You are on page 1of 66

BUKU PEDOMAN

SKRIPSI
10/27/2008 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO BY : KOORDINATOR SKRIPSI

Daftar Isi
Bab 1 Pengertian dan Tujuan Skripsi ......................................................... 1.1. Pengertian 1.2. Batasan Minimal Topik Skripsi 1.3. Tujuan 1.4. Kegiatan yang dapat dijadikan Skripsi Bab 2 Usulan Skripsi.................................................................................. 2.1. Persyaratan Umum 2.2. Prosedur Umum Pengajuan 2.3. Pembimbing Skripsi 2.4. Format Usulan Bab 3 Pelaksanaan Skripsi.......................................................................... 3.1. Penelitian dan Skripsi 3.2. Pendaftaran 3.3. Pelaksananaan 3.4. Evaluasi Skripsi 3.5. Jadwal Pelaksanaan 3.6. Panitia Pelaksana Bab 4 Pedoman Pembuatan Struktur Laporan Skripsi ............................... Bab 5 Tata Tulis Laporan Skripsi............................................................... 5.1. Kertas 5.2. Penyajian Naskah 5.3. Paginasi Bagian Awal 5.4. Halaman Judul 5.5. Halaman Pengesahan 5.6. Halaman Kata Pengantar 5.7. Halaman Daftar Isi 5.8. Halaman Daftar Gambar 5.9. Halaman Daftar Tabel 5.10. Halaman Bagian Akhir Bab 6 Tata Tulis Laporan Skripsi............................................................... 6.1. Mengatur jarak Baris 6.2. Indensisasi 6.3. Nomor Halaman 6.4. Memutuskan kata 6.5. Menyingkat kata 6.6. Menuliskan Bilangan 6.7. Nomor Gambar dan Tabel 6.8. Penggunaan Tanda-tanda Tulis 6.9. Mengatur Kategorisasi dan Sub Kategorisasi 4

10

13 15

22

6.10. Membuat kutipan 6.11. Dimana Kutipan Ditempatkan 6.12. Kutipan Langsung dan Kutipan tidak langsung 6.13. Paraphrase 6.14. Paraphrase Panjang 6.15. Paraphraase Pendek 6.16. Kutipan Langsung 6.17. Tanggung Jawab Pengutip 6.18. Mengutip dan Kutipan 6.19. Mengutip dalam FootNote 6.20. Membuat FootNote 6.21. Unsur-unsur FootNote 6.22. Cara memasukkan Footnote 6.23. Footnote Berganda 6.24. Footnote Per Bab 6.25. Menyingkat Footnote 6.26. Daftar Acuan dan Daftar Pustaka Bab 7 Tata Cetak Ilustrasi dalam Laporan Skripsi..................................... 43 7.1. Arti dan Tujuan Ilustrasi Dalam Laporan Skripsi 7.2. Membuat Ilustrasi Yang Mengenai Sasarannya 7.3. Macam-macam Ilustrasi Lampiran..................................................................................................... 47 Aturan Penulisan Jurnal Contoh Cover Proposal Skripsi Contoh Isi Proposal Alur Proses Skripsi Biaya Sidang Skripsi

BAB 1 PENGERTIAN DAN TUJUAN SKRIPSI

1.1 Pengertian Tiap mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya dalam program sarjana diwajibkan untuk menyusun suatu karya ilmiah yang disebut Skripsi, setelah yang bersangkutan memenuhi persyaratan tertentu. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang mempunyai ciri-ciri antara lain : Harus ada permasalahan. Judul Skripsi dipilih sendiri oleh mahasiswa atau ditentukan oleh dosen pembimbing. Didasarkan pada pengamatan lapangan (data primer) dan/atau analisis data sekunder. Harus ada ketertiban metodologi Mengungkapkan adanya kenyataan baru atau kenyataan khusus Di bawah bimbingan secara berkala dan teratur oleh dosen pembimbing Mengikuti tata tulis karya ilmiah Dilengkapi dengan abstrak Dipresentasikan dalam forum seminar Dipertahankan dalam ujian lisan atau komprehensif di depan tim dosen penguji

1.2 Batasan Minimal Topik Skripsi 1. Skripsi belum pernah dikerjakan baik di dalam/ di PT lain 2. Skripsi tidak harus topik baru, bisa saja pengembangan dari topik lama dengan modifikasi metode dan Studi kasus yang berbeda 3. Skripsi untuk topik membangun Sistem Informasi (OLTP/OLAP) memiliki ketentuan : harus berdasarkan kondisi real di lapangan, dengan didukung oleh dokumen survey. sistem tidak berdasarkan angan-angan sendiri metodologi untuk analisa/ desain sistem di tampilkan Sistem Cukup Kompleks 4. Skripsi selain Sistem Informasi harus mengandung algoritma/perhitungan yang cukup kompleks yang tidak bisa di proses dengan alat hitung sederhana. 5. Salah satu bagian yang dikerjakan dalam Skripsi berupa Software / Program / Script Program, jika tidak maka mahasiswa harus melalui test komprehensive untuk kemampuan pemrograman 6. Skripsi layak atau tidak tergantung pada Defense Proposal 1.3 Tujuan

Dengan menyusun Skripsi diharapkan mahasiswa mampu merangkum dan mengaplikasikan semua pengalaman pendidikan untuk memecahkan masalah dalam bidang keahlian/bidang studi tertentu secara sistematis dan logis, kritis dan kreatif, berdasarkan data/informasi yang akurat dan didukung analisis yang tepat, dan menuangkannya dalam bentuk penulisan karya ilmiah. Penyusunan Skripsi merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dalam program sarjana teknik yang mempunyai tujuan agar mahasiswa : Mampu membentuk sikap mental ilmiah Mampu mengidentifikasikan dan merumuskan masalah penelitian yang berdasarkan rasional tertentu yang dinilai penting dan bermanfaat ditinjau dari beberapa segi. Mampu melaksanakan penelitian, mulai dari penyusunan rancangan penelitian, pelaksanaan penelitian, sampai pelaporan hasil penelitian. Mampu melakukan kajian secara kuantitatif dan kualitatif, dan menarik kesimpulan yang jelas serta mampu merekomendasikan hasil penelitiannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan pemecahan masalah itu. Mampu mempresentasikan hasil Skripsi itu dalam forum seminar dan mempertahankannya dalam ujian lisan di hadapan tim dosen penguji.

Skripsi merupakan suatu karya ilmiah berdasarkan suatu kegiatan penelitian mandiri dari mahasiswa, disusun dalam jangka waktu maksimum tiga semester, di bawah bimbingan seorang dosen pembimbing dan dapat dibantu seorang pembantu pembimbing. Dosen pembimbing di sini hanya sebagai fasilitator. Mandiri di sini diartikan bahwa perancangan penelitian, pelaksanaan penelitian, penulisan laporan hasil penelitian ada pada diri mahasiswa itu sendiri. Tim dosen penguji mengadakan penilaian dalam hal kemandirian dan cara mempertahankan Skripsi.

1.4 Kegiatan Yang Dapat Dijadikan Skripsi Karena Skripsi itu merupakan suatu karya ilmiah yang disusun berdasarkan hasil penelitian, maka perlu dipahami kegiatan-kegiatan yang apa saja yang termasuk dalam penelitian. Menurut kamus Webster (1983), penelitian dan research didefinisikan sebagai berikut : Research : careful, patient, systematic, diligent inquiry or examination in some field of knowledge, undertaken to establish facts or principles. (Penyelidikan yang giat secara sistematis, sabar, hati-hati dalam bidang ilmu pengetahuan untuk menghasilkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip)

Dari definisi di atas dapat dijabarkan suatu kegiatan dapat disebut penelitian bila memenuhi kriteria berikut : 1. Ada hal atau hal-hal yang ingin diselidiki (something to be inquired or examined). Termasuk dalam hal yang ingin diselidiki ini antara lain : Permasalahan yang ingin dipecahkan Hipotesa yang ingin dibuktikan/diuji kebenarannya Sesuatu (yang masih menjadi) pertanyaan yang ingin dicari jawabannya Di sini hal-hal yang diselidiki itu masih merupakan pertanyaan yang memerlukan jawaban. 2. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan (dapat berupa pemecahan permasalahan, pembuktian kebenaran hipotesa, atau jawaban atas pertanyaan) diperlukan cara (metodologi) tertentu, serta dibutuhkan kesabaran dan ketelitian dalam melakukan penyelidikan itu. Dengan kata lain dapat disimpulkan pula bahwa untuk penelitian dibutuhkan proses penyelidikan yang tidak sederhana. 3. Hasil penyelidikan dapat berupa informasi/data, fakta, atau ketentuan/ kaidah/ hukum. Jadi suatu kegiatan dapat disebut penelitian apabila memenuhi tiga kriteria di atas : ada hal-hal yang diselidiki yang masih menjadi pertanyaan, dibutuhkan proses penyelidikan yang tidak sederhana, dan penyelidikan itu menghasilkan informasi/data, fakta, atau ketentuan/kaidah/hukum. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa penelitian itu merupakan upaya memecahkan suatu masalah secara ilmiah dan obyektif sehingga menghasilkan bermacam-macam gagasan kreatif untuk dikontribusikan kepada ilmu dan teknologi, dan/atau kepada pembangunan dan/atau pengembangan kelembagaan.

BAB 2 USULAN SKRIPSI

2.1 Persyaratan Akademik

Tiap mahasiswa yang akan mengajukan Usulan Penelitian untuk Skripsi harus memenuhi persyaratan berikut ini :

Telah mengikuti dan dinyatakan lulus mata kuliah sebanyak 140 sks. IPK minimal 2,00 Skripsi harus ditulis sendiri oleh mahasiswa dengan mendapatkan bimbingan satu orang dosen sebagai pembimbing utama dan satu dosen pembimbing pendamping Skripsi dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia, kecuali mahasiswa dari program studi bahasa asing dapat ditulis dalam bahasa asing yang bersangkutan.

2.2 Prosedur Pendaftaran

Prosedur pendaftaran usulan skripsi adalah sebagai berikut : 1. Mahasiswa mengisi Formulir Pengajuan Skripsi (Berkas A dan A1) yang telah dicetak sendiri (format sesuai dengan contoh) 2. Meminta persetujuan dosen wali dengan menunjukkan Kartu Program Studi (KPS) semester yang bersangkutan. 3. Meminta pengesahan pendaftaran skripsi/tugas akhir ke Ketua Prodi 4. Membayar uang pendaftaran untuk bimbingan skripsi di Biro Keuangan 5. Formulir pendaftaran (Berkas A) yang telah disetujui Ketua Prodi diserahkan ke TU Fakultas dengan dilampiri Transkrip sementara dan bukti pembayaran. 6. Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi oleh Ketua Prodi 7. Mahasiswa menerima file Buku Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi
2.3 Prosedur Umum Pengajuan

Prosedur umum untuk pengajuan usulan Skripsi adalah sebagai berikut : Mahasiswa mendaftar dan mengisi Formulir Pengajuan Skripsi (Berkas A dan A1) yang telah dicetak sendiri (format sesuai dengan contoh pada bagian lampiran), kemudian meminta pengesahan dari Koordinator Bidang Minat 2. Mahasiswa mengajukan Pra-Usulan Skripsi, minimal Bab Pendahuluan, kepada Koordinator Skripsi, dengan dilampiri berkas A, yang selanjutnya akan mengumumkan Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II bagi masing-masing mahasiswa. Mahasiswa dapat mengusulkan calon Dosen Pembimbing II kepada Koordinator Skripsi.
1.

3. Menyusun usulan Skripsi. 4. Mahasiswa dapat melaksanakan Seminar Usulan Skripsi dengan persyaratan: Telah mengikuti minimal 2 hari ( 5 kali Seminar Usulan Skripsi) dari mahasiswa lainnya. Seminar usulan Skripsi dilaksanakan maksimal 6 bulan setelah Usulan Skripsi yang dibuat disetujui oleh dosen pembimbingnya. 5. Menyerahkan usulan Skripsi ke Koordinator Skripsi dengan ketentuan : Usulan Skripsi (rangkap empat) yang telah disetujui oleh dosen pembimbing. Melampirkan Berkas A, dan Berkas B. 6. Setelah mahasiswa memenuhi syarat untuk melakukan seminar, maka mahasiswa dapat mendaftarkan diri untuk melaksanakan Seminar Usulan Skripsi ke Koordinator Skripsi paling tidak 2 minggu sebelum pelaksanaan Seminar Usulan Skripsi, dengan menyerahkan: Usulan Skripsi (rangkap lima) yang telah disetujui oleh dosen pembimbing. Melampirkan Berkas A, Berkas B, dan Berkas C. 7. Seminar Usulan Skripsi dilaksanakan apabila jumlah mahasiswa yang mendaftar minimal 2 orang, dan jadwalnya akan diumumkan oleh Koordinator Skripsi. 8. Seminar yang dilakukan harus dihadiri oleh : Dosen pembimbing. Dua (atau lebih) dosen pembahas. Mahasiswa dari jurusan yang sama. Pihak lain yang berminat. 9. Sebagai hasil dari penilaian oleh tim pembahas atas presentasi di seminar, maka : Usulan Skripsi disetujui. Usulan Skripsi disetujui dengan perbaikan untuk dikonsultasikan lagi dengan pembimbing. Usulan Skripsi tidak disetujui (seminar harus diulang). 10. Hasil dari Seminar Usulan Skripsi dituangkan pada Berkas D1, dan Berkas D2. 11. Usulan Skripsi yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada Koordinator Skripsi selambat-lambatnya 2 minggu setelah seminar dilaksanakan, dengan dilampiri Berkas D1, dan Berkas D2. Bila tidak Usulan Skripsi dinyatakan batal. 12. Usulan Skripsi yang tidak disetujui atau yang dinyatakan batal, dianggap gugur dan mahasiswa dapat mengajukan Usulan Skripsi baru dengan melakukan seminar pada periode berikutnya. 13. Bila usulan Skripsi telah disetujui, maka usulan yang telah diseminarkan tadi akan dimintakan pengesahan ke Ketua Jurusan melalui Koordinator Skripsi. 14. Dalam sebulan setelah pengesahan Usulan Skripsi dari Ketua Jurusan untuk SI sudah turun, mahasiswa sudah harus menghubungi dosen

pembimbing dengan menyerahkan Usulan Skripsi yang disetujui oleh Ketua Jurusan tadi untuk SI. Untuk ini akan diberi surat pengantar dan lembar monitoring (Berkas E dan F). Bila sampai 1 (satu) bulan setelah Usulan Skripsi itu disetujui mahasiswa belum menghubungi dosen pembimbing, dosen pembimbing dapat merekomendasikan untuk membatalkan judul Skripsi-nya kepada Ketua Jurusan melalui Koordinator Skripsi. 15. Mahasiswa dapat melanjutkan pengerjaan Skripsi. 2.4 Pembimbing Skripsi 1. Dosen Pembimbing berfungsi sebagai penasehat dan fasilitator yang mengarahkan perencanaan , pelaksanaan dan pembuatan laporan Skripsi. 2. Mahasiswa akan mendapatkan Pembimbing I dan/atau II untuk menyelesaikan Skripsinya. 3. Kriteria Pembimbing I adalah : Dosen Tetap dari jurusan mahasiswa yang bersangkutan atau dosen dari luar jurusan dengan keahlian sesuai dengan Skripsi yang dikerjakan dan mendapat persetujuan dari Ketua Jurusan. Memiliki gelar akademik minimum S-2. Memenuhi persyaratan kualifikasi akademik yang telah ditentukan. 4. Kriteria Pembimbing II adalah Dosen Tetap dari jurusan mahasiswa yang bersangkutan. 5. Tiap mahasiswa harus mempunyai pembimbing minimal satu DOSEN TETAP Jurusan dari jurusannya. 2.5 Format Usulan Tahap awal kegiatan penelitian untuk Skripsi adalah menyusun Usulan Skripsi. Usulan Skripsi diketik pada kertas berukuran A4 (210 mm x 297 mm atau 8,27 in x 11,69 in), dengan mempergunakan pita/tinta hitam. Jarak tepi pengetikan sekurang-kurangnya :

Dari tepi atas : 3,5 cm Dari tepi bawah : 3 cm Dari tepi kiri: 3,5 cm Dari tepi kanan : 3 cm

Pengetikan Usulan Skripsi diketik dengan jarak spasi 1 spasi. Apabila dipakai pengolah kata MS-Word, jenis huruf yang dipakai adalah Times New Roman, Normal, ukuran 12 (khusus untuk judul dapat dipakai ukuran 14). Untuk pengolah kata yang lain dapat dipakai penyesuaian. Untuk seluruh naskah hendaknya dipergunakan mesin tulis atau printer yang sama. Usulan Skripsi hendaknya dibuat secara realistis, komprehensif, dan terperinci yang berisi hal-hal berikut ini : 1. Judul Skripsi

Judul hendaknya dinyatakan secara singkat tetapi cukup jelas menggambarkan tema pokok dengan memperhatikan batasan kualitatif, sasaran, dan kuantitatif. Judul hendaknya diusahakan agar dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris yang representatif. 2. Uraian Skripsi (Abstraksi) Uraian Skripsi atau Intisari Skripsi berisi uraian secara singkat tentang apa yang nanti dilaksanakan pada pelaksanaan Skripsi (maksimal 300 kata). Uraian ini bisa menjadi Abstrak dari Skripsi. Uraian Skripsi hendaknya diusahakan agar dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris yang representatif. 3. Ruang Lingkup Skripsi Uraian ruang lingkup Skripsi berisi uraian secara singkat tentang kata-kata kunci yang menjadi topik bahasan dalam Skripsi atau berisi nama-nama mata kuliah yang mendukung pelaksanaan Skripsi. 4. Latar Belakang Permasalahan Setiap penelitian yang diajukan untuk Skripsi harus mempunyai latar belakang masalah (aktual) yang diduga atau memang memerlukan pemecahan. Latar belakang timbulnya masalah perlu diuraikan secara jelas dengan sejauh mungkin didukung oleh data atau penalaran yang mantap. Kejelasan latar belakang timbulnya masalah akan memudahkan perumusan masalah. 5. Perumusan Permasalahan Masalah yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian yang diajukan untuk Skripsi, hendaknya dirumuskan dalam bentuk deklaratif atau dalam bentuk kalimat-kalimat pertanyaan yang tegas dan jelas guna menambah ketajaman perumusan. Pada prinsipnya masalah yang akan dicari pemecahannya harus cukup terbatas ruang lingkupnya agar dapat dimungkinkan pengambilan kesimpulannya yang definitif. Pengertian yang terbatas itu hendaknya ditetapkan dengan berorientasi kepada prospek kegunaannya secara operasional. Bila kegunaan operasionalnya hanya dapat dicapai melalui perumusan-perumusan masalah yang agak luas (tidak terlalu terbatas), hendaknya orientasi perumusannya diarahkan kepada bisa tidaknya penelitian dengan masalah yang seluas itu dilaksanakan. Uraian perumusan masalah tidak perlu dalam bentuk kalimat pertanyaan. 6. Tujuan Skripsi Hasil utama dari Skripsi adalah data atau informasi yang berhasil disusun melalui kegiatan penelitian. Uraikan dengan singkat mengenai tujuan dari Skripsi. Skripsi dapat bertujuan untuk menjajaki, menguraikan, menerangkan, membuktikan, atau mendapatkan/menerapkan suatu gejala, konsep atau dugaan, atau membuat suatu prototip. 7. Penelaahan Studi (Tinjauan Pustaka) Usahakan pustaka yang terbaru, relevan, dan asli, misalnya jurnal ilmiah. Uraikan dengan jelas kajian pustaka yang menimbulkan gagasan dan yang mendasari penelitian yang akan dilakukan. Tinjauan Pustaka menguraikan

10

teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari acuan yang akan dijadikan landasan untuk melakukan kegiatan penelitian yang akan dijadikan Skripsi. Uraian dalam tinjauan pustaka ini diarahkan untuk menyusun kerangka pemikiran atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Kerangka pemikiran itu harus utuh menuju kepada satu tujuan yang tunggal, yaitu memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah. Tinjauan pustaka mengacu pada daftar pustaka. 8. Metodologi (Langkah-Langkah) Uraikan metode yang digunakan dalam penelitian secara rinci. Uraian dapat mencakup variabel dalam penelitian, model yang digunakan, rancangan penelitian, teknik pengumpulan analisis data, cara penafsiran dan pengumpulan hasil penelitian yang menggunakan metode kualitatif. Perlu juga dijelaskan pendekatan yang digunakan, proses pengumpulan dan analisis informasi, proses penafsiran dan penyimpulan hasil penelitian. 9. Jadwal Kegiatan Hendaknya dikemukakan jenis-jenis kegiatan yang direncanakan beserta jadwal waktunya (mulai dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data sampai dengan menyusun laporan). Jadwal kegiatan ini biasanya dalam bentuk tabulasi diagram waktu. 10. Relevansi Uraikan secara singkat tetapi jelas macam-macam gagasan kreatif dari hasil Skripsi itu untuk dikontribusikan kepada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dan/atau kepada pengembangan kelembagaan dan/atau pembangunan. Atau menimbulkan inspirasi untuk mahasiswa lain. 11. Rancangan Sistem Berisi rancangan design program yang telah anda buat dengan menggunakan diagram (E-R/ DFD/ UML / Flowchart / Dll) 12. Daftar Pustaka Berisi daftar buku, prosiding, jurnal, majalah, surat kabar, dan lokasi alamat internet yang menjadi sumber inspirasi judul/topik Skripsi. 13. Lembar Pengesahan Untuk Lebih detailnya, lihat di contoh proposal untuk masing-masing jurusan seperti tertera terlampir di bawah.

11

BAB 3 PELAKSANAAN SKRIPSI

3.1 Penelitian Dan Skripsi Kegiatan penelitian yang diwujudkan dalam sebuah Skripsi merupakan kegiatan bagian akhir dari proses pendidikan sarjana. Untuk memperlancar dan memperjelas tugas dan tanggung jawab mahasiswa dan dosen pembimbing, maka perlu dibuat ketentuan untuk keduanya. Adapun deskripsi dari tugas dan tanggung jawab dari dosen dan mahasiswa adalah sebagai berikut : Mahasiswa bertanggung jawab atas semua aspek yang berkaitan dengan penyiapan Skripsi dan publikasi yang meliputi : 1. Isi dan materi 2. Organisasi dan format 3. Pekerjaan editorial, bahasa dan bibliography 4. Pengetikan dan gambar-gambar 5. Kualitas dan kesahihan data, logika dan rasional yang digunakan dalam penulisan Sedangkan tugas dari dosen pembimbing adalah 1. Menyetujui materi dan metodologi yang ada dalam Skripsi 2. Menyetujui organisasi, isi dan format dari Skripsi 3. Melakukan review atas kualitas data, logika dan rasional dalam penulisan Skripsi 4. Melakukan evaluasi menyeluruh atas penyelesaian Skripsi dan pemenuhan terhadap kriteria yang ada

3.2 Pendaftaran 1. Skripsi yang sudah disetujui wajib didaftarkan pada pada semester yang sudah ditentukan. 2. Mahasiswa yang mendapat perpanjangan penyelesaian Skripsi atau sudah ujian tetapi tidak lulus, diwajibkan mendaftarkan kembali Skripsi pada semester berikutnya. 3.3 Pelaksanaan Mahasiswa yang Proposal Skripsinya disetujui dapat segera melaksanakan Skripsi dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan Skripsi maksimal adalah 2 semester. 2. Selama mengerjakan Skripsi, mahasiswa wajib melakukan konsultasi secara berkala dan dan wajib mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing sebelum mengikuti Sidang Skripsi. Jadwal dan materi konsultasi dicatat pada Berkas F.

12

3.

4.

5.

6.

7.

Bila dalam 2 semester Skripsi yang dikerjakannya tidak selesai, maka mahasiswa mahasiswa wajib memberikan laporan tertulis tentang kemajuan Skripsinya kepada Koordinator Skripsi diketahui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II (Berkas M). Apabila di tengah proses pembuatan Skripsi ternyata mahasiswa tidak mampu melanjutkan, mahasiswa dapat mengajukan Surat Permohonan Pembatalan Skripsi (Berkas L) ditujukan kepada Ketua Jurusan dengan sepengetahuan dosen pembimbing Skripsi. Dan mahasiswa tersebut harus mengulang proses pembuatan Skripsi dari tahap usulan (dengan judul baru). Skripsi yang tidak selesai dalam satu semester dapat diperpanjang dengan persetujuan dosen pembimbing dan kordinator Skripsi (dituangkan dalam Berkas M). Apabila Skripsi tersebut dibatalkan, maka mahasiswa yang bersangkutan wajib mengajukan Usulan Skripsi yang baru. Apabila Skripsi tersebut diperpanjang, maksimum perpanjangannya adalah 1 semester dan apabila sampai batas perpanjangannya habis Skripsi belum selesai, maka otomatis Skripsi tersebut gugur dan mahasiswa wajib mengajukan proposal baru. Mahasiswa dapat maju Sidang Skripsi minimal satu bulan setelah Usulan Skripsi disetujui, dan maksimal sampai batas pengerjaan Skripsi-nya habis.

3.4 Evaluasi Skripsi 1. Sidang Skripsi dilakukan 2 kali dalam setahun dan jadwalnya akan diumumkan oleh Sekretariat Jurusan. 2. Mahasiswa harus mendaftarkan diri untuk mengikuti Seminar Program Pra Ujian Skripsi sebelum mengikuti Sidang Ujian Skripsi, dengan syarat: Telah menyelesaikan Program Skripsi minimal 90 %. Menyerahkan Berkas F yang telah ditandatangani dosen pembimbing (sebagai tanda proses pembimbingan telah selesai). Menyerahkan Berkas G kepada Koordinator Skripsi. Semua persyaratan tersebut sudah diserahkan ke Tata Usaha Jurusan paling lambat 1 minggu sebelum hari pertama Seminar Pra Ujian Skripsi berlangsung. 3. Mahasiswa harus mendaftarkan diri untuk mengikuti Sidang Ujian Skripsi, dengan syarat: Telah menyelesaikan Skripsi. Menyerahkan Berkas F yang telah ditandatangani dosen pembimbing (sebagai tanda proses pembimbingan telah selesai). Menyerahkan Berkas I. Menyerahkan 3 copy (termasuk aslinya) konsep naskah TA yang belum dijilid kepada Tata Usaha Jurusan dan menyerahkan sendiri konsep naskah TA kepada dosen pembimbing. Semua persyaratan tersebut sudah diserahkan ke Tata Usaha Jurusan paling lambat 1 minggu sebelum hari pertama Sidang Skripsi berlangsung.

13

4. Skripsi akan dipresentasikan oleh mahasiswa yang bersangkutan pada sebuah Sidang Skripsi tertutup yang dihadiri oleh : a. Dosen pembimbing I dan II b. Tiga dosen penguji 5. Ujian Skripsi dapat berlangsung apabila minimal seorang Pembimbing mendampingi mahasiswa tersebut. 6. Apabila dengan alasan yang dapat diterima Pembimbing tidak dapat hadir dalam ujian, Ketua Jurusan akan menunjuk seorang dosen tetap mendampingi mahasiswa tersebut. 7. Apabila dosen penguji berhalangan hadir, Koordinator Skripsi akan menunjuk penggantinya. 8. Jadwal dan susunan Tim Penguji ditentukan oleh Koordinator Skripsi dan Ketua Jurusan. 9. Ujian berlangsung selama 90 menit yang terdiri dari : presentasi materi dan tanya jawab. 10. Sebagai hasil dari penilaian oleh tim penguji atas ujian di Sidang Skripsi, maka : a. Skripsi disetujui b. Skripsi disetujui dengan perbaikan c. Skripsi tidak disetujui dan sidang harus diulang. 11. Setelah ujian selesai Tim Penguji dan Pembimbing akan melakukan evaluasi mahasiswa tersebut dalam pelaksanaan Skripsi, dan dicatat dalam Berkas J, K, K1, K2, K3. 12. Persentase Nilai Skripsi adalah : Nilai Bimbingan : 40 % Nilai Sidang & Seminar : 60 % 13. Pelaksanaan Ujian Skripsi harus tercatat dalam Berita Acara Sidang Skripsi.(Berkas J) 14. Skripsi yang disetujui dan/atau yang sudah diperbaiki/disempurnakan dalam jangka waktu 2 minggu harus diserahkan dengan ketentuan : a. 1 eksemplar ke Sekretariat/Tata Usaha Jurusan b. 1 eksemplar ke Perpustakaan c. 1 eksemplar ke masing-masing Dosen Pembimbing d. Sebagai syarat yudisium, mahasiswa diwajibkan membuat jurnal dari Skripsinya, untuk format bisa dilahat di lampiran dibawah.

3.5 Jadwal Pelaksanaan Dalam satu semester ada 1x sidang proposal (defense proposal), 1x Seminar Pra Ujian Skripsi dan 1x Sidang Skripsi. Jadwal Rutin untuk tiap kegiatan yaitu Sidang Proposal Bulan Maret Bulan Juni o Pendaftaran Bulan Februari Seminar Pra Ujian Skripsi o Pendaftaran Bulan Mei

14

Sidang Skripsi Bulan Juli o Pendaftaran Bulan Juni Sidang Proposal Bulan September Bulan Desember o Pendaftaran Bulan Agustus Seminar Pra Ujian Skripsi Sidang Skripsi Bulan Januari o Pendaftaran Bulan Desember o Pendaftaran Bulan November

Untuk tanggal pelaksanaan dan tempat, tentatif disesuaikan dengan kegiatan Akademik Jurusan.

3.6 Panitia Pelaksana Panitia pelaksana Seminar Proposal dan Sidang Skripsi terdiri dari Steering Committee, yaitu koordinator Skripsi yang ditunjuk oleh Jurusan. Bertugas sebagai penanggung jawab kegiatan Organizing Committee, yaitu pelaksana yang terdiri dari mahasiswa, bertugas sebagai pelaksana kegiatan (menyiapkan perlengkapan acara)

15

BAB 4 PEDOMAN PEMBUATAN STRUKTUR LAPORAN SKRIPSI Struktur laporan Skripsi yang berlaku juga untuk semua laporan karya ilmiah merupakan struktur yang lazim digunakan di lembaga-lembaga perguruan tinggi. Ada tiga bagian besar untuk dimasukkan dalam laporan Skripsi, yaitu : Bagian Awal, yang memuat bahan-bahan preliminer. Bagian Inti/Pokok, yang memuat naskah utama dari Skripsi. Bagian Akhir, yang memuat bahan-bahan referensi.

Gambaran umum dari struktur laporan Skripsi : 1. Bagian AWAL a. Judul Skripsi b. Halaman pengesahan c. Abstrak Bagian ini berisi inti laporan Skripsi secara menyeluruh tetapi singkat, antara lain berisi : permasalahan, metode pemecahan, dan hasilnya (maksimum 300 kata, minimal 140 kata) d. Kata pengantar e. Daftar isi f. Daftar gambar, grafik, diagram g. Daftar tabel 2. Bagian INTI/POKOK Bagian Awal Laporan Skripsi, meliputi :

Bagian Inti/Pokok Laporan TA, meliputi : a. Pendahuluan Latar belakang masalah, penegasan dan alasan pemilihan judul Permasalahan, point penting yang melatarbelakangi pemilihan judul Tujuan Metodologi Sistematika. Berisi penjelasan secara singkat mengenai bab-bab dalam Laporan Skripsi Relevansi atau manfaat b. Teori Penunjang c. Analisis Permasalahan d. Pengumpulan Data/Informasi : Laboratorium Simulasi Survey/sigi (data primer/data sekunder) e. Sintesis Pemecahan Masalah :

16

Merancang model/algoritma/program Membuat model/algoritma/program Membuat protip/alat f. Uji Coba : Validasi model/algoritma/program Unjuk kerja/keandalan prototipe/alat Eksperimen real atau simulasi g. Penutup : Kesimpulan (hal-hal yang dikerjakan) Saran-saran (hal-hal yang masih dapat dikembangkan lebih lanjut/yang belum sempat dikerjakan) 3. Bagian AKHIR Daftar Pustaka Lampiran-lampiran.

Bagian Akhir Laporan Skripsi, meliputi :

Bagian Inti/Pokok laporan Skripsi di atas susunannya tidak selalu ada semua. Telitilah dengan tepat pemakaian struktur yang dapat dijadikan pedoman, agar tidak terlalu banyak membuang-buang waktu dalam pengerjaan Skripsi. Periksalah secara keseluruhan dengan baik. Kemudian periksalah kembali perincian demi perinciannya. Persoalkan mengapa perincian itu ada dalam struktur itu; persoalkan juga mengapa perincian-perincian itu dalam urutan semacam itu. Beri perhatian untuk selalu menghubungkan kembali masingmasing perincian dalam keseluruhannya yang lebih besar. Jangan sekali-kali mempelajari langsung pada perincian itu semata-mata, sebab cara semacam itu, menurut pengalaman bukan cara yang produktif.

17

BAB 5 TATA TULIS LAPORAN SKRIPSI

5.1. Kertas 1. Skripsi harus diketik pada kertas HVS 80 gram berukuran A4 (21 cm x 29,7 cm), dengan mempergunakan pita/tinta hitam. 2. Tabel-tabel dan gambar-gambar, jika ada, sedapat mungkin juga disajikan pada kertas yang sama. 5.2. Penyajian Naskah 1. Pengetikan a. Skripsi diketik dengan jarak 2 spasi. b. Apabila dipakai pengolah kata MS-Word, jenis huruf yang dipakai adalah Times New Roman, Normal, ukuran 12 (khusus untuk judul dapat dipakai ukuran 14). Untuk pengolah kata yang lain dapat dipakai penyesuaian. c. Untuk seluruh naskah hendaknya dipergunakan mesin tulis atau printer yang sama. d. Lambang-lambang, huruf-huruf Yunani, atau tanda-tanda yang tak terdapat pada mesin ketik atau printer hendaknya ditulis dengan rapi dengan mempergunakan tinta Cina. Penggunaan huruf Yunani pada suatu persamaan harus dijelaskan artinya. Apabila penggunaan huruf Yunani cukup banyak, penjelasan artinya dapat diberikan dalam suatu halaman khusus. e. Huruf kursif diganti dengan huruf biasa dengan diberi garis di bawahnya. 2. Jarak Tepi Ketikan harus terletak sekurang-kurangnya :

Dari tepi atas Dari tepi bawah Dari tepi kiri Dari tepi kanan

: 3,5 cm : 3 cm : 3,5 cm : 3 cm

3. Nomor Halaman Halaman-halaman naskah Skripsi (Bagian Inti/Pokok) diberi nomor urut dengan angka Arab, dimulai dengan angka 1 dan dimulai dari Bab Pendahuluan. Nomor halaman ditulis di tengah dan 1,5 cm dari tepi bawah. 4. Tabel dan Gambar a. Tabel harus diketik dengan menggunakan mesin ketik atau printer yang sama dengan yang digunakan untuk mengetik keseluruhan naskah. Jika pengetikan ini tidak mungkin, seperti misalnya untuk

18

lambang-lambang, huruf-huruf Yunani, penulisan hendaknya dilakukan dengan menggunakan tinta Cina. b. Tabel atau gambar yang terlalu besar (misalnya diagram skema) dapat disajikan pada halaman yang lebih luas, lalu dilipat. c. Tabel-tabel diberi nomor urut pada setiap bab dengan angka Arab dengan ketentuan penulisan sebagai berikut : Nomor terdiri dari 2 bagian, bagian pertama menunjukkan bab sedangkan bagian kedua menunjukkan nomor tabel. (contoh : Tabel 2.1, Tabel 3.2, Tabel 3.3, dan sebagainya). Nomor dan Judul Tabel diletakkan di sebelah atas tabel. Nama kolom (heading) pada tabel harus ada, terutama pada tabel yang menempati lebih dari 2 halaman. Perataan (justify) isi tabel lurus tepi kanan untuk angka/numerik dan rata kiri untuk lainnya. d. Gambar-gambar diberi nomor urut pada setiap bab dengan angka Arab dengan ketentuan penulisan sebagai berikut : Nomor terdiri dari 2 bagian, bagian pertama menunjukkan bab sedangkan bagian kedua menunjukkan nomor gambar. (contoh : Gambar 2.1, Gambar 3.2, Gambar 3.3, dan sebagainya) Nomor dan Judul Gambar diletakkan di sebelah bawah gambar.
5. Kulit muka dan kulit belakang hard cover, warna biru Unijoyo. Kulit

muka ditulisi sama dengan lembar judul Skripsi dengan tinta kuning emas (lihat lampiran). 6. Berbagai Tingkatan Judul Berbagai tingkatan judul ditulis dengan cara sebagai berikut :
a. Judul : diketik dengan huruf besar semua pada halaman baru

dengan jarak 4 cm dari tepi atas dan dengan jarak seimbang dari tepi kiri dan kanan, dan ditebalkan. b. Sub-Judul : huruf-huruf pertama ditulis dengan huruf besar, diletakkan mulai dari tepi kiri, dan diberi garis bawah. c. Anak sub-judul : ditulis mulai dari tepi sebelah kiri dengan indensi lima ketukan, dan diberi garis bawah. Huruf-huruf pertamanya ditulis dengan huruf besar. d. Jika masih ada judul dalam tingkatan yang lebih rendah, ditulis seperti pada c. 7. Referensi dan Kutipan Semua sumber pustaka yang dikutip (secara langsung atau tidak langsung) dan dijadikan referensi harus disebutkan. Cara menyebutkan sumber itu ialah dengan menuliskan di dalam kurung : nama pengarang dan tahun publikasi.

19

5.3. Paginasi Bagian Awal Bagian Awal suatu Skripsi memuat bahan-bahan preliminer. Bagian ini sama sekali belum memberikan pembahasan dalam bentuk apapun terhadap permasalahan yang dikemukakan dalam Skripsi, melainkan semata-mata baru memberikan petunjuk kepada pembaca yang maksudnya semacam menyediakan peta bagi seseorang yang baru pertama kalinya mengunjungi suatu daerah. Seperti telah dikemukakan di atas tadi, Bagian Awal memuat : (1) halaman judul; (2) halaman pengesahan; (3) kata pengantar; (4) daftar isi; (5) daftar gambar; (6) daftar tabel. Paginasi atau pemberian nomor halaman pada Bagian Awal tidak sama dengan pada Bagian Inti/Pokok dan Bagian Akhir. Bagian Inti dan Bagian Akhir diberi nomor halaman dengan angka Arab, sedangkan Bagian Awal diberi nomor halaman dengan angka Romawi huruf kecil. Halaman-halaman pertama dari suatu bagian sama sekali tidak dituliskan, walaupun tetap diperhitungkan. Maksudnya ialah nomor halaman judul tidak dituliskan; nomor halaman pengesahan tidak dituliskan, tetapi nomor-nomor halaman berikutnya tetap dituliskan dengan memperhitungkan nomor-nomor halaman sebelumnya yang tidak dituliskan. Paginasi pada Bagian Awal menganut cara paginasi yang sangat praktis dan mudah, yaitu diletakkan di tengah dan 1,5 cm dari tepi bawah. Nomor halaman Bagian Awal, sebagaimana halaman Bagian Inti dan Bagian Akhir, tidak boleh disertai dengan tanda-tanda tulis apapun seperti tanda penghubung () atau tanda kutip () dan sebagainya. Juga menempatkan nomor halaman di antara tanda kurung tidak diperkenankan. Untuk Skripsi, bagian kertas yang boleh diketik bolak-balik. Dalam penjilidannya halaman ketikan diletakkan di bagian bawah tengah. Dengan demikian nomor-nomor halaman, baik yang genap maupun yang ganjil, selalu terletak di halaman sebelah bawah tengah, sebab halaman-halaman sebelah kiri yang kosong tidak turut diperhitungkan.

5.4. Halaman Judul Halaman judul berisi : (1) judul Skripsi; (2) nama penulis dengan nomor pokok (NPM); (3) nama jurusan, fakultas, serta universitasnya, dan nama kota universitas berada. Contoh halaman judul pada lampiran 1. Judul Skripsi harus diketik seluruhnya dengan huruf-huruf besar dan tidak ada satu patah katapun yang boleh disingkat. Jarak baris ketikan itu dua spasi tunggal. Jika judul lebih dari satu baris, ketikan harus dalam bentuk piramida terbalik (huruf V) atau dalam bentuk sejajar, dengan catatan bahwasanya apabila

20

untuk judul telah dipilih susunan bentuk piramida terbali, maka pada kesempatan lain dnegan mantap dipakai juga susunan piramida terbalik. Judul harus cocok/relevan dengan ruang lingkup permasalahannya; katakata yang digunakan harus jelas, dan deskriptif; dan kalimat judul tidak merupakan kalimat pertanyaan. Jika mungkin seluruh judul disusun hanya dalam satu kalimat, walaupun kalau perlu dalam kalimat yang agak panjang. Kalimat judul ini tidak perlu ditutup dengan tanda titik atau tanda-tanda lainnya. Nama penulis harus ditulis yang selengkap-lengkapnya dalam huruf kecil dnegan kapitalisasi. Singkatan nama sama sekali tidak diperkenankan. Nama keluarga boleh disertakan. Akan tetapi nama samaran tidak boleh dieprgunakan. Nama lembaga kepada siapa Skripsi ini diajukan adalah Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, dan Universitas Trunojoyo Madura. Nama lembaga itu diketik dengan huruf-huruf kecil dengan kapitalisasi dengan jarak baris dua spasi tunggal. Juga untuk nama lembaga ini tiada satu kata singkatan pun diperkenankan dipakai. Terakhir yang harus dituliskan dalam halaman judul adalah nama kota. Nama kota diketik dengan huruf-huruf besar tanpa diakhiri dnegan suatu tanda apa pun, tepat di tengah-tengah halaman, simetri kiri-kanan, dalam jarak baris dua spasi tunggal di bawah nama universitas. Halaman judul merupakan halaman pertama dari Skripsi. Seperti sudah dikemukakan di depan, halaman ini tidak diberi nomor halaman. Bagian penjilidan mungkin menyisipkan satu lembar kosong atau lebih di depan halaman judul itu. Lebar sisipan ini tidak dihitung sebagai halaman. Simetrisasi harus diusahakan untuk pengetikan halaman judul. Karena itu huruf-huruf pertama dan terakhir dari masing-masing baris tidak perlu diketik tepat pada garis tepi ketikan. Perlu diamati bahwa jarak baris antara nama penulis dan nama kota dapat panjang, dapat pula pendek, tergantung pada ruangan yang telah diambil untuk judul, nama penulis, dan nama lembaga.

5.5. Halaman Pengesahan Halaman pengesahan pada umumnya diperlukan untuk Skripsi, tetapi tidak dituntut untuk paper. Dalam paginasi halaman pengesahan ini akan menempati halaman nomor dua, sebab halaman judul tidak boleh lebih dari satu halaman. Halaman pengesahan ini sendiri tidak boleh melebihi satu halaman, nomor halamannya tidak diketikkan.

21

Halaman pengesahan berisi (1) judul Skripsi; (2) jenis laporan yaitu Skripsi, selalu diketik dalam huruf-huruf besar, tepat di tengah-tengah halaman simetri kiri-kanan. Contoh halaman pengesahan pada lampiran 2. Untuk Skripsi maksud diajukannya laporan itu untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna menyelesaikan studi pada suatu jurusan. Sedangkan paper/makalah pada umumnya disyaratkan sebagai kelengkapan untuk menyelesakan suatu mata kuliah. Keterangan pengesahan ditulis agak ke sebelah kanan dari tengah halaman, meskipun demikian perlu dijaga agar ketikan tidak melampaui garis ketikan sebelah kanan. Spasi yang digunakan adalah dua spasi tunggal dengan menyediakan enam spasi tunggal terluang untuk tanda tangan dosen pembimbing yang mengesahkan.

5.6. Halaman Kata Pengantar Kata Pengantar atau yang dalam bahasa Inggris Preface, pada umumnya tidak memakan ruang lebih dari satu halaman. Untuk mekalah halaman ini tidak diperlukan. Ada kemungkinan halaman kata pengantar ini hanya diisi dengan ucapan penghargaan dari penulis kepada beberapa orang yang dipandang sangat perlu untuk menerima penghargaan yang jika diberikan dalam bentuk lain kurang memadai dibandingkan dengan jasa-jasa mereka. Garis pedoman yang dapat diberikan untuk menetapkan siapa-siapa yang patut disebutkan namanya dalam Skripsi hanyalah sebutkan hanya beberapa orang saja, tidak lebih dari lima orang, yang tidak mungkin dilewatkan untuk disebutkan dalam seperti Skripsi itu. Sekiranya Kata Pengantar itu tidak berlebih-lebihan, maka pernyataan pengantar jangan terlalu bertele-tele. Buatlah kata pengantar sepadat-padatnya, sekompak-kompaknya, dan segera lanjutkan dengan ucapan terima kasih. Ucapan terima kasih inipun jangan melantur-lantur sehingga menghilangkan selera pembaca dan tidak dapat dirasakan oleh yang menerimanya. Cukupkan semuanya dalam satu halaman. Nomor halaman Kata Pengantar tidak dituliskan, kecuali jika lebih dari satu halaman, untuk halaman yang kedua, nomor halamannya perlu diketikkan. Judul halaman disusun secara simetri pada baris pertama. Antara judul dan alinea pertama terdapat tiga spasi tunggal, sedangkan spasisasi halaman ini tidak berbeda dengan spasisasi halaman-halaman lainnya, yaitu dua spasi tunggal. Pada akhir pernyataan dituliskan kata penulis, diakhiri dengan tanda titik dan tidak usah ditandatangani atau diberi nama terang.

22

5.7. Halaman Daftar Isi Daftar isi dimaksudkan untuk menyediakan overview, memberikan petunjuk secara global mengenai seluruh isi yang terdapat dalam buku yang dituliskan. Daftar isi akan disusun secara berturut-turut sesuai dengan keurutan isi yang disajikan dari halaman pertama sampai halaman terakhir. Skripsi tersusun dari bab-bab sebagai Bagian Inti. Isi pokok bab-bab itu dapat dilihat dari dalam kerangka Skripsi. Tiap-tiap bab dibagi ke dalam bagian yang lebih kecil. Bagian dari bab ini disebut sebagai paragraf. Paragraf-paragraf pada gilirannya dibagi-bagi lagi ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil. Bagian ini boleh disebut sebagai bagian paragraf, pasal,atau nama-nama lainnya. Bagian paragraf ini masih dapat dibagi-bagi lagi ke dalam bagian yang lebih kecil. Demikian seterusnya. Judul bab selalu ditulis dalam huruf-huruf besar, tanpa diberi garis bawah, tanpa ditutup dengan tanda tulis. Angka indeks untuk bab adalah angka Romawi huruf besar. Di belakang baris bab dikutipkan nomor halamannya, tepat seperti yang terdapat dalam buku. Ruangan antara huruf terakhir dari bab dan nomor halamannya diisi dengan tanda titik beruntun yang diberi satu ketukan sela. Titiktitik itu diketik pada ketukan-ketukan genap. Apabila bab cukup panjang sehingga memakan ruangan lebih dari satu baris, maka huruf pertama dari baris kedua dimulai pada tempat huruf ketiga dari baris pertama. Kutipan nomor halamannya ditempatkan di belakang baris kedua atau baris yang terakhir ini, bukan di belakang baris pertama. Paragraf ditulis dengan huruf kecil dengan kapitalisasi. Jika paragraf memakan ruangan lebih dari satu baris, baris yang kedua dan seterusnya digantung dua ketikan sela (diberi indensi dua ketukan dari huruf pertama baris pertama). Di belakang baris terakhir dari paragraf dikutipkan nomor halamannya, apabila paragraf ini tidak dibagi lagi ke dalam bagian paragraf. Jika paragraf dibagi ke dalam bagian paragraf, maka nomro halaman dikutipkan untuk bagian paragraf ini. Bagian paragraf diberi indensi dua ketukan dari garis paragraf. Jika bagian paragraf cukup panjang, baris yang kedua digantung lagi dua ketukan sela. Bagian paragraf tidak diberi kapitalisasi; semuanya ditulis dengan huruf kecil. Kata DAFTAR ISI sebagai judul halaman daftar isi ditempatkan di tengahtengah halaman, simetri kiri-kanan. Judul ini dituliskan dalam huruf-huruf besar dengan atau tanpa ketukan sela. Tiada garis bawah dan tanda titik ganda diperlukan untuk menuliskan judul ini. Sepuluh spasi tunggal dari tepi kertas

23

sebelah atas akan menempatkan judul daftar isi dalam baris pertama dalam halaman daftar isi. Kutipan nomor-nomor halaman ditempatkan pada garis tepi ketukan sebelah kanan, sedangkan nomor-nomor babnya diberi indensi sedemikian rupa sehingga angka pertama dari nomor bab yang tertinggi tepat pada baris ketikan sebelah kiri. Kata BAB dituliskan dalam huruf-huruf besar, dengan atau tanpa ketukan sela, dengan huruf pertama tepat pada garis ketikan sebelah kiri. Kata HALAMAN juga dituliskan dengan huruf-huruf besar, dengan huruf terakhir tepat pada tepi sebelah kanan. Kata-kata itu dituliskan sebaris dengan jarak tiga spasi tunggal dari judul daftar isi. Unsur-unsur dari Bagian Awal, yaitu judul, halaman pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel, sepanjang ada, masingmasing diperlakukan sebagai bab, sehingga penulisannya disejajarkan atau segaris dengan judul-judul bab dalam Bagian Inti. Demikian pula unsur Bagian Akhir, yaitu daftar pustaka, dan daftar lampiran, sepanjang unsur itu ada. Walaupun demikian, unsur-unsur tidak diberi nomor bab sebagaimana bab-bab (yang sebenarnya) yang terdapat dalam Bagian Inti. Nomor pertama diberikan baru pada bab PENDAHULUAN sebagai bab pertama dari Bagian Inti, dan nomor terakhir diberikan kepada bab PENUTUP sebagai bab terakhir dari Bagian Inti. Daftar isi hendaknya tidak terlalu terperinci, sehingga dapat membingungkan pembacanya. Rata-rata daftar isi tidak melebihi tiga halaman. Jarak baris untuk halaman daftar isi tidak berbeda dengan jarak baris untuk bagian-bagian lain dari Skripsi, yaitu dua spasi tunggal.

5.8. Halaman Daftar Gambar Jika ada, daftar gambar dibuat tersendiri dalam satu dua halaman, menyusul setelah daftar isi. Daftar gambar berisi semua gambar/grafik yang terdapat dalam Skripsi yang disusun. Tiada satu gambar pun boleh dilewatkan. Nomor dan judul tiap-tiap gambar yang terdapat di Skripsi dikutip dengan eksak dalam daftar gambar ini. Nomor gambarnya ditulis dalam angka Arab, sedangkan judulnya ditulis dengan kapitalisasi. Kata DAFTAR GAMBAR sebagai judul dari daftar gambar dituliskan seluruhnya dengan huruf-huruf besar, dengan atau tanpa ketukan sela, dan tidak diakhiri dengan suatu tanda penutup apapun. Judul ini juga tidak perlu diberi garis bawah. Jarak antara judul dengan tepi kertas sebelah atas adalah sepuluh spasi tunggal. Simetrisasi tetap dipertahankan untuk judul ini.

24

Kata GAMBAR dan HALAMAN dituliskan di tepi kiri dan kanan dengan huruf pertama untuk yang pertama dan huruf yang terakhir untuk yang kedua tepat pada tepi ketikan. Sebagai judul dari kolom, masing-masing akan memimpin kolomnya. Kata-kata itu dituliskan sebaris dalam jarak ketikan tiga spasi tunggal dari judul DAFTAR GAMBAR.

5.9. Halaman Daftar Tabel Unsur ini mengakhiri Bagian Awal. Oleh karena itu prinsip-prinsip untuk menuliskan Daftar Gambar berlaku sepenuhnya untuk menuliskan Daftar Tabel. Daftar inipun menggunakan spasisasi dua spasi tunggal.

5.10. Halaman Bagian Akhir Bagian akhir dari Skripsi berisi bahan-bahan referensi. Dua unsur besar dalam bagian ini adalah (1) Daftar Pustaka; dan (2) Lampiran-lapiran, bila ada. Daftar Pustaka atau Bibliografi akan mentabulasikan semua sumber bahan baik yang sudah dipublikasikan, seperti buku, majalah, surat kabar, dan sebagainya, maupun yang tidak dipublikasikan seperti makalah. Pembicaraanpembicaraan seperti wawancara, diskusi, kuliah, dan semacamnya tidak dicantumkan dalam daftar pustaka. Daftar Pustaka diperlakukan sebagai suatu bab tersendiri. Karena itu nomor halamannya tidak diketik pada halaman pertama Daftar Pustaka ini. Nomor halaman Daftar Pustaka merupakan kelanjutan dari nomor halaman Bagian Inti, diketik dengan angka Arab. Agar daftar ini tidak tenggelam seolah-olah kelanjutan dari bab-bab sebelumnya, maka untuk menonjolkan sebagai bab yang berdiri sendiri di depan halaman pertama dari Daftar Pustaka disediakan satu halaman kosong yang ditulisi semata-mata DAFTAR PUSTAKA. Halaman ini walau tidak diberi nomor halaman, diperhitungkan dalam paginasi halaman-halaman berikutnya. Walaupun dipakai cara memberikan Daftar Pustaka di belakang tiap-tiap bab, namun suatu Daftar Pustaka untuk keseluruhan Skripsi masih diperlukan. Mungkin ada jurusan yang meminta Daftar Pustaka ditempatkan dalam Bagian Awal, tetapi cara yang disarankan di sini merupakan cara yang sudah biasa digunakan, yaitu menempatkan Daftar Pustaka di Bagian Akhir langsung di belakang bab terakhir dari Bagian Inti. Daftar Pustaka tidak diberi nomor urut. Daftar Lampiran dalam buku-buku yang berbahasa Inggris disebut Appendix atau jika lebih dari satu disebut Appendixes atau Appendices.

25

Sebagaimana juga Daftar Pustaka, untuk menonjolkan bagian ini maka digunakan satu kertas kosong sebagai penyekat dari bagian Daftar Pustaka. Isi Daftar Lampiran (jika ada) antara lain kutipan-kutipan panjang, lembaran data (data sheet), penurunan rumus yang relevan yang kalau dimasukkan dalam Bagian Inti terlalu berlebihan, tetapi terlalu sayang untuk dibuang. Dokumen asli, foto-foto, formulir-formulir, dan semacamnya dapat juga dimasukkan dalam lampiran. Dokumen semacam itu tidak boleh ditempelkan begitu saja, melainkan harus difotokopi pada kertas yang seukuran dengan kertas Skripsi, kecuali jika dokumen itu telah sama formatnya dengan format kertas Skripsi. Pemasukan beberapa bahan yang agak kurang penting ke dalam Daftar Lampiran akan meringankan beban Bagian Inti dan tidak mengganggu pembacaan Bagian Inti dari Skripsi oleh hal-hal yang tidak sangat penting. Masing-masing jenis bahan yang dilampirkan dapat dilanjutkan secara terpisah, jika ternyata terdapat banyak jenis bahan sehingga dirasa perlu disajikan secara terpisah. Masing-masing lampiran itu kemudian diberi nomor urut atau secara alfabetik dan diberi judul sesuai dengan maksudnya. Nomor atau huruf itu, beserta judul lampirannya kemudian dimasukkan dalam Daftar Isi seperti apa adanya. Spasisasi Daftar Lampiran tidak lagi mengikuti spasisasi seperti yang digunakan dalam Bagian Awal dan Bagian Inti. Untuk Daftar Lampiran tidak lagi digunakan jarak baris dua spasi tunggal, melainkan cukup satu spasi tunggal. Ini berlaku baik untuk lampiran-lampiran yang panjang maupun yang pendek. Indensasi dalam lampiran tetap menggunakan indensasi standar. Tujuh ketukan sela diperlukan untuk tiap-tiap baris baru. Akan tetapi untuk semua pernyataan yang dikutip dalam lampiran tidak lagi diperlukan suatu garis ketikan yang baru; garis ketikan dalam lampiran merupakan garis ketikan asli. Oleh karena lampiran diperlakukan sebagai bab, maka (1) dalam Daftar Isi, ia disejajarkan dengan bab-bab yang lain, walaupun tanpa nomor bab; hanya saja judulnya ditulis dalam huruf kecil dengan kapitalisasi; (2) dalam Daftar Lampiran, masing-masing nomornya dituliskan sebagaimana menuliskan nomor bab yaitu di tengah halaman, simetri kiri-kanan, dan dalam jarak sepuluh spasi tunggal dari tepi kertas sebelah atas; (3) judul lampiran juga dituliskan sebagaimana menuliskan nomor bab yaitu di tengah halaman, simetri kiri-kanan, dan dalam jarak tiga spasi tunggal dari nomor lampiran. Baris pertama dari lampiran adalah tiga spasi tungal dari baris terakhir dari judul lampiran.

26

BAB 6 TATA TULIS LAPORAN SKRIPSI

6.1. Mengatur Jarak Baris Jarak antara baris ketikan yang satu dengan baris ketikan berikutnya disebut spasi baris, atau disingkat spasi. Cara mengatur jarak spasi disebut spasisasi. Standar dalam pengetikan teks Skripsi menggunakan ketentuan pengetikan berspasi tunggal. Untuk rumus-rumus matematik bisa menyesuaikan. Jarak antar sub-bab perlu ditambahkan selain spasi tunggal.

6.2. Indensisasi Tiap-tiap baris baru dari suatu alinea dimulai dengan ketukan huruf pertama yang agak menjorok ke dalam, tidak dimulai tepat pada garis tepi ketikan sebelah kiri. Dengan cara ini maka segera dapat diketahui bahwa telah dimulai suatu alinea baru. Lebar jorokan ke dalam dari huruf pertama disebut indensi. Pembuatan indensi disebut indensisasi. Indensisasi dihitung dengan ketukan huruf, atau jarak dari margin kiri teks 1,27 cm (0,5 inchi). Pada dasarnya sebutan indensi tidak hanya berlaku untuk baris baru saja, tetapi untuk semua ketikan huruf pertama yang menjorok ke dalam. Lebar indensi yang diterima secara umum untuk pengetikan Skripsi adalah tujuh ketukan huruf. Indensi tujuh ketukan huruf ini berlaku bagi (1) alinea baru dalam bagian naskah; (2) alinea baru dalam kutipan panjang; (3) footnotes.

6.3. Nomor Halaman Ada dua persoalan yang perlu dibicarakan dalam hubungan dengan pengetikan nomor halaman, yaitu (1) dimana meletakkan nomor halaman, dan (2) dengan angka apa nomor halaman harus diketik. Mengenai penempatan nomor halaman ada beberapa cara yang dapat diterima untuk pengetikan Skripsi. Cara yang lazim dipergunakan, karena cara ini praktis dan sederhana, yaitu penempatan nomor halaman di tepi sebelah kanan atas. Ini berlaku pada sebagian besar halaman-halaman di Bagian Awal, Bagian Inti, dan Bagian Akhir. Nomor halaman diketik dua spasi tunggal di atas baris pertama, dengan angka nomor halaman yang segaris dengan garis tepi ketikan sebelah kanan. Untuk halaman-halaman seperti halaman Judul, Pengesahan, Abstrak, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Pustaka

27

dan Lampiran, nomor-nomor halamannya tidak diketikkan, tetapi tetap dihitung dalam menghitung jumlah halaman. Jadi untuk halaman-halaman tersebut nomornya diloncati, dan untuk halaman-halaman berikutnya nomornya diketik sebagaimana biasanya, setelah memperhitungkan nomor halaman yang diloncati. Untuk halaman pada bab baru pada Bagian Inti, nomor-nomor halamannya diketikkan pada bagian tengah bawah. Mengenai jenis angka nomor halaman digunakan cara yang sangat universal, yaitu memberikan nomor dengan angka Romawi huruf kecil pada Bagian Awal, dan angka Arab pada Bagian Inti dan Bagian Akhir. Jadi untuk Bagian Awal digunakan nomor-nomor halaman seperti i, ii, iii, iv, , dan seterusnya, dan untuk Bagian Inti dan Bagian Akhir digunakan nomor-nomor halaman seperti 1, 2, 3, 4, , dan seterusnya. Perlu dicatat bahwa angka-angka nomor halaman itu harus dibiarkan sendiri, tidak boleh disertai tanda-tanda apapun. Untuk Bagian Awal tidak hanya jenis angkanya saja yang dibedakan dengan Bagian Inti dan Bagian Akhir, tetapi perhitungan jumlah halamannya juga dipisahkan. Artinya untuk Bagian Inti nomor halamannya dimulai dengan angka satu angka Arab, tidak melanjutkan nomor halaman dari Bagian Awal. Akan tetapi Bagian Akhir nomor halamannya melanjutkan nomor halaman Bagian Inti dalam angka Arab. Perlu diingatkan bahwa mungkin ada keinginan penulis Skripsi untuk menyisipkan suatu halaman tambahan setelah kopi final selesai diketik. Untuk menyesuaikan dengan nomor halaman yang sudah diketik maka penulis mungkin menambahkan saja nomor halaman rangkap dengan memberi tanda huruf a, b, c, dan seterusnya. Praktek semacam ini sama sekali tidak eligible. Demikian juga mungkin karena kurang telitinya pengetikan maka ada nomor-nomor halaman terlewati. Baik untuk kejadian nomor halaman rangkap, maupun untuk nomor halaman yang terlewati penulis diwajibkan memperbaiki kesalahan itu dengan menuliskan kembali nomor-nomor halaman menurut urut-urutan yang semestinya.

6.4. Memutuskan Kata Cara memutus kata bukan saja mempengaruhi keindahan garis tepi kanan, tetapi juga menyangkut persoalan perusakan tata tulis. Memutus suatu kata dan melanjutkannya pada baris berikutnya, karena itu, tidak boleh dilakukan secara sewenang-wenang. Kata-kata yang memiliki suku kata yang hanya terdiri dari satu huruf seperti kata i-ni, du-a, ke-a-man-an, me-ni-a-da-kan, dan sebagainya, dalam penulisan Skripsi tidak diperkenankan diputus dengan suku kata yang terdiri dari satu huruf yang menggantung. Jadi misalnya memutus kata seperti a/kan,

28

ke/adaan, menga/suh, dan semacamnya tidak dapat dibenarkan. Kekecualiannya hanyalah jika pemutusan itu tidak memecah kata aslinya, seperti misalnya duadua/nya, ia/lah, apa ju/apun, dikarunia/kan, dan semacamnya. Tanggal, bulan, dan tahun jika hendak dinyatakan sebagai kebulatan, juga tidak boleh diputus. Jadi misalnya pemutusan seperti 17 Juli/1987, 3/Desember 1986, tidak dapat diterima. Demikian juga halnya dengan memutus salah satu kata dari nama orang. Sementara memutus nama orang seperti Hasbullah/ Sutan Harapan atau Hasbullah Sutan/Harapan atau Hasbullah Su/tan Harapan tidak diijinkan.

6.5. Menyingkat Kata Sebenarnya kecenderungan untuk menyingkat kata-kata tidak banyak memberikan keuntungan ruangan, sebab penghematan ruangan yang diperoleh dari praktek menyingkat kata-kata itu tidak banyak artinya. Oleh karena itu dalam penulisan Skripsi kecenderungan semacam itu hendaknya dapat dikendalikan. Penyingkatan kata-kata diperkenankan sepanjang singkatan-singkatannya sudah lazim dijumpai di kalangan keahlian penulis. Beberapa kata dalam teknik tata tulis malahan bukan saja diperkenankan untuk disingkat, melainkan merupakan ketentuan yang umum, seperti misalnya ibid. (dari ibidem), op.cit. (dari opere citato), et al. (dari et alii), et seq. (dari et sequens), dan semacamnya. Akan tetapi singkatan semacam repelita (rencana pembangunan lima tahun), dikbud (pendidikan dan kebudayaan), dikdas (pendidikan dasar), pusdik (pusat pendidikan) dan semacamnya jangan digunakan untuk penulisan Skripsi, karena kecuali singkatan itu belum mantap juga lebih banyak memberikan kesan membingungkan daripada menerangkan. Perlu diperhatikan bahwa apabila suatu kata disingkat, maka untuk menunjukkan bahwa kata itu adalah suatu singkatan, di belakang singkatannya diberi tanda titik. Jadi misalnya dkk. (untuk dengan kawan-kawannya), dsb. (untuk dan sebagainya), dll. (untuk dan lain-lainnya), yad. (untuk yang akan datang), sbb. (untuk sebagai berikut), dan semacamnya. Hal ini tetap berlaku walaupun di belakang singkatan-singkatan itu diikuti tanda-tanda tulis seperti misalnya dkk., dsb.; dan sebagainya, kecuali jika tanda yang mengikutinya adalah tanda titik. Kata-kata yang terdiri dari dua suku kata sebaiknya tidak disingkat, seperti misalnya dengan (disingkat dg. atau dgn. atau dng.), dalam (disingkat dlm.), dari (disingkat dr.), dan semacamnya. Apalagi yang hanya terdiri dari satu suku kata seperti yang (disingkat yg.). Kata-kata yang diucap berulang kadang-kadang juga disingkat dengan memberikan angka dua atau tanda kuadrat di belakang kata-kata tersebut seperti

29

misalnya alat2, penyesuaian2, arus2, dan sebagainya.penyingkatan semacam itu tidak eligible untuk penulisan Skripsi. Lebih-lebih tidak dapat diterima menuliskan seperti setidak2nya, kedua2nya, menyia2kan, dan sebagainya.

6.6. Menuliskan Bilangan Semua bilangan dari satu sampai sepuluh harus dituliskan dengan hurufhuruf. Jadi misalnya satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, tidak boleh 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Demikian juga bilangan kelipatan sepuluh sampai dengan seratus dituliskan dengan huruf-huruf seperti dua puluh, tiga puluh, lima puluh, tujuh puluh, seratus. Ketentuan yang sama berlaku juga buat bilangan-bilangan kelipatan seratus dan seribu. Bilangan-bilangan pecahan seperti setengah, seperempat, sepersepuluh, seperseratus mengikuti ketentuan di atas, kecuali apabila bilangan-bilangan itu menjadi bagian dari bilangan yang lebih besar seperti misalnya 121 . Ketentuanketentuan seperti di atas berlaku terutama untuk penulisan-penulisan bilangan di dalam naskah, terkecuali untuk nomor rumah, tanggal, nomor kutipan, bilanganbilangan dalam tabel, untuk beberapa hal lainnya. Menuliskan bulan dengan angka juga tidak diperkenankan. Bulan dari suatu tahun harus ditulis selengkap-lengkapnya. Bilangan yang terdiri dari empat angka atau lebih dituliskan dengan memberikan sela satu tanda titik untuk menyekat ribuan dan jutaan, seperti misalnya 3.250, 165.700, 13.675.310. Akan tetapi untuk bilangan-bilangan desimal walaupun terdiri dari empat angka, tanda titik sekat itu tidak perlu dituliskan. Jadi misalnya 0,5675, bukan 0,567.5. Bilangan-bilangan persentase boleh dituliskan dengan angka Arab, asalkan lebih dari sepuluh. Jadi misalnya 11 per sen, 66 per sen, dan sebagainya. Kata per sen tidak boleh diganti dengan simbol % kecuali jika sudah menjadi kebiasaan teknis. Kata itu harus dituliskan terpisah. Tetapi walaupun kata Latin (per centum), namun tidak perlu diberi garis bawah. Beberapa contoh di bawah ini adalah mengenai cara penulisan bilangan dalam suatu kalimat. Dari 567 orang yang naik haji tahun ini, terdapat 6 orang yang meninggal dunia. [Angka 6 dipakai dalam hubungan-rangkaian angka 567]. Telepon nomor 35690 dari rumah blok K/4563 hari ini mengalami kerusakan. [Nomor telepon dan nomor rumah tidak memerlukan titik sekat].

30

Pernyataan itu dikutip dari halaman 5. [Nomor halaman tidak perlu ditulis dalam huruf-huruf].

6.7. Nomor Gambar dan Tabel Grafik, diagram skema dan gambar-gambar lainnya dimasukkan dalam satu kategori gambar dan diberi nomor urut. Tabel merupakan kategori tersendiri dan diberi nomor urut yang tersendiri pula. Nomor tabel dipisahkan dari nomor gambar. Nomor tabel ditempatkan di atas tabelnya, tepat di tengah halaman, simetri kiri-kanan; sedangkan nomor gambar ditempatkan di bawah gambar dan juga di tengah halaman, simetri kiri-kanan. Pemeriksaan kembali perlu dilakukan terhadap ketelitian keurutan nomor gambar dan nomor tabel. Adanya nomor-nomor rangkap atau nomor loncatan sama sekali tidak eligible.

6.8. Penggunaan Tanda-tanda Tulis Standar tata tulis karya ilmiah memberikan ketentuan-ketentuan atau batasan-batasan mengenai penggunaan tanda-tanda tulis atau punctuation marks. Ketentuan-ketentuan itu harus diikuti secara mantap di seluruh penulisan Skripsi. Tanda titik digunakan untuk menyatakan bahwa suatu kalimat sudah selesai. Kadang-kadang suatu kalimat lengkap ingin dihubungkan dengan kalimat di belakang atau di depannya, untuk itu digunakan tanda titik koma, bukan tanda koma. Misalnya : Tuntutan jaksa telah diajukan hari ini; keputusan hakim akan dijatuhkan lima hari lagi. Tanda titik tidak boleh digunakan untuk mengakhiri suatu kalimat dan kemudian kalimat berikutnya semata-mata merupakan kesimpulan atau lawan kalimat sebelumnya. Contohnya : Tidak ada jalan lain untuk keluar dari malapetaka yang ditimbulkan pemerinahan diktator. Pemerintahan demokratik.

Tanda titik, seperti sudah dibicarakan, juga digunakan untuk menyingkat kata-kata. Singkatan kata-kata itu masih dibubuhi tanda titik walaupun terletak di depan tanda-tanda tulis lainnya. Kekecualiannya hanyalah apabila singkatan kata-

31

kata itu terdapat pada akhir kalimat. Untuk hal terakhir ini tidak perlu membubuhkan dua titik yang berurutan. Titik beruntun sebanyak tiga buah menyatakan bahwa ada bagian pernyataan atau kutipan yang diloncati atau tidak diucapkan. Tanda tiga titik itu berlaku juga untuk loncatan di depan kalimat, di tengah kalimat, maupun di bagian belakang kalimat. Untuk kutipan langsung dan panjang, tanda titik beruntun sepanjang baris digunakan untuk mengganti pernyataan yang dikutip dan diloncati satu alinea. Contohnya : Untuk penulisan ilmiah semua bilangan sepuluh ke bawah harus ditulis dengan huruf selengkap-lengkapnya, seperti satu, dua, . . ., untuk bagian inti dan bagian akhir, dan i, ii, iii, . . ., untuk bagian awal. . . . There are a number of possible methods by which wages may be distributed, each having its unique effect on motivation and values. Since no single or pure method is universally accepted, the effects in actual practice are mixture . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . ................................ The method of paying wages by the hour or the day fails to recognize the fact that there are individual difference in ability. One man can put in his time as well as another, so all men become equal. This daily-wage method wholly fails to use pay as an incentive to production, but uses it only to get men to report for work and put in their time.11

Seperti nampak dalam contoh di atas, antara titik-titik beruntun diberi sela satu ketukan. Untuk tanda loncatan di bagian belakang kalimat tiga titik menambahkan satu titik tanda penutup kalimat, menjadi empat titik. Banyak aturan mengenai penggunaan tanda koma. Hanya ada satu aturan yang dirasa perlu untuk diperbincangkan di sini karena masih kurang dikenal dalam penulisan Skripsi, yaitu mengenai penggunaan tanda koma untuk menghubungkan serangkaian butir (item) yang sejenis. Untuk lebih jelasnya lihat contoh berikut ini. . . . telah dibelinya resistor, kapasitor, dan tahanan. . . . Departemen Sosial, Pekerjaan Umum, dan Pendidikan dan Kebudayaan. . . . Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pekerjaan Umum, dan Sosial.

32

Tampak dari contoh di atas bahwa tanda koma menyekat masing-masing kategori butir. Kata dan di depan butir yang terakhir menunjukkan bahwa dalam rangkaian butir akan segera disebutkan kategori butir yang terakhir. Pendidikan dan Kebudayaan merupakan satu kategori butir yang utuh. Karena itu tidak dipisah-pisahkan, biak ia disebutkan sebagai kategori butir yang terakhir maupun yang permulaan. Sudah jelas bahwa tanda kutip pertama-tama harus digunakan untuk menyatakan dilakukannya pengutipan dengan menempatkan kata atau kalimat kutipan di antara tanda kutip buka dan tanda kutip tutup. Tetapi di samping itu kadang-kadang tanda kutip digunakan juga untuk menyatakan kata yang masih diragu-ragukan atau kata-kata yang mempunyai arti khusus. Satu hal yang perlu mendapatkan pengamatan yang teliti oleh penulis Skripsi dalam hal penggunaan tanda kutip adalah (1) tanda titik dan koma selalu ditempatkan di depan tanda kutip tutup; sedang (2) tanda titik dua dan tanda titik koma selalu dituliskan di belakang tanda kutip tutup. Perhatikan contoh berikut ini. Dengan cara itu, katanya, kebebasan mimbar telah dipulihkan. Telah dinyanyikan lagu Gugur Bunga; segera menyusul lagu Pahlawanku oleh penyanyi yang sama.

Dalam penulisan Skripsi, tanda seru hampir tidak pernah digunakan kecuali untuk menyekat kolom-kolom dalam tabel. Walaupun dalam tulisan sehari-hari tanda ini kerap kali digunakan untuk memberikan penekanan, menyatakan persetujuan, atau memperkuat suatu pernyataan. Untuk penulisan Skripsi kebiasaan itu hendaknya dihindarkan. Jadi misalnya, pernyataan seperti : Telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan berulang-ulang (!) bahwa antara keadaan ekonomi dan prestasi belajar tidak ada sangkut pautnya,

dalam mana disisipkan tanda seru, hendaknya tidak dipraktekkan dalam penulisan Skripsi. Dalam hubungan dengan tanda tanya, dalam standar tata tulis karya ilmiah tidak diperkenankan menyisipkan tanda itu di belakang kutipan, walaupun bahan yang dikutip sudah jelas kesalahannya. Tanda (?) untuk pernyataan-pernyataan yang diragu-ragukan atau sudah terang kesalahannya dalam penulisan Skripsi diganti dengan kata sic yang dituliskan dalam tanda kurung besar, atau dibetulkan dengan cara lain seperti yang akan dijelaskan di belakang nanti. Tanda penghubung (-) digunakan untuk menghubungkan kata-kata seperti seluk-beluk, semata-mata, porak-poranda, dan sebagainya; atau untuk

33

menyatakan kata majemuk atau kata berulang, seperti tingkat-tingkat, perabotperabot, dan sebagainya. Tanda ini juga digunakan untuk menghubungkan suku kata yang diputus untuk dilanjut dalam baris berikutnya. Tanda dua penghubung, atau dalam bahasa Inggris disebut dash, digunakan juga untuk menerangkan kata atau kalimat di depannya untuk kemudian dilanjutkan dengan bagian kalimat yang lain. Dalam tata tulis, dash (--) tidak boleh lebih dari dua dan tidak boleh diberi ketukan sela baik di depan atau di belakangnya. Contohnya : Gerombolan ituAnwas dan setelah menjalankan aksinya. kawan-kawannyasegera tertangkap

Pusat-pusat ibadahmanjid, gereja, pura dan kelentengtidak pernah mendapat kunjungan jamaahnya seperti waktu yang terakhir ini.

Tanda pemutus atau garis miring (/) kerap kali digunakan untuk menuliskan nomor-nomor surat. Akhir-akhir ini tanda itu banyak juga digunakan untuk menuliskan dan atau atau atau dan atau, seperti misalnya Presiden/Panglima ABRI, Jurusan/Fakultas, Universitas/Institut, atau Hansip/Hanra. Untuk kutipan sudah tentu tanda itu tetap dituliskan seperti aslinya. Akan tetapi standar Skripsi sama sekali tidak menggunakan pemutus itu dalam tata tulisnya. Apabila yang dimaksud dengan Universitas/Institut adalah universitas dan institut, dalam tata tulis maksud itu dituliskan dengan lengkap : Universitas dan Institut. Apabila yang dimaksudkan adalah universitas dan atau institut, maka dituliskan : Universitas atau Institut, atau dua-duanya.

6.9. Mengatur Kategorisasi dan Sub Kategorisasi Untuk menonjolkan beberapa kategori butir, penyajian butir itu dapat dituliskan dengan nomor urut, misalnya : Tujuan dari pembentukan Pemerintah Negara Republik Indonesia menurut pembukaan Undang-undang Dasar 1945 adalah : 1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. 2. Untuk memajukan kesejahteraan umum. 3. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan 4. Untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Dalam pemeriksaan terakhir penulis Skripsi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

34

1. Apakah semua halaman telah diberi nomor sebagaimana mestinya. 2. Apakah semua tabel telah dengan lengkap diberi nomor tabel-tabelnya. 3. Apakah semua gambar telah diberi keterangan-keterangan secukupnya, diberi nomor urut sebagaimana mestinya, dan dicek dengan teliti sumbernya. Secara teoritik ada empat macam atau cara pengupahan yang perlu disoroti dalam pembicaraan ini, yaitu (1) upah menurut prestasi; (2) upah menurut kebutuhan; (3) upah menurut lamanya kerja; dan (4) upah menurut lamanya dinas. Masing-masing cara itu mempunyai dasar-dasar fikirannya, pemraktekkannya, serta akibat-akibatnya dapat diterangkan sebagai berikut.

Contoh terakhir menunjukkan enumerasi butir yang langsung dimasukkan sebagai bagian dari naskah karena butir-butirnya tidak terlalu panjang. Perhatikan bilangan-bilangan enumerasi dituliskan di dalam tanda kurung, bukan 1., 2., 3., dan 4. Sebaliknya jika dilakukan seperti contoh pertama dan kedua, penulisan enumerasinya justru harus 1., 2., dan seterusnya, bukan (1), (2), (3), dan seterusnya dan menggunakan indensisasi. Sub kategorisasi dari kategori yang terbesar sampai terkecil dapat dilakukan sebagai berikut : I. KATEGORI TERBESAR 1.1 Kategori lebih kecil 1.1.1 Kategori lebih kecil lagi a.Kategori lebih kecil lagi b. Kategori sama dengan a. . . . 1. Kategori lebih kecil lagi . . . 2. Kategori lebih kecil lagi . . . c.Kategori sama dengan a., dan b. . . . 1.1.2 Kategori sama dengan 1.1.1 . . . 1.1.3 Kategori sama dengan 1.1.1, dan 1.1.2 . . . 1.2 Kategori sama dengan 1.1 . . . II. KATEGORI SAMA DENGAN I. . . . [dan seterusnya] Kesamaan tingkat sub kategori ditunjukkan oleh lebarnya indensi. Kategori terbesar yang diberi tanda dengan angka Romawi huruf besar dalam penulisan Skripsi lebih sering ditempatkan di tengah halaman. Jika demikian maka sub kategori 1.1, 1.2, dan seterusnya akan menempati tempat kategori I., II., . . .dan diberi indensi. Adapun indensi kategori I., II., . . . disesuaikan dengan banyaknya kategori itu. Artinya jika enumerasinya sampai kategori III., maka untuk kategori I., diberi indensi dua ketukan, kategori II., diberi satu ketukan, dan kategori III., tidak diberi indensi.

35

6.10.

Membuat Kutipan

Menyertakan atau menyisipkan kutipan-kutipan dalam Skripsi tidaklah dilarang, dan tidak merupakan suatu keaiban. Tidak jarang pendapat, ide, atau konsep, pendirian atau kesimpulan penelitian dari ahli lain atau kepunyaan sendiri yang telah dituliskan di suatu buku ditulis kembali untuk ditelaah, dibahas, atau diperkuat. Akan tetapi walaupun demikian, sebelum penulis memutuskan untuk mengutip atau tidak mengutip perlu terlebih dahulu ia mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Mengutip sehemat-hematnya. Bahwa Skripsi bukanlah kumpulan dari kutipan-kutipan mentah, melainkan suatu karya kreatif yang memadukan apa yang oleh penulisnya telah didengar, dilihat, dibaca, ditelaah, dan didiskusikan untuk menjadi bangunan konklusi yang sama sekali baru. Menulis Skripsi yang baik dengan sendirinya sukar diselesaikan jika taraf kemampuan penulisnya belum melebihi taraf membuat catatan-catatan dan mengumpulkan kutipan-kutipan. Itulah sebabnya mengapa walaupun membuat kutipan tidak dihindari dalam pembuatan Skripsi, namun mengutip selalu dilakukan sehemat-hematnya. 2. Mengutip jika dirasa sangat perlu semata-mata. Ide, pendapat, atau kesimpulan orang lain dapat juga dikemukakan kembali tanpa mengutip seluruhnya kata-kata yang digunakan untuk menyatakan ide, pendapat, atau kesimpulan itu. Apa yang disebut paraphrasing tidak lain daripada mengutip ide, pendapat, atau kesimpulan orang lain dengan tidak menurut kata-katanya, melainkan menurut pokok pikirannya atau semangatnya. Ide, pendapat, atau kesimpulan itu kemudian diungkapkan kembali menurut jalan pikiran pengutip, dengan kata-katanya sendiri, dan dalam bahasa yang biasa digunakan oleh pengutipnya sendiri. Karena itulah maka mengutip kata demi kata tidak sering dilakukan, dan hanya dilakukan jika dirasa sangat perlu semata-mata, yaitu jika dengan katakata atau bahasa sendiri justru oleh pengutip dikhawatirkan semangat dan kekuatan dari ide, pendapat, atau kesimpulan itu menjadi kurang dapat diungkapkan sebagaimana mestinya. 3. Terlalu banyak mengutip mengganggu kelancaran bahasa. Kutipankutipan yang terlalu banyak akan mengakibatkan uraian-uraian yang kurang lancar, tidak streamline. Hal semacam itu akan segera dirasakan oleh pembaca atau penilai yang kritis. 6.11. Dimana Kutipan Ditempatkan

Dalam suatu Skripsi, kutipan akan dijumpai paling banyak dalam Bagian Inti yang membahas landasan-landasan teori penunjang. Dalam bagian ini terdapat penjabaran dari teori-teori yang relevan dengan Skripsi yang dibuat, yang kemudian teori-teori tersebut dianalisis, dikomparasi, dan kemungkinan dikonstruksi teori baru. Menyusul bagian lain yang relatif juga banyak mengutip ialah bagian yang menyajikan data. Kemudian dalam lampiran mungkin disertakan juga kutipan penurunan rumus, spesifikasi peralatan yang dipakai, atau

36

lembaran data. Akan tetapi sama sekali tidak lazim untuk membuat kutipan dalam Bagian Awal atau dalam bagian yang berisi kesimpulan dan saran-saran. Footnote kadang-kadang juga diisi dengan suatu kutipan. Hal ini dilakukan jika penulis bermaksud menyediakan bahan cross-reference yang agak lengkap, sedang bahan itu dipandang tidak pada tempatnya jika disajikan dalam naskah.

6.12.

Kutipan Langsung dan Kutipan Tidak Langsung

Kutipan yang persis seperti kata-kata yang digunakan dalam bahan asli disebut kutipan langsung. Kutipan langsung dibagi menjadi dua, yaitu kutipan langsung yang panjang dan kutipan langsung yang pendek. Dua macam kutipan langsung ini mengikuti standar tata tulis yang berbeda. Kutipan langsung dalam bahasa Inggris disebut direct quotation, kutipan langsung yang panjang disebut long direct quotation, sedangkan kutipan langsung yang pendek disebut short direct quotation. Di samping kutipan langsung, ada kutipan yang tidak langsung. Kutipan inilah yang disebut sebagai paraphrase atau indirect quotation. Paraphrase juga dapat dibagi menjadi paraphrase panjang dan paraphrase pendek. Seperti sudah dibicarakan di atas, paraphrase merupakan kutipan yang tidak menurut kata-kata yang asli, tetapi menurut pokok pikiran atau semangatnya, dan dinyatakan dalam kata-kata dan bahasa sendiri. Penulisan paraphrase panjang dan pendek juga dibedakan untuk kepentingan kejelasan.

6.13.

Paraphrase

Paraphrase, atau indirect quotation, atau petikan pokok pikiran, atau ringkasan kesimpulan disusun menurut jalan pikiran dan dinyatakan dalam bahasa pengutip. Walaupun yang yang dikutip adalah ditulis dalam bahasa Inggris, misalnya, maka paraphrasenya dituliskan dalam bahasa Indonesia; sebab bahasa Indonesia merupakan bahasa standar Skripsi di Indonesia. Untuk memberikan kredit kepada sumber yang dikutip, maka di belakang kalimat paraphrase dicantumkan suatu superskrip footnote. Superskrip biasanya atau terbanyak dinyatakan dalam bentuk angka-angka Arab, yang diketik agak diangkat sedikit, setinggi setengahspasi tunggal. Misalnya, . . . Bukan watak seorang sarjana untuk mengumpulkan data yang sematamata dapat mendukung kebijaksanaan penguasa.1 Tulisan ilmiah tidak . . .

Superskrip dituliskan langsung di belakang kalimat paraphrase tanpa diberi sela ketukan, dan tidak diberi tanda titik penutup. Dalam footnote kemudian disebutkan dengan teliti sumber kutipan, seperti misalnya,

37

Van Dalen, D.B., 1962. Understanding Educational Research : An Introduction. McGraw-Hill Book Company, Inc., New York. p.348.

Paraphrase tidak dituliskan di antara tanda petik (. . .), melainkan langsung dijalin dalam kalimat atau alinea. Ketentuan ini berlaku baik untuk paraphrase pendek maupun paraphrase panjang, dengan mengabaikan apakah nama penulis sumber aslinya dicantumkan atau tidak dalam teks paraphrase.

6.14.

Paraphrase Panjang

Kutipan tidak langsung sebaiknya dilakukan sependek mungkin, dikondensasikan sedemikian rupa sehingga tidak lebih dari satu alinea. Praktek mengutip langsung pada umumnya memang tidak lebih dari satu alinea; malahan alinea yang pendek, yaitu alinea yang tidak lebih dari setengah halaman. Jika karena suatu hal kutipan tidak langsung melebihi satu alinea, kutipan semacam itu disebut kutipan panjang, atau paraphrase panjang. Untuk paraphrase satu alinea, maka superskrip footnote di belakang alinea menunjukkan bahwa alinea itu alinea paraphrase. Nama penulis sumbernya tidak harus dimasukkan dalam teks kutipan. Walaupun demikian sumbernya sudah jelas, karena telah disebutkan dalam footnote kutipannya. Untuk paraphrase yang lebih dari satu alinea katakanlah dua alinea maka timbul kesulitas bagaimana mengidentifikasikan bahwa alinea itu dua-duanya adalah alinea paraphrase. Ada beberapa cara untuk memecahkan kesulitan itu, tiga di antaranya akan dibicarakan. Memberikan superskrip footnote di tiap-tiap akhir alinea. Superskripnya harus dituliskan dengan dua angka yang berbeda, walaupun sumber sama, dan dalam footnote disebutkan sumber yang sama dengan menyebutkan ibid. (dari kata Latin ibidum yang artinya referensi sama dengan di atasnya) pada footnote yang kedua. Akan tetapi dengan cara ini maka ruangan halaman menjadi terdesak oleh footnote, sedangkan footnote itu sendiri menjadi tumpukan dari ibid. 2. Menyebutkan nama penulis yang dikutip pada bagian permulaan alinea paraphrase dan memberikan superskrip pada akhir kalimat paraphrase. Misalnya, Apabila upah dapat diberikan menurut potensi kerja atau banyaknya produksi, maka karyawan akan didorong untuk berprestasi atau menyerahkan hasil produksi yang sebesar-besarnya dan meng-upgrade dirinya untuk keperluan prestasi atau produksi, demikian menurut Maier . . . Efisiensi dan produksi akan menjadi nilai yang menonjol, sedangkan waktu luang akan dipandang sebagai pemborosan . . .
1.

38

Apabila metode ini diterapkan secara sporadik, maka dalam negara itu orang-orang yang cerdas dan energik akan meninggalkan lembaga kerja yang menggunakan sistem upah yang tidak dapat menghargai kecerdasan dan prestasi mereka . . . 2
2

Maier, N.R.F., Psychology In Industry : A Pshychological Approach to Industrial Problems. George G. Harahap & Co. Ltd., London, pp.389390.

Cara tersebut akan menghemat footnote dan menghindarkan terlalu banyak ibid. untuk paraphrase yang terdiri dari beberapa alinea. Akan tetapi oleh karena nama penulis yang dikutip, yang dicantumkan dalam bagian pertama dari kalimat dalam alinea permulaan tidak begitu menonjol dan menarik perhatian permbaca, maka dapat menimbulkan kesan seakan-akan hanya alinea terakhirlah yang merupakan alinea paraphrase. Akan lebih kabur lagi jika sekiranya paraphrase memakan ruangan satu halaman penuh atau mungkin dalam beberapa kejadian satu setengah sampai dua halaman. Ini terjadi misalnya jika diperlukan sekali suatu excerpt atau ringkasan dari suatu buku, suatu laporan penelitian, atau suatu majalah berkala. Pembaca mungkin menjadi lupa dan mengira bahwa yang dibaca pendapat orisinil, sedang sebenarnya ia sedang membaca suatu paraphrase. Untuk kutipan langsung keadaan semacam itu tidak menjadi persoalan, karena kutipan langsung harus diketik satu spasi tunggal pada garis tepi ketikan yang baru dengan indensi empat ketukan. Maka untuk mengatasi persoalan yang sangat panjang itu dapat diambil jalan yang arbitrer, yaitu ketikan tetap dengan jarak satu spasi ganda karena paraphrase tetapi pada suatu garis tepi yang baru seperti kutipan langsung, dengan indensi empat ketukan. Tentulah sebaiknya pada awal paraphrase disebutkan nama penulis sumber kutipan, dan akhir paraphrase itu diberikan superskrip footnote. Jadi misalnya, Maier berpendapat apabila upah dapat diberikan menurut potensi kerja atau banyaknya produksi, maka para karyawan akan didorong untuk berprestasi atau menyerahkan hasil produksi yang sebesar-besarnya dan meng-upgrade dirinya untuk keperluan prestasi atau produksi . . . [dan seterusnya, alinea lain untuk kemudian disambung dengan alinea yang terakhir dan diberi catatan superskrip footnote] . . . Salah satu kesulitan yang dihadapi oleh sistem upah menurut besarnya produksi adalah bagaimana mengubah jasa-jasa ke dalam satuan produksi atau bagaimana mengukur pekerjaan-pekerjaan yang hasilnya tidak dapat langsung dihitung . . . 2

39

6.15.

Paraphrase Pendek

Paraphrase yang terdiri dari satu alinea atau kurang dinamakan paraphrase pendek. Praktek penulisan yang disarankan ialah sebaiknya jika diadakan paraphrasing, satu alinea penuh disediakan semata-mata untuk paraphrase, tidak dicampur dengan pendapat sendiri. Akan lebih baik lagi jika paraphrase dalam alinea itu hanya berasal dari satu sumber, walaupun kalau perlu alinea-alinea yang pendek. Akan tetapi jika ide, pendapat, atau kesimpulan yang dikutip dari beberapa sumber sangat mirip satu sama lain, maka akan menimbulkan alinea kutipan-kutipan yang tunggal nada apabila masing-masing sumber dikutip dalam alinea-alinea yang terpisah-pisah. Dan beberapa paraphrase yang tunggal-nada berturut-turut akan menimbulkan kesan yang kurang baik. Untuk menghindari hal-hal semacam itu maka beberapa ide, pendapat, atau kesimpulan yang sama dapat diparaphrasekan dalam satu alinea saja dengan menyebutkan sumbernya dalam satu footnote, walaupun yang dikutip lebih dari dua sumber. Contohnya : Di dunia ini tidak ada sesuatu yang mutlak kecuali ketidakmutlakan sendiri. Emory dan Russel pun berpendapat bahwa bahkan dalam ilmu pengetahuan alam tiada sesuatu yang bersifat mutlak . . . 3
3

Emory, W.C. 1946. History of Mathematics. The Eastern Press., Atlanta. P.261; dan Russel, T. 1949. The philosophy of Science. Evan Robert and Son., London. pp.126-129.

Untuk menonjolkan pendapat-pendapat yang kontras mungkin penulis ingin menjajarkan dua pendapat atau lebih dalam satu alinea. Jika demikian maka justru memisahkan pendapat-pendapat itu dalam alinea-alinea yang terpisah menjadi kurang tepat. Pendapat-pendapat itu dikemukakan saja dalam satu alinea, akan tetapi footnotenya dipisahkan satu dari yang lain. Contohnya : Jehoda berpendapat bahwa practice effect akan mengangkat korelasi.4 Sutrisno Hadi tidak sependapat dengan Jehoda. Jika perubahan score terjadi secara teratur karena practice effect maka korelasinya tidak akan berubah, sedangkan perubahan score terjadi dengan tidak teratur maka korelasinya akan menurun. 5
4

Jehoda, M., Deutsch, M., dan Cock, S.W. 1958. Research Methodes in Relation. The Dryden Press, New York. pp.1101-1102.
5

Hadi, S. 1968. Metodologi Research. Jajasan Penerbitan FIP-IKIP, Jogjakarta. p.139

Superskrip footnote dalam teks paraphrase tersebut dalam contoh di atas boleh juga diletakkan langsung di belakang nama penulis sumbernya.

40

Apabila penulis Skripsi ingin mengkonstruksi beberapa hasil penelitian yang komplementer satu sama lain bukan tunggal nada, tetapi saling melengkapi maka ia dapat menyusun penemuan itu dalam satu alinea. Misalnya : Dalam suatu studi ditunjukkan bahwa perubahan dari sistem upah harian menjadi sistem bonus telah menaikkan produksi sebesar 46 per sen, dan perubahan dari sistem bonus itu ke dalam sistem upah potongan telah meningkatkan lagi produksi sebanyak 30 per sen, sehingga dari sistem upah harian ke sistem upah potongan seluruhnya dapat menaikkan produksi hampir 100 persen.6 Akan tetapi perubahan semacam itu biasanya mendapat oposisi dari kelompok karyawan yang kurang mengerti arti dan manfaat dari rencana perubahan itu,7 dan kelompok-kelompok yang besar biasanya memberikan oposisi yang lebih besar daripada kelompok kecil.8

Nyata dari contoh di atas bahwa pendapat-pendapat yang dikutip bukanlah pendapat-pendapat yang tunggal nada, tetapi pendapat-pendapat yang saling melengkapi, sehingga jika dikonstruksi secara baik dapat menjadi suatu kebulatan yang lebih besar artinya tanpa mengganggu kelancaran uraian. Tentu saja footnotenya harus terpisah-pisah.

6.16.

Kutipan Langsung

Kutipan langsung dapat dikatakan sebagai kutipan langsung pendek jika tidak melebihi tiga baris ketikan. Kutipan semacam itu cukup dijalin ke dalam teks dengan memberikan tanda kutip atau tanda petik di antara bahan yang dikutip. Sebagai contoh : Dahulu pada zaman tahayulisme, orang begitu percaya kepada kekuatankekuatan supra alamiah. Apabila ia tidak dapat menerangkan suatu kejadian, maka ia terima begitu saja keterangan-keterangan dari nenek moyangnya tanpa suatu kritik. Seperti oleh penulis Van Dalen, . . . When something occurred that he could not understand, such as lightning or leprosy, he often ascribed it to supernatural influences, or blindly accepted the explanation handed down by his ancestor . . .9 Adalah sudah merupakan perkembangan apabila orang muda . . . .

Sebagai kutipan langsung sebagaimana kutipan-kutipan langsung lainnya, panjang maupun pendek, maka bahan yang dikutip harus direproduksi tepat seperti apa adanya dalam sumbernya, termasuk ejaannya, tanda-tanda tulisnya, kapitalisasinya. Dengan demikian dapat dijamin ketelitian kutipannya. Akan tetapi justru karena itu maka bahasanya tidak dapat diubah. Hal itu dalam tulisan-tulisan bahasa Indonesia tidak seperti tulisan dalam bahasa yang sama seperti bahasa

41

sumber aslinya sudah terang dapat mengganggu kelancaran uraian. Sebab itu jika tidak sangat terpaksa lebih baik digunakan paraphrase daripada kutipan-kutipan langsung yang pendek. Kutipan langsung yang lebih dari tiga baris ketikan disebut kutipan langsung panjang. Kutipan semacam ini tidak dijalin dalam teks, tetapi diberi tempat tersendiri, dalam alinea baru yang berdiri sendiri. Kutipan langsung panjang diketik dengan jarak baris satu spasi tunggal pada garis tepi baru yang jaraknya empat ketukan huruf dari tepi garis ketikan yang asli. Indensisasi dari kalimat pertama adalah tujuh ketukan dari garis tepi yang asli, atau tiga ketukan dari garis tepi yang baru. Contohnya : No thesis can be considered complete unless its author unmistakably and fully recognized his indebtedness for every quotation used. If a footnote is emplyoyed for this purpose, its superscript, or raised numeral, follows the punctuation of the matter. Examples of this practice may be seen on pages 86 to 88.10

Berbeda dengan kutipan langsung pendek, kutipan langsung panjang tidak ditulis di antara tanda petik. Suatu superskrip footnote diberikan sebagaimana kutipan-kutipan lainnya. Tentu saja pada footnote harus dicantumkan sumbernya. Kutipan langsung panjang pada umumnya lebih pendek daripada paraphrase yang panjang. Jarang sekali kutipan langsung panjang yang melebihi setengah halaman; lebih jarang lagi yang melebihi satu halaman. Harus diusahakan agar kutipan langsung panjang itu sependek mungkin. Kalau memang tidak dapat dihindari, kutipan langsung panjang yang melebihi satu halaman lebih baik dimasukkan dalam bagian lampiran. Kutipan langsung tak dapat dihindari dalam hal-hal sebagai berikut : 1. Untuk mengutip rumus 2. Untuk mengutip peraturan-peraturan hukum, perintah-perintah, anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan sebagian besar program kerja. 3. Untuk mengutip peribahasa, sanjak, dan karya drama. 4. Untuk mengutip beberapa landasan pikiran yang sudah dinyatakan dalam kata-kata yang sudah pasti. 5. Untuk mengutip beberapa pernyataan ilmiah yang jika dinyatakan dalam bentuk lain dikhawatirkan kehilangan kekuatan-nya. Kini masih banyak ayat-ayat dari kitab suci yang dikutip secara langsung. Akan tetapi ada kecenderungan yang lebih besar untuk hanya mengambil intisari dari ayat-ayat itu sehingga tidak dapat dinyatakan dengan pasti di sini bahwa ayatayat kitab suci harus dikutip secara langsung.

42

Telah disebutkan bahwa kutipan langsung harus persis sama dengan asli yang dikutip : tanda-tanda tulisnya, ejaannya, dan huruf besar atau hruuf kecil yang digunakannya. Walaupun begitu, ada dua kekecualian untuk mempertahankan tata bahasa yang baik, yaitu : 1. Sungguhpun huruf pertama dari kalimat yang dikutip adalah huruf besar, ia diganti dengan huruf kecil jika kutipan dijalin ke dalam kalimat sehingga menjadi keseluruhan. Jadi misalnya : Karena itu dapat dipahami mengapa Van Dalen menyatakan bahwa this synthesis of reason and observation produced the modern scientific method of research.12 Sebab deduksi semata-mata tidak akan . . . . 2. Huruf besar pertama dari bahan yang dikutip tetap dipertahankan apabila bahan yang dikutip itu melanjutkan suatu kalimat yang sudah selesai. Seperti misalnya : Rupa-rupanya para pendengar setelah dapat berfikir dengan tenang, uraian-uraian yang diberikan sebelumnya menjadi lebih realistik dan mengangguk-angguk ketika pembicara mengatakan bahwa : Keluarga miskin yang sedang menderita sakit itu lebih baik membicarakan bagaimana mencari obat daripada mempertengkarkan bentuk rumah gedung yang mereka impikan dan susunan kamarnya.13

Perlu dicatat bahwa (1) tanda kutip selalu menyertai kutipan langsung yang dijalin dalam teks kutipan; (2) tanda titik dan koma pada akhir kalimat kutipan itu selalu dituliskan di depan tanda kutip penutupnya. Jika bahan sumber kutipan yang asli ada yang diloncati di tengah-tengah, maka untuk bahan yang diloncati itu dalam kutipan langsung selalu diganti dengan tanda titik-titik beruntun atau ellipses. Adapun aturan-aturan yang dipegang untuk kutipan langsung yang diloncati ialah : 1. Kutipan yang diloncati diganti dengan tiga buah titik beruntun sekiranya yang diloncati tidak lebih dari satu alinea. Penggantian ini bisa terjadi di depan, di tengah, atau di bagian belakang kalimat. Titik beruntun itu diketik dengan jarak satu ketukan. Untuk loncatan di bagian belakang kalimat tiga buah titik beruntun menambah satu titik penutup pada kalimat yang bersangkutan, menjadi empat buah titik. Jadi . . . . There are a number of possible methods by wages may be distributed, each having its unique effect on motivation and values. Since no single . . . method is universally accepted, the effects in actual practice are mixtures . . . .14

2. Jika diloncati sepanjang satu alinea atau lebih, loncatan itu diganti dengan tanda titik beruntun sepanjang baris. Juga antara titik beruntun itu diberi

43

jarak satu ketukan, dengan baris kalimat di atas dan di bawahnya diberi jarak baris satu setengah spasi tunggal. Contohnya : In the recent experiment of Heinemann, Tulving, and Nachmias, comparison of apparent size were made among conditions of monocular viewing with natural pupil, monocular viewing plus artificial pupil, and binocular viewing plus artificial pupil . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .................................. The experiment utilizing a fixation-point not at the target-distance also suffered from a lack of measures to verify the distance of actual fixation . . .15

Dapat dicatat bahwa (1) loncatan kutipan sepanjang satu alinea atau lebih hanya diperkenankan untuk kutipan langsung panjang; (2) superskrip footnote boleh diketik sejajar dengan baris apabila kalimat terakhir dari kutipan langsung panjang itu tidak berakhir dengan bilangan. Perhatikan perbedaan cara penulisan superskrip footnote nomor 14 dan 15; (3) superskrip itu tetap ditulis tepat di belakang kalimat tanpa ketukan sela.

6.17.

Tanggung Jawab Pengutip

Perlu ditekankan sekali lagi bahwa seorang pengutip bertanggung jawab penuh akan ketepatan dan ketelitian kutipannya, terutama dalam kutipan tidak langsung atau paraphrase. Unsur ketepatan harus dijamin dari kepahaman pengutip terhadap pokok-pokok pikiran dalam bahan yang dikutip. Tentu sama sekali tidak dapat dibenarkan bila seorang penulis Skripsi tidak atau kurang memahami arti dari bahan-bahan yang dikutipnya. Oleh karena lebih baik sama sekali mengutip daripada mengutip sesuatu yang kurang dipahami. Dalam kutipan-kutipan langsung unsur ketelitian harus mendapat tekanan yang lebih besar. Nama sumber dari bahan yang dikutip sama sekali tidak boleh salah eja. Demikian juga halnya dengan pernyataan-pernyataan kutipan : ejaannya, tanda-tanda tulisnya, kapitalisasinya. Pendek kata, segala sesuatunya, kecuali beberapa penyimpangan, harus menunjukkan ketelitian yang setinggitingginya. Penulis Skripsi boleh mengharapkan bahwa ia akan diminta untuk membetulkan terlebih dahulu atau ujiannya akan ditunda apabila ia kurang teliti dalam melakukan pengutipan-pengutipan. Kecuali ketepatan dan ketelitian yang akan sangat besar artinya bagi validitas landasan-landasan pikiran yang digunakan dalam Skripsi, satu segi tanggung jawab lainnya yang harus dipikul oleh pengutip adalah penerimaan atau

44

penolakan terhadap bahan yang dikutip. Mengenai segi ini, pertama-tama perlu disebutkan bahwa apabila tidak ada ulasan apapun dari pihak pengutip, maka pengutip dipandang menyetujui penuh apa saja yang telah dikutipnya. Kedua, apabila bahan-bahan yang dikutip disajikan sebagai bahan untuk dikomparasikan dengan bahan lain, maka harus ada kesimpulan komparasinya. Ketiga, apabila pengutip menolak suatu pendapat atau argumentasi, dia wajib mengemukakan alasan atau counter argumentation atas penolakannya tersebut. Keempat, ulasan dapat juga diberikan untuk menyetujui suatu pendapat yang dikutip. Dalam hubungan dengan validitas suatu kesimpulan yang dikutip, perlu diperhatikan bahwa penemuan-penemuan selalu berkembang terus sebagai hasil dari penelitian-penelitian yang diadakan terus-menerus. Hal ini mengingatkan kepada pengutip bahwa suatu kesimpulan penelitian dari seorang ahli ada kemungkinannya telah berubah, sehingga sebelum mengutip suatu kesimpulan yang sudah agak lama berselang, misalnya sampai sepuluh tahun yang lampau, pengutip menanyakan terlebih dahulu kepada sumbernya tentang kemungkinan perubahannya. Kesimpulan-kesimpulan penelitian banyak terdapat dalam jurnaljurnal penelitian (research journals).

6.18.

Mengutip dari Kutipan

Mengutip dari kutipan harus dihindari sebanyak mungkin. Dalam keadaan sangat terpaksamisalnya karena sumber yang asli sudah beberapa kali diusahakan ternyata tidak berhasilmengutip dari kutipan bukan suatu pelanggaran. Apabila seorang penulis Skripsi terpaksa mengutip dari kutipan, pertamatama harus menyadari bahwa ia bertanggung jawab atas kemungkinan ketidaktepatan dan ketidaktelitian kutipan yang dikutip. Artinya ia tidak boleh melemparkan tanggung jawab ketidaktelitian penulisan itu kepada sumber yang dikutipnya. Pada akhirnya ia sendirilah yang bertanggung jawab atas segala isi dari Skripsi-nya, termasuk ketidakbenaran dan ketidaktelitian sumber yang dikutipnya dan kutipannya sendiri. Kedua, pengutip wajib mencantumkan dalam footnote bahwa ia mengutip suatu sumber dari sumber yang kedua. Kedua sumber itu dituliskan dalam footnote sebagaimana tata tulis footnote yang berlaku, dengan dibubuhi keterangan dikutip dari.

6.19.

Mengutip dalam Footnote

Kutipan yang sangat panjang sebaiknya dimasukkan dalam lampiran, tidak dalam teks. Dalam teks cukup disebutkan bahwa kutipan yang lengkap atau yang agak panjang terdapat dalam lampiran.

45

Ada kemungkinan suatu kutipan yang agak panjang dirasa perlu tetap dicantumkan dalam bagian teks, tetapi untuk dijalin dirasa tidak cukup relevan. Dalam keadaan semacam itu kutipan yang agak panjang itu dimasukkan dalam footnote. Adapun tata tulis untuk kutipan dalam footnote ialah : 1. Kutipan ditulis dengan jarak baris satu spasi tunggal. 2. Antara alinea yang satu dengan alinea berikutnya diberi jarak satu spasi ganda atau dua spasi tunggal. 3. Kutipan diletakkan di antara tanda kutip, yaitu tanda kutip buka di depan alinea yang pertama dan tanda kutip tutup di belakang alinea yang terakhir. 4. Indensisasi tujuh ketukan untuk tiap-tiap baris pertama dari alinea baru. 5. Tidak dibuat garis tepi kutipan seperti kutipan langsung panjang dalam teks, tetapi tetap digunakan garis tepi teks sebagai garis tepinya. 6.20. Membuat Footnote

Kata footnote telah kerap kali disebut-sebut di depan tadi. Pada umumnya kata footnote diartikan sebagai catatan yang dibuat di bagian bawah halaman. Karena itu footnote dapat diterjemahkan dengan catatan kaki atau catatan bawah. Jika seorang penulis mengutip suatu sumber, ia wajib mencantumkan sumber kutipan itu. Pencantuman sumber kutipan ini dilakukan di dalam footnote. Kewajiban ini akan memenuhi dua fungsi normatif etik, yaitu (1) untuk memenuhi etik kesarjanaan, dan (2) untuk menyatakan penghargaan atas karya orang lain. Walaupun ilmu pengetahuan menjadi milik umat manusia, namun telah menjadi kesusilaan kesarjanaan untuk menyatakan secara jujur bahwa suatu ide, pendapat, atau kesimpulan dipinjam dari pihak lain atau sumber lain. Kecuali itu ide, pendapat, atau kesimpulan suatu penelitian adalah hasil karya penting setelah melalui bermacam-macam kesulitan. Adalah sudah semestinya bilamana seorang penulis memberikan penghargaan kepada orang lain yang sudah bekerja keras, yang buah karyanya ia pinjam untuk bahan pembahasan dalam Skripsi. Kecuali fungsi normatif etik itu, masih ada beberapa fungsi material teknis yang dapat dipenuhi oleh pembuatan footnote. Fungsi-fungsi yang dimaksud ialah : 1. Untuk mendukung validitas karya sendiri. Tiap-tiap pernyataan ilmiah harus valid. Kadar validitas sangat tergantung pada kejituan dan ketelitian dari bukti-bukti atau fakta-fakta yang menjadi landasan pernyataan itu. Bukti-bukti atau fakta-fakta itu perlu dikemukakan dalam teks atau dalam footnote, atau dalam dua-duanya. Baik dikemukakan dalam teks maupun dalam footnote, sumber dari bukti-bukti atau fakta-fakta itu harus dikemukakan dalam suatu catatan yang langsung disajikan dalam halaman dimana bukti-bukti atau fakta-fakta itu dijadikan landasan pembahasan atau pernyataan. Dengan demikian suatu pernyataan ilmiah, berbeda

46

dengan pernyataan umum sehari-hari, merupakan pernyataan yang mempunyai dasar kenyataan dan kebenaran yang kuat. 2. Sebagai tempat untuk memperluas pembahasan. Jika oleh sesuatu pertimbangan suatu bahan dirasa tidak layak disajikan dalam teks, maka bahan itu dapat ditempatkan dalam footnote. Pertimbangan itu misalnya karena bahan yang dimaksud dipandang tidak terlalu relevan dengan pokok pembicaraan, tetapi mau dibuang sangat sayang, karena masih ada sangkut pautnya yang erat dengan pokok pembicaraan itu, walaupun tidak terlalu erat. Atau jika bahan keterangan yang dimuat dalam footnote itu dimasukkan ke dalam teks, ia akan terlalu banyak menyimpangkan perhatian pembaca dari persoalan-persoalan yang sangat pokok atau akan mengganggu kelancaran jalannya uraian. Misalnya untuk bahan perbandingan, dalam footnote dapat diterangkan : Pada tahun yang lampau peminat hanya berjumlah 79 orang. Jadi untuk tahun ini peminatnya telah bertambah hampir empat kali lipat.
3. Untuk referensi silang. Footnote sebagai referensi silang atau dalam

bahasa Inggrisnya disebut cross-reference, akan menunjukkan kepada pembaca di bagian atau halaman mana persoalan yang sama dibicarakan juga dalam Skripsi. Biasanya dalam footnote referensi silang cukup disebutkan saja Lihat halaman 24, atau Lebih lanjut periksa halaman 106. 4. Sebagai tempat kutipan. Kadang-kadang suatu kutipan hanya ditempatkan dalam footnote. Ini dapat digabungkan dengan fungsi yang kedua, sehingga suatu keterangan dalam footnote disertai sumber dari bukti-bukti untuk memperkuat keterangan itu. Aturan menuliskan kutipan dalam footnote mengikuti sepenuhny aaturan menuliskan kutipan dalam teks. 5. Sebagai petunjuk sumber. Penyebutan sesuatu sumber dalam footnote akan menyediakan petunjuk yang langsung ke arah sumber yang asli dari suatu ide, pendapat, atau kesimpulan yang dirasa perlu untuk diuji kembali atau digali lebih dalam oleh pembaca. 6.21. Unsur-unsur Footnote

Dengan terlebih dahulu melepaskan perhatian kepada berjenis-jenis sumber kutipan, akan dibicarakan unsur-unsur hakiki dari suatu footnote. Unsurunsur itu ialah (1) nama penulis, penyusun, penterjemah, atau editor; (2) tahun publikasi; (3) judul tulisan; (4) data tentang publikasinya; dan (5) nomor halaman bahan yang dikutip. Nama penulis, yang dimaksudkan termasuk juga nama penyusun, penterjemah, dan editor, segera mengikuti superskrip footnote. Untuk penulis luar negeri biasanya dalam nama terdapat nama pemberian orang tua given name dan nama keluarga surname. Terkadang terdapat juga nama pemberian anggota keluarga lainnya, yang dituliskan di antara given name dan surname, disebut middle name. Dalam footnote, nama keluarga disebutkan selengkapnya,

47

sedangkan nama pemberian dan nama tengah disingkat dengan huruf depannya. Misalnya Bowden, W. untuk Witt Bowden, Karpovich, M. untuk Michael Karpovich, Usher, A.P. untuk Abbot Payson Usher. Akan tetapi bilamana nama penulis suatu sumber yang dikutip terdiri dari hanya pemberian orang tua dan nama keluarga seperti Albert Wilson dan Abbot Wilson atau Jonny Bryan dan Jane Bryan, maka bilamana given name-nya disingkat akan menjadi sama-sama Wilson, A. dan sama-sama Bryan, J., dan demikian itu akan dapat menimbulkan kekeliruan yang tidak menyenangkan. Karena itu disarankan apabila nama penulis luar negeri hanya terdiri dari given name dan surname, maka dua-duanya tidak perlu disingkat. Untuk penulis-penulis dalam negeri, biasanya nama keluarga tidak disertakan pada nama. Suatu tradisi atau aturan yang menentukan penggunaan nama sampai sekarang belumlah ada. Nama yang tercantum di tengah pun belum tentu bukan nama pemberian keluarga. Oleh karena itu, kecuali apabila penulis sendiri telah menyingkat namanya sendiri, sebaiknya nama penulis ditulis selengkap-lengkapnya. Untuk penulis-penulis yang bukan penulis asli, namanya tetap dicantumkan seperti penulis asli dengan tambahan keterangan di belakang nama tersebut. Keterangan ini akan menunjukkan status penulisnya, sebagai penyusun, penyadur, penterjemah, atau sebagai editor, yang ditulis dalam singkatan di antara tanda kurung, dengan jarak satu ketukan huruf dari nama yang diterangkan. Singkatan-singkatannya adalah penyus. untuk penyusun, penyad. untuk penyadur, penterj. untuk penterjemah, dan edit. untuk editor. Tulisan-tulisan yang tak ada penulisnya, dalam footnote unsur nama penulisnya dilewati, langsung dituliskan judul tulisannya. Untuk tulisan-tulisan yang penulisnya lebih dari seorang, nama penulisnya dicantumkan semuanya, kecuali jika penulisnya lebih dari tiga orang. Nama-nama penulis itu disusun menurut urutan seperti yang tercantum dalam buku aslinya; siapa yang dicantumkan lebih dahulu, dalam footnote juga dituliskan lebih dahulu. Untuk tulisan-tulisan yang penulisnya lebih dari tiga orang, hanya nama seorang penulis yang dicantumkan dalam footnote, yaitu nama penulis yang tercantum paling depan dalam buku sumber yang dikutip. Sebagai ganti namanama penulis yang lainnya dicantumkan keterangan et al., singkatan dari kata Latin et alii, yang artinya dengan kawan-kawan atau dkk. Dalam penulisan Skripsi tetap digunakan singkatan et al. untuk dkk., kecuali jika fakultas menetapkan lain. Nama penerbit yang ditutup dengan tanda titik segera diikuti dengan tahun penerbitan. Tahun penerbitan ditulis dalam angka Arab tanpa tanda penutup, terkecuali jika lebihd ari satu jilid yang diterbitkan pada tahun-tahun yang berbeda. Penulisannya diletakkan secara berjajar dengan tanda penghubung

48

seperti misalnya 1956-60. Jika jilid-jilid berikutnya masih dalam taraf penyelesaian, maka yang dituliskan hanya jilid pertama, tetapi suatu ruangan dikosongkan untuk tahun penerbitan jilid terakhir yang belum selesai itu; seperti misalnya 1955- . Ruangan yang dikosongkan itu adalah empat ketukan huruf. Untuk karya yang sudah direvisi, maka yang dicantumkan adalah tahun revisi. Dalam hal tahun penerbitan tidak muncul dalam halaman judul, dapat diambilkan tahun copyright atau tahun hak ciptanya, yang akan terdapat dalam halaman berikutnya dari halaman judul. Akan tetapi jika tahun penerbitannya sama sekali tidak ada, maka karya tulisan dinyatakan tanpa tahun, dan dituliskan dalam singkatan di antara tanda kurung persegi, seperti [t.th.]. Jika dari sumber luar diperoleh thaun penerbitan, tahun itu dituliskan di antara kurung persegi, seperti [1968]. Judul tulisan harus ditulis selengkap-lengkapnya sebagaimana terdapat dalam halaman judul dari karya yang dikutip. Judul tulisan ini dalam footnote segera mengikuti nama penulisnya yang disekat hanya dengan tanda koma. Seluruh judul diberik garis bawah. Kapitalisasi judul sepenuhnya mengikuti caracara kapitalisasi yang umum; huruf pertama dari kata-kata dalam judul diberi huruf besar, kecuali kata-kata penghubung seperti kata-kata dan, serta, dengan, dari, daripada, oleh, atau, tentang, terhadap, mengenai, dan yang sejenisnya. Tanda kutip tidak digunakan untuk judul tulisan, kecuali bilamana dalam judul aslinya terdapat tanda kutip. Judul ini tidak perlu ditutup dengan sesuatu tanda tulis apapun seperti titik, koma, titik koma, dan sebagainya. Penyingkatan terhadap judul asli sama sekali tidak diperkenankan. Data tentang publikasi dituliskan di antara tanda kurung. Data itu meliputi (1) tempat publikasi; (2) nama penerbit; (3) jilid penerbitan (jika ada); dan (4) nomor penerbitan (jika ada). 1. Tempat publikasi. Tempat publikasi adalah nama kota di mana karya diterbitkan, bukan nama negaranya. Apabila dalam karya yang diterbitkan dicantumkan lebih dari satu tempat publikasi, cukuplah dicantumkan salah satu saja, diambil nama tempat yang paling depan atau nama kota yang paling banyak dikenal. Bila tempat publikasi tidak ada, maka diganti dengan singkatan yang dituliskan di antara tanda kurung persegi : [t.t], artinya tanpa tempat. Jika dari sumber luar dapat diketahui tempat penerbitnya, tempat itu dituliskan di antara tanda kurung persegi, seperti misalnya [Jakarta]. Nama tempat ini diakhiri dengan tanda titik ganda. 2. Nama penerbit. Nama penerbit adalah nama lembaga atau nama perusahaan yang menerbitkan karya yang bersangkutan. Nama penerbit ini dicantumkan selengkap-lengkapnya sebagaimana yang terdapat dalam halaman judul dari karya tersebut. Bilamana nama penerbit tidak ada, sebagai gantinya digunakan singkatan t.p., yang artinya tanpa penerbit, di antara tanda kurung persegi; atau jika diketik boleh diganti /t.p./. Tetapi seandainya walaupun dalam karya tertulis tidak disebutkan nama penerbitnya, tetapi pengutip dapat memperoleh keterangan yang

49

meyakinkan dari sumber luar, maka keterangan itu dituliskan di antara tanda kurung persegi, seperti misalnya [Yayasan Penerbitan Kartika]. Dalam footnote, nomor halaman ditulis dengan singkatan p. untuk pagina atau page, kemudian diikuti dengan nomor yang dimaksud dengan sela satu ketukan. Jadi misalnya : p.30, p. 440, dan sebagainya. Apabila bahan yang dikutip terdapat dalam lebih dari satu halaman, digunakan singkatan pp., seperti misalnya pp. 1-20, pp. 34-67, dan sebagainya. Sedangkan pada halaman dengan nomor ratusan, maka untuk halaman yang terakhir angka ratusannya tidak usah ditulis, kecuali angka ratusannya diikuti dengan angka nol. Jadi : pp. 135-39; pp. 210250; tetapi perhatikan : pp. 200-209; pp. 203-208; pp. 302-18; pp. 100-45. Apabila yang dikutip adalah bahan dalam Bagian Awal/preliminer yang nomor halamannya ditulis dalam angka Romawi huruf kecil, maka dalam footnote pun dituliskan dengan angka Romawi huruf kecil, seperti misalnya p. vi; p. x; dan sebagainya.

6.22.

Cara Memasukkan Footnote

Ada dua cara yang umum digunakan untuk memasukkan footnote. Yang pertama adalah langsung menempatkan footnote di bawah pernyataan kutipan. Yang kedua menempatkan footnote pada kaki halaman, yaitu pada halaman bagian bawah. 1. Footnote langsung. Footnote ini ditempatkan langsung di bawah pernyataan kutipan tanpa menunggu selesainya alinea dalam uraian dalam teks. Sebagai contohnya : . . . dan penderita sehiingga penggunaan karbohidrat dalam badan penderita menjadi berjalan sebagai mana mestinya.20
20

D.B. Van Dalen, 1962. Understanding Educational Research : An Introduction. McGraw-Hill Book Company, Inc., New York. p.19. Oleh karena itu bagi seorang dokter yang baik tidaklah cukup hanya mengetahui bagaimana cara kerja pankreas, bagaimana hukumnya jika kelenjar itu tidak bekerja, dan penyakit . . . .

2. Footnote kaki. Footnote ini ditempatkan di bagian bawah halaman, yaitu di kaki halaman. Footnote ini lebih populer karena rapi letaknya dan tidak mengganggu pembacaannya. Cara penempatan footnote inilah yang dianut dalam tata tulis ini. Selanjutnya jika disebutkan footnote, berarti yang dimaksudkan adalah footnote kaki ini. Footnote ini dipisahkan dengan uraian dalam teks oleh suatu garis yang tak terputus-putus dari tepi kiri ke tengah halaman sepanjang lima ketukan. Garis pemisah ini berjarak

50

satu setengah atau dua spasi dari baris terakhir suatu teks. Sedangkan footnotenya berjarak dua spasi tunggal dari garis pemisah itu. Indensi dari footnote tetap seperti indensi teks, yaitu sebanyak tujuh ketukan. Garis tepinya pun demikian juga, sama dengan garis tepi untuk teks. Tetapi jarak barisnya hanya satu spasi tunggal. Apabila terdapat lebih dari satu footnote, antara masing-masing footnote diberi jarak dua spasi tunggal. Contohnya dapat dilihat pada footnote nomor 23.

6.23.

Footnote Berganda

Ada kemungkinan suatu kutipan berasal lebih dari satu sumber. Bilamana demikian, maka sumber-sumber itu semuanya disebutkan dalam satu footnote. Antara masing-masing footnote hanya dihubungkan dengan tanda titik koma (atau semicolon). Sebagai contoh lihatlah footnote nomor 23.

6.24.

Footnote Per Bab

Footnote dalam Skripsi diberi nomor urut dari nomor satu sampai nomor terakhir, sesuai dengan nomor superskrip dalam teks kutipan. Ada dua cara pemberian nomor footnote : (1) bab demi bab atau (2) untuk seluruh bab. Apabila diambil cara yang pertama, maka untuk tiap-tiap bab yang baru dimulai lagi dengan footnote nomor pertama. Sudah tentu jika cara ini yang dipakai, superskrip kutipan dalam teks pun untuk tiap-tiap bab baru dimulai lagi dengan nomor satu. Cara yang kedua adalah dengan memberi nomor footnote secara kontinyu tanpa memandang bab-nya. Artinya, untuk bab berikutnya pun nomor footnote-nya dilanjutkan dari nomor footnote dalam bab di depannya. Kedua cara itu mengandung segi-segi yang menguntungkan dan merugikan. Keuntungan dari cara yang pertama adalah oleh karena bagian-bagian atau bab-bab dari Skripsi terkadang diambil untuk diterbitkan, maka apabila kebetulan bukan bab pertama yang diambil, penulisnya tidak perlu lagi membuat footnote baru yang dimulai dengan nomor pertama. Demikian juga oleh karena dalam cara footnote bab demi bab harus disusun Daftar Kepustakaan di bagian belakang tiap-tiap bab, maka jika bab itu akan dipetik dan diterbitkan, penulis tidak usah membuat Daftar Kepustakaan yang baru. Segi negatifnya adalah justru karena di belakang tiap-tiap bab harus diberi Daftar Kepustakaan yang terpisah, maka ini memperbanyak pekerjaan menyusun Daftar Kepustakaan. Keuntungan dari cara yang kedua adalah penulis tidak perlu menyusun Daftar Kepustakaan secara terpisah-pisah. Ini memungkinkan pembaca mengetahui keseluruhan Daftar Kepustakaan yang digunakan dalam Skripsi tanpa membolak-balik halaman. Akan tetapi jika bab-bab tertentu dari Skripsi tersebut

51

akan diterbitkan, terpaksa penulisnya membuat footnote dan Daftar Kepustakaan yang baru.

6.25.

Menyingkat Footnote

Semua kutipan yang baru muncul pertama kali dalam footnote harus dituliskan selengkap-lengkapnya menurut tata tulis footnote yang berlaku. Akan tetapi jika sumber yang sama dikutip untuk kedua kalinya, ketiga kalinya, dan seterusnya, maka footnote dari sumber itu dituliskan secara singkat. Apabila footnote dari sumber yang kedua mengikuti secara langsung footnote dari sumber yang pertama, sedangkan kedua sumber itu sama, maka dalam footnote yang kedua dipakai singkatan Ibid. Kata ibid. berasal dari kata Latin ibidum, yang artinya sama dengan atas atau s.d.a. Karena berasal dari kata Latin untuk terbitan yang dicetak kata itu dicetak dengan huruf miring atau italic. Jika diketik, kata Latin cukup diberi garis bawah. Lihatlah contoh-contoh footnote nomor 25 dan 26. Nama penulisnya, judul karya, data publikasi tidak dicantumkan. Kata ibid. selalu dimulai dengan huruf besar. Jika halaman sumber asli yang dikutip berbeda dengan halaman yang dikutip sebelumnya, maka di belakang kata ibid, diberi nomor halamannya. Periksa footnote nomor 26. Untuk footnote dari sumber yang sama dengan sumber yang pernah dikutip, tetapi footnotenya telah disisipi oleh footnote lain dari sumber yang lain, untuk footnote tersebut dipakai singkatan op.cit. (dari kata Latin opere citato yang artinya dalam karya yang telah dikutip). Lihatlah contoh footnote nomor 28. Di depan op. cit. dicantumkan kembali nama penulisnya, yang diakhiri dengan tanda koma. Di belakang op. cit. diberikan nomor atau nomor-nomor halaman. Jika nomor halaman sumber yang dikutip sama dengan nomor halaman yang dikutip sebelumnya, kata op. cit. diganti dengan loc. cit. (dari kata Latin loco citato yang artinya tempat yang telah dikutip). Di belakang loc. cit. tidak lagi diperlukan nomor halaman, karena tempat bahan yang dikutip tidak berbeda. Tetapi di depan kata loc. cit. masih dituliskan nama penulis yang dikutip. Lihatlah contoh footnote yang memakai op. cit dan loc. cit. di sini nama penulis hanya dituliskan surname atau nama keluarganya. Schuler, C.A., 1985. Electronics : Principles and Applications. McGraw-Hill Book Co., Singapore. pp.174-194. Ryder, J.D., 1981. Electronic Fundamentals and Applications. Prentice-Hall of India, Pte. Ltd., New Delhi. pp.330-341. Lurch, E.N., 1981. Fundamentals of Electronics. John Wiley & Sons, New York. p.418; dan Manera, A.S., 1973. Solid State Electronic Circuit : For Engineering Technology. McGraw-Hill Kogakhusa, Ltd., Tokyo. pp.585-638.
23 22 21

52

Mukherjee, A., 1986. Introduction to NMOS and CMOS VLSI Systems Design. Prentice-Hall International. Inc., New Jersey. pp.34-48.
25 26 27

24

Ibid. Ibid., p.118

Pucknell, D.A. dan Eshraghian, K., 1985. Basic VLSI : Principles and Applications. Prentice-Hall of AustraliaPty. Ltd., Sydney. pp.14-31.
28 29

Mukerjee, op. cit., pp.49-78.

Mathur, A.P., 1984. Introduction to Microprocessors. McGraw-Hill Publishing Co. Ltd., New Delhi. p.44.
30 31

Mukerjee, loc. cit. Pucknell and Eshraghian, op. cit., p.64.

6.26.

Daftar Acuan dan Daftar Pustaka

Daftar acuan atau Referensi adalah daftar dari publikasi ilmiah yang nama pengarangnya disebutkan secara eksplisit dalam batang tubuh suatu karya tulis. Daftar Pustaka atau Bibliografi adalah daftar dari publikasi ilmiah yang telah dibaca oleh penulis, dan dirasa perlu bagi penulis untuk mencantumkan namanya dalam Daftar Pustaka, tetapi nama pengarang publikasi ilmiah tersebut tidak disebutkan secara eksplisit dalam batang tubuh karangan. Dalam Skripsi, minimal mengacu pada 5 daftar Pustaka. Nama pengarang dari negara-negara Barat pada umumnya terdiri dari First Nama, Middle Name, dan Last Name. First Name adalah nama panggilan tak resmi, Middle Name adalah nama tambahan (yang tidak perlu) dan sering disingkat dengan huruf inisial kapital saja, atau dihilangkan sama sekali (sering juga Middle Name adalah nama baptis seseorang), sedangkan Last Name adalah nama terpenting dari seseorang dan merupakan nama resmi dari orang tersebut. Last Name pada umumnya berupa nama keluarga yang diturun-temurunkan melalui jalur ayah. Panggilan resmi seseorang di negara Barat adalah menurut Last Name. Nama pengarang dari Indonesia pada umumnya tidak mempunyai Last Name, namun ada kalanya nama keluarga atau nama marga dianggap sebagai Last Name. Untuk penulisan di Daftar Acuan atau Daftar Pustaka, sebuah nama harus dimulai dengan Last Name, baru kemudian diikuti dengan First dan Middle Name. Gelar adat yang menjadi bagian dari nama boleh dicantumkan, tetapi gelar kesarjanaan dianjurkan tidak dicantumkan. Berikut ini adalah contoh-contoh penulisan Daftar Acuan atau Daftar Pustaka :
1.

Bila Referensi berupa Buku

53

Dick, H.W. 1990. Industri Pelayaran Indonesia : Kompetisi dan Regulasi. Diterjemahkan oleh Burhanuddin A. Jakarta : LP3ES. Franklin, J.H. 1985. Fundamentals of Mathematics. Chicago : University of Chicago Press. Kernighan, B.W., dan Dennis M.R. 1987. The C Programming Language. Englewood Cliffs, N.J. : Prentice Hall. Whaley, W.G., Osmond P.B., dan Henry S.L. 1983. Logic and Boolean Logic. London : John Murray.

2.

Bila Referensi berupa Prosiding

Akazana, S. 1983. The Scope Of The Japanese Information Industry In The 1980s. Proceeding Of The Forty First FID Congress. Hongkong, 13-16 September. Diedit oleh K.R. Brown. New York : North Holland Publishing Company. Cavalieri, S., Di Stefano, A., dan Mirabella, O., 1991. Assessment of the Priority Mechanism in the Fieldbuss Data Link Layer. Proceeding Industrial Electronics, Control and Instrumentation. IECON 91. Henry, R.R., 1990. Performance of IEEE 802 Local Area Network. IEEE Proceeding Southeastcon. Session 5D4:414-419. Simar, Ray Jr. 1986. Floating-Point Arithmatic with the TMS322010. Digital Signal Processing Applications with the TMS320 Family. Texas Instrument.

3.

Bila Referensi berupa artikel dalam Jurnal

Bondavalli,A., Conti, M., Gregori, E., Lenzini, L., and Strigini, L., Feb. 1990. MAC protocols for high-speed MANs : Performance Comparasions for a Family of Fanet-based Protocols. Computer Networks and ISDN Systems 18, 2:97-113. Conti, M., Gregori, E., and Lenzini, L., March 1994. E-DPC An Extension of the Distributed-control Polling MAC Protocol (DCP) for Integrated Services. Computer Networks and ISDN Systems 26, 68:711-719. Jacson, R. 1979. Running Down The Up Escalator : Regional Inequality In Papua New Guinea. Australian Geographer 14 (May) : 1751984.

54

Koubias, S.A. and Papadopoulos, G.G., Aug. 1995. Modern Fieldbus Communication Architectures for Real-time Industrial Applications. Computer in Industry 26,3:243-252. Linge, N., Ball, E., Tasker, R., dan Kummer, P., 1987. A Bridge Protocol for Creating a Spanning Tree Topology within an IEEE 802 Extended LAN Enviroment. Computer Networks and ISDN Systems 13,4&5:323-332.

4.

Bila Referensi berupa artikel dalam Majalah

Santori, M. dan Zech, K., Maret 1996. Fieldbus brings Protocol to Process Control. IEEE Spectrum 33, 3:60-64. Weber, B. 1985. The Myth Maker : The Creative Mind. New York Times Magazines, 20 Oktober, 42.

5.

Bila Referensi berupa artikel dalam Surat Kabar

Kompas (Jakarta). 1992. 4 Januari. Jawa Pos (Surabaya). 1993. 21 April. Rahayu, S. 1992. Hendak Kemana Arsitektur Rumah Susun Indonesia ?. Kompas (Jakarta), 5 Maret. Sjahrir, A. 1993. Prospek Ekonomi Indonesia. Jawa Pos (Surabaya), 22 Maret.

6.

Bila Referensi berupa artikel dari Internet

Countinho, J., Martin, S., Samata, G., Tapley, S. dan Wilkin, D., 1995. Fieldbus Tutorial, <URL:http://kernow.curtin.edu.au/www/fieldbus/fieldbus.htm>. Pinto, J.J., Feb. 1997. Fieldbus : A Neutral InstrumentionVendors Perpective Communicatio, <URL:http://www.actionio.com/jimpinto/fbarticl.html>.

55

BAB 7 TATA CETAK ILUSTRASI DALAM LAPORAN SKRIPSI

7.1 Arti dan Tujuan Ilustrasi Dalam Laporan Skripsi Dalam laporan Skripsi, ilustrasi bertujuan mengemukakan kepada pembaca, hal yang tak terungkapkan dengan kata-kata. Jika ilustrasi ini benarbenar dimanfaatkan sebagaimana mestinya, maka laporan akan tepat mengenai sasarannya. Ada beberapa sebab mengapa dalam beberapa hal ilustrasi mempunyai kelebihan terhadap pengungkapan dengan menggunakan kata. Pertama, adalah bahwa ilustrasi dapat menunjukkan detail yang tak dapat dijelaskan dengan kata. Kedua, jika ilustrasi tersebut tersusun dengan baik, maka ia hanya akan memakan ruang yang sedikit. Ketiga, dalam ilustrasi, banyak komponen yang dapat dirangkumkan. Keempat dengan adanya ilustrasi maka laporan menjadi lebih menarik. Ilustrasi yang baik dapat membuat seorang calon pembaca yang tadinya berprasangka, berganti pendapat.

7.2 Membuat Ilustrasi Yang Mengenai Sasarannya Ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi agar ilustrasi dapat mengenai sasaran. Yang terpenting adalah bahwa ilustrasi haruslah berguna, artinya dapat mendukung atau memperkuat yang diungkapkan dengan kata-kata. Ilustrasi yang berdiri sendiri atau tidak berkaitan dengan teks maka dengan sendirinya ilustrasi tersebut tidak berfungsi. Ilustrasi dan teks haruslah merupakan satu kesatuan. Jadi. Ilustrasi terangkumkan dalam teks. Maka dari itu perlu dijaga keserasian antara teks dan ilustrasi. Jika tidak, akan timbul kesan pertentangan atau ketimpangan antara ilustrasi dan teks. Letak ilustrasi perlu diusahakan di tempat yang enak. Maksudnya adalah bahwa letak tersebut diusahakan sesudah uraian dalam teks, tetapi tidak terlalu jauh terpisahkan. Ilustrasi yang mendahului uraian dengan sendirinya terasa janggal. Kerapkali tersedia lebih dari satu bahan untuk ilustrasi. Dalam hal seperti itu maka perlu diadakan pemilihan. Dasar yang dipakai di sini adalah ketepatan atau kesesuaian dengan bunyi teks, serta persyaratan yang lain. Akhirnya, ilustrasi hendaknya mudah diingat. Untuk itu kejelasan merupakan pesyaratan yang penting, karena dengan demikian dapat dihindari timbulnya tangkap oleh pembaca. Itulah sebabnya, agar tujuan dapat tercapai, perencanaannya haruslah benar-benar matang.

56

7.3 Macam-macam Ilustrasi Yang termasuk ilustrasi ialah gambar seperti potret, grafik, diagram, bagan, peta atau denah. Selain itu arti tabel pun dapat juga dimasukkan dalam ilustrasi. a. Potret Potret yang baik dapat menolong penulis maupun pembaca. Penulis tertolong karena ia dapat lebih mudah membayangkan keadaan atau situasi yang hendak ia bahas dalam laporan. Ia juga dapat menyoroti subyeknya secara lebih tajam. Untuk itu terdapat beberapa persyaratan lain, yaitu potret tersebut harus jelas, berbagai bagiannya mudah dikenali, dan kontras. Bagi pembaca, potret yang baik juga sangat menolong, karena ia dapat menjadi lebih mudah untuk mengerti atau membayangkan yang dimaksudkan dalam teks. Potret yang tidak mengena justru akan membuat pembaca menjadi kesal. Teknik pemotretan dan tata warna merupakan dua segi yang perlu untuk mendapat perhatian. Gambar yang di luar fokus (kabur), tidak memperhatikan komposisi dan penampilan yang berlebihan merupakan hal-hal yang perlu dihindari. Potret berwarna kini merupakan hal yang biasa. Jika dimanfaatkan dengan benar, banyak keuntungan yang dapat diperoleh. Dengan potret berwarna misalnya, warna tanah dapat ditampilkan lebih nyata daripada dengan potret hitam-putih. Untuk laporan teknik, seringkali potret udara dapat dengan jelas memberikan gambaran letak suatu proyek terhadap daerah sekitarnya. b. Grafik Grafik bertujuan untuk menampilkan arah kecenderungan data dan bukan sepotong-potong daripada data tersebut. Grafik dapat pula digunakan untuk tujuan pembandingan dua, tiga, atau mungkin empat perangkat data. Untuk penggambaran grafik dapat digunakan berbagai macam garis. Yang lazim digunakan memang adalah garis penuh; tetapi untuk variasi dapat pula digunakan garis terputus-putus, garis-titik atau lainnya. Yang penting pula untuk diperhatikan adalah bobot garis. Pada ilustrasi dengan grafik, yang terpenting adalah grafiknya; selebihnya merupakan pelengkap. Sedapat mungkin, arti atau keterangan grafik tertulis langsung pada gambarnya. Keuntungannya adalah bahwa pembaca tidak perlu bersusahpayah mencari maknanya. Ini akan lebih nyata, jika yang terlukis tidak hanya satu grafik saja, namun ada beberapa grafik. Tulisan penjelasan janganlah sampai terganggu atau mengganggu. Garis kotakan yang terlalu tajam dapat mengganggu tulisan seperti itu. Dalam naskah akhir yang akan

57

dicetak, garis kotakan itu mungkin dikaburkan atau dihilangkan. Kini terdapat teknik untuk mengaburkan garis, yaitu dengan penyaringan. (Untuk laporan laboratorium, garis kotakan mungkin saja justru sangat diperlukan, karena dapat mempertajam letak suatu titik). Titik yang menjadi pangkal penggambaran grafik, mungkin saja menjadi kurang jelas pada gambar. Untuk memperjelasnya dapat digunakan tanda persegi (), lingkaran ( ), segitiga ( ), silang (x) atau tanda lain. c. Diagram Diagram tak lain ialah model yang banyak digunakan dalam bidang teknik. Ada banyak jenis dan ragamnya, yang semuanya itu bertujuan untuk menjelaskan kepada pembaca tentang kondisi, proses, hubungan, atau perbandingan. Beberapa di antaranya akan dibahas di bawah ini : i. Diagram alir Diagram alir menampilkan berbagai langkah dalam suatu proses. Langkah dan tahap dalam proses itu digambarkan secara sederhana. Keterbacaan dan susunan yang wajar merupakan faktor penting. Juga detail tidak merupakan keharusan untuk ditampilkan. ii. Diagram serabi atau diagram lingkaran Diagram serabi atau diagram lingkaran bertujuan untuk menampilkan perangkuman suatu gambaran kuantitatif. Setiap bagian atau sektor memperlihatkan prosentasi unsur tertentu. Sedapat mungkin semua keterangan dicantumkan pada diagram itu sendiri. iii. Diagram balok atau diagram batang Diagram balok atau diagram batang terpakai untuk memberikan gambaran secara cepat kepada pembaca mengenai perbandingan beberapa kebesaran jumlah. Jika direncanakan dengan baik, dengan selayang pandang orang sudah dapat menangkap apa yang hendak disajikan. Penggambaran diagram ini dapat tegak, namun dapat pula mendatar. Hal ini tentu saja tergantung pada panjang pendeknya balok atau batang, dengan memperlihatkan pula akan ruang yang tersedia. Setiap balok atau batang itu dapat terisi penuh, dibiarkan tak berisi (putih), diarsir atau diberi corak tertentu atau bahkan diberi warna. Diagram ini banyak dipakai untuk menuliskan penjadwalan kerja, yaitu kegiatan lawan waktu, atau untuk menuliskan naik-turunnya produksi setiap satuan waktu, misalnya bulan atau tahun. iv. Diagram kotak

58

Diagram kotak terdiri dari sejumlah kotak, yang masing-masing kotak menyatakan fungsi alat satuan dalam suatu organisasi. Setiap kotak dihubungkan dengan kotak yang lain dengan garis atau anak panah. Garis menunjukkan hubungan, anak panah menunjukkan aliran. Diagram kotak banyak digunakan dalam pelukisan bagan organisasi dan juga pada bagan alir. Istilah diagram kotak terpakai pula untuk menyatakan model tiga dimensi. d. Bagan Bagan adalah istilah umum yang dalam hubungan dengan ilustrasi untuk laporan teknik mempunyai makna yang khusus. Bagan sebenarnya tumbuh dari corat-coret yang terpakai oleh setiap orang yang hendak menyampaikan informasi tanpa kata atau tulisan lengkap. Pada hakekatnya, semenjak jaman purbakala orang sudah mulai membuat coratcoret, sebagaimana yang diketemukan misalnya dalam gua yang dihuni oleh manusia pada jaman itu. Dari coretan sederhana itulah kemudian berkembang cara komunikasi yang kini banyak digunakan dalam teknik. Bagan terpakai untuk melukiskan suatu konsepsi secara sederhana. Tujuan utamanya, agar bagian atau unsur yang satu nampak jelas hubungannya dengan yang lain, sehingga keseluruhannya menjadi satu kesatuan. Banyak bagan yang dibuat dengan penggambaran tangan, atau jika dengan alat, terbatas pada yang sederhana seperti penggaris dan mal. Yang dapat dilukis secara bagan ialah benda atau barang, baik kecil maupun besar. Selain itu, apa saja yang hendak ditampilkan secara sederhana, seperti suatu keadaan atau situasi sampai bentang alam. e. Peta dan Denah Peta dapat pula dimasukkan dalam golongan ilustrasi, apalagi jika ditempatkan di antara teks. Peta yang ditempatkan secara demikian misalnya peta kedudukan atau peta indek, peta keadaan atau peta situasi, dan peta lokasi. Peta kedudukan atau peta indek terpakai jika tempat yang dibicarakan kurang atau bahkan tidak dikenal, dengan peta ini dapat ditunjukkan tempat tersebut terhadap tempat lain yang dikenal. Peta keadaan atau situasi melukiskan keadaan tata letak, misalnya letak masing-masing unit atau bagian pada suatu proyek. Peta lokasi menunjukkan tempat yang dibicarakan, dalam suatu daerah luas. Denah pada hakekatnya juga peta. Denah terpakai untuk melukiskan letak pada suatu obyek (rumah, bangunan teknik, alat) terhadap keseluruhan

59

dengan cara yang sederhana. Umumnya denah terletak pada bidang datar. Pada denah dihindari detail yang terlalu banyak, yang tidak perlu disampaikan kepada pembaca, karena memang tidak langsung terpakai. Pada gambar semacam itu kerapkali garis tinggi, titik ketinggian dan bahkan skala ditinggalkan. f. Gambar Lain Yang termasuk kategori ini di antaranya adalah nomogram dan pandangan pancungan. Nomogram mengandung data dalam jumlah besar. Letak data tersebut diatur sedemikian rupa, sehingga sebuah penunjuk atau skala yang dapat digerakkan dapat memberikan jawaban yang praktis dan khas. Jawaban itulah yang diperlukan. Nomogram terpakai untuk berbagai macam bidang. Pandangan pancungan banyak terpakai untuk melukiskan mesin, rumah dan sebagainya. Dengan gambar ini, pembaca seakan-akan dapat melihat secara nyata detail sebagaimana yang terdapat pada objek yang sesungguhnya. g. Tabel Sebagaimana yang telah dikatakan di atas, tabel juga dapat dimasukkan dalam ilustrasi secara luas. Dengan tabel, arah dapat digambarkan secara daftar. Arah di sini bermakna perubahan sesuatu yang disebabkan oleh perkembangan yang sejalan dengan waktu atau perubahan sesuatu pada umumnya. Selain itu, berbagai unsur dalam suatu pengertian dapat ditonjolkan. Dengan tabel banyak data dapat dikemukakan tanpa menggunakan banyak kata. Satuan atau dimensi yang terpakai berulangulang, dapat dihindari. Caranya adalah dengan memasukkannya ke dalam kepala lajur atau kolom. Hal yang mencakup seluruh materi, dapat dicantumkan saja pada judul tabel. Tabel sedapat mungkin jangan dibuat melebihi satu halaman. Kecuali jika hal itu tidak dapat dihindari. Kini terdapat berbagai cara agar tabel dapat masuk dalam satu halaman.

60

LAMPIRAN ATURAN PENULISAN JURNAL / MAKALAH

Jurnal Ilmiah bertujuan untuk mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mewadahi hasil penelitian dan karya tulis. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dengan susunan penulisan yang terdiri dari: judul, nama penulis dan instansi, (abstrak maksimal 200 kata), kata kunci, isi makalah, lampiran (jika ada), dan daftar pustaka. Naskah harus ditulis rapi pada kertas A4 (satu sisi) dan setiap lembar tulisan harus diberi nomor halaman. Format penulisan satu kolom mulai Pendahuluan sampai referensi, model huruf Times New Roman, ukuran huruf 11 point, dan 1 spasi, before 0 dan after 6 point. Gunakan magin kanan 2 cm, margin kiri 3 cm, margin atas 2 cm, dan margin bawah 3 cm. Judul harus ditulis secara ringkas tetapi cukup informatif untuk menggambarkan isi naskah. Jika memungkinkan hindari penggunaan singkatan. Teks dapat ditulis dalam bentuk 2 kolom, dan maksimal 14 Halaman. 1. Judul 2. Identitas (Nama Lengkap, Asal Institusi, E-mail) 3. Abstrak, menggunakan bahasa inggris 4. Pendahuluan 5. Permasalahan / Batasan Masalah 6. Tujuan Penelitian 7. Tinjauan Pustaka 8. Metode Penelitian 9. Pembahasan 10. Kesimpulan 11. Daftar Pustaka

61

( Contoh Cover Proposal Skripsi )

PROPOSAL SKRIPSI

( JUDUL )

LOGO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

Oleh : NAMA PENGUSUL SKRIPSI (NRP)

JURUSAN INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO 2008

62

( Contoh Isi Proposal ) :

Proposal Penelitian Skripsi

1. RINGKASAN 1. Judul Perancangan Sistem Informasi Akademik Di Jurusan Tenik Industri

2. Peneliti Nama NRP Dosen Pembimbing : : :

3. Abtraksi Penelitian Skripsi 2. PENDAHULUAN

3. PERUMUSAN MASALAH

4. TUJUAN PENELITIAN

5. MANFAAT PENELITIAN

6. RUANG LINGKUP 1. 2. Batasan Asumsi

63

7. TINJAUAN PUSTAKA

8. METODE PENELITIAN

9. RANCANGAN SISTEM

10. JADWAL PENELITIAN

11. RELEVANSI

12. RANCANGAN SISTEM

12. DOSEN PEMBIMBING Dosen Pembimbing I : Dosen Pembimbing II :

13. DAFTAR PUSTAKA

64

13. PENGESAHAN Demikian proposal Skripsi ini saya ajukan sebagai syarat penelitian Skripsi dengan judul : .

Ponorogo, ........................

Peneliti,

Nama mahasiswa NIM Menyetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Nama.. NIS Mengetahui, Ketua Jurusan

Nama NIS

Nama NIS

65

Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam Seminar/Sidang Proposal TA dan Seminar Pra Ujian Skripsi : Mahasiswa harus bisa mengundang rekanrekannya untuk menghadiri seminar TA minimal 10 orang. 2. Konsumsi (kue) disediakan oleh mahasiswa hanya untuk 2 dosen pembimbing, 2 dosen penguji. 3. Makalah seminar digandakan sebanyak 14 buah 2 dosen pembimbing, 2 dosen penguji, 10 untuk mahasiswa atau dosen yang mengikuti seminar. 4. Pakaian Hitam Putih dan berdasi serta menggunakan jas almamater. 5. Mahasiswa menyiapkan Slide Penjelasan dalam format Power Point 6. Penilaian seminar bisa dilihat di Buku Pedoman Skripsi.
1.

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam Sidang TA (Sudah dijelaskan dalam Buku Pedoman Skripsi) : 1. Konsumsi (kue & nasi) disediakan oleh mahasiswa untuk 2 dosen pembimbing, 3 dosen penguji. 2. Buku TA dicopy rangkap 5 (2 dosen pembimbing, 3 dosen penguji). 3. Pakaian Hitam Putih berdasi serta menggunakan jas almamater. 4. Mahasiswa menyiapkan Slide Penjelasan dalam format Power Point 5. Mahasiswa membuat makalah singkat/jurnal dengan format sesuai lampiran diatas 6. Penilaian Sidang TA bisa dilihat di Buku Pedoman Skripsi.

66

You might also like