You are on page 1of 61

No.

47, 1987
International Standard Serial Number: 0125 – 913X

Diterbitkan oleh:
Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma

Daftar Isi :
2. Editorial

Artikel:

3. Diit Protein dan Ginjal


7. Nefropati Imunoglobulin A
11. Pengobatan Dosis Tunggal Pada Infeksi Saluran Kemih
Karya Sriwidodo 15. Hipertensi Pada Diabetes Melitus
19. Hipertensi dengan Kehamilan
Alamat redaksi:
21. Kelainan Ginjal Pada Penyakit Tropik
Majalah CERMIN DUNIA KEDOKTERAN 25. Masalah Penggunaan Diuretika
P.O. Box 3105 Jakarta 10002 Telp.4892808
Penanggung jawab/Pimpinan umum:
Dr. Oen L.H. 28. Pemeliharaan Pendengaran di Industri
Pemimpin redaksi : Dr. Krismartha Gani,
Dr. Budi Riyanto W.
32. EMIT: Salah Satu Cara Penetapan Obat Dalam Serum Untuk
Dewan redaksi : DR. B. Setiawan, Dr. Bam- Pemantauan Kadar Terapi
bang Suharto, Drs. Oka Wangsaputra, DR.
Rantiatmodjo, DR. Arini Setiawati, Drs.
36. Penderita Penyakit Jantung Psikosomatik di Rumah Sakit
Victor Siringoringo. Dr. Pirngadi Medan
Redaksi Kehormatan: Prof. DR. Kusumanto
Setyonegoro, Dr. R.P. Sidabutar, Prof. DR.
39. Sklerema Neonatorum
B.Chandra, Prof. DR. R. Budhi Darmojo, 42. Terapi Artritis dengan Yetrium – 90
Prof. Dr. Sudarto Pringgoutomo, Drg. I.
Sadrach.
44. Pengobatan Epilepsia dengan Karbamazepin
No. Ijin : 151/SK/Dit Jen PPG/STT/1976, 48. Imunisasi Campak dan Beberapa Permasalahannya
tgl.3 Juli 1976.
Pencetak : PT. Temprint.
53. Cairan Hemodialisis
55. Hukum & Etika: Tepatkah Tindakan Saudara ?
Tulisan dalam majalah ini merupakan pandang- 57. Humor Ilmu Kedokteran
an/pendapat masing-masing penulis dan tidak 59. Ruang Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran
selalu merupakan pandangan atau kebijakan
instansi/lembaga/bagian tempat kerja si penulis 60. Abstrak-abstrak
Penyakit ginjal dan saluran kencing memang belum mencapai sepuluh penyebab utama morbi-
ditas dan mortalitas di Indonesia, akan tetapi kelompok penyakit ini makin lama makin terdapat
di banyak jenis pelayanan kesehatan, dari yang primer sampai ke yang tertier. Di negara yang
lebih dahulu berkembang dari negara kita, dilihat kenyataan bahwa pola penyakit sering cepat
berubah, sejalan dengan perubahan kondisi sosio-ekonomi-budaya. Dikemudian hari, diduga di
Indonesia penyakit gin/al dan saluran kencing serta hipertensi akan meningkat dalam jumlah
dan kepentingan.
Pada edisi. Cermin Dunia Kedokteran kali ini, Redaksi memberi kesempatan pada Sub-
bagian Gin/al dan Hipertensi. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia mengisi dengan judul pilihan. Dokter Suhardjono dan kawan-kawan menulis tentang
pandangan baru tentang pentingnya diet pada Gagal Ginjal, bukan sa/a untuk sedapat mungkin
memelihara homoeostasis, tetapi juga untuk memperlambat laju gaged ginjal ke arah terminal.
Nefropati IgA merupakan suatu kelompok nefropati yang baru dikenal dan belum banyak
menarik perhatian di Indonesia. Dirasakan perlunya pengetahuan dokter di semua tingkat pe-
layanan kesehatan tentang kelompok penyakit ini, karena pengetahuan yang dini akan me-
ngurangi pemeriksaan dan pengobatan yang tak perlu sehingga menghindarkan pemborosan
dan mempercepat pencegahan progessi bila memungkinkan. Nefropati IgA ini dibahas dokter
Markum dan kawan-kawan dengan cara yang memungkinkan pembaca mengenalinya dalam
waktu pendek. Dua topik penanggulangan dengan obat yang sangat lazim dilakukan, yaitu
dengan obat antimikroba dosis tunggal dan diuretik, dibahas oleh dokter Roemiati Oesman dan
dokter Parlindungan Siregar beserta kawan-kawan. Pengetahuan tentang hipertensi dewasa ini
sudah mulai. merata dan meningkat di kalangan dokter-dokter di Indonesia dan sudah waktunya
pula kita diperlengkapi dengan pengenalan kelompok khusus penderita hipertensi. Hipertensi
pada wanita hamil dibahas oleh dokter Jose Roesma dan kawan-kawan. Seperti nyata dari
tulisan tersebut, ia mempunyai profil patofisiologi yang berbeda dari kelompok umum dan harus
ditanggulangi dengan cara tersendiri pula. Hipertensi pada diabetes melitus memegang
peranan penting, karena berperan sebagai penyebab laju perjalanan penyakit ke arah gaga/
ginjal terminal. Profil patofisiologi dan penanganan yang khusus dituliskan oleh dokter Wiguno.
Di Indonesia, penyakit tropik dan infeksi seperti kita ketahui memegang peran yang terpenting,
tetapi tidak sering kita perhatikan bahwa penyakit tropik dapat menyebabkan nefropati. Dokter
Endang Susalit dan kawan-kawan menuliskan dalam garis besar tentang nefropati Penyakit
tropik ini.
Topik pilihan kami, belum tentu menjadi topik pilihan pembaca, karena itu umpan balik
tentang topik dan isi topik sangat kami harapkan.

Terimakasih
R.P. Sidabutar

2 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


Artikel

Diit Protein dan Ginjal


Dr. Suhardjono, Dr. Pudji Rahardjo, Dr. Roemiati Oesman, Dr. M.S. Markum
Subbagian Ginjal-Hipertensi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / RS. Ciptomangunkusumo, Jakarta

PENDAHULUAN khususnya pada fase preterminal, terutama mengenai peng-


Belum lama berselang ini, diit restriksi protein (RDP) pada aruhnya terhadap progresivitas kemunduran fungsi ginjal,
insufisiensi gijal/gangguan fungsi ginjal (GFG) menjadi topik mekanisme, dan aplikasinya.
yang banyak menarik minat dan perhatian para penyelidik di
bidang nefrologi. DRP ternyata dapat memperlambat kemun-
duran fungsi ginjal pada penderita-penderita yang sudah meng- Tabel 1. Prinsip-prinsip pengelolaan gagal ginjal kronik
alami gangguan fungsi ginjal. Hal ini sangat berarti, oleh
karena dapat memperlambat penderita masuk ke dalam tahap 1. Pastikan berat dan etiologi gagal ginjal kronik.
2. Pengobatan konservatif bila etiologi diketahui dan kliren krea-
gagal ginjal terminal (GGT), di mana penderita harus tinin > 5 ml/menit.
mengalami dialisis kronik atau transplantasi ginjal untuk a. Rencanakan diit dan jumlah cairan
mempertahankan hidupnya. b. Atasi;
Selain itu, diit restriksi protein sudah lebih dari 100 tahun Hipertensi,
anemia,
dianjurkan untuk mengurangi keluhan-keluhan uremia. Tetapi gangguan elektrolit,
hal ini kurang populer, sulit dijalankan karena pilihan makanan osteodistrofi,
pada DRP yang mengandung protein nilai biologik tinggi amat bakteriuria,
terbatas (monoton) dan tidak enak, memerlukan motivasi dan hiperurikemi berat
keluhan gastrointestinal,
usaha yang besar. Saat ini hal-hal seperti itu dapat diatasi kelainan neuromuskuler,
dengan adanya sediaan asam amino esensial (AAE) atau pruritus.
analognya, sehingga diit restriksi protein bisa dijalankan c. Hindari:
dengan baik. obat-obatan nefrotoksik,
kontras radiologi apabila tak begitu perlu,
Diit rendah protein ini sebelumnya hanyalah salah satu tindakan instrumen/invasif,
usaha dari banyak cara untuk memperlambat perburukan kehamilan dengan resiko tinggi,
seperti yang dapat dilihat pada tabel 11. Kesemua usaha ini zat toksik.
disebut sebagai penanganan secara konservatif gagal ginjal. 3. Refer ke pusat Nefrologi jika etiologi tak jelas, khususnya pada
keadaan penurunan fungsi ginjal yang cepat, progresif atau
Secara lebih terperinci, masalah terapi konservatif gagal ginjal TKK < 5 ml/menit.
kronik dapat dilihat di buku Gagal ginjal kronik, diagnosis dan
penanggulangannya2. Dikutip dari (1). TKK = Tes kliren kreatinin.
Walaupun pada saat ini bidang dialisis dan transplantasi
sebagai terapi pengganti gagal ginjal sudah sangat maju, tetap
saja tidak dapat memenuhi banyaknya penderita yang me- FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
merlukan tindakan tersebut. Hal ini antara lain disebabkan PROGRESIVITAS KEMUNDURAN FUNGSI GINJAL3,4,5
keterbatasan biaya dan fasilitas, yang bahkan terjadi juga di
negara maju. Oleh karena itu, tindakan pencegahan GGT Kehilangan sebagian fungsi ginjal
menempati posisi yang amat penting. Pada tingkat gagal ginjal tertentu, kemunduran fungsi
Makalah yang singkat ini akan membicarakan DRP pada ginjal akan berjalan secara cepat. Hal ini tetap akan terjadi
gangguan fungsi ginjal (insufisiensi ginjal, gagal ginjal kronik) walaupun penyakit atau keadaan yang menyebabkan kerusak-

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 3


an ginjal tersebut bervariasi, tergantung antara lain oleh pe-
nyakit dasarnya. Pada penderita yang mempunyai kadar krea-
tinin 5 mg%, Ahlmen mendapatkan angka rata-rata (median)
terjadinya gagal ginjal terminal pada nefropati diabetes melitus
dalam waktu 6 bulan, glomerulonefritis 10 bulan, dan 14 bulan
pada pielonefritis nonobstruktif.
Baik pada manusia ataupun pada binatangpercobaan telah
dapat dibuktikan bahwa pada ginjal yang tersisa setelah nefrek-
tomi, terjadi perubahan-perubahan fungsional dan struktural.
Perubahan ini terjadi dalam rangka mengambil alih fungsi gin-
jal yang hilang oleh karena nefrektomi. Proses ini disebut juga
sebagai usaha kompensasi (compensatory) atau penyesuaian.
Perubahari morfologi yang sering terjadi adalah sklerosis pada
glomeruli dan didapatkannya proteinuria. Semakin banyak
kehilangan jaringan ginjal, semakin cepat pula proses ke tahap
terminal.
Dari beberapa penyelidikan didapatkan, perubahan struktur
glomerulus yang terjadi setelah nefrektomi adalah disebabkan
meningkatnya secara terus-menerus tekanan dan aliran darah ka-
piler glomerulus sebagai usaha kompensasi. Dari penyelidikan Gambar 1. Skema hipotesis hubungan perubahan kompensasi hedo-
pungsi mikro ginjal pada keadaan ini, dilatasi arteriol ginjallah dinamik glomerulus pada glomerulus yang utuh dengan
yang menyebabkan peningkatan aliran darah ke glomerulus. perubahan patologik. Modifikasi dari Hostetter, (4) dan
Harris dkk (9).
Pengaruh diit pada ginjal
Sejak lama sudah diketahui bahwa protein dapat mem- Selain itu masih ada pula faktor-faktor lain yang masih ada
pengaruhi fungsi ginjal. Anjing yang diganti makanannya dari hubungannya dengan diit, yang berperan dalam kemunduran
karbohidrat menjadi daging menunjukkan peningkatan aliran fungsi ginjal.
darah ginjal dan laju filtrasi glomeruler (LFG) sampai 100%. 1) Fosfor. Selain dengan mengurangi absorpsi fosfor, dengan
Demikian juga pada tikus yang diberi diit tinggi protein 35%, restriksi protein, asupan fosfor juga akan menurun. Diit rendah
dibandingkan dengan yang diberi hanya 6%, didapatkan LFG fosfor memperlambat proses perburukan ginjal dengan jalan:
yang 70% lebih tinggi. Addis, yang pertama kali mengajurkan a. mengurangi pengendapan garam kalsiumfosfat di ginjal.
dill rendah protein, menganggap bahwa mengekskresi urea b. mengurangi efek kompensasi hemodinamik glomerulus.
memerukan kerja dari ginjal, sehingga pada gagal ginjal beban c. menghambat respon inflamasi.
kerja ini perlu dikurangi. Pada manusia, yang mendapat nutrisi 2) Lipid, mempunyai pengaruh terhadap perjalanan penyakit
parenteral, selama pemberian asam amino (sama dengan 150 g ginjal pada beberapa model/percobaan penyakit ginjal. Bebe-
protein) menunjukkan peningkatan LFG 50% lebih tinggi rapa fraksi lemak, terutama LDL, dapat menyebabkan ke-
dibanding pada saat tidak diberi. Dari berbagai percobaan rusakan lebih besar pada struktur mesangial dan glomerular
didapat kesan, penyebab peningkatan perfusi dan filtrasi basement membrane.
glomeruler ini agaknya oleh karena kerja horman tertentu atau Apabila peningkatan tekanan dan aliran darah glomerular
media lainnya yang diinduksi oleh makanan mengandung amat penting dalam proses kemunduran fungsi ginjal pada
tinggi protein. insufisiensi/gagal ginjal, usaha-usaha penurunan tekanan darah
Binatang percobaan yang diberi makan ad libitum terus glomerular akan dapat memperlambat proses kemunduran ini.
menerus, (protein tinggi) pada sebagian besar akan terjadi Diit rendah protein tampaknya merupakan salah satu usaha
proteinuri dan sklerosis glomeruler. Kejadian ini dapat dihindari yang telah terbnkti.
dengan pemberian makanan yang selang sehari atau dengan
jumlah yang lebih sedikit sampai 1/2 – 2/3 nya. Bukti-bukti ini DIIT RESTRIKSI PROTEIN
menunjukkan adanya kemungkinan bahwa peningkatan Konsep dasar diit rendah protein adalah memberikan protein
tekanan dan aliran intra ginjal oleh karena diit tinggi protein dalam jumlah terbatas bersama dengan jumlah energi yang
berkaitan erat dengan terjadinya sklerosis glomeruler. cukup.
Walaupun sklerosis glomerulus terjadi pada orang normal Dalam DRP ini ada beberapa hal yang perlu mendapat per-
dengan meningkatnya usia (10 – 30% dari total glomerulus hatian:
menjadi sklerosis pada usia 40 – 80 tahun), tetapi hal ini tidak 1) Protein yang diberikan tidak boleh terlalu kurang atau terlalu
membahayakan karena fungsi ginjal masih mencukupi. Lain tinggi.
halnya apabila pasien yang sudah kehilangan sebagian fungsi Hal ini dapat dinilai antara lain dengan pengukuran asupan
girtjal dibebani lagi dengan makan ad libitum (protein tinggi), nitrogen. Pada pasien yang stabil keadaannya, terdapat korelasi
maka pada keadaan ini proses sklerosisnya akan lebih cepat antara rasio ureum/kreatinin serum dengan asupan nitrogen.
terjadi. Walaupun cara ini cukup akurat dan mudah, ada beberapa

4 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


keadaan yang membuat kesalahan perhitungan, yaitu antara Apabila terdapat proteinuria, maka setiap kehilangan
lain pada keadaan katabolik, diuresis kurang dari 1500 ml protein diganti dengan protein nilai biologik tinggi sejumlah
(produksi ureum meninggi). yang sama. Pada LFG/TKK kurang dari 5 ml/menit DRP sulit
2) Harus diperhatikan kecukupan kalori, zat-zat nutrisi lainnya dilaksanakan dan umumnya sudah terjadi banyak perubahan
agar tidak mengganggu metabolisme, aktivitas atau per- biokimiawi dalam tubuh, sehingga diperlukan dialisis (hemo/
tumbuhan. peritoneal) atau transplantasi ginjal. Juga tindakan ini diperlu-
Penurunan berat badan, atau bahkan malnutrisi yang dapat kan apabila terdapat oliguria (urin < 400 ml/24 jam) yang tidak
terjadi karena diit ini harus dicegah. Sering diperlukan pe- respon terhadap pengobatan konservatif.
nambahan vitamin. Dari suatu studi prospektif dengan diit seperti di atas, pe-
3) Diit harus dapat diterima atau disesuaikan dengan selera nurunan fungsi ginjal dapat diperlambat 3 - 5 kali lebih lama
penderita. dari kontrol.

Banyaknya protein yang diberikan6-7. Kalori atau energi


1) Pada umumnya protein diberikan sebesar 0,55 – 0,60 Untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen, faktor
gram/kg/hari, yang mengandung protein nilai biologik tinggi yang penting adalah energi/jumlah kalori dan banyaknya
minimal 0,35 g/kg. Dengan protein sebanyak ini, keseimbangan karbohidrat dalam diit.
nitrogen menjadi netral atau positif, diit dapat diterima Dari berbagai penyelidikan kalori sebesar 35 Kkal. per
penderita, dan makanan cukup bervariasi. hari, sudah cukup memenuhi. Penambahan kalori/energi yang
Semakin rendah LFG atau TKK, (LFG kurang dari 15 - 25 berlebihan yang dimaksudkan untuk menambah pemakaian
ml/men.), hasil atau sisa metabolisme yang potensial toksik nitrogen, tak berarti banyak.
akan lebih menumpuk, sehingga pemberian protein harus lebih
rendah lagi, yaitu 0,4 gram/kg. Atau pada tahap ini diperlukan KESIMPULAN
suplementasi asam amino esensial/analognya. Pada gangguan fungsi ginjal terjadi usaha-usaha untuk
2) Saat ini sudah banyak dipakai asam amino semi sintetik mengkompensasi kekurangan ini, yang ditandai dengan hiper-
atau asam keto untuk meningkatkan efisiensi penggunaan filtrasi, hipertensi, hiperperfusi, yang kemudian dapat menye-
nitrogen. Pada tabel 2 dapat dilihat komposisi salah satu pre- babkan kerusakan pada glomerulus, dan pada akhirnya terjadi
parat asam amino esensial yang ada. gagal ginjal terminal. Makanan (protein) juga dapat menimbul-

Tabel 2. Kandungan asam amino semi sintetik.*

Isi gram/10 tablet


L– Histidine 0,55
L– Isoleucine 0,70
L– Leucine 1,10
L– Lysine acetat as lysine 0,80
L– Methioninc 1,10
L– Phenylalanine 0,50
L– Tryptophan 0,25
L– Valine 0,80
Total 5,80
Total nitrogen 0,87
*Aminers. (Dari 8)

Apabila diberikan suplementasi asam amino esensiil


(AAE) atau analognya asam keto, protein makanan cukup
diberikan 0,28 g/kg/hari atau antara 16 - 20 g protein/hari,
ditambah 10 - 20 gram AAE (20 lebih tablet aminess). Pada diit
ini jenis protein yang dipilih dapat leluasa sehingga pilihan
makanan menjadi lebih banyak, walaupun jumlah yang
dimakan tetap sedikit. Hambatannya adalah harga AAE/asam
keto yang cukup mahal.
Diit suplementasi/kombinasi ini mempunyai beberapa
keuntungan yaitu antara lain: a) Asam keto tidak mengandung
grup alfa amino (Nitrogen) sehingga pembentukan sisa meta-
bolisme Nitrogen yang berbahaya berkurang, b) tidak banyak
mengandung fosfor atau kalium, c) dapat menormalkan asam
amino dalam sirkulasi atau dalam otot dan kelebihan nitrogen
dalam badan dapat terpakai.

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 5


kan keadaan hiperfiltrasi. Diit restriksi protein pada penderitā progressive nature of kidney disease. N Engl J Med 1982; 307 :
654 – 659.
yang mempunyai gangguan fungsi ginjal terbukti dapat mem- 4. Hostetter TH. Dietary prrotein and progressive renal disease. The
perlambat kemunduran fungsi lebih lanjut. Protein yang diberi- nature of chronic human renal disease. Dalam Woo KT, WU AYT,
kan adalah 0,55 – 0,60 gram/kg dengan protein nilai biologik Lim CH (eds). Priceesing if the 3rd Asian - Pacific Congress of
tinggi, atau 0,4 g/kg pada gangguan ginjal yang lebih berat, Nephrology, Singapore, 1986.
5. Alfrey AC, Tomford RC. The case for tubulontersititial factors
dengan kalori 35 Kkal/kg, dan penambahan vitamin. Meskipun in the progression of 'lanai disease. Dalam Narins (ed) Controver-
saat ini masih sangat mahal asam amino esensialsemisintetik sies in nephrology and hypertension. New York; Churchil Livingston
atau analognya asam keto, amat bermanfaat pada pelaksanaan 1984.
DRP. 6. Kopple JD. Chronic Renal Failure: Nutritional and non dialytic
management. Dalam Bayless TM, Brain C, Cherniac RM. Current Therapy
in Internal Medicine, Toronto; B.C. Drecker Inc. 1987.
KEPUSTAKAAN 7. Mitch WE, Walser M. Nutritional therapy of the uremic patient. Dalam
Brenner BM, Rector FC. The kidney, 3rd ed. Philadelphia: W.B. Saunders
1. Sidabutar RP. Management of chronic renal failure. Medical Progress Company, 1986.
1983, Sept. 1–5. 8. Furst P, Ahlberg M, Alverstand A, Bergstrom. Principles of essential
2. Markum MS, Wiguno, Endang Susalit, Roemiati. Penatalaksanaan amino acid therapy in ureimia. Am J Clin Nutr 1987; 31 : 1744 -
konservatif gagal ginjal kronik. Dalam; Gagal ginjal kronik. Diagno- 1755.
sis dan penatalaksanaannya. Bagian Penyakit Dalam FKUI, Jakarta, 9. Harris RC, Meyer TW, Brener BM, Nephron adaptation to renal injury.
1987. Dalam Brenner BM, Rector FC. The Kidney, 3rd ed, Philadelphia : WB
3. Brenner BM, Meyer TW, Hostetter TH. Dietary protein intake and Saunders Co. 1986.

6 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


Nefropati Imunoglobulin A
Dr. M.S. Markum, Dr. Suhardjono, Dr. Endang Susalit, Dr. Jose Roesma
Subbagian Ginjal-Hipertensi, Raglan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RS Ciptomangunkusumo, Jakarta

PENDAHULUAN nefropati IgA pada pusat-pusat penelitian di Indonesia akan


Di kawasan ASEAN, Singapura-lah yang pertama-tama dapat dikumpulkan data yang lebih pasti. Sudah pada tempat-
melakukan penelitian yang meluas terhadap nefropati IgA, nya kita di Indonesia juga memberikan perhatian khusus
yaitu sejak ditemukannya kasus pertama pada tahun 1973. Pada terhadap kelainan ini, karena tampaknya nefropati IgA akan
tahun 1974, yaitu pada First Colloquim in Nephrology, Sinniah mempunyai kedudukan yang sangat penting.
et al. mempresentasikan hal ini dengan lebih lengkap.l
Perhatian terhadap nefropati IgA dicetuskan oleh Berger DEFINISI
dan Hinglais pada tahun 1968. Mula-mula para peneliti kurang Kelainan ini dikenal juga sebagai:
menaruh minat terhadap publikasi ini, tetapi kemudian makalah − penyakit Berger
mengenai nefropati ini meningkat sekali jumlahnya. Misalnya − nefropati IgA–IgG
pada seminar mengenai glomerulonefritis di Australia pada Berger menamakannya sebagai deposisi IgA yang idioptik pada
tahun 1972, telah diberikan perhatian khusus untuk nefropati mesangium. Kelainan ini adalah suatu bentuk glomerulonefritis
IgA, tetapi masih bersifat inventarisasi masalah; belum nyata yang ditandai oleh deposit, terutama IgA, pada setiap
ke mana arah penelitian lebih lanjut harus di lakukan.2 Dalam glomerulus. Deposit yang difus ini disertai pula dengan kelain-
Kongres Nefrologi Asia-Pasifik di Tokyo pada tahun 1979, an fokal dan segmental.
pembahasan tentang penyakit ini sudah lebih mendalam. Penyakit sistematik yang juga disertai dengan deposit IgA
Peranan IgA polimer, peranan antigen, peranan OKT4 dan perlu disingkirkan, seperti kelainan hepato-bilier dan purpura
OKT8 dalam patogenesis nefropati IgA mulai diteliti3. Henoch–Schonlein.
Selanjutnya akhir-akhir ini pembahasan tentang nefropati IgA
hampir selalu muncul pada tiap majalah nefrologi. PATOFISIOLOGI8,9,10
Terdapat distibusi yang tidak merata dari nefropati IgA,
misalnya di Eropa lebih banyak dari pada di Amerika Serikat. Imunoglobulin A
(Eropa 20% dari jumlah biopsi untuk glomerulonefritis primer Imunoglobulin A (IgA) adalah protein yang dihasilkan oleh sel
sedangkan di Amerika Utara 10%)4. Di beberapa negara Asia, limfosit B.
nefropati IgA mulai nampak sebagai kelainan yang sering atau IgA merupakan imunoglobulin utama yang ditemukan
paling sering dijumpai. (30% – 40% dari jumlah biopsi ginjal)5. pada mukosa, sehingga disebut juga sebagai secretory immuno-
Usaha untuk mencari nefropati IgA di Indonesia pada saat globulin (SIgA). Bila dilihat luasnya jaringan mukosa pada
munculnya laporan tentang kelainan ini pada beberapa negara badan kita, jelaslah, IgA memang peranan penting dalam me-
Asia, belum berhasil. Tetapi kemudian tampaklah, kelainan ini kanisme pertahanan tubuh kita. IgA merupakan pertahanan
menjadi penting pula bagi kita, karena semakin banyaknya primer tubuh, terdapat banyak pada air liur, air mata, sekresi
dilaporkan nefropati jenis ini. Sidabutar dkk. melaporkan pada bonchus, mukosa hidung, cairan prostat, sekresi vagina dan
tahun 1985 bahwa 9.5% dari pasien glomerulonefritis mukus dari usus halus.
disebabkan oleh nefropati IgA6 . Di dalam serum manusia, 85%–90% dari total IgA adalah
Diharapkan dengari banyaknya penelitian mengenai monomer, sedangkan sisanya berbentuk polimer. Tiap molekul

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 7


SIgA terdiri atas 2 unit dasar berantai 4, di mana terdapat Deposisi kompleks imun–IgA pada mesangium4,11
komponen sekresi (secretory component) dan rantai J (J-chain). Nefropati IgA adalah suatu penyakit yang berdasarkan
Jadi SIgA adalah suatu bentuk dimer dari IgA, dengan berat pembentukan kompleks imun, yang diendapkan pada
molekul 400.000. mesangium. Pendapat ini didukung oleh gambaran endapan
IgA yang tidak merata pada membrana basalis, yang terlihat
pada pemeriksaan imunoflouresens. Selain daripada itu, ginjal
yang terkena nefropati IgA bila ditransplantasikan kepada
resipien yang sehat, maka gambaran nefropati IgA akan
menghilang. Kadar IgA pada plasma pasien didapatkan
meninggi pada 50% pasien, peningkatan kadar kompleks
imun– IgA yang sejalan dengan aktifitas penyakit, peningkatan
produksi IgA in vitro oleh limfosit, serta didapatkannya
endapan IgA pada kapiler kulit, merupakan data tambahan
yang menyokong adanya kompleks imun sebagai dasar
nefropati IgA.
Namun demikian antigen yang merangsang pembentukan
L = lightchain. kompleks umun tersebut masih belum dapat dikenal dengan
H = heavy chain jelas.
1 = J–chain
SC = secretory component Beberapa hal yang dapat menjelaskan terjadinya nefropati
IgA adalah:
Pembentukan IgA dianggap terjadi pada jaringan lomfoid 1). Produksi IgA yang berlebihan
mukosa, dan sebagian dari IgA ini alan membentuk polimer. Hematuria pada nefropati IgA terjadi dalam 1–3 hari setelah
Polimerisasi terjadi intraseluler dan dimungkinkan oleh karena infeksi saluran nafas bagian atas. Hal ini jelas membedakan
adanya rantai J. Bentuk polimer inilah yang dapat membentuk nefropati IgA dengan glomerulonefritis pasca streptokokus.
kompleks imun yang terdapat pada deposit di mesangium, Infeksi virus yang berulang pada mukosa akan menyebabkan
karena kompleks imun yang terbentuk mempunyai ukuran yang pembentukan .IgA lokal yang berlebihan. Rangsangan oleh
besar, sehingga tertahan pada mesangium. Mukosa usus adalah antigen dari makanan dapat pula merangsang produksi IgA
tempat utama bagi pembentukan IgA. Setelah masuknya yang berlebihan pada mukosa usus. Selain daripada itu, limfosit
antigen per oral akan terbentuk zat anti yang terdiri dari IgA. tonsil pasien juga menunjukkan kemampuan membentuk IgA
Zat anti ini dapat keluar ke dalam lumen usus atau masuk ke yang lebih banyak. Rangsangan kronis antigen ini me-
dalam peredaran darah yang selanjutnya akan merangsang mungkinkan dibentuk endapan pada glomerulus. Diperkirakan
pembentukan IgG dan IgM. kompeks imun terbentuk in situ.
Pada proses eliminasi antigen yang terdapat pada mukosa, 2). Defek pada mukosa
IgA tidak mengundang timbulnya reaksi radang yang hebat, Kerusakan mukosa, menyebabkan eliminasi antigen tidak
karena berfungsi melindungi mukosa yang lembut. Tidak ter- sempurna. Antigen dapat masuk ke dalam peredaran darah.
dapat aktifasi sistem komplemen maupun mobilisasi lekosit. Kemudian dapat terjadi reaksi peradangan yang berdasarkan
SIgA dalam bentuk dimerik yang stabil akan mengikat antigen, pembentukan kompleks imun. Contoh dari hal ini adalah
membentuk molekul makro yang tidak dapat diserap. Dengan hubungan nefropati IgA dengan dermatitis herpetiformis dan
cara ini, virus, bakteri dan antigen makanan dapat dibuang enteropati gluten.
dari tubuh setelah berikatan dengan lendir (mucin), yang di- 3). Eliminasi yang terganggu
bentuk terus menerus. Seandainya lapisan mukosa dengan Penyakit hati, akan menghambat eliminasi kompleks imun-IgA
SIgA ini dapat ditembus oleh antigen, akan terjadi reaksi dari sirkulasi. Kompleks imun ini dapat terlihat diendapkan
radang karena diaktifkannya pertahanan tubuh, yaitu IgG, pada sinusoid hati dan kapiler kulit.
IgM dan lekosit. Akibatnya akan terjadi reaksi radang yang Dijumpai adanya nefropati IgA pada pasien serosis, men-
hebat. dukung pendapat ini.
Pendapat bahwa IgA yang beradal dari mukosa dan ke- 4). Peranan komplemen
mudian menjadi deposit pada glomerulus stelah melalui proses Kompleks imun–IgA tidak mampu berikatan dengan Cl, se-
polimerisasi adalah pendapat yang paling mudah diterima. hingga tidak terjadi pembentukan C3b. Padahal C3b ini ber-
Pendapat ini didukung oleh kenyataan, IgA terdapat banyak fungsi mencegah pembentukan kompleks imun yang berukuran
sekali pada mukosa, ditemukannya nefropati IgA setelah besar. Seperti dibicarakan sebelumnya, kompleks imun yang
infeksi saluran nafas bagian atas, dan tingginya frekuensi berukuran besar lebih mudah diendapkan, sehingga timbul
nefropati IgA pada daerah-daerah di mana didapatkan ente- kerusakan jaringan. Selain itu C3b ini dapat mengikatkan
ropati karena gluten. kompleks imun pada reseptor eritrosit , sehingga memudahkan
Namun demikian masih diselidiki apakah memang benar pengangkutan kompleks imun ini ketempat penghancurannya
IgA yang diendapkan pada glomerulus memang dibentuk oleh pada sistem retikuloendotelial.
sel-sel mukosa. Sudah dipastikan, IgA yang terdapat pada 5). Faktor genetik
mesangium adalah IgAl, bukan IgA2. Dengan berdasarkan hal Keluarga pasien penderita nefropati IgA terbukti mempunyai
ini, diperkirakan pembentukan IgA berasal dari sel limfosit B kemampuan sintesis IgA poliklonal yang meninggi. Penelitian
dari sumsum tulang. di Jepang menunjukkan kaitan antara nefropati IgA dengan

8 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


sistem HLA, yaitu HLA DR4, sedangkan di Eropa menunjuk- Peningkatan kadar serum IgA terdapat pada 50% pen-
kan golongan lain (HLA B35 dan HLA B12). derita, dalam bentuk dimerik.
6). Faktor geografis
Perbedaan frekuensi nefropati IgA di beberapa negara belum GAMBARAN PATOLOGI ANATOMIK4,5,6,11
dapat diterangkan dengan jelas. Faktor antigen setempat, faktor Meskipin semua jenis gambaran glomerulonefritis dapat
reaksi terhadap antigen dapat dipertimbangkan. Seleksi dan ditemukan pada nefropati IgA, tetapi gambaran proliferasi
pencariān kasus yang intensif, indikasi biopsi ginjal yang lebih mesangial adalah gambaran yang paling menonjol. Menarik
lunak, tentu akan menghasilkan penemuan kasus yang lebih pula untuk dikemukakan adanya gambaran bulan sabit dan
banyak. sklerosis fokal. Prognosis lebih buruk bila terdapat gambaran
bulan sabit. Sidabutar melaporkan sebagai berikut: Glome-
GAMBARAN KLINIS4,6,11 rulonefritis mesangio proliferatif 35,71%, lesi fokal-segmental
Nefropati IgA dapat terjadi pada semua tingkat usia, walaupun 32,14%, kelainan minor 17,85% dan sklerosis pada 17,86%.
jarang ditemukan pada usia < 10 tahun atau> 50 tahun. Laki- Mikroskop imunofluoresens menunjukkan deposit IgA
laki lebih sering mendapat kelainan ini daripada wanita (6:1). yang granular mesangium. Endapan IgM dan IgG juga dapat
Perbandingan ini untuk Indonesia adalah 1:0,86. Hematuria terlihat. Dapat pula dijumpai endapan C3 dan antigen yang
makroskopik yang berulang terjadi 1–3 hari setelah infeksi berkaitan dengan fibrin.
saluran nafas, atau setelah suatu infeksi yang tidak jelas
merupakan gejala permulaan yang sering dijumpai di Eropa.
Perlu difikirkan nefritis pasca streptokokal sebagai diagnosis DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS DIFERENSIAL4,11
banding. Gambaran klinik seperti telah dibahas di atas dapat mem-
Disuria dapat pula menyertai hematuria, sehingga mungkin bantu untuk menegakkan diagnosis. Biopsi ginjal dengan pe-
terjadi pemikiran ke arah infeksi saluran kencing. Gambaran meriksaan imunofluoresens merupakan cara utama untuk
gagal ginjal akut mungkin pula terjadi, bersamaan dengan saat menegakkan diagnosis. Purpura Henoch–Schonlein, SLE,
terjadinya hematuria makroskopik, disebabkan sumbatan kelainan minimal, infeksi saluran kencing, dapat dipertim-
tubulus oleh sel darah merah. bangkan sebagai diagnosis banding.
Selain itu mungkin ditemukan sindrom nefrotik.Terdapat
golongan pasien dengan sindrom nefrotik, tetapi tanpa hema-
turia. Gambaran klinik golongan ini mirip dengan kelainan PROGNOSIS4,5,11
minimal, responsif terhadap steroid, sering relaps, remisi yang Hipertensi, protenuria, usia lanjut, gambaran bulan sakit
menetap setelah siklosfamid. pada biopsi, merupakan faktor yang memperburuk prog-
Laporan dari Indonesia adalah 35,71% dengan gambaran nosis. Proses sklerosis dipercepat pada keadaan tersebut.
sindrom nefrotik, 3,57% dengan glmerulonefritis cepat–pro- Perjalanan penyakit umumnya lambat, walaupun 10%
gresif dan 60,75% menunjukkan glomerulonefritis tanpa sin- pasien akan mengalami gagal ginjal kronik dalam 10 tahun,
drom nefrotik, 17,85% di antaranya dengan gagal ginjal kronik. 20% dalam 20 tahun. 20%–30% dari pasien faal ginjalnya
Purpura Henoch–Schonlein juga menunjukkan deposit IgA akan terganggu pada masa 20 tahun perjalanan penyakitnya.
pada mesangium, tetapi ditemukan gejala artralgia, sakit perut
dan purpura nontrōmbositopenik. Ada yang menganggap
bahwa nefropati IgA adalah bagian dari purpura Henoch– TERAPI4,11,12,13
Schonlein. Sampai saat ini belum ada cara pengobatan yang memuaskan
bagi nefropati IgA. Tonsilektomi dapat menurunkan pem-
GAMBARAN LABORATORIK4,11 bentukan polimer IgA, mengurangi frekuensi hematuria, tetapi
Hematuria makroskopik merupakan kelainan utama yang diragukan apakah akan mempengaruhi perjalanan penyakitnya.
hilang timbul, tetapi hematuria mikroskopik menetap di antara Mengingat perjalanan penyakitnya yang lambat, maka sulit
saat terjadinya hematuria makroskopik. Dismofik eritrosit pada menjawab pernyataan ini. Steroid dianggap tidak mempunyai
urin menunjukkan bahwa eritrosit berasal dari glomerulus, efek. Penelitian diaaahkan kepada usaha menekan produksi
walaupun mungkin ditemukani bentuk eritrosit normomorfik IgA, mempercepat eliminasi IgA.
dan dismorfik.
Proteinuria sering (60% dari kasus) diditeksi pada pe-
meriksaan urin rutin dengan kadar kurang dari 1 gram/hari. KEPUSTAKAAN
Proteinuria yang berat (nephrotic range) ditemukan pada kira- 1. Sinniah R. IgA Nephropathy. Dalam Sulaiman AB, Morad Z (eds). Proc.
kira pada 10% penderita. of the sixth Collouium in Nephrology. Excerpta Medica, 1986.
Faal ginjal umumnya masih normal, tetapi gambaran gagal 2. Morel–Morager L, Mary J Ph, Leroux Robert C, Richet G. Mesangial IgA
ginjal akut maupun gagal ginjal kronik dapat dideteksi pada Deposits. Dalam Kincaid Smith P. Mathew TH, Lovell Becker E (eds).
Glomerulonephritis. New York, London, Sydney, Toronto: John Wiley &
beberapa pasien. Son, 1972.
Kadar komplemen juga normal, walaupun dapat dijumpai 3. Clarkson AR, et. al. Clinical Features and Pathogenesis of IgA
fragmen C3 yang meningkat, karena proses nefropati IgA Nephropathy. Dalam Oshima K. Yoshitoshi Y,. Hatano M. (eds) Proc of
berjalan melalui alternate pathway. the First Asian Pacific Congress of Nephrology, Tokyo, 1979.

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 9


4. Glassock RI, Adler SG, Ward HI, Cohen AH. Primary Glomerular New York, Amsterdam, Oxford: Elsevier Biomedical, 1983.
Diseases. Dalam Brenner BM, Rector FJ (eds). The Kidney. Philadelphia, 9. Wang AC. The Structure of Immunoglobulins. Dalam Fundenberg HH, et
London, Toronto, Mexico City, Rio de Jeneiro, Sydney, Tokyo: WB al. (eds). Basic Clinical Immunology. Los Altos: Lange Medical
Saunders Company, 1986. Publication, 1976.
5. Woo KT, et al., Clinical and Prognostic Indices of IgA Nephritis. Dalam 10. Valentijn TM, et al. Circulating and Mesangial Secretory Com-ponent–
Woo KT, Wu AYT, Lim CH (eds). Proc of the 3rd Asian Pacific Congress Binding IgAl in Primary IgA Nephropathy. Kidney Int. 1984; 26: 760–
of Nephrology,1986. 766.
6. Sidabutār RP. Lumenta NA, Suhardjono, et al. Glomerulonephritis in 11. Rose BD. Pathophysiology of Renal Disease. 2nd ed. New York:
Indonesia. Dalam Woo KT, Wu AYT, Urn CH (eds). Proc of the 3rd McGraw–Hill, 1987.
Asian-Pacific Congress of Nephrology, 1986. 12. Woodroffe AJ. IhA Nephropathy–Experimental Aspects. Dalam Woo KT,
7. Berger J. Indiopathic Mesangial Deposition of IgA. Dalam Ham-burger J. Wu AYT, Lim CH (eds). Proc of the 3rd Asian-Pacific Congress of
Crosnier J. Grunfeld JP (eds). Nephrology. New York, Paris, London, Nephrology, 1986.
Sydney, Toronto: Wiley–Flammarion, 1979. 13. Lozano L, et al. Tonsillectomy Decreases the Synthesis of Poly-meric IgA
8. Dwyer JM. Selective IgA Deficiency and Autoimmūne Disease. by Blood Lymphocytes and Clinical Activity in Patients with IgA
Dalam Franklin EC, et al. (eds). Clinical Immunology Update. Nephropathy. Dalam Devision AM, Guillou PJ (eds). Proc EDTA Vol 22,
1985.

10 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


Pengobatan Dosis Tunggal Pada
Infeksi Saluran Kemih
Dr. Roemiati Oesman, Dr. Parlindungan Siregar, Dr. Wiguno P, Dr. M.S Markum
Subbagian Ginjal-Hipertensi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RS Ciptomangunkusumo, Jakarta

PENDAHULUAN membasmi kuman sebagai sumber infeksi, mencegah kambuh


Pengobatan infeksi saluran kemih (I.S.K.) masih merupa- atau reinfeksi dan mencegah kerusakan ginjal. I.S.K. pada
kan problem, oleh karena walaupun sudah banyak penyelidikan orang dewasa jarang menyebabkan kerusakan parenkim ginjal
tentang infeksi tersebut, pendapat bagaimana pengobatan yang yang dapat menuju ke gagal ginjal, kecuali apabila ada ob-
optimal masih simpang siur. Prosentase terbesar dari I.S.K. struksi saluran kemih akibat batu atau kelainan anatomi dari
adalah wanita dengan disuri akut. Menurut gejala, tanda dan saluran kemih. Berhasilnya pengobatan sangat berhubungan
kelainan urinnya, dapat disebabkan oleh pielonefritis akut, dengan kepekaan obat anti mikroba terhadap kuman yang ada,
pielonefritis sub akut, I.S.K. bagian bawah yaitu sistitis dan tingginya kadar obat anti mikroba dalam urin, lokalisasi infeksi
atau uretritis, uretritis Klamidia atau gonokokus, vaginitis, ada tidaknya komplikasi saluran kemih seperti kandung kemih
sistitis interstisial dan bukan infeksi. urogenik, batu, kelainan anatomik, kateterisasi saluran kemih
Pada wanita muda yang seksual aktif, penyebab primer dan diabetes melitus. Disamping hal-hal tersebut, dipihak lain
dari I.S.K. adalah Eserikhia coli dan sekunder oleh Stafilo- harus dipikirkan harga obat, efek samping obat, kenikmatan/
kokus saprofitikust . Pada pria berumur lebih dari 50 tahun kepatuhan pasien, sehingga efektivitas pengobatannya harus
yang sering mengalami kateterisasi saluran kemih, penyebab disesuaikan pada setiap individu. Pada wanita dengan disuri
I.S.K. adalah Stafilokokus saprofitikus. Infeksi dengan kuman akut, bila ada piuria, segera harus diobat dengan obat anti
tersebut dapat sembuh spontan, dan beberapa lainnya akan bakteri sederhana dosis tunggal. Di sini mungkin sama efek-
kambuh. Apabila kuman menetap atau kambuh, harus di- tifnya dengan pengobatan jangka 7–10 hari. Pada wanita
pikirkan ada batu, oleh karena kuman tersebut bersifat pelepas dengan riwayat infeksi berulang, pada waktu ada gejala perlu
urea serta banyak ditemukan pada urin alkalis. Penyebab diobati dosis tunggal 4–5 tablet, masing-masing 80 mg trime-
kuman pada wanita disuri akut umumnya sama, Eserikhia Coli toprim - 400 mg sulfametoksasol. Pada disuri akut tanpa piuria,
atau Stafilokokus saprofitikus. Pada wanita, I.S.K. yang tidak perlu diobati.
bergejala dan barn diketahui untuk pertama kali, untuk ke-
perluan pengobatannya antara lain harus ditentukan ada infeksi. Gambar 1. Pendekatan klinik pada wanita dengan disuria
Pada populasi banyak, secara praktis dan cepat hanya perlu
pemeriksaan urinalisis, yaitu mengetahui adanya piuria dan
bukan dengan kultur atau pemeriksaan kepekaan, oleh karena
anti mikroba masih peka terhadap Eserikhia Coli atau
Stafilokokus saprofitikus. Kecuali pada pasien-pasien yang
mendapat infeksi waktu dirawat di rumah-sakit, antara lain
akibat kateterisasi saluran kemih bagian bawah, uropati ob-
struktif dan gagal ginjal. Pada umumnya sifat dari kuman yang
sama, sudah berbeda sehingga tidak lagi peka terhadap semua
obat. Sebagian kecil dari wanita dengan disuri akut yang
berulang, kultur urin negatif. Hal tersebut terdapat pada sistitis
interstitialis,uretritis oleh karena Nesseria gonokokus atau Kla-
midia trakomalis. Pada I.S.K. bagian atas perlu pemeriksaan
kultur.
Tujuan pengobatan I.S.K. adalah menghilangkan gejala,

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 11


Dari penyelidikan-penyelidikan yang terdahulu belum ada sehingga hasil pengobatan dosis tunggal dapat dipakai untuk
pernyataan yang pasti bahwa pengobatan I.S.K. jangka panjang membantu memilih pasien yang perlu pemeriksaan radiologis
lebih berhasil daripada pengobatan jangka pendek (1–3 hari). dan urologis. William & Smith3 mengobati bakteriuri pada
R.R. Bailey dkk2 dalam penyelidikannya mengenai pengobat- kehamilan dengan dosis tunggal kombinasi: Streptomisin 1
an I.S.K. pada orang dewasa dan anak-anak, ternyata amoksil gram dan sulfametopirason 2 gram. Dari 47 kasus, laju
dosis tunggal 3 gram sama efektifnya dengan jangka 5–7 penyembuhan 77%. Ronald dkk4 memakai 0,5 gram kanamisin
hari. Pada golongan wanita yang seksual aktif, bila ada I.S.K. I.M., laju penyembuhan 92% dari 39 kasus dan 72% pada
yang tanpa komplikasi (tidak ada obstruksi saluran kemih, infeksi saluran atas, Aliran mengobati 100 wanita sistitis
radiologis saluran kemih normal dan fungsi ginjal baik), laju superfisialis dengan kanamisin 500 mg I.M. dan hasilnya baik.
pertumbuhan Kesembuhan pengobatan 5–10 hari adalah 85%, Daripada memakai dosis ganda 5–14 hari, pengobatan anti-
akan tetapi pengobatan jangka panjang tidak menguntungkan, biotika dosis tunggal pada wanita dengan I.S.K. tanpa kom-
oleh karena; plikasi mempunyai beberapa keuntungan: lebih menyenangkan,
1). banyak orang berhenti minum obat waktu gejala mem- angka kepatuhan tinggi, murah dan efek sampingan yang
baik. rendah. Beberapa penyelidik mengatakan, pada wanita dengan
2). sukar minum obat 3–4 kali per hari. I.S.K. tanpa komplikasi, pengobatan dosis tunggal cukup
3). sukar memakan obat jangka panjang pada kasus tanpa ge- efektif, sedangkan beberapa penyelidik lain menentang
jala. pernyataan tersebut.
4). tetap makan obat setelah gejala menghilang. Beberapa penyelidik dalam penyelidikannya mengeluarkan
Oleh karena hal tersebut, dipikirkan oleh Bailey kembali kasus I.S.K. saluran atas dengan pemeriksaan pencucian
memakai dosis tungal pada I.S.K. bagian bawah yang bergejala kandung kemih atau bakteri berselubung antibodi, dan hasil
atau bakteriuria tanpa gejala pada kehamilan trimester pertama pengobatan dosis tunggal sama efektifnya dengan pengobatan
dengan nitrofurantoin 100 mg. Ternyata kesembuhan terjadi 7–14 hari. Ada pendapat yang tidak setuju pemakaian dosis
pada kasus yang tanpa kelainan radiologis saluran kemih, tunggal, oleh karena kemungkinan infeksi yang kambuh lebih

Tabel :
Penyelidik. Sembuh total Sembuh total
Dosis obat Dosis obat
th. % %

Guneberg & Brumfitt Sulfometaksin 2 gr 22 25 88 amplisilin 500 mg 22 25 88


1967 3x/hari–7hari
Slode & Crowthen 1972 Sulfametoperasin 29 34 85 amplisilin 500 mg 25 29 86
2 gr 3 x / hari – 7 hari
Bailey & Abbort 1977 Amoksilin 3 gr 8 10 80 amoksilin 250 mg 5 10 50
3 x / hari – 5 hari
Bailey & Abort 1978 Trimetroprim 17 20 85 Trimetroprim-sulfa- 17 20 85
Sulfametaksasol metoksasol
0,96 gr, 2 x/hari-5 hari
Fang dkk, 1978 Amoksilin 3 gr 21 2 95 amoksilin 250 mg 21 22 100
4 x/hari – 10 hari
Rubni dkk, 1980 Amoksilin 3 gr 33 38 87 ampisilin 500 mg 26 28 93
4 x/hari – 10 hari
Bai Ley & Blobe, 1990 Trimetoprim 13 16 61 Trimetroprim–sulfa 25 25 100
Sulfametok 0,96 gr metoksasol 0,96 gr
0,96 gr
1,92 gr 16 16 100 2 x/hari – 10 hari
2,88 gr 14 16 88
Grifson dkk, 1981 Amoksilin 3 gr 18 28 64 Trimetroprim–sulfa 15 16 94
0,96 gr 2x/hari– 5 hari
Greenberg dkk, 1981 Sefaklor 2 gr 10 30 33 Sulfametoksasol 500 mg 28 31 90
2 x/hari – 7 hari
Savord Fentok dkk, Amok silin 3 gr 43 71 61 Sefaklor 250 mg 18 22 82
1982 3 x/hani – 10 hari
Hoovh dkk, 1982 Amoksilin 3 gr 8 11 73 amoksilin 250 mg 67 91 74
3 x/hari – 14 hari
Counts dkk, 1982 Trimetroprim–sulfa- 29 38 76 amoksilin 500 mg 10 12 83
metoksasol 1,92 g 3 x/hari – 7 hari
Talkoff Rubra dkk, Trimetoprim–sulfa- 34 41 83 Trimet–sulfamet 36 40 90
1983 metoksasol 1,92 gr 0,9 gr 2x/hani–10 hari
Pontrer dkk; 1983. Sulfonesid M. lgr 16 18 89 amoksilin 520 mg 14 15 93
3 x/hari – 7 hari

12 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


sulit, tidak semua anti mikroba kemanjurannya sama, me- Baik pemeriksaan bakteri berselubung antibodi maupun gam-
nambah ongkos untuk pemantauan berhasilnya pengobatan baran kepekaan tidak dapat dipakai sbagai ramalam pengobat-
dengan pemeriksaan kultur urin dan tidak adanya pemeriksaan an.10 Untuk memilih pengobatan, harus dilakukan anamnesis
yang baku untuk memilih kasus yang paling baik untuk dosis tentang faktor risiko sebelum I.S.K., lesi anatomi ginjal, di-
tunggal. Lalu penyembuhan dnegan dosis tunggal sangat varia- abetes, tanda dan gejala yang mengarah ke vaginitis, gejala dan
bel, dari 30% (memakai siklasilin) sampai 85 – 90% (memakai tanda penyakit saluran kemih atas, Pengobatan dosis tunggal
trimetroprim – sulfametoksasol Oleh karena, pendapat yang yang paling sederhana dengan trimetoprim–sulfametoksasol
simpang siur tersebut, I.T. Philbrick dkk5 mencoba meneliti 320 mg – 1600 mg, atau 3 gram amoksilin.
sebab musabab perbedaan pendapat dari 14 penyelidik (Lihat
tabel). Pengobatan mandiri dosis tunggal
12 dari 14 penyelidikan di atas berkesimpulan, dosis tunggal Selain daripada itu diteliti kegunaan pengobatan pencegahan
sama efektifnya dengan dosis ganda. Menurut J.T. Philbrick pada wanita dalam waktu 1 tahun timbul serangan I.S.K.
dkk, dari tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: bagian bawah (reinfeksi lebih sering daripada relaps , oleh
1) Efisiensi pengobatan dosis tunggal pada kasus wanita de- karena pengobatan I.S.K. yang tidak adekuat) Obat-obatan
ngan I.S.K. tanpa komplikasi tidak terbukti. yang dipakai adalah nitrofurantoin, metanamin-madelat,
2) Semua penyelidik memakai jumlah kasus yang kurang dan trimetroprim dan trimetoprim–sulfametoksasol. Pencegahan
contoh kasus tidak adekuat, sehingga salah bila ditafsirkan dapat diberikan setiap hari selama 6 bulan atau lebih11,12 ,atau
bahwa dosis tunggal sama efektif dengan dosis ganda. Pada ke- diberikan hanya sesudah bersenggama13. Satu penyelidik
nyataannya, bila dibandingkan dengan dosis ganda, amoksil memakai dosis tunggal harian trimetoprim–sulfametoksasol,
dosis tunggal 3 gram peroral kurang efektif. Kesimpulan ter- dinyatakan hasilnya efektif dan murah untuk wanita dengan
sebut disokong juga oleh penyelidikan yang lebih baru dengan infeksi minimal 3 kali dalam setahun14. Pada wanita dengan
memakai kasus jumlah besar yang diobati dengan amoksil atau infeksi berulang, di mana dia sendiri dapat dengan cermat
siklasilin6, penyelidikan terpaksa dihentikan oleh karena laju mendeteksi gejala dini, dianjurkan segera mengobati sendiri
penyembuhan yang rendah. Bila dilihat dalam satu bulan, laju dengan dosis tunggal trimetoprim 320 mg sulfametoksasol
penyembuhan spontan pada I.S.K. tanpa komplikasi , kira-kira 1600 mg. Cara tersebut dapat menyembuhkan infeksi secara
50%, dan laju penyembuhan dengan amoksildosis tunggal klinis dan bakteriologis15. Pengobatan dosis tunggal di sini
69%. Jadi hanya sedikit perbaikannya, serta jauh lebih rendah menarik, oleh karena efektif, murah, tidak ada efek samping
dari laju penyembuhan dosis ganda amoksil atau ampisilin obat dan pengaruh ke flora enterobakteri di dubur, uretra dan
yang 84%. vagina; lebih mudah memilih anti-biotika yang masih peka, dan
Dosis tunggal sulfametoksasol – trimetroprim 2 atau 3 tidak perlu menentukan lamanya pengobatan yang optimal.
tablet dengan kekuatan ganda, agaknya sama efektifnya dengan E.S. Wong dkkls menyelidiki 38 wanita dengan I.S.K. berulang,
dosis ganda. Pada penyelidikan dengan sefaklor,s dosis tunggal dibēri pengobatan sendiri intermiten dosis tunggal
tidak efektif. trimetoprim–sulfametoksasol. Semua gejala klinis infeksi
3) Dengan dosis tunggal, kemungkinan berkurangnya efek tersebut adalah sistitis akut tanpa komplikasi, 90% dari kuman
samping juga tidak terbukti. Pada setiap penyelidikan di- sensitif terhadap trimetroprim–sulfametoksasol dan kasus
laporkan bahwa tidak ada perbedaan efek samping di antara dengan bakteri berselubung antibodi hanya 10%. Dengan ada-
kedua macam pengobatan ataupun efek samping lebih tinggi nya tiga hal tersebut, diharapkan bahwa pengobatan dosis
pada pengobatan dosis ganda. tunggal akan efektif10,16 Mengobati mandiri secara intermiten,
4) Pemeriksaan bakteri berselubung antibodi sering dipakai pada umumnya dapat lebih cepat daripada pasien harus datang
untuk mengetahui berhasilnya pengobatan. Pasien dengan ke dokter, sehingga mungkin dapat mencegah infeksi beranjak
bakteri berselubung antibodi yang negatif akan berhasil baik ke ginjal. Dari 38 kasus, 30 berhasil, 2 gagal dan 3 kambuh
dengan dosis tunggal. Tetapi sayang pemeriksaan tersebut tidak yang kemudian sembuh dengan pengobatan jangka 10 hari.
selalu dapat dikerjakan dan metode pemeriksaannya tidak baku,
Gambar 2 : Pendekatan klinik pada wanita dengan riwayat I.S.K. berulang
sehingga hasil pemeriksaan kurang dapat dipercaya.
5) Kesimpulan kegagalan dosis tunggal, jangan dipakai pada
kasus dengan infeksi ginjal yang menjalar ke parenkim. Sem-
buhnya infeksi dengan dosis tunggal, berarti kasus tersebut ti-
dak perlu diperiksa radiologik ataupun sistografi, oleh karena
kegagalan hanya 30%; sehingga tidak praktis untuk melakukan
pemeriksaan tersebut, yang mahal dan memerlukan waktu.
6) Pada I.S.K., jangka waktu pengobatan yang optimal belum
diketahui.
Penelitian baru yang lain membandingkan pemakaian
dosis tunggal 3 hari dan 7 hari pada wanita tidak hamil, dari
sosio ekonomi rendah. Dengan 3 hari trimetoprim–sulfame-
toksasol, laju pertumbuhan 88% dengan pemantauan 4 minggu,
dengan sefadroksil dosis tunggal, 25% sembuh, 3 hari sefa-
droksil, 58% sembuh, 7 hari sefadroksil, 70% sumbuh dan
dosis tunggal trimetoprim – sulfametoksasol 65% sembuh.

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 13


Dengan pengobatan profilaksis, laju infeksi 0,2 kali serangan 4. Ronald HR, Boutros P, Mourtada H. Bacteriuria localisation and
response to single dose therapy in women. JAMA 1976; 235 : 1854–
pertahun, dan 2,2 kali serangan pertahun pada pengobatan 1856.
mandiri. Ongkos perkwartal pengobatan profilaksis dan man- 5. Philbrick JT, Bracikowski JP. Single dose antibiotic treatment for
diri sama, lebih murah daripada pengobatan konvensional uncomplicated urinary tract infections. Arch, Intern Med. 1985;
145 : 1672–1678.
untuk wanita dengan 2 atau lebih infeksi pertahun. 6. Hooton TM, Running K, Stamm WE. Single-dose theraphy for
Pengobatan profilaksis sangat berguna untuk wanita cystitis in women. JAMA 1985; 253 : 387–390.
dengan infeksi 3 atau lebih pertahun, dan pengobatan mandiri 7. Mabeck CE. Treatment of uncomplicated urinary tract infection in
untuk wanita dengan infeksi 1–2 pertahun. nonpregnant women. Postgrad Med J, 1972; 48 : 69–75.
8. Greenberg RN, Sanders CV, Lewis AC dkk. Single dose cefaclor
therapy of urinary tract infection. Am J Med 1981; 71 : 841–845.
Ringkasan 9. Sheehan G, Harding BKM, Ronald AR. Advances in the treatment
1) Prosentase terbesar pada I.S.K. adalah wanita dengan disuri of urinary tract infenction. Am J Med 1984; 76 : 141–147.
10. Rubbin RH, Fang RST, Wagner KF dkk. Single dose amoxcycillin
akut. Pada umumnya penyebab terbesar dari I.S.K. tersebut therapy for urinary tract infection : Multicantertrial using anti-
primer oleh Eserikhia Coli dan sekunder oleh Stafilokokus body coated bacteria localization technique. JAMA 1980; 244 :
saprofitikus. 561–564.
11. Harding BK, Ronald AR. A controlled study of anti microbal
2) I.S.K. tanpa komplikasi atau dengan risiko rendah terhadap prophylaxis of recurrent urinary infection in women. N Engl J Med
kerusakan ginjal, berarti tidak ditemikan: kelainan struktur 1974; 291 : 597–601.
12. Stamey TA, Condy M, Mihara G. Prophylactic efficacy of nitro-
saluran kemih, kelainan neurologis saluran kemih, benda asing furation macrocrustals and trimethoprin–sulfamethoxazole in
dalam saluran kemih, diabetes melitus. urinary infection. N Engl J Med 1977; 296 : 780–783.
3) Dari sudut epidemiologis, pengobatan I.S.K. baru diberikan 13. Vosti KL. Recurrent urinary tract infection prevention by pro-
bila ada piuria. phylactic antibiotics after sexual inter–course. JAMA. 1975; 231 :
934–940.
4) Tujuan pengobatan pada wanita dengan I.S.K. tanpa kom- 14. Stamm WE, Mc Kevitt M, Counts GW dkk. Antimicrobial pro-
plikasi menghilangkan gejala dan mengurangi infeksi kambuh, phylaxis of urinary tract infection cost effective ?. Amm intern
sehingga pengobatan pencegahan ditunjukkan hanya pada Med. 1981; 94 : 251–255
15. Wong ES, Kevitt MM, Running dkk. Management of tercurrent
serangan yang bergejala. urinary tract infentions with patient administered single dose
5) Bakteriuria tanpa gejala tidak perlu diobati. Tetapi pada therapy. Am of hit Med 1985; 102 : 302–307.
kehamilan, wanita dengan infeksi yang sering berulang dan 16. Counts GW; Stamm WE, Mc Kevitt M dkk. Treatment of cystitis in
women' with a single dose of trimethiprin–sulfamethoxazole. Rev
pria dengan infeksi yang menetap, perlu diobati. infect Dis. 1982; 4 : 484–490.
6) Dalam praktek sehari-hari, pengobatan pada wanita dengan 17. Bailey RR. Single dose therapy of urinary tract infection–Sydney,
I.S.K. bagian bawah tanpa komplikasi cukup dengan dosis ADIS health Science Press, 1983.
18. Erickson K, Kjellberg L, Henning C. Single dose antibiotics for
tunggal. Follow up dengan kultur sesudah 4–7 hari pengobatan. urinary infection. Lancet 1981; 1 : 331.
7) Keuntungan pengobatan dosis tunggal: lebih murah, kepa- 19. Fang LST, Talkoff RN, Rubin RH. Efficacy of single dose and
tuhan obat lebih tinggi, lebih menyenangkan, dan efek samping conventional amoxycillin therapy in urinary tract infection
localized by the antibody–Coated bacteria technic. N Engl J Med
lebih kecil. 1978, 298 : 413–416.
8) Pengobatan dosis tunggal cukup efektif, tetapi kurang 20. Kuning CM. Duration of treatment of urinary tract infections the
efektif daripada dosis ganda beberapa hari. Am J of Med 1981; 71 : 849–854.
9) Kegagalan pengobatan dosis tunggal berarti ada komplikasi 21. Lawrence RM. Current theraphy of urinary tract infections and
pyelonephritis. Seminar in Nephrology : 6:3. 1986, 241–250.
atau I.S.K. bagian atas dengan komplikasi. Di sini barn perlu 22. Sellon M., Cooke DJ, Gillespie WA dkk. Micrococcal urinary tract
pemeriksaan bakteriologis, radiologis dan urologis. infections in young women. Lancet 1975; 2 : 570 : -575.
10) Infeksi berulang pada wanita, 80% oleh serotipe baru dari 23. Treatment of urinary tract infections Med. Lett 1981; 23 : 69–70.
Eserikhia Coli atau bakteri usus yang lain dan 20% oleh kuman 24. Soney P, Polk BF. Single dose anti–mikrobial therapy for urinary
tract infections in women Rev infect des. 1982; 4 : 29–34.
seperti semula.
11) Pada wanita dengan infeksi berulang 1–2 kali pertahun,
dianjurkan pengobatan mandiri dosis tunggal.
12) Obat-obatan yang umum dipakai: trimetoprim–sulfa-
mctoksasol, furadantin, urfadin, ampisilin, asam nalidisik.

KEPUSTAKAAN Untuk segala surat-surat, pergunakan alamat:

1. Savard-Denton M, fenton BW, Roller LB dkk. Single dose amoxy- Redaksi Majalah Cermin Dunia Kedokteran
cillin therapy with follow up urine culture. Am J Med 1982;
73 : 808–813.
P.O. Box 3105 Jakarta 10002
2. Bailey RR, Abbott BD. Treatment of urinary tract infection with a single
dose of amoxycillin. Nephron. 1977; 18 : 316–320.
3. Williams JD, Smith EK. Single dose therapy with srteptomycin Ind
sulfametopyrazone for bacteriuria during pregnancy. Brit Med J 1970; 2 :
651–657.

14 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


Hipertensis Pada Diabetes Melitus

Dr. Wiguno P, Dr. M.S. Markum, Dr. Roemiati 0, Dr. R.P. Sidabutar
Sub Bagian Gin/al dan Hipertensi Bagian Ilmu Penvakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Ciptomangunkusumo, Jakarta

Diabetes melitus dan hipertensi adalah dua keadaan yang melitus.


berhubungan erat dan keduanya merupakan masalah kesehatan Laporan final dari "Working Group on Hypertension in
yang perlu mendapatkan penanganan yang seksama. Insidensi Diabetes", membagi hipertensi pada diabetes melitus dalam
hipertensi pada penderita diabetes melitus lebih tinggi apabila beberapa bentuk, seperti terlihat pada tabel5.
dibandingkan dengan penderita tanpa diabetes melitus, dan
pada beberapa penelitian dibuktikan, kenaikan tersebut sesuai Tabel. Hipertensi pada penderita dengan DM *)
dengan kenaikan umur dan lama diabetes. Diperkirakan 30– 1. Potentially surgical curable
60% penderita diabetes melitus mempunyai hubungan dengan 2. Nephropathy clinically absent
hipertensi1,2,3. Essential hypertension
Isolated Systolic hypertension
Hipertensi pada diabetes melitus meningkatkan morbiditas 3. Nephropathy present
dan mortalitas, serta berperan dalam mekanisme terjadinya Renal hypertension
penyakit jantung koroner, gangguan pembuluh darah perifer, 4. Neuropathy present
gangguan pembuluh darah serebral dan terjadinya gagal ginjal. Supine hypertension with orthostatic hypotension
Kelainan pada mata akibat diabetes melitus yang berupa *) dikutip dari 5
retinopati diabetik juga dipengaruhi oleh hipertensi..Oleh Dalam membicarakam patogenesis hipertensi pada diabe-
karena itu, hipertensi pada diabetes melitus perlu ditanggulangi tes melitus dapat ditinjau dari berbagai segi, misalnya peran
secara seksama. Untuk tujuan ini diperlukan pengetahuan ginjal, sistem pembuluh darah dan jantung, sistem renin-
mengenai patogenesis hipertensi pada diabetes melitus, dan angiotensin-aldosteron, sistem susunan saraf otonom, dan peran
berbagai obat anti-hipertensi serta pengaruhnya terhadap berbagai hormon.
diabetes melitus. Kelainan histopatologik pada ginjal akibat hipertensi dapat
mengenai glomerulus, tubulus, interstitium, dan arteriol.
PATOGENESIS1,3,4 Kelainan patologik yang paling sering dijumpai adalah lesi
Hipertensi pada diabetes melitus dapat dilihat dalam nodular yang mengenai mikrovaskular dan lesi glomerular
beberapa bentuk, yaitu1: yang difus. Kelainan ini lebih banyak dijumpai pada diabetes
1. Hipertensi diabetik melitus tipe I dan dikenal dengan lesi Kimmelstiel Wilson.
2. Hlpertensi sistolik Keadaan ini dihubungkan dengan terjadinya hialinisasi glo-
3. Hipertensi esensial. merulus yang mengakibatkan penurunan kliren air, peninglcat-
Hipertensi diabetik adalah bentuk hipertensi renal yang ter- an volume intravaskular, dan hipertensi. Gambaran klinik yang
jadi pada nefropati diabetik yang sering ditemukan pada dijumpai adalah proteinuri, hipertensi, dan gagal ginjal.
diabetes melitus tipe I. Hipertensi sistolik merupakan akibat Peningkatan tekanan darah yang terjadi sejalan dengan berat-
terjadinya aterosklerosis pada diabetes melitus. Sedangkan nya kelainan pada ginjal. Dengan adanya pielonefritis yang
hipertensi esensial merupakan bentuk yang paling sering di- sering dijumpai pada diabetes melitus, akan memperberat
jumpai dan biasanya merupakan komplikasi akhir dari diabetes glomerulosklerosis, dan kemungkinan berperan secara ber-

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 15


makna pada patogenesis hipertensi. mengenai riwayat hipertensi atau diabetes dalam keluarga,
Terdapat 2 (dua) teori yang dapat menerangkan mekanis- riwayat penggunaan obat yang dapat meningkatkan tekanan
me terjadinya kelainan mikrovaskular pada glomerulosklerosis darah atau gula darah antara lain steroid, pil kontrasepsi,
diabetik, yaitu teori genetik dan teori metabolik yang keduanya antiinflamasi nonsteroid atau dekongestan nasal perlu di-
saling kontroversial. Teori genetik menyatakan, terjadinya tanyakan. Keluhan yang dapat timbul pada hipertensi atau
mikroangiopati disebabkan oleh sifat genetik (genome) dari diabetes perlu ditanyakan dengan teliti. Riwayat pengobatan
vaskular sendiri dan tidak dipengaruhi oleh faktor yang ber- hipertensi dan perkembangan keadaan tekanan darahnya dapat
hubungan dengan defisiensi insulin. Hal ini dibuktikan bahwa dipakai untuk menduga kemungkinan hipertensi sekunder.
lesi mikrovaskular dijumpai pada beberapa penderita tanpa Walaupun hipertensi sekunder yang potensial dapat
kelainan glukosa dan terjadinya lesi awal pada glomerulos- disembuhkan dengan tindakan bedah (potentially sugical
klerosis diabetik yang berupa penebalan membrana basalis curable) seperti hipertensi renovaskular, hiperaldosteronisme
jarang dijumpai pada awal penyakit. Teori metabolik menyata- primer, feokromositoma, biasanya jarang dijumpai, akan tetapi
kan, terjadinya mikroangiopati secara langsung oleh karena hal ini perlu dipertimbangkan. Hipertensi golongan ini biasanya
kelainan metabolik akibat defisiensi insulin baik secara absolut merupakan hipertensi maligna, secara klinis sesuai dengan
maupun relatif. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah hipertensi sekunder, respon pengobatan yang jelek, atau pada
obesitas. Obesitas dijumpai pada 80% penderita diabetes penderita yang semula mudah dikontrol tiba-tiba menjadi sulit
melitus tipe II dan diduga faktor ini juga mempengaruhi terkontrol. Kebiasaan minum alkohol, makan makanan yang
terjadinya hipertensi pada diabetes melitus3. banyak mengandung garam, faktor psikososial dan lingkungan
Kelainan pada diabetes melitus yang klasik adalah mikro- yang dapat mempengaruhi tekanan darah perlu diteliti.
angiopati spesifik dan makroangiopati yang tidak spesifik yang Dalam pengukuran tekanan darah harus diperhatikan cara
mempunyai andil terhadap terjadinya hipertensi. Pada hiper- pengukuran, alat ukur, saat pengukuran dan tempat pengukur-
tensi dan diabetes melitus terjadi proliferasi otot polos pem- an. Pemeriksaan pada jantung, mata, ginjal dan susunan saraf
buluh darah akibat kerusakan pembuluh oleh kadar hormon dan pusat perlu dilakukan untuk menilai keterlibatan organ tersebut
lemak dalam sirkulasi yang abnormal, dan atau intervensi trom- pada hipertensi. Penilaian yang mengarah pada hipertensi
bosit yang menimbulkan hiperagregasi. Keadaan tersebut me- sekunder seperti bruit di abdomen, ginjal polikistik, takikardi
rupakan latar belakang terjadinya aterosklerosis, dengan akibat dan keringat tidak boleh dilupakan.
terjadinya hipertensi sistolik pada penderita diabetes melitus. Pemeriksaan darah tepi dan urin lengkap, fungsi ginjal,
Hubungan antara hipertensi pada diabetes melitus dengan kadar gula darah, kalium dalam serum, dan hemoglobin
sistem renin-angiotensin-aldosteron dilaporkan kontroversial glikosilated diperlukan untuk menilai keadaan diabetes dan
oleh beberapa peneliti. Pada umumnya menyatakan, pada awal kemungkinan penyebab hipertensi. Pemeriksaan fraksi lemak
penyakit aktifitas renin plasma (PRA) masih normal atau diperlukan untuk menilai faktor risiko kardiovaskular.
meningkat, sedangkan pada akhir penyakitnya didapatkan
penurunan respon renin terhadap efek stimulasi oleh perubahan PENATALAKSANAAN
posisi, furosemid, diaksosid dan angiotensin II. Pada umumnya Pengobatan hipertensi pada diabetes selain bertujuan untuk
peninggian tekanan darah tidak diikuti oleh peningkatan renin mengontrol tekanan darah harus juga diperhatikan kontrol ter-
dan aldosteron. Keadaan inilah yang dapat menerangkan bahwa hadap diabetes melitus dan komplikasinya, terutama yang me-
hipertensi maligna jarang diju.mpai pada penderita diabetes nyangkut ginjal dan kardiovaskular. Secara garis besar penata-
melitus2,3. Adanya kadar katekolamin yang rendah pada laksanaan hipertensi dapat dibedakan atas penatalaksanaan
penderita hipertensi dan diabetes melitus kemungkinan non-farmakologik dan penatalaksanaan farmakologik.
merupakan salah satu yang dapat menerangkan keadaan ini. Prinsip pengobatan hipertensi masa kini dengan perhatian
Dalam keadaan basal, kadar katekolamin ditemukan terhadap pengaruh pengobatan pada kualitas hidup penderita
normal pada penderita diabetes melitus. Akan tetapi perang- harus selalu mendasari sikap kita dalam pemilihan obat.
sangan dengan perubahan posisi dan aktifitas fisik isometrik
Pengobatan non-farmakologik2,5,6,7
menunjukkan kelainan dalam peningkatan katekolamin.
Pengobatan non-farmakologik dapat diberikan sebagai
Katekolamin diketahui mempengaruhi pelepasan renin,
terapi tambahan pada pengobatan farmakologik. Pengobatan
sehingga adanya penurunan kadar katekolamin bertanggung
non-farmakologik dapat berupa kontrol terhadap berat badan,
jawab terhadap penekanan sistem renin-angiotensin-aldosteron.
membatasi asupan garam, atau asam lemak. Pengobatan ini
Beberapa hormon diduga mempunyai pengaruh terhadap
biasanya diberikan untuk hipertensi yang ringan. Jenis
ter-jadinya hipertensi pada diabetes melitus. Hormon yang di-
pengobatan yang diberikan diupayakan yang tidak mengganggu
ketahui mempunyai peran terhadap mekanisme kontrol tekanan
gaya hidup dan tanpa efek samping.
darah adalah PRA, katekolamin, kortisol dan growth hormone.
Penurunan berat badan sampai dengan batas tertentu
yang diharapkan merupakan indikasi pengobatan, baik pada
EVALUASI KLINIK DAN DIAGNOSTIK5,6
hipertensi maupun diabetes melitus. Penurunan berat badan
Pada prinsipnya, evaluasi hipertensi pada diabetes tidak
ini dapat dilakukan dengan pembatasan kalori ataupun olah-
berbeda dengan evaluasi hipertensi pada penderita non-
raga. Pada beberapa penelitian, olah-raga terbukti dapat me-
diabetes, akan tetapi berbagai bentuk hipertensi yang dapat
nurunkan tekanan darah melui penurunan tahanan perifer.
terjadi pada diabetes perlu diperhatikan. Anamnesis yang teliti

16 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


Di samping itu olah-raga menimbulkan perasaar. santai yang kemungkinan terjadi penimbunan kalium yang dapat meng-
dapat membantu menurunkan tekanan darah. Kedua bentuk ganggu irama jantung. Golongan ini dilaporkan pula dapat
pengobatan non-farmakologik tersebut sangat sesuai untuk menimbulkan gangguan seksual sehingga penggunaannya
pada penderita diabetes karena dapat mengontrol gula darah. jarang dianjurkan.
Pembatasan asupan garam di samping penurunan berat Golongan penyekat beta atau betabloker, sering me-
badan dapat menurunkan tekanan darah. Akan tetapi perlu ngaburkan gejala hipoglikemi dan memperlambat penyembuh-
diperhatikan agar pembatasan garam masih telap dapat diterima annya. Di samping itu dapat pula mengganggu toleransi glu-
oleh penderita. Untuk ini perlu diperhatikan kebiasaan makan kosa dengan menghambat sekresi insulin. Hal ini lebih banyak
dan jenis makanan yang banyak mengandung garam. terjadi pada betabloker golongannon-selektif akibat terjadinya
Penambahan kalium, pemanfaatan ion kalsium dan mag- hambatan pada resptor beta-2 yang berperan dalam sekresi
nesium belum seluruhnya meyakinkan sehingga masih belum insulin melalui perangsangannya.
direkomendasi. Pada beberapa penelitian, pemberian diet Golongan penyekat alfa yang beredar di Indonesia adalah
rendah lemak jenuh dibuktikan dapat menurunkan tekanan prasozin. Akibat samping yang sering teijadi pada golongan ini
darah dan mengurangi faktor risiko kardiovaskular. adalah hipotensi ortostatik. Oleh karena golongan ini tidak
Menghindari rokok, alkohol, hiperlipidemi dan stres yang ber- memperberat gangguan metabolisme lemak pada diabetes
lebihan akan menolong menghindarkan diri dari risiko hipertensi. melitus dan jarang menimbulkan gangguan seksual, obat
golongan ini dipakai sebagai pengobatan tingkat pertama untuk
Pengobatan farmakologik2,4,5,6,8
hipertensi pada diabetes melitus. Pada penderita dengan
Apabila dengan pengobatan non-farmakologik belum
gangguan saraf otonom perlu mendapat perhatian khusus
menolong, langkah selanjutnya adalah menggunakan obat.
karena sudah terjadi hipotensi ortostatik.
Menjadi masalah kapan pengobatan harus dimulai? Mengingat
Golongan penghambat simpatik seperti reserpin, klonidin,
adanya pengaruh terhadap kelainan pembuluh darah, hipertensi
alfametildopa, dan guanitidin sering menimbulkan efek sam-
pada diabetes harus mulai diberikan pengobatan farmakologik
ping seperti hipotensi ortostatik, dan gangguan seksual.
apabila tekanan darah 140 mmHg sistolik atau lebih, setelah
Gangguan ini akan makin menonjol pada penderita diabetes
pengobatan non-farmakologik tidak berhasil. Pertimbangan ini
melitus yang disertai gangguan saraf otonom.
sesuai dengan penelitian KNOWLER (dikutip dari 4), yang
Golongan vasodilator seperti hidralasin dan minoksidil juga
mendapatkan, tekanan darah 145 mmHg sistolik insidensi
sering menimbulkan hipotensi ortostatik, walaupun sedikit peng-
retinopati menjadi dua kalinya. Sedangkan PARVING (dikutip
aruhnya terhadap toleransi glukosa, elektrolit dan kadar lemak.
dari 4) menunjukkan, dengan pengobatan hipertensi secara
Golongan antagonis kalsium dan penghambat ensim
agresif ternyata dapat menurunkan 57% albuminuri setelah
konversi angiotensin dapat dipakai pada hipertensi pada
pengobatan selama 1 tahun pada penderita muda dengan
diabetes melitus. Mengenai pengaruhnya terhadap toleransi
diabetes melitus tipe I.
glukosa dan metabolisme insulin masih merupakan kontro-
Apabila telah disepakati bahwa hipertensi pada diabetes me-
versial. Sebagian mengatakan, golongan ini tidak mempe-
litus harus diobati, maka masalah kedua adalah obat mana yang
ngaruhi sekresi insulin dan metabolisme glukosa; sedangkan
akan digunakan. Pada prinsipnya disetujui bahwa pengobatan hi-
yang lain menyatakan, golongan ini mempunyai tendensi
pertensi pada diabetes melitus tidak berbeda dengan peng-
diabetogenik.
obatan pada hipertensi pada penderita tanpa diabetes melitus.
Penghematan ensim konversi angiotensin selain
Yang perlu mendapatkan perhatian ialah bahwa efek samping
mempunyai efek antihipertensi pada diabetes melitus juga
obat anti-hipertensi dapat menimbulkan gangguan metabolik
mengurangi proteinuri dan mempertahankan fungsi ginjal pada
pada diabetes melitus. Oleh karena itu pengobatan harus
nefropati diabetik. Penggunaan obat golongan ini harus hati-
diberikan dengan mengingat kepentingan secara individual dan
hati apabila terdapat keadaan hiporenin-hipoaldosteronisme
tingkat kelainan metabolik yang ada.
dan gangguan fungsi ginjal karena efek sampingnya.
Golongan diuretik tiasid banyak dipakai pada pengobatan
Hiperkalemi, gangguan fungsi ginjal dan proteinuri dapat
hipertensi pada diabetes, karena dihubungkan dengan adanya
timbul sehingga perlu pemantauan secara seksama.
retensi natrium. Akan tetapi, secara epidemiologik terbukti
Keuntungannya, golongan ini tidak mempengaruhi toleransi
dapat meningkatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain.
glukosa, kadar lemak dan gangguan seksual. Enalapril
Pada penggunaan jangka panjang dapat teijadi gangguan
merupakan obat yang baru dari golongan ini dan dinyatakan
toleransi glukosa, kenaikan kadar lemak darah, hipokalemi dan
lebih jarang menimbulkan efek samping.
gangguan seksual yang pada diabetes melitus kemungkinannya
Berbagai efek samping obat dan kaitannya dengan ganggu-
menjadi meningkat. Pada diabetes melitus tipe II penggunaan
an metabolisme glukosa pada diabetes melitus, harus. merupa-
tiasid dapat menurunkan sekresi insulin melalui efek
kan bahan pertimbangan dalam pemilihan obat dan harus selalu
hipokalemi sehingga akan mengganggu kontrol terhadap
dikaitkan pengaruhnya terhadap kualitas hidup penderita.
diabetes. Keadaan ini tidak berpengaruh pada diabetes melitus
tipe I karena memang teijadi ketidakefektifan sekresi insulin.
Pada gangguan fungsi ginjal, tiasid menjadi kurang efPktif RINGKASAN
aan pada keadaan ini furosemid dapat digunakan. Golongan ini Telah diuraikan patogenesis, evaluasi klinik dan penata-
juga menimbulkan efek samping yang kurang lebih sama laksanaan hipertensi pada diabetes melitus. Di pasaran tersedia
sehingga memerlukan pengawasan yang seksama. Pada peng- banyak sekali obat anti-hipertensi yang telah dibuktikan
gunaan diuretik golongan spironolakton perlu dipikirkan efektifitasnya untuk pengobatan hipertensi. Pengobatan

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 17


hipertensi pada penderita tanpa diabetes melitus, akan tetapi 3. Yzagoumis M. Aspect of Hypertension, Coexisting Diabetes, Pfizer
International Inc. publication.
tingkat gangguan metaboliknya perlu mendapatkan perhatian. 4. Hamet P. Metabolic Aspects of Hypertension : Hypertension
Beberapa pertimbangan dalam pemilihan jenis obat telah di- Physiopathology and Treatment, 2nd Ed. Jacques Genest, Erich
uraikan. Koiw, Otto Kuchel (eds), Mc. Graw-hill Book Company, 1977:
Prinsip pengobatan hipertensi masa kini yang tidak hanya 413-16.
5. Statement on Hypertension in Diabetes Mellitus, Final Report The
menurunkan tekanan darah saja, akan tetapi harus mem- Working Group in Hypertension in Diabetes, Arch Intern Med 1987; 147:
perhatikan kualitas hidup penderita harus selalu ,,diingat. 830-42.
6. Sidabutar RP, Wigune P. Hipertensi Esensial dan Penanggulangannya.
Dalam : Hipertensi Pendekatan Praktis dan Penatalaksanaan, Bintari
KEPUSTAKAAN Rukmono, Elias Sulisto (eds), 1986 : 41-61.
7. Kaplan NM. Non-Drug Treatment of hypertension, Annals of Internal
1. Christlieb AR. Diabetes and Hypertensive Vascular Disease : Medicine 1985; 102 : 359-73.
Mecahanism and Treatment. The Am J of Cardiology 1973; 32 : 8. Roesma J, Sidabutar RP. Penanggulangan Hipertensi Pada Diabetes
592-604. Melitus dengan Perhatian khusus pada Penghambat Enzim Konverting
2. Peiris AN and Gustafson AB. Current Therapeutic Copcepts in Angiotensin, Simposium Nasional Hipertensi, Aspek Khusus dan Gagal
Diabetic Hypertension. Diabetes Care 1986; 9 (4) : 409-13. Jantung, 29 Agustus 1987, Jakarta.

18 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


Hipertensi dengan Kehamilan
Dr. Jose Roesme, Dr. Endang Susalit, Dr. Suhardjono, Dr. Pudji Rahardjo
Subbagian Ginjal-Hipertensi, Bagian Ilmu Penyakit Da/arn
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Ciptomangunkusumo, Jakarta

Berdasarkan pengalaman klinik dalam penanggulangan hi- catch atau urin kateter yang diperiksa dengan metode kertas
pertensi dengan kehamilan di Indonesia dengan penyesuaian reagen (strip) atau metode sulfosalisilat. Pemeriksaan ini harus
terhadap lingkungan dan fasilitas yang tersedia bagi sebagian dilakukan dua kali dengan selang waktu 4 jam.
besar dokter di Indonesia, dirasakan perlu adanya suatu upaya b) atau didapatkan jumlah protein sama atau lebih dari 300 mg
klasifikasi baru mengenai hipertensi dengan kehamilan. Tujuan pada urin 24 jam yang terkumpul sempurna. Pemeriksaan ini
klasifikasi baru ini adalah untuk mempermudah diagnostik cukup dilakukan satu kali saja.
dengan memberikan beberapa tolok ukur klinik dan untuk me- Kedua tolok ukur ini dapat diperiksa secara objektif dan pada
nyeragamkan catatan medik agar dapat membantu epidemio- umumnya dapat dilakukan di seluruh Indonesia.
logi dan penanggulangan hipertensi dengan kehamilan dimasa
depan. BEBERAPA ISTILAH
Dalam Kongres Internasional Society of Hypertension in Istilah hipertensi proteinuria dengan kehamilan dipakai
Pregnancy' , diusulkan suatu kiasifikasi klinis yang dirasakan sebagai istilah umum, yang menggambarkan adanya hipertensi
cocok untuk negara kita. Makalah ini berusaha menyebarluas- proteinuria dan adanya kehamilan tanpa menjelaskan hubung-
kan klasifikasi baru ini untuk mendapatkan umpan balik dari annya.
pembaca. Istilah hipertensi proteinuria pada kehamilan dipakai -bila
diperkirakan hipertensi dan proteinuria disebabkan oleh he-
BEBERAPA TOLOK UKUR KLINIS hamilan itu sendiri.
Di masa lalu yang segala keadaan yang berhubungan Pada umumnya keadaan ini timbul setelah kehamilan ber-
dengan hipertensi dengan kehamilan digabungkan dalam istilah langsung 20 minggu atau lebih, waktu persalinan ataupun 2
toksemia kehamilan dengan trias hipertensi, proteinuria dan hari masa nifas.
edema. Pada saat ini, istilah toksemia kehamilan tidak dianjur- Istilah hipertensi proteinuria dan kehamilan dipakai bila:
kan lagi, demikian juga berpuluh-puluh istilah lain. Yang di- a) Keadaan ini telah diketahui sebelum kehamilan atau
pakai adalah data klinis yang ditemukan pada satu kali peme- b) Keadaan ini timbul sebelum kehamilan 20 minggu, dan
riksaan. Edema yang penilaiannya sangat subjektif, terutama c) Keadaan ini tetap ada setelah habis masa nifas. Jadi hiper-
dalam derajat dan patologinya tidak lagi dipakai sebagai tolok tensi / proteinuria telah ada sebelum hamil dan tetap ada
ukur. Tolok ukur yang dipergunakan hanya tinggal dua, yaitu sesudah nifas.
hipertensi dan proteini ria bermakna.
Hipertensi dinyatakan dan apabila tekanan diastolik sama KLASIFIKASI HIPERTENSI DENGAN KEHAMILAN
atau lebih dari 90 mmHg, yang diperiksa dua kali berturutturut
1. Hipertensi pada kehamilan.
dengan selang waktu 4 jam atau bila tekanan diastolik sama
2. Hipertensi dan kehamilan
atau lebih dari 100 mm Hg pada waktu pemeriksaan. Penilaian
3. Hipertensi dengan kehamilan tidak terklasifikasi.
tekanan darah dilakukan dalam keadaan berbaring miring,
dalam posisi setengah. duduk (15–30 derajat dari bidang
Hipertensi pada kehamilan
mendatar). Tekanan diastolik diukur berdasarkan bunyi
Korotkoff 4, yaitu pada saat bunyi terdengar melemah. Golongan ini dibagi dalam :
Proteinuria bermakna dinyatakan ada bila didapatkan: a. hipertensi pada kehamilan > 20 minggu / persalinan / 2 hari
a) derajat 2+ pada urin sewaktu dengan memakai cara clean masa nifas.

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 19


b. Proteinuria pada kehamilan > 20 minggu / persalinan / 2 dari diskusi-diskusi yang menyertai usulan ini.
hari masa nifas. Sub bagian Nefrologi Bagian Penyakit Dalam FKUI
c. Proteinuria dan hipertensi pada kehamilan > 20 minggu / sedang berusaha mengklasifikasi penderita-penderitanya dan
persalinan / 2 hari masa nifas = (preeklampsia). mempelajari kelamahan dan keuntungannya usulan barn ini.
• Hipertensi pada kehamilan adalah :
hipertensi yang timbul pada kehamilan yang hilang/menjadi KLASIFIKASI BARU DAN PENGOBATAN
normotensif pada masa nifas. Klasifikasi baru lebih bersifat suatu upaya mencapai
• Proteinuria pada kehamilan bisa disebabkan : kesatuan pendapat dalam mencapai diagnostik dan tidak
1. orthostatic proteinuria mempunyai pengaruh terhadap pengobatan. Pada umumnya
2. pyuria semua pengobatan yang telah dianjurkan untuk hipertensi
3. kehamilan sendiri (preeklampsia) dengan kehamilan tetap berlaku3. Malah klasifikasi ini
4. penyakit ginjal baik akut maupun kronik. berusaha membantu upaya pengobatan dengan:
Orthostatik proteinuria dan pyuria dapat di diagnosis dengan – menyesuaikan tolok ukur hipertensi yaitu tekanan darah
mudah, sedangkan proteinuria yang disebabkan kehamilan 140/90 sesuai dengan tolok ukur WHO yang berlaku umum.
sendiri dan proteinuria pada penyakit ginjal baik akut maupun – bila tekanan diastolik sama atau lebih 110 mmHg cukup
kronik sering barn bisa diketahui secara pasti pasca persalinan. satu kali pemeriksaan saja untuk diagnosis hipertensi.
Proteinuria ini akan menghilang pada masa nifas. – hipertensi berat didefinisikan sebagai tekanan diastolik
Proteinuria dan hipertensi pada kehamilan pada umumnya sama atau lebih dari 120 mmHg sekali periksa atau tekanan
merupakan pertanda preeklampsia. Kadang-kadang nefritis diastolik sama atau lebih 110 mmHg diperiksa 2x dengan
akut bisa muncul pertama kali dalam kehamilan dengan gejala selang waktu 4 jam.
hipertensi danproteinuria,tapi kejadian ini jarang sekali. – tekanan diastolik dikur pada fase korotkoff 4 (bunyi me-
lemah), kecuali bila hal itu tidak jelas baru dipakai korot-
Hipertensi dan kehamilan koff 5.
Keadaan ini meliputi : Dengan cara demikian, pengobatan dapat dilakukan segera
a. hipertensi kronik tanpa perlu menunggu/mencari tolok ukur yang lain yang di-
b. penyakit ginjal kronik pakai oleh klasifikasi terdahulu.
c. hipertensi dengan preeklampsia (superimposed)
• Hipertensi kronik pada umumnya adalah hipertensi essen-
sial yang terdapat bersama dengan kehamilan. KEPUSTAKAAN.
Hipertensi sekunder pun bisa ditemukan sesuai dengan fre-
kuensinya pada masyarakat. 1. Davey, Mac Gillivray. Hypertensive Disordes of Pregnancy. Clin and exper
Hyper, 1986; BS (1) : 97–133.
• Penyakit ginjal kronik disamping yang jelas dapat 2. Jose Roesma, Sidabutar RP, Hipertensi dengan Kehamilan, suatu upaya
diketahui, dianggap ada bila ditemukan proteinuria bermakna klasifikasi baru Naskah lengkap KOPAPDI VII, 24–27 Agustus 1987.
sebelum kehamilan 20 minggu. 3. Jose Roesma. Pengobatan Hipertensi dengan Kehamilan, MEDIKA 1984.
• Timbulnya proteinuria pada hipertensi kronik selama masa
kehamilan menunjukkan timbulnya preeklampsia, yang disertai
kenaikan jumlah kematian perinatal.
Hipertensi dan/atau proteinuria yang tidak dapat
diklafikasi-kan.
Hal ini terutama terjadi bila hipertensi dan/atau proteinuria
didapatkan pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu tanpa
ada didapatkan riwayat kadaan ini sebelumnya. Klasifikasi
diadakan sesudah persalinan. Bila hipertensi dan/atau protei-
nuria menghilang setelah persalinan, keadaan ini termasuk
hipertensi/proteinuria pada kehamilan. Bila hipertensi ini/ atau
proteinuria tetap ada sesudah 2 hari masa nifas, keadaan ini
termasuk hipertensi/proteinuria dan kehamilan.

KEUNTUNGAN KLASIFIKASI BARU


1. Bersifat murni klinis.
2. Klasifikasi didasarkan saat timbulnya kelainan sewaktu
kehamilan, persalinan atau dalam 2 hari masa nifas.
3. Klasifikasi ini membuka kesempatan untuk reklasifikasi
selambat-lambatnya sampai akhir masa nifas.
Klasifikasi ini sangat sederhana praktis dan kami anjurkan
dipakai oleh para ahli sesuai sikon di Indonesia.
Masih banyak kelemahan-kelemahan, yang juga terbukti

20 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


Kelainan -Ginjal Pada Penyakit
Tropik
Dr. E. Susalit, Dr. Jose Roesma, Dr. Pudji Rahardjo dan Dr. R.P. Sidabutar
Subbagian Ginjal–Hipertensi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / RS. Ciptomangunkusumo, Jakarta

PENDAHULUAN dang-kadang menurun. Circulating immune complex dan anti-


Penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi, gigitan ular bodi bisa didapatkan dalam serum.
dan sengatan serangga bisa mengakibatkan berbagai kelainan Jadi endapan C3 dan imunoglobulin, adanya antigen di
ginjal. Kelainan bisa terjadi di semua bagian ginjal, tergāntung glomerulus, penurunan C3 serum dan adanya antibodi dan
pada jenis dan berat penyakit dan yang paling sering meng- circulating immune complex dalam serum merupakan bukti
alami kelainan adalah glomerulus. peranan mekanisme imunologik.
Sindrom klinik yang bisa terjadi adalah sindrom nefritis,
Reaksi nonspesifik
.sindrom nefrotik dan gagal ginjal akut. Sindrom nefritis atau
Gagal ginjal akut karena nekrosis tubuler akut pada infeksi
glomerulonefritis biasanya ringan dan sementara, pada infeksi
berat umumnya disebabkan oleh faktor nonspesifik proses
akut misalnya malaria, demam tifoid, tetapi glomerulonefritis
inflamasi. Faktor-faktor ini adalah hipovolemia, hemolisis
bisa persisten dan bahkan menimbulkan sindrom nefrotik pada
intravaskuler, koagulasi intra vaskuler, mioglobinuria, hiper-
infeksi kronik misalnya malaria kwartana dan skistosomiasis.
viskositas darah, pelepasan katekholamin dan penurunan curah
Gagal ginjal akut dengan kelainan tubulointerstisial yang
jantung. Walaupun pada penyakit tertentu hanya salah satu
umumnya nekrosis tubuler, sering terjadi pada infeksi berat
faktor yang menimbulkan gagal ginjal, tetapi umumnya pada
misalnya oleh malaria falsiparum, leptospirosis atau gigitan
kebanyakan kasus berbagai faktor nonspesifik di atas ikut
ular.
berperan. Faktor-faktor tersebut menyebabkan penurunan aliran
darah ginjal yang menimbulkan iskemi ginjal yang
mengakibatkan nekrosis tubuler akut dan akhirnya gagal ginjal.
PATOGENESIS
Infeksi berat (sepsis) sering disertai ikterus dan hiperbili-
Terdapat 4 mekanisme yang berperan dalam menimbulkan
rubinemia ini bisa lebih memperburuk fungsi ginjal.
kelainan ginjal, yaitu efek migrasi parasit, proses imunologik,
reaksi nonspesifik dan nefrotoksisitas langsung. Nefrotoksik langsung
Leptospirosis dan gigitan ular Russel's viper merupakan
Efek migrasi parasit
contoh di mana lesi gagal disebabkan oleh nefrotoksik lang-
Kelainan ginjal bisa terjadi selama migrasi parasit. Reaksi
sung. Pada percobaan dengan mencit, lepstopira didapatkan di
jaringan bisa berupa proliferasi, infiltrasi dan pembentukan
glomerulus dan interstisium 3 jam dan di tubulus proksimal 9
granuloma atau kista. Termasuk dalam mekanisme ini adalah
jam sesudah inokulasi lepstropira. Lesi patologis permulaan
kelainan ginjal akibat larva migran dan kista hidatid.
terjadi di glomerulus dan interstitium yang kemudian bisa me-
Pada filariasis, obstruksi pembuluh limfe saluran kencing
ngenai tubulus, merupakan akibat langsung karena adanya
atau ginjal yang mengakibatkan khiluria.
leptospira.
Proses imunologik Gagal ginjal karena gigitan ular Russel's viper terjadi se-
Mekanisme ini menyebabkan lesi pada glomerulus. Glome- gera setelah digigit tanpA adanya perubahan tanda vital.
rulonefritis proliferatif mesangial sering terjadi pada penyakit
infeksi, di mana terdapat endapan terutama C3 dan IgM di
mesangium. Walaupun sukar, Antigen spesifik dapat diperlihat- LESI GLOMERULLJS PADA PENYAKIT INFEKSI
kan di glomerulus. Kadar C3 serum biasanya normal dan ka Terdapat dua jenis glomerulonefritis pada penyakit

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 21


infeksi. kadang terlihat sklerosis fokal mesangial. Endapan IgG, IgM,
1) Glomerulonefritis ringan. C3 dan antigen Plasmodium malariae yang granuler t,erlihat se-
Glomerulonefritis jenis ini biasanya terjadi setelah infeksi panjang dinding kapiler, sedangkan electrone dense deposits
akut. Biasanya didapatkan proteinuria ringan dengan sedikit terdapat di membrana basalis atau di daerah subepitelial. Di
kelainan sedimen urin yang membaik setelah infeksinya diatasi. daerah subendotelial bisa terlihat basement membrane like
Walaupun jarang, bisa dijumpai hematuria makroskopik. material.
Fungsi ginjal normal dan biasanya tekanan darah normal dan Glomerulonefritis pada malaria kwartana adalah suatu
tanpa edema. Komplemen serum sedikit menurun. Glomeru- penyakit imun kompleks yang perjalanannya kronik dan
lonefritis yang sementara ini disebabkan oleh semua jenis progresif yang bisa menimbulkan gagal ginjal. Perjalanan
infeksi akut seperti infeksi oleh virus, bakteri, riketsia, malaria klinik di sini berbeda dari malaria falsiparum, mungkin karena
falsiparum, leptospirosis, trikhinosis dan salmonelosis. pada malaria kwartana stimulasi antigen kronik, antibodinya
Pada . pemeriksaan histopatologis didapatkan hipertrofi berafinitas rendah dan perbedaan dalam respon imun.
mesangial atau proliferasi dengan endapan IgM dan C3 di Pengobatan glomerulonefritis pada malaria kwartana
daerah mesangial dan sepanjang gelung kapiler. Lesi ini meng- biasanya mengecewakan. Obat antimalaria, kortikosteroid dan
hilang dalam 4–6 minggu. obat imunosupresif jarang bisa memperbaiki manifestasi klinik
2) Glomerulonefritis persisten. dan prognosis umumnya buruk.
Glomerulonefritis dengan gejala klinik yang lebih jelas,
Lepra
terjadi pada penyakit infeksi yang perjalanannya kronik misal-
Penyakit lepra cukup banyak di daerah tropik. Lesi pada
nya pada penyakit lepra, hepatitis virus B dan filariasis. Mani-
ginjal lebih sering pada jenis lepromatosa dan dilaporkan ke-
festasi klinik berupa proteinuria, sindroma nefritik, sindroma
jadian glomerulonefritis pada penderita lepra sekitar 31%.
nefrotik bahkan bisa sampai gagal ginjal. Pengobatan infeksi
Manifestasi klinik bisa berupa sindrom nefritik, sindrom
dengan antimikroba bisa berhasil mungkin juga tidak dalam
nefrotik atau proteinuria dan hematuria asimtomatik. Circu-
memperbaiki lesi ini. Kortikosteroid memberikan hasil peng-
lating Immune complex dan .krioglobulin didapatkan pada
obatan yang bervariasi.
kebanyakan penderita dan komplemen serum rendah. Sindrom
nefrotik 'bisa timbul akibat amiloidosis, juga bisa karena
BERBAGAI PENYAKIT TROPIK YANG MENIMBULKAN
glomerulonefritis membranosa dan glomerulonefritis proli-
LESI GINJAL
feratif difus. Gagal ginjal kronik akibat amiloidosis merupakan
Malaria falsiparum
sebab kematian terbanyak, dan •kejadian amiloidosis sekunder
Malaria falsiparum adalah salah satu penyakit tropik yang
antara 2,4 – 8,4%.
sering dijumpai. Lesi pada ginjal terjadi pada 67% kasus dan
Gambaran histopatologis berupa glomerulonefritis pro-
merupakan penyebab penting gagal ginjal akut di daerah tropik.
liferatif difus dan proliferatif mesangial. Kadang-kadang be-
Manifestasi klinik bisa berupa glomerulonefritis ringan atau
rupa glomerulonefritis proliferatif fokal, kresentik, sklerosing
gagal ginjal akut dan kadang-kadang sindroma nefrotik. Pe-
dan membranosa. Endapan granuler IgM, IgG, IgA dan C3 ter-
meriksaan histopatologis memperlihatkan hipertrofi mesangial,
lihat di mesangium dan sepanjang dinding kapiler glomerulus,
proliferasi, endapan C3, IgM, kadang-kadang IgG dan endapan
sedangkan electror..e dense deposits terlihat di daerah mesang-
granuler antigen Plasmodium falsiparum di daerah mesangial
ial, subendotelial, intramembranosa dan subepitelial. Hal-hal di
dan sepanjang dinding kapiler. Electron dense deposits terlihat
atas menunjukkan suatu glomerulonefritis imun komplek,
di daerah subendotel dan paramesangium. Ini menunjukkan
walaupun belum dijumpai antigen lepra di glomerulus.
suatu glomerulonefritis imun komplek dengan Plasmodium
Pengobatan ditujukan pada lepra dan penatalaksaaan
falsiparum sebagai antigen.
sidrom nefrotik adalah suportif, sedangkan kortikosteroid tidak
Gambaran histopatologis gagal ginjal akut berupa nekrosis
efektif.
tubuler, terutama tubulus konvolutus distal. Nekrosis tubuler
akut di sini disebabkan oleh berbagai faktor aspesifik yang Hepatitis B
sudah disebutkan di atas. Glomerulonefritis disebabkan Hepatitis B tidak jarang di
Pengobatan malaria falsiparum dengan glomerulonefritis daerah tropik. Manifestasi klilik berupa sindrom nefritik,
ringan cukup dengan obat antimalaria. Bila terjadi gagal ginjal sindrom nefrotik atau proteinuria asimtomatik. Terdapat
yang memerlukan tindakan dialisis, hemodialisis lebih efektif hematuria mikroskopik dan pada 30% kasus kadar C3 turun.
daripada dialisis peritoneal, karena dihlysance yang rendah HBsAg terdapat dalam serum dan HBeAg dijumpai pada 2/3
akibat aliran mikrosirkulasi yang buruk. kasus.
Gambaran histopatologis bisa berupa glomerulonefritis
Malaria kwartana
membranosa, proliferatif mesangial, mesangiokapiler, proli-
Hubungan antara malaria kwartana dan glomerulonefritis
feratif difus atau glomerulosklerosis fokal. Endapan granuler
sudah lama diketahui. Kejadian infeksi Plasmodium malariae
IgG, IgM dan C3 terlihat sepanjang dinding kapiler. HBcAg
dengan sindroma nefrotik pada anak di Afrika cukup tinggi.
dan HBsAg bisa ditemukan di dinding kapiler dan mesangium.
Manifestasi klinik bisa berupa glomerulonefritis persisten,
Electrone dense deposits terlihat pada membrana basalis glome-
bahkan lebih sering sindroma nefrotik. Gambaran histopatolo-
rulus atau di daerah subendotelial, mesangial dan subepitelial:
gis berupa glomerulonefritis proliferatif fokal dan difus. Glo-
Hal di atas menunjukkan suatu glomerulonefritis imun kom-
merulonefritis membranosa sering pada anak-anak. Kadang-
plek.

22 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


Pengobatan kortikosteroid dan obat imunosupresif antigen skistosoma terlihat di daerah mesangial dan sepanjang
memberikan hasil yang bervariasi. Pada sampai 50% kasus bisa gelung kapiler. Electrone dense deposits terlihat di daerah
terlihat remisi spontan, yang umumnya terjadi pada 6 bulan mesangial dan mebrana basalis. Hal di atas sesuai dengan
pertama. glomerulonefritis imun komplek.
Pengobatan glomerulonefritis dengan obat antiskistosoma
Filariasis
saja atau dengan kortikosteroid dan obat imunosupresif, mem-
Pada filariasis, selain khiluria akibat pbstruksi pembuluh
berikan hasil yang mengecewakan. Hidronefrosis pada infeksi
limfe juga bisa terdapat glomerulonefritis. Telah dilaporkan
S. hematobium bisa membaik dengan obat antiskistosoma.
baik sindrom nefritik maupun sindrom nefrotik. Penderita
biasanya mempunyai riwayat obstruksi saluran limfe sebelum
Tripanosomiasis
timbul proteinuria dan hematuria.
Infeksi disebabkan oleh protozoa genus Tripanosoma.
Gambaran histopatologis berupa glomerulonefritis pro-
Manifestasi klinik bisa berupa glomerulonefritis atau gagal
liferatif mesangial atau membranosa dan didapatkan endapan
ginjal akut. Gambaran histopatologis berupa glomerulonefritis
C3 dan IgM di glomerulus. Walaupun antigen filaria belum
proliferatif dan terdapat endapan granuler IgG, IgM, C3 dan
dapat ditemukan, hal di atas menunjukkan suatu glomerulo-
antigen tripanosoma di glomerulus yang menunjukkan suatu
nefritis imun komplek. Mikrofilaria bisa terdapat dalam
endapan imun komplek.
glomerulus dan pada percobaan binatang bisa terlihat amiloi-
Degenerasi tubulus pada gagal ginjal akut disebabkan oleh
dosis.
iskemi ginjal akibat faktor aspesifik pada penyakit infeksi.
Pada glomerulonefritis pengobatan filariasis menghasilkan
perbaikan klinik, tetapi pada sindrom nefrotik pengobatan
Leismaniasis
filariasis tidak memperbaiki gejala klinik.
Lesi ginjal jarang terjadi pada leismaniasis viseral yang
Leptospirosis disebabkan oleh L. donovani. Manifestasi klinik berupa glo-
Pada leptospirosis lesi pada ginjal terutama kelainan merulonefritis ringan dan pada kasus kronik bisa timbul aini-
tubulointerstisial, sedangkan pada glomerulus sering hanya loidosis.
terjadi lesi ringan. Gambaran histopatologis berupa hipertrofi mesangial de-
Manifestasi klinik berupa gagal ginjal akut pada 44–67% ngan endapan IgA, IgG, IgM, C3 dan fibrinogen di daerah me-
kasus dan glomerulonefritis ringan. Gagal ginjal akut terjadi sangial dan sepanjang gelung kapiler. Electrone dense deposits
pada infeksi berat yang disebabkan oleh iskemi ginjal ākibat terdapat di daerah mesangial, subendotelial dan intra membran.
faktor aspesifik yang telah disebutkan di atas.
Gambaran histopatologis berupa lesi glomerulus yang Toksoplasmosis
biasanya ringan seperti pada penyakit infeksi akut lain. Pada Lesi glomerulus bisa terlihat pada infeksi T. gondii. Mani-
awal penyakit tampak sel polimorfonuklir di glomerulus yang festasi klinik berupa glomerulonefritis ringan dan kadang-
terjadi untuk sementara. Endapat C3 tampak di daerah mesa- kadang sindrom nefrotik.
ngial dan gelung kapiler. Kadang-kadang ada endapan IgM di Didapatkan hiperseluler sel endotel dan mesangial dengan
daerah mesangial, tapi pada kebanyakan kasus tak terlihat infriltrasi sel polimorfonuklir. Endapan granuler IgG; IgA, C3,
imunoglobulin. Pada mikroskop elektron hanya tampak fusi fibrin dan antigen toksoplasma didapatkan di daerah mesangial
foot processus fokal dan penebalan mebrana basalis lokal. Pada dan sepanjang dinding kapiler.
kasus gagal ginjal akut terlihat nekrosis tubulus baik proksimal
maupun distal dan di interstisium didapatkan infiltrasi sel Trikinosis
mononuklir dan edema. Manifestasi klinik berupa glomerulonefritis ringan. Di-
Pengobatan lesi ginjal terutama ditujukan kepada peng- dapatkan glomerulonefritis proliferatif mesangial dengan
obatan leptospira. Bila terjadi gagal ginjal, pada dasarnya tak endapanIgA, IgG, IgM dan C3 di daerah mesangial dan se-
berbeda dengan pengelolaan gagal ginjal akut pada umumnya. panjang gelung kapiler. Ini menunjukkan suatu glomerulo-
nefritis imun komplek.
Skistosomiasis
Lesi glomerulus telah dilaporkan pada skistosomiasis yang
Penyakit hidatid
disebabkan oleh S. mansoni dan japonicum. Manifestasi klinik
Penyakit ini disebabkan oleh larva Ekhinokokus. Kista
berupa glomerulonefritis persisten, bahkan yang sering adalah
yang terbentuk bisa terjadi di ginjal pada 2,5% kasus. Kista
sindrom nefrotik yang perlahan-lahan dan progresif menjadi
yang perlahan-lahan membesar menimbulkan gejala karena
gagal ginjal kronik. Dalam perjalanan penyakitnya yang kronik
penekanan terhadap jaringan di sekitarnya. Kadang-kadang
bisa terjadi amiloidosis. Hidronefrosis bisa terjadi akibat
bisa timbul hipertensi maligna. Kista yang pecah bisa me-
obstruksi ureter oleh granuloma pada infeksi S. hematobium.
nimbulkan syok anafilaktik. Keluhan yang biasanya ada adalah
Gambaran histopatologis berupa glomerulonefritis mem-
hematuri dan nyeri pinggang.
branoproliferatif difus. Juga telah dilaporkan bisa berupa
Pengobatan pada kista yang besar dengan operasi.
glomerulonefritis membranosa, glomerulosklerosis fokal, glo-
rnerulonefritis proliferatif difus dan glomerulonefritis pro- Larva migran viseral
liferatif ekstrakapiler. Endapan IgG, IgM, IgE, IgA, C3 dan Penyakit ini disebabkan oleh T. canis dan T. cati. Gra-

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 23


nuloma yang terbentuk, walaupun jarang bisa terjadi di ginjal. membranosa dan glomerulosklerosis. Endapan C3, 1gM dan
IgG bisa terlihat, tapi belum ada yang melaporkan antigen
Gigitan ular racun lebah di glomerulus.
Manifestasi klinik akibat toksin gigitan ular bisa berupa Mekanisme yang pasti terjadinya glomerulonefritis pada
sindrom nefritik dan kadang-kadang gagal ginjal. Pada ke- sengatan serangga masih dalam penyelidikan.
banyakan kasus, lesi glomerulus ringan berupa proliferasi atau
hipertrofi mesangial dengan endapan C3 dan IgM. Electron KEPUSTAKAAN
dense deposits terlihat di daerah mesangial dan suBendotelial. 1. Boonpucknavig V et al. Renal disease in acute Plasmodium falciparum
Kadang-kadang bisa juga terjadi glomerulonefritis berat yang infection in man, Kidney Int. 1979;16: 44.
pada gambaran histopatologis terlihat sebagai glomerulonefritis 2. Chugh KS et al. Pathogenesis of renal lesions in snakes bites, pada
proliferatif difus. Proceedings of the Second Asian-Pacific Congress of Nephrology,
Melbourne, 1983, hal. 183.
Gagal ginjal akut bisa terjadi pada gigitan ular dan pada 3. Hendrickse RG et al. Quartan malarial nephrotic syndrome in children,
pemeriksaan histopatologis didapatkan nekrosis tubulus akut Kidney Int. 1979; 16 : 64.
dan nekrosis kortek. Lesi pada ginjal ini disebabkan oleh efek 4. Houba V. Immunologic aspects of renal lesions associated with malaria,
nefrotoksik langsung toksin gigitan ular. Kidney Int. 1979; 16 : 3.
5. Sitprija V. Mechanisms of renal involvement in tropical diseases, pada
Proceedings of the Third Colloquium in Nephrology, Tokyo, 1979 hal.
Sengatan serangga 104.
Sindrom nefrotik akibat sengatan lebah telah lama di- 6. Sitprija V et al. Tropical diseases and glomerulonephritis, pada Proceeding
ketahui. Gambaran histopatologis bisa berupa lesi minimal, of the Third Asian-Pasific Congress of Nephrology, Singapore, 1986, hal.
262.
glomerulonefritis proliferatif mesangial, glomerulonefritis
Masalah Penggunaan Diuretika
Dr. P. Siregar, Dr. Wiguno P., Dr. Roemiati Oesman, Dr. R.P. Sidabutar
Subbagian Ginjal-Hipertensi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FakultasKedokteran Universitas Indonesia/ RS Ciptomangunkusumo, Jakarta

PENDAHULUAN PENGOBATAN DIURETIK DALAM BIDANG


Sebagaimana umumnya diketahui, diuretik digunakan NEFROLOGI
untuk merangsang terjadinya diuresis. Penggunaan diuretik Diuretik Pada Hipertensi
sudah demikian luasnya sehingga kadang-kadang akibat buruk Penggunaan diuretik untuk hipertensi pada mulanya dila-
penggunaannya dapat terlupakan. Dalam tulisan ini kami men- kukan sebagai pengobatan langkah pertama dengan cara
coba mengemukakan masalah yang timbul akibat penggunaan stepped-care. Dapat digunakan segagai obat tunggal atau di-
diuretik yang ada kaitannya dalam bidang nefrologi. kombinasi dengan anti hipertensi lain. Penambahan diuretik
pada obat lain diharapkan dapat menghasilkan efek yang
MEKANISME KERJA DIURETIK optimal.
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik Kaplan NM, menggambarkan skema perubahan hemodi-
ini. Pertama, tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang namik akibat efek antihipertensi dari diuretik sebagai berikut.
bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akan Akibat hambatan reabsorbsi natrium dan kkirida, volume
memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diure- plasma dan cairan ekstrasel akan berkurang. Akibatnya curah
tik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak. jantung akan menurun. Pada pemakaian jangka lama, volume
Kedua, status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi plasma akan kembali menuju normal dan bersamaan dengan ini
jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akan resistensi perifer akan turun. Penurunan resistensi ini dikatakan
memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik. Ketiga, oleh karena turunnya kadar natrium dan berkurangnya air dari
interaksi antara obat dengan reseptor. dinding pembuluh darah dan juga disebabkan oleh
Berdasarkan cara bekerja, ada beberapa jenis diuretik yang berkurangnya kalsium intrasel.
diketahui pada saat ini.
Antara lain : Diuretik Pada Sindrom Nefrotik
1. Diuretik osmotik dan Aquaretics. Terjadinya edema pada sindrom nefrotik akibat adanya
Manitol, glukosat urea, demeklosiklin, atrial natriuretic retensi natrium dan air serta adanya hipoalbuminemia.
peptide. Penggunaan diuretik pada sindrom nefrotik bukan sebagai
2. Penghambat karbonik anhidrase ginjal. terapi kausal. Diuretik baru diberikan bila dengan pengurangan
Acetazolamide. asupan garam dan air tidak mengurangi edema yang ada.
3. Diuretik tiasid. Diuretik yang sering digunakan adalah jenis diuretik loop.
4. Diuretik loop. Tetapi dapat juga diberikan golongan penghambat reabsorbsi
Furosemide, Bumetanide, asam etakrinik. natrium di tubulus distal,
5. Diuretik distal ('Potassium Sparing Diuretic ).
Spironolakton, Amiloride, Triamterene. Diuretik Pada Gagal Ginjal
6. Diuretik urikosurik. Gagal Ginjal Akut
Tikrinafen , Indakrinon, asam etakrinik. Dalam percobaan binatang, dikatakan, diuretik dapat

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 25


memperbaiki aliran urin, laju filtrasi glomeruler dan tekanan dekompensasi.
hidrostatik kapiler glomerulus. Keadaan ini disebabkan oleh 3. Artimia.
efek vasodilatasi dari manitol, furosemid dan asam etakrinik. Bila penderita sedang mendapat digitalis, hipokalemia dapat
Efek vasodilatasi ini dikatakan melalui peningkatan produksi merangsang terjadinya aritmia.
prostaglandin. dalam ginjal. Disamping itu, manitol dapat Penambahan kalium hanya diberikan bila:
mengurangi pembengkakan sel tubulus ginjal. Aliran urin yang – Kadar kalium darah kurang dari 3 meq/1.
lebih cepat akibat pemberian diuretik akan mengurangi – Dekompensasi hati yang mendapat diuretik (bukan Spiro-
obstruksi tubulus dari sel-sel yang rusak. nolakton).
Pada manusia, efek diuretik tidak dapat memberikan hasil – Penderita yang mendapat digitalis.
yang memuaskan. Masih banyak pertentangan pendapat akan Hiperkalemia
efek diuretik ini. Ada yang mengatakan dapat memperpendek Pemberian diuretik jenis potassium-sparing akan mening-
masa oliguria, mengurangi kemungkinan untuk dialisis, namun katkan- kadar kalum darah. Ada 3 jenis diuretik ini yaitu Spiro-
angka kematian masih tetap tinggi. Walaupun demikian, nolakton,. Amiloride, Triamterene. Kerja Spironolakton ber-
diuretik mempunyai tempat untuk dipakai pada pasien dengan gantung pada tinggi rendahnya kadar Aldosteron. Amiloride
gagal ginjal akut dengan tujuan untuk meningkatkan diuresis. dan Triamterene tidak tergantung pada Aldosteron. Seluruhnya
Kita harus membedakan apakah keadaan gagal ginjal akut di- menghambat sekresi kalium di tubulus distal.
sebabkan kekurangan cairan (pre renal) atau tidak ada ke- Kita harus berhati-hati atau sebaiknya diuretik jenis ini
kurangan cairan. Disamping itu, kita harus mempertimbangkan tidak diberikan pada keadaan gagal ginjal, diabetes mellitus,
efek toksik dari diuretik sendiri. Misalnya efek ototoksik dari dehidrasi berat atau diberikan bersama preparat yang me-
furosemid. Dilain pihak, kita juga harus mengingat, diuretik ngandung kalium tinggi.
dapat sebagai penyebab dari gagal ginjal akut (nefritis tubulo- Hiponatremia
intersisiil akut). Bila tidak terdapat kekurangan cairan, Tanda-tanda hiponatremia akibat diuretika ialah kadar
furosemid dapat diberikan secara bertahap 80 - 320 mg/i.v. atau natrium urin > 20 mq/L, kenaikan ringan ureum dan kreatinin,
manitol 12,5 - 25 gram i.v. hipokalemia dan terdapat alkalosis metabolik. Hiponatremia
dapat memberikan gejala-gejala bahkan kematian. Cepatnya
Gagal Ginjal Kronik
penurunan kadar natrium (kurang dari 12 jam), kadar natrium <
Pada keadaan ini efek diuresis akān berkurang bila laju
110 meq/L, terdapat gejala susunan saraf pusat, merupakan
filtrasi glomerulus berkurang (Tes Kliren Kreatinin kurang dari
pertanda buruk akibat hponatremia. Keadaan ini harus di-
20 ml/menit). Pemberian diuretik hanya berdasarkan indikasi
tanggulangi secepatnya.
yaitu hipertensi, kelebihan cairan (dekompensasi jantung,
Deplesi Cairan
edema yang berat), pencegahan berkurangnya fungsi ginjal
Pengurangan cairan ekstraseluler merupakan tujuan utama
setelah pemberian kontras radiografi, pada saat anastomosis
dalam pemakaian diuretik. Keadaan ini sangat menguntungkan
dilakukan dalam transplantasi ginjal.
pada edema paru akibat payah jantung.
Pada keadaan sindrom nefrotik, terutama dengan hipoal-
MASALAH YANG TIMBUL PADA PEMBERIAN
buminemi yang berat, pemberian diuretik dapat menimbulkan
DIURETIK
syok atau gangguan fungsi ginjal. Tidak dianjurkan penurunan
Hipokalemia
berat b.adan lebih dari 1 kg sehari.
50% kalium yang difiltrasi oleh glomerulus akan direab-
sorbsi di tubulus proksimal dan sebagian besar dari sisanya di- Gangguan Keseimbangan Asam Basa
reabsorbsi di ascending limb loop dari Henle. Hanya 10% yang Alkalosis metabolik terjadi akibat:
mencapai tubulus konvolutus distal. Kalium ada yang disekresi – Pengurangan cairan ekstraseluler akan meningkatkan kadar
di pars recta tubulus distal. HCO3 dalam darah.
Terjadinya hipokalemia pada pemberian diuretik disebabkan – Peningkatan ekskresi ion-H meningkatkan pembentukan
oleh: HCO3.
– Peningkatan aliran urin dan natrium di tubulus distal, me- – Deplesi asam hidroklorida.
ningkatkan sekresi kalium di tubulus distal. Diuretik yang dapat menyebabkan alkalosis metabolik adalah
– Peningkatan kadar bikarbonat (muatan negatip meningkat) tiasid dan diuretik loop.
dalam tubulus distal akibat hambatan reabsorbsi di tubulus Alkalosis metabolik yang terjadi, biasanya disertai pengu-
proksimal oleh penghambat karbonik anhidrase akan me- rangan ekskresi klorida. Dipikirkan kemungkinan oleh sebab
ningkatkan sekresi kalium di tubulus distal. lain seperti muntah-muntah, kehilangan asam lambung akibat
– Diuretik osmotik akan menghambat reabsorbsi kalium di pemasangan sonde lambung.
tubulus proksimal. Asidosis metabolik terjadi akibat:
– Diuretik loop juga menghambat reabsorbsi kalium di thick – Sekresi ion–H dihambat.
ascending limb. – Reabsorbsi HCO3 dihambat.
Hipokalemia akibat pemberian diuretik dapat menyebabkan: Diuretik penghambat karbonik anhidrase dapat menyebabkan
1. Gangguan toleransi glukosa. asidosis metabolik akibat dua proses di atas.
Hipokalemia menghambat pengeluaran insulin endogen. Diuretik potassium–sparing menghambat sekresi ion–H se-
2. Hepatik ensefalopati. hingga dapat menyebabkan asidosis metabolik.
Pemberian diuretik harus hati-hati pada keadaan hati yang Asidosis metabolik yang diakibatkan diuretik biasanya

26 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


tidak disertai peninggian anion gap (Na (HCO3 + Cl) < 16 f) Hipokalsemia
mcq/L). Diuretik loop menyebabkan hipokalsemi akibat peningkatan
ekskresi kalsium melalui urin.
Gangguan Metabolik
a) Hiperglikemi Toksisitas
Diuretik dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa a) Diuretik dapat menyebabkan nefritis intersiil akut melalui
(hiperglikemi). Hipokalemia akibat pemberian diuretik di- reaksi hipersensitifitas.
buktikan sebagai penyebab gangguan toleransi ini (respon b) Dapat menginduksi terjadinya artritis goutdan pengeluaran
insulin terhadap glukosa pada fase I dan fase II terganggu). batu asam urat pada penderita dengan riwayat gout.
Diuretik potassium–sparing tidak menyebabkan gangguan c) Hipokalemi kronik akibat penggunaan diuretik dapat me-
toleransi glukosa. nimbulkan nefropati hipokalemi.
b) Hiperlipidemia d) Diuretik loop terutama furosemid dapat menyebabkan
Trigliserida, kolesterol, Chol–HDL, Chol–VLDL akan me- ototoksisiti. Lebih nyata lagi bila ada gagal ginjal.
ningkat dan Chol–HDL akan berkurang pada pemberian Gabungan dengan aminoglikosida dapat menyebabkan ganggu-
diuretik jangka lama (> 4 minggu). an menetap pada pendengaran.
c) Antagonis Aldosteron akan menghambat ACTH, meng-
ganggu hormon androgen (anti androgen). Mengakibatkan
RINGKASAN
terjadinya ginekomastia atau gangguan menstruasi.
Telah dibicarakan sedikit mengenai penggunaan diuretik
d) Hiperurikemia
dalam bidang nefrologi serta masalah yang timbul akibat
Penggunaan diuretik dapat menyebabkan peningkatan kadar
penggunaannya. Mekanisme kerja dan efek samping yang tim-
asam urat. Karena terjadi pengurangan volume plasma maka
bul harus kita ketahui, untuk menghindari kemungkinan-ke-
filtrasi melalui glomerulus berkurang dan absorbsi oleh tubulus
mungkinan buruk yang timbul atau penggunaan diuretik yang
meningkat. Dipengaruhi juga oleh ada atau tidaknya hipo-.
sia-sia. Penambahan kalium tidak selalu diperlukan bila kita
natremi. Bila natrium dikoreksi, kliren asam urat akan di-
menggunakan diuretik. Jādi penambahan ini harus berdasarkan
perbaiki.
indikasi.
e) Hiperkalsemia
Pemberian diuretik tiasid akan meninggikan kadar kalsium
darah. Ekskresi kalsium melalui urin akan berkurang. Pe- KEPUSTAKAAN
ninggian kalsium darah ini disebutkan juga mempunyai hu- 1. Berger BE, Warnock DG. Clinical uses and .mechanism of action of
bungan dengan keadaan hiperparatiroid. Dari penelitian diuretics agents. In Brenner BM, Rector FC (eds) : The Kidney 3rd ed.
epidemiologi di Stockholm dilaporkan bahwa 70% dari orang Philadelphia: WB Saunders, 1986.
yang hiperkalsemi setelah mendapat diuretik, menderita 2. Dirks 1H, Sutton RAL (eds). Diuretics: Physiology, Pharmacology and
Clinical use, Philadelphia: 1986, WB Saunders Company.
adenoma paratiroid.

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 27


2
Pemeliharaan Pendengaran di
Industri

Dr. M.S. Wiyadi


Litb./U.P.F. Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.

PENDAHULUAN periodik, bentuk gelombang tak da-


Pada tempat-tempat industri, sesuatu yang mengancam pen- pat diikuti atau diprodusir lagi da-
dengaran manusia ialah suara bising yang ditimbulkan oleh lam waktu tertentu
suara mesin pabrik atau suara-suara lain yang ditimbulkan oleh Spooner : Bising adalah suara yang tidak me-
pekerjaan-pekerjaan pada industri tersebut. ngandung kualita musik
Suara bising akan menimbulkan gangguan pendengaran Burns dan Littler : Bising ialah suara yang tak dike-
atau ketulian pada seseorang yang bekerja atau berada di hendaki oleh yang mendengarkan-
lingkungan industri. Istilah-istilah occupational deafness, nya2
industrial deafness, noise induced hearing loss, trauma akustik, Wall : Bising ialah suara yang meng-
adalah istilah-istilah untuk menggambarkan ketulian akibat ganggu
suara bising. Bila suara bising menyebabkan ketulian pada
anggota militer, disebut military deafness. JENIS KEBISINGAN6
Ketulian ini sifatnya neuro-sensorik dan ireversibel. Untung- Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan :
nya ketulian ini bisa dicegah, dengan cara penanggulangan 1.a. Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi
bising di industri yang pada hakekatnya adalah pemeliharaan yang luas (Steady state, Wide band noise) misal kipas
pendengaran di industri. Pemeliharaan pendengaran di industri angin.
ditujukan untuk mencegah terjadinya ketulian bagi pekerja- b. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit
pekerja yang masih normal telinganya dan mencegah agar tak (Steady state, narrow band noise) misalnya gergaji sir-
jadi lebih jelek pada pekerja-pekerja yang sudah terdapat ke- kuler, katup gas. .
kurang pendengaran. 2.Kebisingan terputus-putus (intermittent) misalnya suara
Maksud dari tulisan ini untuk membicarakan akibat ke- lalu lintas dan kapal terbang di lapangan udara.
bisingan pada manusia, terutama pada telinganya, dan caracara 3.a. Kebisingan impulsif (impact impulsive noise) misalnya
menanggulangi kebisingan agar tidak merusak pendengaran tembakan bedil atau meriam juga ledakan-ledakan yang
para pekerja di lingkungan industri. lain.
b. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di
perusahaan.
DEFINISI BISING1-5 Akhir-akhir ini banyak terjadi noise pollution yang disebab-
Bising ialah bunyi atau suara yang mengganggu atau tak kan :
dikehendaki3,4,5 – perkembangan industri modern
Denis : Bising ialah suara yang timbul dari – lalu lintas udara, darat dan Taut yang makin ramai.
getaran-getaran yang tak teratur – musik-musik pop dengan alat-alat akustik yang mutakhir.
dan periodik2.
Hirsh dan Ward (1952) : Bising ialah suara yang komplek
yang mempunyai sedikit/tak punya PENGARUH KEBISINGAN NON AUDITOIR2,3,6
*) Ceramah pada latihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja khusus bagi dokter
Biarpun pengaruh ini kadang-kadang samar-samar dan be-
perusahaan di Surabaya, tanggal 24 Nopember 1986. lum diselidiki secara mendalam, dalam beberapa tulisan di-

28 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


kemukakan sebagai berikut : basilaris lebih kuat dari keadaan normal, hal ini dapat me-
– Adanya gangguan menangkap pembicaraan kalau kita ber- nyebabkan sentuhan outer dan inner hair cells pada membrana
ada dalam lingkungan bising (interference with speech tectoria yang berlebihan, hingga dapat menimbulkan atrofinya
communication). hair cells tersebut.
– Ada pengaruh terhadap kelakuan atau tabiat seseorang Menurut penyelidikan Guild (1952) ialah, bagian koklea
(Behavioural effects) yang mengakibatkan daya efisiensi yang terdekat dengan oval window menerima suara-suara
berkurang. Weston dan Adams (1935) melporkan, karya- dengan frekuensi tinggi. Ini sesuai dengan bentuk gelombang
wan tanpa alat pelindung diri telinga prestasi kerjanya ku- nada-nada tinggi yang di sini lebih pendek, sebaliknya nada-
rang 12% dibanding karyawan yang memakai alat pelin- nada rendah mempunyai gelombang-gelombang lebih panjang
dung telinga, Atma Life Insurance Co, menemukan kesalah- sesuai dengan bagian koklea yang mendekati apex. Kerusakan
an juru tik menurun 30 – 50% setelah ruang tempat kerja- koklea akibat suara/nada tinggi berpusat di sekitar 4000 hz dan
nya dipasang dinding yang menyerap bising2. ini sesuai dengan getaran membrana basilaris (wave motion),
– Pengaruh terhadap jiwa seseorang yang berupa perasaan yang mana kerusakan-kerusakan tersebut dapat menjadi lebih
mudah marah (Annoyance). berat lagi dengan robeknya hair cells akibat menerima suara
– Mudah menimbulkan keletihan, kelelahan atau kecapaian yang terlalu keras.
meskipun agak sukar dibuktikan. • Gambaran audiogramnyal
– Pengaruh terhadap kesehatan yang lain seperti napsu makan Pada audiogram, kelainan pendengaran karena suara keras
berkurang daya kerja otot-otot yang berkurang. Dapat atau bising yang lama adalah suatu tuli persepsi. Terdapat dip
terjadi vertigo bila bising melebihi 130 dB seperti terbukti (penurunan): acoustic dip pada frekuensi 4 khz (menurut teori
di Inggris pada pengeboran sumur borax. Pernah juga tim- lokalisasi), atau pada sekitar 4 khz (menurut teori non
bul nistagmus karena pengaruh mesin-mesin jet. lokalisasi).
Kenapa terjadinya acoustic dip pada 4 khz atau sekitarnya ada
PENGARUH KEBISINGAN AUDITOIR1,2,6,7 beberapa teori.
• Pengaruh terhadap pendengaran dapat sementara atau a) Anatomic. Oleh Kelemen (1962) didemonstrasikan, adanya
menetap. Yang menetap ada 2 pengertian : kelemahan pada bony capsul pada basal turn dari koklea di
a) Trauma akustik daerah frekuensi 4 khz.
Dulu pengertian ini lama dengan semua ketulian yang disebab- b) Physiologic. Pada pembuatan audiogram-audiogram karena
kan suara bising. Sekarang pengertian ini menjadi suatu penga- TTS (Temporary Threshold Shift) yang berulang-ulang selalu
ruh insidentil yang merusak sebagian atau seluruh alat pen- didapati pada 4 khz.
dengaran disebabkan oleh letusan senjata api, ledakan-ledakan c) Physic. Dengan menggunakan teori resonansi akhirnya ke-
suara dahsyat. rusakan pada daerah 4 khz juga.
b) Occupational Deafness d) Nutritional (vasculair), vaskularisasi pada basal turn dari
Diartikan sebagai hilangnya sebagian atau seluruhnya pen- koklea 4 khz paling sedikit, maka pemberian makanan juga
dengaran seseorang yang bersifat permanen , mengenai satu terkecil maka mudah menjadi kerusakan.
atau dua telinga yang disebabkan oleh bising atau gaduh suara e) Phylogenetic. Pada Chimpanzees. didapatkan natural dari
yang terus menerus di lingkungan tempat kerja: hearing depression pada daerah 4 khz.
Pengaruh rangsangan suara terhadap telinga adalah sebagai Faktor-faktor yang meinpengaruhi terjadinya theshold shift atau
berikutl : trauma akustik adalah :
a) Adaptation yang berjalan 0 sampai dengan 3 menit. a. Intensitas suara.
b) "Temporary threshold shift" : – "Fatigue" b. Spektrum frekuensi. Sifat dari bising, kontinu, impulsif atau
– "Temporary stimulation intermiten.
deafness". c. Waktu lamanya exposure, waktu interval di antara
"Fatigue" mungkin suatu biochemical effect , yang pasti exposure.
purely nervous. d. Individual susceptibility.
"Temporary stimulation deafness" adalah physical effect,
disebut pula "Temporary noise-induced hearing loss". Jangka PROGRAM PENANGGULANGAN BISING2,3,4,8,9,10,11
waktu sampai 6 bulan. A. Perlindungan menurut undang-undang.
c) "Persistent Threshold". Nilai ambang yang masih ada se- B. Perlindungan menurut tata cara medis teknis.
telah 40 jam stimulus menyebabkan suatu "Prolonged noise- A. Perlindungan menurut undang-undang.
induced hearing loss". Untuk membatasi bising di perusahaan atau industri beberapa
d) "Permanent threshold shift" menimbulkan "permanent negara menentukan Nilai Ambang Batas (NAB) yang dikuat-
noise-induced hearing loss". Di sini sudah terdapat suatu ke- kan sebagai undang-undang, sebagian lagi hanya merupakan
lainan patologis yang permanen pada koklea , sifat ketulian rekomendasi. Yang sudah menentukan undang-undang ialah
juga permanen . Ini terjadi pada trauma akustik dan occupa- Amerika Serikat, Rusia, Belgia, Canada dan Yugoslavia.
tional deafness. Dalam menentukan NAB tiap negara juga berbeda misalnya :
• Lokalisasi kelainan pada telinga7 – Belgia dan Brasilia 80 dB A
Suara yang kuat/keras menyebabkan getaran membrana – Denmark, Finlandia, I/talia, Swedia, Switzerland dan Rusia
timpani yang dilanjutkan melalui ossicula auditiva ke perilimfe 85 dB A.
dan endolimfe yang selanjutnya menggetarkan membrana – Australia (hanya Tasmania), Canada, Germany, Inggris,

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 29


Inggris, Amerika Serikat, Yugoslavia dan Jepang 90 dB A. c. Pengurangan jumlah bising yang dirambatkan melalui udara
Lokakarya Hiperkes di Cibogo (Bogor) tanggal 18 sampai atau bagian-bagian dari bangunan, di mana sumber bising itu
dengan 22 Februari 1974 telah memutuskan NAB untuk ke.. berada. Pemasangan peredam, penyekat mesin dari bahan-
bisingan suara di Perusahaan-perusahaan di Indonesia sebesar bahan penyerap suara.
85dB A, yang pada waktu itu diusulkan menjadi suatu peratur- d. Alat-alat pelindung telinga (ear protectors) untuk para
an Menteri. Yang pada khirnya dengan surat edaran Menteri karyawan:
Tenaga Kerja., Transmigrasi dan Koperasi No. SE. 01/MEN/ – Yang paling sederhana dengan kapas (acoustic wool).
1978 ditetapkan NAB. 85 dB A.9 Kapas ini kira-kira 300 mg yang telah dimasak dan
lembut (kapas primisima). Telah dicobakanpada maha-
B. Perlindungan menurut tata cara medis taknis
siswa GAMA mengurangi 10 sampai dengan 15 db pada
1) Pengendalian pengaruh bising (control of noise exposure)
frekuensi kurang dari 1000 Hz, dan 25 sampai 30 db
berupa.
untuk frekuensi di atas 1800 Hz.
a. Program analisa bising (noise analysis).
– Ear plug/mold suatu alat yang dipakai dengan
– Mengukur intensitas bising dan frekuensinya. Tujuan-
memasukkan ke dalam telinga, dapat dibuat dari karet.
nya untuk mendapat cacatan tentang keadaan maksi-
Mold dicetak menurut kontur telinga pemakai,
mum, rata-rata, minimum, fluktuasi jenis intermitensi
mengurangi 30 sampai dengan 40 db.
dan ketepatan (steadiness) bising. Untuk pengukuran
– Ear muff/valve ini dapat menutup sendiri bila ada suara
bising dipakai alat "Sound Level Meter", disingkat
keras, dan membuka sendiri bila suara kurang kerasnya.
SLM. Ada yang dilengkapi dengan "Octave Band
Alat ini cukup mahal, tetapi penderita selama kerja tak
Analyser", disingkat OBA. Alat SLM dan OBA tersebut
usah membuka dan menutup telinga.
tidak dapat dipergunakan untuk pengukuran-pengkuran
– Helmet: suatu penutup kepala yang disamping memberi
impulsive noise. Untuk maksud ini dipergunakan
perlindungan terhadap cidera tengkorak juga merupakan
peralatan yang lebih rumit lagi.
pelindung telinga. Di Australia menurut statisttk, indi-
Untuk tujuan perkiraan/penilaian pengaruh-penga-
vidual Mold lebih disengani oleh para pekerja.
ruh yang buruk terhadap indera pendengaran para
e. Indoktrinasi tentang bahaya bising.
pekerja (for assessment of noise exposure) dipergunakan
Program ini harus dapat mencapai hasil agar masyarakat
SLM diukur dengan skala A. Yang dmaksud dengan
yakin dan mengerti serta rela mengusahakan perlindungan
"tingkat suara A" atau "Sound Level A" ialah tingkat
terhadap bising bagi diri sendiri dan segera memeriksakan
tekanan akustik secara keseluruhan (overall sound pres-
diri begitu merasa adanya kelainan pada alat pendengaran-
sure level) dari suatu bising tetap atau steady noise yang
nya. Pemasangan poster-poster atau tanda peringatan pada
diukur dengan SLM skala A. Tenaga akustik dari bising
daerah bising seperti :
itu yang telah diubah menjadi tenaga listrik oleh alat
– Anda diharuskan memakai alat pelindung telinga.
pengukur bising itu dilewatkan melalui suara penyaring
– Lindungi telinga anda.
elektronik yang sifatnya serupa dengan pendengaran
– Apakah ada alat pelindung telinga ?
telinga manusia atau human ear. Pengukuran-pengukur-
f. Penyelidikan dan penelitian terhadap bising.
an pada skala A terutama ditujukan kepada frekuensi-
Tindakan dimaksudkan agar supaya ditemukan cara-cara
frekuensi yang dapat didengar human ear, dan dinyata-
baru dan metode-metode serta cara-cara perlindungan baru
kan dalam satuan dbA. Jika dalam pengukuran-peng-
yang bisa lebih menjamin keamanan para pekerja dan
ukuran suatu sumber bising tidak ada OBA, pengukuran
masyarakat dari gangguan bising.
tersebut dilakukan dengan SLM skala A. Akan tetapi
2) Pengukuran-pengukuran, pemeriksaan dari pendengar-
sebaiknya (lebih lengkap) jika dipergunakan kedua-
an para karyawan dengan pure tone Audiometer yang terdiri
duanya yaitu skala A dan OBA-nya.
atas:
– Mencatat jangka waktu terkena bising (noise exposure
a. Pengukuran pendengaran sebelum karyawan diterima
time) dari pada buruh untuk menentukan DRC (Damage
bekerja di lingkungan bising (pre employment hearing test).
Risk Criteria).
Termasuk disini masyarakat di lingkungan bising diperiksa
Makin tinggi instensitas bising jangka waktu terkena
pendengarannya.
yan diizinkan makin pendek. Di bawah ini adalah suatu
b. Pengukuran pendengaran secara berkala dan teratur, misal-
ringkasan dari OSHA (Occupational Safety and Health
nya 6 bulan sekali. Dimaksud pula untuk mendapatkan
Act) yang berlaku di USA, sebagai berikut.
Sound level (db.A) Duration per day (hours)
gambaran-gambaran dasar dari kemampuan dengan pekerja
90 8 dan masyarakat di lingkungan bising itu untuk dapat melihat
95 4 perubahan pendengaran secara dini, agar segera diambil
100 2 tindakan perlindungan.
105 1
110 0,5
c. Pengukuran pendengaran jika diperlukan dan dimungkinkan
115 0,25 dengan membuat speech audiogram. Dalam pemeriksaan
Exposure to impulsive or impact noise should not exceed 140 dbA audiometris perlu diperhatikan faktor-faktor:
peak sound pressure level. – Usia
b. Pengurangan jumlah bising di sumber bising. Di sini ter- – lama kerja atau tinggal di lingkungan bising.
masuk pengurangan bising di tahap perencanaan mesin dan – lama kerja atau tinggal di lingkungan bising sebelum-
bangunan, di mana mesin di tempatkan (enginering control nya.
program). – kebiasaan sehari-hari, merokok, memakan obat menahun

30 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


(kinine, asetosal, streptomisin), minuman keras, laki-laki/ and Throat. Vol. 2 (the ear). 3rd ed, Butterworths, London: 1972, pp. 475 –
510.
perempuan menggunakan pil KB atau tidak. 2. Hendarmin H dan Waspodo D. Gangguan Pendengaran Akibat pen-
3) Merubah tata cara kerja jika diperlukan dan dapat dilaksa- cemaran bising. Kumpulan naskah Kongres Nasional V Perhati Semarang
nakan seperti misalnya : 27 – 29 Oktober 1977, 181 – 188.
a. Merubah daftar-daftar kerja (changing job schedules). 3. Soemanegara R. Ketulian Akibat Pekerjaan dan Rencana Pemeliharaan
Indera Pendengaran di Lingkungan Bising Serta Penelitian Pencemaran
b. Pekerja digilir (Rotary Personel). Rising dan Penilaiannya Selama Empat Tahun di Pembangkit Listr&
4) Rehabilitasi, sudah barang tentu dalam batas-batas ke- Diesel "Mangga". Symposium Tuna Rungu Wicara, Semarang 29 Oktober
mampuan perusahaan dan jika keadaan sosial~ekonomi negara 1977, hal. 9 – 25.
mengizinkan. Ditekankan, mencegah ketulian adalah lebih 4. Soetjipto et al. Noise Induced Hearing Loss pada pekerja Beberapa Pabrik
Tekstil di Semarang. Kumpulan naskah Konas V Perhati, Semarang 27 –
tepat dan lebih mudah serta lebih baik daripada mengobati 29 Oktober 1977, hal. 161 – 169.
suatu ketulian akibat bising yang sudah permanen atau me- 5. Suma'mur. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung,
netap. Jakarta, Cetakan ke-2, 1976, hal. 57 – 68.
6. Wiyadi MS. Pemeliharaan Pendengaran, Majalah Kedokteran Surabaya,
1979; 16: 44 – 54.
7. Rubinny. Pencegahan Ketulian di Stasiun Udara Adisucipto Yogyakarta.
RINGKASAN DAN KESIMPULAN Kumpulan naskah Ilmiah Konas VII Perhati di Surabaya 21 – 23 Agustus
1) Telah dibicarakan bising merupakan penyebab ketulian di 1983, hal. 328 –.335.
industri. Ketulian ini bersifat menetap, sifatnya neuro sensoris, 8. McMahon IS. A Survey of occupational Deafness in An Iron Foundry.
Proceeding of the 3rd Asia Oceania Congres of Otorhinolaryngology, July
sukar sekali dipulihkan kembali. Untungnya ketulian karena 13 – 17, 1975, 348 – 350.
bising ini dapat dicegah. 9. Rasyid R. Peraturan perundangan Ketenaga Kerjaan yang Berkaitan
2) Diterangkan pula tentang bising, pengaruhnya terhadap dengan Masalah Gangguan Pendengaran Akibat Kebisingan di Tempat
manusia baik yang non auditoir dan auditoir. Kerja. Kumpulan Naskah Seminar Ketulian. Tanggal 13 Juli 1985 di
Grahadi Surabaya, Hal 103 – 124.
3) Dibicarakan pula tentang program penanggulangan bising 10. Soewito. "Industrial Deafness" as Found in GKBI Gambridge Factory
agar tidak merugikan orang-orang di sekitar bising itu. Workers at Sleman Yogyakarta. Kumpulan Naskah Ilmiah Konas III
Perhati Yogyakarta, Agustus 1973 hat. Indus 1 – 12.
KEPUSTAKAAN 11. Sutarno, and Agung IB. The Effect of A Cotton Plug as an Ear
Protector in the GKBI Textile Factory, Mendari, Yogyakarta, Indonesia
1. Ballantyne J & Groves J. Scott-Brown'S Diseases of the Ear, Nose Proceeding of the 3rd Asia Oceania of Otorhinolaryngology, July 13 – 17,
1975, 251 – 355.

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 31


EMIT : Salah Satu Cara Penetapan
Obat Dalam Serum Untuk
Pemantauan Kadar Terapi

Nani Sukasediati**, Matta Sinta Sari W***


**Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen.Kesehatan RI, Jakarta
***Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

PENDAHULUAN EMIT ("ENZYME MULTIPLIED IMMUNOASSAY


Penetapan kadar obat dalam serum mempunyai peranan TECHNIQUE")2 .
penting pada pengembangan obat baru dan pemantauan kadar Prinsip reaksi
terapi yang menunjang pemakaian obat yang aman dan efektif. EMIT termasuk dalam teknik immunoassay, di mana di-
Secara garis besar, pengembangan obat baru terbagi dalam gunakan dasar reaksi imunologik antara antigen dan antibodi.
2 tahap yaitu tahap uji preklinik dan uji klinik. Pada tahap Sebagai antigen adalah obat yang hendak diukur kadarnya dan
preklinik dilakukan penelitian kimia, fisika, farmasi dan farma- salah satu pereaksi adalah obat/antigen yang diberi label.
kologi eksperimental pada hewan percobaan. Sedangkan pada Kedua antigen ini akan berkompetisi mengikat sejumlah anti-
tahap uji klinik penelitian dilakukan pada orang sehat atau bodi obat tersebut. Dalam hal EMIT label yang digunakan
penderita, yang meliputi penelitian khasiat, keamanan dan adalah enzim, antara lain G6PD. Cara yang termasuk dalam
perilaku obat dalam tubuh. Untuk itu diperlukan data kadar teknik ini antara lain RIA dan ELISA.
obat dalam serum yang dapat meramalkan efek obat lebih baik EMIT mulai dikembangkan tahun 1971. Prinsip reaksi
dari pada dosis secara oral. dapat dilihat pada Gambar I. Obat yang dilabel enzim (Ag-E)
Pemantauan kadar terapi obat seringkali diperlukan pada akan berkompetisi dengan obat dalam serum (Ag). Enzim pida
obat-obat tertentu untuk mendapatkan efek yang optimal. Data Ag-E yang terikat antibodi (Ag-E-Ab) tidak aktif lagi, sedang-
kadar obat dalam serum pada saat-saat tertentu dapat menjadi kan yang tidak terikat masih aktif. Aktivitas enzim sisa inilah
informasi yang berharga bagi para klinikus dalam menentukan yang diukur melalui pengukuran resapan hasil reaksi enzim-
terapi berikutnya, di samping pengamatan terhadap efek klinik. substrat dengan spektrofotometcr. Pengukuran secara tidak
Karena itu penetapan kadar obat dalam serum untuk obat-obat langsung ini akan memperkecil kesalahan dan memperbesar
tertentu, diperlukan untuk menunjang keberhasilan terapi. sensitivitas. Kadar obat dihitung sebanding dengan besarnya
Obat yang seringkali membutuhkan pemantauan kadar resapan enzim-substrat, yang sebanding dengan aktivitas enzim
terapi adalah obat yang antara lainl sisa.
– mempunyai batas kadar terapi yang sempit
– variasi individual yang besar Pereaksi EMIT
– metabolismenya dapat mengalami kejenuhan Pcreaksi EMIT tersedia dalam bentuk kit slap pakai. Kit
– gejala intoksikasi sulit diamati atau tidak sejalan dengan pereaksi tersebut dilengkapi dengan larutan kalibrator, yaitu
meningkatnya dosis obat dalam serum dengan berbagai konsentrasi, dan larutan
– kemungkinan mengalami gangguan absorpsi atau eliminasi kontrol serta larutan dapar dalam bentuk serbuk kering.
karena adanya penyakit Pereaksi ini diproduksi oleh Syva Corp. untuk beberapa jenis
Salah satu cara penetapan kadar terapi obat dalam serum obat yang membutuhkan pemantauan kadar. Sebagai contoh,
untuk keperluan pemantauan kadar terapi 'adalah EMIT, yang untuk penetapan kadar teofilin, di dalam kit terdapat pereaksi A
akan dibicarakan lebih lanjut. dan pereaksi B. Pereaksi A adalah teofilin yang dilabel dengan
enzim glukose-6-fosfat dehidrogenasc (G6PD). Sedangkan
* Disajikan pada Kongres Nasional XII/Konggres Ilmiah VI ISFI Yogyakarta, pereaksi B adalah antibodi teofilin dan substrat enzim yaitu
13 Nopember '86
NADP.

32 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


Antibodi teofilin dibuat dengan menyuntikkan 8-k1oro- PERBANDINGAN METODA PENETAPAN KADAR SE-
teofilin sejenis biri-biri. Antibodi dipanen dari serum biri-biri CARA EMIT DENGAN TEKNIK LAIN 3-6.
tersebut, setelah beberapa waktu tertentu, kemudian dimurni- Untuk mendapatkan gambaran perbandingan metoda pe-
kan dan dibakukan titernya. Sedangkan proses coupling teofilin netapan kadar obat secara EMIT dengan teknik lain, diperlukan
dengan enzim G6PD, dilakukan dengan proses kimia tertentu. suatu obat yang dapat ditetapkan kadarnya dengan beberapa
macam metode selain EMIT. Dalam hal ini dapat diterapkan
pada teofilin.
Teofilin yang ditetapkan kadarnya secara EMIT, RIA,
HPLC, GC dan spektrofotometer UV memberikan spesifisitas,
sensitivitas serta parameter yang dibutuhkan, untuk penetapan
yang bervariasi seperti yang diperlihatkan pada tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan beberapa teknik penetapan kadar teofilin*

Keterangan volume Ketrampilan jangka


Teknik spesifisitas sensitivitas
Ag– = obat serum teknisi waktu
Ag-E = obat dengan enzim EMIT 1 2 50µl rata-rata 0.5 jam
Ab = antibodi obat (0.8)
Ag-Ab = obat yang telah terikat antibodi RIA 1 2 25µl rata-rata 1.0 jam
Ag-E-Ab = obat - enzim yang terikat antibodi (1.5)
NADP = salah satu jenis substrat HPLC 3 1 20–100111 di atas 0.8 jam.
NADPH = NADP bentuk tereduksi, yang diukur resapannya. rata-rata (2.1)
GC 2 1 20–50µ1 mahir 1.5 jam
Gambar I. Prinsip reaksi EMIT (3.0)
UV 5 5 3000µ1 rata-rata 0.8 jam
Sehubungan dengan bentuk kit siap pakai, ketepatan dan (2,5)
kecermatan pengukuran hanya dijamin oleh produsen pada * Dimodifrkasi dari (3)
batas kadar tertentu yait'u antara 2,5–40 ug/ml. Batas peng- (..) waktu penetapan kadar untuk 10 sampel
ukuran ini memang disesuaikan dengan penggunaannya yang 1 – 5 ranking dari balk sampai buruk
utama sebagai salah satu cara untuk memantau kadar terapi Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa spesifisitas EMIT dan
obat. RIA adalah baik, karena dapar reaksi adalah imunologik yang
spesifik, sedangkan teknik lainnya berdasarkan reaksi kimia
Peralatan EMIT teofilin, sehingga zat lain yang mempunyai sifat mirip teofilin
Seperangkat alat EMIT yang semi otomatik, terdiri atas: dapat mengganggu hasil pengukuran.
– pipet pengencer untuk mengambil serum, sekaligus meng- Sensitivitas adalah kemampuan suatu teknik dalam men-
encerkan dengan larutan dapar dan mencampurkan dengan deteksi banyaknya obat dalam serum, yang juga ditentukan
pereaksi A dan B. oleh tingkat ketrampilan teknisi dan kelengkapan sarana
– spektrofotometer yang dilengkapi dengan pompa vakum laboratorium. Sensitivitas HPLC lebih baik dari EMIT4, se-
untuk aspirasi larutan dangkan sensitivitas UV masih berada di bawah EMIT. Hasil
– alat perekam yang telah diprogram untuk mencatat besar- pengukuran teofilin dengan HPLC mempunyai korelasi yang
nya resapan pada saat-saat tertentu baik dengan EMIT4,5. Meskipun demikian, kondisi ruang
Alat ini telah dirancang khusus untuk keperluan EMIT dan laboratorium, suhu, kelembaban dan lain-lain, seringkali tidak
relatif lebih sederhana dibanding teknik lain. sesuai dengan batasan yang diberikan. Dengan demikian tiap
laboratorium perlu menetapkan kemampuannya terhadap
Prosedur kerja teknik yang digunakan, sehingga hasil pengukurannya dapat
EMIT tidak memerlukan tahap ekstraksi/isolasi obat dari dipercaya.
serumnya, sehingga memberikan keuntungan antara lain : Jangka waktu penetapan kadar ditentukan juga oleh tahap-
– pengerjaan lebih sederhana, waktu yang dibutuhkan lebih an kerja yang harus ditempuh, di samping ketrampilan teknisi
singkat dan kesalahan kerja dapat diperkecil dan waktu reaksi yang dibutuhkan oleh reaksi kimia yang men-
– volume serum yang dibutuhkan relatif sedikit. Dari peng- dasari teknik tersebut. Pada tabel I terlihat bahwa waktu untuk
alaman, volume darah yang diambil dari vena kubiti penetapan kadar dengan EMIT lebih singkat bila di-banding
sekitar 2 ml untuk sekali pengukuran dengan duplo. dengan teknik lain. Pada tabel 2 juga nampak bahwa tahapan
Serum yang diambil dengan pipet pengencer dan kerja yang ditempuh oleh EMIT hanya sedikit.
diencerkan dengan larutan dapar, lalu ditambah larutan A. Ketepatan dan kecermatan menunjukkan sampai berapa
Segera setelah ditambah pereaksi B, campuran tersebut jauh hasil pengukuran kadar obat dengan suatu teknik, dapat
diaspirasi ke dalam spektrofotometer. Setelah 15 detik alat dipercaya. Ketepatan dan kecermatan ditentukan dengan
perekam mencatat besarnya resapan enzim substrat. Besaran mencari kembali kadar yang telah diketahui sebelumnya. Pada
yang diambil adalah selisih resapan pada detik ke 45 dan ke 15. tabel 3 dapat dilihat ketepatan pengukuran kadar serum teo-
Besaran ini kemudian dimasukkan dalam kurva kalibrasi untuk filin sebesar 15 ug/ml, dari data laboratorium di luar negeri,
memperoleh kadar obat yang bersangkutan. dengan ke 5 teknik tersebut.

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 33


Tabel 2. Tahapan kerja pada beberapa teknik penetapan kadar Tabel 4. Data 'recovery' (diketemukannya kembali) serta ketepatan
pengukuran beberapa kadar serum teofilin dengan cara EMIT
Tahapan kerja
Teknik
persiapan derivatisasi pemisahan pengukuran
Kadar kadar yang recovery penyimpangan deviasi koefisien
EMIT – – – +
sebenar- ditemukan standar variasi
RIA + – + +
Nya kembali dan
HPLC + – – +
rata-ratanya
GC + + – +
(µg/ml) (µg/ml) (%) (%) (%)
UV + – – +
2,5 2,41
Keterangan 2,66
+ = dilakukan 2,66 2,63 105,2 5,2 0,14 5,34
– = tidak dilakukan 2,66
2,8
5,0 5,0
Besarnya penyimpangan yang diperbolehkan umumnya 5,47
berkisar antara 5-10% dari kadar yang sebenarnya. Dari tabel 3 5,24 5,14 102,8 2,8 0,21 4,09
inipun nampak bahwa EMIT merupakan salah satu cam yang 5,0
banyak digunakan oleh laboratorium di luar negeri, untuk 5,0
10,0 9,5
keperluan pemantauan kadar terapi obat. 10,5
Tabel 3. Ketepatan dan kecermatan pengukuran kadar teofilin dalam 10,0 10,1 101 1,0 0,41 4,14
serum (15 pg/ml) dengan berbagai metoda pada beberapa 10,0
laboratorium* 10,5
15,0 15,44
kadar rata-rata koefisien 15,44
deviasi standar 16,44 15,84 105,6 5,6 0,54 3,46
Teknik jumlah lab. yang didapat variasi
(µg/m1) 16,44
(pg/ml) (%)
15,44
EMIT 97 15,30 1,80 11,30
RIA 10 15,50 1,60 10,3
HPLC 41 15,40 3,20 21,00 torium rumah sakit atau perguruan tinggi farmasi dan ke-
GC 14 13,80 3,40 24,00 dokteran. Unit ini dapat dikelola oleh apoteker yang telah di-
UV 33 15,60 4,20 27,00 bekali pengetahuan farmakokinetik, terutama yang berhu-
* Dikutip dari (3). bungan dengan masalah penderita di klinik (clinical pharma-
cokinetics). Pengembangan profesi ke arah ini perlu ditunjang
Tabel 4 berikut ini menunjukkan ketepatan dan kecermatan dengan kemauan dan kesungguhan kita untuk meningkatkan
pengukuran kadar serum teofilin dengan EMIT pada berbagai kemampuan diri. Kerja sama antara apoteker dan dokter dalam
kadar. Uji ketepatan dan kecermatan ini dilakukan sendiri oleh hal ini akan meningkatkan efektivitas dan keamanan
penulis dengan kondisi laboratorium bagian Farmakologi penggunaan obat tertentu yang perlu dipantau kadar terapinya.
FKUI. Penyimpangan dari kadar sebenarnya, masih dalam
batas yang diperbolehkan. Laboratorium bagian Farmakologi KESIMPULAN DAN SARAN
FKUI menggunakan EMIT untuk memantau kadar terapi be- 1) Beberapa kelebihan EMIT sebagai cara penetapan kadar
berapa jenis obat antara lain teofilin, fenitoin, asam valproat obat dalam serum untuk tujuan pemantauan kadar terapi
dan karbamazepin. – Waktu yang dibutuhkan oleh EMIT relatif lebih singkat dari
Di samping beberapa kelebihan EMIT sebagai suatu teknik teknik lain. Waktu yang singkat akan lebih menguntungkan
penetapan kadar obat dalam serum yang dirancang khusus bila data kadar obat diperlukan segera
untuk pemantauan kadar terapi obat, EMIT tetap mempunyai – Ketepatan dan kecermatan, sensitivitas dan spesifisitas, baik
beberapa kekurangan. Kelemahan pertama terletak pada peng- – Ketrampilan teknisi tidak perlu sampai tingkat mahir dan
adaan pereaksi yang sementara ini masih dihasilkan oleh pro- volume darah yang diambil dari penderita tidak terlalu
dusen luar negeri. Kesulitan berikutnya adalah batas kadalu- banyak.
warsa pereaksi tersebut karena merupakan produk biologik 2) Di samping kelebihannya, EMIT tetap memiliki keterbatas-
(antibodi). Batas kadaluwarsa sangat singkat bila dibanding an antara lain
dengan pereaksi kimia. Setelah kit pereaksi dibuka dan dilarut- – Batas kadaluwarsa yang singkat, karena merupakan produk
kan, larutan tersebut hanya dapat bertahan selama 2-3 minggu biologik.
dalam lemari pendingin, dan paling kurang sekali dalam – Dalam bentuk siap pakai, ketepatan dan kecermatannya
seminggu harus dibuat kurva kalibrasi baru berikut kontrol, hanya dijamin pada batas 2,5-40 ug/ml. Untuk keperluan
untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya kemunduran lain di luar pemantauan kadar terapi, perlu dikembangkan
kualitas. Dengan demikian harga akan menjadi lebih mahal, sendiri dan dilakukan pengujian terhadap ketepatan dan
bila permintaan dari klinik belum banyak. kecermatannya pada kadar diluar batas kadar tersebut.
Pemantauan kadar terapi obat yang dalam keadaan tertentu – Ketergantungan pengadaan pereaksi dari luar negeri, karena
dan untuk obat tertentu dapat membantu para klinikus untuk belum mampu memproduksi sendiri.
menetapkan kebijaksanaan terapi, dapat dilakukan di labora- 3) Sebagai saran dari penulisan ini

34 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


– Mengusahakan pengadaan pereaksi dengan mulai penelitian assay for theophylline in serum and plasma. Clin Chem 1982;
28(2): 361-7.
ke arah produksi antibodi obat dengan bioteknologi yang 3. Hendeles L, Weinberger M, Johnson G. Theophylline. Dalam: Evas
lebih canggih. WE, Schentag JJ, Jusko WI (ed). Applied Pharmacokinetics :
– Mengembangkan profesi apoteker sebagai partner dokter di principles of therapeutics drug monitoring. Spokane Applied Therapeutic
klinik sebagai pemberi informasi farmakokinetik obat bila Inc 1980; 95-137.
4. Ishizaki T, Watanabe M, Morishita N. The effect of assay methods on
diperlukan. plasma levels and pharmacokinetics of theophylline : HPLC and RIA. Br J
Clin Pharmacol 1979; 7: 333.
5. Weidner N, McDonald JM, Tieber VL, dkk. Assay of theophylline :
comparison of EMIT on the ABA-100 to HPLC, GC and UV Pro-
KEPUSTAKAAN cedures with detailed evaluation of interferences. Clin Chim Acta
1979;97: 9-17.
1. Richens A, Warrington S. When should plasma drug levels be mo- 6. Stuart E. Theophylline : analytical tehnique. Dalam : Richens A,
nitored? Med Prog 1979;6 (9): 85-100. Marks V. Therapeutics drug monitoring. Churchill Livingstone London
2. Chang J, Gotcher S, Gushaw JB. Homogenous enzyme immuni- 1981; 434-44.

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 35


Penderita Penyakit Jantung
Psikosomatik di Rumah Sakit
Dr. Pirngadi Medan
Dr. H. Hanum Nst*, Dr. Darisman. M.**,
Dr. H. Syafri Yusuf**
* Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara/RS Dr. Pirngadi, Medan
** Laboratorium Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara/RS Dr. Pirngadi, Medan

PENDAHULUAN cara retrospektif dari status dengan diagnosa penyakit jantung


psikosomatik dicari data mengenal hal-hal yang dibicarakan
Menurut American Psychiatric Association's Diagnostic
oleh kepustakaan (faktor distribusi umur, jenis kelamin,
and Statistical Manual (DSM-II), gangguan psikosomatik
presipitasi oleh infeksi, faktor familier, pekerjaan dan hasil
adalah sekelompok penyakit yang dikarakteristikkan dengan
gambaran EKG-nya.
simtomsimtom fisik yang disebabkan oleh faktor emosi dan
melibatkan suatu sistem organ tubuh, dengan persyarafan dari
HASIL
sistem syaraf autonom. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Dari 841 penderita baru keluhan penyakit jantung yang
Gangguan Jiwa di Indonesia edisi II 1983, gangguan ini disebut
datang berobat ke Laboratorium Penyakit Dalam FK-USU/
dengan "Faktor psikologik yang mempengaruhi kondisi
RSPM selama tahun 1985, didapatkan 73 penderita penyakit
fisik".
jantung psikosomatik reaksi kardiovaskular dan ini merupakan
Salah satu gangguan psikosomatik yang insidensinya se-
reaksi yang terbanyak dari pengunjung Sublaboratorium Psiko-
makin bertambah dengan pesatnya kemajuan pembangunan dan
somatik.
industrialisasi dewasa ini adalah "Reaksi Kardiovaskular" yang
merupakan pengunjung terbanyak pada Sublab. Psikosomatik
DISKUSI
Lab. Ilmu Penyakit Dalam FK-USU/RSPM.
Sejak dahulu sebenarnya telah diyakini, faktor emosional
Tujuan penelitian adalah :
mempunyai pengaruh terhadap sistem organ tubuh manusia,
1) Untuk melihat berapa banyak (Persentase) dari penderita
dengan manifestasi berbagai bentuk keluhan dari masing-
jantung psikosomatik yang berobat di Sublaboratorium Psiko-
masing organ tubuh yang terlibat, yang dikenal dengan Psiko-
somatik dari seluruh penderita yang datang berobat ke Sub-
fisiologik reaksi dari organ tersebut.
laboratorium Kardiologi Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam
Sesuai dengan kemajuan pembangunan teknologi dan
FK-USU/RSPM.
industrialisasi di negara kita dewasa ini, kelihatannya gangguan
2) Untuk melihat kesesuaian data yang ada pada penderita
psikosomatik (psikologik reaksi) reaksi kardiovaskular men-
penyakit jantung psikosomatik di RSPM dibandingkan dengan
duduki tempat teratas dari gangguan psikosomatik reaksi lain-
laporan kepustakaan.
nya. Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli pada ke-
pustakaan dan juga sesuai dengan pengamatan kami di Sub-
BAHAN DAN CARA
laboratorium Psikosomatik FK-USU/RSPM, kami menemukan
Dilakukan penelitian secara retrospektif pada status pen-
73 penderita baru penyakit jantung psikosomatik reaksi
derita baru penyakit jantung psikosomatik yang datang berobat
kardiovaskular dari 129 penderita baru (56,58) gangguan
ke RS Dr. Pirngadi Medan selama tahun 1985 (2 Januari 1985
psikosomatik. Jumlah ini merupakan 7,98% dari pengunjung
– 31 Desember 1985).
penyakit jantung pada Sublaboratorium Kardiologi FK-USU/
Bahan penelitian adalah data statistik penderita penyakit
RSPM.
jantung di laboratorium Penyakit Dalam FK-USU/RSPM se-
Tabel 5 menunjukkan penderita wanita lebih banyak dari
dibacakan pada Pertemuan Dua Tahunan Ikatan Dokter Ahli Jiwa di laki-laki, umur terbanyak pada usia 16 tahun – 55 tahun
Semarang 14 – 16 Desember 1986. dengan rata-rata umur 37,38 ± 12,57 (tabel 4). Hal ini juga

36 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


sesuai dengan pendapat beberapa ahli dari laporan kepustakaan. Pada tabel 7, kelihatan pula pegawai negeri merupakan
Adanya faktor familier pada pengamatan kami pada pen- jenis pekerjaan yang terbanyak dari penderita (53,42%). Hasil
derita gangguan psikosomatik reaksi kardiovaskular ini kelihat- gambaran EKG dari penderita penyakit jantung psikosomatik
annya tidak jelas berperan (tabel 3). reaksi kardiovaskular di mana kita lihat yang terbanyak adalah
Faktor infeksi sebagai faktor presipitasi pada penderita sinus ritme, yaitu 57 penderita (78,08%), sinus aritmia 8 pen-
penyakit jantung psikosomatik reaksi kardiovaskular ini ke- derita (10,95%), sinus takikardia 3 penderita (4,10%), Atrium
lihatannya memang cukup berperan, di maita 60,27% dari Fibrilasi 1 penderita (1,36%), Old M.C.I. 1 penderita (1,36%),
penderita mengalami infeksi. Ini sesuai dengan laporan ke- dan tak tercatat 3 penderita (4,10%).
pustakaan. 6 orang dari penderita yang menunjukkan EKG-nya Sinus
Ritme juga menunjukkan pembesaran bilik kiri (LVH) dan 2
Tabel 1 : Perbandingan penderita penyakit jantung Psikosomatik dengan penderita menunjukkan pembesaran bilik kanan (RVH).
penderita penyakit jantung selama tahun 1985.
Kelihatannya gambaran EKG penderita penyakit jantung
Tahun 1985 Jumlah Persentase psikosomatik reaksi kardiovaskular ini dapat membantu untuk
penatalaksanaan penderita.
Penderita penyakit jantung 73 7,98
psikosomatik Tabel 6 : Faktor presipitasi infeksi pada penderita penyakit jantung
Penyakitjantung organik 841 92,01 psikosomatik.

Faktor presipitasi infeksi Jumlah Persentase

Tabel 2 : Distribusi diagnosa pengunjung Sublaboratorium Psikosoma- Positif 44 60,27


tik selama tahun 1985. Negatif 29 39,72

Diagnosa Jumlah Persentase Tabel 7 : Distribusi pekerjaan penderita penyakit jantung psikosoma-
Reaksi Kardiovaskular 73 56,58 tik raksi kardiovaskular.

Reaksi Gastro intestinal 31 24,03 Janis pekerjaan Jumlah Persentase


Reaksi Respiratorius 11 8,52
Rea ksi Neuromuskular 11 8,52 Pegawai Negeri 39 53,42
Lain-lain 3 2,32 Swasta 11 15,06
Tani 7 9,58
Mdcok-mocok 6 8,21
Tabel 3 : Faktor familier pada penderita penyakit jantung psikosoma- ABRI 5 6,84
tik. Pelajar/Mahasiswa 5 6,84
Tahun 1985 Jumlah Persentase
Positif faktor familier 30 41,09
Tak ada faktor familier 45 58,90

Tabel 4 : Distribusi umur penderita penyakit jantung Psikosomatik.


Umur/tahun Jumlah Persentase
16 – 20 6 8,21
21 – 25 8 10,95
26 – 30 11 15,06
31 – 35 10 13,69
36 – 40 11 15,06
41 – 45 7 9,58
46 – 50 7 9,58
51 – 55 7 9,58
56 – 60 2 2,73
61 – 65 3 4,10
66 – 70 1 1,36

X= 337,38 ± 12,57

Tabel5 : Distribusi jenis kelamin penderita penyakit jantung psiko


somatik.

Jenis kelamin Jumlah Persentase


Laki-laki 32 43,83
Perempuan 41 56,16

perempuan > laki-laki

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 37


Tabel 8 : Hasil EKG penderita penyakit jantung psikosomatik reaksi. SARAN
kardiovaskular.
Sebaiknya dilakukan pembuatan EKG pada setiap penderita
EKG Jumlah Persentase dengan keluhan penyakit jantung, walaupun kemungkinan
Sinus Ritme 57 78,08 besar penderita mengalami penyakit jantung psikosomatik.
Sinus Aritmia 8 10,95
Sinus Takikardia 3 4,10
Atrium Fibrilasi 1 1,36 KEPUSTAKAAN
Old M.C.I. 1 1,36
Tak tercatat 3 4,10 1. David Wheatley. Stress and the Heard, Second Edition, New York: Raven
Press, 1981.
2. Habibah Hanum Nst. Berbagai Manifestasi Ansietas dan Depresi pada
KESIMPULAN kasus-kasus Psikosomatik di RSPM, dibacakan pada Simposium Ansietas
• Telah dilakukan pengamatan terhadap penderita keluhan dan Depresi di Medan, 28 Maret 1981.
penyalit jantung dan didapat 7,9% adalah penderita penyakit 3. Habibah Hanum Nst. Berbagai Formulasi Mengenai Pendekatan
jantung psikosomatik reaksi kardiovaskular, dan merupakan Psikosomatik serta Integrasinya pada RSPM, Skripsi Bagian Penyakit
Dalam FK-USU, Medan 1975.
56,58% dari penderita gangguan psikosomatik selama tahun 4. Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa di Indonesia, Edisi
1985 di RS Dr. Pirngadi Medan. II, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1983.
• Telah dilaporkan data-data yang dijumpai pada penderita 5. Syafri Yusuf. Gangguan Psikofisiologik : Diktat Penuntun Kuliah
Psikiatri, Paket II, 1982.
penyakit jantung psikosomatik reaksi kardiovaskular selama 6. Weiss E and English OS. Psychosomatic Medicine, Second Edition,
tahun 1985 di RS Dr. Pirngadi Medan. Philadelphia and London: WB Saunders Company, 1949.

38 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


Sklerema Neonatorum

Dr Nurdin Badollah dan Dr Nassir Abbas


I,aboratorium Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin/RSU Ujung Pandang,
Ujung Pandang

PENDAHULUAN batnya terjadi vasokonstriksi perifer untuk menjamin aliran


Sklerema neonatorum (SN) ialah suatu penyakit akut darah ke alat-alat vital. Syok yang berlangsung lama menye-
dengan pengerasan jaringan lemak di bawah kulit. Kelainan ini babkan gangguan perfusi jaringan, juga jaringan kulit. Bila-
yang tidak jarang dijumpai pada neonatus, biasanya menyertai mana keadaan ini terjadi pada bayi prematur yang mempunyai
suatu penyakit berat seperti prematuritas, diare dehidrasi, luas permukaan kulit relatif lebih luas, maka suhu permukaan
bronkopneumoni dan sepsis1,2,3 tubuh akan menurun. Penurunan suhu tubuh mengganggu
SN pertama kali dilaporkan dalam tahun 1722 oleh 'Uzen- metabolisme lemak sehingga mudah terjadi pengerasan6,7.
benzius, tetapi baru tahun 1784 gejala-gejala klinik yang lebih
lengkap dilaporkan oleh Underwood sehingga SN disebut pula DIAGNOSIS BANDING
"Underwood's disease". Diagnosis SN berdasarkan gambaran klinik yaitu
Sebelum pemakaian antibiotika dan kortikosteroid, Hughes pengerasan jaringan lemak subkutan yang berlangsung akut
& Hammond (1948) mencatat angka kematian SN, 75%. Erwin dan difus. Warna kulit putih seperti lilin atau biru mirip kulit
Sarwono dkk (1970) inengemukakan bahwa transfusi darah mayat. Kulit terasa melekat pada jaringan ikat dan tulang''3.
segar, memberikan hasil yang lebih baik, angka kematian Tidak nyeri bila ditekan, tanpa edema hanya kulit terasa dingin.
menjadi 60,7% bila dibandingkan dengan kasus-kasus tanpa Penyebaran cepat, fokus-fokus bersatu dengan kecepatan 5–10
transfusi4. Sumampouw dkk5 melaporkan mortalitas SN secara cm/hari. Mulai dari tungkai bawah, bokong, perut kemudian ke
keseluruhan 60%, pada kelompok transfusi hanya 20% dan seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki dan skrotum.
yang tidak diberikan darah 80%. Penderita kaku seperti papan dan sukar digerakkan. Suhu rektal
Tulisan ini membahas secara singkat beberapa aspek SN. berkisar antara 29.5°C – 32.5°C4.
SN harus dibedakan dengan penyakit-penyakit lain se-
PATOGENESIS perti :8
Etiologi dan patogenesis belum begitu jelas. Namun pada 1) Subcutaneous fat necrosis of the newborn (pseudo-sklerema)
pemeriksaan dijumpai kelainan patologik berupa pengerasan Bayi nampak sehat, benjolan kulit berbatas tegas dan si-
jaringan lemak subkutan. Oleh karena itu salah satu hipotesis metris. Indurasi berwarna merah kebiruan, tidak nyeri dan tidak
SN ialah simple solidification of body fat. bertendensi meluas. Pada pemeriksaan ternyata epidermis dan
Jaringan lemak neonatus mengandung sedikit asam oleat, korium normal. Trauma persalinan ini hanya menyebabkan
asam stearat dan asam palmitat lebih banyak daripada anak reaksi peradangan dan nekrosis sel lemak, meskipun dapat
yang lebih besar. Titik beku asam oleat 14°C, asam stearat terjadi kalsifikasi.
69°C dan asam palmitat 64°C. Bayi-bayi kecil terutama pre- Prognosis baik, sembuh dalam 3–4 hari dengan istirahat
nmatur sangat peka terhadap penurunan suhu, dengan demikian untuk mengurangi pergerakan2'9.
rentan terhadap pembekuan lemak sehingga lebih mudah men- 2) Skleredema (Sklerema oedematosum)
derita SN1-4. Suatu penyakit jaringan ikat yang terdapat pada semua ras,
Hipotesis lain ialah circulatory stasis. Perubahan suhu tubuh lebih banyak pada perempuan daripada lelaki (Buschke 1890).
dapat terjadi pada gangguan sirkulasi. Tekanan darah yang ter- Dari 290 kasus, 29% berusia kurang 10 tahun, 22% umur 10–
ganggu pada keadaan syok mempengaruhi baroreseptor, aki- 20 tahun dan 49% dewasa. Meskipun jarang pada bayi, penya-

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 39


DIAGNOSIS BANDING kit ini juga dikenal sebagai edema neonatorum3,6
Gambaran klinik mulai dengan demam ringan, malaise,
mialgia dan nyeri sendi. Serangan umumnya tiba-tiba pada
bagian belakang leher, kemudian menjalar ke muka, bahu dan
dada. Indurasi simetris keras seperti kayu, bersinar keputihan
dan difus dengan batas yang tidak jelas. Pitting oedema di-
temukan pada dorsum pedis, tungkai bawah, mons pubis dan
kelopak mata.
Pada pemeriksaan epidermis dan jaringan penunjang ter-
nyata normal, hanya dermis dan jaringan kolagen yang dipisah-
kan ruang-ruang intervaskuler. Lapisan papil menonjol dan
sedikit edema. Kadang-kadang terdapat perivaskuler dan
infiltrat terutama limfosit dan histiosit.
Patogenesis belum diketahui dengan jelas, diduga berhu-
bungan dengan infeksi streptokokus, trauma saluran limfe dan
gangguan saraf perifer.
Menurut Curtis dan Shulak, dengan kortikosteroid di-
peroleh 95% penyembuhan setelah 6 bulan sampai 2 tahun8.
3) Skleroderma
Suatu penyakit menahun yang belum diketahui penyebab-
nya. Jarang pada anak, umumnya usia 30–50 tahun. Dikenal 2
tipe: sklerosis sistemik yang progresif dan tipe lokal disebut
morphea. Biasanya tipe sistemik fatal karena selain kelainan
jaringan kulit terbentuk pula jaringan fibrosis pada organ
dalam. Morphea umumnya sembuh dalam 2–5 tahun.
Kelainan kulit berupa bercak indurasi multipel, nampak
hiperpigmentasi dan atrofi otot. Lesi dijumpai pada dada, perut
dan tungkai.
Etiologi dihubungkan dengan faktor imunologik6-9

PERAWATAN
Bayi prematur selalu ditempatkan dalam inkubator untuk
memelihara suhu tubuh. Dehidrasi diatasi dengan cairan infus,
asidosis dipulihkan dengan bikarbonat dan kortikosteroid.
Antibiotika terhadap infeksi & sepsis. Transfusi darah kadang-
kadang merupakan suatu pilihan untuk mengatasi asidosis.
Darah mengandung buffer yang dapat menyangga kelebihan
asam dalam sirkulasi. Nalley dkk memberikan alimentasi
intravena pada bayi-bayi prematur dengan SN untuk memper-
cepat penyembuhan18

RINGKASAN
Sklerema neonatorum pada bayi prematur dihubungkan
dengan susunan jaringan lemak subkutan yang tidak ber-
imbang. Gangguan sirkulasi yang menyertai diare dehidrasi,
bronkopneumonia dan sepsis merupakan pula faktor yang ber-
pengaruh.
Dibicarakan juga secara singkat diagnosis banding,
perawatan termasuk transfusi darah dan alimentasi intravena.

KEPUSTAKAAN

1. Behrman RE. Neonatology Diseases of The Foetus and Infant 2nd ed.
Saint Louis: CV Mosby Co. 1973; pp 601–605.
2. Nelson. Textbook of Paediatrics, 11th ed. Tokyo: Igaku Shoin Ltd. 1983;
pp 1705–1706.

40 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


3. Perlman HH. Paediatric Dermatology. Chicago: The Year Book Publ. 7. Krugman S and Ward R. Infectious Diseases of Children and Adults, 5th
1960; pp 188–193. ed. St. Louis: CV Mosby Ltd Toyo Co. 1973; pp 163–172.
4. Sarwono E, Marseno FX, Satjadibrata RK and Polanunu AR. Effect of 8. Schaeffer AJ and Avery ME. Diseases of The Newborn, 3rd ed.
Fresh Blood Transfusion in The Treatment of Sclerema Neonatorum. Philadelphia–London–Toronto: WB Saunders Co. 1971; pp 794 796.
Paediatr Indones 1973; 13: 120–130. 9. Eisen AZ, Witto JJ and Bauer EA. Scleroderma. Textbook and Atlas
5. Sumampouw V, Sjamsinar Hasan dan Nassir Abbas. Sclerema Dermatology in General Medicines, 2nd ed. New York St Louis, San
Neonatorum, Kumpulan Makalah KPPIK III FIIK UNHAS. September Francisco: McGraw-Hill Book Co. 1979; pp 1305 - 1315.
1979, Ujung Pandang. 10. Nalley SW, Nassir Abbas dan Lisal JS. Pemberian Alimentasi Intravena
6. Andrews GC. Diseases of The Skin, 4th ed. Philadelphia–London: WB pada Neonatus Setelah Diare Dehidrasi. LIKA FK-UNHAS
Saunders Co. 1961; pp 528–535. 1987;4: 89–96.

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 41


Terapi Artritis dengan Yttrium - 90

Dr. Sugiyono*
Bagian Kedokteran Nuklir, PSPKR BATAN, Jakarta

Radang kronis pada sendi lutut (Synovitis chronica) yang Tabel 1. Sifat-sifat Radionuklida
disebabkan oleh Rematoid artritis dan Osteoartrosis biasanya
sukar pengobatannya. Pengobatan klasik yaitu dengan medika- Sifat Yttrium-90 Aurum (Gold)-198
mentosa, termasuk di sini pemberian kortikosteroid secara intra 1. Waktu paruh (half life) 2,7 hari 2,7 hari
artikuler, pada batas-batas tertentu pengobatan tersebut masih 2. Energi sinar )3 yang
dapat berefek dengan baik. Apabila dengan medikamentosa dipancarkan 2,2 meV 0,96 meV
3. Sinar yang dipancarkan (3 murni Q dan y
tidak mempan lagi, maka sinofektomi merupakan alternatif 4. Ukuran koloid 100 nm 5 – 10 nm
pilihan. 5. Penetrasi pada :
Sampai saat ini ada 3 cara untuk melakukan sinofektomi – jaringan sinovia 11 mm 3,6 mm
yaitu: 1) operatif 2) pemberian bahan kimia secara intra arti- – kartilago 8,5 mm 2,7 mm
6. Efek defek kromosom (–) (+)
kuler dan 3) pemberian radionuklida secara intra artikuler.
Operatif biasanya dilakukan pada radang sendi yang ringan.
Pemberian bahan kimia secara intra artikuler, misalnya dengan akibat bahaya radiasi yang diterima tubuh menjadi lcbih kecil
injeksi asam osmat (osmic acid) sudah banyak ditinggalkan bila dibandingkan radionuklida yang memancarkan sinar yang
oleh pusat-pusat kedokteran nuklir karena efek samping yang dobel. Ukuran koloid yang besar sangat menguntuhgkan,
cukup serius. Efek samping tersebut berupa kerusakan jaringan karena tidak tersebar kemana-mana bahan radionuklida ter-
sinovia yang hebat dan berakibat rusaknya susunan sendi lutut. sebut, sehingga bahaya radiasi bagi tubuh dapat dihindarkan
Pemberian radionuklida secara intra artikuler merupakan sebanyak mungkin. Daya penetrasi yang lebih hebat berakibat
pilihan yang menyenangkan, karena beberapa keuntungan dosis pemberian menjadi lebih kecil dan ini juga mengurangi
antara lain: sederhana, singkat, murah, penderitaan pasien resiko ' radiasi. Oleh karena Yttrium yang diinjeksikan tidak
sedikit, tidak ada problem mobilisasi dan hasilnya cukup baik. tersebar ke. seluruh tubuh jadi hanya terlokalisir pada daerah
Sinofektomi dengan radionuklida sudah dimulai sejak tahun yang kita suntik, maka praktis resiko untuk terjadinya defek
1963 dan radionuklida yang pertama kali dipergunakan berupa kromosom menjadi kecil. Jelas melihat sifat-sifat ini, Yttrium-
koloid emas-198 (Au-198 colloid). Setelah Yttrium-90 90 sangat cocok untuk pengobatan secara intra artikuler pada
diperkenalkan untuk terapi artritis dan memberikan hasil yang penderita Artritis kronis.
sangat memuaskan, banyak senter yang meninggalkan
pemakaian Au-198 tersebut karena mempunyai sifat-sifat yang Indikasi pengobatan
kurang menyen'angkan. Sebagai ilustrasi dapat ditunjukkan Terbatas pada Sinovitis kronik yang disebabkan rematoid
kedua sifat bahan radionuklida ini yang sangat berbeda. (Lihat artritis dan Osteoartrosis. Syarat yang harus dipenuhi pada
Tabel 1) terapi dengan radionuklida Yttrium-90, yaitu pada pemeriksaan
Energi sinar 13 yang besar membuat efek pengobatan dengan foto sendi lutut tidak boleh ada abnormalitas yang serius,
Yttrium-90 lebih efektif. Pancaran sinar (3 yang murni ber- misalnya penyempitan ruang sendi, adanya kista dan erosi
sendi lutut tersebut. Bila didapatkan kelainan tersebut pada
* Penulis pernah mengikuti training Kedokteran Nuklir di Jerman Barat, lint foto, hasil pengobatan kurang memuaskan.
Soviet dan Jerman Dmur.

42 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


Dosis radionuklida Yttrium-90 simtomatis. Efek samping jangka panjang tidak dilaporkan
Pengalaman menunjukkan, dengan dosis 6 mCi secara intra- adanya efek yang membahayakan misal keganasan dan
artikuler untuk tiap sendi lutut memberikan hasil yang baik. sebagainya.

Teknik penyuntikan Hasil terapi


Mengingat bahan yang disuntikkan adalah bahan radio aktif, Sejauh ini dilaporkan, pengobatan dengan Yttrium-90
penyuntikan tersebut harus sangat berhati-Fiati agar tidak sangat memuaskan. Berangsur-angsur keluhan artritis tersebut
mengenai jaringan lain selain organ yang dituju. berkurang sampai menghilang sama sekali.
Adapun teknik penyuntikan tersebut sebagai berikut :
1) Desinfeksi daerah yang akan diinjeksi dengan alkohol 70%. Problem di Indonsia
2) Berikan anestesi lokal pada daerah injeksi dengan lidokain Problem utama yaiti kita belum mampu memproduksi
atau sejenisnya dengan dosis secukupnya. radionuklida Yttrium-90. Waktu paruh yang pendek
3) Dengan jarum kita keluarkan cairan sendi sebanyak mung- mengakibatkan sulitnya transportasi apabila bahan ini kita
kin. datangkan dari luar negeri, sehingga berakibat bahan
4) Suntikkan Yttrium-90 sesuai dengan dosis ke dalam ruang radionuklida yang mestinya mural menjadi sangat mahal
sendi. harganya. Di negara-negara yang sudah rnampu memproduksi
5) Sebelum menarik jarum tersebut keluar, suntikkan Na Cl radionuklida ini, misal negara-negara Eropa, terapi artritis
0,9% secukupnya untuk tnencegah bahaya radiasi di sekitar dengan Yttrium-90 sudah biasa dikerjakan di klinik-klinik
jarum tersebut. kedokteran nuklir.
6) Gerak-gerakkan sendi tersebut fleksi-ekstensi agar bahan
radionuklida tersebut dapat tersebar merata ke dalam ruang KEPUSTAKAAN
sendi tersebut. 1. Boerbooms AM Th, Buijs WCAM, Danen M, Putte LBA, and Van-
7) Penderita dibalut kuat pada sendinya serta disarankan pem- denbroucke JP. Radio-synovectomy in chronic synovitis of the knee joint
batasan gerak kurang lebih dalam waktu 6 minggu. in patients with rheumatoid arthritis. Fur J Nucl Med 1985; 10: 446-449.
8) Sebaiknya penderita dirawat selama 3 hari di Rumah sakit. 2. Croll MN and Brady LW. Intracavitary Uses of Colloids. Sem in Nucl
Med 1979;9: 108-112.
3. Greenfield LD. and Uszler JM. Nuclear Medicine in Clinical Practice.
Efek samping Deerfield Beach Florida, Verlag Chemie International, 1982; pp 365.
Pada fase akut, walaupun jarang, keinungkinan dapat terjadi 4. Spooren PFMJ, Rasker 1J, and Arens RPHJ. Synovectomy of the knee
peradangan, nyeri, panas badan yang dapat diatasi secara with 90Y. Eur J Nucl Med 1985; 10: 441-445.

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 43


Pengobatan Epilepsia dengan
Karbamazepin

Dr. Tanumihardja
Surabaya

PENDAHULUAN grand mal, 3 kasus psikomotor, 2 epilepsi tipe campuran dan 2


Di antara berbagai antikonvulsan yang kini beredar di kasus dengan' kesadaran menghilang tanpa kejang-kejang
pasaran, salah satu jenis di antaranya ialah Carbamazepine atau (tabel 2A dan 2B). Semua penderita epilepsi psikomotor, 5
5-Carbamoxyl-5-H-dibenz (b, f) azepine (= Tegretol, Geigy)1. kasus epilepsi grand mal dan satu kasus epilepsi tipe campuran
Carbamazepine dikatakan efektif untuk mengendalikan se- menunjukkan kelainan tingkah laku. Kesemua penderita
rangan epilepsi dari segala jenis, kecuali petit mal. Carbama- epilepsi ini tak seorang pun yang menderita meningitis atau
zepine juga dikatakan efektif untuk mengatasi gejala psikik cerebral palsy, baik pada awal pengobatan maupun selama
yang menyertai epilepsi tanpa menimbulkan sedasi yang me- pengobatan.
nyolok.
Berhubung hampir semua antikonvulsan yang beredar di CARA KERJA
pasaran dewasa ini memiliki sedikit efek sedasi, yang membuat Sebelum Carbamazepine diberikan, terlebih dahulu diambil
penderita epilepsi sering tidak dapat melanjutkan studi atau anamnesa klinik secara mendetail dari penderita sendiri, dari
sering diberhentikan dad pekerjaan mereka. Di samping itu, orang tuanya atau dari keluarga penderita lainnya dan dicatat
banyak penderita epilepsi sering memperlihatkan kelainan semua keluhan subjektif yang mendahului serangan kejang.
tingkah laku yang hingga kini masih belum berhasil diatasi Pemeriksaan fisik dilakukan pada waktu penderita pertama
dengan baik, meskipun dengan berbagai pengobatan gabungan. kali datang berobat. Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada
Dengan terdapatnya sejenis obat antikonvulsan yang di- kunjungan pertama kali dan pemeriksaan trombosit dilakukan
katakan efektif untuk mengendalikan serangan dan sekaligus setiap bulan.
dapat menghilangkan gejala psikik yang menyertai epilepsi Rekaman E.E. Gram dan tes psikologik tidak dilakukan.
tanpa menimbulkan sedasi, akan mcmudahkan pengobatan Pencatatan hasil pengobatan dilakukan pada setiap kali
epilepsi dan juga tidak akan mengganggu kegiatan penderita penderita datang. Begitu pula mengenai efek samping obat,
sehari-hari. penderita ditanyakan tentang jenis efek samping obat pada tiap
Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk menilai efek kali kunjungan. Diagnosa epilepsi dibuat semata-mata
Carbamazepine pada penderita epilepsi dan efek samping obat berdasarkan gejala klinik dan anamnesa penderita.
tersebut. Carbamazepine diberikan pada semua kasus epilepsi yang
baru, dimulai dengan dosis 2 x 100 mg sehari, dosis kemudian
BAHAN PENELITIAN dinaikkan secara perlahan-lahan sampai mencapai suatu dosis
Selama kurun waktu November 1982 – Desember. 1983, yang cukup untuk dapat mencegah timbulnya serangan epi-
sebanyak 36 penderita epilepsi datang berobat ke tempat lepsi.
praktek penulis. Dua belas orang di antaranya dinyatalcan Bagi penderita yang menunjukkan kelainan tingkah laku,
gugur (drop out) karena mereka tidak kembali lagi. dosis Carbamazepine dinaikkan secara perlahan-lahan sampai
Di antara 24 penderita tersebut, 9 orang baru pertama kali mencapai dosis maksimal yang dianjurkan oleh para ahli (1200
berobat, sedang 15 orang lainnya sudah pernah mendapatkan mg/hari)1,2,3 dan dipertahankan selama sekurang-kurangnya
pengobatan untuk sekurang-kurangnya setengah tahun, tetapi 12 minggu. Apabila sesudah masa 12 minggu ini, penderita
tidak berhasil (retreatment cases). masih tetap tidak memperlihatkan tanda-tanda perbaikan
Di antara 24 kasus epilepsi ini, terdapat 17 kasus epilepsi tingkah lakunya, Carbamazepine kemudian dihentikan dan
pengobatan dengan Carbamazepine dianggap gagal. di Indonesia. Dapat dilihatjpula, meskipun frekuensi serangan
Bagi penderita yang tidak berhasil diobati dengan anti epilepsi dapat dikurangi dengan antikonvulsan lain, namun efek
konvulsan lainnya (retreatment cases), Carbamazepine ditam- samping dari obat dilaporkan oleh sejumlah besar penderita,
bahkan pada obat antikonvulsan terdahulu dengan dosis yang yang umumnya dalam bentuk keluhan: pusing, tidak sanggup
makin naik, sedang dosis obat antikonvulsan yang dipakai ter- mengikuti pelajaran di sekolah atau melaksanakan kegiatan se-
dahulu makin turun sampai akhirnya hanya Carbamazepine hari-hari karena perasaan lemah dan ngantuk.
yang dipakai. Hal ini penting untuk mencegah kemungkinan Kasus baru dari keadaan kejang dapat dilihat pada Tabel
terjadinya status epilepticus. ` 2B. Di sini terlihat, hanya satu kasus baru yang bukan epilepsi
grand mal (kasus no. 6). Dapat pula dilihat bahwa hanya satu
HASIL PENELITIAN kasus baru yang memperlihatkan kelainan tingkah laku, yaitu
Jumlah dan jenis kelamin penderita yang diikutsertakan kasus no. 5. Selanjutnya terlihat pula bahwa gejala mental
dalam penelitian ini dapat dili- Table 1 : Distribution by sex and age
hat pada Tabel I. Usia mereka
berkisar antara 5 – 55 tahun.
Kasus pengobatan ulang dari
keadaan kejang (retreatment
case of convulsive states) dapat
dilihat pada Tabel 2A. Di sini
dapat dilihat bahwa luminal,
difenilhidantoin dan valium me-
rupakan antikonvulsan yang
paling banyak digunakan sebe-
lum Carbamazepine dipasarkan
Table 2A : Carbamezepine group of the retreatment of convulsive states

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 45


Table 2B : Carbamazepine group of the fresh cases of convulsive states

hanya dijumpai pada ,penderita yang sudah lama menderita (kasus pengobatan ulang nomor 7).
epilepsi (sudah 2,5 tahun). Pada penelitian ini tidak dijumpai efek samping yang
Pada Tabel 3 dapat dilihat efek Carbamazepine pada fre- gawat kecuali pada seorang penderita muda usia (kasus
kuensi serangan epilepsi. Di sini dapat dilihat, epilepsi psiko- pengobatan ulang nomor 9), yang memperlihatkan bintik-bintik
motor memberi hasil pengobatan yang paling memuaskan merah di seluruh kulit muka. Bintik-bintik ini kemudian
(100%) dan epilepsi grand mal menempati urutan kedua menghilang setelah diberi Incidal 3 x 50 mg sehari, selama tiga
(82,3%). hari berturut-turut tanpa mengubah dosis Carbamazepine.
Gejala-gejala psikik yang menyertai epilepsi dapat dilihat
pada Tabel 4. Di sini terlihat, hiperkinesia dan aggressiveness PEMBAHASAN
merupakan gejala yang paling sering dijumpai, sedang kelam- Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa epilepsi psikomotor
batan psikomotor dan ketumpulan psikik merupakan gejala memberi respons yang paling baik (100%), disusul oleh
yang menempati urutan nomor dua. Selanjutnya dapat dilihat epilepsi grand mal (82,3%). Hasil penelitian ini sesuai dengan
pula bahwa gejala hiperkinesia dan aggressiveness kebanyakan hasil yang ditemukan oleh Markam dkk3 dan juga oleh penulis-
dijumpai pada penderita epilepsi grand mal. Gejala gangguan penulis di negara Barat lainnyat . Hasil pengobatan secara ke-
komprehensi dijumpai pada penderita epilepsi psikomotor seluruhan dalam arti pengendalian terhadap serangan kejang
adalah 75%, yaitu suatu angka yang cukup bermakna
Table 3 : The effect of Carbamazepine on the frequency of convulsive states bagi suatu uji coba klinik yang terbuka (open clinical
trial).
Kelambatan psikomotor dan gangguan komprehensi di
jumpai pada beberapa penderita yang sudah lama
menderita epilepsi. Hal ini mungkin disebabkan oleh
keadaan anoksia yang berulangkali terjadi dan oleh
meningkatnya tekanan intrakranial yang menyertai
kejang-kejang "yang berulang kali terjadi, sebagian 'lagi
mungkin disebabkan oleh keracunan (toxic effect) obat
antikonvulsan yang lama diminum4 .
Mengenai efek Carbamazepine pada gejala psikik
Table 4 : Distribution by the psychic symptoms penderita epilepsi, ada beberapa penderita yang mem-
perlihatkan perbaikan. Karena jumlah
penderita masih terlalu sedikit, belum
dapat ditarik suatu kesimpulan ten-
tang efek Carbamazepine pada pende-
rita epilepsi yang disertai kelainan
tingkah laku. Meskipun belum dapat
ditarik suatu kesimpulan mengenai
efek Carbamazepine pada penderita
epilepsi yang disertai gejala mental,
namun sejumlah besar penderita
mendapat manfaat dari Carbamaze

46 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


pine. Selama pengobatan, sebagian penderita sudah dapat Dosis Carbamazepine adalah individual sekali, dimulai
mengikuti pelajaran di sekolah kembali dan sebagian lagi sudah dengan 2 x 100 mg sehari kemudian dinaikkan secara perlahan-
tidak dikucilkan dari kegiatan social. lahan sampai mencapai suatu dosis yang memadai untuk dapat
Diagnosa epilepsi pada penelitian ini ditegakkan semata- mencegah serangan epilepsi. Bagi pendcrita epilepsi yang di-
mata berdasarkan atas gambaran klinik dan anamnesa pen- sertai gejala mental; dosis Carbamazepine dinaikkan sampai
derita. E.E. Gram tidak direkam karena sering dijumpai mencapai dosis maksimal yang dianjurkan oleh para ahli dan
kelainan-kelainan yang aspesifik pada E.E. Grim meskipun dipertahankan selama sekurang-kurangnya 12 minggu.
manifestasi klinik jelas merupakan serangan epilepsi. Hasil pengobatan ialah : epilepsi psikomotor memberi
Walaupun E.E. Gram dapat menyumbangkan informasi untuk respons yang paling baik (100%), disusul epilepsi grand mal
menegakkan diagnosa epilepsi terutama di luar serangan klinik, (82,3%). Hasil pengobatan secara keseluruhan dalam arti
namun E.E. Gram tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya pengendalian terhadap kejang ialah 75%, suatu angka yang
kriterium diagnostik5 . cukup bermakna bagi suatu uji coba klinik yang terbuka.
Pada umuinnya, mekanisme kerja antikonvulsan ialah me- Berhubung jumlah penderita yang masih terlalu sedikit,
melihara keseimbangan polarisasi selaput-selaput sel di fokus maka pada penelitian ini belum dapat ditarik suatu kesimpulan
epilepsi dan memblokir sinaps di tempat-tempat tertentu dalam mengenai efek Carbamazepine pada pengendalian gejala men-
serebrum sehingga transmisi muatan listrik dapat dicegah. Efek tal yang menyertai epilepsi. Tidak dijumpai efek samping yang
yang berbeda-beda dari berbagai antikonvulsan mungkin sekali gawat.
disebabkan oleh aksinya pada tempat-tempat yang berbeda-
beda, di samping mekanisme kerja yang berbeda-beda. Telah KEPUSTAKAAN
dilaporkan pula bahwa amygdalotomi bilateral menunjukkan 1. Geigy. Tegretol (The Emergence of a First-line Anti Apileptic Agent.
efek yang sama seperti Carbamazepine, sehingga mungkin Tegretol (Psychotropic Anti Epileptic Agent).
sekali bahwa tempat kerja atau efek dari Carbamazepine ialah 2. Bernard Gilligan. Optimum Use of Antiepileptic Drugs. Med Frog
di nukleus amygdalae6 . 1986:4:53–59.
3. Markam S et al. Pengobatan Epilepsi dengan Tegretol (Carbamazepine).
Dibacakan pada Second Annual Meeting PNPCH di Jogya, 18–22
RINGKASAN September 1972.
Selama kurun waktu November 1982 – Desember 1983, 4. Goodman and Gilman. Drugs Effective in Convulsive Disorder,
sebanyak 11 orang wanita dan 13 orang pria yang menderita Pharmacoligal Basis of Theurapeutica, 3rd ed. Mc Milian, 1965.
5. Mahar Mardjono. Beberapa Faktor yang Mendasari Serangan Epilepsi.
berbagai jenis keadaan kejang diberi pengobatan dengan Cermin Dunia Kedokteran 1979: 16: 5–11.
Carbamazepine (= Tegretol, Geigy). Umur mereka berkisar 5 – 6. Narabayashi H. Stereotoxic Amygdalgtomy for Behavioural Disorders.
55 tahun. Arch Neurology vol 9, Dec 1963.

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 47


4
Imunisasi Campak dan Beberapa
Permasalahannya

Djoko Yuwono
Pusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan R.I., Jakarta

PENDAHULUAN diperbaiki, mengingat masih adanya KLB penyakit campak di


Imunisasi campak di Indonesia telah dilakukan sejak tahun beberapa daerah dengan kematian cukup tinggi? Demikianlah
1982/1983 dalam rangka program Pengembangan Program antara lain beberapa masalah yang perlu mendapat perhatian
Imunisasi (PPI). Imunisasi campak di Indonesia dipandang sehubungan dengan imunisasi campak dewasa ini, tujuannya
perlu dilaksanakan di dalam suatu program, karena hasil pe- bukanlah untuk mencari-cari masalah, akan tetapi untuk men-
nelitian telah membuktikan bahwa angka kesakitan dan ke- capai hasil yang lebih optimal.
matian akibat penyakit campak di Indonesia mencapai 10% –
26%1,2,3. Berpedoman pada hasil penelitian tersebut dan adanya PENENTUAN UMUR OPTIMAL IMUMSASI CAMPAK
laporan dari berbagai propinsi mengenai Kejadian Luar Biasa Untuk mencapai hasil imunisasi campak yang optimal,
(KLB) penyakit campak, maka Departemen Kesehatan RI maka selain jenis vaksin yang dipergunakan, ternyata umur
menetapkan untuk melaksanakan imunisasi campak dalam optimal anak untuk mendapatkan imunisasi campak juga
program PPI. Imunisasi campak di Indonesia dianjurkan untuk sangat menentukan6,7,8. Telah diketahui dari hasil penelitian
diberikan pada anak-anak sejak umur 9–14 bulan, tanpa di beberapa negara bahwa umur optimal imunisasi campak
imunisasi ulangan. Alasannya adalah bahwa pada umur ter- pada masing-masing negara hasilnya berbeda-beda (Tabel 1).
sebut merupakan umur anak yang paling rentan terhadap Di Amerika imunisasi campak dilakukan pada anak-anak yang
infeksi virus campak, dan pada umur tersebut kekebalan pasif telah berumur 12 bulan, sedangkan pemberian imunisasi pada
yang diperoleh dari ibu sudah tidak ditemukan lagi. di dalam anak-anak di bawah umur 12 bulan harus mendapat imunisasi
tubuh anak. Adapun jenis vaksin yang dipergunakan adalah ulangan pada umur 15 bulan sebagai booster untuk mendapat-
further five attenuated measles vaccine strain Schwarz, yang kan kekebalan seumur hidup. Berbeda dengan beberapa negara
dikultur pada biakan sel fibroblast embryo ayam4. Sampai saat tropik di Afrika, yang menganjurkan untuk memberikan imu-
ini pelaksanaan imunisasi campak di Indonesia pada akhir nisasi campak pada anak sejak umur 7 bulan, dengan maksud
Pelita IV ditargetkan mencapai cakupan imunisasi sebesar memberikan kekebalan lebih awal sebelum antibodi maternal
65%, dengan kemampuan yang tersedia pada saat ini cakupan- hilang di dalam tubuh dan anak akan terlindung dari infeksi
nya telah mencapai 45%, dan diharapkan pada akhir Pelita IV virus campak secara alami7,9. Alasan pemberian imunisasi
nanti target yang telah ditentukan akan dapat tercapai5. campak pada waktu maternal antibodi sudah tidak terdapat
Imunisasi campak di Indonesia telah dapat dilaksanakan lagi di dalam tubuh anak, oleh karena strain vaksin yang di-
dengan baik dan mantap, namun demikian ada beberapa masa- pakai dalam imunisasi campak pada masa itu ternyata tidak
lah yang masih perlu mendapatkan perhatian dan dicari cara memberikan serokonversi rasio yang tinggi8,10. Dengan alasan
penyelesaiannya, tujuannya tidak lain untuk mencapai hasil inilah maka para peneliti berusha untuk mengembangkan
yang optimal. Beberapa permasalahan tersebut antara lain strain vaksin campak yang memiliki sifat imunogenik yang
adalah: Apakah cakupan imunisasi yang tinggi akan menjamin tinggi, terutama untuk anak-anak di bawah umur 9 bulan,
suatu daerah akan bebas dari wabah penyakit campak? Apakah caranya antara lain dengan melakukan seleksi strain vaksin
imunisasi campak sudah perlu diberikan pada anak-anak di baru, penambahan stabilisator ataupun teknik imunisasi-
bawah umur 9 bulan, mengingat angka kematian campak nya11-14
sangat tinggi pada anak-anak dengan umur kurang dari 12 Hasil penelitian yang telah dilakukan di Meksiko oleh
bulan? Apakah jenis vaksin yang dipergunakan saat ini perlu Dr. Sabin yang melakukan ujicoba vaksin campak aerosol

48 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


geniknya yang rendah, untuk menimbulkan
antibodi yang protektif dibutuhkan dosis
yang tinggi, di samping itu kekebalan yang
ditimbulkan hanya bertahan selama 10 ta-
hun. Jenis vaksin hidup yang pertama kali
ditemukan juga menimbulkan reaksi samping
(adverse reaction) yang kurang menyenang-
kan, sehingga jenis vaksin tersebut juga ku-
rang disukai.. Setelah ditemukan further live
attenuated vaksin, nampaknya jenis vaksin
ini tidak menimbulkan reaksi samping yang
terlalu berat, sehingga mulai disukai pema-
kainya. Jenis vaksin campak tersebut antara
lain strain Enders' Edmonston, Moraten
(More Attenuated - Attenuavac), Schwarz
further live attenuated, jenis vaksin campak
yang kini banyak dipakai orang2l,113,14,4.
Jenis Schwarz strain ada yang dikultur pada
embrio ayam, tapi adapula yang dikultur
pada sel human diploid (WI-38 sel),kemudi-
an ternyata bahwa masing-masing memiliki
sifat imunogenik yang berbeda11,12,18. Jenis
vaksin lain misalnya AIK-C berasal dari
strain Edmonston yang telah diperbaiki dan
dikultur pada biakan sel embrio ayam,
dengan strain vaksin Edmonston-Schwarz, Chick Embryo vaksin ini diproduksi oleh Kitasato, Jepang, ternyata memiliki
Fibroblast, yang telah diperbaiki, membuktikan bahwa imu- sifat imunogenik yang baik dengan adverse reaction yang
nisasi secara aerosol pada anak-anak umur 4–6 bulan ter- ringan13,14. Beberapa jenis strain vaksin campak yang telah
nyata juga memberikan serokonversi rasio yang tinggi, de- dikembangkan dan dipakai pada beberapa negara, misalnya
mikian pula titer antibodi yang terbentuk di dalam tubuh FF-8, 55-D, Biken Cam-70, Shanghai dan lain-lain ternyata
dapat bertahan lebih lama11,12,15,16. Hasil penelitian yang juga memiliki sifat imunogenik yang berlainan (Tabel 2). Apa-
dilakukan di Gambia juga memberikan hasil yang tidak jauh kah strain vaksin tersebut memang berbeda ataukah oleh ka-
berbeda, titer antibodi pada anak-anak setelah imunisasi dengan
strain vaksin Edmonston-Zagreb, Human Diploid Cell, Gambar 1: Antibodi maternal terhadap virus campak pada anak-anak di
menunjukkan titer di atas 1 : 417,18 RS Hasan Sadikin, Bandung, 1977–1981.
Demikian pula di Indonesia, data yang diperoleh dari be-
berapa penelitian menunjukkan bahwa maternal antibodi
campakakan hilang di dalam tubuh anak sejak anak berumur 6-
9 bulan seperti terlihat pada Gambar 119,20. Berpedoman pada
hasil penelitian tersebut, maka ditentukanlah umur imunisasi
campak di Indonesia diberikan pada anak sejak umur 9-14
bulan tanpa imunisasi ulangan15. Dewasa ini cakupan imunisasi
campak dalam program PPI telah mencapai cakupan sebesar
45%, akan tetapi beberapa daerah, Jambi misalnya yang telah
mencapai cakupan sebesar 68% ternyata masih melaporkan
adanya KLB campak5. Jadi ternyata bahwa cakupan imunisasi
yang tinggi tidak menjamin suatu daerah bebas dari wabah
penyakit campak. Oleh karena itu timbul pertanyaan apakah
imunisasi yang dilakukan tidak efektif? Ataukah sistem rantai
dingin (Coldchain) yang sangat me-'nentukan untuk
pengamanan mutu vaksin tidak berfungsi dengan baik?
Ataukah para petugas imunisasi tidak melakukan tugas mereka
sesuai dengan yang telah ditentukan? Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut kiranya perlu penelitian lebih
lanjut.
PENENTUAN STRAIN VAKSIN CAMPAK
vaksin campak yang pertama kali ditemukan adalah bentuk
vaksin inaktif, kelemahan jenis vaksin ini selain sifat imuno

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 49


Gambar 2: Kurva kumulatif persentasi anak-anak seropositif terhadap Seperti halnya dengan negara berkembang lainnya, di
virus campak pada berbagai kelompok umur di beberapa
Indonesia kasus penyakit campak tertinggi pada anak-anak di
daerah pedesaan di P Jawa dan luar P Jawa, 1982-1984.
bawah umur 1 tahun. Di negara berkembang tersebut nam-
paknya terjadi kecenderungan untuk memberikan imunisasi
campak lebih awal yaitu sejak umur 6-7 bulan, maka apabila di
Indonesia bermaksud ingin memberikan imunisasi campak
lebih awal (sebelum umur 9 bulan), sudah barang tentu pe-
milihan strain vaksin yang akan dipakai kiranya perlu men-
dapat perhatian pula.

PELAKSANAAN IMUNISASI CAMPAK


Secara garis besar imunisasi campak di Indonesia telah
berhasil dilaksanakan dengan bail( dan mantap, terutama bila
kita melihat hasil cakupan imunisasi yang telah dicapai selama
ini. Akan tetapi masih adanya laporan KLB campak dari bebe-
rapa daerah selama ini kiranya menimbulkan pertanyaan apa-
kah imunisasi campak yang telah dilakukan selama ini sudah
cukup efektif? Ada beberapa kemungkinan yang dapat di-
kemukakan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Kemung-
kinan pertama ialah bahwa daerah yang masih melaporkan
Dikutip dari : B Heriyanto et al, Majalah Kesehatan Masyara- wabah campak tersebut merupakan daerah yang belum terjang-
kat, 1985; 34: XI V. kau oleh program imunisasi campak, bahkan mungkin masih

rena cara atenuasinya menyebabkan sifat Tabel 2: Perbandingan tanggap kebal (respons antibodi) terhadap beberapa jenis vaksin
campak pada anak-anak yang seionegatif (prevaksinasi).
imunogeniknya berbeda, rupanya masih
perlu diteliti lebih lanjut.
Strain vaksin campak yang dipakai
dalam program imunisasi di Indonesia
pada saat ini adalah Schwarz further live
attenuated, yang dikemas oleh Perum Bio
Farma, Bandung. Vaksin ini diimport dari
Perancis dalam bentuk bulk. Seperti hal-
nya penelitian yang telah dilakukan di
berbagai negara lain, hasil penelitian di
Indonesia ternyata juga membuktikan
bahwa imunisasi campak yang diberikan
pada anak yang memiliki maternal anti-
bodi akan memberikan serokonversi rasio
yang lebih rendah dibandingkan terhadap
anak yang telah hilang maternal antibodi-
nya22. Lebih lanjut hasil penelitian di
Kenya menunjukkan bahwa adanya ma-
ternal antibodi 1:6 pada anak yang di-
imunisasi campak akan menyebabkan tu-
runnya serokonversi rasio sebesar 40%7.
Imunisasi campak dengan strain Schwarz
yang dilakukan pada anak umur 12 bulan
di Amerika ternyata dapat memberikan
serokonversi rasio yang tinggi, demikian
pula di Indonesia, imunisasi campak pada
anak umur lebih dari 9 bulan akan mem-
berikan serokonvorsi rasio yang tinggi
Pula, mencapai 90%-99%20,22.. Berpe-
doman pada hasil penelitian tersebut GMT-HI : Titer rata-rata antibodi dengan HI test.
nampaknya memang benar bahwa strain GMT-NT : Titer antibodi rata-rata dengan Netralisasi test.
Schwarz yang diberikan pada anak yang GMT-ELISA : Titer rata-rata antibodi dengan Enzim imuno Assay.
masih memiliki maternal antibodi tidak GMT-PN : Titer rata-rata antibodi dengan Plaque netralisasi.
memberikan scrokonversi rasio yang tinggi.

50 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


merupakan daerah kantong, yaitu daerah terpencil yang sulit kaitan dengan faktor resiko (status gizi, pemberian vitamin dan
dijangkau. Kemungkinan ke dua adalah vaksin yang dipakai kondisi sosioekonomi).
potensinya sudah menurun, mengingat untuk daerah seperti itu Prioritas pemberian imunisasi campak diutamakan pada
sudah barang tentu fasilitas rantai dingin untuk menyimpan anak-anak di daerah pedesaan, oleh karena daerah pedesaan
vaksin masih belum memadai. merupakan daerah yang menderita resiko paling tinggi apabila
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai terjadi wabah penyakit campak.
penentuan urutan prioritas daerah imunisasi sehubungan
dengan keterbatasan dana yang tersedia. Ditinjau dari segi RINGKASAN
epidemiologi telah kita ketahui bahwa daerah perkotaan yang Imunisasi campak di Indonesia telah dilaksanakan dalam
padat penduduknya merupakan daerah hiper endemik campak, program PPI sejak tahun 1982/1983. Cakupan imunisasi yang
dari daerah inilah pusat penularan virus campak, di daerah telah dicapai saat ini mencapai 45%, pada akhir Pelita N
perkotaan hampir semua anak telah memiliki kekebalan ter- cakupan imunisasi yang ditargetkan sebesar 65%, diharapkan
hadap virus campak, berlawanan dengan daerah pedesaan yang akan dapat tercapai. Hasil pengamatan yang telah dilakukan di
rendah kepadatan penduduknya merupakan daerah low beberapa propinsi menunjukkan bahwa besarnya cakupan
endemik campak, di daerah pedesaan hanya sekitar 10%–20% imunisasi tidak menjamin daerah tersebut bebas dari wabah
saja anak-anak yang telah memiliki kekebalan terhadap virus penyakit campak. Berpedoman kepada kenyataan tersebut,
campak23 , sehingga daerah pedesaanlah yang perlu mendapat- maka timbul pertanyaan apakah imunisasi campak perlu di-
kan prioritas untuk imunisasi campak. Mungkin keterangan berikan lebih awal, yaitu sejak umur 5–6 bulan, tujuannya
berikut ini dapat memberi penjelasan. Daerah perkotaan yang selain untuk memberikan kekebalan campak lebih awal, juga
merupakan daerah hiper endemik, virus campak akan terdapat untuk menurunkan angka kematian campak terutama pada
sepanjang tahun, tambahan pula cakupan imunisasi di daerah anak-anak di bawah umur 1 tahun. Akan tetapi penelitian di
kota lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Ke- luar negeri menunjukkan bahwa imunisasi campak lebih dini
adaan inilah yang menyebabkan wabah penyakit campak tidak pada anak-anak tidak akan memberikan kekebalan secara sem-
akan terjadi secara besar-besaran dan fatal. Berbeda dengan purna, sehingga imunisasi ulangan harus dilakukan pada umur
daerah pedesaan, anak-anak yang rentan terhadap infeksi virus lebih lanjut. Hambatan tersebut dapat diatasi apabila imunisasi
campak masih tinggi persentasenya. Sedangkan cakupan dilakukan dengan strain vaksin yang telah diperbaiki sifat
imunisasi campak juga rendah, tambahan pula faktor resiko imunogeniknya.
masih sangat berpengaruh di antaranya keadaan sosioekonomi, Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa pelaksanaan
status gizi24-26. Keadaan inilah yang memungkinkan daerah imunisasi campak yang telah dilakukan di Indonesia selama ini
pedesaan masih dapat terserang wabah penyakit campak yang sejalan dengan teori epidemiologi yang berlaku, yaitu imunisasi
fatal. Dengan berpedoman kepada kenyataan tersebut maka campak diprioritaskan pada daerah pedesaan oleh karena
prioritas imunisasi campak sebaiknya diberikan pada daerah daerah pedesaan merupakan daerah yang rnenderita resiko
pedesaan yang memiliki resiko yang paling berat apabila terjadi paling berat dan fatal apabila terjadi wabah campak.
wabah campak.
Masalah lain yang perlu diperhatikan adalah waktu pem- KEPUSTAKAAN
berian imunisasi campak. Biasanya pemberian imunisasi cam- 1. Budiarso LR, Putrali J, Muchtaruddin. Survai kesehatan rumah tangga
pak dilakukan setelah anak-anak mendapatkan imunisasi DPT 1980. Badan Litbang Kesehatan, DepKes RI Jakarta.
dan Polio untuk ke tiga kalinya, hal ini menyebabkan orang tua 2. Abdoerrachman MH, Tumbelaka A. Campak di Bagian Ilmu Ke-
anak enggan membawa anak mereka ke Puskesmas atau Pos sehatan Anak RSCM/FKUI Jakarta. Semiloka campak dan kaitan-
nya dengan kelangsungan hidup anak di Indonesia. Fakultas Ke-
Yandu setempat. Dengan demikian apabila imunisasi campak sehatan Masyarakat dan Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.
dapat diberikan lebih awal, maka keuntungannya tidak hanya Jakarta : 1987;1–2.
memberikan kekebalan terhadap virus campak lebih dini, tetapi 3. Rangkuti SM, Nash N, Sutanto AH, Lubis A, Siregar H. Measles
juga dapat meningkatkan cakupan imunisasi, oleh karena morbidity and mortality in the Department of Child Health, Dr.
Pirngadi Gen Hospital, Medan 1973–1977. Pediatr Indon. 1980;
jumlah anak-anak yang drop out dapat dikurangi. Seperti telah 20:139.
dikemukakan terdahulu, apabila imunisasi campak di Indonesia 4. Schwarz AJF. Immunization against measles; Development and
akan diberikan lebih dini dengan maksud memberikan evaluation of highly attenuated live measles vaccine. Ann Pediatr
kekebalan lebih awal pada anak agar kebal terhadap infeksi 1964;202.241–251.
5. Gunawan S. Masalah campak di Indonesia, semiloka campak dan
virus campak di alam (secara alami), maka beberapa hal perlu kaitannya dengan kelangsungan hidup anak di Indonesia. Jakarta
diperhatikan, antara lain adalah strain vaksin yang 1–2 Juli 1987. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indo-
dipergunakan dalam program imunisasi campak tersebut. nesia dan Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.
6. Hasley NA. The optimal age for administering measles vaccine in
KESIMPULAN DAN SARAN developing countries. In: Halsey NA eds. Recent advances in
Untuk mencegah terjadinya kasus kematian akibat immunization Pan American Health Orgn. Pan Amer. Sanitary Bureau,
penyakit campak pada anak di bawah umur 1 tahun, maka Region. office for the WHO, 525 Twenty third street, N.W. Washington
D.C. 20037. USA: 1983; 4–15.
dipandang perlu untuk melakukan tindakan sebagai berikut : 7. WHO and Ministry of Health of Kenya: Measles immunity in the first year
• Memberikan imunisasi campak lebih awal, sejak umur 5–6 after birth and the optimum age for vaccination in Kenyan children. Bull
bulan, dengan catatan perlu melakukan seleksi strain vaksin WHO Vol 1977;55, 21–30.
yang lebih sesuai. 8. Wu Shaoyuan, Xue Xinqing, Zang Yihan, et al. An Investigation
of causes of failure in measles vaccination in early infancy. Biol
• Memperbaiki tingkat kesehatan anak, terutama yang ber-

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 51


Standr 1982; 10: 197–203. 18. Ikic D, Juzbasic M, Beck M. Attenuation and characterisation of
9. Krugman S. Present status of measles and rubella immunization Edmonston-Zagreb measles virus. Ann Immunol Hungr 1972; 16:
in the United States America; A medical Progress Report, J 175–181.
Pediatr 1977;90: 1. 19. B Heriyanto, I Lubis, Djoko Yuwono. Penelitian status kekebalan
10. Sato H Albrecht P, Reynold DW. Transfer of measles mumps and anak-anak terhadap morbili di daerah Jawa Tengah dan Jambi dalam
rubella antibodies from mother to infants; Its effects on measles rangka imunisasi morbili di Indonesia. Laporan Penelitian Puslit
mumps rubella immunization. Am J Dis Child 1979; 133: 1240–1243. Penyakit Menulaj 1982–1983. Badan Penelitian dan Pengembangan
11. Sabin AB, Albrecht P, Augusta K Takeda, Ribiero EM, Vorensi R. Kesehatan, Jakarta.
High effectiveness of aerosol chick embryo fibroblast measles 20. Ukas Cukasah, Oscar Rahman. Kekebalan bawaan campak 0–12
vaccine in seven months and Older Infants. J Infect Dis 1985 ; bulan dan serokonversi setelah imunisasi campak dari pengunjung
152: 6. klinik RS Hasan Sadikin. Majalah Kesehatan Masyarakat 1985; 34:
12. Sabin AB, Arechiga AF, Fernandes de Castro J et al. Successful XIV, 12–17.
immunization of children with and without maternal antibody by 21. Weibel RE, Buynak EB, McLean AA, Hillman MR. Persistence of
aerosol measles vaccine. I. Different result with undiluted human diploid antibodies after administering of monovalent and combined lived
cell and chick embryo fibroblast vaccines. Am Med Assoc 1983; 249: attenuated measles mumps and rubella virus vaccine. Pediatrics
2651–2662. 1978;61: 5–11.
13. Makino S. Development and characteristics of live AIK-C measles 22. B Heriyanto, I Lubis, Suharyono W, D Yuwono. Ujicoba dua strain
virus vaccine; A Brief Report. Review of Infect Dis 1983; 5:3, campak di Indonesia. Laporan Penelitian Penyakit Menular 1984–1985.
504–505. Badan Litbang Kesehatan, Dep Kos RI, Jakarta.
14. Makino S. Sasaki K, Nakamura N, et al. Studies on the modi- 23. B Heriyanto, Djoko Yuwono. Status kekebalan anak terhadap virus
fication of the AIK measles vaccine. H. Development and evaluation of morbili pada beberapa daerah pedesaan di Indonesia. Majalah Kesehatan
the live AIK-C measles vaccine. The Kitasato Archv Expr Medc 1974; Masyarakat 1985; 34: 1$–21.
47:1, 13–21. 24. Wesley A, Coovadia HM, Watson AR. Immunization against measles in
15. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Simposium Imunisasi Depkes– children at risk of severe diseases. Trans. R Soc Trop Med Hyg 1979;
IDAI–WHO–UNICEF–ICC–USAID–PN Bio Farma, Jakarta: 73: 710–715.
1979; 27 Nov. – 1 Des. 25. Dibley MJ. Risk Factor for severe measles. Semiloka campak dan
16. Drago Ikic. Assignment report of short term consultant of WHO, kaitannya dengan kelangsungan hidup anak di Indonesia, 1–2 Juli 1987,
Jakarta 30 May – 30 June 1987. Konsultan Standardisasi Mutu Jakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat Univ. Indonesia dan Lembaga
Vaksin pada Puslit Penyakit Menular, Badan Litbang Kesehatan, Penelitian Universitas Indonesia.
Jakarta. 26. Koster I'T, Curlin PC, Aziz KM, A Haque. Synergistic impact of
17. LaForce FM, Henderson RH, J Keja. The expanded programme on measles and diarrhoea on nutrition and mortality in Bangladesh. Bull
immunization. World Health Forum 1987;8:2, 208–214. WHO 1981; 59: 901–908.
Cairan Hemodialisis
Manusia normal memiliki dua buah ginjal walaupun kadang- dikeluarkan dari tubuh penderita gagal ginjal ataupun untuk
kadang terdapat orang yang dilahirkan hanya dengan satu ginjal meningkatkan kerja ginjal pada terapi keracunan. Untuk me-
saja, tetapi mereka dapat hidup normal pula. Selain langsungkan proses dialisis diperlukan suatu cairan yang mirip
menghasilkan urin, ginjal memiliki banyak fungsi, yaitu : dengan cairan ekstraseluler ideal. Cairan ini disebut cairan
• Mengeluarkan kelebihan air dari tubuh dalam bentuk urin dialisis yang mengandung elektrolit dan dekstrosa. Pada proses
• Mengeluarkan produk-produk sisa dari dalam tubuh dialisis, cairan dialisis dialirkan pada salah satu sisi permukaan
• Ikut berperanan dalam pembentukan darah dari membran semi-permeabel, sedangkan darah pasien dialir-
• Membantu mempertahankan integritas tulang kan dalam arah yang berlawanan terhadap aliran cairan dialisis
• Memegang peranan penting untuk mempertahankan tekan- pada sisi lain dari membran tersebut. Dalam proses tersebut
an darah normal. akan terjadi pertukaran ion antara darah dan cairan dialisis.
Walaupun demikian, seseorang dapat mengalami gagal ginjal, Dengan menaikkan osmolaritas, .cairan dialisis (menaikkan
di mana kedua ginjal orang tersebut tidak dapat melakukan konsentrasi dekstrosa) dapat membantu mengeluarkan kelebih-
fungsinya oleh karena suatu proses penyakit. Pada umumnya an air dari dalam tubuh. Dengan mengurangi konsentrasi
seseorang mulai merasa sakit dan memerlukan cuci darah elektrolit tertentu dapat mengeluarkan elektrolit dalam darah
(dialisis) apabila fungsi ginjalnya telah turun sampai sekitar 5% dengan selektif, sehingga dapat mengoreksi keseimbangan
dari keadaan normal. Gagal ginjal dapat timbul tiba-tiba (akut) elektrolit. Ada dua macam pengobatan dengan dialisis, yaitu
ataupun perlahan-lahan (kronis). Pada umumnya gagal ginjal hemodialisis dan dialisis intraperitoneal.
akut bersifat sementara dan reversibel, sedangkan gagal ginjal Dialisis Intraperitoneal
kronis bersifat permanen.
Banyak macam penyakit yang dapat mengakibatkan gagal Pada proses dialisis intraperiotoneal, cairan dialisis dimasukkan
ginjal, tetapi akibat akhirnya pada umumnya sama, yaitu : dengan kateter ke dalam peritoneum, sehingga pertukaran ion
• Ginjal merupakan rute utama untuk mengeluarkan air, terjadi sepanjang membran peritoneal. Pada interval waktu ter-
karena itu air tidak dapat dikeluarkan dari tubuh dengan tentu cairan dialisis tersebut harus diganti atau dapat disirkulasi
baik pada penderita gagal ginjal yang berat, sehingga dapat kembali melalui suatu adsorbent chamber.
mengakibatkan pembengkakan kaki dan bagian tubuh Hemodialisis
lainnya
Pada proses ini digunakan membran buatan semi-permeabel
• Ginjal tidak mampu mengeluarkan kelebihan natrium dan
yang berfungsi sebagai .ginjal buatan. Juga dipergunakan suatu
hal ini mengakibatkan tertahannya kelebihan air dalam
mesin untuk mengalirkan darah pasien melalui salah satu sisi
tubuh. Akumulasi kalium dalam tubuh yang sangat mem-
permukaan dari membran semi-permeabel sebelum di-
bahayakan juga terjadi karena ginjal gagal untuk
kembalikan ke sirkulasi darah tubuh pasien. Pada saat yang
mengeluarkannya
sama cairan hemodialisis dipompakan ke dalam mesin dan
• Tekanan darah pada gagal ginjal biasanya meningkat dan
dialirkan melalui sisi lain dari permukaan ser i-permeabel,
hal ini pada umumnya disebabkan oleh karena retensi
sehingga terjadi pertukaran ion antara darah pasien dengan
garam dan air
cairan hemodialisis. Melalui membran semi-permeabel yang
• Terjadi akumulasi bermacam-macam produk sisa yang
mengandung lubang-lubang kecil tersebut produk-produk sisa
biasanya dikeluarkan oleh ginjal
dari darah pasien seperti urea, kreatinin, fosfat, kalium dan
• Pasien gagal ginjal biasanya pucat karena menurunnya lainnya termasuk kelebihan air serta garam dari tubuh kan
kontribusi pembentukan darah oleh ginjal lewat dan masuk ke dalam cairan hemodialisis yang mengalir
• Penderita merasa lelah, mual dan hilangnya nafsu makan dengan arah berlawanan dari aliran darah pasien. Walaupun
• Rasa sakit pada tulang dan otot karena timbulnya penyakit demikian, protein dan sel-sel darah tidak dapat menembus
tulang. melalui lubang-lubang kecil dalam membran semi-permeabel
tersebut. Bakteri dan virus yang mungkin mengkontaminasi
DIALISIS cairan hemodialisis juga tidak dapat masuk ke dalam aliran
Bila ginjal gagal melakukan fungsinya, sehingga bermacam- darah pasien melalui membran tersebut karena ukurannya lebih
macam produk sisa termasuk garam dan air menumpuk dalam besar dari lubang-lubang kecil tersebut.
tubuh, perlu dilakukan dialisis untuk mengeluarkan produk-
produk sisa tersebut. Proses dialisis sesungguhnya mengguna- CAIRAN HEMODIALISIS
kan sifat-sifat dari membran semi-permeabel, di mana mem-
bran tersebut hanya dapat dilalui oleh zat-zat dengan berat Walaupun tidak ada keharusan bahwa cairan hemodialisis
molekul yang kecil dan tidak dapat ditembus oleh zat-zat harus steril, tetapi selama proses pembuatan dan pemakaian-
dengan berat molekul besar. Melalui membran semi-permeabel nya harus dicegah kontaminasi bakteri seminimal mungkin
tersebut kelebihan air, macam-macam produk sisa yang me- karena sejumlah produk metabolik bakteri dapat melalui
numpuk dalam tubuh ataupun zat-zat toksik lainnya dapat membran semi-permeabel, sehingga untuk idealnya cairan

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 53


hemodialisis dapat dibuat steril dan bebas pirogen. kotoran tersebut di atas, misalnya dengan "Reverse Osmosis
Cairan hemodialisis dipasarkan dengan konsentrasi pekat System" (RO. System) atau dengan "Deioniser System". Seperti
(Concentrated Haemodialysis Solution) dan kadang-kadang telah disinggung di atas, Cairan Hemodialisis pekat sebelurn
berbeda dalam konpisisi serta jumlah air yang digunakan untuk dipergunakan harus diencerkan terlebih dahulu, biasanya 35
mengencerkannya. Tetapi pada umumnya sebagai sumber atau 40 kalinya. Ada 3 macam metode untuk pengencerannya
bikarbonat dipergunakan Natrium Asetat yang lebih mudah yaitu : batch blending, fixed proportioning dan flexible
larut dibandingkan dengan Natrium Bikarbonat. Sebagai proportioning.
contoh formula Cairan Hedodialisis pekat adalah sebagai Cairan hemodialisis dapat dikemas dalam wadah gelas atau
berikut : plastik dengan syarat tidak boleh melepaskan ion-ion atau
Tiap 1 liter mengandung : substansi yang berbahaya ke dalam cairan hemodialisis.
• Natrium Klorida 199 g Cairan hemodialisis merupakan cairan yang tidak
• Natrium Asetat Tihidrat 174 g berwama, tetapi pada penyimpanan (terutama pada temperatur
• Dekstrosa Anhidrat 87,5 g panas) dapat ' berubah menjadi kuning pucat sampai kuning
• Kalium Klorida 6,79 g sawo karena cairan tersebut mengandung dekstrosa. Perubahan
• Kalsium Klorida Dihidrat 6,43 g warna tersebut tidaklah mempengaruhi efektivitas cairan
• Magnesium Klorida Heksanidrat 5,34 g hemodialisis. Dekstrosa yang teroksidasi selama penyimpanan
Konsentrasi ion-ion per liter apabila 3,43 liter Cairan Hemo- dapat menurunkan pH produk sampai di bawah 6,8. Apabila
dialisis pekat tersebut diencerkan dengan air sampai 120 liter diperlukan, pH dapat diatur kembali dengan penambahan
atau bila 1 bagian Cairan Hemodialisis pekat dicampur dengan Natrium Hidroksida.
34 bagian air adalah sebagai berikut : Produk ini harus disimpan pada temperatur kamar atau di
• Natrium……………………………………… 134,0 mEq/1 bawah temperatur kamar. Hindari temperatur di atas 40°C dan
• Kalium………………………………………….. 2,6 mEq/l hindari pula menyimpan produk tersebut pada temperatur di
• Kalsium ……………………………………….. 2,5 mEq/1 bawah 4°C karena akan mengakibatkan kristalisasi garam-
• Magnesium …………………………………….. 1,5 mEq/l garam yang terlarut.
• Klorida ………………………………………. 104,0 mEq/l
• Asetat ………………………………………… 36,6 mEq/l
KEPUSTAKAAN
• Dekstrosa Anhidrat ……………………………. 2500 mg/l
Pada masa lampau air leding dipergunakan untuk Cairan 1. British Pharmaceutical Codex. London: The Pharmaceutical Press, 1973;
Hemodialisis pekat tersebut, tetapi kemudian disadari bahwa pp 784-787.
2. Mc Halsky et al. Reduction of Aluminium Levels in Dialysis Fluids
air leding banyak mengandung kotoran-kotoran seperti mineral- Through The Development and Use of Accurate and Sensitive
mineral tertentu dalam jumlah yang tinggi (misalnya kalsium, Analytical Methodology. J Parenteral Science & Technology, 1987;
aluminium). Juga dapat mengandung bakteri dan pirogen. Hal 41 : 67-75.
ini perlu menjadi perhatian mengingat orang normal per 3. Osol" A. Remington's Pharmaceutical Sciences, 16th ed. Easton,
Pennsylvania: Mack Publishing Co. 1980, p 271.
harinya hanya memerlukan 1–3 liter air per hari, sedangkan 4. Sulaiman AB et al. Haemodialysis Manual, The National Kidney
pasien hemodialisis membutuhkan 150–200 liter air untuk Foundation of Malaysia, Haemodialysis Unit, Department of Nephrology,
setiap kali hemodialisis. Sisa-sisa logam seperti aluminium General Hospital Kuala Lumpur, pp 1-144.
yang terdapat dalatn air untuk hemodialisis dapat membahaya- 5. The Pharmaceutical Codex, 11th ed. London: The Pharmaceutical Press,
1979; pp 263-265.
kan pasien. Oleh karena itu air yang dipergunakan untuk 6. Wade A. Martindale The Extra Pharmacopoeia, 28th ed. London: The
hemodialisis harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran- Pharmaceutical Press, 1982; pp 637, 638.
Hukum & Etika Tepatkah Tindakan
Saudara ?
Tepatkah Tindakan Saudara ?

Pada suatu hari seorang pasien datang kepada saudara sambil baku, yaitu menyetujui/menolak. Yang penting dipertimbang-
menunjukkan sepotong surat dari seorang teman sejawat spe- kan dalam kasus ini, bukanlah terjadi atau tidaknya anaphy-
sialis yang diala•matkan kepada saudara, dengan permintaan lactic shock atau keringanan biaya bagi pasien, tapi yang lebih
agar pasien tersebut diberi suntikan Pen-strep setiap 2 hari mendasar adalah apa pertimbangan sejawat spesialis sehingga
sebanyak 4 kali untuk pengobatan bronchopenumonia yang minta bantuan dokter umum untuk menyuntikkan obat tersebut!
dideritanya. Bukankah pasien datang sendiri ke dokter spesialis tadi?
Menurut pasien, alasannya ialah: oleh karena saudara ber- Menurut etik, yang baik dokter spesialis mestinya bersifat
prāktek lebih dekat dengan rumah tinggalnya (tentunya mung- selektif. Seharusnya ia menerima pasien-pasien yang dikirim
kin juga untuk meringankan biaya pengobatan yang saudara oleh dokter umum, atau betul-betul kasus yang memerlukan
ketahui lebih tinggi pada teman sejawat spesialis tadi). penanganan spesialistis. Bila itu telah dipastikan, seyogyanya
Apa yang akan saudara lakukan ??? pengobatan dilakukan secara penuh, utuh dan terpadu, ter-
Ada 3 kemungkinan. masuk penyuntikan Penstrep tadi, misalnya.
1) Saudara inenolak permintaan menyuntik pasien tersebut, Dalam kasus yang diajukan ini, seolah-olah dapat me-
atas pertimbangan, ada kemungkinan pasien tersebut dapat nimbulkan kesan sebagai berikut:
mengalami anaphylactic shock sewaktu atau sesudah suntikan • Diagnosis hanya bisa ditegakkan oleh dokter spesialis
antibiotik tersebut. Pasien tersebut mengatakan bahwa ia sudah • Pilihan terapi hanya dapat dilakukan oleh dokter spesialis
sering disuntik Penstrep dan tak pernah ada keluhan. Kalau • Sedangkan pelaksanaan terapi, antara lain penyuntikan,
saudara menolak permintaan teman sejawat tadi, alasan apa boleti dilakukan oleh dokter umum! (dokter umum = tukang
yang saudara harus kemukakan kepada teman sejawat spesialis suntik; karena murah ?)
tadi ??? Di sinilah kunci msalah dari segi etik dalam pelimpahan
2) Saudara menerima permintaan tadi dan menyuntik pasien pelaksanaan terapi dari dokter spesialis kepada dokter umum.
dengan Penstrep. Pada suntikan yang ketiga pasien tersebut Tegasnya, dalam hal ini saya akan menolak dengan sopan dan
mengalami shock. Untunglah saudara dapat mengatasinya baik, agar pasien tidak tersinggung, namun mengerti dan me-
dengan membawanya kerumah sakit. Pasien dapat meninggal- nerima dengan baik penolakan itu.
kan rumah sakit keesokan harinya.
Saudara akan mengumpat (dalam hati) teman sejawat spesialis Dasar penolakan.
tadi untuk hadiah "detik-detik yang mencekam" sewaktu pasien 1) Dokter spesialis harus membatasi diri pada hal-hal -yang
shock, dan/atau sudara akan menyalahkan diri sendiri. betul-betul bersifat spesialistik. Karenanya ia perlu belajar
3) Saudara telah menyuntik Penstrep sebanyak 4 kali pada hanya menerima pasien rujukan; jangan menjadikan diri se-
pasien tersebut tanpa ada keluhan apa-apa. Saudara beruntung bagai dokter umum yang "super".
sekali kali ini !!!!!! 2) Pelimpahan pelaksanaan pemberian obat kepada pasien dari
Apakah saudara akan beruntung lagi lain kali ???? dokter spesialis kepada dokter umum itu kurang etis. Seolah-
olah dokter umum adalah dokter murahan atau "tukang", yang
OLH hanya mencari sekedar nafkah, khususnya upah suntik.
3) Pengobatan oleh dokter spesialis harus tuntas, terpadu dan
Komentar menyeluruh, dan tentunya dokter spesialis masih bisa melaku-
kan penyuntikan.
TANGGAPAN DARI SEGI ETIKA KEDOKTERAN Tetapi bila pasien tadi dirujuk oleh dokter umum, kemudi-
Setiap kali selalu muncul masalah yang nampaknya sepele, tapi an setelah diagnosis ditegakkan oleh dokter spesialis, pe-
sebetulnya rurnit dan musykil bila dikaitkan dengan segi etik, nanganan selanjutnya diserahkan pada dokter umum kembali
martabat dan kepentingan penderita. Kepentingan penderita ini dengan saran dari dokter spesialis tersebut, barulah dapat di-
yang sering diekspos sebagai penggambaran pengabdian dokter sebut kewajaran telah terlaksana!
pada masyarakat yang tidak boleh ada celanya. Semua harus
prima; kalau tidak, dokter tersebut tidak becus! Dr. H. Masri Rustam
kembali pada permasalahan pokok, seperti biasanya jawab- Direktorat Transfusi Darah PMI
annya tidak selalu bisa berdasarkan alternatif-alternatif yang Ketua IDI Cabang Jakarta Pusat, Jakarta

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 55


TANGGAPAN DARI SEGI HUKUM KEDOKTERAN rus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap segalasesuatu
yang terjadi sebagai akibat suntikan itu.
Kasus ini menimbulkan beberapa permasalahan hukum yang
perlu kita babas satu per satu :
Kesimpulan
• Apakah dokter spesialis dapat menyerahkan pemberian Oleh karena pemberian terapi harus didasarkan atas diag-
suntikan pasien kepada dokter umum/lain ? nosis yang dibuatnya sendiri, dan dokter umum berhak me-
Seperti sudah sering dikemukakan, pasien dan dokter membuat
nolak permintaan dari dokter spesialis untuk memberi suntikan
suatu kontrak terapetik. Dengan demikian dokter itu
kepada pasiennya, sebaiknya dokter umum menolak per-
mempunyai kewajiban untuk :
mintaan dokter spesialis itu.
a. membuat anamnesis;
Alasan bahwa suntikan oleh dokter umum adalah lebih
b. melakukan pemeriksaan fisik;
murah, tidak dapat diterima, karena pasien yang berani berobat
c. memintā pemeriksaan tambahan (laboratorium, foto
pada dokter spesialis dengan sendirinya sudah tabu, bahwa ia
Rontgen dan sebagainya) yang diperlukan serta meng-
akan mengeluarkan banyak uang.
evaluasi hasilnya; Kepada pasien demikian, dokter mum dapat mengemuka-
d. menentukan diagnosis/diagnosis kerja;
kan alasan, bahwa pengobatan dilakukan berdasarkan hasil
e. memberi suntikan yang diperlukan;
pemeriksaan atas diri si pasien dan'karena ia tidak memeriksa si
f. memberi resep untuk membeli obat-obat yang diperlukan; pasien, maka ia tidak berani begitu saja memberikan suntikan.
g. memberi nasihat cara perawatan, pantangan makan dan se-
bagainya.
Jika doker spesialis menyerahkan pemberian suntikan itu
kepada dokter umum, ia telah tidak memenuhi salah satu ke-
wajibannya dan dapat diadukan karena melakukan suatu
Dr. Handoko Tjondroputranto
wanprestatie.
Lembaga Kriminologi Fakultas Kedokteran
• Apakah dokter umum berhak menolak permintaan Universitas Indonesia, Jakarta
dokter spesialis itu dan dengan demikian juga menolak
pasien yang mints bantuan untuk untuk disuntik ?
Baik dokter spesialis maupun dokter umum masing-masing
mempunyai ijin praktek untuk bekerja mandiri. Dokter umum
bukanlah bawahan dokter spesialis, sehingga ia harus meme-
nuhi permintaan (lebih tepat disebut perintah) dokter spesialis
itu. Selanjutnya suatu perikatan atau kontrak harus didasarkan
atas persetujuan kedua fihak. Tidak dapat fihak yang satu me-
maksakan kehendaknya terhadap fihak yang lain. Dengan
demikian dokter umum itu bebas menolak pasien yang minta
disuntik dengan membawa surat dari dokter spesialis.
• Apakah dokter umum berhak memberi suntikan tanpa
memerilcsa si pasien dan menentukan diagnosisnya ?
Pemberian terapi harus didasarkan atas diagnosis yang dibuat
sendiri oleh dokter. Memang dalam hal dokter umum meminta
konsul kepada dokter spesialis, seolah-olah yang membuat di-
agnosis adalah dokter spesialis dan dokter umum yang nantinya
memberi terapinya. Tapi anggapan ini tidaklah tepat, karena
sebelum mengirim pasien kepada dokter spesialis, sebenarnya
dokter umum telah memeriksa pasien dan membuat diagnosis.
Hanya saja ia masih ragu-ragu (karena pengetahuan/
pengalaman yang masih kurang), sehingga ia meminta konfir-
masi kepada dokter, spesialis.
• Jika sampai terjadi sesuatu yarig tidak diinginkan,
siapakah yang harus bertanggung jawab ?
Seperti diterangkan di atas, dokter umum berwenang ber-
praktek mandiri. Karenanya ia tidak dapat berlindung di be-
lakang surat permintaan dokter spesialis tadi, karena ini bukan
suatu perintah jabatan. Dokter umum bukanlah bawahan dari
dokter spesialis, dan karenanya dokter umum itulah yang ha-

56 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


HUMOR
ILMU KEDOKTERAN

NASEHAT DOKTER SALEP OBAT


Seorang dokter kedatangan seorang Berikut ini peristiwa sungguh-sungguh terjadi. Pada suatu ketika, staf Puskesmas
pasien, pemuda ganteng yang me- kami naik ke puncak gunung Sumbing untuk mengadakan visum, karena dikabarkan
ngeluh batuk-batuk. Setelah diperiksa ada orang meninggal di puncak gunung tersebut. Karena waktu itu sudah jam 8
dan diberi resep, dokter menasehati malam, kami semua naik ke puncak dengan tergesa-gesa dan persiapan seadanya.
supaya jangan kena angin maim dulu. Di tengah dinginnya malam, para pejalan kaki minta "Rheumason" dari staf
Tapi sang pemuda jadi berseri-seri, kesehatan. Sambil berjalan dan merogoh saku yang berisi pot (obat) tersangka
katanya ."Jadi kalau nanti sore saya Rheumason, langsung saja digosok-gosokkan ke leher dan sebagainya, tapi kok tidak
belajar dengan putri dokter,. . . . . . merasa hangat. Ternyata, yang dibawa bukannya Rheumason, tapi salep obat. Ini baru
pulangnya harus besok pagi, dok ?" ketahuan pagi harinya.
Dr Farida Pudjiastuti
Juvelin Puskesmas Kaliangkrik, Magelang

LAIN DAERAH LAIN ISTILAH. LUPA, PROF


Diruang praktek seorang dokter. Sam- Ketika sedang berlangsung ujian di bagian THT, bertanyalah sang profesor :
bil memeriksa dengan teliti, dengan "Apa artinya rhinolali ?"
menempelkan stetoskop pak dokter Sang mahasiswa garuk-garuk kepala karena satu minggu tidak belajar THT. Setengah
berkatalah: sadar ia menjawab :
"Bu nafas bu." "Anu prof, rhino itu hidung; kalau lali itu ... ec ..., itu lupa prof."
"Tidak pak, saya mencret kok." Profesor (dengan kesal) : satu bulan lagi kembali
"Lha iya, sekarang ibu nafas." Rupanya sang profesor salah tafsir. Dikiranya sang mahasiswa main-main, karena arti
"We lhadalah saya ini tidak punya lali dalam bahasa Jawa itu lupa. Padahal, mahasiswa tersebut memang benar-benar
sakit nafas sejak dulu kok dibilang tidak ingat artinya lali.
napas-napas. Mas ini jadi dokter Dr. H. Pratomo
berapa bulan sib? Mendingan saya Puskesmas Ulujami, Pemalang
kedukun saja yang bisa nyrateni (tabu
adat) saya." TIDAK SALAH LAGI
"Wah rejeki amblas." gerutu mas Ketika salah seorang warganegara Indonesia melahirkan di rumahsakit Jerman Barat,
dokter. banyak rekan-rekan sesama bangsa Indonesia yang menjenguk. Sesampainya di ruang
Dr. H, Pratomo tunggu rumah-sakit, salah seorang berkata: "Belum lahir !"
Pemalang Yang lainnya bertanya : "Tabu dari mana?"
Yang mengatakan belum lahir itu memperingatkan pada teman-temannya agar diam
dan memasang telinga baik-baik. Tidak berapa lama terdengar suara "Aduh . . . . .
aduh . . . . . . aduh ...."
Maka hampir serempak mereka berkata : "Tidak salah lagi, mana ada orang Jerman
kesakitan berteriak begitu."
Ny. Bambang

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 57


BEDA SAYANG ANAK DAN TRANSPARANSINYA SALAH CETAK
SAYANG BAPAK Pada suatu pagi yang cerah saya bertugas memberi kuliah di semester N FK Unud
Kalau sayang anak : dengan topik Cysticercus cellulosse. Seperti biasa sistem kuliah memakai alat
Celana anak yang melorot dinaikkan. projektor lintas kepala (overhead projector) dan transparansi. Beberapa buah
Tapi, transparan telah saya siapkan beserta ilustrasinya yang cukup sensasional.
Kalau sayang bapak : Semula para mahasiswa mengikuti kuliah dengan tenang, tekun dan bersemangat.
Celana bapak yang letaknya betul Saya pun tidak kalah semangat dalam memberikan penjelasan-penjelasan dengan
malah dilorot ke bawah. bahasa yang mudah dimengerti. Namun ketika saya menerangkan arti istilah Nodul
OLH Subkutaneus, suasana kelas seketika menjadi gaduh. Sebagian besar mahasiswa
OBAT TETES menahan tertawanya, ada pula yang cekikikan dan beberapa mahasiswi yang duduk
Dokter ahli THT di Puri Dhenta alun- paling depan tampak mesem-mesem saja.
alun Salatiga diprotes oleh pasiennya: Sejenak saya hanya terpaku di depan kelas. Heran! Kenapa mahasiswa pada
"Obat tetes hidung yang dokter beri- tertawa (?). Padahal saya tidak bermaksud melucu karena hari masih pagi. Didorong
kan dulu itu selain mahal juga tidak oleh rasa penasaran, saya lantas melemparkan pertanyaan kepada hadirin.
manjur ……. saya teteskan berkali-kali "Mengapa kalian tertawa. Apa ada yang lucu?"
pada hidung anak saya, dia tetap tidak "Ada gangguan di studio, Dok!" jawab salah seorang mahasiswa.
bisa bernapas. Sampai-sampai obat Mendengar jawaban tersebut, spontan saya berpaling dan melihat ke transparan
tersebut saya tuangkan di tangan, dan yang sejak tadi tidak saya perhatikan. Astaga! Sekarang saya tahu sumber yang
saya gosokkan di hidung sampai me- menyebabkan para mahasiswa menjadi risi. Ternyata pada transparan tertulis Nodul
leleh ke pipi dan dahinya, juga tidak Subkutang. Sebetulnya maksud saya menulis Nodul Subkutaneus. Dengan demikian,
dapat melegakan pernapasannya sama pengertiannya akan berbeda. Kalau Nodul Subkutaneus artinya benjolan di bawah
sekali!!!" kulit, maka Nodul Subkutang berarti benjolan di bawah kutang (?). Bah, runyam
Sambil agak panik, sang dokter ber- jadinya.
tanya: "Lho . . . . . . apa tidak dimasuk- Maaf, kerusakan bukan pada pesawat televisi Anda. Memang ada gangguan teknis
kan ke lobang hidungnya ??". Dengan di studio, yakni kesalahan cetak pada transparans!" kata saya bernada gurau sambil
stamina yang sudah mulai menurun, mengeluarkan spidol untuk mengoreksi kesalahan tulisan yang ringan tapi fatal itu.
pasien menjawab: "Tidak".
Keadaan yang sulit sekali bagi sang Dr Ketut Ngurah
dokter tersebut apakah akan mem- Laboratorium Parasitologi FK - Unud, Denpasar
balas kemarahan pasien yang mem-
protes tadi, apakah akan menerang-
kan cara pemakaian obat tetes hidung
dulu, atau apakah akan tertawa dulu. KEHAMILAN BERUMUR SEMALAM
'Kepang dieneng-eneng, uwis num- Kira-kira pukul dua belas malam masuklah seorang wanita muda di RSUP dengan
pang durung keneng'. Ya Allah, minta keluhan mutaber. Selain muntaber, nampaknya penderita juga dalam keadaan hamil
ampun. karena perutnya terlihat membuncit. Dokter yang memeriksa melakukan anamnesis,
Kapten Drg. Haryono X baik mengenai penyakitnya maupun kehamilannya.
Salatiga. "Kapan ibu mulai hamil .... Maksud saya, sudah berapa bulan umur kehamilan ibu?"
Dengan agak tersipu-sipu pasien menjawab: "Baru beberapa jam yang lalu. Jadi,
SERATUS UNTUK KAMU
umurnya belum ada sehari!"
Ketika berlangsung ujian lisan ilmu
"Lho, apa maksudnya???" tanya Pak Dokter penuh kebingungan.
kebidanan, sang profesor bertanya :
"Ohh, maaf dokter. Sebenarnya saya tidak hamil. Ini hanya hamil-hamilan!"
"Jika kamu melihat lekukan antara
Penderita lalu menjelaskan bahwa dirinya tadi bermain Drama Gong dan berperan
pusat dan symphisis makin lama makin
sebagai wanita hamil. Namun ketika sedang berpentas, dia mendapat serangan munta-
turun pada saat seorang ibu hendak
ber yang cukup berat sehingga harus cepat-cepat dibawa ke rumah sakit. Saking ter-
melahirkan, yang kau lihat itu gejala
gesa-gesanya, pakaiannya pun tidak sempat diganti. Oleh karena itu, sewaktu masuk
apa ?"
rumah sakit dia masih berpakaian hamil (pakaian yang dipakai waktu bermain drama).
Sang mahasiswa pusing tujuh keliling.
Mendengar ceritera pasiennya, dokter yang memeriksa cuma bisa geleng-geleng
Kalau lingkaran Bandl makin lama
kepala sambil menggerutu tidak menentu . . . . . .
makin ke atas, lho kok ini ke bawah?
Pikir punya pikir, daripada tidak lulus
Dr Ketut Ngurah
tanpa jawaban, untung-untungan saja
Laboratorium Parasitologi FK-Unud, Denpasar
dia menjawab :
"Anu prof, itu gejala celana dalam si
ibu melorot."
Profesor : Ha . . . .? Oya, saya yang
salah, mestinya ke atas bukan turun."
Dr. H. Pratomo
Puskesmas Ulujami, Pemalang

58 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987


Ruang Penyegar dan
Penambah Ilmu Kedokteran

Dapatkah saudara menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini?

1. Pada penyakit tropik, ada beberapa mekanisme yang d) Lesi Kimmelstiel Wilson banyak dijumpai pada Diabe-
berperan dalam menimbulkan kelainan ginjal, yaitu: tes Melitus tipe II
a) Efek migrasi parasit e) Pembatasan asupan garam dan penurunan berat badan
b) Proses imunologik tidak ada pengaruhnya terhadap penurunan tekanan
c) Reaksi nonspesifik darah
d) Nefrotoksisitas langsung 7. Salahsatu unsur yang tidak terkandung dalam cairan hemo-
e) Semua-benar dialisis, yaitu :
2. Yang termasuk diuretik osmotik a) Besi
a) Tiasid b) Natrium klorida
b) Furosemide c) Kalsium
c) Manitol d) Magnesium
d) Asam etakrinik e) Dekstrosa anhidrat
e) Triamterene 8. Yang benar mengenai sklerema neonatorum
3. Isilah hipertensi dan kehamilan dipakai bila a) Dihubungkan dengan jaringan lemak subkutan yang
a) Keadaan tersebut timbul sebelum kehamilan 20 minggu tidak berimbang
b) Keadaan tersebut hilang pada masa nifas b) Terjadinya secara perlahan-lahan (kronis)
c) Keadaan tersebut telah diketahui sebelum kehamilan c) Penyebarannya lambat
d) a dan c benar. d) Dapat mengenai seluruh bagian tubuh
e) b dan c benar e) Sangat nyeri bila ditekan
4. Nefropati IgA yaitu suatu bentuk glomerulonefritis yang 9. Jenis-jenis vaksinasi campak antara lain
ditandai oleh deposit Imunoglobulin A pada setiap glome- a) Strain Ender's Edmonston
rulus. Pilih satu satu jawaban yang benar: b) Moraten
a) Wanita lebih sering daripada laki-laki c) Schwarz further live attenuated
b) Kelainan ini hanya dapat timbul pada usia-usia tertentu d) Semua benar
saja 10. Yang termasuk dalam jenis kebisingan impulsif, yaitu
c) Gambaran patologi anatomik yang menonjol adalah bising yang ditimbulkan oleh
gambaran proliferasi mesangial a) Gergaji sirkuler
d) Salah satu faktor penyebabnya adalah produksi IgA b) Katup gas
yang menurun c) Tembakan bedil/meriam
e) bukan salah satu di atas d) Lalu lintas
5. Hiponatremia akibat pemberian diuretik ditandai oleh: e) Kapal terbang di lapangan udara
a) Hiperkalemia
b) Natrium urin kurang dari 20 mEq/L
c) Terdapat asidosis metabolik
d) Kadar ureum dan kreatinin menurun
e) Bila kadar natrium menurut secara cepat dapat mem-
berikan gejala Susunan Saraf Pusat
6. Pilih satu pernyataan yang benar :
a) Kelainan histopatologik pada ginjal akibat hipertensi
hanya dapat mengenai glomerulus
b) Hipertensi maligna jarang dijumpai pada penderita
diabetes melitus
c) Diabetes melitus tidak mempengaruhi insidensi pen-
derita hipertensi

Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 59


ABSTRAK - ABSTRAK
PERANG NUKLIR DAPAT MENYEBABKAN kalsium yang berlebihan dapat menurunkan te-
SINDROM SERUPA AIDS kanan darah secara aman.Tapi penyelidikan yang
Menurut peneliti dari Brown University, orang- lebih teliti dan mendalam masih diperlukan se-
orang yang selamat setelah perang nuklir akan belum kita tabu pasti keuntungan dan kerugian
mengalami sindrom, di mana kekebalan tubuh diet tambahan kalsium tadi.
terhadap penyakit akan jauh menurun, menye- Mayo Clinic Health Letter, March 1987
rupai "Acquired Immune Deficiency Syndrome"
(AIDS).
Dengan meningkatnya korban terhadap radiasi
ultraviolet, trauma fisik, luka bakar, kurang gizi TARTRAZINE
dan stress psikososial akan merusak fungsi selsel Tartrazine yang juga dikenal dengan nama FD&C
T yang merupakan komponen darah yang penting Yellow No. 5 merupakan zat warna makanan
untuk memerangi penyakit-penyakit yang yang paling sering menimbulkan gejala-gejala me-
disebabkan oleh karena bakteri, virus dan jamur. nyerupai alergi. Zat warna ini banyak digunakan
Akibatnya akan terjadi epidemi tuberkulosis, dalam minuman, makanan, kosmetik dan obat.
lepra, pneumonia, dan kanker. Gejala-gejala tersebut meliputi angioedema, bron-
kial rinitis, urtikaria- dan bahkan dapat menye-
SUPLEMEN KALSIUM. JANGAN DIGUNA- babkan anafilaksis.
KAN UNTUK MENGONTROL TEKANAN Sensitivitas terhadap tartrazine nampak lebih
OARAH tinggi pada penderita asma dan mereka yang
Preparat kalsium dapat dijumpai dalam berbagai alergi terhadap aspirin. Menurut FDA, ada sekitar
bentuk kemasan, seperti: bubuk, tablet dan kap- 50.000 — 100.000 orang Amerika yang sensitif
sul. Para wanita sering menggunakan tambahan terhadap zat warna ini. Sehubungan dengan hal
kalsium ini untuk mencegah terjadinya osteo- tersebut di atas, makanan yang diperuntukkan
porosis. untuk manusia yang mengandung FD&C Yellow
Akhir-akhir ini, beberapa peneliti menyimpul- No. 5 yang beredar di USA, termasuk mentega,
kan rendahnya diet kalsium dalam makanan kita keju dan. es krim harus mencantumkan adanya zat
sehari-hari dapat meningkatkan tekanan darah. warna tersebut.
Dalam ,suatu percobaan, pada suatu kelompok Peraturan dari .FDA yang berlaku efektif sejak
orang percobaan diberikan diet kalsium tambahan 26 Juni 1980 mensyarakatkan untuk dicantum-
sebanyak 1000 mg perhari dalam bentuk tablet. kannya adanya zat warna FD&C Yellow No. 5
Hasilnya: sebagian dari mereka, baik yang tekanan pada label obat keras san obat bebas yang me-
darahnya normal atau yang memang menderita ngandung zat warna tersebut yang diperuntukkan
hipertensi ringan, tekanan darahnya sedikit bagi manusia, baik yang diberikan secara per oral,
menurun. Atas dasar itulah para dokter nasal, rektal maupun melalui vagina. Label obat
memberikan tambahan kalsium pada penderita tersebut harus berisi pernyataan seperti: "Meng-
hipertensi borderline maupun hipertensi ringan. andung FD&C Yellow No. 5 (tartrazine) sebagai
Bahkan ada yang menyimpulkan, bila pada se- zat warna" atau "Mengandung zat-zat warna ter-
luruh orang dewasa diberikan kalsium tambahan masuk FD&C Yellow No. 5 (tartrazine)". Pada
dalam dietnya, insidensi tekanan darah tinggi label juga harus dicantumkan peringatan bahwa
akan menurun. obat tersebut mengandung FD&C Yellow No. 5
Tapi, konklusi di atas masih terlalu prematur. (tartrazine) yang dapat menyebabkan reaksi alergi
Jumlah kalsium yang dianjurkan perhari adalah (termasuk asma bronkial) pada orangorang yang
800 mg pada laki-laki dan 1500 mgpada wanita. peke-. Walaupun sensitivitas terhadap FD&C
Diet kalsium yang berlebihan selama waktu ter- Yellow No. 5 (tartrazine) frekuensinya rendah,
tentu dapat menyebabkan timbulnya risiko buruk tetapi sering dijumpai pada pasien dengan
yang lain. Sebagai contoh: batu ginjal dan hipersensitivitas terhadap aspirin.
kerusakan ginjal.
Karena hipertensi merupakan faktor utama (Doug FM, All About Food Allergy, p.20-23)
sebagai penyebab timbulnya penyakit jantung,
sungguh merupakan suatu berita baik bila diet

60 Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987

You might also like