You are on page 1of 32

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Di Indonesia komplikasi kehamilan trimester pertama dalam rahim bentuk atau kehamilan di ektopik luar tidak jarang ditemui. Kehamilan ektopik sering disebutkan juga kehamilan di luar kehamilan kandungan. Sebenarnya kehamilan ektopik berbeda dari kehamilan di luar rahim atau di luar kandungan. Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berimplantasi dan berkembang di luar tempat yang biasa. Biasanya peristiwa implantasi zigot terjadi di dalam rongga rahim tetapi bukan pada serviks dan kornu. Dengan demikian kehamilan yang berkembang di dalam serviks dan atau di dalam kornu (bagian interstisial uterus) walaupun masih bagian dari rahim adalah kehamilan ektopik. Istilah kehamilan di luar kandungan malah jauh menyimpang karena saluran telur, indung telur dan rahim semuanya termasuk alat kandungan, padahal kehamilan ektopik yang terbanyak adalah kehamilan yang terjadi di dalam saluran telur dan bahkan juga pada indung telur. Satu-satunya kehamilan yang bisa disebut di luar kandungan adalah kehamilan abdominal. Hamil kehamilan di luar kandungan jika atau dalam istilah medis akan ektopik, terlambat diketahui

membahayakan nyawa si ibu. Bayangkan saja, janin yang seharusnya tumbuh dan berkembang di rahim ternyata tumbuh di tempat yang bukan semestinya, yaitu di saluran tuba falopii, kornu (tanduk rahim), atau bahkan di dalam rongga perut.

Jika kehamilan membesar, sangat mungkin organ tempat tumbuh janin itu akan pecah dan memicu perdarahan hebat di dalam perut. Si ibu akan mengalami anemia, pucat, lemas, mengalami sesak B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar penyusun makalah ini mengetahui dan mengerti tentang Kehamilan Ektopik dari definisi sampai asuhan keperawatannya. 2. Tujuan Untuk Perawat Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah agar penyusun mampu: a. Medeskripsikan defenisi kehamilan ektopik b. Dapat menjelaskan terjadinya kehamilan ektopik c. Mendeskripsikan tanda-tanda kehamilan ektopik d. Mandiskripsikan patofisiologi dari kehamilan ektopik e. Mendiskripsikan penatalaksanaan kehamilan ektopik f. Mendiskripsikan komplikasi pada kehamilan ektopik
g. Dapat menjelaskan pengkajian kehamilan ektopik

napas

hingga

pingsan.

Jika

terlambat

ditolong maka akan mengakibatkan kematian.

BAB II KONSEP DASAR

A. DEFINISI Berikut ini beberapa definisi dari kehamilan ektopik : 1. Kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak dan ditempat yang normal hasil yakni dalam diluar endometrium kavum uteri (Hanifa, 2009). 2. Implantasi pertumbuhan konsepsi endometrium kavum uteri ( Mansjoer, 2001).
3. Menurut Buku Obstetri Patologi Universitas Pajadjaran

Bandung, 1984, kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri, kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut. Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan berada di luar tempat yang semestinya. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu. B. ETIOLOGI

1. Infeksi dan kerusakan tuba

Pada

pasien

dengan

kerusakan

tuba

memiliki

kemungkinan 3,5 kali mengalami kehamilan ektopik. Gangguan tuba biasanya disebabkan oleh infeksi pelvis.

2. Salpingitis isthmica nodosa Adalah suatu gangguan berupa penebalan pada bagian proksimal multiple. tuba falopi ini dengan divertikula luminal Patologi meningkatkan kemungkinan

kehamilan ektopik 52% lebih tinggi. 3. Kelainan zigot Yaitu kelainan kromosom dan malformasi. 4. Faktor ovarium Yaitu migrasi luar ovum (perjalanan ovum dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya), pembesaran ovarium dan unextruded ovum. 5. Merokok Pasien merokok memiliki peningkatan kemungkinan kehamilan ektopik, diduga disebabkan oleh adanya gangguan imunitas sehingga mudah terkena infeksi pelvis.
6. Penggunaan hormon eksogen (estrogen) seperti pada

kontrasepsi kehamilan

oral, ektopik.

IUD,

sterilisasi

tuba

dengan untuk barier

elektrokoagulasi

meningkatkan Sedangkan

kemungkinan kontrasepsi

menurunkan kemungkinan untuk kehamilan ektopik dengan menurunkan kemungkinan infeksi pelvis. ( Joseph, 2010 )

C. MANIFESTASI KLINIS Trias gejala klinis hamil ektopik terganggu sebagai berikut :
1. Amenorea. Lamanya aminorea bervariasi dari beberapa

hari sampai beberapa bulan. Dengan aminorea dapat dijumpai Biasanya tanda-tanda darah hamil muda, gelap yaitu morning dan sickness, mual atau muntah, terjadi perasaan ngidam. berwarna kecoklatan keluarnya intermitten atapun kontinyu.

2. Terjadi nyeri abdomen. Nyeri abdomen disebabkan oleh kehamilan tuba yang pecah. Timbunan dan darah menimbulkan pasien iritasi dan pucat manifestasi rasa nyeri, darah dalam ruangan perut tidak berfungsi menyebabkan tampak (anemia), TD turun sampai shock, bagian ujung-ujung anggota badan terasa dingin, perut kembung karena darah. Nyeri dapat pada menjalar perdarahan keseluruh abdomen Bila bergantung didalamnya.

rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma, dapat terjadi nyeri di daerah bahu. Bila darahnya membentuk hematokel yaitu timbunan di daerah kavum douglas akan terjadi rasa nyeri di bagian bawah dan saat devekasi. 3. Perdarahan. Terjadinya abortus atau ruptura kehamilan tuba menimbulkan perdarahan kedalam kavum abdomen dalam jumlah yang bervariasi. Darah yang teertimbun dalam kavum abdomen tidak berfungsi sehingga terjadi gangguan dalam sirkulasi umum yang menyebabkan

frekuensi nadi meningkat, tekanan darah menurun, hingga shock. Hilangnya darah dari peredaran darah umum mengakibatkan penderita tampak anemis, daerah ujung ekstremitas dingin, berkeringat dingin, kesadaran menurun, dan pada abdomen terdapat timbunan darah. ( Sri Kusuma Dewi, 2010 & dr. Ida bagus, 1998 ) Gejala-gejala kehamilan ektopik lainnya : 1. Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks digerakkan, nyeri pada perabaan dan kavum douglas menonjol karena ada bekuan darah. ( Arief Mansjoer, 2001 ) 2. Pleuritic chest pain, bisa terjadi akibat iritasi diafragma akibat perdarahan 3. Perubahan uterus Uterus dapat tumbuh membesar pada 3bulan pertama akibat hormon yang dilepaskan plasenta. Uterus dapat terdesak ke sisi yang berlawanan dengan masa ektopik 4. Tekanan darah normal Kecuali bila terjadi ruptur, perubahan yang terjadi antara lain adanya peningkatan ringan, respon vasovagal seperti bradikardi dan hipertensi ataupun penurunan tensi tajam disertai peningkatan nadi bila perdarahan terus berlangsung dan hipovolemia 5. Temperatur Setelah perdarahan akut suhu tubuh dapat turun atau meningkat > 38C bila terjadi infeksi. ( joseph, 2010 )

D.KLASIFIKASI ?????????ada di PDF gag bisa ngopine E. PATOFISIOLOGI Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu : 1. Kemungkinan tubal abortion, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba. 2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba. 3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian. F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit serial tiap

satu jam menunjukkan penurunan kadar Hb akibat perdarahan.


b. Adanya lekositosis ( dapat mencapai > 30.000/L). c. Urinary

Pregnancy

Test,

dengan

metode

inhibisi

aglutinasi hanya menunjukkan positi pada kehamilan ektopik sebesar 50-69%.


d. Serum -hCG assay. e. Serum progesteron, pada kehamilan ektopik, kadarnya

lebih rendah dibanding kehamilan normal intrauterin. Kadar < 5 mg/L menunjukkan kemungkinan besar adanya kehamilan abnormal. Pemeriksaan ini tidak bisa berdiri sendiri dalam mendiagnosis kehamilan ektopik. 2. Ultrasound Imaging a. USG abdominal, kehamilan tuba sulit dideteksi dengan metode ini.
b. USG vaginal, untuk mendeteksi letak gestational sac.

Pada usia kehamilan 6 minggu, bila tidak dijumpai gestational sac maka bisa dicurigai kehamilan ektopik. c. Color and Pulsed Doppler Ultrasound, untuk mengidentifikasi karakteristik warna vaskular, apakah terletak di intrauterine atau ekstrauterine. 3. Kombinasi Serum -hCG dan Sonography Peningkatan gestational diidentifikasi, 4. Laparoskopi serum sac hCG > 2000 mIU/mL tidak disertai dapat intrauterine kemungkinan yang adanya

kehamilan

ekstrauterine sangat besar.

Merupakan gold standar untuk mendiagnosis kehamilan ektopik. Laparoskopi dilakukan jika dengan pemeriksaan lain diagnosis kehamilan ektopik masih belum dapat ditegakkan. Dengan metode ini tuba falopi dan ovarium dapat tervisualisasi dengan baik. ( Joseph, 2010 ) G.TERAPI PEMBEDAHAN Merupakan terapi yang luas digunakan untuk kehamilan ektopik baik dengan cara laparotomi ataupun laparoskopi. Laparotomi hemodinamik pasien yang diindikasikan pasien yang pada stabil. kondisi Linear hemodinamik Salphingostomy dipertahankan. kehamilan pasienyang tidak stabil, sedangkan laparoskopi pada kondisi prosedur pada kehamilan ektopik yang tidak ruptur, dan menginginkan potensial fertilitasnya Salphingotomy mengurangi insidensi

ektopik berulang. ( Joseph, 2010 ) H. DIAGNOSA KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain dengan melihat :
1. Anamnesis dan gejala klinis

Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisis

a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.


b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi,

pucat dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen. c. Pemeriksaan ginekologis, yaitu pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
3. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium

Hb,

Leukosit,

urine

-hCG

(+).

Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat. b. USG 1) Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri 2) Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri 3) Adanya massa komplek di rongga panggul
4. Kuldosentesis

suatu

cara

pemeriksaan

untuk

mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah.


5. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi. 6. Ultrasonografi

berguna

pada

10% (Yuni 2009)

kasus

bila

ditemukan kantong gestasi di luar uterus Kusmiati,

I. PENATALAKSANAAN Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2002.
1. Setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan

untuk tindakan operatif gawat darurat.

10

2. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.
3. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi

cairan tubuh dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama) atau 2l dalam dua jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung).
4. Bila

darah

pengganti

belum

tersedia,

berikan

autotransfusion berikut ini:


a. Pastikan darah yang dihisap dari rongga obdomen

telah melalui alat pengisap dan wadah penampung yang steril. b. Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan kedalam kantung darah (blood bag) apabila kantung darah tidak tersedia masukan dalam botol bekas cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan sodium sitrat 10ml untuk setiap 90ml darah. c. Transfusikan darah melalui selang transfusi yang mempunyai saringan pada bagian tabung tetesan. 5. Tindakan dapat berupa :
a. Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian

tuba yang mengandung hasil konsepsi.


b. Salpingostomi

( hanya dilakukan sebagai upaya

konservasi dimana tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi ( hasil ektopik ulangan ).

11

6. Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi tuba yang di sebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien di beri anti biotik kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas. 7. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan: a. Ketoprofen 100 mg supositoria. b. Tramadol 200 mg IV. c. Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi hipersensitivitas) 8. Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari. 9. Konseling pasca tindakan
a. Kelanjutan fungsi reproduksi.

b. Resiko hamil ektopik ulangan. c. Kontrasepsi yang sesuai. d. Asuhan mandiri selama dirumah. e. Jadwal kunjungan ulang. J. KOMPLIKASI 1. Jaringan tropoblastik persisten 2. Kehamilan ektopik persisten. Merupakan komplikasi yang tersering ( Joseph, 2010 ) K. PATHWAY Terlampir

12

BAB III PEMBAHASAN

A. KASUS Ny. Yati 35 tahun datang ke rumah sakit Sayang Ibu dengan keluhan nyeri pada perut. Ny. Yati menikah sudah 10 tahun dan tidak dikaruniai anak. Upaya untuk mengatasi infertilitasnya telah dilakukan. Tuba uterinya dilakukan peniupan dengan alat agar tidak ada penyempitan. Tiga bulan yang lalu Ny. Yati mengalami terlambat menstruasi, dilakukan pemeriksaan kehamilan PP test sendiri hasilnya positif hamil. Kegembiraan Ny. Yati dan suami hilang sudah ketika diketahui kehamilannya diluar kandungan. B. TERMINOLOGI 1. Kehamilan ektopik terganggu Menurut Buku Obstetri Patologi Universitas Pajadjaran Bandung, 1984, kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri, kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu. 2. Infertilitas

13

Menurut Joseph HK dalam buku Ginekologi dan Obstetri, infertilitas adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat hamil secara alami atau tidak dapat menjalani kehamilannya secara utuh. Definisi standar infertilitas adalah ketidakmampuan untuk menjadi hamil dalam satu tahun setelah secara teratur menjalani hubungan intim tanpa kontrasepsi. Sepasang suami-istri dikatakan infertil jika: a. Tidak hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur kurang dari 34 tahun. b. Tidak hamil setelah 6 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun. c. Perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan sesuai masanya (37-42 minggu). Menurut Arief Mansjoer dalam buku Kapita Selekta Kedokteran, infertilitas terbagi menjadi : a. Infertilitas Primer Bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama sekali. b. Infertilitas Sekunder Bila pasangan tersebut sudah memiliki anak, kemudian memakai kontrasepsi namun setelah dilepas selama satu tahun belum juga hamil. Penyebab infertilitas yaitu : a. Pada wanita 1) Gangguan organ reproduksi

14

a) Infeksi

vagina

sehingga

meningkatkan

keasaman vagina yang akan membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke vagina. b) Kelainan hormon pada serviks akibat defisienasi esterogen yang mengganggu

pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu bekas operasi jaringan rahim. c) Kelainan uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uteri yang uterus yang mengganggu terjadinya pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi menyebabkan gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang. d) Kelainan tuba falopi akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopi dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu. 2) Gangguan ovulasi Dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan pada parut serviks juga yang menyisakan serviks menutup

sehingga sperma tidak dapat masuk ke

15

terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folikel mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gangguan ovulasi. 3) Kegagalan implantasi Wanita dengan kadar progesteron yng rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus. 4) Faktor imunologis Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil. 5) Lingkungan Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas anestesi, zat kimia dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk b. Pada pria Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria, yaitu : 1) Abnormalitas sperma ; morfologi dan motilitas 2) Abnormalitas ejakulasi 3) Abnormalitas ereksi organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.

16

4) Abnormalitas cairan semen ; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi 5) Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi penyempitan pada obstruksi saluran genital 6) Lingkungan ; radiasi, obat-obatan anti cancer 3. Tuba uteri Menurut buku Obstetri Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, tuba uteri adalah saluran yang terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan ke arah lateral, mulai dari cornu uteri kanan kiri. Panjangnya 12 cm, diameter 3-8 mm. Fungsi utama tuba adalah membawa ovum yang dilepaskan ovarium ke jurusan cavum uteri.
4. PP test

Alat uji kehamilan untuk dipakai di rumah yang biasa dikenal dengan test pack merupakan alat praktis yang cukup akurat untuk mendeteksi kehamilan pada tahap awal. Cara penggunaannya ujung alat ke relatif dalam mudah, air seni yaitu yang mencelupkan

ditampung atau menyentuhkan pada aliran air seni ketika buang air kecil. Biasanya dianjurkan penggunaan air seni pertama setelah bangun pagi, karena konsentrasi hormon hCG yang tinggi pada saat itu. Sebagian besar merk test pack yang beredar di pasaran sudah dapat mendeteksi hCG dengan kadar 25 IU/L-50 IU/L, sehingga cukup akurat untuk menentukan ada atau tidaknya kehamilan pada hari pertama keterlambatan menstruasi (sekitar 28 hari setelah menstruasi terakhir).

17

C. PERMASALAHAN YANG HARUS DISELESAIKAN 1. Umur 35 tahun termasuk kehamilan beresiko atau tidak? 2. Penyebab keluhan sakit perut Ny. Yati. 3. Tindakan yang dilakukan untuk mengetahui infertilitas. 4. Nama lain dari peniupan tuba. D. ANALISA MASALAH
1. Usia 35 tahun termasuk kehamilan yang beresiko karena

batasan usia yang tepat untuk kehamilan yaitu pada umur 20 tahun 30 tahun. Apabila 35 tahun maka kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur habis sehingga wanita tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi. 2. Penyebab keluhan sakit perut pada Ny. Yati yaitu disebabkan oleh kehamilan tuba yang pecah. Timbunan darah menimbulkan iritasi dan manifestasi rasa nyeri, darah dalam ruangan perut tidak berfungsi dan menyebabkan pasien tampak pucat (anemia), TD turun sampai shock, bagian ujung-ujung anggota badan terasa dingin, perut kembung karena darah. Nyeri dapat menjalar keseluruh didalamnya. abdomen Bila bergantung darah pada perdarahan abdomen rangsangan dalam

mencapai diafragma, dapat terjadi nyeri di daerah bahu.

18

Bila darahnya membentuk hematokel yaitu timbunan di daerah kavum douglas akan terjadi rasa nyeri di bagian bawah dan saat devekasi.
3. Tindakan yang dikakukan untuk mengetahui infertilitas

yaitu

dengan

cara

melakukan

tes

kesuburan

pada

pasangan suami istri. a. Tes kesuburan pada pria Untuk mengetahui kesuburan pria, satu-satunya cara hanyalah dengan memeriksa sperma dan melakukan analisis sperma, baik secara langsung maupun di bawah mikroskop. Analisis sperma menghasilkan parameter yang meliputi volume, pH, bau, warna, jumlah sel spermatozoa per ml, gerakan dan bentuk sd spermatozoa. Parameter sperma normal adalah sebagai berikut: volume = 2 ml atau lebih, pH = 7,2 8, bau khas, warna = kelabu pucat, konsentrasi = 20 juta per ml atau lebih, gerak 50 % atau lebih bergerak ke depan, bentuk 30% atau lebih berbentuk normal. Di luar parameter normal tersebut, sperma dianggap tidak normal. Jika sperma pria tidak normal berarti kesuburan pria tersebut tidak normal. b. Tes kesuburan pada wanita Ada beberapa cara untuk mengetahui kesuburan wanita, mulai dari yang sederhana sampai yang canggih. 1. Pertama, dengan memperhatikan keluarnya lendir mulut rahim yang dapat diraba dengan jari. Pada saat subur keluarlah cairan bening seperti putih telur sehingga kelamin terkesan basah. Banyak

19

Wanita menganggap hal itu sebagai keputihan. Di luar saat subur, lendir mulut rahim hanya sedikit dan lebih kental sehingga kelamin terkesan kering. 2. Kedua, dengan mengukur suhu tubuh setiap pagi sebelum bangun tidur selama beberapa bulan siklus menstruasi. Kemudian dibuat grafik yang menghubungkan setiap angka yang menunjukkan suhu tubuh. Dengan melihat perubahan grafik suhu tubuh, dapat ditentukan ada tidaknya saat subur. Pada saat subur akan tampak penurunan suhu tubuh di bawah normal yang segera diikuti dengan kenaikan di atas normal. 3. Ketiga, dengan memeriksa lendir rahim di bawah mikroskop. Pada saat subur akan tampak bentukan seperti daun pakis yang sempurna. Keempat, dengan pemeriksaan USG melalui vagina. Dengan pemeriksaan USG melalui vagina dapat dilihat dengan jelas sel telur yang sudah dilepaskan dari indung telur. Tetapi pemeriksaan terdapat sperma perbedaan menunjukkan dalam menilai kesuburan antara pria dan wanita. Pada pria, kalau kesuburannya baik, berarti pria itu mampu menghasilkan kehamilan. Tetapi tidak demikian pada wanita. Pada wanita, walaupun mampu mengeluarkan Sel telur, belum berarti mampu hamil. Sistem reproduksi wanita yang lainnya juga harus normal. Saluran telur harus normal agar sel telur yang telah dikeluarkan dari indung telur dapat masuk ke dalam rahim. Selanjutnya, walaupun

20

kedua

saluran

telur

normal

tetapi

kalau

rahim

terganggu, maka kehamilan juga terhambat. ( Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp, 2011 ) Sebelum melakukan test infertilitas, sebaiknya harus memperhatikan syarat-syarat Pemeriksaan Pasangan infertil merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan adalah: a. Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan anak selama 12 bulan. b. Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali datang.
c. Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun

dilakukan

pemeriksaan infertil

bila tidak

belum

mendapat pada

anak dari perkawinan ini.


d. Pemeriksaan

dilakukan

pasangan yang mengidap penyakit.


4. Nama lain dari peniupan tuba atau Pertubasi (insuflasi =

rubin test), yaitu

pemeriksaan ini dilakukan dengan

memasukkan CO2 ke dalam cavum uteri. Dilakukan pada paruh pertama siklus haid, melalui kanal serviks dan dibuat rekaman yang kimograf terhadap masalah tekanan infertilitas uterus. Vaginal yang insufflation merupakan terapi untuk membantu wanita mengalami terutama disebabkan oleh infeksi saluran reproduksi wanita. Terapi ini dilakukan dengan cara memasukkan campuran ozon oksigen yang telah disediakan di dalam ozone bag,

21

kemudian

dimasukkan

melalui

vagina

dengan

menggunakan disposable kateter. Indikasi terapi:


a.

Peradangan

saluran

reproduksi

wanita

yang

disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri


b.

Terapi infertilitas untuk membantu pasangan usia subur yang menginginkan keturunan.

Metode terapi : Terapi dilakukan dua hari sekali selama 12 session dengan lama terapi 15 20 menit. E. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Biodata pasien 1) Data demografi a) Nama b) Umur 2) Factor : : Ny. Yati : 35 tahun lingkungan(meliputi bagaiman kondisi

c) Jenis kelamin: perempuan lingkungan yang mendukung kesehatan klien missal lingkingan yang bersih, lingkungan yang tidak mengganggu kesehehatan klien ) b. Riwayat kesehatan : 1) Menstruasi terakhir : 3 bulan yang lalu 2) Banyak sedikitnya darah yang dikeluarkan c. Pengkajian nyeri: Alat-alat mengkaji pengkajian nyeri dapar digunakan untuk persepsi nyeri seseorang. Agar alat-alat

pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat tersebut haris memenuhi kriteria berikut : 1) Mudah dimengerti dan digunakan

22

2) Memerlukan sedikit upaya dari pihak pasien 3) Mudah dinilai 4) Sensitive terhadap perubahan kecil dalam intensitas nyeri. Alat pengkajian nyeri dapat digunakan intervensi dan , untuk untuk untuk mendokumentasikan mengevaluasi kebutuhan

efekivitas

intervensi

mengidentifikasi kebutuhan akan intervensi alternative atau tambahan jika intervensi sebelumnya tidak efektif dalam meredakan nyeri individu. Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri individual dalam beberapa cara berikut :
1) P (provocativ)

Yaitu apa yang menyebabkan nyeri tersebut


2) Q (quality/quantity)

Yaitu tingkatan nyeri / nyeri dirasakan seperti apa termasuk


3) R (region)

karakteristik

nyari

apakah

tumpul,

terbakar, tertusuk Yaitu lokasi nyeri


4) S (skala)

Yaitu berapa skala nyeri yang dirasakan oleh klien ( 0 : tidak ada nyeri, 10 : nyeri sangat hebat )
5) T (timing)

Yaitu nyeri dirasakan intermiten atau kontinyu. d. Tanda tanda vital e. Tingkat kesadaran f. Riwayat gangguan tuba sebelumnya g. Tes laboratorium : Ht dan Hb menurun h. Riwayat kontrasepsi meliputi jenis kontrasepsi

23

i. Ada tidaknya bercak darah dari vagina 2. Pengelompokan data a. Data subjektif Ny. Yati mngatakan :
1) Nyeri pada perut

2) Menikah sudah 10 tahun dan tidak mempunyai anak 3) Mengalami terlambat menstruasi 3 bulan yang lalu b. Data objektif : 1) Hasil PP test positif hamil 2) Telah dilakukan upaya peniupan tuba falopi pad Ny. Yati 3. Diagnose keperawatan a. Resiko Deficit volume cairan berhubungan dengan rupture pada lokasi implantasi. b. Nyeri berhubungan dengan kemajuan kehamilan tuba. c. Berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan damn efek pada kehamilan berikutnya. d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan pengobatan dan dampak pada kehamilan berikutnya. 4. Intervensi keperawatan. 1. Resiko Deficit volume cairan berhubungan dengan rupture pada lokasi implantasi. Tujuan dan kriteria hasil : ibu menunjukkan kestabilan / perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat. Intervensi Monitor intake dan output Rasional Memudahkan pemilihan intervensi Perubahan dapat
24

Intervensi Awasi TD dn frekuensi jantung Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler, dan kondisi umum membrane mukosa. Kolaborasi : Berikan cairan IV sesuai indikasi Berikan SDM, trombosit, factor pembekuan.

Rasional menunjukkan hipovolemia (perdarahan).


Indicator

efek

langsung

status cairan

Mempertahankan keeimbangan cairan / elektrolit Memperbaiki SDM untuk sirkulasi, untuk perdarahan. Mengetahui perdarahan tingkat dan pembawa jumlah kasitas oksigen memperbaiki berguna mengobati

Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh trombosit, Hb / Ht, pembekuan

2. Nyeri berhubungan dengan kemajuan kehamilan tuba. Tujuan dan kriteria hasil : ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam batas normal, ibu tidak mengeluh kesakitan. Intervensi Mandiri : o Tentukan dan sifat, lokasi, Membantu Kaji mendiagnosis dalam dan
25

Rasional

durasi

nyeri.

Intervensi kontraksi hemoragi atau tekan abdomen.

uterus nyeri

Rasional menentukan tindakan yang akan dilakukan. Ansietas respon sebagai terhadap

o kaji stress psikologis ibu / pasangan emosional kejadian dan respon terhadap

situasi darurat dapat memperberat ketidaknyamanan karena ketegangan, ketakutan , dan nyeri. Dapat membantu menurunkan mereduksi sindrom

o berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan rasa nyeri. Instruksikan klien untuk metode menggunakan relakasi,

dalam karenaya

tingkat ansietas dan ketidaknyamanan.

misalnya : napas dalam, visualisasi distraksi, dan jelaskan prosedur. Kolaborasi : Berikan analgetik sesuai indikasi Meningkatkan kenyamanan, menurunkan komplikasi pembedahan. Tindakan Siapkan prosedur bedah bila terdapat indikasi akan nyeri. terhadap dasar penyimpangan resiko

menghilangkan

26

3. Berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan

damn efek pada kehamilan berikutnya. Tujuan dan kriteria hasil : ibu dapat menerima dan meresolusi duka dan kehilangan kahamilan. Intervensi Rasional Kaji tingkat distress pasien. Memudahkan pemilihan intervensi Dorong pasien dalam Membantu mengurangi duka pada pasien hubungan pengungkapan perasaan berduka pasien. Dengarkan pasien Kolaborasikan konsultasi spiritual 4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan pengobatan dan dampak pada kehamilan berikutnya. Tujuan dan kriteria hasil : ibu berpartisipasi dalam proses belajar , mengungkapkan dalam istilah sederhana, mengenai patofisiologi dan implikasi klinis. Intervensi Rasional Manjelaskan tindakan Memberikan informasi, dan rasional yang menjelaskan kesalahan konsep yang yang pemikiran akan ibu mengenai prosedur dilakukan, ditentukan untuk kondisi hemoragia ke untuk ahli curahan dan Membina berikan dukungan kepada saling percaya Membantu mengurangi stress memantapkan intervensi dan

psiklogis atau penasehat

dan menurunkan stress berhubungan


27

Intervensi

Rasional dengan prosedur yang diberikan. klarifikasi masalahdan untuk

Berikan bagi dan

kesempatan Memberikan ibu untuk identifikasi masalah kesempatan memulai

dari konsep yang salah,

mengajukan pertanyaan mengungkapkan kesalahan konsep.

mengambangkan keterampilan Diskusikan kemungkinan pada ibu atau janin dari keadaan perdarahan. penyesuaian (koping). informasi dan harapan tentang komplikasi meningkatkan Tinjau jangka terhadap memerlukan ulang implikasi yang kemungkinan implikasi jangka pendek Memberikan

realitas dan kerjasama dengan aturan tindakan. ektopik memahami setelah tuba sakit. 5. Implementasi keperawatan Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan , mencakub tindakan mendiri dan kolaborasi. / mempertahankan pengangkatan ovarium yang dapat kesulitan panjang Ibu dengan kehamilan situasi evaluasi

dan tindakan tambahan.

28

Tindakan

mandiri

adalah

tindakan

keperawatan

berdasarkan analisis dan

kesimpulan perawat, dan bukan

atas petunjuk data petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain. 6. Evaluasi. Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedomaan kepada hasil dan tujuan yang endak dicapai. a. Mengalami pengurangan nyeri. 1) Melaporkan penurunan dalam nyeri dan ketidaknyamanan. 2) Melakukan gerakan atau ambulasi sesuai yang diharuskan, melakukan napas dalam terapeutik. b. Mulai menerima kehilangan dan mengekspresikan dukanya dengan mengungkapkan perasaan dan reaksi terhadap kehilangan. c. Menunjukkan pengertian tentang penyebab kehamilan ektopik d. Tidak mengalami komplikasi. 1) Menunjukkan dengan tidak adanya tanda- tanda hemoragi atau syok. 2) Mengalami penurunan jumlah rabas vagina yang dikeluarkan 3) Turgor dan warna kulit yang mormal. 4) Menunjukkan tanda tanda vital yang stabil dan haluaran urine yang adekuat.

29

BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN Kehamilan ternyata tidak selalu berada di dalam rongga rahim atau kavum uteri, terdapat pula kehamilan yang berada di luar rahim yang disebut sebagai kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik merupakan suatu kegawatdaruratan di bidang obstetri dan ginekologi. Gejala dan tanda klinis yang terlihat juga tergantung dari lokasi tumbuh dan berkembangnya mudigah (embrio). Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah adanya rasa nyeri pada daerah perut. Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya mudigah. Misalnya, bila terjadi

30

kehamilan tuba, komplikasi yang tersering adalah pecahnya tuba falopii. Umumnya berupa tindakan pembedahan. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.

DAFTAR PUSTAKA

Joseph HK, M. Nugroho S. 2010. Catatan Kuliah GINEKOLOGI DAN OBSTETRI (OBSGYN ). Yogyakarta : Nuha Medika Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Manuaba, Prof. Dr. Ida Bagus Gede, SpOG. 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan Kusmiyati, Yuni, S.ST. 2009. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta: Fitramaya

31

Wiknjosastro, Prof. Dr. Hanifa,SpOG. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Suryasaputra Manuaba, dr. I.A Sri Kusuma Dewi. 2006. Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC

32

You might also like