You are on page 1of 9

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pembangunan Millenium (millennium development) abad 21 akan ditandai dengan pesatnya laju pembangunan infrastruktur kawasan perkotaan hingga pedesaan. Hal ini berkontingensi kuat, selain oleh arus globalisasi juga dengan realisasi dari resolusi PBB No. 43/181/Des 1988 tentang penyediaan perumahan dan pemukiman di Indonesia untuk mewujudkan rumah yang layak bagi semua (shelter for all). Dalam skala global, diperkirakan dua pertiga penduduk dunia akan tinggal dikawasan perkotaan sedangkan di Indonesia diperkirakan hingga 60 persen, artinya kawasan perkotaan di Indonesia akan menghadapi tantangan kompleks berupa dampak tekanan penduduk yang meningkat (Mangunjaya, 2006).

2. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pemukiman yang baik di lingkungan perkotaan. 2. Untuk mendapatkan solusi dari permasalahan yang terjadi di lingkungan perkotaan.

PEMBAHASAN
1. Pengertian Pemukiman
Pemukiman merupakan bagian dari kawasan perkotaan dan pedesaan (UU No. 24 /92 tentang penataan ruang). "Kawasan Pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa, pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi". "Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, dari pemusatan meningkatnya dan distribusi tekanan pelayanan penduduk jasa yaitu pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi". Dampak ketidakseimbangan ekologi lingkungan kawasan perkotaan khususnya perluasan kawasan pemukiman. Beberapa kota di Indonesia misalnya Jakarta, Medan, dan Surabaya telah mengalami hal yang demikian. Penyebabnya adalah arus urbanisasi yang cepat, konsentrasi pembangunan infrastruktur pada kawasan metropolis, alih fungsi lahan yang tinggi, konversi dari hutan kota, cagar alam, lahan pertanian produktif, pantai, daerah resapan air menjadi pemukiman dan industri, serta dukungan pemerintah (political will) yang lemah serta partisipasi masyarakat yang rendah.

1.1

Dampak Positif Pemukiman


a. Pengembangan pemukiman prasarana wilayah yang baik akan meningkatkan kinerja kawasan produksi dan jasa di perkotaan dan di pedesaan. b. Terjaminnya kelestarian sumber daya alam/air dan lingkungan. c. Meningkatkan keterkaitan antar kota, antara kota-desa. d. Meningkatkan perkembangan dan pemerataan ekonomi, kesatuan wilayah, dan pembangunan yang berkelanjutan.

1.2

Dampak Negatif Pemukiman


Apabila pengembangan permukiman dan prasarana wilayah

kurang terlaksana dengan baik akan menimbulkan masalah-masalah disparitas kota-desa, disparitas wilayah, kerusakan lingkungan serta tidak efektif dan efisiennya penggunaan sumber daya pembangunan (dana, sumber daya alam/air).

2. Permasalahan Perkotaan

dalam

Pengelolaan

Lingkungan

Permasalahan yang terjadi di wilayah perkotaan memberikan ilustrasi akibat perkembangan dan pertumbuhan perkotaan di Indonesia yang secara langsung terkait kepada pengelolaan lingkungan perkotaan, sehingga diperlukan penanganan yang serius dari Pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai pelaksana kegiatan di daerah. Berikut ini adalah contoh-contoh dari permasalahan yang terjadi di wilayah perkotaan.

2.1

Pengelolaan sampah

Semakin banyak pemukiman yang dibangun, maka akan menumpuk pula sampah yang dihasilkan, baik itu limbah rumah tangga ataupun pabrik. Jikalau masalah sampah tidak diatasi sejak sekarang, maka sampah akan menjadi ancaman serius bagi bangsa kita. Pengelolaan sampah yang tidak benar, dapat mengakibatkan kebanjiran. Solusi untuk mengatasi hal ini yaitu: Sistem pengelolaan sampah terpadu. Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu tersebut setidaknya sampah, mengkombinasikan daur ulang & pendekatan guna ulang, pengurangan sumber

pengkomposan, insinerasi dan pembuangan akhir (landfilling). Sedangkan bagi rumah tangga berarti menanamkan kebiasaan untuk tidak boros dalam penggunaan barang-barang keseharian. Pengelolaan sampah hakekatnya adalah aktivitas kesisteman, bukan aktivitas individual. dari Kesuksesan sistem tersebut akan sangat hukum, bergantung subsistem-subsistem lainnya seperti,

kelembagaan, pembiayaan dan aspek peran serta masyarakat. 3

Peran serta masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam pengelolaan sampah. Dalam strategi jangka panjang peran aktif masyarakat menjadi tumpuan bagi suksesnya pengelolaan sampah kota, dan dalam program jangka panjang setiap rumah tangga disarankan mengelola sendiri sampahnya melalui program 3 R (Reduce, reuse dan recycle). Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari sistem pengelolaan

sampah terpadu ini, diantaranya : 1. Biaya pengangkutan dapat ditekan karena dapat memangkas mata rantai pengangkutan sampah; 2. Tidak memerlukan lahan besar untuk TPA; 3. Dapat menghasilkan nilai tambah hasil pemanfaatan sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis; 4. Dapat lebih mensejahterakan petugas pengelola kebersihan; 5. Bersifar lebih ekonomis dan ekologis; 6. Dapat menambah lapangan pekerjaan dengan berdirinya badan usaha yang mengelola sampah menjadi bahan yang bermanfaat; 7. Dapat lebih memberdayakan masyarakat dalam mengelola kebersihan kota.
Contoh pengelolaan sampah yang >> kurang baik

2.2

Pengelolaan Air Bersih dan Limbah


air bersih semakin meningkat seiring dengan

Kebutuhan

bertambahnya jumlah pemukiman. Disamping itu, air limbah yang dihasilkan pun semakin meningkat. Jikalau kebutuhan air semakin menipis sementara limbah meningkat, keadaan akan semakin gawat. Maka dari itu,perlu dicari solusinya.

Solusi untuk mengatasi hal ini yaitu: Dalam keseharian kita, kita dapat mengurangi pencemaran air, dengan cara mengurangi jumlah sampah yang kita produksi setiap hari (minimize), mendaur ulang (recycle), mendaur pakai (reuse). Kita pun perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita. Karena saat ini kita telah menjadi "masyarakat kimia", yang menggunakan ratusan jenis zat kimia dalam keseharian kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, memupuk tanaman, dan sebagainya. Daur ulang pengolahan limbah cair umumnya dilakukan dengan menggunakan cara biologi dengan memanfaatkan mikrobiologi untuk menguraikan kandungan senyawa-senyawa kimia, dan cara fisika atau kimia untuk memisahkan kandungan senyawa kimia dari air. Teknologi pengolahan air limbah telah diperkenalkan teknologi bersih pengolahan air limbah yang dinamakan teknologi oksidasi lanjutan atau advanced oxidation processes (AOP). AOP sudah dapat diaplikasikan di industri dengan kemampuan yang lebih maju dibandingkan dengan teknologi pengolahan air limbah yang ada. Salah satu dari AOP yang banyak diaplikasikan pada perindustrian tekstil di Jepang adalah kombinasi dari ozon dan ultraviolet (Sugitomo, 2000). Kombinasi ini banyak dipergunakan mengingat selama ini baik teknologi ozon maupun lampu ultraviolet bukan merupakan hal yang baru dalam proses pengolahan air, terutama dalam proses pengolahan air bersih/minum, sehingga kombinasi dari keduanya menjadi mudah untuk diaplikasikan.

>> gambar pembuangan limbah di sungai

2.3

Pencemaran udara

Pencemaran udara adalah kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan tubuh manusia. Pencemaran udara biasanya terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan gas-gas yang mengandung zat di atas batas kewajaran. Rusaknya atau semakin sempitnya lahan hijau di suatu daerah juga dapat memperburuk kualitas udara di tempat tersebut. Semakin banyak kendaraan bermotor dan alat-alat industri yang mengeluarkan gas yang mencemarkan lingkungan akan semakin parah pula pencemaran udara yang terjadi. Untuk itu diperlukan peran serta pemerintah, pengusaha dan masyarakat untuk dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran udara yang terjadi. Gas-Gas Pencemar Udara Utama - CO - CO2 - NO - SO2 Solusi untuk mengatasi hal ini, yaitu: Salah satu solusinya bisa dengan cara uji emisi dan penggunaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan biodiesel merupakan salah satu alternatif mengurangi polusi. Sebab, dengan biodiesel yang terbuat dari minyak jarak atau kelapa sawit yang telah mengalami pemrosesan, pencemaran bisa dikurangi. Gerakan penghijauan seyogianya terus ditingkatkan, terutama dimulai dari tempat tinggal masing-masing. Sangat dianjurkan menggunakan pohon yang berdaun lebar atau yang berpotensi mengurangi polusi udara. Misalnya setiap keluarga, terutama di kota, menanam sebuah bibit pohon angsana. Niscaya lima tahun ke depan, telah tercipta lingkungan yang asri dan terhindar dari polusi udara. Demikian pula taman-taman kota perlu digalakkan untuk mengimbangi polusi udara kota dan agar "langit biru" tidak sekedar menjadi isapan jempol. - NO2 - SO

Contoh pencemaran udara di jalan raya

2.4

Ruang Terbuka Hijau

Sampai saat ini pemanfaatan ruang masih belum sesuai dengan harapan yakni terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Menurunnya kualitas pemukiman di perkotaan bisa dilihat dari kemacetan yang semakin parah, berkembangnya kawasan kumuh yang rentan dengan bencana banjir/longsor serta semakin hilangnya ruang publik untuk artikulasi dan kesehatan masyarakat. Dengan banyaknya pemukiman yang dibangun, tentunya akan mengurangi jatah ruang terbuka hijau. Padahal, ruang terbuka hijau amatlah penting untuk menjaga udara agar tetap bersih, lingkungan tidak panas, serta menjaga keberadaan air tanah. Apabila ruang terbuka semakin habis, keselamatan bumi ini beserta makhluk di dalamnya dalam keadaan siaga. Selain itu, ruang terbuka hijau juga dapat digunakan sebagai tempat rekreasi, pelepas lelah. Implementasi penataan ruang yang nyaman belum sepenuhnya dapat diselenggarakan mengingat masih banyaknya kendala. , ruang terbuka hijau yang idealnya 30 % dari luas wilayah, saat ini kondisinya semakin menurun. Ruang terbuka hijau, saat ini baru mencapai 10%. Padahal ruang terbuka hijau diperlukan untuk kesehatan, arena bermain, olah raga dan komunikasi publik. Diingatkan, pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada. Solusi untuk mengatasi hal ini, yaitu: Mengatur sistem penataan ruang secara menyeluruh. Mencakup perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian. Kewenangan penataan ruang diberikan kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Seluruh rencana tata ruang, baik tingkat nasional, provinsi, kabupaten, maupun kota, harus dibuat untuk proyeksi 20 tahun. Proporsi RTH pada wilayah kota ditetapkan paling sedikit 30% dari luas wilayah kota. RTH itu terbagi atas ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Ruang terbuka hijau publik merupakan RTH yang dimiliki dan dikelola pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Hal itu meliputi taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Yang masuk ruang terbuka hijau privat adalah kebun atau halaman rumah atau gedung milik masyarakat atau swasta yang ditanami tumbuhan. Besaran RTH publik itu paling sedikit 20% di antara luas wilayah kota, sedangkan untuk RTH privat paling sedikit 10%.

Contoh Ruang Terbuka >> Hijau di Jakarta

PENUTUP
Dari penjelasan yang telah kami paparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada suatu pemukiman terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya pengelolaan sampah, pengolahan air bersih dan limbah, pencemaran udara, dan pengelolaan ruang terbuka hijau. Dari keempat hal trersebut, tentunya menimbulkan dampak-dampak baik positif maupun negatif. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang serius untuk mengatasi permasalahan tersebut baik dari pemerintah maupun dari masyarkat sendiri. Dan yang lebih penting adalah dari kesadaran masingmasing individu itu sendiri untuk mengelola lingkungannya menjadi lebih baik, agar anak cucu kita juga bisa menikmatinya di masa yang akan datang.

You might also like