You are on page 1of 27

Contoh Proposal Pembuatan Radio Swasta

January 9, 2009 by yc1mu Filed under Radio Komunitas PROPOSAL Radio Siaran Swasta ( Komersil ) Dalam Menunjang Kemajuan Daerah dan Prospek Bisnisnya I. PENDAHULUAN - Landasan Pemikiran Dalam mengikuti dinamika kehidupan masyarakat dan kemajuan daerah yang luar biasa, peran dan fungsi sebuah media menjadi bagian yang tidak terpisahkan sesuai dengan kebutuhan dan peruntukannya. Radio Siaran Swasta adalah media yang memiliki kelebihan tersendiri dibanding media lain dalam menunjang kemajuan daerah. Realitas yang ada dari sebuah Radio Siaran Swasta yaitu ; 1. Sebagai sarana hiburan paling murah bagi semua kalangan. 2. Sebagai media informasi paling ampuh dan efektif, karena bisa didengarkan dalam keadaan apapun. 3. Sebagai media komunikasi paling efisien antar masyarakat dan atau Pemerintah dengan masyarakat. 4. Berpengaruh kuat bagi semua kalangan masyarakat. 5. Sangat prospektif dalam bisnisnya ( Profit Oriented ). II. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Mendorong masyarakat untuk lebih banyak menerima informasi tentang perkembangan dan kemajuan daerahnya. 2. Mendorong masyarakat untuk lebih menambah ilmu pengetahuan dan wawasan. 3. Mendorong masyarakat untuk berani menyampaikan aspirasi dan berkomunikasi dengan Pemerintah daerahnya. 4. Memberikan kontribusi terhadap upaya Pemerintah Daerah dalam sosialisasi / pelaksanaan program pembangunan. 5. Menambah ( sebagai ) asset daerah dibidang media elektronika. III. DAYA TARIK RADIO SIARAN SWASTA 1. Kualitas modulasi dan daya pancar. 2. Visi dan Misi yang jelas dalam program.

3. Mata acara yang punya materi menarik ( Lagu, Informasi, Pendidikan ). 4. Penempatan mata acara yang tepat ( sesuai denga situasi ). 5. Koleksi lagu ( Diskotik ) komplit dan bagus. 6. Gaya Penyiar menawan dan membawa suasana acara dan pendengar jadi hidup ( tidak monoton ). 7. Ada kegiatan Off Air ( Darat ), baik berkala maupun temporer. IV. TARGET PENCAPAIAN ( Tahap Ideal ) A. Segi Popularitas. 1. 3 ( tiga ) bulan pertama adalah masa pengenalan nama radio. 2. 3 ( tiga ) bula kedua adalah masa pengenalan program ( Acara ) dan penjajakan pasar. 3. 3 ( tiga ) bulan ketiga adalah masa pemantapan program dan pemasaran. 4. 3 ( tiga ) bulan keempat dst, adalah masa pencapaian target penjualan. B. Segi Bisnis. 1. 1 ( satu ) tahun pertama adalah masa upaya menutupi biaya operasional radio perbulan. 2. Tahu kedua dst, adalah masa upaya profit oriented ( menuju kondisi stabil ). V. SEGMEN PENDENGAR Segmen pendengar ditentukan oleh program / format mata acara yang dibuat, seperti contoh ; - Dewasa kelas menengah keatas - Dewasa kelas menengah kebawah - Dewasa semua kelas VI. PROSENTASE PROGRAM Contoh ; ? Hiburan : 40 % ? Informasi : 20 % ? Pendidikan : 25 % ? Komersil : 15 % VII. JENIS INCOME RADIO 1. Adlips Record ( Spot ) promo produk perusahaan atau lainnya. 2. Adlips ( Ikan Baca ) promo produk perusahaan atau lainnya. 3. Spot Time Signal. 4. Block Program ( Interaktif atau sponsor acara ) 5. SMS 4 digit ( empat angka ) bekerjasam dengan Selular Telepon. 6. Program Off Air. 7. Dan lain lain yang bisa diupayakan setelah berjalannya radio.

VIII. COST OPERASIONAL RADIO ( Rutin ) 1. Gaji Karyawan. 2. Pembayaran Listrik. 3. Pembayaran Telepon. 4. Pembayaran Air PDAM. 5. Pemeliharaan Alat. 6. ATK dan Rumah tangga Studio. 7. Operasional Lapangan ( Marketing ). IX. ( Contoh ) INCOME RADIO PERBULAN 1. Jenis Iklan Spot ( tarif Rp. 50.000,- per spot / per menit ). Jam potensial 06.00 20.00 wib ( 14 jam / sama dengan 840 menit ) Prediksi terjual 10 % dari 840 menit sama dengan 84 menit / hari. Total perbulan ( 30 hari ) 30 X 84 X Rp. 50.000,- = Rp. 126.000.000,2. Jenis Iklan Baca ( tariff Rp. 75.000,- per satu kali baca maksimum 15 baris ). Prediksi terjual 10 kali baca perhari Total perbulan ( 30 hari ) 30 X 10 X Rp. 75.000,- = Rp. 22.500.000,3. Jenis Spot Time Signal ( tarif Rp. 50.000,- per spot per 10 detik ) Prediksi terjual 14 jam ( 14 kali pergantian waktu ) Total perbulan ( 30 hari ) 30 X 14 X Rp. 50.000,- = Rp. 21.000.000,4. Jenis Block Program Interaktif ( tarif Rp. 1.500.000,- per 2 jam ) Prediksi terjual perminggu 3 kali intreaktif ( 6 jam ) Total perbulan ( 4 minggu ) 4 X 6 X Rp. 1.500.000,- = Rp. 36.000.000,5. SMS 4 Digit ( 4 angka ) tarif Rp. 2.000,- per SMS. Prediksi masuk 500 SMS per hari Sistem / aturan Rp. 1.000,- untuk operator telepon dan Rp. 1.000,- untuk radio Total perbulan ( 30 hari ) 30 X 500 X Rp. 1.000,- = Rp. 15.000.000,Prediksi pendapatan perbulan ( 1+2+3+4+5 ) = Rp. 220.500.000,Prospek pencapaian 50 % = Rp. 110.250.000,X. PREDIKSI BIAYA A. OPERASIONAL per Bulan ? Gaji Karyawan ( 46 orang ) = Rp. 42.490.000,? Pembayaran Listrik = Rp. 3.000.000,? Pembayaran Telepon ( 3 line ) = Rp. 2.000.000,? Pembayaran PDAM = Rp. 500.000,? ATK & RT Studio = Rp. 1.000.000,-

? Pemeliharaan Alat = Rp. 2.000.000,? Operasional Lapangan = Rp. 2.000.000,? Lain lain tak terduga = Rp. 1.000.000,Jumlah = Rp. 53.990.000,B. RINCIAN GAJI KARYAWAN ? Direktur = Rp. 3.500.000,? General Manager ( GM ) = Rp. 2.500.000,? Sekretaris = Rp. 1.500.000,? Manager ( 4 orang ) @ Rp. 1.500.000,- = Rp. 6.000.000,? Ka. Bagian ( 4 orang ) @ Rp. 1.000.000,- = Rp. 4.000.000,? Staf ( 9 orang ) @ 850.000,- = Rp. 7.650.000,? Office Boy = Rp. 750.000,? Satpam = Rp. 750.000,? Penyiar Harian ( 8 orang ) = Rp. 8.640.000,? Penyiar mingguan ( 8 orang ) = Rp. 1.440.000,? Reporter ( 8 orang ) = Rp. 5.760.000,Jumlah = Rp. 42.490.000,Keterangan : Rincian gaji penyiar dan reporter. - Penyiar harian 8 orang, tugas 3 jam siaran / hari @ Rp. 45.000,Total perbulan ( 24 hari kerja ) 24 X 8 X Rp. 45.000 = Rp. 8.640.000,- Penyiar mingguan 8 orang, tugas 3 jam siaran / minggu @ RP. 45.000,Total 4 minggu 4 X 8 X Rp. 45.000,- = Rp. 1.440.000,- Reporter 8 orang, tugas 2 berita / hari @ Rp. 30.000,Total perbulan ( 24 hari ) 24 X 8 X Rp. 30.000,- = Rp. 5.760.000,X. SUSUNAN MANAJEMEN RADIO ? General Manager ( GM ) ? Sekretaris ? Manager Administrasi ? Manager Keuangan ? Manager Program ? Manager Pemasaran ? Kepala Bagian Siaran ? Kepala Bagian Pemberitaan ? Kepala Bagian Umum ? Kepala Bagian Teknik ? Staf Pemberitaan ? Teknisi Studio

? Penata Musik / Produksi ? Operator Siaran ? Operator Telepon ? Receptionis ? Kurir ? Office Boy ? Satpam XI. ANGGARAN BIAYA PENDIRIAN RADIO A. Akta Pendirian Perusahaan ( PT ) = Rp. 15.000.000,B. TDP, NPWP, Ket. Domisili Perusahaan dll = Rp. 10.000.000,C. Ijin Penggunaan Frekuensi ( Dishub ) = Rp. 25.000.000,D. Ijin Penyelenggaraan Penyiaran ( KPID ) = Rp. 25.000.000,E. Peralatan Studio Siaran 1. Pemancar ( TX ) 5000 Watt & Coaxial Kabel, Connector = Rp. 250.000.000,2. Tower 40 m jenis Self Supporting Tower & Antena 6 bay = Rp. 450.000.000,3. Mixer 20 track 2 bh = Rp. 40.000.000,4. Compact Disc Player 2 bh = Rp. 700.000,5. Tape Deck Player 2 bh = Rp. 600.000,6. Radio Control ( tuner ) = Rp. 300.000,7. Microphone 4 bh & Standar 4 bh = Rp. 4.000.000,8. Komputer 3 bh ( Produksi, Operator, Penyiar ) = Rp. 15.000.000,9. Headphone 5 bh = Rp. 1.250.000,10. Diskotik / Library ( Koleksi lagu-lagu ) = Rp. 2.500.000,11. Pembuatan Tune Radio / Jingle = Rp. 7.500.000,12. AC & Blower = Rp. 6.000.000,13. Lain-lain ( Kabel, Connector, Solder, dsb ) = Rp. 1.000.000,Jumlah = Rp. 853.650.000,F. Pembuatan Studio 1. Ruang Produksi 2. Ruang Operator 3. Ruang Siaran ( dengan meja kerja bentuk khusus dan akustik ) = Rp. 50.000.000,G. Peralatan Kantor ? Meubeler ? Meja Tulis 15 bh ? Kursi Lipat 25 bh ? Kursi Putar 10 bh ? Kursi Sofa 3 set ? Meja Resepsionis ( khusus ) ? Lemari Data ( Bentuk Buffet ) 2 bh

? Komputer 5 bh ? Printer 2 bh ? Faximile 1 bh ? ATK, Stempel, File Box dll ? Pesawat Telepon Jumlah = Rp. 70.000.000,H. PERANGKAT LAIN ( tambahan ) - Pemasangan 2 Line Telepon = Rp. 5.000.000,- Pemasangan BOX PABX = Rp. 3.000.000,- Pemasangan Line SMS ( 4 Digit ) = Rp. 15.000.000,- Pembuatan Papan Nama Radio = Rp. 3.000.000,JUMLAH = Rp. 999.650.000,Biaya Tak terduga 10 % = Rp. 99.965.000,JUMLAH TOTAL = Rp. 1.099.615.000,Terbilang ; Satu Milyar Sembilan Puluh Sembilan Juta Enam Ratus Lima Belas Ribu Rupiah. Keterangan : Anggaran biaya tersebut tidak termasuk untuk pengadaan gedung / kantor. XII. HAL LAINNYA 1. Pada posisi radio dari nol, maka biaya operasional radio ditanggung / di subsidi oleh pemilik, dengan ketentuan sbb; ? 3 bulan pertama subsidi kepada pengelola sebesar 100 % ? 3 bulan kedua subsidi kepada pengelola sebesar 75 % ? 3 bulan ketiga subsidi kepada pengelola sebesar 50 % 2. Nilai Investasi dalam bisnis radio adalah berupa alat / perangkat yang tidak akan hilang. 3. Makin lama usia radio, maka harga jual kembali akan semakin tinggi. 4. Apabila Operasional radio lancer dan pencapaian target income perbulan lancer, maka dalam tempo 3 4 tahun sudah BEP. XIII. PENUTUP Adalah gambaran riil yang disampaikan dalam proposal ini, mudah-mudahan investor yang berminat dalam bisnis Radio Siaran Swasta ( Komersil ) paham adanya. Bandung, Nopember 2007 Penyusun, Taye Tayudin Dj

Tags: Pembuatan, Proposal, Radio, Swasta Comments 9 Responses to Contoh Proposal Pembuatan Radio Swasta 1. Black Jack on January 11th, 2009 7:37 pm

Coba di test dulu ! 2. yc1mu on January 11th, 2009 7:53 pm

ok! 3. ahyaramnur on January 20th, 2009 11:25 am

Trimaksih ats infonya. km jg minta dibuatkan proposal untuk rencana membuat Radio Dakwah dan Informasi Islam, Radio Swasta. Terima kasih atas kunjungannya, salam kenal. Pada dasarnya semua Radio Siaran Baik Komersil maupun Komunitas prinsipnya sama, jika Radio Swasta dengan kualitas yang baik maka ditunjang pula dengan peralatan yang bagus dan memang mahal, tetapi Radio Komunitas hanya mengandalkan Hobi saja dengan paralatan seadanya dan bisa didengar sudah cukup terlepas dari kualitas audionya baik atau buruk. Yang membedakan justru adalah isi dan format siarannya, sebagai contoh mungkin dikota anda bisa disimak radio dengan segmen pendengar Dangdut, Pop atau Religius, itu semua hanya format acaranya saja yang beda sementara tidak ada yang beda dengan perangkat siarannya, hanya diperlukan kepiawaian seorang MD atau Music Director bekerjasama dengan penyiar bisa mengatur atau mengolah sebuah acara sehingga

menarik pendengarnya. Mungkin contoh proposal ini hanya bahan acuan selebihnya anda bisa menambahkan kebutuhan yang diperlukan dengan terlebih dahulu survey perangkat yang dibutuhkan. Tks 4. Prof. Dr. H. Siswoyo Haryono, MM, MPd on January 29th, 2009 10:38 am

Assalamu alaikum. wrbb Pak Taye Tayudin Dj, Yth. Salam kenal, Coba kami dibantu untuk menyiapkan siaran radio komunitas di kampus kami yang rencana berfokus pada penyiaran pendidikan, khususnya manajemen dan bisnis. Kami hanya memiliki rencana biaya yang sangat minim, namun ruangan studio dan fasilitas listrik, PAM, telp, komputer, hot spot internet, dll sudah ada. Tenaga kerja (operasionalisasi) adalah mhs dan dosen-dosen kami secara sukarela (volunteer). Dengan kata lain kami hanya membutuhkan transmitter dan kelengkapan operasional siaran saja. Misi kami adalah misi sosial pengabdian kepada masyarakat dalam rangka tri dharma perguruan tinggi. Mohon jawaban segera. Tkh, atas perhatian dan bantuan serta kerjasamanya. Prof. Dr. H. Siswoyo Haryono, MM, MPd Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Tridinanti Palembang (UTP) Tlp. 07110360717, 321058, fax 372164. HP 081977755000, 081367770999 Waalaikum Salam WrWb, Salam kenal kembali Pak Siswoyo Baik Pak Siswoyo kami dari admin sedang konsultasi dengan Bapak Taye untuk kesanggupan beliau, mengingat kesibukan beliau selaku pengurus salah satu Stasion Radio Swasta di Bandung yang banyak sekali pendengarnya juga sering melakukan kunjungan dan sharing ilmu dengan Radio radio Komunitas di Jabar. Mohon ditunggu beritanya, terima kasih. YC1MU 5. eko kurniawan on February 28th, 2009 7:36 am

salam, maaf pak saya mempunyai radio fm tapi di kota kecil tepatnya caruban-madiun, saat ini telah 6 tahun kami berdiri dengan ketarbatasan dana hanya dengan cita2 dan dorongan pendengar kami berusaha tetap diudara, perihal perizinan daerah sudah kami kantongi tinggal izin frekwensi saja, study kelayakan telah ditinjau oleh KPID surabaya, yang jadi masalah saat ini bagaimana cara membuat proposal permohonan izin penyelenggaraan penyiaran lembaga swata jasa penyiaran radio. untuk berkas form sistematika KPID telah kami isi. tapi seandainya bapak dapat membantu memberikan contoh penyusunannya kami amat berterima kasih. sebelum dan sesudahnya saya ucapkan matur suwun. 6. IHSAN SUBHAN on March 2nd, 2009 2:46 pm

saya berkunjung, dan informasi tentang proposal radionya bermanfaat banget bagi saya 7. IHSAN SUBHAN on March 2nd, 2009 2:48 pm

KUNJUNGAN SAYA KE WEB INI BERMANFAAT BANGET. THANKS YA 8. mitha on March 30th, 2009 9:37 pm

Prinsip pengajuan proposal perijinan radio hampir sama cuma perbedaannya antara radio komunitas dgn radio siaran niaga (komersil) beda badan hukumnya. Utk radio komunitas badan hukumnya adalah dari notaris yg ditunjuk utk pengesahan komunitasnya sedangkan radio siaran niaga badan hukumnya berbentuk pendirian perusahaan atau PT. Salah satu syarat lain utk radio komunitas adalah tanda tangan maupun foto kopi identitas dari komunitasnya maupun masyarakat setempat sebanyak 250 orang. Untuk mengetahui lebih lanjut silahkan datang ke KPI Daerah setempat atau

bisa dilihat disitus KPI. Dan apabila sdh mengajukan ijin penyelenggaraan penyiaran ke KPI, harus dilengkapi pula ijin penggunaan frekuensi yg dikeluarkan oleh balmon ( DisHub ). 9. eko kurniawan on May 8th, 2009 1:17 pm

Salam, terima kasih atas contoh panduannya, tapi saya agak bingung dengan format LPS yang diberikan oleh KPI terutama dalam hal study kelayakan, apabila berkenan saya mohon bantuannya. perusahaan yang saya naungi adalah PT. RADIO BANGUN NUSANTARA SAKTI (BATARA FM) wilayah Caruban Jatim. kami baru berdiri mohon bantuannya, terima kasih sebelumnya. YD1 WKE Eko Kurniawan Jl. P. Sudirman 4a maron, Caruban Madiun Jawa-timur 0351-384509 / 385559 Hp. 081364607758

Sejarah Radio di Indonesia


February 9, 2009 by yc1mu Filed under Radio Komunitas 1 Comment Selain sejarah penemuan dan inovasi dunia radio, saya juga tertarik untuk mengumpulkan beberapa materi dari berbagai sumber tentang sejarah radio di Indonesia. Mulai dari Radio Pemerintah, Radio Swasta hingga Amatir Radio yang berkembang di Indonesia. Radio Republik Indonesia. Melalui situsnya dijelaskan bahwa RRI atau Radio Republik Indonesia secara resmi didirikan pada tanggal 11 September 1945, oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang di 6 kota. Rapat utusan 6 radio di rumah Adang Kadarusman, Jalan Menteng Dalam, Jakarta, menghasilkan keputusan mendirikan Radio Republik Indonesia dengan memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama. Rapat tersebut juga menghasilkan suatu deklarasi yang terkenal dengan sebutan Piagam 11 September 1945, yang berisi 3 butir komitmen tugas dan fungsi RRI yang kemudian dikenal dengan Tri Prasetya RRI. Penghapusan Departemen Penerangan oleh Pemerintah Presiden Abdurahman Wahid dijadikan momentum dari sebuah proses perubahan government owned radio ke arah Public Service Boradcasting dengan didasari Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2000 yang ditandatangani Presiden RI tanggal 7 Juni 2000. Saat ini RRI memiliki 52 stasiun penyiaran dan stasiun penyiaran khusus yang ditujukan ke Luar Negeri dengan didukung oleh 8500 karyawan. Kecuali di Jakarta, RRI di daerah hampir seluruhnya menyelenggarakan siaran dalam 3 program yaitu Programa daerah yang melayani segmen masyarakat yang luas sampai pedesaan, Programa Kota (Pro II) yang melayani masyarakat di perkotaan dan Programa III (Pro III) yang menyajikan Berita dan Informasi (News Chanel) kepada masyarakat luas. Di Stasiun Cabang Utama Jakarta terdapat 6 programa yaitu programa I untuk pendengar di Propinsi DKI Jakarta Usia Dewasa, Programa II untuk segment pendengar remaja dan pemuda di Jakarta, Programa III khusus berita dan Informasi, Programa IV Kebudayaan, Programa V untuk saluran Pendidikan dan Programa VI Musik Klasik dan Bahasa Asing. Sedangkan Suara Indonesia (Voice of Indonesia) menyelenggarakan siaran dalam 10 bahasa. Sekilas Sejarah Amatir Radio di Indonesia Kegiatan Amatir radio merupakan kegiatan orang-orang yang mempunyai hobby dalam bidang tehnik transmisi radio dan elektronika, kegiatan ini disahkan, diatur dan diawasi secara global baik oleh Badan-badan telekomunikasi international seperti ITU dan IARU maupun oleh badan

telekomunikasi nasional disetiap negara. Oleh karena itu dalam melakukan kegiatannya mereka mempunyai dan berlandaskan KODE ETIK AMATIR RADIO. Kegiatan amatir radio di Indonesia dimulai pada tahun 1930-an ketika Indonesia masih dalam jajahan Belanda atau Hindia Belanda. Sangat sedikit orang yang dipercaya oleh kekuasaan untuk memiliki izin amatir radio saat itu. Dua diantara mereka yang disebut-sebut sebagai pelopor adalah : Rubin Kain (YB1KW) yang izinnya didapat tahun 1932. Beliau telah meninggal pada tahun 1981. Yang kedua adalah B. Zulkarnaen (YB0AU) yang izinnya didapat pada tahun 1933. Beliau juga telah meninggal pada tahun 1984. Semua aktifitas amatir radio dihentikan pada saat pendudukan Jepan dan Perang Dunia II, namun ada dari sebagian mereka yang tetap nekat beroperasi dibawah tanah untuk kepentingan Revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia. Tahun 1945, proklamasi kemerdekaan RI disiarkan ke seluruh dunia dengan menggunakan sebuah pemancar radio revolusioner yang dibuat sendiri oleh seorang amatir radio yang bernama Gunawan (YB0BD). Jasa YBoBD ini diakui oleh Pemerintah dan sebagai penghargaannya, pemancar radio buatan Gunawan tersebut di simpan di Museum Nasional Indonesia. Selanjutnya, kegiatan amatir radio diselenggarakan kembali pada tahun 1945 sampai dengan 1949. Namun karena alasan keamanan dalam negeri, pada tahun 1950, pemerintah melarang kegiatan amatir radio hingga tahun 1967. Landasan pelarang itu adalah Undang-undang No. 5/1964 yang menegaskan hukuman yang sangat berat bagi mereka yang memiliki pemancar radio tanpa izin. Pada tahun 1966, amatir radio memperjuangkan kepentingannya kepada pemerintah agar amatir radio dapat diselenggarakan kembali di Indonesia. Akhirnya, dengan Peraturan Pemerintah No. 21/1967, pemerintah mengizinkan kembali kegiatan amatir radio. Melalui Konferensi Amatior Radio yang pertama pada tgl. 9 Juli 1969 di Jakarta, didirikan organisasi yang bernama Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI). Pada Munas ORARI tahun 1977, nama organisasi dirubah menjadi Organisasi Amatir Radio Indonesia dengan singkatan yang sama hingga sekerang. Terbentuknya ORARI dapat dikatakan berawal di Jakarta dan Jawa Barat atau pulau Jawa pada umumnya dan diprakarsai oleh kegiatan aksi mahasiwa , pelajar dan kaum muda, diawal tahun 1965 sekelompok mahasiwa publistik yang tergabung dalam wadah KAMI membentuk radio siaran perjuangan bernama Radio Ampera, mulai saat itu juga bermunculanlah radio siaran lainya seperti Radio Fakultas Tehnik UI, Radio Angkatan Muda, Kayu Manis, Draba, dll. Sudah tentu semua radio siaran itu merupakan siaran yang tak memiliki izin alias Radio gelap. Sadar karena semakin banyaknya radio siaran bermunculan yang memerlukan suatu koordinasi demi tercapainya perjuangan ORBA maka dibentuklah pada tahun 1966 oleh para mahasiwa suatu wadah yang diberi nama PARD (Persatuan Radio Amatir Djakarta) diantaranya terdapat nama-nama koordinatornya seperti Willy A Karamoy. Ismet Hadad, Rusdi Saleh, dll.

Di Bandung juga terbentuk PARB. Bagi anggota yang hanya berminat dalam bidang teknik wajib menempuh ujian tehnik dan bagi kelompok radio siaran disamping perlu adanya tehnisi yang telah di uji juga wajib menempuh ujian tehnik siaran dan publisistik. Setelah itu kesemuanya diberi callsign menggunakan prefix X, kode area 1 s/d 11 dan suffix 2 huruf sedangkan huruf suffix pertamanya mengidentifikasikan tingkat keterampilannya A s/d F seperti X6AM, X11CB dsb sedangkan untuk radio siaran diberi suffix 3 huruf. Pada mulanya PARD merupakan wadah bagi para amatir radio dan sekaligus radio siaran . Sehingga pada saat itu secara salah masyarakat mengidentikan Radio amatir sebagai radio siaran non RRI. Karena adanya tingkatan keterampilan, PARD saat itu juga menyelenggarakan ujian kenaikan tingkat. Disamping itu terdapat juga para Amatir era 1945-1952 yang tergabung dalam PARI (Persatoean Amatir Repoeblik Indonesia 1950), diantaranya terdapat nama - nama , Soehodo . (YBAB), Dick Tamimi . (YBAC), Soehindrio (YBAD), Agus Amanto (YBAE), B. Zulkarnaen . (YBAU), Koentojo (YBAV) dll. Diantara mereka ternyata ada juga yang menjadi anggota PARD seperti, (YBAE) dan (YBAU). Radio Siaran Swasta PRSSNI sebagai wadah organisasi radio swasta di Indonesia menuliskan bahwa keberadaan radio siaran di Indonesia, mempunyai hubungan erat dengan sejarah perjuangan bangsa, baik semasa penjajahan, masa perjuangan proklamasi kemerdekaan, maupun didalam dinamika perjalanan bangsa memperjuangkan kehidupan masyarakat yang demokratis, adil dan berkemakmuran. Di zaman Penjajahan Belanda, radio siaran swasta yang dikelola warga asing menyiarkan program untuk kepentingan dagang, sedangkan radio siaran swasta yang dikelola pribumi menyiarkan program untuk memajukan kesenian, kebudayaan, disamping kepentingan pergerakan semangat kebangsaan. Ketika pendudukan Jepang tahun 1942, semua stasiun radio siaran dikuasai oleh pemerintah, programnya diarahkan pada propaganda perang Asia Timur Raya. Tapi setelah Jepang menyerah kepada Sekutu 14 Agustus 1945 para angkasawan pejuang menguasai Radio Siaran sehingga dapat mengumandangkan Teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 ke seluruh dunia. Selanjutnya sejak proklamasi kemerdekaan RI sampai akhir masa pemerintahan Orde Lama tahun 1965, Radio Siaran hanya diselenggarakan oleh Pemerintah, dalam hal ini Radio Republik Indonesia atau RRI. Secara defacto Radio siaran swasta nasional Indonesia tumbuh sebagai perkembangan profesionalisme radio amatir yang dimotori kaum muda diawal Orde baru tahun 1966; secara yuridis keberadaan radio siaran swasta diakui, dengan prasyarat, penyelenggaranya ber-Badan Hukum dan dapat menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah RI nomor 55 tahun 1970 tentang Radio Siaran Non Pemerintah, yang mengatur fungsi, hak, kewajiban dan tanggungjawab radio siaran, syarat-syarat penyelenggaraan, perizinan serta pengawasannya. Hingga saat ini, saya mengamati perkembangan radio swasta semakin membaik, apalagi setelah jatuhnya Orde Baru pada tahun 1998. Terima kasih reformasi, karena sekarang saya dapat mendengarkan berita-berita aktual setiap saat melalui siaran radio swasta yang lebih kredibel.

Kita tidak lagi terpasung mendengarkan berita pada jam-jam tertentu. Itu satu hal yang positif, bagaimana industri melihat peluang yang ada pada saat bergulirnya reformasi. Sumber : http://duniaradio.blogspot.com/2008/02/sejarah-radio-di-indonesia.html Tags: FM, Indonesia, Komunitas, Radio, sejarah

Profil Suara Warga FM


February 9, 2009 by yc1mu Filed under Radio Komunitas Leave a Comment SEJARAH BERDIRI Radio Komunitas merupakan salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan masyarakat atas informasi yang memperjuangkan nilai-nilai demokrasi dan kearifan lokal, paradigma media yang selama ini menganggap masyarakat sebagai obyek media saja akan tereduksi dengan adanya peran masyarakat untuk mengelola media secara mandiri. Perkembangan media informasi dan komunikasi ini diilhami reformasi politik pada tahun 1999 dengan runtuhnya rezim otoritarianisme, reformasi ini membawa harapan baru atas terciptanya iklim demokratisasi di Indonesia. bahwa issue msyarakat lokal memiliki hak mendapatkan akses media lokal dan tuntutan informasi yang berimbang menjadi sebuah kebutuhan untuk menciptakan media yang dikelola oleh masyarakat sendiri, dimana akses dan deseminasi informasi ditujukan kepada masyarakat yang mengedepankan kepentingan dan keberpihakan masyarakat, Sehingga masyarakat memperoleh akses informasi sebagaimana yang dikehendaki. Pada 1 Mei tahun 2000 Radio Komunitas ini bernama Radio Swara Komunitas telah berdiri sebagai sebuah kepentingan bersama kelompok masyarakat untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan informasi, radio komunitas ini didirikan oleh masyarakat yang terdiri dari 18 desa di 18 Kecamatan di kabupaten Jombang dengan maksud untuk merepresentasikan geografi kabupaten Jombang, radio komunitas didirikan di desa carangwulung kecamatan Wonosalam dan studio siaran di tempatkan Jl. Wersah IX 36 Jombang. Pada Januari tahun 2001 Radio Swara Komunitas harus di hentikan sementara karena gangguan psikologis pengurus pada waktu itu karena ketakutan swepping yang dilakukan oleh pemerintah dan aparat, disamping waktu itu masih banyak kendala teknis. Pada 25 Februari tahun 2003 Radio Komunitas berdiri kembali dengan dimotori oleh aktivis mahasiswa di jombang bersama komunitas miskin kota yang terdiri dari abang becak, pemulung dan pengamen dan kemudian disepakati merubah nama menjadi Suara Warga di singkat dengan Surga FM bertempat di Frekwensi 97.05 dan mulai melakukan siaran perdananya dengan program program diantaranya Dapur Demokrasi/talkshow. Suara hati Rakyat/puisi, Warga Desa/Reportase, Surga wacana, Sosial Live Surga dan Live Musik Lokal.

Dengan terbitnya keputusan menteri nomor 15 tahun 2003 bahwa radio komunitas dialokasikan pada tiga kannal kemudian radio suarawarga memindah frekuensinya di 107,7 MHz. VISI Radio komunitas menjadi media rakyat untuk mendapatkan akses informasi komunitas lokal Terbangunnya opini publik melalui radio komunitas yang memihak pada kepentingan masyarakat Membangun informasi untuk memperjuangkan hak-hak dasar (based right) masyarakat MISI Menfasilitasi masyarakat untuk memediasi masalah-masalah komunitas dan dapat memperoleh informasi sesuai yang dibutuhkan komunitas Menciptakan informasi yang berimbang antara pusat, daerah dan komunitas lokal Sebagai media advokasi masyarakat untuk memperjuangkan hak-hak dasar masyarakat Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia masyarakat basis pengembangan media rakyat Sebagai alat yang digunakan untuk media kontrol dan partisipasi publik dalam pembuatan kebijakan daerah. USAHA/AKTIFITAS ORGANISASI Organisasi bergerak pada level broadcasting dengan melakukan aktifitas penyiaran radio suarawarga FM. Melakukan program produksi radio berbasis lokal dengan mengembangkan produksi budaya lokal, radio drama, jinggle, dan ILM. Menjalin kerjasama untuk mengembangkan program-program radio komunitas Melakukan capasity building radio komunitas baik di internal maupun ekternal radio komunitas. Dari Sumber : http://suarawarga.info/home Tags:

Radio Komunitas dan Wacananya


February 9, 2009 by yc1mu Filed under Radio Komunitas Leave a Comment Sekelumit Perjuangan Pada medio awal bulan agustus 2007, saya kedatangan tamu yang berkunjung ke Kantor saya dengan membawa cita-cita dan harapan besar. Dimana mereka para tokoh di sebuah desa yang berkeinginan untuk membuat suatu wadah atau organisasi yang bsa menghimpun seluruh aspirasi warga dengan sederhana dan bisa dijangkau khalayak umum.

Dalam perbincangan tersebut banyak hal atau ide yang dikemukakan oleh beberapa tokoh desa tersebut yang salah satunya adalah ingin didirikannya sebuah radio siaran yang sangat murah tetapi efektif, hal tersebut mengemuka setelah salah seorang tokoh tersebut memberikan beberapa catatan serta sebuah buku yang berisi undang-undang penyiaran dan surat edaran keputusan menkominfo. Alih-alih berpikir tentang ide lain, saya tertegun sebentar sembari berpikir dan menerawang jauh seraya membangunkan kembali ingatan saya beberapa tahun yang silam dikala muda, dahulu orang-orang amatiran membangun radio fm dikejar-kejar aparat, sehingga istilah saya dulu BREAKER KOLONG sering sembunyi-sembunyi jika ingin mengudara. Era tahun 80 an saat itu sedang boomingnya breaker di 80 meteran istilah saya dulu dengan perangkat menggunakan tube, kemudian bergeser ke VHF Handy Transceiver atau lebih dikenal 2 meteran, kemudian era tahun 90 an bermain dengan FM, sering kali saya mengudara di FM sementara lawan bicara saya menggunnakan HT atau 2 meteran, kala itu orang tua saya menyarankan untuk bergabung dengan ORARI. Secercah Harapan Melihat semangat yang ditunjukan oleh tokoh-tokoh tersebut saya menjanjikan untuk membantu sebisa saya karena saya belum yakin dengan keleluasan dari sebuah komunitas untuk mendirikan radio siaran, walhasil saya pulang ke rumah sambil mencari referensi mengenai pembicaraan tadi mengenai izin siaran radio komunitas, saya mencari perangkat yang dulu sudah saya kubur karena saya pikir sudah bukan jamannya lagi mengingat sudah banyaknya radio komersil dan TV Swasta yang mengudara adi saya kandangkan saja peralatan FM saya tersebut. Selanjutnya saya cek peralatan FM saya apa masih bisa digunakan dan memang masih bisa walaupun harus dibersihkan dulu dari debu yang memang sudah mengerak, dengan tujuan membuat surprise para tokoh desa tersebut, akhirnya pada pertemuan yang dihadiri oleh aparat desa dan masyarakat yang rencananya adalah akan membuat radio siaran dengan serta merta menunjukan rincian biaya yang timbul, akhirnya saya berbicara bahwa untuk meminimalisir dana maka untuk satu pemancar lengkap sudah tersedia, saya melihat raut muka kepala desa begitu sumringah tanda senangnya. Maka dengan senang hati saya tawarkan pula kantor saya dijadikan studio sementara hingga sudah terbentuknya struktur organisasi dan legalisasi siaran termasuk adanya studio, maka tepat pada tanggal 17 agustus 2007 radio komunitas itu sudah mengudara, saya mengontak temanteman dulu jamannya breaker tentang hal tersebut mereka antusias membantu saya dan memberikan banyak bantuan diantaranya adalah ; Software Stereo Coder, Software Orban 8400, Software Audio Automation, termasuk juga dengan lagu-lagunya sebagai perbendaharaan. MG Radio MG adalah singkatan dari Mandala Ganesha, yang berarti Mandala adalah nama desa dimana kantor tempat saya bertugas berada dan Ganesha adalah identik dengan sebuah Institut ternama

di Bandung yang menghasilkan banyak pemikir atau orang-orang pintar hal tersebut didasari oleh sebagian besar warganya adalah para pendidik. Tags:

Sejarah dan Perkembangan Radio Komunitas


February 9, 2009 by yc1mu Filed under Radio Komunitas Leave a Comment Perkembangan media komunitas memiliki peran penting dalam membangun kesadaran publik dan mendorong terciptanya aliran informasi dua arah. Di Indonesia kata media komunitas mulai dipakai oleh masyarakat pada awal tahun 2000 dengan muncul buletin komunitas Angkringan yang digagas oleh sekelompok anak muda di Timbulharjo, Yogyakarta, buletin Forum Warga Kamal Muara, Fokkal buletin Forum Warga Kalibaru dan beberapa Forum Warga di Bandung. Memasuki tahun 2001, kelompok anak muda yang mengelola buletin Angkringan di Timbulharjo mulai mengembangkan radio komunitas, yang mereka sebut Radio Angkringan FM, kemudian menginspirasi Paguyuban Pengembangan Informasi Terpadu (PINTER) di Terban Yogyakarta untuk mendirikan Panagati FM, Forum Warga Cibangkong (FWC) mendirikan radio komunitas Cibangkong di Bandung, Forum Masyarakat Majalaya Sejahtera (FM2S) mendirikan radio komunitas Majalaya Sejahtera (MASE) dan Forum Komunikasi Warga Kamal Muara mendirikan radio komunitas Kamal Muara di Jakarta. Pada bulan Februari 2002 beberapa radio komunitas yang digagas oleh forum warga mulai terlibat advokasi Rencana Undang-Undang (RUU) Penyiaran, revisi UU No. 24 tahun 1997 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3701). Untuk kepentingan advokasi itulah pada tanggal 22 sampai dengan tanggal 24 Maret 2002 diadakanlah workshop pertama radio komunitas, yang dihadiri oleh 18 radio komunitas; 2 radio komunitas yang didirikan oleh forum warga, 5 radio kampus, 9 radio hobby, Radio Komunitas Angkringan dan Radio Komunitas Serikat Petani Pasundan. Pada workshop inilah mulai dibahas tentang definisi, ciri dan karakteristik radio komunitas. Selain itu pada workshop ini juga dirumuskan stategi untuk melakukan advokasi RUU Penyiaran yang mengakomodir Lembaga Penyiaran Komunitas dan sebagai alat perjuanganya, pada hari minggu tanggal 24 Maret 2002 pukul 14.00 WIB dideklarasikanlah Jaringan Radio Komunitas (JRK) Jawa Barat. Kemudian menyusul deklarasi Jaraingan Radio Komunitas Yogyakarta (JRKY) pada tanggal 6 Mei 2002, kemudian dilanjutkan dengan lokakarya nasional pada 12-15 Mei 2002 sekaligus deklarasi Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI). Pada tanggal 28 Desember 2002, perjuangan radio komunitas menampakkan hasil yang cukup menggembirakan dengan disyakkannya UU Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran yang di dalamnya mengakui keberadaan Lembaga Penyiaran Komunitas tepatnya pada Bagian Keenam pasal 21-24 tentang Lembaga Penyiaran Komunitas.

Berdasarkan perkembanganya, maka penggolongan radio komunitas dapat di bagi kedalam empat kelompok; pertama, radio komunitas yang berangkat dari perkembangan kebutuhan media informasi komunitas yang digagas oleh forum warga seperti radio komunitas Panagati, Radio Komunitas Cibangkong (RKC) dan radio komunitas Kamal Muara. Dalam hal ini radio komunitas Angkringan merupakan kekecualian karena keberadaan buletin dan radio angkringan digagas oleh sekelompok anak muda dan dalam perjalannya melakukan penguatan kelembagaan dengan membentuk Forum Komunikasi Warga Timbulharjo (FOKOWATI) pada tanggal 27 Mei 2001. Kedua, radio komunitas yang berbasis kampus. Ketiga, radio komunitas yang pada awalnya merupakan radio hobbi yang kemudian beririsan dengan kelompok pertama dalam proses advokasi UU Penyiaran dan melakukan reorientasi menjadi radio komunitas. Keempat, radio komunitas yang orientasinya hobbi atau komersil dan lebih cocok menjadi lembaga penyiaran swasta (radio swasta), tetapi tidak mempunyai daya saing dengan radio swasta eksisting. Sekarang ini perkembangan radio komunitas kian pesat, seiring semakin terbukanya akses informasi, kemajuan teknologi, kesempatan dan keinginan masyarakat untuk menggunakan media dalam penyelesaian persoalan-persoalan komunitasnya. Bahkan beberapa radio komunitas semakin memantapkan perannya dalam proses pembentukan local good governance, sekaligus menyokong ekonomi kerakyatan dan melestarikan kearifan-kearifan lokal. Seiring dengan itu pula muncul berbagai persoalan yang harus segera diselesaikan oleh radio komunitas, persoalan teknis/perangkat siaran, isi/content siaran dan kelembagaan radio komunitas yang berdampak terhadap keberlanjutan lembaga penyiaran ini. Dari Sumber : http://rumahiman.wordpress.com/2008/02/14/sejarah-perkembangan-radiokomunitas/ Tags: FM, Komunitas, Radio, sejarah

REGULASI PENYIARAN
January 16, 2009 by yc1mu Filed under Radio Komunitas Leave a Comment Sumber : http://www.kpi.go.id/index.php?etats=detail&nid=32 Nomor: 005/K/KPI/SP/IV/07 REGULASI PENYIARAN KEMBALI DIKERKAH PEMERINTAH Pada hari ini Selasa, 17 April 2007, Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan Putusan Sengketa Kewenangan Lembaga Negara (SKLN) dan Pengujian Undang-undang (PUU) yang diajukan Komisi Penyiaran Indonesia pada 22 Desember 2006.

Dua materi utama yang dipersoalkan oleh KPI dalam pengajuan SKLN dan PUU tersebut adalah kewenangan dalam bidang perizinan dan sebagai regulator dunia penyiaran. Dalam putusannya, MK menyatakan tidak dapat menguji kewenangan yang disengketakan. Menurut MK, KPI bukanlah lembaga negara yang kewenangannya diberikan secara konstitusional dalam Undang-undang Dasar 1945. Sehingga dalam perkara tersebut, MK tidak membahas substansi kewenangan penyusunan regulasi di bidang penyiaran yang disengketakan. Sedangkan, putusan MK terkait kewenangan pemberian Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP), MK menyatakan substansi yang dipersoalkan adalah substansi peraturan pemerintah dan bukan merupakan kewenangan MK. Sehingga MK memutuskan tidak dapat menerima permohonan tersebut. Dampaknya adalah regulasi penyiaran kembali dikerkah (ditelan) pemerintah. Menanggapi putusan MK di atas, KPI menyatakan penyesalan dan kekecewaan yang mendalam terkait proses hukum yang panjang dan melelahkan demi memberikan kepastian hukum di bidang penyiaran bagi semua pihak. Putusan MK ini menggambarkan bahwa perangkat hukum yang ada di Indonesia belum dapat menerima lembaga negara independen yang merupakan wujud peran serta masyarakat dalam mengatur penyiaran. Padahal, lembaga negara independen ini (KPI) dibentuk dalam kerangka partisipasi masyarakat dalam menjamin berfungsinya media penyiaran sebagai instrumen distribusi informasi yang berguna bagi masyarakat. Bagi KPI, putusan MK di atas tidak serta merta mengakibatkan KPI tidak efektif sebagai lembaga negara independen yang berfungsi melindungi dan memberdayakan publik untuk turut serta membangun sistem penyiaran yang sehat di Indonesia. Beberapa fungsi KPI di antaranya adalah untuk menciptakan tatanan informasi yang adil, merata, dan seimbang, membangun iklim persaingan yang sehat, dan ikut membantu pengaturan infrastruktur penyiaran seperti pengaturan sistem siaran berjaringan tetap harus dijalankan. Namun, sejauh mana fungsi-fungsi tersebut dilaksanakan secara efektif akibat dari putusan ini merupakan tantangan yang berat bagi KPI. Dalam Undang-undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, masih ada kewenangan KPI yang diatur secara jelas antara lain IPP diberikan setelah melalui tahapan Evaluasi Dengar Pendapat dan mendapatkan Rekomendasi Kelayakan dari KPI. Ditambah lagi dengan kewenangan dalam isi siaran untuk menyusun dan mengawasi pelaksanaan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS). Namun, KPI mengingatkan bahwa putusan ini akan berdampak terhadap optimalisasi fungsi pengawasan KPI karena IPP merupakan salah satu instrumen utama pengawasan penyiaran. Akibat dari hilangnya kewenangan pemberian IPP maka tugas pengawasan yang diemban oleh KPI menjadi lebih berat. Dalam hal ini, KPI akan berusaha keras untuk memaksimalkan kinerja sesuai dengan kewenangannya demi publik penyiaran di Indonesia. KPI menghargai putusan MK ini dan menyesuaikan berbagai peraturan yang telah dikeluarkan KPI dengan ketentuan hukum lain terkait penyiaran. Usaha-usaha KPI dalam memperjuangkan demokratisasi dan desentralisasi penyiaran juga tidak terhenti begitu saja. KPI akan menempuh langkah-langkah politik dengan mengajukan persoalan ini ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), mengingat salah satu tugas DPR adalah mengawasi

pelaksanaan undang-undang. Selain itu, KPI juga akan terus menjalin kerjasama dengan berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi dan organisasi kemasyarakatan lainnya yang peduli pada penyiaran. Terkait putusan MK ini, walaupun pemerintah merupakan pengatur utama bidang penyiaran melalui peraturan pemerintah, KPI menekankan bahwa yang dipersoalkan oleh KPI adalah pasalpasal yang bertentangan dengan amanat Undang-undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran. KPI senantiasa akan mengkritisi setiap peraturan pemerintah yang isinya mengabaikan amanat undang-undang. Oleh karena itu, KPI berharap pengaturan penyiaran di Indonesia tetap mempertimbangkan nilai-nilai demokratisasi dan desentralisasi. Jakarta, 17 April 2007 Ketua KPI Pusat Sasa Djuarsa Sendjaja Tags: pemerintah, Penyiaran, Regulasi

KPI DAN DEPKOMINFO SEPAKAT SOAL PELAKSANAAN FRB


January 16, 2009 by yc1mu Filed under Radio Komunitas Leave a Comment SIARAN PERS Nomor : 07/K/KPI/SP/05/07 KPI DAN DEPKOMINFO SEPAKAT SOAL PELAKSANAAN FRB Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat dan Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) mencapai kesepakatan soal pelaksanaan Forum Rapat Bersama (FRB). Kesepakatan ini diharapkan dapat segera mengakhiri kontroversi proses perizinan lembaga penyiaran, khususnya bagi pemohon Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP). Dalam Pasal 33 Undang-undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) dapat diberikan setelah ada hasil kesepakatan antara Pemerintah dan KPI dalam FRB. Sebelum ini, proses penerbitan IPP bagi lembaga penyiaran di seluruh Indonesia masih terhenti pada tahap Evaluasi Dengar Pendapat (EDP). Terhentinya proses penerbitan IPP tersebut adalah karena KPI dan DPR RI menolak beberapa pasal terkait bidang perizinan dalam paket Peraturan Pemerintah (PP) tentang penyiaran karena dipandang tidak sesuai dengan Undang-

undang No. 32 tahun 2002. Beberapa pasal tersebut diantaranya mengatur tentang pelaksanaan FRB dan penerbitan IPP. Kesepakatan KPI Pusat dan Depkominfo ini dicapai dalam pertemuan keduanya di Kantor KPI Pusat pada Selasa, 1 Mei 2007 yang dihadiri Komisioner KPI Pusat dan KPID Jawa Barat serta Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) yang didampingi jajarannya. Butir-butir kesepakatan yang dicapai adalah: 1. Menkominfo sepakat untuk melibatkan KPI sebelum mengeluarkan peraturan berikutnya terkait perizinan. Menkominfo juga sepakat untuk melibatkan KPI menyelaraskan peraturan menteri yang telah dikeluarkan dengan peraturan KPI. 2. Lembaga penyiaran komunitas tidak perlu berbadan hukum koperasi atau Perseroan Terbatas (PT) namun cukup menggunakan badan hukum Perkumpulan yang dikuatkan dengan akte notaris serta melaporkan keberadaan badan hukum tersebut ke Pemerintah Daerah setempat. 3. Formulir pengajuan IPP yang dikeluarkan secara berbeda antara KPI dan Depkominfo akan diselaraskan. 4. KPI dan Depkominfo juga bersepakat untuk mengintegrasikan database penyiaran seluruh Indonesia. 5. KPI Pusat mengakui kewenangan pemerintah pusat dalam pengaturan frekuensi sementara pemerintah juga berkomitmen untuk tidak mencampuri kewenangan KPI dalam mengatur isi siaran. 6. Izin Prinsip akan ditandatangani bersama antara KPI dan Menkominfo dengan dilampirkannya rekomendasi kelayakan dari KPI. Izin prinsip adalah izin uji coba siaran sebelum diterbitkannya izin permanen yaitu IPP. 7. Lembaga penyiaran yang telah mendapatkan Izin Stasiun Radio (ISR) berdasarkan Izin Penyesuaian yang dikeluarkan oleh Depkominfo, tetap harus melapor ke KPI untuk menempuh EDP namun dengan perlakuan yang berbeda. 8. IPP yang telah dikeluarkan oleh KPI yang merupakan hasil FRB antara KPI Daerah dengan pemerintah daerah tidak akan dianulir dan akan diputihkan sejauh tidak ada persoalan teknis frekuensi. 9. Depkominfo menyatakan bahwa FRB yang dilaksanakan di daerah dengan KPID Sumatera Barat dan Sumatera Utara tidak ditujukan untuk memecah-belah KPI. 10. Formula untuk pelaksanaan FRB berikutnya akan lebih disederhanakan, dan diharapkan dapat dilakukan antara KPI Pusat dan Depkominfo. 11. Beberapa kasus sengketa frekuensi seperti kasus radio Suara Metro dan lain-lain akan segera diselesaikan.

KPI Pusat mengingatkan bahwa kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan di atas masih memerlukan tindak lanjut. Untuk itu, KPI Pusat akan berkoordinasi secara intensif dengan Depkominfo untuk mengoperasionalisasikan kesepakatan di atas. Jakarta, 2 Mei 2007 Ketua KPI Pusat, Sasa Djuarsa Sendjaja Tags: DEPKOMINFO, FRB, KPI

Perizinan
January 11, 2009 by yc1mu Filed under Radio Komunitas Leave a Comment Perizinan adalah simpul utama dari pengaturan mengenai penyiaran. Dalam rangkaian daur proses pengaturan penyiaran, perizinan menjadi tahapan keputusan dari negara (melalui KPI) untuk memberikan penilaian (evaluasi) apakah sebuah lembaga penyiaran layak untuk diberikan atau layak meneruskan hak sewa atas frekuensi. Dengan kata lain, perizinan juga menjadi instrumen pengendalian tanggungjawab secara kontinyu dan berkala agar setiap lembaga penyiaran tidak melenceng dari misi pelayanan informasi kepada publik. Dalam sistem perizinan diatur berbagai aspek persyaratan, yakni mulai persyaratan perangkat teknis (rencana dasar teknik penyiaran dan persyaratan teknis perangkat penyiaran, termasuk jaringan penyiaran), substansi/format siaran (content), permodalan (ownership), serta proses dan tahapan pemberian, perpanjangan atau pencabutan izin penyelenggaraan penyiaran. Sementara itu dari sisi proses dan tahapan, pemberian dan perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran akan diberikan oleh negara setelah memperoleh: o masukan dan hasil evaluasi dengar pendapat antara pemohon dan KPI; o rekomendasi kelayakan penyelenggaraan penyiaran dari KPI; o hasil kesepakatan dalam forum rapat bersama yang diadakan khusus untuk KPI dan Pemerintah; dan o izin alokasi dan penggunaan spektrum frekuensi radio oleh Pemerintah perizinan antara

atas usul KPI.

Pemberian izin dilakukan secara bertahap, yakni, izin sementara dan izin tetap. Sebelum memperoleh izin tetap penyelenggaraan penyiaran, lembaga penyiaran radio wajib melalui masa uji coba siaran paling lama 6 (enam) bulan sedangkan untuk lembaga penyiaran televisi wajib

melalui masa uji coba siaran paling lama 1 (satu) tahun. Perlu dicatat, bahwa izin penyiaran yang sudah diberikan dilarang dipindahtangankan (diberikan, dijual, atau dialihkan) kepada pihak lain (badan hukum lain atau perseorangan lain). Jangka waktu penggunaan izin penyelenggaraan penyiaran dibatasi dalam batas waktu tertentu, yakni untuk izin penyelenggaraan penyiaran radio adalah 5 (lima) tahun dan untuk penyelenggaraan penyiaran televisi adalah 10 (sepuluh) tahun. Izin ini bisa diperpanjang melalui pengajuan kembali untuk kemudian dilakukan evaluasi dan verifikasi ulang terhadap berbagai persyaratan pemberian izin. Izin penyelenggaraan penyiaran yang sudah diberikan dan masih berlaku dimungkinkan untuk dicabut kembali oleh negara jika sewaktu-waktu lembaga penyiaran tersebut: o Tidak lulus masa uji coba siaran yang telah ditetapkan (ini berlaku bagi lembaga penyiaran yang belum memiliki izin tetap, yakni untuk lembaga penyiaran radio wajib melalui masa uji coba siaran paling lama 6 bulan dan untuk lembaga penyiaran televisi wajib melalui masa uji coba siaran paling lama 1 tahun); o Melanggar penggunaan spektrum frekuensi radio dan/atau wilayah ditetapkan; jangkauan siaran yang

o Tidak melakukan kegiatan siaran lebih dari 3 (tiga) bulan tanpa pemberitahuan kepada KPI; o Dipindahtangankan kepada pihak lain; o Melanggar ketentuan rencana dasar teknik penyiaran dan persyaratan teknis perangkat penyiaran; atau Melanggar ketentuan mengenai standar program siaran setelah adanya putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap. Sumber : KPI ( Komisi Penyiaran Indonesia ) Tags: Izin, Komunitas, Pengurusan, Radio

Pertumbuhan Radio Komunitas di Sumedang Sulit Dikendalikan


January 11, 2009 by yc1mu Filed under Radio Komunitas 1 Comment

SUMEDANG - Pertumbuhan radio komunitas di wilayah Kabupaten Sumedang, Jabar, ternyata sulit dikendalikan. Jumlahnya, kini mencapai 100 radio komunitas yang tersebar di 26 wilayah kecamatan. Edi Ruchimat, SH, MSi, Kepala Kantor Kominfo Sumedang, ketika dihubungi, Selasa (14/10), membenarkan pertumbuhan radio komunitas di daerahnya cukup pesat. Bahkan sulit dikendalikan. Padahal dari sekian radio komunitas mayoritas belum memiliki ijin lengkap dari pemerintah atau pihak yang berwenang, katanya. Dijelaskan, dalam upaya penertiban radio komunitas baik penggunaan frekuensi, daya pancar hingga pemasangan iklan, pihaknya mengaku kesulitan dalam penertiban. Dalam perundang-undangan sebenarnya telah tegas diatur mengenai aturan main radio komunitas ini. Tetapi dalam prakteknya radio komunitas disini telah keluar dari rel aturan, kata Edi Ruchimat. Ia mencontohkan, yang terjadi sekarang ini bahwa radio komunitas pada umumnya melebarkan daya pancarnya dan tak sedikit yang telah memasang iklan layanan. Padahal, sesuai aturan main, bahwa radio komunitas memiliki keterbatasan daya pancar dalam radius tertentu. Radio komunitas ini tak diijinkan untuk memasang iklan, karena hidup berkembangnya radio komunitas dibiayai dari komunitas itu sendiri. Dijelaskannya, Pemkab Sumedang hanya mengeluarkan rekomendasi, sementara seluruh perijinan hingga penindakan atas pelanggaran kesemuanya merupakan kewenangan pusat.*** Sumber : http://endynews.blogspot.com/2008/10/pertumbuhan-radio-komunitas-disumedang_14.html Tags: Komunitas, Pertumbuhan, Radio, Sumedang

Menggugah Pendidikan Lewat Radio Komunitas


January 11, 2009 by yc1mu Filed under Radio Komunitas Leave a Comment DUA penyiar remaja itu menyapa pendengar dengan bahasa Sunda pada acara Sampurasun di Radio Pelangi 92,5 FM. Meski studio radio itu sempit dan sederhana, mereka tampak asyik. Bahkan, beberapa lagu atau tembang Sunda diputar untuk menghibur suasana siang itu.

Itulah pemandangan yang terlihat di Radio Pelangi atau disebut radio komunitas di Desa Panyingkiran, Kec. Rawamerta, Kab. Karawang, yang terletak bersebelahan dengan kantor desa. Ruang studio kecil, hanya ukuran 2 X 3,5 meter persegi, dilengkapi seperangkat alat radio yang sederhana pula. Sejak beberapa bulan ini, seperti diakui Kepala Desa Panyingkiran, M. Kusnaedi, suasana kantor desa lebih meriah. Anak muda saban hari datang ke kantor desa, karena ingin melihat langsung dan ikut nimbrung dalam berbagai acara yang disiarkan radio komunitas itu. Bahkan, pada malam Minggu, sebagian besar anak muda menghabiskan waktunya di kantor desa yang kondisinya juga sederhana. Bagi Kusnaedi, kondisi itu tidak ditemukan sebelumnya. Desa dengan luas lahan lebih kurang 294,4 hektare itu, merupakan daerah miskin. Karena, sebagian besar penduduknya, kini berjumlah lebih kurang 1.600 kepala keluarga, hidup di bawah garis kemiskinan. Dengan kehadiran radio, suasana desa menjadi ramai. Kepala Desa Kusnaedi, mengaku terharu melihat kondisi desanya saat ini. Betapa tidak, sebagian besar anak muda di desa itu berangkat bekerja di Arab Saudi, atau negara lainnya di Timur Tengah. Para orang tua lebih mendahulukan anaknya untuk bekerja, ketimbang meneruskan pendidikan ke tingkat lebih tinggi. Terjadinya perubahan dan kesadaran masyarakat, khususnya di bidang pendidikan, tidak terlepas dari kegiatan sosial yang diselenggarakan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI). Seperti dijelaskan Herawati, pekerja YKAI, setelah delapan bulan berada di Desa Panyingkiran, kesadaran orang tua melanjutkan pendidikan anaknya ke jenjang lebih tinggi, seperti dari sekolah dasar ke SMP, mencapai 98 persen. Padahal sebelumnya, anak-anak di sini kebanyakan tamat SD. Kalaupun ada yang melanjutkan, sekira 30 persen,ujarnya. Bukan hanya persoalan rendahnya kesadaran melanjutkan pendidikan, orang tua di desa itu juga lebih memilih mengirimkan anak mereka bekerja ke Timur Tengah. Tahun 2004 saja, sebanyak 384 anak berangkat ke negeri padang pasir itu. Dari jumlah itu, 98 persen adalah perempuan dan hampir 30 persen di antaranya masih berusia di bawah 18 tahun, kata Samsul, juga dari YKAI. Dengan modal Rp 12,5 juta serta dukungan penuh dari masyarakat dan desa, YKAI membangun radio komunitas, beberapa bulan lalu. Keterbatasan dana, tidak menjadi halangan. Anak muda diberikan latihan sebagai penyiar. Jumlah penyiar sebanyak 20 orang, termasuk kepala desa. Mereka tidak dibayar, melainkan sukarela menjadi penyiar, jelas Samsul. Sasaran utama radio itu, lanjut Herawati, adalah menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, serta memberikan pelatihan kepada anak-anak muda dalam membaca. Sebab, dengan menjadi penyiar, otomatis mereka harus belajar membaca. Untuk pendukung, di sebelah studio, dibuat sanggar membaca. Kemudian, juga disediakan perpustakaan keliling.

Pendekatan pekerja YKAI, memberikan arti mendalam bagi masyarakat Panyingkiran. Seperti dikatakan Kusnaedi, pengaruh radio cukup besar. Bahkan, ia rela menjadi penyiar mesti tanpa dibayar. Saya membawakan acara suara desa dengan nama samaran Kuwu Japrat,katanya. Radio komunitas Pelangi, belum memiliki izin siaran, karena masih dalam proses di Dinas Perhubungan Kab. Karawang. Meski belum mengantongi izin, siaran dimulai pukul 05.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB. Untuk menutup biaya operasional, dijual atensi kepada pendengar. Satu lembar harganya Rp 400,00. Dengan hasil penjualan atensi, kami bisa membiayai operasional radio, ditambah bantuan dari kepala desa, kata Samsul. Keberadaan radio komunitas dan kesadaran pentingnya pendidikan di Desa Panyingkiran, tampaknya sampai juga ke telinga Menteri Negara Pemberdayaan Wanita, Meutia Hatta. Hal itu terbukti, pada 1 Juni lalu, ia khusus datang ke desa tersebut melihat langsung perubahan yang terjadi. (Irwan Natsir/PR)*** sumber Pikiran Rakyat Tags: Komunitas, Pendidikan, Radio

KPID Segel 19 Stasiun Radio & TV


January 11, 2009 by yc1mu Filed under Radio Komunitas Leave a Comment SUBANG, (PR).-Sebanyak 18 stasiun radio siaran dan satu stasiun televisi pendidikan di Kabupaten Subang, belum lama ini disegel dan kegiatan operasionalnya dihentikan secara paksa oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPID) Jawa Barat. Penyegelan dilakukan karena stasiun radio dan televisi tersebut melakukan kegiatan penyiaran tanpa dilengkapi perijinan yang dipersyaratkan. Sweeping terhadap stasiun radio dan televisi gelap oleh KPID Jabar di Kab. Subang itu dipimpin Drs. Dian Wardiana, M.Si. dan Dr. Ati Rahmawati didampingi Kasubag Pemberitaan Humas Pemkab Subang, Jajang Haryasasmita, S.Sos. Disamping melibatkan aparat Dinas Perhubungan Jawa Barat dan Polres Subang. Menurut Dian Wardiana, ke-18 radio siaran yang dipaksa turun dari udara tersebut 8 di antaranya berlokasi di Kecamatan Jalancagak. Sedangkan di Kecamatan Subang dan Pagaden masingmasing 5 radio siaran. Untuk penyiaran Televisi Edukasi yang statusnya cabang dari Jakarta, lokasinya berada di Subang Kota, ujarnya.

Jumlah radio gelap atau radio yang melakukan siaran tanpa ijin di Kab. Subang diperkirakan masih cukup besar. Khususnya di wilayah jalur pantai utara (Pantura). Di pantura marak radio gelap karena banyak wilayah yang masih blank spot di samping kesadaran masyarakat akan hukum masih rendah, tandas Dian Wardiana. Atas pelanggaran yang dilakukan, kata dia, para pengelola radio/televisi gelap tersebut akan diproses secara hukum oleh penyidik pegawai negeri sipil yang akan mengajukannya ke pengadilan. Karena di samping melanggar UU No 32 tahun 2002 tentang penyiaran, keberadaan radio gelap seringkali mengganggu frekuensi radio resmi yang berijin dan membayar pajak kepada negara. Saat dilakukan penggerebekan, kebanyakan pengelola mengaku radio siarannya sebagai radio komunitas. Namun saat didesak, rata-rata tidak bisa menunjukkan surat apapun yang juga dipersyaratkan dalam pengelolaan radio komunitas. Bahkan ijin pendirian tower dari para tetangga tempat radio berdiri pun tidak dimiliki hingga penyegelan dan penyitaan peralatan langsung dilakukan oleh Tim Sweeping KPID Jabar. Milik pejabat Senada dengan itu disampaikan Kasubag Pemberitaan Humas Pemkab Subang, Jajang Haryasasmita, S.Sos. Bahkan menurutnya, saat hendak disegel dan diturunkan siarannya, ada sejumlah pengelola yang mengaku radio siaran tersebut milik sejumlah pejabat. Namun karena tidak dapat menunjukkan surat-surat yang menjadi syarat pengelolaan radio penyiaran, maka penurunan dan penyegelan tetap dilaksanakan. Secara terpisah Kapolres Subang, AKBP H. Hery Subiansauri, S.H., M.H., M.Si. menyambut baik adanya upaya penertiban radio-radio gelap yang dilakukan KPID Jabar. Di samping mengganggu radio-radio resmi, sebuah stasiun penyiaran dengan daya jangkau luas kan mampu mempengaruhi masyarakat secara massal dan serempak, ujarnya. Karenanya bila sebuah radio penyiaran dikelola oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan beroperasi tanpa ijin, dapat memberi dampak buruk kepada masyarakat. Dengan penertiban seperti yang dilakukan KPID diharapkan kondusifitas di Kab. Subang dapat tetap terjaga.(A96)*** sumber Pikiran Rakyat

You might also like