Professional Documents
Culture Documents
Dunia Kedokteran
Cermin
Dunia Kedokteran
Artikel :
3 Afasia Sebagai Gangguan Komunikasi Pada Kelainan
Otak
7 Gangguan Bahasa, Persepsi dan Memori Pada Kelainan
Otak
12 Disfungsi Otak Minor
34. Masalah Otak Kesulitan Belajar ditinjau dari Segi Neurologis
15 Gangguan Kesadaran
20 Beberapa Obat yang Digunakan pada Insufisiensi
Serebral dan Demensia
Karya Sriwidodo 25 Penanggulangan Bencana Peredaran Darah di Otak
28 Peranan Radiologik Pada Kelainan Otak
32 Cedera Otak dan Dasar-dasar Pengelolaannya
39 Infeksi Intrakranial
42 Tumor Otak : Tinjauan Kepustakaan
GANGGUAN KOMUNIKASI
Seorang yang berkomunikasi menggunakan sederetan fungsi a. gangguan multimodalitas :
sebagai berikut : — afasia
1. simbolisasi, yaitu melakukan formulasi dan menyimak ba- b. gangguan modalitas tunggal :
hasa dan simbol-simbol lain yang lazim disebut berbahasa. — agnosia
— apraksia
2. respirasi, yang diperlukan untuk mendapatkan tenaga gu-
na berbicara (speech). c. gangguan "berpikir" :
— demensia
3. resonansi : menghasilkan nada-nada tertentu. — confusion (kusut pikir)
4. fonasi (pembunyian) : tenaga yang didapat dipakai untuk — psikogemic
menggerakkan pita suara.
5. artikulasi : menghasilkan vokal dan konsonan untuk berbicara. Untuk memahami jenis-jenis gangguan wicara- bahasa se-
baiknya dikenal juga komponen- komponen dari proses pusat
bahasa di otak. Menurut Brown, model pusat bahasa di otak
PERCOBAAN (LMIA
PENDAHULUAN
dari otak, maka semua fungsi- fungsi luhur tersebut dapat ter-
Tiga unsur tingkah laku manusia terhadap alam sekeliling- kena dan hasilnya adalah suatu demensia atau retardasi mental.
nya ialah pengamatan, pikiran dan tindakan. Dalam bidang Tetapi pada kerusakan yang fokal, maka biasanya hanya satu
neurologi tiga unsur tersebut tertuang dalam fungsi sensorik. atau beberapa dari fungsi ini terganggu. Justru pada kerusakan
luhur dan motorik. Dalam keadaan sakit, unsur-unsur tadi dapat otak yang fokal inilah, gejala luhur mempunyai peranan penting.
terganggu. Gangguan tersebut dapat berupa gejala neurologik Pada pasien dengan kelainan tingkah laku, perlu ditentukan
elementer, misalnya hemiparesis, hemihipestesia, koma, kejang apakah kelainan ini disebabkan oleh kerusakan otak (brain
dan sebagainya tetapi dapat pula berupa gejala neurologik luhur, damage) ataukah sesuatu yang fungsional (kasus psikiatrik).
yang merupakan kelainan integratif yang kompleks dari ke tiga Penelusuran gangguan fungsi luhur inilah yang dapat membe-
fungsi di atas. dakan kedua kemungkinan tadi.
Yang dimaksud dengan fungsi luhur atau fungsi kortikal
luhur adalah fungsi- fungsi : Menetapkan gangguan fungsi luhur
1. bahasa Melakukan anamnesis dan pemeriksaan neurologik memer-
2. persepsi lukan waktu yang cukup lama dan kompleks. Apabila di dalam
3. memori pemeriksaan itu juga dibebani penetapan fungsi Iuhur secara
4. emosi rutin, maka waktu pemeriksaan akan bertambah lama lagi.
5. kognitif Untuk menghemat waktu, maka penetapan fungsi luhur secara
Dalam neurologi, gejala elementer dan luhur dipergunakan un- artifisial dapat dilakukan bertahap. Tahap awal merupakan
tuk menetapkan adanya kerusakan di otak, baik tentang loka- observasi terhadap kemungkinan adanya gangguan fungsi
lisasi maupun luas lesinya. Ke dua fungsi tersebut sama pen- luhur, yang dilakukan selama pemeriksaan neurologik rutin.
tingnya dalam penetapan diagnosis. Juga keduanya menuruti Apabila diduga adanya gangguan fungsi luhur ini, maka pasien
prinsip organisasi lateral dan longitudinal serebral yang akan bersangkutan perlu diperiksa lebih teliti secara klinis pada tahap
diuraikan kemudian. Karena gejala fungsi luhur ini kerap di- berikutnya. Selanjutnya pada tahap terakhir dipertimbangkan
lupakan atau diabaikan, maka penulis ingin menguraikan secara untuk suatu penetapan secara formal dengan tes psikometrik.
singkat peranan fungsi ini, terutama fungsi bahasa, persepsi dan Tahap terakhir ini melibatkan psikolog yang berwenang
memori pada kelainan otak. Kelainan otak disini dibatasi pada melakukan tes tersebut. Jenis tes akan dipilih yang khusus
penyakit- penyakit yang frekuen, yaitu gangguan peredaran darah dipergunakan untuk menentukan adanya gangguan otak (a.l.
di otak (Cerebro-Vascular Disorder) dan trauma kapitis. Raven's Progressive Matrices). Khusus untuk gangguan bahasa
perlu dilakukan tes afasia (a.l. Token Test) yang melibatkan ahli
Peranan fungsi luhur dalam klinik bina wicara. Dokter sebaiknya mengenal penetapan awal dan
Seperti halnya gejala elementer, maka gejala fungsi Iuhur ini klinis gangguan fungsi Iuhur ini, karena dialah yang akan
dapat dipakai untuk menetapkan diagnosis dan rehabilitasi pasien berhadapan pertama kali dengan pasien- pasien dengan gangguan
dengan penyakit otak. Pada kerusakan difus dan berat tersebut.
PENDAHULUAN suatu sindroma sehingga lebih tepat bila digunakan nama Mi-
nimal Brain Dysfunction Syndrome atau Sindroma Disfungsi
Di Amerika dilaporkan bahwa lebih kurang 10% dari jumlah
Otak Minor (S.D.O.M.).
anak usia sekolah mengalami kesulitan belajar (Silver, 1982).
Apakah definisi dari S.D.O.M
WHO melaporkan 5 - 25% dari anak-anak usia sekolah
Anak-anak dengan S.D.O.M. adalah anak-anak dengan inteli-
menderita disfungsi otak minor. Belum ada data mengenai anak-
gensi mendekati rata-rata, rata-rata (average) atau diatas rata-
anak usia sekolah yang mengalami disfungsi otak minor di
rata dengan kesulitan belajar dan perilaku (behaviour) yang
Indonsia, karena sering tidak terdeteksi. Anak-anak dengan
disertai dengan kelainan fungsi sistem saraf.
disfungsi otak minor biasanya mengalami kesulitan belajar di
sekolah. Kesulitan belajar dapat disebabkan oleh beberapa hal, Gejala klinis
yaitu : Gejala klinis dapat berupa :
1. retardasi mental 1. Kesulitan belajar yang spesifik (satu atau lebih).
2. gangguan fungsi sistem saraf 2. Hiperaktivitas dan/atau distraktibilitas dengan short attention
3. problema emosional primer span.
Anak-anak dengan kesulitan belajar karena retardasi mental 3. Disfungsi motorik.
4. Problema emosional sekunder.
lebih mudah dideteksi/dikenal, dan untuk anak-anak ini telah ada
wadahnya yaitu Sekolah Pendidikan Luar Biasa C. Lagi pula Gejala- gejala tersebut di atas tidak harus ada seluruhnya, dapat
gangguan fungsi sistem sarafnya lebih difus, mencakup hampir berupa kombinasi dari satu atau lebih gejala tersebut.
semua fungsi kortikal, sehingga tidak akan disinggung dalam Kesulitan belajar yang spesifik
makalah ini. Problema emosional primer yang merupakan Kesulitan belajar dapat dimanifestasikan dalam gangguan
penyebab lain dari kesulitan belajar merupakan bidang memproses (processing) masukan sensoris (gangguan persepsi),
psikologi/psikiatri. Yang akan dibahas dalam tulisan ini ialah gangguan dalam mengintergrasikan masukan tersebut (gang-
anak-anak dengan kesulitan belajar tertentu/spesifik, yang di- guan kognitif), gangguan dalam menyimpan dan mendapatkan
sebabkan karena gangguan pada beberapa fungsi sistem saraf kembali data (gangguan memori), atau gangguan dalam mem-
pusat atau lebih terkenal dengan nama Minimal Brain Dys- proses keluaran (gangguan bahasa, gangguan motorik). Beberapa
function (M .B .D), atau Disfungsi Otak Minor (D.0.M.). Anak- ahli menekankan pada problema spesifik yang timbul, sehingga
anak dengan D.O.M. sering tidak terdiagnosis, sehingga tidak disebut dengan disleksia (kesulitan membaca), disgrafia
mendapat penanganan yang semestinya. Ini mengakibatkan (kesulitan menulis), diskalkuli (kesulitan menghitung) dan
timbulnya problema sosial dan emosional sekunder. Bila hal ini disfasia (kesulitan berbahasa).
terjadi, maka akan merupakan problema hidup (life disability),
dimana penanganan akan lebih kompleks. Hiperaktivitas/hiperkinetik
SINDROMA KLINIS
Hiperaktivitas atau aktivitas motorik yang berlebihan pada
Disfungsi Otak Minor atau Minimal Brain Dysfunction S.D.O.M. bersifat fisiologis. Ini harus dibedakan dari hiper-
(M.B.D) terdiri dari berbagai macam gejala klinis, merupakan aktivitas yang disebabkan oleh keadaan cemas (anxiety). Hi-
PENDAHULUAN
Kesadaran merupakan fungsi utama susunan saraf pusat.
Untuk mempertahankan fungsi kesadaran yang baik, perlu suatu
interaksi yang konstan dan efektif antara hemisfer serebri yang
intak dan formasio retikularis di batang otak. Gangguan pada
hemisfer serebri atau formasio retikularis dapat menimbulkan
gangguan kesadaran.l
Bergantung pada beratnya kerusakan, gangguan kesadaran
dapat berupa apati, delirium, somnolen, sopor atau koma. Koma
sebagai kegawatan maksimal fungsi susunan saraf pusat
memerlukan tindakan yang cepat dan tepat, sebab makin lama
koma berlangsung makin parah keadaan susunan saraf pusat
sehingga kemungkinan makin kecil terjadinya penyembuhan
sempurna.2
Makalah ini membahas anatomi fisiologi, etiologi, patofi- Neuron substansia reau-
laris diensefalon, "peng-
sologi, klinik serta penanggulangan gangguan kesadaran. galak kewaspadaan".
ANATOMI FISIOLOGI :
Lintasan asendens dalam susunan saraf pusat yang menya-
lurkan impuls sensorik protopatik, propioseptik dan perasa
pancaindra dari perifer ke daerah korteks perseptif primer di-
sebut lintasan asendens spesifik atau lintasan asendens lem-
niskal.3-5 Ada pula lintasan asendens aspesifik yakni formasio
titatif.
PEMERIKSAAN KLINIK
Ataksik
Pemeriksaan klinik penting untuk etiologi dan letaknya pernapasan tidak teratur, baik dalamnya maupun iramanya. Lesi
proses patologik (hemisfer batang otak atau gangguan siste- di medulla oblongata dan merupakan stadium preterminal.
mik). Pemeriksaan sistematis dilakukan sebagai berikut :
Anamnesis
— penyakit-penyakit yang diderita sebelumnya.
— keluhan penderita sebelum terjadi gangguan kesadaran.
— obat-obat diminum sebelumnya.
— apakah gangguan kesadaran terjadi mendadak atau perla-
han-lahan.
Pemeriksaan fisik 3. KELAINAN PUPIL : Perlu diperhatikan besarnya pupil (normal,
— tanda-tanda vital : nadi, pernapasan, tensi, suhu. midriasis, miosis), bentuk pupil (isokor, anisokor), dan refleks.
— kulit : ikterus, sianosis, luka-luka karena trauma Midriasis dapat terjadi oleh stimulator simpatik (kokain, efedrin,
— toraks : paru-paru, jantung. adrenalin dan lain-lain), inhibitor parasimpatik (atropin,
— abdomen dan ekstremitas skopolamin dan lain-lain).
Miosis dapat terjadi oleh stimulator parasimpatik dan inhibitor
simpatik. Lesi pada mesensefalon menyebabkan dilatasi pupil
Pemeriksaan neurologis' '3,9 yang tidak memberikan reaksi terhadap cahaya. Pupil yang
1. OBSERVASI UMUM . masih bereaksi menunjukkan bahwa mesensefalon belum rusak.
Pupil yang melebar unilateral dan tidak bereaksi berarti adanya
• gerakan primitif : gerakan menguap, menelan dan memba-
tekanan pada saraf otak III yang mungkin dapat disebabkan oleh
sahi mulut.
herniasi tentorial.
• posisi penderita : dekortikasi dan deserebrasi.
4. REFLEKS SEFALIK : Refleks-refleks mempunyai pusat pada
batang otak. Dengan refleks ini dapat diketahui bagian mana
2. POLA PERNAPASAN : dapat membantu melokalisasi lesi dan batang otak yang terganggu misalnya refleks pupil (me-
kadang-kadang menentukan jenis gangguan. sensefalon), refleks kornea (pons), Doll's head manoeuvre (
Cheyne-Stokes pons), refleks okulo-auditorik (pons), refleks okulo-vestibuler =
Pernapasan
baik. makin lama makin dalam kemudian makin dangkal uji kalori (pons), gag reflex (medulla oblongata).
5. REAKSI TERHADAP RANGSANG NYERI :
Penderita dengan kesadaran menurun dapat memberikan respons
yang dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. sesuai (appropriate)
Penderita mengetahui dimana stimulus nyeri dirasakan. Hal
Hiperventilasi neurogen sentral ini menunjukkan utuhnya sistem sensorik dalam arti sistem
pernapasan cepat dan dalam dengan frekuensi ± 25 per menit. asendens spesifik.
Lokasi lesi pada tegmentum batang otak antara mesensefalon b. tidak sesuai (inappropriate)
dan pons. Dapat terlihat pada jawaban berupa rigiditas dekortikasi dan
j\k yi Ai\ )( rigiditas deserebrasi.
i, ;1111 6. FUNGSI TRAKTUS PIRAMIDALIS : Bila terdapat hemiparesis,
, ,i dipikirkan ke suatu kerusakan strukturil. Ella traktus piramidalis
tidak terganggu, dipikirkan gangguan metabolisme.
IiU~iv~4Y '~~'~rrr~ Ill 7. PEMERIKSAAN LABORATORIK :
— darah : glukose, ureum, kreatinin, elektrolit dan fungsi hepar.
Apnestik
— pungsi likuor untuk meningitis dan ensefalitis.
inspirasi yang memanjang diikuti apnoe dalam; ekspirasi de-
— funduskopi mutlak dilakukan pada tiap kasus dengan kesa-
ngan frekuensi 1 - 2/menit. Pola pernapasan ini dapat diikuti
daran menurun untuk melihat adanya edema papil dan tan-
1. Pirasetam KESIMPULAN
Obat ini adalah suatu derivat siklik gamma amino-butyric
acid (GABA), tetapi tidak mempunyai sifat-sifat GABA.16 Obat Telah dibicarakan beberapa obat yang lazim dipakai pada
ini disebut suatu Nootropik yang berarti : kelainan insufisiensi serebral dan demensia. Walaupun efek obat-
a. tidak mempunyai vasoaktivitas yang langsung, yakni tidak obat tersebut masih sering dianggap kontroversial dan perlu
menyebabkan vasodilatasi atau vasokonstriksi, tidak mem- diadakan penelitian uji klinik yang luas dengan rancangan
pengaruhi aliran darah serebral total (total CBF) dan tidak penelitian yang mantap untuk dapat menilai manfaat obat-obat
menyebabkan suatu steal phenomenon. ini secara tuntas, namun agaknya persoalannya mempunyai titik
b. tidak menyebabkan perubahan pada aktivitas dasar EEG. Obat awal pada penentuan jenis kausanya terlebih dulu.
ini tidak mengubah ritme dasar EEG, tetapi menurunkan Dengan mengingat penggolongan obat berdasarkan cara
jumlah gelombang- gelombang delta. kerjanya, maka obat-obat yang kerja utamanya pada sel saraf
c. melewati sawar darah otak (blood brain barrier) dalam ke- atau meningkatkan metabolisme sel-sel saraf dapat diberikan
adaan normal maupun patologik pada keadaan- keadaan degeneratif. Sedangkan obat-obat yang
d. mempunyai efek samping yang minimal kerja utamanya pada peredaran darah serebral, dapat di berikan
pada keadaan insufisiensi serebral. Disamping itu perlu
9A RAH
PENDAHULUAN
Perubahan umum
Pemeriksaan radiologi pada kelainan otak dapat dibagi atas : 1. Peninggian tekanan intrakranial.
1. Konvensional a. Terjadi pelebaran dari ukuran sela tursika (ballooning).
— tanpa kontras (foto polos) b. Pelebaran dari sutura.
— dengan kontras (positif atau negatif) c. Ekspansi dari rongga tengkorak.
2. Radioisotop d. Penipisan tulang batok kepala.
3. CT scanning e. Pelebaran dari foramina.
Indikasi paling sering untuk melakukan pemeriksaan-peme- 2. Atrofi atau perkembangan jaringan otak yang terhambat.
riksaan ini adalah kelainan karena trauma dan tumor (proses a. Penebalan tulang batok kepala.
desak ruang). Dalam jumlah kecil dilakukan pada kelainan-ke- b. Rongga tengkorak yang kecil dengan kompensasi per-
lainan bawaan serta degeneratif. Kelainan akibat infeksi, se- tumbuhan struktur organ-organ didalamnya.
kalipun sering ditemukan di Indonesia jarang dilakukan peme- c. Sutura cepat menutup.
riksaan radiologik karena kurangnya manifestasi langsung yang Perubahan setempat
dapat dilihat. 1. Didapatkan tanda- tanda terdorongnya struktur normal oleh
proses desak ruang.
A. FOTO POLOS a. Korpus pineale mungkin terdorong sebagai akibat lang-
Perubahan- perubahan yang tampak pada gambaran radiologik sung dari tumor, atau sekunder karena herniasi jaringan
adalah merupakan akibat dari peninggian tekanan intrakranial. otak melalui tentorium serebri.
Keadaan ini telah diketahui sejak tahun tiga puluhan oleh b. Pendorongan pada pleksus koroideus, falks atau tento-
Schuller, dan makin lama makin banyak fakta-fakta yang rium yang semuanya berkalsifikasi.
terungkap pada kelainan tersebut. Sepertiga dari penderita- 2. Erosi setempat pada tulang akibat penekanan.
penderita dengan tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial, 3. Penipisan setempat atau penonjolan setempat tulang akibat
baik itu disebabkan tumor, abses atau hidrosefalus, pada orang penekanan massa yang berlangsung lama.
dewasa atau kanak- kanak, akan menunjukkan tanda-tanda 4. Adanya tumor atau malformasi arteriovenosa akan me-
tersebut pada foto polos kepala. Sedangkan pada 20% penderita nimbulkan kelainan pada tulang tengkorak.
yang dengan pemeriksaan radiologik menunjukkan tanda-tanda 5. Hiperostosis.
kenaikan tekanan intrakranial, pada pemeriksaan klinis belum 6. Adanya struktur tulang tengkorak yang abnormal dapat
didapatkan adanya edema papil. mengakibatkan kelainan neurologik yang sekunder.
7. Akibat peradangan pada organ-organ yang berdekatan se-
perti mastoid atau sinus frontalis.
TANDA-TANDA RADIOLOGIK 8. Adanya fraktur atau akibat penyembuhan dari fraktur.
9. Pembentukan tulang yang abnormal (anomali) dengan
Pada foto polos kepala kelainan intrakranial dapat menim- kelainan neurologik.
bulkan perubahan yang sifatnya umum atau lokal. 10. Adanya kalsifikasi patologik intrakranial.
KEPUSTAKAAN
1. Shanks SC, Kerley P. A textbook of X-rayDiagnosis. 4th ed., Phi-
ladelphia: WB Saunders Co., 1959.
2. Susworo. Pengukuran Sella Tursica Pada Sejumlah Orang Indonesia
Secara Radiologik. Majalah Radiologi Indonesia 1980; 4 : 5 - 13.
PENDAHULUAN lambat atau berhenti. Mekanisme yang sama terjadi bila ada
rotasi kepala yang mendadak. Tenaga gerakan ini menyebabkan
Cedera otak yang akan dibicarakan dalam makalah ini adalah
cedera pada otak karena kompresi (penekanan) jaringan,
cedera akibat rudapaksa kepala (trauma kapitis). Di negara maju,
peregangan maupun penggelinciran suatu bagian jaringan di atas
kecelakan lalu lintas merupakan penyebab kematian utama pada
jaringan yang lain. Ketiga hal ini biasanya terjadi bersama-sama
umur antara 2 - 44 tahun, dimana 70% diantaranya mengalami
atau berturutan.7
rudapaksa kepala 1-3 Di Surabaya, frekuensi trauma kapitis
Kerusakan jaringan otak dapat terjadi di tempat benturan
meningkat dengan 18% setiap tahunnya4
(coup), maupun di tempat yang berlawanan (countre coup).
Secara klasik kita kenal pembagian : komosio, kontusio dan
Diduga countre coup terjadi karena gelombang tekanan dari sisi
laserasio serebri. Pada komosio serebri kehilangan kesadaran
benturan (sisi coup) dijalarkan di dalam jaringan otak ke arah
bersifat sementara tanpa kelainan PA. Pada kontusio serebri
yang berlawanan; teoritis pada sisi countre coup ini terjadi
terdapat kerusakan dari jaringan otak, sedangkan laserasio
tekanan yang paling rendah, bahkan se-ring kali negatif hingga
serebri berarti kerusakan otak disertai robekan duramater.
timbul kavitasi dengan robekan jaringan.
Pembagian lain menyebutkan bahwa pada komosio serebri,
Selain itu, kemungkinan gerakan rotasi isi tengkorak pada
penurunan kesadaran kurang dari 15 menit dan post traumatic
setiap trauma merupakan penyebab utama terjadinya countre
amnesia kurang dari 1 jam. Bila penurunan kesadaran melebihi 1
coup, akibat benturan- benturan otak dengan bagian dalam
jam dan post traumatic amnesia melebihi 24 jam berarti telah
tengkorak maupun tarikan dan pergeseran antar jaringan dalam
terjadi kontusio serebri. Perlu ditambahkan juga ada atau
tengkorak.1,7,8,9 Yang seringkali menderita kerusakan- kerusakan
tidaknya gejala cedera otak fokal yang dini, dan hasil rekaman
ini adalah daerah lobus temporalis, frontalis dan oksipitalis.
EEG.5
Pembagian seperti di atas ternyata tidak memuaskan, karena
batas antara kontusio dan komosio serebri sering kali sulit
dipastikan.5,6 PATOFISIOLOGI
Trauma secara langsung akan menyebabkan cedera yang
MEKANISME disebut lesi primer. Lesi primer ini dapat dijumpai pada kulit
dan jaringan subkutan, tulang tengkorak, jaringan otak, saraf
Rudapaksa kepala dapat menyebabkan cedera pada otak
otak maupun pembuluh- pembuluh darah di dalam dan di sekitar
karena adanya aselerasi, deselerasi dan rotasi dari kepala dan
otak.
isinya.1,7,8 Karena perbedaan densitas antara tengkorak dan
Pada tulang tengkorak dapat terjadi fraktur linier (±70% dari
isinya, bila ada aselerasi, gerakan cepat yang mendadak dari
fraktur tengkorak), fraktur impresi maupun perforasi. Penelitian
tulang tengkorak diikuti dengan lebih lambat oleh otak. Ini
pada lebih dari 500 penderita trauma kepala menunjukkan
mengakibatkan benturan dan goresan antara otak dengan bagian-
bahwa hanya ± 18% penderita yang mengalami fraktur
bagian dalam tengkorak yang menonjol atau dengan sekat-sekat
tengkorak.10 Fraktur tanpa kelainan neurologik, secara klinis
duramater. Bita terjadi deselerasi (pelambatan gerak), terjadi
tidak banyak berarti.7
benturan karena otak masih bergerak cepat pada saat tengkorak
sudah bergerak
Hari Senin 1 2 3 4 5
Reaksi Spontan I
• •
~.I
buka
mata
thd. suara
thd. nyeri
7
negatif
1
S
K berorientasi
A
L Reaksi bingung
A I
Verbal tidak sesuai
K
O tidak dimengerti •
• i
M
A negatif
mengikuti perintah I
Reaksi melokalisir nyeri I
_
~ . •
_ •
. _ ~
Moto- menarik diri
rik
fleksi j • • • • •
ekstensi
negatif
a. Pupil dan reaksinya : integritas batang otak. Hiperventilasi (sentral) —. lesi mesensefalon.
besar normal/refleks cahaya (+) - - pin point/refleks (+) ( Iregular — lesi tegmentum.
~
Di atas adalah kutipan kaasifikasi tumor otak berdasarkan " dewasa berupa suatu struktur di garis tengah yang tidak akan
Unio Internarnationalis Contra Cancrum" (UICC). berpindah ke lateral lebih dari 3 mm pada gambaran foto
tengkorak AP. Pergeseran lebih dari 3 mm sebagai indikasi
PROSEDUR DIAGNOSIS adanya tumor otak.
Menegakkan diagnosis tumor otak secara klinis tidaklah be- . c. Tanda-tanda tekanan intra kranial yang meningkat :
gitu sulit, terutama apabila penderita menunjukkan trias gejala, — Tanda paling dini dari kenaikan tekanan intrakranial
berupa nyeri kepala; muntah dan pada pemeriksaan didapatkan adalah dekalsifikasi prosessus klinoideus posterior, di-
papil edema. Namun sering kali beberapa tumor otak, hanya lanjutkan dengan perubahan yang serupa di lantai dorsum
menunjukkan gejala gangguan mental sebagai gejala sella tursika. Pada jangka waktu yang lama, keadaan ini
permulaan. Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan dapat mengakibatkan lantai dorsum sella mengembung,
fisik, masih diperlukan beberapa pemeriksaan tambahan, hilang atau rusak. Juga dapat disebabkan karena ekspansi
dimulai cara nontraumatik sampai yang traumatik. adenoma hipofise atau tumor-tumor disekitar sella tursika.
— Impresio digiti.
1. X-foto tengkorak — Pelebaran sutura pada anak-anak.
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan : d. Pembentukan tulang baru (Hyperostosis) :
a. Kalsifikasi intrakranial : Pada meningioma kira-kira 40% memperlihatkan gambaran
— pada tumor otak kira-kira 10% mengalami kalsifikasi. hiperostosis, terutama didaerah pterion, tuberkulum sella,
— insidensi kalsifikasi tertinggi terjadi pada Kraniofaringi- serebelepontin dan fosa kranii media. Sedangkan tumor jenis
oma dan Oligodendroglioma. lain sering pada daerah dasar tengkorak.
b. Displacement calcified pineal gland : e. Destruksi tulang :
Glandula pineale sering mengalami kalsifikasi pada orang
III Kontrol 6 0 0 0 0 0 0
Grafik : Perobahan berat badan mencit yang diberi masing masing dari
rodamin B dan metanil kuning dalam diet selama 16 minggu (
persen dari berat badan semula).
200
150
100
50
Kontrol
Metanil
kuning
Rodamin B
Gambar 1 : Mencit yang mendapat benjolan dan luka pada kaki kanan,
karena pemberian rodamin B dalam diet pada percobaan
selama 16 minggu.
Diet &
pemberian
— 1 gram rodamin B ( 210 mg)
per 3 ekuiv.
— 1 gram kg stokdiet (ekuiv. 435
mg) metanil kuning
t% malcan per 3 kg stokdiet libitum
dan minum ad.
F- 1 9 12 6 0 0 0 0 0 0 0 0 2* 2 1 0 0 5 * Ditemukan
limfoma
F- i 12 6 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 — — — 6 pada 1 ekor
tikus
F-2 9 6 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1* 1 1 1 4
d 6 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 4
F-3 9 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 4
12 —
d 6 0 0 0 0 0 0 0 0 2* 0 0 0 0 4
F-4 9 6 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3
12
d 6 0 0 0 0 0 2 2* 0 0 0 0 0 0 4
F-5 9 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 3
12
d 6 0 0 0 0 0 0 0 0 2* 0 1 0 0 3
F-6 9 6 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2
12
d 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
KESIMPULAN
Pemberian rodamin B dan metanil kuning dalam diet mencit
dan tikus percobaan mengakibatkan efek toksik pada hewan
tersebut. Ini menegaskan keterangan yang ada dalam ke-
pustakaan, yaitu baik rodamin B maupun metanil kuning adalah
bahan pewarna untuk mewarnai barang- barang non pangan2, jadi
tidak dapat ditolerir untuk mewarnai makanan manusia.
Karena masyarakat Indonesia di Jakarta khususnya dan di
Indonesia umumnya memang senang pada makanan yang ber-
warna, maka pengadaan bahan pewarna makanan yang diizin-
kan dengan derajat Food Grade dan memenuhi persyaratan
higine, harus mendapat perhatian instansi pemerintah yang
berwenang c.q. Departemen Kesehatan, Departemen Perda-
gangan dan Departemen Perindustrian. Pengadaan ini hendak-
nya disertai dengan harga yang kompetitif dengan harga pewar-
na non pangan yang sebelumnya diperdagangkan sebagai pe-
Gambar 6 : Bahan pewarna dalam kemasan kaleng, botol, kantong plastik warna pangan, sehingga dapat dijangkau masyarakat luas seperti
dijual di pasaran bebas Jakarta sebagai pewarna makanan.
sediakala.
PEMBAHASAN RINGKASAN
Data mengenai efek toksik yang diperoleh dari percobaan Dua pewarna non-pangan dikenal dengan nama rodamin B
bahan pewarna rodamin B dan metanil kuning pada mencit dan yang memberi efek warna merah jambu, dan metanil kuning
tikus percobaan menimbulkan pertanyaan, apakah keracunan yang memberi warna kuning telor digunakan luas sebagai pe-
serupa seperti yang terlihat pada hewan percobaan itu, akan warna makanan di Jakarta.
terjadi juga pada manusia yang sering makan makanan yang Sebagai bahan non-pangan pada umumnya bila berada di
mengandung pewarna rodamin B atau metanil kuning. dalam makanan kemudian dikonsumsi manusia, dapat dira-
Mungkin ada gunanya juga kalau diutarakan di sini, bahwa malkan akan mengganggu kesehatan dalam jangka waktu pen-
pada pembuatan bahan pewarna seperti pembuatan bahan-bahan dek atau panjang. Untuk pembuktiannya telah dilakukan per-
kimia organik pada umumnya dibutuhkan proses yang rumit cobaan pada mencit dan tikus putih dengan mencampurkan
untuk memperoleh produk yang murni. Ada kalanya masing- masing dari kedua bahan pewarna non-pangan tersebut
: dr. Sudaranto
Puskesmas Sail, Pekanbaru, Riau
SALAH PAKAI
Sepasang suami istri datang menghadap seorang dokter dalam rangka KB. Oleh dokter
tersebut diberi 1 doos kondom, sambil bertanya kepada si suami :
"Bapak sudah tahu cara memakainya ?"
"Sudah dok, dulu sebelum kawin saya sudah pernah pakai !"
Pasangan suami istri tersebut kemudian pergi sambil membawa bekal kondom tadi.
Setelah beberapa waktu si istri kembali kepada dokter dan bercerita bahwa haidnya
r
belum juga datang.
Dokter bertanya : "Apakah bapaknya tiap kali pakai alat tadi, bu ?"
Si istri : "Wah, bapak sering malas, jadi saya yang pakai saja !"
Dokter : "Lho, caranya bagaimana ?"
Si istri : "Saya makan satu biji sebelum campur !"
Dokter : "Wah, salah ! Itu tidak untuk dimakan !"
Si istri : "Pantas sekarang tiap kali saya kentut, keluar plembungannya
(balon) !"
OLH
KEMANA ?
i►a~ili
PENAMBAH ILMU KEDOKTERAN
1. Afasia adalah gangguan bahasa, dan biasanya : (a) fraktur tengkorak, tanpa kelainan neurologik, secara
(a) disertai gangguan persepsi klinik tidak begitu berarti.
(b) disertai gangguan memori (b) diantara saraf otot mata,yang sering terkena ialah Saraf
(c) disertai gangguan emosi III, sehingga mengalami diplopia.
(d) disertai gangguan kognitif (c) Saraf keVII dan VIII sering cuma mengalami ganggu-
(e) tidak disertai gangguan fungsi luhur di atas. an karena edema.
2. Prinsip dari rehabilitasi(speech therapy) penderita afasia: (d) Saraf vagus jarang terkena, karena bila terkena biasanya
(a) dimulai seawal mungkin penderita mati.
(b) komunikasi dengan isyarat jangan digunakan (e) semua jawaban di atas benar.
(c) materi pelajaran perlu diulang-ulang 7. Tumor otak yang paling banyak didapatkan ialah jenis :
(d) penyertaan keluarga adalah mutlak (a) glioma
(e) semua di atas benar. (b) meningioma
3. Mengenai disfungsi otak minor pada anak, pernyataan yang (c) adenoma hipofisis
tidak benar ialah : (d) tumor metastasis
(a) diduga diderita oleh5 - 25% anak-anak usia sekolah. (e) tumor pembuluh darah.
(b) dapat mengalami kesulitan membaca, menulis, meng- 8. Pada tumor otak :
hitung, atau berbahasa. (a) Nyeri kepala ditemukan pada sebagian besar pasien.
(c) anak dengan kesulitan belajar tak perlu pemeriksaan (b) Pada sebagian besar pasien didapatkan kejang umum.
neurologik. (c) dapat ditemukan gejala bradikardia dan hipertensi.
(d) riwayatnya : tidak dapat diam, sering tersandung dan (d) Gangguan mental, seperti halusinasi, tak pernah di-
jatuh, sulit mengikat tali sepatu, sulit mengancing jumpai .
baju, dan lain-lain. (e) Papil edema jarang ditemukan.
(e) terapinya antaralain obat psikostimulan dan cerebral- 9. Penanggulangan penderita insomnia kronik adalah sebagai
metabolic vasodilators. berikut, kecuali :
4. Obat-obat untuk insufisiensi otak, umumnya masih diper- (a) lebih dipilih benzodiazepin yang kerjanya singkat.
debatkan efektivitasnya.Tapi, secara umum, tujuannya ialah (b) dapat dicoba pemberian antidepresan, meskipun
sebagai berikut, kecuali : gejalanya tak jelas.
(a) perbaikan pemakaian02 dan glukosa oleh otak (c) higiene tidur dan olah raga penting sekali.
(b) penghambatan sintesis protein otak, misalnya dengan (d) bila diberikan hipnotik, dipilih dosis seringan mungkin;
heksobendin kalau perlu diberikan intermiten.
(c) peningkatan resistensi otak terhadap hipoksia. (e) benzodiazepin lebih dipilih daripada fenobarbital.
(d) perbaikan sirkulasi serebral, misalnya dengan nikotinat. 10. Mana diantara keadaan ini yang tak dapat menyebabkan
(e) semua jawaban benar. ketulian ?
5. Pada penanggulangan stroke; yang tidak benar ialah : (a) Keturunan
(a) penderita hipertensi berat cukup bila tekanan ditu- (b) Influena
runkan sampai 160/110 mmHg pada fase akut. (c) Diabetes melitus
(b) pemberian deksametason masih kontroversial. (d) Vitamin B-1
(c) bila pasien dapat minum, gliserol dapat diberikan per- (e) Penyakit Meniere.
oral, meskipun efeknya masih kontroversial.
(d) pemberian vasodilatansia dan oksigen sangat berguna. 3 '8 fl 'b
(e) yang terpenting ialah perawatan umum dan mengobati V 'L '£
faktor risiko. D'01 S'9 3'Z
6. Pada cedera otak, manakah pernyataan berikut yang tidak V'6 a'S 3'1
benar ?
7I1dd)l uageMa
OLH
"CHILD ABUSE" Science, Nov. 1983
"Child abuse" merupakan suatu tragedi bagi anak. Ia merupakan contoh rasa saling tidak
mengerti antara orang tua dengan anaknya. Bahkan sering-sering menimbulkan
keterasingan sang ibu dari bayinya.
Perlu dipertimbangkan di sini sensasi yang berlainan antara ibu dan bayi pada saat
dilahirkan. Kelahiran, bagi ibu adalah peristiwa dramatik yang menyakitkan dan
melelahkan. Sang bayi, yang biasanya hidup dalam rahim ibunya, tiba-tiba harus hidup
dalam dunia "luar". Pelukan dan buaian dari ibunya itu perlu supaya perubahan tersebut
tidak terlalu besar dirasakan. Tapi, yang sering terjadi, bayi dipisahkan dari ibunya, dan
diletakkan begitu saja dalam box. Tentunya, perubahan ini terasa besar bagi bayi dan
amat tidak menyenangkan.
Mungkin berbicara tentang cinta sudah ketinggalan jaman, tapi bernyanyi lagu cinta
adalah mode. Yang dibutuhkan bagi bayi dan setiap orang, yaitu keinginan untuk dicintai
dan perasaan aman. Bayi yang tidak dicintai akan menangis. Menangis merupakan satu-
satunya cara bagi bayi untuk menuntut sesuatu, Adalah kewajiban seorang ibu untuk
mengetahui apa yang dimaui bayinya bila ia menangis. Misalnya, keinginan untuk
dicintai! Kris
Up date Jan 1984; 29
64 Cermin Dunia Kedokteran No. 34, 1984