Professional Documents
Culture Documents
Murtihapsari*
* Mayor Kimia, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 2008
* Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Papua, Manokwari
Jl. Gunung Salju, Amban, Kota Manokwari. Telp. +62.0986.215057
Correspondence : murtihapsarikadar@gmail.com
I. Tinjauan Umum……………………………………………………………...... 1
II. Bentuk Deteorisasi/dekomposisi kayu………………………………………… 2
a. Deteorisasi kayu tanpa proses dekomposisi ……………………..…….. 2
b. Dereorisasi dengan bantuan dekomposisi ……………………………… 4
III. Organisme Perusak Kayu ……………………………….................................. 5
IV. Karakterisasi Enzim ……………………………………………………………7
V. Pelapukan oleh Jamur Pembusuk Cokelat …………………………................. 8
VI. Pelapukan oleh Jamur pembusuk Putih ………………………....................... 10
VII. Pelapukan oleh Jamur Pembusuk Lunak ......................................................... 13
VIII. Pengaruh Jamur Noda Biru ………………………………………………….. 14
IX. Serangan Bakteri .............................................................................................. 16
X. Hasil Penelitian Bio-Dekomposisi kayu ...........................................................17
I. TINJAUAN UMUM
Kayu yang baru saja ditebang, dapat dilihat bahwa potongan log
tersebut masih segar, dan bergetah (sapwood) dan menjadi pencarian
banyak oganisme renik. Selanjutnya bahan makanan dalam material log
kayu tersebut digantikan oleh proses respirasi sel parenkim. Jika proses
pengeringan lambat, atau pada saat penebangan kayu bertepatan dengan
musim hujan atau dengan kelembaban yang tinggi maka kayu log tersebut
akan ditumbuhi ratusan jamur, alga (log on the marine) dan bakteri
lainnya, selanjutnya jasad-jasad renik tersebut tumbuh berkembang dan
menjadi penetrasi (correspondence) antara permukaan kayu dengan lapisan
bagian dalam kayu log dimana tersimpan banyak stok makanan (storage
3
sehingga sangat memungkinkan adanya intrusi air ke dalam sel kayu, dan dalam
beberapa lama, kayu berubah menjadi lapuk dan akhirnya menjadi bahan organik.
Proses inilah yang sangat merugikan oleh industri pulp di seluruh duinia.
Grafik 1. Proses pencernaan (digestibility) pada kayu melalui perpaduan sel selulosa dan
hemiselulosa.
5
Disamping kelompok jamur ini, sejumlah jamur lain (jamur buluk) dapat
hidup dalam kayu namun sangat sedikit pengaruhnya pada perubahan
warna kayu meskipun tidak sedikit juga yang menunjukkan aktivitas
selulotik dan xilolitik yang relatif tinggi.
Degradasi kayu yang diakibatkan oleh bakteri sangat terbatas karena
berkembang biak dengan cara pembelahan sel tetapi tidak dapat bergerak
di dalam kayu. Bakteri kayu cenderung membentuk koloni dalam sel-sel
parenkim dengan mengandalkan protein sebagai sumber hidupnya. Dapat
juga ditemukan dalam rongga-rongga noktah kayu dimana dapat
menghancurkan noktah tersebut dalam beberapa waktu. Selain itu, bakteri
kayu dapat menyerang dinding-dinding sel karena kemampuannya
mendegradasi polisakarida dan lignin meskipun dalam skala
terbatas.Sifat-sifat mekanik pada kayu lunak dan kayu keras umumnya
memiliki laju penurunan pelapukan yang cepat yang disebabkan oleh
jamur.
7
yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di
luar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau
strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim
kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh kofaktor
dan inhibitor.
Dewasa ini, enzim adalah senyawa yang umum digunakan dalam
proses produksi. Enzim yang digunakan pada umumnya berasal dari enzim
yang diisolasi dari bakteri. Penggunaan enzim dalam proses produksi dapat
meningkatkan efisiensi yang kemudian akan meningkatkan jumlah produksi.
Sistem klasifikasi internasional membagi enzim sesuai dengan fungsinya
sebagai berikut :
a. Oksidoreduktase, merupakan reaksi-reaksi redoks dan bereaksi
pada gugus hidrosil alcohol, gugus keton, ikatan-ikatan rangkap,
ikatan C-N dan sebagainya.
b. Transferase, mentransfer gugus-gugus fungsional seperti gugus C1,
aldehid, keton dan glikosil.
c. Hidrolase, memecah secara hidrolisir ester, glikosida, peptida dan
sebagianya
d. Liase, mempengaruhi adisi pada ikatan-ikatan rangkap
e. Isomerase, mengkatalisasi reaksi-reaksi isomerase
f. Ligase, mempengaruhi pembentukan ikatan-ikatan baru selama
pemecahan ATP.
Enzim-enzim juga diproduksi di dalam sel-sel tetapi mereka dapat pula
bekerja di luar sel, dan dapat dipisahkan dari sel-sel tanpa kehilangan
reaktivitasnya. Tergantung pada tempat reaksinya, enzim-enzim dibagi
menjadi endo-enzim, yang bereaksi di dalam sel dan mengendalikan proses
metabolisme internal, dan ekso-enzim, dikeluarkan oleh sel untuk
mendegradasi substrat yang tidak larut menjadi produk-produk yang larut
yang dapat berdifusi melalui selaput sel.
9
bahwa Lignin yang rusak oleh pembusuk coklat ini ditandai dengan hilangnya
gugus metoksil dan naiknya gugus karbonil dan karboksil.
Jamur pembusuk putih menyerang kayu lunak dan terutama kayu keras
dengan pilihan pada lignin. Ada beberapa enzim-enzim pendegradasi lignin
berkembang biak dan enzim-enzim untuk mendegradasi pectin, poliosa dan
bahkan selulosa. Hifa jamur-jamur mesuk ke dalam jaringan kayu melalui
selaput noktah dan melalui dinding-dinding sel dengan membentuk lubang-
lubang pengeboran. Dalam kayu akar spruce dapat dilihat bahwa hifa
Heterobasidion annosum (= Fomes annosus) cenderung tumbuh dari jari-jari
floem masuk ke dalam jari-jari kayu dan dari sini kea rah lateral masuk ke
dalam trakeid di dekatnya (Peek et al, 1972).
Gambar 4 . Pelapukan kayu spruce (Picea abies) oleh jamur pembususk putih
yang tinggi baik pada xilan birch maupun xilan larch (Lewis, 1976). Dari
jamur yang sama, endo-selulosa dapat diisolasi dan dikarakterisasi. Enzim ini
mempunyai berat molekul 30.000±3.000, optimum pH 4,5-5,5 dan suhu
optimum 350C.
Von Aufsess et al. 1968, berhasil menguji degradasi lignin dimana
pembusuk lunak tidak memiliki sistem enzim lemah, adanya fenoloksidase
memberikan hasil negatif. Selanjutnya Haider dan Trojanowski, 1975
mendapatkan sejumlah pembusuk lunak yang dapat mengubah DHPs menjadi
CO2 . Unsur-unsur struktural yang penting seperti gugus-gugus metoksil,
rantai samping dan cincin aromatik, DHPs yang mempunyai 13C terlibat dalam
pembentukan CO2, jamur ini melepaskan CO2 dari lignin jagung.
Sampel kayu terlignifikasi dan serta-serat selulosa murni lebih mudah
dihinggapi jamur pembususk lunak, dan bentuk pelapukannya berubah
sebagian atau keseluruhan. Tidak adanya rongga-rongga khas dalam sampel
pinus terdelignifikasi (Pinus sylvestris) setelah penyerangan Phialophora
fastigiata), kemungkinannya sebagai berikut : (1) jamur mengembangkan
enzim lain setelah delignifikasi yang menyebabkan penyerangan semua
lapisan dinding sel tanpa perbedaan, (2) dengan menghilangkan lignin dari
penyusun-penyusun dinding lain, sistem enzim dari jamur memiliki ruang
untuk bebas bergerak melalui dinding, (3) penghilangan lignin membuka
struktur selulosa dan membuat mudah diserang oleh enzim jamur.
Analisis kimia kayu keras setelah didegradasi oleh jamur pembusuk
lunak menghasilkan peruraian semua komponen-komponen dinding sel pada
laju yang berbeda. Degradasi lignin dalam kayu beech oleh Chaetomium
globosum mulai dengan demetilasi hingga kehilangan berat total 12%.
Degradasi selulosa berlangsung sangat cepat dengan laju kira-kira
tetap selama penyerangan oleh berbagai pembusuk lunak Chaetomium
globosum menghilangkan poliosa dengan laju yang naik selama
berlangsungnya pelapukan.
15
Jamur noda biru termasuk jamur pembusuk lunak yang tidak merusak
kayu, tetapi ada jamur noda biru menyebabkan pengaruh pembusukan lunak
(misal Scytalidium lignicolum, Alternaria tenuis). Jamur noda biru terdapat
pada kayu lunak yang khas tetapi juga pada kayu keras. Perubahan warna
kayu yang diserang oleh jamur noda biru disebabkan oleh bahan berwarna
gelap yang diendapkan dalam vakuola di dalam hifa jamur.
Hifa tumbuh terutama dalam sel-sel parenkim yang hidup pada
kandungan protein, tetapi juga terdapat dalam trakeid dan tumbuh pada
permukaan dinding sel bagian dalam tanpa pengubahan enzimatik struktur
dinding sel. Jamur noda biru tumbuh pada kayu dan permukaan-permukaan
yang terlapisi dalam pembentukan noda abu-abu.
Hifa masuk dari satu sel ke sel lainnya dengan menembus selaput
noktah atau dinding-dinding sel dalam lebar penuhnya. Ujung hifa diubah
menjadi alat pembuat lubang yang disebut transpressorium yang dapat
menembus terus atau dinding sel dengan aktivitas enzimatik lokal dan tekanan
mekanik. (Gambar 6 ).
Daftar Pustaka
Bauch, J., seehann, G., dan Fitznez, H., 1976. Material Organic. Beih. 3. 141-152
Crawford, D;L. dan Crawfor, R;L. 1980. Enzyme microb. Technol. 2. 11-22.
Eriksson, K.E., Grunewald, A., Nilsson, t dan Vallander, L; 1980. Holzforchung, 34. 207-213
Fengel, D., dan Wegener, G. 1984. WOOD: Chemistry, Ultrastructure and Reaction. Institut for
wood research. Walter de Gruyter& Co. berlin.
Ferreira, V., Graça, M., 2007. Fungal Activity Associated with Decomposing Wood is Affected
by Nitrogen Concentration in Water. WILEY-VCH Inter science. Verlag GmbH & Co.
KGaA, Weinheim 1434-2944/07/102-0001
Kellich, G., Bailey, p;J. Afting, E.G., dan Liese, W. 1969. Biochim, Biophys. Acta. 185, 392-401.
Peek, R.D. Liese, W., dan Parameswaran, N. 1972. Eur. J. For. Pathol. 2.237-248
Ruel, K., Barnound, F., dan Eriksson, K.E. 1981., Holforschung. 35.157-171
Sjôstrrôm, E. 1993. Wood Chemistry, Fundamentals and Application, second Edition. Helsinki
University of Technology. Academic Press, Inc. Orlando. USA
Tornberg,T., Bååth, E., Olsson, S., 2003. Fungal growth and effects of different wood
decomposing fungi on the indigenous bacterial community of polluted and unpolluted soils.
SpringerLink. Biol. Fertil.Soil.
Wolter, K.E., Highley, T.L dan Evans, F.J. 1980. Biochem. Biophys, Ress Commun, 97. 1499-
1504.
Von Aufess, H., Von Pechmann, H., dan Graessle, E. 1966. Khim. Drev. 1. 78-82