You are on page 1of 18

TUGAS MAKALAH INDIVIDU

KRITIK TERHADAP PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR DI INDONESIA

DOSEN : DR. SAMSUDIN, M.Pd

DIDIK WIRANTO

DISUSUN OLEH : NIM 5520100111

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFIIYAH JAKARTA PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN TAHUN 2011

DAFTAR ISI
Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................... B. Tujuan ........................................................................................ 2 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian materi .............................................................................. 6

BAB III PEMBAHASAN A. Kegiatan produksi (pengembangan) media pembelajaran ......... B. Kritik pengembangan Sumber belajar di Indonesia ................... 10 12

BAB IV KESIMPULAN A. Kesimpulan ............................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

18

2|Page

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Pendidikan sangat berperan dalam pembentukan pribadi manusia. Untuk itulah pemerintah sangat memberi perhatian dalam menangani pendidikan, karena dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan akan muncul generasi penerus yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sejak pertengahan dekade 1970-an terdapat perkembangan yang pesat di bidang dan konsep teknologi pendidikan dan teknologi instruksional

(pembelajaran) dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, tidak saja di Amerika Serikat tetapi juga di negara-negara lain seperti Canada, Australia, Korea Selatan, Jepang, Singapura, Malaysia, dan tentunya juga di Indonesia. Konsep teknologi pendidikan menekankan kepada individu yang belajar melalui pemanfaatan dan penggunaan berbagai jenis sumber belajar. Salah satu program pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan saat ini adalah peningkatan mutu pendidikan. Suatu pendidikan dapat dikatakan bermutu, jika proses pembelajaran berlangsung menarik dan

menantang. Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar dalam suatu lingkungan yang dikelola dengan sengaja agar tercapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Pada prinsipnya Sumber Belajar (SB) di sekolah merupakan media informasi dan komunikasi serta wahana belajar yang dapat melayani

kebutuhan sekolah bersangkutan dan sekolah lainnya khususnya berkaitan dengan pembelajaran. Konten SB dikembangkan, diisi, digunakan, dievaluasi dan disempurnakan oleh para pendidik. Dengan kata lain PSB ini juga sebagai unjuk kinerja pendidik. Untuk itu sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku sekarang ini, memerlukan strategi baru terutama dalam kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang sebelumnya lebih banyak didominasi oleh peran guru (teacher centered) diperbaharui dengan sistem

3|Page

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Dalam implementasi KTSP guru harus mampu memilih dan menerapkan model, metode atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi sehingga mampu mengembangkan daya nalar siswa secara optimal. Dengan demikian dalam pembelajaran guru tidak hanya terpaku dengan pembelajaran di dalam kelas, melainkan guru harus mampu melaksanakan pembelajaran dengan motode yang variatif. Disamping itu sesuai dengan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan), guru harus mampu menghadapkan siswa dengan dunia nyata sesuai dengan yang dialaminya sehari-hari. Salah satu strategi pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan Pakem yang memungkinkan bisa mengembangkan kreativiats, motivasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran adalah dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar Sumber informasi adalah segala hal yang dapat digunakan oleh seseorang sehingga mengetahui tentang hal yang baru,dan mempunyai ciri-ciri yaitu,(1) dapat dilihat, dibaca dan dipelajari, (2) diteliti, dikaji dan dianalisis (3) dimanfaatkan dan dikembangkan didalam kegiatan-kegiatan pendidikan,

penelitian, laboratorium, (4) ditransformasikan kepada orang lain. Sumber belajar dan bahan ajar merupakan suatu unsur yang memiliki peranan penting dalam menentukan proses belajar agar pembelajaran menjadi efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan. Menurut Rohani : Sebuah kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien dalam usaha pencapaian tujuanm instruksional jika melibatkan komponen proses belajar secara terencana, sebab sumber belajar sebagai komponen penting dan sangat besar manfaatnya. Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak maka tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, orang, dan atau buku hanya sekedar tempat, benda, orang atau buku yang tidak ada artinya apa-apa.

4|Page

B.

TUJUAN Makalah ini disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan pentingnya pemanfaatan sumber belajar dalam mendukung proses pembelajaran. 2. 3. Menganalisis pengembangan sumber belajar yang ada di Indonesia Mengevaluasi pengembangan sumber belajar dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki kualitas pengembangan sumber belajar 4. Memberikan pendapat dan argumentasi terkait pengembangan sumber belajar yang ada di Indonesia 5. Memberikan pandangan yang objektif terhadap pengembangan sumber belajar dengan menguraikan secara rinci sisi positif dan negatif serta kelebihan dan kekurangannya

5|Page

BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TEORI SUMBER BELAJAR KONSEP SUMBER BELAJAR Menurut Association for Educational Communications and Technology (AECT, 1977), sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran. Arief S. Sadiman dalam makalahnya yang berjudul Pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembelajaran (2004)

mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk belajar, yakni dapat berupa orang, benda, pesan, bahan, teknik, dan lataran. Segala macam sumber yang ada diluar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan atau memudahkan terjadi proses belajar, disebut sebagai sumber belajar. FUNGSI SUMBER BELAJAR Sumber belajar memiliki fungsi : 1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah. 2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya. 3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.

6|Page

4.

Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.

5.

Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.

6.

Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis. Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti

penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa

JENIS SUMBER BELAJAR Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu: 1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. 2. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran Dari kedua macam sumber belajar, Menurut AECT (Association of Education and Communication Technology) sumber-sumber belajar dapat berbentuk : 1. Pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya 2. Orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; 3. Bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya;

7|Page

4.

Alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya;

5.

Pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan

6.

Lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.

KRITERIA MEMILIH SUMBER BELAJAR Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Ekonomis: tidak harus terpatok pada harga yang mahal; Praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka; Mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita; Fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan; Sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar. Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : Lingkungan sosial dan lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi dalam memlihara dan melestarikan alam. Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa peserta didik ke lingkungan, seperti survey, karyawisata,

8|Page

berkemah, praktek lapangan dan sebagainya. Bahkan belakangan ini berkembang kegiatan pembelajaran dengan apa yang disebut out-bond, yang pada dasarnya merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan alam terbuka. Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, seperti : menghadirkan nara sumber untuk menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjutnya.

9|Page

BAB III PEMBAHASAN A. Kegiatan produksi (pengembangan) media pembelajaran Kegiatan produksi penting dan sangat diperlukan dilakukan oleh Pusat Sumber Belajar karena seperti telah dijelaskan di atas Pusat Sumber Belajar harus mempunyai koleksi bahan/media pembelajaran yang memadai untuk menunjang kegiatan diklat yang dilaksanakan, baik berupa bahan cetak maupun non cetak seperti bahan video, bahan audio, bahan belajar berbantuan computer, dan sebagainya. Selama ini bahan belajar cetakan (printed materials) seperti buku, ensiklopedia, jurnal, hand-outs, diktat, dan sebagainya merupakan sumber belajar bahan yang paling dominan peranannya dalam kegiatan pembelajaran. Perpustakaan selama ini telah menunjukkan peran yang cukup efektif dalam melaksanakan fungsi ini. Namun bahan cetakan yang lain seperti modul, pengajaran terprogram yang mampu berkomunikasi dengan peserta belajar, dan bahan bahan belajar lainnya yang bersifat non-cetak seperti kaset rekaman audio, kaset rekaman video, VCD, slide suara, filmstrip, film, bahan berbasis komputer, dan sebagainya perlu dikembangkan atau diproduksi sendiri oleh Pusat Sumber Belajar, sehingga bahan-bahan belajar yang ada di diklat (PSB) dapat digunakan untuk menunjang kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kegiatan produksi dan pengembangan bahan atau media pembelajaran ini adalah walaupun kita sudah dapat menggunakan komputer pribadi (PC) untuk membuat transparansi maupun gambar-gambar grafis yang menarik, namun masih tetap diperlukan keterampilan dalam membuat bahan-bahan belajar yang murah (inexpensive materials) melalui penggunaan letter guide untuk menulis caption, membuat program animasi yang menarik, menempelkan gambar visual (mounting), memotret (still pictures), dan sebagainya. Kegiatan produksi (pengembangan) media amat penting untuk dilakukan oleh Pusat Sumber Belajar karena seperti telah dijelaskan di atas Pusat Sumber Belajar harus mempunyai koleksi bahan/media pembelajaran yang memadai untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di

10 | P a g e

sekolah/madrasah. Di atas telah dijelaskan bahwa untuk mempunyai koleksi sejumlah bahan (sumber) belajar untuk membantu pelaksanaan proses pembelajaran Pusat Sumber Belajar memperolehnya dengan jalan membeli bahan belajar di took bukua, lembaga produksi media swasta, ndan sebagainya. Selama ini Perpustakaan berperan cukup efektif dalam melaksanakan fungsi penyediaan bahan belajar cetakan (printed materials) seperti buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedia, hand-outs, diktat, dan sebagainya sebagai sumber (bahan) belajar yang paling dominan peranannya dalam kegiatan pembelajaran.. Namun bahan cetakan yang lain seperti modul, pengajaran terprogram sebagai media pembelajaran yang mampu berkomunikasi (berinteraksi) dengan peserta belajar, dan bahan bahan belajar lainnya yang bersifat non-cetak seperti kaset (rekaman) audio, kaset (rekaman) video, VCD, slide suara, filmstrip, film, bahan berbasis komputer, dan sebagainya perlu dikembangkan atau diproduksi sendiri oleh Pusat Sumber Belajar, sehingga bahan-bahan belajar yang ada di PSB dapat digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran secara optimal. Agar mampu memproduksi bahan belajar yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah/madrasah, baik yang bersifat instructor dependent instruction maupun instructor independent instruction sudah pasti diperlukan SDM yang mempunyai kemampuan di dalam merancang, memproduksi dan mengembangkan media pembelajaran. Selain itu juga diperlukan seperangkat sarana dan peralatan produksi yang memadai untuk memproduksi berbagai jenis media pembelajaran yang diperlukan. Dan sudah barang tentu juga diperlukan dana atau anggaran yang tidak kecil untuk melaksanakan kegiatan produksi media pembelajaran yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk itu PSB memerlukan sarana produksi seperti alat-alat grafis (misalnya berbagai jenis alat menulis/lettering guide, alat laminating, heat mounting press, dll, alat fotografi, audiorecording, videorecording, dsb). Tentu saja sarana produksi yang akan di-install di PSB tergantung pada banyak

11 | P a g e

factor, termasuk jenis media pembelajaran yang akan dikembangkan (diproduksi) dan jumlah dana yang tersedia.

B. Kritik Terhadap Pengembangan Sumber Belajar di Indonesia 1. Tiga masalah pokok pendidikan Indonesia sangat berpengaruh terhadap pengembangan sumber belajarnya Akan tetapi di samping berbagai kemajuan yang telah diperoleh, pendidikan nasional di Indonesia masih menghadapi tiga masalah pokok yaitu, (1) pemerataan dan perluasan akses memperoleh pendidikan, (2) peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan, (3) penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik (Departemen Pendidikan Nasional, 2006). Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah, masyarakat, dan orangtua untuk mengatasi masalah tersebut, seperti pendirian dan rehabilitasi gedung dan ruang kelas, pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan baru dan penatarannya, pengadaan alat dan bahan pendidikan seperti alat-alat laboratorium, buku pelajaran serta buku perpustakaan, penyempurnaan kurikulum, serta menerapkan sistem pengelolaan dan pengawasan sekolah yang berbasis sekolah. Akan tetapi di samping kemajuan-kemajuan yang telah dicapai, nampaknya masih perlu peningkatan upaya yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber belajar dalam proses belajar dan membelajarkan baik oleh peserta didik maupun pendidik itu sendiri. 2. Pergerseran Paradigma Visi pendidikan di era informasi, menurut Belt, mengalami perubahan yang sangat berarti. Dari aspek sarana dan prasarana pendidikan, buku bukan lagi sumber belajar dan membelajarkan yang utama dan satu-satunya tetapi teknologi dan perpustakaan elektronik. Belajar dan membelajarkan tidak hanya dibatasi dalam ruang kelas yang tertutup oleh dinding, lantai dan langit-langit, tetapi dunia yang terbuka luas menjadi ruang kelas. Bahan ajar tidak lagi dibatasi pada rancangan yang dibuat guru tetapi mengacu pada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta didik. Hasil belajar diuji bukan lagi semata-mata

12 | P a g e

berdasarkan penguasaan menghafal tetapi mengacu pada kemampuan (outcomes-based) yang ditunjukkan peserta didik dan diukur

menggunakan tes berbasis kemampuan (performance based assessment) dengan tujuan membentuk peserta didik menjadi pemelajar mandiri (self directed learner). Oleh karena itu, belajar dan membelajarkan tidak lagi dibatasi dengan tingkat kelas dan umur tertentu, tetapi merupakan kemajuan yang berkesinambungan dengan prinsip belajar sepanjang hayat dan terbuka. Suasana belajar tidak lagi menunjukkan persaingan antar peserta didik tetapi lebih bernuansa kerja sama dan kolaborasi dalam kelompok belajar. Guru tidak lagi berfungsi sebagai penyalur pengetahuan tetapi lebih berperan sebagai pemandu, mentor, atau fasilitator yang memberikan pendampingan belajar. Perubahan paradigma tentang pendidikan seperti yang dikemukakan baik oleh Reigeluth maupun Belt seperti yang diuraikan itu menuntut perubahan dalam penyelenggaraan pendidikan khususnya dalam proses belajar dan membelajarkan. 3. Pembelajaran Masih Berpusat pada Guru bukan siswa dalam pemanfaatan sumber belajar Dominasi guru pada pembelajaran dan pengembangn sumber belajar bukan pada siswa ini memang terbangun dari sistem sejak mula. Ini adalah tradisi lama yang memang sulit untuk dihilangkan. Diperlukan tekad kuat dari semua pihak agar perlahan diubah dan itu menjadi keharusan. Pembiasaan itu akan memerlukan waktu tapi semua itu berawal dari pola pikir pihak yang bertanggung jawab dalam pembelajaran baik di kelas maupun di ruang pelatihan-pelatihan guru. Demikian pula pola pembelajaran di kampus sebagai lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan (LPTK) yang mencetak calon-calon guru juga harus diubah. Dosen LPTK pun harus bisa mengubah sistem pembelajarannya tidak lagi sekedar ceramah dengan menjejali mahasiswanya dengan teori-teori, tidak sekedar bisa memberikan saran, tidak hanya memvonis itu salah, tidak hanya dan tidak hanya yang lain yang tidak mengubah pola lama yang membuat pembelajaran berpusat pada guru. Warren (2002) berpendapat

13 | P a g e

perlu melakukan perubahan yang cukup mendasar dalam mempersiapkan calon pendidik dan tenaga kependidikan, standar dan penilaian peserta didik, serta proses belajar dan membelajarkan. Calon pendidik dan tenaga kependidikan perlu dilatih agar memiliki kemampuan menggunakan aneka sumber belajar yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi, menerapkan pendekatan, strategi, metode, serta teknik belajar dan membelajarkan yang bervariasi. 4. SDM belum disiapkan dengan baik Dilihat dari pembuatan dan peruntukannya, sumber belajar dikategorikan ke dalam sumber belajar yang dirancang dan dikembang kan secara khusus (by design) untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan sumber belajar karena dimanfaatkan (by utilization). Dalam merancang dan mengembangkan sumber belajar by design diterapkan proses rekayasa yang sistematis dan berurutan dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu serta hasil-hasil penelitian ( Ely 1996: 20-21, Januszewski, 2002: 84). Sedangkan sumber belajar by utilization bukan dirancang dan dibuat khusus untuk keperluan belajar dan membelajarkan, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan belajar dan

membelajarkan tertentu. Dalam merancang dan mengembang kan sumber belajar by design serta dalam mengidentifikasi dan memilih sumber belajar by design diperlukan keahlian yang dilatarbelakangi oleh berbagai disiplin ilmu terutama teknologi pendidikan, psikologi, dan sosiologi. 5. Guru tidak menggunakan RPP sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. RPP adalah skenario pembelajaran yang dibuat oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai. Dalam dokumen tersebut tidak hanya berisi kompetensi apa yang akan dicapai tetapi juga memuat secara rinci berapa lama waktu tatap muka dilakukan. Bahkan dirinci pula berapa menit kegiatan awal untuk melaksanakan kegiatan rutin, apersepsi dan penjajagan untuk mengenal bekal awal siswa. Waktu yang digunakan untuk kegiatan inti, dan rincian waktu untuk kegiatan akhir. Dalam RPP

14 | P a g e

juga terantum secara jelas alat bantu mengajar apa yang diperlukan dan sumber belajar apa yang digunakan. Demikian pula di dalam RPP juga telah dicantumkan rencana kegiatan penilaian yang merupakan upaya untuk mendapatkan umpan balik keberhasilan guru dalam

mengajar.Kenyataannya RPP tidak difungsikan, bahkan ada guru yang mengajar tanpa bertpedoman pada RPP. Hal ini menyebabkan kegiatan pembelajaran tidak terarah. 6. Guru tidak mempersiapkan alat bantu mengajar. Alat bantu mengajar sangat diperlukan untuk membantu guru dalam menjelaskan materi pelajaran, sehingga siswa mengetahui secara nyata melalui benda-benda yang nyata. Dengan alat bantu ini pengetahuan tidak hanya berupa verbal, dan bisa mengatasi kesenjangan komunikasi guru dengan siswa. Kenyataannya guru tidak membawa alat bantu mengajar sehingga yang dilakukan hanyalah ceramah-dan ceramah saja. 7. Dianggap perlu melakukan pelatihan terhadap pendidik bagaimana cara mengembangkan aneka sumber belajar terintegrasi dengan pengembangan sistem pembelajaran. Mengingat pentingnya peranan aneka sumber belajar, dalam proses belajar membelajarkan khususnya dalam Bebas, sekolah perlu

mengembangkan sumber-sumber belajar di masing-masing sekolah secara terintegerasi. Pengembangan sumber-sumber belajar itu dapat dimulai dari yang sederhana atau dari apa yang ada, namun pemanfaatannya diintegrasikan ke dalam proses belajar membelajarkan. Secara bertahap sekolah dapat membentuk Unit Sumber Belajar yang di dalamnya ada perpustakaan, media audiovisual, alat-alat peraga/praktek, dan komputer. USB lebih sederhana dari pada PSB di lihat dari organisasi, koleksi, dan pengelolaannya. Pengembangan USB ini diikuti dengan pengayaan koleksinya yang tidak hanya produk yang dibeli tetapi juga termasuk karya peserta didik dan guru. 8. Keberadaan USB/PSB belum maksimal dan merata Dalam mengembangkan dan memanfaatkan aneka sumber belajar secara optimal, keberadaan USB/PSB sangat diperlukan untuk membantu

15 | P a g e

pendidik dan peserta didik meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran tidak hanya selama tetapi juga di luar jam belajar. USB/PSB dapat mengatasi berbagai kesulitan pendidik dan peserta didik apabila direncanakan dengan baik serta dikelola secara profesional. USB/PSB pada hakikatnya dapat dikembangkan tidak hanya di satuan pendidi-kan dasar dan menengah atau di perguruan tinggi, tetapi juga sanngat bermanfaat di pusat-pusat pendidikan dan pelatihan (Pusdiklat). USB/PSB kelihatannya belum berkembang pesat di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Masih diperlukan perhatian Pengembangan Sumber Belajar kebijakan dari pimpinan lembaga-lembaga pendidikan untuk

memfungsikan dan mengembangkan USB/PSB di tempatnya masingmasing. Payung kebijakan berupa Peraturan Menteri Pendidikan Nasional akan dapat memotivasi pertumbuhan, perkembangan, dan pemanfaatan USB/PSB secara nasional.

16 | P a g e

BAB IV KESIMPULAN Belajar berbasis aneka sumber diyakini dapat mengatasi tidak hanya berbagai kesulitan dalam proses belajar dan membelajarkan, akan tetapi juga dapat mendidik peserta didik cara belajar yang tepat sehingga dapat belajar secara mandiri sepanjang hayat. Untuk itu, belajar berbasis aneka sumber perlu dilakukan seawal mungkin dalam proses pembelajaran. Makalah ini menelaah kritik peranan aneka sumber belajar yang perlu dikelola secara terpadu dan terintegrasi di lembaga-lembaga pendidikan sehingga proses pembelajaran benarbenar membuat peserta didik sebagai subjek dan selalu menyenangi kegiatan belajar. Atas dasar telaahan yang demikian, tulisan ini menyarankan perlunya mengembangkan, mengelola, dan memanfaatkan Pusat Sumber Belajar di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia, sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi masalah pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan sekaligus meningkatkan mutu pendidikan. Pendidik diharapkan dapat menggunakan sumber belajar secara tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik pesan/bahan ajar, karakteristik peserta didik, serta karakteristik sumber belajar itu sendiri. Oleh karena itu keberhasilan pemberdayaan sumber belajar dalam proses belajar dan membelajarkan bergantung pada kemauan dan kemampuan pendidik untuk menemukenali dan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ersedia di lingkungan tempat terjadinya proses belajar dan membelajarkan.

17 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

1. 2.

Depdiknas tahun 2004. Pedoman Merancang Sumber Belajar. Miarso, Y. (2004). Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta Prenada Media bekerja sama dengan Pusat Teknologi dan Informasi Pendidikan http://aatabdullahsyopattigaraksa.blogspot.com/2011/11/kritik-terhadappengembangan-sumber.html http://www.gudangmateri.com/2011/04/pengembangan-pusat-sumberbelajar-di.html http://yuanitaresti.blogspot.com/2011/03/makalah-psb.html BP. Sitepu. Pengembangan Sumber Belajar. dan92 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

3.

4.

5. 6.

7.

http://www.wijayalabs.com/2009/01/12/pengembangan-psb-disekolah/#more-559

18 | P a g e

You might also like