You are on page 1of 97

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Fisika Dasar

Disusun Oleh: Nama NPM Asisten : ARDI MARDIANA : 081410009 : -

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MAJALENGKA 2009

LEMBAR PENGESAHAN
Setelah diperiksa dengan seksama maka laporan ini dapat diajukan sebagai Laporan Praktikum Akhir guna dipersentasikan pada akhir Praktikum Fisika Dasar untuk memperoleh kelulusan Mata Kuliah Fisika Dasar.

Majalengka, Agustus 2009 Asisten Pembimbing

__________________________

vi

ABSTRAKSI
Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam, baik itu yang bersifat benda mati atau benda hidup. Konsribusi fisika disiplin ilmu lain mendorong laju perkembangan cabang-cabang ilmu baru. dalam hal ini fisika merupakn ilmu pengetahuan eksperimental. dalam melakukan eksperimental ini diperlukan suatu ketelitian / praktikum agar diperoleh suatu pengukuran. Tujuan dari penelitian / praktikum antara lain adalah untuk: Menyajikan ilmu fisika dengan cara logis dan koheren ( masuk akal ), sehingga menarik dan dapat dimengerti aleh semua orang. Memberikan suatu pendahuluan yang seimbang pada konsep-konsep terpenting dan gejala dalam fisika klasik dan fisika modern dengan cara yang mencerminkan keindahan dan greget ilmu fisika dan juga memberikan dasar yang kuat guna studi lanjut.

vi

KATA PENGANTAR Alhamdulilahirobbilalamin, dengan memanjatkan puji dan syukur

kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Fisika Dasar. Adapun isi dari Laporan Praktikum Fisika Dasar ini merupakan laporan data praktikum serta kesimpulan penulis terhadap data tersebut. Perlu diketahui, bahwa tujuan utama dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Fisika Dasar serta untuk menerapkan dan perbandingan teori yang telah diterima oleh penulis. Sesungguhnya laporan ini tidak mungkin terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan laporan ini. Dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam penulisan laporan ini dan penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis sendiri, umumnya bagi para pembaca yang budiman.

Majalengka, Agustus 2009

Penulis

vi

DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN ..... ABSTRAKSI ... KATA PENGANTAR .. DAFTAR ISI PRAKTIKUM I ( PENGUKURAN DASAR ) BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI Pendahuluan .. Landasan teori Prosedur percobaan... Hasil Pengamatan.. Analisa.. Kesimpulan...... Pendahuluan... Landasan teori Prosedur percobaan... Hasil Pengamatan..... Analisa..................... Kesimpulan... GAYA ) 23 25 27 30 32 33 1 2 4 5 6 7 9 11 13 16 18 21 i ii iii iv

PRAKTIKUM II ( BANDUL SEDERHANA )

PRAKTIKUM III ( KESETIMBANGAN & RESULTAN DUA BAB I BAB II BAB III BAB I BAB II BAB III Pendahuluan............... Landasan teori............ Prosedur percobaan... Pendahuluan............... Landasan teori............ Prosedur percobaan... vi

PRAKTIKUM IV ( HUKUM HOOKE )

BAB IV BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI BAB I BAB II BAB III

Hasil Pengamatan...... Pendahuluan............... Landasan teori............ Prosedur percobaan... Hasil Pengamatan . Pendahuluan............... Landasan teori............ Prosedur percobaan... Hasil Pengamatan..... Analisa..................... Kesimpulan.............. Pendahuluan............... Landasan teori............ Prosedur percobaan... Hasil Pengamatan...... Analisa...................... Kesimpulan.............. Pendahuluan............... Landasan teori........... Prosedur percobaan... Hasil Pengamatan..... Analisa...................... Kesimpulan.............. Pendahuluan............... Landasan teori........... Prosedur percobaan... vi

35 37 39 40 43 45 46 47 50 51 52 54 55 56 58 59 60 62 63 64 66 67 68 70 71 72

PRAKTIKUM V ( GERAK PADA BIDANG MIRING )

PRAKTIKUM VI ( HUKUM OHM )

PRAKTIKUM VII ( RANGKAIAN RESISTOR SERI )

PRAKTIKUM VII ( RANGKAIAN RESISTOR PARALEL )

PRAKTIKUM IX ( TRANSFORMATOR )

BAB IV BAB V BAB VI

Hasil Pengamatan...... Analisa...................... Kesimpulan..............

74 75 76

PRAKTIKUM X ( MENENTUKAN KALOR JENIS LOGAM MENGGUNAKAN KALORIMETER) BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI Pendahuluan............... Landasan teori............ Prosedur percobaan... Hasil Pengamatan...... Analisa...................... Kesimpulan.............. 78 80 82 85 86 88 89

DAFTAR PUSTAKA

PENGUKURAN DASAR
vi

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR


Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Fisika Dasar (Dosen : ACA SUMITRA, SP.M.Si) Disusun Oleh: ARDI MARDIANA NPM. 081410009

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MAJALENGKA 2009


BAB I
vi

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Asas ilmu fisika adalah pengamatan dan observasi, biasanya berupa pengamatan kuantitas atau pengukuran. Pengukuran biasanya diteruskan ke dunia luar agar orang lain mendapatkan faedahnya, baik untuk keperluan ilmu ataupun untuk keperluan praktis. Dalam pada itu timbul pertanyaan bagaimanakah cara melaporkan hasil percobaan, apakah jaminan hasil pengukuran itu tidak salah, jika tidak tepat berapakah simpangannya, dan sampai berapa jauh hasil itu dapat dipercaya. B. Maksud dan Tujuan Percobaan Pada percobaan ini kita dilatih untuk dapat menggunakan alat ukur panjang yang berbeda dan menyatakan dalam angka yang wajar sesuai alat yang digunakan. C. Peralatan yang digunakan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah sebagai berikut : Jangka sorong Mikrometer Kubus Tembaga KubusKuningan Kubus Aluminium Kubus Besi Kubus Kayu Kertas HVS Kawat Besi Kawat Nikelin

BAB II
vi

LANDASAN TEORI
Mengukur adalah membandingkan suatu dimensi yang tidak diketahui terhadap dimensi standar. Anda mungkin mengukur menggunakan satu alat ukur atau lebih untuk menentukan nilai dari suatu besaran fisis. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran adalah memilih dan merangkai alat ukur secara benar. Hasil pengukuran suatu besaran fisis dilaporkan sebagai X = X0 Llx. X adalah pendekatan terhadap nilai benar X0, dan L1x adalah ketidakpastian. A. Mistar Skala ferkecil mistar, yaitu jarak antara dua goresan yang berdekatan. Skala terkecil mistar yang digunakan adalah 1 mm. Ketidakpastian pada pengukuran tunggal menggunakan mistar sama dengan setengah skala terkecil (1/2 skala terkecil = 1/2 x 1 mm = 0,5 mm).

Gambar 1.1 B. Jangka Sorong Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, kedalaman, dan ketebalan benda. Jangka sorong memiliki skala utama dan skala nonius. Skala utama tertera pada rahang tetap dan skala nonius pada rahang sorong. Jangka sorong yang akan digunakan adalah jangka sorong yang memiliki skala terkecil sama dengan 0,05 mm. Cara menggunakan jangka sorong: vi

1. Perhatikan angka pada skala utama yang berdekatan dengan angka nol skala nonius. 2. Perhatikan garis nonius yang tepat berimpit dengan garis pada skala utama.

Gambar 1.2 C. Mikrometer Mikrometer sekrup Jika selubung luar diputar satu kali putaran penuh, maka rahang geser dan selubung luar akan maju atau mundur 0,5 mm. Karena selubung luar memiliki 50 skala, maka 1 skala pada selubung luar sama dengan jarak maju atau mundur rahang geser sejauh 0,5 mm / 50 = 0,01 mm. Bilangan 0,01 mm ini merupakan skala terkecil mikrometer. Cara menggunakan mikrometer sekrup: 1. Perhatikan garis skala utama yang terdekat dengan tepi selubung luar. 2. Perhatikan garis mendatar pada selubung luar yang berhimpit dengan garis mendatar pada skala utama.

Gambar 1.3

BAB III
vi

PROSEDUR PERCOBAAN
A. Mengukur Panjang Menggunakan Mistar dan Jangka Sorong 1. Ukur panjang sisi balok (kubus) aluminium menggunakan mistar. Nyatakan hasil pengukuran dengan jumlah angka yang wajar sesuai ketelitian alat. Catat hasil pengukuran pada tabel 1.1. 2. Ukur panjang sisi balok (kubus) aluminium menggunakan jangka sorong. Nyatakan hasil pengukuran dengan jumlah angka yang wajar sesuai ketelitian alat. Catat hasil pengukuran pada kolom dan baris yang sesuai pada tabel 1.1. 3. Ulangi langkah 1 dan 2 untuk balok (kubus) besi, tembaga dan kuningan. Catat hasil pengukuran ke dalam Tabel 1.1. B. Mengukur Panjang Menggunakan Jangka Sorong dan Mikrometer 1. Ukur diameter dalam tabung menggunakan jangka sorong. Nyatakan hasil pengukuran dengan jumlah angka yang wajar sesuai ketelitian alat. Catat hasil pengukuran pada Tabel l.2. 2. Ukur tebal kertas menggunakan jangka sorong dan mikrometer untuk mengukur ketebalan beberapa lembar kertas HVS. Catat hasil pengukuran ke dalam Tabel l.2.

BAB IV
vi

HASIL PENGAMATAN

Tabel 1.1
Mistar Panjang Lebar (mm) (mm) Jangka Sorong Panjang Lebar (mm) (mm)

No

Benda yang diukur

1. 2. 3. 4. 5.

Balok Tembaga Balok Kuningan Balok Besi Balok Alumunium Balok Kayu

28 28 28 28 28

20 20 20 20 20

28,30 28,30 28,50 28,30 28,50

19,90 20,20 20,00 20,00 20,10

Tabel 1.2
Jangka Sorong Tebal / Diameter (mm) Mikrometer Tebal / Diameter (mm)

No

Benda yang diukur

1. 2. 3. 4. 5.

Kawa Nikelin Kawat Besi Kawat Tembaga 1 lembar kertas HVS 5 lembar kertas HVS

0,80 0,90 1,20 0,10 0,50

0,26 1,37 1,19 0,10 0,25

BAB V ANALISA
Pengukuran dengan mistar dinyatakan dalam 3 angka atau lebih, karena skala terkecilnya 1 mm. vi

Pengukuran dengan jangka sorong dinyatakan dalam 4 angka atau lebih, karena skala terkecilnya 0,1 mm. Pengukuran dengan mikrometer dinyatakan dalam 4 angka atau lebih, karena skala terkcilnya 0,01 mm. Alat ukur yang paling teliti adalah mikometer, karena ketelitian pengukuran micrometer skala terkecilnya 0,01 mm.

BAB VI KESIMPULAN

vi

Setelah melakukan percobaan dari pengukuran dengan menggunakan mistar, jangka sorong pada kubus tembaga, kubus kuningan, kubus aluminium, kubus besi, kubus kayu, kertas HVS, kawat nikelin, kawat besi dan kawat tembaga. Maka hasil akhir pengukuran setelah melalui proses pengolahan data, hasil akhirnya tidaklah sama. Jika dilihat dari bendanya maka tampak sama tetapi pada pengukuran dengan ketelitian menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer hasilnya berbeda.

BANDUL SEDERHANA

vi

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR


Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Fisika Dasar (Dosen : ACA SUMITRA, SP.M.Si) Disusun Oleh: ARDI MARDIANA NPM. 081410009

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MAJALENGKA 2009


BAB I PENDAHULUAN
vi

A. Latar Belakang Masalah Hampir semua teori praktis dalam fisika dapat diujicobakan, untuk itu keterampilan melakukan uji coba bagi seorang mahasiswa sangatlah bermanfaat. Dalam percobaan praktek kesempatan ini topik yang dibahas getaran. Adapun yang dimaksud getaran adalah gerak bolak-balik melalui titik seimbang. Gerak harmonis, merupakan getaran adalah gerak benda yang merupakan proyeksi gerak benda lain yang bergerak melingkar beraturan dan diproyeksikan pada salah satu garis tengahnya. Salah satu contoh gerak harmonis sederhana ialah ayunan. B. Maksud dan Tujuan Percobaan Adapun maksud dan tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut: Menanamkan kedisiplinan dan tanggung jawab mahasiswa terhadap tugas yang diberikan Mengetahui cara penerapan materi dalam praktek khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan ilmu Fisika yaitu percobaan cara menentukan nilai percepatan gravitasi di suatu tempat dengan menggunakan ayunan bandul sederhana. Mempelajari hubungan antara beberapa parameter yang terdapat pada bandul sederhana, memverifikasi hubungan teoritis di antara parameterparameter itu. Meningkatkan keterampilan dalam melakukan percobaan.

C. Peralatan yang digunakan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah sebagai berikut : vi

Dasarstatif Kaki statif Batang statif 250 mm Batang statif 500 mm Pasak penumpu Bosshead universal Bola bandul kecil dan besar Benang nylon Stop Watch

BAB II LANDASAN TEORI


vi

Bandul sederhana adalah sebuah benda kecil, biasanya benda berupa bola pejal, digantungkan pada seutas tali yang massanya dapat diabaikan dibandingkan dengan massa bola dan panjang bandul sangat besar dibandingkan dengan jari-jari bola. Ujung lain tali digantungkan pada suatu penggantung yang tetap. Gambar 2.1 memperlihatkan gambar skema pendulum sederhana. Titik a adalah posisi seimbang bandul.

Gambar 2.1 Jika bandul diberi simpangan kecil. dan kemudian dilepaskan, bandul akan berosilasi (bergetar) di antara dua titik, misalnya titik A dan B, dengan periode T yang tetap. Seperti sudah dipelajari pada percobaan mengenai, getaran, satu getaran (1 osilasi) didefinisikan sebagai gerak bola dari A ke B dan kembali ke A, atau dari B ke A dan kembali ke B, atau gerak dari titik a ke A ke B dan kembali ke titik O. Ada beberapa parameter (atau variabel) pada bandul, yaitu periodenya (T), panjangnya ( ), massa bandul (m), dan simpangan sudut (O). Penurunan secara teoritis mengenai hubungan antarvariabel ini memberikan persamaan:
T = t n

(2.1)

disini adalah panjang bandul dan g adalah percepatan gravitasi. Panjang pendulum adalah jarak dan titik gantung tetap ke pusat massa bola vi

pejal. Untuk bola pejal yang homogen, pusat masa bola ada di titik tengah bola. Persamaan (2.1) Japat ditulis menjadi:
T2 = 4 2 g

(2.1a)

Karena g untuk tempat tertentu adalah tetap, grafik T 2 terhadap / haruslah berbentuk garis lurus. Hubungan seperti ini disebut juga hubungan linear. Pada percobaan kita diminta menguji (memverifikasi) hubungan antara T dengan dengan menjawab pertanyaan Dalam batas-batas ketelitian percobaan, Iinearkah hubungan antara T2 dan ?. Pada persamaan (2.1) tidak tampak faktor massa m. Ini artinya, penurunan teoritis menunjukkan bahwa periode T tidak bergantung pada massa m bandul. Pada percobaan ini Anda diminta menyelidiki hal ini.

BAB III
vi

PROSEDUR PERCOBAAN
Setelah semua alat dan bahan disiapkan, lakukan langkah-langkah berikut ini: 1. Susunlah alat-alat yang diperlukan seperti pada Gambar. 2.2 dan tempatkan susunan itu di pinggir meja.

Gambar 2.2 2. Jika dimungkinkan, jepit kaki statif menggunakan penjepit G agar statif berdiri lebih kokoh (lebih stabil). Sangatlah penting statif tidak ikut bergoyang ketika bandul berayun. Keadaan ini akan menganggu periode bandul. 3. Pasang pemegang pasak penumpu di ujung atas dan di bagian bawah batang statif. Lalu masukkan pasak penumpu ke tiap pemegangnya. 4. Gunakan bola pejal 35 g sebagai massa bandul dan ikat bola dengan tali (benang) yang panjangnya kira-kira 1 m. 5. Lewatkan tali melalui lubang pada ujung pasak penumpu yang di atas, lalu ikatkan ujung lain tali pada lubang pasak penumpu yang di bawah, seperti pada Gambar 2.2. 6. Buat panjang bandul 30 cm. vi

7. Siapkan stop watch. Langkah percobaan Bagian 1: Hubungan antara T dan ; m dan 2 tidak diubah. 1. Beri simpangan kecil (kira-kira 3 cm) kepada bandul, diukur dan titik keseimbangannya. Tetapkan salah satu titik sebagai titik acuan untuk memulai penghitungan banyak getaran. kita dapat menggunakan titk 0, atau A, atau B sebagai titik acuan. Misalkan kita mengambil titik 0 sebagai titik acuan. Tetapkan banyaknya osilasi (ayunan) yang akan diukur waktunya. Semakin banyak jumlah ayunan, semakin teliti nilai periode yang didapat. Pengukuran 20 osilasi sudah cukup baik. 2. Lepaskan bandul, lalu bersiaplah mengukur waktu. Ketika kita sudah siap, jalankan stop watch pada saat bola pejal melewati titik acuan yang kita pilih. Mulailah menghitung satu pada saat bandul melewati titik itu lagi pada arah yang sama, lalu menghitung dua ketika bandul melewati titik itu pada arah sama untuk kedua kalinya, menghitung tiga ketika lewat ketiga kalinya, demikian seterusnya, sampai hitungan yang ke-20 (misalnya). Pada saat itu juga hentikan stop watch. 3. Baca waktu t seperti yang ditunjukkan oleh stop watch dan catat t pada Tabel 2.1 di bawah. 4. Hitung periode T dan nilai t ini ( T = 1/20 t), dan catat nilai yang didapat pada Tabel 2.1 di bawah. 5. Ulangi Iangkah a sampai d menggunakan panjang tali (bandul) yang berbeda-beda, misalnya seperti yang tertera pada Tabel 2.1; m dan 2 dan . 6. Dengan menggunakan data pada Tabel 2.1, buatlah grafik yang menyatakan hubungan antara T2 terhadap pada sehelai kertas grafik. 7. Dari grafik itu simpulkan hubungan T2 dan . 8. Kurang lebih sebanding atau tidak sebandingkah hubungan antara T2 dan vi tidak diubah. Upayakan untuk mendapatkan sekurang-kurangnya 8 pasang nilai T

Bagian 2: Hubungan antara T dan m; dari m tidak diubah 1. Dengan menggunakan data pada bagian terakhir percobaan Bagian 1 di atas, isikan data itu pada Tabel 2.2 di bawah, pada sel-sel di biwah judul 35 gram. 2. Ganti bola bandul dengan bola yang massanya 70 g. 3. Kembalikan panjang seperti pada percobaan terakhir Bagian 1, lalu tentukan waktu t untuk melakukan n osilasi. Cantumkan hasilnya pada Tabel 2.2 pada sel-sel yang sesuai. 4. Hitung periode T dan T2, dan cantumkan hasilnya pada Tabel 2.2. 5. Dengan memberi kelonggaran kesalahan percobaan sebesar 5%, simpulkan berpengaruh atau tidak berpengaruhnya massa bandul (m) terhadap periode T.

Bagian 3: Hubungan antara T dan 2 ; dan m tidak diubah 1. Gunakan keadaan bandul yang terakhir, yaitu panjang 100 cm dan massa 70 gram. 2. Dengan cara seperti di atas, tentukan periode bandul untuk berbagai simpangan 2 , mulai dari simpangan yang tidak terlalu besar sampai ke simpangan yang besar, misalnya seperti dicantumkan pada Tabel 2.3. Perhatikan! Simpangan pada Tabel 2.3 dinyatakan dalam jarak dan keseimbangan kedudukan terjauh bandul, bukan dalam sudut. 3. Dengan memberi kelonggaran kesalahan percobaan sebesan 5%, simpulkan berpengaruh atau tidak berpengaruhnya simpangan bandul (2 ) terhadap periode T.

vi

BAB IV HASIL PENGAMATAN


Tabel 2.1 Hubungan antara T dan , m dan 2 dibuat tetap Banyaknya ayunan (n) = 20 Panjang bandul (cm) Waktu t untuk n ayunan (s) Periode T ( = t/n) T2 30,0 21 1.05 1.102 5 40, 0 26 1.3 1.6 9 50, 0 28 1.4 1.9 6 60, 0 32 1.6 2.5 6 70, 0 34 1.7 2.8 9 80, 0 36 1.8 3.2 4 90,0 37 1.85 3.422 5 100 39 1.95 3.8025

Tabel 2.2 Hubungan antara T dan m, dan 2 dibuat tetap Banyaknya ayunan (n) = 20 Panjang Bandul (cm) Massa bola bandul Waktu untuk 20 ayunan t (s) Periode T (s) T2 100 35 gram 39 1.95 3.8025 70 gram 40 2 4

vi

Tabel 2.3 Hubungan antara T dan 2 , dan m dibuat tetap Banyaknya ayunan (n) = 20 Panjang bandul (cm) Waktu t untuk n ayunan (s) Periode T ( = t/n) T2 1,0 40 2 4 2,0 40 2 4 3,0 40 2 4 4,0 40 2 4 5,0 40 2 4 50 40 2 4 70 42 2.1 4.41 80 43 2.15 4,6225

vi

BAB V ANALISA
A. Rumus
T = 2 T
2

y = mx m = Gradien

T2 =y m= 4 2 g

= x

4 2 = g

B. Menghitung nilai g (gravitasi) melalui percobaan, dimana: Panjang tali


1 T12 2 T22
2 T33

T2 = 1.1025 s2 = 1.69 s2 = 1.96 s2 = 2.56 s2 = 2.89 s2 = 3.24 s2 = 3.4225 s2 = 3.8025 s2

= 30 cm = 0,3 m = 40 cm = 0,4 m = 50 cm = 0,5 m = 60 cm = 0,6 m = 70 cm = 0,7 m = 80 cm = 0,8 m = 90 cm = 0,9 m = 100 cm = 1 m

4 T42
5 T52

2 6 6

7 T72 8 T82

vi

Untuk 1 = 30 cm = 0,3 m
g=
2 4 2 2 1 2 T12 2

Untuk 2 = 40 cm = 0,4 m

4(3,14 ) 2 2 4(3,14 ) gg= 0,3 = 0,4 1,1025 1,69

= 10,73 m/s2

= 9,33 m/s2

Untuk 3 = 50 cm = 0,5 m
4 g = 2 2 3 4 g = T3 4 T42
2

Untuk 4 = 60 cm = 0,6 m

4(3,14 ) 2 g = (3,14 ) 2 0,5 4 g= 1,96 0,6 2,56

= 10,06 m/s2 Untuk 5 = 70 cm = 0,7 m


g= 4 5 6 T52 6
2
2 4(3,14 ) 2 0,7 8 2,89 3 24

= 9,24 m/s2 Untuk 6 = 80 cm = 0,8 m

g=

= 9,55 m/s2 Untuk 7 = 90 cm = 0,9 m


g= 4 7 8 T72 8
2

= 9,74 m/s2 Untuk 8 = 100 cm = 1 m

g=

4(3,14 ) 2 ,14 ) 2 0,9 1 3,4225 3,8025

= 10,37 m/s2

= 10,37 m/s2

vi

Rata-rata gravitasi : g1 + g 2 + g 3 + g 4 + g 5 + g 7 + g 8 10,73 + 9,33 + 10,06 + 9,24 + 9,55 + 9,74 + 10,37 + 10,73 = 3 8
= 79 ,75 8

= 9,97 m / s 2

Gravitasi dalam percobaan yang telah dihitung adalah 9,97 m/s2 lebih besar sedikit dari gravitasi bumi rata-rata sebenarnya yang telah disepakati. Yng mungkin disebabkan oleh bebrapa faktor, yaitu: panjang tali, sudut simpangan, dan atau pada saat pelepasan bandul yang tidak serentak dengan perhitungan waktu pada stop watch. Data-data diatas dibuat dalam grafik hubungan antara kuadrat periode (T2) dan panjang tali ( ), seperti pada gambar 2.3 dibawah ini:

(s )

10

Grafik Hasil Percobaan Tabel 2.1

2,56 1,69 1 30 1,1025 40 50 60 70 1,96

3,8025 3,24 3,4225 2,89

l 80 90 100

BAB VI
vi

KESIMPULAN
Bahwa pada dasarnya gravitasi adalah gaya yang ditimbulkan bumi dan adapt dihitung dengan berbagai cara diantaranya dengan ayunan bandul sederhana. Pada ayunan bandul sederhana massa bandul tidak diperhitungkan, yang diperhitungkan hanya kuadrat periode (T2) dan panjang tali ( ). Adapun dari hasil percobaan yang telah dilakukan oleh kelompok kami, gravitasi yang diperoleh adalah sekitar 9,97 m/s2 .

KESETIMBANGAN DAN
vi

RESULTAN DUA GAYA LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR


Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Fisika Dasar (Dosen : ACA SUMITRA, SP.M.Si) Disusun Oleh: ARDI MARDIANA NPM. 081410009

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MAJALENGKA 2009


BAB I
vi

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Hampir semua teori praktis dalam fisika dapat diujicobakan, untuk itu keterampilan melakukan uji coba bagi seorang mahasiswa sangatlah bermanfaat. Dalam percobaan praktek kesempatan ini topik yang dibahas kesetimbangan dan resultan dua gaya. Gaya dapat didefinisikan sebagai tarikan atau dorongan, Tarikan atau dorongan memiliki besar dan arah. Kuantitas yang memiliki besaran dan arah disebut besaran vektor, dengan singkat disebut vektor. Besaran vektor disimbolkan dengan sebuah tanda panah. Panjang tanda panah menunjukkan nilai besaran dan arah tanda panah menunjukkan arah besaran. B. Maksud dan Tujuan Percobaan Adapun maksud dan tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut: Menanamkan kedisiplinan dan tanggung jawab mahasiswa terhadap tugas yang diberikan Mengetahui cara penerapan materi dalam praktek khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan ilmu Fisika yaitu percobaan cara menentukan resultan dua gaya atau lebih Menganalisis prinsip kesetimbangan secara benar. Meningkatkan keterampilan dalam melakukan percobaan.

C. Peralatan yang digunakan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah sebagai berikut : Papan percobaan Benda cincin Busur derajat Tali nilon vi

Dinamometer Beban bercelah dan penggantung Puli

vi

BAB II LANDASAN TEORI


Gaya dapat didefinisikan sebagai tarikan atau dorongan, Tarikan atau dorongan memiliki besar dan arah. Kuantitas yang memiliki besaran dan arah disebut besaran vektor, dengan singkat disebut vektor. Besaran vektor disimbolkan dengan sebuah tanda panah (Gambar 3.1). Panjang tanda panah menunjukkan nilai besaran dan arah tanda panah menunjukkan arah besaran. Gambar 2.1 dapat menunjukkan besaran gaya 3 satuan, atau 30 satuan, atau 0.3 satuan, 3000 satuan, atau setiap kelipatan 3.

Gambar 3.1

Gambar 3.2 (a)

Gambar 3.2 (b)

Umumnya gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda dapat melalui setiap bagian benda tersebut seperti halnya gaya gravitasi, atau melalui sebuah permukaan (seperti ketika orang mendorong sesuatu dengan tangan). Akan tetap demi sederhananya permasalahan, sering diasumsikan bahwa gaya-gaya bekerja pada sehuah titik. Titik itu disebut titik aks atau titik tangkap gaya. Garis di sepanjang aksi gaya disebut garis aks f atau garis kerja gaya. Dalam Gambar 3.1 P adalah titik aksi atau titik kerja gaya F, dan. adalah garis aksi atau garis kerja gaya tersebut. Dua gaya atau lebih dapat bekerja (beraksi) pada sebuah benda. Contoh: Kereta pedati ditarik oleh dua ekor kuda, kereta api ditarik oleh dua lokomotif, pesawat terbang digerakkan oleh 4 mesin jet, dan lain-lain. Gaya dapat beraksi pada titik aksi yang berbeda dan garis gaya yang berbeda seperti pada Gambar

vi

3.2. Gaya tersebut disebut beraksi pada sebuah titik tunggal seperti pada Gambar 3.2 (b), gaya itu disebut gaya-gaya seasal (concurrent force).

Gambar 3.3 Sebuah gaya F yang mempunyai besar yang sama dengan gaya F tetapi berlawanan arah. Dalam gambar 3.3. F adalah gaya tersebut tidak mempengaruhi gerak benda itu atau benda itu ada dalam keadaan setimbang. Resultan dua gaya atau lebih adalah satu gaya yang mempunyai pengaruh yang sama ke benda seperti pengaruh dua atau lebih gaya tersebut. Resultan beberapa gaya disebut juga jumlah gaya-gaya tersebut. Untuk mendapatkan resultan gaya adalah sama dengan menjumlahkan gaya-gaya yang beraksi. Dalam percobaan ini kita akan mencari resultan dua gaya menggunakan cara yang didefinisikan di atas. Sebagai benda tempat kerja gaya akan ligunakan sebuah benda cincin. Masa benda cincin cukup kecil sehingga dapat diabaikan dibandingkan dengan besar gaya yang bekerja padanya. Ukurannya juga kecil sehingga dapat dianggap sebagai sebuah titik.

vi

BAB III PROSEDUR PERCOBAAN


Rangkailah papan percobaan dan dinamometer seperti dalam Gambar 3.4. Dinamometer dalam posisi vertikal.

Gambar 3.4 Langkah percobaan Penyeimbang sebuah gaya 1. Gantung benda cincin pada pengait yang ada pada dinamometer seperti terlihat pada Gambar 3.4. 2. Gantung beban bercelah sedemikian rupa sehingga massanya adalah 150 gr pada benda cincin seperti pada Gambar 3.4. Benda tersebut dalam keadaan setimbang. Beban 150 gr menarik benda cincin ke arah bawah sebesar 0,150 kg x 9,8 m/detik2 = 1,47 = 1,5 N. Dinamometer mengukur gaya yang bekerja pada benda cincin ke arah atas. Karena benda dalam keadaan setimbang, gaya ini tentulah gaya penyetimbang atau penyeimbang gaya gravitasi yang bekerja pada beban yang digantung. 3. Baca gaya penyetimbang atau penyeimbang pada dinamometer! Menunjukkan angka yang mendekati besar gaya gravitasikah, yaitu. 1,5 N, dynamometer. Resultan Dua Gaya 1. Rangkai alat percobaan seperti pada Gambar.3.5 sedemikian rupa sehingga pada benda cincin bekerja 3 gaya sembarang F1, F2 dand F3, dan setimbang pada titik tengah busur derajat. vi

Catatan: Sumbu X dan Y dibayangkan ada untuk kemudahan, dan tidak perlu digambar pada papan percobaan1

Gambar 3.5 2. Atur busur derajat sedemikian rupa sehingga garis hubung sudut 0 dan 180 pada skala pada posisi horizontal. Sebaiknya digunakan bantuan bidang miring dan tali penyipat tegaknya untuk pengaturan ini. 3. Jika dibutuhkan, atur dan buat sudut , , dan y cukup besar sedemikian rupa sehingga dapat diukur dengan akurat. 4. Coba mengurangi pengaruh gesekan dengan menarik salah satu beban dan kemudian melepaskannya lagi. 5. Baca sudut , , dan y pada busur derajat dan baca gaya F pada dinamometer. Catat hasil itu di bawah ini. = 200; = 460; y = 2000; F = 1,2 N; 6. Catat m1 dan m2 dan hitung F1 dan F2 menggunakan persamaan F = mg, ambil g = 9,8 m/detik2. Catat hasil tersebut pada bagian di bawah ini: M1 = 0,05 kg; F1 = 0,49 N M2 = 0,07 kg; F2 = 0,69 N 7. Pada selembar kertas, dan menggunakan data di atas, gambarkan gaya F, F1 dan F2, dengan menganggap gaya F, F1 dan F2 adalah gaya yang setitik tangkap (seasal). Sesar (panjang) gaya F, F1 dan F2 haruslah dibuat sebanding dengan nilai-nilai yang didapat pada pengukuran di atas.

vi

HUKUM HOOKE
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Fisika Dasar (Dosen : ACA SUMITRA, SP.M.Si) Disusun Oleh: ARDI MARDIANA NPM. 081410009

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MAJALENGKA 2009


vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Hampir semua teori praktis dalam fisika dapat diujicobakan, untuk itu keterampilan melakukan uji coba bagi seorang mahasiswa sangatlah bermanfaat. Dalam percobaan praktek kesempatan ini topik yang dibahas hukum hooke. Gaya dapat didefinisikan sebagai tarikan atau dorongan, Tarikan atau dorongan memiliki besar dan arah. Kuantitas yang memiliki besaran dan arah disebut besaran vektor, dengan singkat disebut vektor. Besaran vektor disimbolkan dengan sebuah tanda panah. Panjang tanda panah menunjukkan nilai besaran dan arah tanda panah menunjukkan arah besaran. B. Maksud dan Tujuan Percobaan Adapun maksud dan tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut: Menanamkan kedisiplinan dan tanggung jawab mahasiswa terhadap tugas yang diberikan Mengetahui cara penerapan materi dalam praktek khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan ilmu Fisika yaitu memahami tetapan pegas dan menentukannya dengan percobaan. Meningkatkan keterampilan dalam melakukan percobaan.

C. Peralatan yang digunakan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah sebagai berikut : DasarStatif Kaki Stataif Batang Statif, 250 mm Batang Stattif, 500 mm vi

Bosshead Pasak Penumpu Pegas Helik, 10 N/m Pegas Helik, 0,25 N/cm Beban bercelah dan penggantung Neraca Pegas 3 N atau 1,5 N

vi

BAB II LANDASAN TEORI


Tetapan tiap pegas yang disediakan memang diberikan, tetapi nilai yang diberikan itu memiliki toleransi di sekitar 10%. Jika kita menginginkan nilai yang lebih teliti, hasil percobaan ini dapat kita gunakan. Bila sebuah benda diregangkan (ditarik ke arah panjangnya sedangkan satu ujungnya ditahan) benda akan bertambah panjang, atau meregang. Pertambahan panjangnya bergantung pada besar gaya. Makin besar gaya yang digunakan, makin panjang regangannya (pertambahan panjangnya). Menurut Hooke, jika kekenyalan benda tidak terlampaui oleh tarikan, pertambahan panjang benda sebanding dengan tambahan gaya yang digunakan. Jika pertambahan gaya disebut F, pertambahan panjang x, secara matematika hubungan ini dinyatakan sebagai berikut: F = K. X (4.1) k suatu tetapan yang disebut tetapan gaya atau tetapan pegas. Jika grafik yang menyatakan hubungan antara F dan X dirajah, akan diperoleh grafik berbentuk garis lurus yang melalui titik asal. Kemiringan grafik sama dengan k. Dengan mengacu ke Gambar 4.1: K = tg

Gambar 4.1

vi

BAB III PROSEDUR PERCOBAAN


Rangkaihlah alat percobaan seperti pada Gambar 4.2. Gantungkan pegas spiral 10 N/m pada pasak penumpu. Pasang mistar 50 cm di belakang pegas ada pasak penumpu yang lain, sedemikian sehingga gerak massa tidak terganggu, sedangkan kedudukan massa dapat dibaca dengan mudah pada mistar.

Gambar 4.2 Langkah percobaan Pegas 1 (nilai k, nominal tersebut sebesar ... N/m) 1. Gantungkan sebuah massa awal pada ujung bawah pegas. Massa awal ini digunakan untuk meregangkan pegas agar kumparannya sedikit merenggang, tidak rapat. Pada keadaan rapat perangai pegas agak berbeda. Sebagai massa awal dapat digunakan penggantung massa bercelah. Berat penggantung ini sudah cukup merenggangkan pegas. Berat massa awal ini tidak diperhitungkan dalam penganalisisan hasil percobaan. 2. Baca kedudukan (Xo) massa pada mistar dan catat hasilnya pada Tabel 4.1. Sebagai acuan dapat digunakan ujung bawah massa. vi

3. Tambahkan massa 50 gram pada pengantung massa. Massa ini menimbulkan gaya tambahan F pada pegas. Ambil g = 9,8 m/s2 untuk menghitung tambahan gaya F = mg = 0,050 kg x 9,8 m/s2 = 0,49 N. Berat beban yang diberikan dapat juga diukur menggunakan neraca pegas. Cantumkan hasilnya pada Tabel 4.1 di dalam sel yang sesuai. 4. Baca dan catat kedudukan (x) massa, lalu hitung perubahan perpanjangan pegas x = (x - xo) dan catat hasilnya pada Tabel 4.1. 5. Ulangi langkah 3 dan 4, tiap kali dengan tambahan massa 50 gram, sampai diperoleh sekurang-kurangnya 4 pasang data, yaitu pasangan F dan x untuk mengisi Tabel 4.1. 6. Dari data itu buatlah grafik yang menyatakan hubungan antara F dan x pada sehelai kertas grafik. Seharusnya kita mendapat grafik yang boleh, dikatakan lurus. Jika tidak, mungkin ada kesalahan dalam pelaksanaan. 7. Tentukan kemiringan grafik dan dan kemiringan itu hitung tetapan pegas k. 8. Jika ada kelompok lain melakukan percobaan sama saperti di atas, ambillah nilai rata-rata hasil-hasil penentuan k untuk pegas ini sebagai nilai terbaik untuk k.

vi

BAB IV HASIL PENGAMATAN


Tabel 4.1 Pegas 1, g = 9.8 ms/s2 Kedudukan awal Xo = 0,115 m No 1 2 3 4 m (kg) 0,050 0,100 0,150 0,200 F = m.g 0,49 0,98 1,47 1,96 x (m) 0,16 0,205 0,253 0,30 x = x-xo (m) 0,45 0,09 0,138 0,185

vi

GERAK PADA BIDANG MIRING LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR


Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Fisika Dasar (Dosen : ACA SUMITRA, SP.M.Si) Disusun Oleh: ARDI MARDIANA NPM. 081410009

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MAJALENGKA 2009


vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Hampir semua teori praktis dalam fisika dapat diujicobakan, untuk itu keterampilan melakukan uji coba bagi seorang mahasiswa sangatlah bermanfaat. Dalam percobaan praktek kesempatan ini topik yang dibahas gerak pada bidang miring. B. Maksud dan Tujuan Percobaan Adapun maksud dan tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut: Menanamkan kedisiplinan dan tanggung jawab mahasiswa terhadap tugas yang diberikan Mengetahui cara penerapan materi dalam praktek khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan ilmu Fisika yaitu menentukan jenis gerak kereta dinamika pada bidang miring. Meningkatkan keterampilan dalam melakukan percobaan.

C. Peralatan yang digunakan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah sebagai berikut : Mistar, 50 cm Rel Presisi Penyambung Rel Kaki rel Beban Bercelah, 50 gram Tumpakan Berpenjepit Pita Ketik Kereta Dinamika Balok Bertingkat vi

Pewaktu Ketik Pasak Penumpu Catu Daya Kabel Penghubung 50 Hitam Kabel Penghubung 50 Merah Lem Kertas Kertas Manila

vi

BAB II LANDASAN TEORI


Gerak kereta dinamika pada bidang miring diduga berupa gerak dipercepat. Ada dua jenis gerak dipercepat, yaitu seperti terlihat pada Gambar 5.1 Gambar 5.1 menunjukkan kurva laju-waktu (a) untuk gerak dipercepat beraturan, atau. (b) untuk gerak diperlambat beraturan. Jika dalam sebuah percobaan diperoleh gerak yang mempunyai kurva laju-waktu seperti Gambar 5.1 (a atau b), dapat diambil kesimpulan bahwa gerak benda (atau sebagian dari kurva tersebut) adalah gerak dipercepat beraturan atau gerak diperlambat beraturan. Dalam percobaan-percobaan terdahulu, kita mungkin telah mengamati jenis gerak seperti tersebut. Dan pada percobaan ini, kita akan mengamati gerak kereta dinamika pada bidang miring.

Gambar 5.1 Gambar 5.2

vi

BAB III PROSEDUR PERCOBAAN


Persiapan percobaan Rangkai alat percobaan seperti terlihat dalam Gambar. 5.2. Salah satu kaki rel ditempatkan pada tingkat ke-3 balok bertingkat sehingga membentuk bidang miring. Lima beban bercelah 20 gram ditambahkan ke kereta dinamika sehingga kereta dinamika bergerak dengan laju yang semakin lama semakin bertambah. Pasang kereta dinamika didekat pewaktu ketik. Tahan kereta dinamika ditempat tersebut menggunakan, tangan atau tumpakan. Pada saat catu daya masih dalam keadaan mati (OFF), hubungkan pewaktu ketik dengan catu daya, dan catu daya dengan stop kontak utama. Potong kertas ketik sepanjang 1 m dan pasang pada pewaktu ketik. Yakinkan bahwa kertas ketik lewat di bawah kertas karbon pada pewaktu ketik. Langkah percobaan 1. Hidupkan catu daya dan lepaskan kereta dinamika. Kereta dinamika akan bergerak turun sepanjang rel. 2. Ketika kereta dinamika menyentuh ujung rel, tahan kereta dinamika dengan tangan (atau dengan merggunakan tumpakan berpenjepit). Hindari agar kereta dinamika tidak jatuh keluar rel. 3. Lepaskan kertas ketik dari kereta dinamika, periksa hasil ketikan pada kertas ketik dan coba ambil kesimpulan mengenai gerak yang dilakukan oleh kereta dinamika. Tuliskan kesimpulan. 4. Amati hasil ketikan pada permulaan gerak kereta dinamka. Sejumlah titik ketikan barangkali ada yang saling tindih. Abaikan titik tersebut dan ambil titik awal adalah titik ketikan pertama setelah titik yang saling tinding tidak ada lagi. Potong kertas pada titik ini. 5. Gunakan 5-ketikan sebagai satuan waktu. Potong kertas ketik setiap selang 5ketikan. Agar tidak membingungkan, beri nomor pada setiap potongan kertas secara berurutan mulai dari awal sampai akhir gerak. vi

6. Tempel potongan kertas ketik dengan lem secara berdampingan untuk mendapatkan kurva laju-waktu. 7. Periksa kurva yang didapatkan dan jelaskan jenis gerak yanq dilakukan oleh kereta dinamika. Jawab pertanyaan yang ada pada Pengamatan. 8. Jika ada lebih dari satu jenis gerak, amati gerak kereta dinamika hanya ketika geraknya mendekati gerak dipercepat beraturan,

Gambar 5.3 9. Hubungkan setiap titik tengah ujung atas kertas sebagaimana terlihat pada Gambar 5.3. dari kurva laju-waktu, tentukan kecepatan kereta dinamika tiap selang waktu menggunakan persyaratan di bawah ini. Waktu t (5-ketik) = 5 x 0,02 s = 0,1 s. Jarak perpindahan s (dalam waktu 5-ketik) = m 10. Dari data kecepatan Tabel 5.1, tentukan percepatan untuk selang waktu pertama dan selang waktu kedua kereta dinamika menggunakan persamaan di bawah ini. Misalkan percepatannya adalah a1 11. Dari data kecepatan Tabel 5.1, tentukan percepatan untuk selang kedua dan selang waktu. 12. Dari data percepatan Tabel 5.1, tentukan percepatan rata-rata kereta dinamika menggunakan persamaan di bawah. A = al + a2 + . + ak vi

g a1 percepatan atau pertambahan kecepatan selang waktu pertama, a2 percepatan atau pertambahan kecepatan selang waktu kedua, dan ak percepatan pertambahan kecepatan selang waktu ke-k. Catatan: Jika setiap potongan kertas terpasang secara berdampingan sedemikian rupa dengan sisi kanan kertas ketik berhimpit dengan sisi kiri potongan kertas berikutnya, lebar kertas ketik adalah satuan waktu, sehingga satuan percepatan adalah ... cm/(5-ketik)2

vi

BAB IV HASIL PENGAMATAN


Tabel 5.1 No 1 2 3 4 5 Waktu t (s) 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Jarak s (cm) 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 Kecepatan v (cm/s) 3 3,5 4 4,5 5 Percepatan a (cm/s2) xxx 5 5 5 5

HUKUM OHM
vi

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR


Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Fisika Dasar (Dosen : ACA SUMITRA, SP.M.Si) Disusun Oleh: ARDI MARDIANA NPM. 081410009

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MAJALENGKA 2009


BAB I
vi

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Hampir semua teori praktis dalam fisika dapat diujicobakan, untuk itu keterampilan melakukan uji coba bagi seorang mahasiswa sangatlah bermanfaat. Dalam percobaan praktek kesempatan ini topik yang dibahas hukum Ohm. B. Maksud dan Tujuan Percobaan Adapun maksud dan tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut: Menanamkan kedisiplinan dan tanggung jawab mahasiswa terhadap tugas yang diberikan Mengetahui cara penerapan materi dalam praktek khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan ilmu Fisika yaitu memahami hubungan antara tegangan dan arus dalam suatu penghantar (Hukum Ohm). Meningkatkan keterampilan dalam melakukan percobaan.

C. Peralatan yang digunakan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah sebagai berikut : Catu daya 12 V AC/DC Saklar SPST Kabel penghubung Resistor 50 , 2 watt, Resistor 100 , 2 watt Jembatan penghubung Papan perangkai 2l6 lubang Meter dasar 90 Kertas mm (tidak disediakan)

BAB II
vi

LANDASAN TEORI
Arus dalam sebuah penghantar ditimbulkan oleh adanya tegangan (tekanan listrik) yang melalui penghantar. Dengan kata lain, arus ditimbulkan oleh tegangan. Dengan demikian dalam sebuah konduktor ada hubungan antara tegangan (V) dan arus (I). Tujuan percobaan ini menemukan hubungan tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan (variasi) tegangan melalui penghantar yang diberikan yang disebut resistor dan mengukur arus yang ditimbulkan untuk setiap tegangan yang digunakan. kita akan belajar mengenai resistor dan resistansi kemudian Dengan mengubah-ubah tegangan, kita dapatkan arus untuk setiap nilai tegangan. Untuk mencapai hal tersebut, kita harus mengukur pasangan tegangan V dan arus I. Hal itu dapat dilakukan dengan memparalelkan voltmeter dengan resistor, dan menghubungkan ampermeter dan resistor secara seri. Lihat skema pada Gambar 6.1.

BAB III
vi

PROSEDUR PERCOBAAN
Persiapan percobaan 1. Susun rangkaian sesuai dengan skema pada Gambar 6. 1 a. Coba pahami kesamaan skema dan rangkaian.

2. Atur meter dasar 90 yang dihubungkan seri dengan resistor menjadi ampermeter dengan batas ukur 5 A. 3. Atur meter dasar 90 yang dihubungkan parallel dengan resistor menjadi voltmeter dengan batas ukur 50 V. 4. Periksa kembali rangkaian. Langkah percobaan Bagian I 13. Jalankan ampermeter dan voltmeter. 14. Pilih 2 V DC tegangan keluaran catu daya ini artinya bahwa tegangan keluaran catu daya mendekati 2 V. 15. Nyalakan catu daya dan tutup saklar rangkaian. 16. Baca tegangan resistor R dan arus yang melewatinya I. Apabila tidak ada tegangan dan atau arus yang ditampilkan alat ukur, pilih batas ukur tegangan dan atau arus yang lebih kecil. Apabila masih tetap tidak ada tegangan dan arus, periksa kembali rangkaiannya. Jika perlu, konsultasikan pada guru. 5. Catat V dan I ke dalam kolom yang sesuai pada Tabel 6.1. vi

6. Matikan saklar rangkaian dan catu daya. 7. Pilih 4 V DC catu daya untuk menaikan tegangan yang melewati R mendekati 4 V. 8. Ulangi langkah c sampai f. Jika perlu, ubah batas ukur voltmeter dan ampermeter sehingga pembacaannya lebih baik. 9. Matikan kedua saklar. 10. Ulangi langkah-langkah 7 sampai 9 untuk nilai V yang terdapat pada catu daya. Kita akan mendapatkan sedikitnya 6 pasangan nilal V dan I. 11. Raba resistor dengan jari Anda untuk mengetahui apakah resistor dingin, hangat, atau panas. (Gunakan keputusan Anda untuk memutuskannya!) 12. Perhatikan lebih seksama nilal V dan I pada tabel, Anda bisa memberi tanda jika bisa pada nilai V dan I. Apa yang akan terjadi pada nilal I ketika r nilai V naik? Apakah tetap sama, atau menurun atau, naik? 13. Hitung - untuk setiap pasangan V dan I dan catat hasilnya ke dalam sel yang sesuai dalam Tabel 3.1. 14. Uji nilai - Apa yang dapat Anda katakan mengenai nilai - ? Adakah perbedaan yang mencolok antara nilai yang satu dengan yang lainnya, atau hampir sama, atau sama? 15. Gunakan kertas milimeter untuk membuat grafik V terhadap I. Katakan (tulis), yang menjadi keputusan Anda menganai grafik tersebut, bentuk grafik tersebut apakah berbentuk garis lengkung atau garis lurus. Bagian II 1. Ganti resistor 100 dengan resistor 50 . 2. Lakukan dengan teliti langkah-langkah pada Bagian I dan isi Tabel 6.2 di bawah. Bagian III Bagian ini bukan percobaan, tetapi tindak lanjut dari percobaan Bagian I dan Bagian II. Sebelum melanjutkan, baca sekilas Hukum Ohm setelah bagian Kesimpulan! Kemudian jawab pertanyaan pertanyaan berikut. vi

1. Apakah masing-masing nilai hambatan dan kedua resistor yang digunakan pada percobaan ini sesuai dengan data yang diperoleh dalam percobaan ini? sama 2. Berapakah presentase perbedaan atara nilai yang Anda peroleh dalam percobaan ini dengan nilai yang terdapat pada resistor? Apa yang Anda fikirkan apakah perbedaan tersebut besar, kecil, atau tepat. Apa alasan Anda? Tepat, karena besar hambatan sama dengan nilai dari suatu percobaan yang terlihat pada tabel di bawah.

vi

BAB IV HASIL PENGAMATAN


Bagian I Tabel 6.1 No 1 2 3 4 5 6 V (V) 2 3,5 5,5 7,8 10 12 I (A) 0,04 0,08 0,12 0,16 0,20 0,24 V/I 50 43,75 45,84 48,75 50 50

Bagian II Tabel 6.2 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. V (V) 2 4 6 8 10 12 I (A) 0,02 0,04 0,06 0,08 0,10 0,12 V/I 100 100 100 100 100 100

BAB V ANALISA
vi

Setelah diamati pada skala ampermeter dan volmeter ternyata arus naik diimbangi dengan tegangan juga naik berarti besarnya kuat arus sebanding dengan beda potensial dengan kuat arus adalah tetap. Setelah melakuakan praktikum kita ketahui bahwa hukum Ohm itu adanya kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar sebanding dengan beda potensial antara ujung-ujung penghantar, satu Ohm adalah hambatan pada suatu penghantar yang mempunyai beda potensial 1 volt dan arus yang mengalir 1 ampere.

BAB VI KESIMPULAN
vi

Apabila percobaan dilakukan dengan teliti dan resistor tidak panas, diperoleh sebagai berikut: a. I naik pada saat V naik. b. V hampir sama untuk resistor yang sama, atau naik sedikit apabila resistor panas. c. Grafik V terhadap I adalah garis lurus, atau melengkung sedikit pada bagian ujungnya apabila resistor panas. Hukum Ohm Hubungan antara V dan I pertama kali diselidiki oleh fisikawan Jerman yang benama George Simon Ohm (1787 1854), yang menemukan bahwa V konstan selama suhunya konstan. Pernyataan ini dapat dituliskan secara matematik dengan R adalah konstanta. Jika V tetap, menaikkan nilai R akan menurunkan I. Karena alasan ini R disebut hambatan penghantar. Dari persamaan (0.2) satuan hambatan adalah volt/ampere, atau V/A yang sering disebut ohm (simbol ). Sebatang penghantar yang dibuat dengan nilai R tertentu disebut resistor. Berdasarkan pada persamaan (0.2) hambatan sebuah penghantar dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan yang melalui penghantar dan arus yang melewatinya. Persamaan (0.2) dan (0.2a) merupakan singkatan dan hukum yang sangat penting dalam kelistrikan dan itu adalah Hukum Ohm, yang dapa dinyatakan dalam dua bentuk. Perbandingan antara tegangan dan arus dalam sebuah penghantar yang suhunya tetap adalah tetap. atau Arus dalam sebuah penghatar yang bersuhu tetap, sebanding dengan tegangan.
V =R I

Atau

V=IR

RANGKAIAN RESISTOR SERI


vi

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR


Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Fisika Dasar (Dosen : ACA SUMITRA, SP.M.Si) Disusun Oleh: ARDI MARDIANA NPM. 081410009

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MAJALENGKA 2009


BAB I PENDAHULUAN
vi

A. Latar Belakang Masalah Hampir semua teori praktis dalam fisika dapat diujicobakan, untuk itu keterampilan melakukan uji coba bagi seorang mahasiswa sangatlah bermanfaat. Dalam percobaan praktek kesempatan ini topik yang dibahas rangkaian resistor seri. B. Maksud dan Tujuan Percobaan Adapun maksud dan tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut: Menanamkan kedisiplinan dan tanggung jawab mahasiswa terhadap tugas yang diberikan Mengetahui cara penerapan materi dalam praktek khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan ilmu Fisika yaitu memahami karakterisktik hambatan dan tegangan yang melalui dua buah resistor yang dirangkai seri. Meningkatkan keterampilan dalam melakukan percobaan.

C. Peralatan yang digunakan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah sebagai berikut : Catu dava 12 V AC/DC Saklar SPST Resistor 50 , 2 watt Resistor 100 , 2 watt Papan perangkai 216 lubang Jembatan penghubung Meter dasar 90 Kabel penghubung

BAB II LANDASAN TEORI


vi

Pada percobaan ini kita akan belajar karakteristik resistor yang dihubung seri, hambatan gabungannya sama halnya dengan resistor tunggal, begitu juga tegangannya. Sehingga dapat ditentukan hambatan komponen yang Anda ukur tegangan dan arus yang melewatinya. Dengan menggunakan hukum Ohm, atau definisi hambatan, R = V, R dapat dihitung apabila V dan / diketahui. I

BAB III
vi

PROSEDUR PERCOBAAN
Persiapan percobaan 1. Pastikan catu daya dalam keadaan mati. Susun rangkaian sesuai dengan skema pada Gambar 7.1.

Catatan: Garis kontinyu menunjukkan hubungan pada keadaan awal percobaan, garis putus-putus menunjukkan hubungan berikutnya ketika langkah-langkah percobaan selanjutnya di mana garis putus-putus diperlukan. Pada keadaan awal voltmeter dihubungkan untuk mengukur tegangan di R1, ditunjukkan sebagai V1. 2. Pilih 2 V DC tegangan keluaran catu daya, dan atur batas ukur voltmeter dan ampermeter berturut-turut pada batas ukur 50V dan 1 A. Langkah percobaan 1. Nyalakan catu daya, tutup saklar rangkaian dan nyalakan multimeter digital. 2. Pindahkan prob voltmeter ke V2, tegangan di R2. Catat hasilnya pada Tabel 7.1. 3. Sekarang ukur tegangan di R1 dan R2 yang digabung, VR. Untuk mengerjakan ini, pindahkan probe voltmeter hitam ke titik C dan probe merah ke titik A. 4. Baca tegangan (VR) dan catat hasilnya pada Tabel 7.1. Hambatan antara titik A dan C akan disebut RR (untuk hambatan gabungan R1 dan R2. vi

5. Dari data yang diperoleh, hitung R1, R2 dan RR dan catat hasilnya pada Tabel 4.1. 6. Bandingkan R1 + R2 dengan RR Kesalahan percobaan yang dibolehkan sekitar 10%. Apa yang dapat Anda katakan mengenai nilai R1 + R2 dan nilai RR? Apakah sama atau tidak? 7. Bandingkan V1 + V2 dengan VR Apa yang dapat Anda katakan mengenal nilai V1 + V2 dan nilai VR? Apakah sama atau tidak? 8. Matikan saklar rangkaian dan pilih tegangan keluaran catu daya 4 V DC. 9. Nyalakan saklar rangkaian dan ulangi langkah-langkah 2 sampai 6, dan jawab pertanyaan seperti di 6 dan 7. 10. Matikan saklar rangkaian dan pilih tegangan keluaran catu daya 6 V DC. 11. Ulangi langkah 9. 12. Matikan saklar rangkaian dan catu daya.

BAB IV HASIL PENGAMATAN


vi

Tabel 7.1 Catu Daya (V) I (A) V1(V) R1 = V1 () I V2(V) 2 0,015 0,78 52 1,4 93,3 2,3 153,3 145,3 2,18 4 0,028 1,3 46,42 2,8 100 4,4 157,1 146,42 4,1 6 0,041 2 48,78 4,2 102,4 6,2 151,2 151,18 6,2

R2 =

V2 () I VR(V)

RR =

VR () I R1+R2

V1+V2(V)

BAB V ANALISA
Besarnya Rtot amper mendekati jumlah R1 + R2 Besarnya Vtot hampir mendekati jumlah V1 + V2 vi

Besarnya itot = i = i 2 , jika di pasang pada rangkaian seri

BAB VI KESIMPULAN

vi

Komponen-komponen listrik dikatakan disusun seri jika komponenkomponen tersebut dihubungkan sedemikian sehingga kuat arus yang melalui tiaptiap komponen sama besarnya. jadi kuat arus dibagian apa saja sama besarnya.

RANGKAIAN RESISTOR PARALEL LAPORAN PRAKTIKUM


vi

FISIKA DASAR
Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Fisika Dasar (Dosen : ACA SUMITRA, SP.M.Si) Disusun Oleh: ARDI MARDIANA NPM. 081410009

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MAJALENGKA 2009


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah vi

Hampir semua teori praktis dalam fisika dapat diujicobakan, untuk itu keterampilan melakukan uji coba bagi seorang mahasiswa sangatlah bermanfaat. Dalam percobaan praktek kesempatan ini topik yang dibahas rangkaian resistor paralel.. B. Maksud dan Tujuan Percobaan Adapun maksud dan tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut: Menanamkan kedisiplinan dan tanggung jawab mahasiswa terhadap tugas yang diberikan Mengetahui cara penerapan materi dalam praktek khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan ilmu Fisika yaitu memahami karakteristik resistor yang dirangkai paralel. Meningkatkan keterampilan dalam melakukan percobaan.

C. Peralatan yang digunakan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah sebagai berikut : Catu dava 12 V AC/DC Saklar SPST Resistor 50 , 2 watt Resistor 100 , 2 watt Papan perangkai 216 lubang Jembatan penghubung Meter dasar 90 Kabel penghubung

BAB II LANDASAN TEORI

vi

Apabila dua buah atau lebih komponen dihubungkan paralel dan ditempatkan dalam sebuah rangkaian. akan memiliki tegangan yang sama. V. Arus yang menuju komponen akan terpecah dan mengalir melalui tiap-tiap komponen, yaitu I1, I2 dan I3. Skema rangkaian pada Gambar 8.1 menggambarkan tiga buah resistor yang diparalelkan.

Gambar 8.1 Dari hukum Ohm dapat diturunkan hubungan persamaan hambatan gabungan RR dengan R1, R2, R3 yang dihubungkan paralel. lihat kembali buku teks fisika. Hasilnya adalah : RR = R1+ R2 + R3 Untuk dua buah resistor R1 dan R2 yang diparalelkan. persamaanya berubah menjadi: RR = R1+ R2 Dan menurut hukum kirchoff I = I1 + I 2 Pada percobaan ini kita akan mengamati hambatan gabungan dari dua buah resistor yang diparalelkan dan perbandingan arus yang mengalir pada tiaptiap resistor. Catatan, bahwa hambatan resistor yang dipakai dalam kit ini sudah ditandai seperti 50 , dan 100 . Abaikanlah nilai-nilai tersebut untuk sementara. Anda temukan nilai-nilainya secara percobaan dan lihat apakah nilai yang tercetak pada masing-masing resistor kira-kira sama.

BAB III PROSEDUR PERCOBAAN


vi

Persiapan percobaan 1. Susun rangkaian menurut skema rangkaian pada Gambar 8.2. Dua buah resistor dihubungkan paralel. Dari kemungkinan arus yang mengalir dalam rangkain tersebut, kita gunakan tiga buah meter dasar 90 sebagai ampermeter dan akan dihubungkan untuk mengukur arus induk I dan arus-arus yang mengalir dalam setiap resistor seperti ditunjukkan pada Gambar 8.2. Arus-arus tersebut I1 dan I2. Tetapi kita perlu mengetahui tegangan resistor-resistor tersebut ketika arus melaluinya. Akan tetapi kita hanya memiliki tiga meter dasar. Sehingga, kita akan menggunakan satu buah meter dasar 90 bergantian fungsi, antara ampermeter untuk mengukur arus induk dan voltmeter untuk mengukur tegangan resistor yang diparalel.

Gambar 8.2 2. Atur semua ampermeter pada batas ukur 1 A. 3. Periksa kembali rangkaian, pastikan saklar rangkaian terbuka dan catu daya belum dinyalakan. 4. Pilih 2 V DC tegangan keluaran catu daya. Langkah Percobaan 1. Nyalakan catu daya, tutup saklar rangkaian. vi

2. Amati arus induk, I dan arus yang melalui R1 dan R2, I1 dan I2. Catat hasilnya pada Tabel 8.1. Bila arus yang mengalir cukup kecil turunkan batas ukur menjadi 100 mA agar arus lebih terbaca. 3. Buka saklar. 4. Ubah ampermeter yang dipakai untuk mengukur arus induk menjadi voltmeter untuk mengukur tegangan di R1 dan R2. Gunakan batas ukur 10 V. lihat garis putus-putus pada skema rangkaian Gambar 8.2. 5. Tutup saklar, amati tegangan dan arus yang melalui R1 dan R2. Apakah arus I1 dan I2 sama atau mendekati dengan hasil pengukuran sebelumnya? Catat hasilnya pada Tabel 8.1. 6. Buka saklar. Ubah voltmeter menjadi ampermeter kembali untuk mengukur arus induk. 7. Pilih 4 V DC tegangan keluaran catu daya. 8. Tutup saklar, ulangi langkah 2 sampai 6 9. Pilih 6 V DC tegangan keluaran catu daya. 10. Ulangi langkah 2 sampai 6 11. Matikan catu daya. 12. Matikan saklar rangkaian dan catu daya.

BAB IV HASIL PENGAMATAN


vi

Tabel 8.1 Catu Daya (V) V (V) I1(A)


R1 = V () I1

2 2,4 44 44,55 22 109,09 66 60 40

4 4,1 8 51,25 40 102,5 120 0,12 34,17

6 6,2 0,12 51,7 60 103,33 180 0,18 34,44

I2(A)
R2 = V () I2

I1 + I2 (A) I(A)
RR = V () I2

BAB V ANALISA
Besarnya hasil dari percobaan dan hasilnya tertera dalam tabel bahwa nilai antara Vtot dengan V1 dan V2 , Itot dengan ( I1 + I2 ) vi

1 dengan ( 1 + 1 ) adalah sama. Rtot R1 R2 Dengan demikian untuk komponen-komponen listrik yang di susun pararel, kebalikan hambatan penggantinya sama dengan jumlah dari kebalikan dari tiap-tiap hambatan.

BAB VI KESIMPULAN

vi

Bahwa berdasarkan percobaan tersebut, ketika dua atau lebih resistor disusun pararel, tegangan ujung-ujung tiap resistor adalah sama, yaitu sama dengan tejangan ujung-ujung resistor pengganti pararelnya.

TRANSFORMATOR LAPORAN PRAKTIKUM


vi

FISIKA DASAR
Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Fisika Dasar (Dosen : ACA SUMITRA, SP.M.Si) Disusun Oleh: ARDI MARDIANA NPM. 081410009

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MAJALENGKA 2009


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah vi

Hampir semua teori praktis dalam fisika dapat diujicobakan, untuk itu keterampilan melakukan uji coba bagi seorang mahasiswa sangatlah bermanfaat. Dalam percobaan praktek kesempatan ini topik yang dibahas Transformator. B. Maksud dan Tujuan Percobaan Adapun maksud dan tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut: Menanamkan kedisiplinan dan tanggung jawab mahasiswa terhadap tugas yang diberikan Mengetahui cara penerapan materi dalam praktek khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan ilmu Fisika yaitu dapat mengetahui dan memahami prinsip kerja transformator. Meningkatkan keterampilan dalam melakukan percobaan.

C. Peralatan yang digunakan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah sebagai berikut : Kumparan 250 lilitan Kumparan 500 lilitan Kumparan 1000 lilitan Inti-U dan inti-I Kabel penghubung Catu daya 12 V AC/DC Multimeter analog

BAB II LANDASAN TEORI

vi

Transformator atau disingkat trafo adalah suatu alat yang dapat menaikan atau menurunkan tegangan yang terdiri dari dua buah kumparan yaitu kumparan primer dan skunder. Kumparan primer adalah kumparan yang langsung dihubungkan dengan sumber tegangan dan kumparan sekunder adalah kumparan yang lainnya. Trafo hanya bekerja pada tegangan AC. Pada trafo, dan hukum induksi Faraday, induksi elektromagnetik, GGL perlilitan adalah sama untuk kedua lilitan primer dan skunder. Untuk dua buah resistor R1 dan R2 yang diparalelkan. persamaanya berubah menjadi:
V VP = S NP NS

(9.1)

dengan VP, adalah tegangan primer, NP adalah jumlah lilitan kumparan primer, VS adalah tegangan sekunder dan NS adalah jumlah lilitan kumparan skunder. Selain itu juga, untuk trafo ideal, daya pada kumparan primer, PP sama dengan daya pada kumparan skunder, PS. PP = PS VPIP = VSIS (9.2)

Untuk trafo yang banyak dipergunakan PP = 0 PS VPIP = 0 VSIS (9.3)

dengan IP adalah arus melalui kumparan primer, IS adalah arus yang mengalir pada kumparan sekunder dan 0 efisiensi trafo.

BAB III PROSEDUR PERCOBAAN


vi

Persiapan percobaan 1. Susun rangkaian seperti pada Gambar 9.1 Pasang Inti U pada kakinya. Masukkan kumparan 250 lilitan dan 1000 lilitan pada masing-masing sisi Inti U. Tutup bagian atas Inti U dengan Inti I kemudian kencangkan dengan baut pengencang. Jadikan kumparan 250 lilitan sebagai kumparan primer dan yang lainnya sebagai kumparan skunder. Lihat skema rangkaian Gambar 9.1.

2. Pastikan catu daya belum dinyalakan. 3. Pilih tegangan keluaran catu daya 2 V AC. 4. Gunakan multi meter analog sebagai voltmeter dengan batas ukur 50 V AC dan multimeter digital sebagai voltmeter dengan batas ukur 20 V AC. 5. Periksa kembali rangkaian yang telah Anda buat. Langkah Percobaan Trafo penaik tegangan 1. Nyalakan catu daya. 2. Amati tegangan kumparan primer dan tegangan kumparan skunder. catat hasilnya pada Tabel 9.1. 3. Pilih tegangan keluaran catu daya 4V AC. 4. Lakukan langkah 2. 5. Matikan catu daya. vi

6. Buka baut pengencang inti I, ganti kumparan primer dengan kumparan 500 lilitan. Kencangkan kembali bautnya. 7. PiIih tegangan keluaran catu daya 2V AC. 8. lakukan langkah 1 sampai 4 9. Matikan catu daya. Hitung untuk setiap kumparan. Catat hasilnya pada Tabel 9.1 dalam kolom yang sesuai. Trafo penurun tegangan 1. Buka baut pengencang, cabut kedua buah kumparan dan inti-U. Susun kembali sebuah trafo dengan kumparan primer 1000 lilitan dan kumparan skunder 250 lilitan. 2. Pilih tegangan keluaran 6V AC. 3. Pilih tegangan keluaran catu daya 8 V. Lakukan langkah d. 4. Lakukan langkah d untuk tegangan catu daya 10 V AC setelah itu untuk tegangan 12 V AC. 5. Matikan catu daya. 6. Buka baut pengencang dan inti I, ganti kumparan sekundernya dengan 500 lilitan. 7. Lakukan langkah 2 sampai 5. 8. Hitung untuk setiap kumparan. Catat hasilnya pada Tabel 9.2 dalam kolom yang sesuai.

BAB IV HASIL PENGAMATAN


vi

Trafo penaik tegangan Tabel 9.1 Np VP (lilitan) V NS P NS 250 Ns (lilitan) 1000 Tegangan catu daya (V) 2 4 2 4 7 15 0,008 0,016 0,007 0,015 Vp (V) Vs (V)

Trafo penurun tegangan Tabel 9.2


V VSP Np N N SP (lilitan)

Ns (lilitan)

Tegangan catu daya (V) 6 8 10 12 6 8 10,5 12,8 1 2 2 2,8 0,006 0,008 0,0105 0,0128 0,004 0,008 0,008 0,0112 Vp (V) Vs (V)

1000

250

BAB V ANALISA

vi

Berdasarkan hasil percobaan bahwa isian pada tabel penaik tegangan dan tabel penururn tegangan hampir mendekati sama. dan bahwa kumparan bergantung pada banyak lilitannya. makin banyak lilitan, makin besar kumparan. Banyaknya kumparan primer masing-masing Vp dan Np dan banyak lilitan skunder masing-masing Vs dan Ns maka di peroleh hubungan antara tegangan dengan jumlah lilitan pada sebuah transformator adalah : Vp = Np Vs Ns

BAB VI KESIMPULAN
vi

Berdasrkan hasil percobaan mengenai cara kerja sebuah tranformator bahwa kumparan tergantung pada banyak lilitan. makin banyak lilitan makin besar kumparan. Banyaknya kumparan primer masing-masing Vp dan Np dan banyak lilitan skunder masing-masing Vs dan Ns maka di peroleh hubungan antara tegangan dengan jumlah lilitan pada sebuah tranformator adalah : Vp = Np Vs Ns Dalam percobaan ini kita dituntut akan ketelitian maka dari itu kita harus serius dalam melakukan percobaan ini dan diperlukan ketenangan jangan terburuburu dalam menentukan sesuatu hasil.yang sempurna.

MENENTUKAN KALOR JENIS LOGAM MENGGUNAKAN KALORIMETER


vi

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR


Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Fisika Dasar (Dosen : ACA SUMITRA, SP.M.Si) Disusun Oleh: ARDI MARDIANA NPM. 081410009

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MAJALENGKA 2009


BAB I PENDAHULUAN
vi

A. Latar Belakang Masalah Hampir semua teori praktis dalam fisika dapat diujicobakan, untuk itu keterampilan melakukan uji coba bagi seorang mahasiswa sangatlah bermanfaat. Dalam percobaan praktek kesempatan ini topik yang dibahas menentukan kalor jenis logam menggunakan kalorimeter. Bila benda yang suhunya lebih tinggi disentuhkan (atau dicampurkan) dengan benda yang suhunya lebih rendah, kalor mengalir dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah. Sebelum orang mengetahui bahwa kalor adalah energi, orang sudah mengetahui bahwa kalor yang diberikan sama dengan kalor yang diterima. Asas ini pertama kali ditemukan oleh ahli kimia lnggris kelahiran Perancis bernama Joseph Black (1728-1799). Oleh karena itu, asas ini dinamai asas Black. Black disebut-sebut sebagai orang pertama yang menemukan cara mengukur kalor. Sekarang, setelah orang mengetahui bahwa kalor adalah salah satu bentuk energi, asas Black dianggap tidak lain daripada hukum kekekalan energi diterapkan pada kalor. B. Maksud dan Tujuan Percobaan Adapun maksud dan tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut: Menanamkan kedisiplinan dan tanggung jawab mahasiswa terhadap tugas yang diberikan Mengetahui cara penerapan materi dalam praktek khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan ilmu Fisika yaitu dapat menentukan kalor jenis logam menggunakan kalorimeter. Meningkatkan keterampilan dalam melakukan percobaan.

C. Peralatan yang digunakan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah sebagai berikut : Kalorimeter vi

Termometer -10C - 110C Kubus besi (terdapat di kit mekanika) Kubus tembaga (di kit mekanika) Gelas kimia 300 ml Kaki tiga Kasa Pembakar spiritus Neraca 311 9 (terdapat kit mekanika) Benang nylon

BAB II LANDASAN TEORI

vi

Kalorimeter adalah alat yang sengaja dirancang untuk mengukur kalor, dan sudah digunakan sejak Black. Pada dasarnya kalorimeter adalah wadah (bejana) dan logam yang di selimuti atau diberi jaket agar kalor sukar pindah ke udara di sekitar bejana Bejana ditutup dengan tutup yang terbuat dari bahan yang tidak menghantarkan kalor dan kalor jenisnya kecil, sehingga kalor yang diambilnya dapat diabaikan. Pada tutupnya terdapat lubang untuk memegang termometer dan pengaduk. Pengaduk biasanya terbuat dari logam yang sejenis dengan kalorimeter. Kalor yang diambilnya sering diperhitungkan untuk memperoleh hasil yang lebih teliti. Pada percobaan menentukan kalor jenis logam dengan menggunakan kalorimeter, kalorimeter diisi air. Benda yang kalor jenisnya hendak ditentukan dimasukkan ke dalam kalorimeter (dicampurkan dengan kalorimeter). Bila benda yang hendak ditentukan kalor jenis itu lebih tinggi suhunya dari pada suhu kalorimeter (+ isinya), benda tersebut memberikan kalor kepada kalorimeter. Akibatnya suhu kalorimeter beserta isinya naik, sedangkan suhu benda yang dimasukkan ke dalam kalorimeter turun. Suhu akhir benda dan kalorimeter menjadi sama.

Misalkan massa benda yang hendak ditentukan kalor jenisnya itu mb, kalor jenisnya Cb, suhu awalnya 2 . Misalkan massa kalorimeter mk, kalor jenisnya Ck, massa pengaduk m, kalor jenisnya c, massa air di dalam kalorimeter vi

ma, kalor jenisnya Ca. Misalkan suhu awal kalorimeter dan isinya 2 o, dan 2 0 < 2 . Setelah benda dan kalorimeter dicampurkan, misalkan suhu akhimya menjadi 2 a. Suhu kalorimeter beserta isinya naik sebesar (2 a - 2 s). Suhu benda yang hendak ditentukan kalor jenisnya turun (2 - 2 a.). Jadi: Kalorimeter beserta isinya menerima kalor sebesar:: Qk = (mk,ck + mpCp + ma ca) (2 a - 2 0) Benda yang kalor jenis hendak ditentukan memberikan kalor sebesar: Qb = mb Cb (2 - 2 a) Menurut hukum kekekalan energi (asas Black) Qk = Qb. Jadi: Mb-Cb (2 - 2 a) = (mk, ck + mpcp + ma.ca) (2 a - 2 0) atau
Cb = (mk c k + m p c p + ma c a )( a 0 ) mb ( a )

(10.1) (10.2)

Cb dapat dihitung jika besaran-besaran lain diketahui atau dapat cliukur.

BAB III PROSEDUR PERCOBAAN


vi

Persiapan Percobaan 1. Siapkan alat-alat yang diperlukan sesuai dengan daftar alat di atas. 2. Kenali bahan kalorimeter dan bahan pengaduk. Jika bahannya sama, kalor jenisnya sama. 3. Ikat salah satu balok logam, missal balok besi dengan benang. 4. Letakkan gelas kimia yang sudah berisi air kira-kira 200 ml, di atas kasa pada kaki tiga 5. Masukkan balok besi ke dalam gelas kimia (Gambar 10.2). Gambar 10.2

Langkah Percobaan Pengukuran awal Timbang kalorimeter kosong dan pengaduknya. Jika bahan keduanya sama, penimbangan dapat dilakukan sekaligus. Catat hasilnya pada Pengamatan di bawah! Menentukan kalor jenis besi 1. Isi kalorimeter kira-kira separuhnya dengan air bersih, lalu timbang kalorimeter berisi air itu. Catat massa kalorimeter berisi air ini pada Pengamatan di bawah. 2. Pasang kalorimeter dan perlengkapannya seperti pada Gambar 10.1. Gunakan termometer 50 x 0,2 C untuk mengukur suhu kalorimeter. 3. Tunggu barang 1 menit, lalu baca suhu kalorimeter + isinya. Catat hasilnya sebagai 2 o pada Pengamatan di bawah. vi

4. Timbang balok besi. Catat massa zat itu pada Pengamatan di bawah sebagai mb Kemudian ikat balok tersebut dengan benang. 5. Isi gelas kimia dengan air bersih kira-kira sampai 75 % penuh. Gunakan termometer -10 - 0 -110C untuk mengukur suhunya. 6. Masukkan balok besi ke dalam gelas kimia, lalu tempatkan pemanas uap di atas kasa pada kaki tiga. 7. Nyalakan pembakar spiritus dan pasang di bawah gelas kimia untuk mendidihkan. 8. Teruskan memanaskan gelas kimia sampai air di dalamnya mendidih dan biarkan air mendidih selama 1 - 2 menit. Pada waktu air sudah mendidih, suhu yang ditunjukkan termometer seharusnya kurang lebih tetap. 9. Catat suhu air di dalarn gelas kimia tersebut. lnilah suhu awal benda yang dipanaskan di dalamnya. Catat suhunya sebagai 2 b. 10. Buka penutup kalorimeter, pegang beserta jaketnya sedekat mungkin dengan gelas kimia. Lalu angkat balok besi dari dalam gelas kimia kemudian cepatcepat masukkan ke dalam kalorimeter. 11. Cepat-cepat tutup kembali kalorimeter dan aduk-aduklah sambil mengamati suhu yang ditunjukkan termometer pada kalorimeter. Tunggu sampai suhu tidak berubah mencapai maksimum. lnilah suhu akhir kalorimeter + isinya. 12. Catat suhu itu sebagai 2 a pada Pengamatan di bawah. 13. Dengan menggunakan salah satu dan persamaan pada Pendahuluan di atas, dan data yang diperoleh, tentukan dan hitung kalor besi. Data tambahan: kalorjenis air Ca = 4,2 x 103 Jkg-1K-1; Kalor jenis aluminium Cal = 9,1 X 102 Jkg-1K-1 14. Bandingkan hasil Anda dengan hasil orang lain yang mungkin sekali lebih teliti, yaitu 4,6 x 102 Jkg-1K-1 . Berapa persen bedanya?

Menentukan kalor jenis kuningan. vi

1. Lakukan langkah serupa untuk menentukan kalorjenis balok kuningan. Catat data-data yang diperlukan pada ruang kosong pada pengamatan di bawah. Data tambahan: kalorjenis air Ca = 4,2 x 103 Jkg-1K-1; Kalor jenis aluminium Cal = 9,1 X 102 Jkg-1K-1 2. Bandingkan kalorjenis tembaga yang anda peroleh dengan hasil yang mungkin lebih teliti yaitu: C tembaga = 0,37 x 103 Jkg-1K-1

BAB IV
vi

HASIL PENGAMATAN
Pengukuran awal Massa kalorimeter + pengaduk kosong mk = 0,141 kg Menentukan kalor jenis besi Massa balok besi mFe = 0,088 kg Massa kalorimeter + pengaduk berisi air mk + a = 0,26 kg. Massa air dalam kalorimeter ma = 0,119 kg. Suhu awal kalorimeter + isi 2 Suhu balok besi panas 2 Suhu akhir kalorimeter 2
b 0

= 303 K.

= 363 K.
a

= 307 K.

Kalor jenis air ditentukan Ca = 4,2 x 103 Jkg-1 K-1, Kalorjenis besi CFe = 1,44716 x 104 Jkg-1 K-1 Menentukan kalor jenis tembaga Massa butir kuningan mku = 0,094 kg. Massa kalorimeter + pengaduk berisi air mk+a = 0,241 kg. Massa air dalam kalorimeter ma = 0,1 kg. Suhu awal kalorimeter + isi 2 Suhu butir kuningan panas 2
0 ku

= 305 K. = 362 K.

Suhu akhir kalorimeter 2 a= 306 K. Kalor jenis air di tentukan Ca = 4,2 x 103 Jkg-1K-1. Kalor jenis kuningan Ck = 3,1786 x 104 Jkg-1K-1

BAB V
vi

ANALISA
A. Rumus Menentukan kalor jenis besi Diketahui : Mk= 0,141 kg Ck = 9,1 X 102 Jkg-1K-1 Ma = 0,119 kg. Ca = 4,2 x 103 Jkg-1K-1; Mb = 0,088 kg 2 2 Ditanya Jawab
CF = e

a 0

= 307 K. = 303 K.

2 = 363 K : CFe :
( m k c k +m p c p +m a c a )( 0 ) a mb ( a )

C Fe =
C Fe =

(mk c k + ma c a )( a 0 ) mb ( a )
(0,141 9,1 10 2 + 0,119 4,2 10 3 )( 307 303 ) 0,088 (363 307 ) (1,2831 10 2 + 0,4998 10 3 )( 4) 0,088 (56 )
(1,7829 10 5 )( 4) 4,928
7,1316 10 5 4,928
1

C Fe =
C Fe =
C Fe =

C Fe = 1,44716 10 5 JKg

K 1

Menentukan kalor jenis tembaga vi

Diketahui : Mk= 0,141 kg Ck = 9,1 X 102 Jkg-1K-1 Ma = 0,1 kg. Ca = 4,2 x 103 Jkg-1K-1; Mb = 0,094 kg. 2 2 Ditanya Jawab
C Ku =
a 0

= 306 K. = 305 K.

2 = 362 K : CKu :
( mk c k + m p c p + ma c a )( a 0 ) mb ( a )

C Ku =
C Ku =

(mk c k + ma ca )( a 0 ) mb ( a )
(0,141 9,1 10 2 + 0,1 4,2 10 3 )( 306 305 ) 0,094 (363 306 )
(1,7829 10 5 )(1) 5,358 (1,7031 10 5 )(1) 5,358
1,7031 10 5 5,358
1

C Ku = C Ku =
C Ku =

C Ku = 3,1786 10 4 JKg

K 1

BAB VI
vi

KESIMPULAN
Kalor yang diterima sama dangan kalor yang dilepas, kalor adalah salah satu bentuk energi. Dari hasil percobaan menentukan kalor jenis logam menggunakan kalorimeter yaitu : Kalorjenis besi CFe = 1,44716 x 104 Jkg-1 K-1 Kalor jenis tembaga Ck = 3,1786 x 104 Jkg-1K-1

DAFTAR PUSTAKA
vi

---------,--------.2008. Majalengka

Pedoman

Praktikum

Fisika

Dasar

UNMA.

Barus RK dan Purnomo Imam, Fisika 2 SMP, 1993 Dep. P&K, Jakarta Sitompul S.E Drs, Fisika SMA dan Sederajat, 1993, Monora Medan Sears - Zemansky, Fisika Untuk Universitas, Bina Cipta, 1963. Holiday- Resnick, Physic, 1978. Sutrisno - Tan Ik Gie, Fisika Dasar, ITB, 1979. Sunarto Umar, Penuntun Praktikum Fisika Dasar, 1990. Janice Van Cleaves, A + Projects in Physic, Pakar Raya, 2004.

vi

You might also like