akan mempengaruhi metabolisme seluruh tubuh? Jadi boleh dikatakan bahwa
manusia sampai taraf tertentu boleh ikut menentukan keadaan tubuhnya sendiri, kesehatannya sen-
diri. Maka bukan suatu kebetulan jika orang-orang bijaksana sejak jaman dulu menganjurkan manusia
menguasai pernafasannya bila ingin menguasai tubuhnya sendiri. Di India ini diajarkan lewat beberapa
latihan Yoga, dalam cerita silat Cina dikenal latihan nafas untuk melatih "tenaga dalam", sedang di
daerah-daerah di Indonesia dikenal latihan samadi dan sejenisnya. Dalam latihan-latihan itu faktor
apakah yang lebih berpengaruh terhadap kesehatan manusia? Latihan pernafasannya, relaksasi, atau
konsentrasi pikirannya ? Belum banyak penelitian mengenai hal itu. Tapi mungkin sekali semuanya
berpengaruh. Dalam ilmu kedokteran berat modern kini juga dikenal latihan pernafasan dalam fisio-
terapi. Bagi orang sehat, sedikit peningkatan fungsi atau efisiensi pernafasan itu mungkin tak begitu
dirasakan manfaatnya; tidak demikian halnya dengan penderita-penderita penyakit paru, terutama
penyakit paru obstruktif menahun.
Latihan pernafasan ini termasuk salah satu cara rehabilitasi penderita penyakit paru menahun,
yang dalam CDK nomor ini dibahas oleh Imam Waluyo SMPH & dr. AR Nasution.
Untuk menyegarkan pengetahuan kita akan masalah pernafasan, dalam artikel pertama nomor
ini disajikan Uji Faal Pam yang dibahas oleh dr. V. Sutarmo Setiadji dkk. Kemudian dr. Hudaya Su-
tadinata membicarakan hubungan antara faal paru dan pembedahan. Pembedahan pada toraks mau-
pun abdomen akan mempengaruhi gerakan otot-otot pernafasan & diafragma, sehingga pada penderi-
ta yang faal parunya telah tidak sempurna, pembedahan dapat berbahaya. Selain itu dr. Hudaya
juga menulis tentang postural drainage, salah bentuk fisioterapi paru. Bentuk terapi ini berguna
untuk membantu pasien-pasien tertentu, khususnya yang produksi sputumnya banyak (lebih dari
30 ml). Indikasi dan kontraindikasi terapi ini perlu diketahui dengan tepat untuk menghindarkan ba-
haya maupun kerugian waktu dan uang karena penggunaan yang tidak tepat.
Dalam bagian lain, disajikan juga masalah Mikobakteriosis Paru, Test Alergi dan Desentisasi pa-
da Anak dengan Batuk-batuk, dan beberapa perkembangan dalam masalah pernafasan.
Pembahasan mengenai masalah kedokteran dalam penerbangan mengetengahkan beberapa ar-
tikel menarik, seperti problema penglihatan pada penerbangan dengan kecepatan tinggi; masalah yang
timbul akibat pengembangan gas (trapped gas); masalah kelelahan ; peranan faktor medis dalam kece-
lakaan pesawat; dan rasa takut terbang. Banyak masalah kesehatan/kedokteran terungkap dengan
mempelajari perilaku manusia dan alat-alat tubuhnya pada tempat yang tidak wajar itu, pada kece-
patan tinggi dan pada ketinggian. Semoga bermanfaat menambah pengetahuan kita.

2 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


CERMIN

Sekitar Etika Kedokteran


Dr. Franz Magnis Suseno SJ
Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.

Seorang ahli pernah mengatakan bahwa etika atau filsafat Etika mempertanyakan mengapanya. Jadi etika adalah suatu
moral baru akan berkembang apabila norma-norma moral ilmu argumentatif dan rasional dalam arti bahwa etika tidak
dalam masyarakat mulai disangsikan. Dalam kenyataan mengajukan perintah-perintah dan larangan-larangan, melain-
memang tidak setiap bangsa dan tidak setiap lingkungan kan selalu mencari suatu argumentasi.
kebudayaan mengembangkan suatu etika. Yang mesti terdapat Kebutuhan akan etika muncul dalam masyarakat, apabila
dalam setiap lingkungan dan pada setiap manusia ialah suatu sistem norma-norma tradisional mulai dipersoalkan. Pada saat
kesadaran moral dan norma-norma yang merupakan patokan itulah orang mulai menjadi bingung. Ia tidak lagi tahu dengan
bagi kesadaran moral untuk menilai baik-buruknya tindakan pasti pada ukuran mana ia dapat menilai sikap dan tindakan-
manusia. nya. Norma-norma tradisional mulai diragukan apabila sistem-
sistem normatif tandingan masuk ke dalam lingkungannya,
Moral dan Etika
tetapi juga apabila masyarakat berkembang ke suatu arah di
Jadi kita harus membedakan antara etika dan moral. mana masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah yang dulu
Dengan moral kita maksud keyakinan-keyakinan manusia belum pernah muncul. Dalam situasi itu perlu suatu ukuran
tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan norma-norma bukan hanya bagi tindakan manusia, melainkan bagi norma-
kelakukan manusia untuk menentukan apakah suatu sikap norma tindakan manusia. Harus ada ukuran untuk dapat
atau tindakan itu tepat atau tidak. Sedangkan etika adalah diketahui apakah suatu norma moral tepat atau tidak. Maka
filsafat, pemikiran falsafi tentang moral. Etika adalah suatu etika adalah seni berargumentasi di bidang moral.
usaha reflektif dan sekunder. Setiap orang tentu mempunyai
beberapa keyakinan moral betapa pun bejatnya. Namun tidak Bagi kebanyakan orang di jaman dahulu etika tidak perlu.
tentu, dan tidak perlu, setiap orang mengerti sesuatu tentang Cukuplah bagi mereka untuk berpegang pada norma-norma
etika. Seperti setiap orang kurang lebih dapat merasakan yang sudah tradisional berlaku dalam masyarakat mereka,
apakah ia sehat atau sakit, dan barangkali masih mengetahui yang misalnya didukung oleh agama mereka, yang sudah biasa;
beberapa aturan sederhana untuk mempertahankan kesehatan- Namun profesi kedokteran selalu menuntut dari dokter itu
nya, namun ia tidak tahu mengapa ia sakit dan mengapa suatu tanggungjawab etis yang besar. Berulang-ulang seorang
aturan-aturan itu membantu dalam menjaga kesehatan. Per- dokter akan berhadapan dengan alternatif-alternatif di mana ia
tanyaan-pertanyaan terakhir ini hanya dapat dijawab oleh harus memilih salah satu dan dari pilihan mana nyawa sese-
seorang ahli kesehatan, oleh seorang dokter. orang tergantung. Salah satu patokan utama etika kedokteran,
Maka sejak permulaan perlu saya tegaskan bahwa menjadi yaitu bahwa nyawa selalu harus sedapat-dapatnya diselamat-
ahli etika belum tentu berarti menjadi orang yang baik atau kan, dapat kita anggap sebagai patokan etika kedokteran.
bertanggungjawab; apalagi sebaliknya tidak benar bahwa orang Dengan patokan itu dokter lebih mudah dapat mengetahui
yang buta etika itu tidak bisa merupakan orang yang baik alternatif mana yang sebaiknya dipilih.
sekali. Orang yang tidak bermoral dialah orang yang tidak Pada jaman sekarang situasi seluruh masyarakat sudah ber-
baik, tetapi orang yang tidak beretika hanyalah orang yang ubah secara radikal. Hampir tidak ada orang lagi yang masih
tidak mengetahui suatu ilmu. hidup dalam lingkungan yang sedemikian utuh sehingga ia
Kalau moral itu memuat kewajiban-kewajiban dan nilai-nilai dapat begitu saja mengikuti suatu sistem moral tertentu.
manusia, maka yang menjadi tugas etika ialah untuk mengaju- Disintegrasi sosial, individualisasi, serta jangkauan pilihan
kan argumentasi mengapa sesuatu itu merupakan kewajiban kemungkinan hidup bagi individu sudah sedemikian ber-
atau nilai. Etika adalah suatu usaha kritis. Etika tidak begitu kembang sehingga orientasi moral semakin sulit. Manusia
saja menerima apa yang dalam masyarakat dianggap norma sekarang berhadapan dengan semakin banyak masalah yang
atau nilai moral, melainkan mempertanyakan dasar-dasarnya. dirasa berbobot berat, tetapi ia tidak menemukan suatu
ukuran atau norma padanya ia dapat berpegang tegas.
*) Karangan ini merupakan saduran dari sebagian ceramah penulis pada Sering ia mendengar jawaban : "ikutilah suara hatimu saja!",
tgl. 11 Oktober 1981 di depan dokter - dokter Katholik Jakarta, atau "tergantung apa yang kau kehendaki". Maka pada jaman
ceramah mana juga dimuat dalam Mingguan HIDUP. sekarang refleksi etis semakin diperlukan.

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981, 3


Etika Kedokteran anak yang masih dalam kandungan ibunya. Tiga metoda yang
Masalah orientasi moral kiranya terasa secara khusus oleh sudah tersedia adalah diagnostik ultrasonik, amniosentesis dan
kaum dokter. Perkembangan ilmu kedokteran membuka fetoskopi. Metoda-metoda itu masih terus dikembangkan.
sedemikian banyak kemungkinan baru bagi dokter sehingga Diagnostik prenatal ini bisa membuat orangtua menjadi
patokan-patokan etika kedokteran tradisional sering terasa lebih tenang apabila mereka mempunyai alasan untuk khawatir
tidak mencukupi lagi. Ilmu kedokteran memberikan kekuasaan bahwa anak mereka akan cacat, misalnya karena ibu sudah
luar biasa kepada seorang dokter. Masalah-masalah yang di- agak tua. Tentu metoda yang dipilih akan merupakan metoda
hadapi dokter itu bukan hanya bersifat medis, melainkan juga yang paling sedikit risikonya bagi ibu dan anak yang belum
etis. Masalah boleh-tidaknya ia mengambil tindakan tertentu lahir itu.
atau tidak. Di sekitar permulaan hidup, penyakit sewaktu Namun masalah muncul apabila diagnostik menemukan
hidup dan akhir hidup, jangkauan kemungkinan keputusan sesuatu yang patologis. Misalnya mongoloisme. Lantas dokter
yang harus diambil dokter semakin luas. harus apa ? Kemungkinan untuk menyembuhkan anak itu
Masalah-masalah etis bertambah dengan bertambahnya praktis belum ada. Maka kita mendapat kesan bahwa dalam
kekuasaan manusia. Dulu manusia dalam banyak hal ter- kasus ini suatu abortus provocatus dengan sendirinya akan
gantung dari kekuatan-kekuatan alam yang tidak dapat di- dibenarkan. Itulah kasus indikasi eugenis . Rupa-rupanya
pengaruhinya. Sekarang semakin banyak bidang kehidupan banyak dokter yang berpendapat begitu.
dapat kita tentukan sendiri. Dalam bidang kedokteran saya 2. Penilaian-penilaian yang implisit
hanya menyebutkan kemungkinan sebagai transplantasi,
Mari kita mempertimbangkan kasus itu sedikit. Atas per
psikofarmaka, manipulasi kesadaran manusia, diagnosis pre-
mintaan seorang ibu dokter mengadakan diagnosis prenatal.
natal dan manipulasi gen-gen. Secara sederhana : apakah apa
Diagnosis itu menghasilkan bahwa anak dalam kandungan itu
yang dapat kita kerjakan boleh kita kerjakan ?
akan cacat berat. Maka dokter mengusulkan — atau ibu me-
Di situ timbul pertanyaan tentang hakekat tanggungjawab
mintakan — agar anak itu digugurkan.
kedokteran. Apa artinya tanggungjawab seorang dokter ? Dan
Dalam kesimpulan ini pertama kita melihat suatu sikap
apakah ada kriteria-kriteria obyektif yang dapat atau bahkan
yang tadi sudah saya singgung apa yang dapat dijalankan
harus diperhatikan dalam menjalankan tanggungjawabnya itu ?
dikira boleh juga dijalankan. Karena anak itu dapat digugurkan
Apakah suara hati seorang dokter merupakan lembaga penentu
maka boleh juga digugurkan. Pendapat ini secara luas dipegang
terakhir, atau ada norma-norma obyektif yang wajib diperhati-
dalam kalangan kaum teknokrat modern , bukan hanya di
kan? Dan bagaimana tanggungjawab dokter berhadapan
bidang kedokteran, melainkan dalam segala bidang: dalam
dengan desakan atau tuntutan dari masyarakat yang, misalnya,
bidang penelitian genetis, dalam bidang persenjataan, dalam
mengharapkan suatu kebijaksanaan tertentu di bidang keluarga
berencana ? bidang pendidikan, dst. Terhadap non sequitur (kesimpulan
Ada satu segi lain lagi yang khususnya aktual di Indonesia. salah) itu seorang etikus harus menekankan bahwa kemam-
Di Indonesia situasi pelayanan kesehatan masyarakat sangat puan untuk melakukan sesuatu sedikit pun tidak memberi
tidak seimbang. Kalau di beberapa kota terdapat peralatan hak untuk melakukannya. Bahwa saya bisa membakar ru-
mah tetangga tentu tidak memberi hak untuk memang mem-
medis mutakhir dan dokter-dokter spesialis yang tidak kalah
bakarnya.
kemampuannya dengan dokter-dokter di luar negeri, maka di
banyak daerah hampir tidak ada dokter sama sekali dan orang Kecuali itu, dalam kesimpulan bahwa anak mongoloid itu
bisa mati karena infeksi kecil, sakit usus buntu biasa atau begitu saja boleh digugurkan, terdapat suatu penilaian implisit
karena kekurangan darah. Apakah keadaan itu bukan suatu yang tidak direfleksikan, yang seakan-akan begitu saja diterima,
himbauan juga ? Apakah kita boleh seenaknya di kota men- yaitu : hidup yang cacat adalah hidup yang tidak pantas
jalankan profesi kedokteran sedangkan di daerah pelayanan dibiarkan hidup ! Perlu diperhatikan bahwa kelahiran anak
yang paling sederhana belum terjamin ? Apakah dapat dibenar- yang cacat sedikit pun tidak membahayakan nyawa ibu.
kan mendidik dokter berkualitas tinggi yang mahal-mahal Rupa-rupanya keputusan pengguguran didasarkan pada suatu
kalau dengan uang yang sama, bisa dididik banyak dokter yang pengandaian normatif, bahwa anak memang pada prinsipnya
diharapkan, tetapi hanyalah apabila sesuai dengan pandangan
memang bukan spesialis, tetapi sanggup untuk merawat 95%
orang tua atau masyarakat tentang hidup yang sehat atau yang .
dari semua penyakit yang terdapat dalam masyarakat ?
"pantas untuk hidup " . Jadi indikasi eugenis sebagai dasar
Dalam karangan ini masalah-masalah ini tidak mungkin
pengguguran isi kandungan berdasarkan penilaian bahwa anak
saya bicarakan semua. Saya bukan seorang ahli. Saya hanya
cacat tidak pantas hidup.
akan menunjuk pada beberapa segi yang saya anggap penting.
Saya tidak akan membicarakan masalah-masalah etika ke- 3. Tanggungjawab dan kriteria
dokteran tertentu, kecuali sebagai contoh saja. Seorang dokter yang bertanggungjawab di sini pertama-
tama akan menolak untuk menelan begitu saja penilaian-
Tantangan-tantangan etis untuk dokter penilaian implisit semacam itu. Ia akan berusaha untuk me-
nyadari dan memahami penilaian-penilaian yang mendasari
1. Sebuah contoh sikap-sikapnya. Itulah yang namanya tanggungjawab. Tang-
Mari kita ambil diagnostik prenatal sebagai contoh. Selama gungjawab berarti, kita sadar bahwa kita sendiri menjadi dasar
beberapa puluh tahun ilmu kedokteran telah mengembangkan tindakan kita, bahwa tindakan kita bukanlah sesuatu yang
beberapa metoda untuk mengetahui beberapa penyakit pada begitu saja terjadi, melainkan bahwa kita sendirilah yang

4 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


bertindak. Dan itu berarti bahwa kita tidak hanya berani Saya pribadi dalam hal ini mempunyai kecurigaan yang
menanggung akibat tindakan-tindakan kita, melainkan juga barangkali cukup buruk: mengapa menggugurkan anak cacat
selalu memperhatikan akibat tindakan kita di masa depan yang belum lahir dianggap tidak apa-apa sedangkan kalau
sejauh dapat kita ketahui sebelumnya. sudah lahir, semua akan mengutuk tindakan semacam itu ?
Tanggungjawab kita bukanlah masalah perasaan. Perasaan Karena anak yang belum lahir tidak kelihatan. Sehingga kita
itu sesuatu yang subyektif. Tetapi tanggungjawab terhadap pura-pura tidak tahu. Sehingga instink-instink kuat manusia,
tindakan kita adalah sesuatu yang obyektif. Soalnya, tindakan khususnya ibu, untuk membela nyawa setiap anak dan untuk
kita sendiri adalah sesuatu yang obyektif, suatu peristiwa di mencintainya betapa pun cacatnya, belum "makan". Hanya
dunia yang secara obyektif merubah hidup orang lain. Maka itulah perbedaannya. Apa yang terjadi dalam kandungan ibu
supaya kita dapat bertanggungjawab, perlu kita mencari norma itu tidak kelihatan, maka kurang memberatkan suara hati
atau kriteria-kriteria yang obyektif. orang-orang yang terlibat dalam pengguguran.
Misalnya dalam kasus diagnostik prenatal. Dalam kasus itu Bahwa ada juga kemungkinan lain kelihatan pada suatu
kiranya terdapat dua pertanyaan etis utama yang perlu di- contoh yang saya temukan dalam karangan Die Zeit yang
jawab: (1) apa sebenarnya nilai hidup atau ketidak-bernilaian sama: "Pada Humangenetisches Institut Universitas Heidelberg
hidup anak yang belum lahir ? Dan (2) apabila diagnosis dikembangkan suatu metoda untuk menemukan apa yang
prenatal mengatakan bahwa memang terdapat penyakit atau disebut anemi Fanconi sebelum anak lahir. Penyakit darah itu
cacat gawat, apakah hasil itu langsung harus dihubungkan pada umumnya mengakibatkan kematian antara tahun ke -lima
dengan pengguguran isi kandungan ? Masalah itu dapat diterus- dan kesepuluh. Team penasehat Heidelberg menawarkan diag-
kan: apakah antara anak yang belum lahir dan anak yang nosis itu kepada seorang wanita muda. Wanita itu mempunyai
sudah lahir terdapat perbedaan hakiki ? Mengingat bahwa anak berumur sepuluh tahun yang sakit, anak kedua sehat.
seorang anak yang lahir sesudah dikandung hanya tujuh bulan Risiko terulangnya penyakit yang tidak kecil itu akan dapat
saja bisa hidup dan menjadi manusia biasa dan sehat, kiranya dijelaskan melalui amniosentesis. Namun wanita itu menolak
harus dikatakan bahwa perbedaan hakiki itu tidak terdapat. mentah- mentah metoda itu yang hanya memungkinkan peng-
Maka, sebagaimana ditulis oleh Johannes Reiter (St.d.Z. 1981, guguran isi kandungan yang sudah tua. Dalam pembicaraan-
S23 s) "siapa yang berpendapat bahwa pengguguran buah pembicaraan panjang lebar dengan wanita itu para penasehat
kandungan demi kepentingan anak itu sendiri dapat dibenar- berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan 'yang membuat
kan kalau buah kandungan itu cacat berat, dia itu secara kami sadar akan problematika kegiatan ilmiah kami dan
konsekuen tidak dapat mengajukan keberatan terhadap sitogenetika yang dihasilkan daripadanya. ' Ibu itu ingin tahu:
eutanasi aktif pada anak yang baru lahir. Apabila misalnya apakah anemi Fanconi merupakan penyakit yang membenar-
pengguguran isi kandungan dianggap dapat dibenarkan secara kan pengguguran isi kandungan ? Berapa lama seorang manusia
moral atas dasar indikasi eugenis, lantas bagaimana dalam hal harus hidup supaya ia dinilai pan tas hidup menurut sistem nilai
kelahiran anak cacat kalau tidak diadakan diagnostik prenatal, kami ? Apakah kematian dalam umur muda, kiranya karena
atau kalau diagnostik prenatal diadakan dan diberi diagnosis pendarahan, antara tahun kelima dan kesepuluh itu merupakan
bahwa anak itu sehat ? Apakah lantas sesudah kelahiran itu alasan cukup untuk tidak membiarkan anak itu hidup sama
pengguguran yang kelewatan dapat diadakan juga dan dengan sekali ? Akhirnya wanita muda itu berfihak pada anak itu.
demikian anak yang lahir diambil nyawanya ?" Suatu pungsi air amniotik ditolaknya karena ia tidak mau
mengambil risiko – yang hanya kecil saja – suatu peng-
Pertimbangan-pertimbangan ini menunjukkan sesuatu yang guguran. "
lain: bahwa argumentasi dalam hal pengguguran isi kandungan
atas dasar indikasi eugenis telah bergeser: dari kepentingan
Tuntutan baru bagi dokter
anak ke kepentingan orang tua dan masyarakat. Bukan karena
hidup seorang anak yang cacat terlalu berat itulah dituntut Bukanlah menjadi maksud saya untuk memasuki masalah
pengguguran, melainkan karena orang tua atau masyarakat diagnostik prenatal atau indikasi eugenis. Contoh itu hanya
tidak tahan pemandangan anak yang cacat. Sebagaimana saya pergunakan untuk memperlihatkan manakah masalah-
ditulis dalam mingguan Jerman Die Zeit (11.9.1981) [ dengan masalah yang harus dihadapi seorang dokter di jaman sekarang.
mengutip Dr. Traute Schroeder dari Institut für Anthropologie Dari contoh itu menjadi jelas: tidak cukuplah kalau seorang
und Humangenetik Universitas Heidelberg ] : "Sistem nilai dokter menguasai teori dan praxis ilmu dan teknik kedokteran.
yang menuntut agar kita memperhatikan kepentingan-ke- Mau tak mau ia akan berhadapan dengan masalah-masalah etis
pentingan anak, ibu yang hamil dan keluarganya serta ke- dan mau tak mau ia harus mengambil sikap terhadap masalah-
pentingan-kepentingan masyarakat, bagi kita semua dengan masalah itu. Kompetensi yang hanya medis saja tidak men-
jelas mengalami suatu perubahan, yaitu bahwa sekarang cukupi lagi. Di samping kompetensi medis, dari seorang dokter
kepentingan ibu yang hamil dan keluarga menjadi perhatian memang bukan seorang ahli etika. Tetapi tidak mungkin untuk
utama dalam mempertimbangkan untung-ruginya. Begitu pula menyerahkan segi-segi etis kepada ahli-ahli etika begitu saja.
konsultansi dan penilaian pada pengguguran isi kandungan atas Etika itu bukan suatu ilmu yang bisa diberi subkontrak untuk
dasar indikasi eugenis pertama-tama menilai situasi darurat membereskan salah satu segi permasalahan kedokteran. Per-
wanita, apakah yang dapat diharapkan dari ibu, apa kekuatan- timbangan-pertimbangan etis muncul di tengah-tengah praktek
nya, situasi psiko-sosial yang diciptakan oleh anak dan bukan kedokteran.
pertama-tama pertanyaan tentang nilai hidup atau tidak-ada- Itulah sebabnya seorang dokter yang bertanggungjawab
nya nilai hidup anak yang belum lahir itu." mau tak mau harus mengerti norma-norma pokok etika

Cernin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 5


kedokteran. Setiap etika khusus, artinya etika di bidang-bidang Tentu saja, kompetensi etis itu tidak perlu dipelajari sendiri-
tertentu, setiap etika profesi itu hanya mungkin dikembang- an saja. Kompetensi itu dapat diperoleh dalam dialog dengan
kan oleh mereka yang ahli dalam profesi itu. Orang yang ahli-ahli etika, dengan teolog-teolog, tetapi juga, dan itu sering
tidak betul-betul mengerti permasalahan kedokteran tidak dilupakan, dengan pasien. Seorang dokter yang memperlaku-
mungkin memberi penilaian etis yang memuaskan terhadap kan pasiennya sebagai obyek atau anak kecil saja sebagaiamana
permasalahan itu. banyak terjadi dalam kenyataan , belum bisa melakukan
profesinya pada taraf yang manusiawi. Dialog dengan pasien
Jadi di jaman sekarang tanggung-jawab seorang dokter
tidak jarang akan membuka mata dokter tentang implikasi-
menurut hemat saya tidak hanya menuntut agar ia up to date
implikasi manusiawi kegiatannya dan dengan sendirinya lantas
dalam keahlian profesionalnya, melainkan bahwa ia sampai
merangsang untuk mendalami masalah itu. Kecuali itu saya
taraf tertentu mempunyai kematangan kepribadian dan
anggap panting juga bahwa dokter — dan itu berlaku untuk
pengertian seperlunya untuk. mnyadari implikasi-implikasi etis
semua ilmu lain, sama saja — memperhatikan apa yang terjadi
yang melekat pada profesinya. Seorang dokter harus dapat
dalam ilmu-ilmu manusia lain. Jadi yang perlu dicegah adalah
memberikan suatu penilaian etis. Jadi menurut hemat saya
Fachidiotentum, keterbatasan pada ilmunya sendiri saja yang
sangat kelirulah suatu. pendapat yang masih banyak diketemu-
mungkin membuat orang itu pinter dan trarnpil dalam bidang
kan diantara kaum ilmuwan yaitu bahwa masalah-masalah etis sempit kekhususannya, tetapi secara manusiawi ia bodoh
terletak di luar tanggungjawab mereka. Misalnya masalah dan tidak dewasa.
bagaimana ilmu mereka diterapkan dalam praktek. Seorang
ilmuwan tidak dapat cuci tangan. Tidak ada manusia yang ber- Penutup
hak untuk mengesampingkan pertimbangan-pertimbangan etis, Inilah beberapa gagasan tentang etika kedokteran, tepatnya
yang dapat mengisolasikan diri dalam usatu splendid isolation tentang apa yang saya anggap sebagai tanggungjawab seorang
di belakang buku-buku profesinya, di belakang Wertfreiheit dokter.
atau netralitas ilmu. Tak ada ilmu yang netral dan tak ada Karangan ini akan mencapai tujuannya apabila semakin
kegiatan ilmiah yang langsung atau tak langsung tidak men- tumbuh kesadaran bahwa sebaiknya jangan diharapkan cera-
campuri hidup orang lain. Begitu pula seorang dokter tidak mah-ceramah saja dari beberapa filosof atau teolog, seakan-
boleh menyembunyikan diri di belakang suatu profesionalitas akan tanggungjawab etis adalah urusan mereka. Para dokter
netral yang fiktif. Seorang dokter pun baru kompeten sebagai sendiri wajib untuk mengusahakan suatu kompetensi etis.
dokter apabila ia sanggup untuk mengevaluasikan kegiatannya Karena dokter sendirilah yang menanggung tanggungjawab
secara etis. moralnya.

Kamillosan ®baik untuk ibu, aman bagi bayi


Mencegah fisure dan rhagaden dari niple, sehingga ibu-ibu
terhindar dari Mastitis pada masa laktasi.
Komposisi : Setiap 100 g salep mengandung :
Camomile dry extract 400 mg
Essential oil 20 mg
Chamazulene 0,4 mg
Bisabolol 7 mg

Indikasi : Keadaan iritasi kulit seperti pada : luka-luka


parut, luka Iecet, luka sayat, luka bakar, ter-
kena sinar matahari yang terlalu terik, iradiasi
sinar X, ultra violet, eksema, dermatitis, pruri-
tus (terutama pada kulit yang kering), abses,
bisul, rhinitis, herpes labialis, perawatan dan
perlindungan kulit bayi, perawatan puting
buah dada semasa kehamilan dan laktasi.

Kemasan : Tube 10 g, botol 10 cc dan 30 cc

6 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


artikel

Uji Faal Paru


dr. V. Sutarmo Setiadji, dr. Busjra M. Nur, dr. B. Gunawan
Bagian Ilmu Faal
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jakarta.

PENDAHULUAN statik paru. Ada dua golongan isi paru, yaitu yang biasa di-
sebut isi paru dan kapasitas.
Paru berfungsi dalam pertukaran gas antara udara luar dan
darah, yaitu oksigen dari udara masuk ke darah, dan karbon
dioksida dari darah keluar ke udara. Proses pertukaran tersebut 1. Isi Paru
biasa disebut pernapasan. Proses pertukaran terjadi melalui Ada empat jenis isi paru yang masing-masing berdiri sendiri-
lapisan yang terdiri dari epitel alveoli, membrana basalis, sendiri, tidak saling tercampur, yaitu :
cairan antarsel, endotel kapiler, plasma, membrana sel darah
merah dan cairan intrasel darah merah. Kecuali itu juga selapis • Alun napas (tidal volume), yaitu jumlah udara yang dihisap
cairan tipis surfaktan di permukaan alveoli yang menjaga atau dihembuskan dalam satu siklus napas. Alun napas
supaya alveoli tetap menggelembung. waktu istirahat lebih kecil daripada waktu kerja. Makin
berat kerjanya, makin besar alun napas. Tentunya sampai
Proses pertukaran gas tadi terjadi mengikuti hukum-hukum
batas tertentu. Apabila alun napas ini dikalikan dengan
Ilmu Alam tetang gas. Terjadinya secara pasif, bergantung
kepada selisih tekanan bagian gas yang ada di tiap kompar- frekuensi napas semenit, akan didapat nilai napas semenit.
temen. Prosesnya biasa disebut difusi. • Cadangan inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang
Gerak mekanik pernapasan, yaitu kembang-kempisnya masih dapat dihisap sesudah akhir inspirasi tenang.
dada, mengatur ventilasi alveoli sehingga udara di dalamnya • Cadangan ekspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang
selalu diperbaharui dan tekanan bagian oksigen dan karbon- masih dapat dihembuskan sesudah akhir ekspirasi tenang.
dioksida alveoli (PAo 2 dan PAc o 2) dapat dipertahankan Pada pernafasan tenang, ekspirasi terjadi secara pasif, tidak
dalam batas-batas tertentu. Untuk ventilasi yang baik, kecuali ada otot ekspirasi yang bekerja. Ekspirasi hanya terjadi
gerak dinding dada, diperlukan juga saluran napas yang bebas oleh daya lenting dinding dada dan jaringan paru semata-
hambatan, yaitu saluran yang tidak mengalami penyempitan mata. Posisi rongga dada dan paru pada akhir ekspirasi ini
atau penyumbatan, baik oleh benda asing, lendir, maupun merupakan posisi istirahat. Bila dari posisi istirahat ini
konstriksi saluran napas itu sendiri. Selain itu juga keadaan dilakukan gerak ekspirasi sekuat-kuatnya sampai maksimal,
alveoli yang baik, yaitu alveoli yang elastis, mempunyai udara cadangan ekspirasi itulah yang keluar.
compliance yang baik, selalu menggelembung , dan mendapat
• Isi residu, yaitu jumlah udara yang masih ada di dalam paru
pendarahan (vaskularisasi) kapiler yang mencukupi keperluan. sesudah melakukan ekspirasi maksimal.
Jenis pekerjaan tertentu, lingkungan kerja yang berdebu,
dan proses penyakit, dapat menimbulkan perubahan-perubah- 2. Kapasitas paru
an pada sistem pernapasan tersebut, sehingga proses ventilasi, Nilai kapasitas ini mencakup dua atau lebih nilai isi paru pada
proses difusi dan proses perfusi (pemberian darah) dalam butir (1) di atas.
sistem pernapasan dapat terganggu. Perubahan-perubahan pada
paru tersebut dapat menimbulkan perubahan-perubahan • Kapasitas paru total (KPT), yaitu jumlah maksimal udara
patofisiologi yang bersifat obstruktif, restriktif dan kerusakan yang dapat dimuat paru pada akhir inspirasi maksimal.
pembuluh darah. Uji faal paru bertujuan menentukan ada/ • Kapasitas vital (KV), yaitu jumlah maksimal udara yang
tidak adanya perubahan-perubahan tersebut serta sifat per- dapat dihembuskan dengan sekuat-kuatnya dari posisi
ubahannya. akhir inspirasi maksimal.
• Kapasitas Inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang
ISI PARU dapat dihisap dari posisi istirahat (akhir ekspirasi tenang).
Parameter yang sering diukur dalam uji faal paru ialah isi paru • Kapasitas residu fungsional (KRF), yaitu jumlah udara
dengan beberapa bagiannya. Isi paru ini menggambarkan fungsi yang masih tertinggal dalam paru pada posisi istirahat.

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 7


dapat dimuat paru pada gerak napas atau sikap bernapas ter-
tentu. Gerak serta dinamika pernapasan dan ventilasi yang
dihasilkannya, yang merupakan fungsi dinamik paru, tidak
tergambarkan olehnya. Maka untuk menguji ventilasi paru
perlu pemeriksaan-pemeriksaan lain.
Parameter yang menentukan ventilasi itu sendiri ada beberapa
yaitu :
1. Frekuensi napas
Frekuensi napas ini dapat memberikan gambaran kasar tentang
ventilasi, dan merupakan parameter yang sering diukur secara
rutin di rumahsakit. Pada orang sehat dalam keadaan basal,
frekuensi napas berkisar antara 11 sampai 14 kali per menit.
2. Alun napas (lihat bab Isi Paru)
3. Ruang rugi
Gambar 1 :. Isi dan Kapasitas Paru
Pertukaran gas di dalam paru terjadi antara alveoli dan darah
di kapiler alveoli. Alveoli hanya terdapat di ujung-ujung salur-
KETERANGAN : IR = isi residu an napas sesudah bronkeoli terminalis. Udara yang dihisap
CI = cadangan inspirasi KI = kapasitas residu
paru tidak semuanya mencapai tempat yang mengandung
AN = alun napas KRF = kapasitas residu
alveoli. Udara yang mencapai alveoli akan mengalami proses
CE = cadangan ekspirasi fungsional
difusi. Udara yang tidak mencapai alveoli tidak mengalami
proses difusi. Ditinjau dari tujuan pernapasan, yaitu mengada-
kan pertukaran gas dengan proses difusi, maka adanya udara
yang dihisap paru tetapi tidak mengalami proses difusi merupa-
Nilai untuk tiap isi paru dan kapasitas di atas dapat diper-
kan suatu kerugian. Ruang dalam sistem pernapasan yang
oleh dengan spirometri biasa kecuali Isi Residu dan kapasitas
ditempati oleh udara yang tidak mengalami proses difusi
yang mengandung isi residu. Untuk menghitung isi residu ini
tersebut disebut ruang rugi. Ruang rugi tadi ada dua macam,
diperlukan teknik tertentu.
yaitu ruang rugi anatomi dan ruang rugi fisiologi. Ruang rugi
Nilai yang diperoleh pada spirometer, sesuai untuk suhu
anatomi yaitu bagian saluran napas, dari ujung luar hidung
dan tekanan udara di ruang pemeriksaan, yang dalam bahasa
sampai bronkeoli terminalis, yang tidak mengandung alveoli.
Inggris disebut Ambient Temperature, Pressure, Saturated
Ruang rugi fisiologi yaitu ruang rugi anatomi ditambah de-
(ATPS). Nilai tersebut perlu dikonversi ke Body Temperature,
ngan ruang alveoli dari alveoli yang tidak mengandung pem-
Pressure, Saturated (BTPS).
buluh darah atau alveoli yang udaranya berlebih untuk meng-
Nilai yang diperoleh dari tiap orang yang diperiksa dengan arterielkan darah. Hal di atas biasanya hanya terjadi pada orang
alat spirometer perlu dibandingkan dengan nilai baku yang sakit. Pada orang sehat, ruang rugi anatomi dan ruang rugi
diolah dari sejumlah besar nilai yang diperoleh dari orang
fisiologi boleh dikatakan sama besar.
sehat/normal yang telah diperiksa sebelumnya. Sayang di
Indonesia belum ada nilai baku untuk orang Indonesia, se- 4. Napas semenit (minute volume) dan ventilasi alveoli.
hingga sebagai bahan pembanding masih digunakan nilai yang
Dengan mengetahui alun napas, frekuensi dan ruang rugi,
diperoleh dari pemeriksaan orang barat.
napas semenit dan ventilasi alveoli dapat dihitung. Bernapas
Kecuali nilai baku, sebagai pembanding juga digunakan cepat dan pendek atau bernapas lambat dan dalam, napas
nilai duga yang didapat dari rumus yang dibuat berdasarkan semenit dapat sama, tetapi ventilasi alveoli yang terjadi ber-
tinggi, umur dan jenis kelamin orang yang diperiksa. Rumus beda. Misalnya napas pendek dengan alun napas 250 ml dan
tersebut dibuat oleh beberapa ahli dengan menghubungkan frekuensi 32X per menit, atau napas dalam dengan alun napas
tinggi, umur dan jenis kelamin orang-orang yang diperiksa 1000 ml dan frekuensi 8 X per menit, napas semenit kedua-
dengan nilai spirometri yang diperoleh dari orang yang sama. duanya 8000 ml. Tetapi ventilasi alveoli pada napas pendek
Dengan membandingkan hasil pemeriksaan dengan nilai hanya 3200 ml, sedang pada napas dalam 6800 ml.
baku atau nilai duga, dapat disimpulkan bahwa faal paru orang Frekuensi dan alun napas merupakan dua parameter yang
yang diperiksa normal, ada kelainan restriktif atau ada over- saling berkaitan. Untuk memperoleh alun napas yang besar,
inflation. Penyakit paru restriktif, berdasarkan sebabnya, diperlukan waktu yang lama. Dengan demikian alun napas
dapat digolongkan dalam lima golongan, yaitu oleh kelainan yang besar akan membatasi frekuensi. Sebaliknya dengan
alveolar, kelainan interstitial, kelainan pleura, kelainan neuro- frekuensi yang tinggi tidak dapat diperoleh alun napas yang
logis dan kelainan skeletal. Sedang overinflation misalnya besar. Untuk memperoleh napas semenit maksimal, diperlukan
terdapat pada emfisema. frekuensi dan alun napas optimal. Napas semenit maksimal
sering disebut Kapasitas Pernapasan Maksimal (KPM). Kapasi-
VENTILASI PARU tas pernapasan maksimal dikurangi napas semenit istirahat
Isi paru hanya memberi gambaran secara umum tentang disebut cadangan pernapasan. Cadangan pernapasan ini meng-
udara yang dapat masuk atau keluar paru atau udara yang gambarkan kapasitas fungsi ventilasi paru secara umum.

8 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


Gambar 2: Hubungan antara isi paru dan waktu pengaliran.

FUNGSI DINAMIK PARU 2. Hubungan antara besar arus dan isi paru (Flow - Volume).
Ventilasi dapat terselenggara kalau arus udara ke dan dari Kurve hubungan ini menggambarkan besar arus dari waktu ke
alveoli melalui saluran napas, lancar. Arus udara ini kecuali waktu sejak saat dikeluarkannya udara kapasitas paru total
ditentukan oleh isi paru, juga ditentukan tekanan yang me- sampai dicapainya isi residu. Besar arus selalu dinyatakan
nimbulkan aliran, dan tahanan saluran napas (Raw). Tekanan dalam LPS. Untuk fase inspirasi dan fase ekspirasi, kurvenya
yang menimbulkan aliran ada dua macam, yaitu tekanan oleh dapat dibuat dalam satu gambar. Pembuatan kurve fase eks-
kontraksi otot pernapasan (Pmus) dan tekanan daya lenting pirasi, perhitungannya dapat dari kurve FVC. Sedang untuk
jaringan paru (Pel ). Kedua tekanan tadi dilawan oleh tahanan fase inspirasi, diperlukan kurve Forced Inspiratory Vital
saluran napas. Capacity.
Uji fungsi dinamik paru ini meliputi beberapa pemeriksaan, Kurve hubungan ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua golongan, bagian yang bergantung kepada kerja otot pernapasan dan
yaitu yang menyatakan hubungan antara isi paru dan waktu bagian yang tidak bergantung kepada kerja otot pernapasan
pengaliran (volume-time curve), dan antara besar arus dan isi dan bergantung hanya kepada daya lenting paru dan tahanan
paru (flow-volume curve). saluran napas. Untuk fase ekspirasi, yang bergantung kepada
kerja otot pernapasan terletak pada bagian 20 — 25% kapasitas
1. Hubungan antara isi paru dan waktu pengaliran (Volume - paru total.
Time).
Ada lima pemeriksaan untuk fase ekspirasi dan satu pemeriksa-
an untuk fase inspirasi :
• FVC (Forced Vital Capacity), yaitu kapasitas vital yang
diperoleh dengan ekspirasi sekuat-kuatnya, secepat-cepat-
nya, dan sehabis-habisnya, dinyatakan dalam liter.
• FEV1 (Forced Expiratory Volume 1 second),yaitu jumlah
liter udara yang diekspirasikan dalam detik pertama dengan
FVC.
• FEV1/FVC%, yaitu persentase FEV1 terhadap FVC.
• FEF25-75% (Forced Expiratory Flow Rate 25 — 75%),
yaitu besar arus pada nilai tengah FVC, dinyatakan dalam
LPS (liter per detik).
• FFF200—1200, yaitu besar arus pada waktu keluarnya satu
liter udara pada bagian 200 — 1200 ml di bawah nilai
kapasitas paru total.
Untuk mengetahui kelima nilai di atas cukup hanya dengan
melakukan gerakan untuk memperoleh kurve FVC, dengan
menggunakan spirometer biasa dengan putaran kimograf yang
tercepat.
• FIF200—1200 (Forced Inspiratory Flow Rate 200—1200),
yaitu besar arus pada waktu dilakukan inspirasi sekuat-
kuatnya dan secepat-cepatnya, pada waktu masuknya
udara bagian 200 — 1200 ml di atas isi residu. Gambar 3: Hubungan antara besar arus dan isi paru.

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 9


Untuk dianalisis dari kurve hubungan ini dapat dipilih empat Penyakit sistem saraf-otot, misalnya myasthenia gravis,
titik, yaitu titik-titik : dapat menimbulkan kesan kelainan restriktif maupun obstruk-
tif pada uji faal paru. Maka pengukuran Pm us ini dapat me-
(a) Arus puncak (peak flow). Arus terbesar ini terjadi ter-
mastikan ada atau tidak adanya kelainan sistem saraf-otot.
utama atas usaha otot pernapasan.
(b) Vmax25, yaitu besar arus pada 25% di bawah Kapasitas Pengukuran Pmus ini dilakukan dengan manometer yang
mempunyai botol pengaman atau dengan manometer anaeroid.
Paru Total (KPT) untuk fase ekspirasi atau 25% di atas Isi
Residu untuk fase inspirasi. (b) Pengukuran tahanan saluran napas (R aw ).
(c) Vmax50, yaitu besar arus pada 50% di bawah KPT atau Raw juga merupakan salah satu faktor penentu besar arus.
di atas Isi Residu (IR). Dapat digunakan untuk menentukan letak penyempitan
(d) Vmax75, besar arus pada 75% di bawah KPT atau di atas (sentral atau perifer). Pengukuran dilakukan dengan teknik
IR. Dubois menggunakan plethysmograph khusus.
Nilai (c) dan (d) tidak bergantung kepada kerja otot. Arus (c) Pengukuran compliance.
puncak pada fase ekspirasi biasanya teijadi bersamaan dengan Compliance paru menyatakan hubungan antara perubahan isi
Vmax25, sedang pada fase inspirasi bersamaan dengan Vmax paru dan tekanan dalam paru. Pengukuran dilakukan dengan
50. sekaligus mengukur tekanan esofagus yang menggambarkan
Untuk menilai fungsi dinamik paru ini juga diperlukan nilai tekanan intrapleura, dan pengukuran perubahan isi paru dari
pembanding dan nilai duga. Nilai duga juga ditentukan ber- posisi KRF ke KPT dan dari posisi KPT ke KRF secara ber-
dasarkan tinggi, umur dan jenis kelamin. angsur-angsur dengan setiap kali mencatat perubahan isi paru
Nilai pembanding yang paling baik untuk semua pemeriksa- dan tekanan intrapleura yang terlihat pada saat yang bersama-
an sebetulnya adalah nilai orang yang diperiksa itu sendiri an. Angka yang diperoleh digunakan untuk membuat kurve
yang diperoleh pada pemeriksaan sebelum proses penyakit/ compliance. Keadaan normal dan penyakit tertentu masing-
kerja tertentu dimulai. Dengan demikian bila memang terjadi masing memberikan kurve yang berbeda.
perubahan oleh proses penyakit atau kerja tertentu tersebut,
(d) Pemeriksaan napas tunggal (single breath test).
dapat dilihat perubahannya dari pemeriksaan sebelum dan
Digunakan untuk mengetahui distribusi gas dalam paru.
sesudah proses berlangsung. Sayangnya, biasanya orang datang
Setelah seseorang melakukan inspirasi tunggal dengan O2
untuk diperiksa sesudah proses terjadi.
100%, orang tersebut kemudian disuruh melakukan ekspirasi
Dalam hal menempatkan seseorang untuk tugas pekerjaan
tunggal pula secara berangsur-angsur dan selama ekspirasi itu,
tertentu, sangat baik bila sebelumnya diadakan perencanaan kadar N2—udara—ekspirasinya ditetapkan dari waktu ke waktu
yang matang lebih dahulu. sejak mulai gerak ekspirasi sampai ekspirasi maksimal: Ter-
Sebelum dipekerjakan, sebaiknya seseorang diperiksa lebih nyata terdapat empat fase perubahan kadar N2 selama ekspi-
dahulu segala segi kesehatannya, termasuk nilai uji faal paru- rasi itu berlangsung, yaitu :
nya. Dengan demikian pada pemeriksaan berkala di kemudian
hari ada bahan pembanding untuk menyatakan kemajuan/ • Fase pertama, dengan kadar N2 0%, yaitu fase keluarnya
kemunduran kesehatan orang yang bersangkutan. Hal ini juga udara ekspirasi yang berasal dari ruang rugi anatomi yang
akan sangat membantu untuk kepentingan epidemiologi. pada akhir inspirasi berisi O2 100%.
• Fase kedua, yaitu fase peningkatan kadar N2. Udara eks-
Dengan uji fungsi dinamik paru ini dapat diketahui adanya
pirasi pada fase kedua ini merupakan udara peralihan dari
kelainan paru yang bersifat obstruktif. Penyakit paru obstruk-
ruang rugi anatomi yang kadar N2—nya 0% ke udara
tif ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya ialah
alveoli yang mengandung N2.
oleh sumbatan lumen saluran napas oleh lendir, benda asing
• Fase ketiga, kadar N2 tetap untuk beberapa lama, yang
atau tumor; konstriksi lumen karena spasme otot polos, dsb.
berasal dari udara alveoli.
Kelainan obstruktif ini biasanya dapat dibedakan atas obstruk-
• Fase keempat, fase terakhir, terjadi lagi peningkatan kadar
si sentral dan obstruksi perifer. Dengan kombinasi pemeriksaan
N2.
spirometri dan pengukuran tekanan daya lenting paru (Pel)
dan tahanan saluran napas (R aw ), dapat diketahui obstruksi • Titik peralihan antara fase ketiga dan fase keempat, yang
yang terjadi obstruksi sentral atau obstruksi perifer. disebut closing volume.
Analisis ekspirasi tunggal ini dapat digunakan untuk menilai
3. Pemeriksaan lain fungsi ventilasi. derajat maldistribusi ventilasi. Bentuk kurve fase ketiga dan
Pemeriksaan ini memerlukan teknik dan peralatan khusus, letak closing volume biasanya digunakan sebagai petunjuk ada
sehingga belum dilakukan secara rutin, atau rutin hanya di atau tidak adanya maldistribusi ventilasi.
laboratorium tertentu.
FUNGSI PERFUSI
(a) Pengukuran tekanan oleh kerja otot (Pmus).
Pmus merupakan salah satu faktor penentu besar arus. Yang Perfusi ialah pemberian cairan/darah ke jaringan tubuh.
diukur ialah tekanan positif yang dihasilkan dengan melakukan Perfusi paru bergantung kepada keutuhan fungsi pembuluh
ekspirasi sekuat-kuatnya dari posisi KPT ke Isi Residu, dan darah pant. Di dalam paru terdapat kira-kira 6 ribu juta kapiler
tekanan negatif yang dihasilkan dengan melakukan inspirasi dan 300 juta alveoli. Berarti tiap alveoli mempunyai kira-kira
sekuat-kuatnya dari posisi Kapasitas Residu Fungsional (KRF) 2000 kapiler. Dalam keadaan istirahat, hanya 25% darikapiler
ke KPT. Tekanan ekspirasi maksimal diperoleh pada posisi KPT tersebut diperfusi. Kebutuhan danah yang meningkat di-
dan tekanan inspirasi maksimal pada posisi KRF. tampung dengan mengerahkan kapiler yang belum diperfusi

10 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


dan dengan dilatasi kapiler. Dengan demikian paru mempunyai oksigen di jaringan selalu rendah karena oksigen yang sampai
kapasitas cadangan peredaran darah yang sangat besar. Peredar- ke jaringan dipakai untuk pembakaran. Dalam proses pem-
an darah paru adalah suatu sistem peredaran darah dengan bakaran di dalam sel, karbondioksida selalu terbentuk sehingga
tekanan rendah. Maka dengan kapasitas cadangan yang besar tekanan bagian CO2 di dalam sel tinggi, dan ini dikeluarkan
ini peningkatan curah jantung beberapa kali lipat tidak dengan proses difusi. Jadi CO2 berdifusi dari sel jaringan ke
banyak meningkatkan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah, kemudian ke alveoli.
arteria pulmonalis hanya akan timbul bila terjadi pengurangan Untuk kepentingan uji faal paru, hal-hal yang perlu di
daya tampung atau peningkatan tahanan sistem peredaran periksa ialah :
darah paru secara nyata. Kenyataan ini memungkinkan dilaku-
kannya operasi pembuangan sebagian paru, bahkan satu paru (a) Susunan udara alveoli, yaitu tekanan bagian O2 (PAO2),
dan tekanan bagian CO2 (PACO2).
sekalipun.
Tekanan udara alveoli dapat dianggap sama dengan
Untuk keberhasilan proses difusi antara alveoli dan darah, tekanan barometer. Di dalam alveoli terdapat gas N2,
tidak saja diperlukan ventilasi yang merata dan mencukupi, H2O, O2 dan CO2. Tekanan barometer, tekanan bagian
tetapi juga perfusi daerah paru yang merata dan mencukupi. N2 dan H2O hanya bervariasi sangat kecil dan dapat
Dan karena perfusi ini bergantung kepada sistem peredaran dianggap tetap. Maka nilai (PAO2 + PACO2) juga tetap.
darah paru, maka pemeriksaan fungsi sistem peredaran darah Ini berarti bila yang satu naik, yang lain akan turun, dan
paru sebagai bagian dari uji faal paru merupakan suatu ke- sebaliknya.
wajaran.
(b) Susunan darah arteria, yaitu tekanan bagian O2 (Pao 2 ).
1. Pemeriksaan fungsi sistem peredaran darah paru. Tekanan CO2 (Paco2 ), kejenuhan O2, selisih PAO 2 _
Parameter untuk menguji faal sistem peredaran darah paru Pao2 setelah bernapas dengan udara dengan berbagai kadar
diantaranya ialah : O2, dan pH.
• Arus darah kapiler paru (Pulmonary Capillary Blood Flow). 2. Jarak yang harus ditempuh oleh partikel yang berdifusi.
• Tekanan Arteria Pulmonalis. 3. Sifat membran dan daya larut partikel yang akan berdifusi
• Jumlah darah dalam kapiler paru (Pulmonary Capillary di dalam membran tersebut.
blood Volume). 4. Luas permukaan difusi.
• Tekanan darah kapiler paru. Butir (2), (3), dan (4) menentukan juga kapasitas difusi.
Gangguan fungsi sistem peredaran darah paru dapat terjadi Untuk memeriksa kapasitas difusi, biasanya perlu diperiksa
misalnya oleh penyakit paru yang menimbulkan obliterasi konsumsi oksigen, curah CO2, RQ (Respiratory Quotient)
atau penekanan pembuluh darah, atau oleh penyakit primer serta kapasitas difusi sendiri dengan menggunakan gas O2 dan
pembuluh darah paru, misalnya arteritis, trombosis, sklerosis gas CO2.
dan emboli.
2. Pemeriksaan perbandingan ventilasi (V) dan arus darah (Q) KESIMPULAN
(Ventilation/Bloodflow ratio = V/Q). Untuk melakukan uji faal paru, diperlukan banyak peralatan,
Yang penting di sini ialah V/Q regional. Untuk keperluan ini ketrampilan yang memadai dan pengalaman yang cukup.
sekarang di Indonesia mungkin dapat dikembangkan pemerik- Uji faal paru yang lengkap, masih jarang dilakukan di Indone-
saan Pulmonary Scintiphotography, yaitu suatu scanning paru sia. Di dalam satu laboratorium di Indonesia saat ini, belum
dengan radioisotop. Pemeriksaan ini dapat menggantikan tentu tersedia semua peralatan yang diperlukan untuk uji
pemeriksaan bronkospirometri yang ditujukan untuk menentu- faal paru. Maka untuk melakukan uji faal paru secara lengkap,
kan fungsi paru regional. perlu kerjasama beberapa pusat laboratorium. Di Laborato-
rium Ilmu Faal FKUI, saat ini hanya dapat dilakukan beberapa
FUNGSI DIFUSI saja dari pemeriksaan fungsi ventilasi. Hal ini terutama disebab-
Difusi ialah berpindahnya partikel-partikel zat dari suatu kan peralatan yang dimiliki belum lengkap. Mudah-mudahan
kompartemen ke kompartemen yang lain oleh tenaga yang saja beberapa tahun mendatang dapat melengkapi alat-alat
dimiliki oleh partikel-partikel itu sendiri. Dalam pernapasan, yang diperlukan dan dapat memeriksa sebagian besar dari
difusi biasanya diartikan berpindahnya partikel-partikel gas fungsi ventilasi. Saat ini dengan kerjasama beberapa pusat
dari alveoli ke dalam sel darah merah (O2) atau dari dalam sel laboratorium mungkin dapat dilakukan uji faal paru secara
darah merah ke alveoli (CO2). Dan juga dari dalam sel darah lengkap.
merah ke dalam sel-sel jaringan (O2) dan dari dalam sel jaring-
KEPUSTAKAAN
an ke dalam sel darah merah (CO2).
Di dalam tubuh, kecepatan difusi bergantung kepada bebe- 1.Ganong WF. Review of Medical Physiology Los Altos, California:
rapa hal, di antaranya ialah : Lange Medical Publications, 1977.
2.Tisi GM. Pulmonary Physiology in Clinical Medicine Baltimore/
1. Selisih tekanan bagian masing-masing gas yang berdifusi London : Williams & Wilkins, 1980.
diantara kompartemen-kompartemen. 3.Comroe JH, RE Forster, AB Dubois, WA Briscoe, E Carlsen. The
Gas berdifusi dari tempat yang tekanan bagiannya tinggi, ke Lung, Clinical Physiology and Pulmonary Function Tests Chicago :
The Year Book Publishers Inc. 1959.
tempat yang tekanan bagiannya rendah. Untuk oksigen, dari
alveoli ke darah dan kemudian ke sel jaringan. Tekanan bagian

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 11


Faal Paru pada Pembedahan
dr Hudaya Sutadinata
Sub-bagian Paru, Bagian Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
Rumah Sakit dr Hasan Sadikin
Bandung

PENDAHULUAN
(a) Volume paru
Pemeriksaan faal paru sebelum pembedahan telah dikem-
bangkan lebih dari 25 tahun terakhir ini, sebagai bagian dari Pada gambar 1 dapat dilihat Total Lung Capacity (TLC) dan
penerapan yang bertambah luas dari Ilmu Faal pada problema subdivisinya. Pada pembedahan abdomen TLC dan subdivisi-
medik dan bedah (1). Kegunaannya didasarkan pada angka nya berkurang, sedangkan pada pembedahan ekstremitas hal
kejadian penyulit yang sering timbul sesudah pembedahan (2). ini tidak terjadi. Pengurangan TLC akan lebih banyak pada
pembedahan dengan sayatan abdomen bagian atas dibanding-
Penyulit pembedahan pada paru dapat timbul selain karena
kan sayatan di bagian bawah (5).
tipe pembedahan yang dilakukan, juga oleh keadaan parunya
Pada pembedahan abdomen Vital Capacity (VC) berkurang
sendiri, baik yang terdapat pada saluran nafasnya maupun
antara 25 — 50%, dan baru kembali seperti sebelum pembedah-
pada parenkhim parunya. Sehingga saat ini penilaian keadaan
an setelah 1 — 2 minggu kemudian. VC berkurang banyak
paru sebelum pembedahan merupakan bagian integral dari
pada sayatan bagian atas abdomen dibandingkan dengan
persiapan penderita. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
sayatan bagian bawah (5).
kemungkinan adanya penyulit kelak sesudah pembedahan (3).
Pada torakotomi VC berkurang sekitar 50% (7) dan pada
Pada penderita muda dengan fungsi kardio-respirasi yang pembedahan yang tidak dilakukan torakotomi, VC tidak ada
normal bahaya timbulnya penyulit lebih kecil daripada mereka yang berkurang lebih dari 50% (8).
yang usianya sudah lanjut atau fungsi kardio-respirasinya Sedangkan Expiratory Reserve Volume (volume udara yang
sudah berkurang (4). Menurut Harman (2) penyulit paru pada masih bisa dikeluarkan setelah ekspirasi biasa) berkurang 60%
pembedahan berkisar antara 6 — 60%. Prosentasenya paling pada sayatan abdomen bagian atas dan 25% pada sayatan
tinggi sesudah pembedahan toraks dan perut bagian atas. abdomen bagian bawah (3, 5).
Dengan angka prosentase dari penyulit paru yang cukup Forced Expiratory Volume dalam 1 detik (FEV1) berkurang
tinggi ini, maka timbul pertanyaan apakah memang betul faal sampai 35% pada hari pertama pembedahan dan berangsur
paru sebelum pembedahan itu perlu diperiksa. Untuk mene- naik sampai 70% pada hari ke 7 pada penderita yang meng-
laah permasalahan ini akan dibahas : perubahan-perubahan alami pembedahan abdomen bagian atas (2). Berkurangnya
patofisiologi paru sesudah pembedahan, faktor-faktor yang volume paru tersebut disebabkan beberapa faktor antara lain :
memperbesar kemungkinan terjadinya penyulit (faktor-faktor pengaruh narkosis umum, pneumoperitoneum, distensi abdo-
risiko), pemeriksaan faal paru sebagai petunjuk kemungkinan men, pembalut yang restriktif, posisi tidur, rasa sakit pasca
timbulnya penyulit dan penderita-penderita yang perlu pe- bedah, analgetik yang bersifat narkotik (2).
meriksaan faal paru sebelum pembedahan.
PERUBAHAN PATOFISIOLOGI PASCA BEDAH (b) Corak pernafasan
Gerakan abdomen dan diafragma pada tiap tidal volume Akibat pengurangan volume paru tsb. diatas, maka untuk
(jumlah udara yang dihirup/dikeluarkan pada pernafasan menjaga ventilasi alveolar yang adekwat, tubuh mengadakan
biasa) mempunyai kontribusi lebih dari 70%, sedangkan kompensasi dengan menaikkan frekuensi pernafasan. Sehingga
rangka tulang iga (rib cage) kontribusinya antara 5 — 30%. terjadi pernafasan dengan frekuensi yang cepat. Namun siklus
Tindakan pembedahan pada masing-masing komponen yang pernafasan makin pendek. Dengan kata lain pernafasan akan
berperan dalam pernafasan akan mengurangi gerakannya (6). menjadi cepat dan dangkal (9, 10). Selain itu juga terjadi
Pada pemeriksaan elektromiografi telah dibuktikan bahwa pengurangan atau hilangnya sama sekali pernafasan dalam
otot-otot abdomen anterior sangat berpengaruh pada bagian yang spontan (sighing breath) (2, 9). Pada binatang percobaan,
akhir dari ekspirasi dan inspirasi dalam (5). Akibatnya bila pernafasan yang monoton tanpa "periodic sigh" menyebabkan
dilakukan pembedahan pada toraks dan abdomen akan terjadi pengurangan secara progresif Functional Residual Capacity
pengurangan baik pada komponen ekspirasi , maupun inspirasi. dan Compliance (2).
Dan keadaan ini akan mempengaruhi (2, 3, 5) : Menurut Okinaka (10) pada umumnya sebelum pembedahan
(a) Volume paru, (b) corak pernafasan, (c) pertukaran gas, ekskursi abdomen lebih besar dari ekskursi toraks. Sesudah
(d) mekanisme pertahanan paru. pembedahan abdomen amplitudo ekskursi toraks relatif ber-

12 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


yang mengalami pembedahan ekstremitas bawah, pembersihan
tantalum terjadi dalam 48 jam, sedangkan 14 dari 18 penderita
sisanya dengan pembedahan abdomen, sampai hari ke 6 masih
terdapat retensi tantalum. Dan terjadinya atelektasis dapat
diketahui dengan didahului pengumpulan mukus yang ditandai
dengan adanya retensi tantalum yang dinyatakan pada foto
toraks.

PENYULIT PADA PARU PASCA BEDAH


Penyulit pada paru umumnya merupakan aksentuasi pe-
rubahan patofisiologi paru yang telah disinggung diatas (3).
Pada penderita yang mengalami narkosis umum terjadi per-
ubahan-perubahan fisiologik yang memperbesar kemungkinan
Gambar 1.- Spirometer menunjukkan pola ventilasi pada saat istirahat timbulnya penyulit. Narkosisnya sendiri menyebabkan kemati-
serta volume-volume paru dan kapasitas-kapasitas. Gambar ini menca- an 1 dari 1560 prosedur pembedahan. Setengah daripadanya
tat volume (dalam liter) versus waktu (dalam detik). Petunjuk : TLC,
Total lung capacity; VC, Vital capacity; RV, Residual volume; IC, disertai hipoksemia (2). Menurut Mittman (4) risiko pem-
Inspiratory capacity; FRC, Functional residual capacity; IRV, Inspi- bedahan sangat erat hubungannya dengan faal paru sebelum
ratory reserve volume; TV, Tidal volume; ERV, Expiratory reserve pembedahan serta tipe dan luasnya pembedahan. Dari 33
volume; penderita yang diobservasi oleh Stein dkk (17) dengan faal
paru yang normal sebelum pembedahan didapatkan penyulit
pada paru kira-kira 5%, dan dari 30 penderita yang mengalami
tambah dibandingkan dengan ekskursi abdomen. Sedangkan pembedahan dengan faal paru yang abnormal sebelum pem-
pada pembedahan toraks, keadaannya seperti sebelum pem- bedahan didapatkan penyulit pada paru 70%. Sedangkan
bedahan dimana ekskursi abdomen lebih dominan. Pada Whitman (18) menemukan penyulit paru 25% pada pembedah-
torakoplasti kadang-kadang ditemukan gerakan paradoxal. an dengan sayatan paramedian dari abdomen dibandingkan 6%
pada pembedahan di tempat lain.
(c) Pertukaran gas
Pada pembedahan bukan-toraks, penyulit yang timbul
Melemahnya ekskursi diafragma akibat pembedahan, terutama dapat bersifat infeksi dan bukan infeksi (3). Penyulit yang
pembedahan abdomen bagian atas atau thoraco-abdominal bersifat infeksi dapat berupa suatu eksaserbasi dari bronkhitis
akan mengakibatkan ventilasi bagian basis paru berkurang dan sampai terjadinya pneumonia. Sebagai faktor predisposisi
menyebabkan ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi, adalah berkurangnya kemampuan batuk, berkurangnya pem-
maka akan terjadi hipoksemia (11). Faktor lain yang mem- bersihan mukosilier dari partikel dan mikroorganisma, sehingga
pengaruhinya juga adalah imobilisasi, volume paru yang ber- proliferasi baksil-baksil bertambah. Penyulit yang bersifat
kurang dan hilangnya "sighing breath" (12). Tekanan partial bukan infeksi berupa atelektasis, yang diartikan sebagai me-
oksigen dalam darah (PaO2) mengalami penurunan, paling nutupnya unit-unit paru yang dapat bersifat difus atau sublo-
rendah sampai hari ke 3 setelah pembedahan abdomen dan bular. Mekanisme terjadinya atelektasis kemungkinan akibat :
hari ke 5 sesudah pembedahan thoraco-abdominal. Bila terjadi sekret yang tertahan, berkurangnya mekanisme "sighing"
PaO2 pasca bedah kurang dari 70 mmHg, kemungkinan besar atau akibat berkurangnya Expiratory Reserve Volume.
ada tendensi timbulnya penyulit pada paru (13). Hansen dick (13) menemukan penyulit paru pada 30 dari
Penurunan PaO2 pasca bedah yang disertai dengan kenaikan 40 penderita yang mengalami pembedahan abdomen bagian
PaCO2 (tekanan partial CO2 dalam darah arteri) terjadi hanya atas, dimana 60% diantaranya disertai dengan kelainan radio-
pada mereka yang sebelumnya telah terjadi retensi CO2 (3). logik yang berupa atelektasis, konsolidasi dan efusi pleura.
Mekanisme terjadinya efusi pleura, terjadi sehubungan dengan
(d) Mekanisme pertahanan paru atelektasis yang timbul, adanya cairan dalam rongga perito-
Mekanisme pertahanan paru berfungsi menjaga paru terhadap neum atau iritasi pada diafragma (19).
partikel-partikel yang terhisap atau terhadap mikroorganisme. Pada pembedahan toraks, penyulit yang timbul dapat
Untuk pembersihan deposit pada bagian atas saluran nafas ada berupa hematotoraks, efusi pleura (serous), fistula bronkho-
mekanisme batuk. Sedangkan untuk pembersihan saluran pleura, atelektasis, pneumonia, penyempitan bronkhial,
nafas bagian bawah ada sistem mukosilier dan untuk pem- paralisis diafragma, pergeseran mediastinum. Semuanya ini
bersihan dalam alveoli selain terdapat "mucocilliar transport" dapat mengakibatkan keadaan patologik yang bersifat obs-
juga terdapat komponen seluler dan "lymphatic drainage"(14). truktif atau restriktif (7).
Menurut Haris (15) proses pembersihan tersebut akan ber-
kurang pada hipoksemia, yang bisa terjadi pasca bedah. Di-
FAKTOR—FAKTOR YANG MEMPERBESAR KEMUNGKIN-
samping itu efek narkotik juga dapat menghilangkan refleks
AN TIMBULNYA PENYULIT PADA PARU.
batuk (2).
Gamsu dkk (16) telah menggunakan bedak tantalum untuk Pada penderita yang mengalami narkosis umum pada
mempelajari pembersihan mukosilier pada 25 penderita yang pembedahan, terdapat kemungkinan terjadinya penyulit pada
telah mengalami pembedahan bukan-toraks. Pada 7 penderita paru.. Anamnesis yang lengkap, pemeriksaan fisik yang teliti

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 13


dan pembuatan foto toraks serta pemeriksaan elektro kardio- • pembedahan bukan toraks dan bukan abdomen
grafi merupakan standard evaluasi pada setiap penderita yang • pembedahan abdomen bagian bawah
mengalami pembedahan. Hal ini perlu agar dapat diketahui • pembedahan abdomen bagian atas
adanya faktor-faktor yang memperbesar kemungkinan timbul- • pembedahan toraks tanpa reseksi paru yang berfungsi
nya penyulit pada paru. Faktor-faktor tersebut dapat berupa • pembedahan toraks dengan reseksi paru yang berfungsi.
penyakit paru akut atau kronik atau kelainan lain dari toraks (d) Narkosis.— Angka kejadian penyulit lebih sering terjadi
yang menyebabkan faal parunya berkurang (1 — 3). pada penderita yang mengalami narkosis lebih dari 3 jam
Faktor-faktor lain yang dapat memperbesar kemungkinan (18). Juga lebih banyak terjadi pada penderita dengan
timbulnya penyulit pada paru adalah : narkosis umum dibandingkan dengan narkosis regional
(a) Umur penderita.— Umur yang lanjut memperbesar ke- (3).
mungkinan timbulnya penyulit. Hal ini mungkin ber-
hubung dengan pengaruh pengurangan faal paru secara
PEMERIKSAAN FAAL PARU SEBAGAI PETUNJUK KE-
fisiologik sesuai dengan umur, termasuk didalamnya
MUNGKINAN TIMBULNYA PENYULIT PASCA BEDAH
dengan berkurangnya VC, bertambahnya Residual Volu-
me (RV), penurunan PaO2 disamping angka kejadian Bermacam-macam pemeriksaan dapat dikerjakan untuk
yang meningkat dari penyakit paru yang menahun (2). mengetahui faal paru, yaitu mulai dari pengukuran yang
(b) Obesitas.— Pada penderita yang sangat gemuk terdapat sederhana untuk kapasitas vital sampai penggunaan isotop-
perubahan faal paru berupa ERV dan FRC (Functional radioaktif untuk pengukuran aliran darah regional, ventilasi
Residual Capacity) berkurang, PaO2 yang berkurang atau pertukaran gas (21).
disamping " work of breathing" yang meningkat. Perubah- Untuk tujuan skrening sebelum pembedahan, diperlukan
an tsb mengakibatkan ketidaksesuaian dari ventilasi dan tes yang dapat dikerjakan dengan cepat dan sederhana, serta
perfusi. Kalau pengaruh narkosis dan pembedahan pada mempunyai dua sasaran, yaitu diagnosis dan evaluasi secara
orang normal faal parunya mengalami pengurangan, maka kuantitatif (1). Untuk itu pemeriksaan faal paru dengan
pengurangan yang bakal terjadi pada penderita gemuk spirometri merupakan teknik prinsipiel terhadap kedua hal
akan relatif lebih besar. Sehingga kemungkinan terjadinya tersebut diatas disamping anmnesis, pemeriksaan fisik, foto
penyulit juga relatif akan lebih banyak (20). toraks dan EKG sebagai standard evaluasi (1, 2). Selain itu juga
(c) Tipe pembedahan.— Urutan tipe pembedahan menurut diperiksa gas darah arteri, dan pada persiapan pembedahan
kemungkinan makin besamya penyulit pada paru adalah toraks dengan reseksi paru juga dianjurkan pengukuran tekan-
sebagai berikut (3) : an intra-arteri pulmonal (2, 3).

Tabel 1. TES FAAL PARU : Nilai-nilai normal

FAAL SIMBOL UNIT NILAI NORMAL RISIKO


WANITA PRIA PEMBEDAHAN
BURUK

FORCED VENTILATORY TESTS


Maximal voluntary ventilation MVV L/menit 144 ± 40 192 ± 64 < 40 L/menit
Forced vital capacity FVC Liter 4.28± 0.78 5.50± 0.82
Forced expiratory volume 1 sec FEV 1 Liter 36.8± 0.82 4.54± 0.64 < 1 liter
Forced expiratory volume 1 sec FEV1/ Persen > 75 > 75 < 50
as % of FVC FVC
Peak flow rate PFR L/menit 477 ± 104 625 ± 108 < 100 L/menit
Forced expiratory flow or maximum FEF25-75 L/detik 4.19± 2.4 4.56± 2.60
mid-expiratory flow rate
(MMFR)
VENTILATION (RESTING)
VE L/menit 7.39± 3.56 8.9 ± 2.98
Minute ventilation
Alveolar ventilation (V A = VE - VD ) VA L/menit 5.39±3.56 6.42± 2.20
Respiratory rate RR Breaths/
menit 13±6 15±5
Tidal volume VT Liter 0.63± 0.3 0.70 ± 0.7
Oxygen consumption VO2BSA Ml/menit/ 152 ± 33 153 ± 14
meter2 BSA
Ventilatory equivalent L/menit/
100 ml 0 2 3.02 ± 0.65 2.90 ± 0.50

LUNG VOLUMES
Total lung capacity TLC Liter 5.50 ± 1.2 7.26 ± 2.08
Residual volume/total lung capacity RV/TLC Persen < 30 < 30

14 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


Pada tabel 1 dapat dilihat pelbagai macam pemeriksaan faal toraks maupun bukan toraks terjadi pada mereka yang mem-
paru dengan harga normal. punyai MW sebelum pembedahan yang kurang dari 50% dari
yang diperkirakan. MW mempunyai nilai tinggi untuk men-
Spirometri duga bakal terjadinya penyulit pembedahan. Hal ini disebab-
Pemeriksaan faal paru dengan spirometer dapat meng- kan karena pemeriksaan tersebut sensitif terhadap banyak
gambarkan beberapa segi keadaan paru (21). FEV1 merupakan faktor yang nonspesifik. Faktor-faktor tersebut adalah kerja
pemeriksaan yang dapat menunjukkan kelainan obstruktif sama dari penderita, kekuatan otot, keadaan umum yang
pada saluran nafas. Sedangkan VC akan menunjukkan kelainan lemah dan adanya rasa sakit sewaktu bernafas dari penderita
yang bersifat restriktif, yang bisa terjadi karena pengurangan yang mengalami pembedahan. Semuanya itu penting dalam
jaringan paru yang berfungsi, terbatasnya pengembangan penentuan penyembuhan selama pengobatan pasca bedah.
dinding toraks dan atau gerakan diafragma (22). Faal paru Sedangkan Nealon dan Mc Neil (28) serta Karliner (28) me-
dinyatakan masih dalam batas normal bila hasil pemeriksaan nekankan pentingnya pemeriksaan gas darah arteri. PaCO2
didapatkan deviasi sampai 20% dari harga yang diperkirakan yang naik sebelum pembedahan merupakan tanda buruk yang
(predicted value) (21,22). Harga yang diperkirakan (predicted sering dijumpai pada mereka yang mengalami problema
value) disesuaikan dengan tinggi dan berat badan, dapat dilihat respirasi pasca bedah.
dari tabel. Kelainan bersifat ringan bila hasil pemeriksaan ku- Para sarjana menekankan bahwa potensial kegunaan pe-
rang dari 70% dari yang diperkirakan, dan bersifat sedang bi- meriksaan faal paru akan jauh lebih besar bila yang dipakai
la hasilnya kurang dari 60% serta berat bila kurang dari 50% untuk mengidentifikasi penyulit yang bakal terjadi pasca
(22,23). bedah lebih dari satu pemeriksaan. Satu pemeriksaan saja
Dengan demikian pemeriksaan faal paru selain menunjuk- tidak bisa dipakai untuk memperkirakan adanya risiko dari
kan kelainan fisiologik yang ada, juga menunjukkan kelainan prosedur pembedahan tertentu pada penderita dengan pe-
fungsional secara kuantitatif disamping juga dapat memberikan nyakit paru kronik atau mereka dengan faal paru yang telah
data-data studi pengamatan (follow-up study) secara obyektif berkurang (4, 17, 22, 23).
dari sifat penyakitnya serta manfaat pengobatan yang diberi-
kan (1). Gas darah arteri
Dari hasil pemeriksaan faal paru dengan spirometer yang Pertukaran gas dalam paru dinyatakan dengan tekanan
dapat menunjukkan berat ringannya kelainan yang ada, serta partial oksigen (PaO2) dan karbondioksida (PaCO2) serta pH
mengerti dan mengetahui perubahan patofisiologi pasca bedah, darah. Harga-harga normal lihat tabel 2. Pemeriksaan ini
maka dapat diidentifikasi kemungkinan bakal terjadinya sangat penting disamping pemeriksaan dengan spirometer
risiko paru akibat pembedahan torak dan bukan-toraks (24). karena selain mendeteksi kelainan pertukaran gas juga akan
Dengan demikian maka penilaian hasil-hasil pemeriksaan menentukan pula kebutuhan ventilasi bantuan selama dan
dengan spirometer ini merupakan dasar evaluasi faal paru sesudah pembedahan (29). Pada penderita.yang menunjukkan
secara kuantitatif sebelum pembedahan (1). Walaupun FEV1 hipoksemia (PaO2 kurang dari 50 mmHg) serta hiperkapnia
dan FVC (Force Vital Capacity) diketahui dapat mencermin- (PaCO2 lebih dari 45 mmHg) pembedahan merupakan kontra-
kan faal paru pada umumnya (25), banyak ahli menunjukkan indikasi. Namun keadaan ini tidak absolut sebab beberapa
pula peranan pemeriksaan lainnya yang harus diperhatikan. penderita dengan hiperkapnia mungkin keadaannya reversibel,
Gaenler dkk (26) melaporkan penilaian dari 460 penderita misalnya hiperkapnia berasal dari hipoventilasi alveolar sentral
tbc paru yang mengalami berbagai prosedur pembedahan. atau akibat penyakit saluran nafas yang reversibel, yang me-
Ternyata 12 dari 13 penderita yang meninggal akibat kegagal- nyertai penyakit saluran nafas yang kronik. Demikian juga
an respirasi mempunyai Maximal Voluntary Ventilation pada penderita dengan tumor paru dimana daerah tersebut
(MW) kurang dari 50% dari yang diperkirakan. Demikian juga mungkin merupakan daerah tanpa ventilasi namun masih
Mittman (4) mengatakan bahwa risiko kematian akibat pem- mendapat perfusi, menimbulkan hipoksemia. Maka bila di-
bedahan dari 196 penderita yang mengalami pembedahan lakukan reseksi daerah tersebut besar kemungkinan PaO2 akan

Tabel 2. GAS–GAS DARAH ARTERI : Nilai-nilai normal

FAAL SIMBOL UNIT USIA NILAI NORMAL RESIKO


WANITA PRIA PEMBEDAHAN
BURUK

Arterial oxygen PaO2 mm Hg 20—29 99 ± 12 92 ± 14 < 50 mm Hg


tension 31 — 40 87 ± 7
41—50 84±8
51—60 81±7
> 60 > 74±9
Arterial CO 2 tension PaCO2 mm Hg 38 — 42 mm Hg > 60 mm Hg
Acid/base balance pH 7.40 ± 0.04
Alveolar-arterial A-a O2Δ mm Hg 50 — 100 mm Hg > 200 mm Hg
0 2 gradient on 100 % 02

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 15


kembali normal. (3). Kalau kurang sebaiknya tidak dikerjakan. Seandainya pem-
Dengan hasil pemeriksaan faal paru sebagai petunjuk yang bedahan tetap akan dipaksakan, maka perlu dilakukan pe-
dibawh memperikirakan timbulnya penyulit pada paru, maka meriksaan tekanan arteri intra-pulmonal dengan "balloon
ini dicantumkan pendapat beberapa penulis. occlusion". Kalau pada pemeriksaan ini didapatkan tekanan
intra-pulmonal lebih besar dari 30 mmHg, pneumonektomi
Untuk pembedahan bukan toraks. Schwaber dkk (30) me-
merupakan kontraindikasi (2, 3, 31).
nyarankan agar semua pembedahan dihindarkan, kecuali
pembedahan darurat untuk menyelamatkan jiwa bila faal paru
berupa VC kurang dari 1 liter, FEV1 kurang dari 0,5 liter, PENDERITA YANG PERLU DIEVALUASI
MEFR (Maximum Expiratory Flow Rate) kurang dari 100 Dari uraian diatas telah cukup jelas penderita-penderita
liter/m dari MVV kurang dari 50 liter/m. yang tergolong "high risk" dimana faal parunya perlu men-
Hodgkin dkk (11) menggunakan lebih banyak lagi pemeriksaan dapatkan penilaian sebelum pembedahan. Mereka itu adalah
faal paru sebagai petunjuk risiko tinggi akan terjadinya penyu- (2,3):
lit pada paru dan kematian, yaitu : 1. Penderita yang direncanakan pembedahan toraks
1.MVV kurang dari 50% dari yang diperkirakan 2. Penderita yang direncanakan pembedahan abdomen bagian
2. PaCO2 yang meningkat atas.
3.FEV1 kurang dari 0,5 liter
3. Penderita yang menunjukkan batuk dan perokok.
4.MMFR (Maximum Mid Expiratory Flow Rate) kurang dari 0,6 liter/
detik 4. Penderita obesitas.
5.MEFR,kurang dari 100 liter/m 5. Penderita yang umurnya lebih dari 70 tahun
6.VC kurang dari 1 liter 6 Penderita dengan penyakit paru.
7. EKG abnormal
8.Hipoksemia berat (PaO2 kurang dari 55 mmHg) sebelum pembedah-
RINGKASAN .
an
9.Tidak ada perbaikan dari MVV, FEV1 , MEFR dan VC sesudah Beberapa tipe pembedahan dapat menyebabkan perubahan
pemberian bronkhodilator. faal paru pasca bedah. Keadaan ini memperbesar kemungkinan
10.Kelainan yang menyolok dari Sidikan paru (ventilasi dan perfusi)
timbulnya penyulit pada paru. Anamnesis, pemeriksaan fisik,
dengan Xenon.
foto toraks dan EKG dipakai untuk menilai keadaan paru
Untuk pembedahan toraks. Prosedur pembedahan toraks sebelum pembedahan. Pemeriksaan faal paru dengan spiro-
menimbulkan faktor-faktor yang dapat lebih memperbesar mater dan analisis gas darah arteri merupakan cara yang lebih
bahaya penyulit yang terjadi dibandingkan dengan pembedah- optimal untuk mengidentifikasi penderita yang tergolong
an di tempat lain. "high risk".
Torakotomi akan menimbulkan rasa sakit pada dada, hal ini Manfaat kegunaan pemeriksaan faal paru sebelum pem-
akan mengurangi dalamnya inspirasi dan menghambat batuk. bedahan didasarkan pada kenyataan bahwa penderita yang
Ditambah pula dengan reseksi paru yang berfungsi dari pen- mempunyai risiko besar akan timbulnya penyulit pada paru
derita yang faal parunya sudah berkurang sebelum pembedah- dapat diindentifikasi dengan penilaian faal paru sebelumnya.
an, maka faal paru yang masih tinggal tidak cukup menunjang Disini terdapat hubungan antara penyimpangan hasil pemerik-
kehidupan penderita tanpa ventilasi bantuan (2). Maka dari itu saan dengan kemungkinan penyulit yang timbul.
setiap penderita yang dicalonkan untuk pembedahan toraks
perlu sekali diperiksa faal parunya. (31).
KEPUSTAKAAN
Selain itu perlu pula diperhatikan bahwa sebelum pem-
bedahan torakotomi dilakukan, ahli bedah belum mengetahui Daftar Kepustakaan dapat diminta pada penu/is/redaksi

secara pasti sampai berapa jauh besarnya kelainan jaringan


paru atau tumor yang ada (32). Hal ini mendorong untuk
menilai faal paru terhadap risiko dari pembedahan yang paling
besar yang harus dikerjakan.
Menurut Block dkk (31) secara fisiologik, penderita akan
menunjukkan toleransi pada pneumonektomi bila pemeriksaan
faal paru sebelum pembedahan menunjukkan :
Semua dokter tahu betapa besar pengaruh wanita ter-
(a) FEV1 lebih besar 50% dari FVC dan lebih 2 liter
hadap reputasi mereka; maka jarang kita temui dokter
(b) MVV lebih besar dari 50% dari yang diperkirakan nor-
yang tidak berusaha menyenangkan hati wanita-wanita
mal (predicted value). itu.
(c) Ratio RV/TLC kurang dari 50%.
Honore de Balzac
Bila harga-harga diatas lebih jelek, maka dianjurkan untuk
mengukur "right-left split function". Saat ini pemeriksaan
tersebut dilakukan dengan kombinasi antara pemeriksaan
dengan spirometer dan pemakaian radioisotop. Yang dihitung-
nya adalah perkiraan FEV1 pasca bedah. Bila hasilnya lebih
besar dari 800 cc, maka pneumonektomi dapat dikerjakan.

16 Cermin Dunia Kedokteran No, 24, 1981


Rehabilitasi Penderita
Penyakit Paru Menahun
I mam Waluyo SMPh, dr. A.R. Nasution
Unit Rehabilitasi Medis / Fisioterapi RSCM, Jakarta

PENDAHULUAN bulkan kecacatan yang dapat mempengaruhi dirinya sendiri,


Sebagai akibat dari kemajuan dalam pengetahuan mengenai keluarga dan masyarakat. Akibat pengaruh tersebut dapat
faal pernafasan dan mekanisme gangguan pernafasan, pengo- meliputi aspek fungsionil/fisik, psikologik, sosial, ekonomi.
batan dan penatalaksanaan penyakit paru-paru menahun (lihat skema 1, 2).
semakin membaik. Walaupun demikian masih banyak persoa- • 2. Penyakit paru yang menahun ternyata berjumlah cukup
lan yang dihadapi. Banyak pengobatan yang hanya bersifat tinggi, di beberapa negara Barat menduduki nomor dua sete-
simtomatik. Dengan demikian cepat ataupun lambat penderita lah penyakit jantung.
akan jatuh ke-keadaan yang lebih lanjut misalnya cacat perna-
Pada tahun 1974 di USA tercatat 13,8 juta penderita
fasan karena hipertensi pulmonal.
penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) dan masih tam-
Kelainan yang menimbulkan kecacatan pernafasan yang bah 2 juta penderita penyakit asma, tuberkulosis dan lain-lain
menahun adalah : penyakit paru. Ini mengakibatkan pembayaran ongkos kese-
hatan sampai 5,6 milyard dollar setahun, dengan kerugian
• Penyakit paru-paru obstruktif, termasuk di dalamnya
ekonomis akibat morbiditas dan mortalitas sampai 8,6 mil-
bronkhitis kronis, efisema, asma brokhial, bronkhiektasis. yard dollar setahun (1972).
• Penyakit pernafasan restriktif, termasuk kelainan neuro- Di Indonesia, belum banyak penderita penyakit paru
muskular/muskuloskeletal seperti skoliosis, kifosis, po- obstruktif menahun (PPOM) yang dilaporkan. Nawas dkk
liomielitis, muscular distrophi dsb. mencatat bahwa dari 40 kasus yang dirawat di RS Persaha-
• Penyakit paru-paru restriktif karena kelainan perenkhim batan Jakarta dalam periode Januari — Juni 1977 ternyata
paru-paru seperti fibrosis dsb. 65 % penderita tuberkulosis dan hanya 26 % penderita PPOM.
Kartini DS melaporkan impairment di Indonesia yang berupa
Tulisan ini akan menekankan pembahasan masalah rehabili-
tasi penyakit paru-paru obstruktif. batuk kronis sebanyak 12,2 % pada laki-laki dan 6,2 % pada
perempuan, sedang yang mengalami sesak nafas pada waktu
MASALAH & AKIBAT PENYAKIT PARU MENAHUN istirahat atau bekerja 6,6 % laki-laki dan 4,3 % perempuan.
• 1. Penyakit paru menahun bersifat kronis dan dapat • 3. Hal yang sulit ialah bahwa penderita-penderita PPOM
terjadi berlanjut tanpa batas. Gejala-gejala dapat datang tidak begitu jelas terlihat sepintas lalu bila dibandingkan
pergi tetapi perubahan-perubahan patologik dan anatomik dengan kecacatan seorang buta, amputasi dsb, padahal de-
yang terjadi akan bertumpuk, menetap dan bertambah buruk. rajat kecacatannya tidaklah lebih ringan dibandingkan dengan
Penyakit ini mempunyai kekhasan dengan gejala-gejala yang yang lain.
timbul perlahan-lahan dan progresif yang tidak dapat dipenga- Dari segi diagnosis, penyakit paru obstruksi menahun memer-
ruhi dengan pengobatan dan dapat menjadi kegagalan perna- lukan alat-alat test faal paru seperti spirometri, analisa gas
fasan (hipoxia, hipoxemia dan retensi karbon dioksida), sehingga penderita PPOM banyak yang belum tercatat kecua-
asidosis,hipertensi pulmonal dan akhirnya korpulmonal li .yang sudah berat dan memerlukan perawatan di Rumah
Kelainan-kelainan dan gejala yang ada sering menimbul- Sakit. Padahal justru pada tingkat penyakit yang awal/dini
kan rasa cemas/takut dan kecemasan terhadap penyakitnya PPOM perlu di-deteksi untuk dapat dilakukan usaha untuk
akan cenderung menimbulkan tidak adanya aktivitas. Se- menghambat progresivitasnya dan mencegahan-pencegahan
dang tidak adanya aktivitas dapat menimbulkan problem terhadap kecacatan beserta akibat-akibatnya.
lain seperti ketidakmampuan otot-otot, sehingga pada gilir-
REHABILITASI
annya menambah gejala sesaknya. Dan akhirnya dapat terjadi
imobilisasi dengan segala akibatnya. Rehabilitasi pada penderita dengan kelainan paru seperti
Kelainan fisiologik yang berpengaruh terhadap kemam- halnya dengan usaha rehabilitasi pada umumnya bertujuan
puan fungsional (terbatasnya fungsi) lebih lanjut akan menim- untuk mengembalikan fungsi fisik, mental, sosial pada kemam-

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 17


Skema 1 : THE DISABILITY PROCESS (WHO, 1976)

puan yang semaksimal mungkin, sehingga dapat melakukan Ha'as & Cardon ( 3 ) dalam penyelidikannya selama 5 tahun
aktivitas sehari-hari dengan sebaik-baiknya dengan kapasitas dari 252 penderita PPOM laki-laki menyimpulkan :
kardiopulmonal yang masih tinggal serta melatih penderita _ Kombinasi dari rehabilitasi dengan pengobatan simptoma-
untuk dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuannya. tis jauh lebih efektif dari pada cara terakhir secara sen-
Penanganan Rehabilitasi Medis merupakan Pelayanan Tim _ Cukup banyak penderita PPOM yang mungkin tidak da-
yang multi-displiner dimana masing-masing tenaga mempunyai pat ditolong lagi, dapat dilatih sehingga menjadi pekerja
peranan sebagai anggota tim dengan berprinsip kerjasama berhasil dan menjadi anggota sosial yang berguna kembali,
berdasarkan keadaan kebutuhan pasien, bukan kebutuhan atau paling sedikit dapat kembali mencapai kepuasan dan
salah satu keahlian. dapat memelihara diri sendiri.
Tenaga tersebut tidak hanya melibatkan dokter umum,
dokter ahli paru tetapi juga dokter lain seperti ahli bedah Banyak jenis data diperlukan sebelum menyusun program
thorak, ahli anestesi, perawat, ahli fisioterapi, ahli occupa- pengobatan secara " Total Care " (rehabilitasi).
tional therapi, pekerja sosial medis, psikolog, ahli gizi dsb.
Tim tersebut harus bekerja secara terpadu dan terkoordinir
1. Penilaian medis.
dengan baik dengan melihat pengalaman Leirtsman &
Chermiack ( 12 ) yang membagi aspek rehabilitasi pernafasan • Menilai jenis dan beratnya kelainan paru-paru termasuk
dalam : Tatalaksana umum, pengobatan kegagalan jantung, komplikasinya dan penyebabnya.
terapi jasmani, terapi zat asam, tatalaksana psikososial dan • Menilai berat ringannya obstruksi dengan derajat gangguan
rehabilitasi pekerjaan (vocational rehabilitation). pernafasannya.

18 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


Skema 2 : INTERVENTIONS TO DIMINISH THE IMPACT OF DISABILITY (WHO, 1976)

2. Penilaian fungsional. ASPEK FISIK


• Kekuatan otot, jarak gerak sendi. Pada proses pernafasan, di waktu inspirasi ruang-toraks
• Kapasitas fungsional termasuk keperluan kegiatan sehari- akan membesar, paru-paru mengembang, udara diisap masuk
hari dan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari. ke dalam paru-paru. Waktu ekspirasi terjadi sebaliknya. Dalam
• Kapasitas fungsional paru & jantung untuk keperluan keadaan normal proses ekspirasi ini merupakan suatu proses
aktivitas sehari-hari (pemeriksaan exercise tolerance test yang pasif, karena adanya elastisitas paru-paru dan otot.
test faal paru dan sebagainya). Pada pernafasan otot-otot dinding torak hanya berperan 35%,
3. Penilaian psikososial. sedang 65% lagi adalah peranan diafragma.
Penderita-penderita PPOM paru-parunya hiperinflasi. Di-
• Reaksi pasien terhadap sakitnya, kepribadian, intel gensia.
tambah lagi dengan elastisitas paru-paru yang berkurang, aki-
• Lingkungan dan cara hidup, sosial ekonominya oleh pekerja
batnya peranan diafragma pada pernafasan berkurang sebalik-
sosial medis.
nya otot-otot dinding toraks bekerja lebih berat sehingga ha-
• Evaluasi pekerjaan untuk pre-vokasional terapi.
rus disertai otot-otot pernafasan tambahan. Lama-lama usaha
Dari data-data tersebut dapat disusun sasaran dalam menca- pernafasan berbalik dimana diafragma menjadi 30% peranan-
pai tujuan rehabiiitasi secara fleksibel dengan mempertimbang- nya, sedang otot-dinding toraks 70%.
kan faktor-faktor dan keadaan yang ada. Dengan cara pernafasan demikian maka diperlukan O 2 lebih
Kemampuan kerja tergantung dari penampilan fisik, kesegaran banyak atau energi yang lebih besar. Dengan pemikiran terse-
(fitness), daya tahan (endurance) dapat dilihat dari aerobic & but dilakukan latihan diafragma.
anaerobic, fungsi neuromuskuler, keadaan jantung, faktor psi- Adanya elastisitas paru-paru berkurang, tekanan negatif in-
kologis, dan faktor lingkungan luar. trapleura berkurang. Maka bronkhus-bronkhus tidak dapat
Dengan demikian tampak bahwa rehabilitasi penderita ca- lagi mempertahankan agar lumennya tetap terbuka. Supaya
cat pernafasan ada 2 aspek yaitu aspek fisik dan psikososialnya. bronkus-bronkhus tersebut tetap dapat terbuka, pada waktu

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 19


ekspirasi dilakukan suatu usaha untuk menahan udara dengan dengan menegangkan otot-otot tertentu kemudian lemas dii-
memperpanjang ekspirasi dan melepaskan udara secara perla- kuti gerakan santai (mobilisasi). Latihan ini biasanya dituju-
han-lahan atau disebut dengan latihan bernafas pursed lip. kan untuk pelemasan otot-otot pernafasan yang tegang.
Perlu diperhatikan untuk latihan relaksasi harus dijaga suasana
Lumen akan bertambah kecil dengan adanya sekret yang
yang tenang, ruang yang nyaman dan posisi penderita yang
terkumpul dalam saluran pernafasan. Sekret tersebut dapat
betul-betul santai seenak-enaknya.
mengental dan menyumbat saluran pernafasan yang memang
sudah kecil lumennya. Keadaan ini pada gilirannya dapat me- (b) Latihan Pernafasan :
nurunkan fungsi kerja silia, refleks batuk dan dapat menjadi Tujuan latihan ini ialah untuk menambah ventilasi alveolar
predisposisi untuk infeksi. Dengan keadaan seperti tersebut dan mengembalikan fungsi diafragma; supaya otot-otot perna-
perlu dilakukan Postural drainage (lihat halaman 2 2 ). fasan jadi bertambah kuat dan bekerja dengan efisien dan ter-
Selain itu diperlukan juga latihan batuk serta Forced Expira- koordinasi baik;
tion Technique Dan kemampuan mengontrol pernafasan, memelihara pengge-
Usaha yang berat untuk bernafas sering menimbulkan keca- rakan dinding toraks dengan mendorong penderita berusaha
paian dan ketegangan otot, sehingga kadang-kadang menye- dan percaya pada diri sendiri. Macam-macam latihan pernafasan.
babkan perasaan pegal/sakit. Bila keadaan PPOM berlanjut di- — Latihan pernafasan diafragma yaitu mengeluarkan nafas
samping mempengaruhi jantung juga dapat mempengaruhi (ekspirasi) dengan mengecilkan perut dan pada waktu inspi-
sikap. Sebaliknya seringnya sesak berat kadang-kadang me- rasi dikembangkan. Ini dapat dilakukan dengan duduk atau
nimbulkan kecemasan yang mempengaruhi ketegangan otot-- terlentang. Dapat pula dengan tidur terlentang dengan suatu
otot yang akhirnya merupakan suatu siklus. beban kantong pasir di atas perut; hal ini dapat untuk latih-
Dari dasar pemikiran keadaan tersebut maka usaha-usaha an penguatan otot-otot perut dan diafragma.
untuk aspek fisik meliputi penggunaan medikamentosa, terapi
fisik dan terapi fungsionil. — Latihan pernafasan pursed lip yaitu waktu inspirasi
mulut tertutup, pada waktu ekspirasi mulut sedikit
1. Medikamentosa dibuka dan udara ditiupkan secara perlahan-lahan. Biasanya
latihan pernafasan diafragma dan pursed lip dilakukan bersa-
Pemakaian obat-obatan terutama ditujukan untuk mengurangi maan.
kerja pernafasan yang meninggi akibat bronkhospasme atau
sekret yang kental seperti bronkho-dilator, ekspektoran, mu- — Bentuk-bentuk latihan yang lain seperti meniup lilin , me-
kolitik dsb. Disamping itu kadang-kadang diperlukan obat- niup air dalam botol dapat dilakukan dengan tujuan seperti
obatan untuk mencegah atau mengatasi komplikasi-kompli- pursed lip yaitu melatih koordinasi dan pernafasan panjang.
kasi yang menyertai. — Disamping hal tersebut di atas dapat digunakan bantuan
2. Pengobatan dengan oksigen audio-visuil agar penderita lebih dapat mengontrol pernafasan
yaitu dengan Biofeedback.
Penderita PPOM sering merasa tercekik karena kekurangan
udara walaupun dalam keadaan istirahat. Pengobatan dengan (c)Latihan Postural Drainage
O 2 dengan teratur dapat mengurangi keluhan dan menambah
toleransi terhadap latihan, dapat kembali pada kehidupan (d)Bentuk-bentuk fisioterapi yang lain, seperti diatermi,
semula yang lebih baik dan memberi kehidupan yang lebih diberikan untuk mengurangi ketegangan otot, mengencerkan
baik pada penderita yang sudah lanjut. sekret atau untuk membantu melemaskan sendi-sendi toraks
dan bahu yang kaku.
Pemberian O2 ini dimaksudkan untuk menurunkan tekanan
arteri pulmonalis dan memperbaiki oksigenasi jaringan dan ka- — Terapi panas lain hot pack, infra-red, dan massage dapat
pasitas fisik dan fungsionil secara keseluruhan. Pada pemberi- dilakukan untuk membantu pelemasan otot yang tegang.
an O 2 dapat dengan kanula nasal, masker atau IPPB. Intermit-
ten Positive Pressure Breathing (IPPB) ini dapat mencegah ter- — Ultrasonic dapat mengurangi spasme otot dan membantu
jadinya atelekasis, pengeluaran sekret maupun sekaligus untuk sebagai ekspektoran.
pemberian erosol dan O2 . — Latihan sikap untuk koreksi sikap yang tidak betul misal
kiphosis, skoliosis dsb. Untuk pengembalian keseimbangan
3. Terapi fisik (Fisioterapi). otot akibat posisi waktu sesak nafas (kebiasaan menghindari
(a) Latihan untuk santai (Relaksasi) : sesak). Disamping itu perlu latihan-latihan untuk pergerakan
dinding thorak.
Penderita PPOM cenderung untuk tegang dan khawatir akan
terjadinya sesak nafas dan ketakutan kekurangan udara. Se-
(e) Latihan Rekondisioning :
ring pada stadium lanjut terutama pada emfisema penderita
sampai mengambil posisi tertentu yaitu lebih membungkuk Penderita-penderita penyakit paru-paru kronis karena 'takut
disertai ketegangan dan kekhawatiran yang hebat. sesak akan mengurangi aktivitasnya; akibatnya otot-otot akan
Latihan relaksasi secara umum dengan tehnik Jacobson yaitu menurun kemampuannya akan menyebabkan kebugaran jas-
menegangkan otot-otot secara maksimal kemudian lemas maninya menurun. Untuk memperbaikinya harus dilakukan
bersamaan dengan ekspirasi. Latihan relaksasi setempat yaitu dengan bertahap :

20 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


Mula-mula dapat diperlukan tambahan O2 selama latihan atau derita sulit menyesuaikan diri dengan keadaan, dengan cara
jika ada aritmia. Monitor dengan EKG dan analisa gas diper- sering menunjukkan penolakan, kekecewaan, kekhawatiran
lukan. Pada tahap yang lebih lanjut dapat dengan latihan-latih- dan kemarahan. Semua ini dapat menghambat usaha-usaha re-
an dengan tetap diberi O2 yang makin lama makin dilepas. Bi- habilitasi. Maka perlu pendekatan psikologik dan sosiologik
la sudah cukup segar dapat dilatih mengontrol pernafasan se- terhadap penderita dan lingkungannya misalnya dengan pe-
lama aktivitas misal berjalan, naik tangga dan diteruskan ke- nyuluhan, memberikan motivasi kepada penderita dan keluar-
mudian dengan jalan cepat dan seterusnya. Harus diingat jenis ga.
latihan yang sesuai dan lama frekwensinya latihan di dalam Sering penderita berobat atau tidak masuk kerja sehing-
program rekondisioning tsb. Penderita, terutama yang lanjut, ga menyebabkan jam kerja merosot dengan akibat pemecatan.
dapat mendapatkan kesegaran jasmani yang lebih besar tanpa Oleh karena itu harus sejak awal dijelaskan kepada Pimpinan
diikuti oleh perubahan yang obyektif pada pemeriksaan faal Perusahaannya tentang problem-problem yang ada sehingga
parunya. Kemungkinan hal ini karena pemakaian oksigen yang dapat diusahakan pekerjaan lain yang lebih ringan diperusaha-
lebih efektif pada otot-ototnya. an tersebut. Atau bila hal ini tidak mungkin akan dicari peker-
jaan baru yang sesuai dan untuk itu perlu latihan kerja yang se-
(f) Latihan Fungsional : suai dengan kemampuannya sebelum pulang dari Rumah Sa-
Tujuan dari latihan fungsional yang dilaksanakan oleh occu- kit (pre-vocational therapy/training)
Penderita PPOM sering mengalami sexual apathy atau
pational therapist ialah menyesuaikan kemampuan pernafasan
gejala psikosomatik. Perasaan takut, cemas ataupun karena
& paru-parunya dengan aktivitas sehari-harinya. Diajarkan ba-
problem kemampuan fisiknya sering menimbulkan masalah
gaimana mengerjakan gerakan-gerakan yang berulang-ulang de-
ngan cara menarik nafas pada waktu ada istirahat dari gerakan sexual yang selanjutnya dapat menimbulkan hubungan keluar-
berulang tersebut; misal ibu rumah tangga yang harus me- ga menjadi tegang yang pada akhirnya menjadi lingkaran
setan. Oleh sebab itu harus dijelaskan dan diberikan petunjuk-
nyapu, membersihkan lantai dengan pel ataupun mencuci,
menyertika. Hal tersebut dipersiapkan sejak di Rumah Sakit petunjuk mengatasi problem tersebut dengan mengingat kea-
daan sebelum sakit misal mengenai kepribadian, libido, peneri-
dan jika perlu mengadakan peninjauan ke rumah penderita
maan/pandangan dan kenyataan sexual, sexual attitudes (ter-
untuk menyesuaikan peralatan/alat-alat rumah tangganya
masuk keluarga) dan kebiasaannya. Kegiatan sex dianjurkan
dengan kemampuannya aktivitasnya.
jangan dilakukan setelah makan, minum alkohol, sehabis per-
Disamping itu dengan latihan keija membantu usaha mobili-
tengkaran mulut atau fisik dan harus diperhatikan udara yang
sasi sendi-sendi toraks dan melatih otot-otot pernafasan-
segar, tidak terlalu dingin atau hangat.
nya disamping untuk tujuan fungsionil sehari-harinya.

B. ASPEK PSIKOSOSIAL
1. Penyuluhan kepada penderita dan keluarga
Kepada penderita perlu dijelaskan keadaan penyakitnya, ren-
cana-rencana dan tujuan pengobatan/rehabilitasi. Dalam hal
ini keluarga harus diikutsertakan untuk dapat memperoleh
pengertian dan dukungan sepenuhnya dari keluarga.
Antara lain dijelaskan mengenai :
— Menghindari merokok dan iritan lain termasuk polusi udara,
debu dll.
— Menghindari infeksi dengan mengetahui gejala-gejala ini dan
harus segera berobat bila ada gejala-gejala dini.
— Lingkungan yang baik, udara segar harus dijaga teratur dan
jangan pergi ke tempat yang terlalu ramai.
— Makan yang cukup dan bergizi.
— Hidrasi yang cukup karena air merupakan ekspektoran
yang baik.
— Bila pergi dengan pesawat harus diperhatikan persiapan
0 2 nya.
— Bagaimana cara-cara mengatasi bila timbul sesak dan cara-
cara latihan yang mudah dikerjakan harus dianjurkan un-
tuk dilakukan secara teratur.
— Peraturan dan penyesuaian dengan aktivitas sehari-harinya.

2. Usaha-usaha yang lain


Kelainan psikik sering dijumpai misalnya depresi, ra-
sa putus asa, tidak berharga dan histeria. Akibatnya sering pen-

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 21


Postural Drainage
dr Hudaya Sutadinata
Sub-bagian Paru, Bagian Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Pedjadjaran/Rumah Sakit
dr Hasan Sadikin
Bandung

PENDAHULUAN diatas tidak selalu terjadi. Dari penyelidikan mereka pada


Postural Drainage (PD) merupakan cara klasik untuk kasus-kasus seperti diatas ternyata tidak terjadi kenaikan
mengeluarkan sekret dari paru dengan mempergunakan gaya volume sputum, maupun hal-hal seperti pertambahan "flow
rate " , resolusi yang bertambah cepat pada foto toraks, per-
berat dari sekretnya itu sendiri (1). Tahun 1953 Palmer dan
Sellick telah menunjukkan manfaat PD yang disertai dengan baikan faal paru dan pertukaran gas.
perkusi dada untuk mencegah terjadinya atelektasis paru Para sarjana mengemukakan bahwa tujuan dari penerapan
setelah pembedahan (2). Sejak itu pula PD telah diterapkan PD pada kasus-kasus penyakit paru akut maupun kronik perlu
secara intensif pada perawatan penderita-penderita penyakit dijelaskan lebih dahulu, sebab volume, viskositas dan karak-
paru akut maupun kronik (1). teristik dari sputum merupakan faktor yang sangat penting
Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai (6 - 9).
lokasi maka PD dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan Frownfelter (3) berpendapat bahwa PD tidak saja bisa
dengan kelainan parunya. (1, 3, 4). dilakukan pada mereka yang produksi sputumnya banyak
Dengan PD dapat dilakukan pencegahan terkumpulnya tetapi juga pada penderita yang sputumnya sedikit PD dapat
sekret dalam saluran nafas terutama pada mereka yang ter- dilakukan untuk mencegah terjadinya akumulasi sekret agar
golong "high risk" , disamping untuk mempercepat pengeluar- tidak terjadi atelektasis. Dan pada penderita dengan produksi
an cairan patologik lainnya yang berasal dari saluran nafas sputum yang banyak PD lebih efektif bila disertai dengan
maupun perenkhim paru yang viskositasnya kental (3). perkusi dan vibrasi dada.
Keberhasilan dari PD sering segera dapat dirasakan oleh Maka dari itu PD sebagai bentuk pengobatan mempunyai
penderitanya, yaitu dengan adanya perbaikan ventilasi (1, 4). tujuan mencegah akumulasi sekret dan mengeluarkan sekret/
cairan patologik yang tertampung. (3, 6, 7, 8, 9, 10).
PATOFISIOLOGI
Pada PD posisi penderita ditempatkan sedemikian rupa CARA MELAKUKAN POSTURAL DRAINAGE
sehingga dari lokasi kelainan paru terjadi pengeluaran sekret
Untuk melakukan PD, tidak ada persiapan khusus dari
dengan bantuan gaya beratnya. Pada umumnya dalam keadaan
penderita. Yang penting adalah perlu diketahui lokasi kelainan
demikian, juga dilakukan perkusi dan vibrasi (1, 3, 4).
pada paru serta keadaan umum penderita.
Perkusi dan vibrasi merupakan energi gelombang mekanik
Untuk mengetahui dengan cepat perubahan klinik penderita
yang diterapkan pada dinding dada dan diteruskan kedalam
yang mungkin terjadi selama dilakukan PD maka sebaiknya kita
paru. Dengan gelombang energi mekanik tersebut sekret akan
yang mengerjakan PD berada di muka penderita.
bergetar dan turun (3). Dengan demikian diharapkan ber-
PD dilakukan dengan mengatur penderita pada posisi
tambahnya pembersihan sputum dari saluran nafas oleh
tertentu yaitu pada posisi supaya terjadi pengeluaran (drain-
pengaruh gaya beratnya serta pengaruh perkusi dan vibrasi age) sputum yang cepat karena pengaruh gaya beratnya di-
(1,3,4). sertai pengaruh perkusi dan vibrasi dada (1, 3). Posisi pen-
Setelah dilakukan PD, dalam jangka pendek diharapkan derita yang diharapkan terjadi drainage sesuai dengan lokasi
sputum bertambah banyak, " expiratory flow rate" bertambah, kelainan paru adalah sebagai berikut (3) :
ventilasi bertambah, tahanan saluran nafas berkurang, kapasi-
tas vital bertambah serta terjadi perbaikan oksigenisasi. Dan 1. Tidur dengan beberapa bantal, kepala letak tinggi untuk
dalam jangka panjang diharapkan pula perbaikan tanda-tanda drainage kedua lobus atas dari segmen apikal (Gambar 1).
klinik dan foto toraks bertambah cepat, adanya perbaikan faal 2. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal
paru dan pertukaran gas pada alveoli ( 4- 6). bawah lutut untuk drainage lobus atas kanan segmen
Namun Peterson dkk (7) dan Graham (8) mengatakan anterior (Gambar 2), dan beberapa bantal tanpa bantal
bahwa pada kasus-kasus seperti pneumonia atau eksaserbasi bawah lutut untuk drainage lobus atas kiri segmen ante-
akut dari bronkhitis kronik, adanya perbaikan hal-hal tersebut rior (Gambar 3).

22 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


3. Tidur menelungkup pada bantal untuk drainage lobus atas
segmen posterior (Gambar 4A dan B, serta 5A dan B).
3/
4. Tidur pada sisi kiri dengan bagian badan tidur, untuk
drainage lobus tengah kanan dan lobus bawah kanan
segmen anterior. Kepala lebih bawah dari bagian tubuh
lainnya (Gambar 6).
5. Tidur pada sisi kanan dengan 3/4 bagian badan tidur, untuk B
drainage lingula dan lobus bawah kiri segmen anterior
(Gambar 7). Letak kepala sama seperti No. 4.
6. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal
bawah lutut dengan letak kepala seperti no. 4, untuk
drainage kedua lobus bawah segmen anterior (Gambar 8).
7. Tidur pada sisi kiri, letak kepala sama seperti no. 4, untuk
drainage lobus bawah kanan segmen lateral (Gambar 9).
8. Tidur pada sisi kanan dengan letak kepala sama seperti Gb. 4 — A. Lobus atas kanan — segmen posterior (dipandang dari
no. 4, untuk drainage lobus bawah kiri segmen lateral dan depan). B Dipandang dari belakang.
lobus bawah kanan segmen kardiak (Gambar 10).
9. Tidur menelungkup dengan satu bantal dibawah perut
dengan letak kepala sama seperti no. 4 (Gambar 11) atau
beberapa bantal di bawah perut (Gambar 13) untuk
drainage kedua lobus bawah.
10. Tidur pada sisi kiri dengan 3/4 bagian badan miring, letak
kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah
kanan segmen posterior (Gambar 12).
Untuk penderita dengan kelainan paru pada beberapa
tempat PD dapat dilakukan pada beberapa posisi. Setiap posisi
sebaiknya dilakukan selama 5 — 10 menit. Keadaan ini bisa
diperpanjang bila penderita tahan lama, sekret/cairan patologik
jumlahnya banyak atau kental sehingga drainage memerlukan

Gb. 1 — Kedua lobus atas — segmen apikal.

Gb. 5 — A. Lobus atas kiri — segmen posterior. B. Lobus atas kiri —


segmen posterior (posisi lain).

Gb. 2 — Lobus atas kanan — segmen anterior. Perhatikan : paha


dalam rotasi eksternal, bantal kecil di bawah lutut untuk menyangga
sendi-sendi dan agar enak.

Gb. 6 — Lobus tengah kanan. Perhatikan : pasien 3/4 bagian badan


Gb. 3 — Lobus atas kiri — segmen anterior. terlentang.

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 23


Gb. 11 – Kedua lobus bawah – segmen posterior. Perhatikan bantal
Gb. 7— Lingula (dipandang dari belakang). di bawah perut dan lutut, kepala tanpa bantal.

Gb. 8 – Kedua lobus bawah – segmen anterior.


Gb. 12 – Lobus bawah kanan – segmen posterior (posisi dimodifi-
kasi untuk penekanan khusus).

Gb. 13 – Kedua lobus bawah – segmen posterior (dengan beberapa


Gb. 9 – Lobus bawah kanan – segmen lateral. bantal atau buku di bawah perut).

Gambar-gambar diambil dari Chest Physical Therapy and Pulmonary


Rehabilitation 1978, p 205 -211.

diharapkan terjadi drainage yang cepat. Penepukan dikerjakan


dengan kedua telapak tangan yang dicekungkan (seperti sedang
menampung air), dilakukan bergantian kiri dan kanan, dengan
kekuatan yang sama. Kekuatan diatur supaya tidak melelahkan
dan tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita. Vibrasi
dilakukan dengan menggetarkan telapak tangan yang diletak-
kan pada dinding dada, dilanjutkan dengan penekanan sewaktu
Gb.10 – Lobus bawah kiri – semen lateral, dan lobus bawah kanan penderita mengeluarkan nafas (11).
– segmen kardiak (medial).
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
waktu yang lebih lama. Bila PD dilakukan pada beberapa Untuk tujuan mencegah akumulasi sekret, PD dapat di-
posisi, maka seluruh waktu untuk melakukan PD sebaiknya lakukan pada penderita-penderita berikut (3) :
tidak lebih dari 40 menit supaya tidak melelahkan penderita. • yang melakukan tirah baring yang lama, khususnya pada
Setiap hari dapat dilakukan dua kali. mereka yang tergolong " high risk" yaitu penderita penyakit
Pada umumnya bila PD dilakukan untuk tujuan mengeluar- paru kronik, penderita pasca bedah yang mengalami imobi-
kan sekret yang tertampung, maka perkusi dan vibrasi dada lisasi dan mereka yang telah dilakukan sayatan pada toraks
serta latihan nafas termasuk didalamnya (3, 10). dan abdomen.
Perkusi atau lebih cocok dengan istilah penepukan dan • yang sputumnya banyak, seperti bronkhoektasis atau
vibrasi dilakukan pada dinding dada diatas daerah paru yang fibrosis kistik.

24 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


• yang merasakan sakit waktu nafas. Pada penderita yang • kelainan sistem kardio-vaskuler, seperti hipotensi, hiper-
batuknya tidak efektif karena sakit. tensi, infark miokard akut, aritmia, kegagalan jantung.
Penepukan dan vibrasi pada kasus seperti ini tidak dilakukan. • keadaan pasca bedah dari :
— penderita bedah saraf dimana posisi tertentu akan me-
Untuk tujuan mengeluarkan sekret, PD dapat dilakukan ningkatkan tekanan intrakranial.
pada penderita-penderita sebagai berikut (3) : — anastomis esofagus; bahayanya ialah cairan lambung
• yang mengalami atelektasis akibat sumbatan sekret yang akan merusak luka sayatan dan jahitannya.
mengakibatkan kolaps paru.
• yang mengalami proses supurasi, dimana diperlukan drain- PENYULIT
age yang baik dan cepat, seperti pada abses paru. Sebagai penyulit dari PD dapat timbul antara lain (1) :
• yang tidak sadar seperti misalnya karena dosis obat yang
berlebih, tumor otak atau koma. Hipoksemia.— Mekanismenya yang pasti belum jelas.
• pada mereka yang akan dilakukan pembedahan dimana Diduga akibat terjadinya ketidakseimbangan antara ventilasi
pengeluaran sekret akan memperbaiki faal paru, khususnya dan perfusi yang disebabkan perpindahan sekret dari jalan
pada penderita penyakit paru dengan faal paru yang sudah nafas perifer ke arah sentral dan menutup jalan nafas yang
berkurang atau perokok berat. lebih lebar sehingga terjadi pengurangan ventilasi yang lebih
luas. Hal lain kemungkinan akibat bronkhispasme dan kompre-
Sebagai kontraindikasi dari PD terdapat pada penderita sebagai si paru, juga dapat menimbulkan ventilasi dan perfusi yang
berikut (3) : tidak seimbang. Hipoksemia juga dapat timbul akibat pengu-
• kelainan paru dan atau pleural, seperti pneumotoraks ventil, rangan kapasitas vital yang disebabkan posisi Trendelenburg.
hemoptisis, edema paru, emboli paru, efusi pleura. Aritmia.— Sering timbul menyertai hipoksemia.

KEPUSTAKAAN

1.Connors AF et al. Chest physical therapy. The Immediate effect on 7.Petersons ES et al. A controlled study of the effect of treatment on
oxygenation in acutely ill patients. Chest 1980; 78 : 559 – 564. chronic bronchitis : an evaluation using pulmonary function tests.
2.Palmer MV and Sellick BA. The prevention of post-operative pul- Acta Med Scand 1967; 182 : 293 – 304. Cited by Conners 1980.
monary. Lancet 1953; 1 : 164 – 168. 8.Graham WGB and Bradley DA. Efficacy of chest physiotherapy and
3.Frownfelter DL. Postural drainage in Chest Physical Therapy and intermittent positive-pressure breathing in resolution of pneumonia
Pulmonary Rehabilitation. Chicago : Year Book Medical Publishers, N Engl J Med 1978; 299 : 624 – 627.
Inc. 1978; p 201 – 216. 9. Newton DAG and Stephenson A. The effect of physiotherapy on
4.Jones AL. Physical therapy – Present State of Art Am Rev Respir puomonary function : a laboratory study. Lancet 1978; 2,228 –
Dis 1974; 110: 132 – 136. 230.
5.Fieldman J, Traver GA and Taussig LM. Macimal expiratory flow 10.Cochrane GM, Weber BA and Clarke SW. Effect of sputum on
rate after postural drainage. Am Rev Respir Dis 1979; 119 : 239 – pulmonary function. Br Med J 1977; 2, 181 – 1183.
245. 11. Frownfelter DL. Percusion and Vibration in Chest Physical Therapy
6. May DB and Munt PW. Physiologic effect of chest percusion and and Pulmonary Rehabilitation. Chicago : Year Book Medical Publi-
postural drainage in patients with stable chronic bronchitis. Chest shers, Inc. 1978; 217 – 222.
1979; 75 : 29 – 32.

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 25


Mikobakteriosis Paru
dr. Amirullah R.
Bagian Paru, RSAL Mintohardjo, Jakarta.

PENDAHULUAN diperkuat oleh fakta bahwa mikobakterium atipik ini tidak


patogen terhadap binatang ( marmut ) percobaan.
Mikobakteriosis Paru ialah penyakit paru yang disebabkan
Di antara para ahli ada yang berpendapat bahwa mikobak-
oleh mikobakterium selain mikobakterium tuberkulosis, yang
terium atipik ini merupakan mutan dari mikobakterium tu-
disebut mikobakterium atipik (1,2).
berkulosis — sebagai akibat penggunaan kemoterapi — di
Sebelum berkembangnya pengetahuan tentang pembinaan
dalam hal bentuk koloni, sifat pertumbuhan, dan bentuk mi-
basil tahan asam ( BTA ) diagnosis tuberkulosis paru pada
kroskopik, sedang keganasannya (patogenitasnya) terhadap
waktu itu didasarkan atas :
binatang percobaan kadang — kadang hampir menyerupai
1. Penemuan BTA secara pemeriksaan langsung mikrosko- mikobakterium saprofitik (8,10). Hipotesis ini oleh ahli-ahli
pik, lain tidak dapat diterima karena :
2. Kelainan radiologik, • Secara in vitro belum pernah dibuktikan adanya perubahan
3. Tes kulit. mikobakterium tuberkulosis menjadi mikobakterium atipik.
Sekarang diketahui bahwa kelainan-kelainan yang ditemukan • Kadang-kdang mikobakterium atipik dapat dipisahkan dari
dengan pemeriksaan tersebut diatas juga dapat ditimbulkan penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan
BTA yang bukan mikobakterium tuberkulosis, yang disebut kemoterapi.
mikobakterium atipik, anonymous mycobacteria atau unclas- • Adanya mikobakterium atipik telah diketahui sebelum ke-
sified mycobacteria (1—7). moterapi spesifik ditemukan.
Adanya mikobakterium atipik ini yang hidup di alam be-
Perbedaan antara mikobakterium atipik dengan mikobakteri-
bas sebagai saprofit telah lama diketahui para ahli (1, 4, 5,
um tuberkulosis dalam garis besarnya sebagai berikut (2,
7, 8). Sejak tahun 1953 banyak laporan yang mengatakan
bahwa mikobakterium atipik ini dapat menyebabkan penya- 8,11) :
kit menahun pada manusia seperti mikobakterium tuberku- 1. Mikobakterium atipik dapat tumbuh pada suhu kamar
losis. Hal ini dapat diyakini oleh para ahli setelah mereka da- ( 20 — 25 ° C), mikobakterium tuberkulosis tidak.
pat memisahkan mikobakterium atipik dari dahak, bilasan 2. Mikobakterium atipik tidak patogen terhadap marmut,
bronkhus,cairan pleura dan dari bahan reseksi paru penderita, mikobakterium tuberkulosis patogen.
sedangkan mikobakterium tuberkulosis atau kuman-kuman 3. Mikobakterium atipik hanya sedikit/tidak menghasilkan
lain yang mungkin dapat dianggap sebagai penyebab dari pe- niasin, mikobakterium tuberkulosis menghasilkan niasin
nyakit tidak dapat ditemukan. Banyak penderita-penderita lebih banyak.
yang penyakitnya disebabkan oleh mikobakterium atipik 4. Mikobakterium atipik mempunyai aktifitas katalasa yang
dirawat di sanatorium untuk tuberkulosis oleh karena kesalah- lebih tinggi dari mikobakterium tuberkulosis.
an diagnosis. Sesungguhnya perawatan terhadap kedua macam 5. Mikobakterium atipik lebih kebal terhadap kemoterapi spe-
penyakit ini berbeda, karena bukan saja kuman penyebabnya sifik dibandingkan dengan mikrobakterium tuberkulosis.
yang berbeda tetapi juga berbeda dalam hal pengobatan,
Pada tahun 1959 Runyon membagi mikobakterium atipik
penularan dan epidemiologinya (8—10).
dalam empat golongan besar, yaitu (8) :
BAKTERIOLOGI • Golongan I, Photochromogens, yang terpenting dari golong-
Bermacam-macam jenis mikobakterium dapat dipisahkan an ini ialah mikobakterium Kanssii.
dari air, bahan sayur-sayuran dan dari tanah kotor. Mikobak- • Golongan II, Scotochromogens, yang terpenting dari go-
terium ini kadang-kadang dapat juga ditemukan pada biakan longan ini ialah " Orange bacilli ".
bahan yang berasal dari penderita. Bertahun-tahun. penemuan • Golongan III, Nonphotochromogens, yang terpenting dari
ini dilaporkan oleh karena diduga mikobakterium ini hanya golongan ini ialah " Battey bacilli "
secara kebetulan mencemari biakan tersebut dan tidak pato- • Golongan IV, Rapid Growers, yang terpenting dari go-
gen terhadap manusia, hanya sebagai saprofit saja. Hal ini longan ini ialah mikobakterium Fortuitum.

26 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


Sifat-sifat dari tiap golongan : 1. Bioassay, dengan mengukur jumlah niasin yang diguna-
Golongan I, Photochromogens kan oleh Lactobasillus arabinosa.
2. Kimia kuantitatif, mengukur jumlah niasin yang terkandung
1. Koloni di tempat gelap tidak berwarna tetapi bila kena ca- di dalam filtrat biakan cair.
haya berubah menjadi kuning terang sampai jingga atau me- 3. Kualitatif, mengukur jumlah niasin yang terkandung di
rah bata. dalam basil yang diambil langsung dari koloni biakan padat.
2. Dapat tumbuh pada 20 — 25°C, pada suhu 37° C tumbuh
lebih cepat dari mikobakterium tuberkulosis. Dari ketiga cara pengukuran ini mereka mendapatkan hasil
3. Koloni biasanya halus tetapi kadang-kadang agak kasar. yang nyata bahwa mikobakterium tuberkulosis menghasil-
4. Sel lebih besar dan lebih panjang dari mikobakterium kan niasin yang jauh lebih banyak dari mikobakterium atipik.
tuberkulosis. Jumlah niasin yang dihasilkan mikobakterium tuberkulosis
5. Cenderung membentuk rantai. paling sedikit 11,8/1 mg basil kering. Mikobakterium atipik
hanya menghasilkan paling banyak 1,1 / 1 mg basil kering.
6. Mempunyai aktivitas katalasa yang kuat.
7. Kebal terhadap INH, kadang-kadang peka terhadap SM, PENYAKIT PADA MANUSIA
EMB, PZ, CS, viomycin, dan ethionamide.
8. Tidak ganas terhadap marmut percobaan tetapi ganas ter- Dari keempat golongan mikobakterium ini yang paling
hadap tikus percobaan. sering menimbulkan penyakit pada paru manusia ialah go-
longan I dan golongan III. Pada tahun 1967 (3) melaporkan
Golongan II Scotochromogens 199 kasus mikobakteriosis :
121 kasus disebabkan oleh golongan I.
1. Koloni ditempat gelap berwarna kuning atau jingga, apabila
63 kasus disebabkan oleh golongan III.
kena cahaya warnanya berubah jadi kemerahan.
2. Dapat tumbuh pada suhu 20 — 25°C, pada suhu 37°C 9 kasus disebabkan oleh golongan IV.
2 kasus disebabkan oleh golongan II.
tumbuh lebih cepat dari mikobakterium tuberkulosis.
3. Koloni biasanya halus jarang yang "kasar'.' 4 kasus penyebabnya sukar dimasukkan ke dalam empat
4. Sel besarnya bermacam-macam, tidak cenderung memben- golongan tersebut, sifat-sifatnya terletak antara golongan II
tuk rantai. dan III. Christianson tahun 1960 (4) melaporkan 25 kasus ter-
5. Mempunyai aktivitas katalasa yang kuat. diri dari 80% laki-laki; 72 % Kulit putih, 28 % Negro; Umur
6. Resistensinya terhadap kemoterapi hampir sama seperti antara 20 — 65 tahun, rata-rata 30 — 50 tahun.
golongan I. Kekerapan penyakit paru yang disebabkan mikobakterium
7. Tidak patogen terhadap binatang percobaan. atipik berbeda pada tiap rumah sakit tergantung dari pemerik-
saan bakteriologik yang ada di rumah sakit tersebut. Di rumah
Golongan III Nonphotochromogens sakit Florida dan Georgia (8, 10) berkisar antara 2 %. Untuk
1. Warna koloni tidak dipengaruhi oleh cahaya. seluruh sanatorium di Amerika berkisar antara 1 %.
2. Pertumbuhan hampir sama dengan golongan I. Di Indonesia (Jakarta) Tanzil (15) mendapatkan 26 strain
3. Koloni bundar, kecil dan halus. mikobakterium atipik (2,6%) dari dahak penderita yang diduga
4. Sel-sel beraneka ragam bentuknya, pendek dan mempu- menderita tuberkulosis paru 16 diantaranya adalah golongan
nyai granula yang berwarna agak tua. II (61,5%). Suyudi (2) selama 6 tahun (1963 — 1968) dapat
5. Cenderung untuk membuat rantai jarang. mengasingkan 54 strain (3,7%) dari bahan yang berasal dari
6. Mempunyai aktivitas katalasa yang kuat. penderita. 37 strain berasal dari dahak dan cairan pleura
7. Kekebalan terhadap kemoterapi hampir sama dengan go- (68,5%), 59,2% dari padanya termasuk golongan II. Mereka
longan I. yang menderita penyakit paru yang disebabkan oleh miko-
8. Patogenitasnya terhadap binatang percobaan hampir sama bakterium atipik berasal dari golongan sosial ekonomi rendah
dengan golongan I. dan menengah.

Golongan IV, Rapid Growers. EPIDEMIOLOGI


Mudah dibedakan dari golongan lain oleh karena pertumbuh- Dalam penyelidikan terhadap 1610 pasien yang dirawat
annya cepat. Pada suhu 20 — 25° C dari inokolum kecil dalam di rumah sakit Connecticut ditemukan hanya 15 orang (0,9%)
tempo 2 — 3 hari sudah menjadi koloni besar. Golongan IV yang menderita penyakit paru yang disebabkan oleh miko-
ini kebal terhadap semua obat-obatan (1). bakterium atipik (5). Pemeriksaan sputum dari penderita-
penderita yang dirawat dan yang berobat jalan ditemukan
Deferensiasi antara mikobakterium tuberkulosis dengan
5% dari pasien yang dirawat dan 6% dari pasien yang berobat
mikobakterium atipik (12,13).
jalan mikobakterium atipik positif. Dari penyelidikan ini
Perhatian terhadap penyakit paru yang disebabkan miko- diambil kesimpulan bahwa adanya mikobakterium atipik
bakterium atipik makin lama makin besar, yang menjadi per- pada pemeriksaan mungkin hanya bersifat sebagai saprofit,
soalan ialah bagaimana membedakan mikobakterium dengan komensal atau sebagai kontaminasi pada pembiakan.
mikobakterium tuberkulosis. Konno dkk (14) menganjurkan Sejak ditemukannya antigen terhadap mikobakterium
pengukuran jumlah niasin yang dihasilkan dan kemudian atipik yaitu PPD—Y untuk golongan I, PPD—G untuk golongan
membandingkannya, dengan tiga cara : II, PPD—B untuk golongan III, PPD—F untuk golongan IV,

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 27


telah dilakukan tes kulit secara luas di berbagai negara ter- sebagai petunjuk untuk menegakkan diagnosis mikobakteri-
masuk Amerika. Hasil tes kulit ini menunjukkan infeksi osis pulmonum secara radiologis.
mikobakterium yang luas di berbagai negara. Disamping itu 1. Pembentukan kavitas pada mikobakteriosis lebih sering
ditemukan juga adanya reaksi silang (cross reaction) dengan jika dibandingkan dengan tuberkulosis paru.
mikobakterium tuberkulosis, walaupun antigen yang sesuai 2. Banyaknya kavitas bila dibandingkan dengan jumlah lesi
(homolog) akan memberi reaksi yang lebih besar. Dengan yang ada sangat menyolok.
adanya reaksi silang ini para ahli beranggapan bahwa banyak 3. Kavitas biasanya berdinding tipis dengan dikelilingi sedikit
anak-anak yang menunjukkan reaksi Mantoux yang lemah infiltrat.
disebabkan infeksi mikobakterium atipik. 4. Bentuk granuloma jarang ditemukan pada mikobakteriosis
pulmonum .
HISTOPATOLOGI
5. Penyebaran bronkhogenik jarang ditemukan.
Gambaran histopatologi mikobakteriosis sepintas lalu 6. Tempat lesi umumnya hampir sama dengan tuberkulosis
hampir sama dengan gambaran histopatologi tuberkulosis. pulmonum.
Secara mikroskopis tampak : 7. Gambaran radiologik pada saat diagnosis ditegakkan
1. Lesi granuloma yang mengalami perkehuan tampak baik umumnya menunjukkan gambaran "moderately advanced"
pada mikobakteriosis ataupun tuberkulosis. atau "far advanced" seperti terlihat seri kasus Bates (tabel 1).
2. Endobronkhitis yang tidak mengalami ulserasi, perkejuan
dan letaknya di bawah lapisan selaput lendir lebih banyak
Tabel 1 : Disease Characteristics
terlihat pada mikobakteriosis.
3. Lesi yang mengalami perkejuan lebih jarang terlihat pada Mycobacterial Strains solated
mikobakteriosis, tampak adanya kecenderungan pencairan Characteristics
jaringan nekrotik dan lesinya lebih akut. Group I Group III Group IV
4. Jaringan fibrosis pada mikobakteriosis lebih menonjol
tetapi tidak khas.
Extent of desease
5. Sel-sel datia jarang ditemukan pada mikobakteriosis dan Minimal 11 ( 9%) 1 ( 2%) 1
kalau ada biasanya lebih besar dari sel datia yang ditemu- Moderately 62 (51%) 23 (38%) 5
kan pada tuberkulosis. Far advanced 47 (39%) 36 (60%) 3
6. Tanda-tanda radang yang tidak khas seperti sebukan lim- Unknown 1 ( 1%) — —
fosit dan sel plasma lebih menonjol pada mikobakteriosis. Distribution
Unilateral 67 (55%) 23 (38%) 6
Bilateral 54 (45%) 37 (62%) 3
GAMBARAN KLINIK (5, 8, 11)
Cavitation
Pada umumnya gejala-gejala permulaan mikobakteriosis None 19 (16%) 4 ( 7%) 3
paru timbul perlahan-lahan dan samar-samar. Hampir separo Single 39 (32%) 20 (37%) 4
Multiple 59 (49%) 34 (57%) 2
penderita-penderita yang dirawat di rumah sakit penyakitnya
Unknown 4 ( 3%) 2 ( 3%) —
pertama kali ditemukan pada waktu mereka datang meme-
Total number of patients 121 60 9
riksakan diri untuk keperluan lain/penyakit lain. Gejala-
gejala yang paling sering ditemukan ialah :
• Badan terasa tidak enak
• Batuk-batuk yang kadang-kadang bersifat produktif PENGOBATAN.
• Badan terasa panas dingin
• Sakit dada ringan Di dalam kepustakaan disebutkan bahwa mikobakterium
• Berat badan menurun atipik lebih kebal terhadap kemoterapi daripada tuberkulosis
• Batuk-batuk darah ringan dan juga dikatakan resisten terhadap semua antibiotik spek-
trum luas dan antimikotik. Setiap strain mikobakterium atipik
Sering ditemukan gejala-gejala klinik yang tidak sesuai dengan mempunyai sifat-sifat tersendiri terhadap kemoterapi, oleh
kelainan radiologik di mana gejala klinisnya sangat ringan karena itu untuk dapat memberikan pengobatan yang tepat
tetapi gambaran radiologis paru menunjukkan lesi yang cukup perlu dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan resistensi. Sebe-
luas. Beberapa ahli berpendapat bahwa adanya lesi di dalam lum hasil resistensi test diperoleh dapat diberikan pengobatan
paru merupakan faktor penting untuk terjadinya infeksi dengan streptomycin, ethambutol, ethionamide dan capre-
mikobakterium atipik. Penyakit-penyakit di luar paru sering omycin.
bersama-sama dengan mikobakteriosis ialah ASHAD, ulcus Pembedahan merupakan terapi pilihan apabila kelainan di
peptikum, rheumatoid arthritis, diabetes mellitus, arterioscler-
paru masih terbatas.
osis dan cirrhosis hepatis. Di antara para ahli ada yang mengatakan walaupun in vitro
resisten terhadap INH, pemberian INH sebagai kombinasi pe-
GAMBARAN RADIOLOGIK ngobatan dengan kemoterapi spesifik yang lain tetap dianjur-
Pemeriksaan radiologik pada umumnya tidak memberikan kan. Christianson dkk (4) melaporkan 24 kasus yang diobati
gambaran yang khas untuk mikobakteriosis paru (2, 11), dengan kombinasi INH, PAS, dan SM. Hasil dari pengobatan
akan tetapi hal-hal seperti tersebut di bawah ini dapat dipakai ini adalah sebagai berikut :

28 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


— satu kasus keadaan penyakit bertambah buruk. Ringkasan
— 6 kasus tidak ada perubahan. 1. Pemeriksaan klinik, radiologik dan histopatologik be-
— 14 kasus menunjuknan sedikit perubahan. lum cukup untuk dapat mendiagnosis dan membeda-bedakan
penyebab dari mikobakteriosis pulmonum dan membedakan-
— 2 kasus menunjukkan perbaikan yang memuaskan.
nya dari mikobakterium tuberkulosis. Untuk keperluan ini ma-
— 1 kasus sembuh sempurna tanpa mengalami reaksi. sih diperlukan pemeriksaan bakteriologik dengan pembiakan.
Dengan kemoterapi saja dikatakan kavitas tidak akan dapat 2. Dari keempat golongan mikobakterium atipik ini yang
menutup, oleh karena itu pembedahan untuk mengangkat ka- paling sering menyebabkan penyakit pada paru manusia ialah
vitas apabila memungkinkan sangat penting untuk mencapai golongan I dan golongan II.
penyembuhan yang lebih sempurna. Pada 23 hari 24 kasus 3. Mikobakterium atipik lebih resisten terhadap kemote-
tersebut di atas, BTA dahak menjadi negatif, lebih separoh rapi spesifik dibandingkan dengan mikobakterium tuberkulo-
di antaranya setelah mendapat pengobatan selama 3 bulan. sis, terapi pilihan ialah pembedahan.

KEPUSTAKAAN

1. Hinshon. Diseases of the chest. WB Saunders Co 1969. 8. Runyon. Anonymous mycobacteria in pulmonary disease. Ann
2. Suyudi. Frekwensi mikobakterium atipik yang diasingkan da- Intern Med 1960; 53 : 273 — 285.
ri pelbagai jenis bahan pemeriksaan penderita tersangka tuberku- 9. Lewis, Dunbar. Chronic pulmonary disease due to a typical my-
losis selama 6 tahun (1963 — 1968 ). MKI XIX 1969; 9 -10. cobacterial infection. Am Rev Tuberc 1959; 80 : 188 — 194.
3. Bates. A study of pulmonary disease associated with mycobac- 10. Lewis, Eunice. A clinical study of chronic lung disease due to non-
teria other than mycobactrium : clinical characteristic . Am phetochromogenic acid fast bacilli. Ann Intern Med 1960; 53 :
Rev Resp Dis 1967; 96 : 1151 — 1156. 273 — 285.
4. Christianson. Pulmonary disease in adults associated with un- 11. Tsai. Rootgen aspects of chronic pulmonary mycobacteriosis.
classified micobacteria. Am J Med 1960; x : 980 — 991. Radiology 1968; 90 : 306 — 310.
5. Fraser, Pare. Diseases of the chest. WB Saunders Co 1970. 12. Curry. A typical acid fast micobacteria. N Engl J Med 1965;
6. Fredrik Beck. Pulmonary desease due to a typical tubercle ba- 272;415— '417.
cilli. Am Rev Resp Dis 1959; 80 : 738 — 743. 13. Pope. Distinguishing mycobacteria by niacin test. Am Rev Tu-
7. Hobby Renond. A study on pulmonary disease associated with berc 1959; 79 : 663 — 665.
mycobacteria other than mycobacterium tuberculosis. Indenti- 14. Knno, Kurzmann, Differentiation of human tubercle bacilli
tification and characterication of the mycobacteria. Am Rcv Dis from a typical acid fast bacilli. Am Rev Tuber 1959; 77: 669—674.
1967; 95 : 954 — 969. 15. Tamzil. Suatu usaha melakukan isolasi atypical mycobacteria di
Indonesia. Ber Tuberc Ind 1969; VII : 1 — 4.

Tahukah anda . . . ?

PERBANDINGAN EFEK ANTI ANGINA PEKTORIS VERAPAMIL DENGAN


PROPRANOLOL
Verapamil adalah suatu Ca antagonist yang mula kerjanya lambat, sedang Propranolol
adalah suatu penghambat beta adrenergik. Kadar obat itu dapat digunakan untuk
terapi angina pektoris, tetapi untuk kasus angina pektoris mana sebaiknya digunakan
Verapamil dan untuk yang mana sebaiknya propranolol rupanya belum ada yang me-
neliti. Hasil clinical trial Verapamil perihal penggunaannya untuk terapi angina pek-
toris, tidak konsisten — dan ini disebabkan karena dosis yang digunakan terlalu rendah.
Dalam penelitian ini dibuktikan bahwa Verapamil dosis 3 kali 120 mg. sehari secara
bermakna mengurangi serangan angina, mengurangi pemakaian nitrogliserin, mening-
katkan " exercise tolerance " dan mengurangi depresi segmen ST. Bila dibandingkan
dengan Propranolol, Verapamil lebih berhasil dalam memperbaiki " exercise tolerance " .
Verapamil (3 kali 80 mg sehari) memiliki efek kronotropik negatif yang lebih kecil
dari pada Propranolol. Peneliti berpendapat bahwa Verapamil dapat diharapkan ber-
hasil untuk penderita angina piktoris dengan " resting bradycardia and poor chrono-
tropic response to exercise" ; sedangkan Propranolol dapat diterapkan lebih berhasil
untuk penderita angina pektoris dengan "resting tachycardia and appriciable chrono-
tropic response to exercise". BS
Br Med J 1981; 282 : 1754

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 29


Test Alergi dan Desensitasi
pada Anak dengan Batuk-batuk
A. Samik Wahab,* MP Damanik,* Suminta,*
Ediyono. **
*Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UGM
**Sub Bag. Pulmonologi Bag. Penyakit Dalam FK UGM.

PENDAHULUAN Dianggap negatif bila tidak ada kemerahan atau bila ada
kemerahan hanya sama dengan kemerahan dari buffer fosfat.
Dalam praktek sehari-hari sering dijumpai anak yang selalu
Dianggap positif tiga ( +++ ) bila reaksinya sama dengan
menderita batuk-batuk berulang. Biasanya dalam kasus-kasus
reaksi histamin. Positif satu (+) dan positif dua (++) bila besar
seperti ini dicoba dulu antibiotik, expektoran, maupun muko- kemerahan berada antara kontrol buffer fosfat dan kontrol
litik. Tapi ada kalanya batuk tetap berulang sampai beberapa histamin. Positif empat ( ++++ ) bila reaksi lebih besar dari
minggu. reaksi histamin.
Ada 3 penyebab dasar yang dapat dipikirkan pada terjadi- Pada penelitian ini tes dianggap positif bila menunjukkan
nya batuk yang berulang-ulang ialah : karena tbc primair, positif tiga atau positif empat.
karena kelainan jantung dan karena alergi.
Sekurang-kurangnya 24 — 48 jam sebelum dilakukan tes
Tbc primair dapat didiagnosis dengan pemeriksaan klinis, kulit penderita tidak boleh menggunakan obat-obat antihis-
tes Mantoux dan radiologi; kelainan jantung dapat diidentifi- tamin dan atau kortikosteroid untuk menghindarkan ke-
kasi dengan terdengarnya bising pada jantung, sedang bila mungkinan salah tafsir.
karena alergi perlu pemeriksaan tes alergi dan kemudian
diteruskan dengan desensitisasi. Dari penderita-penderita yang tes kulitnya positif dilakukan
Pada kesempatan ini akan diajukan sejumlah anak yang desensitisasi dengan memakai alergen yang sesuai. Bahan yang
mendapat test alergi dan kemudian pada yang positif dilaku- dipakai untuk desensitisasi ialah :
kan desensitisasi. 1. Laprin (L1 ) : mengandung extrak debu rumah dengan
konsentrasi 50 NEq U/ml mula-mula disuntikkan 0,1 ml
Bahan dan Cara dan dilanjutkan pada suntikan berikutnya 0,2 ml, demikian
Bahan diambil dari penderita-penderita yang datang di seterusnya dinaikkan sebanyak 0,1 ml sampai mencapai
bagian anak dan bagian alergi penyakit-dalam sejak Mei 1979 dosis maximal 1 ml. Penyuntikan dilakukan seminggu 2x
s/d akhir Nopember 1980 dengan keluhan batuk berulang. sehingga dosis 1 ml akan diselesaikan dalam 5 minggu.
Ada 110 anak umur di bawah 14 tahun yang dites. Semua Selanjutnya dengan Laprin (L 2) extrak debu rumah konsen-
penderita dikirim oleh dokter anak/dokter umum dengan trasi 500 NEq U/ml, diberikan dengan cara yang sama
keterangan anak batuk-batuk dan atau sesak nafas dan pilek, sehingga mencapai dosis 1ml selama 5 minggu. Kemudian L 2
tapi bukan pertusis, dan pada pemeriksaan ada atau tidak ada dilanjutkan dengan suntikan seminggu sekali selama 10 kali
ronkhi pada paru-paru. dalam dosis 1ml, kemudian 2 minggu sekali (10 kali),
Sebelum dilakukan tes kulit, telah disingkirkan kemungkin- 3 minggu sekali (10 kali) 4 minggu sekali dengan cara yang
an adanya tbc primair maupun kelainan jantung. Tes kulit sama sehingga tercapai 20 suntikan.
dilakukan intrakutan dipunggung dengan bermacam-macam 2. Extrak debu rumah yang dicampur dengan extrak serpih
alergen : debu rumah dalam beberapa konsentrasi (0,01% — kulit manusia yaitu masing-masing dengan konsentrasi
1%), serpih kulit manusia (0,01% — 1%) tepung sari rumput 50 NEq U/ml dan 5 NEq U/ml Laprin (L 5) dilanjutkan
(10u / ml — 1000u /ml), beberapa macam jamur masing-masing dengan konsentrasi maksimal 500 NEq U/ml dan 50 NEq/
0,1%, campuran serpih binatang (anjing, kucing, kuda, lembu, ml Laprin (L6) dengan pemberian sama seperti diatas.
ternak bersayap) 100u /ml, tengu (0,1u — l0 u /ml) dan
beberapa vaksin bakteri 1 milyar kuman/ml. Reaksi dinilai 3. Extrak campuran jamur yang terdiri dari : Aspergilus,
dalam 15 menit setelah penderita disuntik antigen, dan akan Penicillium, Curvularis, Fressaria, Candida, Mixed Fungi A,
timbul reaksi jendolan kemerahan. Pada tes ini juga disuntik- diberikan campuran jamur dengan konsentrasi 0,1% (Fl)
kan buffer fosfat (pelarut antigen) sebagai kontrol negatif, dan 1% (F2), pemberian sama seperti diatas.
dan juga disuntikkan histamin sebagai kontrol positif. 4. Extrak tengu atau "mite" yang berasal dari Dermatopha-
goides pteronyssinus yang dibuat dengan konsentrasi 10
NEq U/ml (M1) dan 100 NEq U/ml (M2) pemberian sama
* Dibacakan pada Simposium Alergi—Imunologi
tanggal 5 September 1981 di Surabaya. seperti diatas.

30 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


5. Extrak tepung sari rumput dengan berbagai macam konsen- TABEL 1.— HASIL TES KULIT TERHADAP DEBU RUMAH
trasi 10 Noon Unit/ml (Laprin P1) dan 100 Noon Unit/ml
Yang dianggap
(P2). Konsentrasi Tingkat reaksi Hasil Positif.
6. Vaksin bakteri yang terdiri dari Haemophilus influenza,
Staphylococcus, Streptoccus dan Pneumococcus dengan — (neg.) 40 0
berbagai macam konsentrasi dari 10 juta kuman/ml (Laprin + 1 41 0
V1) dan 100 juta kuman/ml (Laprin V2). Alergen yang 0,01% + 2 8 0
+ 3 0 0
dipergunakan adalah buatan dokter TJahja Indrayana + 4 0 0
(Jakarta).
Pengobatan desensitisasi dilakukan di Sub bagian Allegri/ — 26 0
+ 1 32 0
Imunologi sub-bagian Pulmonologi RS UGM dan Bagian Ilmu
0,1% + 2 38 0
Kesehatan Anak RS UGM dan sebagian oleh dokter umum + 3 32 32
dan dokter anak yang mengirim sebelumnya. + 4 3 3
Evaluasi dilakukan paling sedikit 5 bulan (suntikan ke 30)
sesudah dilakukan pengobatan desensitisasi dengan cara : 21 0
+ 1 17 0
dikirimkan daftar pertanyaan (diluar DIY) dan kunjungan +
1% 2 25 0
rumah (di DIY). + 3 43 43
+ 4 4 4
Hasil
TOTAL 330 82 (74,5%)
Dari 110 penderita anak dengan batuk-batuk dan atau
sesak nafas dan pilek dibawah umur 14 tahun terdiri dari 67
anak laki-laki dan 43 anak perempuan. Reaksi terhadap Jumlah penderita = 110
alergen debu rumah dengan beberapa tingkatan konsentrasi
dianggap positif ada 82 (74,5%). Reaksi terhadap alergen TABEL 2.— HASIL TES KULIT TERHADAP SERPIH KULIT
serpih kulit manusia yang dianggap positif ada 80 (72,7%). MANUSIA
Reaksi terhadap alergen tepung sari rumput yang dianggap
positif 0 (0%). Reaksi terhadap alergen jamur yang dianggap Yang dianggap
Konsentrasi Tingkat reaksi Hasil
positif 3 kasus (2,7%). Reaksi positif terhadap alergen kumpul- Positif
an serpih binatang 1 (0,9%). Reaksi positif terhadap alergen
— 43 0
tengu adalah 23 (20,9%). Reaksi positif terhadap vaksin + 1 44 0
bakteri ada 20 (18,1%). 0,01% + 2 12 0
Untuk lengkapnya hasil-hasil reaksi tes kulit ini dapat + 3 9 9
+ 4 1 1
dilihat pada Tabel 1—8. Reaksi positif untuk satu macam
atau lebih antigen tercantum pada Tabel 8. 28 0
+ 1 27 0
Kemudian pada penderita-penderita ini dilakukan desensi- 0,1% + 2 26 0
tisasi dan selanjutnya dievaluasi. Dari 110 penderita yang dites, + 3 29 0
yang kemudian dapat didesensitisasi dan dievaluasi sebanyak + 4 1 1
68 anak (61,8%) terdiri dari 28 wanita (41,2%) dan 40 pen-
derita laki-laki (58,8%). 15 0
+ 1 28 0
Dari hasil evaluasi selama paling sedikit 5 bulan didapatkan 1% + 2 27 0
gejala-gejala klinis dan perubahan pada pemeriksaan fisik + 3 38 38
diagnostik dengan kriteria sebagai berikut : + 4 2 2
• baik, artinya : pada anak tidak ada atau sedikit sekali TOTAL 330 80 (72,7%)
keluhan batuk, sesak nafas, pilek dan pada pemeriksaan
tidak didapatkan ronkhi pada paru-paru. Jumlah penderita = 110
• berkurang, artinya : frekuensi batuk-batuk, sesak nafas,
pilek berkurang dari bisanya dan pada pemeriksaan kadang-
kadang ada ronkhi paru-paru. didapatkan angka yang cukup tinggi ialah sekitar 80%. Suryan-
• tetap, artinya : tidak ada perubahan sama sekali. to dan Matondang (1) mendapatkan angka 50% dengan me-
makai tes goresan. Partana (2) mendapatkan hasil tes kulit
Pengaruh desensitisasi tersebut dapat dilihat pada Tabel terhadap debu rumah sebanyak 71%. Pada penelitian ini kami
9 — 11 dan Gambar 1. memakai tes intrakutan, karena menurut Rhyne (3) tes intra-
kutan 100x lebih sensitif daripada tes goresan. Meskipun
Pembicaraan demikian tes intrakutan menanggung lebih besar risiko dari-
Disini tampak jelas bahwa tes alergi perlu dilakukan pada pada tes goresan.
anak dengan batuk-batuk yang berulang karena kemungkinan Ternyata hasil tes kulit dengan debu rumah memberi hasil
alergi sebagai penyebabnya adalah besar. Pada penelitian ini positif besar, kemudian disusul dengan tes terhadap alergen

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 31


TABEL 3.— HASIL TES KULIT TERHADAP TEPUNG SARI RUMPUT TABEL 5.— HASIL TES KULIT TERHADAP KUMPULAN SERPIH
KULIT MANUSIA
Yang di anggap Konsentrasi : 0,0001%
Konsentrasi Tingkat reaksi Hasil Positif
Yang dianggap
— 59 0 Tingkat reaksi Hasil
+ 1 0 Positif
40
lu + 2 11 0 Anjing — 48 0
+ 3 0 0 Kucing + 1 31 0
+ 4 0 0 Kuda + 2 30 0
— 70 0 Lembu + 3 1 1
+ 1 37 0 Ternak bersayap + 4 0 0
10u + 2 3 0
+ 3 0 0 TOTAL 110 1 (0,9%)
+ 4 0 0
— 66 0 Jumlah penderita = 110
+ 1 40 0
100u + 2 4 0
+ 3 0 0 TABEL 6.— HASIL TES KULIT TERHADAP TENGU
+ 4 0 0
TOTAL 330 0 (0%) Yang dianggap
Konsentrasi Tingkat reaksi Hasil
Positif
Jumlah penderita = 110 — 68 0
+ 1 28 0
0,lu + 2 13 0
TABEL 4.— HASIL TES KULIT TERHADAP JAMUR + 3 1 1
Konsentrasi 0,01% + 4 0 0

Yang dianggap — 57
Tingkat reaksi Hasil 0
Positif + 1 29 0
lu + 2 21 0
— 61 0 + 3 2 2
+ 1 43 0 + 4 1 1
Aspergilus I + 2 6 0
+ 3 0 0 — 58 0
+ 4 0 0 + 1 21 0
l0u + 2 12 0
— 58 0 + 3 9 9
+ 1 46 0 + 4 10 10
Aspergilus II + 2 6 0
+ 3 0 0 TOTAL 330 23 (20,9%)
+ 4 0 0

— 66 0 Jumlah penderita = 110


+ 1 40 0
Aspergilus III + 2 4 0
+ 3 0 0
+ 4 0 0 TABEL 7.— HASIL TES KULIT TERHADAP BAKTERI
— 69 0 ( 110 penderita )
+ 1 34 0 Konsentrasi : 1 milyar kuman/ml.
Penicillium + 2 6 0
+ 3 1 1 Yang dianggap
Tingkat reaksi Hasil Positif
+ 4 0 0

— 76 0 57 0
+ 1 31 0 + 1 34 0
Curvularis + 2 3 0 Staphylococcus + 2 9 0
+ 3 0 0 + 3 10 10
+ 4 0 0 + 4 0 0
— 76 0 — 75 0
+ 1 30 0 + 1 27 0
Fusaris + 2 4 0 Streptococcus + 2 8 0
+ 3 0 0 + 3 0 0
+ 4 0 0 + 4 0 0
— 44 0
+ 1 49 0 — 22 0
Candida + 2 16 0 + 1 55 0
+ 1 1 Pneumococcus + 2 28 0
3
+ 4 0 0 + 3 5 5
+ 4 0 0
— 55 0
+ 1 46 0
— 26 0
Mixed Fungi A + 2 8 0
+ 1 60 0
+ 3 1 0
Hemophilus + 2 19 0
+ 4 0 0 influenzae + 3 5 5
3 (2,7%) + 4 0 0
TOTAL 880

TOTAL 440 20 (18,1%)


Jumlah penderita = 110

32 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


TABEL 8.- HASIL POSITIF UNTUK SATU MACAM ATAU LEBIH TABEL 10.- PENGARUH DESENSITISASI MENURUT JENIS
ALERGEN ALERGENNYA.

Keterangan : Semua penderita yang alergi terhadap serpih kulit


manusia juga alergi terhadap debu rumah.
TABEL 11.- HUBUNGAN ANTARA SAAT EVALUASI DILAKUKAN
DENGAN PENGARUH DESENSITISASI.
TABEL 9.- PENGARUH DESENSITISASI MENURUT GOLONGAN
UMUR

Gambar 1.- PENGARUH DESENSITISASI PADA SAAT EVALUASL

yang lain. Hasil ini sesuai dengan hasil peneliti-peneliti se-


belumnya. Hasil tes terhadap kuman ternyata merupakan
reaksi paling tinggi terhadap satu macam alergen.
Sebenarnya hasil tes kulit ini lebih berarti bila dihubungkan
dengan adanya riwayat alergi terhadap alergen. Pada reaksi
positif terhadap tes kulit ternyata kadang-kadang pada tes
dengan inhalasi bronkhus tidak ada reaksi, sehingga dalam hal
seperti ini penilaian khusus perlu dilakukan.
Desensitisasi (imunoterapi) merupakan harapan baru bagi
penderita-penderita dengan batuk-batuk berulang-ulang, kar-
karena bagiamanapun juga dalam praktek sehari-hari selalu
dijumpai kegagalan-kegagalan dalam pengobatan dengan obat.
Meskipun demikian desensitisasi ini masih memberi beberapa Baik Berkurang Tetap.
tantangan, seperti pengaruh yang menakutkan anak karena
suntikan yang berulang-ulang, bahaya adanya shock anaflaksis, lambat bahkan kadang-kadang gejala atopiknya sering kambuh
dan biayanya cukup tinggi. kembali. Pada penderita yang berhasil baik, biasanya pengaruh
Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil yang memberi desensitisasi mulai terasa pada suntikan ke 5 sampai ke 10,
harapan, dengan angka perbaikan sekitar 90%. Hasil ini ter- artinya penderita pada saat tersebut mulai berkurang batuk-
nyata tidak banyak berbeda dengan hasil-hasil dari Bruun batuk atau sesak nafasnya, kemudian sedikit demi sedikit
(80 — 90%) (4), Stone & Crump (83%) (5) dan Kline and berkurang hingga akhirnya hilang sama sekali.
White (100%) (6). Beberapa anak menunjukkan reaksi yang menyenangkan
Manfaat pengobatan desensitisasi dirasakan oleh penderita artinya karena pada anak tersebut suntikan terasa ada faedah-
dalam waktu yang berbeda-beda. Ada penderita yang mem- nya, suntikan berikutnya dilakukan dengan sukarela.
perlihatkan kemajuan dengan nyata sekali, tapi ada pula yang Untuk menilai manfaat desensitisasi paling sedikit di perlukan

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 33


observasi yang seksama, tentang keadaan penderita sekurang- Pada penelitian ini dilakukan evaluasi pada saat pengobatan
kurangnya lima bulan. Pada Tabel II terlihat bahwa kami paling sedikit telah dilakukan 5 bulan (lihat Tabel 9), dan
mengamati penderita paling sedikit 5 bulan. semua penderita mencapai dosis maksimal 1cc (kecuali dua
Disamping desensitisasi pada penderita perlu diberi nasihat anak dengan dosis maksimal menimbulkan reaksi yang berat,
untuk menghindari alergen, misalnya lergen debu rumah harus sehingga dosis dipertahankan pada dosis yang sesuai (0,5 —
dihindari dengan membersihkan kamarnya langsung dengan 0,7cc).
pengisap debu, memakai kasur dan bantal busa. Juga dilarang Pengobatan dikatakan gagal apabila setelah diobati secara
memelihara segala macam binatang, dll. teratur selama 3 bulan, tidak memperlihatkan kemajuan.
Sebab-sebab kegagalan pengobatan desensitisasi menurut
Mekanisme dasar desensitisasi : Deamer (7), dan Melan (8) antara lain sebagai berikut : (i)
Pemberian extrak alergen pada pengobatan desensitisasi kesalahan menegakkan diagnosis non-atopik menjadi atopik,
diberikan dalam waktu yang cukup lama dan pada permulaan (ii) kesalahan menentukan allergen pada tes kulit dan (iii)
suntikan diberikan dalam dosis kecil yang lambat laun dinaik- penderita tidak teratur melakukan pengobatan.
kan hingga mencapai dosis maksimal, agar kepekaan terhadap
KEPUSTAKAAN
alergen tersebut dapat berkurang. Extrak alergen yang diberi-
kan sedemikian kecil sehingga tidak cukup untuk menimbul- 1.Ibnu Susanto, Corry Matondang. Test kulit dan kadar IgE pada anak
kan penyakit akan tetapi masih cukup untuk membangkitkan dengan batuk khronik dan berulang. Seminar/Simposium Batuk
Khronik dan berulang pada anak 1979.
respons imun yang baru yaitu dengan membentuk blocking 2.Partana JS. Asthma pada anak. Seminar/Simposium Batuk Khronik
antibody (termasuk IgG). dan berulang pada anak. 1979
Setelah pengobatan dilakukan beberapa waktu lamanya 3. Weiss EB, Segal MS. Bronchial Asthma Little Brown and Co. 1969 —
maka blocking antibody yang terbentuk makin lama makin 1976
4. Wright GL D, Derrich EM. The role of Allergen in The Aetiology of
banyak, sehingga bila tubuh kemasukan alergen yang sesuai
Asthma in Brisbane, Med. J. Austr. 1975; 1 : 375 — 380.
akan segera dinon-aktifkan oleh blocking antibody tersebut 5. Stone JD E, Crump PL. Value of hyposensitisation therapy for
sehingga tidak dapat lagi bereaksi dengan IgE yang menempel perenial bronchial asthma in children. Pediatrics. 1960; 27 : 396.
pada mast cell. Jadi mekanisme dasar desensitisasi sebenarnya 6. Kline AM, White C. An evaluation of hyposensitisation ini chilhood
adalah suatu kompetisi antara reagin dan blocking antibody. allergy. Ann Allergy 18 : 80. 1960; 18 : 80.
7.Deaman WO. Injection therapy for asthma and allergic rhinitis.
Oleh karena itu pada waktu pengobatan desensitisasi 1969
kadang-kadang dapat terjadi reaksi alergik, terutama bila 8.Melan WL. Principles of immunologic management of allergic
alergen yang dimasukkan cukup besar. disease due to extrinsic antigenic antigen. 1972

pai US $ 43.85 milyar dengan angka pertumbuhan 16,8 %.


Ini berarti biaya per orang mencapai US $ 381 per tahun.
Kenaikan biaya itu sebagian disebabkan karena sebab-se-
bab yang "alamiah", misalnya adanya kemajuan teknologi
kedokteran dan obat-obat baru. Memang inovasi-inovasi tsb.
lebih efektif, tapi biasanya juga lebih mahal. Bertambahnya
kebutuhan akan dokter juga menambah biaya itu. Tapi, dan
ini yang terpenting, kenaikan biaya kesehatan itu terutama di-
sebabkan oleh makin banyaknya populasi orang yang tua, yang
memerlukan berbagai perawatan dan pengobatan.
Harapan hidup orang Jepang kini 73 tahun untuk pria dan
77 tahun bagi wanita. Meskipun biaya kesehatan rata-rata
US $ 381 per kapita, biaya untuk orang yang berusia 65 tahun
ke atas rata-rata US $ 1096, hampir tiga kali lipat biaya rata-
rata.
Selain itu kenaikan biaya kesehatan juga disebabkan karena
pendapatan dokter-dokter Jepang yang meningkat secara luar
biasa, rata-rata US $ 83.000 per tahun. Ini berarti 5 kali lebih
Biaya perawatan rumah sakit demikian tinggi sehingga lebih murah
besar daripada pendapatan nasional rata-rata yang US $ 17.780
berobat ke luar negeri.
itu. Tidak heran kalau kini makin banyak dokter Jepang yang
kaya raya. Tapi siapakah dokter Jepang yang terkaya ? Seo-
HIPOKHONDRIA MASYARAKAT JEPANG rang psikiater ! Penghasilannya US $ 2,89 juta setahun dan dia
termasuk orang terkaya nomor 11 di negara itu.
Industri apakah yang tumbuh paling cepat di Jepang ?
Elektronik ? Mobil ? Semuanya salah : yang benar ialah Modern Asia, Oct 1981; 29.
kesehatan ! Pada tahun 1978 biaya untuk kesehatan menca -

34 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


Terapi Obat
Bromhexin (Mucosolvan ® )
Batuk mungkin merupakan gejala penyakit yang berbahaya. Namun pada sebagian
besar kasus, terutama infeksi ringan atau iritasi saluran pernafasan, batuk tidak mem-
bahayakan jiwa, meskipun sering dirasakan sangat mengganggu pasien. Pada kasus-
kasus itu, setelah semua kemungkinan patologik dipertimbangkan, penekanan/supresi
batuk itu sendiri sering menjadi tujuan utama terapi. Seandainya ini dapat dilakukan
dengan efektif oleh obat-obat yang ada, tak perlu perbincangan mengenai masalah
ini. Namun kenyataannya tidaklah sesederhana itu.
Sedikit-dikitnya dikenal tiga golongan obat untuk mengatasi batuk. Pertama ialah
antitusif yang menekan refleks batuk. Kodein merupakan contohnya. Golongan
kedua disebut ekspektoran. Ini merangsang sekresi sputum dari saluran nafas, disam-
ping kadang-kadang bersifat merangsang muntah (emetik). Yodium dan amonium
khlorida dalam Obat—Batuk—Hitam merupakan contohnya. Belakangan ini sering
digunakan gliseril guaiakolat sebagai ekspektoran.
Tapi meskipun penderita telah dirangsang dengan ekspektoran, sputum kadang-
kadang masih sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Maka dicarilah obat lain, golongan
mukolitik. Obat golongan ini menghancurkan atau mengencerkan sputum sehingga
mudah dikeluarkan.

BEBERAPA ZAT MUKOLITIK

■ Air .— Kekentalan sputum tergantung pada.tingginya kadar air di dalam-


nya. Ini sering tergantung pada tingkat hidrasi pasien. Banyak pasien pe-
nyakit saluran nafas sedikit banyak mengalami dehidrasi. Ini mengaki-
— air
batkan sputum kental dan lengket. Maka hidrasi yang adekuat dianggap
— chymotrypsin dan enzim-enzim lain
dapat mempengaruhi mudahnya pengeluaran sputum.
— asetilsistein dan metilsistein
■ Chymotrypsin dan enzim lain.— Invitro zat-zat ini berkhasiat mukolitik,
— bromhexin
namun efektivitasnya dalam klinik mengecewakan.
■ Asetilsistein & metilsistein.— Dalam bentuk aerosol sangat berguna un-
tuk mengencerkan dan menambah volume sputum. Tapi kadang-kadang
sputum yang dihasilkan sedemikian banyak sehingga harus disedot dengan
alat penyedot agar tidak manghambat saluran nafas. Selain itu reaksi
febris tidak jarang terjadi. Maka obat ini kurang populer.
■ Bromhexin.— Zat ini adalah turunan sintetik dari vasicine, suatu alka-
loid yang berasal dari tumbuhan Adhatoda vasica yang berasal dari India.
Bromhexin diakui sebagai obat yang punya khasiat spesifik terhadap spu-
tum dan bermanfaat dalam klinik. Kini obat ini banyak dipakai untuk
berbagai penyakit saluran pernafasan.
BROMHEXIN

STRUKTUR KIMIA

Nama kimianya ialah : N-cyclohexyl-N—methyl—(2—amino—3,5—dibro-


mobenzyl)—amonium chloride.

Cermin Dunla Kedokteran No. 24, 1981 35


CARA KERJA

Tingginya kekentalan sputum, pada penderita asma atau bronkhitis kronis


misalnya, disebabkan oleh dua jenis jaringan benang dalam sputum, yaitu
(i) benang-benang DNA (deoxyribonucleic acid), dan (ii) benang muko-
polisakrida.
Benang DNA hanya ada dalam sputum yang purulen, karena ini berasal
dari inti sel-sel mukosa yang hancur. Sedangkan benang-benang muko-
Benang-benang mukopolisakarida yang utuh dalam
sputum (dibawah cahaya terpolarisasi: pembesaran polisakarida banyak ditemukan pada sputum yang mukoid. Benang jenis
112X). kedua ini sedikit ditemukan dalam sputum yang purulen karena telah di-
hancurkan oleh enzim-enzim bakteri. Dengan terapi antibiotika yang
efektif, kerusakan mukosa dapat dicegah; sehingga benang-benang DNA
akan makin sedikit. Tapi ternyata saat itu sputum masih kental karena
benang-benang mukopolisakarida muncul kembali. Bromhexin bekerja de-
ngan cara menghancurkan benang-benang mukopolisakarida itu menjadi
fragmen-fragmen kecil, sehingga sputum menjadi encer. Selain itu, dengan
penyelidikan mikroskop elektron diketahui bahwa bromhexin juga menye-
babkan perubahan pada granula pada kelenjar-kelenjar penghasil mukus di
mukosa bronkhial dan hidung.

TOKSISITAS
Benang-benang hancur berfragmentasi akibat brom-
hexin. Dilukis kembali dari gambar Bruce RA (2). Bromhexin sangat aman. LD 50 pada mencit = 16,65 ± 2,09 gr/kg BB.

PEMAKAIAN DALAM KLINIK

Dari penelitian-penelitian selama ini, terbukti bromhexin dapat mengencerkan dan


— bronkhitis menambah volume sputum. Namun faal paru tidak selalu bertambah baik. Meskipun
— asma bronkhial demikian, semua peneliti setuju bahwa obat ini bermanfaat, dan efek samping yang
— sinusitis berbahaya tak ditemukan.
— infeksi saluran nafas pasca bedah Keuntungan lain dari penggunaan bromhexin ialah dapat meningkatkan kadar tetrasi-
— trauma toraks kin/oksitetrasiklin dalam sekret bronkhial. Maka kombinasi antibiotika ini dengan
— bronkhiektasis bromhexin dilaporkan lebih efektif daripada tetrasiklin saia. Pada penderita yang ga-
wat bromhexin dapat diberikan secara parenteral.
Bila ada infeksi bakterial, antibiotika harus diberikan juga disamping bromhexin.

DOSIS
Dosis oral untuk orang dewasa ialah 3 kali sehari 8 — 16 mg.
Dosis oral untuk anak-anak dibawah 5 tahun, 2 kali sehari 4 mg.
Dosis oral untuk anak-anak 5 — 10 tahun, 4 kali sehari 4 mg.

KEPUSTAKAAN
1. C.Radouco-Thomas. International Encyclopedia of Pharmacology and Therapeutics.
Section 27. Volume III. Oxford : Pergamon Press; 1970.
2. Bruce RA, Kumar V. The effect of a derivative of Vasicine on bronchial mucus. Brit J
Clin Practice 1968; 22 (7) :
3. Today's Drugs. Mucolytic agents. Br Med J 1971; June 5, 581-2.
4. Martindale. The Extrapharmacopoeia. 27ed. London : Pharmaceutical Press; 1977.

36 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


PERKEMBANGAN

Adenoma Bronkhial fiberoptik digunakan, tuba endotrakheal atau bronkhoskop-


kaku harus tersedia untuk berjaga-jaga bila ada perdarahan.
Bila memungkinkan, terapi untuk adenoma bronkhial ini
Adenoma bronkhial adalah kelompok yang heterogen,
adalah pembedahan. Sleeve-resection dari tumor kadang-ka-
merupakan 1— 6% tumor paru primer. Mereka masih terus
dang dapat dilakukan, tapi lobektomi atau bahkan pneumo-
merupakan sumber kesalahan dan kekacauan diagnosis. Mes-
tomi mungkin diperlukan bila infiltrasi sangat luas. Kadang-
kipun biasanya dianggap jinak, sebenarnya mereka harus di- kadang silindroma yang tak dapat direseksi memberi respons
pandang sebagai tumor-tumor dengan berbagai tingkat malig- yang baik dengan radioterapi. Bila tumor primer dapat dire-
nitas yang rendah. Adenoma ini . berasal dari epitel saluran
seksi, prognosisnya baik : pasien dapat hidup lama meskipun
kelenjar mukus bronkhial dan biasanya berjenis karsinoid ada metastasis jauh, karena tumor ini tumbuh dengan
atau tumor jenis kelenjar liur. amat pelan.
Sekitar 90% adenoma adalah jenis karsinoid yang umumnya
muncul di tengah . trakhea atau bronkhus utama. Mereka sering Br Med J 1981 ; 282: 252
memberi gambaran polip endobronkhial, tapi sering disertai
infiltrasi ekstensif pada jaringan pam sekitarnya. Gambaran

Gerak-badan dan Bronkhitis


khas yang ditemukan pada karsinoid usus -- yaitu adanya
cyanotic flushing, kejang perut, diare, edema pada muka dan
lengan, dan wheezing serta dispnoe jarang ditemukan pada
tumor primer paru, hanya terjadi pada sekitar 2% kasus. Sementara penyakitnya berkembang, pasien bronkhitis kronis
Bila katup-katup jantung terkena karsinoid pam primer, lesi makin lama makin tak bisa berbuat apa-apa dan frustrasi aki-
biasanya di jantung kiri bukan di kanan, seperti halnya dengan bat sesak nafas kalau bekerja atau gerak badan. Dalam 20 ta-
karsinoid usus. hun terakhir ini telah banyak penelitian mengenai kemung-
Sekitar dua pertiga tumor yang berjenis kelenjar liur adalah kinan manfaat latihan fisik (physical therapy) bagi penderita-
silindroma. Ini secara khas juga tumor sentral, sering mengeli- penderita itu. Semua penelitian itu memberi bukti bahwa
lingi saluran nafas dan menginfiltrasi ekstensif ke jaringan paru latihan gerak badan dapat meningkatkan kapasitas untuk
sekitarnya. Sebagai tumor trakhea, insidensinya adalah nomor kerja fisik.
dua setelah karsinoma primer. Sisa tumor jenis kelenjar liur Pendekatan akhir-akhir ini diarahkan pada cara latihan yang
lainnya ialah adenoma mukoepidermoid. Sedang adenoma sederhana, dan mengingat bahwa latihan akan paling efektif
pleomorfik, yang menyerupai tumor campur kelenjar parotid, bila diarahkan pada tugas-tugas spesifik. Misalnya McGavin
sangat jarang dijumpai. dkk. menggunakan latihan bertahap naik-tangga tanpa super-
Adenoma bronkhial biasanya dijumpai pada usia yang visi; Hasilnya ialah kenaikan jarak—jalan—kaki—12—menit
jauh lebih muda daripada karsinoma, umumnya sebelum usia sebesar 6% pada pasien-pasien yang dilatih dibandingkan
50 tahun. Insidensi pria dan wanita hampir sama. Batuk dan dengan kelompok kontrol yang tidak dilatih. Dengan menggu-
hemoptisis adalah gejala pertama pada sekitar separuh pasien, nakan program latihan yang sederhana (program 5BX/XBX
tapi pada saat itu pemeriksaan radiologik pam sering normal. dari Angkatan Udara Kanada) Mungall dan Hainsworth mene-
Gejala lain yang sering ditemukan ialah infeksi distal dari mukan perbaikan rata-rata 9% dalam jarak jalan—kaki—12—
obstruksi tumor ini, menyebabkan kolaps lobus atau segmen menit pada penelitian mereka. Bila latihan diawasi di rumah
paru, kadang-kadang bronkhiektasis, abses paru atau empiema. oleh perawat, perbaikan yang lebih besar, sampai 24% dari
Emfisema obstruktif dengan overinflasi pada lobus dapat ter- jarak jalan—kaki—12—menit , dapat dicapai.
jadi distal dari adenoma ini. Adenoma perifer cendemng dite- Sampai sekarang masih belum diketahui dengan pasti
mukan pada usia yang lebih tua, dan mungkin ditemukan bagaimana mekanisme latihan fisik itu. Dari penelitian-peneli-
secara kebetulan sewaktu pemeriksaan radiologik paru. tian selama ini tidak dilaporkan adanya perbaikan yang konsis-
Diagnosis dini tumor ini perlu sekali agar kerusakan lokal ten pada faal paru. Maka ada yang memperkirakan bahwa
dan metastasis jauh dapat dihindari. Setiap pasien dengan hasil latihan fisik itu hanya akibat perubahan motivasi, atau
hemoptisis atau infeksi paru berulang-ulang harus dicurigai, koordinasi dan efisiensi yang lebih baik dari otot-otot tungkai.
terutama bila radiograf paru normal. Karena kebanyakan Spiro dkk. mencoba menilai faktor-faktor fisiologik yang
tumor ini tampak pada bronkhoskopi, inilah cara pemeriksaan menghambat gerak badan/kerja pada penderita bronkhitis.
yang dianjurkan, tapi harus dilakukan dengan hati-hati : tumor Ia menyimpulkan bahwa hambatan utama ialah kesulitan me-
ini mudah sekali berdarah bila dibiopsi. Bila bronkhoskopi kanik dalam mempertahankan ventilasi yang diperlukan untuk

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 37


mendapat intake oksigen yang adekuat. Penderita-penderita tromboembolisme rekuren, edema paru, atau alveolitis fibrosa/
bronkhitis itu denyut jantungnya lebih tinggi, baik pada saat alergik; dan ventilasi berlebihan pada waktu bekerja dapat
istirahat maupun saat bekerja. Tapi curah jantung (cardiac out- juga merupakan petunjuk pada pasien-pasien itu. Akan tetapi
put) normal, dan tak ada bukti adanya peningkatan hipoksia sesak nafas berlebihan dapat juga merupakan gambaran utama
atau metabolisme anerob pada otot selama gerak badan. pada pasien-pasien dengan kelainan paru menetap, seperti
Maka diambil asumsi bahwa rasa lelah pada otot-otot bronkhitis kronis jenis "pink and puffing" (penderita berwa-
pernafasanlah yang membikin penderita itu berhenti bekerja jah merah dan tersengal-sengal) dan emfisema. Pada pasien-
atau gerak badan. Dan Belman & Mittman pun memusatkan pasien itu obstruksi saluran nafas yang ireversibel diiringi
perhatian pada latihan otot-otot pernafasan. Mereka meng- dengan hiperinflasi rongga dada; P02 arteri hampir normal
gunakan mesin yang memaksa pasien bemafas pada kapasitas dan PCO2 rendah atau normal. Perbedaan antara pasien-pasien
ventilasi maksimumnya (MSVC = maximum sustained ventila- ini dengan pasien jenis "blue and bloated" (biru bengkak) ma-
tory capacity), menggunakan pernafasan kembali karbon- sih belum dapat diterangkan. Dengan hambatan aliran udara
dioksida secara terkontrol. Pasien menggunakan mesin itu sela- yang sama, pada pasien yang belakangan ini ditemukan hipok-
ma 15 menit dua kali sehari selama 6 minggu. Meskipun tak semia dan retensi CO2. Tak ada bukti bahwa pasien jenis per-
ada perubahan pada volume ekspiratorik(FEV—1—detik) sela- tama lebih menderita emfisema sedang jenis kedua lebih ba-
ma latihan, MSVC—nya meningkat dan jarak—jalan—kaki—12— nyak bronkhitisnya. Selain itu, kini juga nyata bahwa diagnosis
menitnya naik dengan 12%. Maka Belman & Mittman menilai radiologik emfisema sering salah. Observasi bahwa hipokse-
bahwa perbaikan itu benar-benar akibat latihan dan bukan mia—transien—rekuren—waktu—tidur jauh lebih sering dan
hanya akibat bertambahnya motivasi. lebih berat pada jenis " blue and bloated" menunjukkan ada-
Bila latihan otot pernafasan semacam ini berguna untuk nya abnormalitas -- yang belum diketahui -- pada pusat
mengurangi sesak nafas waktu gerak badan, mungkin ini dapat pengendalian ventilasi. Life expectancy pasien jenis "blue
menerangkan mengapa bentuk-bentuk latihan gerak badan and bloated" ini jelek. Sedang pasien yang "pink and puffmg "
lain juga dapat menolong penderita bronkhitis. Setiap bentuk sering mampu mempertahankan gas-gas darah arterinya hampir
gerak badan yang menyebabkan sesak nafas mungkin punya normal untuk bertahun-tahun, meskipun tersengal-sengal.
efek melatih otot pernafasan untuk mentoleransi dan mem- Jadi, dengan tidak adanya kemungkinan sembuh (yang me-
pertahankan ventilasi yang lebih tinggi. Tentu saja tidak perlu merlukan keajaiban berupa regenerasi jaringan alveolar untuk
kita menggunakan peralatan Belman & Mittman yang rumit- mengganti jaringan yang dicerna oleh proteolisis—akibat—siga-
rumit itu secara rutin. Bentuk-bentuk latihan sehari-hari yang ret), tampaknya masih ada tempat bagi pengobatan simto-
sederhana tampaknya sama efektifnya, dan jauh lebih praktis. matik guna mengurangi sesak nafas.
Dalam menghadapi pasien bronkhitis kronis yang mudah Mitchell—Heggs dkk menyajikan penelitian mendetail pada
sesak nafas dokter-dokter sering mencari-cari saran yang mung- empat pasien "pink and puffmg" dengan bronkhitis kronis
kin bermanfaat -- "Hentikan merokok, jangan kegemukan, dan emfisema : 25 mg diazepam per hari per oral ternyata me-
coba obat bronkhodilator ini" -- tapi juga sadar bahwa man- ngurangi sesak nafas penderita-penderita itu. Secara subyektif,
faatnya tak banyak. Kini mereka boleh menasihati pasien- pengurangan dispnoe terjadi bila kadar diazepam serum dan
pasiennya, dengan positif dan meyakinkan, bahwa sesak nafas metildiazepam (metabolitnya) meningkat. Akan tetapi PO2
itu tidak membahayakan, dan bahwa gerak badan sampai terca- arteri tetap hampir mendekati normal dan PCO2 rendah
pai sesak nafas yang sedang, akan memperbaiki otot-otot sampai normal (31 — 39 mm Hg, pada satu pasien untuk sesaat
pernafasan dan meningkatkan kapasitas gerak badan. Bila naik sampai 48 mm Hg). Meski respons ventilasi terhadap CO2
dapat direncanakan suatu latihan fisik secara formal dan ditekan oleh diazepam, penekanan ini tidak berkaitan dengan
dengan pengawasan, itu lebih baik lagi. Tampaknya kini kenaikan nilai-nilai PCO2 yang rendah ini. Ini mungkin berarti
sudah saatnya kita mengirimkan penderita-penderita itu diazepam mempengaruhi perasaan (sensation) sesak nafas
pada ahli fisioterapi untuk melatihnya, suatu bentuk terapi tanpa mengurangi kebutuhan fisiologik akan ventilasi.
yang manfaatnya telah terbukti.
Diazepam biasanya dianggap sebagai penekan ventilasi, ter-
Lancet 1980, Sept. 6, 514 utama pada pasien dengan penyakit paru obstruktif. Demikian
juga senyawa-senyawa sejenisnya seperti chlordiazepoxide
dan nitrazepam. Tapi semua peneliti sepakat bahwa efek ini

Diazepam dan Sesak Nafas


paling menonjol pada pasien-pasien dengan retensi CO 2 , jadi
bukan pada pasien yang "pink and puffing". Ada perdenatan
tentang efek diazepam pada respons ventilasi terhadap CO2
Banyak kekurangan dan kelemahan pengobatan simtomatik. pada orang normal. Satu kelompok peneliti menemukan pene-
Tentu saja, kalau bisa kita harus memberi pengobatan kausal, kanan dorongan hipoksik (hypoxic drive) untuk bernafas,
kalau ada. Namun demikian, pasien sering cukup puas dengan tapi tak ada efek pada respons CO2. Mungkin respons yang
pengurangan gejala. Salah satu kasus dalam masalah ini ialah berbeda-beda ini sebagian diakibatkan oleh perbedaan absorp-
sesak nafas (breathlessness). Mekanismenya masih dipertanya- si oral obat ini, sehingga kadar serum obat dan metabolitnya
kan, terutama bila keluhan-keluhannya tak sesuai dengan jauh bervariasi. Mitchell—Heggs dkk menemukan kesejajaran
abnormalitas yang didapat pada pemeriksaan faal paru. Hiper- antara pengurangan sesak nafas dan kadar serum obat. Rasa
ventilasi alveolar pada saat istirahat, yang dapat dikenal dari mengantuk, efek samping utama diazepam, tidak merupakan
PCO2 arteri yang rendah, kadang kala dapat merupakan gejala masalah bagi keempat pasien itu setelah lewat 48 jam.

38 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


Implikasi penemuan ini dalam praktek klinik masih belum Tapi, karena komplikasi lebih banyak berkaitan dengan dosis
jelas. Kalau diazepam benar-benar dapat mengurangi dispnoe daripada lamanya pengobatan, kiranya boleh dicoba pem-
yang sangat menghambat aktivitas pasien "pink and puffing", berian prednisolon oral 25 — 30 mg per hari selama 2 — 4
ini merupakan kemajuan besar. Namun demikian, mengingat minggu. Selang waktu ini memungkinkan respons pengobatan
bahaya bagi pasien-pasien dengan retensi CO2, obat tak boleh terlihat dan biasanya belum menimbulkan efek samping yang
diberikan pada pasien bronkhitis kronis dan emfisema tanpa berbahaya. Pengukuran obyektif secara teratur dengan spi-
pemeriksaan pendahuluan terhadap gas-gas darah arteri. rometri, dengan atau tanpa bronkhodilator, dan penilaian
tekanan gas-gas darah harus dilakukan selama percobaan
Lancet 1980; Aug.2, 242
steroid ini. Bila ada perbaikan obyektif, dosis harus diku-
rangi perlahan-lahan sampai dosis terendah yang mampu mem-
pertahankan perbaikan tsb.Tak adanya perbaikan obyektif
Steroid untuk Bronkhitis merupakan indikasi untuk menghentikan percobaan. Meski-
pun hasil kerja Albert dkk ini menggembirakan, keputusan
Telah lama diketahui kortikosteroid sering berguna dalam pe- memberikan steroid-percobaan harus dibuat dengan hati-
ngobatan asma bronkhial. Tapi kegunaannya pada bronkhitis hati dengan memperhatikan pasien-pasien secara individual.
kronis masih dipertanyakan. Beberapa penelitian menunjukkan
hasil-hasil yang menggembirakan, namun peneliti lain mene- Br Med J 1980; 281 : 1088
mukan hasil yang berlawanan. Sulit juga menginterpretasikan
hasil-hasil penelitian-penelitian tsb. karena kebanyakan tidak SIMPOSIUM/PANEL — FORUM KESEHATAN
dilakukan secara double-blind dan tidak menyertakan kontrol. OLAH RAGA
Albert dkk. di Seattle, Amerika, baru-baru ini melaporkan
penelitian yang di-disain dengan baik guna mempelajari efek Tanggal : 5 Desember 1981
metil-prednisolon pada penyakit-penyakit paru obstruktif Tema : Pertimbangan segi Kesehatan
kronis. Pasien dimasukkan dalam penelitian ini bila ada bukti dalam usaha memasyarakat-
obstruksi kronis pada aliran udara (FEV -1-detik 60% atau kan olah raga.
kurang dari nilai yang diperkirakan). Pengukuran ini dilakukan Tempat : University Club Universitas
setelah pemberian bronkhodilator dan pada waktu penyakit Gadjah Mada, Bulaksumur,
secara klinik stabil, Sebelum dan sesudah percobaan dilakukan Yogyakarta.
penilaian obyektif berupa pemeriksaan spirometri serta pengu- Sekretariat : Bagian Ilmu Faal Fakultas
kuran gas-gas darah dalam darah arteri. Pasien dengan riwayat Kedokteran U.G.M. Sekip U-
asma atau bronkhospasme yang reversibel disingkirkan dari tara, Yogyakarta.
penelitian. Metil-prednisolon diberikan IV dalam dosis 0,5 mg/kg Telp. 88688 Psw 432.
BB setiap 6 jam (kelompok kontrol diberi plasebo) disamping Beaya pendaftaran : Rp. 5.000,— termasuk untuk
regimen standar berupa aminofilin IV, semprotan isoprote- fasilitas peserta berupa maka-
renol, antibiotika dan oksigen. Dengan demikian perbedaan lah.
antara dua kelompok itu bukan disebabkan oleh bentuk SIMPOSIUM DARURAT PARU
pengobatan rutin ini. Pasien-pasien secara acak dimasukkan Tanggal : 27 Februari 1982
kedalam kelompok plasebo atau kelompok terapi, dan diteliti Topik : Hemoptisis, Pneumotoraks,
secara double-blind selama 72 jam. Hasilnya : pada kelompok Status Asmatikus, Terapi Ok-
yang diobati dengan metil-prednisolon ternyata ditemukan sigen, Aspirasi Benda Asing,
perbaikan yang lebih besar pada FEV ( p< 0,001 ). Tenggelam, Pleural Effusion.
Ada beberapa mekanisme yang mungkin dapat menerang- Tempat : Hotel Borobudur Interconti-
kan adanya perbaikan faal paru setelah pemberian kortikos- nental, Jakarta.
teroid. Penekanan respons inflamasi dapat mengurangi Sekretariat : IDPI Cabang Jakarta, Unit Pa-
obstruksi aliran udara. Kepekaan reseptor adrenergik-Beta 2 ru RS Persahabatan, Rawama-
mungkin meningkat akibat efek steroid. Selain itu euforia-aki- ngun, Jakarta Timur.
bat-steroid boleh jadi mengakibatkan meningkatnya usaha Telp. 481708 Psw 56.
pernafasan. Kortikosteroid yang diberikan per-oral pun juga Beaya pendaftaran : Rp. 5.000,
punya sifat-sifat di atas, maka mungkin dapat merupakan
obat tambahan bagi pasien dengan bronkhitis kronis dan gejala KONGRES KE VI PERHIMPUNAN BEDAH ANAK
dispnoe & batuk yang membandel, yang tetap ada meskipun ASIA
telah diberi fisioterapi dan bronkhodilator. Tanggal 25 — 28 Februari 1982
Pendekatan rasional dalam pengobatan bronkhitis kronis Topik Panel, Symposia.
ialah mengusahakan tercapainya reversibilitas maksimum dari Tempat Bali Hyatt Hotel, Pantai Sanur
obstruksi aliran udara dengan memberikan bronkhodilator Bali.
dan fisioterapi. Bila ini gagal menghasilkan stabilisasi atau Seketariat Bagian Bedah RS Cipto Ma-
perbaikan, "pengobatan percobaan " dengan steroid boleh ngunkusumo, Jl. Diponegoro
dicoba. Banyak dokter enggan menggunakan kortikosteroid 71, Jakarta Pusat.
karena efek samping dan komplikasi yang diakibatkannya.

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 39


Kedokteran & Penerbangan

Pengenalan Ilmu Kesehatan


Penerbangan dan Ruang Angkasa
dr. Sukardji
Laboratorium Aerofisiologi
LAKESPRA Saryan to, Jakarta.

PENDAHULUAN • Aviation medicine.— Istilah ini diartikan untuk ilmu ke-


Ilmu kesehatan penerbangan sebenarnya adalah suatu ilmu sehatan. yang menangani masalah pengaruh penerbangan
yang merupakan cabang dari Ilmu Kesehatan. Ilmu ini telah pada manusia dan cara-cara pencegahan serta pengobatan-
lama berkembang di dunia internasional. Pada negara-negara nya.
besar ilmu ini dapat berkembang dengan pesat disebabkan • Aerospace medicine.— Istilah ini sama dengan aviation
oleh ketekunan para ahlinya dalam melakukan kegiatan pe- medicine hanya lebih luas karena mencakup kesehatan
nelitian. Ilmu ini mula-mula diberi nama ilmu kesehatan ruang angkasa.
penerbangan (Aviation medicine) karena yang ditangani • Flight Surgeon.— Istilah ini dipakai pada seorang dokter
hanya bidang penerbangan biasa. Sejak pertengahan abad ini, yang telah lulus kursus ilmu kesehatan penerbangan.
dimana manusia mulai ingin menjamah ruang angkasa, maka • Advance Flight Surgeon.— Istilah ini diberikan kepada
atas jerih payah para ahli kesehatan penerbangan, ilmu ke- Flight Surgeon yang telah menyelesaikan kursus lanjutan.
sehatan penerbangan ini mencakup kesehatan penerbangan Istilah-istilah yang lain akan muncul dalam tulisan ini
ruang angkasa, dan namanya pun berubah jadi ilmu kesehatan adalah istilah yang biasa digunakan dalam ilmu kedokteran
penerbangan dan ruang angkasa (Aerospace medicine). umumnya.
Walaupun di dunia internasional ilmu ini berkembang
dengan pesat tetapi di Indonesia ilmu ini belum banyak di-
kenal orang. Bahkan mula-mula orang menduga bahwa ilmu Perkembangan di Dunia Luar
ini hanya bagian kecil dari ilmu faal. Kemudian ada lagi yang Kalau ditanyakan bilamana ilmu kesehatan penerbangan
berpendapat bahwa ilmu ini adalah bagian dari Hyperkes. dan ruang angkasa itu lahir, maka jawabannya sangat sulit.
Oleh karena kurangnya dikenal orang maka perkembangan Tiap-tiap negara memiliki corak perkembangannya sendiri-
ilmu ini di Indonesia pun agak tersendat-sendat. Sekarang sendiri. Ilmu tentang pengaruh ketinggian terhadap faal tubuh
sudah waktunya bagi kita para "penggemar " ilmu ini untuk telah lama dipelajari orang di dataran Eropa dengan cara pen-
memperkenalkan ilmu ini kepada khalayak yang lebih luas. dakian-pendakian gunung. Pada akhir abad ke 18 manusia
Pepatah menyatakan : "Tidak dikenal maka tak sayang " . mulai melakukan penerbangan dengan baloon terutama di
Disini sengaja kami gunakan istilah "penggemar " dan bukan Eropa. Dengan penerbangan baloon inilah mulai orang mem-
"ahli, karena kata "ahli" akan menyakitkan telinga para pelajari pengaruh buruk penerbangan pada tubuh manusia
dokter ahli di Indonesia. Disamping itu penulis juga belum dan mencari cara-cara untuk melindunginya. Saat inilah kira-
berhasil mendapatkan definisi yang tepat untuk kata "ahli" ini. kira dapat dianggap sebagai saat lahirnya ilmu kesehatan
penerbangan. Ilmu ini makin berkembang setelah diciptakan
Batasan pesawat udara pada abad ke 20. Sedang pada pertengahan
Perlu ditentukan terlebih dahulu batasan-batasan pembahas- abad ke 20 ilmu ini telah berkembang dari ilmu kesehatan
an dalam tulisan pengenalan ilmu kesehatan penerbangan dan penerbangan (aviation medicine) menjadi ilmu kesehatan
ruang angkasa ini agar pembahasan kita tidak berlarut-larut. penerbangan dan ruang angkasa (Aerospace medicine). Di
Yang dibahas dalam pengenalan ilmu kesehatan penerbang- Amerika Serikat sendiri ilmu kesehatan penerbangan ini mulai
an dan ruang angkasa di sini hanya sekedar pengenalan secara berkembang pada tahun 1916 dimana telah dibentuk tim
garis besar saja dan bukan membahas ilmu itu secara lengkap kesehatan yang menangani seleksi calon penerbang. Sejak ini
dan terperinci. ilmu kesehatan penerbangan di negara ini maju dengan pesat.
Didalam pembahasan akan dijumpai kata-kata yang mung- Bahkan sekarang telah menjadi negara yang paling maju di
kin agak asing antara lain : bidang kesehatan ruang angkasa.

40 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


Di negara-negara lain seperti Amerika Selatan, Afrika, Asia dangkal ini. Ilmu ini memang mencakup ilmu faal dan kesehat-
dan Australia pengembangan ilmu kesehatan penerbangan dan an kerja, atau istilah populer di kalangan penerbangan disebut
ruang angkasa ini cukup memuaskan. Bahkan di Taiwan telah keamanan terbang. Tetapi disamping itu masih ada bidang lain
ada yang merintis memasukkan peranan akupunktur dalam seperti bidang patologi untuk identifikasi, bidang preventif
ilmu kesehatan penerbangan. Hal ini semua disebabkan karena misalnya seleksi calon penerbang, bidang kuratif, rehabilitasi,
negara-negara tersebut memahami faedah ilmu kesehatan human engineering dan sebagainya. Terlalu banyak untuk
penerbangan dan ruang angkasa, sehingga ilmu dapat ber- disebut satu persatu, yang perlu dipahami adalah bahwa ilmu
kembang dengan suburnya. kesehatan penerbangan dan ruang angkasa sudah memiliki
cukup bobot untuk menyatakan diri sebagai cabang tersendiri
Perkembangan di Indonesia dari ilmu kedokteran. Ilmu ini cukup memiliki potensi yang
Ilmu kesehatan penerbangan sebenarnya telah masuk di besar dan penuh daya tantangan-tantangan yang memerlukan
Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda dahulu. Hal ini jawaban. Dengan makin berkembangnya kegiatan penerbangan
terbukti dari adanya peninggalan Decompression Chamber di ruang angkasa, maka mau tidak mau ilmu kesehatan dan ruang
Bandung. Ilmu ini dibawa oleh ahli-ahli kesehatan penerbang- angkasa ini harus pula berkembang mengikutinya.
an dari negara Belanda, hanya sayang tidak disebarluaskan di Di negara-negara maju ilmu ini sudah cukup ramai per-
Indonesia ini. Walaupun beberapa tenaga ahli mereka pernah kembangannya. Hal ini dapat dilihat pada tiap kongres tahun-
mengadakan kegiatan penelitian di Bandung Ilmu kesehatan an dimana dibahas ratusan kertas kerja hasil penelitian mereka.
penerbangan ini hilang dari peredaran di Indonesia sejak jaman Kalau Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang
Jepang sampai tahun 1950. Setelah penyerahan kedaulatan tidak ingin ketinggalan di bidang ilmu kesehatan penerbangan
tahun 1950 maka ilmu ini mulai dirintis lagi. dan ruang angkasa maka sudah waktunya kita bebenah diri
Tokoh-tokoh waktu itu adalah almarhum dr. Hardjolukito untuk lebih memperkenalkan ilmu ini kepada khalayak yang
almarhum dr. Saryanto, almarhum dr. Salamun dan sebagai- lebih luas disamping memonitor hasil-hasil penelitian dari
nya. Ilmu ini berkembang di Indonesia sangat lamban. Hal ini luar negeri.
dikarenakan kurangnya animo untuk mempelajari cabang ilmu Selama ini yang telah dilakukan di Indonesia baru me-
ini, atau mungkin karena ilmu ini tidak dapat menghasilkan monitor hasil penelitian dari luar negeri, tetapi belum me-
income " tambahan seperti cabang-cabang ilmu kesehatan
"
nyebarluaskan hasil monitor ini. Bila kita belum mengenal
yang lainnya. Dua orang tokoh di luar TNI—AU yang turut ilmu kesehatan penerbangan dan ruang angkasa ini maka kita
menggemari ilmu kesehatan penerbangan dan ruang angkasa tidak dapat menghayati "Seni" nya. Tetapi bila kita terjun
adalah Prof. Sutarman dan Prof. Said dari bagian ilmu faal kedalamnya, maka akan terlihat betapa menariknya ilmu ini
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kedua tokoh ini dan betapa banyaknya tantangan-tantangan yang memerlukan
dengan tekun mengumpulkan kepustakaan-kepustakaan dari jawaban.
beberapa sumber di luar negeri termasuk dari NASA.
Pada permulaan pertumbuhan ilmu kesehatan penerbangan
Penutup
dan ruang angkasa ini, Indonesia banyak mengirim dokter-
dokternya untuk belajar ke luar negeri yaitu Rusia, Amerika, Sebagai usaha memperkenalkan ilmu kesehatan penerbang-
Yugoslavia dan Australia. Pada tahun tujuh puluhan ini mulai an di Indonesia ini, tulisan diatas sudah dipandang cukup.
dirintis pendidikan dalam negeri. Sampai saat ini telah dididik Pengupasannya sengaja hanya secara global dan tidak men-
6 angkatan flight surgeon. Disamping itu kegiatan penelitian dalam karena dimaksudkan hanya sekedar ajakan untuk
di bidang kesehatan penerbangan juga sudah mulai digalakkan. mengenal ilmu kesehatan penerbangan dan ruang angkasa saja.
Bila pembaca ingin mengetahui tentang ilmu ini sekarang
Prospek Masa Depan sudah mulai banyak kepustakaan di Indonesia. Harapan
Ilmu kesehatan penerbangan dan ruang angkasa, yang oleh penulis semoga semakin banyak yang mengenal ilmu kesehatan
kalangan luas di Indonesia ini dianggap sebagian kecil dari penerbangan dan ruang angkasa di Indonesia ini, sehingga akan
ilmu faal atau bagian dari hyperkes, sebenarnya tidak se- membantu perkembangan ilmu ini di masa mendatang.

KFPUSTAKAAN

1. AGARD Aeromedical panel. Anthropometry and human engineer- 3. Link, Mae Mills, Hubert A Coleman. Medical Support of the Army
ing. London : Butterworths Scientific Publications, p. 39 — 74., air forces in world war II. Washington D.0 : Office of Surgeon
1955. General USAF. 1955.
2.Geoffrey Dhenin. Aviation medicine. London : Tri-med books 4. Van Liere EJ, J Clifford Stickney. Hypoxia. Chicago and London :
Limited, 1978. The University of Chicago Press; 1963.

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 41


Problema Penglihatan pada Penerbangan
dengan Kecepatan Tinggi dan pada Ketinggian
dr. Hari Subagio Santosa
RSAU HaIim Perdanakusuma, Jakarta

PENDAHULUAN pesawat dengan tekanan & suhu yang tinggi. Gelombang


kompresi inilah yang memungkinkan suara dipindahkan. Hal
Berbagai pengaruh akan dialami manusia pada penerbangan
karena adanya : perubahan tekanan udara, perubahan suhu, ini dapat menyebabkan distorsi penglihatan terhadap benda-
benda yang ada di luar pesawat dari tempat sebenarnya.
perubahan radiasi matahari/cosmos, percepatan, gerakan-
gerakan mannouver, dsb, disamping pengaruh kejiwaan yang Pembentukan gelombang kompresi pada kecepatan 1 Mach
dialaminya pada waktu menjalankan tugas. Mata sebagai alat lebih dahulu daripada gerakan pesawatnya sendiri. Mula-mula
penglihatan mendapat pengaruh-pengaruh juga, seperti halnya gelombang kompresi ini tak begitu padat, lama kelamaaan
organ-organ lainnya dari tubuh manusia terutama dalam ke- dengan makin bertambahnya kecepatan, gelombang ini me-
adaan kecepatan tinggi dan dalam lingkungan ketinggian. madat dan membentuk sudut yang makin lancip sehingga
Mata harus dapat ,menyesuaikan diri dalam keadaan dan hidung pesawat sukar untuk menembus gelombang tersebut.
lingkungan tersebut, supaya tidak mengalami kesulitan-kesulit- Oleh sebab itu pesawat-pesawat didisain hidungnya meruncing
an/kecelakaan. guna menembus gelombang kompresi.
Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan sedikit gambar- Aliran udara pada permukaan sayap berbeda sifatnya pada
setiap perubahan besarnya kecepatan. Pada kecepatan tran-
an mengenai problema-problema penglihatan yang dihadapi
oleh awak pesawat/penerbang terutama dalam keadaan kece- sonic (daerah perbatasan kecepatan suara) terjadilah percam-
patan yang tinggi dan dalam lingkungan ketinggian. puran dua macam aliran udara yang bertumbukan satu sama-
lain. Pesawat disebut menembus sonic-barrier dan menimbul-
KECEPATAN SUARA DAN AERODINAMIKANYA. kan suara sonic-boom. Akhir-akhir ini pesawat di disain
sedemikian rupa sehingga mengurangi terjadinya sonic-
Sebelum membicarakan topik ini perlu dibahas terlebih boom.
dahulu tentang pengertian kecepatan suara serta aerodinamika-
nya. Kecepatan suara disebut juga 1 Mach. Kata Mach berasal KEMAMPUAN PENGLIHATAN (VISIBILITY)
dari nama seorang ahli fisika Austria yang menemukannya. Visibility atau kemampuan penglihatan pada siang hari dari
Pada keadaan permukaan laut kecepatan suara kira-kira suatu benda tergantung pada :
760 mph (mil per jam), berubah-ubah tergantung dari tekanan (a) besarnya sudut dari benda
udara, temperatur udara, kelembaban udara, dan lain-lain. (b) jumlah dan arah sinar dari benda
Pada ketinggian 40.000 feet, kecepatan suara kira-kira 660 (c) kontras antara benda dan latar belakangnya
mph. (d) lamanya melihat
Batas-batas kecepatan pesawat sebagai adalah berikut : (e) kemampuan retina untuk adaptasi
Subsonic : sampai 0,8 Mach (f) kondisi atmosfer yang memisahkan antara benda yang
Transonic : 0,8 Mach — 1,3 Mach dilihat dan orang yang melihat.
Supersonic : 1,3 Mach — 5,0 Mach Visibility meningkat apabila, sudut penglihatan dari benda
Hypersonic : diatas 5,0 Mach membesar, penerangan cukup, kontras, cukup lama melihat,
Karakteristik pesawat dengan kecepatan suara ialah adanya adaptasi retina baik, tak ada awan atau kurangnya awan.
gelombang kompresi di depan hidung pesawat. Di bawah Visibility menurun apabila salah satu atau beberapa hal yang
kecepatan suara partikel-partikel udara dapat dipisahkan dari disebutkan di atas menurun, kecuali bila salah satu faktor
lintasan gerakan pesawat, tetapi pada kecepatan 1 Mach diatas dapat dikompensasikan oleh yang lain. Misalnya benda
partikel-pattikel udara tak sempat dipisahkan/disingkirkan dan yang terlihat kecil dan visibility di bawah nilai ambang, masih
mulai menimbun di depan pesawat serta berbenturan satu bisa dilihat bila penerangannya ditambah atau menambah
sama lain, menimbulkan gelombang kompresi di depan hidung kontras antara benda dan latar belakang, dan seterusnya.

42 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


PROBLEMA—PROBLEMA PENGLIHATAN Lag of vision adalah waktu yang dibutuhkan seorang pener-
bang mulai saat melihat pesawat lain sampai mengambil
Pengaruh dari kaca depan kanopi tindakan untuk mengubah arah pesawatnya guna menghindari-
Untuk melakukan penerbangan dengan kecepatan super- nya kecelakaan.
sonic maka pesawat harus bebas dari projektif-projektif yang Dibawah ini digambarkan waktu yang dibutuhkan penerbang
datangnya dari arah depan. Untuk ini permukaan kaca / plastic melihat pesawat lain dan mengambil tindakan untuk meng-
ubah arah sampai pesawat berubah arahnya.
yang transparan sebelah depan canopy (windshield) dimiring-
kan supaya tidak menimbulkan drag. Sebaiknya sudut kemi- Proses Waktu yang dibutuhkan
ringan < 70 derajat. Ini tak merubah ketajaman penglihatan
atau depth perception, bila distorsi penyimpangan kurang
1. Gambaran yang jatuh dari pe-
dari 3 menit. rifer retina sampai central 0,40
Distorsi adalah deviasi relatif diantara sejumlah cahaya retina ( difokuskan ), tetapi
belum disadari.
yang dibiaskan. Distorsi dapat disebabkan oleh :
— akibat gelombang kompresi udara (shock wave) karena 2. Disadarinyagambaranolehotak. 0,65 — 1,50 detik
kecepatan tinggi. (rata-rata 1 detik)

— kesalahan lensa sunglass & goggels (kaca pelindung ). 3. Keputusan penerbang yang ha- 2,00 detik
— kesalahan panel transparan yang digunakan pada pesawat rus dilakukan.
termasuk windshield dari canopy. 4. Menjalankan alat kontrol. 0,40 detik

Akibat distorsi ini kemampuan melihat melemah, sehingga 5. Kelambanan mekanik pesawat
membahayakan penerbangan. Untuk ini maka peralatan- sampai pesawat berubah. 2,00
peralatan yang menyebabkan distorsi dibuat sedemikian
Jumlah : 5,80 detik
rupa, sehingga distorsi yang terjadi penyimpangannya tidak
lebih dari 3 menit.
Pada waktu 5,80 detik ini pesawat dengan kecepatan super-
sonic telah menempuh jarak ± 6 km, sehingga untuk meng-
Efek visual akibat gelombang kompresi. hindari tabrakan jarak minimal yang dibutuhkan harus
Udara dalam keadaan gelombang kompresi (shock wave) 2 x 6 km = 12 km. Angka ini diambil dari kecepatan pesawat
merupakan semacam lensa padat yang menimbulkan deviasi X — 15 yang dapat mencapai kecepatan 3153 ft/detik.
sinar-sinar yang terlihat dan mengakibatkan obyek-obyek Pada pesawat mutakhir sudah digunakan alat-alat elektronik
terlihat pindah dari posisi yang sebenarnya (distorsi). (lihat untuk mendeteksi obyek/pesawat lain sebelum mata me-
gambar). Keadaan semacam ini terdapat pada kecepatan nyadarinya, maka tindakan untuk merobah arah pesawat
1 Mach — 4Mach dan tidak terdapat pada kurang dari 1 Mach. secara dini bisa dilaksanakan.
Aliran udara dalam keadaan gelombang kompresi ini tak selalu
mutlak homogen dan mungkin juga timbul efek kerutan yang Pengaruh hipoksia
ringan seperti terlihat pada gelombang panas. Sampai ke ketinggian 10.000 ft, penglihatan pada siang hari
tak terganggu. Tapi untuk terbang malam, pada ketinggian
5000 ft adaptasi gelap mulai terganggu.
Makin tinggi makin besar pengaruh hipoksia. Dan ketinggian
25.000 ft ke atas disebut juga lethal altitude zone. Pada ke-
tinggian ini sirkulasi sudah kolaps dan kesadaran hilang bila
tak diberi oksigen tambahan.

Pengaruh akselerasi
Efeknya tergantung masing-masing individu. Umumnya dengan
cukup latihan, pada akselerasi 6G baru terjadi black-out.
Akselerasi dapat terjadi akibat gaya sentrifugal waktu pesawat
GAMBAR 1 : Efek visual gelombang kompresi membelok dengan memutar. Hubungan antara kecepatan
waktu membelok dan diameter belokan sehingga didapat
Lag of vision akselerasi 6G adalah sbb :
Waktu yang dibutuhkan mulai adanya suatu obyek/sinar
sampai mata bisa melihat, dapat dibagi dalam 2 kelompok : Kecepatan Diameter
(a) Waktu yang dibutuhkan sinar untuk mencapai mata. Oleh
karena kecepatan sinar sangat cepat, maka hal ini tak 250 mph 686 ft
penting (Diabaikan). 500 mph 2.740 ft
(b) Waktu yang dibutuhkan untuk proses penglihatan di mata 750 mph 6.170 ft
1.000 mph 11.130 ft
dan otak. Hal ini sangat penting terutama dihubungkan 1.500 mph 25.070 ft
dengan jarak yang telah ditempuh selama proses ini pada 2.000 mph 44.530 ft
kecepatan supersonic.

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 43


Demikianlah dengan kecepatan 2.000 mph pilot tak dapat mengusahakan agar gerakan mata teratur dan efisien, jangan
membelok bila diameter kurang dari 44.530 ft (18 mile). melakukan gerakan mata ke sana kemari yang tidak tentu.
la akan black-out bila memaksakan memutar tanpa protektif.
Dalam mengatasi gaya tsb. ada 3 metoda yang diusulkan un- Pengaruh sinar matahari : kesilauan.
tuk proteksi terhadap gaya yang arahnya dari kepala ke
:tempat duduk Personil Angkatan Udara yang diexpose pada kondisi penyinar-
an yang tajam seperti matahari, perlu dan harus menggunakan
• merubah tempat duduk menjadi terlentang(supine position)
bila ada gaya sentrifugal yang besar. (dilakukan secara filter/pelindung dari sinar matahari.
Pemantulan sinar matahari pada air, awan atau penyinaran
otomatis).
secara langsung akan menyebabkan silau. Ini terutama terjadi
• menggunakan G suit dan melakukan M1/L1 mannouver.
pada penerbangan di atas 40.000 feet dimana awan terbalik
• meletakkan posisi pilot dalam keadaan prone position.
Dengan ini dapat ditolerir ± 12 G, sebelum pernafasan jadi letaknya, jauh dibawah/kearah kaki, sedang partikel-partikel
debu dan uap air pada ketinggian ini sangat sedikit. Semua itu
sesak.
menyebabkan sinar matahari tanpa pantulan-pantulan sama
G—negatif.— Dalam praktek sedikit sekali mannouver meng- sekali sehingga langit di atas kepala sangat gelap, sebaliknya
hendaki G negatife. Bahkan dengan -1 G sudah tak enak. kesilauan dari arah bawah. Bayangan benda-benda dalam
Pada keadaan ini darah dipompa dari kaki ke kepala. Toleransi cockpit yang biasanya terdapat di bawah benda menjadi
hanya -3 G, dan akan terjadi : terbalik, bayangan menjadi di atas benda tersebut. Ini ditam-
— pusing yang hebat, bila lebih dari 2 detik sebab terkumpul bah intensitas sinar ultra violet yang tinggi, menyebabkan
darah di kepala. silau yang hebat dan pembacaan panel instrumen lebih sukar.
— terjadi "red out " : kelopak mata penuh darah, bila melihat Dalam waktu yang lama dapat menyebabkan mata berair,
jadi merah. foto-fobia, bahkan kebutaan yang temporer. Cara mengatur
sistem penerangan dalam cockpit dan mengatasi kesilauan
Efek space myopia (Empty visual field) tidaklah mudah :
Pada ketinggian di atas 30.000 ft penerbang bisa mengalami — canopy pesawat harus dibuat dari bahan-bahan khusus.
miopia fisiologik akibat kekosongan angkasa. Secara normal — pada helmet penerbang dipasang filter/sunglass.
musculus ciliare menyesuaikan diri seperti dalam keadaan — instrumen diberi penyinaran yang berwarna putih.
istirahat. Pada keadaan ini penerbang yang emetropia, oleh
karena reflex akomodasi menghasilkan 0,5 - 2,0 Dioptri. Pengaruh-pengaruh lain
(Mungkin khusus untuk terbang tinggi lebih baik dipilih Sinar ultraviolet dan inframerah menimbulkan masalah
penerbang dengan hipermetropia ringan sehingga pada ke- tersendiri. Untuk mengatasi pengaruh sinar-sinar tsb. diperlu-
tinggian lebih dari 10 km akan menjadi emetropia). kan kaca mata (sun-glass) yang didisain secara khusus.
Apabila ada obyek/pesawat lain, maka gambarannya tidak Kecepatan tinggi dapat menimbulkan panas pada permuka-
sejelas seperti di bumi, oleh karena adanya miopia fisiologik O
an pesawat, dapat mencapai lebih dari 600 C . Ini dapat ber-
dan adanya tendensi tanpa disadari oleh penerbang untuk pengaruh terhadap mata dan alat-alat tubuh lain. Cara meng-
memfokus obyek yang dilihatnya lebih dekat dari obyek atasinya merupakan masalah engineering.
tersebut. Akibatnya gambarannya menjadi kabur. Untuk
Pada penerbangan malam hari, timbul masalah akibat
mengatasi ini diusahakan melihat lebih jauh dari pesawat yang ketajaman penglihatan yang lemah dan, perlunya adaptasi
ingin dilihat sehingga penglihatan menjadi normal kembali. gelap. Cara-cara mengatasinya tidak dibicarakan di sini.
Sky search
Dalam penerbangan diperlukan ketajaman penglihatan yang KEPUSTAKAAN
baik. Terutama pada siang hari, yang memegang peranan
1. Air Force Pamphlet 161—16. Principles & Problems of Vision.
adalah sel-sel kerucut retina di daerah fovea yang sensitif Department of The Air Force; Washington 1968.
terhadap warna. Pada keadaan biasa untuk melihat dengan 2. Brenhan DH. Vision in Flight; Aviation Medicine Physical &
jelas maka obyek harus dilihat secara langsung, berarti mata Human Factor First Edition; Trimed Books Limited, London
harus dirotasikan sedemikian rupa sehingga gambaran obyek 1978, p.504.
tersebut tepat jatuh di daerah fovea. 3. Gresty ME et al. Perception of Visual environment During
Saccadic Eye Movement. Aviation & Space Medicine, 47 (9) :
Dengan kenyataan ini pilot dalam pertempuran harus 991 — 992 ; 1972.
membagi-bagikan kepekaan penglihatannya, ini merupakan 4. Whiteside MD et al. The Problems of Vision in Flight at High
handicap apalagi berada di daerah ruangan yang bersih/kosong. Altitude. First Edition; Page Bros, Norway 1957.
Untuk keselamatan dirinya, maka ia perlu mendeteksi
pesawat musuh secepat mungkin dengan memandang terus
menerus dengan teliti dan memfokuskan agar bayangan
pesawat musuh tepat jatuh di retina. Dari penyelidikan ter-
nyata bahwa bila mata bergerak ke sana kemari (saccadic eye
movement) maka gambaran yang terdapat di retina menjadi
kabur. Untuk mengatasi ini penerbang bila memandang harus

44 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


Trapped Gas pada
Penerbangan yang Tinggi
dr. Gilbert Supartono
Lanu Palembang

PENDAHULUAN perubahan tekanan udara disekitar tubuh yang menimbulkan


Pada dasamya manusia merupakan suatu makhluk daratan, tekanan/penghisapan terhadap mukosa di dinding rongga
yang sudah menyesuaikan diri dengan kehidupan di daratan. tubuh tersebut.
Maka situasi kehidupan diudara (suatu penerbangan) tentu Ada bagian-bagian tubuh yang berbentuk seperti rongga,
merupakan hal yang asing/aneh, sehingga akan mengakibatkan misalnya : cavum tympani, sinus paranasalis, gigi yang rusak,
stress bagi yang bersangkutan. Disamping itu suatu penerbang- tractus digestivus dan tractus respiratorius. Pada penerbangan,
an mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan keadaan sesuai dengan Hukum Boyle yang mengatakan bahwa volume
di sekitar tubuh antara lain perubahan tekanan udara yang. gas berbanding terbalik dengan tekanannya, maka pada saat
dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia. tekanan udara di sekitar tubuh menurun/meninggi, terjadi
Bumi diselubungi oleh udara yang disebut Atmosfer Bumi. perbedaan tekanan udara antara di rongga tubuh dengan di
Atmosfer itu terbentang mulai dari permukaan Bumi sampai luar, sehingga terjadi penekanan/penghisapan terhadap mukosa
keketinggian 3000 km (1). Udara tersebut mempunyai massa, dinding rongga dengan segala akibatnya. Apa sebenarnya
dan berat lapisan udara ini akan menimbulkan suatu tekanan yang terjadi di rongga-rongga tubuh tersebut ?
yang disebut tekanan udara. AKIBAT PADA TELINGA
Makin tinggi lokasi semakin renggang udaranya, berarti
semakin kecil tekanan udaranya. Sehingga pinggiran Atmosfer Telinga dibagi atas tiga bagian, yaitu : telinga luar, telinga
Bumi tersebut akan berakhir dengan suatu keadaan hampa tengah dan telinga dalam. Yang sering menderita akibat
udara. Lihat Tabel 1. trapped gas adalah bagian telinga luar dan telinga tengah.
Prosentase kejadian : 7,86%.
Tabel 1.- Tekanan udara pada ketinggian tertentu 2
Kelainan di telinga terjadi karena ketidakmampuan dalam
Ketinggian. Tekanan udara. menyesuaikan perubahan tekanan. Hal ini dapat diperberat
oleh adanya gangguan pada muara tuba Eustachii, misalnya
0 km. 1 Atm. penyakit tractus respiratorius bagian atas.
16 Km. 0,1 Atm. Trapped gas dapat mengakibatkan :
31 Km. 0,01 Atm. • Barotalgia : rasa sakit yang ringan pada telinga tengah.
48 Km. 0,001 Atm.
64 Km. 0,0001 Atm . • Barotitis media : rasa sakit pada telinga tengah yang disertai
adanya inflamasi. Barotitis media ini ada yang akut dan
kronis.
Dalam suatu penerbangan seseorang akan mengalami per-
• Barotitis externa : kelainan pada telinga luar berbentuk
ubahan ketinggian yang mengakibatkan terjadinya perubahan
inflamasi dan/atau pecahnya membrana tympani.
tekanan udara disekitarnya. Tekanan udara tersebut akan
• Tull barotrauma : Ketulian karena membrana tympani
menurun pada saat naik/ascend, dan akan meninggi bila
teregang, hingga kemampuannya untuk bergetar/digetarkan
descend. Perubahan-perubahan tekanan pada tubuh manusia
seperti itu dapat membawa pengaruh buruk, yang oleh H.F. berkurang. Ketulian ini sifatnya sementara, tetapi bila
barotraumanya sering/berulang-ulang dapat menjadi per-
Adler disebut sebagai dysbarism (3). Etiologi dysbarism ini
manen.
dapat dibagi atas 2 bagian : (i) Trapped gas (akibat pengem-
bangan gas), dan (ii) Evolved gas (akibat penguapan gas). Patofisiologi
Tulisan ini akan membahas dysbarism akibat pengembangan Telinga tengah merupakan suatu rongga tulang dengan
gas (trapped gas). hanya satu penghubung ke dunia luar, yaitu melalui tuba
Eustachii. Tuba ini biasanya selalu tertutup dan hanya akan
TRAPPED GAS
membuka pada waktu menelan, menguap, Valsava maneuver.
Menurut definisi, dysbarism akibat trapped gas adalah Valsava maneuver dilakukan dengan menutup mulut dan
kelainan/gangguan pada rongga tubuh akibat terjadinya hidung, lalu meniup dengan kuat. Dengan demikian tekanan

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 45


Tergantung pada besamya perbedaan tekanan, maka dapat
terjadi hanya rasa sakit (karena teregangnya membrana Tym-
pani) atau sampai pecahnya membrana Tympani. Lihat Tabel
2 dan 3.
Tabel 2.— Tekanan di cavum tympani lebih besar daripada diluar.

Beda tekanan
Gejala-gejalanya
mmHg

Plus 3 — 5 Rasa penuh.


Plus 10 — 15 Rasa penuh yang nyata, pendengaran berkurang.
Plus 15 — 30 Rasa tidak enak dan tinnitus (suara berdesis/me-
raung/letusan). Rasa sakit dan vertigo.
Plus 30/lebih Rasa sakit, vertigo, tinnitus meningkat.

Tabel 3.— Tekanan di cavum tympani lebih kecil daripada diluar.

Beda tekanan
Gejala-gejalanya
mmHg

GAMBAR 1 : Posisi muara tuba


Minus 3 — 5
Minus 10 — 15 Sama dengan yang diatas
di dalam pharynx akan meningkat sehingga muara dapat Minus 15 — 30
terbuka.
Dari skema disamping ini dapat dilihat bahwa ujung tuba Minus 60 Rasa sakit berat, tinnitus dan nausea
di bagian telinga tengah akan selalu terbuka, karena terdiri dari
Minus 60 — 80 Rasa sakit yang hebat menjalar ke daerah temporal,
massa yang keras/tulang. Sebaliknya ujung tuba di bagian glandula parotis, pipi.
pharynx akan selalu tertutup karena terdiri dari jaringan lunak, Ketulian, vertigo dan tinnitus meningkat, tapi
yaitu mukosa pharynx yang sewaktu-waktu akan terbuka di tinnitus dapat menghilang.
saat menelan. Perbedaan anatomi antara kedua ujung tuba ini
Minus 1000-500 Membrana tympani pecah.
mengakibatkan udara lebih mudah mengalir keluar daripada
masuk kedalam cavum tympani. Hal inilah yang menyebabkan Disamping perbedaan tekanan, ada faktor lain yang perlu
kejadian barotitis lebih banyak dialami pada saat menurun diperhatikan. Bila seseorang awak pesawat sedang tidur, maka
daripada saat naik. dia akan menelan sekali dalam 5 — 7 menit, sedang bila dalam
keadaan bangun, dia akan menelan beberapa kali dalam satu
menit. Jadi dalam keadaan bangun reflex menelan masih me-
mungkinkan untuk mencapai keseimbangan tekanan daripada
sewaktu tidur.

Pencegahan dan pengobatan.


Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Yang dianjur-
kan adalah : (a) membatasi kecepatan naik/turun sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Normal kira-kira antara
4000 — 6000 ft/menit. (b) Usahakan agar muara tuba sering
terbuka, sehingga setiap kali terjadi perubahan tekanan udara
di sekitar tubuh segera dicapai kembali keseimbangan tekanan.
Caranya ialah dengan menguap, menelan, atau melakukan
Valsava maneuver. (c) Melarang orang yang sakit (misal : sakit
saluran nafas bagian atas) untuk melakukan penerbangan.

Peringatan : Jangan terbang bila anda pilek atau sakit tenggo-


rokan.
Pengobatan dilakukan bila barotitis telah terjadi. Bila
ringan, lakukanlah Valsava maneuver. Bila tetap tidak mau
sembuh, maka pesawat dikembalikan (bila sedang terbang
naik, kembali ke bawah; bila sedang terbang turun, kembali
naik ke atas). Kalau sampai ruptura membrana tympani,
diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi, lalu di konsulkan
GAMBAR 2 : Penampang telinga luar, tengah & dalam ke spesialis THT. Lain-lainnya hanya simtoniatik saja.

46 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


KELAINAN PADA SINUS PARANASALIS pada waktu naik. Sebenarnya hal ini tergantung pada bentuk
Rongga tubuh yang lain yang sering mendapat gangguan mukosa di muara sinus tersebut. Pada orang normal muara
akibat adanya perbedaan tekanan antara di dalam rongga dan ini terbuka rata. Sedang pada beberapa orang mukosa di muara
sekitar tubuh adalah sinus paranasalis. Dinding sinus ini di- sinus itu berbentuk seperti bibir, maka hal ini akan meng-
lapisi mukosa dan muaranya pada cavum nasi. Ada 4 buah akibatkan aliran udara cenderung untuk lebih mudah keluar
sinus pada tubuh kita, tapi yang sering terganggu adalah 2 daripada memasuki rongga sinus. Dalam kondisi seperti ini
buah, yaitu sinus maxilaris dan sinus frontalis, sedang yang prosentase barosinustitis akan lebih besar pada waktu pesawat
2 buah lagi, yaitu sinus ethmoidalis dan sinus sphenoidalis menurun daripada waktu naik.
jarang terganggu. Kelainan di sinus-sinus ini disebut : Baro- Pencegahan dan Pengobatan
sinusitis. Prosentase kejadiannya kira-kira 1,17 — 1,5%.
Pencegahan dan pengobatan sama saja dengan yang di-
Patofisiologi laksanakan pada barotitis, karena seperti telah dijelaskan di
Sinus paranasalis bermuara di rongga hidung. Lubang muara atas, proses terjadinya juga sama.
tersebut relatif sempit. Dinding rongga sinus ini dilapisi oleh
KELAINAN PADA GIGI
mukosa dan selalu dalam keadaan basah, maka di dalam rongga
sinus itu selalu ada uap air yang jenuh. Barodontalgia adalah rasa sakit pada gigi yang terjadi di
Karena cara terjadinya serangan pada semua sinus adalah ketinggian (pada waktu penerbangan). Insidensinya 1,6%.
sama saja, maka akan diterangkan salah satunya saja, yaitu Keadaan ini mulai dikenal sejak zaman Perang Dunia ke II.
pada sinus maxilaris. Sekarang mari kita lihat apa yang terjadi Pada saat itu disangka merupakan suatu fenomena baru di
pada saat pesawat naik. Sewaktu di permukaan laut, tekanan bidang Kesehatan Penerbangan. Ternyata setelah dilakukan
udara di sinus maxilaris sama dengan di rongga hidung/di udara penyelidikan yang mendalam, diketahuilah bahwa kelainan
luar sekitar tubuh, yaitu 760 mmHg. Bila kemudian orang ini itu adalah suatu penyakit gigi biasa, yaitu pulpitis latent.
kita bawa ke ketinggian tertentu, misalnya 5,5 km, dimana
tekanan udara kira-kira 1/2 Atm, maka akan terjadi perbedaan
tekanan di dalam rongga sinus dan di rongga hidung. Bila
kecepatan naiknya secara perlahan-lahan, perbedaan tekanan
tersebut akan dapat diatasi dengan adanya aliran udara dari
rongga sinus ke rongga hidung. Tetapi bila kecepatan naik dari
pesawat demikian besar, maka mengingat sempitnya lubang
muara sinus itu, aliran udara yang terjadi tidak akan dapat
mencapai keseimbangan tekanan, berarti tekanan di dalam
rongga sinus lebih tinggi daripada di rongga hidung, dengan
akibat terjadinya penekanan terhadap mukosa sinus. Inilah
yang mengakibatkan timbulnya rasa sakit dan inflamasi, yang
disebut Barosinusitis. Hal yang sebaliknya akan terjadi pada
waktu pesawat menurun.
Dari penjelasan diatas ternyata bahwa besarnya lubang
muara sinus turut menentukan proses terjadinya barosinusitis.
Semakin kecil muara sinus itu, makin besar kemungkinan GAMBAR 4 : Caries dentis
terjadinya barosinusitis. Jadi pada seseorang yang menderita
Faktor predisposisi lain adalah pembuatan tambalan gigi
sakit di saluran pernafasan bagian atas, pembengkakan/
penebalan mukosa mengakibatkan penyempitan muara sinus, yang tidak benar/kurang rapi, sehingga di antara gigi dan
sehingga akan mengalami kesulitan dalam mencapai kese- tambalannya terjadi rongga/ruangan yang berisi udara. Atau
imbangan tekanan. dalam proses kerusakan gigi dapat jadi pembentukan gas-gas
pembusuk (periapical abscess). Semua faktor predisposisi yang
Mengenai prosentase kejadian sewaktu naik/turun, Adler
diterangkan diatas (radang, udara yang terkurang dan gas hasil
berpendapat bahwa prosentase waktu turun lebih besar dari- proses pembusukan) belum mencapai jaringan syaraf/pulpa.
Hal inilah yang menyebabkan orang yang bersangkutan belum
menyadari adanya kelainan di giginya. Tetapi kondisi seperti
itu merupakan keadaan yang sangat sensitif terhadap per-
ubahan-perubahan yang dialami tubuh dalam penerbangan.
Perubahan-perubahan disekitar/yang dialami tubuh yang
dapat merangsang kelainan di gigi itu adalah :
(a) Suhu.— Semakin tinggi lokasi maka suhu akan semakin
dingin (faktor pencetus) sampai pada daerah isothermal
layer dimana suhu relatif tetap pada -55 derajat celcius.
GAMBAR 3 : Muara sinus yang rata (kiri) dan yang seperti bibir
(b) Tekanan udara.— Pengembangan udara/gas mengakibatkan
(kanan) tekanan terhadap pulpa dan menimbulkan rasa sakit.

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 47


(c) G. Force.— baik G positif maupun G negatif akan meng- Tabel 4 — Perbandingan Volume Udara dalam tubuh pada beberapa
akibatkan suatu keadaan yang merangsang faktor predisposisi. ketinggian.
Pada G positif terjadi pengumpulan cairan darah kearah Tekanan Bar Ketinggian Volume Udara Volume Udara
bagian bawah dari tubuh, sehingga di bagian atas dari tubuh (mmHg) (feet) Kering (liter). Basah (liter).
termasuk gigi akan kekurangan darah. Sebaliknya bila G
negatif, terjadi pengumpulan darah di bagian atas dari tubuh 760 0 1 1
termasuk gigi. 523 10.000 1,45 1,5
Nah, kondisi kekurangan darah/kelebihan darah ini bisa me- 349 20.000 2,18 2,4
rangsang faktor predisposisi, sehingga mengakibatkan rasa 226 30.000 3,36 4
141 40.000 5,38 7,6
sakit. 87 50.000 8,72 17
(d) Emboli udara.— Terjadinya pada daerah persyarafan di gigi 54 60.000 14,1 102
yang sakit, sehingga perubahan tekanan yang kecil saja sudah
dapat mengakibatkan rasa sakit pada gigi tersebut, baik pada
waktu naik/turun. Tetapi cenderung lebih sering terjadi pada Pencegahan dan pengobatan
waktu naik, karena efek penekanan lebih spontan daripada Dimulai dari kebiasaan di rumah, makan teratur pada jam-
efek pengisapan. jam yang telah ditentukan; disediakan waktu yang cukup
untuk makan, jangan hanya sambil lalu; suasana diusahakan
KELAINAN PADA ABDOMEN baik.
Tr. digestivus sepanjang tubuh antara mulut dan anus, Pada saat penerbangan batasi kecepatan naik, untuk mem-
biasanya dalam keadaan tertutup, hanya sekali-sekali terbuka beri kesempatan kepada tubuh untuk menyesuaikan diri
pada saat sendawa/flatus. Tr. digestivus biasanya mengandung dengan perubahan tekanan udara di sekitar. Kemampuan
udara yang banyaknya kira-kira 1 liter dan merupakan gas untuk sendawa dan flatus dapat dibantu dengan bergerak/
yang basah, terdiri dari nitrogen (sebagian besar), oksigen CO2 , jalan jalan.
H2S, hidrogen, dan methana. Pengobatan dengan menurunkan ketinggian, dan pemberian
obat-obat simtomatis (analgetik dan antispasmodik).
Patofisiologi
Disini terjadinya keluhan hanya akibat pengembangan gas saja, KELAINAN PADA PARU
jadi karena menurunnya tekanan udara di sekitar tubuh. Kejadian di organ tubuh ini tidak terjadi pada penerbangan
Pada saat penerbangan naik, maka tr. digestivus akan mem- biasa, tapi hanya pada penerbangan yang mengalami rapid
besar, mengakibatkan gejala-gejala : decompression. Pada rapid decompression terjadi penurunan
(a) Rasa tidak enak sampai pingsan tekanan secara mendadak, pada suatu penerbangan tinggi
(b) Kembung pada 15.000 — 20.000 ft. karena terjadinya kebocoran pada dinding cabin pesawat
(c) Rasa sakit hebat pada 25.000 ft. misalnya akibat tembakan musuh/kerusakan canopy dan
(d) Cramp perut pada 30.000 — 35.000 ft. lain-lain. Dengan menurunnya tekanan udara sekitar maka
(e) Karena diafragma terdorong ke atas maka nafas menjadi tekanan udara dalam paru akan meninggi. Dalam keadaan ini
sukar dan dangkal. bila jalan udara terbuka di paru-paru, maka perbedaan tekanan
Berat ringannya gejala juga dipengaruhi oleh kepekaan yang tinggi tersebut dapat diseimbangkan kembali oleh
seseorang, dan kemampuannya untuk mengeluarkan kelebihan adanya aliran udara dari paru keluar ditambah dengan ke-
tekanan melalui mulut (sendawa) dan melalui anus (flatus). mampuan paru/dada dalam menahan regangan tersebut.
Sebaliknya bila jalan udara tertutup misalnya sedang menahan
Bila kita naik keketinggian 5,5 Km, dimana tekanan kira-
napas, batuk, ngeden, bersin atau memang sedang ada kelainan
kira 1/2 atm., dan bila orang tersebut tidak dapat melepaskan
paru misalnya tumor, spasme, lendir di jalan napas. Semua ini
kelebihan tekanan dari abdomennya, maka menurut hukum
akan mengakibatkan tekanan meninggi dan dapat menyebab-
Boyle : volume akan jadi dua kali lipat. Ini pada gas yang
kan pecahnya alveoli bila tekanan mencapai 80 — 150 mmHg.
kering. Pada gas yang basah pengembangannya akan lebih
besar, karena ada faktor uap air yang dalam hal ini tetap Berdasarkan kearah mana pecahnya alveoli tersebut maka
tekanannya (47 mmHg) selama suhu tubuh tetap konstan. akan terjadi gangguan-gangguan/kelainan : emboli udara,
pneumothorax, atau pneumomediastinum.
Lihat Tabel 4.
Sumber gas-gas tersebut sebagian besar dari udara yang KEPUSTAKAAN
tertelan, sehingga awak pesawat sebelum terbang keesokan 1. Adler HF. Aeromedical Reviews Dysbarism. USAF School of Aero-
paginya diindoktrinasi agar menghindari hal tersebut, misalnya space, Medicine Aerospace Medical Division, Brooks Air Force Bace,
Texas, 1964.
dengan tidak mengobrol/mengunyah permen karet dan tidur 2. Air Force Pamphlet 160—5. Effect of Trapped gas on The Air Crew;
sesuai waktunya. Sumber lain adalah fermentasi, dekomposisi Physiological Technicion's Training Manual. Department of The Air
Force; Washington D.C.; 1968.
bahan makanan yang memproduksi gas, misalnya : 3. Air Force Pamphlet 161—16. Effect of Altitude on Ears, Sinuses and
Teeth Department of The Air Force; Washington, 1968.
4. Air Force Pamphlet 161—18. Effect of Decreased Barometric Pres-
— Apel yang mentah — Semangka — Kacang — Labu sure; Flight Surgeon's Guide. Department of The Air Force;
— Kol Washington; 1968.
— Timun — Bawang — Kubis
— Beer 5. Armstrong HG. Aerospace Medicine. The Williams & Wilkins
— Ubi — Buncis — Lobak — Soft drinks Company, page 162—188; 1961.

48 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


Kelelahan (Fatigue) dalam Penerbangan
dr. Soetomo
Lanu Atang Sanjaya, Bogor

PENDAHULUAN bahwa ia dapat meneruskan aktivitasnya dalam waktu yang


Fatigue berasal dari bahasa Latin "fatigare" yang berarti lama sekali, bahkan tak terbatas. Tetapi pada suatu saat ia
hilang lenyap (waste-time). Secara umum dapat diartikan akan sadar bahwa tenaganya terbatas dan merasakan pekerjaan
yang dijalaninya sangat berat (titik C). Ini merupakan tanda
sebagai perubahan dari keadaan yang lebih kuat kekeadaan
bahwa ia mulai mendapatkan fatigue. Akan tetapi perfor-
yang lebih lemah. Arti fisiologiknya:penurunan kekuatan otot
mancenya belum menurun dan baru mulai menurun beberapa
yang disebabkan karena kehabisan tenaga dan peningkatan
sisa-sisa metabolisme, misalnya asam laktat,karbon dioksida saat kemudian (titik D). Keadaan antara C dan D dinamakan
dsb. Dalam arti psikologik : keadaan mental dengan ciri-ciri "full compensation" dimana orang sudah mulai fatigue tapi
menurunnya motivasi, ambang rangsang yang menaik/tinggi, performancenya belum berkurang. Hal ini dimungkinkan
menurunnya kecermatan dan kecepatan pemecahan persoalan. karena adanya :
Bagi Flight Surgeon yang memandang manusia secara utuh, —rasa tanggung jawab
fatigue ialah mengurangnya skill performance dikarenakan —training yang baik
— kesehatan yang baik.
penggunaan skill itu terlalu lama atau berulang-ulang. Dan hal
ini dapat diperbesar oleh faktor-faktor stress fisik, fisiologik Stadium 3 :
dan psikologik. Pada aktivitas selanjutnya fatigue akan terus bertambah sedang
performance akan terus menurun. Tetapi efek emosi yang
hebat dapat menaikkan performancenya dengan tiba-tiba,
bahkan bisa lebih tinggi dari keadaan optimalnya. Misalnya di
titik E mendengar berita baik yang sangat menyenangkan,
dengan tiba-tiba semangatnya meluap, keadaan fatigue akan
terkalahkan oleh melonjaknya performance. Tapi sebaliknya
bila kabar sedih yang diterimanya performancenya akan
menurun dengan drastis (di titik F).
Yang penting kita perhatikan ialah saat optimal perfor-
mance berakhir (titik C) di mana fatigue mulai timbul. Akti-
vitas hanya boleh sampai di sini. Apabila keadaan memaksa
maksimum hanya boleh sampai D. Aktivitas selanjutnya akan
sangat membahayakan.

Ada 3 stadia keadaan performance pada manusia dalam akti-


vitasnya yang kontinyu (lihat gambar) : MACAM—MACAM FATIGUE

Stadium 1: dari A ke B Beberapa macam pembagian fatigue yang perlu diketahui ialah :
Pada permulaan aktivitas, performance dengan cepat mening- (a)Berdasarkan waktu/lamanya fatigue, dikenal :
kat (kekuatan kerja meningkat). Di sini orang sulit untuk me- • Acute fatigue.— Terjadi pada suatu aktivitas badan/otot,
musatkan perhatiannya, tetapi pekerjaan yang dilakukannya gangguan bising dsb. Kelelahan ini akan hilang dengan istirahat
dirasakannya sangat ringan. Sering disebut "warmed up". cukup atau menghilangkan gangguan-gangguannya.
Stadium 2 : dari B ke C • Chronic fatigue.— Ini sebenarnya merupakan acute fatigue
Performancenya mencapai ketinggian optimal, dan berjalan yang bertumpuk-tumpuk. Disebabkan tugas yang terus me-
konstan untuk waktu yang lama. Di sini orang merasakan nerus tanpa pengaturan jarak tugas yang baik atau teratur.

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 49


Fatigue yang diperoleh pada tugas yang terdahulu belum Kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran di
hilang sudah disusul dengan tugas berikutnya. Begitu seterus- kortex serebri, yang dipengaruhi oleh 2 sistem antagonis
nya makin hari fatiguenya makin bertambah berat, perasaan- yaitu :
nya menjadi sangat lelah. Dengan istirahat biasa tidak bisa — sistem penghambat (inhibisi) di thalamus
sembuh. Bangun tidur, belum melakukan apa-apa badan sudah — sistem penggerak (aktivasi) di formatio reticularis
terasa lelah. Keadaan ini sangat membahayakan tugas yang Apabila sistem inhibisi lebih kuat, seseorang berada dalam
sedang dijalaninya. keadaan kelelahan. Sebaliknya bila sistem aktivasi yang lebih
kuat seseorang berada dalam keadaan segar untuk bekerja.
(b) Berdasarkan faktor penyebabnya, dikenal :
Hal ini pula yang bisa menjelaskan keadaan mengapa
• Physical/muscular fatigue.— Disebabkan aktivitas fisik/
seseorang oleh karena efek emosi yang kuat rasa lelahnya
anggota tubuh. Dengan istirahat yang cukup fatigue akan
dengan tiba-tiba menghilang. Ini akibat dari rangsangan sistem
hilang.
aktivasi yang mengungguli sistem inhibisi.
• Mental fatigue.— Disebabkan karena faktor psikik. Ada
persoalan kejiwaan yang belum terselesaikan dan menyebab-
kan stress psikik. Misalnya sedang terbang anak/isteri sakit, GEJALA—GEJALA FATIGUE
hubungan/alat komunikasi pesawat mengalami kerusakan dsb. Gejala fatigue sangat luas dan bervariasi. Secara umum dapat
• Skill fatigue.— Disebabkan tugas-tugas yang memerlukan disebutkan 5 kelompok :
ketelitian, pemecahan persoalan yang sulit. a) Perasaan lelah, letih, lemah dan rasa kesukaran dalam
meneruskan aktivitas.
PENYEBAB FATIGUE b) Kebosanan atau monotoni.
Penyebab fatigue masih belum jelas, tapi umumnya akibat c) Berkurangnya kemampuan melanjutkan aktivitas.
aktivitas yang lama atau berulang-ulang dan dalam tubuh d) Berkurangnya kemampuan menyelesaikan tugas lain dari
didapatkan perubahan-perubahan tertentu. Ada faktor-faktor tugas yang telah membuat fatigue (transfer of fatigue).
e) Kelainan-kelainan fisiologik : Misalnya perubahan jumlah
stress yang mempercepat timbulnya fatigue.
sel darah, tekanan darah, sekresi hormon, konsumsi oksigen
Perubahan-perubahan yang didapatkan dalam tubuh :
dsb.
a) Kehabisan tenaga : Dengan pemberian gula selama bekerja,
fatigue dapat dihambat. Gejala fatigue penerbangan
b) Penimbunan sisa-sisa metabolisme, a.l. asam laktat, karbon Gejala dibagi dalam gejala obyektif & subyektif, juga dalam
dioksida, dll. gejala awal & gejala akhir :
c) Perubahan daripada sistem fisikokimia tubuh, gangguan
homeostasis. Misalnya fatigue yang disebabkan karena Gejala awal : bertambahnya ketegangan vasomotor.
kehilangan banyak mineral tubuh.
• Gejala-gejala subyektif
Faktor-faktor yang mempercepat timbulnya fatigue ialah — Sakit kepala yang tak jelas sebabnya.
stress fisik, stress fisiologik, dan stress psikik (lihat artikel — Hilangnya nafsu makan.
PERANAN FAKTOR MEDIS ... halaman 52 — Diare.
— Banyak buang air kecil .
LOKASI FATIGUE DALAM TUBUH — Fisik lesu : fatigue akut dapat ditolong dengan istirahat lama.
Fatigue kronis tak dapat ditolong walaupun istirahat beberapa
Dengan percobaan-percobaan stimulasi dan penghambat malam berturut-turut; memerlukan perawatan khusus.
rangsangan dapat ditentukan lokasi fatigue, yaitu di : • Gejala obyektif
a) motor end plate. — Tension tremor.
b) synapse antara neuron sensoris dan motoris. — Respons kaget meningkat.
c) sel saraf otak: — Bertambahnya minum rokok dan alkohol.
— Bertambahnya nafsu sex.
— Irritable, mencari kesalahan, terlalu kritik.
— Cemas dan takut.
— Preokupasi dan absent mindedness.
— Tidak tegas, gagal bergaul, mengambil risiko yang tak perlu
dalam penerbangan.

Gejala akhir
• Gejala-gejala subyektif
— Gangguan yang tak jelas pada penglihatan dan pendengaran.
— Gangguan dada yang tak jelas : nyeri dada sebelah kiri, palpitasi,
sukar bernafas.
— Buang air kecil rasa panas, konsentrasi dan asiditas yang tinggi.
— Konstipasi dan distensi.
— Perasaan tidak enak atau sakit-sakit pada tungkai yang tak jelas.
— Sukar tidur dan tak dapat istirahat.
— Tidak sanggup berkonsentrasi lama.
— Nafsu sex berkurang.
— Kadang-kadang pingsan mendadak

50 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


• Gejala-gejala obyektif c) Masa cuti– Harus diambil dan dijalaninya dengan sebaik-
— Berkurangnya respons kaget. baiknya, terutama penting untuk mencegah chronic fatigue.
— Confusion dan penuh ketakutan. Masa bersama, bersenang-senang dengan keluarga sangat
— Merasa tidak/kurang berharga. berguna untuk mengembalikan kesamaptaan fisik dan
— Berkurangnya minat, semangat (drive) perhatian dan ingatan.
mental awak pesawat.
— Berkurangnya kebersihan pribadi.
— Tidak suka bergaul. d) Selama operational duty.— Harus diperhatikan dan diikuti
— Timbul spasme pelupuk mata dan facial. reaksi penerbangannya. Kalau ada hal-hal yang mencuriga-
— Timbul gagap (stuttering). kan harus cepat diambil tindakan. Yang penting setiap
— Extra systole. selesai tugas harus istirahat sempuma.
Gejala-gejala ini perlu diperhatikan/diikuti mengingat tidak e) Penyediaan fasilitas istirahat pada pesawat.— Ini pada
adanya pengukuran fatigue secara jelas. Flight surgeon harus pesawat angkut dimana waktu penerbangannya lama dan
mengenal status present dari awak pesawat baik status fisik ada crew pengganti.
maupun mentalnya; apabila didapati salah satu gejala, obser- f) Istirahat pada Intermediate Stops.— Justru pada Inter-
vasi baik-baik tingkah lakunya, kalau perlu diambil tindakan. mediate stop sering terjadi hal-hal yang menyebabkan
fatigue (perbaikan mesin, berita meteorologi dll .). Sehingga
Ada beberapa test yang dapat dipakai untuk mengukur disini sangat penting menggunakan istirahatnya dengan
kelelahan, a.l. : sebaik-baiknya.
g) Penerangan cockpit.— Penerangan yang enak. Tidak terlalu
(a) Test Schneider : Dalam test ini dipertimbangkan 6 hal,
terang, tidak silau dan tidak terlalu gelap.
yaitu
:
— Frekuensi nadi dalam sikap berbaring. h) Tempat duduk yang enak.— Harus disesuaikan berdasarkan
— Frekuensi nadi dalam sikap berdiri. ergonomi. Enak dan comfortable.
— Kenaikan frekuensi nadi bila frekuensi dalam sikap berdiri i) Pengelompokan instrument.— Instrument harus diatur
dan sikap berbaring dibandingkan. sedemikian rupa sehingga pilot dengan mudah dan cepat
— Kenaikan frekuensi nadi setelah suatu kerja tertentu. melihatnya. Jarak mata dan instrument diatur sedemikian
— Waktu yang diperlukan bagi nadi kembali ke normal setelah rupa sehingga tidak memudahkan timbulnya visual fatigue.
kerja itu. j) Pengaturan temperatur, ventilasi, kelembaban dan persedia-
— Perubahan tekanan darah sistolik pada perubahan dari an oksigen.— Pesawat tak pressurized lebih cepat panas.
berbaring ke berdiri. Temperatur ideal dalam pesawat 65 — 70°F, kelembaban
Keenamnya diberi nilai berkisar +3 dan -3. Klasifikasi penilai- relatif 50 — 60%, sirkulasi udara 1 — 2 lb untuk setiap
an kesemaptaan : awak pesawat per menit. Persediaan oksigen harus cukup,
Jumlah nilai : 18 — 14 : excellent sudah harus dipakai pada tinggi terbang mulai 10.000 ft
13 – 11 : very good siang hari, mulai 5.000 ft malam hari.
10 – 9 : fair k) Bising dan getaran. — Diusahakan seminimal mungkin.
8 – 7 : doubtful 1) Pengaturan jarak operasi.— Harus diatur sebaik-baiknya
kurang 7 : unsatisfactory jangan sampai mudah menimbulkan fatigue.
(b) Test Bourdon Wiersma : Untuk menentukan daya konsen- m)Faktor psikologik.— Menyelesaikan masalah kejiwaan
trasi. dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai menimbulkan stress
(c) Test Flicker fusion : memakai alat Flicker. mental. Dalam hal ini peranan komandan dan Flight sur-
(d) Test waktu reaksi Reaksi terhadap rangsang tunggal atau geon sangat penting.
reaksi-reaksi yang memerlukan koordinasi. n) Moral dan latihan.— Berlatih secara baik dan sempuma
(e) Pemeriksaan EEG merupakan syarat mutlak awak pesawat. Moral dan E'spri
de Corps meningkat, ini dapat mengurangi fatigue.
o) Pemeriksaan Kesehatan badan secara periodik.— Dengan
PENCEGAHAN pemeriksaan ini penyakit yang memudahkan fatigue akan
Pencegahan adalah tindakan yang paling penting dalam me- ditemukan, terutama penyakit-penyakit menahun.
nanggulangi fatigue, sebab fatigue sangat sulit didiagnosis. p) Berolahraga secara teratur : aerobik, olah raga ringan.
a) Tidur.— Tidur adalah suatu cara istirahat yang sangat baik. q) Makanan.— Harus yang bermutu, dimasak secara baik dan
Tidur harus cukup. Lama tidur sering tidak sama tiap betul serta dihidangkan tepat pada waktunya.
individu. Untuk awak pesawat rata-rata 8 jam sehari. Yang
penting harus terasa cukup. Akomodasi harus baik , jauh KURATIF
dari gangguan-gangguan dan keributan, harus dipisahkan Pengobatan yang paling baik terhadap fatigue ialah istirahat
dengan yang bukan awak pesawat. Kalau mungkin pilot yang sempuma dan tidak terganggu. Kalau perlu bisa dibantu
dipisahkan dari crew yang lain. dengan sedativa. Apabila belum berhasil dilakukan psikoterapi.
b) Masa off-duty.– Harus digunakan sebaik-baiknya dan
santai. Jangan sampai malah melelahkan. Misalnya esoknya
mau terbang malamnya begadang sampai jauh malam. Daftar Kepustakaan dapat diminta pada penulis/redaksi.

Cermin Dunia Kedokteran No, 24, 1981 51


Peranan Faktor Medis Penerbang
pada Kecelakaan Pesawat Terbang
dr. Sri Budi Rahardjo
Lanu Hasanudin, Ujung Pandang.

PENDAHULUAN Terlihat kemajuan yang pesat dalam bidang teknik pembikinan


pesawat meliputi aerodinamika, avionik dan human engineer-
Disamping faktor-faktor materiil, lingkungan dan faktor yang
ingnya, yang sudah memikirkan faktor-faktor keamanan pe-
tidak diketahui, pada kecelakaan pesawat terbang faktor
nerbangan. Lebih-lebih dengan ditunjang kemajuan teknologi
manusia memegang peranan yang sangat besar sebagai faktor
di dalam sarana-sarana penunjangnya (sarana navigasi), maka
penyebab. Di dalam faktor manusia ini faktor medis meme-
semua ini jelas akan mengurangi faktor-faktor materiil dan
gang peranan yang cukup besar di samping faktor kemampuan
lingkungan sebagai penyebab kecelakaan pesawat terbang.
penerbanganya dan kesalahan rencana penerbangan. Dengan
kemajuan di bidang avionic maupun peralatan-peralatannaviga- Banyak peneliti (4) mengungkapkan bahwa human error
si maka faktor manusia menjadi lebih menonjol. ini disebabkan oleh karena "inkapasitas mendadak". Derajat
inkapasitas ini dapat berupa gangguan ringan yang dapat me-
Menurut definisi, kecelakaan pesawat ialah suatu kecelakaan
nyebabkan berkurangnya perhatian, mengurangnya daya fikir,
yang melibatkan satu atau lebih pesawat terbang pada waktu
gangguan koordinasi pergerakan atau sampai ke-keadaan yang
operasi pesawat tersebut baik di pangkalan maupun di udara
cukup serius seperti kollaps mendadak sebagai akibat kelainan
dan bukan disebabkan karena musuh atau kesengajaan. Sedang
organik atau penyakit-penyakit yang sifatnya akut.
faktor medis penerbang ialah faktor-faktor yang menyangkut
segi medis dari penerbang baik itu fisik, maupun psikologik, Secara garis besar faktor-faktor yang dapat menimbulkan
yang dapat mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung inkapasitas dapat dibagi menjadi :
pada Penerbang dalam meng-operasikan pesawatnya. Dan yang (a) Faktor Internal : merupakan faktor yang berasal dari dalam
dimaksudkan dengan inkapasitas ialah setiap keadaan yang diri penerbang sendiri seperti : (i) Kelainan-kelainan organik,
mempengaruhi kesehatan seseorang penerbang sewaktu ia dan (ii) Faktor-faktor fisio-psikologik.
menjalankan tugasnya, sehingga ia tidak mampu menjalankan (b) Faktor External : merupakan faktor dari luar tubuh
tugas tersebut dengan sebagaimana mestinya, baik dalam penerbang, yang dapat menyebabkan gangguan kesehatannya,
keadaan normal maupun gawat (1). misalnya : (i) Pengaruh obat-obatan/alkohol, dan (ii) Keracun-
an gas CO
FAKTOR MEDIS YANG DAPAT MENIMBULKAN INKAPA-
SITAS Kelainan-kelainan Organik
Snukburg (2) mencatat pada tahun 1862 sampai tahun 1971 • Penyakit jantung. — salah satu faktor penyebab inkapasitas
banyaknya kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manusia /inkapitation mendadak yang paling sering adalah penyakit-
untuk pesawat transport sipil di seluruh dunia sekitar 40 — penyakit pembuluh darah koroner seperti insufisiensi koroner
50%. Sedang pada pesawat-pesawat militer berdasar laporan akut. Glantz dan Stembridge (5) mencatat bahwa dari 222
yang dibuat " The United States Army Agency for Aviation kematian pada awak pesawat, 156 disebabkan karena sklerosis
Safety" , pada tahun 1958 — 1972 tercatat 80% penyebab pembuluh koroner. Ia juga mencatat bahwa 3 kasus jelas ada
kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manusia. Camps (3) hubungannya sebagai penyebab kecelakaan pesawat terbang,
juga melaporkan bahwa faktor manusia yang menyebabkan sedang 9 kasus lain juga ada kemungkinan ada hubungannya
kecelakaan pesawat, pada pesawat non-militer tercatat sebesar sebagai penyebab kecelakaan pesawat. Dan 300 otopsi pada
60 — 75% dari seluruh penyebab kecelakaan, sedang pada korban perang Korea didapatkan 77,3% dengan arterio-sklero-
pesawat militer sebesar 40%. sis koroner dengan oklusi total dan 3% diantaranya dengan
Angka-angka di atas memang berbeda-beda. Tapi yang satu atau lebih dan pembuluh darah koroner (6).
pasti ialah bahwa faktor manusia tetap merupakan faktor Dicatat pula oleh penyelidik-penyelidik bahwa peradangan
yang menonjol (rata-rata di atas 50%). Ini lebih dimungkinkan otot jantung pun dapat menyebabkan inkapasitas mendadak.
dengan adanya kemajuan teknologi mutakhir akhir-akhir ini. Sopher (7) mencatat dan 5000 otopsi (baik pada sipil maupun

52 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


militer), dimana 1/3 nya adalah penerbang, ternyata 0,8% Sedang preokupasi dan perhatian pada satu hal saja (channeli-
menunjukkan gejala penyakit ini. Warren (8), pernah melapor- zed attention), yang merupakan faktor yang tak dapat dipisah-
kan adanya kasus kecelakaan pesawat yang pasti disebabkan pisahkan, merupakan faktor penyebab sampai 6%; di sini
penyakit jantung ini. pengaruh fisik lain juga ikut berperan dalam menambah
Penyebab timbulnya inkapasitas ini karena adanya rasa problem psikologik ini, seperti : hipoxia, panas, zat-zat racun
sakit yang sangat (anginal pain), sehingga penerbang tidak dan lain-lain.
mampu lagi menguasai pesawatnya. John R. Anderson (9) Gangguan emosional memegang peranan juga, sampai men-
pernah pula melaporkan terjadinya kecelakaan pesawat pada capai 5% dari penyebab inkapasitas. Sedang sisanya (47%)
seorang penerbang berumur 24 tahun yang disebabkan karena disebabkan oleh faktor-faktor lain.
cardiac arrest akibat adanya arterio-sklerosis. Penyakit ini juga • Spatial Disorientasi . – Spatial disorientasi (Pilot Vertigo)
diperkuat dengan stress-stress yang dialami penerbang selama adalah suatu hal yang universil, artinya setiap penerbang baik
menjalankan pesawatnya, terutama pada waktu take-off, siswa maupun penerbang senior pernah mengalami. Pilot
landing dan pada penerbangan dengan cuaca yang buruk. vertigo ini diartikan sebagai suatu kesalahan persepsi pener-
• Penyakit-penyakit saluran pernafasan .– P.J. Stevens bang terhadap posisi, gerakan dan ketinggian pesawatnya
terhadap horizon maupun terhadap pesawat yang lain. Apabila
pernah melaporkan adanya penyakit ini pada awak pesawat
persepsi ini tak segera disadari, ini akan menyebabkan suatu
(10). Pneumothorax spontan dapat menyebabkan inkapasitas
kesalahan koreksi yang berakibat fatal bagi penerbangannya.
mendadak. Robie (11) melaporkan satu kasus kecelakaan
pesawat yang disebabkan karena pneumothorax spontan ini. Yang paling berbahaya ialah Corriolus illusion. Ini terjadi
Pada dekade 1953 – 1959 di RAF Inggris dilaporkan ditemu- pada maneuver dengan low altitude (rendah) dimana pada
kannya 60 kasus pneumothorax pada awak pesawat selama waktu prolonged turn penerbang sekonyong-konyong me-
mereka mendapatkan latihan fisik ringan sampai berat (12). nengok ke arah bidang yang berlawanan dengan gerakan
Dilaporkan pula 6 penerbang RAF yang mengalami pneumo- pesawat.
thorax ini selama terbang. Inkapasitas mendadak pada pe- Di Amerika Serikat dan Inggris tercatat bahwa 5 – 10% dari
nyakit ini disebabkan karena adanya rasa sakit juga adanya penyebab kecelakaan besar disebabkan karena hal ini, dan
gangguan pernafasan (dyspnoe) sampai kollaps sama sekali. lebih dari 20% dari kecelakaan fatal disebabkan karena hal ini.
Pada penerbang pesawat jet insidensinya 3 kali lebih besar dari
• Penyakit-penyakit saluran pencernaan, saluran kencing, pesawat yang non jet. Pada penerbang-penerbang privat (sipil)
kelenjar dan system syaraf. – Ini juga tercatat pada hasil-hasil insidensinya lebih besar lagi.
otopsi dari awak pesawat. Ulcus pepticum yang mengalami USAF dan US Army antara tahun 1954 – 1956 pernah
perforasi dapat menyebabkan kecelakaan yang fatal. Barzanik mencatat 24 kecelakaan yang fatal yang semua mempunyai
(13) melaporkan kejadian tersebut, hanya disini penerbang pola yang sama.
masih dapat mendaratkan pesawatnya sebelum ia benar-benar
- Pesawat jet single fighter
kollaps. JK Mason (14) menyebutkan bahwa terjadinya ulcus Penerbang muda dan belum berpengalaman
-
pepticum ini dapat disebabkan/diperberat dengan stress-stress - Terjadi pada fase akan landing dan approach
yang terus menerus dialami para penerbang, terutama pada - Dalam prosedur turn (memutar)
penerbang-penerbang operasional. Faktor ketinggian juga - Sedang dalam instrumen flying dengan visibilitas minim/gelap.
- Penerbang sedang merubah radio chanel dan ini merupakan 2 –
merupakan faktor pencetus (15).
3,4% dari kecelakaan yang tercatat.
Apendisitis supuratif akut pernah menjadi penyebab inka- - Menurut statistik antara tahun 1959 – 1975 (pada penerbangan
pasitas mendadak sehingga menyebabkan suatu kecelakaan sipil), 54% dari kecelakaan sedang dalam approach dan landing
pesawat. pattern. Dan 25% merupakan kesalahan perkiraan penglihatan dari
Pada penyakit sistem saluran kencing rasa sakit yang melilit jarak, ketinggian dan kecepatan.
dan mendadak (kolik) kadang-kadang menimbulkan kollaps, • Fatigue (kelelahan).– Fatigue diartikan sebagai me-
sehingga dapat menimbulkan inkapasitas pada penerbang. ngurangnya skill performance dikarenakan penggunaan skill itu
Adanya calculi pada saluran kencing dapat disebabkan karena terlalu lama atau berulang-ulang. Fatigue dapat diperberat oleh
dehidrasi akibat penerbangan yang lama (fighter) selain karena faktor stress fisik, fisiologik maupun psikologik.
idiopathic hypercalcuria dan adenoma parathyroid. Yang termasuk stress fisik :
Kelainan organik lain yang dilaporkan sebagai penyebab – Kondisi badan yang jelek
inkapasitas yang dapat pula menyebabkan kecelakaan pesawat – Adanya penyakit organik
antara lain epilepsi, glaukoma akut dan tumor. Dalam percoba- – Schedule yang kacau
an di simulator partial loss of cortical function dapat disebab- – Jumlah jam terbang yang terlalu banyak
kan oleh : hipoglikemia, atropi kortex, tumor otak (stadium – Terlalu lamanya jam terbang
– Posisi di dalam pesawat yang tak mengenakkan
awal), dan faktor psikologik. – Terbang instrument.
Faktor Fisio–Psikologik Yang termasuk stress fisiologik :
Spatial disorientation, gangguan penglihatan karena – Pengaruh hipoxia
adanya kabut pada canopy, serta merupakan penyebab- – Pengaruh G force yang terus-menerus
– Habisnya cadangan karbohidrat
penyebab utama inkapasitas; masing-masing mencapai 14%
– Temperatur dan kelembaban
dari seluruh penyebab inkapasitasi. – Bising dan getaran terus menerus.

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 53


Pengaruh temperatur, bising dan getaran ini sangat sulit di- perlu pengawasan ketat terhadap pengobatan maupun "self
selidiki sendiri-sendiri pengaruhnya. Kombinasi dari pengaruh- medication" dari penerbang, sebab mereka sering tak me-
pengaruh ini lebih mempengaruhi kemampuan penerbang nyadari efek samping yang berbahaya bagi dirinya. Obat-obat
daripada hanya salah satu faktor saja. yang dapat berpengaruh al obat golongan barbiturat; pene-
nang; obat hipotensif; antihistamin, antidepresen.
Sedang faktor stress psikik termasuk :
— Takut terbang • Pengaruh Alkohol. – Alkohol sering ada hubungannya
— Terbang formal dengan kehidupan para penerbang. Federal Aviation Agency,
— Adanya oposisi musuh tahun 1963, mencatat dari 1/3 kecelakaan fatal, ternyata pada
— Adanya kecelakaan yang terdahulu 35% dari penerbang ditemukan kadar alkohol yang berlebihan.
— Penerbangan yang membosankan Pada periode tahun 1963 – 1965 NTSB mencatat bahwa
— Cuaca yang jelek
— Kesunyian alkohol sebagai penyebab kecelakaan pesawat merupakan 8%
— Kurangnya latillan dari penyebab kecelakaan pada waktu itu. Sedang J. Stevens
— Ketegangan di antara awak pesawat mendapatkan jumlah 5% dari seluruh kecelakaan pesawat
— Kepemimpinan dan moral. ringan yang diselidikinya. Davis (1973) mendapatkan dari file
Fatigue ini akan menimbulkan gejala yang dapat menyebabkan AFIP selama tahun 1962 – 1967 bahwa 344 pilot yang tewas
inkapasitas, gangguan penglihatan dan pendengaran. akibat kecelakaan, pada 103 (29,9%) ditemukan alkohol,
dimana 1/3 nya dengan kadar 100 mg%.
• Gangguan emosional.– Faktor kematangan kepribadian
• Pengaruh Karbon monooksida (CO).– Pernah dilaporkan
dan pengalaman merupakan faktor yang sangat penting, karena
satu kasus kecelakaan dimana penerbang mengalami inkapa-
ini menentukan sekali dalam pengambilan keputusan pada
sitasi akibat keracunan CO secara perlahan-lahan. Namun
saat-saat tertentu. Jelaslah sejak seleksi pertama kali lebih-
kemungkinan inkapasitas pada penerbang pesawat modern
lebih untuk penerbang militer, harus dinilai faktor kematangan
(jet) akibat keracunan CO sangat kecil. Pada tahun 1967 –
kepribadian dan yang paling penting adalah MOTIVASI-nya
1972, dari 113 kecelakaan, keracunan CO mempunyai peranan
sebagai penerbang. ( "Why I want to be a Pilot " ). Disamping
sebesar 19%.
itu perlu pengalaman melewati latihan-latihan yang teratur
dalam menghadapi situasi-situasi tertentu, sehingga nantinya
dapat mengatasi stress yang timbul selama melaksanakan Daftar Kepustakaan dapat diminta pada penulis/redaksi.
tugasnya.

Faktor-faktor lain
• Pengaruh G. force. – Adanya concomitan G yang me-
nimpa penerbang dapat menyebabkan hilangnya kesadaran.
• Hipoxia.– Dari 620 questionair yang dibuat oleh John M.
Talbot ternyata 188 (30,2%) penerbang pernah mengalami
hipoxia. Hipoxia dapat disebabkan karena pilot tidak disiplin;
terpaksa terbang tinggi (lebih dari 10.000 feet) pada pesawat
yang non-pressurized, untuk menghindari cuaca jelek &
gunung; kerusakan oksigen masker; dan kerusakan cabin secara
mendadak (Rapid Decompression).
• Decompression Sickness.– penyakit ini jarang terjadi pada
penerbang dan jarang pula menyebabkan inkapasitasi, tapi tak
disangkal kemungkinan-kemungkinannya. Dari 620 questionair
yang dibuat John M. Talbot, didapatkan 73 (11,8%) yang
pernah menderita Decompression Sickness ini dan hanya satu
kasus yang menyebabkan inkapasitas dan menyebabkan ke-
celakaan pesawat. Bends merupakan salah satu penyakit
Decompression Sickness yang tersering timbul pada pener-
bang (13%). Rasa sakit pada telinga tengah dan sinus (Barotitis
dan Barodontalgia) dapat menimbulkan inkapasitasi dan tak
mustahil dapat menimbulkan kecelakaan pesawat.

Faktor External
• Pengaruh obat-obatan.– Obat-obat tertentu mempunyai
efek samping yang mempengaruhi fisik penerbang. Pada otopsi
penerbang yang mengalami kecelakaan pernah ditemukan
obat-obatan di dalam tubuhnya; ini tidak mengurangi arti
pengaruh obat-obatan tersebut pada kasus ini. Oleh karena itu

54 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


dr. Jatori Th. Hardjatirta
Yon If I Marinir. Surabaya

PENDAHULUAN kan efektivitas fungsionalnya dalam menjalankan tugas-tugas


Keinginan terbang selalu ditemui pada manusia, bahkan yang dihadapi. Disamping itu ada stress lain yang umum
sejak berabad-abad yang lampau. Ini dapat terlihat pada hasil- sifatnya seperti yang dihadapi individu lain selain flying
hasil kebudayaan mereka yang tertuang pada patung-patung stress tersebut.
peninggalan yang menggambarkan manusia yang bersayap Oleh sebab itu masalah pencegahan dipandang sebagai
ataupun pada kuda atau binatang lain yang merupakan masalah utama dalam penanggulangannya dimana didalamnya
kendaraan mereka yang mereka gambarkan bersayap. Juga tercakup masalah kuratif dan rehabilitasi.
keinginan ini bercermin pula pada dongeng-dongeng.
Secara alamiah manusia tidak diciptakan untuk terbang.
PERMASALAHAN
Akan tetapi dengan memakai kecerdasan akalnya, manusia
dapat mencapai penerbangan dan dengan begitu terwujudlah Secara alamiah, setiap manusia berbeda satu dengan yang
keinginannya. Tidak hanya dalam gambaran tetapi telah lain serta akan memberi respon jawaban yang lain terhadap
menjadi kenyataan, bahkan sebagian manusia telah menjadi- situasi yang sama. Kepribadian itu seperti halnya buku dan
kannya kegiatan sehari-hari (1). tidak dapat dimengerti dengan sebenarnya kecuali melalui
Namun disamping itu juga timbul suatu rasa takut pada suatu analisa (3).
dirinya, terutama oleh sebab kegagalan-kegagalan yang pernah Disinilah seolah-olah dokter (Flight Surgeon) melihat suatu
mereka alami,. Rasa takut terbang dapat sedemikian serius gambaran pribadi seseorang individu. Dari sini pula dapat
sehingga menggagalkan penerbangannya. Hal ini dapat terjadi dipelajari persoalan penyesuaian diri represi atau halangan-
sebagai akibat kemajuan teknologi. Dengan adanya penemuan- halangan ambisi yang ada pada pilot dan hal-hal yang mungkin
penemuan baru, mutu serta kesanggupan pesawat udara ber- akan mengganggu pada tugas penerbangannya.
tambah baik, kecepatan & ketinggian yang dicapai turut Sementara pilot memegang dan menguasai mesin dalam
bertambah, tetapi di fihak lain keadaan serta kemampuan penerbangan, ia mungkin secara tidak sadar telah jatuh pada
fisik manusia dan mentalnya boleh dikata tidak berubah. konflik emosional. Gejala konflik mungkin jauh tertinggal
Sampai saat ini kecepatan pesawat melampaui kecepatan lambat setelah stimulasi primer itu berhenti. Oleh sebab itu
suara telah merupakan hal yang biasa, pesawat dapat me- kemampuan penyesuaian pada situasi yang baru sangatlah
nembus keluar atmosfir bumi, bahkan sempat mendarat ke penting artinya.
bulan. Martin Kafka mengutarakan kesulitan-kesulitan yang
Segala upaya dilakukan untuk memperbaiki dan memper- dihadapi (3) :
tinggi mutu para penerbang dan karena kesehatan fisik dan 1. Kecemasan, umumnya dialami oleh karena situasi baru.
mental merupakan bekal terpenting guna pencapaian tugas 2. Kekurangan kepercayaan diri yang sering sebab inferiority
dengan baik, maka kesehatan harus dijaga serta dibina dengan complex.
sebaik-baiknya. 3. Emosional insecure sebagai akibat terhalangnya ambisi,
Bermacam-macam faktor yang mengurangi kemampuan tidak suksesnya percintaan, konflik-konflik yang terbawa
terbang seorang individu termasuk dalam pengertian yang dari masa kecil dsb, yang merupakan sumber emosional
disebut "flying stress". Tetapi anehnya gejala-gejala yang insecure.
timbul sebagai akibat adanya flying stress juga disebut sebagai 4. Kesulitan sexual yang timbul dari berbagai sebab psikologik.
"flying stress" atau "aeroneurosis" atau "aviation neuraste- 5. Persoalan ekonomi yaitu kekhawatiran hilangnya peng-
nia" atau "flying fatigue". Dan pada tahun-tahun terakhir ini hasilan akibat kecelakaan penerbangan atau ketakutan
disebutkan sebagai "fear of flying" dan diidentifikasikan terkena larangan terbang atau motilasi serta kematian.
sebagai suatu kesatuan gejala-gejala klinis (2). Untuk menguasai pesawatnya seorang Penerbang memerlu-
Reaksi yang timbul pada individu dalam menghadapi stress kan penguasaan (4) :
ini menimbulkan masalah penerbangan, sebab dapat menurun- 1. Mengetahui kedudukannya dalam ruangan (space); untuk

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 55


ini diperlukan rangsangan cukup (penglihatan yang baik, kelompoknya sangat membantu memperbesar motivasi
pendengaran, keseimbangan, muscle sense dsb ). mereka, dan perasaan menyatu dalam kelompoknya dapat
2. Mampu untuk memutuskan penyelamatan pesawat sampai dipupuk secara baik untuk menyuburkan semangatnya.
tujuan. Ia berada dalam keseimbangan yang positif antara kecemas-
3. Kemampuan fisik untuk menyelesaikan tugasnya. an yang dirasakan dalam tugas serta motivasi yang dipunyainya.
Reaksi kejiwaan yang terlihat sebagai defence mechanism
Butir (1) dan (3) tergantung pada kesamaptaan fisik, alat-alat
dapat dikatakan sehat, misalnya penerbang melakukan latihan-
penglihatan, alat pendengaran; sedangkan butir (2) berdasar-
latihan terbang terus-menerus bahkan dengan manouvre yang
kan kesempatan jiwa..
rumit dalam aerobatic. Tindakan demikian cukup disadari
Kelainan-kelainan emosional atau kejiwaan di kalangan sebagai akibat rasa takutnya tapi akibat sampingan ini malahan
awak pesawat terbang telah dikenal sejak adanya peperangan dirasa menyenangkan.
udara yaitu perang dunia pertama. Waktu itu dikenal adanya Cara berpakaian yang penuh tanda-tanda atau simbol
penurunan efisiensi fungsional dengan tidak dijumpai kelainan- tertentu serta lambang-lambang pada badan pesawatnya,
kelainan fisik. Kemudian ternyata hal tersebut merupakan merupakan simbolisasi yang dianggap sebagai reaksi pembelaan
gejala-gejala reaktif sebagai akibat timbulnya persoalan-persoal- jiwa (defence mechanism ) yang sehat tadi. Individu-individu
an emosional dari seseorang yang dihadapkan pada situasi ini percaya akan imortalitas dirinya didorong oleh pengabdian
yang penuh stress. yang mendalam terhadap pesawat dan pemimpin-pemimpinnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi turunnya effisiensi Mereka mempunyai pandangan lain dalam soal kematian
fungsional adalah (2, 5) : yang menemani kehidupan sehari-harinya. Kejadian yang
1. Stress yang dihadapi Individu. hampir menyebabkan kematian dianggap menyenangkan, dan
2. Faktor lingkungan yang mempengaruhi toleransi terhadap dengan sengaja mereka lakukan manouver-manouver aerobatic
stress. yang berbahaya. Semua ini menolong keyakinan yang ada
3. Faktor kepribadian Individu sehubungan kemampuan bahwa mereka kebal terhadap malapetaka kematian (2).
adaptasi terhadap lingkungannya. Pandangan yang tak bisa diakui kebenarannya ini diperkuat
oleh faktor-faktor : bahwa awak pesawat sering tak dapat
melihat jelas sasaran-sasaran yang di-bomnya, perasaan bahwa
REAKSI—REAKSI YANG TIMBUL TERHADAP STRESS pesawatnya diserang oleh pesawat-pesawat musuh dan bukan
TERBANG oleh individu-individu lawan, mereka tidak pernah melihat
Stress pada penerbangan yang berinteraksi dengan kepri- musuhnya gugur atau hancur, dan mereka tak pernah melihat
badian serta lingkungan mungkin akan menimbulkan reaksi kemenangan atau kekalahan serta mereka tak pernah menawan
berupa gangguan emosional yang akan menurunkan efisiensi musuh.
fungsional. Pola reaksi individu yang timbul akibat stress Perang semacam ini adalah hening dan sepi, terutama bagi
penerbangan dapat ditinjau secara langsung berdasarkan penerbang pesawat pemburu atau penyergap. Keadaan se-
tanggap penyesuaiannya (adaptive responses). macam itulah yang oleh Theofaldo disebut "Flying Compensa-
Pandangan lama terlalu sempit dan pengertian-pengertian tion Syndrome "
berikut kurang betul (2) :
1. Semua penerbang adalah normal dan secara psikis atau Mal-adaptive response
mental emosional stabil. Seperti telah dikemukakan, konsep tingkah laku manusia
2. Bila penerbang mengalami kesulitan mental-emosional berhubungan erat dengan sikap-sikap sosial lingkungannya
maka ini disebabkan oleh faktor terbangnya. yang dapat dikaitkan dengan faktor budaya. Kebutuhan sosial
3. Kegagalan psikis (dekompensasi psikis) yang diakibatkan- dan pribadi individu saling mempengaruhi (6, 7). Oleh sebab
nya adalah suatu hal yang baru dan khas untuk dunia itu kematangan kepribadian individu hanya akan timbul pada
penerbangan. lingkungan yang cukup matang pula (keluarga).
Pendekatan semacam ini menunjukkan tendensi melupakan Alan L. Morgenstein melaporkan bahwa beberapa kasus
atau mengecilkan faktor kepribadian individu yang bersang- siswa penerbang yang mengalami kegagalan adaptasi, dibesar-
kutan serta interaksinya terhadap stress yang dihadapinya. kan dalam keluarga yang menggunakan mekanisme kompen-
sasi jiwa yang keliru seperti misalnya rasionalisasi, denial, suka
Adaptive responses mencela, proyeksi, passivity dll . Ini akan menghasilkan kepri-
Adanya bahaya yang mengancam pada setiap penerbangan badian yang tidak jauh berbeda dengan lingkungannya, sebab
meskipun diketahui, jarang diakui secara sadar oleh para mekanisme konversi berjalan secara tidak sadar.
penerbang. Tapi hal ini tercermin pada tingginya honorarium Suatu analisa beberapa kasus perasaan takut terbang terjadi
yang diterimanya, juga asuransi jiwa yang menunjukkan pada kepribadian yang tidak matang (6). Ia memilih karier
tendensi terus-menerus bertambah besar. Walaupun begitu terbang karena diperlukan untuk membuktikan kelaki-lakian-
mereka tetap mengadakan penerbangan-penerbangan dan nya atau keinginan lepas dari ketergantungannya. Tetapi
bahkan mendapat kepuasan besar karenanya. Morgenstein mengungkapkan bahwa perasaan takut terbang
Individu-individu semacam ini memiliki rasa cinta yang dapat terjadi juga pada individu yang tak mempunyai predis-
kokoh terhadap penerbangannya, ditinjau dari segi masa damai posisi neurotik dan terjadi setelah fase kompensasi diperoleh,
agak aneh tampaknya. Penghargaan dari Komandan serta yang ia sebut "Flying Decompensation Syndrome" (1).

56 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


Reaksi takut terbang pada seseorang yang telah terbiasa rumah sakit. Untuk psikosis misalnya diberikan larangan
dengan penerbangan disebut abnormal tetapi tidak patologik terbang yang permanen atau penggantian pekerjaan, seperti
dan oleh karena itu bukan reaksi fobik neurotik. Di lain fihak halnya juga kasus kelainan sifat & perilaku disalurkan melalui
untuk yang belum terbiasa terbang, reaksi takut terbang ini saluran non-medis.
adalah Normal. Takut terbang adalah reaksi tingkah laku yang Mengingat sulitnya serta sangat kurangnya tenaga psikiater
muncul dari instink pemeliharaan diri sebagai reaksi pertahan- usaha pencegahan adalah suatu hal yang utama dan pokok.
an jiwa alamiah dan bukan patologik. • Pencegahan primer.— Tujuannya ialah mencegah terjadinya
Theobaldo membagi reaksi takut terbang sbb : kelainan mental-emosional individu dalam menghadapi pe-
1. Reaksi instinktif alamiah ngaruh buruk lingkungan serta memperkuat menghadapi
2. Primary Flying Decompensation Syndrome kesulitan. Seleksi calon anggota merupakan saringan utama
3. Secondary Flying Decompensation Syndrome untuk menyingkirkan individu yang berkepribadian tak
4. Phobic Neurotic matang atau kepribadian pasif yang kelak mungkin menunjuk-
5. Psychotic with fear of flying. kan gangguan mental.
Untuk membedakan sindroma dekompensasi dari neurosis fo- Usaha-usaha pengembangan dan promosi faktor-faktor
bik Theobaldo memberi penjelasan sbb : yang menunjang perbaikan taraf kesehatan serta usaha pen-
cegahan faktor-faktor yang menyebabkan kurang sehat.
Usaha ini ditunjang dengan pengetahuan yang cukup dari
Flying Decompensation
Syndrome Phobic Neurosis pelaksananya serta cukup dekat dengan awak pesawat.
Faktor pemimpin merupakan yang terpenting, diusahakan
1. terjadi pada individu yang tak 1. terjadi pada kepribadian adanya perhatian lingkungan yang sungguh-sungguh, identifi-
ada predisposisi neurotik. yang rawan. kasi kelompok yang kuat, interval waktu yang cukup, peng-
2. Premorbid khas Flying Com- 2. Premorbid khas oleh meka-
hargaan yang wajar terhadap prestasi anggota, briefing ber-
pensation Syndrome. nisme displacement atau dasar fakta dan jelas, pengumuman secepat mungkin terhadap
simbolisasi. penundaan tugas terbang dsb.
3. Individu menghadapi situasi 3. Individu berada pada situasi Latihan diusahakan mendekati keadaan sesungguhnya
yang sangat berbahaya, misal- yang secara realistis tak ber- untuk memberikan kondisi emosi yang positif serta menebal-
nya ketinggian. bahaya misalnya, cemas bila kan rasa percaya diri, serta untuk menyisihkan individu yang
mendapat no. 13; warna tidak mampu dalam tugasnya. Sebaliknya latihan tidak boleh
merah dsb.
terlalu berat sehingga memberikan stress yang berlebihan pada
4. Reaksi yang timbul abnormal 4. Reaksinya merupakan hal
tapi tidak patologik. yang patologik. awak pesawat.
5. Individu menyadari penuh de- 5. Ia sadar dan merasakan • Pencegahan sekunder.— Usaha ini diarahkan agar gangguan
rajat risiko yang mungkin akan bahwa ketakutannya tidak jiwa yang telah ada tidak berkembang serta mengurangi
dideritanya. masuk akal tetapi ia tidak sekecil mungkin cacat yang ditimbulkan dengan menemukan
mampu menahannya. penyakit itu sedini mungkin dan memberikan pengobatan
6. Individu tidak merasakan sakit. 6. Individu merasa dan me- secepat dan setepat-tepatnya. Atau kalau memang perlu me-
merlukan terapi. rawat atau merujukkan ke rumah sakit yang lebih mampu.
• Pencegahan tersier.— Rehabilitasi cacat sebab penderitaan-
nya diusahakan semaksimal mungkin, agar dapat mencapai
PENANGGULANGAN
efektivitas semula sehingga dapat kembali ke dinas semula.
Dianggap paling efisien dan bijaksana untuk memberikan Bila tidak memungkinkan, diusahakan penyaluran lain
psikoterapi serta diusahakan agar yang bersangkutan tetap yang cukup memberikan rasa aman individu tersebut.
terbang secara aktif seperti semula (2). Pemberian larangan
terbang perlu pertimbangan yang tidak gegabah, karena
Daftar kepustakaan dapat diminta pada penu/is/redaksi
penyingkiran dari aktivitas terbang ada kemungkinan justru
sering memperkuat gangguan emosi yang bersangkutan.
Dalam usaha ini dapat diusahakan psikoterapi suportif,
dorongan serta sikap penuh penghargaan disamping penugasan
terbang yang kurang berbahaya. Diusahakan juga manipulasi
lingkungan agar penerbang cepat kembali ke stamima semula
Untuk surat menyurat, gunakan alamat :
(2, 8, 9).
Redaksi Cermin Dunia Kedokteran
Stress yang cukup berat pada keadaan operasional tidak
menghendaki digunakannya tehnik-tehnik explorasi, karena P.O. Box 3105 — Jakarta
disamping kurang kegunaannya, bahkan dapat menurunkan
daya tahan mereka, yang justru sangat diperlukan pada situasi
demikian.
Untuk kasus yang lebih berat tentu dengan sendirinya
perlu segera dikonsulkan, dimana perlu diberikan perawatan di

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 57


Status Gizi Anak-anak Balita
di Nusa Penida ditinjau dari Sudut Antropometri
dr. Ketut Ngurah
Bagian Ilmu Parasit
Fakultas Kedokteran, Universtias Udayana Bali.

PENDAHULUAN akan dicapai nanti masih sangat tergantung dari follow up


Pada saat sekarang masalah gizi di Indonesia yang perlu segera selanjutnya.
ditanggulangi adalah (1, 2) : (i) Protein Calori Malnutrition
(PCM), (ii) Gondok endemis, kretinism defisiensi Jod, (iii) BAHAN DAN CARA KERJA
Defisiensi vitamin A, xeropthalmia dan kebutaan, dan (iv) Survai dilakukan di dua desa yaitu desa Batukandik dan
Anemia malnutrisi. Batumadeg. Pemilihan dua desa ini berdasarkan keadaan sosial
Protein Calori Malnutrition merupakan problem gizi utama , ekonominya yang ternyata paling parah diantara desa-desa di
terbukti dari angka kematian anak-anak balita di pedesaan Nusa Penida. Sehingga dengan demikian sedikit banyak akan
dan di kota masih tinggi yaitu 52% dan 42% dari jumlah semua mencerminkan keadaan sosial ekonomi penduduk di Nusa
kematian (2). Dan 10% dari bayi-bayi yang dilahirkan tidak Penida karena status gizi sangat erat hubungannya dengan
mencapai umur 1 tahun. Sedang 9,5% lainnya mati antara keadaan sosial ekonomi penduduk. Dilakukan pengukuran
umur 1 — 4 tahun. Dari semua anak-anak pra-sekolah yang antrophometri terhadap sample sebanyak 100 anak balita.
menderita PCM diantaranya 2 — 4% menderita PCM berat Kepada orang tuanya masing-masing diadakan wawancara
(kwashiorkor) (2). Pada tahun 1959 Jelliffe mengusulkan mengenai keadaan sosial ekonomi, pendidikan dan makanan
penggolongan PCM sebagai bentuk intermedier dari kwashior- pokok yang dimakan sehari-hari. Disamping pengukuran secara
kor dan marasmus, dimana PCM merupakan suatu syndroma antropometri juga diperiksa secara klinik dan fisik diagnostik
dan dapat dibagi menjadi beberapa tingkat (grade) baik secara untuk menunjang data-data dan hasil penilaian antropometri.
klinis ataupun secara antropometri (3). Tahap-tahap perubah- Alat-alat yang digunakan pada pengukuran antropometri
an didalam tubuh penderita penyakit defisiensi atau disebut adalah timbangan gantung lengkap dengan baju timbangannya
juga gizi-salah adalah sebagai berikut (4) : dan meteran dari plastik. Cara pengambilan sample ialah
1. Tissue depletion (pengurangan cadangan). dengan mengumpulkan semua penduduk yang mempunyai
2. Biochemical lesion (perubahan-perubahan biokimia). anak berumur dibawah 5 tahun dan kepada mereka dibagikan
3. Functional changes (perubahan-perubahan fungsi). susu untuk anaknya. Dengan demikian diharapkan semua anak
4. Anatomical changes (perubahan-perubahan anatomi). balita dapat disurvai. Yang tidak dapat hadir didatangi ke
rumahnya. Didalam survai ini dilakukan juga pelayanan medis
Pada tahap 1 dan 2 mungkin belum tampak adanya tanda-
bagi penduduk yang kebetulan menderita sakit seperti pe-
tanda klinik, tapi bila sudah mencapai tahap 3 atau 4 maka
nyakit infeksi, penyakit kulit dan lain-lain dengan obat-obat
gejala-gejala klinik akan tampak lebih jelas. Pembagian PCM
dasar. Cara pengukuran antrophometri ialah dengan menim-
yang dianggap populer adalah ringan, sedang dan berat, di-
bang berat badan dalam kg, tinggi badan dalam cm, lingkar
samping ada juga bentuk borderline yaitu bentuk PCM di-
lengan atas dalam cm dan umur dalam tahun. Dengan data-
antara PCM ringan dan normal. data ini dapat ditentukan gradasi PCM ditinjau dari tahun.
Bentuk borderline dan PCM ringan sering tidak menunjuk- Dengan data-data ini dapat ditentukan gradasi PCM ditinjau
kan gejala-gejala klinik yang nyata sehingga oleh Prof. Poorwo dari beberapa aspek yaitu : berat badan menurut tinggi (Stan-
Soedarmo diistilahkan sebagai "tidak sehat dan tidak sakit " . dard International Harvard), berat dan tinggi menurut umur
Artinya bahwa sekilas lintas anak tampaknya tidak sakit (Harvard standard Stuart & Stevenson 1959), lingkar lengan
tetapi bila diperiksa lebih teliti didalam tubuh si anak sudah atas menurut umur. Hasilnya dapat dicari dengan mengguna-
ada tanda-tanda defisiensi (4). Untuk menentukan gradasi kan suatu tabel (5).
PCM dengan cara mudah dan praktis digunakan pengukuran
secara antropometri (5). HASIL—HASIL
Tujuan survai ini adalah untuk mengetahui status gizi
anak-anak balita dan kalau memungkinkan mengambil lang- Data-data umum.
kah-langkah yang perlu untuk menanggulnagi masalah gizi Desa Batukandik terletak di daerah pedalaman, demikian juga
khususnya anak-anak balita di sini. Sejauh mana hasil yang desa Batumadeg. Luas areal desa Batukandik ± 20.221 km

58 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


TABEL 2.— Penilaian berdasarkan berat badan menurut tinggi badan
(sex combined).

PCM score Jumlah anak Prosentase

0 61 orang 61%
1 31 orang 31%
2 8 orang 8%
3 — —
4 — —

Jumlah 100 orang 100%

TABEL 3.— Penilaian berdasarkan berat badan menurut umur ( sex


combined).

PCM score Jumlah anak Prosentase

persegi dan desa Batumadeg ± 2.272 km persegi. Jumlah 0 22 orang 22%


1 15 orang 15%
penduduk desa Batukandik 3.839 jiwa terdiri dari 624 kepala 2 44 orang 44 %
keluarga (KK), desa Batumadeg jumlah penduduknya 1.987 3 15 orang 15%
jiwa terdiri dari 401 KK. Taraf pendidikan dan sosial ekonomi 4 4 orang 4%
rata-rata masih rendah. Mata pencaharian sebagian besar ber-
Jumlah : 100 orang 100%
tani dengan hasil utama ketela, jagung dan kacang-kacangan.
Kedua desa ini sulit dicapai dengan kendaraan bermotor
karena jalannya berbukit-bukit dengan tanjakan-tanjakan yang
curam. Untuk masuk ke pedalaman harus berjalan kaki kurang TABEL 4.— Penilaian berdasarkan tinggi menurut umur(sex combined).
lebih 2 kilometer. Keadaan kesehatan baik perorangan ataupun PCM score Jumlah anak Prosentase
lingkungan di dua desa ini rata-rata masih kurang. Sulit men-
cari sumber air bersih untuk keperluan sehari-hari. Sebagian 0 6 orang 6%
besar mereka mengandalkan air hujan yang ditampung dengan 1 58 orang 58%
bak penampungan (disebut cubang). Penyakit-penyakit disini 2 32 orang 32%
adalah penyakit-penyakit infeksi dan penyakit kulit. Makanan 3 4 orang 4%
pokok mereka sehari-hari terdiri dari nasi dicampur dengan 4 — —
ketela atau jagung dan sayur hijau, kacang-kacangan dan
Jumlah : 100 orang 100%
daging kadang-kadang.

Data-data klinis
Pada pemeriksaan klinis dan fisik diagnostik sebagian besar TABEL 5.— Penilaian berdasarkan lingkar lengan atas menurut umur
anak balita disini menderita anemia ringan dan beberapa anak ( sex combined ).
menderita anemia agak berat. Juga beberapa anak menunjuk-
PCM score Jumlah anak Prosentase
kan gejala-gejala irritable, cengeng dan edema ringan pada kaki.
Hanya sebagian kecil saja yang betul-betul sehat.
0 6 orang 6%
1 58 orang 58%
PEMBICARAAN 2 32 orang 32%
Dari hasil-hasil penelitian ini ternyata memang sebagian 3 4 orang 4%
4 — —
besar anak balita disini menderita PCM borderline dan PCM
ringan (Lhat tabel 2, 3, 4, 5), yang secara klinik tidak me- Jumlah : 100 orang 100%

TABEL 1.— Data antropometri


Keterangan
:
Pemeriksaan
Range Mean Score 0 berarti normal.
antropometri Score 1 PCM borderline.
Score 2 PCM ringan.
Umur 5bln — 4,5 thn 2,64 thn Score 3 PCM sedang.
Berat badan (kg) 5,7 — 16,8 11,65 kg Score 4 PCM berat.
Tinggi badan (cm) 60 — 102 86,50 cm
Lingkar lengan
nampakkan gejala-gejala nyata. Menurut Prof. Poorwo Soedar-
atas (cm) 11 — 16 13,67 cm
mo mereka ini digolongkan dalam status "tidak sehat dan
Jumlah anak yang diperiksa = 100 orang. tidak sakit" (4). Dari 100 orang anak balita yang diperiksa

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 59


didapatkan 4 orang menderita PCM berat dengan penilaian secara antropometri dan klinik dengan hasil sebagian besar
berdasarkan berat badan menurut umur (Tabel 3). Dari 4 berstatus PCM borderline dan PCM ringan dan hanya 4% ber-
orang (4%) yang menderita PCM berat berdasarkan kriteria status PCM berat. Keadaan ini belum merupakan problem
antropometri, secara Idinik juga menunjukkan gejala-gejala yang serius sebab jalan masih terbuka lebar untuk bisa me-
agak nyata seperti badan sangat kurus, lemah, pucat, irritable ningkatkan status gizi dan kesehatan anak-anak balita tersebut.
dan edema ringan pada kaki. Namun demikian secara ke- Namun demikian masih perlu diadakan follow-up secara ter-
seluruhan keadaan anak balita disini belum merupakan atur dan berkesinambungan.
problem yang serius. Meskipun demikian perlu juga dipikirkan
langkah-langkah sedini mungkin untuk penanggulangan se- KEPUSTAKAAN
belum keadaan bertambah parah. Dalam hal ini Puskesmas di
Nusa Penida sudah menjalankan usaha-usaha berupa pembagi- 1.Majalah Kesehatan No. 57, tahun 1977, diterbitkan oleh Departe-
ment Kesehatan Republik Indonesia, 76 — 78.
an susu secara rutin kepada anak-anak balita terutama di desa- 2.Majalah Kesehatan No. 58, tahun 1977, diterbitkan oleh Departe-
desa dimana keadaan sosial ekonominya tergolong parah. ment Kesehatan Republik Indonesia, hal 15 — 17.
Puskesmas sudah pernah melakukan penelitian antropo- 3. Kumpulan Kuliah Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas
metri pada anak-anak balita di 3 desa (Batukandik, Batu- Indonesia, tahun 1974, cetakan kedua, Bagian I, hal 421 — 422.
4.Prof. Poorwo Soedarmo, Dr A Djaeni Setiaoetama. Ilmu Gizi,
madeg dan Klumpu) tahun 1977. Diperiksa 300 anak balita
Masalah Gizi Indonesia dan Perbaikannya. Penerbit Dian Rakyat,
dengan hasil PCM borderline dan PCM ringan menduduki 205 — 208.
tempat teratas dan PCM berat hanya 6 orang (2%) (6). Dengan 5.Manual for the Standardization and Evaluation of Data for the
demikian dapat dikatakan bahwa hasil yang kami dapatkan Assessment of the Nutritional Health of a Community using Field
tidak jauh berbeda. Hanya berbeda dalam jumlah sample. Survey Techniques in Rural Areas. Survey/Reaserch Unit Directo-
rate of Nutrition Ministry of Health Indonesian, Jakarta, Desember
1971.
KESIMPULAN 6. Data-data anthrophometri anak-anak balita di Batukandik, Batu-
Telah dilakukan penelitian terhadap 100 orang anak balita madeg dan Klumpu tahun 1977 oleh staf Puskesmas Nusa Penida.

Buku yang diterbitkan dalam 2 jilid ini ditulis dengan mak-


sud untuk memberi pengetahuan dasar dari Ilmu Mahkota dan
Jembatan (Crown & Bridge prosthodontios atau Fixed partial
prosthodontios) yang merupakan suatu bagian dari ilmu ke-
dokteran gigi. Di sini diajarkan cara-cara pembuatan alat-
alat penganti gigi berupa mahkota-mahkota untuk memugar
bentuk gigi yang mengalami kerusakan dan geligi tiruan yang
diikatkan secara tetap pada gigi-gigi yang masih ada untuk
mengganti yang hilang.
Dalam kedua jilid buku ini diuraikan masalah-masalah se-
perti : Indikasi dan kontraindikasi perawatan gigi tiruan jem-
TEORI DAN PRAKTEK batan, Diagnosa dan rencana perawatan, Persiapan gigi untuk
ILMU MAHKOTA & JEMBATAN pemahkotaan, Pencetakan dan pembuatan alat-alat penganti
gigi di laboratorium. Disamping itu juga dibahas cara-cara pem-
Oleh : drg. P. Martanto. Jilid 1, edisi buatan mahkota berlapis jaket, gigi pasak, dan diberi uraian
yang disempurnakan, 299 halaman. Bandung, Penerbit tentang restorasi gabungan logam-porselen, penirmanaan jem-
Alumni, 1981. batan, kegagalan jembatan, pembuatan restorasi tetap pada
remaja dan peranan ortodontik dalam penanganan kasus
" Setiap dokter gigi pada suatu saat dalam kariernya akan jembatan.
merasa bahwa profesinya merupakan profesi yang penuh dan Pengalaman pribadi penulis dalam bidang klinis dan labo-
menarik. Dia harus memiliki pengetahuan dan terlatih dalam ratorium selama 25 tahun banyak membantu penulis dalam
bidang biologik seperti halnya seorang dokter, dia harus mam- menyusun tata kerja yang efektif, praktis dan sederhana, dan
pu mendisain dan membangun suatu struktur seperti halnya disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada umumnya di
seorang insinyur, dan disamping itu, mampu menunjukkan Indonesia.
sifat halus seorang seniman untuk dapat menghasilkan hasil- Dicetak offset dengan kertas HVS yang tebal serta mutu
hasil estetik yang demikian perlu dalam pemugaran gigi," pencetakan yang baik, buku ini juga dihiasi dengan 148 gam-
demikian Dr. Stanley Tylman pernah berkata. Dan semua ke- bar, yang seluruhnya merupakan lukisan tangan si penulis.
ahlian serta pengalaman itu ditantang dalam pembuatan mah- Ketekunan dan sentuhan seni penulis tercermin dalam ilustra-
kota dan jembatan gigi. si yang indah dari informatif itu.

60 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


Catatan singkat

Lebih dari separuh dari 105 penderita pes di Ame- Malaria masih tetap merupakan masalah dunia. Maka
rika dalam dekade 1970 adalah anak-anak; bahkan obat-obat baru untuk malaria masih terus dicari.
ada neonatus yang terkena. Asalkan tanda-tanda Baru-baru ini diberitakan penemuan obat baru yaitu
septikemia dan nyeri kelenjar dikenali, pengobatan Artemisine atau "Qinghaosu", berasal dari tanaman
dengan streptomisin dapat menyembuhkannya. tradisional Cina, Artemisia annua L, yang telah dike-
nal di sana 2000 tahun yll. Bahan aktifnya ditemukan
Am J Dis Child 1981; 135: 418
tahun 1972 yll, berupa senyawa sesquiterpene lactone
dengan gugus peroksi.

Obat ini sangat poten dan bersifat parasitisidal
Basil lepra tumbuh dengan subur pada hewan ar- terhadap P. vivax & falciparum pada tahap eritro-
madillo karena suhu tubuh hewan ini rendah. Kini sitik. Malaria serebral dan falciparum yang resisten
vaksin lepra sedang dikembangkan menggunakan terhadap klorokuin dapat dibasminya. Sejauh ini be-
hati dan limpa hewan tsb. Tapi seandainya vaksin tsb lum ditemukan efek samping yang berbahaya.
berhasil baik, masih ada masalah lain : tak cukup
Pharmacy International 1981 ; 2 (9) : 184
banyak armadillo untuk membuat vaksin bagi 2000
juta orang dengan resiko lepra di seluruh dunia.

Nature 1981; 291 : 527

• Rasa gatal itu sulit sekali dinilai secara obyektif, se-


hingga penelitian yang berkaitan dengannya juga ter-
Dalam usaha memberantas merokok, ada yang me- hambat. Namun kini ditemukan bahwa selama ti-
nganjurkan penggunaan sigaret rendah-nikotin bila dur pasien-pasien yang merasa gatal menggerakkan
orang tsb belum dapat berhenti merokok. Rupanya tangannya lima kali lebih sering daripada orang nor-
usaha ini tidak akan banyak menolong membebaskan- mal. Oleh sebab itu alat pengukur gerakan tangan se-
nya dari penyakit, karena dia cenderung menghisap waktu tidur dapat dipakai untuk menilai rasa gatal.
rokoknya dalam-dalam sehingga volume asap yang Hasil penelitian itu konsisten dan reproducible, se-
masuk paru-paru lebih banyak. Bersamaan dengan itu hingga dapat dipakai oleh para ahli penyakit kulit un-
akan masuk juga sisa-sisa pembakaran berupa gas CO tuk penelitian-penelitian yang berhubungan dengan ra-
dan ter dalam jumlah yang lebih banyak. Sedang jum- sa gatal.
lah total nikotin yang terhisap akan tetap sama. Brit J Dermatol 1980; 102 : 275—81
Maka Herning dkk. mendukung usul Russel : bu-

atlah sigaret dengan kadar nikotin sedang atau tinggi,
Pada binatang, anjing misalnya, penis captivus ( penis
tapi rendah ter dan CO nya.
sulit dilepaskan dari genitalia betina ) adalah kejadian
Br. Med J 1981; 293 : 187
yang normal. Tidak demikian halnya pada manusia.
• Banyak dongeng tentang itu, namun hampir tak ada
bukti otentik bahwa itu dapat terjadi pada manusia.
Dulu ibu-ibu hanya diberi kesempatan 1 jam un- Oleh sebab itu laporan pengalaman pribadi Brendan
tuk menengok anak yang dirawat di rumah sakit Musgrave menarik juga. Pada tahun 1947 dia menyak-
Kini di Inggris ibu-ibu itu bukan hanya dianjurkan sikan dua orang muda, mungkin pasangan yang se-
bahkan didesak — untuk tinggal di rumah sakit me- dang berbulan madu, dibawa ke rumah sakit gara-ga-
nemani anak-anak sakit itu. Sebuah buku bagi orang- ra kejadian itu. Setelah anestesi diberikan pada si wa-
tua yang diterbitkan oleh the National Association nita, persoalan pun beres dan mereka pulang hari itu
for the Welfare of Children in Hospital secara meya- juga (adakah teman sejawat di Indonesia yang me-
kinkan mendiskusikan masalah ini. (Bagaimana nyaksikannya secara pribadi?).
rumah sakit di Indonesia ?).
Br Med J 1980; 280 : 51

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 61


SOLIDER PEKERJAAN RUTIN
Seorang dokter telah selesai memberi
penerangan tentang keluarga berencana Di dalam kamar bedah seorang pasien yang akan dioperasi ditidurkan di atas meja ope-
bagi warga suatu desa yang telah ber- rasi. Setelah operator melihat daerah yang akan dioperasi, dengan kesal dia bertanya,
langsung sehari penuh. Dengan wajah "Kenapa rambut-rambutnya belum dicukur ? Panggil perawatnya !"
yang letih dan suara yang agak parau Dengan hati dag-dig-dug perawat tersebut memasuki kamar bedah, lalu opera-
bertanyalah ia kepada para pendengar tor berkata, "Coba dilihat, apakah rambut-rambutnya telah dicukur !"
ceramah tentang cara-cara mencegah Perawat tersebut mendekati meja operasi dan membuka kain yang menutupi pa-
kehamilan. sien, lalu dengan hati lega ia berkata : "Sudah dicukur, dok!"
"
Jadi, ibu-ibu, kalau mau keluarga Operator : " Lho, apanya yang kamu cukur ?"
berencana harus pakai .................." Perawat : " Pubesnya, dok."
(disini dokter tadi menunggu jawaban Operator : " Ya, ampun...................................... yang perlu dicukur adalah tengkuk-
spontan dari para ibu). Oleh karena nya, bukan pubesnya ! " sambil menunjuk ke arah tumor yang terdapat di tengkuk
tidak terdengar jawaban maka ia hen- pasien.
dr. Martono — Medan
dak menolong dengan mengatakan :
"spiiiiiii " (yang dimaksudkan ten-
tunya spiral). Terdengar suara serentak KEKURANGAN AIR SUSU IBU ( di Indonesia)
para ibu : ...............doll- !!!!!!!!
Dengan wajah yang kesal dokter ber- Kini tidak dapat disangkal lagi bahwa air susu ibu (a.s.i.) merupakan makanan
ganti menanyakan kepada para bapak- terbaik untuk bayi. Akan tetapi ternyata a.s.i. masih ada juga kekurangannya (khu-
bapak: "Bapak-bapak, kalau keluarga susnya di Indonesia) !
berencana harus pakai. . . . Kon . . . ." Nah, khayalkan saja bahwa pada suatu hari telah berkumpul bayi-bayi dari
(yang hendak didengar tentunya kon- seluruh dunia dalam suatu simposium internasional yang membahas peranan a.s.i.
dom). Akan tetapi bapak-bapak desa Semua wakil dari negara-negara yang hadir setuju akan keuntungan dan kemanfaatan
ini dengan semangat solider dengan cairan biologik ini bagi kesehatan dan pertumbuhan bayi.
para ibu menjawab .....................dol!?? Ternyata bayi, wakil atau utusan dari Indonesia, mengangkat jempol (ibu jari
Dengan lesu dokter tadi kembali kakinya meminta kesempatan bicara untuk menyampaikan keluhannya terhadap
ke kantornya. a.s.i. Indonesia.
- - Saya memang setuju dengan semua pujian bagi a.s.i seperti yang telah dikemuka-
OLH
kan oleh teman-teman bayi yang lain, akan tetapi saya hendak mengajukan suatu
hal yang kurang sedap dalam a.s.i. di Indonesia.
- - Bila saya hendak meminum a.s.i pada waktu menjelang pagi, maka hidung saya
tertusuk oleh bau asap rokok kretek !!!
Nah, kiranya Sdr. dapat menebak apa yang menyebabkan kontaminasi a.s.i.
dengan bau asap rokok kretek tersebut ???
OLH

62 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981


RUANG PENYEGAR DAN

Dapatkah saudara menjawab pertanyaan - pertanyaan di bawah ini ???

1. Banyaknya udara yang kita hisap dipengaruhi oleh ge- 6. Pernyataan ini benar untuk mikobakteriosis paru,
rakan iga dan diafragma. Pada tiap alun nafas (tidal kecuali :
volume) orang normal, gerakan diafragma dan abdo- (a) disebabkan oleh mikobakterium atipik.
men memberi kontribusi kurang lebih : (b) mikobakterium ini dapat hidup di alam bebas
(a) 20 % sebagai saprofit.
(b) 30 % (c) gejala kliniknya berat meskipun gambaran. ra-
(c) 40 % diologik paru menunjukkan lesi yang sedikit
(d) 50 % sekali.
(e) 70 % (d) lebih sering terbentuk kavitas daripada tuber-
2. Pada pembedahan abdomen, kapasitas total paru mau- kulosis.
pun kapasitas vital akan lebih banyak berkurang bila (e) lebih kebal terhadap kemoterapi daripada tuber-
dilakukan sayatan pada : kulosis sehingga pembedahan merupakan terapi
(a) abdomen bagian atas pilihan bila lesi masih terbatas.
(b) abdomen bagian tengah 7. Adenoma bronkhial : (pilih pernyataan yang salah)
(c) abdomen bagian bawah (a) adalah tumor paru dengan tingkat malignitas yang
(d) sayatan dimana saja sama pengaruhnya. rendah, tapi dapat bermetastasis.
3. Berkurangnya isi paru pada pembedahan abdomen di- (b) biasanya dijumpai pada usia tua.
sebabkan oleh hal-hal di bawah ini, kecuali : (c) batuk dan hemoptisis merupakan gejala pertama
(a) pengaruh narkosis umum. sebagian besar pasien.
(b) pneumoperitoneum (d) pemeriksaan radiologik sering normal.
(c) distensi abdomen (e) bila tumor primer dapat direseksi, prognosis baik
(d) rasa sakit pasca bedah meskipun ada metastasis
(e) bukan salah satu dari di atas. 8. Pada bronkhitis kronis :
4. Pada penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) (a) latihan fisik/fisioterapi tak bermanfaat.
(a) terapi dengan obat-obatan sangat efektif (b) pasien sebaiknya dilarang berolahraga meskipun
(b) terapi medikamentosa terutama ditujukan untuk hanya ringan saja.
mengurangi infeksi. (c) banyak yang disebabkan oleh proteolisis jaringan
(c) terapi fisik/fisioterapi sering berguna walaupun alveolar akibat asap rokok.
tak ada perbaikan faal paru. (d) diazepan berbahaya, maka sama sekali tak boleh
(d) di Indonesia dilaporkan penderita wanita lebih digunakan.
banyak daripada lelaki. (e) pengobatan terutama harus ditujukan pada kau-
(e) semua jawaban benar. sanya, karena kausanya mudah diketahui dan di-
5. Postural drainage adalah cara klasik untuk mengelu- obati.
arkan sekret paru dengan mempergunakan gaya berat 9. Pada penerbangan yang tinggi dengan kabin yang tanpa
itu sendiri, digunakan pada keadaan-keadaan di bawah tambahan tekanan udara :
ini, kecuali : (a) dapat terjadi rasa nyeri pada telinga dan sinus ka-
(a) penderita yang tirah baring lama, khususnya pen- rena pengembangan gas.
derita penyakit paru kronik, penderita pasca be- (b) dapat terjadi rasa nyeri bila ada pulpitis laten.
dah yang mengalami imobilisasi dsb. (c) nyeri pada sinus lebih sering terjadi waktu turun
(b) penderita dengan sputum yang banyak (d) nyeri perut terjadi bila tak dapat flatus
(c) penderita yang batuknya tidak efektif karena sa- (e) semua benar
kit.
(d) edema paru dan efusi pleura
(e) penderita yang tidak sadar/koma untuk menge-
luarkan sekret.

Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 63


ABSTRAK•ABSTRAK
LIPAT DAUN TELINGA (EARLOBE CREASE) DAN PENYAKIT JANTUNG
KORONER

Telah dilakukan penelitian untuk menyanggah atau memperkuat dugaan adanya


korelasi antara lipatan daun telinga dan penyakit jantung koroner. Dr. Hanna dkk.,
dari School of Aerospace Medicine, USA telah meneliti 1172 pria dewasa yang telah
dikumpulkan untuk evaluasi medik kesegaran jasmani untuk menjadi pilot kapal
terbang.
Pada 172 diantara mereka telah dilakukan angiografi koroner dan 28% diantara-
nya memang menunjukkan penyakit jantung koroner.
Juga telah ditemukan hubungan stastistik yang sangat bermakna antara lipatan
daun telinga dan umur, baik dalam seluruh rombongan maupun diantara 172 orang
yang telah menjalani arteriografi koroner.
Mereka berkesimpulan bahwa lipatan daun telinga disebabkan oleh usia dan
usia sendiri memang sangat erat berhubungan dengan penyakit jantung koroner.
Kalau faktor usia dikeluarkan maka lipatan daun telinga sendiri tidak meningkatkan
ketepatan ramalan penyakit jantung koroner.
OLH
NTIS Medicine & Biology, Oct. 6, 1981

GANGGUAN VASKULER HEPAR KARENA TERAPI DENGAN DACARBAZINE


Dacarbazine (dimetil—triazeno—imidazolkarboxamida) sering digunakan untuk
terapi melamona stadium III dan sebagai obat tambahan pada stadium I dan II pada
penderita yang prognosanya buruk.
Gangguan sementara terhadap test fungsi hepar telah dikenal sebagai efek sam-
ping obat ini. Pada laporan ini disebutkan 2 kasus hepatic failure karena oklusi vasculer
selama terapi melanoma dengan dacarbazine (sebagai sitostatika tunggal). Main itu
disebutkan pula 5 kasus kematian lain yang juga dalam terapi obat ini. yang dikutip
dari laporan lain.
Mekanisme kerja hepatic failure karena obat ini belum diketahui dengan pasti,
tetapi diduga mungkin ada kaitan dengan interaksi dengan obat lain yang dipakai
bersama sitostatika tsb. seperti chlorpromazine dsb.
BS
Br. Med J 1981; 282: 1744

PERLUKAH ENEMA PADA PARTUS ?

Penyelidikan oleh Romney & Gordon baru-baru ini telah membuktikan bahwa
mencukur daerah pubis pada wanita yang sedang partus tidak ada faedahnya. Kini
kedua peneliti itu menyelidiki " kebiasaan" lain pada praktek obstetri, yaitu : apakah
enema berguna bagi wanita yang sedang partus. Enema biasanya dianggap berguna
karena (i) usus yang kosong mempermudah turunnya bagian yang dipresentasi, (ii)
mengurangi kontaminasi feces, dan (iii) secara reflex merangsang aktivitas uterus.
Dalam penelitian ini 149 wanita (kelompok kontrol) diberi enema, 125 lainnya
tidak. Kedua kelompok ternyata tidak menunjukkan perbedaan bermakna dalam
kontaminasi feces selama partus kala I & II. Kontaminasi setelah pemberian enema
justru sulit dikontrol, karena feces lebih cenderung cair. Lama partus dapat dikatakan
sama pada kedua kelompok.
Disimpulkan bahwa dalam persiapan partus normal, enema hanya pantas diberikan
bila wanita tsb. belum berdefekasi dalam 24 jam terakhir, atau pemerikaan dalam
jelas jelas menunjukkan rektum yang penuh.

Romney ML, Gordon H. Brit Med J 1981 ; 282: 1269 — 71

64 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981

You might also like