You are on page 1of 5

Kebijakan di bidang politik pada masa orde baru itu apa sih?

3 bulan lalu Lapor Penyalahgunaan

ASAZ

Jawaban Terbaik - Dipilih oleh Penanya


-dwifungsi ABRI -politik luar negeri bebas aktif -golkar harus mayoritas tunggal -DPR, MPR harus ikut apa kata Pemerintah -sentralisasi kekuasaan ke pemerintah pusat

materi referensi:
www.aseps21.com

3 bulan lalu Lapor Penyalahgunaan

Penilaian Penanya: Komentar Penanya: makasih sob

Bukan jawaban yang benar? Coba Yahoo! Search


Cari di Yahoo! untuk
Arah kebija

Jawaban Lain (1)

Gass

- membatasi jumlah partai politik yg berdiri (hanya 3 partai) - melarang semua organisasi yg berbau PKI - menunjuk kerabat / saudarapak harto untuk menjabat di beberapa lembaga pemerintahan
o

3 bulan lalu

M. Program, Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Luar Negeri


Minggu, 06 September 2009
Adapun program-program dan kebijakan yang akan dilaksanakan oleh seluruh Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Luar Negeri adalah sebagai berikut: 1) Program Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri Melalui Kerja Sama ASEAN

Kebijakan yang dihasilkan dari program ini adalah meningkatnya peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN di bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Strategi-strategi yang akan dilaksanakan melalui program tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mendorong implementasi Piagam ASEAN. 2. Mendorong pembentukan ASEAN Community 2015 melalui pelaksanaan tiga Cetak Biru Komunitas ASEAN. 3. Mempersiapkan grand design nasional untuk mempersiapkan Indonesia menghadapi ASEAN Community. 4. Mensosialisasikan ASEAN Community kepada stakeholders di dalam negeri (K/L, Pemda, civil society, pengusaha, pemuda, mahasiswa, pelajar, dan masyarakat umum). 5. Meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia melalui posisi Indonesia sebagai Ketua ASEAN pada tahun 2013. 2) Program Peningkatan Peran dan Diplomasi Indonesia di Bidang Multilateral

Kebijakan yang dihasilkan dari program ini adalah meningkatnya peran dan diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral. Strategi-strategi yang akan dilaksanakan melalui program tersebut adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan peran aktif indonesia untuk mewujudkan perdamaian dan keamanan internasional, pemajuan dan perlindungan HAM, serta meningkatkan pembangunan ekonomi, sosial budaya, keuangan, lingkungan hidup, perdagangan, perindustrian, investasi, dan perlindungan hak kekayaan intelektual melalui penguatan kerja sama multilateral. 2. Meningkatkan partisipasi dan inisiatif Indonesia dalam forum-forum multilateral, termasuk mengupayakan agar Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan multilateral. 3. Mengidentifikasi dan mengkaji secara kritis partisipasi Indonesia dalam organisasi kerja sama multilateral dengan melihat manfaat langsung bagi kepentingan nasional untuk kepentingan efisiensi. 4. Meningkatkan dukungan lintas sektoral dalam implementasi kerja sama multilateral. 5. Menyinergikan partisipasi Indonesia di G-20 dengan partisipasi Indonesia pada forum-forum lainnya. Selain untuk menyosialisasikan kesepakatan G-20 untuk mengamankan implementasi komitmen G-20 di tingkat nasional, regional dan global, upaya ini juga ditujukan untuk meningkatkan legitimasi G-20 dan mengurangi stigma G-20 sebagai forum yang eksklusif. 6. Mengintensifkan diplomasi dalam pembentukan rezim internasional bagi produk-produk budaya, yang telah diawali dengan perjuangan untuk memasukan batik sebagai World Intangible Heritage di UNESCO. Perjuangan diplomasi ke depan akan meliputi bidang akses dan pembagian keuntungan (access and benefit sharing) di berbagai forum, termasuk WIPO (perlindungan seluruh kekayaan budaya melalui Genetic Resources, Traditional Knowledge, and Folklore (GRTKF), WHO (Virus Sharing), FAO, Convention on Biodiversity, dan WTO. 7. Menyusun konsep kebijakan (grand design) Kerja Sama Selatan-Selatan.

3) Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika

Kebijakan yang dihasilkan dari program ini adalah meningkatnya kerja sama RI dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Strategi-strategi yang akan dilaksanakan melalui program tersebut, yaitu: 1. Meningkatkan hubungan non-politik, sekaligus mendorong peningkatan people to people interaction sebagai landasan strategis dalam hubungan baik pada masa mendatang. 2. Meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia dalam berbagai kerja sama bilateral dan regional untuk mendukung kerja sama multilateral. 3. Meningkatkan hubungan ekonomi dengan negara-negara pasar ekonomi non-tradisional sebagai upaya untuk memperluas pasar tradisional bagi produk-produk Indonesia, juga meningkatkan investasi dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika ke Indonesia. 4. Menetapkan skala prioritas dan isu utama. Sebagai contoh, Indonesia perlu meningkatkan bantuan teknis sebagai instrumen politik luar negeri dengan negara-negara CMLV di ASEAN dan negara-negara Pasifik. Dengan negara-negara Asia Timur, Australia, dan New Zealand, Indonesia perlu memanfaatkan mekanisme regional baik dalam ASEAN maupun East Asia Summit sebagai instrumen politik luar negeri yang utama. 4) Program Optimalisasi Diplomasi Terkait dengan Pengelolaan Hukum dan Perjanjian Internasional

Kebijakan yang dihasilkan dari program ini adalah meningkatnya diplomasi bidang hukum dan perjanjian internasional. Strategi-strategi yang akan dilaksanakan melalui program tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menerapkan standardisasi dalam pembuatan perjanjian internasional yang menjadi kebutuhan bersama bagi para pemangku kepentingan di dalam negeri untuk menyatukan visi ke luar dalam kerangka kepentingan nasional. Di dalamnya termasuk pembuatan pedoman tentang tata cara pembuatan MoU dengan pihak asing, baik oleh BUMN, pemerintah daerah, maupun instansi terkait lainnya, yang dibuat berdasarkan standar dan prinsip hukum internasional. 2. Mengoptimalkan pelayanan dan bantuan hukum terkait dengan pelaksanaan perjanjian internasional, termasuk memberikan litigasi terhadap BUMN atau pihak lain yang bersengketa dengan pihak asing. 3. Mempercepat proses negosiasi perbatasan dengan negara-negara tetangga, dengan menekankan batas wilayah, landas kontinen, dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Untuk negara-negara yang proses perundingannya sedang berjalan, (Malaysia, Singapura, Philipina, dan Timor Leste) perlu diambil langkah-langkah untuk mempercepat pencapaian kesepakatan terhadap isu-isu yang memungkinkan untuk segera diselesaikan. Untuk negara yang belum pernah berunding, seperti Palau, mengawali proses perundingan merupakan kemajuan yang diharapkan. Guna mendukung upaya penyelesaian masalah batas laut, Indonesia diharapkan dapat memiliki Ocean Policy yang menjadi landasan dalam berhubungan dengan negara-negara yang berbatasan dengan Indonesia. 4. Memilah antara isu keselamatan dan keamanan dalam pengelolaan Selat Malaka. Dalam isu keselamatan, masyarakat internasional dapat terlibat di dalamnya. Sebaliknya, untuk isu keamanan tidak boleh ada keterlibatan pihak asing, selain Indonesia, Malaysia dan Singapura sebagai negara pantai yang saling berbatasan langsung di Selat Malaka. 5. Mempercepat proses terbentuknya rezim internasional mengenai perlindungan terhadap perlindungan sumber daya genetik, pengetahuan tradisional, dan ekspresi budaya tradisional. Hal ini mengingat banyaknya kasus yang melibatkan Indonesia dalam masalah tersebut, tetapi belum mendapatkan mekanisme penyelesaian hukum internasional. 5) Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Amerika dan Eropa Kebijakan yang dihasilkan dari program ini adalah meningkatnya kerja sama di berbagai bidang antara RI dengan negaranegara dan organisasi intrakawasan di kawasan Amerop. Strategi-strategi yang akan dilaksanakan melalui program tersebut adalah sebagai berikut: 1. Memfokuskan pengembangan ekonomi Eropa Tengah, Eropa Timur, dan Amerika Latin sehingga menjadi pasar alternatif bagi Indonesia. 2. Menjabarkan Comprehensive Partnership dengan Amerika Serikat secara detail ke dalam bidang-bidang yang telah disepakati. 3. Mempromosikan kompatibilitas demokrasi dengan nilai-nilai Islam kepada negara-negara di kawasan Amerika dan Eropa berdasarkan pengalaman Indonesia. 6) Program Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Luar Negeri

Kebijakan yang dihasilkan dari program ini adalah meningkatnya kualitas pengkajian dan pengembangan kebijakan di bidang hubungan dan politik luar negeri RI.

Strategi-strategi yang dilaksanakan melalui program tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menyusun strategi bersama antara BPPK dan lembaga eksternal untuk memperkokoh peran dan fungsi BPPK sebagai unit strategis dalam setiap perencanaan kebijakan pada isu politik luar negeri. 2. Mengoptimalkan manfaat forum bersama dengan unit-unit perencanaan kebijakan dan unit-unit penelitian dan pengembangan pada berbagai sektor untuk memperkuat postur kebijakan dan sinkronisasi pada setiap sektor yang saling mendukung. 3. Meningkatkan kerja sama untuk pengembangan kualitas SDM BPPK. 7) Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran

Kebijakan yang dihasilkan dari program ini adalah meningkatnya kualitas pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran. Strategi-strategi yang akan dilaksanakan melalui program tersebut adalah sebagai berikut: 1. Memperluas perjanjian bebas visa diplomatik dan dinas dengan negara lain. 2. Melanjutkan penyusunan evaluasi/revisi buku manual konsuler yang dilakukan setiap tahun. 3. Melanjutkan pembuatan visa stiker diplomatik dan dinas secara berkala. 4. Melaksanakan sosialisasi keprotokolan, kekonsuleran, fasilitas diplomatik, dan perlindungan WNI secara berkala. 5. Melaksanakan evaluasi pelayanan kekonsuleran di Perwakilan RI di luar negeri secara berkala. 6. Memberlakukan Peraturan Menteri Luar Negeri mengenai pemberian izin tinggal diplomatik dan dinas. 7. Memberlakukan stiker izin tinggal diplomatik dan dinas. 8. Melanjutkan persiapan pembuatan e-passport diplomatik dan dinas RI berbasis teknologi biometrik, stiker exit permit, dan ID konsuler Indonesia (CIC) bagi WNI di luar negeri. 9. Memantapkan koordinasi dengan instansi terkait antara lain Mabes TNI, Departemen Perhubungan, dan Departemen Hukum dan HAM. 10. Menyusun peraturan hukum yang mengatur masalah legalisasi dokumen dan prosedur perizinan diplomatik bagi penerbangan dan perkapalan. 11. Meningkatkan koordinasi di dalam negeri untuk menghasilkan penanganan yang lebih baik terhadap WNA bermasalah di Indonesia. 12. Membuat pemetaan wilayah persoalan perlindungan WNI/BHI. 13. Memperkuat institusi (kapasitas perwakilan, SDM, sarana dan prasarana), baik di Pusat maupun Perwakilan RI. 14. Meningkatkan koordinasi di dalam negeri untuk menghasilkan mekanisme yang lebih baik dalam perlindungan TKI. 15. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait agar diadakan program empowerment/pelatihan untuk mempersiapkan TKI dalam penampungan jika mereka sudah pulang ke Indonesia. 16. Menyusun Host Country Agreement (HCA) sebagai pedoman dalam pemberian Privileges and Immunities kepada Organisasi Internasional di Indonesia. 17. Melanjutkan pembahasan MoU dengan pemerintah Arab Saudi dan negara tujuan TKI lainnya. 18. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kapasitas institusi dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pemberian Privileges and Immunities kepada Perwakilan Negara Asing dan Organisasi Internasional di Indonesia. 19. Meningkatkan upaya kepatuhan dan keseimbangan dalam pemberian Privileges and Immunities kepada Perwakilan Negara Asing dan Organisasi Internasional di Indonesia dengan menyelenggarakan rapat koordinasi, sosialisasi, diskusi, dan sarasehan. 8) Program Optimalisasi Informasi dan Diplomasi Publik

Kebijakan yang dihasilkan dari program ini adalah meningkatnya kualitas informasi dan diplomasi publik. Strategi-strategi yang akan dilaksanakan dalam program tersebut adalah sebagai berikut: 1. Memperkuat citra Indonesia melalui penyediaan informasi yang akurat dan peningkatan kerja sama informasi dan media. 2. Meningkatkan citra Indonesia di luar negeri sebagai negara demokratis dengan penduduk mayoritas muslim. 3. Memaksimalkan pelayanan keamanan diplomatik melalui penyusunan Standard Operasional Procedure (SOP) pengamanan kepala negara asing dan tamu negara yang berkunjung ke Indonesia. 4. Meningkatkan CBMs di kawasan Asia Pasifik, untuk menghilangkan kecurigaan terhadap Indonesia untuk menjadi hegemon di kawasan tersebut. 9) Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Kementerian Luar Negeri

Kebijakan yang dihasilkan dari program ini adalah meningkatnya kualitas pengawasan pada Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI. Strategi-strategi yang dilaksanakan melalui program tersebut adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan profesionalisme dan integritas aparat pengawas Kementerian Luar Negeri 2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana untuk mendukung tugas pengawasan 3. Meningkatkan kualitas hasil pengawasan yang dapat dipertanggungjawabkan 4. Mendorong penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan 5. Meningkatkan ketertiban pengelolaan keuangan dan barang milik negara 6. Mencegah lebih awal pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku 7. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait 8. Melanjutkan pengawasan dan evaluasi capaian tugas 9. Melanjutkan penyusunan kompilasi buku berbagai dokumen hasil pengawasan, dan berbagai peraturan perundang-undangan. 10) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Luar Negeri

Kebijakan yang dihasilkan dari Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Luar Negeri adalah meningkatnya dukungan manajemen dan teknis pelaksanaan diplomasi Indonesia. Strategi-strategi yang akan dilaksanakan melalui program tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menyusun peraturan/kebijakan dan produk hukum dalam rangka mencapai efisiensi dan efektivitas kinerja Kementerian Luar Negeri yang optimal. 2. Menyebarluaskan informasi kepada stakeholders mengenai kebijakan luar negeri. 3. Meningkatkan peran dan koordinasi unit-unit di Kementerian Luar Negeri maupun dengan unit-unit kerja/instansi terkait lainnya. 4. Memperluas Perwakilan RI di luar negeri dan hubungan diplomatik dengan negara-negara yang belum memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia. 5. Melaksanakan evaluasi/pengkajian ulang struktur organisasi dan kelembagaan baik di Pusat maupun Perwakilan RI. 6. Memperluas pembentukan Pelayanan Warga (Citizen Service) di Perwakilan RI yang merupakan sentra keberadaan WNI. 7. Peningkatan tertib administrasi di lingkungan Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI. 8. Menyusun sistem perencanaan, pengelolaan, pelaksanaan, dan pelaporan kinerja maupun anggaran baik di pusat dan perwakilan, termasuk pejabat fungsional perencana sebagai penanggungjawab teknis perencanaan. 9. Menyiapkan Sumber Daya Manusia Kementerian Luar Negeri yang memiliki kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan integritas yang tinggi. 10. Melanjutkan proses benah diri yang diperluas dalam kerangka reformasi birokrasi . 11. Meningkatkan hubungan dan kerja sama dengan negara-negara sahabat di berbagai bidang melalui Perwakilan RI di luar negeri. 11) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kementerian Luar Negeri

Kebijakan yang dihasilkan dari program ini meningkatnya kualitas dukungan sarana dan prasarana Kementerian Luar Negeri. Kebijakan-kebijakan yang akan dilaksanakan dalam program tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dukungan sarana dan prasarana yang memadai, termasuk pemanfaatan sarana dan prasarana berbasis teknologi dalam melaksanakan tupoksi 2. Mengelola administrasi umum dan pengelolaan serta penatausahaan keuangan dan Barang MIlik Negara

You might also like