You are on page 1of 32

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Jiwa masyarakat ( community mental health ) telah menjadi bagian masalah kesehatan masyarakat (public health) yang dihadapi semua negara. Salah satu pemicu terjadinya berbagai masalah dalam kesehatan jiwa adalah dampak modernisasi dimana tidak semua orang siap untuk menghadapi cepatnya perubahan dan kemajuan teknologi baru. Gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung namun akan menyebabkan penderitanya menjadi tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga penderita dan lingkungan masyarakat sekitarnya, Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal (4) disebutkan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari gangguan tetapi lebih kepada perasan sehat, sejahtera dan bahagia ( well being ), ada keserasian antara pikiran, perasaan, perilaku, dapat merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar kehidupannya serta mampu mengatasi tantangan hidup sehari-hari. Sejalan dengan paradigma sehat yang dicanangkan Departemen Kesehatan yang lebih menekankan upaya proaktif dan berorientasi pada upaya kesehatan pencegahan (preventif ) dan promotif maka penanganan masalah kesehatan jiwa telah tergeser dari hospital base menjadi community base psychiatric services. Gangguan jiwa dapat dicegah dan diatasi, untuk itu penyelesaiannya tidak hanya oleh tenaga kesehatan, tetapi juga perlu melibatkan peran akif semua pihak. Masyarakat mempunyai potensi untuk mengatasi masalah tersebut sehingga perlu dirubah kesadarannya untuk terlibat dalam upaya preventif dan promotif, tenaga kesehatan, organisasi masyarakat yang concern terhadap masalahkesehatan jiwa masyarakat.

Perkembangan kondisi akhir-akhir ini yang sedang dihadapi oleh bangsa indonesia yang tengah membenahi dirinya menuju suatu kondisi yang lebih layak dan memadai sebagai suatu bangsa yang hidup di zaman moderen yang semakin kompleks, maka kualitas ( quality of life ) manusia dituntut lebih tinggi dari sebelumnya, khususnya untuk menyongsong era globalisasi mendatang. Data dari WHO Mental Health Atlas 2005 menuju permasalahan besar diwilayah negara berkembang adalah pada sumber daya manusia. Berdasarkan laporan yang dibuat UNDP tahun 2005 indeks pembangunan manusia ( Human development Indeks ) Indonesia pada tahun tersebut berada pada peringkat 110 dari 177 negara. Posisi indonesia itu dibawah Vietnam, Filipina, Thailand, Malaysia dan Singapura. Biaya pendidikan yang tinggi dan tidak terjangkau oleh sebagian kalangan masyarakat berpengaruh menurunkan kualitas manusia Indonesia dan potensial menumbuhkan kecemburuan sosial. Mengingat berbagai problema multi-dimensional yang masih maupun akan terus dihadapi bangsa ini menyangkut masalah ekonomi, bencana alam, terror serta berbagai wabah penyakit faktor pencetus (trigger) bagi terjadinya masalah pada kesehatan jiwa masyarakat ( kondisi psikososial di masyarakat ). Masyarakat di satu sisi dituntut agar mencapai kualitas yang lebih baik sehingga mampu bersaing dalam persaingan global namun pada waktu yang sama harus mampu mengatasi pelbagai tuntutan dan tekanan hidup yang berat. Disatu pihak terdapat kondisi high culture tension khususnya di daerah perkotaan sebagai efek dari city life sedangkan pada sisi lain dibutuhkan lebih banyak sosok manusia yang sehat. Psikofarmaka = obat psikotropik = Psikotropika Obat yang bekerja scr selektif pada susunan sarap pusat (SSP) dan mempunyai efek efek utama terhadap aktifitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari sejarah khasiat obat di segala segi termasuk sumber/asal- usulnya, sifat kimia, sifat fisika, kegiatan fisiologis/ efeknya terhadap fungsi biokimia dan faal, cara kerja, absorpsi, nasib( distribusi,

biotransformasi), ekskresinya dalam tubuh, serta efek toksiknya dan penggunaan dalam pengobatan. (Drs.H.Syamsuni, Apt : 2005) Psikofarmakologi adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat neuroleptika ( bekerja pada system saraf ). Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif. Obat-obat psikofarmakologi antara lain Antiansietas dan Hipnotik-Sedatif, antidepresan, obat penstabil mood, antikonvulsan, antipsikotik. Obat- obat ini memiliki fungsi dan efek samping yang berbeda-beda. Peran perawat di sini harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi psikofarmakologis yang tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holistic pada asuhan pasien. ( Gail W. Stuart :2002) Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropika yang bersifat neuroleptika (bekerja pada system saraf). Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif, yang meliputi : Teori biologis (somatic), mencakup : pemberian obat psikofarmaka, lobektomi dan electroconvulsi therapy (ECT) Psikoterapeutik Terapi modalitas

Obat obatan sering digunakan untuk mengatasi prilaku kekerasan dan strategi pengobatan psikofarmakologi yang sekarang memasukkan pengobatan terhadap prilaku kekerasan sebagai salah satu sindrom yang khusus. Tujuan dari terapi kasus yang akut adalah untuk menenangkan pasien sedangkan tujuan terapi kasus yang kronis adalah mengurangi frekuensi dan intensitas setiap episode prilaku kekerasan. Pengobatan jangka panjang dilakukan apabila ada penyakit yang mendasarinya. Pengobatan tambahan mungkin diperlukan apabila pendekatan terapi yang standar tidak efektif. Setiap pasien yang melakukan prilaku
3

kekerasan harus diberikan pengobatan sesegera mungkin. Pilihan pengobatan tergantung pada beberapa faktor, sangat tergantung pada riwayat dan pemeriksaan pasien, meskipun mungkin hanya sedikit waktu yang tersedia untuk memeriksa pasien karena pasien sangat berbahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain. Kondisi medis ( infeksi, toksik, fisiologik, dan metabolik ) seharusnya bisa diidentifikasi karena membutuhkan terapi dan mungkin mempengaruhi pengobatan psikofarmakologik. KONSEP PSIKOFARMAKOLOGI Psikofarmaka adalah komponen kedua dari manajemen psikoterapi Perawat perlu memahami konsep umum psikofarmaka Yang termasuk neurotransmitter: dopamine, neuropinefrin, serotonin, dan GABA (Gamma Amino Buteric Acid) Meningkat dan menurunnya kadar/konsentrasi neurotransmitter akan menimbulkan kekacauan atau gangguan mental Obat-obat psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan

neurotransmitter. Psikofarmaka dapat Mempengaruhi : Proses pikir Alam perasaan/emosi Tingkah laku Penghayatan pribadi manusia

Efek Psikofarmakologi : Efek Primer Merupakan efek klinis terhadap target

Timbul lebih lambat (dibanding efek sekunder) Digunakan untuk tujuan terapi, disesuaikan dengan gejala yang mjd sasaran terapi.

Efek Sekunder Merupakan efek samping penggunaan psikofarmaka Muncul lebih dahulu dibanding efek primer Digunakan untuk tujuan terapi, disesuaikan dengan gejala yang mjd sasaran terapi. Menurut Rusdi Maslim yang termasuk obat-obat psikofarmaka adalah golongan : 1. Anti psikotik, pemberiannya sering disertai pemberian anti Parkinson 2. Anti depresi 3. Anti maniak 4. Anti cemas (anti ansietas) 5. Anti insomnia 6. Anti obsesif-kompulsif 7. Anti panic 8. Anti parkinson

1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui jenis-jenis obat yang digunakan untuk pengobatan gangguan jiwa 2. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja dari masing-masing obat pada pengobatan gangguan jiwa 3. Untuk mengetahui efek samping dari masing-masing obat yang digunakan pada pengobatan gangguan jiwa 4. Untuk mengetahui bagaimana peran perawat dalam mengatasi kondisi pasien yang mengalami gangguan jiwa

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Antiansietas dan Hipnotik-Sedatif


Antiansietas dan hipnotif-sedatif dibagi menjadi dua kategori: benzodiazepine

dan nonbenzodiazepine, yang mencakup beberapa kelas obat. Benzodiazepin merupakan obat yang paling banyak diresepkan di seluruhkan dunia,dan dalam 20 tahun terakhir obat tersebut hampir seluruhnya menggantikan barbiturat dalam pengobatan ansietas dan gangguan tidur. Obat ini terkenal karena keefektifan dan margin keamanan yang luas. Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obat- obat yang termasuk anti ansietas antara lain: Fenobarbital Meprobamat Klordiazepoksida : : : 16-320 200-2400 15-100 mg/hari mg/hari mg/hari

2.1.1 BENZODIAZEPINE a) Mekanisme kerja Benzodiazepine diduga memberikan efek antiansietasnya melalui potensiasi yang kuat pada neurotransmiter inhibisi asam y-aminobutirat (GABA) b) Mekanisme klinis Benzodiazepin merupakan obat pilihan yang sering digunakan dalam penatalaksanaan ansietas, insomnia, dan kondisi yang berhubungan
6

dengan stress. Banyak ahli yakin bahwa terapi dengan benzodiazepine harus singkat, selama periode stress spesifik. Namun dengan pengawasan obat ini sering diberikan dalam jangka panjang.

Indikasi utama dalam penggunaan benzodiazepine adalah : 1. Gangguan ansietas umum 2. Ansietas yang berhubungan dengan depresi 3. Gangguan tidur 4. Ansietas yang berhubungan dengan gangguan fobia 5. Gangguan stress pascatrauma 6. Putus obat dan alcohol 7. Ansietas yang berhubungan dengan penyakit medis 8. Relaksasi musculoskeletal 9. Gangguan kejang 10. Ansiatas praoperasi

c) Reaksi obat Benzodiazepin tinggi,sehingga menyebabkan membahayakan. Efek samping umum yang terjadi dari benzodiazepine :
7

mempunyai overdosis fatalitas. Efek

indeks ini

teraupetik saja dan hampir hampir

yang tidak hal selalu

sangat pernah yang tidak

obat

samping dosis

merupakan

umum,berhubungan

dengan

Mengantuk,sedasi Ataksia,pusing Perasaan terpisah dari yang lain Peningkatan iritabilitas atau bermusuhan Amnesia anterogad Efek kognitif pada penggunaan jangka panjang Toleransi,ketergantungan,insomnia rebound/ansietas

Efek samping yang jarang terjadi dari benzodiazepine: Mual Sakit kepala Kebingungan Kerusakan psikomotor kasar Depresi Reaksi amuk paradoksikal

d). Merk Dagang Psycholeptics, Minortranqulizers, Anxyolitics, Ansiolitika Diazepam/Chlordiazepoxide,Klonazepam,klorazepat,Halazpam,Lor azepam,Oksazepam,Prazepam,Estazolam,Flurazepam, Temazepam, Triazolam, Quazepam.

e). Efek samping Umum : mengantuk (sedasi), Ataksia (pusing), perasaan terpisah dari orang lain, pengingkatan iritabilitas atau bermusuhan, amnesi anterograd, efek kognitif pada penggunaan jangka panjang Jarang : mual, sakit kepala, kebingungan, kerusakan psikomotor kasar, depresi, reaksi amuk paradoksial.

f). Kewaspadan Perawat penggunaan barbiturate menyebabkan banyak kerugian seperti berikut ini : 1. terjadi toleransi terhadap efek anti ansietas dari barbiturate 2. obat ini lebih adiktif 3. obat ini menyebabkan reaksi serius dan bahkan reaksi putus obat yang letal 4. obat ini berbahaya jika terjadi over dosis dan menyebabkan depresi SSP 5. obat ini mempunyai berbagai interaksi obat uang berbahaya.

2.2

ANTIDEPRESAN
9

Jenis antidepresan adalah antidepresan trisiklik (ATS), inhibitor monoamine oksidase ( MAOI), inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI), dan sekelompok antidepresan lain yang tidak termasuk tiga kelas pertama. Indikasi klinis utama untuk penggunaan antidepresan adalah penyakit depresif mayor. Obat ini juga berguna dalam pengobatan gangguan panic,gangguan ansietas lainnya, dan enuresis pada anak-anak. Berbagai riset terdahulu menunjukkan bahwa obat ini berguna untuk mengatasi gangguan deficit perhatian pada anak-anak dan bulimia serta narkolepsi. Obat anti depressant sering diberikan pada pasien yang mengalami depresi mayor. Selain itu juga untuk membantu meningkatkan mood individu yang terdepresi. Obat ini lebih memberikan efek pada membangkitkan energi. Obat anti depressant cenderung mengurangi depresi pada aspek fisik. Contohnya, mereka cenderung untuk meningkatkan tingkat aktivitas pasien untuk mengurangi gangguan makan dan tidur. Orang yang mengalami depresi berat sering mengalami insomnia oleh karena itu pemberian anti depressant harus mempertimbangkan waktu pemberian. Hal ini menjadi pertimbangan manakala beberapa pasien yang berada di rumah sakit selama periode tertentu mempunyai kecenderungan untuk melakukan bunuh diri. 2.2.1 ANTIDEPRESAN TRISIKLIK a). mekanisme kerja antidepresan trisiklik tampaknya mengatur penggunaan

neurotransmitter norepinefrin dan serotonin pada otak. b). manfaat klinis Dengan riwayat jantung yang dapat diterima dan gambaran EKG dalam batas normal, terutama bagi individu di atas usia 40 tahun, antidepresan trisiklik aman dan afektif dalam pengobatan penyakit depresif akut dan jangka panjang.

c). reaksi obat


10

Perawat harus mengetahui efek samping umum dari antidepresan dan mewaspadai efek toksik seta pengobatannya. Obatini menyebabkan sedasi dan efek samping antikolinergik, seperti mulut kering, pandangan kabur,konstipasi, retensi urine,hipotensi ortostatik, kebingungan sementara, takikardia, dan fotosensitivitas. Kebanyakan kondisi ini adalah efek samping jangka pendek dan biasa terjadi serta dapat diminimalkan dengan menurunkan dosis obat. Efek samping toksik termasuk kebingungan, konsentrasi buruk, halusinasi, delirium, kejang, depresi pernapasan, takikardia, bradikardia, dan koma.

d). kewaspadaan perawat 1. Anti depresan trisiklik dapat menjadi letal dalam dosis yang berlebihan 2. obat ini mempunyai kelambatan waktu 3-4 minggu sebelum terjadi respon terapeutik 3. tidak di ketahui adanya efek yang merugikan jangka panjang 4. tidak terjadi toleransi terhadap efek terapeutik 5. efek samping menetap sering kali dapat di minimalkan dengan sedikit menurunkan dosis 6. ATS tidak menyebabkan adiksi fisik atau ketergantungan psikologis 7. obat ini tidak menyebabkan Euporia sehingga tidak memiliki potensial penyalahgunaan 8. obat ini dapat di berikan 1x dalam sehari.

2.2.2 HIPOTESISI : 11

syndroma depresi disebabkan oleh defisiensi salah satu/beberapa aminergic neurotransmitter (seperti: noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di SSP, khususnya pada sistem limbik. a). Mekanisme kerja obat: Meningkatkan sensitivitas terhadap aminergik neurotransmiter Menghambat re-uptake aminergik neurotransmitter Menghambat penghancuran oleh enzim MAO (Mono Amine Oxidase) sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergik neurotransmitter pada neuron di SSP. b). Efek farmakologi: Mengurangi gejala depresi Penenang

c). Indikasi: syndroma depresi d). Merk Dagang : trisiklik (generik), MAO inhibitor, amitriptyline e). Efek samping: yaitu efek samping kolonergik (efek samping terhadap sistem saraf perifer) yang meliputi mulut kering, penglihatan kabur, konstipasi, hipotensi orthostatik. 2.2.3 Thymoleptics, Psychic Energizers, Antidepresan. a). Merk Dagang : Amitriptylin

Amitriptylin : 75-300 mg/hari.

Untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan somatik. Dosis

Imipramin

Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari.
12

b). Mekanisme kerja menghambat re-uptake aminergic neurotransmiter, menghambat

penghancuran oleh enzim monoamine oxidase sehingga tjd peningkatan jumlah aminergic neurotransmiter pana sinaps neuron di SSP. c). Efek samping : - Sedasi - Efek Antikolinergik - Efek Anti Adrenergik Alfa - Efek Neurotoksik 2.2.1 INHIBITOR MONOAMIN OKSIDASE ( MAOI ) a). Mekanisme kerja MAOI menghambat monoamine oksidase di dalam otak dan di seluruh tubuh. Dengan menghambat MAO di dalam otak, makin sedikit norepinefrin yang dimetabolisme sehingga meningkatkan ketersediaannya dalam sinaps. b). Manfaat klinis MAOI adalah antidepresan yang sangat efektif dan obat antipanik yang jarang digunakan serta sangat ditakuti penggunaannya. Karena dapat menyebabkan krisis hipertensi jika mengonsumsi makanan yang mengandung tiramin dan obat-obat tertentu bersamaan dengan obat ini, penyuluhan kesehatan yang cermat pada pasien yang rentan sangat penting dilakukan.

c). Reaksi obat

13

Efek samping MAOI mencakup pusing, konstifasi,disfungsi seksual, kedutan otot, mengantuk, mulut kering, retensi cairan, insomnia, kesulitan memulai berkemih, dan peningkatan berat badan. d). Kewaspadaan Perawat 1. MAOI dapat menjadi letal dalam dosis yang berlebihan 2. pembatasan diet harus di mulai dalam beberapa hari sebelum pemberian obat, di pertahankan selama minum obat dan dilanjutkan selama 2 minggu setelah penghentian terapi 3. obat ini tidak menyebabkan adiksi 4. tidak terjadi toleransi terhadap efek terapetik 5. MAOI menurunkan kemampuan tubuh untuk menggunakan vitamin B6 sehingga mungkin diperlukan pemberian suplemen. 2.2.4 INHIBITOR REUPTAKE SEROTONIN SELEKTIF (SSRI) a). mekanisme kerja SSRI menghambat reuptake serotonin pada membrane prasinaptik. Dengan demikian, SSRI meningkatkan neurotransmisi serotonin dalam otak. Salah satu antidepresan terbaru : venlafaksin, dapat meningkatkan kadar serotonin dan norepinefrin. Jadi, venlafaksin mempunyai spectrum aktivitas yang luas dan disebut inhibitor reuptake nonselektif.

b) manfaat klinis

14

SSRI tidak hanya mewakili pendekatan baru untuk pengobatan depresi dan gangguan lain ( mis: gangguan panic,gangguan obsesifkompulsif), tetapi juga dapat memberikan pilihan pengobatan yang lebig aman daripada antidepresan lain karena obat ini relative aman dalam keadaan overdosis. Selain itu, SSRI memiliki profil efek samping yang aman daripada ATS dan MAOI. c).reaksi obat SSRI mempunyai efek antidepresan yang sebanding dengan kelas antidepresan lainnya tetapi tanpa efek samping antikolinergik, kardiovaskular, dan sedative yang signifikan. Efek samping yang paling umum mencangkup mual, diare, insomnia, muulut kering, gelisah, sakit kepala, disfungsi seksual, mengantuk, pusing, dan berkaringat. Sebagian besar kondisi ini merupakan efek samping jangka pendek dan dapat diminimalkan dengan tindakan suportif, mentitrasi dosis, atau mengubah jadwal pengobatan. d). Merk Dagang Amoksapin, bupropion, Maprotilin, Mirtazapin, Trazodon.

2.3

OBAT PENSTABIL MOOD


15

Litium Bangsa Yunani pertama kali menggunakan metal lithium untuk obatobatan psycho active. Mereka menentukan kandungan air mineral untuk pasien dengan gangguan bipolar afektif, walaupun demikian mereka belum memahami mengapa hal ini kadang-kadang bisa menghasilkan kesembuhan. Akibat ini kemungkinan besar dikarenakan air mineralyang mengandung lithium. Metal lithium dalam bentuk tablet dapat meratakan hasil periode tingkah laku depresif pada tingkat sedang dari persediaan norephinephrin terhadap otak. a). mekanisme kerja Litium adalah garam yang terbentuk secara alamiah, dan mekanisme kerja yang pasti tidak diketahui dengan baik. Banyak fungsi neurotransmiter yang berubah. b). manfaat klinis Episode mania akut dan hipomania serta penyakit bipolar kambuhan merupakan indikasi terapi litium yang paling sering terjadi. Gangguan lain dengan komponen afektif, seperti depresi unipolar kambuhan, gangguan skizoafektif, katatonia, reaksi amuk,dan alkoholisme, kadang efektif diobati dengan litium, terutama jika gangguan ini terjadi secara periodic atau siklis. c). reaksi obat Pasien dapat menggunakan litium selama selama beberapa tahun. Pasien harus diberi tahu tentang penyebab umum terjadinya peningkatan kadar litium dan cara untuk menstabilkan kadar teraupetik. Efek samping litium mencakup tremor halus pada tangan, keletihan,sakit kepala,ketumpulan mental, letargi, poliuria, polidipsia, iritasi lambung, mual ringan,muntah, diare,akne, perubahan EKG , dan peningkatan berat badan. Tanda tanda toksisitas litium berhubungan dengan kadar litium dan meliputi anoreksia, mual, muntah,diare, tremor kasar pada tangan,

16

kedutan, letargi, disartria, ataksia, demam, tanda-tanda vital tidak teratur, kejang, dan koma.

Mood Modullators, Mood Stabilizers, Antimanics

a). Merk Dagang : Lithium Carbonate, Karbamazepin, Asam valproat, Lamotrigin, Gabapentin, Topirat, Olanzapin.

b). Mekanisme Kerja : Efek anti mania dari lithium carbonate disebabkan kemampuanya mengurangi dopamine reseptor supersensitivity, meningkatkan cholinergic muscarinic activity, dan menghambat cyclic adenosine monophospate. menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas reseptor dopamine.

c). Efek farmakologi : Mengurangi agresivitas, Tidak menimbulkan efek sedative,

mengoreksi/mengontrol pada tidur, irritable dan adanya flight of idea.

Efek samping dini : Mulut kering, haus, gastrointestinal distres, kelemahn otot, poliuria, tremor halus

Efek samping lain: hipotiroidisme, peningkatan BB, odema, lekositosis, gangguan daya ingat dan konsentrasi.

17

Efek samping : efek samping neurologik ringan : fatigue, lethargi, tremor di tangan terjadi pada awal terapi dapat juga terjadi nausea, diare.

Efek toksik : pada ginjal (poliuria, edema), pada SSP (tremor, kurang koordinasi, nistagmus dan disorientasi; pada ginjal (meningkatkan jumlah lithium), sehingga menambah keadaan oedema.

d). Indikasi :

Mania dan hipomania, lebih efektif pada kondisi ringan. Pada mania dengan komdisi berat pemberian obat anti mania dikombinasi dengan obat antipsikotik

2.4

ANTIKONVULSAN
Dalam dua decade terakhir, beberapa antikonvulsan telah berhasil digunakan untuk mengobati penyakit bipolar. Karbamazepin (tegretol) memiliki berbagai efek pada otak yang

membantu menstabilkan mood. Efek samping meliputi mengantuk, pusing,ataksia, pandangan kabur, mual, muntah, dan ruam kulit. Masalah yang jarang terjadi serius adalah agranulositosis; sehingga kadar dalam darah dan hitung darah lengkap sering dipantau. Valproat ( depakote) adalah antikonvulsan lain yang digunakan

dalam pengobatan penyakit bipolar. Pada umumnya obat ini ditoleransi dengan baik dan efek sampingnya meliputi anoreksia, mual, muntah, diare, tremor, sedasi, ataksia,

18

peningkatan berat badan, dan sangat jarang terjadi pancreatitis dan disfungsi hati yang mengharuskan pemeriksaan laboratorium yang teratur.

Kewaspadaan Perawat 1. toksisitas litium adalah kedaruratan yang mengancam jiwa 2. kadar dalam darah harus sering dipantau 3. pengobatan mungkin saja gagal 4. litium juga dapat di kombinasikan dengan anti depresan lain 5. pasien menbutuhkan penyuluhan yang cermat tentang rumatan kadar litium 6. litium kadang kala digunakan untuk meningkatkan ke efektifan anti depresan lain

2.5

ANTIPSIKOTIK
Anti psikotik termasuk golongan mayor trasquilizer atau psikotropik : neuroleptika.

19

Indikasi pemberian :Pada semua jenis psikosa, kadang untuk gangguan maniak dan paranoid.

Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan waham. Pada kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi parah, harus diberikan obat antipsikotik secara intramuskular. Sedangkan jika klien gagal berespon dengan obat pada dosis yang cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari kelas lain harus diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan yang paling sering adalah ketidakpatuhan klien minum obat. Kondisi ini harus diperhitungkan oleh dokter dan perawat. Sedangkan terapi yang berhasil dapat ditandai adanya suatu penyesuaian sosial, dan bukan hilangnya waham pada klien.

Obat anti psikotik sangat efektif untuk menghilangkan halusinasi dan konfusi dari satu episode schizophrenia akut serta membantu pemulihan proses berpikir yang rasional.

Obat ini tidak menyembuhkan schizophrenia, akan tetapi membantu pasien agar dapat berfungsi diluar rumah sakit. Anti psikotik dapat mempersingkat masa perawatan pasien dan mencegah kekambuhan.

Walaupun demikian obat ini memiliki efek samping terhadap mulut menjadi kering, pandangan kabur, konsentrasi berkurang hingga gejala neurologis.

a. Mekanisme kerja Antipsikotik adalah antagonis dipamin dan menyekat reseptor dopamine dalam berbagai jaras di otak. Antipsikotik atipikal juga meningkatkan keefektifan serotonin.

20

menahan kerja reseptor dopamine dalam otak (di ganglia dan substansia nigra) pada system limbic dan system ekstrapiramidal.

b. Manfaat klinis Golongan kimia antipsikotik tipikal yang konvensional debedakan oleh kedalaman, jenis, dan keparahan efek samping yang dihasilkan. Keefektifan klinis keseluruhan obat tersebut dalam dosis yang ekuivalen adalah sama.

Antipsikotik atipikal terbaru seperti klozapin, risperidon, olanzapin, dan ziprasidon, mempunyai efek klinis yang lebih besar daripada antipsikotik kelas lain dengan efek samping ekstrapiramidal akut yang minimal.

Penggunaan utama antipsikotik untuk mengatasi skizifrenia, sindrom otak organic dengan psikosis, fase manic penyakit manic-depresif, dan depresi berat dengan psikosis. Obat ini juga berguna untuk pasien yang mengalami ansietas berat dan menyalahgunakan obat atau alcohol karena benzodiazepine dikontraindikasikan bagi mereka.

c. Reaksi obat Efek samping antipsikotik banyak dan bervariasi serta menuntut banyk perhatian klinis dari perawat untuk memberikan perawatan yang optimal. Beberapa efek samping hanya menyebabkan rasa tidak nyaman bagi pasien, dan kebanyakan mudah ditangani, tetapi beberapa di antaranya mengancam jiwa. Perawat harus member perhatian khusus pada gejala atau sindrom ekstrapiramidal ( EPS), baik jangka pendek maupun jangka panjang.
21

Efek farmakologi : sebagai penenang, menurunkan aktifitas motorik, mengurangi isomnia, sangat efektif mengatasi : delusi, halusinasi, ilusi dan gangguan proses berfikir.

Obat-obat yang paling umum untuk mangatasi EPS jangka pendek adalah: 1. Benztropin, 1 sampai 6 mg/hari 2. Triheksifenidil, 1 sampai 10 mg/hari
3. Difenhidramin, 25 sampai 150 mg/hari 4. Chlorpromazine (thorazin) disingkat (CPZ), dosis awal : 325

mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis tertinggi :1000 mg/hari secara oral.
5. Halloperidol disingkat Haldol, Dosis awal : 31 mg, dan

bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari.


6. Serenase, Dosis awal : 30,5 mg sampai 3 mg.

Efek merugikan klozapin yang paling serius adalah agranulositosis, yang terjadi pada kira-kira 1% sampai 2% pasien. Efek samping yang lebih umum terjadi yaitu reaksi distonik akut : krisis okulogirik, tortikolos (leher miring), Akatisia, sindrom Parkinson :(akinesia, rigiditas cogwheel, tremor halus), diskinesia Tardif, kejang. Merk Dagang : Chlorpromazine (CPZ) Mekanisme Kerja :
22

Memblokade Dopamine pada reseptor pasca sinaps neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal. Efek Samping : - Sedasi dan Inhibisi Psikomotor - Gangguan Otonomik - Gangguan Ekstrapiramidal - Ggn Endokrin, metabolik, hematologik.

EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK a. Efek samping pada system saraf (extrapyramidal side effect/EPSE) 1). Parkinsonisme Efek samping ini muncul setelah 1 3 minggu pemberian obat. Terdapat trias gejala parkonsonisme: Tremor : paling jelas pada saat istirahat Bradikinesia : muka seoerti topeng, berkurang gerakan reiprokal pada saat berjalan Rigiditas : gangguan tonus otot (kaku) 2). Reaksi distonia : kontraksi oto singkat atau bisa juga lama Tanda-tanda : muka menyeringai, gerakan tubuh dan anggota tubuh tidak terkontrol 3). Akathisia

23

Ditandai oleh perasaan subyektif dan obyektif dari kegelisahan, seperti adanya perasaan cemas, tidak mampu santai, gugup, langkah bolak-balik dan gerakan mengguncang pada saat duduk. Ketiga efek samping diatas bersifat akur dan bersifat reversible (bisa ilang/kembali normal). 4). Tardive dyskinesia Merupakan efek samping yang timbulnya lambat, terjadi setelah

pengobatan jangka panjang bersifat irreversible (susah hilang/menetap), berupa gerakan involunter yang berulang pada lidah, wajah, mulut/rahang, anggota gerak seperti jari dan ibu jari, dan gerakan tersebut hilang pada saat tidur.

b. Efek samping pada system saraf prifer atau anti cholinergic side effect Terjadi karena penghambatan pada reseptor asetilkolin. Yang termasuk efek samping anti kolinergik adalah : 1. Mulut kering 2. Konstipasi 3. Pandangan kabur : akibat midriasis pupil dan sikloplegia (pariese otototot siliaris) menyebabkan presbiopia 4. Hipotensi orthostatic, akibat penghambatan reseptor adrenergic 5. Kongesti/sumbatan nasal

d). Kewaspadaan Perawat Pedoman untuk pemberian anti psikotik : 1) kebutuhan dosis anti psikotik idividu sangat bervariasi
24

2) setelah pembagian dosis pertama, pasien dapat menerima dosis sekali tiap hari
3) perbaikan gejala biasanya terjadi dalam 2 atau 3 hari dalam 2

minggu.

Efektif

yang

optimal

dapat

berlangsung

dalam

beberapa bulan 4) beberapa pasien membutuhkan terapi medikasi anti psikotik sepanjang hidupnya 5) pengawasan terhadap diskinesia Tardif (EPS jangka panjang) harus di lakukan sedikitnya setiap bulan dalam terapi jangka panjang dengan anti psikotik konvensional

6) perawatan klinis yang baik untuk pasien yang mendapatkan klozapin terhadap hitung darah lengkap setiap minggu untuk memantau penurunan jumlah sel darah putih dan peresapan klozapin yang di berikan utuk 1 minggu sekaligus

2.6. Anti Isomnia


1. Benzodiazepin Receptor Agonist (BzRA) Merupakan pengobatan untuk insomnia yang paling umum digunakan, yang bekerja pada reseptor GABA Keunggulan potensial : a. Terbukti efektif dalam perawatan insomnia Kekurangan potensial : b. Dapat menimbulkan efek-efek psikomotor yang terjadi di tengah malam atau di hari berikutnya, seperti : Ataxia
25

Sedasi sepanjang hari Efek-efek kognitif Sesak pada pernafasan

c. Toleransi pada penghentian d. Insomnia pantulan e. Memiliki potensi penyalahgunaan dan ketergantungan (semua obat golongan BzRA memiliki batas waktu dalam pemberian resep).

2.

Ramelteon a. Bekerja pada potensi reseptor agonist MT1/MT2 yang selektif b. Terjadi afinitas yang tidak berarti pada reseptor GABA sehingga tidak menyebabkan kecanduan, toleransi, penyalahgunaan dan efek samping negative seperti pada obat-obatan BzRA c. Merupakan anti-insomnia pertama dengan kandungan yang tidak mengkontrol dan tidak berpotensi menimbulkan ketergantungan dan penyalahgunaan

2.7. Obat Anti Obsesif Kompulsif : clomipramine 2.8. Obat Anti Panik : imipramine 2.9. Anti Parkinson
Mekanisme kerja : meningkatkan reseptor dopamine, untuk mengatasi gejala pakinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik. Efek samping : sakit kepala, mual, muntah dan hipotensi.

26

Jenis obat yang sering digunakan : levodova, tryhexifenidil (THF) 1. Triheksipenydil (Artane) Untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15 mg/hari
2. Difehidamin :

Dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari

2.10. Peran perawat


Perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi

psikofarmakologi yang tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holistic pada asuhan pasien. Peran perawat meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Pengkajian pasien. pengkajian pasien memberikan landasan pandangan tentang masing-masing pasien 2. Koordinasi modalitas terapi. koordinasi ini mengintegrasikan berbagai terapi pengobatan dan sering kali membingungkan bagi pasien 3. Pemberian agens psikofarmakologis. Program pemberian obat dirancang secara professional dan bersifat individual. 4. Pemantauan efek obat. Termasuk efek yang diinginkan maupun efek samping yang dapat dialami pasien 5. Penyuluhan pasien. Memungkinkan pasien untuk meminum obat dengan aman dan efektif 6. Program rumatan obat. Dirancang untuk mendukung pasien di suatu tatanan perawatan tindak lanjut dalam jangka panjang.

27

7. Pastisifasi dalam penelitian klinis antardisiplin tentang uji coba obat. Perawat merupakan anggota tim yang penting dalam penelitian obat yang digunakan untuk mengobati pasien gangguan jiwa 8. Kewenangan untuk memberikan resep. Beberapa perawat jiwa yang memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman sesuai dengan undang-undang praktik negaranya boleh meresepkan agens farmakologis untuk mengobati gejala dan memperbaiki status fungsional pasien yang mengalami gangguan jiwa

2.10.1 PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT Pengumpulan data sebelum pengobatan, meliputi : Diagnosa medis Riwayat penyakit Riwayat pengobatan Hasil pemeriksaan laboratorium (yang berkaitan) Jenis obat yang digunakan, dosis, cara dan waktu pemberian Program terapi lain Mengkombinasikan obat dengan terapi modalitas Pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga, tentang pentingnya minum obat dan penanganan efek samping obat Monitor efek samping penggunaan obat

2.10.2 Melaksanakan prinsip pengobatan psikofarmaka Persiapan Melihat order pemberian obat dilembar obat (di status)
28

Kaji setiap obat yang diberikan termasuk tujuan, cara kerja obat, dosis, efek samping dan cara pemberian

Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang obat Kaji kondisi klien sebelum pengobatan Lakukan minimal prinsip lima benar dalam pemberian obat Lakukan program pemberian obat Gunakan pendekatan tertentu Bantu klien minum obat, jangan ditinggal Pastikan bahwa obat telah diminum Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian obat, sebagai aspek legal

Laksanakan program pengobatan berkelanjutan, melalui program rujukan

Menyesuaikan dengan terapi non farmakologik Turut serta dalam penelitian tentang obat-obat psikofarmaka

2.11 EVALUASI
Reaksi obat efektif jika : Emosional stabil Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat Halusinasi, agresi, delusi, menarik diri menurun Perilaku mudah diarahkan Proses berfikir kearah logika
29

Efek samping obat Tanda-tanda vital : tekanan darah, denyut nadi

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan


30

Dari pembahasan di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa Psikofarmakologi

adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat neuroleptika ( bekerja pada system saraf ). Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif. Obat- obat yang sering digunakan adalah obat jenis Antiansietas dan HipnotikSedatif, antidepresan, obat penstabil mood, antikonvulsan,dan antipsikotik. Obat ini memiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan penyakit jenis apa yang di derita oleh pasien yang mengalami gangguan jiwa. selain itu perawat juga memiliki peran penting yaitu peran sebagai ; Pengkajian pasien, Koordinasi modalitas terapi, Pemberian agens psikofarmakologis, Pemantauan efek obat, Penyuluhan pasien, Program rumatan obat, Pastisifasi dalam penelitian klinis antardisiplin tentang uji coba obat, Kewenangan untuk memberikan resep.

DAFTAR PUSTAKA
Gail W. Stuart,2002, BUKU SAKU KEPERAWATAN JIWA, EGC : Jakarta Syamsuni, Drs. H , 2005, FARMASETIKA DASAR DAN HITUNG FARMASI, EGC : jakarata. http://www.medcape.com/viewarticle.
31

www.Google.com (senin,23 November 2009, pukul 10.40 WIB)

32

You might also like