You are on page 1of 61

No.

48, 1988
International Standard Serial Number: 0125 – 913X

Diterbitkan oleh:
Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma

Daftar Isi :
2. Editorial

Artikel:

3. Memahami Makna Usia Lanjut


6. Pendengaran Pada Usia Senja
9. Kulit Pada Usia Senja
12. Pertimbangan Anestesia Untuk Usia Lanjut
16. Usia Lanjut dan Seksualitas
19. Latihan Fisik dan Usia Tua
22. BeberapaPertimbangan Pemberian Teofilin Pada Penderita Usia
Karya Sriwidodo Lanjut
25. Perubahan Fungsi Paru Pada Usia Lanjut
27. Pelayanan Obat UntukUsia Lanjut di Apotek
Alamat redaksi: 30. Masalah Usia Lanjut Dalam Praktek Kedokteran Gigi
Majalah CERMIN DUNIA KEDOKTERAN
P.O. Box 3105 Jakarta 10002 Telp.4892808
Penanggung jawab/Pimpinan umum: 32. Beberapa Informasi dan Masalah Penyakit Infeksi Pernapasarī 35.
Dr. Oen L.H.
Pemimpin redaksi : Dr. Krismartha Gani, Dr. Batu Ginjal
Budi Riyanto W. 38. Pola Perskripsi Psikotropika Pada Beberapa Apotek Swasta di DKI
Dewan redaksi : DR. B. Setiawan, Dr. Bam- Jakarta, Tasikmalaya dan Serang
bang Suharto, Drs. Oka Wangsaputra, DR.
Rantiatmodjo, DR. Arini Setiawati, Drs. Victor 42. Perjalanan dan Perkembangan Larva Necator Amerikanus Pada
Siringoringo. Hamster
Redaksi Kehormatan: Prof. DR. Kusumanto
Setyonegoro, Dr. R.P. Sidabutar, Prof. DR.
45. Transplantasi Ginjal Pada Anak
B.Chandra, Prof. DR. R. Budhi Darmojo, Prof. 50. Pengembangan Elisa Untuk Pemeriksaan Filaria Dengan
Dr. Sudarto Pringgoutomo, Drg. I. Sadrach. Menggunakan Ekstrak Mikrofilaria Sebagai Antigen
No. Ijin : 151/SK/Dit Jen PPG/STT/1976, tgl.3
Juli 1976.
Pencetak : PT. Temprint. 53. Perkembangan : Obat Aids Yang Pertama

54. Pengalaman Praktek


Tulisan dalam majalah ini merupakan pandang- 56. Humor Ilmu Kedokteran
an/pendapat masing-masing penulis dan tidak
selalu merupakan pandangan atau kebijakan
58. Ruang Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran
instansi/lembaga/bagian tempat kerja si penulis 59. Abstrak-Abstrak
Proses Menua

Telah menjadi hukum akam, semua yang hidup akan menjadi tua dan
berakhir dengan kematian. Banyak cara dan usaha telah dicoba oleh manusia
untuk menghindart ketuaan dan kernatian.
Kematian memang tidak dapat dihindari, akan tetapi manusia mungkin
dapat memperpanjang usianya dan mengurangi kemunduran-kemunduran
pada fisik dan mental vang selalu menyertai proses menjadi tua.
Proses menua dapat dicakup sebagai penimbunan secara terus menerus
dari semua perubahan yang terjadi dengan berlalunya waktu. Ini menjadi
sebab makin mudahnya seseorang yang telah lanjut usianya menjadi sakit atau
mati yang memang merupakan ciri-ciri dari proses menua. Sejak dahulu ban
yak penelitian telah dilakukan untuk memahami proses menua dengan
diajukan berbagai teori.
Kini bukti-bukti telah mulai terkumpul yang menunjukkan bahwa proses
menjadi tua ialah akibat dart reaksi-reaksi oleh radikal bebas yang terjadi di
dalam sel dan jaringan dan yang bersifat merusak. Pada mammalia, reaksi-
reaksi radikal bebas terutama bertalian dengan zat asam atau oksigen.
Pemberian diet yang disusun demikian rupa dengan maksud mengurangi
pembentukan radikal bebas kepada tikus, mencit dan beberapa jenis serangga
tern yata memang dapat memperpanjang usia makhluk-makhluk tersebut.
Teori radikal bebas pada proses menua menarik sekali, oleh karena dapat
memberi keterangan-keterangan yang mudah diterima untuk gejala gejala
yang berkaitan dengan usia lanjut.
Para penganut teori ini berkeyakinan, manusia dapat hidup dengan sehat
5 sampai 10 tahun lebih lama dengan cara menjaga agar berat badan tetap
rendah dengan susunan makanan yang lengkap nilai gizinya; akan tetapi
dengan susunan sedemikian rupa, sehingga dapat mengurangi reaksi-reaksi
radikal bebas yang tak terkendali.

OLH

2 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


Artikel

Memahami Makna Usia Lanjut


Dra Yaumil Agoes Achir
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta

PENDAHULUAN sedari dalam kandungan sampai is meninggalkan dunia fana


Dalam kehidupan dan budaya tradisional, menjadi orang ini. Berpatokan pada Pancasila sebagai falsafah negara dengan
usia lanjut akan menempatkan individu itu sebagai anggota sendirinya masa tua merupakan bagian integral dari kehidupan
yang dihormati, diperhitungkan, dan didengarkan dalam ke- manusia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia.
luarga maupun dalam masyarakat. Bila demikian halnya maka Dengan latar belakang pemikiran di atas tidak perlu bahwa
menjadi tua justru mendatangkan berbagai keuntungan, karena modernisasi dan perkembangan teknologi akan menyebabkan
sebagai orang lanjut usia seseorang dianggap lebih bijaksana, penelantaran atau dampak kurang menguntungkan pada ke-
lebih berwibawa, karena itu lebih dipercaya untuk melaksana- lompok orang lanjut usia. Keluarga adalah unit sosial terkecil
kan berbagai tugas sosial-kemasyarakatan maupun keluarga. dan terpenting. Tanpa mengecilkan arti pelayanan dan pem-
Dalam budaya tradisional anggota masyarakat lanjut usia tidak binaan di sektor masyarakat, pelayanan dan perlakuan yang
kehilangan seluruh fungsinya dan kontribusinya terhadap ke- tepat terhadap para sepuh harus lebih dulu diciptakan di dalam
hidupan. keluarga dan dalam lingkungan pendidikan di sekolah.
Dalam budaya seperti budaya kita sekarang yang sedang Pendidik (orang tua maupun guru) mempunyai tanggung jawab
dalam proses berkembang dari tatanan budaya masyarakat untuk membantu anak didik (anak dan remaja) menyadari
tradisional ke masyarakat modern, berbagai nilai yang dihayati, proses menjadi tua serta memahami makna dari mereka yang
kebiasaan, perilaku anggota masyarakat sebagai individu dan sudah tua, agar dapat terwujud perilaku silang generasi yang
kelompok mengalami pergeseran dan perkembangan. Baling bermanfaat satu terhadap yang lain.
Perubahan nilai sosial dan nilai budaya terjadi pula dalam ASEAN Teaching Seminar on Psycho-Geriatric Problems
sikap, perlakuan dan apresiasi terhadap para lanjut usia. (1982)1 dalam salah satu rekomendasinya memang mene-
Sekalipun belum terlalu menyolok, tetapi mulai nampak kankan Strengthening of the existing family support systems
kecenderungan bahwa para lanjut usia diperlakukan sebagai the that the most appropriate place for the elderly is in general in
.out going generation yang dari segi sosial-ekonomi dianggap their own families.
tidak produktif, hingga tidak perlu lagi diperhatikan.
Hakekat Pembangunan Nasional yaitu pembangunan ma- PENGERTIAN USIA LANJUT
nusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia. Siapakah yang disebut orang usia lanjut? Biasanya sese-
Pengertian pembangunan manusia seutuhnya menghendaki orang digolongkan ke kelompok usia lanjut berpedoman pada
agar manusia Indonesia ditumbuh-kembangkan dan dibina usia kalendernya, dan lazimnya bila dia menginjak usia 50 –
* Makalah ini disajikan pada Lokakarya Membina Anak dan Remaja
60 tahun. Namun usia kalender tidak selalu dihayati secara
Memahami Makna Lanjut Usia. sama oleh semua orang. Seseorang merasa dirinya tua tergan-
Diselenggarakan oleh: Yayasan Pengembangan Kreativitas dan tung berbagai keadaan, kesehatan tubuh/jiwanya maupun cara
Erasmus Huis, Jakarta, 29 November 1986. orang lain memperlakukan serta norma sosial budaya terhadap
proses menjadi tua. Jadi dapat disimpulkan bahwa usia mental

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 3


dan penghayatan subyektif mengenai diri sendiri (self concept) Segi badaniah
lebih menentukan "ketuaan" seseorang. Para lanjut usia jelas mengalami deklinasi dalam sexual
Dari segi kesehatan individu usia lanjut, dapat diajukan prowess. Sekalipun tidak nampak langsung pada penampilan
rincian yang lebih tajam seperti yang diajukan oleh Seno luar namun telah terjadi : Changes in the male gonads, includ-
Sastroamidjojo (1971) : ing gradual descreases in spermatogenesis and secretation of
a) Golongan orang lanjut usia yang masih dapat mengurus dan androgens2. Gejala perilaku yang menunjukkan kecemasan dan
memelihara diri serta rumah tangganya dalam kehidupan keragu-raguan mengenai kemampuan seksualnya, merupakan
sehari-hari: gejala umum dari pria yang sedang mengalami proses, menjadi
b) Golongan orang lanjut ūsia yang keadaan fisik, mental, tua. Kegagalan-kegagalan kēcil dalam perilaku seksual dapat
rohaninya tidak sepenuhnya lagi sehat. menyebabkan akibat yang tidak proporsional pada jiwa
c) Golongan orang lanjut usia yang sakit dan tidak dapat me- individu itu.
ninggalkan rumah atau tempat tidurnya. Pada wanita, saat menjelang senja inipun merupakan
Kemajuan teknologi kedokteran dan keberhasilan keluarga ancaman yang serius dalam bidang seksualitas. Menopause
berencana telah membuahkan peningkatan umur harapan atau terhentinya haid, bagi banyak wanita dapat menimbulkan
hidup. Sementara itu angka kesakitan pada usia 55 tahun yang gejalagejala kejiwaan tertentu, didahului oleh prasangka yang
tadinya sebesar 27.5% diharapkan menurun menjadi 12.3% salah tentang seksualitasnya, hingga usually they become more
pada tahun 2000. Didukung oleh peraturan petundang-undang- initables restless and depressed.
an yang bertujuan melindungi kelompok masyarakat lanjut usia
maka wajarlah bahwa jumlah orang lanjut usia yang sehat Kehidupan emosional-sosial
bertambah banyak dalam masyarakat, dan wajar pula bahwa Dapat diamati keinginan para lanjut usia untuk lebih di-
usia kalender seseorang disebut lanjut usia mundur ke bela- perhatikan, diberi waktu dan lebih dimengerti,, la ingin agar
kang. Mungkin sekali bahwa orang yang berusia 60 – 70 tahun kehadirannya tidak membebani anak-anaknya. Sama seperti
belum merasa dirinya terlalu tua. individu lain, para lanjut usia baru merasa bahagia bila ia me-
rasa benar-benar dihargai, dicintai dan diinginkan kehadiran-
KARAKTERISTIK LANJUT USIA nya. Mereka amat sensitif pada reaksi orang lain yang bersifat
Merujuk kembali pada hasil ASEAN Teaching Seminar on penolakan, penghinaan atau rasa kasihan yang tidak pada
Psychogeriatric Problems, maka persoalan dan keluhan para tempatnya.
usia lanjut meliputi tiga area : Para lanjut usiapun ingin agar tidak terlalu tergantung pada
1) Organo-biologik, misalnya : dementia, gangguan fungsi orang lain, jadi sedapat mungkin mereka ingin mempunyai
afektif, sulit tidur, diabetesmelitus, hipertensi, dan lain-lain. sumber dana sendiri dan pekerjaan yang dapat menghasilkan
2) Psiko-edukatif seperti perasaan kesepian, kehilangan, di- uang. Sekalipun demikian, jaminan keuangan dan biaya hidup
tolak dan tidal( disenangi, hubungan yang tegang. Dengan belum dapat sepenuhnya mengisi kebutuhan para usia lanjut. Ia
sanak keluarga, apatis, dan lain-lain. ingin bisa hidup bermakna dan tetap bermanfaat bagi orang lain
3) Sosio-ekonomik dan budaya misalnya : kesulitan keuangan, di masa tuanya.
kesulitan rlendapatkan pekerjaan, tidak punya rumah Para usia lanjut seringkali pelupa, cerewet; tidak puas dan
tempat menetap, dan lain sebagainya. wring berkeluh kesah. Mereka akan merasa tertampung bila
Dari literatur dapat pula diketahui berbagai karakteristik usia anak-cucu (keluarganya) dapat menerima kekurangan tersebut.
tua seperti menurunnya kecekatan tubuh, konsentrasi, daya Memang ini adalah permintaan yang sulit, tetapi dengan pe-
ingat dan berbagai fungsi psiko-motorik lain. Pada mulanya, mahaman bahwa setiap orang, bila sudah menjadi tua akan
sebelum penuaan menjadi sangat nyata dari segi penampilan menunjukkan perangai seperti itu, kekurangan para sepuh ini
tubuh, orang cenderung untuk mengingkari bahwa dirinya telah mungkin lebih mudah diterima. Begitu pula halnya dengan
menjadi tua. Tetapi kemudian setelah berbagai usaha yang tak sikap mereka yang kaku dan berkurangnya kelenturan dalam
berhasil untuk "tetap muda", individu itu biasanya sadar dan menghadapi perubahan-perubahan.
mengakui bahwa dia tidak lagi muda. Mereka yang memiliki
kepribadian yang sehat akan mulai meneliti apa yang baik dan Kehidupan religius
cocok untuk orang seusianya dan apa yang sebaliknya: Pada masa lanjut usia makin jelas tumbuhnya kebutuhan
Biasanya akan timbul pula kesadaran bahwa menjadi tua untuk mendekatkan diri pada agama dan pada Tuhan Yang
merupakan bagian yang wajar dalam hidup dan bahwa the Maha Kuasa. Nampaknya, hierarki kebutuhan pada orang
direction of the total development cannot be changed signifi- lanjut usia telah bergeser, kebutuhan biologik dan self survival
cantly2. Menjelang usia lanjut memang sering terjadi krisis digantikan oleh kebutuhan lain yang tadinya menduduki pe-
iddntitas, yang mendorong individu bersangkutan mencari ringkat bawah, yakni kebutuhan religius. Dari pembicaraan
"
dirinya yang butt". Berbahagialah mereka yang menemukan sebelumnya jelas para usia lanjut sangat mendambakan kasih
pengertian baru mengenai dirinya karena itu akan dibutuhkan sayang dan penerimaan sosial. Sementara itu, bagi kebanyakan
untuk menciptakan reaks baru yang lebih sesuai untuk usia- nara sepuh dirasakan pula adanya kebutuhan ketenangan untuk
nya. dapat beribadah, beramal dan berbuat balk.
Namun ada individu yang sulit menerima kenyataan dan Teori tentang proses menua dari Erickson (1963) mengata-
tidak dapat menerima bahwa dirinya telah mengalami perubah- kan bahwa keberhaslan seseorang pada masa tuanya amat ter-
an dalam aspek-aspek tertentu kehidupannya. gantung dari caranya dia menyelesaikan konflik yang dihadapi

4 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


pada periode perkembangan sebelumnya. Menjadi orang tua ancaman yang mungkin dihadapi oleh para lanjut usia, dalam
macam bagaimana, sebagian ditentukan oleh pengalaman se- area organik-biologik, psiko-edukatif dan sosio-ekonomik.
seorang sewaktu menjalani masa anak, remaja dan dewasa. Namun ancaman itu sedikit banyak dapat dikurangi, terlebih-
Teori bidirectional dari Erickson mengatakan bahwa dari kecil lebih bila individu bersangkutan memahami dandapat meng-
manusia sudah mulai menghadapi berbagai macam pilihan dan antisipasi kemungkinan yang tidak dikehendaki. Pemeliharaan
alternatif yang tersedia dalam lingkungannya, baik lingkungan kesehatan tubuh dan kepribadian, dalam hal kepribadian :
fisik maupun non-fisik. Kemungkinan (alternatif) itu terpecah khususnya kemampuan memecahkan konflik secara efektif dan
menjadi 2 arah, membentuk dikotomi baik-buruk. Ella saat baik, dapat merupakan prasyarat suatu kehidupan di hari tua
menghadapi konflik, ia mengambil pilihan yang buruk/salah, yang berbahagla. Sementara itu disadari bahwa kualitas para
maka akan terhalang menyelesaikan tugas perkembangannya. lanjut usia banyak ditentukan oleh nilai sosial dan budaya
Sebaliknya bila ia mengambil pilihan yang benar, ia akan ber- masyarakatnya.
I4embang ke taraf ego integrity yang lebih mantap. Dewasa ini dirasakan kebutuhan yang amat mendesak
Jadi sebenarnya, orang lanjut usia, bila ia mengalami untuk lebih memperhatikan masalah usia lanjut dan pembina-
proses perkembangan yang menuju pada ego integrity, ia akan annya di semua sektor, pemerintah maupun swasta. Dirasakan
men-j adi individu yang pada hari tuanya tetap memiliki harga kebutuhan yang lebih mendesak untuk mempersiapkan anak
din dan konsepsi diri yang akurat dan realistik. Dalam tingkah dan remaja memahami makna usia tua, melalui jalur pendidik-
lakunya sehari-hari nampaknya ia dapat menerima keadaan, an dalam keluarga maupun sekolah. Kita tetap ingin memper-
tetap aktif dan menikmati hidup. Life-style-nya akan begitu tahankan citra tradisional mengenai orang lanjut usia sekalipun
rupa dapat mengatasi ancaman dan keadaan lingkungan yang budaya kita sedang berubah ke budaya yang lebih modern,
kurang menguntungkan. sebagai sesepuh yang dihoimati dan to whom we owe our
humanity.
KESIMPULAN
Menjadi tua adalah suatu proses alamiah yang berkesinam- KEPUSTAKAAN
bungan, terjadi terus menerus sejak seorang lahir ke dunia. 1. ASEAN Teaching Seininar on Psychogeriatric Problems, Jakarta,
Karena tidak terjadi secara tiba-tiba, mass tua dapat direncana- 1982.
kan dan ditata sesuai keinginan. Memang disadari ada beberapa 2. Pikunas J. Human Development, Tokyo: Mc Graw Hill Kogakusha, 1976;
349-351.

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 5


Pendengaran pada Usia Senja

Dr. Basyroel Shah dan Dr. Asroel. Aboet


Laboratorium THT Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RS Dr. Pirngadi, Medan

PENDAHULUAN – Faktor keturunan. Bila didapati gambaran audiogram pada


Berkurangnya fungsi sistem pendengaran kita pada usia dekade ke-Ill atau ke-IV tanpa ada kelainan otologi, ke-
senja, adalah sebagian dari proses menua yang juga terjadi pada mungkinan itu suatu presbiakusis yang disebabkan oleh
sistem-sistem lain di tubuh kita. Proses berkurangnya fungsi faktor genetik.
oleh karena menua ini disebut juga proses degenerasi. Proses
degenerasi yang terjadi pada sistem pendengaran kita sehingga PATOLOGI
mengakibatkan fungsinya berkurang sampai hilang disebut Telinga tengah
presbiakusis1. Nixon, Glorig & High (1962) membuktikan, akibat proses
Mulainya proses degenerasi tidak sama untuk setiap menua ini hantaran suara dengan frekuensi tinggi yang melalui
orang, tapi tergantung pada faktor keturunan dan lingkungan telinga tengah akan terganggu sedikit, yaitu 12 dB pada fre-
tempat tinggalnya. Sedangkan kelainan yang terjadi tidak kuensi 4000. Menurut mereka, gangguan tersebut disebabkan
hanya pada koklea, tapi juga telinga tengah, syaraf pendengar- oleh karena berkurangnya elastisitas membrana timpani,
an, di nukleus koklea dan di pusat pendengaran di susunan ligamen dan sendi-sendi tulang pendengaran dan ini menyebah
syaraf pusat. kan penurunan dari hantaran mekanis getaran suara.
Presbiakusis bukan satu-satunya penyebab berkurangnya Belal & Stewart (1974) yang melakukan penyelidikan
pendengaran pada orang yang berusia senja, maka diagnosis histologi pada telinga tengah, mendapatkan, perubaan yang
baru ditegakkan setelah penyebab-penyebab lain disingkirkan terjadi pada sendi-sendi tulang pendengaran : fibrosis,
seperti Ototoxic drug, tumor, trauma akustik, penyakitpenyakit kalsifikasi dan ankilosis tidak menunjukkan gangguan
pembuluh darah dan lain-lain yang sering juga terjadi pada konduksi yang berarti.
orang-orang tua. Jadi dapat disimpulkan, penyebab utama dari presbiakusis
Penanggulangan presbiakusis ini difokuskan kepada re- terletak pada lesi yang terjadi di telinga bagian dalam2.
habilitasi pendengarannya, di samping obat-obat vasodilatasi
dan vitamin2. Telinga dalam
Dengan bertambahnya umur, berkuranglah kesanggupan selsel
ETIOLOGI tertentu di telinga bagian dalam untuk membelah diri (mitosis),
– Cepat lambatnya proses degenerasi ini dipengaruhi juga berkurangnya nuklear protein, berkumpulnya pigmen dan
oleh tempat dimana seseorang tinggal selama hidupnya. bahan-bahan yang tak larut lain di sitoplasma, sehingga
Orang kota lebih cepat datangnya presbiakusis ini diban- menyebabkan perobahan kimia pada cairan interseluler dan ini
dingkan dengan orang desa (Weston 1964, Rozen et al akan menyebabkan degenerasi1 .
1964)2. Saxen (1952) membagi kekurangan pendengaran akibat
– Rozen (1969) mengatakan, ada korelasi antara banyaknya degenerasi ini atas 2 tipe :
makan makanan yang mengandung lemak dengan presbia- Tipe pertama bila terjadi atrofi ganglion spiralis sedang
'
kusis. Seseorang yang banyak memakan makanan yang organ corti normal, dan tipe yang kedua bila atrofi tejadi pada
banyak mengandung lemak lebih besar kemungkinan untuk stria vaskularis dan struktur penyokong organ:Corti pada
lebih cepat menderita presbiakusis2. membrana basilaris.

6 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


Kemudian Schuknecht (1955) menjelaskan, degenerasi itu langsung secara perlahan-lahan. Dibedakan dari tipe presbiaku-
mulai dari basal ke apikal organ corti. Satu tipe lagi kekurang- sis lain yaitu pada strial presbyacusis ini gambaran audiogram-
an pendengaran akibat degenerasi dari ganglion speralis yang nya rata, speech discrimination bagus sampai batas minimum
ditandai dengan tanda yang khas, yaitu sangat berkurangnya pendengarannya melebihi 50 dB.
discrimination score. Kemudian dia menambahkan lagi 2 tipe Histologi : Atrofi pada stria vascularis, di mana lebih parah
kekuranganpendengaran berdasarkan apa yang didapatkannya pada koklea setengah bagian apex 1.
pada studi audiometri & histologi (Schuknecht 1964).
Tahun 1974 baru dikemukakan oleh Schuknecht bahwa 4) Cochlear conductive presbyacusis
ada 4 tipe presbiakusis, di mana menurut dia terjadi atrofi yang Cochlear conductive presbyacusis ini pertama kali dike-
selektif dari struktur morfologis, yang berbeda pada koklea, mukakan oleh Schuknecht (1974), yaitu suatu tipe kekurangan
bisa sendiri atau berkomunikasi. pendengaran dengan suatu gambaran khas audiogram yang
Dan perobahan itu biasanya bilateral dan simetris3. menurun dan simetris.
1. Sensory presbyacusis Histologi : Tidak ada perubahan morpologi pada struktur
2. Neural presbyacusis koklea untuk menerangkan kekurangan pende-
3. Strial presbyacusis ngaran ini. Jadi kekurangan pendengaran ini di-
4. Cochlear conductive presbyacusis. sebabkan oleh gangguan gerakan mekanis di mem-
brana basalis. Perubahan atas respon fisik khusus
1) Sensory presbyacusis dari membrana basalis lebih besar di bagian basal
Organ corti terletak pada skala media. Sel-sel sensori dari karena lebih tebal dan jauh lebih kurang di apical,
organ corti ini terdiri dari sel rambut sebelah dalam dan sebelah di mana di sini lebih lebar dan lebih tipis.
luar. Fungsinya sel-sel rambut ini merobah energi mekanis dari Nomura (1970) mengatakan, terjadi deposit dari
getaian suara ke impul listrik yang akan meneruskan ke pusat lemak & kolesterol di membrana basalis, dan ini
pendengaran melalui n. koklearis. dapat menyebabkan perubahan pada respon fisik
Proses degenerasi dari organ Corti ini sudah mulai sejak dari membrana basilaris2.
muda, bahkan sejak anak-anak dan terus berlanjut terus secara Selain pada koklea juga dilaporkan terjadinya perubahan
perlahan-lahan. Karena prosesnya berlangsung secara perlahan- pada pusat pendengaran, seperti yang diselidiki oleh Kirikae,
lahan, tidak berapa mengganggu pendengaran, terutama pada Sato dan Shetara (1964) yang melaporkan terjadinya atrofi di
frekuensi bicara. Dan pada usia lanjut degenerasi itu terbatas nuklei pada pusat pendengaran, dan ini menyebabkan pe-
hanya pada bagian basal koklea 3. nurunan dari speech discrimination4.
Degenerasi mulai dengan destorsi dan pemicakan dari sel-
sel rambut, diikuti oleh hilangnya sel-sel rambut dan sel-sel
GEJALA & TANDA KLINIS
penyokong yang perlu untuk menjaga kelangsungan hidup dari
• Pada semua penderita didapati kekurangan pendengaran
serabut ganglion spiralis. Bila tindakan sampai ke fase ini maka
organ cortipun menghilang. Kekhususan dari tipe sensory bilateral yang berlangsung secara perlahan-lahan kemungkinan
disertai dengan tinnitus (telinga mendengung). Pertamatama
presbyacusis ini adalah turunnya secara tiba-tiba pendengaran
terjadi sedikit demi sedikit kekurangan pendengaran pada
untuk frekuensi tinggi.
frekuensi tinggi, dan kemudian diikuti oleh tidak bisa
mendengar dengan jelas akibat sukarnya menangkap huruf
2) Neural presbyacusis
konsonan yang bersuara mendesis (S, SH, Z, C dan T).
Menurut Otte, Schuknecht dan Kerr (1978) sebagai hasil
penyelidikannya pada sel-sel ganglion dari koklea, didapatkan- Biasanya penderita selalu mengatakan bahwa : "Saya dapat
mendengar tapi saya tidak mengerti". Bila suara dikeraskan
nya bahwa jumlah sel-sel ganglion (neurones) akan berkurang
mungkin penderita mengatakan, "Jangan keras sekali, sakit
dari 37.000 pada dekade pertama sampai 20.000 pada dekade
kuping saya, saya mengerti apa yang Saudara katakan". Ini
ke-9. Pengurangan jumlah sel-sel neurones ini sesuai dengan
terjadi oleh karena pada presbikusis berkurangnya discri-
normal speech discrimination. Bila jumlah neurones ini ber-
mination score dan recruitment5.
kurang di bawah yang dibutuhkan untuk tranmisi getaran,
Pada. kasus presbiakusis yang berat komunikasi dengan
terjadilah neural presbyacusis. Biasanya kekurangannya
penderita lebih sukar. Umumnya penderita presbikusis ini lebih
neurones dari koklea lebih parah pada basal koklea 1.
suka bila kita berbicara lambat-lambat, jelas, kata-kata yang
Gambaran klasik : – speech discrimination sangat berkurang
pendek dan bicara agak ke dekat kuping, daripada suara yang
– atrofi yang luas dari ganglion spiralis
keras.
3) Strial presbyacusis • Membrana timpani : biasanya normal, tes Rinne positif,
Fungsi dari stria vascularis ini belum diketahui betul. Ada Weber tak ada lateralisasi2.
anggapan bahwa mungkin stria vascularis tempat sekresi endo-
limfe, yaitu suatu sumber potensil listrik di skala media DIAGNOSIS
(Misrahy et al 1958), atau mungkin juga sumber energi untuk Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
sel-sel pada membrana basilaris3. – Anamnesis
Strial presbyacusis ini merupakan tipe presbiakusis yang – Pemeriksaan telinga
sering didapati. Kekhasannya ialah, kekurangan pendengaran Pemeriksaan telinga ini lebih ditujukan kepada fungsinya,
mulai datang pada dekade ke-3 sampai dekade ke-6 dan ber- untuk itu dipakai pemeriksaan :

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 7


1. Audiometri nada murni • Ada 4 tipe presbiakusis yang terjadi akibat degenerasi ini :
2. Audiometri bicara 1. Sensory presbyacusis : tiba-tiba pendengaran menurun
Audiometri nada murni terutama kita gunakan untuk me- untuk frekuensi tinggi oleh karena proses degenerasi yang
nentukan berapa besar kekurangan pendengaran dan untuk terjadi hebat di bagian basal organ corti.
menetapkan gambaran audiogramnya. Gambaran audiogram 2. Neural presbyacusis : speech discrimination sangat ber-
dari pekak sensori neural yang disebabkan oleh presbiakusis kurang oleh karena berkurangnya jumlah neurones lebih
ini bervariasi tergantung kepada dimana kelainan itu terjadi. dari biasa.
Tapi pada umumnya tidak ada gap antara udara dan tulang, 3. Strial presbyacusis : gambaran audiogram yang rata dan
simetris dan gambaran audiogramnya dapat dibagi atas 3 tipe : speech discrimination bagus akibat atrofinya stria vascula-
– rata, landai atau agak landai dan curam6. ris, terutama di bagian apex.
Audiometri bicara dilakukan untuk mengetahui Speech 4. Cochlear conductive presbyacusis : gambaran audiogram
discrimination score, yaitu kemampuan pendengaran pen- yang menurun, simetris oleh karena perubahan gerakan
derita dalam membeda-bedakan macam-macam kata yang di- mekanis dari duktus koklea .
dengar. • Mulainya presbiakusis ini banyak tergantung pada faktor
keturunan & sedikit oleh faktor lingkungan.
PENGOBATAN • Belum ada obat/vitamin yang dapat memperlambat terjadi-
1) Obat-obat & Vitamin nya proses degenerasi ini, rehabilitasi dengan hearing aid, me-
Banyak penderita dinasehatkan untuk memakan obat seperti rupakan cara yang banyak membantu.
obat-obat yang mengandung Nicotinic acid, vitamin-vitamin • Rehabilitasi dengan cara Cochlear prothese implantion ber-
dan campuran-campuran lain untuk mencegah .presbiakusis ini, prospek balk.
tapi tampaknya sampai sekarang belum ada satu preparat pun
yang efektif yang dapat mempengaruhi dating & berlang-
sungnya presbiakusis ini. SARAN
2) Rehabilitasi Pemilihan alat bantu dengar (Hearing aid) pada penderita
a. Rehabilitasi ini lebih ditujukan untuk memakai alat bantu presbiakusis sebaiknya atas nasehat ahli THT dan bekerja sama
dengar (Hearing Aid). Dengan memakai alat bantu dengar dengan ahli dalam bidang pemeriksaan pendengaran serta
ini penderita akan tertolong dalam berkomunikasi dengan dealer hearing air, agar hearing aid, yang dipilih itu ada
orang lain, terutama pada tiap presbiakusis tertentu. gunanya.
Untuk penderita presbiakusis ringan, biasanya tidak butuh
alat bantu dengar hanya bila mau bertelepon terpaksa me-
makai suatu alat sebagai amplifier atau untuk mendengar KEPUSTAKAAN
TV & Radio haruslah memakai sejenis earphone.
b. Lipreading 1. Maran AGD, Steel PM. Clinical Otolaryngology, 1st Published Deafness
of aging, Oxford-London-Edinburg Melborne. Blackweel Scientific
Agak susah bagi orang tua untuk mempelajari gerakan Publications, 1979; 86-91.
mulut ini. 2. Wright JLW. Scott Brown's Desiases of the Ear, Nose and Throat, 4th Ed,
Vol. 2, Presbyacusis, London: Butterworths, 1979; 683-692.
3) Operasi5 3. Mangham CA, Harington CT Jr. Hearing Desorders, (Eluted by Jerry L.
Northern Ph.D), 2nd ed, Presbyacusis, Boston/Toronto: Little Brown and
Akhir-akhir ini berkembang metoda barn dalam penanggu- Company, 1984; 161-168.
langan ketulian ini, yaitu dengan cara implantasi Cochlear pro 4. Welsh LW, Welsh JJ, Healy MP and Jenkintown. Central Presbyacusis,
these yang terdiri dari : Larungoscope, 1985; 95: 128-136.
a. Implantable devise (Internal receiver). 5. Albernaz PLM. New Dimensions in Otorhinolaryngology, Vol. I, Cochlear
Protheses, International Congress Series 680, Amsterdam - New York -
b. An interface Oxford: Excerpta Medics, 1985; 55-56.
c. Signal processor for external use 6. Goodhill, Victor. Desiases, Deafness and Dizzeness, 1st ed, Presbyacusis,
Syarat pemasangan alat itu : Marulannd - New York - S. Fransisco - London: Harper & Row, 1982;
– Total & bilateral deafness 719-730.
– Round Window Electrical Stimulation test (RWES) positif
– Motivasi penderita
Hasilnya : Prospek baik.

KESIMPULAN
• Kekurangan pendengaran pada orang yang berusia senja, Untuk segala surat-surat, pergunakan alamat:
ialah suatu proses degenerasi, yang juga terjadi pada sistem- Redaksi Majalah Cermin Dunia Kedokteran
sistem lain di tubuh kita. P.O. Box 3105 Jakarta 10002
• Proses degenerasi ini menyebabkan perubahan struktur
morfologis di telinga bagian dalam (koklea), sehingga menye-
babkan gangguan fungsinya.

8 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


Kulit pada Usia Senja
Dr. Diana Nasution
Laboratorium Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/
Rumah Sakit Dr. Pirngadi, Medan

ABSTRAK 5) Pacemaker atau Endocrine theory mengatakan, proses


menjadi tua diatur oleh sebuah pace maker seperti timus,
Usia senja tiba bersama dengan segala kekurangannya, meliputi
hipothalamus, kelenjar, di bawah otak (pituitary) atau kelenjar
seluruh tubuh manusia, termasuk di dalamnya kulit. Berma-
gondok.
eam-macam ,teori telah timbul yang berkaiatan dengan proses
6) Immunologic theory. Di sini limfosit T memegang peranan
menus ini. Dalam makalah ini dibicarakan sepintas mengenai
sebagai pace-maker jaringan.
keadaan kulit yang normal secara umum, dan kemunduran-
kemunduran/ perubahan-perubahan yang dapat terjadi pada
GAMBARAN.KULIT SECARA UMUM
kulit menua. Faktor yang penting dalam hal terjadinya proses
Kulit terdiri dari 3 bagian yang berbeda, masing-masing meng-
menua pada kulit ialah keadaan lingkungan, misalnya sinar
andung sel-sel tertentu. Lapisan paling atas dari kulit, disebut
matahari. Berdasarkan gambaran morfologis dari kuli tyang
epidermis yang terutama terdiri dari keratinosit (80–90% dari
menua, faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka dilakukan
seluruh sel-sel epidermis) yang berfungsi untuk mengawasi
tindakan ataupun perawatan khusus bagi kulit yang menua.
hilangnya air dari sel-sel dan jaringan. Tanpa adanya
epidermis, tubuh akan cepat kehilangan cairan (dehidrasi). Sel-
sel melanosit yang menghasilkan pigmen melanin juga terdapat
TEORI PROSES MENUA
di dalam epidermis dan berfungsi untuk melindungi kulit dari
Teori-teori mengenai terjadinya proses menua pada tubuh sinar ultra-violet. Sel Langerhans juga berada di dalam dermis.
manusia ada bermacam-macam, antara lain dapat disebut: Di bawah epidermis terdapat bagian kedua dari kulit yang
1) DNA Replication theory yang mengatakan bahwa terjadinya disebut dermis, yang berisi pembuluh-pembuluh darah, syaraf-
proses menua adalah sebagai akibat darikesalahan yang tidak syaraf, folikel-folikel rambut dan serabut-serabut protein yaitu
kita sengaja yang berlangsung terus-menerus dan perlahan- kolagen dan elastin yang dihasilkan oleh fibroblas yang
lahan yang menyebabkan , kematian sel-sel individual yang memberikan kekuatan dan kekenyalan pada kulit. Kolagen ini
fungsionil atau reproduktif. membentuk suātu anyaman serabut-serabut yang bekerja
2) Teori Error dari Orgel mengatakan,. terjadinya proses sebagai suatu kerangka bagi pertumbuhan dari sel-sel dan pem-
menua adalah oleh karena terbentuknya molekul-molekul buluh-pembuluh darah. Jadi kolagen merupakan komponen
R.N.A. yang tidak sempuma yang mengakibatkan terjadinya yang penting dari dermis, yang bekerja sebagai suatu lapisan
jkelainan-kelainan pada enzima-enzima dan protein. penunjang bagi kulit. Kondisi dari kolagen ini memegang
3) Cross – linkage theory. Berdasarkan hipotesa yang dibuat peranan penting dalam hal menentukan apakah kulit terlihat
oleh Bjorkstein d.k.k., maka proses menjadi tua terjadi sebagai muda, atau tua; licin atau berkerut. Celah-celah di antara
akibat dari Cross-linkage yang progresif dari protein-protein di anyaman serabut kolagen ini berisi antara lain jenis protein
dalam sel-sel sehingga molekul-molekul menjadi ketat •terikat yang disebut elastin yang mempunyai sifat elastis dan di antara
satu dengan lainnya. serabut kolagen ini juga terdapat air yang berfungsi untuk
4) Free – Radical theory, mengatakan, proses menua terjadi membasmi ayaman kolagen ini. Sel lainnya yang terdapat di
oleh karena terjadinya kerusakan yang progresif pada membran dalam dermis yaitu Mast cells. Lapisan di bawah dermis yaitu
cross-linkage protein, gangguan pada enzima dan terbentuknya jaringan lemak subkutan yang memisahkan dermis dari fasia
pigmen ketuaan. dan otot-otot.

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 9


GAMBARAN MORFOLOGIS DARI KULIT YANG MENUA yang berakibat hilangnya kelembaban kulit secara permanen,
Pada kulit yang menua kita jumpai gejala umum berupa: menyebabkan juga kerusakan-kerusakan pada serabut-serabut
1) Keringnya kulit, ini disebabkan oleh karena berkurangnya kolagen dan elastin. Keadaan ini dapat dilihat dengan mem-
kadar air di dalam lapisan atas kulit (epidermis) dan juga bandingkan kulit muka (terbuka/terpapar sinar matahari) yang
karena berkurangnya fungsi dari kelenjar minyak dan kelenjar berkerut pada usia menua dan kulit di daerah bokong misalnya,
keringat. yang selalu tertutup dan yang pada umumnya bebas dari kerut-
2) Permukaan kulit menjadi kasar. Ini disebabkan oleh karena kerut di usia senja.
kecenderungan dari sel-sel yang mati untuk melekat satu de- 2) Bahan polusi.
ngan lainnya pada permukaan kulit dan juga oleh faktor Bahan-bahan yang paling sering menimbulkan polusi adalah
keringnya kulit. persenyawaan-persenyawaan yang mengandung belerang, yang
3) Timbul kerut-kerut, garis-garis dan lipatan-lipatan pada sebagian diubah menjadi asam belerang murni pada permukaan
kulit. Penyebab utama adalah karena serabut-serabut kolagen kulit yang dapat menimbulkan gangguan pada permukaan kulit
menjadi kendor, serabut-serabut elastin kehilangan daya dan mempercepat proses menua pada kulit.
kenyalnya dan air yang membasahi serabut-serabut ini secara
berangsur-angsur mengurang dengan akibat kulit mulai BEBERAPA KELAINAN YANG DAPAT TERJADI
kehilangan kelembutannya. Pada usia muda, tulang-tulang, PADA KULIT MENUA
jaringan lemak dan otot berangsur-angsur mengisut, sedangkan 1) Xerosis
kulit disebabkan hilang daya kenyalnya akan meregang. Semua Kulit kering dan kasar pada umumnya terdapat pada orang-
ini menyokong terbantuknya kerut-kerut dan lipatanlipatan orang tua sering disebut xerosis, walau isatlah ini tidak tepat.
kulit. Selain daripada itu, jaringan-jaringan kolagen juga Keadaan kulit yang kering ini bisa terjadi pada seluruh tubuh
mengalami perubahan-perubahan oleh tekanan-tekanan tertentu terutama pada tungkai bawah dan sering kambuh oleh karena
yang terjadi pada kulit serperti misalnya pada gerakan-gerakan kelembaban yang rendah dari sekitar kita.
'
tertentu pada muka seperti mengerutkan dahi, meruncingkan Suatu kemungkinan adalah bahwa xerosis mencerminkan ada-
mulut dan sebagainya. Tekanan-tekanan ini akan bertumpuk nya sedikit kelainan pada proses maturasi dari epidermis yang
secara kumulatif pada peningkatan usia muda sehingga turut akan menghasilkan suatu permukaan kulit yang tidak rata.
memperjelas kerut-kerut/lipatanlipatan yang telah ada pada Kulit yang xerotic pada orang tua sering disertai dengan rasa
kulit. Pergeseran jaringan lemak dari daerah muka, leher, tubuh gatal dan dapat terjadi peradangan' yang mungkin disebabkan
ke arah perut menyebabkan bertumpuknya lemak pada daerah adanya kelainan dalam lapisan tanduk, dengan akibat masuk-
perut lipatan-lipatan kulit. nya bahan-bahan yang merangsang ke dalam dermis yang mana
4) Pigmentasi yang tidak merata pada kulit yang terlihat akhirnya berlanjut menjadi suatu erythema craquele atau
sebagai bercak-bercak pigmentasi, yang disebabkan oleh winter eczema.
penumpukan pigmen melanin secara tidak teratur dalam selsel 2) Achrochordon (skintag)
basal di epidermis. Dapat timbul pada leher, ketiak, bagian-bagian atas tubuh,
kelopak mata, berupa tonjolan-tonjolan kecil, bertangkai (1-5
GAMBARAN HISTOLOGIS DARI KULIT PADA USIA TUA mm), berwarna seperti kulit normal.
Secara histologis terjadi perubahan-perubahan tertentu pada 3) Cherry angioma (ruby spot) atau hemangioma senilis :
kulit menua, yaitu pada epidermis, dermis dan apendiks. Berupa bercak-bercak kecil (1 – beberapa mm), menonjol dan
a. Perubahan-perubahan yang terjadi pada epidermis berupa: berwarna merah ataupun ungu, terdapat pada tubuh, lengan dan
– menipisnya dermo epidermal junction. dada.
– perbedaan dalam besar dan bentuk dari sel-sel. 4) Seborrhoic keratosis merupakan kelainan pada kulit yang
– jumlah melanosit dan sel-sel Langerhans yang berkurang. berbentuk bulat atau lonjong, permukaannya tidak rata seolah-
b. Perubahan-perubahan pada dermis antara lain: olah melekat pada kulit, sewaktu-waktu dapat membesar.
– atropi. 5) Lentigo adalah bercak-bercak hiperpigmentasi pada kulit,
– berkurangnya fibrolas. Mast cells, pemuluh darah. berwarna cokelat hitam, sama rata dengan kulit, di sekitarnya,
– Memendeknya capillary loops, dan terjadinya abnorma- jika terdapat pada daerah kulit yang terkena sinar matahari
litas pada ujung-ujung syaraf. disebut solar lentigo.
c. Perubahan-perubahan pada apendiks berupa: Bercak-bercak hitam pada kulit pada usia tua yang tidak hilang
– hilangnya pigmen rambut dan menipisnya rambut. Pada setalah tidak terkena sinar matahari disebut solar lentigo atau
pria terjadi penipisan rambut terutama pada kepala, lentigo senilis, sedangkan freckles timbul pada usia muda dan
sedangkan pada wanita dapat terjadi timbulnya rambut akan berkurang jika tidak terkena sinar matahari.
halus di daerah muka. 6) Kanker kulit atau pertumbuhan yang bersifat ganas pada
– lempeng-lempeng kuku yang abnormal. kulit pada usia menua yang dapat disebablan oleh:
– berkurangnya kelenjar-kelenjar ekrin. – terpapar secara kumulatif dengan bahan-bahan tertentu.
– berkurangnya fungsi kelenjar urap. – menurunnya daya tahan.
– berkurangnya melanosit dan sebagainya.
FAKTOR-FAKTOR DI SEKITAR YANG MEMPERCEPAT
PROSES MENUA PADA KULIT PENATALAKSANAAN KULIT DI USIA SENJA
1) Sinar matahari, disamping menghilangnya air dari kulit Tindakan-tindakan maupun perawatan kulit di usia senja dapat

10 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


dilaksanakan berdasarkan sifat-sifat dan morfologi dari kulit: hasil yang cepat.
1) Mengatasi keringnya kulit dengan memakai bahan-bahan 4) Tindakan-tindakan lain disebut Resurfacing therapy, di
yang dapat menarik, menahan atau mengikat air dalam lapisan mana kita mengenal beberapa jenis antara lain:
tanduk kulit (stratum korneum). a. Dermabrasi: Mengangkat/mengikis lapisan atas kulit
Tiga puluh tahun yang lalu, Blank menemukan bahwa air me- dengan memakai alat-alat rotating wire brush. Hasilnya
rupakan bahan satu-satunya untuk melembabkan kulit dan didapat setelah beberapa minggu, dapat terjadi komplikasi
berdasarkan inilah dibuat produk-produk yang kini kita kenal berupa perubahan-perubahan dalam pigmentasi kulit.
dengan nama pelembab (moisturized). b. Peeling pengelupasan kulit dengan bahan kimia banyak
Daya ikat air dari epidermis tergantung pada adanya campuran dipakai untuk menghilangkan kerut-kerut di sekitar mulut.
dari bahan-bahan yang larut dalam air yang disebut N.M.F. c. Cryosurgery dengan memakai Nitrogen cair atau dry ice,
(Natural Moisturizing Factors). Komposisi dari campuran ter- dapat diterapkan untuk menghilangkan noda-noda pada
.sebut antara lain adalah L–pyroglutamic acid, urea, gluko- kulit.
samin, kreatinin, ion-ion (Cl, Na & Ka), laktat, dan asam-asam d. Electrodesiccation: dipakai menghilangkan kelainan-kelain-
amino. Keistimewaan dari asam amino ini ialah bahwa ia mem- an kilt tyang kecil seperti skin tag, seborrhoic keratosis,
punyai bentuk Zwitterion yaitu suatu susunan yang khas dari telangiectasis dan sebagainya: Di sin dipakai jarum halus
molekul-molekul air. yang berarus listrik.
Adanya asam amino dalam suatu pelembab akan memberikan 5) Tindakan bedah plastik atau Redraping therapy seperti:
efek melembabkan yang tinggi. face-lift (rhytidectomy) dan blepharoplasty atau eyelid
Kerja dari pelembab ini bukanlah menambah kelembaban pada sur-gery.
kulit, tetapi ia mencegah hilangnya kelembaban yang 'telah ada. 6) Untuk mengatasi akibat-akibat yang merugikan dari sinar
Kita mengenal 2 macam pelembab yaitu : matahari kita dapat memakai tabir matahari atau sunscreen
a. Jenis pelembab yang bekerja sebagai penutup bagi kulit yang mengandung suatu sun protection factor (S.P.F.). Bahan
dengan membentuk lapisan pendukung yang tipis pada bahan yang bisa dipakai sebagai sunscreen antara lain:
kulit, contoh: Vaselin. – asam-asam p-aminobensoik.
b. Jenis pelembab yaitu yang berisi humectants, misalnya – derivat-derivat benzophenon.
pelembab yang mengandung gliserin yang akan menyerap – derivat-derivat p-aminobensoik seperti iso-amil dan gliseril
air dari kulit sehingga mengakibatkan bertambah keringnya dan sebagainya.
kulit.
Bahan lain yang banyak dipakai pada pelembab-pelembab
yaitu bahan kalogen yang bersifat hydrophilic, yaitu dapat
mengikat air dengan baik. Jadi pelembab-pelembab yang KESIMPULAN
mengandung bahan kolagen seperti juga pelembab- Bermacam-macam problema dapat terjadi pada kulit yang
pelembab lainnya dapat menolong melindungi kulit ter- menua, dan bermacam-macam cara dapat dipergunakan untuk
hadap akibat-akibat yang merugikan dari kekeringan pada mengatasinya.
kulit, tetapi tidak dapat mempengaruhi kerusakan/ke- Sinar matahari memegang peranan panting dalam hal
lemahan yang terjadi pada jaringan kolagen di dalam kulit menyanya kulit, ia dapat mempercepat timbulnya gejalagejala
(dermis). menua pada kulit, untuk mengatasinya biasakanlah memakai
2) Mengatasi problema kulit yang kasar. tabir matahari (Sunscreen) secara teratur.
Dalam hal ini kita dapat memakai bahan-bahan yang dapat
memperbaiki mutu (kualitas) dari kulit, misalnya derivatderivat
vitamin A atau retinoid dan kelompok asam-asam organis yang KEPUSTAKAAN
dikenal dengan nama asam – alfa – hidroksi. Kedua jenis 1. Barbara A. Gilschrest MD. Skin and Aging Processes CRC Press,
bahan-bahan ini dapat memberikan kulit (str. korneum) yang 1983.
berkualitas lembut secara alamiah. Asamasam–alfa–hidroksi ini 2. Blank JH. Factors which influence the water content of the sta.
banyak dipakai dalam bidang kosmetik, sedangkan retinoid corneum J Invest Dermatol 1952; 18 : 433.
3. Coleman VMD. and Coleman M. Face values. Pan Books Ltd. 1982.
dipakai dalam bidang medis. Pengaruh pelembab pada kulit 4. Fitzpatrick et al. Dermatology in general medicine. Mc. Graw–Hill.
biasanya berlangsung hanya untuk beberapa jam, sedangkan Inc. 1971.
pengaruh asam-asam Retinoid dan asam-asam-alfa-hidroksi 5. Frederick V Nicolle Mch FRCS. "Correction of Age – and Disease-
lebih lama yaitu beberapa minggu. Related Contour Deficiences of the Face". Aesth Plast Virg 1985;
9:159–162.
3) Penanggulangan garis-garis/kerut-kerut pada muka yang di- 6. Van Scottt EJ and Yn RJ. Control of Keratinization with aplha-
sebabkan oleh perubahan-perubahan di dalam kulit (dermis), hydroxy acids and related compounds. Arch Dermatol 1974;
yang tidak dapat dicapai oleh bahan-bahan pelembab dapat 110 : 586.
dilakukan suntikan kolagen secara intra-dermal. 7. Shelmire BMD. The Art looking younger. Newton Abbot London,
1974.
Ini merupakan cara sederhana, tanpa pembedahan dengan

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 11


Pertimbangan Anastasia
Untuk Usia Lanjut
Dr. Kunto Raharjo
UPF Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Dengan perbaikan pelayanan kesehatan baik dalam segi pada manula tidak merata, sehingga ditambah dengan penutup-
pencegahan maupun pengobatan, harapan hidup manusia men- an saluran nafas yang lebih dini akan mempermudah terjadinya
jadi semakin panjang, sehingga jumlah manusia berusia lanjut hipoksemia perioperatif .
(manula) akan bertambah besar. Di Indonesia, persentase orang Kemampuan sistem pernafasan untuk bereaksi terhadap
yang berumur >50 tahun adalah 9,64% dari jumlah penduduk peningkatan kadar CO2 daerah juga menurun. Demik4an juga
(data Biro Pusat Statistik th. 1975). Para manula ini respon ventilasi terhadap hipoksemia menurun. Akibatnya,
mempunyai kekhususan yang perlu diperhatikan dalam anes- kemampuan pasien manula dalam menghadapi tantangan
tesia dan pembedahan, karena terdapat kemunduran sistem fisiologis menurun. Refleks laring dan faring juga menurun,
fisiologis dan farmakologi sejalan dengan penambahan usia. sehingga kemungkinan aspirasi isi lambung lebih besar.
Kemunduran ini mulai jelas terlihat setelah usia 40 tahun.
Dalam suatu penelitian di Amerika pada tahun 1977, diduga, Sistem Kardio vaskular
setelah usia 70 %ahun, mortalitas akibat tindakan bedah men- Kemampuan cadangan kardio-vaskular menurun, sejalan
jadi 3 kali lipat (dibandingkan dengan usia 18-40 tahun) dan dengan pertambahan usia di atas 40 tahun. Penurunan ke-
2% dari mortalitas ini disebabkan oleh anestesia. Batas usia mampuan cadangan ini sering baru diketahui pada saat terjadi
seseorang disebut manula tidak pasti, karena kecepatan proses stres anestesia dan pembedahan. Akibat proses ketuaan'pada
menjadi tua setiap individu tidak sama. Akan tetapi biasanya sistem kardio-vaskular, yang tersering adalah hipertensi. Pada
kita sudah harus waspada terhadap kelainan akibat proses pasien manula hipertensi harus diturunkan secara perlahanlahan
ketuaan pada pasien yang berumur 50-60 tahun. Di atas usia 65 sampai tekanan darah 140/90 mmHg. Pada manula, tekanan
tahun biasanya sudah mulai jelas kelainan fisiologi akibat sistolik sama pentingnya dengan tekanan diastolik.
proses ketuaan. Tahanan pembuluh darah perifēr biasanya meningkat
akibat penebalan serat elastis dan peningkatan kolagen serta
PERUBAHAN PERUBAHAN FISIOLOGIS kalsium di arteri-arteri besar. Curah jantung menurun kirakira 3
Sistem Pernafasan – 31h% tiap 10 tahun. Kedua hal tersebut sering menurunkan isi
Setelah usia 40 tahun terjadi penurunan kekuatan otot- cairan intra-vaskuler. Waktu sirkulasi memanjang dari aktivitas
otot pernafasan dan komplaien dinding dada. Akibatnya baroreseptor menurun. Terjadi penurunan respon terhadap
jumlah saluran lafas kecil yang menutup meningkat sehingga rangsangan simpatis, dan kemampuan adaptasi serta
kapasitas vital menurun (20 ml/tahun) dan terjadi peningkatan autoregulasi menurun. Perubahan pembuluh darah seperti di
kapasitas residu fungsional (20 ml/tahun) serta isi residu (10 atas juga terjadi pada pembuluh koroner dengan derajat yang
ml/tahun). Terjadi juga perubahan histologis berupa pelebaran bervariasi, disertai penebalan dinding ventrikel.
duktus alveolaris, hilangnya septum intra - alveolar, penurunan sistem konduksi jantung juga dipengaruhi oleh proses
jumlah alveolus, dan penurunan permukaan paru total. Per- penuaan, sehingga sering terjadi LBBB, perlambatan konduksi
ubahan histologis ini menjadi lebih berat bila manula seorang intraventikular, perubahan-perubahan segmen ST dan gelom
perokok berat, atau selalu bernafas dalam udara yang ter- bang T serta fibrilasi atrium.
cemar. Semua hal di atas mengakibatkan penurunan kemampuan
Dibandingkan dengan orang muda, distribusi ventilasi respon sistem kardio-vaskuler dalam menghadapi stres. Pe-

12 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


mulihan dari anestesia juga memanjang. padsa waktu menghadapi suhu lingkungan yang dingin,
dan penurunan respon kardiovaskular terhadap penurunan pra-
Sistem Ginjal
beban jantung. Akan tetapi terjadi peningkatan respon ter-
Jumlah glomerulus menjadi 2/3 sampai 1/2 dari orang
hadap agen humoral iatrogenik seperti epinefrin dan nore-
muda. Terjadi juga perubahan tubulus berupa atrofi, pengecilan
pinefrin.
diameter, dan perubahan susunan tubulus.
Laju filtrasi glomerulus menurun sebanyak 45–50%
Metabolisme
sejalan dengan pertambahan usia dari 20–90 , tahun. Aliran
Sejak umur 31 tahun terjadi penurunan laju metabolisme
darah ginjal juga menurun, mungkin karena penurunan curah
basal sebesar 1% setiap tahun. Kemampuan pengikatan protein
jantung. Kemampuan untuk memekatkān urin dan untuk
serum juga menurun. Akibatnya dosis anestetika yang biasa
mengeluarkan ion hidrogen juga menurun. Biasanya untuk se-
Akan menimbulkan efek berlebihan pada manula.
tiap penurunan fungsi ginjal sebanyak 5% terjadi peningkatan
Kemampuan untuk memetabolisme glukosa menurun
kadar kreatinin sebanyak 0,1 mg%. Dengan demikian, seorang
dengan bertambahnya usia. Mekanisme terjadinya perubahan
manula berusia 80 tahun dengan fungsi ginjal 50% kadar
ini belum jelas, akan tetapi ada beberapa kemungkinan yaitu
kreatinin darahnya kira-kira 1,6 mg%, karena produksi
susunan makanan yang buruk, inaktivitas fisik, berkurangnya
kreatinin manula juga rendah.
massa otot, berkurangnya sekresi insulin dan terjadinya
Perubahan-perubahan di atas menurunkan kemampuan
antagonisme terhadap insulin.
cadangan ginjal, sehingga manula tidak dapat mentoleransi.
Masalah nutrisi juga sering menjadi masalah, seperti
kekurangan cairan dan kelebihan beban zat terlarut. Pasien-
kurang makan karena gigi yang rusak, ompong, gigi palsu yang
pasien ini lebih mudah mengalami peningkatan kadar kalium
tidak sesuai lagi dan lain-lain. Atau diit yang tidak seimbang
dalam darahnya, apalagi bila diberikan larutan garam kalium
dapat mengakibatkan kegemukan, osteoprosis dan sebagainya.
secara intra vena. Kemampuan untuk mengekskresi obat me-
nurun, dan pasien manula ini lebih mudah jatuh ke dalam
FARMAKODINAMIK DAN FARMAKOKINETIK OBAT
asidosis metabolik. Kemungkinan trerjadi gagal ginjal juga
PADA MANULA
meningkat.
Sistem Hati dan Lambung Usus Farmakokinetik (hal yang terjadi terhadap obat di dalam
Terjadi peningkatan retensi bromsulphathalein (BSP) yang tubuh manusia) obat pada manula mengandung hal-hal sebagai
sejalan dengan peningkatan usia, yang semakin jelas pada usia berikut:
lebih dari 40 tahun. Aliran darah vena hepatika menurun 1. kinerja (performance) ginjal sudah menurun sehingga
sehingga fungsi hepato-biliaris menurun. Pasien manula kadar obat di dalam darah menjadi lebih tinggi, dan waktu
mungkin sekali lebih mudah mengalami cedera hati akibat paruh obat juga memanjang.
obat-obat, hipoksia dan transfusi darah. Terjadi pemanjangan 2. Perubahan metabolisme obat berarti penting karena
waktu paruh obat-obat yang diekskresi melalui hati. kadar enzim hati menurun disertai penurunan sirkulasi
Akibat menurunnya fungsi persarafan sistem gastro- hati.
intestinal, sfingter gastro–esofageal tidak begitu baik lagi, 3. Pengikatan obat oleh plasma menurun sehingga kadar
disamping waktu pengosongan lambung yang memanjang obat bebas di dalam darah meningkat.
aehingga mudah terjadi regurgitasi. 4. Di samping kecenderungan terjadi penurunan berat badan,
terjadi kecenderungan menurunnya cairan tubuh total
Sistem Saraf Pusat
dan massa tubuh, disertai peningkatan lemak. Pergeseran
Terjadi perubahan-perubahan fungsi kognitif, sensoris,
isi cairan ini dapat mengubah distribusi obat dan waktu
motoris, dan otonom. Kecepatan konduksi saraf sensoris
paruh obat serta dapat menimbulkan respon yang tak ter-
berangsur menurun. Perfusi otak dan konsumsi oksigen otak
duga.
menurun.
Dari segi farmakodinamik, dapat dikemukakan bahwa
Berat otak menurun karena berkurangnya jumlah sel,
jumlah reseptor di setiap jaringan menurun sejalan dengan
terutama di korteks otak maupun otak kecil. Berat otak pada
pertambahan usia. Akan tetapi kemampuan mengingat dan
orang dewasa muda rata-rata 1400 g, akan menurun menjadi
memberi respon dari reseptor yang masih ada tidak berubah.
1150 g pada usia 80 tahun. Dikatakan, terdapat korelasi positif
Dengan demikian, untuk mendapatkan respon tertentu dosis
antara berat otak dan harapan hidup. Terdapat juga penurunan
obat harus lebih kecil dari dosis yang diberikan kepada orang
fungsineurotransmiter.
muda.
Perubahan-perubahan tersebut mengakibatkan manula
lebih mudah dipengaruhi oleh efek samping obat terhadap
INTERAKST OBAT
sistem saraf. Dengan demikian konsentrasi alveolar minimum
Interaksi obat-obat yang tak diharapkan lebih sering terjadi
dari anestetika menurun dengan bertambahnya usia.
pada manula dibandingkan pada usia muda. Banyak masalah
Sistem Saraf Otonom yang timbul pada manula merupakan akibat polifarmasi, yaitu:
Kemampuan respon sistem ini dalam menghadapi stres efek samping yang timbul akibat efek penjumlahan (additive)
menurun. Penurunan respon ini sangat nyata pada sistem atau sinergi, perubahan lamanya efek obat, atau berkurangnya
simpatis. Misalnya, kemampuan manula untuk vasokonstriksi klirens obat. akibat hati dipengaruhi oleh obat yang lain.

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 13


Masalah polifarmasi ini sering merupakan hal yang tidak arterial untuk memantau tekanan darah dilakukan bila cadang-
dapat dihindarkan karena banyak manula yang sudah mendapat an kordiovaskuler sangat rendah seperti pada penyakit koroner
obat-obat prabedah untuk penyakit yang diderita (penyakit- atau katup jantung yang berat, hipertensi, penyakit pembuluh
penyakit diabetes, hipertensi, koroner, artritis dan lain-lain). darah otak, hipertensi pulmonal, dan bila diperlukan pe-
meriksaan analisis gas darah yang berulang-ulang. Kateter vena
PENATALAKSANAAN ANESTESIA sentral perlu dipasang bila diperlukan pemantauan yang ketat
Praanestesia terhadap isi cairan intra-vaskuler. Pada pasien dengan keadaan
Penilaian pasien manula prabedah harus dilakukan dengan pertukaran gas yang jelek, sebaiknya dipakai kopnograf dan
seksama, mengingat bahwa manula kemungkinan sudah men- pemantau saturasi oksigen perkutaneus. Apabila keadaan
derita hipertensi, gagal jantung, gangguan irama jantung, pasien cukup baik dan tindakan bedah tidak memerlukan
penyakit paru kronik, diabetes, gagal ginjal kronik atau pe- pemantauan seperti tersebut di atas, pemantauan cukup dengan
nyakit degenerasi lain. Apabila mungkin, keadaan pasien harus EKG dan sfigmomanometer disamping pemantauan anestesia
dioptimumkan, bila perlu dengan menunda pembedahan untuk yang baku.
mengurangi morbiditas dan mortalitas.
Obat-obat yang sedang dipakai oleh pasien manula harus Pasca Anestesia
dicatat. Harus diingat, manula mungkin lupa obat-obat apa • Penatalaksanaan sirkulasi dan pernafasan
yang dipakai, dosisnya atau kapan dosis terakhir diminum. Ada kemungkinan bahwa penyulit pernafasan pasca bedah
Untuk ini diperlukan konsultasi dengan dokter yang merawat dini lebih sering terjadi pada manula. Faktor yang meningkat-
sebelumnya, atau ditanyakan kepada keluarganya. Sering kan kejadian penyakit pernafasan pasca bedah adalah ke-
manula mendapat diuretika, sehingga kita harus waspada ten- gemukan, manula perokok, nyeri, pembedahan darah abdomen
tang kemungkinan hipovolemia atau hipokalemia. Obat lain atas atau toraks, dan distensi abdomen. Yang penting adalah
yang banyak dipakai oleh manula adalah hipnotika-sedativa pemantauan di ruang pulih, sehingga dapat segera diatasi bila
untuk mengatasi insomia atau gangguan psikiatrik. Obat-obat terjadi penyulit. Hal ini perlu lebih ditekankan bila anestesia
tersebut mungkin sudah mempengaruhi hati, konduksi jantung memakai narkotik–pelemas otot. Karena sering terjadi bahwa
dan dapat berinteraksi dengan obat anestetika. pasien mengalami kembali depresi pernafasan di ruang pulih
Premedikasi sebaiknya diberikan dengan hati-hati dan yang tenang.
dosis sekecil mungkin. Biasanya hanya diperlukan diazepam 5 Keadaān sirkulasi juga harus dipantau dengan ketat,
mg melalui mulut. Atropin atau alkaloid beladona yang lain karena sering dengan perubahan posisi atau pemindahan
biasanya tidak diperlukan. pasien ke ranjang. pulih terjadi hipotensi atau renjatan. Demi-
kian pula suhu ruang pulih yang dingin dapat berpengaruh
Selma Anestesia
Masalah anatomi pada manula adalah gigi-geligi yang
sudah tanggal dan goyah dengan jaringan penunjang yang
sudah jelek. Hal ini mempersulit pemasangan sungkup muka
yang pas, dan kemungkinan terjadi gigi lepas pada waktu
intubasi trakea. Kemungkinan adanya artritis vertebra leher
mengharuskan kita lebih berhati-hati pada waktu melakukan
ekstensi leher untuk intubasi. Daerah-daerah yang mendapat
tekanan harus dilindungi dengan batalan untuk mencegah
kerusakan saraf akibat penekanan.
Apabila mungkin sebaiknya diberikan analgesia regional.
Karena pasien yang sadar pada analgesia regional memungkin-
kan kita lebih mudah dan lebih cepat mengenal serangan
angina atau perubahan serebral akut. Akan tetapi kemungkinan
penyulit paru pasca analgesia regional sama dengan pasca
anestesia umum. Teknik mana pun yang dipilih, tidak boleh
terjadi gejolak peningkatan penurunan tekanan darah dan laju
nadi.
Dosis obat anestetika umum maupun lokal harus di-
kurangi, dan diberikan menurut kebutuhan, secara titrasi
dengan mengingat bahwa waktu sirkulasi memanjang dan
kemungkinan terjadinya interaksi dengan obat-obat yang sudah
diminum oleh pasien pra anestesia.
Pemantauan yang dilakukan disesuaikan dengan ke-
adaan pasien. EKG sebaiknya dipantau secara rutin. Apabila
ada kecurigaan iskemia dinding inferior atau aritmia sebaik-
nya dipantau lead II, sedangkan lead V5 terbaik untuk men-
deteksi iskemia anterolateral. Pemasangan kateter intra-

14 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


terhadap sirkulasi pasien. Disamping itu harus diingat kemungkinan penyakit yang
• Penatalaksanaan cairan diderita oleh manula serta obat-obat yang dipakai para anes-
Dalam menata-laksana cairan, harus diingat bahwa pada tesia, yang dapat berinteraksi dengan anestetika.
cairan tubuh total (CTT)
manula, rasio menurun dengan ber-
berat badan total (BBT) KEPUSTAKAAN
tambahnya usia. Disamping itu, terdapat kecenderungan
peningkatan cairan ekstrasel (CES) dan penurunan cairan 1. Allen SJ. Respiratory consideration in the elderly surgical patient. dalam
Felts JA (editor) Clinics In Anaesthesiology. London: WB Saunders
intrasel (CIS). Kebutuhan cairan manula per ,24 jam pada Company, 1986; vol 4/number 4 hal 899-930.
keadaan normal adalah 100 ml/1 CIS. Kebutuhan natrium/24 2. Brown EM, Brown M. Management of elderly diabetic patient
jam ialah 3 mEq/l CIS, sedangkan kebutuhan kalium/24 jam during anesthesia. Dalam: Felts JA (editor) Clinics In Anaesthesio-
ialah 2 mEq/l CIS. logy. London: WB Saunders Company, 1986; vol 4/number 4 hal.
881-898.
Rumus untuk menghitung CTT, CIS dan isi darah adalah se- 3. Chung F, Meier R, Lautenschlager E, Carmichael FJ, Chung A. General or
bagai berikut: spinal anesthesia Which is better in the elderly? Anesthesiology 1987;
CTT (liter) = (0,795 – 0,0024 BB – 0,0015 umur) BB 67:422-427.
CIS (liter) = (0,623 – 0,0016 umur) CTT 4. Gallo JA, Knieriem KM. Anesthetic management of the elderly patient
with heart disease. Dalam Felts JA (editor) Clinics In Anes-
Volum darah (liter) = 0,647 + 0,112 CTT thesiology. London: WB Saunders Company, 1986; vol 4/number 4 hal.
umur dalam tahun dan berat badan (BB) dalam kg. 799-832.
5. Miller RD. Anesthesia for the elderly. Dalam Miller RD (editor)
RINGKASAN Anesthesia vol 2, New York: Churchill Livingstone, 1981; hal.
1231-1246.
Dalam menata-laksana anestesia untuk manula harus 6. Muravchick S. Pharmacology in the geriatric patient. 36th Annual ASA
diingat perubahan fisiologis yang terjadi secara normal, serta Refresher Course Lectures 1985. San Franscisco: 275 bi-7.
perubahan respon terhadap obat. Dengan demikian batas ke- 7. 7 Owens W. The geriatric patient: physiology of aging, 36th Annual ASA
amanan (margin of error) lebih sempit daripada orang yang Refresher Course Lectures 1985. San Francisco: 275ai-4.
lebih muda.

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 15


Usia Lanjut dan Seksualitas
Dr. Tony Setiabudhi
Dektor Pada Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Staf pada Bagian Psikiatri Rumah Sakit TNI–AL Dr. Mintohard/o, Jakarta

PENDAHULUAN menurun, sehingga berakibat penurunan produksi estrogen dan


Walaupun faktor sosio-budaya di Indonsia saat ini tidak siklus ovulasi pun ikut terpengaruh. Selanjutnya dengan me-
menganggap layak untukmembicarakanfaktor seksualitas dan nurunnya kadar estrogen dalam darah akan memacu hipota-
usia lanjut secara terbuka – tapi kiranya proses "menua" yang lamus untuk mengeluarkan gonadotropin releasing factor,
alamiah dan yang dialami oleh setiap manusia tidaklah dapat sehingga produksi LH dan FSH' akan bertambah. Walaupun
diingkari oleh siapapun. Proses faali semacam ini sebaiknya demikian, ovarium masih tetap saja tidak memberikan respon
diungkapkan agar para dokter pun akan lebih terbuka dalam yang adekuat terhadap proses tersebut, sehingga produksi
memberikan konsultasi di bidang ini bagi setiap para lanjut usia estrogen dari ovarium tetap rendah (meskipun terdapat juga
yang membutuhkannya, sehingga mispersepsi tentang hal ini hasil pemecahan steroid perifer dan produk edrenal yang serupa
dapatjuga dihindarkan. dengan estrogen masih dapat dijumpai dalam urin para lanjut
Fenomena yang sering dijumpai pada para lanjut usia, usia wanita).
misalnya; kalau salah seorang pasangan mereka menderita sakit Dalam praktek kita jumpai crikup banyak wanita yang
atau meninggal dunia – tentu saja akan mengakibatkan tidak banyak mengalami perubahan selama masa menopause
penurunan aktivitas seksual secara mendadak – tapi tidak. sehingga mereka menganggapnya sebagai proses yang faali
mustahil hal yang serupa justru meningkatkan kesadaran dari (tak berpengaruh pada kegiatan sehari-hari). Di" lain pihak
yang bersangkutan bahwa aktivitas seksual mereka masih dijumpai juga gejala-gejala seperti instabilitas vasomotor (hot
memerlukan. penyaluran, dan sebagai akibatnya: dijumpai flashes di daerah wajah), proses atrofi di buah dada, genitalia
bahwa banyak sekali janda ataupun duda yang justru ingin dan kulit maupun gejolak mental yang bervariasi dari mudah
cepat kawin lagi pada usia senja tersebut. marah sampai depresi yang diduga berkaitan erat dengan siklus
Makalah ini justru ingin membentangkan beberapa aspek hormonal tersebut di atas. Walaupun demikian, penyelidikan
faali maupun psikososial yang dialami oleh para werdha. yang akurat tentang kadar estrogen darah maupun maturitas
indeks sel-sel vagina belum membuktikan adanya korelasi
BEBERAPA ASPEK YANG DIJUMPAI PADA WANITA asosiatif dengan gejala menopause.
Siklus hormonal wanita – khususnya yang menyangkut Secara faali, kita melihat, terjadi atrofi dari mukosa vagina
fungsi reproduktif – biasanya mengalami kemunduran secara yang disertai juga lubrikasi vaginal yang menurun yang dapat
gradual, sehingga fenomena seperti gangguan siklus berakibat dispareunia hal mana dapat dikoreksi dengan
menstruasi, penurunan fertilitas maupun peninggian angka pemberian •.krim estrogen lokal maupun preparat estrogen
abortus pada usia di atas empat puluh tahun – dianggap sebagai yang sistemik/oral. Sedangkan pada wanita yang sudah tidak
sesuatu yang wajar.. bersuami lagi, kemunduran .in akan disertai dengan pengerutan
Dengan meningkatnya usia harapan hidup wanita, yang dinding dalam dari vagina dan berkurangnya elastisitas secara
di negara maju mencapai usia lebih dari 75 tahun, meng- drastis., (pengurangan jaringan elastis akan terjadi di seluruh
akibatkan bahwa periode POSTMENOPAUSE akan berlang- tubuh sebagai akibat proses tua, termasuk di buah dada).
surig lebih dari 25 tahun. Salah satu teori mengungkapkan, Proses tua ternyata tidak mempengaruhi libido maupun
pada masa tersebut, sensitivitas ovarium terhadap hormon kapasitas wanita tersebut dalam memperoleh orgasme bila
gonadotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis justru keadaan tubuh mereka fit. Masters & Johnson juga telah

16 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


meneliti 34 wanita yang berusia 51 – 78 tahun yang masih Karenanya, diagnosa KLIMAKTERIUM PADA PRIA
melakukan hubungan seksual secara teratur, mengungkapkan, haruslah disertai dengan pemeriksaan kadar testoteron dalam
memang terdapat perbedaan pola respons khususnya yang darah (harus berada di bawah 325 ng/100 ml), dan klinikus
menyangkut: ketegangan buah dada ketika fase excitement, melihat: terdapat perbaikan setelah pemberian terapi dengan
perlunya perangsangan yang lebih'lama untuk menimbulkan preparat testoteron selama masa/waktu dua bulan.
lubrikasi vaginal, ekspansivitas vaginal dirasakan menurun, Dari penyelidikan Masters & Johnson, berbagai fenomena
demikian pula gairah seksual juga banyak menurun. Mereka- terlihat yang berkaitan dengan proses tua :
pun menyatakan bahwa dirasakan rasa sakit ya'hg menyertai – diperlukannya waktu yang lebih lama dan stimulasi lang-
kontraksi vaginal ketika mereka mengalami orgasme. sung di daerah genital untuk mencapai tingkat ereksi yang
Sebagai tambahan, efek estrogen juga berpengaruh pada baik
pencegahan deteriosasi sintesa protein di kulit, sehingga – ketegangan penis ternyata juga berkurang
dengan demikian mikrosirkulasi perifer yang mencegah terjadi- – keinginan untuk berejakulasi juga menurun, mungkin di-
nya atrofi epidermis maupun elastisitas kulit dapat diper- akibatkan oleh produksi sperma yang berkurang atau gang-
tahankan. Demikian pula: estrogen dikatakan berpengaruh pada guan di daerah prostat maupun persarafan di daerah genital
pencegahan proses osteoporosis postmenopausal pada wanita. yang mulai memperlihatkan kemunduran.
Dengan argumentasi di atas, umumnya penggunaan Namun demikian, secara faktual dijumpai kesan bahwa :
estrogen dalam mengurangi dan mengobati gejala postmeno- pada pria yang berusia enampuluhan, tujuhpuluhan maupun
pause kiranya dapat diterima oleh nalar kita. Walaupun demi- delapanpuluhan tidaklah mengutamakan ejakulasi dalam me-
klan, beberapa hal negatif ataupun kontraindikasi yang mung- nyelesaikan hubungan seksual mereka. Mereka masih dapat
kin terjadi akibat pemakaian estrogen ini, perlu diungkapkan bergairah dan memperoleh kepuasan hubungan seksual tadi
dengan jelas seperti: walaupun tidak disertai ejakulasi. Sebagai tambahan, memang
− kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium. juga dibuktikan bahwa masa refrakter (waktu yang dibutuhkan
− penderita yang mempunyai gangguan fungsi hepar. seseorang untuk dapat berejakulasi lagi) akan bertambah lama
− porfiria. dengan meningkatnya usia lanjut.
− riwayat adanya tumor mamma. (hubungan antara kelainan pada prostat dengan seksualitas,
− riwayat terjadinya gangguan tromboembolik seperti pasca- maupun gangguan yang berkenaan dengan infeksi traktus
stroke atau CVD. urinarius kronis pada lanjut usia akan dibicarakan dalam ke-
Suatu hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengapli- sempatan lain)
kasikan pengobatan estrogen untuk sindroma postmenopause PERILAKU SEKSUAL PADA USIA LANJUT
adalah : Hendaknya kita tetap berpegangan untuk memberi. kan Harus diakui, data yang diperoleh Masters & Johnson
dosis terkecil yang efektif (untuk dosis maintenance), disertai maupun oleh Kinsey, tidaklah terlalu banyak, tetapi di antara
dengan pemeriksaan ginekologik yang teratur. mereka pun terdapat perbedaan kesan. Mungkin hal ini juga
dikarenakan karena adanya perbedaan populasi yang diselidiki.
APA YANG TERJADI PADA PRIA ? Kinsey, Pomeroy, Martin dan Gebhard mengemukakan, proses
Walaupun pada pria tidak terjadi penghentian fungsi re- menopause hanyalah sedikit berpengaruh pada respons seksual
produktip seperti pada wanita, tetapi penurunan spermato- dari wanita. Namun, tidak dapat disangkal bahwa menopause
genesis memang berlangsung secara bertahap sesuai dengan baik yang alamiah maupun yang diakibatkan proses pembedah-
bertambahnya usia lanjut tersebut. Demikian juga, kadar testo- an – dapat menurunkan aktivitas seksual; tapi mungkin juga hal
teron (balk yang bebas maupun yang terikat) dalam serum akan ini diakibatkan karena penurunan gairah seksual dari pasangan
menurun – dan konkomitan dengan hal ini : terjadi kenaikan mereka. Kinsey juga mengutarakan, dari data yang
progresif dari sex-steroid-binding globulin. Hal yang serupa : diperblehnya, aktivitas seksual pada pria mulai menurun sejak
terjadi pula peninggian gonadotropin yang diproduksi kelenjar usia duapuluhan, dan secara bertahap akan menurun terus
hipofrsis secara bertahap sejak pria tadi berusia empatpuluh dengan bertambahnya usia. Sedangkan pada wanita, penurunan
tahun. yang jelas semacam ini tidak begitu banyak ditemukan.
Dari penyelidikan pada sekelompok kecil pria yang berusia Penyelidikan Pfeiffer pada 261 pria dan 241 wanita (kulit putih
lebih dari enampuluh tahun – dijumpai suatu sindrom yang yang' berusia di antara 45 – 71 tahun, yang berasal dari
dianalogkan dengan "KLIMAKTERIUM PADA PRIA", dan kelompok sosio-ekonomi mener gah di daerah tenggara Ame-
dapat bermanifestasi sebagai : rika), mengungkapkan, bahwa :
− listlessness/parivitas (keengganan untuk berinisiatif) − 75% dari pria yang berusia 61 – 71 tahun, masih melakukan
− nafsu makan yang menurun disertai penurunan berat badan koitus dengan frekuensi 1 kali sebulan atau lebih.
− berkurangnya libido disertai potensi seksual yang menurun − 37% dari pria yang bēuisia 61 – 65; dan 28% dari kelompok
− sulitnya berkonsentrasi (dalam berpikir) usia 66 – 71; masih melakukan setidaknya sekali dalam
− kelemahan atau mudah lelah/capai seminggu.
− mudah tersinggung − Sebagai kontras, dijumpai bahwa 61% dari wanita usia 61 –
(mereka yang menderita sindroma ini, sedikitnya memperlihat- 65 tahun, dan 73% dari mereka yang berusia 66 – 71 tahun,
• kan adanya empat dari gejala-gejala di atas). tidak lagi melakukan koitus.
Kalau kita kaji, gejala di atas ternyata tidaklah spesifik Secara menyeluruh, tidak dijumpai disparitas pada kelom-
dan dapat saja merupakan gejala yang diakibatkan oleh : pe- pok pria maupun wanita dalam menilai respons seksual mereka
nyakit anemia kronis, depresi, proses keganasan dan lain-lain. yang menurun sesuai dengan kelompok usia. (Tetapi pada pria
Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 17
dijumpai angka 6%, sedangkan wanita 33% yang sudah tidak tahun. Agka ini adalah angka optimal yang dijumpii pada
lagi bergairah di bidang seksual. Pada usia 66 – 71 tahun, kelompok pria sehat yang mempunyai latar belakang. sosio
perbedaan persentase ini ternyata lebih tinggi : pada wanita ekonomik menengah dan riwayat perkawinan yang stabil.
dijumpai 50%, sedangkan pada pria hanya 10%). Di antara para
wanita yang tidak lagi melakukan kegiatan seksual, ada yang
diakibatkan karena kematian (36%) atau akibat penyakit yang BEBERAPA HAL LAIN/PENUTUP
diderita pasangannya (20%). 12% diakibatkan karena
Perlu dikemukakan, masalah seksual pada para lanjut usia, se-
perceraian, dan 22% akibat impotensi ataupun ticiak adanya
benarnya tidak perlu ditabukan.
gairah dari pihak suami. Pada pria, terungkap bahwa 40% di
Bahwasanya, konseling yang singkat seringkali sudah
antara mereka (yang tidak mempunyai gairah seksual lagi) ada-
dapat membantu agar kesulitan yang mereka hadapi di bidang
lah impoten, 17% di antaranya menderita penyakit organik lain,
seksualitas ini, tidak usah merisaukan mereka – hanya akibat
dan 14% akibat hilangnya gairah seksual dari pasangannya.
misinterpretasi maupun ketidaktahuan di bidang tersebut.
Perlu dikemukakan di sini, hasil yang diperoleh Pfeiffer di atas,
Para lanjut usia, sebaiknya mengetahui secara mendasar
adalah hasil dari data yang terungkap melalui kuesioner,
bahwasanya setiap insan mempunyai kebutuhan emosional.
sedangkan penyelidikan Masters & Johnson maupun Kinsey
Untuk itu mereka masih memerlukan kehangatan. Identitas diri
selalu mendasarkan pada interview yang mendalam – yang
mereka juga perlu dipertahankan – demikian juga, mereka
akhirnya mungkin sekali agak berbeda dengan hasil penyeli-
menginginkan agar kesunyian yang dihadapi pada masa tua
dikan Pfeiffer. Demikian pula populasi dari kelompok yang
dapat dihindari. Karena itu pulalah, hubungan antar pribadi
dipelajari oleh Kinsey adalah mereka yang datang dari berbagai
masih diperlukan, demikian pula keintiman pasangan perlu
penjuru (nasional); sedangkan Masters & Johnson lebih meng-
dilakukan dan dipupuk, walaupun tidak usah selalu diselesai-
arah pada populasi regional dan lebih ke arah populasi metro-
kan dengan hubungan seksual/badaniah.
politan). Masters & Johnson mengutarakari penemuan yang
didasari oleh kelainan organik, dan berbagai aspek psikologik
pada lanjut usia. Di lain pihak, penyelidikan Martin, ternyata KEPUSTAKAAN
mengkonfirmasikan kembali hasil dari Kinsey : 1. Kolodny RC, Masters WH & Johnson VE. Texbook of Sexual Medicine;
Dari 628 pria yang diselidiki yang berusia 20 – 95 tahun, Boston. Little, Brown and Company, 1979.
ternyata penurunan frekuensi hubungan seksual mulai terjadi 2. Pfeiffer E, Verwoerdt A & Davis GC. Sexual Behaviour in Middle Life.
setiap interval lima tahun setelah pria tadi berusia 35 tahun. American Journal of Psychiatry 1072; 128: 1262 – 1267.
3. Setiabudhi T. Dysfungsi Seksual (suatu artikel serial) yang dimuat dalam
Frekuensi ink menurun mulai dari 2,2 kali seminggu pada usia Media Hospitalia nr. 48,51,52 dan 54, Jakarta 1981.
30 – 34 tahun menjadi 0,7 kali pada usia 60 – 64 tahun, dan 4. Talbert GB. Aging of the Reproductive System : in Finch & Hayflick :
berturut-turut akan menurun lagi menjadi : 0,4 kali pada ke- Handbook of The Biolog of Aging. New York: Van Nostrand Reinhold,
lompok usia 65 – 74 tahun, dan 0,3 kali pada usia 75 – 79 1977.

18 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


Latihan Fisik dan Usia Tua

Dr. Hario Tilarso


Pusat Kesehatan Olah-raga, Jakarta

PENDAHULUAN sedangkan pada paru-paru terjadi penurunan fungsi yang


Tulisan ini dimaksudkan untuk sedikit memberi menyebabkan supply oksigen ke seluruh tubuh akan ber:
penerangan kepada masyarakat luas, bahwa usia tua bukan kurang, dan ini akan nampak pada latihan yang intensif.
suatu halangan untuk menjalankan suatu latihan fisik yang pada Sistem kardiovaskuler jugs menurun, yaitu kemampuan
akhir-akhir ini sedang hangat-hangatnya populer. Latihan- adaptasi terhadap. latihan. Jadi memang orang tua akan lebih
latihan yang dipraktekkan oleh masyarakat sekarang ini lemah, lambat dan kurang kekuatan serta kemampuannya
bermacam-macam bentuknya, misalnya SKJ, SP3, Aerobik, dalam setiap aktivitas. Kecuali aktivitas-aktivitas ringan, di
Tai-chi, Wai-tangkung dan sebagainya. Apapun juga bentuk mana kebutuhan enersi masih dapat dipenuhi. Beberapa pe-
latihannya, yang penting untuk diingat, orang usia lanjut tetap nyakit akan lebih sering ditemui pada usia tua, misalnya :
dapat berolahraga dengan mentaati ketentuan-ketentuan yang artritis; penyakit-penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus,
akan diterangkan , berikut ini dislipoproteinemia, emfisema dan hipertensi. Ini juga akan
menghalangi kemampuan orang tua dalam latihan fisik.
PROSES KETUAAN
Proses untuk menjadi tua ini memang sudah dimulai se- PERUBAHAN PADA ORGAN-ORGAN TUBUH YANG
belum suatu kelahiran terjadi. Selama manusia hidup, akan DISEBABKAN KARENA.PROSES'MENUA
terjadi perubahan fungsi dan struktur sel tubuh manusia. Otak
Maturitas akan terjadi pada sekitar usia 20 atau 25 tahun, dan – Berat turun 10 – 12% selama hidup.
pertumbuhan akan berhenti, dan proses ketuaan ini akan mulai – Perbandingan substansia kelabu : substansia putih :
nampak usia kira kira 30 tahun. Akan terjadi proses ber- umur 20 = 1,28 : 1;umur 50 = 1,13 : 1; umur 100 = 1,55: 1
kurangnya jumlah dan ukuran satuan fungsional pada setiap – Penurunan aliran darah:
sistem tubuh. Jadi dapat dikatakan, proses ketuaan ditandai umur 17–18 = 79,3 cc/menit/100 g jaringan otak.
oleh menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi atau umur 57–99 = 47,7 cc/menit/100 g jaringan otak.
pulih dari suatu rangsangan. Begitu pula orang tua akan ber-
kurang kemampuannya dalam melaksanakan kegiatan fisik. Jantung
Pada proses ketuaan, terjadi proses kehilangan massa tu- – Dinding ventrikel kiri : sampai usia 80 menjadi 25% lebih
lang pada sekitar usia 30 – 35 tahun dan menjadi lebih cepat tebal dari usia 30.
pada manopause (pada wanita) dan pada usia 50 - 55 tahun – Cardiac output : turun 40% pada dekade 3 s/d 8, atau kira-
(pada pria). Berarti tulang mereka akan lebih rapuh. Proses lain kira kurang dari 1% per tahun.
yang terjadi adalah bertambahnya lemak tubuh dan – Denyut jantung maksimal : dewasa muda = 195x/menit
inengecilnya otot-otot. Dalam tingkat sel, terjadi penurunan rata-rata 65 tahun = max 170x/menit.
cadangan ATP, CP dan glikogen. Pada sel syaraf, terjadi pe- – Tekanan darah rata-rata:
nurunan fungsi syaraf, sehingga semua gerakan menjadi lebih umur 20–24, wanita = 116/70; pria = 122/76
tidak presisi. Tendo dan ligamen akan menjadi lebih kaku, umur 60–64, wanita = 142/85; pria = 140/85

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 19


Paru-paru cycle, treadmill atau bangku. Harus diingat, tiap alat tersebut
– Volume residual = meningkat 100% pada dekade ke 3 s/d 9 mempunyai kelemahan dan kebaikannya. Maka itu pemakaian
– Kapasitas vital = turun 17 – 22 cc/tahun alat harus disesuaikan dengan kondisi si-pasien, misalnya
– FEV1 = turun cepat = pada Pria 32 cc/tahun , pada Wanita pasien yang keseimbangannya jelek sebaiknya dites dengan
25 cc/tahun ergocycle, atau mereka yang lemah otot pahanya sebaiknya
– MBC (KPM) = turun 40% s/d 20 – 80 tahun dites dengan treadmill dan sebagainya. Yang penting untuk
– Pemakaian 02 max pada keadaan stres = turun 50% pada diingat adalah beban awal harus diberikan lebih ringan, pe-
usia 80 tahun manasan (warming up) sebelum tes harus diberikan lebih lama,
lama tes untuk tiap beban (fase) harus lebih lama dan pe-
Ginjal
ningkatan pemberian beban harus lebih lambat. Untuk hal ini
— Berat : usia 60 = 250 gram; umur 70 = 230 gram; umur
banyak dilakukan modifikasi tes : Balke atau Bruce untuk tes
80 = 190 gram.
orang tua. Anjuran latihan yang diberikan juga harus di-
— Jumlah glomeruli per ginjal = pada kelahiran. s/d usia 40
sesuaikan dengan kondisi masing-masing, misalnya apakah ia
tahun : 500.000 – 1.000.000, pada dekade 7 = kurang dari
menderita penyakit-penyakit hipērtensi, aterosklerosis dan
1/3 – ½.
sebagainya. Umumnya bila seseorang lama tidak aktif dan
Ovarium banyak larangan-larangan, maka modifikasi latihan yang di-
– Berat : pada masa reproduksi = 10 gram berikan juga akan lebih banyak.
pada usia tua = 4 gram
– Oocytes : pada kelahiran = ± 500.000 TUJUAN PROGRAM LATIHAN UNTUK USIA LANJUT
pada usia 50 tahun = 10.000 – Meningkatkan kemampuan dan kesanggupan untuk meng-
– Ekskresi estrogen dari urine : urus diri sendiri.
Estradiol Estrone Estriol – Meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan otot.
Umur 20 – 29 = 9,6 ± 1,6 6,1 ±1,2 16,6 ± 2,8
– Meningkatkan atau . mempertahankan kelenturan, koor-
Umur 50 – 59 = 3,7 ±0,8 2,2 ± 0,5 4,9 ± 1,1
Umur 80 = 1,9 ± 0,3 1,6 ± 0,3 3,3 ± 0,5 dinasi dan keseimbangan tubuh.
– Meningkātkan kontak sosial dan kegairahan hidup.
Otot – Meningkatkan kontrol berat badan dan makanan.
– Jumlah sel-sel otot lurik = turun 50% pada usia 80. – Meningkatkan relaksasi
– Berat otot lurik = pada 21 thn = 45% dari berat badan – Meningkatkan kegairahan seksual
pada 70 thn = 27% dari berat badan
BEBERAPA PERTIMBANGAN DALAM MEMBERIKAN
Tulang LATIHAN UNTUK USIA LANJUT
– Kecepatan kehilangan massa tulang/dekade : pria = 3% Faktor Faali
wanita = 8% – menurunnya kapasitas kardiovaskuler.
– Rata-rata kehilangan tinggi : umur 65 – 74 = 1,5 inch – menurunnya kemampuan kerja pada intensitas tinggi dan
(3,7 cm) sedang.
umur 85 – 94 = 3 inch – menurunnya kemampuan adaptasi terhadap rangsangan-
(7,5 cm) rangsangan luar (panas, dingin, latihan fisik).
PENYAKIT-PENYAKIT YANG MENYERTAI USIA LANJUT – otot melemah dan lebih cepat lelah.
1. Aterosklerosis – tulang dan tendo degenerasi.
2. Hipertensi – gangguan koordinasi neuromuskuler dan keseimbangan.
3. Nefrosklerosis menurunnya penglihatan dan pandangan.
4. Diabetes yang mulai pada usia tua Faktor Psikologis
5. Emfisema – kurang keberanian untuk menjadi aktif.
6. Keganasan – persepsi yang salah para anak muda tentang usia tua.
7. Penyakit Parkinson – meningkatnya depresi dan inhibisi.
8. Penyakit Alzheimer – sikap yang negatif terhadap kegiatan fisik.
9. Osteoporosis Karena pertimbangan-pertimbangan di atas, pemberian
10. Osteoartritis dosis latihan untuk orang tua harus lebih rendah dapat juga
11. Katarak, Presbyopia yang biasa. Program latihan harus dimulai dengan beban yang
lebih rendah (ringan), lebih-lebih bila orang tersebut lama tidak
UJI FISIK UNTUK ORANG TUA aktif berolahraga. Misalnya untuk usia 65 tahun, beban dapat
Karena kemampuan kardiovaskuler orang tua menurun, dimulai dengan 2 – 3 METs (misalnya berjalan kaki 2 – 3 mph
dosis latihan untuk orang tua akan berbeda dengan dewasa = 3,2 - 4,8 Km/jam). Lalu intensitas ini juga harus
muda. Untuk itu mereka sebaiknya disuruh menjalani uji dipertahankan lama, barulah ditingkatkan misalnya sampai 50 –
fisik (exercise test) sehingga dapat diketahui betul-betul ke- 70% VO2 max. DeVries menganjurkan, intensitas latihan
mampuan fisiknya. Alat uji yang dapat dipakai adalah ergo- sekitar 40% V02 max dan Smith dan Gilligan menganjurkan

20 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


40 – 70% V02 max. cepat. Latihan-latihan tersebut boleh dilakukan tetapi dengan
Karena orang tua kurang cepat adaptasi dan menurun pe- kontrol yang ketat. Harus diingat juga restriksi yang ada untuk
mulihannya terhadap reaksi luar, maka setiap perubahan beban setiap orang tua, misalnya mereka yang keseimbangannya ter-
latihan harus berangsur-angsur (meningkat/menurun). J,adi ganggu harus dilatih dengan penahan (misalnya duduk, ber-
orang tua harus lebih lama pemanasan dan pemulihan (pen- pegang pada kursi, tidur atau dalam air hangat). Batasi sedapat
dinginannya). Harus dihindari perubahan beban/aktivitas yang mungkin aktivitas yang meliputi kontak badan, gerakangerakan
cepat/tiba-tiba. Lama latihan ini harus cukup,untuk membakar sukar, belokan tajam, persaingan/kompetisi yang berlebih dan
kalori yang ada, sehingga dianjurkan lamanya kira-kira 1 jam suhu yang terlalu panas atau dingin.
atau kira-kira 10% dari kalori sehari-hari. Jadi ± 10% x 1800 –
2200 Kcal atau sekitar 200 Kcal harus dibakar perhari dengan
beban ringan. Bila beban lebih berat maka lama latihan KESIMPULAN
dikurangi. Bila seseorang telah dapat berlatih reguler maka Dari pembicaraan tadi, terlihat jelas bahwa orang tua perlu
lama minimal latihannya harus kira-kira 30 menit. diberikan latihan fIsik, mengingat faktor-faktor faali maupun
Latihan-latihan yang diberikan ini sebaiknya 3 x seminggu. psikologis yang terjadi pada mereka. Adapun pemberian dosis
Macam latihan yang diberikan umumnya yang bersifat lama latihan harus disesuaikan dengan kondisi tiap orang sehingga
dan melibatkan otot besar tubuh. Jadi yang dianjurkan ada'lah dapat tercapai hasil yang diharapkan. Orang tua berlatih tidak
berjalan, jogging, bersepeda dan latihan ditambah beberapa untuk menjadi atlet dan yang dipentingkan adalah peningkat-
bentuk lain misalnya, permainan-permainan untuk mening- an/perbaikan secara faali dan psikologis. Hal ini dapat dicapai
katkan koordinasi, keseimbangan dan kelenturan tubuh. dengan latihan yang sistematis, progresif dan mempertimbang-
Setiap latihan harus didahului dan diakhiri dengan stretch- kan faktor lain.
ing (peregangan otot) yang cukup lama. Dengan stretching ini
otot menjadi lebih lentur dan sendi menjadi lebih Was. Senam
yang melibatkan otot paha; punggung, perut, lengan sangat KEPUSTAKAAN
dianjurkan karena akan memperkuat otot-otot daerah tersebut
yang biasanya lemah pada orang tua. Pasien koroner tidak 1. Skinner JS. Importance of aging for exercise testing and exercise
prescription. In : Skinner JS (Ed) : Exercise testing and exercise
dianjurkan mengangkat beban berat, melakukan latihan iso- prescription for special cases, Philadelphia : Lea & Febiger, 1987.
metrik dan latihan-latihan lengan, karena latihan-latihan ter- 2. Siegel AJ. Exercise and aging, in : Strauss RH (Ed) Sports Medicine,
sebut meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah dengan Philadelphia : W.B. Saunders Company, 1984.
Beberapa Pertimbangan Pemberian
Teofilin Pada Penderita Usia Lanjut
Nani Sukasediati
Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUAN PERUBAHAN KADAR SERUM TEOFILIN


Proses menua yang alamiah Akan berakibat pula pada Perubahan farmakokinetik yang menentukan tingginya
kemunduran fungsi organ tubuh, termasuk organ yang ikut kadar serum teofilin antara lain volume distribusi, klirens,
serta dalam proses farmakokinetik obat. Kemunduran ter- waktu paruh. Perubahan besar-besaran tersebut akan mem-
sebut tentunya akan mengubah profil farmakokinetik obat- pengaruhi kadar serum yang akan dicapai.
obat yang digunakan. Beberapa keadaan yang umumnya ter- Teofilin sediaan oral yang biasa, umumnya diabsorpsi
jadi pada orang lanjut usia seperti penyakit yang diderita, secara cepat, lengkap dan menyeluruh. Volume distribusi
keadaan kurang gizi, dapat juga mengubah profil farmakoki- dan ikatan protein umumnya tidak banyak dipengaruhi oleh
netik obat. faktor lain. Dengan demikian, variasi kadar serum teofilin yang
Asma pada usia lanjut seringkali telah terkondisi sejak terjadi pada tiap orang lebih mungkin disebabkan oleh
lama dan umumnya bait nampak setelah usia 50 tahun, dan eliminasinya. Beberapa faktor yang mempengaruhi eliminasi
seringkali disertai pula dengan penyakit lain1,2. Dengan teofilin melalui biotransformasi di hepar dapat dilihat pada
demikian memerlukan penanganan yang cermat dan menye- tabel berikut5.
luruh untuk mengatasinya. Asma ringan biasanya teratasi Tabel-1. Beberapa faktor yang mempengaruhi klirens teofilin.
dengan obat simpatomimetik inhalasi. Namun bila serangan
asma semakin sering dan tak teratasi, diperlukan pemberian
Faktor Klirens
teofilin secara oral1,3. Meningkat menurun
Teofilin sebagai obat asma, memiliki margin of safety
yang sempit. Kadar terapi optimal berada disekitar 10–20
ug/ml. Di luar kadar tersebut, efek terapi menjadi tidak me- Penyakit demam? edema paru
sirosis hati
madai, atau sebaliknya dapat timbul efek samping yang dapat
pnemonia
berakibat buruk pada orang tua. Selain itu umumnya respons COPD
penderita terhadap teofilin sangat bervariasi. Adanya variasi infeksi saluran napas
individual yang sangat besar menyebabkan kadar terapi efektif atas
Obat fenobarbital antibakteri makrolid
teofilin tidak begitu saja dapat diramalkan dari dosis oral yang
fenitoin allopurinol
lazim diberikan . Oleh karena itu faktor-faktor yang dapat (dosis tinggi)
mempengaruhi proses farmakokinetik teofilin perlu diper- alkohol simetidin
timbangkan sebelum memberikan obat ini. Selain itu, pada Lain-lain merokok proses menua
makan panggang arang
penderita usia lanjut perlu dipertimbangkan pula faktor ke-
diit tinggi protein
patuhan mereka untuk minum obat. Kepatuhan ini penting diit rendah karbohidrat
artinya untuk mempertahankan kadar terapi optimal teofilin
dalam serum penderita.
Berikut ini akan dibicarakan beberapa faktor yang dapat
PERUBAHAN FARMAKOKINETIK PADA USIA LANJUT
mempengaruhi proses farmakokinetik dan faktor lain, yang
mengakibatkan perubahan kadar serum teofilin. Absorpsi obat secara umum tidak banyak berubah dengan

22 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


meningkatnya usia. Kalaupun ada, perubahan tersebut secara diperlukan mungkin harus ditambah, karena kadar serum yang
klinis tidak bermakna6. dicapai lebih rendah daripada orang yang bukan perokok.
Fox dkk, membandingkan beberapa parameter fannako- Namun perlu tetap diingat adanya kemungkinan interaksi
kinetik pada kelompok sukarelawan dewasa muda dan kelom- dengan faktor lain yang mungkin akibatnya berlawanan atau
pok lanjut usia, diatas 60 tahun7. Hasilnya menunjukkan ada- searah. Interaksi yang efeknya hampir serupa dengan kebiasaan
nya kenaikan volume distribusi dan waktu parch, sedangkan merokok adalah gemar makanan yang dipanggang dengan
AUC (= luas area di bawah kurva waktu dan kadar serum, arang, seperti sate, ikan bakar dan lain-lain, yang juga akan
banyaknya teofilin dalam sirkulasi sistemik) menurun. Fox mempercepat eliminasi obat13. Persamaan antara keduanya
mendapatkan, klirens total tidak dipengaruhi oleh pertambahan mungkin adanya asap yang tertelan. Dalam asap yang tertelan
usia. itu mungkin terdispresi sejenis hidrokarbon yang dapat meng-
Pada. usia lanjut, lemak tubuh semakin banyak sedangkan induksi enzim metabolisme.
massa tubuh (lean body mass) justru menurun, sehingga obat- Faktor lain yang dikatakan berpengaruh adalah diit tinggi
obat yang mudah larut dalam lemak akan didistribusi lebih protein dan rendah karbohidrat. Protein merupakan bahan dasar
luas. Penurunan masukan protein karena kurang gizi yang pembentukan enzim. Sehingga mudah dimengerti bila masukan
umum terjadi pada orang tua, juga akan menurunkan albumin protein yang tinggi juga akan memperbesar produksi enzim,
plasma. Akibatnya ikatan protein makin berkurang dan teofilin termasuk enzim metabolisme.
'bebas makin tinggi pula. Efek farmakologik teofilin ditentukan
KEPATUHAN PENDERITA.
oleh kadar bebasnya dalam serum. Meningkatnya kadar teofilin
Pada penderita, faktor kepatuhan penderita seringkali
bebas tak dapat diketahui dari pengukuran kadar teofilin dalam
menjadi masalah pada keberhasilan terapi. Apalagi pada orang
serum, karena pengukuran kadar obat dalam serum akan
lanjut usia yang cenderung pelupa, dan memerlukan orang lain
mengukur jumlah obat yang ada dalam serum baik yang bebas
untuk membantu mengingatkannya. Dalam hal teofilin,
maupun yang terikat oleh albumin. Dari segi ini pengukuran
kepatuhan minum obat sangat diperlukan. Oleh karena dengan
kadar serum teofilin untuk tujuan individualisasi dosis atau
minum obat sesuai regimen dosis yang dianjurkan oleh dokter,
monitoring pada penderita asma usia lanjut, .perlu interpretasi
kadar terapi diharapkan akan dipertahankan antara 10–20
yang cermat.
pg/ml, sehingga penderita kemungkinan besar akan terlindung
dari serangan sesak napas. Kepatuhan penderita ini mungkin
PENYAKIT YANG MENYERTAI DAN OBAT YANG DI-
dapat ditingkatkan dengan pendekatan yang bersifat mendidik.
BERIKAN BERSAMA.
Pada penderita yang mulai pelupa itu diberikan penjelasan
Pada penderita dengan edema paru, klirens teofilin me-
tentang penyakitnya, faktor-faktor penyebab kambuh dan profil
nurun, sehingga waktu parch menjadi memanjang8. Oleh
farmakokinetik teofilin pada usia yang lanjut. Penjelasan yang
karena sebagian besar biotransformasi teofilin melalui hepar,
diberikan dengan bahasa awam itu kemungkinan akan menjalin
gangguan fungsi hepar akan mengubah klirens. Pada penderita
kerjasama dan pengertian antara dokter dan penderita: Setelah
sirosis hati yang tak teratasi, akan menurunkan klirens dan
kerjasama ini tercapai, dokter dapat memberikan instruksi
mengākibatkan perpanjangan waktu parch yang bermakna9.
tertulis3. Instruksi atau perintah lainnya sebaiknya diberikan
Beberapa penyakit lain seperti obstruksi paru kronik (COPD),
tertulis agar dapat dibaca kembali atau dibacakan oleh anggota
gagal jantung kronik (CHF), pnemonia, infeksi juga menunjuk
keluarganya.
kan penurunan klirens5.
Cara lain untuk meningkatkan kepatuhan penderita adalah
Beberapa obat yang diberikan bersama teofilin dapat
pemberian sediaan teofilin lepas lambat yang dapat diberikan
mempengaruhi klirens teofilin. Eritromisin, antibiotik makrolid
setiap 12 jam. Namun sediaan teofilin lepas lambat yang
yang terpilih untuk infeksi saluran napas atas. Eritromisin
beredar di Indonesia masih memerlukan penelitian yang lebih
menurunkan klirens teofilin10. Mekanisme interaksi ini masih
luas untuk konfirmasi.tujuan diatas14.
belum jelas namun efek interaksinya telah terbukti.
Beberapa obat yang dikenal sebagai enzyme inducer
EFEK SAMPING
seperti fenitoin, fenobarbital, akan mempercepat biotrans-
Efek samping teofilin merupakan kelanjutan dari efek
formasi teofilin: Obat-obat tersebut akan menginduksi aktivitas
farmakologik. Beratnya efek samping bergantung pada tinggi-
enzim metabolisme di hepar. Sedangkan allopurinol, pada
nya dosis. Namun lebih dapat dihubungkan dengan kadar
pemberian jangka panjang justru menghambat enzim xantin-
serum yang dicapai.
oksidase dan enzim mikrosom hepar yang lain, sehingga
Pada kadar serum sekitar 10 pg/ml yang merupakan efek
eliminasi teofilin diperlambat11.
terapi, pada beberapa orang telah timbul efek samping ringan
Karena itu diperlukan pengkajian dan pengamatan klinik
seperti mual, kadang-kadang muntah atau sakit kepala. Pada
yang lebih cermat terhadap penyakit yang diderita dan obatobat
kadar di atas 15 pg/ml efek samping menjadi lebih berat,
yang sedang dimakan oleh penderita yang bersangkutan,
sepērti takikardi, -Sedangkan di atas 20 pg/ml dapat terjadi
sebelum pemberian teofilin.
konvulsi. Karena itu, pemberian teofilin pada usia lanjut perlu
PENGARUH LAIN. memperhatikan adanya efek samping yang mungkin timbul,
Kebiasaan merokok, terutama pada perokok berat yang meskipun masih dalam batas kadar terapi efektif.
mengisap lebih dari 20 batang per hari, eliminasi teofilin se-
telah pemberian sediaan tablet biasa, akan dipercepat12. KESIMPULAN DAN SARAN
Sehingga pada penderita asma yang perokok, dosis terapi yang Dari pembicaraan di atas dapat disimpulkan, faktor yang

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 23


dapat mengubah profil farmakokinetik teofilin sangat ber- 5. Koenig HG, Blake RL. Rational theophylline use in older asthma-
tics. Geriatrics 1986; 41(8) 49-58.
variasi. Proses menua itu sendiri mungkin. berperan dalam 6. Caird F. Drugs in the elderly. WHO Regional office Europe 1986.
merubah parameter farmakokinetiknya. Dalam hal teofilin ini 7. Fox RW, Samman S, Bukantz SC, Loeckkey RF. Theophylline
nampaknya kecepatan eliminasi sangat besar pengaruhnya kinetics in a geriatric group. Clin Pharmacol Ther 1983; 34(1) :
terhadap tingginya kadar yang dicapai. Padahal kadar terapi 60–7.
8. Piafsky KM, Sitar DS, Rango RE, Ogilvie RI. Theophylline kinetics in
yang optimal hares dipertahankan agar serangan asma teratasi. acute pulmonary edema. Clin Pharmacol Ther 1977; 21 : 310-6.
Semua faktor di atas; perlu dipertimbangkan sebelum 9. Piafsky KM, Sitar DS, Rango RE, Ogilvie RI. Theophylline dispo-
memberikan obat ini. Selanjutnya pengamatan klinik terhadap sition in patients with hepatic cirrhosis. New Engl J Med 1977;
efek terapi sebaiknya diikuti dengan cennat disamping 196 : 1495-7.
10. AMA Drug Evaluation 1986.
monitoring kadar sen;mnya. Akhirnya kerjasama dengan 11. Manfredi RL, Vessel ES. Inhibition of theophylline metabolisme
penderita atau anggota keluarganya dalam hal regimen terapi by long term allopurinol administration, Clin Pharmacol Ther
mungkin dapat mengatasi masalah kepatuhan penderita dalam 1981; 29 : 224-9.
minum obatnya. 12. Horai Y. Ishizaki T. Sasaki T, et al. Bioavailability and pharmaco-
kinetics of theophyllinein uncoated and sustained release dosage
KEPUSTAKAAN forms in relation to smoking habit. Single dose study. Eur J Clin
Pharmacol 1983; 24 : 79-87.
1. Parson GH. Asthma m the elderly: diagnostic and treatnent concerns. 13. Birkett DJ, Grygiel JJ, Meffin PJ, Wing LMH. Fundamental in
Geriatrics 1985; 40(4) : 89-96. clinical Pharmacology: drug biotransformation. Med Prog 1979;
2. Breslin AX. Chronic asthma: which treatment. Med Prof 1979; 13. 6(11) : 6 : 61-9.
41-51. 14. Sukasediati N, Setiawati A, Setiabudy R, Asikin N. Pengaruh makanan
3. Plummer AL. Asthma : special challenge in the elderly. Geriatrics 1981; terhadap biovailabilitas dan pole absorpsi sediaan teofilin lepas lambat.
36(6) : 87-91. 14. (Sedang dalam proses penerbitan oleh majalah Farmakologi Indonesia dan
4. Jacobs MH, Senior RM, Kessler G. Chemical experience with theophylline terapi).
relationship between dosage, serum concentration, and toxicity. JAMA
1976; 235 : 1983-6.

24 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


Perubahan Fungsi Paru Pada Usia Lanjut

Dr. Kunto Raharjo


UPF Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Batas dimulainya usia lanjut bervariasi, akan tetapi biasa- dibandingkan dengan isi residu pada usia 20 tahun. Dengan
nya diteruukan pada 65 tahun, walaupun proses menuadi tua demikian rasio antara isi residu dengan kapasitas paru total
(aging) sudah mulai terhadi pada usia 30–40 tahun2. meningkat menjadi 35-40% (pada usia 20 tahun hanya 20%).
Proses menjadi tua mempengaruhi fungsi paru/pernafasan Peningkatan isi residu ini menghambat kapasitas residu
secara langsung (pada saluran nafas, jaringan paru, otot per- fungsional juga meningkat2.
nafasan) dan tidak langsung (akibat perubahan yang terjadi 3) Kapasitas vital menurun secara progresif sehingga pada
pada sistem lain). Disamping perubahan yang terjadi akibat usia 70 tahun menjadi 70% dari nilainya pada usia 17 tahun.
proses menjadi tua, banyak sekali faktor lain (pencemaran 4) Isi ruang rugi anatomis meningkat, sehingga 40% dari isi
udara, penyakit dan sebagainya) yang dapat mempengaruhi tidal dipakai untuk mengisi ruang rugi tersebut (pada usia 20
sistem ini. Perubahan fungsi paru ini mempengaruhi pertim- tahun angka ini hanya 20%).
bangan dalam melakukan diagnosis, pengobatan dan tindakan 5) Isi penutupan (isi paru pada saat sebagian saluran nafas
bedah/anestesia pada manusia usia lanjut (manula). mulai menutup = closing volume) meningkat sejalan dengan
Secara umum, dalam jaringan tubuh rnanula jumlah sel peningkatan usia. Peningkatan ini mempunyai arti penting
parenkim yang masih berfungsi menurun. Penurunan jumlah karena mengakibatkan gangguan keseimbangan ventilasi/
sel parenkim ini disertai oleh peningkatan jumlah jaringan perfusi.
interstisial dan jaringan lemak. Terjadi degenerasi diskus Tahanan terhadap aliran udara pernafasan juga meningkat
intervetebralis, sehingga di daerah toraks hal ini menimbulkan dengan bertambahnya usia, sehingga laju aliran maksimum dan
bentuk dada seperti tong (barrel chest)2. Di- samping itu, isi ekspirasi paksa menurun. Distribusi ventilasi pada
kalsifikasi pada tulang rawan iga mengakibatkan sangkar pernafasan yang berisi rendah (mendekati isi residu) sama
toraks menjadi kaku. Kalsifikasi tulang rawan ini terjadi jugs dengan pada orang muda, yaitu lebih besar di bagian bawah
pada laring, trakea dan bronkus3. paru. Akan tetapi pada isi pernafasan yang lebih besar dis-
tribusi ventilasi ke bagian bawah paru berkurang, mungkin
PERUBAHAN FUNGSI PERNAFASAN karena penutupan saluran nafas di paru bagian bawah4.
Perubahan-perubahan tersebut di atas mengakibatkan
Fungsi ventilasi
borosnya enerji yang dipakai untuk inspirasi dan ekspirasi, dan
Fungsi ventilasi atau fungsi untuk mengalirkan udara dari meningkatnya kerja pernafasan.
atmosfir ke dalam alveolus dan sebaliknya, menurun sejalan
dengan pertambahan usia. Penurunan fungsi ini adalah akibat
Perfusi paru
dari penurunan elastisitas paru akibat berkurangnya parenkim
dan berkurangnya kemampuan sangkar toraks untuk Aliran darah paru didapat dari arteri pulmonalis, masuk
mengembang akibat kalsifikasi rawan iga3. Di samping itu, ke sistem kapiler alveoli dan diteruskan ke vena pulmonalis
otot-otot vnetilasi juga sudah berkurang kekuatannya. Terjadi dan kemudian ke atrium kiri. Perfusi ke apex paru pada
perubahan isi dan kapasitas paru sebagai berikut: sikap berdiri/duduk ternyata meningkat dibandingkan orang
1) Kapasitas paru total tidak banyak berubah. muda. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya tahanan pem-
2) Isi residu meningkat sebanyak 20% pada usia 60 tahun buluh darah paru di bagian bawah akibat berkurangnya ke-

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 25


mampuan tolak balik elastis (elastic recoil) paru4,5. Akan vaskuler pain (prometazin, siklopropan, hipoksia, hiperkarbia)
tetapi perfusi pam di bagian bawah masih lebih besar dari harus dihindarkan agar rasio ventilasi/perfusi tidak menjadi
pada di bagian atas5. Tahanan pembuluh darah paru me- lebih buruk. Pemberian ventilasi mekanis harus di-
ningkat karena degenerasi pada dinding pembuluh darah dan pertimbangkan dengan seksama, mengingat kekuatan sangkar
kekakuan pada jaringan paru. Respon vasokonstriksi terhadap toraks dan jaringan paru (compliance menurun) mempermudah
keadaan hipoksia menurun2. timbulnya penyakit din mempersukar penyapihan dari
ventilator.
Pertukaran gas Penyakit-penyakit- yang mengharuskan pasien berbaring
Pertukaran gas dalam alveolus dipengaruhi oleh rasio di tempat tidur untuk waktu lama, keadaan pasca bedah/
antara ventilasi/perfusi dan keadaan membran alveolus-kapiler. anestesia memperbesar kemungkinan terjadinya gangguan pada
Pada manula yang sehat biasanya membran alveolus-kapiler paru dari yang ringan sampai gagal nafas7.
tidak menebal, akan tetapi terjadi penurunan luas membran Pemberian oksigen untuk manula harus mengingat ke-
karena tergabungnya beberapa alveolus menjadi satu. Rasio mungkinan ketergantungan manula pada hypoxic ventilatory
ventilasi/perfusi biasanya membesar karena bertambahnya drive (misalnya pada penyakit paru obstruktif menahun yang
ruang rugi dan meningkatnya tahanan vaskuler paru. Akibatnya mengakibatkan peningkatan PaCO2 darah). Pemberian oksigen
daerah yang tersedia untuk pertukaran gas berkurang sebanyak yang terlalu_ berlebihan pada keadaan tersebut dapat me-
30% pada usia 80 tahun2 . nimbulkan depresi pernafasan sampai henti nafas.
Akibat dari perubahan pada titik 1, 2 dan 3 di atas,
tekanan oksigen arterial akan menurup sejalan dengan ber- RINGKASAN
tambahnya usia. Pa02 ini dapat diperkirakan dengan rumus Perubahan fungsi paru dan saluran nafas pada usia lanjut
berikut: Pa02 = 109 mmHg – 0,43 x umur (tahun). Selisih merupakan bagian dari penurunan fungsi sistem tubuh yang
tekanan persial oksigen alveoli dengan arteri menjadi 30 lain.
mmHg pada usia 70 tahun (pada usia 20 tahun henya 8 mm- Penurunan fungsi tersebut mempengaruhi pertimbangan
Hg). dalam melakukan diagnosis, pengobatan dan anestesia/pem-
bedahan.
PENGATURAN VENTILASI Penurunan fungsi terjadi pada fungsi ventilasi, perfusi
Dalam keadaan normal, peningkatan PaCO2 atau pe- maupun pertukaran gas.
nurunan Pa02 akan merangsang pusat pernafasan untuk
mengeluarkan perintah peningkatan ventilasi (Hypercapnic/ KEPUSTAKAAN
hypoxic ventilatory drive). Pada orang muda Pa02 40 mmHg 1. Owens W. The geriatric patient: physiology of aging. ASA 36th annual
akan meningkatkan ventilasi semenit sebanyak 5 kali, dan refresher course lectures and clinical update program 1985. San Francisco.
PaCO2 5'5 mmHg dapat meningkatkan ventilasi semenit 275A1-4.
sampai 10 kali normal. Akan tetapi, pada manula PaCO2 2. Zamost B, Benumof JL. Anesthesia in the geriatic Uncommon Diseases 2
nd ed. WB Saunders Company Philadelphia 1981. 98-107.
sampai 55 mmHg atau Pa02 40 mmHg belum meningkatkan. 3. Musunuru VS. The Geriatric Patient. Dalam Stoelting RK dick. Anesthesia
ventilasi semenit secara berarti6 . and Co-existing Disease. New York: Churchill Living-stone 1983; 811-
815.
ARTI KLINIS 4. Holland J, Milic-Emili J, Macklem PT, Bates DV. Regional distribution
of.pulmonary ventilaion and perfusion in elderly subjects. J. Clin Invest.
Masalah dalam mendiagnosis penyakit paru pada manula 1968; 47 : 81-92:
ialah untuk membedakan kelainan fungsi akibat proses ketuaan 5. Knudson RJ, Clark DF, Kennedy TC, Knudson DE. Effect of aging alone
(yang tidak dapat diperbaiki) dan proses penyakit. Pembedaan on mechanical properties of the normal adult human lung. J Appl Physiol.
tersebut perlu dilakukan mengingat bahwa cadangan fungsi 1977; 43(6): 1054-62.
6. Kronenberg RS, Drage CW. Attenuation of ventilatory and heart rate
paru sudah menurun, sehingga bila proses penyakit cepat responses to hypoxya and hypercapnia with aging in normal men. J Clin
didiagnosis, maka pengobatan dapat segera dilakukan untuk Invest 1973.52 : 1812-19.
mencegah kemunduran fungsi paru yang lebih jauh. 7. Oster HA. The latest word on coping with infections in the alderly.
Pemeriksaan paru secara radiologis sebaiknya dilakukan lebih Geriatrics 1982; 37 : 132-137.
cepat bilk ada faktor risiko (merokok, nialnutrisi, diabetes,
batuk kronis)7.
Pengobatan untuk llerbagai penyakit paru pada manula
harus memperhatikan adanya penurunan fungsi hati, fungsi
ginjal dan perubahan distribusi cairan tubuh manula. Aspirasi
partikel makanan/minuman atau cairan lambung sering me-
rupakan pencetus timbulnya infeksi paru. Dengan menurunnya
refleks laring, disertai berkurangnya kekuatan batuk pada
manula dan penurunan fungsi cilia; aspirasi sejumlah kecil
cairan sudah dapat menimbulkan pnemonia yang berat.
Fisioterapi dada harus selalu disertakan pada pengobatan
penyakit pain. Obat/keadaan yang mempertinggi tahanan

26 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


Pelayanan Obat Untuk Usia Lanjut
di Apotek

Umi Kadarwati Suyono


Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUAN farmakologik dari obat tersebut.


Faktor-faktor tersebut dengan meningkatnya usia akan
Kemajuan yang dicapai saat ini di berbagai bidang obat
cenderung mengalami perubahan. Perubahan dari kedua jenis
dan pengobatan semakin meningkat, sehingga dirasakan sangat
faktor ini disebabkan karena terjadinya perubahan kondisi
memperbaiki taraf kesehatan, dan di antaranya termasuk ke-
fisiologik dan kondisi patologik serta terjadinya interaksi
sehatan usia lanjut. Kesehatan usia lanjut akhir-akhir ini
obatl .
banyak dibicarakan dalam forum-forum ilmiah dan bahkan
Di samping itu pada usia lanjut seringkali didapatkan lebih
telah pula tercetus gagasan untuk menyediakan sarana pelayan-
dari satu penyakit sekaligus, sehingga jumlah penggunaan jenis
an kesehatan khusus yang memang dinilai cukup relevan meng-
obatpun akan meningkat pula. Dalam keadaan demikian ke-
ingat permasalahannya yang cukup kompleks dan memerlukan
mungkinan terjadinya interaksi obat dan bahkan efek samping
penanganan tersendiri. Mengingat bahwa pada usia lanjut telah
obat semakin meningkat pula.
terjadi berbagai perubahan sebagai akibat kondisi fisiologik
Faktor lain yang perlu diperhatikan pada para usia lanjut
dan patologik, penggunaan obat bagi usia lanjut perlu ditangani
adalah ketertiban melaksanakan petunjuk pengobatan yang
secara lebih cermat.
pada umumnya tertera pada label obat, terutama bagi yang
Upaya untuk penyembuhan penyakit dan mempertahan-
masih mampu meaakukan sendiri. Nampaknya perawatan di
,kan kesehatan usia lanjut yang dihubungkan dengan pelayanan
rumahsakit lebih sesuai bagi para usia lanjut. Walaupun
obat di apotik belum pernah diungkapkan secara rinci dan
demikian masih ada faktor lain lagi yang tidak boleh dilupakan
berapa jauh dapat dijangkau. Makalah ini sekedar ingin menge-
yaitu faktor lingkungan yang sulit diciptakan, terutama untuk
tengahkan hal-hal yang masih mungkin dilakukan di apotik
penyembuhan psikologik. Demikian Pula faktor diet yang
yang diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan atau
serir}gkali sulit dilakukan pada perawatin di luar rumahsakit.
sumbangan gagasan serta partisipasi dalam menunjang
Banyaknya faktor yang mempengaruhi upaya penyembuh-
pelayanan kesehatan usia lanjut.
an penyakit pada usia lanjut ini kemudian mendasari gagasan
didirikannya rumahsakit khusus bagi para penderita usia lanjut.
USIA LANJUT DAN PERMASALAHANNYA
Pelayanan obat di rumahsakit memang lebih mudah
Usia lanjut yang didefinisikan dengan usia di atas 65 tahun dilaksanakan, apotik tinggal menyiapkan (bat yang diminta
lebih menggambarkan usia secara kronologik, sedangkan usia sedangkan pengawasan penggunaannya dilakukan tersendiri.
biologik atau fisiologik lebih menunjukkan keadaan yang men- Hanya dalam hal tertentu dan bila diperlukan komunikasi
dekati keadaan masing-masing individu. dokter dan apotik selalu dapat dilakukan dengan mudah.
Respons terhadap obat pada usia lanjut sangat dipengaruhi Namun tidak demikian halnya dengan pelayanan obat bagi
oleh berbagai faktor antara lain faktor-faktor farmakokinetik para usia lanjut di apotik luar rumahsakit. Pada umumnya resep
dan farmakodinamik. bagi para usia lanjut tidak dapat dibedakan clan resepresep
Faktor-faktor farmakokinetik : absorpsi, distribusi, biotrans- lainnya bagi orang dewasa. Sampai saat ini resep hanya
formasi dan ekskresi obat akan mempengaruhi berapa jumlah dibedakan berdasarkan umur pada kelompok anak dan resep
obat yang dapat mencapai jaringan tempat kerja obat untuk bagi orang dewasa. Mengingat bahwa pada usia lanjut telah
bereaksi dengan reseptornya. timbul berbagai keterbatasan tidakkah seyogyanya penulisan
Faktor-faktor farmakodinamik : sensitivitas reseptor dan resep bagi pars usia lanjut dicantumkan pula umur pasien.
mekanisme homeostatik akan mempengaruhi intensitas efek Walaupun pada umumnya apotik hanya bertindak sebagai

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 27


penyiap obat atas permintaan dokter, namun setidak-tidaknya neral dan obat gizi, dan antialergi/antihistamin (1985)4.
apotik akan merasa lebih yakin terhadap hasil pelayanan yang Walaupun telah dapat dilihat pola preskripsi obat di apotik
telah diberikan. Di samping itu pelayanan dapat ditingkatkan namun berapa banyak yang diperuntukkan para usia lanjut
pula dengan memberikan informasi yang lebih jelas dan leng- tidak pernah diketahui, baik jenis maupun jumlahnya. Dari
kap, untuk lebih memudahkan para usia lanjut atau pendam- salah satu hash penelitian di Amerika dilaporkan bahwa 3,2%
pingnya dalam membaca aturan pakai yang harus diikuti dari preskripsi obat yang diberikan kepada para usia lanjut
dengan patuh. yang mandapatkan perawatan dengan fasilitas rumah sakit
Walaupun tidak ada kewenangan apoteker untuk meng- khusus dan melalui praktek dokter swasta, menunjukkan kon-
ubah resep, namun setidak-tidaknya dengan bekal pengetahuan traindikasi (200 dari 6160 preskripsi) dan melibatkan 136
yang memadai apoteker dapat melakukan komunikasi dengan pasien (23,7%). Dari penelitian tersebut juga terlihat adanya
dokter terutama bila dirasakan terdapat hal-hal yang perlu di- interaksi obat yang dapat mengakibatkan pengobatan menjadi
pertimbangkan kembali, misalnya karena diperkirakan akan suboptimal, di samping penggunaan obat yang dinilai sangat
terjadi interaksi obat atau hal-hal yang dapat merugikan pasien berbahaya bagi para usia lanjut. Sedangkan frekuensi kesalahan
lainnya. Dalam hal ini keterbukaan merupakan sikap yang preskripsi lebih banyak terjadi di luar rumah sakit (5,3%)
paling diperlukan. daripada di rumah sakit (2,9%). Obat yang pada umumnya
dipreskripsi di rumah sakit dan obat yang digolongkan obat
PRESKRIPSI OBAT DI APOTIK yang perlu mendapatkan perhatian khusus dapat dilihat pada
Apabila disimak dari resep-resep yang masuk di apotik, Tabel 2 dan 35.
baik apotik rumah sakit maupun apotik yang mandiri (apotik Walaupun di Indonsia belum pernah dilakukan penelitian
swasta), dapat terlihat kecenderungan preskripsi obat secara secara khusus, namun kiranya pengalaman negara lain dapat
umum. Dari observasi terhadap penulisan ramp antibiotika digunakan sebagai bahan pertimbangan.
pada beberapa apotik di Jakarta (1982), dilaporkan bahwa di Masalah polifarmasi yang banyak diungkapkan melalui
samping penggunaan antibiotika yang tertinggi, nampak pula penelitian-penelitian di Indonsia, apabila ditujukan bagi para
golongan obat-obat lain yang cukup banyak dipreskripsi. usia lanjut dikhawatirkan akan memberikan efek yang tidak
Berturut-turut yaitu : obat saluran nafas, analgetika, psiko- diinginkan, bahkan terjadi efek yang sebaliknya atau efek
tropika, vitamin dan roboransia, anti alergi dan hormon. samping obat. Insidens efek samping obat meningkat dengan
Sedangkan anti inflamasi, antasida dan obat kardiovaskuler bertambahnya umur dan jumlah obat yang digunakan (di-
walaupun tidak setinggi golongan obat yang lain namun minum). Bagi para usia lanjut yang mendapatkan perawatan di
nampak banyak dipreskripsi pula2. rumah akan lebih rawan lagi, yaitu karena kesukaran dalam
Dari hasil penelitian pola preskripsi obat yang dikaitkan memonitor regimen obatl-6.
dengan diagnosa di unit rawat jalan rumah sakit umum kelas C, Preskripsi obat bagi para usia lanjut pada umumnya di-
kelas D dan puskesmas (1985) diperoleh urut-urutan menurut tujukan untuk pemeliharaan kesehatan dan menghilangkan ke-
kelas terapi sebagai berikut : antibakteri sistemik tertinggi, lompok gejala-gejala tertentu sebagai akibat penuaan (aging)
vitamin mineral dan obat gizi menempati urutan kedua, se- serta upaya pengobatan penyakit-penyakit usia lanjut, antara lain
lanjutnya analgetika-antipiretika, obat penyakit saluran per- yaitu : obat untuk susunan saraf pusat dan meningkatkan sirku-
nafasan, obat saluran pencernaan dan antialergi/antihistamin. lasi darah pada otak, obat untuk meningkatkan sirkulasi perifer,
(lihat Tabel 1)3. obat untuk menormalisir lipida darah, vitamin mineral, hormon
dan lain sebaganya'. Sedangkan untuk menanggulangi penyakit
Tabel 1. Persentase frekuensi preskripsi obat berdasarkan kelas terapi umum lainnya nampaknya tidak ada perbedaan preskripsi.
obat di unit rawat jalan rumah saldt umum kelas C, kelas D
Apabila dilihat menurut urutan banyaknya obat yang di-
dan puskesmas
preskripsi menurut kelas terapi hasil penelitian di atas, nam-
No.
Fasilitas yan.kes. RSU-C RSU-D PKM paknya _ obat yang seringkali diperlukan bagi usia lanjut ter-
Kelas terapi N1=2213 N2=2240 N3=7124 masuk dalam urutan obat yang cukup banyak dipreskripsi
1. Antibakteri sistemik 23,4 27,7 24,9 kecuali hormon yang kemungkinan memang lebih spesifik
2. Vitamin, mineral, obat gizi 17,3 22,6 22,2 kegunaannya.
3. Analgetika-antipiretika 16,0 13,2 17,2
4. Obat penyakit saluran nafas 7,1 2,3 5,7 Apotik sebagai suatu unit yang khusus diberi wewenang un-
5. Obat penyakit saluran cerna 5,2 6,7 3,7 tuk melakukan peracikan obat, secara tidak langsung dapat ber-
6. Antialergi/antihistamin 4,8 8,8 13,4 tindak sebagai pengawas konsumen obat. Apoteker sebagai tena-
Dikutip dari Arini Setiawati1 hal : 4. ga profesional diharapkan dapat memberikan masukan kepada
Keterangan : N1, N2, N3 = Jūmlah preskripsi (Rx) di RSU dokter penulis resep bila diperlukan, misalnya bila terjadi
RSU = Rumah sakit Umum penulisan resep dengan obat sejenis yang diberikan oleh lebih
PKM = Puskesmas
dari.seorang dokter terhadap seorang pasien lanjut usia yang
Sedangkan menurut laporan hasil penelitian pola preskrip- sama. Dalam hal demikian tidak. mustahil dapat terjadi peng-
si obat-obat psikotropika di 3 apotik rumah sakit kelas C, di gunaan obat secara berlebihan dan kemungkinan keracunan
samping penggunaan psikotropilca sandhi banyak dipreskripsi obatpun tidak dapat dihindari lagi. Dan bila keadaan demikian
obat-obat golongan lain dengan urut-urutan sebagai berikut : terjadi siapa yang akan bertanggung jawab? Siapakah yang pa-
analgetika-antipiretika, antibakteri sistemik, obat penyakit ling cepat dapat memberikan informasi tersebut kepada pasien?
saluran cerna, obat penyakit saluran pernafasan, vitamin mi- Banyak hal yang mungkin dapat dilakukan di apotik

28 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


Tabel 2. Obat yang pada umumnya dipreskripsi di rumah sakit untuk menunjang peningkatan pelayanan kesehatan usia lanjut,
Jumlah pasien
namun hal ini kembali kepada fthak-fihak yang akan
Obat/kelompok obat menggunakan jasa apotik. Dan adalah tidak adil rasanya
Jumlah % apabila kepada apotik tidak diajukan pertanyaan : Sudah
siapkah anda ?
Antibiotika 402 70,1
Analgetika 375 65,4
Duretika 290 50,6 KESIMPULAN DAN SARAN
Hipnotik/Sedativa 204, 35,6 Sebagai kesimpulan dari tulisan ini adalah :
Garam Kalium 138 24,0 1. Dalam rangka menunjang upaya peningkatan pelayanan
Digoxin 90 15,7 kesehatan usia lanjut, apotik perlu ikut berperanserta.
Antasida 84 14,6
Laxan 64 11,1 2. Untuk dapat berperanserta secara optimal, hubungan
Hipoglikemik agents 63 11,0 apoteker-dokter perlu lebih ditingkatkan..
Steroida 54 9,4 3. Banyaknya masalah yang berkaitan dengan usia lanjut perlu
Bronkodilator 54 9,4 disadari bersama dan diusahakan mengatasi semaksimal
NSAIDs 46 8,0
Beta bloker 45 7,g mungkin.
Antidepresan 45 7,8 4. Untuk dapat melakukan pelayanan obat bagi para usia
Antikoagulan 36 6,3 lanjut dengan lebih cermat, disarankan preskripsi obat
Peptis ulser terapi (bukan antasida) 34 5,9 seyogyanya dilengkapi dengan pemberitahuan umur pasien
Antiparkinson 33 5,7
Besi 33 5,7 dengan jelas.
Tiroksin 27 4,7 5. Belum cukupnya data yang menunjang upaya pengobatan
Antiaritmia 23 4,0 dan efek samping obat di Indonesia, disarankan untuk
Nitrat 17 2,9 melakukan studi tentang usia lanjut melalui penelitian-
penelitian yang relevan dengan permasalahan yang ada
Dikutip dari Gosney M, Tanis R5 hal : 565.
pada usia lanjut.
Tabel 3. Beberapa obat yang perlu mendapatkan perhatian khusus
KEPUSTAKAAN
Nama obat Jumlah kasus
1. Arini Setiawati. Respons penderita usia lanjut terhadap obat. Dalam :
Digoxin 13 Kumpulan naskah lengkap simposium : Obat pada usia lanjut. Ikatan Ahli
Digoxin dosis penuh 7 Farmakologi Indonesia, Jakarta: 1983; 1–34.
Nonkardioselektif 2 2. Retno Gitawati dan Ellen Wijaya. Observasi terhadap penulisan resep
Metformin 7 antibiotika pada beberapa apotik di Jakarta. Majalah Kedokteran
Heparin 3 Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia, 1987; vol 37 no 10, 560-4.
Aspirin 7 3. Retno Gitawati dkk. Pola preskripsi obat yang dilcaitkan dengan diagnosa
Carbenoxolone 4 di unit rawat jalan rumah sakit umum kelas C, kelas D dan puskesmas.
:Diazepam 3 Seminar : Pola penggunaan obat di beberapa unit pelayanan kesehatan.
Haloperidol 2 Jakarta, 1987.
Metoclopramide 2 4. Ellen Wijaya dkk. Pola preskripsi obat-obat psikotropika di tiga apotik
Spironolactone 1 rumah sakit kelas C. Seminar : Pola penggunaan obat di beberapa unit
Chlorpropamide 1 pelayanan kesehatan. Jakarta, 1987.
Trimetoprim 1 5. Gosney M, Tanis R. Prescription of contraindicated and interaction drugs
in elderly patients admitted to hospital. Lancet, 1984; 564–7.
6. Everitt DE, Avom J. Drug prescribing for the elderly, Arch Intern
Jumlah 60 Mad, 1986; vol 146, 2393–6.
7. W.H.O. Regional Office For Europe. The control of drugs for the elderly.
Dikutip dari Gosney M, Tallis R5 hal : 595. Report on the ninth European symposium on clinical pharmacological
evaluation in drug control. Copenhagen: 1981.

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 29


Masalah Usia Lanjut Dalam Praktek
Kedokteran Gigi
Hertiana Ayati
Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kēsehatan, Departēmen Kesehatan R.L, Jakarta

Usia lanjut menimbulkan masalah penyakit yang khas di Akhlorhidria dan hipoklorhidria di dalam lambung manula
dalam mulut, sehingga pengobatan harus lebih luas dari pada mengurangi pemanfaatan kalsium dan posfor dari makanan,
sekedar mengganti bagian yang sakit atau hilang. Manusia usia dan mengurangi akbsorbsi vitamin C dan vitamin lain yang
lanjut (manula) mengalami defisiensi jaringan yang sering larut dalam air. Permukaan gigi belakang menjadi lebih rata.
disertai gangguan mental emosional, jadi sangat berbeda de- Cenderung terjadi tipe gigitan edge to edge.
ngan orang yang lebih muda. Cara menyikat gigi yang salah selama puluhan tahun
Dalam mengobati/merawat manula, pasien harus dianggap mengakibatkan.timbulnya parit (groove) horisontal berbentuk
sebagai satu keutuhan, jadi bukan sekedar merawat organ- V dibagian' apikai dari pertemuan email dan semen. Pemben-
organ yang sakit saja. Ini berarti, pencegahan-pencegahan tukan pant tersebut dapat mencapai dentin atau pulps. Sering
penyakit dan perawatan pasien sebagai suatu keutuhan sangat terjadi fraktur di tempat terbentuknya pant tadi.
pentingl. Untuk mendapatkan basil pengobatan yang baik Atrofi gusi dan prosesus alveolaris mengakibatkan gigi
diperlukan pendekatan yang manusiawi, pendekatan pribadi tampak lebih panjang Alan. akar gigi akan terekspos. Akar gigi
yang lebih akrab disertai perasaan untuk mengerti sikap dan yang terekspos ini menimbulkan nyeri bila terjadi perubahan
perasaan manula. Pengenalan rasa takut dan khawatir yang suhu di dalam mulut.
dialami manula merupakan sprat mutlak untuk mendapatkan
basil pengobatan yang baik. Perubahan di ruang intermaksilar
Masalah yang paling sering dijumpai meliputi iritasi oleh Proses menua mengurangi ruang intermaksilar karena
gigi tiruan yang tidak sesuai lagi (karena perubahan struktur ausnya gigi-geligi, atau karena gigi tanggal yang tidak diganti.
alveolar, hipertrofi jaringan, puncak alveolar yang tajam dan Berkurangnya ruang intermaksilar ini memperberat beban
menonjol, tonjolan mylohyoid yang tajam, tempat insersi otot sendi temporo-mandibular. Hal ini dapat menimbulkan nyeri di
yang membesar akibat beban gigi tiruan, mandibula yang sendi tersebut, tuli, serta neuralgia di daerah lidah, faring dan
diresorbsi sampai ke foramen mentale dan tuberkulim genialis kepala.
superior yang mencapai puncak (ridge). Disamping itu cukup
sering terdapat keganasan yang berkembang dari iritasi gigi Perubahan para mukosa mulut dan lidah
tiruan. Keadaan lain yang mungkin dijumpai sebagai penyulit Di sini terjadi atrofi, berkurangnya kelenturan dan ber-
adalah hipertrofi jaringan ikat yang ekspansif, kista, impaksi kurangnya tunika propria. Mukosa tampak seperti lilin atau
gigi, sisa akar, bekas cedera eksternal dan internal, masalah satin, atau kelihatan sembab. Lapisan sel ber keratin yang
kelenjar liur, lekoplakia, efek radiasi, masalah periodontal yang biasanya melindungi mukosa tidak ada lagi, sehingga lebih
akut dan kronik, masalah sendi temporo-mandibular, neuritis, mudah terjadi cedera bila ada iritasi mekanis, kimiawi atau
lidah terbakar dan malnutrisi2 . iritasi kuman. Jaringan penyambung lebih sukar menutup bila
terjadi luka.
PERUBAHAN YANG TERJADI DALAM RONGGA MULUT3 Aliran saliva biasanya sangat berkurang sehingga mukosa
menjadikering dan tidak lentur. Sering terdapat perasaan ter-
Perubahan pada gigi-geligi dan jaringan penunjang
bakar dan fungsi indera pengecap sangat menurun. Kelainan
Pada manula, gigi-geligi menjadi lebih kering, rapuh dan ini. sering ada hubungannya dengan kekurangan vitamin B
berwarna lebth gelap. Kekerapan terjadinya karies menurun kompleks. Kandungan prialin saliva juga menurun. Proses
karena bagian gigi yang peka sudah berkurang (karena gigi pencernaan zat tepung tidak lagi dimulai di dalam mulut,
tanggal atau sudah mendapat pengobatan). sehingga amilase dari pankreas bekerja lebih berat. Saliva

30 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


bersifat semakin alkali terutama pada pasien yang ompong. PEMBERIAN OBAT UNTUK MANULA2
Saliva juga menjadi lengket, sehingga mudah terjadi iritasi Laju metabolisme yang sudah menurun mengharuskan kita
mekanis. Fungsi saliva sebagai pembersih dan pelindung untuk memperkecil dosis sampai 1/2 atau 1/3 dosis biasa.
hilang, sehingga mukosa lebih mudah terinfeksi. Retensi gigi Analgetika biasanya sudah memadai bila diberikan dalam
tiruan juga menjadi sukar karena berkurangnya saliva. separuh dosis, karena disamping laju metabolisme sudah me-
Tonus otot lidah berkurang, lapisan papiler menghilang nurun, ambang rasa nyeri manula juga lebih tinggi. Analgetika
dan lidah tampak atrofik. Perubahan ini biasanya karena akan lebih efektif bila di kombinasi dengan sedatif. Demikian
defisiensi makanan dan berkurangnya sirkulasi: Berkurangnya juga anestetika lokal, sebaiknya diberikan dalam konsentrasi
saliva mengakibatkan bagian lidah yang berkontak dengan gigi yang lebih rendah dan dosis total yang lebih kecil. Vasokon-
atau gigi palsu lebih mudah cedera. Sering terdapat glosodinia striktor untuk anestetika lokal dipakai dalam konsentrasi ter-
dan glosopirosis yang sukar dijelaskan fisiopatologinya. kecil yang masih efektif (konsentrasi 1/200.000).
Pada pasien manula yang sering meminum obat barbiturat Pemberian antibiotika secara rutin setelah tindakan pem-
mungkin terlihat mukosa yang eritematosa, ulseratif atau bedahan di mulut sangat perlu, karena daya tahan pasien ter-
bergelembung (bullous). hadap infeksi sudah menurun.
Sebelum memberikan obat apapun, harus diketahui lebih
Perubahan alat-alat untuk mengunyah
dulu obat-obat apa yang sudah diminum oleh pasien, agar dapat
Daya gigit menurun dari 150 kg/inci persegi menjadi 25
dicegah terjadinya interaksi obat yang tidak diinginkan.
kg/inci persegi. Akibatnya sistem lambung usus harus bekerja
lebih berat.
KESIMPULAN
Bila gigi tiruan yang dipakai jarang di servis untuk pe-
Masalah usia lanjut dalam praktek kedokteran gigi tidak
nyesuaian terhadap atrofi jaringan penyangga, kemampuan
dapat dipisahkan dari penurunan fungsi semua organ dalam
mengunyah/mastikasi akan menurun.
tubuh manula, disamping perubahan mental dan emosional.
Sering terjadi pertambahan populasi Candida albicans,
Dengan pendekatan pribadi yang lebih erat disertai pe-
terutama di bawah gigi tiruan penuh. Hal ini mungkin mem-
ngetahuan tentang perubahan fisiologi yang terjadi pada
bantu timbulnya luka-luka di mulut akibat gigi tiruan.
manula serta memandang pasien sebagai suatu keutuhan maka
Fokus infeksi pada manula pengobatan akan lebih berhasil.
Bila suatu sumber fokus infeksi dibuang, tidak akan segera
tampak perbaikan. Oleh karena itu pencabutan gigi yang
diduga merupakan fokus infeksi harus dipertimbangkan secara KEPUSTAKAAN
lebih baik, mengingat fungsi mastikasi akan semakin menurun 1. Mauler M. Geriatric dentistry: The problem. J Prosthet Dent 1978; 40 :
bila gigi berkurang. 324-325.
Akibat dari perubahan perubahan tersebut di atas, manula 2. Uhler I V. Oral surgery and the geriatric patient. Journal of oral
cenderung menjadi kekurangan makan karena manula tersebut surgery, anesthesia and hospital dental service. 1962; 20 : 129-136.
3. Burket L W. Gerodontics. Dalam Oral Medicine, Diagnosis and
cenderung hanya memakan makanan tertentu saja (yaitu yang treatment. 6th ed. Philadelphia: J.B. Lippincott Company. 1971.
mudah dikunyah dan ditelan). Apa lagi bila disertai perubahan hal. 545-549.
mental dan emosional pasien manula.

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 31


Beberapa Informasi dan Masalah
Penyakit Infeksi Pernapasan

Dra. Misnadiarly
Pusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan R.L Jakarta

PENDAHULUAN hemolitik kelompok A, tetapi kadang-kadang juga oleh strep-


Penyakit respiratori infeksi, atau acute respiratory infection tokokus tipe lain terutama kelompok B pada neonatus. Infeksi
(ARI), akhir-akhir ini masih merupakan masalah dengan priori- pernafasan disebarkan secara droplet. Gejala sakit kerongkong-
tas yang besar. Tujuan dari program ARI adalah mereduksi an yang disebabkan oleh streptokok : masa tunas. satu sampai
angka kematian pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. Paling enam hari. Dalam bentuk khasnya manifestasi infeksi ini ialalr
penting bahwa respiratory syndrome, menggambarkan ancam- permulaan yang mendadak dengan demam, sakit kerongkong-
an dengan tidak segera pada anak-anak hidup adalah, pneu- an, sangat nyeri waktu menelan, kelenjar limfa leher membesar
monia, bronkhiolitis dan penyakit laringitis . Di antara ini, dan nyeri, malaise dan nausea .
semua pneumonia meliputi influenza dan bronkopneumonia Sebagian besar spesies streptokokus merupakan flora
mempunyai pengaruh terbanyak pada penyebab kematian 1 . normal dalarn rongga mulut, saluran nafas bagian atas, usus
Bronkopneumonia disebabkan oleh virus morbili, pnemokok, besar dan saluran genital wanita. Streptokokus yang dapat
streptokok, stafilokok dan H influenza2 . Jadi ARI dapat menyerang saluran nafas bagian atas adalah : S. equisimilis dan
disebabkan oleh virus, bakteri, salah satu atau keduanya se- S. hemolitik, tetapi jarang menyebabkan penyakit pada
kallgus (komplikasi). Dengan demikian untuk mempertajam manusia.
diagnosa ARI disebabkan oleh kuman yang mana, diperlukan Dari sputum sebagai bahan yang berasal dari radang
banyak pengetahuan, informasi serta pengembangan penelitian. saluran nafas bagian bawah, penyebab radang terbanyak,
Tulisan ini dibuat untuk memberikau beberapa informasi streptokokus gol D, enterokokus, kemudian gol B dan C, dan
tentang ARI yang dimaksud di atas. gol A tidak dijumpai. Gol D enterokokus merupakan penyebab
dari radang saluran nafas bagian bawah, mungkin disebabkan
KUMAN-KUMAN PENYEBAB DAN PENGINFEKSI karena golongan ini termasuk flora normal dalam rongga
PADA ARI mulut, yang dapat bersifat patogen pada keadaan daya tahan
Adenovirus dapat menyebabkan gejala acute undifferen- menurun.
tiated respiratory disease, nonstreptococci, exudatuve paryn- Menurut Usman Chatib Warsa 3 streptokokus grup A
gitis, pharyngoconjuctivae fever, primary atypical pnemonia sering menyebabkan penyakit infeksi saluran nafas bagian
dan keratokonjungitivitis. Maka menanggulangi penyakit- atas, juga sangat berperan di dalam penyakit non-sufuratif
petiyakit infeksi bronchoalveolar baik yang akut maupun yang sebagai lanjutan/ sekuele dari infeksi saluran nafas bagian atas,
menahun (kronis) diperlukan pengetahuan mengenai flora berupa : demam akut dan ,glomerulonefritis, akut. Grup C,
bakteri saluran nafas bagian bawah2 G, F, dapat menimbulkan infeksi saluran nafas bagian atas
yang sporadik, tetapi tidak menimbulkan sekuele yang non
Infeksi Stafilikok
sufuratif. Grup B, kadang-kadang menyebabkan sepsis neona-
Pada 50% dari orang dewasa sehat, secara normal dapat
torum dan meningitis, juga STD (Sosial Transmitted Disease).
ditemukan stafilokok koagulase positif di nares anterioses2
Grup D- enterokokus dapat menimbulkan endokarditis
Sakit kerongkongan karma infeksi streptokok bakterialis sub akut. Sedang viridans dan non hemolitik strep-
Infeksi ini biasanya disebabkan oleh streptokokus beta- tokokus merupakan flora normal badan dan menimbulkan

32 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


penyakit hanya apabila ada kerusakan jaringan. ARI DI INDONESIA
Data-data statistik insidensi penyakit streptokokus di Survei rumah tangga nasional di Indonesia pada tahun
negara sedang berkembang masih sangat jarang. Terutama data 1980, menunjukkan bahwa 22,1% dari 28,2% angka kematian
yang mencakup penelitian serentak, klinik, bakteriologik, anak berusia (0–1) dan (1–4) tahun 22,1% disebabkan infeksi
serologik dan histopatologik. pernafasan.
Menurut suatu studi prospektip dari angka kematian pada
Pelbagai infeksi virus pada alat pernafasan bagian atas anak berusia (0–4) tahun menunjukkan bahwa yang disebabkan
Gejala klasik seperti penyumbatan hidung dē'ngan penge- pneumonia (radang paru-paru) terhitung 22,0% dari semua
luaran sekret, sakit kerongkongan, berbagai penyakit seperti kematian. Di antara 18% dan 70% dari pasien yang diantar
batuk dan malaise dapat disebabkan oleh sejumlah virus segerti pakai ambulan ke Rumah Sakit .adalah penderita ARI. Di
rinovirus, virus parainfluenza, haronavirus, respiratory antara 7,5% dan 40% dari kasus di Rumah Sakit menderita
syncytial virus. Biasanya tidak ada demam kecuali pada anak- ARI, dan kasus kematian berkisar antara 3,4% – 29%, adalah
anak. Infeksi sekunder bakteri dapat menyebabkan otitis media penderita ARI. Lebarnya jajan (range) ini memberi contoh
atau sinusitis terutama pada anak-anak2 pengaruh yang bervariasi pada pelayanan kesehatan, kemiskin-
an, kebodohan, dan lain-lain. 33% dari anak-anak Indonesia di
Hal lain-lain bawah usia 5 tahun kekurangan protein. Xeropthalmia, Measles
Menurut Amirullah Rambey 4 pada penyakit bronchoal- dan Diphtheria merupakan problem (masalah) penting dan
veolus ditemukan kesulitan-kesulitan untuk menentukan kontinu 1
ketepatan, diagnosa etiologi, oleh karena kuman-kuman yang Imunisasi, adalah membantu dalam menekan angka ke-
mungkin patogen pada saluran nafas bagian bawah kadang- sakitan dan kematian dari Diphtheria, Pertusis dan Measles,
kadang terdapat sebagai flora bakteri normal di dalam rongga dan tentunya sekaligus sesungguhnya menyokong meliputi
mulut dan tenggorokan (Fossich 1977, Jawesten 1966, Balley penurunan angka kesakitan dan angka kematian ARI 1 .
1970, Dulfono 1973 dan Slamet Djais 1978). Menurut Fossich Menurut A. Munandar dan L. Chandra Leksana2, Pertusis
dan kawan-kawan 1977 4 kuman-kuman yang mungkin patogen disebabkan Haemophilus pertusis, yang biasanya terdapat pada
di saluran nafas bagian bawah adalah : Streptococcus cilia epitel torak selaput lendir bronkus dan bronkiolus.
pneumonia, Staphylococcus aureus, Streptococcus beta
hemolyticus, basil 'gram negatif. Sedangkan menurut Balley BEBERAPA RISET YANG DIPERLUKAN MENURUT
dan kawan-kawan 1970, adalah : Pneumonococcus, Klebsiella WHO
pneumonial, Staphylococcus aureus, Coliforms, Haemophilus Riset pada program pengambangan dan evaluasi antara lain :
influensa, pseudomonas, Proteus spc. • Operasional trial untuk evaluasi feasibility (kelayakan)
Kuman-kuman yang mungkin patogen pada saluran nafas dan strategi stated case management, imunisasi-dan edukasi
bagian bawah yang paling banyak ditemukan pada bilasan kesehātan dan untuk menentukan efektivitas dalam me-
bronkhus ialah : Pseudomonas aeruginosa, coliforms, Strep- reduksi angka kematian anak yang disebabkan oleh ARI.
tococcus beta hemolyticus, Klebsiella pneumoniae, Staphylo-
coccus aureus. Dari hasil biakan bilasan bronchus ditemukan :
Streptococcus alfa hemolyticus deissenia dan Diphteroid.
Menurut Bartlest 1976, dan Yordan 1978, ditemukannya
Streptococcus alfa hemolyticus dan Neisseria catarrhalis dan
kuman-kuman lain yang tidak patogen pada saluran nafas
bagian bawah di dalam bilasan bronkhus disebabkan oleh
karena pencemaran dari flora bakteri rongga mulut dan teng-
gorokan sewaktu ujung alat pengambil bilasan bronchus (BFO)
diliwatkan.

MASALAH STREPTOKOKUS DI DUNIA


Streptokokus patogen pada manusia ditemukan pada se-
luruh daerah beriklim di dunia. Data yang berguna pada insiden
infeksi memberikan petunjuk, bahwa kuman ini adalah salah
satu dari keluarga penyakit bakteriasis pada manusia pada
daerah beriklim tropic, subtropik, dan menurut sejarah
kehidupannya, di mana-mana merupakan masalah ekonomi.
Pada daerah beriklim sedang, 30% atau lebih dari `populasi,
adalah korban streptokokus pelabuhan. Streptokokus hemolitik
beredar (terdapat) di antara populasi dan menimbulkan infeksi
akut dengan kejadian sporadis atau epidemik 5

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 33


• Penilaian dari pendidikan (hubungan ARI dengan nilai suatu keluarga dari ARI.
pendidikan ibu).
• Menentukan nilai dari spesifity dan sensitivity dari tanda-
tanda/gejala, dalam diagnosa dan prognosa dari ARI, ini PEMBICARAAN
meliputi atau mendukung dipergunakannya sinar X, hasil Karena penyakit ARI, merupakan penyakit penyebab
laboratorium dan pemeriksaan klinik. kematian pada anak-anak di bawah usia 5 tahun, masih banyak-
• Penentuan dari adanya faktor-faktor penyebab dari nilai nya masalah penyakit ini di Indonesia, ataupun di dunia, masih
sensitivitas dalam pernilihan derajat jenis dari obat-obat sukarnya diketahui oleh kuman-kuman mana sajakah
antimikroba, untuk memberi keterangan dan rekomendasi penyebabnya, apabila dalam pemeriksaan laboratorium sekali-
dalam industri. gus diketemukan banyak jenis kuman/pasicn. Sedangkan
• Riset mengenai pengarahan praktis dalam managemen kuman-kuman tersebut ada juga yang terdapat pada orang
pada tingkatan yang bervariasi dalam pelayanan kesehatan, sehat, maka perlu penelitian yang seksama, guna memecahkan
yang meliputi Ibu-ibu. masalah ini. Dalam memilih penelitian bidang ini, sebal7cnya
Dalam akan dimulainya suatu riset Nasional timbul pertanya. berpedoman pada yang dianjurkan WHO, dan disesuaikan
an-pertanyaan sebagai berikut, yang meliputi antara lain(1) : dengan keadaan Indonesia.
1. Apakah pemilihan obat-obat untuk pemulihan kesehatan
KEPUSTAKAAN
tingkat primer memiliki sensitivitas untuk mengatasi ARI,
dan efektif mereduksi angka kematian. 1. Acute Respiratory Infections, in. South–East Asia. Searo Tbchnical
2. Apakah pengetahuan Ibu-ibu berpengaruh pada prilaku Publication No 8, World Health Organization, New Delhi: 1986.
dalam berhadapan dengan ARI pada anak-anak mereka. 2. A Munandar, L Tjandra Leksana. Pedoman Pengobatan, Penerbit
Medipress, Jakarta: 1979.
3. Dengan elemen-elemen program apakah dapat d%apai 3. Usman Chatib Warsa. Perkembangan Streptokokus di Raglan
reduksi angka kematian. Milcrobiologi FKUI, Jakarta, Bag Mikrobiologi FKUI (Simposium Infeksi
4. Anak-anak yang mana yang punya resiko terbesar dari Streptokokus di Jakarta, 22–10–1983).
penderita, ARI. 4. Amirullah Rambey, Penelitian basil pemeriksaan mikrobiologik
bilasan bronkhus yang diperoleh dengan bronkhoskop "Fiber
5. Berfaedahkah vitamin A sebagai pelengkap menurunkan optic", Kongres Nasional ke II. Ikatan Dokter Paru Indonesia,
resiko yang tinggi dalam populasi ARI. 1988.
6. Sejauh manakah pengaruh faktor kemiskinan, Imunitas, 5. J Rotta, RR Facklan. Manual of microbiological diagnostic methods for
kegunaan menabung, dan lain-lain dapat membebaskan Streptococal infections and their sequelae, WHO/BAC/8.

34 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


Batu Ginjal

Dr. Jarot Hariyanto


Rumah Sakit Pertamina, Pangkalan Brandan

PENDAHULUAN kan. Pada urin normal sendiri dijumpai satu atau beberapa zat
Batu ginjal sudah lama dikenal. Bahkan pada mummi di penghambat (fisiologis) yang mencegah terjadinya kristalisasi
Mesir 5000 tahun SM sudah dijumpai. Dari sejarah telah di- zat yang ada sehingga tak terbentuk batu. Diperkirakan dengan
catat bahwa banyak tokoh dunia yang menderita penyakit ini, membentuk suatu komplek yang selalu larut dalam urin. Zat
seperti Napoleon, Newton, George IV dan lainnya. penghambat tersebut adalah magnesium pirofosfat, sitrat dan
Kadangkala batu ginjal akan menimbulkan gangguan yang penghambat peptida. Zat-zat inilah yang mencegah
ringan sampai yang berat. Atau bahkan tanpa ada gangguan perkembangan batu pada area kalsifrkasi pada papilla ginjal
sama sekali. Oleh karena itu pengenalan terhadap kemungkinan (Randall's plaque) dari kristal tunggal atau agregatagregat kecil
adanya ,patu ginjal perlu diketahui sedini mungkin, agar. lain, yang umum terdapat pada urin, untuk kemudian
apabila diduga ada kelainan segera ditangani secepat mungkin berkembang menjadi besar dan menempatkan diri pada sistem
untuk mengurangi pemborosan. pelvikalik ginjal untuk kemudian menjadi batu.
Perubahan pH urin atau adanya kolloid lain akan menye-
EPIDEMIOLOGI babkan terjadinya pengendapan. Asam urat, xanthine, sistin
Insidensi batu ginjal pada negara sedang berkembang dan dapat larut lebih banyak di dalam urin alkalis. Kalsium oksalat
negara sudah maju berbeda. Banyak faktor yang mempenga- hampir tak dapat larut pada pH urin berapa pun. Kalsium fosfat
ruhi, antara lain industrialisasi, urbanisasi, derajat ekonomi dan dan triple fosfat kurang larut jikapH urin alkalis.
social. Di samping itu faktor jenis kelamin, ras, pekerjaan, Adanya infeksi, stasis urin, hipersekresi zat tertentu seperti
ildim juga mempengaruhi insidensi batu ginjal. Pernah kalsium, fosfor, oksalat, asam urat dan sistin juga bisa
dilaporkan bahwa pada musim panas kasus batu ginjal, khusus- menyebabkan terjadinya pengendapan. Pada infeksi misalnya,
nya batu jenis kalsium dan oksalat, kasusnya meningkat di akan dijumpai suatu ulserasi yang mana hal ini akan menjadi
daerah Eropa. Pada muslin itu kasus kolik ginjal meningkat. nidus dari batu. Keadaan seperti gumpalan atau jendalan darah
Kasus ini lebih banyak diderita oleh laki-laki dari perem. dalam ginjal atau kelompokan bakteri, yang mana sering terjadi
puan. Disebutkan ratio antara 3:1. Terdapat kecenderungan pada stasis urin atau infeksi, akan menjadi nidus dari batu.
familier. Pada bangsa kulit hitam lebih sering terkena daripada Di samping itu, kelainan pada anatomis ginjal sendini se-
bangsa kulit putih, hal ini ada hubungannya dengan faktor diet. perti sponge kidney, horseshoe kidney ataupun adanya defek
Umur yang sering terdapat penyakit ini, pada anak-anak ldi lokal dari kalik glnjal atau penyumbatan, bisa menyebabkan
bawah 5 tahun sedang pada dewasa sekitar umur 30 – 50 tahun. tiinbulnya nidusiatu karena kelainannya tersebut.
Batu ginjal lebih sering diketemukan pada ginjal sebelah kanan Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya batu :
jika dibanding dengan ginjal sebelah kid, dimana 15 – 20% a. Faktor di luar urin
didapatkan bilateral. – diet, misalnya diet yang banyak mengandung oksalat.
– intake cairan ke dalam tubuh, sehingga diduga adanya
PATOGENESIS dehidrasi berpengaruh terhadap pembentukan batu pada
Dengan pemeriksaan yang teliti pada pnderita dengan batu daerah tropis.
akan dapat ditunjukkan faktor penyebabnya pada 40–50% – familier, khususnya untuk terbentuknya batu sistin.
kasus. Teori terjadinya batu ginjal masih belum dapat dipasti- – ras.

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 35


– trauma. nimbulkan gejala.
b. Faktor dalam urin : Anamnestis akan ditemui adanya sakit pinggang/pinggul,
– infeksi pada ginjal. di mana rasa sakit pinggang yang menjalar ke inguinal dan
– kelainan aliran urin sehingga terjadi stasis. skrotal atau riwayat pernah mengeluarkan batu. Atau riwayat
– komposisi urin. kencing berdarah. Riwayat keluarga dengan batu ginjal dan
– kejenuhan urin. pada usia berapa terdapat gejala batu ginjal mulai tampak.
– reaksi keasaman urin. Riwayat sakit sebelumnya, apakah pernah mengalami patah
tulang dan imobilisasi yang cukup lama. Riwayat sakit saluran
JENIS BATU
kencing. Riwayat diet tinggi vitamin D, susu dan alkali.
a. Menurut komposisi kimia
Pemeriksaan fisik diagnostik biasanya tak dijumpai adanya
– batu urat; radiolusen, mudah mengalir ke dalarn vesica
kelainan yang khas. Terkecuali apabila ada infeksi pada ginjal,
urinaria, dijumpai pada urin dengan suasana asam.
maka akan dijumpai adanya nyeri ketok pada daerah angulus
Serihg dijumpai pada pasien yang mendapat terapi zat
kostovertebralis. Mungkin dijumpai adanya renal tenderness,
uricosuric, intake purin yang tinggi baik sekunder atau
atau mungkin ada pembengkakan dari abdomen.
idiopatik, pasien yang mendapat terapi antikanker yang
Laboratoris yang paling sederhana adalah pemeriksaan
menyebabkan perusakan jaringan/sel, sehingga terjadi
urin midstream, yang kemudian dilakukan pengendapan
kenaikan ekskresi asam urat, pada penyakit myelopro-
dengan pemusingan. Dari hasil endapan ini akan dijumpai
liferative.
adanya kristal zat tertentu, butir darah baik leukosit atau
– batu garam oksalat; kecil, keras, berlapis, bentuk seperti
eritrosit, dan kadangkala bakteri. Urin midstream ini sebaiknya
jarum dan dijumpai pada urin dengan suasana netral.
dibiakkan. dan dilakukan sensitivitas tes untuk penanganan
Dijumpai pada pasien dengan oksaluria, baik kongenital
lebih lanjut.
maupun familier, pada reseksi ileum, anestesi dengan
Pemeriksaan kimia darah meliputi kandungan fosfor, fos-
metoksifluran dan orang dengan diet oksalat yang tinggi.
fatase alkali, total protein dan albumin, asam urat, kreatinin,
– batu fosfat; mudah pecah dan dijumpai pada urin
dan elektrolit. Semuanya itu dimaksudkan untuk mencari
dengan suasana basa.
adanya penyakit yang menumpangi timbulnya batu ginjal,
b. Menurut ada tidaknya kalsium :
seperti hiperparatiroid, renal tubular asidosis tipe I, gout,
– batu yang mengandung kalsium, seperti batu kalsium
myeloproliferative disease dan yang lainnya. Pemeriksaan lain
oksālat, kalsium fosfat. Biasa dijumpai 'pasien dengan
yang tak kalah pentingnya adalah pemeriksaan rontgen, yaitu
hiperkalsiuria idiopatik, renal tubular acidosis, hiper-
fotopolos abdomen danpielografi. Kadangkala perlu dilakukan
paratiroid primer, intake vitamin D berlebihan, intake
retrograde urogram untuk mengetahui adanya sumbatan atau
susu berlebihan, sarkoidosis, penyakit dengan kerusakan
memastikan adanya batu yang radiolusen.
pada tulang (tiroksikosis, ekses dari kortikosteroid),
immobilisasi yang lama.
DIAGNOSIS BANDING
– batu tanpa kalsium, misalnya batu sistin yang biasanya
Penyakit ini perlu dibedakan dengan pielonefritis akut,
dijumpai riwayat familier.
tumor ginjal, Tuberkolosis ginjal dan infark ginjal.
c. Menurut asal batu :
– batu endogen, yang terjadi karena hasil metabolisme.
– batu eksogen, yang akibat benda asing. TERAPI
d. Menurut kejadian batu : Batu yang kecil akan lepas dengan sendirinya.
– batu primer, tak mempunyai nidus, terjadi pada urin Tindakan operatif kadang diperlukan untuk beberapa ke-
yang steril dan berbentuk lapisan yang radier. adaan, seperti : batu yang besar aseptik, batu pada pelvik renal
– batu sekunder, mempunyai nidus, berlapis-lapis dan ke- dengan infeksi atau stasis urin, batu yang kecil tetapi
banyakan pada urin non steril. menyebabkan piuria dan sakit yang rekuren, batu yang me-
nempati kalik ginjal bagian bawah, sehingga mengganggu
DIAGNOSIS drainase dan menyebabkan pembengkakan, staghorn kalkuli.
Kadangkala batu ginjal ini tanpa keluhan sama sekali. Untuk tindakan operatif ini kita perlu perhatikan : usia, keadaan
Maka tak jarang kelainan ini ditemukan secara kebetulan pada umum pasien, anatomi dan fungsi ginjal, batu septik atau
pemeriksaan rutin tahunan atau pada pembuatan, foto polos aseptik, jumlah batu, ukuran batu dan posisi batu.
abdomen untuk keperluan lain. Kejelian seorang klinisi ber- Panting pula di sini untuk menangani adanya infeksi secara
peranan panting sekali apabila sudah timbul kecurigaan adanya tuntas dengan antibiotika yang adekuat.
kelainan ini.
Pada penderita kolik ginjal karena batu, maka kemungkin-
an hal ini terjadi sumbatan pada ureteropelvik dalam kalik PROGNOSIS
ginjal, yang mana terjadi distensi parenkim dan kapsul ginjal. Umumnya prognosisnya baik apabila tak ada sumbatan
Hal ini menyebabkan hiperperistaltik dan mengejangnya otot- dan infeksi bisa ditanggulangi.
otot polos pada pelvik dan kalik ginjal yang akan menimbulkan
rasa nyeri mendadak dan intermitten pada daerah angulus
kostovertebralis, yang menjalar ke inguinal dan skrotal. Apa- KESIMPULAN
bila batu. masih merupakan Randall's plaque, tak akan me- Telah dibicarakan mengenai batu ginjal, tentang epidemio-

36 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


logi, patogenesis, diagnosis dan terapi. delphia: WB. Saunders Comp, 1968.
4. Dunphy JE and Way LW (ed). Current Surgical Diagnosis and Treatment,
Dikarenakan gejala klinis kadang tidak tampak pada kasus 5th ed., Los Altos: Lange Medical Publication, 1981.
batu ginjal, maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yang 5. Friedman H (ed). Problem Oriented Medical Diagnosis, 2nd ed., Tokyo:
lengkap dan teliti apabila dicurigai ada batu ginjal. Terlihat dari Medical Sciences International, 1982.
patogenesis, kelainan ini bisa dicegah dan dihindari dengan 6. Krupp MA and Chatton MJ (ed): Current Medical Diagnosis and
Treatment, Singapore: Maruzen Asia Edition, 1984.
memperhatikan diet harian dan mengurangi intake zat-zat 7. Mayor G and Zingg EJ. Urology Surgery, Stuttgart: Georg Thieme
tertentu. Publication, 1976.
KEPUSTAKAAN 8. Northrup RS (ed). Pedoman Pengobatan, Yogyakarta: Penerbit Yayasan
Essentia Medica, 1979.
1. Baried Ishom et al. Penatalaksanaan Penderita Batu Ginjal Di Bagian 9. Schwartz SI (ed). Principles of Surgery, 3th ed., Singapore: Mc Graw Hill
Ilmu Bedah RS UGM Yogyakarta, dalam Kumpulan Naskah Kursus International Book Company, 1982.
Penyegar Nefrologi, FK UGM, Yogyakarta, 1976. 10. Smith DR. General Urology, 9th ed., Los Altos: Lange Medical
2. Burton BT. Human Nutrition, 3rd ed., New York: Blakiston Publication, Publication, 1978.
1976. 11. Weatherall DJ et al. Oxford Textbook of Medicine, Oxford University
3. Davis L (ed). Christipher's Text'Book of Surgery, 9th ed., Phila Press, 1985.

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 37


Pola Preskripsi Psikotropika Pada
Beberapa Apotek Swasta di DKI
Jakarta, Tasikmalaya dan Serang
Ellen Wijaya, Retno Gitawati, S.R. Muktiningsih
Pusat Penelitian & Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta

ABSTRAK lakukan oleh dokter spesialis lain dan dokter umum5.


Kecenderungan perubahan gaya hidup akibat perubahan Berdasarkan penelitian di ataas, maka telah dilakukan pe-
sosial yang cepat sebagai konsekuensi modernisasi, membawa nelitian mengenai pola preskripsi psikotropika di beberapa
perubahan pada pola penyakit dalam masyarakat. Dalam hal ini apotik dengan tujuan untuk mengetahui jenis dan jumlah
ganggsan kesehatan jiwa nampaknya cenderung meningkat psikotropika yang dipreskripsi, dokter penulis resep dan
dengan perubahan gaya hidup tersebut. Oleh karena itu dokter- distribusi umur pasien yang diberi preskripsi psikotropika
dokter akan makin sering menulis preskripsi psikotropika. tersebut.
Survei ini bertujuan untuk mengetahui pola preskripsi
psikotropika yang ditulis oleh dokter umum maupun spesialis. METODA
Survei dilakukan pada 6 apotik di 3 daerah : DKI Jakarta, Penelitian bersifat studi eksploratif, dilaksanakan secara
Tasikmalaya dan Serang. Pada tempat-tempat tersebut terdapat retrospektif terhadap resep-resep yang mengandung psiko-
fasilitas Kesehatan Jiwa. Survei bersifat retrospektif terhadap tropika. Penelitian dilakukan pada 6 buah apotik di daerah
data resep tahun 1983, dilakukan selama 3 bulan. DKI Jakarta, Tasikmalaya, dan Serang. Ke-3 daerah diambil
Jumlah resep umum yang dikumpulkan sebanyak 7921 berdasarkan adanya fasilitas kesehatan jiwa di daerah-daerah
lernbar. 34,04% (2696 lembar) merupakan resep psikotropika tersebut. Sampel resep yang dikumpulkan berupa resep-resep
yang mengandung 13.332 jenis preparat umum. Dari 13.332 yang mengandung psikotropika yang dipilih dari resep umum.
jenis preparat, 16,30% (2173 jenis) merupakan obat golongan Jumlah resep urrium yang dikumpulkan sebanyak 7920 lem-
psikotropika dalam bentuk sediaan tunggal, berasal dari 33 bar6 .
nama generik. Pengambilan sampel dengan cara multistage proportional
Keadaan di atas merupakan gambaran pola preskripsi systematic random sampling, yaitu diambil resep-resep dari
psikotropika yang untuk selanjutnya dapat dibandingkan bulan Januari, April, Juli dan Oktober tahun 1983, dan di-
dengan keadaan beberapa tahun mendatang. laksanakan selama 3 bulan. Dari; resep yang mengandung
psikotropika dicatat data mengenai sebagai berikut :
PENDAHULUAN – jenis dan jumlah psikotropika yang dipreskripsi
Penggunaan obat psikotropika akhir-akhir ini makin banyak – jenis keahlian dokter yang menulis preskripsi
dibicarakan..Hal ini terutama disebabkan oleh makin mening- – lama pemberian, umur pasien
katnya penggunaan obat tersebut1,2,3. Data terinci mengenai – jenis preskripsi psikotropika
pola preskripsi obat psikotropika di Indonesia belum ada, akan Pengolahan data dilakukan secara manual dan elektronis
tetapi untuk melihat kenyataan bahwa penggunaannya sudah dengan menggunakan komputer.
cukup tinggi, sepintas dapat dilihat pada hasil penelitian
Wilmana dkk, dimana didapatkan angka 8,6% untuk pemakai- HASIL
an psikotropika yaitu sedativa dan tranquilizer4. Sedangkan Jumlah resep umum yang dikumpulkan adalah sebanyak
pada survei pola penulisan resep benzodiazepin di Jakarta 7920 lembar, dari jumlah ini didapatkan 2969 lembar resep
(tahun 1980) didapatkan angka 10,40% resep yang mengan- yang mengandung psikotropika (34,04%).
dung benzodiazepin dari seluruh resep yang diteliti, dan pre- Jenis obat generik yang tercakup dalam penelitian ini ada
skripsinya selain dilakukan oleh dokter spesialis jiwa juga di- 23 kelompok/kelas terapi, terdiri dari ± 661 jēnis preparat

38 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


umum dan ± 38 jenis preparat psikotropika. Dari 2696-lembar Preskripsi seluruh psikotropika terbanyak diberikan oleh
resep psikotropika didapatkan 13332 jenis preparat umum dan dokter umum (59.60%), terutama untuk derivat benzodiazepin
2173 jenis preparat (16,30%) psikotropika tunggal, seperti (41,00%) dan barbiturat (47,95%), seperti terlihat pada Tabel 3.
terlihat pada Tabel 1. Ahli Kesehatan Jiwa banyak menulis derivat fenotiazin
(31,58%) dan benzodiazepin (28,07%), sedangkan Ahli Ke-
Tabel 1. Distribusi frekuensi jenis preparat menurut klasifikasi farma- sehatan Anak terbanyak menulis preskripsi derivat barbiturat
koterapi yang dipreskripsi dalam "resep psikotropika" di 6
(92,98%) dari seluruh preskripsi psikotropika.
buah apotik.
Gambaran distribusi frekuensi preskripsi preparat psiko-
No. Janis preparat % tropika berdasarkan lama pemberiannya serta umur pasien
1. Psikotropika 2173 16,30 dapat dliihat pada Tabel-tabel 4 dan 5. Ternyata diperoleh
2. Analgeti-antipiretika 1701 12,76
3. Anti bakteri sistemik 1898 14,24 gambaran bahwa semua jenis derivat psikotropika sebagian
4, Obat penyakit saluran cerna 1479 11,09 besar menunjukkan lama pemberian antara 1–3 hari (76,82%)
5. Obat penyakit saluran pernapasan 1509 11,32 dan 4–5 hari (20,70%).
6. Vitamin, mineral, gizi lain 1414 10,61 Dari Tabel 5 secara umum dapat dilihat bahwa hampir semua
7. Anti alergi;/ anti histamin 849 6,37
8. Kortikosteroid-anti inflamasi 450 3,38 derivat dipreskripsi untuk pasien berusia di atas 12 tahun,
9. Obat penyakit SSP lain 323 2,42 kecuali derivat barbiturat paling banyak dipreskripsi untuk
10. Anti inflamasi nonsteroid/anti pirai 295 2,21 anak 0–1 tahun, yaitu mencapai sejumlah 34,6% preparat
11. Obat yang mempengaruhi darah, larutan derivat barbiturat.
elektrolit dan nulrisi 219 1,64
12. Obat penyakit kardiovaskuler 185 1,39 Dari tabel 6 , terlihat bahwa jenis preskripsi psikotropika
13. Anti parasit 166 1,25 terbanyak adalah jenis kombinasi tidak tetap antara
14. Anti infeksi lain 178 1,34 psikotropika dengan obat lain, yaitu 75,5%; kemudian kom-
15. Anti epilepsi-anti konvulsi 87 0,65 binasi tidak tetap antara sesama psikotropika bersama obat lain,
16. Obat penyakit kulit 108 0,81
17. Obat penyakit saluran kemih dan ginjal 78 0,59 yaitu 17,1%.
18. Obat pada penyakit mats 30 0,23 Sedangkan kombinasi antara sesama psikotropika, hampir
19. Obat pada penyakit mulut dan gigs 40 0,30 serupa jumlahnya dengan preskripsi psikotropika tunggal, yaitu
20. Hormon 27 0,20 masing-masing 3,4% dan 4,0%.
21. Obat pada penyakit THT 26 0,20
22. Obat miometrium 2 0,02 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut
23. Obat lain-lain 77 0,58
24 Tidak diketahui 18 0,14
Total 13.332 100,00

Preparat psikotropika digolongkan menurut penggolongan


dari WHO (1967), akan tetapi dalam penelitian ini golongan
psikostimulan dan psikodisleptika tidak dicantumkan, karena
golongan obat-obat tersebut tidak beredar dan kalaupun ada
Vdak digunakan untuk indikasi sebagai psikostimulan.

Tabel 2. Distribusi frekuensi preskripsi preparat psikotropika di 6


buah apotik.
Preparat psikotropika n %
A. Neuroleptika :
Derivat Fenotiazin 127 5,84
Derivat Butirofenon 22 1,01
Lain-lain 19 0,87 IV DISKUSI
Hasil penelitian menunjukkan 34,04% resep dari seluruh
B. Ansiolitika :
Derivat Meprobamat 18 0,83 resep umum yang dikumpulkan mengandung psikotropika.
Derivat Benzodiazepin 787 36,22 Resep psikotropika ini memuat 13332 jenis preparat obat,
Derivat Barbiturat 1128 51,91 dimana 16,37% daripadanya merupakan preparat golongan
Lain-lain 1 0,05 psikotropika dalam bentuk sediaan tunggal berasal dari 38
C. Anti Depresan : nama generik (label 1).
Trisklik dibenzazepin 71 3,27 Preskripsi psikotropika terbanyak adalah derivat barbiturat
Total 2173 100,00
51,91%, benzodiazepin 36,22% dan fenotiazin hanya 5,84%
Frekuensi preskripsi preparat psikotropika yang terbanyak dari seluruh preparat psikotropika yang dipreskripsi. Hasil ini
adalah derivat barbiturat, yaitu 51,91%, kemudian derivat tidak jauh berbeda dengan hasil survei pola penulisan resep
benzodiazepin 36,22%; sedangkan derivat fenotiazin hanya benzodiazepin di Jakarta (1980), dimana didapatkan angka
5,84% dari seluruh preparat psikotropika yang dipreskripsi. 10,10% resep yang mengandung benzodiazepin dari seluruh

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 39


Tabel 3. Distribusi frekuensi persentase preskripsi preparat psikotropika menurut jenis keahlian dokter resep yang diteliti5. Demikian
juga, hasil yang didapatkan oleh
% Preskripsi preparat psikotropika dengan jenis keahlian doktēr
Wilmana dkk. (1976) sebenyak
Preparat Psikotropika 8,6% obat yang dipreskripsi me-
Dokter Ahli Kew- Ahli Kese- Ahli Penya- Ahli Penya- lain-
umum hatan Jiwa hatan Anak kit Dalam kit Saraf Lain rupakan golongan sedativa dan
tranquilizer4.
A. Neuroleptika : Dilihat dari jenis kehalian
Derivat Fenotiazin 5,71 31,58. 4,09 3,85 16,07 2,61 dokter penulis resep, maka ham-
Derivat Butirofenon 0,85 10,53 0,00 0,00 7,14 0,29
Deriva t lain-lain 1,08 0,00 0,00 1,28 0,00 1,16
pir semua jenis psikotropika
B. Ansiolitika : terbanyak dipreskripsi oleh dokter
Derivat Meprobamat 0,62 3,51 0,00 1,28 1,78 1,74 umum, bahkan untuk golongan
Derivat Benzodiazepin 41,00 28,07 2,92 84,62 44,64 40,29 neuroleptika seperti derivat fe-
Derivat Barbiturat 47,95 8,77 92,98 3,85 17,86 49,57
Derivat lain-lain 0,08 0,00 0,00 0,00 – 0,00
notiazin yang merupakan obat
C. Anti-depresan.: anti psikotik nyata serta meru-
Trisiklik dibenzasepin 2,70 17,54 0,00 5,13 12,50 4,35 pakan salah satu jenis terapi
yang efektif dalam menanggula-
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 ngi gangguan mental, baik psi-
Catatan : Lain–lain : – Ahli kebidanan – Ahli penyakit jantung
kosa maupun neurosa7.
– Ahli bedah – Dokter gigi Walaupun dokter umum di
– Ahli paru–paru – Ahli penyakit /Wit dan kelamin. sini juga memerlukan penulis preskripsi terbanyak
– Ahli THT
untuk derivat benzodiazepin dan barbiturat, peng-
gunaannya masih dapat dimengerti; sebab kedua
Tabel 4, Distribusi frekuensi preskripsi preparat psikotropika per-oral dalam derivat ini (termasuk golongan ansiolitika) terutama
persentase berdasarkan lama pemberian: digunakan untuk terāpi simtomatik daripada untuk
Preskripsi preparat psikotropika dengan penyakit-penyakit psikoneurosis. Di samping itu juga
Preparat psikotropika lama'pemberian : digunakan sebagai terapi tambahan pada penyakit
1-3 hari 4-5 hari 6-7 hari 7 hari Total somatik yang didasari oleh perasaan kuatir dan
ketegangan mental8. Hal ini dapat lebih dipa-hami
A. Neuroleptika : bila kita lihat hasil pada Tabel 4 dan 5. Dengan
Derivat Fenotiazin 48,85 46,54 4,15 0,50 100,00 melihat lama pemberian dan umur pasien yang
Derivat Butirofenon 42,86 51,43 2,86 2,86 100,00
Lain-lain 78,95 21,05 0,00 0,00 100,00 mendapat preskripsi psikotropika, yaitu bahwa
B. Ansiolitika : golongan neuroleptika terbanyak dipreskripsi untuk
Derivat Meprobamat 52,63 47,37 0,00 0,00 100,00 pasien di atas 12 tahun (dewasa), sedangkan derivat
Derivat Benzodiazepin 66,80 29,32 3,01 0,87 100,00 barbiturat terbanyak diberikan untuk anak di bawah1
Derivat Barbiturat 90,94 7,85 0,60 0,60 100,00
C. Anti-depresan : tahun, maka hal pengguuaan di atas dapat dimengerti.
Trisiklik Dibenzasepin 43,96 54,95 0,00 1,10 100400 Dalam hal lama pemberian, sebagian besar me-
nunjukkan antara 1-3 hari dan 4-5 hari, berarti bahwa
76,82 20,70 1,76 0,73 100,00 lama pemberian obat-obat tersebut jauh berbeda
dengan yang lazim diberikan untuk indikasi
penyakitjiwa. Telah kita ketahui bahwa pada kasus

Tabel 5. Distribusi jumlah preparat psikotropika dalam persentase Tabel 6. Distribusi frekuensi jenis preskripsi psikotropika
berdasarkan umur pasien
dumlah
% Jumlah preparat dengan umur pasien Jenis preskripsi lumbar %
(tahun) : resep
Preparat psikotropika
lebih Tak ada I. Psikotropika tunggal 107 4,9
0 - 1 2-4 5-12
dan 12 keterangan II. Kombinasi psikotropika dengan
A. Neuroleptika . obat lain 2035 75,5
Derivat Fenotiazin 7,9 5,5 6,3 76,4 3,9 III. Kombinasi psHcotropika dengan
Derivat Butirofenon 0,0 0,0 0,0 100,0 0,0 psikotropika 93 3,4
Derivat lain-lain 0,0 0,0 5,6 88,9 5,6 IV. Kombinasi sesama psikotropika
B. Ansiolitika : bersama obat lain 461 17,1
Derivat Meprobamat 0,0 0,0 0,0 100,0 0,0
Derivat Benzodiazepin 1,7 1,3 2,2 89,8 5,1 Sub total 2696 100,0
Derivat Barbiturat 34,6 29,8 18,8 9,8 7,0
Derivat lain-lain 0,0 0,0 0,0 100,0 0,0 penyakit jiwa akut, perbaikan biasanya terjadi dalam waktu
C. Anti-depresan : 6-8 minggu, kasus kronilc membutuhkan waktu yang lebih
Trisiklik dibenzazepin 0,0 1,4 1,4 95,8 1,4
lama, umumnya 12-24 minggu sebelum penggantian obat

40 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


selanjutnya. Oleh sebab itu umumnya untuk kasus penyakit (dewasa) sedangkan golongan ansiolitik terutama derivat bar-
jiwa diberikan dalam jangka waktu lama (lebih dari 7 hari). biturat terbanyak diberikan untuk anak di bawah 1 tahun, yang
Pada penggunaan obat yang rasional. polifarmasi harus kemungkinan digunakan sebagai terapi tambahan pada
dihindari sejauh mungkin. Penambahan anti-depresān, anti- influenza yaitu sebagai sedativa (untuk mengurangi kegelisah-
ansietas dan obat-obat hipnotika untuk indikasi yang bukan an).
seharusnya akan membawa kerugian bagi pasien . Pada ke- Dari jenis preskripsi menunjukkan bahwa jenis preskripsi
nyataannya, jenis preskripsi psikotropika (Tabel 6) yang ter- kombinasi tidak tetap terbanyak diberikan, walaupun sekilas
tinggi adalah jenis preskripsi kombinasi tidak, tetap antara kombinasi serupa ini cenderung tidak menimbulkan efēk
psikotropika dengan obat lain. Dalam hal ini menunjukkan farmakologik yang merugikan.
banyaknya penggunaan obat yang sama, seperti adanya dua Hasil penelitian ini baru merupakan gambaran pola peng-
macam psikotropika yang salah-satunya sudah terdapat dalam gunaan psikotropika ditinjau dari sudut preskripsi; mengenai
campuran obat jadi. Walaupun kombinasi seperti ini cenderung sebab-sebab tingginya pemakaian dan alasan mengapa, untuk
tidak menimbulkan efek farmakologi yang merugikan. mengetahuinya maka perlu dliakukan penelitian yang lebih
mendalam dan terinci mengenai pola penggunaan yang di-
KESIMPULAN hubungkan dengan diagnosis.
Penelitian terhadap lebih dari 7920 resep umum dari resep-
resep yang berasal dari 6 buah apotik di daerah DKI Jakarta, KEPUSTAKAAN
Tasikmalaya dan Serang selama "4-bulan-musim" tahun 1983,
ternyata didapatkan bahwa 2696 lembar di antaranya mengan- 1. Data dan Informasi Keadaan serta Masalah Kesehatan, Dep. Kes. RI. 1980.
dung psikotropika. 2. Rencana Pokok Program Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan
(RP3JPK), Dep. Kes. RI. 1982.
Jenis psikotropika yang terbanyak dipreskripsi adalah go- 3. Santoso SO. Penggunaan Psikofarmaka pada Usia Lanjut, IKAFI, Jakarta,
longan ansiolitika, yaitu derivat barbiturat dan benzodiazepin; 1983.
sedangkan fenotiazin yang termasuk golongan anti-psikotik 4. Wilmana FP., dkk, Pola Penulisan Resep Antibiotika di Jakarta,
menduduki urutan ketiga. Hampir semua jenis psikotropika Simposium Antibiotika, Kalbe Farma, Jakarta, 1976.
5. Ravenger R. Survei Pola Penulisan Resep Benzodiazepin di Jakarta,
terbanyak dipreskripsi oleh dokter umum dengan kemungkinan Majalah Psikiatri, Desember 1980.
bahwa pemberian obat-obat tersebut tidak diindikasikan untuk 6. Snedecor CW dan Cohran WC. Statistical Method, 6th Ed. The Iowa State
penyakit jiwa, melainkan hanya sebagai terapi tambahan pada University Press, USA, 1967.
penyakit somatik yang didasari oleh rasa kuatir dan ketegangan 7. Amir HA dan Setyonegoro RK. Beberapa Penanganan Dasar Obafobat
mental. Antipsikotik, Majalah Psikiatri, Desember 1980.
8. Santoso SO dan Darmansyah I. Psikotropik dalam Gdh, Sulistia (Ed),
Bila dilihat dari umur pasien, golongan anti psikotik me- Farmakologi dan Terapi, edisi 2, Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta
mang terbanyak dipreskripsi untuk pasien di atas 12 tahun 19.80.
Perjalanan dan Perkembangan
Larva Necator Americanus
Pada Hamster

Siti Sundari Yuwono, Liliana, Harun, Basundari Sri Utami


Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan R.I., Jakarta

PENDAHULUAN 13 x 39 cm dan ditieri aquadest 15 cc agar kertas saring men-


Necator americanus (cacing tambang) termasuk nematoda jadi lembab. Kantong plastik digantung di tempat yang gelap
yang hidup sebagai parasit usus, mengisap darah yang dapat pada temperatur kamar. Pada hari ketiga terlihat larva dalam
mengakibatkan anemia, keletihan, menurunnya berat badan, stadium rhabditiform di kantong plastik, larva kemudian di-
dan rentan pada infeksi. pindahkan ke dalam tabung reaksi, larva akan berubah menjadi
Menurut Sen dan Seith (1967), bayi hamster yang berumur stadium infektif (L3), pada stadium ini larva siap digunakan
kurang dari satu minggu peka terhadap Necator americanus untuk percobaan.
dan dapat sebagai model karena larva dapat berkembang
Cara kerja :
dengan sempurna. Swarts dan Alicata (1934) menginfeksi
Untuk menentukan dosis yang tepat maka digunakan 18 ekor
guinea pig dengan Necator americanus tetapi tidak mengalami
bayi hamster diniana dibagi menjadi tiga grup, grup pertama
perkembangan setelah dua puluh empat hari infeksi. Orihel
diinfeksi dengan 250 larva, grup kedua diinfeksi dengan 500
T.C. (1971) menginfeksi monyet dengan Necator americanus
ekor larva dan grup ketiga diinfeksi dengan 1000 ekor larva.
tetapi tidak mengalami dewasa setelah empatpuluh dua hari
Setiap grup terdiri 6 ekor bayi hamster. Dalam menentukan
infeksi.
pengaruh lamanya inoculasi terhadap kemampuan penetrasi
Pada penelitian akan dilakukan penginfeksian bayi hamster
larva diperlukan 24 ekor bayi hamster dimana setiap grup ter-
yang berumur tiga hari dengan 250 ekor larva dengan metode
diri dari tiga ekor diinfeksi dengan 250 ekor larva dan per-
Sen (1967). Manfaat penelitian untuk menunjang penelitian
bedaan wāktn 30 menit, setelah itu bayi hamster dieuci, hasil
immunologi, membantu saat yang tepat dalam pengobatan dan
cuciannya dihitung larva yang tinggal, begitu seterusnya 60
pemberantasan serta untuk para ilmuwan yang membutuhkan.
menit, 90 menit, 120 menit, 150 menit, 180 menit, 210 menit
dan 240 menit. Untuk menentukan umur larva berapa yang baik
BAHAN DAN CARA KERJA
terhadap kemampuan penetrasi, diperlukan 6 grup dimana
Bahan : setiap grup terdiri 3 ekor bayi hamster. Bayi hamster diinfeksi
dengan 250 ekor larva dengan umur larva yang berbeda, umur
Hewan percobaan : Golden hamster berasal dari Bombay (Dr
larva satu hari, tiga hari, lima hari, sebelas hari, duapuluh lima
Sen). Hamster dikembangbiakkan pada Pusat Penelitian Pe-
hari dan enampuluh hari.
nyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehat-
300 bayi hamster berumur 3 hari difixir dengan adhesive
an.
tape secara bertahap kemudian pada bagian kulit abdomen di-
Larva : Larva didapat dari tinja penduduk yang bekerja di per- .
tetesi dengan 0,02 cc suspensi yang mengandung 250 ekor
kebunan karet, terinfeksi dengan Necator americanus dengan
larva dengan menggunakan ftnn pipet dan dijaga tetap basah
intensitas infeksi tinggi, dibiakkan dengan metode Harada Mod
selama percobaan, apabila kering ditetesi dengan aquadest hal
yang telah dimodifikasi (Kosin dkk, 1973), sebanyak 5 gram
ini dilakukan selama dua jam.
tinja dioleskan pada sepertiga tengah kertas saring yang ber-
Dua letter bayi hamster setiap hari diotopsi sampai hari ke 56
ukuran 10 x 25 cm, dimasukkan ke kantong plastik berukuran
setelah infeksi. Semua organ tubuh (jantung, ginjal, paru-paru
Dibawakan dalam Kongres dan Pertemuan Ilmiah Mikrobiologi dan colon, caecum, rectum, hati, lympa, otot tulang dada, oeso-
Parasitologi Kedokteran Ke-3 di Yogjakarta 28–30 September 1986. phagus trachea, usus halus) dipisah-pisahkan kemudian organ

42 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


tersebut dihancurkan dengan larutan, trypsin bebas Mg+Ca++ Tabel 3.
Evaluasi perjalanan dan perkembangan larva Necator americanus
0,05% untuk memudahkan mencari larva.
pada hamster

HASIL Hamster Cacing


Grafik perbedaan pertumbuhan berat badan pada hamster diinfeksi Umur
diotopsi lung heart lever trachea usus yang
dengan 250 ekor, 500 ekor dan 1000 ekor larva Necator americanus. (h)
(letter) didapat

1–2 4 32 10 13
3–4 10 1884 31 13
5–7 6 87 13
8–9 5 22 3 29 13/14
10–18 20 225 14
21 2 90 14/15
27 2 6 ls
35 2 9 dewasa
49 2 14 dewasa
56 2 33 dewasa

Umur larva tiga hari


Umur hamster 2 hari
Jumlah larva 250 ekor

menjadi larva empat. Setelah itu larva berubah sehingga dapat


dibedakan jantan atau betina, pada hari ke 21 setelah infeksi.
Pada grafik di atas terlihat bahwa grup I (diinfeksi dengan 250
Pada hari ke 27 setelah infeksi L4 sudah mengalami perubahan
larva) baik pertumbuhannya.
yang komplit. Setelah itu pada betina ditemukan telur yang
Tabel 1.
fertile dan unfertile dan kadang-kadang dapat keluar melalui
Pengaruh lamanya inoculasi terhadap kemampuan penetrasi larva faeces setelah lima minggu infeksi.

Lama inoculasi Larva yang menembus kulit


30 menit 30 %
60 menit 39,5%
90 menit 42,8%
120 menit 59,5%
150 menit 65,1%
180 menit 67,2%
210 menit 78,0%
240 menit 89,0%

Pada Tabel 1. terlihat bahwa makin lama inoculasi makin banyak larva
yang dapat menembus kulit.

Tabel 2.
Pengaruh umur larva terhadap kemampuan penetrasi larva
Gambar perkembangan larva pada tubuh hamster.
Umur larva (hari) Kemampuan menembus kulit
1 73,50%
3 64,0 %
5 56,2 %
11 48,8 %
25 30,0 %
60 0 %

Umur larva 1 hari mempunyai daya tembus yang tinggi, makin lama
daya tembus larva makin berkurang sampal setelah umur 60 hari daya
tembusnya 0 %.

(Lihat Tabel 3)
Pemeriksaan dilakukan di tempat lain tetapi tidak ditemu
kan larva. Dari tabel di atas terlihat bahwa larva selama berada
di paru-paru tidak mengalami perubahan sama sekali. Pada hari
kedelapan setelah infeksi larva berpindah menuju trachea
oesophagus, lalu ke ustls halus. Pada usus halus larva berubah Gambar rhabditiform filariform L3 tiga hari L3 empat hari L3 tujuh hari.

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 43


sudah dibuahi setelah enam minggu infeksi (hal ini didukung
oleh Sen dan Seith, 1970). Ogilvie et al (1975) menginfeksikan
necator americanus pada tikus dan girbil tetapi tidak sukses
pertumbuhannya. Ray et al (1972) menginfeksikan Necator
americanus pada mencit putih, larva empat ditemukan setelah
tujuh hari infeksi, tetapi setelah hari ke tigabelas hilang dari
tubuh tidak berkembang. Lancester (1968) juga menginfeksi
mencit, menemukan cacing dewasa jantan dan betina empat
ekor yang steril pada umur dua sembilan hari setelah infeksi.

KESIMPULAN DAN SARAN


Perjalanan dan perkembangan larva Necator americanus
berumur tiga hari menembus kulit kemudian mengikuti aliran
darah ke jantung, kemudian tinggal di paru-paru selama tujuh
Gambar L4 betina dan proses perkembangannya. hari, larva migrasi ketrachea, larynx, oesophagus dan tinggal di
usus halus, berkembang menjadi larva empat, larva lima dan
mengalami ecdysis sempurna setelah dua puluh tujuh hari se-
telah infeksi dan berproduksi telur setelah enam minggu
infeksi.
Saran untuk para peneliti yang akan melakukan penelitian
kembali cara mengembalikan bayi hamster pada induknya, bayi
hamster harus lebih dulu diletakkan pada kandangnya baru
induknya diletakkan, apabila induknya lebih dulu maka bayi-
bayi hamster akan dimakan oleh induknya.

KEPUSTAKAAN

1. Bridget M Ogilvie, Diane J, Mc Laren, MJ Worms. Studies with Necator


americanus Maintened in hamster: Nuclear Technicques in Helminthology
Research. International Atomic Energy Agency Vienna : 1975;59–60.
2. Kosin E, Torman LT, Saroso JS. Suatu cara yang sederhana untuk
pembiakan tempayak Nematoda M.K I 1973; 1–2 : 7–10.
3. Ray DK, Bhopale KA, Shrivastava VB. Partial development of Necator
americanus in albino mice (Mus Musculus). Trans R Soc Trop Med Hyg
1972; 66(2) : 361–2.
4. Orihel TC. Necator americanus infection in primates. J parasitol 1971;57,
117–121.
5. Schwarz B, Alicata J. Development of the human hook worm, Necator
americanus in quinea pig. Am J Hyg. 1934; 20, 317–328.
Gambar L4 jantan dan proses perkembangannya. 6. Sen HG, Seth D. Complete development of the human hook worm Necator
americanus in golden hamsters, Mesocricetus auratus. Nature (Lond) 1967;
214 (5088), 609–610.
7. Sen HG, Seth D. Development of Necator americanus in golden hamster.
DISKUSI Mesocricetus auratus. Indian J Med Res. 1970;58, 1356–1360.
Bayi hamster mesocricetus aceratus sebelum berumur satu 8. Sen HG. Necator americanus : Behavior in hamsters. Exp Parasitol
minggu sangat peka terhadap infeksi larva Necator americanus 1972;32, 26–32..
dan larva dapat berkembang menjadi dewasa dengan sempurna,
berproduksi telur setelah enam minggu infeksi (Sen dan Seith, Ucapan terima kasih
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr Iskak Koffman, Kepala Pusat
1970). Pada penelitian dilakukan dengan menginfeksikan bayi Penelitian Penyakit Menular Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
hamster dengan 250 larva Necator americanus, selama dua jam yang telah membantu sehingga terselenggaranya penelitian ini. Selain itu kami
melalui kulit perut, larva dapat berkembang menjadi dewasa juga mengucapkan terima kasih kepada Dr D. Higgins, Dr H.G. Sen dan Mr D.
kelamin setelah lima minggu, mulai berproduksi telur yang Jenkins yang telah membantu penelitian ini.
Transplantasi Ginjal Pada Anak

Dr. Nurdin Badollah dan Dr. Syarifuddin Rauf


Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/RSU Ujung Pandang
Ujung Pandang

PENDAHULUAN PERSIAPAN TRANPLANTASI


Transplantasi (T) ialah pemindahan suatu jaringan atau Persiapan Donor
organ dari suatu tempat ke tempat lain dengan persyaratan dan A. Donor hidup
kondisi tertentul . Menurut hubungan donor dan resipien "graft" Donor hendaknya sehat jasmani dan rohani serta kesuka-
dibagi atas2,3 : relaan donor. Kesukarelaan ini patut dihargai. Risiko nefrek-
• "autograft" bila graft berasal dari tubuh sendiri. tomi sangat kecil dan mortalitasnya kurang.0,2%9. Pemeriksaan
• "isograft" biia graft berasal dari individu yang syngenetic psikologi dengan tujuan menegakkan diagnosis sehat
(identik dalam kondisi genetik). rohani dan sekaligus sebagai dukungan untuk keberhasil-
• "allograft" yaitu graft antara individu allogenetic (suatu an T. Riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan laboratorium
spesies dengan kondisi genetik berbeda). lengkap yang meliputi:
• "xenograft" bila graft antara individu xenogenetic (spesies urin : urinalisis dan kultur.
berbeda). darah : rutin, trombosit, waktu perdarahan, elektro-
Transplantasi ginjal (TG) pada manusia termasuk allograft lit, analisa gas darah, HbsAg dan gula darah.
ata4 isograft. Sejarah TG mulai awal abad ini sehubungan faal hati : bilirubin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase.
denganberkembangnya teknik operasi vaskuler. Carrel dan faal ginjal : ureum, kreatinin, klirens kreatinin.
Guthrie tahun 1911 melkkukan TG pada anjing dan kucing, Pemeriksaan radiologik : foto paru (AP & lateral), BNO/
tetapi pada manusia barū mulai dikembangkan sekitar tahun IVP dan arteriografi ginjal
1950.1960 Murray, Harrison dan Merril tahun 1954 berhasil Pemeriksaan EKG dan ekhokardiografi
mengerjakan. pertama kali TG antara dua kembar identik di Di Indonesia masa kini, donor yang dipakai ialah donor
Boston4. hidup yang masih terbatas pada keluarga (saudara kandung,
Sejak 1960 sampai sekarang terutama akibat berbagai ke- orang tua/anak). Anak jarang sebagai donor karena donor
majuan yang dicapai dalam bidang imunologi (pemilihan donor harus dewasa (> 18 tahun) untuk memberikan pernyataan
dan resipien sesuai), persiapan yang lebih baik, diagnosis dini sukarela. Umur tidak lebih 50-55 tahun10 dan bebas penyakit
komplikasi, pengelolaan preservasi serta keberhasilan dalam AIDS.
pencegahan serta mengatasi reaksi penolakan dengan imuno- Pemeriksaan imunologik yang diperlukan untuk menentukan
supresi, maka TG merupakan salah satu alternatif terbaik kecocokan donor dengan resipien meliputi2,11:
pengelolaan penderita gagal ginjal kronik (GGK) stadium • "typing" golongan darah ABO.
akhir. • "cross matching" antara serum resipien dengan limfosit
Saat ini di luar negeri TG sudah merupakan tindakan ru- donor.
tins5,6. Pada anak, TG mulai tahun 19681. Di Indonesia, TG • typing" HLA (A,B,C,D, dan DR)
pertama kali dilaporkan oleh Sidabutar dkk tahun 1977, ke- golongan darah ABO:golongan darah donor & resipien harus
mtidian awal 1985 di Semarang8, baru-baru ini dalam bulan cocok.
Juli.1987 di RS Hasan Sadikin Bandung. cross matching: dilakukan dengan mencampur serum resipien
Berikut ini diuraikan secara singkat beberapa aspek TG. dan limfosit donor untuk mengetahui apakah terjadi reaksi

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 45


antara keduanya. Hal ini perlu dilakukan pada T, apalagi bila Golongan darah, darah rutin, gula darah, pH darah, ureum &
ada kecurigaan bahwa resipien pernah atau sensitized terhadap kreatinin. Urin rutin dan kultur, faal hati, HBsAg, foto toraks
antigen, misalnya akibat transfusi atau pernah mendapat T. Bila dan BNO/IVP. Arteriografi dan endoskopi.
terjadi reaksi positif, berarti resipien mempunyai antibodi
Indikasi dan Kontra indikasi
sitotoksik pada darahnya dan ini berarti penolakan .jaringan
Indikasi absolut:
yang akut.
• Gagal ginjal kronik (GGK) stadium akhir dengan klirens
typing HLA: Prinsip dasar uji ini ialah reaksi antigen antibodi
kreatinin kurang dari 5 mm3/menit.
antara limfosit donor/resipien dan serum yang mengandung
antibodi spesifik untuk tipe. A,B,C,D dan DR. Dengan penam- • Gagal ginjal kronik (GGK) dengan klirens kreatinin lebih
bahan komplemen terjadi reaksi antigen antibodi sehingga tim- atau sama dengan 5 mm3/menit, disertai:
bul lysis sel. Sel-sel yang mati dapat dilihat di bawah "inverted – neuropati perifer progresif
microscope". Setelah diberi zat warna eosin atau "tryphan – sirkulasi overload yang resisten terhadap pengobatan
blue", sel yang mati akan menyerap zat warna yang hidup tidak – kecenderungan perdarahan
terubar. Sel yang mati ialah sel yang mengadakan ikatan – malnutrisi dan osteodistrofi ginjal berat
dengan antibodi yang telah diketahui spesifitasnya. Misalnya Indikasi relatif:
antibodi spesifitas tersebut ialah Al, maka sel yang mati ialah • mual dan muntah yang resisten terhadap pengaturan diit
sel linfosit yang mempunyai antigen HLA Al. Dengan • tidak mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari
mereaksikan limfosit dengan serum yang telah diketahui, jenis- • wanita yang mempunyai keinginan untuk hamil
jenis spesifitasnya, maka tipe HLA dapat diketahui. • retinopati diabetik progresif
B. Donor mati (kadaver) Kontra-indikasi absolut:
Untuk memperoleh donor mati, calon donor sudah. dinyatakan. • oxalosis, ulkus peptikum aktif
oleh suatu tim, di luar tim T bahwa penderita sudah mengalami • infeksi aktif (tbs, kepatitis dan HBsAg positif) dan psikosis
"brain death" (mati batang otak). Kriteria yang dipakai untuk • imunologik : ketidakcocokan dengan golongan darah ABO
menentukan . mati batang otak antara lain (kriteria dan ada antibodi sitotoksik pada resipien
Minnesota)12 : Kontra-indikasi relatif:
• tidak ada respons terhadap stimuli dari luar. • keganasan pada resipien dalam waktu dua tahun
• Apnoe • ulkus peptikum rekuren, divertikulitis, hemostasis
• dilatasi pupil • antibodi sitotoksik lebih dari 50%
• EEG datar • kelainan anatomi/fungsionil kandung kemih atau uretra
• keadaan tersebut di atas tidak berubah dalam waktu 12 jam.
Pembentukan Tim
Di negara maju dipakai 70% donor kadaver dan 30% donor
Prosedur TG sewajarnya dilaksanakan oleh tim berbagai
hidup. Van der Vlit mencatat donor pediatri di Eropa tahun
disiplin ilmu kedokteran misalnya:
1980 mencāpai 11,6% semua donor dewasa10
• yang berhubungan langsung .iengan penderita yaitu ahli
Secara umum kriteria donor kadaver ialah:
penyakit ginjal, bedah, antung dan anestesi.
• umur aritara 11-50 tahun
• yang berhubungan dengan faktor penunjang antara lain: ahli
• ginjal tidak berpenyakit
imunologi, radiclogi, hematologi, patologi dan mikro-
• tidak menderita tumor ganas, kecuali tumor ganas susunan
biologi.
saraf pusat yang masih terbatas pada rongga tengkorak.
Tim T tersebut mempunyai kewenangan dan tanggung
• tidak sepsis, hepatitis dan ISK (infeksi saluran kemih). jawab masing-masing. Untuk kelancaran tugas ini, dibentuk
Bayi dan anak kecil dapat dipakai sebagai donor mati dengan tim yang terdiri atas:
syarat-syarat tertentu seperti BB > 10 kg atau umur antara 5-15 • koordinator medik yang dipegang.oleh nefrolog.
tahun.
• koordinator bedah (aspek bedah) yang dipegang oleh urolog
Persiapan Resipien Seluruh proses dalam TG dibagi atas (dikutip dari10):
Diterangkan kepada resipien tentang keuntungan dan kerugian • persiapan trasplantasi
TG dibandingkan dengan dialisis. Perlu diberitahukan pula, • aktu operasi
murtalitas TG pada tahun pertama lebih besar daripada dialisis, • pengelolaan pasca transplantasi
namun bila berhasil, kualitas hidup akan lebih baik daripada
Persiapan Operasi Pasca transpiantasi
dialisis yang menahun10,11 Penanggung jawab : nefrologi urolog/bedah vaskuler nefrolog
Persiapan umum meliputi: Anggota : urologi nefrologi urologi
• mampu mengalami operasi besar, tidak menderita penyakit anestesi anestesi anestesi
metabolik. patologi klinik fisiologi patologi klinik
radiologi radiologi
• tidak menderita penyakit kardiovaskuler. P.A. P.A.
• dapat diberikan kortikosteroid dan imunosupre dalam waktu psikiatri psikiatri
lama. mikrobiologi mikrobiologi
imunologi
• pembuluh darah dapat dianastomosis dengan ginjal baru.
• vaksinasi terhadap hepatitis, varicella, influenza. Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan sebelum TG
Pemeriksaan khusus: Sabelum dilakukan TG, kadang-kadang diperlukan bebe-

46 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


rapa tindakan khusus atas indikasi tertentu8,13
1. Nefrektomi yang hanya dikerjakan atas indikasi:
• keganasan ginjal primer dan bilateral.
• hipertensi maligna yang tidak terkendali.
• ginjal polikistik dengan perdarahan.
• ISK persisten, biasanya dengan refluks berat.
2. Pembedahan urologik bila ada striktur urethra, hipertrofi
prostat.
3. Vagotomi atau piloroplasti jika ada ulkus peptikum aktif.
4. Dialisis adekuat sehingga memungkinkan penderita men
capai kondisi optimal.
5. Paratiroidektomi bila ada hipertiroidism sekunder.
6. Transfusi pretransplantasi.

TEKNIK OPERASI TG
Organisasi dan Waktu
Setelah resipien dipersiapkan oleh nefrolog mengenai ke-
adaannya dan siap menerima ginjal donor, maka rencana
operasi dapat dimulai. Sebagaidonor dapat hidup atau asal Gambar 1: Letak ginjal baru (dikutip dari$ ).
kadaver. Mengenai teknik implantasi, tidak ada perbedaan
antara donor hidup dan donor kadaver. Hanya organisasinya PASCA TRANSPLANTASI
yang berbeda. Donor kadaver biasanya berasal dari tempat lain. Pengobatan imunosupresi
Operasi baru direncanakan setelah ginjal tersedia dan harus Penderita TG memerlukan pemberian obat anti penolakan
dilaksanakan dalam batas waktu preservasi ginjal. Untuk itu (imunosupresi) untuk menekan respons imun resipien. Obat-
hanya digunakan satu tim dan satu kamar operasi. obat imunosupresi yang standar ialah kortikosteroid (predni-
Untuk donor hidup diperlukan dua tim operasi, yang satu son) dan azathioprine, masing-masing 2 mg/kg BB/hari dan 5
melakukan nefrektomi donor dan yang lain mengerjakan mg/kg BB/hari9,14,15
implantasi ginjal donor4 . Akhir-akhir ini siklosporin telah sering digunakan pada TG
Periode preservasi ialah saat diputuskan pembuluh darah anak dan orang dewasa, dosis pada anak 6 mg/kg BB/hari se-
sampai pengaliran darah kembali. Fase preservasi dibagi atas: lama 3 bulan. Siklosporin menghambat interleukin-2 dalam
• warm ischemic time (45-60 menit). pembentukan sel T sitotoksik dan juga menghalangi produksi
• perfusi (intermittent dan continue). interleukin-17 .
• cool ischemic time ialah waktu mulai tersambung A. renalis Dapat pula digunakan imunosupresi lain sepertilo :
sampai menetes urin pertama(8-10 jam)8,9 . • siklofosfamid (endoksan) 2%–3 mg/kg BB/hari selama. 2
bulan.
Teknik Pembedahan • klorambusil 0,2 mg/kg BB/hari selama 6 bulan.
Ginjal donor ditempatkan di fossa iliaka kanan atau kiri • anti limfosit globulin 30 mg/kg BB/hari selama 14 hari
resipien dan letaknya ekstra-peritoneal. Untuk penyambungan pasca-transplantasi.
darah digunakan vasa iliaka, yaitu vena iliaka eksterna dan • radioterapi.
arteri iliaka interna. Cara operasi ini telah menjadi standar yang
dilakukan pertama oleh Kuss dan Murray pada TG Kern-bar Perawatan pasca operasi
identik4,14. Donor diperlukan seperti penderita nefrektomi biasa.
Insisi dibuat lateral dari muskulus rektus abdominalis di Donor yang telah mepgalami nefrektomi pada hari kemudian
perut bagian bawah. Vasa epigastrika inferior dipotong supaya dapat terjadi hiperfiltrasi, sklerosis glomerulus dan akhirnya
diperoleh lapangan yang luas. Duktus diferens dapat dipotong terjadi penurunan fungsi ginjal.
atau tidak tetapi disisihkan ke medial, Vena iliaka eksterna dai Resipien setelah operasi, diisolasi dengan fasilitas ICU.
arteri iliaka interna (A: hipogastrika) dibebaskan. Vena renalis Pengelolaan pasca transplantasi ditujukan:
donor disambung dengan vena iliaka eksterna resipien sedara • memelihara kondisi optimal penderita.
end-to-side. Anastomosis ini perlu diperhatikan, bila tempat • mencegah infeksi.
penyambungan terdapat katup vena, maka tempat pe- • mencegah rejeksi dan memelihara fungsi ginjal.
nyambungan perlu dipindahkan ke kranial atau sedikit ke • mengamati dan mengatasi komplikasi jangka panjang.
kaudal. Kondisi optimal penderita yang telah dicapai sebelum
Arteri renalis donor dianastomosis end-to-end dengan operasi perlu dipertahankan, bahkan harus ditingkatkan dengan
arteri iliaka interna resipien. Ureter donor diimplantasikan ke mengamati tanda-tanda vital, kadar Hb, elektrolit dan Ph darah.
dalam dinding vesika urinaria dengan teknik ureteroneosis- Olirugi dan anuria sebagai tanda dini gangguan fungsi gin-
tostomi cara Leadbetter Polytano.14 jal, harus segera dideteksi dan diikuti dengan tindakan diagnos-

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 47


tik dan terapi yang sesuai untuk mempersatukan ginjal semak- PELAKSANAAN TRANSPLANTASI
simalnya8. Di negara maju, pelaksanaan TG pada dasarnya tidak ber-
beda jauh dengan senter lain dan sudah merupakan tindakan
Rejeksi
rutin untuk pengelolaan penderita GGK stadium akhir. Di luar
Rejeksi ialah reaksi penolakan tubuh resipien yang dapat
negeri, insidensi GGK stadium akhir pada anak 1,2 per juta
dibagi dalam 3 golongan: • rejeksi hiperakut
penduduk/tahun7.
• rejeksi akut
Dari tahun ke tahun, hasil GGK pada anak makin baik,
• rejeksi kronik bahkan lebih baik daripada orang dewasa (lihat tabel 1).
Rejeksi hiperakut
Ditandai perubahan warna dalam beberapa merit cangkokan Tabel 1 : Angka "graft survival" pada anak dan dewasa dengan ginjal
ginjal saat anastomosisvaskulardibuka dan gagal berfungsi. Hal cangkokan.
ini biasanya terjadi sebelum ginjal menghasilkan urin. Tipe pe-
nolakan ini disebabkan antibodi sitotoksik resipien sebagai
dewasa anak
akibat transplantasi yang gagal sebelumnya atau transfusi 1 thn (%) 5 thn (%) 1 thn (%) 5 thn (%)
darahls . Pada keadaan ini, antibodi akan melekat pada sel
endotel pembuluh kapiler ginjal, sistem koagulasi ikut di-
donor kadaver 54 35 73 39
aktifkan sehingga terjadi perlengketan trombosit pada selsel donor hidup 76 61 85 73
endotel yang rusak, kemudian gumpalan sel tersebut me-
nyumbat kapiler glomerulus, terjadi edema dan nekrosis16.
Untuk menghindari terjadinya hal tersebut perlu persiapan Sumber: Gradus D and Etienger RB 1982 (dikutip dari 17).
preoperatif yang semaksimalnya.
Hasil TG pada anak menurut pengalaman Samuel dkk.
Rejeksi akut dapat dilihat pada table '2 & 37. Di Indonesia TG pertama kali
Terjadi dalam beberapa hari, minggu sampai bulan setelah T. dilakukan tahun 1977 di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, lalu
Ditandai demam tinggi, oliguria, ureum dan kreatinin serum 1985 di RS Dr. Kariadi Semarang, dan tahun 1987 di RS Hasan
mehingig, lekositosis di sertai ginjal membesar serta nyeri Sadikin Bandung. Hasil TG di Indonesia cukup memuaskan,
tekanrg14,15 Biopsi ginjal menunjukkan gambaran histologik tidak banyak berbeda dengan hasil di negara-negara majul9
berupa peningkatan sel netrofil di interstitium dan infiltrasi sel- Sampai saat ini Indonesia menggunakan donor hidup dari
sel mononuklear, edema, perdarahan dan nekrosis16 lingkungan keluarga, namun sekarang donor hidup akan
Rejeksi kronik ditinggalkan12
Terjadi 3 bulan pertama setelah T, biasanya secara klinis TG pada anak belum pernah dikerjakan.
nampak dalam 1 tahun atau lebih. Ditandai oleh proteinuri,
infiltrasi glomerulus menurun secara progresif, hipertensi dan
edema4. Meskipun umumnya rejeksi kronik dianggap tidak
dapāt diatasi, namun yang terjadi secara dini masih mungkin
responsif terhadap prednison dosis tinggi.
Komplikasi
Sesudah reaksi penolakan, komplikasi infeksi/sepsis me-
rupakan keadaan-keadaan yang paling sering timbul dan sangat
ditakuti karena termasuk faktor penyebab kematian terbanyak
setelah T9,15. Dicurigai adanya infeksi bila ditemukan tanda-
tanda manifestasi penolakan akut. Perfyebabnya terutama
golongan bakteri, virus dan jamur14
Penderita pasca-T perlu perawatan aseptik dan jauh dari
sumber kontaminasi. Pemeriksaan bakteriologik sangat berguna
dalam mentleteksi infeksi sedini-dininya dan pemberian
antibiotik untuk mengatasinya.
Penyakit pasca T dapat dibagi dalam dua macam : men-
dadak dan menahun.
Penyakit mendadak : – rejeksi hiperakut
– infeksi
– nekrosis tubuler akut
Penyulit menahun : – rejeksi kronik
– rekurensi penyakit lama pada ginjal
baru
– hiperkalsemi
– hipertensi
– efek samping imunosupresi
– keganasan

48 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


Table 2. Actuarial graft and patient survival of 283 primary pediatric renal transplants at the university of minnesota during a 17-year
period (Jan. 1, 1968 to Dec. 31, 1984)

Symbols are in Table 1.


p <0.007 when HLA-ID graft function was compared with non-ID related or cadaver.

KEPUSTAKAAN
9. Richet G. Renal Transplantation: A Community Affair Kidney Int 1983;
1. Ratna Suparti Samil. Kode Etik Kedokteran Indonesia. Trans- 22 : S3–S9.
plantasi. Bagian Orsetri dan Ginekologi FK-UI Jakarta, 1980, 10. Parsoedi IA. Beberapa Aspek Medik Transplantasi Ginjal dan
hal. 16–21. Prospek Perkembangan di Indonesia. Makalah Dies UNDIP Semarang,
2. Dharnlono E. Aspek Imunologi Transplantasi Ginjal. Kumpulan 1985, hal. 1-11.
Makalah Simposium Transplantasi Ginjal Desember 1983 Semarang, 11. Toma H. Selection of the Donor and Recipient. In: Asian Manual of
hal. 46–61. Nephrology. Tokyo: SEAMIC Publication, 1981, pp. 285–291.
3. Ota K. History and Terminology of Transplantation In : Asian Manual of 12. Sidabutar RP. Kematian Ditinjau dari Segi Transplantasi Organ Tubuh.
Nephrology Eds. Takeuchi T and Sugino SEAMIC Publication Tokyo: Buletin Perinefri 1986; 4 : 8–12.
1981, pp. 281–283. 13. Broyer M, Gagnadaux MF and Niaudet P. Kidney Transplantation in
4. Martin DC. Renal Transplantation In : Urology Ed. Cambell Children: Results and Late Sequelae In: Paediatric Nephrology Eds.
4th ed Philadephia-London-Toronto: WB Saunders Co., 1978, Enrich JH and Brodehl J Berlin-Heidelgerg-New York-Tokyo:, Springer-
pp. 2117–2148. Verlag, 1984, pp. 138–145.
5. Fine RN, Malekzadeh MH, Pennisi AJ, Ettenger RB and Utiten- 14. Maurer S and Howard R.I. Renal Transplantation in Children In:
bogaart: Renal Transplantation in Children J Pediatr 95 : 1979; Pediatric Kidney Disease 1st ed Ed. Edelman Jr CM. Boston: Little,
244–248. Brown & Co, 1978, pp. 503–530.
6. Malekzadeh MH, Pennisi AJ, Uittenbogaart CH and Korsch BM. 15. James JA. Renal Disease in Childhood 2nd ed. Saint Louis: The CV
Current Inssues in Pediatric Renal Transplantation Pediatr Clin Nort Am Mosby Co, 1972, pp. 347–355.
1976; 23 : 847–871. 16. Klassen J and Anthone S. Renal Transplantation In: Pediatric Nephrology
7. So SKS, Maurer MS, Nervins TE, Fryd DS, Ascher NL and Najarian JS. Eds. Rubin MI and Barratt TM. Baltimore: The Williams & Wilkins Co,
Current Results in Pediatric Renal Transplantation. at the University of 1975, pp. 849–667.
Minnesota. Kidney Int 1986; 19 : S25–S30. 17. Rochmanadji W; Sidhartani Z dan Hardiman S. Kegagalan Ginjal Kronik
8. Sidabutar RP. Transplantasi Ginjal, Beberapa Aspek Medik. Kum- pada Anak Kumpulan Makalah Simposium Transplantasi Ginjal.
pulan Makalah Ilmiah Simposium Penyakit Ginjal di Masyarakat, Desember 1983 Semarang, hal. 1–5.
Temu Ahli Transplantasi Girijai KONKER Perinefri III, 1985, Bandung, 18. Black DAK. Chronic Renal Failure In: Renal Disease 3rd ed 1964
hal. 163–176. pp. 343–345.

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 49


Pengembangan ELISA Untuk Pemeriksaan
Filariasis Dengan Menggunakan
Ekstrak Mikrofilaria Sebagai Antigen
Hastini, Indah YP, Liliana Kumiawan
Pusat Penelitian Pen yakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan R.I., Jakarta

ABSTRAK dengan menggunakan spektrofotometer, sedangkan reagens


yang dipakai mempunyai shelf life yang panjang. ELISA
Di Sulawesi Tenggara terdapat suatu daerah endemis
menunjukkan sensitifitas yang sama dengan Radio Immuno
filariasis Brugia malayl Sebagian penduduk pada daerah ini
Assay 2 .
berasal dari daerah non endemis, yang selanjutnya tinggal di
Aplikasi klinik dengan cara ELISA dapat digunakan untuk
daerah endemis tersebut. Untuk tindakan selanjutnya terhadap
diagnosis serologi penyakit infeksi, misalnya penetapan
penduduk tersebut dalam rangka deteksi antibodi terhadap
antibodi terhadap mikoorganisme, virus, parasit, maupun untuk
filaria, telah dikembangkan suatu tes ELISA.
menunjang diagnosis penyakit non infeksi3. Sebagai contoh
Pada pengambangan tes ELISA dapat ditentukan bahwa
mendeteksi antibodi terhadap filariasis dengan menggunakan
hasil optimal didapat dengan menggunakan ekstrak mikrofilaria
ekstrak Brugia malayi sebagai antigen.
Brugia malayi sebagai antigen dengan konsentrasi 2 pg/ ml
Filariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
untuk kelas IgG dan 1 pg untuk kelas IgM, sedangkan
cacing Brugia malayi, tersebar di berbagai daerah di Indonesia,
konsentrasi sera 1:200 dan konsentrasi conjugate alkaline
antara lain di daerah Sulawesi Tenggara. Penularan penyakit ini
phosphatase anti human IgH dan IgM (MILES YEDA LTD)
terjadi melalui gigitan nyamuk yang mengandung larva
1:1000.
infektif. Penyakit filaria merupakan penyakit menahun, yang
Tes ELISA tersebut di atas diterapkan pada 10 orang
dapat mengakibatkan kesakitan dan juga cacit tubuh4. Pen-
mikrofilaremik, 8 orang amikrofilaremik dan tindak lanjut
duduk yang tinggal di darah endemis filariasis dapat dikelom-
pada 10 orang dengan masa tinggal 8, 13, 26 dan 39 bulan.
pokkan menjadi beberapa kelompok.
Sebagai kelompok kelola diambil 17 orang dari daerah non
– Kelompok pertama adalah penduduk yang amikrofilaremik,
endemik. Deteksi antibodi terhadap mikrofilaria Brugia malayi
yang dapat disertai dengan gejala klinis seperti: limphangitis,
dengan cara tersebut di atas ternyata tidak menunjukkan
limfadenitis. Sebagian dari kelompok amikrofilaremik dapat
perbedaan antara orang yang mikrofilaremik dan amikro-
tidak disertai dengan gejala klinis sama sekali.
filaremik. Pada tindak lanjut terhadap 10 orang yang datang
– Kelompok yang kedua adalah penduduk yang mikrofila-
dari daerah non endemik antibodi terhadap mikrofilaria B.
remik yang sebagian dapat disertai dengan gejala, sedangkan
malayi kelas IgM ditemukan lebih awal (8 bulan) daripada
sebagian lagi tidak disertai dengan gejala klinis.
kelas IgG (39 bulan).
– Disamping kedua kelompok tersebut terdapat kelompok
penduduk yang menunjukkan gejala klinis elefantiasis, dimana
PENDAHULUAN
dalam fase kronis ini biasanya amikrofilaremik4 .
ELISA merupakan cara pemeriksaan untuk mendeteksi Di Sulawesi Tenggara terdapat suatu daerah endemis
adanya antibodi atau antigen dengan menggunakan suatu filariasis Brugia malayi. Sebagian penduduk pada daerah
enzim dan substrat sebaga indikator. Teknik ELISA ini pertama berasal dari daerah non endemis yang selanjutnya tinggal di
kali dikembangkann oleh Engvall dan Perlmanl, ELISA daerah endemis tersebut. Pendatang yang tinggal di daerah
merupakan tes yang sangat sensitif dan dapat digunakan di endemis ini mengalami pemaparan dengan antigen Brugia
lapangan karena tidak memerlukan peralatan yang rumit. malayi, oleh karena tu penduduk pada daerah tersebut akan
Dbngan digunakan enzim maka penggunaan zat radio aktif membentuk antibodi terhadap antigen Brugia malayi. Maka
seperti pada cara R.I.A. (Radio Immuno Assay) dapat di- telah dikembangkan tes ELISA untuk mendeteksi adanya
hindarkan. Pada cara ELISA ini pengukuran dapat dilakukan antibodi terhadap filaria pada penduduk tersebut.

50 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


BAHAN DAN CARA KERJA Tabel 1 : Hasil tes pendahuluan untuk lg G.
• Antigen: Merupakan larutan ekstrak mikrofilaria Brugia Dilusi sera
Konsentrasi
malayi yang dibiakkan pada gerbil. Cacing mikrofilaria digerus antigen 1/50 1/100 1/200 1/400
dengan menggunakan tissue grinder, kemudian disonikasi se-
lama 3 detik (3 kali). Mikrofilaria yang telah hancur disuspen- 8 µg 0,906 0,728 0,490 0,389
sikan dengan PBS pH 7,2; kemudian disentrifugasi dengan ke- 4 µg 0,692 0,506 0,407 0,281
cepatan 1(1.000 RPM selama 5 menit, dan supernatannya di- 2 µg 0,565 0,454 0,335 0,265
1 µg 0,315 0,238 0,192 0,182
kumpulkan. Setelah itu diukur kadar protein dari larutan
ekstrak tadi dengan menggunakan Spektrofotometer dengan Tabel 2 : Hasil tes pendahuluan untuk ig M.
panjang gelombang 280.
• Sera: Untuk tes pendahuluan kontrol positif berasal dari Konsentrasi Dilusi sera
seseorang yang mikrofilaremik. Contoh dikumpulkan dari 17 antigen 1/50 1/100 1/200 1/400
orang dari daerah non endemik sebagai kelola negatip, 10 8 µg 0,826 0,711 0,579 0,359
penduduk asli yang mikrofilaremik dan 8 orang amikrofilare- 4 µg 0,555 0,634 0,411 0,345
mik. Dikumpulkan sera dari 10 pendatang pada masa tinggal 8, 2 µg 0,710 0,421 0,388 0,306
13, 26 dan 39 bulan. Kesepuluh pendatang ini sampai saat masa 1 µg 0,677 0,405 0,332 0,269
tinggal 39 bulan belum menunjukkan adanya mikrofilaremik.
• Konjugasi: Alkalin fosfat anti human IgG dan IgM Miles 17 orang normal dari daerah non endemik. Hasil rata-rata
Yeda LTD, dengan konsentrasi 1 : 1000. antibodi spesifik untuk kelas Ig G adalah 0,103 dan untuk kelas
• Substrasi: Dipakai substrat p-nitrofenil.alkalin fosfat. IgM adalah 0,123.
• Buffers Coating buffer pH 9,6 untuk dilusi antigen. Hasil tes ELISA bagi penduduk ash yang mikrofilaremik
Phosphate Buffered Saline-Tween (PBS-T), pH 7,4 untuk pen- untuk Ig G menunjukkan harga rata-rata 0,599 dan basil rata-
eucian dan dilusi sera serta konjugasi 0,5% Bovine Serum Al- rata Ig M 0,639. Untuk penduduk asli yang amikrofilaremik
bumin' (BSA) dilarutkan dalam coating buffer digunakan untuk basil rata-rata Ig G 0,480 dan basil rata-rata Ig M 0,727 (seperti
Blokade. Diethanolamine (DEA) pH 9,8 untuk melarutkan tampak pada Tabel 3). Disini terlihat perbedaan yang bermakna
substrat p-nitrofenil alkalin fosfat, (1 tablet substrat dalam antara penduduk asli dengan orang dari daerah non endemik.
5ccDEA). Dari basil perhitungan dengan tes T untuk 10 orang yang
Prinsip tes ELISA untuk tes pendahuluan digunakan mikrofrlaremik dan 8 orang yang amikrofilaremik, untuk harga
ekstrak mikrofilaria Brugia malayi sebaga antigen ditempelkan Ig G dan Ig M tidak tampak perbedaan yang nyata.
pada lempeng.Mikro Elisa dengan konsentrasi 8, 4, 2 dan 1
mg/ml masing-masing sebanyak 50 p di inkubasi selama 24 Tabel 3 : Hasil tes ELISA untuk 17 orang dari daerah non endemik
dan 18 orang dari daerah endemik.
jam pada suhu 4°C kemudian dilakukan pencucian 3 x 5 menit.
Masukan pada masing-masing sumur 200 pl 0,5% Bovine
serum albumin, diamkan 'selama 30 menit pada suhu 37°C dan Non endemik Endemik
antibodi
cuci 3 x 5 menit. Tambahkan sera yang telah diifncerkan Kelas 17 orang
10 orang 8 orang
dengan PBST dalam konsentrasi 1/50, 1/100, 1/200 dan 1/400 mikrofilaremik amikrofilaremik
masing-masing sebanyak 50 pl, diinkubasikan se-lama 1 jam Ig G 0,103 0,599 0,480
pada suhu 37°C. Setelah itu dilakukan pencucian 3 x 5 menit. Ig M 0,123 0,639 0,727
Tambahkan konjugasi alkalin fosfat anti human IgG dan IgM
(produksi MILES YEDA LTD) dengan konsentrasi 1 : 100 Pada tindak lanjut pendatang yang tinggal di daerah ende-
masing-masing sebanyak 50 p1, inlcubasikan selama 1 jam mik, basil tes ELBA tampak pada Tabel 4. Untuk masa tinggal
pada suhu 37°C dan cuci 3 x 5 menit. Terakhir dimasukkan 50 8; 13; 26 dan 39 bulan harga rata-rata dari Ig G adalah 0,065;
pl substrate dan diinkubasikan selam 30 menit. Hasil dibaca 0,049; 0,056 dan 0,445, sedangkan basil rata-rata dari Ig M
pada Elisa reader dengan menggunakan panjang gelombang adalah 0,312; 0,206; 0,196 dan 0,216. Dari basil ini tampak
405 nm. adanya respons antibodi terhadap filaria dan terlihat untuk Ig G
ditemukan lebih lambat dibandingkan dengan Ig M.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sabelum dilakukan tes terhadap pasien, perlu diadakan tps Tabel 4 : Hasil tes ELISA untuk tindak lanjut terhadap 10 orang pen
pendahuluan untuk menentukan dilusi sera dan konsentrasi datang di daerah endemik pada masa tinggal 8; 13; 26 dan
antigen_ yang optimal. Seperti tampak pada Tabel 1, didapat- 39 bulan.
kan basil bahwa untuk IgG dilusi sera yang optimal adalah Kelas 8 bulan 13 bulan 26 bulan 39 bulan
1/200 sedangkan konsentrasi antigen yang optimal 2 µg. bulan
antibodi 10 org 10 org 10 org 10 org
Untuk Ig M dilusi sera yang optimal adalah 1/200 k Ig G 0,065 0,049 0,056 0,445
onsentrasi antigen yang optimal 1 pg, sbperti tampak pada
IgM 0,312 0,206 0,196 0,216
Tabel 2.
Setelah mendapatkan konsentrasi yang optimal baik untuk
antigen maupun sera maka dilakukan tes terhadap Seperti halnya semua reaksi antigen antibodi, reaksi

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 51


pada cara ELISA juga harus berlangsung dalam keadaan spesifik kelas Igm ditemukan pada masa tinggal 8 bulan, yaitu
optimal, baik konsentrasi reaktan, suhu, pH maupun wāktu lebih awal dari ditemukannya antibodi di kelas IgG (39 bulan).
yang digunakan untuk inkubasi atau pencucian. Karena tehnik
ELISA terdiri atas beberapa tahapan, maka untuk memperoleh
hasil yang baik, setiap tahap harus dilakukan dengan seksama
seperti pencucian harus sedemikian rupa sehingga reaktan yang KEPUSTAKAAN
tidak diperlukan tidak ikut serta dalam reaksi berikutnya. Juga 1. Engvall E, Perlmann P. Immunochemistry, 1971; 8 : 871.
perlu dilakukan blokade untuk menghindarkan terjadinya 2. Engvall E, Perlmann P. J Immunol, 1972; 109 : 129.
kesalahan positip dan contoh/sera lebih baik diencerkan dengan 3. Voller A et all. Microplate Method of Enzyme Linked Immunosor-
PBS–T untuk menghindarkan adanya absorbsi non spesifik bent Assay and Its Application to Malaria. Bull World Health Org,
1974; 51 : 209.
yang menempel pada dinding lempeng. 4. Brown HW. Basic Clinical Prasitology, 236-248. 3-rd ed. copyright 1969
by Meredith corporation.
KESIMPULAN 5. Ottesen EA, Weller PF, Heck K. Specific Cellular Unrespinsiveness in
• Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk Human Filariasis. Immunol, 1977; 33 : 413-421.
6. Voller A. New Serologie Test for Malaria Antobodies. Br Med J,
konsentrasi antigen dan dilusi sera yang optimal pada kelas 1975; 1 : 659.
IgM adalah 1 pg dengan dilusi sera 1/200; pada kelas IgG ada- 7. Bartlett A, Bidwell DE, Voller A. Preliminary Studies on the Appli-
lah 2 pg dengan dilusi sera 1/200. cation of Enzyme Immunoassay in the Detection of Antibodies in
• Pada pemeriksaan antibodi spesifik kelas IgM dan IgG Onchocerciasis. Tropenmedizin and Parasitologie, 1975; 26 : 370-
374.
dengan cara ELISA ternyata tidak ada perbedaan yang nyata 8. Bout D, Dugimont JC, Farag H, Capron A. Immunodiagnosis of
antara penduduk yang mikrofilaremik dan amikrofilaremik. Human Parasitic Diseases by the ELISA. Lille Medicale, 1975; 20 :
• Pada pendatang di daerah endemik filariasis, terlihat adanya 561-566.
9. Voller A, Bidwell DE, Bartlett A. Enzyme Immunoassays in Diagnostic
respons antibodi, balk kelas IgM maupun IgG, meskipun secara
Medicine. Theory and Practice. Bulletin WHO, 1976; 53 : 55-65.
parasitologik belum menunjukkan mikrofilaremia. Antibodi

52 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


PERKEMBANGAN : Obat AIDS Yang Pertama

Obat AIDS Yang Pertama


FDA (Food and Drug Administration) pada tanggal 20 Maret dapat memperpanjang harapan hidup serta meringankan pen-
1987 yang lalu telah menyetujui penggunaan AZT (Azidothy- deritaan beribu-ribu pasien AIDS dan ARC. Dalam uji klinik
midine atau Zidovudine) sebagai oabat pertama untuk AIDS AZT, terbukti bahwa pada kelompok plasebo tercatat 19 pasien
(Acquired Immune Deficiency Syndrome). AZT seber}arnya yang meninggal, sedangkan pada kelompok yang menerima
telah dikembangkan sejak tahun 1964 oleh Dr. Jerome Horo- AZT, hanya 1 pasien yang meninggal selama periode empat
witz dari Michigan Cancer Foundation untuk mengobati sampai enam bulan. Hal ini menunjukkan adanya indikasi awal
kanker, tetapi tidak menunjukkan basil yang memuaskan. yang kuat bahwa obat tersebut memang efektif.
Kemudian dalam bulan Pebruari 1985, Dr. Samuel Broder dari Persetujuan oleh FDA terhadap AZT sendiri merupakan
National Cancer Institute menemukan bahwa AZT merupakan salah satu rekor terpendek, yaitu kurang dari 4 bulan. Hal ter-
inhibitor AIDS yang poten. sebut diakibatkan oleh kebutuhan yang mendesak untuk pe-
Obat tersebut merupakan obat anti-viral yang dapat ngobatan AIDS serta kerjasama yang erat antara FDA dan
menghambat reverse transcriptase, yaitu suatu enzim yang di- Burroughs Wellcome sejak dimulainya uji klinik AZT pada
butuhkan untuk replikasi HIV (Human Immunodeficiency bulan April 1985 yang lalu. AZT dipasarkan oleh Burroughs
Virus) sebagai penyebab AIDS. Selain itu, AZT akan ber- Wellcome Company of Research Triangle Park, dengan nama
gabung dengan rantai replikasi DNA, sehingga obat tersebut dagang Retiovir.
akan menggagalkan kemampuan replikasi virus tersebut. AZT sebagai generasi pertama obat anti-retroviral tidaklah
Walaupun obat ini tidak menyembuhkan, tetapi dapat mem- menghancurkan virus AIDS, tetapi hanya menghambat virus
perpanjang harapan hidup yang pendek dari penderita AIDS tersebut. Obat-obat anti-viral yang lebih poten sedang dalam
dengan Pneumocystis carinii pneumonia serta penderita ARC penyelidikan, sehingga diharapkan dalam waktu dekat akan
(AIDS-Related Complex) yang lanjut. ARC merupakan kondisi didapatkan obat-obat yang lebih efektif dalam menghambat
yang sexing mendahului timbulnya penyakit AIDS dalam virus AIDS.
waktu yang singkat. Virus AIDS akan menghancurkan limfosit
T yang merupakan elemen penting dalam sistem kekebalan (TP, FDA Consumer 1987)
tubuh, sehingga jumlah limfosit T pada pasien ARC akan
menurun dengan drastis. Adapun gejala-gejalanya perupa
turunnya berat badan, demam yang persisten dan diare.
Kemungkinan terinfeksi oleh herpes dan oral candida pada
penderita ARC lebih kecil dibandingkan penderita AIDS. AZT
selain dapat memperpanjang harapan hidup pada penderita
dengan penyakit yang sudah lanjut, jugs dapat mengurangi
beratnya serta kemungkinan infeksi yang menyerang penderita.
Penderita AIDS dengan infeksi selain Pneumocystis carinii
pneumonia belum diteliti secara spesifik, walaupun demikian,
dari pemantauan menunjukkan bahwa obat tersebut bermanfaat
pula bagi mereka. Tetapi AZT tidak dianjurkan untuk penderita
AIDS dengan Kaposi's sarcoma saja, mengingat
keuntungannya belum jelas. Sedang dalam penelitian apakah
AZT bermanfaat bagi penderita terebut.
AZT mempunyai efek samping yang cukup berbahaya
pads sejumlah pasien karena dapat menghambat produksi sel-
sel'darah merah dan putih, sehingga terjadi anemia yang serius.
Untuk mengatasi habisnya sel-sel darah merah, banyak
penderita AIDS yang minum obat AZT harus mengalami
.transfusi darah berulang-ulang. Penyebaran AIDS melalui
kontak seksual ataupun transfusi darah tidak dapat dikurangi
oleh AZT. Walaupun demikian, secara keseluruhan AZT me-
miliki keuntungan yang jauh melebihi risikonya, mengingat

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 53


Pengalaman Praktek

"Kesambet"
Kejadian ini dialami beberapa tahun yang lalu, sewaktu mengunjungi rumah se-
orang pasien yang menurut orang tuanya mendadak menjadi bisu. Dugaan dari keluarga
ialah "kesambet" (bah. Jawa) oleh karena tidak didahului dengan gejala apapun.
"Kesambet" ialah menjadi sakit oleh ulah makhluk halus.
Di dalam rumah dijumpai seorang anak remaja laki-laki berumur lebih kurang 17
tahun yang berbaring di atas tempat tidur, dikelilingi anggauta-anggauta keluarga. Pada
wajah-wajah mereka dapat dilihat rasa sayang tercampur rasa takut. Ada diantara
mereka yang sedang berdoa.
Pemeriksaan fisik-diagnostik tidak menunjukkan hal-hal yang dapat dihubungkan
dengan bisunya. "Orang sakit" mengerti segala pertanyaan dan dapat menjawab dengan
cara anggukan atau goyang kepala.
Atas dasar rasa curiga bahwa anak laki-laki ini yang sebelumnya segar bugar, dan
hanya berpura-pura saja, maka saya minta seluruh anggauta keluarga m tninggalkan
kamar tidur agar saya dapat melawan "roh jahat" itu, dengan penuh konsentrasi, tanpa
gangguan dari orang lain.
Kepada yang '.'kesambet" saya katakan bahwa saya sudah tahu bahwa ia hanya
pura-pura saja menjadi bisu dan saya ancam akan menyuntik mulutnya! Saya berjanji
tidak akan memberi tahu ini kepada orang tuanya bila ia mau mengakui!. Ternyata
memang benar! Anal( laki-laki tersebut menjawab dengan jelas, bahwa ia hanya hendak
membuat takūt ayahnya oleh karena tidak diperkenankan membeli sebuah sepeda
motor. Saya berjanji akan "memperjuangkan" permintaan ini liepada orang tuanya.
Kedua orang tuanya saya panggil untuk melihat dan berbicara dengan anaknya
yang sudah tidak "bisu" lagi.
Mereka terheran-heran dan bertanya ilmu gaib apa yang saya miliki untuk me-
ngusir "roh jahat" yang telah mengganggu anaknya. Saya ka'takan. bahwa saya harap
ayahnya dapat datang kepraktek saya besok sore.
OLH

Pengobatan Borongan
Kita mungkin terkesima mendengar berbagai hal yang sebelumnya tidak pernah
terlintas/terpikir dibenak kita, bahwa di pedesaan kita masih banyak hal-hal yang lucu,
kurang wajar atau tidak pada tempatnya. Hal ini semua akibat kurangnya KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi) untuk penduduk pedesaan, .sehingga hal ini
dimanfaatkan oleh manusia-manusia yang tak bertanggung jawab, yang semestinya
tidak terjadi.
Pada desa-desa yang merupakan wilayah kerja kami terdapat keadaan seperti

54 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


tersebut di atas, dimana ada seorang menurut versi masyarakat di sebut mantri. Mantri
ini selalu berkeliaran di desa-desa tersebut. Yah, memang pendekatan dengan masya-
rakat cukup baik, sambil minum kopi di waning, terus cerita-cerita dulu, dengan
maksud sambil menyelam minum air. Mantri ini biasanya membawa peralatan medis,
dan kalau ada yang sakit, maka pak mantri ini akan mengobati sebagaimana biasanya,
dimana kalau hanya penyakit biasa cukup dengan bayar apa saja, apakah dengan seekor
ayam, beras dan lain-lain. Rupanya pak mantri ini meningkat jalan pikirannya maka dia
melihat adanya penyakit menahun atau abortus dan sebagainya, maka biasanya mantri
ini mufakat dengan keluarga penderita tentang penyakit, memang jelas atas mufakat
bersama dan ditetapkanlah tarip atau bayaran untuk penyakit sampai sembuh,
misalnya :
– TBC Rp. 75.000.–
– Abortus Rp. 75.000,–
sehingga mantri ini terkenal sebagai mantri pemborong (Pak Mantri memborong pe-
nyembuhan penyakit).
Pak mantri ini akan mengadakan pengobatan seperti biasanya kepada penderita,
setelah diperkirakan berapa kali kunjungan, maka mantri ini menyelesaikan pengobatan
tersebut walaupun penderita belum sembuh, apabila keluarga penderita mengeluh
tentang belum sembuhnya penyakit. Biasanya pak mantri ini mengatakan semua ini
hanya saria'tnya saja (usahanya saja) yang menyembuhkan adalah Allah SWT, akhirnya
borongan penyakit tersebut tidak sampai dengan kesembuhan, sehingga tepatlah
pepatah mengatakan "ARANG HABIS BESI BINASA". Keluarga penderita tidak dapat
berbuat apa-apa hanya bersabar dan berserah diri kepada Allah SWT.

Dr. Armen Hasibuan


Puskemas Taktakan, Serang

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 55


HUMOR
ILMU KEDOKTERAN

SEKS DAN USIA PERIKSA BURUNG


Hubungan antara usia dan kegiatan Dengan suara yang hampir-hampir tidak terdengar dan agak malu-malu, seorang pe-
seksual: muda bertanya kepada suatern penjaga loket di klinik spesialis PURI DHENTA di alun-
Age in years sexual activity alun Salatiga:
20-30 thrice weekly "Suster, apakah saya bisa memeriksakan burung saya di sini?".
40-60 tries weekly Dengan suara lantang dan keras, suster penjaga loket tadi menjawab:
"
50 tries weakly He apa? itu baca di depan.! Di sini tidak ada dokter hewan! Ini klinik spe-
OLH sialis untuk manusia". Dengan agak malu-malu pemuda tadi menerangkan: "Sus,
maaf ya yang saya maksud adalah burung saya alias kemaluan saya. Jadi saya akan
SUDAH BISA memeriksakannya kepada dokter spesialis Kulit dan Kelamin manusia!!" Akhirnya
Dalam suatu Posyandu terjadi adegan suster tidak dapat menahan tertawa di muka pemuda yang tidak tahan menahan malu
antara Petugas Kesehatan, Kader, Ibu tadi.
balita. Kucing dengan burung memang sama-sama binatang. Bedanya: Kalau kucing dielus-
PK : "Mengapa sudah dua kali Ibu elus akan tidur, tetapi kalau burung tidur dielus-elus, malah bangun.
tak datang di posyandu, padahal
sebelumnya rajin tak pernah Kapten Drg. Haryono X, Salatiga
absen?" INI PROF.
Ibu : "Waktu itu, anak saya umur 8 Diruang anatomi sedang diuji seorang mahasiswa yang sudah maju sampai belasan kali
bulan; Kata bu Kader: Bu, anak tidak lulus-lulus. Entah dari sononya memang sudah begitu atau kursi yang diduduki
Ibu bulan depan sudah bisa profesor itu kelihatan kegedean yang terang ketika profesor itu duduk di kursi
dicampakkan. Kalau begitu, kelihatannya hanya tinggal kepala yang terlihat dari seberang meja. Sang profesor
sudah boleh tidak nimbang betanya: "Coba tunjukkan mana musculus erector trunci".
bukan?" Kelihatannya si mahasiswa betul-betul sudah jatuh mental, keringat sebesar jagung
PK : "Ooo, rupanya salah pengertian. keluar dari seluruh tubuhnya yang memang saat itu lagi berdiri lantaran kursinya
Yang dimaksud Bu Kader dipinjam asisten anatomi. Sambil komat-kamit tiba-tiba tak sengaja pulfen yang di-
dengan mencampakkan, yaitu: pegang jatuh. Memang termasuk mahasiswa ndableg tanpa permisi sang mahasiswa
anak Ibu sebaiknya diberi sun- membungkuk dengan maksud untuk mengambil pulfen.
tikan immunisasi campak,tum-- "Nah betul, hebat juga kamu, lulus deh, selamat!!", kata profesor sambil menyalami
bal terhadap penyakit campak/ sang mahasiswa.
morbilli. Biasanya diberikan Terbengong-bengong si mahasiswa menerima uluran profesor sambil tak habis fikir.
waktu anak usia 9 bulan. Nyeletuklah dia, oooo Musculus Erector trunci ini kiranya nama Latin dari pulfen, eee
Ibu : "Jadi sekarang penyakit campak baru tahu aku.
sudah bisa dicampakkan!" Dasar mahasiswa gebleg.

Dr. Farida Pudjiastuti Dr. H. Pratomo


Puskesmas Kaliangkrik, Magelang Puskesmas Ulujami, Pemalang

56 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


KILAH SEORANG PROFESOR. PERCAKAPAN
Di waktu sore menjelang makan ma- Percakapan antara 2 dokter yang mau ambil spesialisasi:
lam dengan persaan bangga berkatalah + : "Mau ambil spesialisasi biayanya besar. Belum nanti kalau sudah lulus hams punya
sang profesor: "Wah bu, dokter gigi di modal besar. Contohnya Radiologi. Jadi Radiolog hams punya pesawat Ro. Hams
gang II itu betul-betul hebat. Tadi saya dikota, kalau di desa bisa-bisa 1 mobil lengkap, seperti boyongan".
habis cabut gigi dari sana wah luar – : "Nab, kalau gitu ambil saja IKK (Kedokteran Forensik). Nggak perlu modal banyak
biasa tanpa merasakan sakit sedikitpun. tapi kenalan-kenalannya Polisi, kalau untung bisa jadi dosen Akmil Kepolisian,
CEKKKKKKKKKKKKKK!" Sang kemina-mana dikawan senjata, kan aman. Kalau berangkat visum, tak usah punya
ibu heran tidak kepalang tanggung dan macam-macam, cukup punya CANGKUL, untuk ngubur mayat bila perlu".
menjawablah: "Pak, bapak kan sudah + : "Ah, kamu itu, nanam mayat disamakan nanam jagung saja".
ompong dan memakai gigi palsu, Dr. Farida Pudjiastuti
malah atas dan bawah. Lalu yang Puskesmas Kaliangkrik, Magelang
dicabūt kan gigi palsu."
Sambil berkaget, si PROF berkilah: "ANEH TAPI NYATA" ORANG SEHAT MINTA KETERANGAN SAKIT
"
Wah jelas yang palsu bukan giginya Sebuah pengalaman yang cukup unik terjadi ketika saya bertuga; di Poliklinik
tapi dokternya. Dia bukan dokter gigi, Universitas Udayana. Ceritanya begini .
tapi dokter gigi palsu." Pada suatu hari, seorang mahasiswa dari lingkungan Universitas Udayana datang ke
Sang ibu: "Tobat-tobat amit-amit". poliklinik. Setelah dipersilakan duduk, dia langsung mengutarakan maksudnya. "Maaf
dokter, maksud saya kemari akan minta bantuan kepada dokter!" "Baiklah, apa yang
Dr. H. Pratomo dapat saya bantu?"
"
Puskesmas Ululami, Pemalang Begini dokter, saya akan mengikuti middle test (tentamen) susulan. Tetapi tidak di-
berikan oleh dosen saya. Saya akan diberikan mengikuti tentamen susulan itu kalau ada
DASAR PELUPA surat 'keterangan sakit' dari dokter. Dan saya disuruh oleh dosen saya supaya saya
Suatu sore datang seorang pen- mencari keterangan sakit di sini!
derita usia lanjut ke tempa praktek saya Mendengar permintaannya itu, saya jadi tercenung sejenak. Kemudian saya ber-
hendak berobat. Setelah saya periksa tanya kepadanya.
"
dan sehelai resep saya berikan Nanti dulu, apakah Saudara pemah berobat di sini?"
kepadanya iapun keluar menunggu di "Pernah!" "Kapan?"
ruang- tunggu. Pasien demi pasien saya "Kira-kira satu tahun yang lalu."
"
periksa sampai habis dan ketika Lalu, tentamennya itu kapan diadakan?"
"
hendak menutup pintu ruang praktek Sebenamya satu minggu yang lalu, tetapi saya tidak ikut karena tidak tahu tentamen-
saya terkejut melihat pasien usia nya dimajukan. Sehingga saya hams mengikuti tentamen susulan dengan syarat harus
lanjut itu masih berada disitu. Usut ada surat keterangan sakit!"
"
punya usut ternyata dia sedang me- Jadi, Saudara tidak bisa mengikuti tentamen itu tidak lantaran sakit 'kan. Kalau
nanti jemputan anaknya mahasiswa demikian, says tidak bisa memberikan keterangan sakit. Masa' orang sehat mau di-
dan saat itu sedang kuliah sore. Ia sakitkan?" says menjelaskan sambil sedikit bergurau.
pasien dari luar kota dan tidak tabu Namun mahasiswa tersebut berdalih dan mengatakan bahwa hal seperti ini sudah
jafan apalagi tempat kost anaknya. biasa terjadi. Katanya banyak temannya yang tidak ikut tentamen tidak karena sakit,
Sambil menunggu jemputan pasien itu tetapi disuruh mencari keterangan sakit supaya bisa mengikuti tentamen susulan
saya persilahkan berbaring di meja Yach .... bila demikian halnya, ini benar-benar aneh tapi nyata. Setelah merenung
praktek. Lewat tengah malam barulah beberapa saat, saya berusaha kembali memberilcan penjelasan. Kali ini dengan nada
datan jemputan. Rupanya si anak lupa serius. Saya menjelaskan arti sumpah dokter sehubungan dengan surat keterangan yang
menjemput ayahnya dan saking dibuat oleh dokter, hubungan antara dosen dan mahasiswa sampai ke P4.
lupanya ia bahkan sempat tertidur di Sang mahasiswa cuma manggut-manggut, namun di wajahnya masih menampakkan
tempat kostnya. rasa kecewa.
Dr. A. Tjandra Kristanto Dr. Ketut Ngurah
Jl. Margosari PR 6, Salatiga Laboratorium ParasitOlogi FK-Unud Denpasar

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 57


Ruang Penyegar dan
Penambah Ilmu Kedokteran
Dapatkah saudara menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini?

1. Persoalan serta keluhan para usia lanjut yang meliputi segi 7. Kontra indikasi atau efek samping yang negatif pada pem-
psikoedukatif: berian estrogen pada wanita postmenopause adalah:
a) Perasaan kesepian a) Kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium
b) Sulit tidur b) Penderita yang mempunyai gangguan fungsi hepar
c) Gangguan fungsi efektif c) Porfiria
d) Kesulitan keuangan d) Riwayat adanya tumor mamma
e) Dementia e) Semua benar
2. Perubahan-perubahan yang biasa terjadi pada usia laifut 8. Zat, yang hampir talc dapat laur pada pH urin berapapun
adalah sebagai berikut, kecuali : yaitu:
a) Tulang lebih rapuh a) Asam urat
b) Penurunan fungsi syaraf b) Xanthine
c) Berkurangnya lemak tubuh c) Kalsium oksalat
d) Otot-otot mengecil d) Kalsium fosfat
e) Penurunan cadangan ATP, CP dan glikogen e) Sistin
3. Respon terhadap obat pada usia laujut dipengaruhi oleh 9. Pala transplantasi, menurut hubungan donor dan resipien,
faktor-faktor, antara lain faktor farmakokinetik dan farma- yang dimaksud dengan allograft, yaitu:
kodinamik. Yang tidak termasuk dalam faktor farmakoki- a) Bila graft berasal dari tubuh sendiri
netik adalah : b) Bila graft berasal dari individu yang syngenetic
a) Absorbsi obat (identik dalam kondisi genetik)
b) Sensitivitas reseptor dan mekanisme homeostatik c) Graft antara suatu spesies dengan kondisi genetik ber-
c) Distribusi obat beda
d) Biotransformasi obat d) Graft berasal dari individu dengan spesies berbeda
e) Ekskresi obat e) Bukan salah satu di atas
4. Pada usia lanjut, terjadi perubahan isi dan kapasitas paru, 10. Faktor-faktor di luar urin yang mempengaruhi terjadinya
sebagai berikut : batu ginjal:
a) Kapasitas paru total menurun secara progresif a) Diet, misalnya diet yang banyak mengandung oksalat
b) Kapasitas vital meningkat b) Masukan cairan ke dalam tubuh yang berkurang
c) Isi residu meningkat sebanyak 20% pada usia 60 tahun. c) Trauma
d) Isi ruang rugi anatomis menurun d) Faktor keluarga, ras
e) Bukan salah satu di atas e) Semua benar
5. Secara hitologis, terjadi perubahan-pernbahan tertentu
pada kulit menua, yaitu pada epidermis, dermis dan
apendiks. Salah satu perubahan pada pendiks, misalnya :
a) Hilangnya pigmen rambut dan menipisnya rambut
b) Lempeng-lempeng kuku yang abnormal
c) Berkurangnya kelenjar ekrin
d) Berkurangnya fungsi kelenjar urap
e) Semua benar
6. Pada orang tua, turunnya secara tiba-tiba pendengaran
untuk frekuensi tinggi termasuk presbiakusis jenis :
a) neural presbyacusis
b) Stria presbyacusis
c) Cochlear conductive presbyacusis
d) Sensory presbyacusis

58 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988


ABSTRAK - ABSTRAK
LASER UNTUK MEMBERSIHKAN ARTERI LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENGURANG
KAKI YANG TERSUMBAT RISIKO TERKENA AIDS
FDA telah menyetujui pemasaran suatu alat Penelitian memperkirakan, sampai saat ini se-
laser produksi Trimedyne, Inc., Santa Ana, Cali- jumlah 1,5 juta warga Amerika telah terkena
fornia, yang dipergunakan untuk menyingkirkan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV-
timbunan lemak yang menghalangi arteri kaki yaitu virus yang mengakibatkan penyakit AIDS)
tertentu. Penggunaan laser untuk mengobati dan diakhir tahun 1991 diperkirakan penderita
gangguan pembuluh darah tersebut merupakan AIDS akan meningkat mencapai 270.000 dengan
yang pertama disetujui oleh FDA. Sampai saat 179.000 kematian. Mengingat hal tersebut, US.
ini, arteri yang tersumbat diobati dengan jalan Public Health Service mengajurkan langkah-
pembedahan atau dengan balloon angioplasty, langkah yang harus diambil warganya untuk
dimana suatu balon kecil dimasukkan ke dalam mengurangi risiko terkena AIDS, yaitu sebagai
pembuluh darah untuk kemudian digembungkan berikut:
agar dapat menghancurkan timbunan lemak yang • Pencegahan yang terbaik tentunya abstain dari
menyumbat arteri. Bila dibandingkan dengan seks atau berhubungan seks hanya dengan 1
pembedahan, proses dengan balon tersebut jauh orang saja yang tidak terinfeksi oleh virus.
lebih murah dan lebih aman, tetapi tidak dapat Hindari seks dengan penderita AIDS, orang yang
digunakan apabila timbunan lemak tersebut telah AIDS virus antibodinya positip, maupun orang
menyumbat arteri sama sekali, atau bila sumbatan yang termasuk golongan risiko tinggi terkena
tersebut diperkeras oleh timbunan kalsium. infeksi virus AIDS.
Walaupun demikian alat laser tersebut dapat • Apabila tidak yakin dengan pasangan hubung-
membuat hibang kecil melalui sumbatan yang an seksnya apakah terkena infeksi atau tidak,
sulit di atas, sehingga balon dapat masuk dan maka.
menyelesaikan tugasnya. – Hindari kontak dengan cairan tubuh termasuk
Alat ini memiliki fiberoptic probe berujung darah, sperma, sekresi vagina, urin, faeces dan
logam dengan lasar argon. Kemudian alat tersebut air liur.
dimasukkan ke tempat sumbatan dalam arteri, – Gunakan kondom, dimana perlu dicatat bahwa
dimana lasernya dipergunakan untuk kondom hanyalah bersifaa mengurangi risiko
memanaskan ujung logam sampai suhu sekitar tertular virus, tetapi tidak dapat mencegahnya
400 derajat Celcius (sekitar 750 derajat Fah- dengan mutlak.
renheit). Dengan mendorong ujung logam yang – Hindari praktek-praktek seperti anal inter-
panas tersebutke tempat yang terblokade, maka course yang dapat melukai jaringan tubuh.
timbunan lemak tersebut akan menguap, sehingga Hindari kontak oral-genital.
terbentuklah saluran yang cukup lebar untuk – Hindari ciuman intim dengan mulut terbuka.
memasukkan suatu ballon catheter. • Hindari melakukan hubungan seks dengan
Oleh karena sinar laser tersebut hanya diper- banyak pasangan, karena risiko terinfeksi virus
gunakan untuk memanaskan logam probe-nya akan menjadi lebih besar pula.
saja, risiko terbakarnya.pembuluh darah dapatlah • Hindari menggunakan obat-obat illegal me-
sangat banyak dikurangi. Jadi lasernya sendiri lalui vena. Jika memakai obat melalui vena,
tidak pernah kontak langsung dengan bagian jangan menggunakan jarum bersama-sama
dalam pembuluh darah. Persetujuan penggunaan dengan orang lain.
alat tersebut oleh FDA hanya dipergunakan untuk (FDA Consumer)
mengobati sumbatan pada arteri kaki yang sulit
atau tidak mungkin bila hanya diobati dengan
ballon angioplasty saja. Alat ini tidak
dipergunakan untuk melenyapkan blokade pada ANTIDOT UNTUK OVERDOSIS OBAT
arteri koroner, dimana prinsip pengobatan yang JANTUNG
masih dipakai adalah pembedahan bypass atau Digibind merupakan antidot pertama yang di-
ballon angioplasty. setujui oleh FDA untuk overdosis digoxin.
(FDA Consumer) Sekitar 4 juta orang menggunakan obat jantung

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 59


ABSTRAK - ABSTRAK
digoxin, dimana setiap tahunnya menelan ko- Kapasitas paru-paru anak laki-laki berkurang 7%
ban sekitar 175 orang karena overdosis. Anti- apabila ibunya merokok. Kapasitas tersebut akan
dot ini juga dapat dipergunakan untuk mengobati berkurang 25% apabila anak laki-laki tersebut
overdosis digitoxin. juga merokok. Suatu penelitian di Italia me-
Digoxin dan digitoxin mempunyai dosis terapi nunjukkan, anak-anak yang ibunya merokok lebih
dan dosis toksis yang sangat dekat, sehingga lambat dalam belajar membaca dibandingkan
walaupun pasien yang mendapatkan obat tersebut anak-anak yang ibunya bukan perokok. Penelitian
telah diingatkan untuk memperhatikan gejala- di Amerika menunjukkan, anakanak berumur 11
gejala awal keracunan, tetap saja setiap tahunnya tahun yang ibunya perokok, kemampuan
menelan 175 orang korban karena kecelakaan belajarnya terlambat 6 bulan.
overdosis mauoun sengaja untuk bunuh dine. (The Futurist)
Menurut American Association of Poison Control
Centres, selain masalah overdosis pada orang POLIMIKSIN B MENCEGAH SYOK
dewasa, setiap tahunnya terjadi sekitar 1000 INSULIN PADA HEWAN
kecelakaan karena minum obat-obat jantung Peneliti dare Institut Weizmann di Israel telah
diantara anak-anak di bawah usia 6 tahun. Jarang menemukan polimiksin B, suatu antibiotika yang
sekali kecelakaan tersebut berakibat fatal, teapi terkenal, dapat melindungi hewan terhadap syok
walaupun demikian, separuhnya perlu perawatan insulin. Syok insulin merupakan efek samping
di rumah sakit ataupun pengobatan medis lainnya. yang berbahaya bagi penderita diabetes yang
Dalam banyak kasus yang menyangkut digoxin telalu banyak menerima insulin. Overdosis insulin
dapat dipergunakan Digibind. pada penderita diabetes merupakan suatu
(FDA Consumer) problem, mengingat kebutuhan insulin ber-
fluktuasi dare jam ke jam, sehingga sulit untuk
PENGARUH ROKOK TERHADAP ANAK- mengetahui dengan tepat berapa jumlah insulin
ANAK IBU PEROKOK yang hams diberikan pada suatu saat. Polimiksin
Pekembangan janin yang dikandung oleh seorang B merupakan bahan pertama yang dikenal yang
ibu perokok akan dipengaruhi oleh nikotin, se- dapat mempengaruhi kerja insulin secara lang-
jumlah bahan-bahan kimia toksis serta radibaktif sung. Antibiotika ini sedang diteliti dengan
polonium yang berasal dari rokok tersebut. Bobot intensif, mengingat pada prinsipnya dapat di-
bayi yang dilahirkannya pun akan berkurang berikan bersama insulin sebagai tambahan untuk
10%. Merokok juga dapat engakibatkan kelahiran perawatan diabetes. Selain itu, polimiksin B
bayi yang prematur maupun abortus. R.T. efeknya berlangsung lama, sehingga sangat cocok
Ravenholt, seorang ahli epidemiologi di Amerika sebagai bahan pengatur kerja insulin.
memperkirakan terjadinya 50.000 kasus
keguguran per tahunnya yang diakibatkan oleh
karena rokok. Sejumlah 19% bayi pertama yang
dilahirkan oleh ibu perokok di Italia merupakan
bayi prematur. Jumlah tersebut 2 kali lebih tinggi
dibandingkan ibu yang tidak merokok. Frekuensi
penyakit pernapasan, pneumonia, asma, bron-
khitis, influenza dan masuk angin lebih banyak
dijumpai di antara anak-anak yang orang tuanya
perokok. Penelitian di Inggeris menunjukkan,
anak-anak di bawah umur 1 tahun yang ibunya
merokok lebih dari 1 pak per harinya memiliki
risiko terkena bronkhitis dan pneumonia 2 kali
lebih tinggi daripada ibu yang tidak merokok.
Menurut penelitian, perkembangan anak pun
akan terhambat apabila orangtuanya merokok.

60 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988

You might also like