You are on page 1of 5

Assalamualaikum w.w. Ananda Raden Hari Wahyudi dan ananda Diah Ristiani, calon suami-isteri yang berbahagia.

Selama ini kalian menjadi amanah di tangan orang tua kalian masing-masing.Kalian dipeliharanya, dibesarkannya, dididiknya, disekolahkannya dan seterusnya sekarang ini kalian diantarkannya memasuki pintu gerbang pernikahan.Kasih sayang orang tua kalian kepada kalian ternyata melebihi kasih sayang mereka kepada diri mereka sendiri. Kini tibalah giliran mereka menyerahkan amanah itu kepada kalian berdua. Ananda calon suami istri serta hadirin rahimakumullah.Mengapa setiap mahluk melakukan perkawinan ?Para ahli menjelaskan, karena ada sesuatu dalam diri setiap mahluk yang tidak kecil peranannya dalam wujud ini. Sesuatu itu adalah naluri yang melahirkan dorongan seksual. Sepasang burung berkicau dan bercumbu sambil merangkai sarangnya. Bunga mekar dengan indahnya merayu burung dan lebah agar mengantarkan benihnya ke bunga yang lain, supaya dibuahi.Bukan hanya binatang dan tumbuh-tumbuhan saja, bahkan- kata para ahli- atom yang positip dan negatif, tarik menarik demi memelihara eksistensinya.Demikianlah naluri mahluk, masing-masing memiliki pasangan dan berupaya untuk bertemu dengan pasangannya. Agaknya tidak ada satu naluri yang lebih dalam dan lebih kuat dorongannya melebihi dorongan naluri pertemuan dua lawan jenis, pria dan wanita, jantan dan betina, positif dan negatif. Itulah ciptaan Allah SWT dan itulah peraturan-Nya. (Q.S. Yasin : 36). Artinya: Maha suci Allah yang menciptakan semua pasangan, baik dari apa yang tumbuh di bumi, dari jenis mereka (manusia) maupun dari (mahluk-mahluk) yang mereka tidak ketahui. Ananda calon suami istri serta hadirin rahimakumullah. Mendambakan pasangan itu merupakan fitrah sebelum dewasa; Dan dorongan yang sulit dibendung setelah dewasa. Kesendirian, dan lebih gawat lagi keterasingan, sungguh dapat menghantui manusia, karena manusia itu pada dasarnya adalah mahluk sosial, mahluk yang membawa sifat dasar ketergantungan. KHALAQAL INSANA MIN ALAQ, begitu bunyi wahyu pertama Al Quranul Karim. Memang, sewaktu-waktu manusia itu bisa merasa senang dalam kesendiriannya, akan tetapi tidak untuk selamanya. Manusia menyadari, bahwa hubungan yang dalam dan dekat dengan pihak lain akan membantunya untuk mendapatkan kekuatan dan membuat dia lebih bisa menghadapi tantangan. Karena alasan-alasan inilah maka manusia melakukan pernikahan, berkeluarga, bahkan bermasyarakat dan berbangsa. Allah SWT Maha Mengetahui, bahwa hal seperti itu dialami oleh semua manusia, baik pemuda maupun pemudi, duda maupun janda. Oleh karena itu, Al Quranul Karim ketika berbicara tentang janda yang belum selesai iddahnya, menyatakan : (Q.S. Al Baqarah 234). Artinya : Tidak ada dosa bagimu ( hai para wali), membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka secara makruf. Maksud ayat tersebut adalah mereka, janda-janda (karena suaminya meninggal dunia itu) boleh berhias, bepergian dan menerima pinangan. Sedang para lelaki diingatkan oleh lanjutan dari ayat itu (Q.S. Al Baqarah: 235)., yang artinya: Tidak ada dosa bagimu meminang wanita-wanita itu dengan (kalimat) sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka). Allah mengetahui, bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka

Ananda calon suami istri serta hadirin rahimakumullah. Dari sinilah Islam mensyariatkan dijalinnya pertemuan pria dan wanita ; diarahkannya pertemuan itu sedemikian rupa hingga terlaksana apa yang disebut pernikahan untuk mengusir hantu keterasingan dan untuk mengalihkan kerisauan menjadi ketentraman. (Q.S. Ar-Rum: 21) Artinya: Diantara tanda-tanda (kebesaran dan kekuasaan Allah) adalah Dia menciptakan dari jenismu pasanga-pasangan agar kamu (masing-masing) memperoleh ketentraman dari (pasangan)-nya dan dijadikannya diantara kamu mawaddah dan rohmah. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (Q.S. An-Nisa:3). Artinya: Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka ( kawinilah) seorang saja. Selanjutnya, dalam hubungan berlaku adil itu, pada ayat lain ditegaskan. (Q.S. An-Nisa: 129). Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak dapat berlaku adil diantara istri-istri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai) sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri dari kecurangan, maka sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Maksud ayat tersebut adalah, bahwa suami tidak akan dapat berlaku adil diantara istriistrinya, walaupun si suami itu sangat ingin berlaku demikian. Jadi, kawinilah seorang saja. Ananda calon suami istri, yang berbahagia. Membangun RUMAH TANGGA itu, bukan seperti membangun rumah gedung bertingkat. Menyusun batu bata di atas batu-bata. Tidak juga seperti membuat taman, merangkai bunga di samping bunga. Juga bukan seperti menghimpun binatang dalam satu kandang, satu jantan sepuluh betina. Bukan, bukan seprti itu, melainkan membangun rumah tangga itu dimulai dengan pernikahan antara seorang pria dan...... seorang wanita, seperti yang berlangsung sekarang ini, antara kalian berdua dengan beberapa syarat, antara lain yang selalu harus dipahami dan dihayati, pertama adalah yang berkaitan dengan ijab kabul, serah terima pernikahan. Serah terima itu pada hakikatnya adalah ikrar untuk hidup bersama, seiya sekata mewujudkan sakinah atau ketentrama dengan melaksanakan segala tuntutan dan kewajiban. Saling wasiat mewasiati-lah tentang suami dan istri untuk berbuat baik. Kalian menerimanya atas dasar amanat Allah, dan menjadi halal hubungan seksual itu atas dasar kalimat Allah. Itulah yang selalu harus diingat dan dihayati, agar menjadikan kehidupan rumah tangga kalian dinaungi oleh makna kalimat itu, kebenaran, keadilan, langgeng tidak berubah, luhur penuh kebajikan dan dikaruniai anak yang soleh-solehah, penyejuk mata, penyenang hati, berbakti kepada kalian ayah bundanya dan kakek neneknya serta santun pada ahli keluarga dan tetangga disekitarnya. Itulah yang pertama, ijab kabul. Yang kedua, yang perlu digaris bawahi dalam konteks pernikahan ini adalah mahar. Suami berkewajiban menyerahkan mahar atau maskawin kepada istri. Islam menganjurkan agar maskawin itu sesuatu yang bersifat materi. Oleh karena itu bagi yang tidak memilikinya, dianjurkan untuk menangguhkan pernikahan sampai dia memiliki kemampuan. Akan tetapi jika karena satu dan lain hal, dia harus juga melakukan pernikahan, maka cincin besi pun jadilah. Begitulah sabda Nabi Muhammad SAW. Dan jika cincin besi inipun tidak dimilikinya, sedang pernikahan tidak dapat ditangguhkan lagi, maka maskawin itu boleh berupa jasa mengajarkan Al Quran. Begitulah petunjuk Nabi Besar Muhammad SAW sebagaimana diriwayatkan oleh kedua pakar hadis, Bukhari dan Muslim.

Ananda Calon Suami Istri serta hadirin Rahimakumullah Mahar atau mas kawin itu adalah lambang kesiapan dan kesediaan suami untuk memberi nafkah kepada istri dan putra-putrinya. Selama maskawin itu bersifat lambang, maka tidak harus banyak, bahkan sebaik-baik maskawin adalah seringan-ringannya. Begitu sabda nabi Muhammad SAW, walaupun Al Quran tidak melarang untuk memberi sebanyak mungkin mas kawin. Mengapa demikian ? Karena pernikahan itu bukanlah akad jual beli. Mas kawin itu bukan harga dari seorang perempuan. Ananda calon suami istri serta hadirin rahimakumullah Tali-temali pengikat pernikahan itu pada pokoknya ada empat: Yang pertama: CINTA. Cinta itu adalah kecenderungan hati kepada sesuatu. Kecenderungan ini boleh jadi disebabkan lezatnya yang dicintai atau karena manfaat yang diperoleh daripadanya. Cinta sejati antar manusia terjalin bila ada sifat-sifat pada yang dicintai sesuai dengan sifat yang didambakannya. Rasa inilah yang menjalin pertemuan antara kedua pihak dalam saat yang sama dicintai dan mencintai. Yang kedua: MAWADDAH: Yaitu sesuatu di atas cinta yang seharusnya mengikat hubungan suami istri. Tahukah ananda berdua, apa yang disebut mawaddah itu ? Mawaddah, maknanya berkisar pada kelapangan dan kekosongan . Kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Demikian menurut pakar M. Quraish Shihab. Mawaddah itu adalah cinta plus. Bukankah yang mencintai, -disamping akan terus berusaha mendekat dan mendekat- sesekali hatinya kesal juga, sehingga cintanya pudar, bahkan putus. Sedang bagi orang yang didalam hatinya bersemi mawaddah atau cinta plus itu, dia tidak akan memutuskan hubungan, seperti yang biasa terjadi pada orang yang bercinta. Ini disebabkan hatinya begitu lapang dan kosong dari keburukan, sehingga pintunya pun sudah tertutup, tidak bisa dihinggapi keburukan lahir dan batin, yang mungkin datang dari pasangannya. Mawaddah adalah cinta plus yang tampak dampaknya pada perlakuan, serupa dengan tampaknya kepatuhan akibat rasa kagum dan hormat kepada seseorang. Yang ketiga: RAHMAH. Rahmah adalah kondisi psikologis, yang muncul di dalam hati, akibat menyaksikan ketidak berdayaan, sehingga mendorong yang bersangkutan untuk melakukan pemberdayaan. Karena itu, dalam kehidupan keluarga masing-masing suami dan istri akan bersunguh-sungguh , bahkan bersusah payah, demi mendatangkan kebaikan bagi pasangannya. Rahmah itu menghasilkan kesabaran......., murah hati, tidak angkuh, tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri, tidak pemarah dan tidak pendendam. Ia menutupi segala sesuatu dan sabar menanggung segalanya. Sementara mawaddah tidak mengenal batas dan tidak berkesudahan. Mengapa Al Quranul Karim menggaris bawahi hal ini dalam rangka jalinan perkawinan. Agaknya karena betapapun hebatnya seseorang, pasti dia memiliki kelemahan. Dan betapapun lemahnya seseorang pasti ada juga unsur kekuatannya. Suami dan istri tidak luput dari keadaan demikian, sehingga suami dan istri harus berusaha untuk saling melengkapi. (Q.S. An Nisa : 1) Artinya : Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan menciptakan darinya (diri itu) pasangannya (Q.S. Ar Rum : 21) Artinya : Allah menjadikan dari diri kamu pasangan ? Ananda calon suami istri serta hadirin rahimakumullah Firman-firman tersebut mengandung isyarat, bahwa suami dan istri harus dapat menjadi

diri pasangannya dalam arti masing-masing harus merasakan dan memikirkan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh pasangannya dan masing-masing harus mampu memenuhi kebutuhan pasangannya itu. (Q.S. Al Baqarah : 187) Artinya : Istri-istri kamu adalah pakaianmu dan kamu adalah pakaian mereka Ayat tersebut tidak hanya mengisyaratkan, bahwa suami dan istri saling membutuhkan, melainkan juga berarti, suami dan istri masing-masing menurut kodratnya memiliki kekurangan, harus dapat berfungsi menutup kekurangan pasangannya itu. Ananda calon suami istri serta hadirin rahimakumullah. Para pakar mengatakan, bahwa kasih sayang disuburkan dengan kesadaran, tak seorang pun yang sempurna. Kekurangan yang dimiliki istri boleh jadi dimiliki juga oleh suami dalam bentuk yang lain. Kesalahan yang dilakukan oleh suami dapat juga dilakukan oleh istri dalam bentuk yang sama atau yang lain. Kesadaran demikianlah yang dapat memelihara dan menyuburkan kasih sayang. Akan tetapi jika kasih sayang itu pun putus, jangan putuskan pernikahan, karena ada amanah yang harus dipertahankan. Yang keempat : AMANAH Istri adalah amanah bagi sang suami dan suamipun amanah bagi sang istri. Tidak mungkin orang tua kalian dan keluarga kalian masing-masing akan merestui pernikahan ini tanpa adanya rasa percaya dan aman. Suami, demikian juga istri, tidak akan menjalin hubungan kecuali jika masing-masing merasa aman dan percaya kepada pasangannya. Penikahan ini bukan hanya amanat dari mereka, melainkan juga amanat dari Allah swt. Bukankah ia dijalin atas nama Allah dengan menggunakan kalimat-Nya. Hadirin Rahimakumullah Ada seorang pria datang kepada saidina Umar ra. dan menyampaikan rencananya menceraikan istrinya. Umar, Kahalifah Rasulullah saw yang kedua itu berkomentar antara lain: Dimana engkau letakkan amanah yang telah engkau terima itu. Lalu beliau membaca firman Allah : (Q.S. An Nisa: 19) Artinya: Seandainya kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah/jangan ceraikan). Mungkin kamu tidak mrnyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. Ananda calon suami istri, serta hadirin Rahimakumullah Amanah itu terpelihara dengan mengingat Allah. Kebesaran, kekuasaan dan kemurahanNya. Ia dipelihara dengan melaksanakan tuntunan agama. Siramilah amanah itu dengan shalat walau pun hanya lima kali sehari. Ananda calon suami isteri yang berbahagia Camkan beberapa ketentuan dan nasehat berikut ini: (Al Maidah:1) Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah akad-akad perjanjian (Q.S. At Thalaq:6). Artinya: Tempatkanlah mereka (istri) itu dimana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. (Q.S. Al Baqarah:228). Artinya: Para istri mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf , dan para suami mempunyai satu derajat di atas para istri

Tahukah ananda, apa yang dimaksud dengan derajat itu? Derajat itu adalah kelapangan dada suami terhadap istri untuk meringankan sebagian kewajiban istri. Oleh karena itu, Syekh Al Mufassirin, Guru Besar Para Penafsir , Imam At Thabari menulis: Walaupun ayat ini disusun dalam redaksi berita, akan tetapi maksudnya adalah anjuran bagi para suami untuk memperlakukan istrinya dengan sifat yang terpuji, agar mereka memperoeh derajat itu. Rasulullah saw melukiskan suami yang baik adalah sebagai berikut: Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik perlakuannya terhadap istrinya. Sedang istri yang baik adalah: Bila dipandang menyenangkan: diminta memperkenankan; dan bila suaminya bepergian, dipeliharanya harta dan kehormatannya. Ketahuilah, Seorang ibu pernah menasehati puterinya menjelang pernikahan. Ujarnya: hai anakku; Jadilah terhadap suamimu bumi tempat dia berpijak, niscaya dia akan menjadi bagimu langit tempat engkau berteduh. Perhatikan nasehat berikut ini antara lain: Yang pertama dan kedua. Terimalah pemberiannya, walaupun sedikit, dengan penuh rasa syukur dan perkenankanlah permintaanya dengan penuh rasa hormat. Yang ketiga dan keempat. Perhatikanlah arah matanya tertuju dan hidungnya mengendus. Jangan sampai kedua matanya melihat sesuatu yang buruk dari penampilanmu dan jangan pula hidungnya mengendus, kecuali harum semerbak dari dirimu. ANANDA CALON SUAMI ISTRI YANG BERBAHAGIA LAKSANAKANLAH SEMUA PERINTAH ALLAH SWT DAN JANGAN LANGGAR LARANGANNYA, ANTARA LAIN ADALAH : (Q.S. Al Isra : 23). Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan akh dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia Ananda Raden Hari Wahyudi Winawardhana, dan Ananda Diah Ristiani yang berbahagia. Kembangkanlah layar, Bismillahi majreha wa mursa ina robbilgla ghafurrurrahim. Aqulu qauli haza wastaghfirulahlazima li walakum walisairil muslimina walmuslimat, wal muminina wal muminat. Fastaghfiruhu, innahu hual ghafururrahim. Fattaqullaha mastatotum. Billahi fi sabilil haq. Asalamualaikum wr. wb.

You might also like